Asni Juliati Sihombing : Analisis Sistem Pengawasan Pemberian Kredit Pada PT. Bank Tabungan Negara ( Persero ) Cabang Medan, 2010.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
SKRIPSI
ANALISIS SISTEM PENGAWASAN PEMBERIAN KREDIT PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA ( PERSERO ) CABANG MEDAN
OLEH:
NAMA
:
ASNI JULIATI SIHOMBINGNIM
: 050503059
DEPARTEMEN : AKUNTANSI
GUNA MEMENUHI SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA EKONOMI
Asni Juliati Sihombing : Analisis Sistem Pengawasan Pemberian Kredit Pada PT. Bank Tabungan Negara ( Persero ) Cabang Medan, 2010.
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:
“Analisis Sistem Pengawasan Pemberian Kredit Pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Medan.”
Adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul tersebut belum pernah
dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa dalam konteks penulisan
skripsi program S1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara.
Semua sumber data dan informasi yang diperoleh, telah dinyatakan jelas,
benar apa adanya. Dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya
bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh universitas.
Medan, 15 September 2009
Yang membuat pernyataan
Nama : Asni Juliati Sihombing
Asni Juliati Sihombing : Analisis Sistem Pengawasan Pemberian Kredit Pada PT. Bank Tabungan Negara ( Persero ) Cabang Medan, 2010.
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur dan hormat yang sebesar-besarnya kepada Tuhan Yang
Maha Esa atas berkat dan kuasaNya saya bisa menyelesaikan skripsi ini dengan
baik.
Skripsi ini berjudu l Analisis Sistem Pengawasan Pemberian Kredit
Pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Medan, disusun dalam
rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada
Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara.
Selama proses penyusunan skripsi ini, saya banyak memperoleh
bimbingan, dukungan, nasehat, dan bantuan lain baik secara moril maupun materil
dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan ucapan
terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec. selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak. dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM,
Ak. selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Sekretaris Departemen
Akuntansi Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Nurzaimah, MM, Ak. selaku Dosen Pembimbing, atas bimbingan dan
arahan Ibu dalam proses penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak Drs. Wahidin Yasin,M.Si, Ak. selaku Dosen Penguji I dan Bapak Drs.
Zainal AT.Silangit, Ak. selaku Dosen Penguji II, atas segala saran dan
Asni Juliati Sihombing : Analisis Sistem Pengawasan Pemberian Kredit Pada PT. Bank Tabungan Negara ( Persero ) Cabang Medan, 2010.
5. Bapak Drs. Zainal A. T. Silangit, Ak. selaku Dosen Wali yang telah
membantu saya dalam konsultasi akademik selama perkuliahan. Bapak dan
Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik
saya selama perkuliahan dan para pegawai Departemen Akuntansi yang telah
banyak membantu saya.
6. Kedua orang tua saya, A. Sihombing dan T. Aritonang. Terimakasih buat
dukungannya selama ini.
Saya berharap skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak. Semoga Tuhan
Yang Maha Esa selalu memberkati kita dalam kasih.
Medan, 15 September 2009 Penulis
Asni Juliati Sihombing : Analisis Sistem Pengawasan Pemberian Kredit Pada PT. Bank Tabungan Negara ( Persero ) Cabang Medan, 2010.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan sistem pengawasan kredit pada PT. Bank Tabungan Negara, Cabang Medan dan mengetahui apakah Pemberian kredit telah dijalankan sesuai dengan perkreditan perbankan dan presedur pemberian kredit.
Jenis penelitian yang dilakukan oleh Penulis adalah penelitian lapangan dalam bentuk studi kasus dengan mendatangi objek penelitian yaitu PT. Bank Tabungan Negara, Cabang Medan. Adapun jenis data yang digunakan adalah data primer yang merupakan hasil wawancara berupa tanya jawab dengan pihak bagian kredit, dan data sekunder berupa struktur organisasi Perusahaan, sejarah singkat Perusahaan, dan daftar kolektibilitas kredit tahun 2005 sampai 2007. Teknik analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif.
Dari hasil penelitian, Penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa pelaksanaan sistem pengawasan pemberian kredit pada PT. Bank Tabungan Negara, Cabang Medan cukup efektif. Pengawasan kredit yang dilakukan oleh PT. Bank Tabungan Negara, Cabang Medan mengalami peningkatan dari tahun 2005 ke tahun 2006 dan mengalami peningkatan juga pada tahun 2007 yang dapat dilihat dari ratio NPL (Non Performing Loan) yaitu sebesar 4,21% per 31 Desember 2005 yang mengalami peningkatan lagi menjadi 3,27% per 31 Desember 2006 serta mengalami peningkatan lagi menjadi 2,34% per 31 Desember 2007. Hal ini, sesuai dengan Surat Edaran BI no. SE No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 dikatakan bahwa tingkat ratio NPL yang baik apabila kurang dari 5%. Pemberian kredit telah dijalankan sesuai dengan kebijaksanaan perkreditan bank dan prosedur pemberian kredit yaitu tahap permohonan kredit, tahap analisis kredit, dan tahap keputusan kredit.
Asni Juliati Sihombing : Analisis Sistem Pengawasan Pemberian Kredit Pada PT. Bank Tabungan Negara ( Persero ) Cabang Medan, 2010.
ABSTRACT
The research is conducted in order to find out the effectiveness of the controlling system in credit extension at PT. Bank Tabungan Negara, Medan Branch and to find out whether the credit extension has been performed well in accordance with the credit matters of banking and the procedures of credit extension.
The sort of research performed by the writer is field research form in the study case with come to object of research is PT. Bank Tabungan Negara, Medan Branch . The sort of data used are primary data which was the out come of interviews in form of question and answer with the credit side, and the secondary data was in the form of organization structure of a company, a brief history of a company and the list of credit collectability in the year of 2005 up to 2007. The technique of data analysis is descriptive method.
From the objective of research, the writer may conclude that the operation of controlling system in credit extension at PT. Bank Tabungan Negara, Medan Branch is quite effective. The credit controlling which was conducted by Bank Tabungan Negara, Medan Branch. Went into a increasing from 2005 to 2006 and still continued increasing in the year of 2007 which can looked from NPL ratio (Non Performing Loan) that is 4,21% per December 31 2005 increasing into 3,27% per December 31 2006 and still continued to increasing into 2,34% per December 31 2007. This case is appropriate for circular Indonesia Bank number SE No.6/23/DPNP date on May 31 2004 mentioned that the rate of NPL ratio is said to be good if it is less than 5%. The credit extension has been performed well in accordance with credit bank policy and the procedures of credit extension that is credit supplication step, credit analysis step and credit termination step.
Asni Juliati Sihombing : Analisis Sistem Pengawasan Pemberian Kredit Pada PT. Bank Tabungan Negara ( Persero ) Cabang Medan, 2010.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT...v
DAFTAR ISI...vi
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR TABEL ... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 5
C. Batasan Penelitian ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 5
E. ManfaatPenelitian...5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kredit ... 7
B. Sistem Pengawasan Kredit... ... 14
a. Prosedur Pemberian Kredit ... 14
b. Sistem Pengawasan Kredit ... 26
C. Kredit Bermasalah NPL (Non Performing Loan ……….29
Asni Juliati Sihombing : Analisis Sistem Pengawasan Pemberian Kredit Pada PT. Bank Tabungan Negara ( Persero ) Cabang Medan, 2010.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian ... 34
B. Jenis Data dan Sumber Data ... 34
C. Teknik Pengumpulan Data dan Pengolahan Data... 34
D. Metode Analisis Data ... 35
E. Jadwal Penelitian ... 35
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian 1. Sejarah Singkat Perusahaan...37
2. Struktur Organisasi Perusahaan ...40
3. Ruang Lingkup Kegiatan dan Jenis-jenis Kredit ...47
4. Prosedur Pemberian Kredit …...53
5. Sistem Pengawasan Kredit ...62
6. Prosedur Penyelesaian Kredit Bermasalah ...64
B. Analisis Hasil Penelitian 1. Prosedur Pemberian Kredit ...67
2. Sistem Pengawasan Kredit ...70
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 73
B. Saran ... 74
Asni Juliati Sihombing : Analisis Sistem Pengawasan Pemberian Kredit Pada PT. Bank Tabungan Negara ( Persero ) Cabang Medan, 2010.
DAFTAR TABEL
Nomor Judul
Tabel 4.1 Kolektibilitas Kredit Sampai Tahun 2007...61
Halaman
Tabel 4.2 Daftar Kolektibilitas Kredit PT.BTN Tahun
Asni Juliati Sihombing : Analisis Sistem Pengawasan Pemberian Kredit Pada PT. Bank Tabungan Negara ( Persero ) Cabang Medan, 2010.
