• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Risiko Operasional Bidang Pembiayaan pada Lembaga Keuangan Mikro (Studi Kasus KBMT Wihdatul Ummah)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Identifikasi Risiko Operasional Bidang Pembiayaan pada Lembaga Keuangan Mikro (Studi Kasus KBMT Wihdatul Ummah)"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI RISIKO OPERASIONAL

BIDANG PEMBIAYAAN

PADA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

(STUDI KASUS KBMT WIHDATUL UMMAH)

Oleh

FAUZIAH NURUL HAYATI

H24102013

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ABSTRAK

Fauziah Nurul Hayati. H24102013. Identifikasi Risiko Operasional Bidang Pembiayaan Pada Lembaga Keuangan Mikro (Studi Kasus KBMT Wihdatul Ummah). Di bawah bimbingan Ali Mutasowifin.

KBMT Wihdatul Ummah merupakan lembaga keuangan mikro yang aktif memberikan pembiayaan kepada masyarakat khususnya golongan mikro. Risiko operasional yang mungkin muncul pada saat pemrosesan pembiayaan sangat penting untuk dikelola dalam rangka meningkatkan kualitas pembiayaan yang pada akhirnya dapat meminimalkan pembiayaan yang bermasalah. Penelitian ini bertujuan (1) Mengetahui faktor-faktor yang dijadikan pertimbangan dalam pemberian pembiayaan oleh KBMT Wihdatul Ummah, (2) Mengetahui risiko-risiko operasional yang timbul dari pemberian pembiayaan oleh KBMT Wihdatul Ummah, (3) Mengetahui pengelolaan risiko operasional terhadap pembiayaan yang diberikan oleh KBMT Wihdatul Ummah.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara, pengamatan langsung terhadap objek serta pengumpulan data melalui dokumen pembiayaan. Data sekunder diperoleh dari laporan keuangan yang diterbitkan oleh KBMT Wihdatul Ummah serta literatur-literatur yang mendukung penelitian ini. Analisis penelitian dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.

(3)

IDENTIFIKASI RISIKO OPERASIONAL

BIDANG PEMBIAYAAN

PADA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

(STUDI KASUS KBMT WIHDATUL UMMAH)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

FAUZIAH NURUL HAYATI

H24102013

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

IDENTIFIKASI RISIKO OPERASIONAL BIDANG PEMBIAYAAN

PADA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO (STUDI KASUS KBMT WIHDATUL UMMAH)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

FAUZIAH NURUL HAYATI H24102013

Menyetujui, Juni 2006

Ali Mutasowifin, SE, M.Ak Dosen Pembimbing

Mengetahui,

Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc Ketua Departemen

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Boyolali pada tanggal 12 Mei 1984. Penulis merupakan anak kelima dari lima bersaudara dari ayah Muhammad Syaifudin Zuhri dan ibu Churryah.

(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji kehadirat Allah SWT yang atas Kuasa dan Kekuatan-NYA penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini mengambil judul “ Identifikasi Risiko Operasional Bidang Pembiayaan Pada Lembaga Keuangan Mikro (Studi Kasus KBMT Wihdatul Ummah)”. Risiko pembiayaan merupakan salah satu risiko terbesar yang dihadapi oleh KBMT dalam aktivitasnya sebagai lembaga penyalur pembiayaan kepada mitranya, untuk itu perlu diketahui risiko-risiko operasional bidang pembiayaan yang terjadi pada KBMT Wihdatul Ummah untuk dapat meningkatkan kualitas pembiayaan.

Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak baik moril maupun materiil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Ali Mutasowifin, SE, M.Ak, yang telah memberikan bimbingan, masukan dan wawasan yang tidak ternilai harganya selama menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Ir. Budi Purwanto, ME dan Ibu Heti Mulyati, S.TP, MT selaku penguji yang telah memberikan banyak masukan dan wawasan baru bagi penulis.

3. Bapak Ade Rachmawan selaku manajer KBMT Wihdatul Ummah, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian. 4. Ibu Juhariah selaku pembimbing lapang yang telah memberikan masukan

dan informasi serta kritik kepada penulis.

(7)

6. Tim Satgas Tugas Akhir dan Seluruh Staf Pengajar serta karyawan/wati di Departemen Manajemen FEM IPB.

7. Ayahanda, Ibunda serta kakak-kakak yang senantiasa memberikan dukungan dan kasih sayang sehingga penulis tetap tegar dalam menghadapi masa-masa yang sulit.

8. Wira, Rani, Novi, Anet, Erma, Lady, Putu, Ricky, Ganjar, Hana, terima kasih atas dukungan, kebersamaan dan keceriaan selama ini. terimakasih atas perhatian & pengertiannya.

9. Mba Reni, terima kasih atas semua dukungan, kritik, saran dan masukannya.

10.Inne Wulandari teman seperjuangan terima kasih atas kebersamaannya serta dukungan dan masukannya.

11.Jasminer’s : uCiL, Isyana, Ririn, Ana, dan semuanya yang telah bersama-sama melewati hari-hari berbersama-sama, keep our friendship.

12.Anak-anak Manajemen’ 39 : Firsta, Nanien, Rihza, Bima R, Mala, Via, Manal, Hendra, Ferdie, Nanto, Okka, Apri, Prima, Asep, Dhika, Demmy, dan semuanya yang tidak bisa disebutkan satu persatu terima kasih atas kebersamaannya dan keceriaan selama ini.

13.Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan pahala atas kebaikannya.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Juni 2006

(8)

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Kegunaan Penelitian ... 6

1.5. Batasan Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Manajemen Risiko ... 7

2.1.1. Konsep Risiko ... 7

2.1.2. Pengertian Manajemen Risiko ... 8

2.1.3. Klasifikasi Risiko ... 8

2.1.4. Siklus Manajemen Risiko ... 11

2.2. Pembiayaan ... 12

2.2.1. Pengertian Pembiayaan ... 12

2.2.2. Jenis-jenis Pembiayaan ... 13

2.2.3. Tujuan Pembiayaan ... 15

2.3. Lembaga Keuangan Mikro (LKM) ... 16

2.4. Baitul Maal wat-Tamwil (BMT) ... 17

2.4.1. Pengertian BMT ... 17

2.4.2. Cara Kerja BMT ... 19

2.4.3. Prinsip Operasional BMT ... 19

2.5. Koperasi ... 20

2.5.1. Pengertian Koperasi ... 20

2.5.2. Unsur-unsur Organisasi Koperasi ... 21

2.5.3. Prinsip-prinsip Koperasi Indonesia ... 22

2.5.4. Fungsi dan Peran Koperasi ... 23

2.6 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 23

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 25

3.1. Kerangka Pemikiran ... 25

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 27

3.4. Metode Pengolahan Data ... 27

(9)

3.6. Metode Pengujian Keabsahan Data ... 31

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33

4.1. Gambaran Umum Perusahaan ... 33

4.1.1...Sejar ah Pendirian KBMT Wihdatul Ummah ... 33

4.1.2. Status Hukum KBMT Wihdatul Ummah ... 33

4.1.3. Misi dan Tujuan KBMT Wihdatul Ummah ... 34

4.1.4...Struk tur Organisasi dan Fungsi Jabatan KBMT Wihdatul Ummah... 35

4.1.5...Prod uk-produk KBMT Wihdatul Ummah ... 41

4.1.6...Kara kteristik Portofolio Pembiayaan Mitra KBMT Wihdatul Ummah ... 43

4.1.7...Perk embangan KBMT Wihdatul Ummah ... 45

4.2...Pros edur Pemberian Pembiayaan di KBMT Wihdatul Ummah ... 48

4.3...Fakt or-faktor yang dijadikan Pertimbangan dalam Pemberian Pembiayaan di KBMT Wihdatul Ummah ... 53

4.4...Risik o-risiko Operasional Bidang Pembiayaan di KBMT Wihdatul Ummah... 56

4.5...Peng elolaan Risiko Operasional Bidang Pembiayaan di KBMT Wihdatul Ummah... 58

4.6...Peng elolaan Pembiayaan Bermasalah ... 60

KESIMPULAN DAN SARAN ... 63

1. Kesimpulan ... 63

2. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 65

(10)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Register risiko ... 29

2. Penilaian risiko ... 29

3. Perkembangan kesehatan KBMT Wihdatul Ummah ... 47

(11)

IDENTIFIKASI RISIKO OPERASIONAL

BIDANG PEMBIAYAAN

PADA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

(STUDI KASUS KBMT WIHDATUL UMMAH)

Oleh

FAUZIAH NURUL HAYATI

H24102013

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

ABSTRAK

Fauziah Nurul Hayati. H24102013. Identifikasi Risiko Operasional Bidang Pembiayaan Pada Lembaga Keuangan Mikro (Studi Kasus KBMT Wihdatul Ummah). Di bawah bimbingan Ali Mutasowifin.

