Siti Khairunizar : Peranan Pendispersi Asam Stearat Terhadap Kompatibilitas Campuran Plastik Polipropilena Bekas Dengan Bahan Pengisi Dekstrin, 2009.
USU Repository © 2009
PERANAN PENDISPERSI ASAM STEARAT TERHADAP
KOMPATIBILITAS CAMPURAN PLASTIK POLIPROPILENA BEKAS DENGAN BAHAN PENGISI DEKSTRIN
OLEH
SITI KHAIRUNIZAR NIM : 020822017
JURUSAN SI KIMIA EKSTENSI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Siti Khairunizar : Peranan Pendispersi Asam Stearat Terhadap Kompatibilitas Campuran Plastik Polipropilena Bekas Dengan Bahan Pengisi Dekstrin, 2009.
USU Repository © 2009
PERSETUJUAN
Judul : PERANAN PENDISPERSI ASAM STEARAT
TERHADAP KOMPATIBILITAS CAMPURAN PLASTIK POLIPROPILENA BEKAS DENGAN BAHAN PENGISI DEKSTRIN
Kategori : SKRIPSI
Nama : SITI KHAIRUNIZAR
Nomor Induk Mahasiswa : 020822017
Program Studi : SARJANA (S1) KIMIA EKSTENSION
Departemen : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Disetujui di
Medan, Nopember 2008
Komisi Pembimbing :
Pembimbing 1
Drs. Amir Hamzah Srg, Msi
Pembimbing 2
Drs. Darwin Yunus Nst., Msi
Diketahui/disetujui oleh :
Departemen Kimia FMIPA-USU
Siti Khairunizar : Peranan Pendispersi Asam Stearat Terhadap Kompatibilitas Campuran Plastik Polipropilena Bekas Dengan Bahan Pengisi Dekstrin, 2009.
USU Repository © 2009
PERNYATAAN
PERANAN PENDISPERSI ASAM STEARAT TERHADAP KOMPATIBILITAS
CAMPURAN PLASTIK POLIPROPILENA BEKAS DENGAN
BAHAN PENGISI DEKSTRIN
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan
dan ringkasan yang masing – masing disebutkan sumbernya.
Medan, Maret 2009
Siti Khairunizar : Peranan Pendispersi Asam Stearat Terhadap Kompatibilitas Campuran Plastik Polipropilena Bekas Dengan Bahan Pengisi Dekstrin, 2009.
USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kepada Allah Subhanallahu wa ta’ala yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahNya, nikmat kehidupan dan kesehatan, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul Peranan Pendispersi Asam
Stearat Terhadap Kompatibilitas Campuran Plastik Polipropilena Bekas dengan Bahan
Pengisi Dekstrin yang disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Strata-1
Kimia pada Fakultas Matematika Dan Ilmu pengetahuan Alam Universitas Sumatera
Utara.
Penghormatan dan penghargaan tiada berhingga kepada Ayahanda dan Ibunda beserta
seluruh keluarga tercinta sebagai sumber motivasi, cinta dan kasih sayang terbesar
kepada penulis.
Ungkapan rasa terima kasih yang setulusnya juga penulis sampaikan kepada ;
1. Bapak Drs. Amir Hamzah Siregar, MSi., selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis didalam melakukan penelitian dan
penulisan skripsi ini.
2. Bapak Drs. Darwin Yunus Nst, MSi., selaku dosen wali dan sekaligus selaku dosen
pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis didalam
melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini.
3. Ibu DR. Rumondang Bulan Nst, MS, dan Bapak Drs. Firman Sibayang, MSi selaku
Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Kimia FMIPA-USU.
4. Bapak dan Ibu pengajar FMIPA-USU khususnya jurusan kimia yang telah banyak
memberikan berbagai disiplin ilmu pengetahuan kepada penulis selama masa
perkuliahan.
5. Bapak dan Ibu staff laboratorium Kimia Fisika FMIPA-USU yang telah memberikan
bantuan selama masa penelitian kepada penulis.
6. Kepala Balai Riset Dan Standardisasi Industri Medan beserta seluruh jajaran staff
Siti Khairunizar : Peranan Pendispersi Asam Stearat Terhadap Kompatibilitas Campuran Plastik Polipropilena Bekas Dengan Bahan Pengisi Dekstrin, 2009.
USU Repository © 2009
7. Kepala Laboratorium Lingkungan Baristand Industri Medan, Ibu Suestinah, Bsc.
beserta seluruh jajaran staff ahli analisnya ; Ibu Mardiani, Ibu Sumarni, Marisa, Dek
Fadil dan seluruh karyawan/i yang tiada henti memberikan dukungan dan semangat
kepada penulis.
Dan akhirnya penulis menyadari bahwa keterbatasan materi dan literatur yang tersaji
didalam skripsi ini menjadikan karya tulis ini belum sempurna. Oleh karena itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaannya. Dengan penuh harapan
semoga karya tulis ini dapat menjadi informasi yang bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Maret 2009
Penulis
Siti Khairunizar : Peranan Pendispersi Asam Stearat Terhadap Kompatibilitas Campuran Plastik Polipropilena Bekas Dengan Bahan Pengisi Dekstrin, 2009.
USU Repository © 2009
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian mengenai Peranan Pendispersi Asam Stearat Terhadap
Kompatibilitas Campuran Plastik Polipropilena Bekas Dengan Bahan Pengisi Dekstrin.
Sampel yang digunakan adalah plastik bekas jenis polipropilena, dekstrin sebagai bahan
pengisi, serta asam stearat sebagai bahan pendispersi.
Pencampuran dilakukan secara ekstrusi dengan komposisi plastik bekas sebanyak
60 gram, dekstrin sebanyak 40 gram, serta variasi berat asam stearat masing – masing
sebanyak 0 gram; 2 gram; 4 gram; 6 gram; 8 gram; dan 10 gram. Ekstrudat yang
diperoleh kemudian dilakukan pengujian kekuatan tarik dan kemuluran, pengujian gugus
fungsi dan pengujian sifat termal.
Dari hasil pengujian kekuatan tarik dan kemuluran diperoleh peningkatan
maksimum pada penambahan asam stearat sebanyak 6 gram, yaitu memberikan kekuatan
tarik sebesar 117.80 kgf/mm2 dan kemuluran sebesar 4.8%, hal ini menunjukkan bahwa
asam stearat dapat meningkatkan interaksi antara dekstrin dengan matriks polimer
sehingga dihasilkan campuran yang lebih kompatibel. .
Hasil pengujian gugus fungsi menunjukkan terjadinya interaksi fisik antara plastik
bekas, dekstrin dan asam stearat yang terbentuk melalui jembatan hidrogen. Hal ini
terlihat dengan munculnya serapan C-H pada bilangan gelombang 2950,47 – 2839,84 cm
-1
, serapan CH2 dan CH3 pada bilangan gelombang 1462,44 – 1376,41 cm-1, serapan gugus
OH dari dekstrin pada bilangan gelombang 3789.75 cm-1 dan gugus C=O ester pada
bilangan gelombang 1712.73 cm-1.
Hasil analisis termal menunjukkan bahwa masih terdapat dua puncak eksotermis
yang berdekatan yaitu pada suhu 380oC, dan 390oC. Hal ini menunjukkan bahwa
Siti Khairunizar : Peranan Pendispersi Asam Stearat Terhadap Kompatibilitas Campuran Plastik Polipropilena Bekas Dengan Bahan Pengisi Dekstrin, 2009.
USU Repository © 2009
ABSTRACT
The research has been carried out regarding “Peranan Pendispersi Asam Stearat Terhadap Kompatibilitas Campuran Plastik Polipropilena Bekas Dengan Bahan Pengisi Dekstrin”. The sample is used plastic with polipropilena types, and dextrine is as the filling material, and stearate acid is as the dispersing material.
The mixture has been done with extrusion with the composition of used plastics
for 60 grams, dextrine for 40 grams, and variation of stearate acid with each 0 grams, 2
grams, 4 grams, 6 grams, 8 grams, and 10 grams. The extrudate obtained is then
examined using pulling power test, functional groups test and thermal property test.
From elasticity strength test and the elasticity, it is obtained the maximum
increase by adding stearate acid for 6 grams, that is by giving the withdrawing strength
for 117,80 kgf/mm2 and the elasticity for 4,8 %. It shwos that the stearate acid may add
the interaction between dextrine with polymer matrix for producing the more compatible
mixture.
The result of functional groups test shows physical interaction between used
plastics dextrine and stearate acid wich is formed through hydrogen bridge. It is seen by
the appearing of C-H absorption on the wave 2950,47 – 2839,84 cm-1, absorption CH2
and CH3 on the wave 1462,44 – 1376,41 cm-1, absorption OH from dextrine on the wave
3789,75 cm-1 and functional groups of C=O ester on the wave 1712,73 cm-1.
