UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM S-1 EKSTENSI MEDAN
SKRIPSI
ANALISIS SISTEM PENGAWASAN
PEMBERIAN KREDIT PADA PT. BANK
SUMUT CABANG UTAMA MEDAN
Oleh
NAMA : NURYENDA PINTA TARIGAN
NIM : 060522143
DEPARTEMEN : AKUNTANSI
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:
”Analisis Sistem Pengawasan Pemberian Kredit Pada PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan”.
Adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul dimaksud belum pernah dimuat,
dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi
level Program Ekstensi S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara.
Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas
dan apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar saya bersedia
menerima sanksi yang ditetapkan oleh perusahaan.
Medan, 19 Mei 2010
Yang membuat Pernyataan
Nuryenda Pinta Tarigan NIM : 060522143
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa Sorgawi, Tuhan Yesus
Kristus, atas berkat dan anugerahnya serta limpahan rahmatNya yang telah
memberikan pengetahuan, kesehatan, kekuatan, kesempatan dan pengalaman
kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan pendidikan pada Universitas Sumatera Utara untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi. Adapun judul skripsi saya adalah ” Analisis Sistem
Pengawasan Pemberian Kredit Pada PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan”.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa pengetahuan dan pengalaman
penulis belumlah cukup untuk menyempurnakan skripsi ini sehingga masih
terdapat banyak kekurangan baik dalam penggunaan maupun penyajian data.
Dengan demikian penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.
Penulis telah mendapat sangat banyak bantuan dan bimbingan baik berupa
moral maupu n materil dari berbagai pihak dalam menyelesaikan skripsi ini dan
juga selama mengikuti pendidikan di Fakultas Ekonomi Unversitas Sumatera
Utara. Maka pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, MEc selaku Dekan Fakultas Ekonomi
2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, MSi, Ak selaku Ketua Departemen
Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Sekretaris
Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Nurzaimah, MM, Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah
banyak memberikan bimbingan dan arahan.
4. Bapak Drs. Zainul B. Torong, M.Si selaku Dosen Penguji/Pembanding I
dan Bapak Iskandar Muda, SE, M.Si, Ak selaku Dosen
Penguji/Pembanding II yang telah membantu penulis melalui saran dan
kritik yang diberikan demi kesempurnaan skripsi ini.
5. Bapak Drs. Hotmal Ja’far MM, Ak, selaku Dosen Wali yang telah
membantu penulis dalam konsultasi akademik selama perkuliahan dan
seluruh Staf Pengajar dan Pegawai di Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara yang telah mendidik dan membimbing serta membantu
penulis selama perkuliahan.
6. Bapak Harmen Nasution selaku Pimpinan PT. Bank Sumut Cabang Utama
Medan dan khususnya kepada Bapak Ferdinan Oktavianus selaku Staff
Pelaksana Kredit yang telah memberikan izin dan data yang dibutuhkan
dalam penyusunan skripsi ini.
7. Ayahanda Daud Tarigan, SE, MM dan Ibunda terkasih M. Kerina
Sembiring yang telah banyak memberikan dukungan moral, materil,
nasehat serta doanya kepada penulis. Terutama kepada Ibunda tersayang
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak,
dan penulis mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang membantu
dalam penulisan skripsi ini.
Medan, 19 Mei 2010
Penulis,
Nuryenda Pinta Tarigan NIM : 060522143
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan sistem pengawasan pemberian kredit pada PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan dan mengetahui apakah pemberian kredit telah dijalankan sesuai dengan perkreditan perbankan dan prosedur pemberian kredit.
Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah penelitian deskriptif yaitu penulis mengumpulkan data-data yang diperoleh dari objek penelitian dan literatur-literatur lainnya kemudian menguraikan secara rinci untuk mengetahui permasalahan penelitian dan mencari penyelesaiannya. Adapun jenis data yang digunakan adalah data primer yang merupakan hasil wawancara berupa tanya jawab dengan pihak bagian kredit , dan data sekunder berupa struktur organisasi perusahaan, sejarah singkat perusahaan, dan daftar kolektibilitas kredit tahun 2006-2008. Teknik analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif.
Dari hasil penelitian, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa pelaksanakan sistem pengawasan pemberian kredit pada PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan cukup efektif. Pengawasan kredit yang dilakukan oleh PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan mengalami peningkatan dari tahun 2006 ke tahun 2008 yang dapat dilihat dari ratio NPL (Non Performing Loan) yaitu sebesar 4.09% per 31 Desember 2006 yang mengalami peningkatan menjadi 1,68% per 31 Desember 2007 serta mengalami peningkatan lagi menjadi 0.89% per 31 Desember 2008. Hal ini sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia nomor SE No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, dikatakan bahwa tingkat ratio NPL yang dikatakan baik apabila kurang dari 5%. Pemberian kredit telah dijalnkan sesuai dengan kebijaksanaan perkreditan bank dan prosedur pemberian kredit yaitu tahap permohonan kredit, tahap analisis kredit, dan tahap keputusan kredit.
Kata kunci: sistem, prosedur pemberian kredit, pengawasan kredit, NPL
ABSTRACT
This research is conducted in order to find out the effectiveness of the controlling system in credit extension at PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan and to find out whether the credit extension has been performed well in accordance with the credit matters of banking and the procedures of credit extension.
The sort of research performed by the writer is descriptive research; meaning that the data was gained by the writer from object of research and other literatures then explained them in detail to find out the problems of study and to find out the solutions. The sort of data used are primary data which was the outcome of interviews in form of question and answer with the credit side, and the secondary data was in the form of organization structure of a company, a brief history of a company and the list of credit collectability in the year of 2006-2010. the technique of data analysis is descriptive method.