KBMT Wihdatul Ummah merupakan lembaga keuangan mikro yang aktif memberikan pembiayaan kepada masyarakat khususnya golongan mikro. Risiko operasional yang mungkin muncul pada saat pemrosesan pembiayaan sangat penting untuk dikelola dalam rangka meningkatkan kualitas pembiayaan yang pada akhirnya dapat meminimalkan pembiayaan yang bermasalah. Penelitian ini bertujuan (1) Mengetahui faktor-faktor yang dijadikan pertimbangan dalam pemberian pembiayaan oleh KBMT Wihdatul Ummah, (2) Mengetahui risiko-risiko operasional yang timbul dari pemberian pembiayaan oleh KBMT Wihdatul Ummah, (3) Mengetahui pengelolaan risiko operasional terhadap pembiayaan yang diberikan oleh KBMT Wihdatul Ummah.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara, pengamatan langsung terhadap objek serta pengumpulan data melalui dokumen pembiayaan. Data sekunder diperoleh dari laporan keuangan yang diterbitkan oleh KBMT Wihdatul Ummah serta literatur-literatur yang mendukung penelitian ini. Analisis penelitian dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.

(13)

IDENTIFIKASI RISIKO OPERASIONAL

BIDANG PEMBIAYAAN

PADA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

(STUDI KASUS KBMT WIHDATUL UMMAH)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

FAUZIAH NURUL HAYATI

H24102013

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(14)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

IDENTIFIKASI RISIKO OPERASIONAL BIDANG PEMBIAYAAN

PADA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO (STUDI KASUS KBMT WIHDATUL UMMAH)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

FAUZIAH NURUL HAYATI H24102013

Menyetujui, Juni 2006

Ali Mutasowifin, SE, M.Ak Dosen Pembimbing

Mengetahui,

Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc Ketua Departemen

(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Boyolali pada tanggal 12 Mei 1984. Penulis merupakan anak kelima dari lima bersaudara dari ayah Muhammad Syaifudin Zuhri dan ibu Churryah.

(16)

KATA PENGANTAR

Segala puji kehadirat Allah SWT yang atas Kuasa dan Kekuatan-NYA penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini mengambil judul “ Identifikasi Risiko Operasional Bidang Pembiayaan Pada Lembaga Keuangan Mikro (Studi Kasus KBMT Wihdatul Ummah)”. Risiko pembiayaan merupakan salah satu risiko terbesar yang dihadapi oleh KBMT dalam aktivitasnya sebagai lembaga penyalur pembiayaan kepada mitranya, untuk itu perlu diketahui risiko-risiko operasional bidang pembiayaan yang terjadi pada KBMT Wihdatul Ummah untuk dapat meningkatkan kualitas pembiayaan.

Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak baik moril maupun materiil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Ali Mutasowifin, SE, M.Ak, yang telah memberikan bimbingan, masukan dan wawasan yang tidak ternilai harganya selama menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Ir. Budi Purwanto, ME dan Ibu Heti Mulyati, S.TP, MT selaku penguji yang telah memberikan banyak masukan dan wawasan baru bagi penulis.

3. Bapak Ade Rachmawan selaku manajer KBMT Wihdatul Ummah, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian. 4. Ibu Juhariah selaku pembimbing lapang yang telah memberikan masukan

dan informasi serta kritik kepada penulis.

(17)

6. Tim Satgas Tugas Akhir dan Seluruh Staf Pengajar serta karyawan/wati di Departemen Manajemen FEM IPB.

7. Ayahanda, Ibunda serta kakak-kakak yang senantiasa memberikan dukungan dan kasih sayang sehingga penulis tetap tegar dalam menghadapi masa-masa yang sulit.

8. Wira, Rani, Novi, Anet, Erma, Lady, Putu, Ricky, Ganjar, Hana, terima kasih atas dukungan, kebersamaan dan keceriaan selama ini. terimakasih atas perhatian & pengertiannya.

9. Mba Reni, terima kasih atas semua dukungan, kritik, saran dan masukannya.

10.Inne Wulandari teman seperjuangan terima kasih atas kebersamaannya serta dukungan dan masukannya.

11.Jasminer’s : uCiL, Isyana, Ririn, Ana, dan semuanya yang telah bersama-sama melewati hari-hari berbersama-sama, keep our friendship.

12.Anak-anak Manajemen’ 39 : Firsta, Nanien, Rihza, Bima R, Mala, Via, Manal, Hendra, Ferdie, Nanto, Okka, Apri, Prima, Asep, Dhika, Demmy, dan semuanya yang tidak bisa disebutkan satu persatu terima kasih atas kebersamaannya dan keceriaan selama ini.

13.Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan pahala atas kebaikannya.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Juni 2006

(18)

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Kegunaan Penelitian ... 6

1.5. Batasan Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Manajemen Risiko ... 7

2.1.1. Konsep Risiko ... 7

2.1.2. Pengertian Manajemen Risiko ... 8

2.1.3. Klasifikasi Risiko ... 8

2.1.4. Siklus Manajemen Risiko ... 11

2.2. Pembiayaan ... 12

2.2.1. Pengertian Pembiayaan ... 12

2.2.2. Jenis-jenis Pembiayaan ... 13

2.2.3. Tujuan Pembiayaan ... 15

2.3. Lembaga Keuangan Mikro (LKM) ... 16

2.4. Baitul Maal wat-Tamwil (BMT) ... 17

2.4.1. Pengertian BMT ... 17

2.4.2. Cara Kerja BMT ... 19

2.4.3. Prinsip Operasional BMT ... 19

2.5. Koperasi ... 20

2.5.1. Pengertian Koperasi ... 20

2.5.2. Unsur-unsur Organisasi Koperasi ... 21

2.5.3. Prinsip-prinsip Koperasi Indonesia ... 22

2.5.4. Fungsi dan Peran Koperasi ... 23

2.6 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 23

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 25

3.1. Kerangka Pemikiran ... 25

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 27

3.4. Metode Pengolahan Data ... 27

(19)

3.6. Metode Pengujian Keabsahan Data ... 31

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33

4.1. Gambaran Umum Perusahaan ... 33

4.1.1...Sejar ah Pendirian KBMT Wihdatul Ummah ... 33

4.1.2. Status Hukum KBMT Wihdatul Ummah ... 33

4.1.3. Misi dan Tujuan KBMT Wihdatul Ummah ... 34

4.1.4...Struk tur Organisasi dan Fungsi Jabatan KBMT Wihdatul Ummah... 35

4.1.5...Prod uk-produk KBMT Wihdatul Ummah ... 41

4.1.6...Kara kteristik Portofolio Pembiayaan Mitra KBMT Wihdatul Ummah ... 43

4.1.7...Perk embangan KBMT Wihdatul Ummah ... 45

4.2...Pros edur Pemberian Pembiayaan di KBMT Wihdatul Ummah ... 48

4.3...Fakt or-faktor yang dijadikan Pertimbangan dalam Pemberian Pembiayaan di KBMT Wihdatul Ummah ... 53

4.4...Risik o-risiko Operasional Bidang Pembiayaan di KBMT Wihdatul Ummah... 56

4.5...Peng elolaan Risiko Operasional Bidang Pembiayaan di KBMT Wihdatul Ummah... 58

4.6...Peng elolaan Pembiayaan Bermasalah ... 60

KESIMPULAN DAN SARAN ... 63

1. Kesimpulan ... 63

2. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 65

(20)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Register risiko ... 29

2. Penilaian risiko ... 29

3. Perkembangan kesehatan KBMT Wihdatul Ummah ... 47

(21)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Perkembangan BMT Indonesia ... 2

2. Klasifikasi risiko ... 10

3. Siklus manajemen risiko ... 11

4. Jenis-jenis pembiayaan ... 15

5. Bentuk dan regulasi LKM di Indonesia ... 17

6. Cara kerja BMT ... 19

7. Kerangka pemikiran konseptual ... 26

8. Hubungan impact dan probability untuk menggambarkan rating risiko .. 30

9. Komponen dalam analisis data (interactive model) ... 30

10.Karakteristik Portofolio pembiayaan KBMT WU berdasarkan sektor usaha ... 43

11.Karakteristik Portofolio pembiayaan KBMT WU berdasarkan plafond .. 44

12.Karakteristik Portofolio pembiayaan KBMT WU berdasarkan wilayah .. 45

13.Perkembangan aktiva KBMT WU ... 46

(22)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

(23)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Lembaga keuangan (financial institution) adalah lembaga yang kegiatan utamanya mengumpulkan dana dan menyalurkan dana dari pihak yang memiliki kelebihan dana (unit surplus) kepada pihak yang membutuhkan dana (unit defisit), (Manurung dan Rahardja, 2004). Lembaga ini merupakan lembaga perantara yang menghubungkan pihak yang membutuhkan dana (unit defisit) dengan pihak yang kelebihan dana (unit surplus). Dalam dunia usaha peran lembaga tersebut sangat diperlukan dalam mendukung kegiatan usaha melalui pemberian kredit untuk mengembangkan usaha.