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul
Gambar 2.1 Proses Pengawasan Kredit ... 28
Halaman
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual ... 33
Gambar 4.1 Struktur Organisasi ... 78
Asni Juliati Sihombing : Analisis Sistem Pengawasan Pemberian Kredit Pada PT. Bank Tabungan Negara ( Persero ) Cabang Medan, 2010.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bank merupakan mitra usaha yang mempunyai peran penting dalam
dunia usaha baik itu dunia industri, dagang, jasa, dan lembaga keuangan
lainnya. Bank merupakan lembaga keuangan yang dibangun atas dasar
kepercayaan. Bank dalam pendanaan operasionalnya sebagian besar berasal
dari simpanan masyarakat berupa giro, deposito, tabungan dan produk
lainnya yang tujuannya adalah untuk pengumpulan dana masyarakat.
Menurut Dendawijaya (2005:35) menyatakan bahwa, ”Dana-dana yang
dihimpun dari masyarakat ternyata merupakan sumber dana terbesar yang
paling diandalkan oleh bank dan bisa mencapai 80%-90% dari seluruh dana
yang dikelola oleh bank”. Oleh sebab itu masyarakat yang menyimpan
uangnya di bank harus benar-benar yakin bahwa uangnya aman bahkan
dapat memperoleh manfaat ekonomi dalam jumlah dan jangka waktu
tertentu.
Bank memperoleh pendapatan melalui pemberian kredit kepada
masyarakat. Semakin tinggi permintaan kredit yang dapat dipenuhi oleh
bank maka kemungkinan memperoleh laba usaha juga akan semakin
meningkat, namun dalam pemberian kredit pada masyarakat bank harus
hati-hati karena jika tidak bank akan terjebak dalam masalah kredit macet dan
Asni Juliati Sihombing : Analisis Sistem Pengawasan Pemberian Kredit Pada PT. Bank Tabungan Negara ( Persero ) Cabang Medan, 2010.
akan menderita kerugian, masyarakat yang memberikan tabungannya
sebagai sumber dana usaha bank juga akan takut uangnya tidak kembali.
Oleh sebab itu pemberian kredit kepada masyarakat merupakan suatu
proses yang memerlukan pertimbangan dan analisa-analisa yang baik dari
bank untuk menghindari kemungkinan kerugian serta pertimbangan dan
analisa tersebut dipengaruhi oleh ketentuan dari Bank Indonesia dan
kebijakan dari kantor pusat itu sendiri. Sebelum memberikan kredit seorang
pemimpin atau pejabat yang berwenang dalam memutuskan kredit harus
memperhatikan beberapa faktor sebagai dasar pertimbangan dalam
memberikan kredit seperti : siapa yang menginginkan kredit, untuk apa
kredit digunakan , apa dan berapa nilai agunannya, dan bagaimana dan
berapa lama kredit akan dikembalikan kepada bank dan beberapa
pertimbangan lainnya yang diperoleh.
Sistem pengawasan kredit yang dilakukan dalam menjamin
kepentingan bank terhadap kredit yang diberikan, maka menerapkan sistem
pengawasan yang meliputi prosedur pemberian kredit sampai pengawasan
lanjutan setelah kredit diterima debitur. Di dalam proses pengawasannya
sebelum pemberian kredit kepada debitur, bank meminta laporan-laporan
yang diperlukan secara periodik tentang perkembangan usahanya khususnya
tentang usaha yang dibiayai oleh bank sehingga bank dapat mengawasi
usaha nasabahnya. Pengawasan kredit yang diberikan oleh bank sangat
Asni Juliati Sihombing : Analisis Sistem Pengawasan Pemberian Kredit Pada PT. Bank Tabungan Negara ( Persero ) Cabang Medan, 2010.
pembayaran kembali kreditnya dan untuk memastikan digunakan sesuai
rencana permohonan kredit.
Jika sistem pemberian kredit sudah diterapkan dengan baik mulai
dari nasabah mengajukan permohonan kredit sampai pelunasan kredit, maka
pihak bank akan selalu dapat mengetahui dengan baik kegiatan dan
perkembangan usaha nasabahnya sehingga persoalan yang dihadapi nasabah
bank akan segera mengetahui dan berusaha membantu untuk kepentingan
bank itu sendiri. Pengawasan kredit mutlak dilaksanakan untuk menghindari
kredit macet. Pengawasan kredit adalah usaha lancar yang produktif artinya
kredit itu dapat ditarik kembali bersama bunganya sesuai perjanjian yang
telah disetujui oleh kedua belah pihak. Hal ini penting jika kredit macet
berarti kerugian bagi bank bersangkutan. Oleh karena itu, penyaluran kredit
harus berdasarkan prinsip kehati-hatian dengan sistem pengendalian yang
baik dan benar. Dengan demikian betapa pentingnya sektor perkreditan bagi
kehidupan perbankan, sehingga sangatlah dibutuhkan pengawasan kredit
yang terampil dan memadai.
PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Medan merupakan
salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang perbankan. Bank ini
merupakan bank devisa yang kegiatan operasional utamanya dibidang
perkreditan, disamping kegiatan operasional lainnya seperti penggarapan
dana dari pihak ketiga, dan lain sebagainya yang kemudian disalurkan
kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Kredit yang diberikan
Asni Juliati Sihombing : Analisis Sistem Pengawasan Pemberian Kredit Pada PT. Bank Tabungan Negara ( Persero ) Cabang Medan, 2010.
Hal ini merupakan keahlian pengawasan khusus dalam mengelola kredit
tersebut dan dapat dilunasi tepat waktu oleh nasabah jatuh tempo.
Pengawasan yang merupakan hal yang penting bagi usaha
perbankan. Tujuan dari pengawasan pemberian kredit ini terutama untuk
menjaga, mengamankan dan mengantisipasi terjadinya penyimpangan yang
dapat menjadikan kredit bermasalah dan jika tidak ditindaklanjuti akan
menyebabkan kerugian bagi bank. Serta dengan adanya sistem ini, pihak
bank dapat mengetahui dengan cepat munculnya potensi kredit bermasalah
yang dapat merugikan bank.
Sistem pengawasan kredit yang efektif dapat dilihat dari ketepatan
tujuan dan penggunaan kredit yang diberikan oleh bank terhadap nasabah
dan kelancaran pembayaran kembali kredit oleh nasabah pada saat jatuh
tempo. Tingkat keefektifan pengawasan kredit ini dapat kita lihat dari
tingkat NPL (Non Performing Loan). Tingkat NPL ini berpengaruh dalam
tingkat kesehatan bank yang mempengaruhi eksistensi bank.
Berdasarkan kenyataan yang ada, maka setiap bank berusaha untuk
lebih meningkatkan pengawasan terhadap kredit dan pelayanan kepada
nasabah agar tercapai tujuan yang diharapkan melihat betapa pentingnya
keefektifan sistem pengawasan kredit yang nantinya akan diukur dengan
tingkat NPL (Non Performing Loan), maka penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul ” Analisis Sistem Pengawasan
Asni Juliati Sihombing : Analisis Sistem Pengawasan Pemberian Kredit Pada PT. Bank Tabungan Negara ( Persero ) Cabang Medan, 2010.
B. Perumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang di atas, maka penulis
merumuskan masalah yaitu:
a. Apakah sistem pengawasan pemberian kredit pada Bank Tabungan
Negara ( Persero) Cabang Medan telah efektif ?
b. Apakah pemberian kredit telah dijalankan sesuai dengan kebijaksanaan
perkreditan bank dan prosedur pemberian kredit ?
C. Batasan Masalah
Agar tidak terjadi kesimpangsiuran di dalam penelitian yang
dilakukan, maka permasalahan dalam penelitian akan dibatasi pada sistem
pengawasan terhadap pemberian kredit pada PT. Bank Tabungan Negara,
(Persero) Cabang Medan.
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah:
1) Untuk mengetahui keefektifan sistem pengawasan pemberian kredit
yang dilakukan oleh Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Medan.
2) Untuk mengetahui apakah pemberian kredit telah dijalankan sesuai
dengan kebijaksanaan perkreditan bank dan prosedur pemberian kredit.
E. Manfaat Penelitian
Asni Juliati Sihombing : Analisis Sistem Pengawasan Pemberian Kredit Pada PT. Bank Tabungan Negara ( Persero ) Cabang Medan, 2010.
a. Bagi penulis, diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan
b. Bagi perusahaan, diharapkan dapat memberikan masukan dan
pertimbangan dalam mengambil keputusan
c. Bagi pihak lain, diharapkan dapat menjadi referensi dalam penelitian
Asni Juliati Sihombing : Analisis Sistem Pengawasan Pemberian Kredit Pada PT. Bank Tabungan Negara ( Persero ) Cabang Medan, 2010.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Kredit
1. Pengertian Kredit
Kata kredit berasal dari bahasa latin yaitu “ credere”, yang
artinya percaya atau to believe atau to trust. Oleh karena itu, dasar
pemikiran persetujuan pemberian kredit oleh bank pada seseorang atau
badan usaha adalah kepercayaan. Bila dikaitkan dengan kegiatan usaha,
kredit berarti suatu kegiatan memberikan nilai ekonomi ( economi value)
kepada seseorang atau badan usaha yang berlandaskan kepercayaan saat
itu, bahwa nilai ekonomi yang sama akan dikembalikan pada kreditur
(bank) setelah jangka waktu sesuai dengan kesepakatan yamg sudah
disetujui antara kreditur dan debitur.