From the objective of research, the writer may conclude that the operation of controlling system in credit extension at PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan is quite effective. The credit controlling which was conducted by PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan went into a increase from 2006 to 2008 which can looked from NPL ratio (Non Performing Loan) that is 4.09% per December 31, 2006 increase into 1,68% per December 31 2007 and still continued increase to 0.89% per December 31 2008. This case is appropriate for circular Indonesia Bank number SE No.6/23/DPNP date on May 31 2004 mentioned that the rate of NPL ratio is said to be good if it is less than 5%. The credit extension has been performed well in accordance with credit bank policy and the procedures of credit extension that is credit supplication step, credit analysis step and credit termination step.
Daftar Tabel
Nomor Judul Halaman
Tabel 4.1 Kolektibilitas Kredit PT. Bank Sumut Cabang Utama
sampai Desember 2008 ... 69
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 1.1 Kerangka Konseptual……... 06
Gambar 2.1 Proses Pengawasan Kredit... 29
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... ... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... v
ABSTRACT... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan dan Perumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Kerangka Konseptual Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kredit ... 7
1. Pengertian Kredit ... 7
2. Jenis-Jenis Kredit ... 10
3. Tujuan dan Fungsi Kredit ... 13
B. Sistem Pengawasan Kredit 1. Prosedur Pemberian Kredit ... 16
2. Sistem Pengawasan Kredit ... 27
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 35
1. Lokasi Penelitian ... 35
2. Waktu Penelitian ... 35
B. Jenis dan Sumber Data ... 35
C. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 36
D. Model Analisis Data ... 36
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian 1. Sejarah Singkat Perusahaan ... 38
2. Ruang Lingkup Usaha... 39
3. Struktur Organisasi Perusahaan ... 43
4. Jenis-Jenis Kredit ... 59
5. Prosedur Pemberian Kredit... 63
6. Sistem Pengawasan Kredit... 70
7. Prosedur Penyelesaian Kredit Bermasalah... 72
B. Analisis Hasil Penelitian 1. Prosedur Pemberian Kredit... 73
2. Sistem Pengawasan Kredit... 76
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 80
B. Saran... 82
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
Lampiran i Formulir Persetujuan Membuka Kredit... 85
Lampiran ii Nota Kredit...……... 86
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM S-1 EKSTENSI MEDAN
PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI
NAMA : NURYENDA PINTA TARIGAN
NIM : 060522143
DEPARTEMEN : AKUNTANSI
JUDUL SKRIPSI : ANALISIS SISTEM PENGAWASAN PEMBERIAN KREDIT PADA PT. BANK SUMUT CABANG UTAMA MEDAN
MEDAN, MEI 2010 Menyetujui Pembimbing,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM S-1 EKSTENSI MEDAN
PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK
NAMA : NURYENDA PINTA TARIGAN
NIM : 060522143
DEPARTEMEN : AKUNTANSI
JUDUL SKRIPSI : ANALISIS SISTEM PENGAWASAN PEMBERIAN KREDIT PADA PT. BANK SUMUT CABANG UTAMA MEDAN
TANGGAL : ...
KETUA DEPARTEMEN
NIP : 19600302 198601 1 001 Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak
TANGGAL : ...
DEKAN
NIP. 131 285 985
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM S-1 EKSTENSI MEDAN
TELAH DIUJI PADA
TANGGAL
PANITIA PENGUJI SKRIPSI
KETUA
: Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si,Ak
PEMBIMBING
: Nurzaimah, MM, Ak
PENGUJI I
: Drs. Zainul B. Torong, M.Si
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan sistem pengawasan pemberian kredit pada PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan dan mengetahui apakah pemberian kredit telah dijalankan sesuai dengan perkreditan perbankan dan prosedur pemberian kredit.
Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah penelitian deskriptif yaitu penulis mengumpulkan data-data yang diperoleh dari objek penelitian dan literatur-literatur lainnya kemudian menguraikan secara rinci untuk mengetahui permasalahan penelitian dan mencari penyelesaiannya. Adapun jenis data yang digunakan adalah data primer yang merupakan hasil wawancara berupa tanya jawab dengan pihak bagian kredit , dan data sekunder berupa struktur organisasi perusahaan, sejarah singkat perusahaan, dan daftar kolektibilitas kredit tahun 2006-2008. Teknik analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif.
Dari hasil penelitian, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa pelaksanakan sistem pengawasan pemberian kredit pada PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan cukup efektif. Pengawasan kredit yang dilakukan oleh PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan mengalami peningkatan dari tahun 2006 ke tahun 2008 yang dapat dilihat dari ratio NPL (Non Performing Loan) yaitu sebesar 4.09% per 31 Desember 2006 yang mengalami peningkatan menjadi 1,68% per 31 Desember 2007 serta mengalami peningkatan lagi menjadi 0.89% per 31 Desember 2008. Hal ini sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia nomor SE No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, dikatakan bahwa tingkat ratio NPL yang dikatakan baik apabila kurang dari 5%. Pemberian kredit telah dijalnkan sesuai dengan kebijaksanaan perkreditan bank dan prosedur pemberian kredit yaitu tahap permohonan kredit, tahap analisis kredit, dan tahap keputusan kredit.
Kata kunci: sistem, prosedur pemberian kredit, pengawasan kredit, NPL
ABSTRACT
This research is conducted in order to find out the effectiveness of the controlling system in credit extension at PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan and to find out whether the credit extension has been performed well in accordance with the credit matters of banking and the procedures of credit extension.
The sort of research performed by the writer is descriptive research; meaning that the data was gained by the writer from object of research and other literatures then explained them in detail to find out the problems of study and to find out the solutions. The sort of data used are primary data which was the outcome of interviews in form of question and answer with the credit side, and the secondary data was in the form of organization structure of a company, a brief history of a company and the list of credit collectability in the year of 2006-2010. the technique of data analysis is descriptive method.