Kesulitan yang dihadapi oleh pengusaha kecil dalam berhubungan langsung dengan lembaga keuangan karena kebijakan perkreditan yang ketat, menyebabkan munculnya lembaga keuangan mikro (LKM). Sebagai bagian dari sistem keuangan mikro, LKM telah lama menjadi sarana yang efektif untuk mengembangkan perekonomian rakyat dan memberdayakan rakyat miskin atau kecil. Pada saat intermediasi sektor perbankan belum berfungsi secara optimal, maka keberadaan LKM semakin penting dalam menggerakkan sektor riil (Abdullah, 2004)

(24)

LKM secara umum dikelompokkan dalam dua jenis yaitu formal dan

non formal, (Abdullah, 2004). LKM formal, misalnya bank (seperti BPR dan BRI Unit) dan non bank seperti KSP atau USP (termasuk Credit Union

atau Koperasi Kredit), LDKP (Lembaga Dana dan Kredit Pedesaan) dan pegadaian. Sedangkan LKM non formal, misalnya KSM atau LSM (Kelompok atau Lembaga Swadaya Masyarakat), BMT (Baitul Maal wa Tamwil), LEPM (Lembaga Ekonomi Produktif Masyarakat Mandiri), dan UEDSP (Unit Ekonomi Desa Simpan Pinjam).

BMT (Baitul Maal wa Tamwil) sebagai kelompok swadaya masyarakat sebagai lembaga ekonomi rakyat yang berupaya mengembangkan usaha produktif dan investasi dengan sistem bagi hasil untuk meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha bawah dan kecil dalam upaya pengentasan kemiskinan ( Rasyid, 2001). Selain memiliki landasan syariah BMT juga memiliki landasan filosofis di mana BMT lebih berorientasi pada pemberdayaan. Setiap penggunaan nama BMT harus mengacu pada landasan filosofis di mana hal ini yang membedakan antara BMT dengan lembaga keuangan lain.

(25)

Perkembangan BMT

2577

300

150 10

0 500 1000 1500 2000 2500 3000

1M> 1-5M 5-15M >15M

Aktiva

Ju

m

la

h

Gambar 1. Perkembangan BMT Indonesia (Data PINBUK, 2005)

Sebagai LKM, BMT dapat melakukan kegiatan-kegiatan keuangan mikro (micro finance) yakni penyedia jasa keuangan bagi anggotanya yang berprofesi sebagai pengusaha mikro maupun kecil. Pada umumnya, LKM BMT memberikan jasa keuangan dalam bentuk simpanan, pembiayaan, dan jasa-jasa lain seperti penerimaan zakat, infaq dan shodaqoh. Berkaitan dengan hal tersebut, BMT menghimpun dana masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat melalui pemberian pembiayaan.

Seiring dengan perkembangannya, lembaga ini terbukti mampu memberdayakan para pengusaha kecil. Selama sepuluh tahun terakhir, lembaga keuangan mikro ini terbukti mampu memberdayakan sedikitnya 1,5 juta pengusaha kecil dengan total asset sekitar Rp 1,5 triliun (http://www.republika.co.id, 2005). Ketika bank menaikkan suku bunganya, BMT justru menjadi alternatif pembiayaan bagi pengusaha mikro karena kemudahan prosedur dan jangkauan layanannya. Untuk itu BMT dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembiayaan bagi para pengusaha kecil.

(26)

pihak yaitu antara pemberi modal dan yang membutuhkan modal karena prinsip profit and loss sharing, di mana keuntungan dan kerugian ditanggung bersama oleh kedua pihak sesuai dengan proporsi masing-masing. BMT bertujuan membantu pengusaha mikro dan kecil dengan memberikan pembiayaan yang dipergunakan sebagai modal dalam rangka mengembangkan usahanya. Dengan demikian, usaha anggota berkembang dan BMT memperoleh pendapatan sehingga kegiatan BMT berkesinambungan secara mandiri.

Permasalahan LKM di Indonesia seperti yang dihadapi oleh BMT pada umumnya adalah dasar hukum, kelembagaan dan pengawasan yang kurang jelas sehingga menimbulkan kekhawatiran dianggap sebagai bank gelap atau illegal banking. Masalah lain yang dihadapi adalah keterbatasan kapasitas dan infrastruktur pendukung. Salah satunya adalah keterbatasan permodalan. Menurut ketentuan perbankan, hanya perbankan yang diperbolehkan memobilisasi dana masyarakat. Ironisnya, jika ingin menabung, para pengusaha mikro atau kecil harus ke bank. Namun, apabila mereka memerlukan dana maka mereka terpaksa mengakses LKM non-bank. Hal inilah yang menyulitkan LKM non-bank, sebab mereka harus meminjam ke bank dan memberikan pinjaman pada pengusaha mikro dengan bunga lebih tinggi karena cost of fund yang tinggi pula.

KBMT Wihdatul Ummah merupakan salah satu BMT di kota Bogor yang aktif memberikan pembiayaan kepada golongan mikro. Menurut data per Desember tahun 2005 total pembiayaan yang diberikan KBMT

Wihdatul Ummah selama tahun 2005 mencapai angka Rp 5.711.935.000, hal ini merupakan angka tertinggi dari total pembiayaan

(27)

Pengelolaan risiko harus dilakukan dengan sebaik-baiknya agar tidak menghambat pencapaian tujuan perusahaan. KBMT Wihdatul Ummah menghadapi berbagai macam risiko, di antaranya risiko keuangan yang meliputi risiko pasar, risiko likuiditas, risiko pembiayaan serta risiko nonkeuangan yang meliputi risiko operasional. Risiko dalam pemberian pembiayaan merupakan salah satu risiko yang memiliki peluang terjadi sangat besar. Pada tahun 2005 KBMT Wihdatul Ummah mengalami penurunan kesehatan khususnya dari segi pembiayaan karena nilai NPF yaitu sebesar 10 persen. Nilai NPF tersebut tinggi karena menurut Ketua Inkopsyah BMT nilai dari rata-rata NPF BMT hanya sebesar 5 persen (http://www.republika.co.id, 2005). Salah satu faktor yang menyebabkan tingginya nilai NPF tersebut adalah adanya risiko operasional yang muncul saat pemrosesan pembiayaan. Risiko operasional merupakan risiko yang muncul karena faktor sumber daya mamnusia (SDM), teknologi, sistem, dan sebagainya.

Risiko operasional yang mungkin muncul pada saat pemrosesan pembiayaan sangat penting untuk dikelola dalam rangka meningkatkan kualitas pembiayaan yang pada akhirnya dapat meminimalkan pembiayaan yang bermasalah.

1.2. Perumusan Masalah

Peranan BMT sebagai lembaga yang memberikan pembiayaan kepada golongan mikro menuntut peran manajemen yang baik dalam pengelolaan risiko operasional dari pemberian pembiayaan yang diberikan sehingga pada akhirnya akan diperoleh kualitas pembiayaan yang baik.

(28)

1. Faktor-faktor yang dijadikan pertimbangan dalam pemberian pembiayaan oleh KBMT Wihdatul Ummah?

2. Risiko-risiko operasional yang timbul dari pemberian pembiayaan oleh KBMT Wihdatul Ummah?

3. Bagaimana pengelolaan risiko operasional terhadap pembiayaan yang diberikan oleh KBMT Wihdatul Ummah?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui faktor-faktor yang dijadikan pertimbangan dalam pemberian pembiayaan oleh KBMT Wihdatul Ummah.

2. Mengetahui risiko-risiko operasional yang timbul dari pemberian pembiayaan oleh KBMT Wihdatul Ummah.

3. Mengetahui pengelolaan risiko operasional terhadap pembiayaan yang diberikan oleh KBMT Wihdatul Ummah.

1.4. Kegunaan Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna khususnya bagi KBMT Wihdatul Ummah untuk mengetahui risiko operasional yang timbul dari pemberian pembiayaan sehingga diharapkan dapat memperkecil atau menghilangkan risiko tersebut untuk meningkatkan kualitas pembiayaan sehingga dapat memperkecil pembiayaan yang tidak terbayar.

Selain itu hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahasan penelitian selanjutnya untuk membuat perumusan standar manajemen risiko bagi BMT.

1.5. Batasan Penelitian

(29)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Manajemen Risiko 2.1.1. Konsep Risiko

Kata risiko banyak dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari oleh kebanyakan orang. Berikut ini beberapa definisi dari risiko:

Vaughan dalam Darmawi (1997) mengemukakan beberapa definisi risiko, yaitu:

1. Risk is the chance of loss (Risiko adalah kans kerugian)

Chance of loss biasanya dipergunakan untuk menunjukkan suatu keadaan di mana terdapat suatu keterbukaan (exposures) terhadap kerugian atau suatu kemungkinan kerugian.

2. Risk is the possibility of loss (Risiko adalah kemungkinan

kerugian)

Istilah “possibility” berarti bahwa probabilitas sesuatu peristiwa berada di antara nol dan satu. Definisi ini barangkali sangat mendekati pengertian risiko yang dipakai sehari-hari. Akan tetapi definisi ini agak longgar, tidak cocok dipakai dalam analisis kuantitatif.

3. Risk is Uncertainty (Risiko adalah ketidakpastian)

Risiko berhubungan dengan ketidakpastian (uncertainty) yaitu adanya risiko karena adanya ketidakpastian.

Tampubolon (2004) mendefinisikan risiko sebagai bentuk-bentuk peristiwa yang mempunyai pengaruh terhadap kemampuan seseorang atau sebuah institusi untuk mencapai tujuannya.

(30)

2.1.2. Pengertian Manajemen Risiko

Manajemen risiko sebagai suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh efektifitas dan efisiensi yang lebih tinggi (Darmawi, 1997).