The result of thermal analysis shows that there is two culminated exotherm on the
temperature 380oC and 390oC. It shows that the polymer mixture is still on separated
Siti Khairunizar : Peranan Pendispersi Asam Stearat Terhadap Kompatibilitas Campuran Plastik Polipropilena Bekas Dengan Bahan Pengisi Dekstrin, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
Siti Khairunizar : Peranan Pendispersi Asam Stearat Terhadap Kompatibilitas Campuran Plastik Polipropilena Bekas Dengan Bahan Pengisi Dekstrin, 2009.
USU Repository © 2009
2.1.2 Penggunaan Polipropilena... 7
2.2 Bahan Pengisi Dan Bahan Pendispersi ... 7
2.2.1 Bahan Pengisi ... 7
2.2.2 Bahan Pendispersi... 8
2.3 Dispersi Bahan Pengisi Dalam Matriks Polimer ... 9
2.3.1 Kompatibilitas Campuran Polimer ... 10
2.4 Pengolahan Dan Pencetakan Bahan Polimer ... 11
2.5 Karakterisasi Polipropilena ... 12
2.5.1 Pengujian Sifat Mekanik ... 12
2.5.2 Analisis Spektroskopi Infra Merah ... 13
2.5.3 Analisis Termal ... 14
3.3.2 Ekstraksi Pati Bonggol Pisang ... 17
3.3.3 Pembuatan Dekstrin ... 17
3.3.4 Pembuatan Campuran Plastik Bekas, Dekstrin Dan Asam Stearat ... 18
3.3.5 Pembuatan Spesimen ... 18
3.3.6 Pengujian Pati Dan Dekstrin ... 18
3.3.7 Pengujian Kekuatan Tarik Dan Kemuluran ... 19
3.3.8 Pengujian Karakter Dengan Metode Differential Thermal Analysis (DTA) ... 19
3.3.9 Pengujian Dengan Spektrofotometer Infra Merah .... 19
3.4 Bagan Penelitian ... 20
3.4.1 Ekstraksi Pati Bonggol Pisang ... 20
Siti Khairunizar : Peranan Pendispersi Asam Stearat Terhadap Kompatibilitas Campuran Plastik Polipropilena Bekas Dengan Bahan Pengisi Dekstrin, 2009.
USU Repository © 2009
3.4.3 Proses Pencampuran Plastik Bekas Dan Dekstrin
Tanpa Penambahan Asam Stearat ... 22
3.4.4 Proses Pencampuran Plastik Bekas Dan Dekstrin Dengan Penambahan Asam Stearat... 23
BAB 4 PEMBAHASAN ... 24
4.1 Ekstraksi Pati Dari Bonggol Pisang ... 24
4.2 Pembuatan Dekstrin ... 24
4.3 Pengujian Sifat Mekanik Campuran Plastik Bekas (Polipropilena) Dengan Dekstrin Dan Asam Stearat ... 25
4.4 Analisis Spektrum Infra Merah Campuran Plastik Bekas (Polipropilena) Dengan Dekstrin Dan Asam Stearat ... 26
4.5 Analisis Termal Menggunakan DTA ... 27
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 28
5.1 Kesimpulan ... 28
5.2 Saran ... 28
DAFTAR PUSTAKA ... 28
Siti Khairunizar : Peranan Pendispersi Asam Stearat Terhadap Kompatibilitas Campuran Plastik Polipropilena Bekas Dengan Bahan Pengisi Dekstrin, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL
Halaman
Siti Khairunizar : Peranan Pendispersi Asam Stearat Terhadap Kompatibilitas Campuran Plastik Polipropilena Bekas Dengan Bahan Pengisi Dekstrin, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Polimerisasi Polipropilena ... 5
Gambar 2.2 Struktur Dekstrin ... 8
Gambar 2.3 Anion Stearat ... 9
Gambar 3.1 Bentuk Spesimen Untuk Pengujian Kekuatan Tarik Dan
Siti Khairunizar : Peranan Pendispersi Asam Stearat Terhadap Kompatibilitas Campuran Plastik Polipropilena Bekas Dengan Bahan Pengisi Dekstrin, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 4.1 Spektrum IR Pati Bonggol Pisang Kepok (Musa
Paradisiaca Normalis) ... 31 Lampiran 4.2 Spektrum IR Dekstrin Bonggol Pisang Kepok (Musa
Paradisiaca Normalis) ... 32 Lampiran 4.3 Spektrum IR Dekstrin Komersil ... 33
Lampiran 4.4 Data Hasil Pengujian Kekuatan Tarik ( ) Dan
Kemuluran ( ) ... 34 Lampiran 4.5 Grafik Pengaruh Asam Stearat terhadap Kekuatan
Tarik ( ) Campuran Plastik Bekas Dan Dekstrin ... 34 Lampiran 4.6 Grafik Pengaruh Asam Stearat terhadap Kemuluran ( )
Campuran Plastik Bekas Dan Dekstrin ... 35
Lampiran 4.7 Spektrum IR Polipropilena Komersil ... 36
Lampiran 4.8 Spektrum IR Plastik (Polipropilena) Bekas ... 37
Lampiran 4.9 Spektrum IR Campuran Plastik Bekas (Polipropilena)
Dengan Dekstrin Dan Asam Stearat ... 38
Lampiran 4.10 Termogram DTA Plastik Bekas (Polipropilena) ... 39
Lampiran 4.11 Termogram DTA Campuran Plastik Bekas
Siti Khairunizar : Peranan Pendispersi Asam Stearat Terhadap Kompatibilitas Campuran Plastik Polipropilena Bekas Dengan Bahan Pengisi Dekstrin, 2009.
USU Repository © 2009
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut pemakaiannya polimer dikelompokkan atas : perekat, serat, karet,
plastik, pelapis dan sebagainya. Plastik sangat mudah dan ekonomis untuk dibuat, dicetak
dengan bentuk serumit apapun. (Hartomo,A.J., 1993) Banyaknya penggunaan dan
pemakaian plastik dalam kehidupan telah menimbulkan dampak negatif terhadap
lingkungan hidup dengan adanya sampah plastik. Karena sifatnya yang sukar terurai di
alam sehingga dapat mencemari lingkungan. Disamping itu, limbah plastik dapat
menimbulkan masalah lain yaitu mengakibatkan tersumbatnya saluran air, parit, sungai
yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya banjir.
Salah satu penanganan sampah plastik adalah dengan proses daur ulang,
walaupun mutunya tidak sebaik hasil olahan plastik segar, hal ini disebabkan oleh
kerusakan dan oksidasi pada rantai molekul plastik daur ulang selama pembuangan oleh
Siti Khairunizar : Peranan Pendispersi Asam Stearat Terhadap Kompatibilitas Campuran Plastik Polipropilena Bekas Dengan Bahan Pengisi Dekstrin, 2009.
USU Repository © 2009
ulang dapat dilakukan dengan penambahan bahan pengisi dan zat aditif lainnya untuk
memperbaiki sifat produk plastik bekas sehingga dapat dimanfaatkan kembali.
Sebagaimana diketahui, tanaman pisang (Musa paradisiaca) hanya berbuah satu
kali dan sesudah itu ditebang atau dibiarkan busuk dengan sendirinya. Bonggol pisang
yang tertimbun di dalam tanah biasanya dibiarkan busuk dan dapat menjadi sumber
penyakit bagi tanaman lain disekitarnya. Umbi batang atau rimpang yang biasanya
disebut bonggol pisang adalah bagian batang sebenarnya dari pisang. Jika diperhitungkan
bahwa setiap pohon pisang rata - rata mengandung 10 (sepuluh) persen pati dan berat
bonggol rata – rata adalah 2 (dua) kg, maka kalau diperkirakan ada 10 (sepuluh) juta
pohon pisang yang dipanen setiap tahun di Indonesia maka jumlah pati yang dibuang
begitu saja adalah sekitar 2 (dua) juta kg atau 2000 (dua ribu) ton. (Sulaiman, 1991)
Pati dapat diubah menjadi dekstrin melalui degradasi sebagian dengan panas
dibawah kondisi asam sebagai katalis dalam media berair atau secara pirolisis, yaitu
pemanasan pati kering yang telah diasamkan.
Pencampuran plastik bekas jenis polipropilena dengan bahan pengisi dekstrin
tidak dapat bercampur secara homogen disebabkan sifat bahan polimer komponennya
yang mempunyai kepolaran yang berbeda sehingga menghasilkan campuran (poliblen)
yang tidak kompatibel. Peningkatan kompatibilitas campuran poliblen dapat dilakukan
dengan penambahan bahan pendispersi yang berfungsi sebagai pelunak atau pembasah
Siti Khairunizar : Peranan Pendispersi Asam Stearat Terhadap Kompatibilitas Campuran Plastik Polipropilena Bekas Dengan Bahan Pengisi Dekstrin, 2009.
USU Repository © 2009
Siregar (1999), telah melaporkan bahwa untuk meningkatkan kompatibilitas
antara termoplastik (polipropilena) dan pengisi pulp tandan kosong sawit telah digunakan
pendispersi lilin parafin dan vaselin serta asam stearat.