From the objective of research, the writer may conclude that the operation of controlling system in credit extension at PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan is quite effective. The credit controlling which was conducted by PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan went into a increase from 2006 to 2008 which can looked from NPL ratio (Non Performing Loan) that is 4.09% per December 31, 2006 increase into 1,68% per December 31 2007 and still continued increase to 0.89% per December 31 2008. This case is appropriate for circular Indonesia Bank number SE No.6/23/DPNP date on May 31 2004 mentioned that the rate of NPL ratio is said to be good if it is less than 5%. The credit extension has been performed well in accordance with credit bank policy and the procedures of credit extension that is credit supplication step, credit analysis step and credit termination step.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bank merupakan lembaga keuangan yang dibangun atas dasar kepercayaan.
Fungsi utama sebuah Bank adalah sebagai lembaga yang dalam aktivitas usahanya
menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat. Salah satu cara penyaluran dana
tersebut adalah melalui kebijakan kredit yang dilakukannya, sehingga dengan kata
lain kesehatan perbankan akan sangat dipengaruhi oleh resiko kredit. Pengelolaan
resiko kredit yang tidak efektif yang antara lain disebabkan kelemahan dalam
penerapan serta pengawasan kebijakan dan prosedur pemberian kredit, dan
penilaian kemampuan debitur dalam menyelesaikan kredit.
Sistem pengawasan kredit akan dilakukan dalam menjamin kepentingan bank
terhadap kredit yang diberikan, maka bank menerapkan sistem pengawasan
pemberian kredit yang diawali dengan prosedur permohonan kredit, pengawasan
lanjutan setelah kredit diterima debitur sampai dengan prosedur pelunasan kredit
oleh debitur. Di dalam proses pengawasan sebelum pemberian kredit pada debitur,
bank meminta laporan-laporan yang diperlukan secara periodik tentang
perkembangan usahanya khususnya tentang usaha yang dibiayai oleh bank
sehingga bank dapat mengawasi usaha nasabahnya. Pengawasan kredit yang
diberikan oleh bank sangat penting artinya bagi bank untuk menjamin
kepentingannya terhadap pembayaran kembali kreditnya dan untuk memastikan
Jika sistem pengawasan pemberian kredit sudah diterapkan dengan baik mulai
dari nasabah mengajukan permohonan kredit sampai pelunasan kredit, maka pihak
bank akan selalu dapat mengetahui dengan baik kegiatan dan perkembangan
usaha nasabahnya sehingga jika persoalan yang dihadapi nasabah bank akan
segera mengetahui dan berusaha membantu untuk kepentingan bank itu sendiri.
Pengawasan kredit mutlak dilaksanakan untuk menghindari kredit macet. Kondisi
kredit macet akan terlihat dari Non Performing Loan (NPL) atau tingkat
pengembalian kredit yang lebih dari 5% yang merupakan batas toleransi kredit
yang tidak tertagih setelah dinyatakan macet, standar ini ditetapkan oleh Bank
Indonesia selaku pemegang otoritas pengaturan perbankan di Indonesia.
Non Performing Loan (NPL) sangat menentukan dalam penilaian tigkat
kesehatan Bank, dimana Bank yang memiliki nilai NPL lebih dari 5% bisa
dikategorikan tidak sehat. Oleh karena itu untuk memelihara kelangsungan
usahanya Bank perlu meminimalkan potensi kerugian yang akan muncul
dikarenakan adanya kredit macet tersebut, salah satunya dengan mengoptimalkan
kebijakan-kebijakan Bank dalam hal kredit yang tertuang dalam Standar
Operasional Perusahaan dan dilakukannya pengawasan dalam hal pemberian
kredit. Oleh sebab itu pemberian kredit pada masyarakat merupakan suatu proses
yang memerlukan pertimbangan dan analisis yang baik dari pimpinan bank untuk
menghindari kemungkinan kerugian serta pertimbangan dan analisis tersebut
dipengaruhi oleh ketentuan dari Bank Indonesia dan kebijakan dari kantor pusat
itu sendiri. Sebelum memberikan kredit seorang pimpinan atau pejabat yang
sebagai dasar pertimbangan dalam memberikan kredit seperti : siapa yang
menginginkan kredit, untuk apa kredit digunakan, apa dan berapa nilai agunannya,
dan bagaimana dan berapa lama kredit akan dikembalikan kepada bank dan
beberapa pertimbangan lainnya yang diperoleh.
Pengawasan kredit adalah usaha lancar yang produktif artinya kredit itu dapat
ditarik kembali bersama bunganya sesuai perjanjian yang telah disetujui oleh
kedua belah pihak. Hal ini penting jika kredit macet berarti kerugian bagi bank
bersangkutan. Oleh karena itu, penyaluran kredit harus berdasarkan prinsip
kehati-hatian dengan sistem pengendalian yang baik dan benar. Dengan demikian betapa
pentingnya sektor perkreditan bagi kehidupan perbankan, sehingga sangatlah
dibutuhkan pola pengawasan kredit yang terampil dan memadai.
PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan sebagai objek penelitian penulis
merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang perbankan.
Perusahaan perseroan yang sebagian sahamnya dimiliki pemerintah Provinsi
Sumatera Utara dan Pemerintah Kota Medan, memberikan layanan jasa perbankan
di wilayah Sumatera Utara. Berbagai jasa pelayanan perbankan telah dilaksanakan
oleh Bank Sumut dalam upaya peningkatan kualitas, termasuk di dalamnya
penyaluran kredit. Adapun jenis-jenis kredit tersebut antara lain, kredit industri,
kredit perdagangan, kredit pertanian, kredit investasi, kredit modal kerja dan lain
sebagainya.