Menurut pasal 1 butir (11) UU No. 10 Tahun 1998, “kredit
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan
itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak
lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”.
Sedangkan menurut Hasibuan (2001:87), “ kredit adalah semua
jenis pinjaman yang harus dibayar kembali bersama bunganya oleh
peminjam sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati ”.
Asni Juliati Sihombing : Analisis Sistem Pengawasan Pemberian Kredit Pada PT. Bank Tabungan Negara ( Persero ) Cabang Medan, 2010.
Menurut Rivai (2004:4), “kredit adalah penyerahan barang, jasa,
atau uang dari satu pihak (kreditur atau pemberi pinjaman) atas dasar
kepercayaan kepada pihak lain (nasabah atau pengutang) dengan janji
membayar dari penerima kredit kepada pemberi kredit pada tanggal yang
telah disepakati kedua belah pihak”.
Sastradipoera (2004:151) menyebutkan, “kredit adalah
penyediaan uang atau tagihan (yang disamakan dengan uang)
berdasarkan kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan pihak lain
yang dalam hal ini peminjam berkewajiban melunasi kewajibannya
setelah jangka waktu tertentu dengan ( biasanya ) sejumlah bunga yang
ditetapkan lebih dahulu”.
Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan (2001:II.8A.1)
mengartikan kredit sebagai:
Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam (debitur) untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.
Berdasarkan pengertian-pengertian kredit di atas, dapat diketahui
bahwa kredit mempunyai beberapa unsur, yaitu:
1. Adanya dua pihak, yaitu pemberi kredit (kreditur) dan penerima
kredit (nasabah). Hubungan pemberi kredit dan penerima kredit
merupakan hubungan kerjasama yang saling menguntungkan.
2. Adanya kerjasama pemberi kredit kepada penerima kredit bahwa
Asni Juliati Sihombing : Analisis Sistem Pengawasan Pemberian Kredit Pada PT. Bank Tabungan Negara ( Persero ) Cabang Medan, 2010.
tertentu pada masa yang akan datang. Kepercayaan ini diberikan oleh
kreditur, dimana sebelumnya sudah melakukan penelitian
penyelidikan tentang nasabah baik secara intern maupun dari ekstern.
Penelitian ini meliputi kondisi masa lalu dan sekarang nasabah.
3. Adanya persetujuan, berupa kesepakatan pada krediur dengan pihak
lainnya yang berjanji akan membayar dari penerima kredit kepada
pemberi kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian
dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya
masing- masing.
4. Adanya penyerahan barang, jasa, atau uang dari pemberi kredit
kepada penerima kredit.
5. Adanya unsur waktu. Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka
waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian
kredit yang telah disepakati.
6. Adanya unsur resiko (degree of risk), baik di pihak pemberi kredit
maupun dipihak penerima kredit. Suatu tenggang waktu
pengembalian akan menyebabkan suatu resiko tidak
tertagihnya/macet pemberi kredit. Semakin panjang suatu kredit,
semakin besar resiko gagal bayar atau ketidakmampuan membayar.
Resiko di pihak nasabah adalah kecurangan pihak kreditur, antara
lain keinginan dari pihak pemberi kredit untuk mencaplok
perusahaan yang diberi kredit atau tanah yang dijaminkan
Asni Juliati Sihombing : Analisis Sistem Pengawasan Pemberian Kredit Pada PT. Bank Tabungan Negara ( Persero ) Cabang Medan, 2010.
2. Jenis- jenis kredit
Pengelompokan kredit menurut Kasmir (2003:99-102) dapat
dilihat dari:
a. Jenis Kredit Berdasarkan Jangka Waktu Kredit
1) Short term credit ( kredit jangka pendek) ialah suatu
bentuk kredit yang berjangka waktu maksimum satu tahun.
2) Intermediate term credit (kredit jangka menengah) ialah
suatu bentuk kredit yang berjangka waktu satu tahun sampai tiga tahun.
3) Long term credit (kredit jangka panjang) ialah suatu
bentuk kredit yang berjangka waktu lebih dari tiga tahun. b. Jenis Kredit Berdasarkan Lembaga yang Menerima Kredit
1) Kredit untuk badan usaha pemerintah/daerah, yaitu kredit yang diberikan kepada perusahaan/badan usaha yang dimiliki pemerintah.
2) Kredit untuk badan usaha swasta, yaitu kredit yang diberikan kepada perusahaan/badan usaha yang dimiliki swasta.
3) Kredit perorangan, yaitu kredit yang diberikan bukan kepada perusahaan, tetapi kepada perorangan.
4) Kredit untuk bank koresponden, lembaga pembiayaan dan perusahaan asuransi, yaitu kredit yang diberikan kepada bank koresponden, lembaga pembiayaan dan perusahan asuransi.
c. Jenis Kredit Berdasarkan Tujuan Penggunaannya
1) Kredit Modal Kerja (KMK), adalah kredit untuk modal kerja perusahaan dalam rangka pembiayaan aktiva lancar perusahaan, seperti pembelian bahan baku, piutang, dan lain-lain.
2) Kredit Investasi, adalah kredit ( berjangka menengah atau panjang) yang diberikan kepada usaha-usaha guna merehabilitas, modernisasi, perluasan ataupun pendirian proyek baru,misalnya untuk pembelian mesin, bangunan dan tanah untuk pabrik.
3) Kredit konsumtif, adalah yang diberikan bank kepada pihak ketiga/perorangan (termasuk karyawan bank sendiri) untuk keperluan konsumsi berupa barang dan jasa dengan cara nembeli, menyewa atau dengan cara lain. d. Jenis Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi
Asni Juliati Sihombing : Analisis Sistem Pengawasan Pemberian Kredit Pada PT. Bank Tabungan Negara ( Persero ) Cabang Medan, 2010.
diutamakan dalam pembiayaan dengan kredit bank itu. Sektor ekonomi yang dimaksud antara lain adalah sektor pertanian, pertambangan, perindustrian, konstruksi, jasa sosial, jasa dunia usaha, dan lain-lain.
e. Jenis Kredit Berdasarkan Sifat
1) Kredit atas dasar transaksi satu kali (eenmalig), adalah kredit jangka pendek untuk pembiayaan suatu transaksi tertentu.
2) Kredit atas dasar transaksi berulang(revolving), adalah kredit jangka pendek yang diberikan kepada nasabah untuk usaha yang merupakan suatu seri transaksi yang sejenis.
3) Kredit atas dasar plafon terkait, adalah kredit yang diberikan dengan jumlah dan jangka waktu tertentu dengan tujuan untuk dipergunakan sebagai tambahan modal kerja bagi suatu unit produksi atas dasar penilaian kapasitas produksi/ kebutuhan modal kerja dimana maksimum kredit yang diberikan tidak terikat pada kapasitas produksi normal atau realisasi penjualan.
4) Kredit atas dasar plafon terbuka, adalah kredit untuk kebutuhan modal kerja dimana maksimum kredit yang diberikan tidak terikat pada kapasitas produksi normal atau realisasi penjualan
5) Kredit atas dasar penurunan plafon secara berangsur
(aflopend plafond), adalah kredit yang diberikan kepada
nasabah yang pelunasannya harus dilaksanakan secara berangsur sesuai dengan jadwal pelunasan yang telah disetujui/ditentukan oleh bank.
f. Jenis Kredit Berdasarkan Sumber Dana 1) Kredit dengan dana bank sendiri
2) Kredit dengan dana bersama-sama dengan bank lain (sindikasi, konsorsium)
3) Kredit dengan dana dari luar negeri. g. Jenis Kredit Berdasarkan Bentuk
1) Cash Loan, adalah pinjaman uang tunai yang diberikan
oleh bank kepada nasabahnya sehingga dengan pemberian fasilitas ini, bank telah menyediakan dana (fres money) yang dapat digunakan oleh nasabah berdasarkan ketentuan yang ada dalam perjanjian kredit.
2) Non cash Loan, adalah fasilitas yang diberikan bank
kepada nasabahnya, tetapi atas fasilitas ini bank belum mau mengeluarkan uang tunai
h. Kredit Berdasarkan Wewenang Pemutusan
Asni Juliati Sihombing : Analisis Sistem Pengawasan Pemberian Kredit Pada PT. Bank Tabungan Negara ( Persero ) Cabang Medan, 2010.
i. Kredit Berdasarkan Sifat Fasilitas
1) Committed Facility, adalah suatu fasilitas yang secara
hukum, bank diperjanjikan kecuali terjadi suatu peristiwa yang memberikan hak kepada bank untuk menarik kembali/menangguhkan fasilitas tersebut sesuai surat atau dokumen lainnya.
2) Uncommitted Facility, adalah suatu fasilitas yang secara
hukum, bank tidak mempunyai kewajiban untuk memenuhinya sesuai dengan yang telah diperjanjikan. j. Kredit Berdasarkan Akad
1) Pinjaman dengan akad kredit, adalah pinjaman yang disertai dengan suatu perjanjian kredit tertulis antara bank dengan nasabah, yang antara lain mengatur besarnya plafon kredit, suku bunga, jangka waktu, jaminan, cara pelunasan, dan sebagainya.