Bank Indonesia mendefinisikan manajemen risiko sebagai serangkaian prosedur dan metodologi yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan risiko yang timbul akibat kegiatan usaha bank (Tampubolon, 2004).

Thornhill dalam Tampubolon (2004) mendefinisikan manajemen risiko sebagai sebuah disiplin pengelolaan yang tujuannya adalah memproteksi aset dan laba sebuah organisasi dengan mengurangi potensi kerugian sebelum hal tersebut terjadi, dan pembiayaan melalui asuransi atau cara lain atas kemungkinan rugi besar karena bencana alam, keteledoran manusia, atau karena keputusan pengadilan. Dalam prakteknya, proses ini mencakup langkah-langkah logis seperti pengidentifikasian risiko, pengukuran dan penilaian atas ancaman (exposures) yang telah diidentifikasi, pengendalian ancaman tersebut melalui eliminasi atau pengurangan; dan pembiayaan ancaman yang tersisa agar apabila kerugian tetap terjadi, organisasi dapat terus menjalankan usahanya tanpa terganggu stabilitas keuangannya.

Manajemen risiko diartikan sebagai kemampuan seorang manajer untuk menata kemungkinan variabilitas pendapatan dengan menekan sekecil mungkin tingkat kerugian yang diakibatkan oleh keputusan yang diambil dalam menggarap situasi yang tidak pasti (Sofyan, 2005).

2.1.3. Klasifikasi Risiko

Djohanputro (2004) mengklasifikasikan risiko atas: a. Risiko murni dan spekulatif

(31)

menguntungkan. Sedangkan risiko spekulatif adalah risiko yang dapat menguntungkan atau merugikan.

b. Risiko sistematik dan spesifik

Risiko sistematik juga disebut sebagai risiko yang tidak dapat didiversifikasi yaitu risiko yang tidak dapat dihilangkan atau dikurangi dengan penggabungan berbagai risiko. Sedangkan risiko spesifik adalah risiko yang dapat didiversifikasikan melalui proses penggabungan (pooling).

Risiko perusahaan atau risiko korporat adalah fluktuasi dari eksposur korporat sebagai akibat keputusan atau kondisi saat ini. Risiko tersebut dapat dikategorikan ke dalam empat jenis risiko yaitu: risiko keuangan, operasional, strategis dan eksternalitas.

1. Risiko Keuangan, adalah fluktuasi target keuangan atau ukuran moneter perusahaan karena gejolak berbagai variabel makro. Risiko keuangan terdiri atas risiko pasar, likuiditas, kredit dan permodalan.

a. Risiko pasar, berkaitan dengan potensi penyimpangan hasil keuangan karena pergerakan variabel pasar selama periode likuidasi dan perusahaan harus secara rutin melakukan penyesuaian terhadap nilai pasar (mark to market). Risiko pasar dikelompokkan menjadi empat, yaitu risiko suku bunga, risiko nilai tukar, risiko komoditas dan risiko ekuitas.

b. Risiko likuiditas adalah ketidakpastian atau kemungkinan perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran jangka pendek atau pengeluaran tak terduga.

c. Risiko kredit adalah risiko bahwa debitur atau pembeli secara kredit tidak dapat membayar utang dan memenuhi kewajiban seperti tertuang dalam kesepakatan.

(32)

Gambar 2. Klasifikasi Risiko (Djohanputro, 2004)

2. Risiko operasional adalah potensi penyimpangan dari hasil yang diharapkan karena tidak berfungsinya suatu sistem, SDM, teknologi atau faktor lain. Risiko operasional terdiri atas: risiko SDM, produktivitas, teknologi, inovasi, sistem, proses.

3. Risiko strategis adalah risiko yang dapat mempengaruhi eksposur korporat dan eksposur strategis (terutama eksposur keuangan) sebagai akibat keputusan strategis yang tidak sesuai dengan

Risiko Korporat

Risiko Keuangan

Risiko Operasional

Risiko Strategis

Risiko Eksternalitas

Risiko Pasar

Risiko likuiditas

Risiko kredit

Risiko permodalan

Risiko tingkat bunga

Risiko nilai tukar

Risiko komoditas

Risiko ekuitas

Risiko SDM

Risiko produktivitas

Risiko teknologi

Risiko inovasi

Risiko sistem

Risiko proses

Risiko bisnis

Risiko leverage operasi

Risiko transaksi strategis

Risiko lingkungan

Risiko reputasi

(33)

lingkungan eksternal dan internal perusahaan. Risiko ini terdiri atas: risiko bisnis, leverage operasi, dan transaksi strategis.

4. Risiko eksternalitas adalah potensi penyimpangan hasil pada eksposur korporat dan strategis, dan bisa berdampak pada potensi penutupan usaha, karena pengaruh dari faktor eksternal. Yang termasuk faktor eksternal yaitu reputasi, lingkungan sosial dan hukum.

2.1.4. Siklus Manajemen Risiko

Menurut Djohanputro (2004), siklus manajemen risiko terdiri dari lima tahap sesuai gambar di bawah ini:

Gambar 3. Siklus Manajemen Risiko ( Djohanputro, 2004)

Tahap 1. Identifikasi Risiko

Tahap ini mengidentifikasi apa saja risiko yang dihadapi oleh perusahaan. Langkah pertama dalam mengidentifikasi risiko adalah melakukan analisis pihak yang berkepentingan (stakeholders). Langkah kedua dapat menggunakan 7S dari McKenzie yaitu: shared value, strategy, strucrure, staff, skill, system, dan style.

Tahap 2. Pengukuran Risiko

Pengukuran risiko mengacu pada dua faktor yaitu kuantitatif dan kualitatif. Kuantitas risiko menyangkut berapa banyak nilai atau eksposur yang rentan terhadap risiko, sedangkan kualitatif Evaluasi

pihak

berkepentingan

Pengukuran risiko Identifikasi

risiko

Pemetaan risiko Model

pengelolaan risiko Pengawasan dan

(34)

menyangkut kemungkinan suatu risiko muncul, semakin tinggi kemungkinan risiko terjadi maka semakin tinggi pula risikonya.

Tahap 3. Pemetaan Risiko

Pemetaan risiko ditujukan untuk menetapkan prioritas risiko berdasarkan kepentingannya bagi perusahaan. Adanya prioritas dikarenakan perusahaan memiliki keterbatasan dalam sumber daya manusia dan jumlah uang sehingga perusahaan perlu menetapkan mana yang perlu dihadapi terlebuh dahulu dan mana yang dinomor duakan dan mana yang perlu untuk diabaikan. Selain itu prioritas juga ditetapkan karena tidak semua risiko memiliki dampak pada tujuan perusahaan.

Tahap 4. Model Pengelolaan Risiko

Model pengelolaan risiko terdapat beberapa macam diantaranya model pengelolaan risiko secara konvensional, penetapan modal risiko, struktur organisasi pengelolaan, dan lain-lain.

Tahap 5. Monitor dan Pengendalian

Monitor dan pengendalian penting karena:

a. Manajemen perlu memastikan bahwa pelaksanaan pengelolaan risiko berjalan sesuai dengan rencana.

b. Manajemen juga perlu memastikan bahwa pelaksanaan pengelolaan risiko cukup efektif.

c. Risiko itu sendiri berkembang, monitor dan pengendalian bertujuan untuk memantau perkembangan terhadap kecenderungan-kecenderungan berubahnya profil risiko. Perubahan ini berdampak pada pergeseran peta risiko yang otomatis pada perubahan prioritas risiko.

2.2. Pembiayaan

2.2.1. Pengertian Pembiayaan

(35)

waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil (Undang-Undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998)

Antonio (2001) mengemukakan bahwa pembiayaan adalah pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan unit defisit.

Muhammad (2004) mendefinisikan pembiayaan sebagai penyediaan dana dan/atau tagihan berdasarkan akad mudharabah dan/atau musyarakah dan/atau pembiayaan lainnya berdasarkan prinsip bagi hasil.

1. Mudharabah

Adalah perjanjian antara penanam dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.

2. Musyarakah

Adalah perjanjian di antara pemilik modal atau dana untuk mencampurkan dana/modal mereka pada usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan di antara pemilik modal/dana berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.

2.2.2. Jenis-jenis Pembiayaan

Menurut Antonio (2001), jenis-jenis pembiayaan adalah sebagai berikut:

A. Pembiayaan Konsumtif

Yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan.

Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan primer (pokok) dan kebutuhan sekunder. Bank syariah dapat menyediakan pembiayaan komersial untuk pemenuhan kebutuhan barang konsumsi dengan menggunakan skema sebagai berikut:

(36)

2. Al-ijarah al-muntahia bit-tamlik atau sewa beli.

3. Al-musyarakah mutanaqishah atau decreasing participation, di mana secara bertahap bank menurunkan jumlah partisipasinya. 4. Ar-Rahn untuk pemenuhan kebutuhan jasa.

B. Pembiayaan Produktif

Yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan dunia usaha, baik usaha produksi, perdagangan maupun invetasi.

Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dibagi dua yaitu: 1. Pembiayaan Modal Kerja

Merupakan pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan peningkatan produksi baik secara kuantitatif maupun kualitatif dan untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place suatu barang.