Pendispersi lilin paraffin dan minyak kacang kedelai telah digunakan dalam
matriks polimer polietilena dengan bahan pengisi tepung ubi kayu. Telah dilaporkan
bahwa tingkat dispersibilitas bahan pengisi tepung ubi kayu sangat tergantung dari
plastisitas dan sifat pembasahan matriks polietilena pada permukaan pori – pori bahan
pengisi. (Kiatkam Jonrwong, 1996)
Hornsby (1995), telah menggunakan berbagai asam lemak dan asam lemak
turunannya sebagai pendispersi magnesium hidroksida dalam matriks polipropilena.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti mencoba melakukan penelitian tentang
peranan pendispersi asam stearat terhadap kompatibilitas pencampuran plastik bekas
dengan bahan pengisi dekstrin untuk memperoleh produk plastik bekas dengan sifat –
sifat yang lebih baik sehingga dapat dimanfaatkan kembali.
1.2Permasalahan
Apakah asam stearat dapat berperan sebagai pendispersi dalam meningkatkan
Siti Khairunizar : Peranan Pendispersi Asam Stearat Terhadap Kompatibilitas Campuran Plastik Polipropilena Bekas Dengan Bahan Pengisi Dekstrin, 2009.
USU Repository © 2009 1.3Tujuan
Untuk mengetahui peranan pendispersi asam stearat dalam meningkatkan
kompatibilitas campuran plastik bekas dengan bahan pengisi dekstrin.
1.4Manfaat
Memberikan informasi tentang pengolahan plastik bekas dengan penambahan
bahan pengisi dan pendispesi untuk memperoleh bahan yang kompatibel dengan sifat -
sifat yang lebih baik sehingga dapat dimanfaatkan kembali sekaligus dapat mengurangi
terjadinya pencemaran lingkungan. Disamping itu juga memberikan informasi tentang
pemanfaatan dekstrin dari bonggol pisang yang selama ini hanya dibiarkan membusuk
setelah penebangan.
1.5Pembatasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada :
Siti Khairunizar : Peranan Pendispersi Asam Stearat Terhadap Kompatibilitas Campuran Plastik Polipropilena Bekas Dengan Bahan Pengisi Dekstrin, 2009.
USU Repository © 2009
2. Bahan pengisi yang digunakan adalah dekstrin dari pati bonggol tanaman
pisang kepok (Musa paradisiaca) yang telah ditebang. 3. Bahan pendispersi yang digunakan adalah asam stearat.
4. Analisis hasil pencampuran diamati melalui uji tarik dan kemuluran, analisis
gugus fungsi dengan spektroskopi infra merah dan analisis termal dengan
DTA.
1.6Metodologi Penelitian
1. Penelitian ini bersifat eksperimen laboratorium.
2. Modifikasi pati untuk memperoleh dekstrin melalui degradasi dengan cara
memanaskan pati bonggol pisang yang telah diasamkan dengan HCl 1% (v/v)
pada suhu 120oC.
3. Pencampuran plastik bekas jenis polipropilena dengan bahan pengisi dekstrin
tanpa penambahan bahan pendispersi secara ekstrusi pada suhu konstan
170oC. Hasil pencampuran kemudian dibuat kedalam bentuk film dan
spesimen yang sesuai untuk pengujian selanjutnya. Hal yang sama dilakukan
untuk pencampuran plastik bekas jenis polipropilena dengan bahan pengisi
dekstrin dan bahan pendispersi asam stearat.
4. Analisis hasil pencampuran untuk mengetahui sifat fisik, sifat mekanik dan
sifat termal dilakukann dengan uji tarik, analisis gugus fungsi dengan
spektroskopi infra merah dan analisis termal dengan DTA.
Variabel – variabel yang digunakan :
a. Variabel tetap :
- Suhu pemanasan
- Waktu pemanasan
- Suhu ekstrusi
Siti Khairunizar : Peranan Pendispersi Asam Stearat Terhadap Kompatibilitas Campuran Plastik Polipropilena Bekas Dengan Bahan Pengisi Dekstrin, 2009.
USU Repository © 2009
- Berat (g) plastik (polipropilena) bekas
- Berat (g) dekstrin
- Berat (g) asam stearat
c. Variabel terikat :
- Kuat tarik dan kemuluran
- Perubahan gugus fungsi
- Sifat termal
1.7Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kimia Polimer FMIPA USU Medan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Polipropilena
Polipropilena merupakan polimer termoplastik yang dapat dibuat melalui proses
polimerisasi adisi monomer propilena. Polimerisasi propilena dengan katalis Ziegler –
Natta akan menghasilkan kristalin isotaktik. Polimer isotaktik terbentuk bila terjadi
orientasi monomer dengan konfigurasi yang paling mantap. Gugus – gugus metil di
dalam polipropilena isotaktik seluruhnya berada pada sisi yang sama di dalam rantai
Siti Khairunizar : Peranan Pendispersi Asam Stearat Terhadap Kompatibilitas Campuran Plastik Polipropilena Bekas Dengan Bahan Pengisi Dekstrin, 2009.
USU Repository © 2009
Gambar 2.1 Polimerisasi Polipropilena
2.1.1 Struktur Molekul Dan Sifat Polipropilena.
Menurut Natta, ada tiga macam bentuk konfigurasi ruang yang berbeda dari rantai
polimer polipropilena. Perbedaan ini berdasarkan letak gugusan – gugusan CH3nya. Dua
bentuk konfigurasi mempunyai susunan yang teratur, masing – masing dinamakan
isotaktik dan sindiotaktik. Sedangkan yang tidak teratur dinamakan ataktik. Gugus -
gugus metil di dalam polipropilena isotaktik seluruhnya berada pada sisi yang sama di
dalam rantai polimer. Pada struktur sindiotaktik, gugus – gugus metil berada pada posisi
yang bergantian di sepanjang rantai utamanya. Sedangkan struktur ataktik merupakan
distribusi daripada struktur isotakik dan sindiotaktik.
Molekul polipropilena mengandung atom C tersier dengan gugus metil rantai
utama. Atom hidrogen terikat pada atom karbon tersier yang mudah bereaksi dengan
oksigen dan ozon, yang menyebabkan ketahanan oksidasinya lebih kecil daripada
polietilena.
Dalam hidrokarbon aromatik dan hidrokarbon yang terklorinasi larut pada suhu
80oC atau lebih, tapi pada suhu biasa hanya membengkak, oleh karena itu sukar untuk
diolah dengan perekatan dan pencapan seperti halnya polietilena yang memerlukan
perlakuan tertentu pada permukaannya. Sifat tembus cahayanya pada pencetakan lebih
baik daripada polietilena dengan permukaan yang mengkilap, penyusutannya pada
pencetakan kecil, penampilan dan ketelitian dimensinya lebih baik. (Surdia, 1995) Pada
tabel berikut dapat dilihat sifat – sifat polipropilena.
Siti Khairunizar : Peranan Pendispersi Asam Stearat Terhadap Kompatibilitas Campuran Plastik Polipropilena Bekas Dengan Bahan Pengisi Dekstrin, 2009.
USU Repository © 2009
Modulus tarik, N/mm2 1050- 2100
Modulus lentur, N/mm2 1400 – 2100
Perpanjangan saat putus, % 500 – 900
Kekuatan bentur, ½ in.ft-lb/in 1,5
Konduktifitas termal, W/Mk 0,1
Penyerapan air, 1/8 in dalam 24 jam, % 0,01
Karena keteraturan ruang polimer ini, rantai dapat dikemas lebih terjejal sehingga
menghasilkan plastik yang kuat dan tahan panas. Secara sederhana, plastik polipropilena
dapat ditandai jika ditarik akan lebih getas dibanding dengan plastik polietilena. Pada
suhu ruang beberapa sifat seperti daya regang dan kekakuan sama dengan sifat polietilena
bermassa jenis tinggi, tetapi sifat itu berubah pada suhu yang lebih tinggi. Asam – asam
kuat yang bersifat mengoksidasi (seperti nitrat berasap) dengan lambat menyerang resin,
polipropilena juga tidak terurai di alam, memiliki ketahanan panas dan ketahanan abrasi
yang sangat tinggi. (Cowd, 1991)
2.1.2 Penggunaan Polipropilena
Produk polipropilena lebih tahan terhadap goresan, digunakan untuk alat - alat
rumah tangga, bagian dalam mesin pencuci, bagian dalam komponen mobil, kursi,
tangkai pegangan, kotak, sistem pipa dalam tanah, alas sepatu, saluran udara, pipa air
panas, tali keranjang, isolator listrik. Karena sifat transparannya dan tembus cahaya
sehingga baik untuk kemasan (berupa lembaran tipis) makanan dan barang. (Cowd, 1991)
2.2 Bahan Pengisi Dan Bahan Pendispersi
2.2.1 Bahan Pengisi
Bahan pengisi adalah bahan yang dicampurkan kedalam bahan polimer, yang
Siti Khairunizar : Peranan Pendispersi Asam Stearat Terhadap Kompatibilitas Campuran Plastik Polipropilena Bekas Dengan Bahan Pengisi Dekstrin, 2009.