2) Pinjaman tanpa akad kredit, adalah pinjaman yang tidak disertai suatu perjanjian tertulis.
3. Tujuan dan Fungsi Kredit
Rivai (2006:6) mengatakan bahwa ”pada dasarnya terdapat dua
fungsi yang saling berkaitan dengan kredit, yaitu profitability dan
safety”. Profitability yaitu, tujuan untuk memperoleh hasil dari kredit
berupa keuntungan dari bunga yang harus dibayar nasabah. Sedangkan
safety merupakan keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan
harus benar-benar terjamin sehingga tujuan profitability dapat tercapai
tanpa hambatan yang berarti.
Tjoekam (1999:3) mengatakan bahwa ”dalam perkreditan
melibatkan beberapa pihak yaitu: kreditur (bank), debitur (penerima
kredit), otorita moneter (pemerintah) dan masyarakat pada umumnya”.
Oleh karena itu, tujuan perkreditan bagi setiap pihak yang terkait antara
lain:
Asni Juliati Sihombing : Analisis Sistem Pengawasan Pemberian Kredit Pada PT. Bank Tabungan Negara ( Persero ) Cabang Medan, 2010.
1) Perkreditan merupakan sumber utama pendapatannya.
2) Perkreditan merupakan instrumen penjaga likuiditas, solvabilitas
dan profitabilitas bank.
3) Kredit dapat memanfaatkan dan memproduktifkan dana-dana
yang ada.
b. Bagi Debitur:
1) Kredit berfungsi sebagai sarana untuk membuat kegiatan usaha
semakin lancar dan performance (kinerja) usaha semakin baik
daripada sebelumnya.
2) Kredit meningkatkan minat berusaha dan keuntungan sebagai
jaminan kelanjutan kehidupan perusahaan.
3) Kredit memperluas kesempatan berusaha dan bekerja dalam
perusahaan.
c. Bagi Otorita ( pemerintah ):
1) Kredit sebagai instrumen moneter
2) Kredit dapat menciptakan kesempatan berusaha dan kesempatan
kerja yang memperluas sumber pendapatan negara.
3) Kredit dapat sebagai instrumen untuk ikut serta meningkatkan
mutu manajemen dunia usaha, sehingga terjadi efisiensi dan
mengurangi pemborosan di semua lini.
d. Bagi Masyarakat
1) Kredit dapat mengurangi pengangguran, karena membuka
Asni Juliati Sihombing : Analisis Sistem Pengawasan Pemberian Kredit Pada PT. Bank Tabungan Negara ( Persero ) Cabang Medan, 2010.
2) Kredit dapat meningkatkan fungsi pasar, karena ada peningkatan
daya beli.
Sedangkan Abdullah (2005:84) melihat bahwa: Tujuan
pemberian kredit dari pendekatan mikro ekonomi guna mendapatkan
suatu nilai tambah bagi nasabah maupun bank sebagai kreditur, dan dari
pendekatan makro ekonomi melihat pemberian kredit merupakan salah
satu instrument untuk menjaga keseimbangan jumlah uang beredar di
masyarakat”.
Hasibuan (2001:88), meninjau fungsi kredit antara lain sebagai berikut:
a. Menjadi motivator dan dinamisator peningkatan kegiatan perdagangan dan perekonomian
b. Memperluas lapangan kerja bagi masyarakat. c. Memperlancar arus barang dan jasa.
d. Meningkatkan hubungan internasional. e. Meningkatkan daya guna (utility) barang. f. Meningkatkan kegairahan berusaha masyarakat. g. Memperbesar modal perusahaan.
h. Meningkatkan produktivitas dana yang ada. i. Meningkatkan income per kapita masyarakat
B. Sistem Pengawasan Kredit 1. Prosedur Pemberian Kredit
Untuk mengatasi berbagai kerumitan serta dalam upaya kegiatan
perkreditan tersebut dapat berjalan dengan lancar, maka diperlukan
rangkaian peraturan–peraturan yang ditetapkan terlebih dahulu sebelum
pelaksanaan perkreditan itu sendiri berlangsung. Rangkaian peraturan itu
Asni Juliati Sihombing : Analisis Sistem Pengawasan Pemberian Kredit Pada PT. Bank Tabungan Negara ( Persero ) Cabang Medan, 2010.
bidang perkreditan maka kebijakan tersebut harus mengandung
keputusan yang bersifat teknis operasional. Pada kebijakan kredit
perbankan, dibuatlah prosedur di dalam pemberian kredit oleh bank.
Prosedur pemberian kredit tersebut dibagi atas beberapa tahap sebagai
berikut:
a. Tahap Permohonan Kredit
Tahap ini merupakan pernyataan awal yang harus dipenuhi
oleh nasabah apabila hendak mengajukan kredit, yaitu dengan
mengajukan terlebih dahulu surat permohonan dan mengisi daftar
isian yang disediakan oleh bank. Pada tahap ini nasabah melengkapi
persyaratan berupa data atau informasi berikut:
1) Identitas diri
2) Pribadi atau perseorangan: keterangan mengenai diri pemohon
kredit.
3) Badan usaha atau profesi terdiri dari: berbentuk badan usaha,
susunan pengurus dan alamatnya, bidang usaha dan kegiatannya,
dan susunan permodalan.
4) Informasi mengenai posisi keuangan perusahaan
5) Praspek dari nasabah yang bersangkutan untuk waktu yang akan
datang.
6) Informasi sosial ekonomi.
7) Jumlah dan perincian penggunaan kredit.
Asni Juliati Sihombing : Analisis Sistem Pengawasan Pemberian Kredit Pada PT. Bank Tabungan Negara ( Persero ) Cabang Medan, 2010.
9) Informasi mengenai jaminan yang akan diberikan nasabah.
10) Membuka rekening di bank bersangkutan.
b. Tahap Analisa Kredit
Permohonan kredit yang sehat harus didasarkan pada suatu
analisa yang cermat atas permohonan kredit yang dimaksud.
Biasanya kriteri penilaian yang umum dan harus dilakukan oleh bank
untuk diberikan, dilakukan dengan 5C. Penilaian dengan 5C ini
berisi penilaian mengenai:
1) Character, merupakan keadaan watak/sifat, baik dalam
kehidupan pribadi maupun dalam lingkungan usaha. Ini dapat
dilihat dengan meneliti riwayat hidup nasabah, reputasi calon
nasabah tersebut dilingkungan usaha, dan meminta bank to bank
information. Hal ini merupakan ukuran kemauan untuk
membayar.
2) Capital, adalah jumlah modal sendiri yang dimiliki oleh calon
nasabah. Ini dapat melihat apakah penggunaan modal yang
efektif dengan melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas,
rentabilitas, dan solvablitas.
3) Capacity, adalah kemampuan yang dimiliki oleh nasabah dalam
menjalankan usahanya guna memperoleh laba yang diharapkan.
Asni Juliati Sihombing : Analisis Sistem Pengawasan Pemberian Kredit Pada PT. Bank Tabungan Negara ( Persero ) Cabang Medan, 2010.
nasabah mampu untuk mengembalikan atau melunasi
hutang-hutangnya secara tepat waktu dari usaha yang diperoleh.
4) Collateral, adalah barang-barang diserahkan nasabah sebagai
agunan terhadap kredit yang diterimanya, ini digunakan untuk
menilai sejauh mana resiko kewajiban finansial nasabah kepada
bank.
5) Condition, adalah situasi politik, ekonomi, sosial, budaya yang
mempengarui kelancaran perusahaan calon nasabah.
Selain dengan menggunakan prinsip 5C ini, pihak perbankan
juga akan mempertimbangkan beberapa aspek yang mempengaruhi
dalam pemberian kredit, diantaranya:
1) Aspek hukum, menurut Sutarno menyatakan bahwa ”yang
dinilai dalam aspek hukum adalah masalah legalitas badan usaha
serta izin-izin yang dimiliki perusahaan yang mengajukan
kredit”. Penilain ini akan meneliti akte pendirian perusahaan,
Surat Izin Usaha, Tanda daftar perusahaan, npwp dan keabsahan
surat yang dijaminkan. Aspek hukum sangat penting karena
walaupun semua aspek yang ada cukup layak, tetapi apabila
secara hukum dokumen yang diberikan tidak sah, maka semua
perjanjian diangggap batal.
2) Aspek pemasaran, yang dinilai adalah permintaan terhadap
produk yang dihasilkan sekarang ini dan di masa yang akan
Asni Juliati Sihombing : Analisis Sistem Pengawasan Pemberian Kredit Pada PT. Bank Tabungan Negara ( Persero ) Cabang Medan, 2010.
minimal 3 tahun yang lalu rencana penjualan dari produksi untuk
3 tahun yang akan datang, peta kekuatan penting, dan prospek
produk secara keseluruhan.
3) Aspek keuangan, yang dimiliki adalah sumber-sumber dana yang dimiliki untuk membiayai usahanya dan bangaimana penggunaan
data tersebut. Penilaian ini dilihat dari cash flow, payback, dan
break even point.