Jenis-jenis pembiayaan modal kerja meliputi: a. Pembiayaan Likuiditas (Cash Financing)

Pembiayaan ini pada umumnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan apabila ada ketidaksesuaian antara cash inflow

dengan cash outflow pada perusahaan nasabah. b. Pembiayaan Piutang (Receivable Financing)

Kebutuhan pembiayaan ini timbul karena perusahaan menjual barangnya dengan kredit, tetapi baik jumlah maupun jangka waktunya melebihi kapasitas modal yang dimiliki.

c. Pembiayaan Persediaan (Inventory Financing)

(37)

d. Pembiayaan Modal Kerja untuk Perdagangan 1) Perdagangan Umum

Merupakan perdagangan yang dilakukan dengan target, pembeli siapa saja yang datang untuk membeli barang-barang yang telah disediakan.

2) Perdagangan Berdasarkan Pesanan

Pembeli biasanya telah memesan terlebih dahulu barang-barang yang dibutuhkan kepada penjual berdasarkan contoh barang dan daftar harga barang tersebut.

2. Pembiayaan Investasi

Merupakan pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal (capital goods) serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan itu.

Gambar 4. Jenis-jenis Pembiayaan (Antonio, 2001)

2.2.3. Tujuan Pembiayaan

Pembiayaan merupakan sumber pendapatan bagi bank syariah. Menurut Muhammad (2004), tujuan pembiayaan yang dilakukan oleh bank syariah terkait dengan stakeholders yaitu:

1. Pemilik

Dari sumber pendapatan di atas, para pemilik mengharapkan akan memperoleh penghasilan atas dana yang ditanamkan pada bank tersebut.

2. Pegawai

Memperoleh kesejahteraan dari bank yang dikelolanya. PEMBIAYAAN

Konsumtif Produktif

(38)

3. Masyarakat 1) Pemilik dana

Memperoleh bagi hasil atas dana yang diinvestasikannya. 2) Debitur yang bersangkutan

Pada debitur, dengan penyediaan dana baginya mereka terbantu guna menjalankan usahanya (sektor produktif) atau terbantu untuk pengadaan barang yang diinginkan (pembiayaan konsumtif).

3) Masyarakat umumnya-konsumen

Mereka dapat memperoleh barang yang dibutuhkannya. 4. Pemerintah

Akibat penyediaan pembiayaan, pemerintah terbantu dalam pembiayaan pembangunan negara, di samping itu akan diperoleh pajak (berupa pajak penghasilan atas keuntungan yang diperoleh dari bank dan perusahaan-perusahaan juga).

5. Bank

Bagi bank yang bersangkutan, hasil dari penyaluran pembiayaan, diharapkan bank dapat meneruskan dan mengembangkan usahanya agar tetap survival dan meluas jaringan usahanya, sehingga semakin banyak masyarakat yang dilayaninya.

2.3. Lembaga Keuangan Mikro (LKM)

Menurut Manurung dan Rahardja (2004), lembaga keuangan (financial institution) adalah lembaga yang kegiatan utamanya mengumpulkan dana dan menyalurkan dana dari pihak yang memiliki kelebihan dana (unit surplus) kepada pihak yang membutuhkan dana (unit defisit). Lembaga ini merupakan lembaga perantara yang menghubungkan antara pihak yang membutuhkan dana (unit defisit) dengan pihak yang kelebihan dana (unit surplus).

Lembaga keuangan mikro (LKM) adalah suatu lembaga yang melayani keuangan mikro (Abdullah, 2004).

(39)
[image:39.612.175.507.85.507.2]

Gambar 5. Bentuk dan regulasi LKM di Indonesia (BMT Center, 2005)

2.4. Baitul Maal wa Tamwil (BMT) 2.4.1. Pengertian BMT

Rasyid (2001) mendefinisikan BMT sebagai kelompok swadaya masyarakat sebagai lembaga ekonomi rakyat yang berupaya mengembangkan usaha produktif dan investasi dengan sistem bagi hasil untuk meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha bawah dan kecil dalam upaya pengentasan kemiskinan.

Lembaga Keuangan

Bank

Non Bank

BPR/BPRS

Pengaturan: UU Perbankan No. 7/92 jo UU No.10/98

Perizinan: Bank Indonesia Pengawasan: Bank Indonesia

BRI Unit

Pengaturan: UU Perbankan No. 7/92 jo UU No.10/98

Perizinan: Bank Indonesia Pengawasan:*BRI Cabang

*Bank Indonesia untuk BRI keseluruhan

Badan Kredit Desa (BKD)

Pengaturan: UU Perbankan No.10/98 Perizinan: Bank Indonesia

Pengawasan: BRI atas nama Bank Indonesia

Formal

Non Formal

Koperasi Simpan Pinjam (KSP)/Syariah

Pengaturan: UU. Koperasi No. 25/1992/Kepmen tahun 2004

Perizinan: Kementrian negara Koperasi dan UKM Pengawasan: Kementrian negara

Koperasi dan UKM

Lembaga Dana dan Kredit Pedesaan (LDKP)

Pengaturan: Peraturan Daerah Perizinan : Gubernur setiap

provinsi Pengawasan : Pemda Tk. I

LSM

BMT

UEDSP

(40)

Ridwan (2004) menyatakan bahwa BMT merupakan organisasi bisnis yang juga berperan sosial. Peran sosial BMT akan terlihat pada definisi baitul maal yaitu pengumpulan dana seperti zakat, infaq, sedekah, wakaf dan sumber dana sosial yang lain. Sedangkan peran bisnis BMT terlihat dari definisi baitul tamwil yaitu lembaga bisnis yang bermotif laba.

BMT (Baitul Maal wa Tamwil) atau padanan kata Balai Usaha Mandiri Terpadu adalah lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil, menumbuhkembangkan bisnis usaha mikro dan kecil dalam rangka mengangkat derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum fakir miskin (Aziz, 2004).

BMT melaksanakan dua jenis kegiatan yaitu Baitul Tamwil dan Baitul Maal.

a. Baitul Tamwil (Bait = rumah, at-Tamwil = pengembangan harta), melakukan kegiatan pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi dalam rangka meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil terutama mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya.

(41)

2.4.2. Cara Kerja BMT

Basil= bagi hasil

Gambar 6. Cara kerja BMT (Aziz, 2004)

2.4.3. Prinsip Operasional BMT

Aziz (2004) menyatakan pada BMT terdapat tiga prinsip operasional yaitu:

a. Penumbuhan

1. Tumbuh dari masyarakat sendiri dengan dukungan kuat tokoh masyarakat, orang berada dan kelompok usaha muamalah yang berada pada daerah tersebut.

2. Modal awal (20-30juta) dikumpulkan oleh para pendiri dalam bentuk simpanan pokok dan simpanan pokok khusus.

3. Jumlah pendiri minimum 20 orang.

4. Landasan sebaran keanggotaan yang kuat sehingga BMT tidak dikuasai perseorangan dalam jangka panjang.

5. BMT adalah lembaga bisnis, membuat keuntungan, tetapi juga memiliki komitmen yang kuat untuk membela kaum yang lemah dalam penanggulangan kemiskinan.

b. Profesionalitas

1. Pengelolaan profesional, bekerja penuh waktu, pendidikan S-1 dan minimum D-3, mendapat pelatihan pengelolaan BMT oleh

Anggota Pemrakarsa Min 20 pendiri BMT PENGURUS PENGELOLA A N G G O T A PEMINJAM A N G G O T A PENYIMPAN SHU Modal awal

Simpanan Pembiayaan

(42)

PINBUK paling sedikit dua minggu, memiliki komitmen kerja penuh waktu, penuh hati dan perasaannya untuk mengembangkan BMT.

2. Menjemput bola, aktif membaur dengan masyarakat.

3. Pengelolaan profesional berlandaskan sifat-sifat amanah, siddiq, tabligh, fatonah, shobar dan istiqomah.

4. Berlandaskan sistem dan prosedur: SOP, Computerized Software Sistem Akuntansi.

5. Bersedia mengikat kerja sama dengan PINBUK untuk menerima dan membayar (secara cicilan) jasa manajemen dan teknologi informasi (termasuk on-line system).

6. Pengurus mampu melaksanakan fungsi pengawasan yang efektif.

7. Akuntabilitas dan transparansi dalam pelaporan. c. Prinsip Islamiyah

1. Menerapkan cita-cita Islam (salaam: keselamatan berkeadilan, kedamaian dan kesejahteraan) dalam kehidupan ekonomi masyarakat banyak.

2. Akad yang jelas.

3. Rumusan penghargaan dan sanksi yang jelas dan penerapannya yang tegas atau lugas.

4. Berpihak pada yang lemah

5. Menerapakan nilai-nilai Islam (salaam: keselamatan berkeadilan, kedamaian dan kesejahteraan) dalam semua hubungan sosial.

6. Program pengajian atau penguatan ruhiyah yang teratur dan berkala secara berkelanjutan sebagai bagian dari program

tazkiah Da’i Fi-ah Qaliilah (DFQ).

2.5. Koperasi

2.5.1. Pengertian Koperasi

(43)

hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip-prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan” (Widjaya, 2000).