Pengawasan yang dilakukan oleh PT.Bank Sumut Cabang Utama Medan
merupakan hal yang penting dalam usaha perbankan. Tujuan dari pengawasan
penyimpangan yang dapat menjadikan kredit bermasalah dan jika tidak
ditindaklanjuti akan menyebabkan kerugian bagi Bank. Serta dengan adanya
sistem ini, pihak Bank dapat mengetahui dengan cepat munculnya potensi kredit
bermasalah yang dapat merugikan Bank.
Berdasarkan kenyataan yang ada, maka setiap bank selalu berusaha untuk
lebih meningkatkan pengawasan terhadap kredit dan pelayanan kepada nasabah
agar tercapai tujuan yang diharapkan melihat betapa pentingnya kefektifan sistem
pengawasan kredit yang nantinya akan diukur dengan tingkat NPL (Non
Performing Loan), maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan
judul ”Analisis Sistem Pengawasan Pemberian Kredit Pada PT. Bank Sumut
Cabang Utama Medan”.
B. Batasan dan Perumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Dalam proses kegiatan penelitian ini, penulis hanya membahas masalah
yang berkaitan dengan sistem pengawasan terhadap pemberian kredit pada
PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan. Dalam penelitian ini laporan yang
digunakan adalah Laporan Keuangan yang ditujukan untuk kepentingan
masyarakat.
2. Perumusan Masalah
Apakah sistem pengawasan pemberian kredit pada PT.Bank Sumut
Cabang Utama Medan telah sesuai dengan Standar Operasional Prosedur
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah
Untuk mengetahui apakah sistem pengawasan pemberian kredit pada PT.
Bank Sumut Cabang Utama Medan telah sesuai dengan Standar Operasional
Prosedur (SOP) yang berlaku.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini akan bermanfaat sebagai berikut :
1. Bagi penulis, penelitian ini dapat bermanfaat untuk meningkatkan
pemahaman mengenai akuntansi perbankan bank secara teoritis maupun
praktek.
2. Bagi PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan, penelitian ini dapat
memberikan sumbangan pemikiran bagi praktisi perbankan dalam hal
pengawasan pemberian kredit pada perusahaan.
3. Bagi civitas akademika, sebagai bahan referensi dan panduan dalam
melanjutkan penelitian ini di masa akan datang, khususnya mengenai
E. Kerangka Konseptual Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan teori di atas, maka kerangka
konseptualnya sebagaimana tercantum pada gambar 1.1:
Gambar 1.1 Kerangka Konseptual
Sumber : Data Olahan Penulis, 2009
Bank memerlukan informasi tentang data-data yang dimiliki calon penerima
kredit. Data-data tersebut penting bagi perusahaan untuk menilai keadaan dan
kemampuan nasabah sehingga menumbuhkan keyakinan Bank dalam
memberikan kreditnya, hal ini dilakukan sesuai dengan prosedur pengawasan
pemberian kredit yang berlaku, dimana keyakinan tersebut diperoleh dengan
melakukan penilaian dengan seksama terhadap watak, kemampuan, modal
agunan, dan prospek usaha dari debitur, Pengawasan yang berkelanjutan juga
dilakukan pada saat pemberian kredit dan setelah pemberian kredit, guna
meningkatkan kualitas pemberian kredit pada PT. Bank Sumut Cabang PT. BANK SUMUT
Cabang Utama Medan
Sistem Pengawasan Pemberian Kredit sesuai prosedur yang berlaku
Meningkatkan Kualitas Pemberian Kredit secara efektif
Sistem Pengawasan Setelah Pemberian Kredit Sistem Pengawasan Saat
Pemberian Kredit Sistem Pengawasan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kredit
1. Pengertian Kredit
Kata kredit berasal dari bahasa latin yaitu “credere”, yang berarti
percaya atau to believe atau to trust. Oleh karena itu, dasar pemikiran
persetjuan pemberian kredit oleh bank pada seseorang atau badan usaha
adalah kepercayaan. Bila dikaitkan dengan kegiatan usaha, kredit berarti
suatu kegiatan memberikan nilai ekonomi (economic value) kepada
seseorang atau badan usaha yang berlandaskan kepercayaan saat itu,
bahwa nilai ekonomi yang sama akan dikembalikan pada kreditur (bank)
setelah jangka waktu sesuai dengan kesepakatan yang sudah disetujui
antara kreditur dan debitur.
Menurut Pasal 1 butir (11) UU No. 10 Tahun 1998, kredit adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain
yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah
jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Sedangkan menurut
Hasibuan (2001:87), “Kredit adalah semua jenis pinjaman yang harus
dibayar kembali bersama bunganya oleh peminjam sesuai dengan
kredit adalah penyerahan barang, jasa, atau uang dari satu pihak
(kreditur/atau pemberi pinjaman) atas dasar kepercayaan kepada pihak
lain(nasabah atau pengutang/borrower) dengan janji membayar dari
penerima kredit kepada pemberi kredit pada tanggal yang telah disepakati
kedua belah pihak.”
Komaruddin (2004:151) menyebutkan, “kredit adalah penyediaan
uang atau tagihan (yang disamakan dengan uang) berdasarkan kesepakatan
pinjam meminjam antara bank dan pihak lain yang dalam hal ini peminjam
berkewajiban melunasi kewajibannya setelah jangka waktu tertentu
dengan (biasanya) sejumlah bunga yang ditetapkan lebih dahulu”. Menurut
Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (2001:II.8A.1) mengartikan
kredit sebagai, “penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam
antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam (debitur)
untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah
bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan”.