4) Aspek teknis, yang dinilai adalah masalah yang berkaitan
dengan produksi, seperti lokasi dan mesin yang digunakan.
5) Aspek manajemen, yang dinilai adalah struktur organisasi
perusahaan, sumber daya manusia yang dimiliki serta latar
belakang pengalaman sumber daya manusianya dan pengalaman
perusahaan dalam mengelolah berbagai proyek yang ada.
6) Aspek sosial ekonomi, menganalisis dampak terhadap
perekonomian dan masyarakat umum, seperti mengurangi
pengangguran, meningkatkan ekspor dan lain-lain.
7) Aspek amdal, menyangkut analisis apakah kredit yang diberikan
tersebut nantinya akan digunakan untuk proyek yang dapat
mengalami pencemaran lingkungan atau tidak.
Setelah pihak bank melakukan analisis seperti yang tersebut
diatas, maka selanjutnya mereka akan melakukan wawancara.
Wawancara ini akan dilakukan dalam dua tahap. Pada tahap pertama,
Asni Juliati Sihombing : Analisis Sistem Pengawasan Pemberian Kredit Pada PT. Bank Tabungan Negara ( Persero ) Cabang Medan, 2010.
tersebut sudah sesuai dengan yang diinginkan oleh pihak bank,
sekaligus untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan nasabah yang
sebenarnya. Sebelum dilakukannya wawancara tahap kedua, maka
akan dilakukan terlebih dahulu pemeriksaan lapangan.
Pada tahap ini pihak bank akan melakukan pemeriksaan
langsung kelapangan dengan meninjau berbagai aspek yang akan
dijadikan usaha atau jaminan. Data yang diperoleh dari pemeriksaan
lapangan nantinya akan dicocokan dengan hasil dari wawancara
tahap pertama. Biasanya, dalam melakukan pemeriksaan lapangan,
calon nasabah tidak akan diberi tahu sebelumnya agar dapat dilihat
langsung kondisi yang sebenarnya. Setelah itu, akan dilakukan
wawancara tahap kedua. Pada tahap ini dilihat apakah ada kesesuaian
dan mengandung kebenaran antara wawancara tahap pertama
dengan pemeriksaan lapangan.
c. Tahap Keputusan kredit
Setelah melalui tahapan tersebut dan melalui proses
rekomendasi dari pejabat bank yang terkait, maka akan ada
keputusan kredit yang disetujui atau ditolak. Jika permohonan
ditolak, maka akan dikirimkan surat penolakan yang disertai
alasannya. Dan jika kredit disetujui, maka akan dibuat persetujuan
Asni Juliati Sihombing : Analisis Sistem Pengawasan Pemberian Kredit Pada PT. Bank Tabungan Negara ( Persero ) Cabang Medan, 2010.
waktu, biaya-biaya yang harus dibayar, suku bunga, jaminan kredit
dan ketentuan lainnya.
Setelah dilakukan penandatanganan surat-surat yang
diperlukan, maka kredit dapat direalisasikan. Realisasi kredit ini
dapat dilakukan secara bertahap ataupun sekaligus, sesuai dengan
ketentuan dan tujuan kredit.
Pada saat dilakukannya penarikan kredit oleh debitur ini,
maka pihak bank akan mengakui kredit ini sebesar pokok kredit.
Pokok kredit merupakan saldo kredit yang telah digunakan debitur
dan belum dilunasi oleh debitur. Pokok kredit ini sering juga disebut
dengan baki kredit. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan dalam
Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan (2001:III.8A.2)
yang menyatakan ”kredit diakui pada saat pencairannya sebesar
pokok kredit. Kredit dalam rangka pembiayaan bersama diakui
sebesar pokok kredit yang merupakan porsi tagihan bank yang
bersangkutan”.
Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan (2001:
III.8A.8) juga menyatakan bahwa:
Asni Juliati Sihombing : Analisis Sistem Pengawasan Pemberian Kredit Pada PT. Bank Tabungan Negara ( Persero ) Cabang Medan, 2010.
Misalkan, seorang nasabah mendapatkan kredit modal kerja
sebesar Rp. 1.000.000.000, dengan jangka waktu 36 bulan dan bunga
15%. Provisi kredit 1% dari jumlah kredit. Penalty tunggakan pokok/
bunga sebesar 50% dari kewajiban bunga sebulan. Pihak bank akan
mengakui kredit ini pada saat dilakukannya penarikan oleh debitur.
Misalkan pihak debitur melakukan penarikan sebesar
Rp. 750.000.000, maka pihak bank akan melakukan pencatatan
sebagai berikut:
1. Pencatatan provisi kredit
Provisi kredit ini akan dicatat sebesar
= 1% X Rp. 1 .000.000.000
= Rp. 10.000.000,-
Provisi kredit ini akan dicatat dengan jurnal :
Kas/rekening nasabah...Rp. 10.000.000,-
Pendapatan provisi kredit diterima dimuka....Rp. 10.000.000,-
2. Pencatatan kredit yang diberikan
Kredit yang diberikan ini akan dicatat pada saat debitur
melakukan penarikan, yaitu sebesar Rp. 750.000.000. pihak
bank akan mencatat dengan jurnal:
Kredit yang diberikan ...Rp. 750.000.000,-
Asni Juliati Sihombing : Analisis Sistem Pengawasan Pemberian Kredit Pada PT. Bank Tabungan Negara ( Persero ) Cabang Medan, 2010.
Dan bersamaan dengan itu, akan dilakukan pencatatan untuk
mengurangi kewajiban fasilitas kredit yang belum digunakan,
dengan mendebitkannya sebesar Rp. 250.000.000, pada kewajiban
komitmen fasilitas kredit yang belum ditarik nasabah dan
mengkreditkannya pada kontra fasilitas kredit yang belum ditarik
nasabah.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2004:23.6),
”pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang
timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila
arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal
dari konstribusi penanaman modal”.
Menurut Stice (2004:297) berpendapat bahwa pengakuan
pendapatan adalah:
Saat dimana akuntan menggunakan catatan penjualan melalui jurnal entri dalam catatan akuntansi formal. Pendapatan selalu diakui pada saat dua kriteria penting berikut dapat dipenuhi:
a.Pekerjaan sudah diselesaikan (perusahaan sudah melakukan sesuatu)
b.Kas atau keabsahan janji untuk pembayaran dimasa datang sudah diterima (perusahaan sudah menerima sesuatu sebagai pengembalian).
Maksudnya pendapatan tersebut dapat diakui dalam keadaan
setelah perusahaan tersebut telah menyelesaikan pekerjaannya
ataupun pada saat perusahaaan belum melakukan pekerjaannya tetapi
sudah menerima kas dengan perjanjian bahwa pekerjaannya akan
Asni Juliati Sihombing : Analisis Sistem Pengawasan Pemberian Kredit Pada PT. Bank Tabungan Negara ( Persero ) Cabang Medan, 2010.
Prinsip pendapatan menyatakan bahwa pendapatan harus
diakui dalam laporan keuangan ketika:
a. Pendapatan dihasilkan, yaitu bila perusahaan telah
menyelesaikan sebagian besar pekerjaan yang harus
dilakukannya asalkan berhak atas manfaat yang diberikan oleh
pendapatan yang terkait.
b. Pendapatan direalisasi atau dapat direalisasi, pendapatan
direalisasi ketika kas atau klaim (piutang) atau kas diterima untuk
barang atau jasa yang dipertukarkan. Pendapatan dapat direalisasi
apabila aktiva yang diterima dapat segera dikonversikan ke
dalam jumlah yang diketahui.
Secara umum, metode pengakuan pendapatan ada dua yaitu:
a. Dasar akrual
Menurut dasar akrual ini, pendapatan diakui pada saat barang
dijual atau jasa dilaksanakan tanpa memandang saat penerimaan
kas.
b. Dasar Kas
Pengakuan dilakukan dengan dasar tunai adalah jika pendapatan
dan beban hanya diperhitungkan berdasarkan penerimaan dan
pengeluaran kas. Ini berarti, pendapatan dari penjualan barang
atau jasa hanya diakui dalam periode ketika kas diterima dari
Asni Juliati Sihombing : Analisis Sistem Pengawasan Pemberian Kredit Pada PT. Bank Tabungan Negara ( Persero ) Cabang Medan, 2010.
Bunga kredit merupakan sumber pendapatan bank. Direktorat
Penelitian dan Pengaturan Perbankan (2001:III.8A.4) menyatakan
bahwa ”bunga kredit adalah imbalan yang dibayarkan oleh debitur
atas kredit yang diterimanya dan biasanya dinyatakan dalam
persentase ”.
Pada perusahaan perbankan yang terdapat penyisihan
terhadap kerugian kredit. Direktorat Penelitian dan Pengaturan
Perbankan (2001:III.8D.1) menyatakan bahwa ”penyisihan kerugian
kredit adalah penyisihan yang dibentuk, baik dalam rupiah maupun
dalam mata uang asing untuk menutup kemungkinan kerugian yang
timbul sehubungan dengan penanaman dana ke dalam kredit”.