USU Repository © 2009
digunakan sebagai penguat, perbaikan suhu deformasi termal, pelindung ketahanan cuaca
dan perbaikan sifat pencetakan. Bahan pengisi dapat berupa senyawa organik, seperti
serat sellulosa dan pati, maupun senyawa anorganik, seperti magnesium hidroksida.
Pati dapat diubah menjadi dekstrin melalui degradasi sebagian dengan panas
dibawah kondisi asam atau secara pirolisis, yaitu pemanasan pati kering yang telah
diasamkan. Degradasi pati juga dapat dilakukan secara enzimatis. Dekstrin merupakan
intermediet antara tepung dan gula, mempunyai berat molekul antara 800 - 70.000
dengan rumus molekul (C6H10O5)n.
Dekstrin mudah larut di dalam air, dengan berat jenis1.5 g/cm3, sifat- sifat fisik
dekstrin antara lain berasa manis jika dimakan dan tidak beracun, memiliki warna putih
kekuning – kuningan, kental dan liat seperti kanji jika dicampur dengan air pada
perbandingan 3 : 1 dan berbentuk bubuk halus 5 – 10 mikron. Untuk menganalisis adanya
pati dapat dilakukan uji iodin. Pati yang berikatan dengan iodin akan menghasilkan
warna biru bila berupa polimer – polimer glukosa yang lebih besar dari 20, misalnya
molekul amilosa. Bila polimernya kurang dari 20, misalnya
amilopektin, maka akan dihasilkan warna merah. Dekstrin dengan 6 – 8 unit glukosa
penyusunnya akan membentuk warna cokelat. (Winarno, 1980)
Gambar 2.2 Struktur Dekstrin
Wuzburg (1996) menyatakan bahwa reaksi hidrolisis yang dikatalisis oleh asam dapat memutuskan ikatan – D - (1,4) dan kemungkinan – D - (1,6) glikosida dalam pati yang akan menurunkan berat molekul pati yang ditandai dengan menurunnya
viskositas pati bila didispersikan dalam air. Gugus ujung reduksi meningkat dikarenakan
ikatan glikosida terhidrolisis membentuk gugus ujung aldehid. Kimia dekstrin terpusat
O
ikatan –glikosidik pada C-4 1
3 2 4 1 1
Siti Khairunizar : Peranan Pendispersi Asam Stearat Terhadap Kompatibilitas Campuran Plastik Polipropilena Bekas Dengan Bahan Pengisi Dekstrin, 2009.
USU Repository © 2009
pada gugus hidroksil (OH) dan ikatan glikosida (C - O - C), yang merupakan dua sisi
reaktif untuk reaksi penggantian (fungsi OH) dan pemutusan rantai (C - O - C).
Keberadaan tiga gugus alkohol untuk setiap unit glukosa (alkohol primer pada C6 dan
alkohol sekunder pada C2 dan C3 dengan struktur diol) menunjukkan bahwa karbohidrat
reaktif karena sifat makro molekulnya tidak dapat hanya dianggap sebagai alkohol.
Kompetisi antara oksigen nukleofilik yang ada pada gugus OH dan rantai glikosida
mengakibatkan sifat asam pada dekstrin mendominasi dan menutupi sifat basa. Karena
sifat ini menyebabkan dekstrin bersifat hemiasetal sehingga menjadi reaktif dan mudah
direaksikan dengan senyawa kimia lain. (Fleche,1985)
2.2.2 Bahan Pendispersi
Penambahan bahan pendispersi berfungsi sebagai pelunak dan pembasah pada
matriks polimer. Pelunak atau pemlastis merupakan bahan yang ditambahkan kedalam
bahan polimer sehingga molekul pemlastis akan berada diantara rantai polimer yang
mempengaruhi mobilitas rantai dan menaikkan plastisitas bahan. (Wirjosentono,1993)
Muhammad Taufik (2002) meningkatkan efisiensi impregnasi polipropilena
dalam kayu kelapa sawit dengan menambahkan bahan pendispersi dari golongan
hidrokarbon dan asam oleat yang berfungsi sebagai pelunak dan pembasah pada fase
antar muka matriks polipropilena dan kayu kelapa sawit. Dimana pendispersi
hidrokarbon alifatis (vaselin dan lillin parafin) bekerja melalui proses pelunakan /
plastisasi, dan pendispersi asam oleat bekerja melalui proses pembasahan.
Salah satu bahan dasar penyusun lipid simpanan dan lipid struktural adalah asam
karboksilat alifatik berantai lurus, baik yang jenuh maupun yang mengandung satu atau
lebih ikatan rangkap yang umumnya dikenal sebagai asam lemak contohnya asam stearat,
sebuah asam karboksilat linier dengan 18 atom karbon, dengan rumus molekul
C17H35COOH, mempunyai berat molekul 284.7, titik leleh 69.6oC, dan titik didih
376.1oC. (Page,1985)
Siti Khairunizar : Peranan Pendispersi Asam Stearat Terhadap Kompatibilitas Campuran Plastik Polipropilena Bekas Dengan Bahan Pengisi Dekstrin, 2009.
USU Repository © 2009
Gambar 3. Anion stearat
Molekul asam stearat memiliki daerah hidrofobik dan hidrofilik sekaligus, dua
sifat yang saling bertolak belakang, atau mempunyai sifat amfipatik, karena mengandung
gugus karboksilat ionik yang hidrofilik (suka air) pada satu ujung dan rantai hidrokarbon
hidrofobik (benci air). Dalam suasana air, molekul – molekul stearat secara spontan
mengatur sendiri sedemikian agar persentuhan antara gugus – gugus hidrofobik dan air
sedikit mungkin, struktur – struktur tersusun untuk memperkecil penyentuhan antara
bagian hidrokarbon apolar dari ion stearat dan air. Sebaliknya gugus karboksilnya karena
bersifat polar, cenderung untuk berhubungan dengan lingkungan sekitar yang terutama
terdiri dari air. (Page, 1985)
2.3 Dispersi Bahan Pengisi Dalam Matriks Polimer
Pendispersi pembasah merupakan bahan surfaktan yang bila ditambahkan dalam
bahan polimer akan terjadi interaksi fisik antara pendispersi dengan suatu substrak resin
polimer melalui gugus non polar dengan permukaan suatu substrak melalui gugus
polarnya. Mekanisme pembasahan berlangsung dengan cara interaksi
antara pendispersi jenis surfaktan dengan bahan pengisi melalui gugus polarnya dan
dengan matriks polimer melalui gugus non polarnya, akibatnya akan terbentuk ikatan
yang lebih kuat antara matriks dan bahan pengisi. (Risnawaty, 1999)
Pada mekanisme pelunakan, bahan pendispersi merupakan pelunak atau pelarut
yang mampu membawa matriks polimer untuk memasuki pori - pori serbuk pengisi,
sehingga akan memperluas permukaan kontak antara matriks dengan serbuk pengisi.
Pendispersi lilin parafin dan minyak kacang kedelai telah digunakan dalam matriks
polimer polietilena dengan bahan pengisi tepung ubi kayu. Dilaporkan bahwa tingkat
dispersibilitas bahan pengisi sangat tergantung dari sifat pembasahan bahan pendispersi
tepung ubi kayu dengan matriks polietilena. (Kietkam Jornwong, 1996) Campuran
polimer yang membentuk sistem non polar telah menggunakan berbagai asam lemak dan
asam lemak turunannya sebagai pendispersi bahan pengisi magnesium hidroksida,
Siti Khairunizar : Peranan Pendispersi Asam Stearat Terhadap Kompatibilitas Campuran Plastik Polipropilena Bekas Dengan Bahan Pengisi Dekstrin, 2009.
USU Repository © 2009
berinteraksi dengan permukaan magnesium hidroksida dan gugus non polarnya juga
berinteraksi dengan gugus polipropilena. (Hornsby, 1995)
2.3.1 Kompatibilitas Campuran Polimer
Istilah kompatibilitas digunakan untuk menjelaskan pencampuran satu polimer
dengan polimer lain atau pencampuran polimer dengan bahan aditif yang menyatakan
hasil campuran bersifat homogen (dapat campur) atau tidak. Ada dua jenis kompatibilitas
antara lain kompatibilitas secara temodinamik dan teknologi. Secara teknologi,
kompatibilitas merupakan proses yang mempertinggi sifat campuran, sedangkan secara
termodinamik memberikan percampuran yang lebih baik, hal ini mungkin disebabkan
ukuran partikel yang dihasilkan selama pencampuran lebih kecil. Suhu transisi dari dua
polimer berubah bila campuran polimer tersebut kompatibel.
Banyak cara yang telah dilakukan dalam mendapatkan kompatibilitas antara
matriks dan bahan pengisi. Seperti halnya terhadap matriks polipropilena dan bahan
pengisi serat sellulosa sebagai penguat, misalnya dengan menggraftingkan rantai
hidrokarbon pada sejumlah gugus hidroksil pada serat sellulosa, modifikasi
esterifikasi pada serat sellulosa dengan anhidrida maleat dan lain – lain yang tujuannya
adalah mengurangi kepolaran dari serat sellulosa sehingga dapat berinteraksi dengan
matriks polipropilena yang bersifat non polar.