Berdasarkan pengertian-pengertian kredit di atas, dapat diketahui
bahwa kredit mempunyai beberapa unsur, yaitu:
a. Adanya dua pihak, yaitu pemberi kredit (kreditor) dan penerima kredit
(nasabah). Hubungan pemberi kredit dan penerima kredit merupakan
hubungan kerjasama yang saling menguntungkan.
b. Adanya kerjasama pemberi kredit kepada penerima kredit, yaitu suatu
benar-benar diterima kembali di masa tertentu pada masa yang akan datang.
Kepercayaan ini diberikan oleh kreditor, dimana sebelumnya sudah
melakukan penelitian penyelidikan tentang nasabah baik secara intern
maupun dari ekstern. Penelitian dan penyelidikan ini meliputi kondisi
masa lalu dan sekarang nasabah
c. Adanya persetujuan, berupa kesepakatan pihak kreditor dengan pihak
lainnya yang berjanji akan membayar dari penerima kredit kepada
pemberi kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian
dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya
masing-masing.
d. Adanya penyerahan barang, jasa, atau uang dari pemberi kredit kepada
penerima kredit.
e. Adanya unsur waktu. Setiap kredit yang diberikan memilki jangka
waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit
yang telah disepakati.
f. Adanya unsur resiko (degree of risk), baik di pihak pemberi kredit
maupun di pihak penerima kredit. Suatu tenggang waktu pengembalian
akan menyebabkan suatu resiko tidak tertagihnya/macet pemberian
kredit. Semakin panjang suatu kredit, semakin besar resiko gagal bayar
atau ketidakmampuan membayar. Resiko di pihak nasabah adalah
kecurangan pihak kreditor, antara lain keinginan dari pihak pemberi
kredit untuk mencaplok perusahaan yang diberi kredit atau tanah yang
g. Adanya unsur bunga sebagai kompensasi kepada pemberi kredit.
2. Jenis-jenis Kredit
Menurut Kasmir (2003:99) jenis – jenis kredit yang disalurkan oleh Bank dapat dilihat dari berbagai segi antara lain :
a. kegunaan, b. tujuan kredit, c. jangka waktu, d. jaminan, e. sektor usaha
ad.a. Berdasarkan kegunaan terdiri dari : kredit modal kerja dan kredit
investasi.
1) Kredit modal kerja merupakan kredit yang digunakan untuk
keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya, Contoh
kredit modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku,
membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan
dengan proses produksi perusahaan.
2) Kredit investasi merupakan kredit yang biasanya digunakan
untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik
baru dimana masa pemakaiannya untuk satu periode yang relatif
lama dan biasanya digunakan suatu perusahaan.
ad.b. Berdasarkan tujuan kredit terdiri dari : kredit produktif, kredit
konsumtif, dan kredit perdagangan.
1) Kredit produktif merupakan kredit yang digunakan untuk
peningkatan usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini
2) Kredit konsumtif merupakan kredit yang digunakan untuk
dikonsumsi atau dipakai secara pribadi. Dalam kredit ini tidak
ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena
digunakan atau dipakai seseorang atau badan usaha.
3) Kredit perdagangan merupakan kredit ang digunakan untuk
kegiatan perdagangan dan biasanya untuk membeli barang
dagangan, yang pembayarannya diharapkan dari penjualan
barang dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada
supplier atau agen-agen perdagangan yang akan membeli barang
dalam jumlah tertentu.
ad.c. Berdasarkan jangka waktu terdiri dari : kredit jangka pendek dan
kredit jangka menengah, dan kredit jangka panjang.
1) Kredit jangka pendek merupaka kredit yang memiliki jangka
waktu kurang dari 1 tahun atau paling lama 1 tahun dan biasanya
digunakan untuk keperluan modal kerja.
2) Kredit jangka menengah merupakan kredit yang jangka
waktunya berkisar antara 1 tahun sampai 3 tahun. Beberapa Bank
mengklasifikasikan kredit jangka menengah menjadi kredit
jangka panjang.
3) Kredit jangka panjang merupakan kredit yang masa
pengembaliannya lebih dari 3 tahun. Biasanya kredit ini
karet, kelapa, atau manufaktur dan juga kredit konsumtif seperti
kredit perumahan.
ad.d. Berdasarkan jaminan terdiri dari : kredit dengan jaminan dan kredit
tanpa jaminan.
1) Kredit dengan jaminan merupakan kredit yang diberikan dnegan
suatu jaminan tertentu. Jaminan tersebut dapat berbentuk barang
berwujud ataupun barang tidak berwujud. Artinya setiap kredit
yang disalurkan akan dilindungi senilai jaminan yang diberikan
calon debitur.
2) Kredit tanpa jaminan merupakan kredit yang diberikan tanpa
jaminan barang atau orang tertentu. Kredit ini diberikan dengn
melihat prospek usaha, karakter, serta loyalitas calon debitur
selama berhubungan dengan Bank bersangkutan.
ad.e. Berdasarkan sektor usaha terdiri dari : kredit pertanian, redit
peternakan, kredit industri, kredit pertambangan, kredit pendidikan,
kredit profesi, dan kredit perumahan.
1) Kredit pertanian merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor
perkebunan atau pertanian rakyat. Sektor usaha pertanian dapat
berupa jangka pendek atau jangka panjang.
2) Kredit peternakan merupakan kredit yang diberikan untuk jangka
waktu relatif pendek, misalnya peternakan ayam dan untuk kredit
3) Kredit industri merupakan kredit yang membiayai indsurti
pengelolaan baik industri kecil, menengah dan besar.
4) Kredit pertambangan merupakan jenis kredit untuk usaha
tambang, biasanya dalam jangka panjang, seperti tambang emas,
minyak atau tmbang timah.