International Cooperative Alliance mendefinisikan koperasi sebagai kumpulan orang-orang atau badan hukum, yang bertujuan untuk perbaikan sosial ekonomi anggotanya dengan memenuhi kebutuhan ekonomi anggotanya dengan jalan berusaha bersama-sama saling membantu satu sama lainnya dengan cara membatasi keuntungan, usaha tersebut harus didasarkan prinsip-prinsip koperasi (Hendar dan Kusnadi, 1999).

Hatta mendefinisikan koperasi adalah usaha bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi berdasarkan tolong-menolong. Semangat tolong-menolong tersebut didorong oleh keinginan memberi jasa kepada kawan berdasarkan ‘seorang buat semua dan semua buat seorang’ (Sitio dan Tamba, 2001)

2.5.2. Unsur-unsur Organisasi Koperasi

Sitio dan Tamba (2001) menyatakan unsur-unsur organisasi yang ada pada koperasi pada umumnya adalah rapat anggota, pengurus, pengawas, dan pengelola

1. Rapat Anggota

Rapat anggota merupakan suatu wadah dari para anggota koperasi yang diorganisasikan oleh pengurus koperasi, untuk membicarakan kepentingan organisasi maupun usaha koperasi, dalam rangka mengambil suatu keputusan dengan suara terbanyak dari anggota yang hadir. Rapat anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi yang berwewenang untuk menetapkan:

a. Anggaran dasar

b. Kebijaksanaan umum di bidang organisasi, manajemen dan usaha koperasi.

(44)

d. Rencana kerja, rencana anggaran pendapatan, dan belanja koperasi serta pengesahan laporan keuangan.

e. Pengesahan pertanggungjawaban pengurus dalam pelaksanaan tugasnya.

f. Pembagian sisa hasil usaha

g. Penggabungan, peleburan, pendirian dan pembubaran koperasi.

2. Pengurus

Pengurus adalah perwakilan anggota koperasi yang dipilih melalui rapat anggota yang bertugas mengelola organisasi dan usaha.

3. Pengawas

Adalah perangkat organisasi yang dipilih dari anggota dan diberi mandat untuk melakukan pengawasan terhadap jalannya roda organisasi dan usaha koperasi.

4. Pengelola

Adalah orang yang diangkat dan diberhentikan oleh pengurus untuk mengembangkan usaha koperasi secara efisien dan professional.

2.5.3. Prinsip-prinsip Koperasi Indonesia

Widjaya (2000) mengamukakan bahwa prinsip-prinsip koperasi menurut Undang Undang No. 25 tahun 1992 yang berlaku di Indonesia saat ini adalah sebagai berikut:

1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka 2. Pengelolaan dilakukan secara demokratis

3. Pembagian SHU dilakukan secara adil sesuai dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota

4. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal 5. Kemandirian

(45)

2.5.4. Fungsi dan Peran Koperasi

Menurut Widjaya (2000), koperasi mempunyai fungsi dan peran:

1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.

2. Berperan secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat.

3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan katahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai sokogurunya.

4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.

2.6. Hasil Penelitian Terdahulu

Jatmiko (1994) meneliti tentang Asset-Liability Management sebagai salah satu alternatif manajemen risiko. Pelaksanaan manajemen risiko untuk industri perbankan pada dasarnya sama dengan industri usaha lainnya yaitu terdiri atas tahap analisa risiko dan pengawasan risiko. Tahap identifikasi risiko yang dihadapi bank meliputi tiga risiko utama yaitu risiko tingkat suku bunga, risiko kredit serta risiko likuiditas.

Pada penilaian risiko kredit terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tingginya tingkat risiko kredit, faktor tersebut antara lain: berubahnya kondisi perekonomian baik mikro maupun makro, dan kurang tepat dalam penilaian analisis kredit. Tinggi rendahnya risiko kredit tersebut sulit untuk diukur secara tepat karena secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi risiko kredit sulit dikendalikan dan sangat bergantung pada pelaksanaan manajemen kredit dari masing-masing bank yang bersangkutan.

(46)

bank X. Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas aktiva produktif di antaranya melalui restrukturisasi yang terdiri atas

(47)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Fungsi BMT di antaranya adalah sebagai lembaga intermediasi yang menghimpun dan menyalurkan dana kepada masyarakat yang meliputi kegiatan funding dan financing. Dalam menjalankan fungsi intermediasi tersebut BMT dihadapkan pada suatu kondisi ketidakpastian yang berpotensi untuk mempengaruhi kinerjanya. Risiko ketidakpastian yang dihadapi BMT meliputi kecenderungan perubahan kondisi moneter, tatanan dunia politik, regulasi serta kondisi internal dalam BMT itu sendiri.

Aktivitas BMT dalam menyalurkan pembiayaan mengandung berbagai risiko, untuk itu identifikasi risiko operasional bidang pembiayaan tersebut sangatlah penting, karena hal ini dapat berpengaruh pada kinerja pembiayaan khususnya kualitas pembiayaan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada tinggi rendahnya tingkat pembiayaan yang bermasalah. Manajemen risiko sebagai serangkaian prosedur dan metodologi yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan risiko yang timbul akibat suatu kegiatan usaha.

Proses manajemen risiko operasional bidang pembiayaan meliputi langkah-langkah sebagai berikut :

1. Identifikasi Risiko Operasional Bidang Pembiayaan

Dalam proses mengidentifikasi risiko yang perlu diperhatikan yaitu: a. Melakukan Analisis Lingkungan

Menganalisis lingkungan yang berpotensi memberikan pengaruh terhadap pemberian pembiayaan, misalnya: keadaan ekonomi, politik, dan sebagainya.

b. Menganalisis Prosedur Pembiayaan

(48)

2. Mengukur Risiko Pembiayaan

Pengukuran risiko didasarkan atas analisis dampak risiko serta kemungkinan terjadinya risiko bagi KBMT Wihdatul Ummah.

3. Pengelolaan Risiko Operasional Bidang Pembiayaan

Pengelolaan terhadap risiko operasional pembiayaan yang dilakukan oleh KBMT Wihdatul Ummah.

[image:48.612.153.483.316.667.2]

Pada akhir penelitian ini diharapkan akan teridentifikasi risikooperasional pada proses pembiayaan di KBMT Wihdatul Ummah untuk selanjutnya dipetakan sesuai dengan tingkat kepentingan atau prioritas terhadap risiko yang timbul. Sehingga pada akhirnya BMT dapat meminimalkan risiko operasional yang terjadi sebagai akibat pemberian pembiayaan dalam rangka peningkatan kualitas pembiayaan.

Gambar 7. Kerangka Pemikiran Konseptual

Risiko Operasional

Identifikasi Risiko

Pengukuran Risiko: Analisis Dampak dan Probabilitas

Pembiayaan

Manajemen Pembiayaan

Proses Pembiayaan

Administrasi Pembiayaan

(49)

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di KBMT Wihdatul Ummah di Jalan Raya Gunung Batu No. 1A, Bogor. Waktu penelitian dimulai dari bulan Februari 2006 sampai dengan April 2006.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Data primer diperoleh melalui pengamatan, pencatatan, pengumpulan data dengan dokumen dan wawancara langsung dengan staf ahli yang terkait dengan bidang penelitian. Pengamatan dilakukan dengan mengikuti kegiatan monitoring setiap hari Selasa, mengikuti rapat evaluasi serta penulis masuk ke lapangan untuk mengamati proses pembiayaan yang terjadi. Pengumpulan data melalui dokumen dilakukan dengan mengananalisis dokumen-dokumen yang berkaitan dengan pemberian pembiayaan. Sedangkan wawancara dilakukan dengan Kepala Bagian Marketing, Kepala Bagian Operasional serta para Account Officer. Data primer tersebut digunakan untuk menganalisis secara deskriptif konsep manajemen risiko yang dilaksanakan di BMT dan menganalisis indikator risiko b. Data Sekunder

Data sekunder yang digunakan adalah berupa laporan keuangan yang diterbitkan oleh BMT serta bahan penunjang lain yang relevan dengan penelitian yang diperoleh dari studi literatur, koran, laporan penelitian dan publikasi elektronik.

3.4. Metode Pengolahan Data

Untuk dapat mengetahui risiko-risiko operasional bidang pembiayaan di KBMT Wihdatul Ummah sesuai dengan butir-butir rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, maka digunakan metode penelitian kualitatif dan kuantitatif.

(50)

obyek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) di mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna daripada generalisasi.

Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian kualitatif karena dengan metode ini akan diperoleh informasi yang lengkap dan mendalam sehingga diharapkan tujuan dari penelitian akan tercapai. Selain itu dengan metode kualitatif akan mampu menjawab pertanyaan bagaimana suatu proses pembiayaan sehingga pada akhirnya dapat dilakukan pengidentifikasian risiko operasional pada setiap prosesnya.

Sedangkan metode penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk mengamati suatu realitas yang dianggap konkrit, sehingga peneliti dapat menentukan hanya beberapa variabel saja dari obyek yang diteliti, dan kemudian dapat membuat instrumen untuk mengukurnya.

1. Metode Kualitatif

Digunakan untuk mengidentifikasi risiko dan pengelolaan risiko operasional bidang pembiayaan oleh KBMT Wihdatul Ummah.