Selain itu asam stearat juga telah digunakan sebagai pelumas dalam campuran
polivinil klorida (PVC), stirena akrilonitril (SAN) copolimer dengan bahan pengisi serat
gelas yang dapat memperbaiki / meningkatkan sifat – sifat mekanik dari poliblen.
(Kietkam Jornwong, 1996)
2.4 Pengolahan Dan Pencetakan Bahan Polimer
Pencetakan (molding) adalah operasi pengiringan campuran polimer yang berwujud fluida kedalam suatu cetakan serta pembekuannya sehingga menjadi barang
Siti Khairunizar : Peranan Pendispersi Asam Stearat Terhadap Kompatibilitas Campuran Plastik Polipropilena Bekas Dengan Bahan Pengisi Dekstrin, 2009.
USU Repository © 2009
pencetakan yang paling umum dilakukan adalah pencetakan injeksi, pencetakan ekstrusi
dan pencetakan tiup. Metode ekstrusi dapat digunakan untuk hampir semua tipe
termoplastik. (Rosen, 1982)
Resin termoplastik yang dipanaskan sampai cair (plastis) diekstrusi secara
kontinyu melalui lubang cetakan. Mesin ekstrusi terdiri dari cetakan dan unit penekan.
Cetakan memberikan bentuk dan unit penekan mendorong bahan keluar dari lubang
cetakan, mendinginkan dan mengontrol bentuk serta dimensi hasil ekstrusi. (Surdia,
1995)
Ekstrusi merupakan cara yang sangat praktis, karena dengan die yang sesuai maka
akan dapat menghasilkan berbagai produk. Plastik berbentuk butiran atau bubuk
dimasukkan lewat corong, didorong ke skrew baja, dialirkan ke sepanjang baja (barrel),
dipanaskan. Pada ujung ekstruder lelehan melalui die menghasilkan ekstrudat dengan
bentuk sesuai yang dikehendaki. Tiap bagian berfungsi khas :
1. Bagian umpan berlekuk saluran terdalam, mendorong resin dingin ke daerah lebih
panas.
2. Bagian kempaan, lekukan salurannya mendangkal, fungsinya melelehkan,
mencampur dan mengempa resin, serta mendorong balik udara yang terikut
kembali ke bagian umpan.
3. Bagian pengukuran, berlekuk saluran dangkal memberi tekanan balik sehingga
lelehan menjadi seragam, suhunya seragam, lalu mengukur dengan tepat
penyalurannya lewat die dengan laju alir tetap sehingga keluaran sangat seragam
dan terkontrol. (Hartomo, A.J., 1993)
2.5 Karakterisasi Polipropilena
Karakterisasi dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis sifat - sifat
polipropilena baik sebelum maupun sesudah perlakuan. Karakterisasi yang dilakukan
dalam penelitian ini diantaranya pengujian sifat mekanis, analisis gugus fungsi dengan
menggunakan spektroskopi infra merah, dan analisis sifat termal dengan menggunakan
Siti Khairunizar : Peranan Pendispersi Asam Stearat Terhadap Kompatibilitas Campuran Plastik Polipropilena Bekas Dengan Bahan Pengisi Dekstrin, 2009.
USU Repository © 2009
2.5.1 Pengujian Sifat Mekanik
Pengujian sifat mekanik bahan polmer sangat penting karena penggunaan bahan
polimer sebagai bahan industri sangat bergantung pada sifat mekanisnya. Sifat mekanik
polimer merupakan salah satu sifat yang sering digunakan untuk karakterisasi suatu
bahan polimer. Sifat mekanik merupakan gabungan antara kekuatan yang tinggi dan
elastisitas yang baik, sifat ini disebabkan oleh adanya dua macam ikatan dalam bahan
polimer, yakni ikatan yang kuat antara atom dan interaksi antara rantai polimer yang
lemah.
Kekuatan tarik adalah salah satu sifat dasar dari bahan polimer. Kekuatan tarik
suatu bahan didefenisikan sebagai besarnya beban maksimum (Fmaks) yang digunakan
untuk memutuskan spesimen bahan dibagi dengan luas penampangnya pada keadaan
semula.
Bila suatu bahan dikenakan beban tarikan yang disebut tegangan (gaya persatuan luas),
maka bahan akan mengalami perpanjangan (regangan). Kenaikan regangan bahan
polimer berbanding lurus dengan tegangan.
Selain besaran kekuatan tarik ( ), sifat mekanik bahan juga diamati dari sifat kemulurannya ( ) yang didefenisikan sebagai pertambahan panjang yang dihasilkan oleh ukuran panjang spesimen akibat gaya yang diberikan.
Siti Khairunizar : Peranan Pendispersi Asam Stearat Terhadap Kompatibilitas Campuran Plastik Polipropilena Bekas Dengan Bahan Pengisi Dekstrin, 2009.
USU Repository © 2009
Keterangan :
= Kemuluran (%)
Io = Panjang spesimen mula – mula (mm)
It = Panjang spesimen setelah diberi beban (mm)
Besaran kemuluran ini berguna untuk mengamati sifat plastis dari bahan polimer.
(Wirjosentono, 1993)
2.5.2 Analisis Spektroskopi Infra Merah
Spekroskopi infra merah (IR) merupakan metode yang sangat luas digunakan
untuk karakterisasi struktur molekul polimer karena memberikan banyak informasi dan
secara relatif tidak mahal dan mudah menggunakannya. Pembandingan posisi absorpsi
dalam spektrum IR suatu sampel polimer dengan daerah absorpsi karakteristik,
menunjukkan identifikasi pada keberadaan ikatan dan gugus dalam polimer. Komposisi
polimer olefin, gugus nitril, ester, hidroksil sampai ketakjenuhan dapat diungkapkan.
Film polimer diberi lakuan kimia tertentu sehingga spektrum IRnya berubah sesuai
hilangnya suatu gugus atau diganti gugus tertentu lainnya. Sampel yang digunakan untuk
analisis ini dapat berupa padat, cair dan gas. Metode penyiapan untuk polimer antara lain;
melarutkan polimer kedalam suatu pelarut seperti karbon disulfida, karbon tetraklorida
atau kloroform, pembuatan film transparan dan metode pelet KBr. (Hartomo, A.J., 1995)
Pada analisis IR, suatu persyaratan yang harus dipenuhi untuk dapat mengidentifikasi
data secara IR dari suatu polimer adalah bahwa zat yang diselidiki harus homogen secara
kimia. Tahap awal identifikasi bahan polimer, bahan serapan dan karakteristik untuk
masing – masing bahan polimer harus diketahui dengan membandingkan spektrum yang
telah dikenal. Pita serapan yang khas akan ditunjukkan oleh monomer penyusun material
dan struktur molekulnya. (Taufik, M., 2002) Hubungan kuantitatif antara konsentrasi (C)
dan absorbansi (A) pada spektroskopi infra merah diberikan oleh persamaan
Lambert-Beer :
Siti Khairunizar : Peranan Pendispersi Asam Stearat Terhadap Kompatibilitas Campuran Plastik Polipropilena Bekas Dengan Bahan Pengisi Dekstrin, 2009.
USU Repository © 2009
Keterangan :
= Absorbsifitas molar
L = Tebal sampel (jarak yang ditempuh sinar IR yang menembus sampel)
Dalam hubungan dengan intensitas radiasi, absorbansi (A) didefenisikan sebagai :
Io = Intensitas radiasi sebelum melalui sampel
I = Intensitas radiasi setelah melalui sampel
2.5.3 Analisis Termal
Analisis termal didefenisikan sebagai pengukuran sifat – sifat fisika dan kimia
bahan sebagai fungsi suhu. Yang termasuk kedalam metode analisis termal salah satunya
adalah Differential Thermal Analysis (DTA). DTA merupakan teknik analisis yang banyak digunakan untuk mendeteksi efek termal yang disertai dengan perubahan kimia
maupun fisika dari bahan sebagai fungsi dari suhu dengan kecepatan pemanasan konstan.
Dalam DTA panas yang diserap atau yang dibebaskan dari suatu sistem atau
sampel diamati dengan cara mengukur perbedaan suhu antara sampel dengan senyawa
pembanding sebagai fungsi suhu. Sistem ordinat DTA menggambarkan perbedaan antara
suhu bahan dengan suhu pembanding. Perubahan suhu (∆T) dihitung menggunakan
persamaan :
Senyawa – senyawa polimer amorf dan bagian dari polimer semi kristalin
memiliki suhu transisi gelas (Tg), namun polimer kristalin murni tidak memilki suhu
Siti Khairunizar : Peranan Pendispersi Asam Stearat Terhadap Kompatibilitas Campuran Plastik Polipropilena Bekas Dengan Bahan Pengisi Dekstrin, 2009.