5) Kredit pendidikan merupakan kredit yang diberikan untuk
membangun sarana prasarana pendidikan.
6) Kredit profesi merupakan kredit yang diberikana kepada
kalangan para profesional seperti dosen, dokter atau pengacara.
7) Kredit perumahan merupakan kredit untuk membiayai
pembangunan atau pembelian perumahan.
8) Dan sektor-sektor lainnya.
3. Tujuan dan Fungsi Kredit
Rivai and Veithzal (2006:6) mengatakan bahwa ” pada dasarnya
terdapat dua fungsi yang saling berkaitan dari kredit, yaitu profitability dan
safety”. Profitability yaitu, tujuan untuk memperoleh hasil dari kredit
berupa keuntungan dari bunga yang harus dibayar nasabah. Sedangkan
safety merupakan keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan
harus benar-benar terjamin sehingga tujuan profitability dapat tercapai
tanpa hambatan yang berarti.
Tjoekam (1999:3) mengatakan bahwa ”dalam perkreditan melibatkan
moneter (pemerintah) dan masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu,
tujuan perkreditan bagi setiap pihak berbeda-beda”. Adapun tujuan kredit
bagi setiap pihak yang terkait antara lain:
a. Bagi Kreditur (bank):
1) Perkreditan Merupakan sumber utama pendapatannya.
2) Perkreditan merupakan instrumen penjaga likuiditas, solvabilitas
dan profitabilitas bank.
3) Kredit dapat memanfaatkan dan memproduktifkan dana-dana yang
ada.
b. Bagi Debitur:
1) Kredit berfungsi sebagai sarana untuk membuat kegiatan usaha
semakin lancar dan kinerja (perfomance) usaha semakin baik
daripada sebelumnya.
2) Kredit meningkatkan minat berusaha dan keuntungan sebagai
jaminan kelanjutan kehidupan perusahaan.
3) Kredit memperluas kesempatan berusaha dan bekerja dalam
perusahaan.
c. Bagi Otorita (pemerintah):
1) Kredit sebagai instrumen moneter.
2) Kredit dapat menciptakan kesempatan berusaha dan kesemoatan
3) Kredit dapat sebagai instrumen untuk ikut serta meningkatkan mutu
manajemen dunia usaha, sehingga terjadi efesiensi dan mengurangi
pemborosan di semua lini.
d. Bagi Masyarakat:
1) Kredit dapat mengurangi pengangguran, karena membuka peluang
berusaha, bekerja dan pemerataan pendapatan.
2) Kredit dapat meningkatkan fungsi pasar, karena ada peningkatkan
daya beli.
Sedangkan Abdullah (2005:84), “ melihat tujuan pemberian kredit
dari pendekatan mikro ekonomi guna mendapatkan suatu nilai tambah bagi
nasabah (debitur) maupun bank sebagai kreditur, dan dari pendekatan
makro ekonomi melihat pemberian kredit merupakan salah satu instrumen
untuk menjaga keseimbangan jumlah uang beredar di masyarakat”.
Fungsi Kredit menurut Hasibuan (2001:88) :
a. Menjadi motivator dan dinamisator peningkatan kegiatan perdagangan dan perekonomian.
b. Memperluas lapangan kerja bagi masyarakat. c. Memperlancar arus barang dan jasa.
d. Meningkatkan hubungan internasional. e. Meningkatkan produktivitas dana yang ada. f. Meningkatkan daya guna (utility) barang. g. Meningkatkan kegairahan berusaha masyarakat. h. Memperbesar modal perusahaan.
i. Meningkatkan income per capita masyarakat
j. Mengubah cara berpikir/bertindak masyarakat untuk lebih ekonomis.
Fungsi Kredit menurut Abdullah (2005:84) :
c. Kredit meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang. d. Kredit adalah salah satu alat stabilisasi ekonomi. e. Kredit menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat.
f. Kredit adalah jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional. g. Kredit adalah juga sebagai alat hubungan ekonomi internasional.
B. Sistem Pengawasan Kredit
1. Prosedur Pemberian Kredit
Sebagai lembaga kredit, bank harus dapat menentukan kebijaksanaan
umum yang harus ditempuhnya. Bank harus telah dapat menyelami dengan
sungguh-sungguh kondisi perekonomian dan perdagangan yang
merupakan landasan usahanya. Berbicara soal perkreditan tidak lepas dari
masalah-masalah yang ada dalam suatu kegiatan perbankan. Dalam
perkembangan bisnis perbankan permasalahannya akan semakin rumit,
karena perkreditan itu sendiri akan saling berkaitan dengan
kegiatan-kegiatan lainnya dan akan membentuk jaringan kerja yang terus menerus.
Untuk mengatasi berbagai kerumitan serta dalam upaya kegiatan
perkreditan tersebut dapat berjalan dengan lancar, maka diperlukan
rangkaian peraturan - peraturan yang ditetapkan terlebih dahulu sebelum
pelaksanaan perkreditan itu sendiri berlangsung. Rangkaian peraturan itu
disebut kebijakan kredit. Karena kebijakan ini akan merupakan pedoman
kerja di bidang perkreditan maka kebijakan tersebut harus mengandung
keputusan yang bersifat teknis operasional. Pada kebijakan kredit
perbankan, dibuatlah prosedur di dalam pemberian kredit oleh bank.
a. Tahap Permohonan Kredit
Tahap ini merupakan persyaratan awal yang harus dipenuhi oleh
nasabah apabila hendak mengajukan kredit, yaitu dengan mengajukan
terlebih dahulu surat permohonan dan mengisi daftar isian yang
disediakan oleh bank. Pada tahap ini nasabah melengkapi persyaratan
berupa data atau informasi berikut:
1) Identitas diri.