2. Metode Kuantitatif

Digunakan untuk mengukur risiko operasional bidang pembiayaan di KBMT Wihdatul Ummah. Penilaian risiko operasional dilakukan secara kualitatif untuk nantinya dikuantifikasi (scoring) agar bisa diukur. Risiko dianalisis menurut kemungkinan kejadiannya dan impact yang dihasilkan. Risiko dianalisis secara subyektif dan diberi nilai mulai dari angka 1 sampai dengan 10, semakin besar risiko maka semakin besar pula angka yang diberikan..

(51)

Tabel 1. Register Risiko Sumber Risiko Pernyataan mengenai risiko Taksiran Potensi Dampak Risiko (H-M-L) Taksiran Potensi Terjadi Risiko (H-M-L) Nilai Risiko

Sumber: Tampubolon, 2005

[image:51.612.162.510.90.198.2]

Penilaian terhadap risiko berdasarkan analisis dampak dan kemungkinan terjadinya risiko (probabilitas) dinilai berdasarkan tabel di bawah ini.

Tabel 2. Penilaian Risiko

Aspek High Medium Low

Dampak risiko Mengakibatkan organisasi tidak dapat mencapai semua atau sebagian sasaran dan tujuan dalam jangka panjang Mencegah organisasi memenuhi tujuannya untuk periode tertentu saja Menyebabkan sedikit ketidak nyamanan tapi tidak terlalu berpengaruh pada pencapaian tujuan Kemungkinan terjadi risiko/probab ility

Hampir pasti Mungkin Kemungkinan kecil

Sumber: Tampubolon, 2005

(52)
[image:52.612.137.508.77.258.2]

Moderat (5) Cukup tinggi (8) Sangat tinggi (10) Rendah (2) Moderat (6) Cukup tinggi (9) Rendah (1) Rendah (3) Moderat (7)

Gambar 8. Hubungan impact dan probability untuk menggambarkan rating risiko ( Tampubolon, 2004)

3.5. Metode Analisis data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif. Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2005), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas, dan datanya sampai jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu: data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. Langkah tersebut ditunjukkan pada gambar di bawah ini:

Gambar 9. Komponen dalam analisis data (interactive model) (Sugiyono, 2005)

Low (1) Medium (3) High (5)

DAMPAK RISIKO YANG DIIDENTIFIKASI P High (5)

R O B A B Medium (3) I

L

[image:52.612.154.503.492.657.2]
(53)

Keterangan: 1. Data Reduction

Langkah pertama dalam analisis data kualitatif adalah reduksi data. Data yang diperoleh di lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu data perlu untuk direduksi yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.

2. Data Display (Penyajian Data)

Pada penelitian kualitatif penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk tabel, grafik, phie chard, pictogram dan sejenisnya.

3. Conclussions Drawing atau Verification

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang sejak awal dirumuskan, tetapi mungkin juga tidak, karena masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada di lapangan.

3.6. Metode Pengujian Keabsahan Data

Pengujian keabsahan data yang dapat dilakukan dalam penelitian kualitatif ini diantaranya:

1. Meningkatkan Ketekunan

Dengan meningkatkan ketekunan, maka peneliti dapat melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan itu salah atau tidak. Demikian juga dengan menigkatkan ketekunan, maka peneliti dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati.

2. Member Check (Pengecekan Anggota)

(54)

3. Pengujian keabsahan data dengan menggunakan software CDC EZ-Text

Menurut Patilima (2005), Pengujian keabsahan data yang dilakukan melalui pengoperasian aplikasi reliabilitas CDC EZ-Text melewati dua tahapan penting. Kedua tahapan yang dimaksudkan adalah:

o Pembuatan file pembanding untuk alat penguji reliabilitas; dan o Reliabilitas

(55)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1. Sejarah Pendirian KBMT Wihdatul Ummah

Sejarah berdirinya, Koperasi Baitul Maal wa Tamwil Wihdatul Ummah tidak dapat dilepaskan dari Yayasan PERAMU (Pemberdayaan Dhuafa wal Mustadh’afin) yang berdiri pada tanggal 13 Februari 1993 dengan akte notaris Supiah Nurbiati No. 169. Pada tanggal 17-21 Agustus 1994, diadakan pelatihan BMT oleh Yayasan PERAMU. Pesertanya adalah para kader PERAMU, utusan lembaga-lembaga Islam, Pesantren, dan lain-lain. Beberapa lulusan dari pelatihan tersebut akhirnya menjadi pengelola KBMT Wihdatul Ummah hingga saat ini. Setelah melalui beberapa persiapan, akhirnya pada tanggal 1 November 1994 KBMT Wihdatul Ummah secara efektif beroperasi.

BMT yang berkantor pusat di Jalan Raya Gunung Batu No. 1A Bogor ini bertujuan meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, serta membangun tatanan perekonomian yang berkeadilan dan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Motivasi lain pendirian KBMT Wihdatul Ummah juga untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan dengan memberi alternatif dalam memanfaatkan fungsi dan jasa-jasa perbankan kepada masyarakat yang berkeyakinan bahwa pengenaan bunga oleh bank konvensional merupakan riba, yang menurut akidah Islam adalah haram. Dengan berdirinya BMT yang beroperasi sesuai dengan syariah Islam maka hambatan-hambatan dalam memaksimalkan fungsi lembaga keuangan akan dapat terbantu.

4.1.2. Status Hukum KBMT Wihdatul Ummah

(56)

Koperasi dan PPK Propinsi Jawa Barat pada tanggal 28 Juli 1998 dengan No. 822/BH/KWK 10/VII.1998. Sebagai koperasi, BMT akan memiliki kekuatan hukum, sehingga dapat beroperasi lebih luas dan memperoleh pengakuan yang sah sebagai institusi keuangan. Status koperasi juga akan memudahkan akses ke sumber-sumber pengembangan ekonomi yang lebih luas. Namun dengan status hukum koperasi, BMT terkena kewajiban-kewajiban yang melekat pada koperasi seperti iuran anggota, dan pembagian sisa hasil usaha (SHU). Selain itu terdapat penambahan perangkat kerja yaitu Dewan Pengawas Syariah yang baru dibentuk oleh KBMT Wihdatul Ummah setelah berstatus koperasi. Fungsi Dewan Pengawas Syariah adalah untuk memberikan jaminan kepada masyarakat tentang konsistensi pengembangan BMT syariah. Keanggotaan KBMT Wihdatul Ummah dibagi tiga:

1. Anggota Penegak, yaitu anggota yang memiliki hak untuk memilih dan dipilih (sebagai pengurus), mendapatkan SHU serta kontrol penuh. Mempunyai kewajiban membayar simpanan pokok sebesar Rp 500.000 dan simpanan wajib Rp 60.000 per tahun. Para pendiri BMT masuk sebagai anggota penegak ini. 2. Anggota Penggerak, yaitu anggota yang mempunyai hak untuk

bicara (dalam Musyawarah Anggota Tahunan) dan pembagian SHU, tetapi tidak mempunyai hak untuk dipilih. Kewajibannya membayar simpanan pokok sebesar Rp 50.000.

3. Anggota Penggembira, yaitu anggota yang hanya berhak atas pelayanan jasa-jasa BMT. Kewajibannya membayar simpanan pokok sebesar Rp 5.000 ketika pertama kali bergabung menjadi anggota BMT. Setiap mitra otomatis akan menjadi anggota penggembira.

4.1.3. Misi dan Tujuan KBMT Wihdatul Ummah

(57)

mandiri sehingga ukuran-ukuran bisnis bagi lembaga mikro perlu dijaga dengan demikian pelayanan akses permodalan kepada para pengusaha akan tetap bisa dilaksanakan. Memberdayakan berarti mempertahankan skala usaha mitra dan mengembangkan usaha mitra. Di samping misi yang diembannya, KBMT Wihdatul Ummah memiliki tujuan usaha yang ingin dicapai dalam jangka panjang. Tujuan-tujuan tersebut adalah:

1. Meningkatkan dan mengembangkan ekonomi umat, khususnya pengusaha kecil informal.

2. Meningkatkan produktivitas usaha dengan memberikan pembiayaan bagi pengusaha kecil yang membutuhkan dana. 3. Membebaskan umat atau pelaku usaha dari cengkraman bunga

atau rente.

4. Meningkatkan kuantitas dan kualitas usaha, sehingga dapat menambah kesempatan kerja dan pendapatan.

5. Menghimpun dana umat yang selama ini tidak mau menyimpan uangnya di bank- bank atau lembaga keuangan yang masih menggunakan sistem bunga.

4.1.4. Struktur Organisasi dan Fungsi Jabatan KBMT Wihdatul Ummah

Struktur organisasi KBMT Wihdatul Ummah sesuai dengan struktur organisasi yang ada pada BMT secara umum. Sebagai lembaga yang berbentuk koperasi maka kekuasaan tertinggi di tangan MAT (Musyawarah Anggota Tahunan).

Fungsi utama dan tanggung jawab pengurus adalah sebagai berikut:

a. Dewan Pengawas Syariah (DPS) Fungsi utama:

Mengawasi jalannya operasional BMT sehari-hari agar selalu sesuai dengan ketentuan syariah.