USU Repository © 2009
dari lunak dan elastis menjadi keras, rapuh, dan mirip kaca. Suhu transisi gelas campuran
polimer dipengaruhi oleh rantai samping. Fleksibilitas rantai samping ditentukan oleh
mudah tidaknya rotasi gugus – gugus yang berikatan secara kovalen. Rotasi ini
ditentukan oleh energi gaya – gaya kohesi molekul. Bila fleksibilitas rantai turun
mengakibatkan suhu transisi gelas meningkat. Fleksibilitas juga dipengaruhi oleh
halangan sterik, peningkatan jumlah halangan sterik akan menurunkan fleksibilitas rantai.
Halangan sterik ditentukan oleh ukuran dan bentuk rantai utama. Gugus – gugus samping
yang besar dan kaku akan menurunkan fleksibilitas rantai utama sehingga suhu transisi
gelas meningkat. Penambahan gugus samping yang fleksibel akan meningkatkan jarak
rantai sehingga gaya intramolekuler menurun dan kemuluran meningkat. (Taufik, M.,
2002)
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Peralatan
- Neraca analitis Mettler AE 2000
- Seperangkat alat ekstruder Ulir tunggal
- Seperangkat alat pencetak tekan Dreich D-6072
- Seperangkat alat uji tarik Tokyo Testing Machine MFG
- Seperangkat alat uji termal
Siti Khairunizar : Peranan Pendispersi Asam Stearat Terhadap Kompatibilitas Campuran Plastik Polipropilena Bekas Dengan Bahan Pengisi Dekstrin, 2009.
USU Repository © 2009
- Seperangkat alat ayakan
- Termometer Sartorius
- Plastik bekas (jenis polipropilena)
- Bonggol pisang kepok (Musa paradisiaca normalis)
- HCl (hidrogen klorida) p.a (E.Merck)
- Asam stearat p.a (E.Merck
- Larutan iodin p.a (E.Merck)
- Aquades
3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1 Penyiapan Plastik Bekas
Plastik bekas direndam dan dicuci sampai bersih lalu dikeringkan dan dipotong –
potong.
Siti Khairunizar : Peranan Pendispersi Asam Stearat Terhadap Kompatibilitas Campuran Plastik Polipropilena Bekas Dengan Bahan Pengisi Dekstrin, 2009.
USU Repository © 2009
- Bonggol pisang dibersihkan dan dicuci dari kotoran dengan air bersih, kemudian
dipotong – potong dan dihaluskan dengan blender.
- Bubur bonggol pisang yang dihasilkan kemudian dipisahkan antara serat dan pati
dengan menggunakan kain saring sambil diperas hingga ampasnya kering.
- Hasil perasan didiamkan satu malam hingga terbentuk lapisan supernatan dan
endapan bubur pati.
- Supernatan dibuang dan bubur pati yang diperoleh dikeringkan didalam oven
pada suhu 40 – 50oC selama 24 jam hingga kering.
- Setelah kering, serbuk pati dihaluskan dengan mortar kemudian diayak dengan
ayakan 80 - 90 mesh untuk memisahkan kotoran dan pati sehingga dihasilkan
serbuk pati bonggol pisang.
- Pati bonggol pisang dianalisis secara kualitatif dengan uji iodin menggunakan
larutan iodium 0.01 N dan dianalisis dengan spektrofotometer infra merah.
3.3.3 Pembuatan Dekstrin
- Serbuk pati ditimbang sebanyak 10 gram, kemudian dimasukkan kedalam gelas
kimia 250 ml.
- Kedalamnya ditambahkan HCl 1% (v/v) kira – kira sebanyak 15 ml hingga
terbentuk bubur pati asam.
- Bubur pati asam dikeringkan pada suhu ruang
- Serbuk pati asam kering kemudian dipanaskan dengan cara menggongseng
(roasting) menggunakan penangas minyak pada suhu 120oC selama 7 jam sambil diaduk.
- Dekstrin yang terbentuk didinginkan dalam desikator selama 15 – 30 menit.
- Dilakukan pelembaban kembali (rehumidifying) dekstrin dengan cara
menyemprotkan aquades pada dekstrin untuk menstabilkan kadar air.
- Kemudian dikeringkan, kemudian dihaluskan dengan mortar dan diayak dengan
Siti Khairunizar : Peranan Pendispersi Asam Stearat Terhadap Kompatibilitas Campuran Plastik Polipropilena Bekas Dengan Bahan Pengisi Dekstrin, 2009.
USU Repository © 2009
- Dekstrin yang diperoleh diuji dengan uji iodin dan dianalisis dengan
spektrofotometer infra merah.
3.3.4 Pembuatan Campuran Plastik Bekas, Dekstrin Dan Asam Stearat
Ditimbang 60 gram plastik bekas dan 40 gram dekstrin, kemudian dicampur
secara ekstrusi pada suhu 170oC. Dengan prosedur yang sama dibuat campuran plastik
bekas-dekstrin-asam stearat dengan variasi berat asam stearat (2, 4, 6, 8, 10) gram,
sehingga diperoleh ekstrudat.
3.3.5 Pembuatan Spesimen
Ekstrudat yang diperoleh diletakkan diantara dua lempengan (pelat baja) yang
telah dilapisi dengan kertas alumunium kemudian dicetak tekan dengan alat penekan
panas pada suhu 175oC selama 3 menit tanpa tekanan. Pemanasan dilanjutkan 3 menit
dengan memberikan tekanan 100 kN. Film spesimen dipotong – potong untuk kebutuhan
pengujian dan karakterisasi.
3.3.6 Pengujian Pati dan Dekstrin
Pati dan dekstrin yang diperoleh diuji dengan uji iodin dan dianalisa dengan
spektrofotometer infra merah.
Siti Khairunizar : Peranan Pendispersi Asam Stearat Terhadap Kompatibilitas Campuran Plastik Polipropilena Bekas Dengan Bahan Pengisi Dekstrin, 2009.
USU Repository © 2009
Pengujian kekuatan tarik dan kemuluran spesimen dilakukan mengikuti prosedur
baku ASTM-D 638-72 type IV, dengan dimensi spesimen seperti terlihat pada gambar
berikut ;
Pengujian dilakukan dengan menggunakan peralatan uji tarik dan kemuluran MFG
SC-2DE. Kedua ujung spesimen dijepit pada alat uji, kemudian dikenakan tarikan pada beban
100 kgf dengan kecepatan tarik 20 mm/menit, selanjutnya dicatat tegangan maksimum (F
maks) dan regangan (L) pada saat spesimen putus.
3.3.8 Pengujian Sifat Termal Dengan Metode Differential Thermal Analysis (DTA)
Sampel ditimbang dengan berat 30 mg dalam cawan cuplikan. Material
pembanding ditimbang dengan berat yang sama dengan sampel, kemudian ditempatkan
berdampingan pada unit cuplikan kemudian diuji. Hasil analisis dicatat berupa
termogram.
3.3.9 Pengujian Dengan Spektrofotometer Infra Merah
1.5 cm 1cm
5.5 cm
Gambar 3.1 Bentuk Spesimen Untuk Pengujian Kekuatan Tarik
Siti Khairunizar : Peranan Pendispersi Asam Stearat Terhadap Kompatibilitas Campuran Plastik Polipropilena Bekas Dengan Bahan Pengisi Dekstrin, 2009.
USU Repository © 2009
Spesimen diuji dengan spektrofotometer inframerah untuk mengetahui pengikatan
antara asam stearat plastik bekas dan dekstrin. Hasilnya direkam kedalam kertas berskala
berupa aluran kurva bilangan gelombang terhadap intensitas.
3.4 Bagan Penelitian
3.4.1 Ekstraksi Pati Bonggol Pisang
3.4.2 Pembuatan Dekstrin
Supernatan Endapan
Pati bonggol pisang
Hasil / data
Didiamkan satu malam
Diuji dengan uji iodin dan dianalisis dengan spektrofotometer IR
Dipotong - potong dan
Diperas dengan kain saring
Dihaluskan dengan blender
Disaring dengan saringan 80-90 mesh Dikeringkan dalam oven pada
suhu 40-45oC selama 24 jam
Pati bonggol pisang
Pati asam
Ditambahkan HCl 1% (v/v) 15 ml
Siti Khairunizar : Peranan Pendispersi Asam Stearat Terhadap Kompatibilitas Campuran Plastik Polipropilena Bekas Dengan Bahan Pengisi Dekstrin, 2009.
USU Repository © 2009
Siti Khairunizar : Peranan Pendispersi Asam Stearat Terhadap Kompatibilitas Campuran Plastik Polipropilena Bekas Dengan Bahan Pengisi Dekstrin, 2009.
USU Repository © 2009
3.4.4 Proses Pencampuran Plastik Bekas Dan Dekstrin Dengan Penambahan Asam Stearat
Plastik bekas
jenis polipropilena Dekstrin
Hasil pencampuran
Bentuk film
Spesimen
Dicampur secara ekstrusi pada suhu 170 oC
Dikarakterisasi
Dicetak tekan pada suhu 175oC
Uji FT-IR Uji DTA
Siti Khairunizar : Peranan Pendispersi Asam Stearat Terhadap Kompatibilitas Campuran Plastik Polipropilena Bekas Dengan Bahan Pengisi Dekstrin, 2009.