2) Pribadi atau perseorangan: keterangan mengenai diri pemohonan
kredit.
3) Badan usaha atau profesi terdiri dari: bentuk badan usaha,
susunan pengurus dan alamatnya, bidang usaha dan kegiatannya,
dan susunan permodalan.
4) Informasi mengenai posisi keuangan perusahaan.
5) Prospek dari nasabah yang bersangkutan untuk waktu yang akan
datang.
6) Informasi sosial ekonomi.
7) Jumlah dan perincian penggunaan kredit.
8) Rencana kapan penarikan dan pengembalian kredit.
9) Informasi mengenai jaminan yang akan diberikan nasabah.
10)Membuka rekening di bank yang bersangkutan.
b. Tahap Analisis Kredit
Permohonan kredit yang sehat harus didasarkan pada suatu analisis
penilaian yang umum dan harus dilakukan oleh bank untuk
mendapatkan nasabah yang benar-benar layak untuk diberikan,
dilakukan dengan 5C. Penilaian dengan 5C ini berisi penilaian
mengenai :
1) Character, merupakan keadaan watak/sifat, baik dalam kehidupan
pribadi maupun dalam lingkungan usaha. Ini dapat dilihat dengan
meneliti riwayat hidup nasabah, reputasi calon nasabah tersebut di
lingkungan usaha, dan dengan meminta bank to bank information.
Hal ini merupakan ukuran kemauan untuk membayar.
2) Capital, adalah jumlah modal/dana sendiri yang dimiliki oleh calon
nasabah. Ini dapat melihat apakah penggunaan modal yang efektif
dengan melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas,
rentabilitas, dan solvabilitas.
3) Capacity, adalah kemampuan yang dimiliki calon nasabah dalam
menjalankan usahanya guna memperoleh laba yang diharapkan. Ini
digunakan mengetahui/mengukur sampai sejauh mana calon
nasabah mampu untuk mengembalikan atau melunasi
hutang-hutangnya secara tepat waktu dari usaha yang diperolehnya.
4) Collateral, adalah barang-barang diserahkan nasabah sebagai
agunan terhadap kredit yang diterimanya. Ini digunakan untuk
menilai sejauh mana resiko kewajiban finansial nasabah kepada
5) Condition, yaitu situasi politik, ekonomi, sosial, budaya yang
mempengaruhi kelancaran perusahaan calon nasabah.
Selain dengan menggunakan prinsip 5C ini, pihak perbankan juga
akan mempertimbangkan beberapa aspek yang mempengaruhi dalam
pemberian kredit, diantaranya:
1) Aspek hukum, yang dinilai adalah masalah legalitas badan usaha
serta izin-izin yang dimiliki perusahaan yang mengajukan kredit.
Penilaian ini akan meneliti akte pendirian perusahaan, Surat Izin
Usaha, Tanda daftar perusahaan, NPWP dan keabsahan surat yang
dijaminkan. Aspek hukum sangat penting karena walaupun semua
aspek yang ada cukup layak, tetapi apabila secara hukum dokumen
yang diberikan tidak sah, maka semua perjanjian dianggap batal.
2) Aspek pemasaran, yang dinilai adalah permintaan terhadap produk
yang dihasilkan sekarang ini dan di masa yang akan datang
prospeknya bagaimana, misalnya pemasaran produknya minimal 3
tahun yang lalu, rencana penjualan dan produksi untuk 3 tahun
yang akan datang, peta kekuatan pesaing, dan prospek produk
secara keseluruhan.
3) Aspek keuangan, yang dinilai adalah sumber-sumber dana yang
dimiliki untuk membiayai usahanya dan bagaimana penggunaan
data tersebut. Penilaian ini dapat dilihat dari cash flow, payback
4) Aspek teknis, yang dinilai adalah masalah yang berkaitan dengan
produksi, seperti lokasi dan mesin yang digunakan.
5) Aspek manajemen, yang dinilai adalah struktur organisasi
perusahaan, sumber daya manusia yang dimiliki serta latar
belakang pengalaman sumber daya manusianya dan pengalaman
perusahaan dalam mengelola berbagai proyek yang ada.
6) Aspek sosial ekonomi, menganalisis dampak terhadap
perekonomian dan masyarakat umum, seperti mengurangi
pengangguran, meningkatkan ekspor dan lain-lain.
7) Aspek amdal, menyangkut analisis apakah kredit yang diberikan
tersebut nantinya akan digunakan untuk proyek yang apat
mengalami pencemaran lingkungan atau tidak.
Setelah pihak bank melakukan analisis seperti yang tersebut di atas,
maka selanjutnya mereka akan melakukan wawancara. Wawancara ini
akan dilakukan dalam dua tahap. Pada tahap pertama, bertujuan untuk
mendapatkan keyakinan apakah berkas-berkas tersebut sudah sesuai
dengan yang diinginkan oleh pihak bank, sekaligus untuk mengetahui
keinginan dan kebutuhan nasabah yang sebenarnya. Sebelum
dilakukannya wawancara tahap kedua, maka akan dilakukan terlebih
dahulu pemeriksaan lapangan.
Pada tahap ini, pihak bank akan melakukan pemeriksaan langsung ke
lapangan dengan meninjau berbagai obyek yang akan dijadikan usaha
nantinya akan dicocokkan dengan hasil dari wawancara tahap
pertama. Biasanya, dalam melakukan pemeriksaan lapangan, calon
nasabah tidak akan diberitahu sebelumnya agar dapat dilihat langsung
kondisi yang sebenarnya. Setelah itu, akan dilakukan wawancara
tahap kedua. Pada tahap ini dilihat apakah ada kesesuaian dan
mengandung kebenaran antara wawancara tahap pertama dengan
pemeriksaan lapangan.
c. Tahap Keputusan Kredit
Setelah melalui tahapan tersebut dan melalui proses rekomendasi
dari pejabat bank yang terkait, maka akan ada keputusan kredit akan
disetujui atau ditolak. Jika permohonan ditolak, maka akan dikirimkan
surat penolakan yang disertai alasannya. Dan jika kredit disetujui,
maka akan dibuat persetujuan kredit yang berisi jenis kredit, jumlah
kredit yang diterima, jangka waktu, biaya-biaya yang harus dibayar,
suku bunga, jaminan kredit dan ketentuan lainnya.