Tanggung Jawab:

(58)

2. Meneliti dan merekomendasikan produk baru dari lembaga keuangan yang diawasi.

3. Memberi teguran apabila lembaga keuangan syariah menyimpang dari garis panduan yang telah ditetapkan.

b. Dewan Pengawas Manajemen Fungsi utama:

Mengawasi proses manajemen. Pada dasarnya fungsi dewan ini sama seperti DPS, yang menjadi beda terletak pada substansinya yaitu DPS mengawasi sampai pada hal akad apakah melanggar dari koridor atau tidak, sedangkan dewan pengawas manajemen hanya sebatas manajemennya saja.

c. Ketua

Fungsi Utama:

Melakukan kontrol atau pengawasan secara keseluruhan atas aktivitas lembaga dalam rangka menjaga kekayaan BMT dan memberikan arahan dalam upaya lebih meningkatkan dan mengembangkan kualitas BMT.

Tanggung Jawab:

1. Bertanggung jawab atas aktivitas BMT dan melaporkan perkembangan unit BMT kepada seluruh anggota melalui mekanisme rapat yang disepakati.

2. Terseleksinya calon karyawan sesuai dengan formasi yang dibutuhkan dan mengeluarkan surat keputusan pengangkatan atau pemberhentian karyawan.

3. Terkendalinya aktivitas simpan pinjam di BMT.

4. Terjaganya kondisi kerja yang aman dan nyaman di BMT. 5. Terbukanya hubungan kerjasama dengan pihak-pihak luar

dalam rangka mengembangkan usaha BMT.

6. Menjaga BMT agar dalam aktivitasnya senantiasa sesuai dengan visi dan misinya.

(59)

b. Sekretaris Fungsi Utama:

Melakukan pengelolaan pengadministrasian segala sesuatu yang berkaitan dengan badan pengurus.

Tanggung Jawab:

1. Mengadministrasikan seluruh berkas yang menyangkut keanggotaan BMT.

2. Mengadministrasikan semua surat-surat masuk dan keluar, khususnya yang berkaitan dengan badan pengurus.

3. Merencanakan rapat rutin koordinasi dan evaluasi kegiatan pengurus.

4. Mendistribusikan setiap hasil rapat pengurus atau anggota kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

c. Bendahara Fungsi Utama:

Melakukan pengelolaan keuangan BMT secara keseluruhan di luar unit-unit yang ada.

Tanggung Jawab:

1. Mengeluarkan laporan keuangan BMT kepada pihak yang berkepentingan.

2. Memberikan laporan mengenai perkembangan simpanan pokok dan wajib anggota.

d. Manajer Fungsi Utama:

Merencanakan, mengkoordinasi, dan mengendalikan seluruh aktivitas lembaga yang meliputi penghimpunan dana dari pihak ketiga dan penyaluran dana yang merupakan kegiatan utama lembaga serta kegiatan yang secara langsung berhubungan dengan aktivitas utama tersebut dalam upaya mencari target. Tanggung Jawab:

(60)

2. Tercapainya target yang telah ditetapkan secara keseluruhan. 3. Terselenggaranya penilaian prestasi kerja karyawan.

4. Tercapainya lingkup kerja yang nyaman untuk semua pekerja yang berorientasi pada pencapaian target.

5. Terjalinnya kerjasama dengan pihak lain dalam rangka memenuhi kebutuhan lembaga.

6. Terjaganya keamanan dana-dana masyarakat yang dihimpun dan pembiayaan yang diberikan serta seluruh aktiva BMT. 7. Menjaga BMT agar dalam aktivitasnya senantiasa sesuai

dengan visi dan misinya. e. Kepala Bagian Operasional

Fungsi Utama:

Merencanakan, mengarahkan, mengontrol serta mengevaluasi seluruh rangkaian aktivitas di bidang operasional baik yang berhubungan dengan pihak internal maupun eksternal yang dapat meningkatkan profesionalisme BMT khususnya dalam pelayanan terhadap mitra maupun anggota BMT.

Tanggung Jawab:

1. Terselenggaranya pelayanan yang memuaskan (service excellent) kepada mitra atau anggota BMT.

2. Terevaluasi dan terseleksinya seluruh permasalahan yang ada dalam operasional BMT.

3. Terbitnya laporan keuangan, laporan perkembangan pembiayaan dan laporan penghimpunan dana masyarakat secara lengkap, akurat dan sah baik harian, bulanan atau periode yang ditentukan.

4. Terarsipkannya seluruh dokumen keuangan, dokumen lembaga, dokumen pembiayaan serta dokumen lainnya.

5. Terarsipkannya surat masuk dan surat keluar serta hasil rapat rapat manajemen dan rapat operasional.

(61)

7. Terselenggaranya absensi kehadiran karyawan dan dokumentasi hasil penilaian seluruh karyawan.

f. Teller

Fungsi Utama:

Merencanakan dan melaksanakan segala sesuatu transaksi yang sifatnya tunai.

Tanggung Jawab:

1. Terseleksinya laporan kas harian. 2. Terjaganya keamanan kas.

3. Tersedianya laporan cash flow pada akhir bulan untuk keperluan evaluasi.

g. Jasa Nasabah Fungsi Utama:

Memberikan pelayanan prima kepada mitra berhubungan dengan produk funding yang dimiliki oleh BMT dalam hal ini tabungan, deposito serta produk pembiayaan.

Tanggung Jawab:

1. Pelayanan terhadap pembukaan dan penutupan rekening tabungan dan deposito serta mutasinya.

2. Pengarsipan tabungan dan deposito. 3. Pelayanan informasi pembiayaan.

4. Pelayanan terhadap pengajuan pembiayaan.

5. Pelaporan tentang perkembangan dana masyarakat dan pembiayaan.

h. ADMP (Administrasi Pembiayaan) Fungsi Utama:

Mengelola admistrasi pembiayaan mulai dari pencairan hingga pelunasan.

Tanggung Jawab:

1. Penyiapan administrasi pencairan pembiayaan (dropping). 2. Pengarsipan seluruh berkas pembiayaan.

(62)

4. Penerimaan angsuran dan pelunasan pembiayaan. 5. Penyiapan kupon dan kontrol terhadap kupon.

6. Pembuatan laporan pembiayaan sesuai dengan periode laporan.

7. Membuat surat teguran dan peningkatan kepada mitra yang akan dan telah jatuh tempo.

i. Pembukuan Fungsi Utama:

Mengelola administrasi keuangan hingga ke pelaporan keuangan. Tanggung Jawab:

1. Pembuatan laporan keuangan.

2. Pengarsipan laporan keuangan dan berkas-berkas yang berkaitan secara langsung dengan keuangan.

3. Menyiapkan laporan-laporan untuk keperluan analisis keuangan lembaga.

j. Kepala Bagian Marketing

Fungsi Utama:

Merencanakan, mengarahkan serta mengevaluasi target financing

dan funding serta memastikan strategi yang digunakan sudah tepat dalam upaya mencapai sasaran, termasuk dalam penyelesaian pembiayaan bermasalah.

Tanggung Jawab:

1. Tercapainya target marketing baik funding maupun financing. 2. Terselenggaranya rapat marketing dan terselesaikannya

permasalahan di tingkat marketing.

3. Menilai dan mengevaluasi kinerja bagian marketing.

(63)

Gambar

Gambar 5. Bentuk dan regulasi LKM  di Indonesia (BMT Center, 2005)
Gambar 7. Kerangka Pemikiran Konseptual
Tabel 2. Penilaian Risiko
Gambar 8. Hubungan impact dan probability untuk menggambarkan        rating risiko ( Tampubolon, 2004)
+6

Referensi

Dokumen terkait

Indikator social capital yang berpengaruh signifikan terhadap repayment rate adalah hubungan dengan anggota lain, jarak antar rumah anggota, kepercayaan yang dilihat dari dummy

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa pembiayaan mikro syariah yang disalurkan oleh KBMT Wihdatul Ummah pada periode 2014- 2015 kepada pelaku usaha

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan terhadap efektivitas pembiayaan, faktor-faktor yang memengaruhi pengambilan pembiayaan dan dampak pembiayaan bagi anggota Kospin

baik, maka ke 6 risiko yang lainnya akan berjalan dengan baik pula.. Allaihi, Ketua Divisi Manajemen Risiko BSB mengatakan ― Risiko pembiayaan dan risiko operasional

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa risiko kredit pembiayaan adalah jenis risiko yang dihadapi oleh BRI Syariah, Risiko ini terjadi disebabkan akibat kegagalan dari pihak

Berdasarkan identifikasi risiko dengan menggunakan metode document review dan wawancara, terdapat 23 potensi risiko operasional mengganggu kestabilan proses produksi

1) Peran LKMS BMT (BMT Al-Amin) di dalam pembiayaan UMKM Meninjau serta sangat Memperhatikan lokasi pemohon sebagai bentuk tanggung jawab di dalam proses pencairan dana

Hasil dari penelitian ini adalah penyebab terjadinya risiko pembiayaan di BMT Dinar dan Koperasi As Sakinah: asimetris informasi, kesalahan analisis, personal garansi, mismanage,