USU Repository © 2009
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Plastik bekas
jenis polipropilena
Dekstrin +
Asam stearat
Hasil pencampuran
Bentuk film
Spesimen
Dicampur secara ekstrusi pada suhu 170 oC
Dikarakterisasi
Dicetak tekan pada suhu 175oC
Uji FT-IR Uji DTA
Siti Khairunizar : Peranan Pendispersi Asam Stearat Terhadap Kompatibilitas Campuran Plastik Polipropilena Bekas Dengan Bahan Pengisi Dekstrin, 2009.
USU Repository © 2009
4.1 Ekstraksi Pati Dari Bonggol Pisang
Pati bonggol pisang diperoleh dengan mengekstraksi bonggol pisang kepok
(Musa paradisiaca normalis) sebanyak 25 kg yang menghasilkan bubur pati sebanyak 2850 g berat basah atau sekitar 11.4%, setelah dikeringkan diperoleh pati sebanyak 750 g
berat kering atau sekitar 25.4% berat kering.
Pati bonggol pisang yang telah kering tersebut diuji secara kualitatif dengan uji
iodin. Hasil reaksi memberikan warna biru yang menunjukkan bahwa serbuk yang
dihasilkan mengandung pati. Munculnya warna biru disebabkan karena molekul iodin
terikat dalam rantai spiral amilosa yang terdapat dalam pati. (Winarno, 1992)
Selanjutnya pati diuji dengan spektrofotometer infra merah, spektrum pati
bonggol pisang terlihat pada lampiran 4.1. Dari spektrum terlihat muncul puncak dengan
bilangan gelombang 3390.47 cm-1 ; 2932.97 cm-1 ; 1643.38 cm-1 ; dan 1156.63 – 1021.85
cm-1. Bilangan gelombang tersebut masing – masing menunjukkan adanya gugus OH
yang berikatan hidrogen, rentangan CH alkana, gugus C=O aldehid dan gugus C-O-C eter
yang semuanya ini menunjukkan struktur pati. Munculnya gugus C=O aldehid pada pati
kemungkinan disebabkan karena terjadinya pemutusan rantai glikosida membentuk gugus
C=O aldehid dan gugus OH pada ujung amilosa atau amilopektin yang terdapat pada pati.
4.2 Pembuatan Dekstrin
Dekstrin diperoleh dengan cara memanaskan pati bonggol pisang yang telah
diasamkan dengan HCl 1% (v/v). Dari sekitar 10 g pati diperoleh dekstrin sebanyak 7,75
g atau sekitar 77,5 %. Hasil yang diperoleh tidak mencapai 100% kemungkinan
disebabkan karena terjadinya kehilangan dekstrin selama proses dekstrinasi terutama
ketika pengeringan pendahuluan dan tahap pelembaban kembali. Kemudian dekstrin
Siti Khairunizar : Peranan Pendispersi Asam Stearat Terhadap Kompatibilitas Campuran Plastik Polipropilena Bekas Dengan Bahan Pengisi Dekstrin, 2009.
USU Repository © 2009
merah kecokelatan yang menunjukkan bahwa serbuk mengandung dekstrin. Munculnya
warna merah kecokelatan disebabkan karena molekul iodin berikatan dengan molekul
amilopektin pada dekstrin yang memiliki rantai yang lebih pendek yaitu sekitar 6 - 8 unit
monomer. (Winarno, 1992)
Selanjutnya dekstrin dianalisa dengan spektrofotometer infra merah, spektrum
hasil analisa dapat dilihat pada lampiran 4.2. Pada spektrum terlihat puncak dengan
bilangan gelombang 3400.98 cm-1; 2932.08 cm-1; 1637.89 cm-1; 1365.35 cm-1 dan
1152.01–1023.31 cm-1 . Bilangan gelombang tersebut masing – masing menunjukkan
adanya gugus OH berikatan hidrogen, rentangan CH alkana, gugus C=O aldehid, gugus
C-OH dan gugus C-O-C eter. Spektrum ini tidak jauh berbeda bila dibandingkan dengan
spektrum dekstrin komersil yang dapat dilihat pada lampiran 4.3. Namun terlihat bahwa
pada dekstrin memiliki serapan gugus C=O aldehid, hal ini kemungkinan disebabkan
terjadinya pemutusan rantai glikosida membentuk gugus C=O aldehid dan gugus OH
pada gugus ujung glikosida atau amilopektin yang terdapat pada dekstrin.
4.3 Pengujian Sifat Mekanik Campuran Plastik Bekas (Polipropilena) Dengan Dekstrin Dan Asam Stearat
Pengujian terhadap sifat mekanik yang dilakukan meliputi kekuatan tarik ( t) dan
kemuluran ( ). Data hasil pengujian kekuatan tarik dan kemuluran dapat dilihat pada lampiran 4.4, lampiran 4.5 dan lampiran 4.6. Dari data terlihat perubahan kekuatan tarik
dan kemuluran pada campuran plastik bekas dengan pengisi dekstrin sebelum dan
sesudah penambahan asam stearat sebagai pemlastis. Dari data terlihat bahwa kekuatan
tarik dan kemuluran campuran plastik bekas dan dekstrin sebelum penambahan asam
stearat adalah sebesar 48.80 kgf/mm2 dan kemuluran sebesar 1.08%. Setelah penambahan
asam stearat 2 g sampai 6 g terlihat adanya kenaikan pada kekuatan tarik dan
kemulurannya, dan maksimum terjadi pada penambahan asam stearat sebanyak 6 g,
memberikan kekuatan tarik sebesar 117.80 kgf/mm2 dan kemuluran sebesar 4.80%. Hal
ini menunjukkan bahwa asam stearat dapat bertindak sebagai pemlastis pada campuran
Siti Khairunizar : Peranan Pendispersi Asam Stearat Terhadap Kompatibilitas Campuran Plastik Polipropilena Bekas Dengan Bahan Pengisi Dekstrin, 2009.
USU Repository © 2009
kemulurannya. Namun pada penambahan asam stearat 8 g sampai 10 g terjadi penurunan
pada kekuatan tarik dan kemuluran, hal ini dimungkinkan karena telah melampaui titik
jenuh pencampurannya dalam hal dispersi molekul pemlastis kedalam fase polimer.
4.4 Analisis Spektrum Infra Merah Campuran Plastik Bekas (Polipropilena) Dengan Dekstrin Dan Asam Stearat
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui gugus fungsi komponen polimer
polipropilena dan gugus fungsi komponen polimer polipropilena setelah dicampur
dengan bahan pengisi dekstrin dan asam stearat. Analisis ini juga memberikan informasi
tentang perubahan gugus fungsi dan adanya interaksi secara kimia. Pada spektrum
polipropilena komersil pada lampiran 4.7 terlihat puncak dengan bilangan gelombang
2823.6 – 2723.3 cm-1 yang merupakan serapan C-H dan diperkuat dengan tekukan
pada 808.1 – 898.8 cm-1 yang merupakan serapan yang khas untuk polipropilena,
sedangkan puncak dengan bilangan gelombang 1440.7 – 1355.9 cm-1 merupakan serapan
CH2 dan CH3. Pada spektrum plastik bekas pada lampiran 4.8 terlihat puncak dengan
bilangan gelombang yang tidak jauh berbeda yaitu 2921.41 – 2839.62 cm-1 yang
menunjukkan serapan gugus C-H yang diperkuat dengan adanya tekukan C-H pada
808.92 – 899.11 cm-1 yang merupakan serapan yang khas untuk polipropilena, serta
puncak dengan bilangan gelombang 1376.44 – 1459.79 cm-1 menunjukkan serapan gugus
CH3 dan CH2, ini memperlihatkan bahwa plastik bekas yang digunakan dalam penelitian
ini merupakan jenis polipropilena.
Setelah dilakukan penambahan bahan pengisi dekstrin dan pendispersi asam
stearat pada lampiran 4.9 terlihat puncak serapan C-H pada bilangan gelombang 2950.47
– 2839.84 cm-1. Dan puncak dengan bilangan gelombang 1462.44 – 1376.41 cm-1 yang
merupakan serapan CH2danCH3, selain itu terlihat juga puncak serapan gugus OH dari
dekstrin pada bilangan gelombang 3789.75 cm-1, dan pada bilangan gelombang 1712.73
cm-1 muncul serapan gugus C=O ester, dimana hal ini menunjukkan bahwa hasil
pencampuran antara plastik bekas dengan dekstrin dan asam stearat hanya merupakan
Siti Khairunizar : Peranan Pendispersi Asam Stearat Terhadap Kompatibilitas Campuran Plastik Polipropilena Bekas Dengan Bahan Pengisi Dekstrin, 2009.