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) yang
dibentuk disajikan sebagai pos pengurang (offesting account) dari
masing-masing jenis aktiva produktif yang bersangkutan. Dalam
pembentukan PPAP ini, dipisahkan antara PPAP umum dan khusus.
PPAP umum merupakan PPAP bagi kredit lancar, sedangkan PPAP
khusus ditujukan bagi kredit dalam perhatian khusus, kurang lancar,
diragukan dan macet. Pembentukan PPAP bagi kredit yang
direstrukturisasi juga dibedakan dengan kredit yang tidak
direstrukturisai. PPAP kredit yang direstrukturisasi dihitung
Asni Juliati Sihombing : Analisis Sistem Pengawasan Pemberian Kredit Pada PT. Bank Tabungan Negara ( Persero ) Cabang Medan, 2010.
Berdasarkan Surat Keputusan Bank Indonesia No.
31/148/KEP/DIR menyatakan bahwa pembentukan PPAP minimal
adalah sebagai berikut:
a. Cadangan umum sebesar 1% x Akiva Produktif Lancar
b. Cadangan Khusus sebesar:
1). 5%x Aktiva Produktif Dalam Perhatian Khusus +
2). 15%x(AktivaProduktif KurangLancar–NilaiAgunan) +
3). 50%x (Aktiva Produktif Diragukan – Nilai Agunan) +
4).100%x ( Aktiva Produktif Macet- Nilai Agunan)
Agunan yang dapat dijadikan pengurangan dalam
pembentukan PPAP ini terdiri dari:
a. Giro, deposito, tabungan dan setoran jaminan dalam mata uang
rupiah dan valuta asing yang diblokir disertai dengan surat kuasa
pencarian.
b. Sertifikat Bank Indonesia dan Surat Utang Pemerintah.
c. Surat berharga yang aktif diperdagangkan di pasar modal.
d. Tanah, gedung, rumah tinggal, pesawat udara, dan kapal laut
dengan ukuran di atas 20 meter kubik.
Besarnya agunan yang dapat diperhitungkan sebagai faktor
pengurangan dalam pembentukan PPAP ini ditentukan oleh masing–
Asni Juliati Sihombing : Analisis Sistem Pengawasan Pemberian Kredit Pada PT. Bank Tabungan Negara ( Persero ) Cabang Medan, 2010.
2. Sistem Pengawasan Kredit
a. Pengertian dan Tujuan Sistem Pengawasan Kredit
Menurut Mcleod (2004:9) menyebutkan, ”sistem adalah
sekelompok elemen-elemen yang terintegrasi dengan maksud yang
sama untuk mencapai suatu tujuan”.
Sistem merupakan jaringan proses yang saling berhubungan
dan dikembangkan dalam melaksanakan kegiatan utama perusahaan.
Oleh karena itu, untuk memperkuat sistem pengawasan terhadap
pendapatan dan biaya, maka diperlukan sistem pengawasan kredit.
Sistem pengawasan ini berisikan prosedur yang harus dilalui dalam
melaksanakan suatu kegiatan untuk melindungi hak perusahaan dari
penyelewengan yang dapat merugikan perusahaan.
Pengawasan kredit merupakan proses penilaian dan
pemantauan kredit sejak analisis kredit dan merupakan suatu upaya
untuk menjaga agar apa yang yang dilaksanakan dapat berjalan
sesuai dengan rencana kredit. Tjoekam (1999:220) menyatakan
bahwa ”pengawasan kredit adalah usaha untuk mengetahui dan
menyusun strategi perbaikan secara dini indikasi-indikasi
penyimpangan (deviation) dari kesepakatan bank dan debitur dalam
proses kegiatan perkreditan, yang kemudian menjadi penyebab kredit
bermasalah dan mendatangkan kerugian bagi bank dan debitur”.
Pengawasan kredit ini lebih merupakan upaya untuk menjaga
Asni Juliati Sihombing : Analisis Sistem Pengawasan Pemberian Kredit Pada PT. Bank Tabungan Negara ( Persero ) Cabang Medan, 2010.
ini juga merupakan suatu sistem dalam pengelolahan kredit yang
berfungsi sebagai penutup kelemahan dalam proses perkreditan. Oleh
karena itu, pengawasan kredit harus mampu memberikan feedback
agar tindak lanjut perbaikan segera dapat dilaksanakan.
Menurut Abdullah (2005:95) menyatakan bahwa pengawasan
kredit adalah:
Suatu proses penilaian dan pemantauan kredit sejak analisis bukanlah aktivitas untuk mencari kesalahan/ penyimpangan debitur khususnya dalam menggunakan kredit. Melainkan upaya menjaga agar apa yang dilaksanakan dapat berjalan sesuai dengan rencana kredit, selain itu bahwa proses pengawasan kredit telah dimulai sejak dini (saat penilaian jaminan).
Menurut Abdullah(2005:95):
Berdasarkan tujuannya, pengawasan kredit dapat dibagi menjadi dua yaitu:(1) prefentif Control; merupakan pengawasan kredit yang dilakukan sebelum pencairan kredit dengan bertujuan untuk mencegah kemungkinan terjadi penyimpangan penggunaan kredit. ( 2) Represif Control; merupakan pengawasan kredit yang dilakukan setelah pencairan dan pada saat penggunaan kredit dengan tujuan untuk mengawasi setiap penyimpangan yang terjadi.
b. Proses Pengawasan Kredit
Pengawasan merupakan fungsi manajemen yang mencapai
urutan paling akhir dalam tujuan manajemen. Pengawasan membantu
penilaian apakah perencanaan, pengorganisasian, dan pelaksanaan
Asni Juliati Sihombing : Analisis Sistem Pengawasan Pemberian Kredit Pada PT. Bank Tabungan Negara ( Persero ) Cabang Medan, 2010.
Dalam pelaksanaan pengawasan kredit ini, akan melalui
beberapa tahapan yang membentuk suatu proses pengawasan kredit.
Proses pengawasan berikut ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1
Proses pengawasan kredit
Sumber: Moh. Tjoekam (1999:226)
Uraian dari mekanisme proses pengawasan kredit tersebut
adalah: Dari kredit yang diberikan, dilakukan pemeriksaan, apakah
terjadi penyimpangan dari perjanjian antara pihak debitur dengan
bank. Pada tahap ini, penyimpangan-penyimpangan tersebut
diidentifikasikan dan dicari tahu apa yang menjadi penyebab
terjadinya penyimpangan tersebut. Penyebab penyimpangan ini bisa
dari pihak bank maupun dari pihak debitur. Penyebab dari pihak
bank misalnya struktur organisasi yang lemah dari pihak bank,
kurang akurat dalam melakukan penelitian sebelum memberikan
kredit, dan sebagainya. Dan dari pihak debitur biasanya penyebabnya
adalah menurunnya kondisi keuangan perusahaan.
Asni Juliati Sihombing : Analisis Sistem Pengawasan Pemberian Kredit Pada PT. Bank Tabungan Negara ( Persero ) Cabang Medan, 2010.
Setelah dilakukan analisa terhadap penyebab penyimpangan
tersebut, maka disusunlah suatu program untuk memperbaikinya.
Dan dari pelaksanaan program itu nantinya akan dibandingkan
dengan suatu standar yang baku dalam menentukan kolektibilitas
kredit. Dalam tahap ini, kredit akan dikelompokkan dalam kelompok
lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan, dan macet.
Hasil pengelompokan ini nantinya akan dapat menggambarkan
actual performance. Dan setelah melihat actual performance lagi
dan begitulah selanjutnya.
C. Kredit Bermasalh NPL (Non Performing Loan)
Pada saat melakukan pengawasan kredit, pihak bank akan dapat
menentukan tingkat kolektibilitas kredit. Bagi kredit yang berada dalam
kualitas kurang lancar, diragukan dan macet, pihak bank harus mengambil
tindakan untuk dapat menyelesaikan karena itu sangat berpengaruh terhadap
tingkat kesehatan bank yang sangat mempengaruhi eksistensi usaha
perbankan.
Abdullah (2008:98) mengatakan bahwa” beberapa tindakan yang
dapat dilakukan dalam pengawasan kredit adalah dengan mengadakan
restrukturisas kredit, mengadakan penjadwalan kembali, mempertimbangkan
kredit baru, dan melikuidasi jaminan”.
Asni Juliati Sihombing : Analisis Sistem Pengawasan Pemberian Kredit Pada PT. Bank Tabungan Negara ( Persero ) Cabang Medan, 2010.
Restrukturisasi dalam arti luas mencakup perubahan struktur
organisasi, manajemen, operasional, sistem dan prosedur, keuangan,
aset, utang, pemegang saham, dan sebagainya. Menurut Hasibuan
(2001:116), ” Restrukturisasi atau penataan ulang adalah perubahan
syarat kredit yang menyangkut penambahan dana bank, konversi
sebagian/seluruh tunggakan bunga menjadi pokok kredit baru, atau
konversi sebagian/seluruh kredit menjadi penyertaan bank atau
mengambil partner lain untuk menambah penyertaan ”.
Restrukturisasi kredit ini dilakukan apabila bank mempunyai
keyakinan bahwa debitur masih memiliki prospek usaha yang baik dan
mampu memenuhi kewajibannya setelah dilakukan restrukturisasi.
Menurut Bastian (2006:268), ” Restrukturisasi kredit ini dapat dilakukan
dengan banyak cara, antara lain melalui modifikasi syarat-syarat kredit,
penambahan fasilitas kredit, pengambilan aset, agunan debitur, konversi
kredit menjadi penyertaan modal sementara pada perusahaan debitor,
dan sebagainya ”.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2004:54.7) dikatakan :
Asni Juliati Sihombing : Analisis Sistem Pengawasan Pemberian Kredit Pada PT. Bank Tabungan Negara ( Persero ) Cabang Medan, 2010.
pengunduran tanggal jatuh tempo dengan tingkat bunga yang berlaku di pasar untuk hutang baru dengan resiko yang sama; (3) pengurangan jumlah pokok atau jumlah yang harus dibayar pada saat jatuh tempo hutang piutang; (4) pengurangan jumlah bunga yang terhutang.
2. Mengadakan penjadwalan kembali (re-schedulling)
Rescheduling atau penjadwalan ulang adalah perubahan syarat
kredit yang hanya menyangkut jadwal pembayaran atau jangka waktu
termasuk masa tenggang dan perubahan besarnya angsuran kredit. Ini
dapat membantu debitur dalam mengangsur debitur dalam jangka waktu
yang lebih panjang yang berarti jumlah angsuran yang lebih kecil.
Debitur yang memberikan fasilitas ini adalah nasabah yang menunjukan
itikad baik dan karakter yang jujur, serta ada keinginan untuk membayar
serta menurut bank usahanya tidak memerlukan tambahan dana.
3. Reconditioning atau persyaratan ulang
Reconditioning adalah perubahan sebagian atau seluruh
syarat-syarat kredit meliputi jadwal pembayaran, jangka waktu, tingkat
suku bunga, penundaan sebagian atau seluruh bunga, dan persyaratan
lainnya. Penambahan syarat kredit ini tidak termasuk penambahan dana
dan konversi sebagian atau seluruh kredit menjadi modal perusahaan. Ini
diberikan kepada debitur yang jujur, terbuka, dan kooperatif yang
usahanya sedang mengalami kesulitan keuangan, tetapi diperkirakan
masih dapat beroperasi dan menguntungkan.
Asni Juliati Sihombing : Analisis Sistem Pengawasan Pemberian Kredit Pada PT. Bank Tabungan Negara ( Persero ) Cabang Medan, 2010.
Menurut Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan
(2001:III.8C.1) ”novasi adalah pembaharuan hutang yang merupakan
salah satu sebab dari hapusnya suatu perjanjian, dengan cara perjanjian
hutang lama diambil alih (diganti) dengan perjanjian hutang baru”.
Dalam pemberian kredit baru ini, pihak bank harus memperoleh jaminan
yang baru dengan safety margin yang tinggi.
5. Likuidasi jaminan
Langkah likuidasi biasanya dilakukan apabila langkah-langkah
yang disebutkan di atas tidak dapat dilakukan lagi. Likuidasi adalah
penjualan barang-barang yang dijadikan agunan dalam rangka pelunasan
hutang. Pelaksanaan likuidasi dilakukan terhadap kategori yang menurut
bank benar-benar sudah tidak dapat dibantu untuk disehatkan kembali,
atau usaha nasabah sudah tidak memiliki prospek untuk dikembangkan.
Ratio NPL (Non Performing Loan) melihat berapa besar kredit
yang berada dalam kondisi kurang lancar, diragukan, dan macet
dibandingkan dengan total jumlah kredit yang diberikan. Sesuai dengan
ketentuan dari Bank Indonedsia dengan SE NO. 6/23/BPNP Tanggal 31
Mei 2004, dikatakan bahwa tingkat NPL yang dikatakan baik apabila
kurang dari 5% (<5%). Rumus untuk perhitungan NPL ini adalah:
Kredit kurang lancar + diragukan + Macet
NPL = X 100%
Asni Juliati Sihombing : Analisis Sistem Pengawasan Pemberian Kredit Pada PT. Bank Tabungan Negara ( Persero ) Cabang Medan, 2010.
D. Kerangka Konseptual
PT. Bank Tabungan Negara (Persero) merupakan salah satu
perusahaan yang bergerak dalam bidang perbankan. Bank ini merupakan
bank devisa yang kegiatan operasional utamanya dibidang perkreditan.
Dalam memberikan kredit kepada nasabah, PT. Bank Tabungan Negara
Cabang Medan memperhatikan Prosedur Pemberian Kredit yang sudah
ditetapkan oleh Bank Tabungan Negara. Setelah melaksanakan Prosedur
Pemberian Kredit, PT. Bank Tabungan Negara Cabang Medan akan
melakukan Pengawasan terhadap kredit yang diberikan kepada si Nasabah.
Hal ini dilakukan oleh Bank Tabungan Negara untuk meningkatkan kualitas
sistem pemberian kredit. Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis
mencoba menggambarkan kerangka konseptual pada gambar 2.2
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Sumber: Data olahan penulis, 2009.
Pemberian Kredit
Prosedur Pemberian Kredit
Sistem Pengawasan Pemberian Kredit
Meningkatkan Kualitas Pemberian Kredit
PT. Bank Tabungan Negara Cabang
Asni Juliati Sihombing : Analisis Sistem Pengawasan Pemberian Kredit Pada PT. Bank Tabungan Negara ( Persero ) Cabang Medan, 2010.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian lapangan dalam
bentuk Studi Kasus yang dilakukan secara langsung dengan mendatangi
objek penelitian yaitu PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Medan.
B. Jenis Data dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari:
1) Data Primer adalah data yang belum diolah yang diperoleh langsung dari
responden selaku objek penelitian, dalam hal ini data yang diperoleh dari
hasil wawancara berupa tanya jawab dengan pihak kredit.
2) Data Sekunder adalah data yang diolah yang diperoleh dari perusahaan,
antara lain struktur organaisasi perusahaan, sejarah singkat perusahaan,
daftar kolektibilitas kredit tahun 2005- 2007.
C. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data
Adapun teknik pengumpulan data dan pengolahan data dalam
penelitian ini terdiri dari:
1) Teknik Dokumentasi, yaitu dengan cara mengumpulkan data sekunder
yang telah terdokumentasi baik data keuangan maupun data non
Asni Juliati Sihombing : Analisis Sistem Pengawasan Pemberian Kredit Pada PT. Bank Tabungan Negara ( Persero ) Cabang Medan, 2010.
keuangan. Data ini bersumber dari perusahaan dan buku literatur yang
ada.
2) Wawancara, Sugiyono (2004:130) menyatakan bahwa, ”wawancara
digunakan sebagai teknik pengumpulan data, apabila peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan masalah yang akan
diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden
yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil”.
D. Model Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif
yaitu suatu metode analisis data dimana data dikumpul, disusun,
diinterpretasikan, dan dianalisis sehingga memberikan keterangan bagi
pemecahan masalah yang dihadapi.
E. Jadwal dan Lokasi Penelitian Jadwal Penelitian
Tahap Penelitian Agustus September Oktober November
Pengajuan judul
Penyelesaian Proposal
Bimbingan dan Perbaikan proposal
Seminar Proposal
Pengumpulan dan Pengolahan data
Analisis Data
Bimbingan Skripsi
Asni Juliati Sihombing : Analisis Sistem Pengawasan Pemberian Kredit Pada PT. Bank Tabungan Negara ( Persero ) Cabang Medan, 2010.
Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di PT. Bank Tabungan Negara (Persero)
Asni Juliati Sihombing : Analisis Sistem Pengawasan Pemberian Kredit Pada PT. Bank Tabungan Negara ( Persero ) Cabang Medan, 2010.
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Data Penelitian
1. Sejarah Singkat Perusahaan
Dengan maksud mendidik masyarakat agar gemar menabung.
Pemerintah Hindia Belanda melalui Koninklijk Besluit No. 27 tanggal 16
Oktober 1897, mendirikan ’Postpaarbank’, yang kemudian terus hidup
dan berkembang serta tercatat hingga tahun 1939 telah memiliki 4
(empat) cabang, yaitu Jakarta, Medan, Surabaya dan Makasar. Pada
tahun 1940, kegiatannya terganggu sebagai akibat penyerbuan Jerman
atas Netherland yang mengakibatkan penarikan tabungan secara
besar-besaran dalam waktu yang relatif singkat. Namun demikian keadaan
keuangan Postpaarbank pulih kembali pada tahun 1941.
Tahun 1942, Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada
Pemerintahan Jepang. Jepang membekukan kegiatan ’Postpaarbank’ dan
mendirikan ’Tyokin Kyoku’. Sebuah bank yang bertujuan untuk menarik
dana masyarakat melalui tabungan. Usaha Pemerintah Jepang ini tidak
sukses karena dilakukan dalam paksaan. Tyokin Kyoku hanya
mendirikan satu cabang, yaitu di Yogyakarta.
Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17
Agustus 1945, telah memberikan inspirasi kepada Bapak
Darmosoetanto, untuk memprakarsai pengambilalihan Tyokin Kyoku
Asni Juliati Sihombing : Analisis Sistem Pengawasan Pemberian Kredit Pada PT. Bank Tabungan Negara ( Persero ) Cabang Medan, 2010.
dari pemeritah Jepang ke Pemerintah Republik Indonesia dan terjadilah
penggantian nama menjadi ”Kantor Tabungan Pos”. Bapak
Darmosoetanto ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia menjadi
direktur yang pertama. Tugas pertama Kantor Tabungan Pos adalah
melakukan penukaran uang Jepang dengan Oeang Republik Indonesia
(ORI). Tetapi kegiatan Kantor Tabungan Pos tidak berumur panjang,
karena agresi Belanda (1946) mengakibatkan didudukinya semua kantor,
termasuk kantor cabang, dari Kantor Tabungan Pos dibuka kembali
(1949), nama Kantor Tabungan Pos diganti menjadi ’Bank Tabungan
RI’ . Sejak kelahirannya dan sampai berubah nama Bank Tabungan Pos
RI, lembaga ini bernaung di bawah Kementerian Perhubungan.
Banyak kejadian yang bernilai sejarah sejak tahun 1950. Tetapi
yang substantif bagi sejarah BTN adalah dikeluarkannya UU Darurat
No. 9 Tahun 1950 tanggal 9 Februari 1950, yang mengubah nama
Postpaarbank In Indonesia berdasarkan staatsblat No. 295 tahun 1941
menjadi Bank Tabungan Pos dan memindahkan induk Kementerian dari
ke Kementerian Keuangan di bawah Menteri Urusan Bank Sentral.
Walaupun dengan UU Darurat tersebut masih bernama Bank Tabungan
Pos, tetapi tanggal 9 Februari 1950 ditetapkan sebagai hari dan tanggal
lahir Bank Tabungan Negara. Nama Bank Tabungan Pos menurut
Undang-undang Darurat tersebut dari nama Bank Tabungan Pos menjadi
Asni Juliati Sihombing : Analisis Sistem Pengawasan Pemberian Kredit Pada PT. Bank Tabungan Negara ( Persero ) Cabang Medan, 2010.
tanggal 22 Juni 1963, yang kemudian dikuatkan dengan UU No. 2 tahun
1964 tanggal 25 Mei 1964.
Penegasan status Bank Tabungan Negara sebagai bank milik
negara, ditetapkan dengan UU No. 20 tahun 1968 tanggal 19 Desember
1968, yang sebelumnya (sejak tahun 1964) Bank Tabungan Negara
menjadi Bank Negara Indonesia unit V, jika tugas utama saat pendirian
Postpaarbank (1897) sampai dengan Bank Tabungan Negara (1968)
adalah bergerak dalam lingkup penghimpunan dana masyarakat melalui
tabungan, maka sejak tahun 1974 Bank Tabungan Negara ditambah
tugasnya, yaitu memberikan pelayanan KPR dan untuk pertama kalinya
penyaluran KPR terjadi pada tanggal 10 Desember 1976. Karena itulah,
tanggal 10 Desember 1976 diperingati sebagai hari KPR bagi BTN.
Bentuk hukum BTN mengalami perubahan lagi pada tahun 1992,
yaitu dengan dikeluarkannya PP No. 24 tahun 1992 tanggal 29 April
1992, yang merupakan pelaksanaan dari UU No. 7 tahun 1992. Bentuk
hukum BTN berubah menjadi perusahaan perseroan. Sejak saat itu,
nama BTN menjadi P.T. Bank Tabungan Negara (Persero) dengan call
name BTN. Berdasarkan kajian konsultan independen, Price Waterhouse Coopers, Pemerintah melalui Menteri BUMN dalam surat nomor
S-554/M-MBU/2002 tanggal 21 Agustus 2002, memutuskan Bank BTN
sebagi bank umum dengan fokus bisnis pembiayaan perumahan tanpa
Asni Juliati Sihombing : Analisis Sistem Pengawasan Pemberian Kredit Pada PT. Bank Tabungan Negara ( Persero ) Cabang Medan, 2010.
2. Struktur Organisasi Perusahaan
Berdasarkan wewenang, dapat kita lihat struktur organisasi PT.
Bank Tabungan negara (Persero) Cabang Medan Jl. Pemuda No. 10 A
Medan. Adapun pembagian tugas dan tanggung jawab pada setiap
bagian berdasarkan struktur organisasi PT. Bank Tabungan Negara
(persero) Cabang Medan adalah sebagai berikut:
1. Unit Kerja manajemen cabang
Unit kerja manajemen cabang PT. Bank Tabungan Negara
(Persero) Medan meliputi:
a. Kepala Cabang (Branch Manager)
Adapun tugas dan tanggung jawab Kepala cabang (Branch
Manager) adalah:
1. Menyiapkan rencana bisnis untuk cabang.
2. Menyusun kebijakan cabang sesuai dengan petunjuk kantor
pusat.
3. Memotivasi bawahan dan rekan kerja .
4. Mengambil keputusan bisnis.
5. Mengelolah keuangan, kekayaan bank dan kepegawaian di
kantor cabang menurut peraturan Direksi.
6. Menghimpun dana melalui produk tabungan, deposito
berjangka, giro, Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan kredit
lainnya sesuai target yang telah ditetapkan berdasarkan
Asni Juliati Sihombing : Analisis Sistem Pengawasan Pemberian Kredit Pada PT. Bank Tabungan Negara ( Persero ) Cabang Medan, 2010.
b. Wakil Kepala Cabang (Deputy Branch Manager)
Adapun tugas dan tanggung jawab Wakil Kepala Cabang
adalah membantu Kepala Cabang dalam pengolahaan kegiatan
usaha bank khususnya mengenai tugas- tugas yang dilaksanakan
oleh unit kerja atau seksi yang menurut struktur organisasi
termaksud dalam lingkup pengelolahan dan pengawasan.
c. Pembantu Pimpinan Cabang (Assistant Branch Manager)
Tugas dan tanggung jawab Pembantu Pimpinan Cabang
untuk mengkoordinasi pelaksanaan tugas dan pekerja dalam
berbagai unit kerja di Kantor Cabang dan pelaksanaan tugas
khusus yang diberikan oleh Pimpinan Cabang.
2. Unit Retail Service
Unit Retail Services PT Bank Tabungan Negara (Persero)
Medan meliputi:
a. Teller Service
Tugas dan tanggung jawab Teller Service adalah:
1. Menerima setoran tunai rekening tabungan, deposito, giro dan
Angsuran Kredit.
2. Menerima setoran tunai untuk pembayaran pajak, rekening
listrik dan telepon serta kiriman uang.
3. Melakukan pembayaran tunai kepada nasabah tabungan,
Asni Juliati Sihombing : Analisis Sistem Pengawasan Pemberian Kredit Pada PT. Bank Tabungan Negara ( Persero ) Cabang Medan, 2010.
4. Melakukan pembayaran tunai kepada penerima kiriman uang.
b. Customer Service
Tugas dan Tanggung jawab Customer Service adalah:
1. Memberikan informasi tentang produk BTN kepada nasabah
/masyarakat umum.
2. Memberikan informasi tentang rekening (saldo, transaksi, dan
lain-lain) kepada pemilik rekening.
3. Melayani pembukuan rekening baru (tabungan, deposito dan
giro).
4. Melayani konfirmasi saldo dari cabang lain.
5. Melayani percetakan saldo tabungan pada buku tabungan.
6. Melayani pencairan deposito dan penutup rekening
tabungan/giro.
7. Melayani penggantian buku tabungan atau percetakan buku
tabungan baru.
8. Melayani komplain (keluhan) mengenai tabungan, giro,
deposito, dan transfer uang.
9. Melayani aplikasi ATM, menyerahkan kartu ATM dan
mengaktifkan kartu ATM.
10.Memberikan layanan atau informasi lain kepada nasabah.
c. Loan Service
Tugas dan tanggung jawab Loan Service adalah:
Asni Juliati Sihombing : Analisis Sistem Pengawasan Pemberian Kredit Pada PT. Bank Tabungan Negara ( Persero ) Cabang Medan, 2010.
2. Melakukan Wawancara Calon Debitur.
3. Melakukan peninjauan untuk melakukan kelayakan Calon
Debitur.
4. Menyusun daftar usulan permohonan dan mengadakan Rapat
Komite Kredit.
5. Menyampaikan hasil keputusan Rapat Komite Kredit (berupa
SP3K) kepada Calon Debitur.
6. Menyusun perjanjian kredit dan melaksanakan Akad Kredit
(bersama Loan Administration).
7. Melayani dan menyelesaikan klaim debitur.
8. Melayani dan memproses permohonan alih debitur.
9. Melayani administrasi perlunasan kredit dan penyerahan
dokumen pokok.
3. Unit Operation
Unit Operation PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Medan
meliputi:
a). Transaction Processing
Tugas dan tanggung jawab adalah:
1. Menyelenggarakan administrasi dan transaksi kantor pos.
2. Melayani transaksi pemindah bukuan.
3. Melaksanakan transaksi kiriman uang.