USU Repository © 2009
4.5 Analisis Termal Menggunakan DTA
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui sifat – sifat termal komponen campuran
plastik bekas. Analisis ini meliputi temperatur leleh, temperatur terurai dan temperatur
terdekomposisi. Pada lampiran 4.10 yang merupakan termogram DTA dari plastik bekas
memberikan informasi terjadi perubahan bentuk dari padat menjadi cair atau mencapai
suhu transisi kaca pada suhu 160oC yang ditandai dengan munculnya puncak endotermis
pada suhu tersebut. Sedangkan suhu terdekomposisi terlihat pada puncak eksotermis yang
muncul pada suhu 410oC.
Pada lampiran 4.11 yang merupakan termogram DTA dari plastik bekas dengan
penambahan bahan pengisi dekstrin dan pendispersi asam stearat memberikan informasi
terjadi perubahan bentuk dari padat menjadi cair atau mencapai suhu transisi kaca pada
suhu 160oC yang ditandai dengan munculnya puncak endotermis pada suhu tersebut.
Namun terlihat ada dua puncak eksotermis yang muncul berdekatan yaitu keadaan
terdekomposisi terlihat pada puncak eksotermis yang muncul pada suhu 380oC, dan
keadaan terbakar yang terlihat pada puncak eksotermis yang muncul pada suhu 390oC.
Munculnya dua puncak yang masih terpisah ini menunjukkan bahwa pencampuran
polimer masih kurang homogen dan menunjukkan bahwa interaksi yang terjadi hanya
berupa interaksi secara fisik.
Siti Khairunizar : Peranan Pendispersi Asam Stearat Terhadap Kompatibilitas Campuran Plastik Polipropilena Bekas Dengan Bahan Pengisi Dekstrin, 2009.
USU Repository © 2009
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Penambahan bahan pendispersi asam stearat kedalam campuran plastik bekas
(polipropilena) dan bahan pengisi dekstrin dapat meningkatkan interaksi antara
bahan pengisi dengan matriks polimer sehingga dihasilkan campuran yang lebih
kompatibel, hal ini terlihat dengan adanya peningkatan sifat kekuatan tarik dan
kemulurannya. Peningkatan sifat kekuatan tarik dan kemuluran diperoleh
maksimum pada penambahan asam stearat sebanyak 6 gram, yaitu memberikan
kekuatan tarik sebesar 117.80 kgf/mm2 dan kemuluran sebesar 4.8%. Hasil
analisis dengan infra merah menunjukkan terjadinya interaksi fisik antara plastik
bekas dengan dekstrin dan asam stearat. Hal ini dapat dilihat dengan munculnya
gugus OH pada bilangan gelombang 3789.75 cm-1 dan gugus C=O pada bilangan
gelombang 1712.73 cm-1. Hasil analisis termal menunjukkan bahwa terdapat dua
puncak eksotermis yang berdekatan yaitu pada suhu 380oC, dan 390oC.
Munculnya dua puncak yang masih terpisah ini menunjukkan bahwa
pencampuran polimer masih dalam fase terpisah atau kurang homogen.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka perlu disarankan untuk
mempertimbangkan pemilihan berbagai bahan – bahan yang sudah tidak terpakai
lainnya sehingga dapat bermanfaat kembali dan dengan demikian dapat menurunkan
Siti Khairunizar : Peranan Pendispersi Asam Stearat Terhadap Kompatibilitas Campuran Plastik Polipropilena Bekas Dengan Bahan Pengisi Dekstrin, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR PUSTAKA
Cowd, M.A., 1991, Kimia Polimer, ITB Bandung.
Fleche, G., 1985, Chemical Modification and Degradation of Starch, IA GMA Van Beynum and J.A Roels Edition, Marcel Dekker Inc., New York.
Hartomo, A.J., 1993, Dasar – dasar Profesi Politeknik Pemrosesan Polimer Praktis,
Cetakan Ketiga, Andi Offset, Yogyakarta.
Hornsby, P.R., Watson, C.L., 1995, Interfacial Modification of Polyprophylene Composite Filled with Magnesium Hidrokside, J. Material Science.
Kietkamjornwong, S., 1996, Degradation of Polyethylene Cassava Starch Blend,
Bandung – Bogor, Indonesia.
Page, D.S., Soendoro, R., 1995, Prinsip – prinsip Biokimia, Edisi Kedua, Erlangga, Jakara.
Risnawaty, L., 1999, Peranan Anhidrida Maleat Terhadap Kompatibilitas Campuran PE dan Karet Alam SIR 20 dengan Pengisi Pulp Tandan Kosong Sawit, Tesis Kimia S-2, USU, Medan.
Rosen, L.S., 1982, Fundamental Principle of Polymer Material, Jhon Willey, London.
Siregar, A.H., 1999, Peranan Pendispersi Hidrokarbon dan Turunan Gliserida Minyak Sawit Mentah Terhadap Kompatibilitas Pengisi Pulp Tandan Kosong Sawit dalam Matriks Polipropilena, Tesis S-2 Kimia USU, Medan.
Sulaiman, A.H., 1991, Ekstraksi Pati Dari Bonggol Beberapa Varietas Pisang Dengan Metoda Basah dan Metoda Kering, Penelitian Fakultas Pertanian USU, Medan.
Surdia, T., 1995, Pengetahuan Bahan teknik, Pradnya Paramita, Jakarta
Taufik, M., 2002, Peranan Pendispersi Hidrokarbon dan Asam Oleat Pada Efisiensi Impregnasi Polipropilena Dalam Kayu Kelapa Sawit, Tesis Program Pasca Sarjana USU, Medan.
Winarno, F.G., 1980, Pengantar Teknologi Pangan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Siti Khairunizar : Peranan Pendispersi Asam Stearat Terhadap Kompatibilitas Campuran Plastik Polipropilena Bekas Dengan Bahan Pengisi Dekstrin, 2009.
USU Repository © 2009
Wirjosentono, B., 1993, Degradasi Plastik PVC Oleh Pengaruh Cahaya Ultraviolet dan Sinar Matahari Dalam Media Berair, Laporan Penelitian, Lembaga Penelitian USU, Medan.
Siti Khairunizar : Peranan Pendispersi Asam Stearat Terhadap Kompatibilitas Campuran Plastik Polipropilena Bekas Dengan Bahan Pengisi Dekstrin, 2009.
USU Repository © 2009
Siti Khairunizar : Peranan Pendispersi Asam Stearat Terhadap Kompatibilitas Campuran Plastik Polipropilena Bekas Dengan Bahan Pengisi Dekstrin, 2009.
Siti Khairunizar : Peranan Pendispersi Asam Stearat Terhadap Kompatibilitas Campuran Plastik Polipropilena Bekas Dengan Bahan Pengisi Dekstrin, 2009.
USU Repository © 2009
Siti Khairunizar : Peranan Pendispersi Asam Stearat Terhadap Kompatibilitas Campuran Plastik Polipropilena Bekas Dengan Bahan Pengisi Dekstrin, 2009.
Siti Khairunizar : Peranan Pendispersi Asam Stearat Terhadap Kompatibilitas Campuran Plastik Polipropilena Bekas Dengan Bahan Pengisi Dekstrin, 2009.
Siti Khairunizar : Peranan Pendispersi Asam Stearat Terhadap Kompatibilitas Campuran Plastik Polipropilena Bekas Dengan Bahan Pengisi Dekstrin, 2009.
USU Repository © 2009
Lampiran 4.4 Data Hasil Pengujian Kekuatan Tarik ( t) Dan Kemuluran ( )
No Asam Stearat (g)
Kekuatan Tarik (kgf/mm2) Kemuluran (%)
1 0 48.80 1.08
Campuran Plastik Bekas Dan Dekstrin
Siti Khairunizar : Peranan Pendispersi Asam Stearat Terhadap Kompatibilitas Campuran Plastik Polipropilena Bekas Dengan Bahan Pengisi Dekstrin, 2009.
USU Repository © 2009
Lampiran 4.6 Grafik Pengaruh Asam Stearat Terhadap Kemuluran ( ) Campuran Plastik Bekas Dan Dekstrin
0 1 2 3 4 5 6
0 2 4 6 8 10
Asam Stearat (g)
K
em
ul
ur
an (
%
Siti Khairunizar : Peranan Pendispersi Asam Stearat Terhadap Kompatibilitas Campuran Plastik Polipropilena Bekas Dengan Bahan Pengisi Dekstrin, 2009.
Siti Khairunizar : Peranan Pendispersi Asam Stearat Terhadap Kompatibilitas Campuran Plastik Polipropilena Bekas Dengan Bahan Pengisi Dekstrin, 2009.
Siti Khairunizar : Peranan Pendispersi Asam Stearat Terhadap Kompatibilitas Campuran Plastik Polipropilena Bekas Dengan Bahan Pengisi Dekstrin, 2009.
Siti Khairunizar : Peranan Pendispersi Asam Stearat Terhadap Kompatibilitas Campuran Plastik Polipropilena Bekas Dengan Bahan Pengisi Dekstrin, 2009.
Siti Khairunizar : Peranan Pendispersi Asam Stearat Terhadap Kompatibilitas Campuran Plastik Polipropilena Bekas Dengan Bahan Pengisi Dekstrin, 2009.