Setelah dilakukan penandatangan surat-surat yang diperlukan,
maka kredit dapat direalisasikan. Realisasi kredit ini dapat dilakukan
secara bertahap ataupun sekaligus, sesuai dengan ketentuan dan tujuan
kredit.
Pada saat dilakukannya penarikan kredit oleh debitur ini, maka
pihak bank akan mengakui kredit ini sebesar pokok kredit. Pokok
kredit merupakan saldo kredit yang telah digunakan debitur dan belum
kredit. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan dalam Pedoman
Akuntansi Perbankan Indonesia (2001:III.8A.2) yang menyatakan
”Kredit diakui pada saat pencairannya sebesar pokok kredit. Kredit
dalam rangka pembiayaan bersama diakui sebesar pokok kredit yang
merupakan porsi tagihan bank yang bersangkutan”.
Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (2001:III.8A.8) juga menyatakan bahwa:
Pada saat penandatanganan perjanjian kredit, pihak bank akan menerima provisi kredit, yang merupakan biaya-biaya yang harus dibayar oleh debitur pada saat kredit telah disetujui. Pihak bank akan membukukannya sebesar jumlah yang ditentukan sebagai provisi kredit dengan mendebitkannya pada kas/rekening simpanan nasabah dan mengkreditkannya sejumlah yang sama pada pendapatn provisi kredit diterima di muka. Dan pada saat debitur melakukan penarikan kredit, pihak bank akan mencatat sejumlah kredit yang ditarik pada akun kredit yang diberikan pada debet dan mengkreditkannya pada kas/rekening nasabah. Bersamaan dengan itu, juga akan dilakukan jurnal untuk mengurangi kewajiban komitmen fasilitas kredit yang belum digunakan debitur.
Misalkan, seorang nasabah mendapatkan kredit modal kerja
sebesar Rp 1.000.000.000, dengan jangka waktu 36 bulan dan bunga
15%. Provisi kredit 1% dari jumlah kredit. Penalti tunggakan pokok/
bunga sebesar 50 dari kewajiban bunga sebulan. Pihak bank akan
mengakui kredit ini pada saat dilakukannya penarikan oleh debitur.
Misalkan pihak debitur melakukan penarikan sebesar Rp.
750.000.0000, maka pihak bank akan melakukan pencatatan sebagai
berikut:
Provisi kredit akan dicatat sebesar
= 1% x Rp. 1.000.000.000
= Rp. 10.000.000,
Provisi kredit ini akan dicatat dengan jurnal :
Kas/rekening nasabah ... Rp. 10.000.000,-
Pendapatan provisi kredit ... Rp. 10.000.000,-
yang diterima di muka
2) Pencatatan kredit yang diberikan
Kredit yang diberikan ini akan dicatat pada saat debitur
melakukan penarikan, yaitu sebesar Rp. 750.000.000. Pihak bank
akan mencatat dengan jurnal:
Kredit yang diberikan ... Rp. 750.000.000,-
Kas/rekening nasabah ... Rp. 750.000.000,-
Dan bersamaan dengan itu, akan dilakukan pencatatan untuk
mengurangi kewajiban fasilitas kredit yang belum digunakan,
dengan mendebitkannya sebesar Rp. 250.000.000, pada
Kewajiban Komitmen Fasilitas Kredit yang Belum Ditarik
Nasabah dan mengkreditkannya pada Kontra Fasilitas Kredit
yang belum Ditarik Nasabah.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2004:23.6),
”pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang
arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak
berasal dari kontribusi penanam modal”.
Menurut Stice, dkk (2004:297) berpendapat bahwa:
Pengakuan pendapatan adalah saat dimana akuntan menggunakan
catatan penjualan melalui jurnal entri dalam catatan akuntansi formal.
Pendapatan selalu diakui pada saat dua kriteria penting berikut dapat
dipenuhi:
a. Pekerjaan sudah diselesaikan (perusahaan sudah melakukan
sesuatu)
b. Kas atau keabsahan janji untuk pembayaran di masa datang sudah
diterima (perusahaan sudah menerima sesuatu sebagai
pengembalian).
Maksudnya pendapatan tersebut dapat diakui dalam keadaan
setelah perusahaan tersebut telah menyelesaikan pekerjaannya ataupun
pada saat perusahaan belum melakukan pekerjaannya tetapi sudah
menerima kas dengan perjanjian bahwa pekerjaanya akan diselesaikan
di masa yang akan datang.
Prinsip pendapatan menyatakan bahwa pendapatan harus diakui
dalam laporan keuangan ketika:
a. Pendapatan dihasilkan, yaitu bila perusahaan telah
menyelesaikan sebagian besar pekerjaan yang harus
dilakukannya asalkan berhak atas manfaat yang diberikan oleh
b. Pendapatan direalisasi atau dapat direalisasi, pendapatan
direalisasi ketika kas atau piutang atau kas diterima untuk barang
atau jasa yang dipertukarkan. Pendapatan dapat direalisasi
apabila aktiva yang diterima dapat segera dikonversikan ke
dalam jumlah yang diketahui.
Secara umum, metode pengakuan pendapatan ada dua, yaitu:
a. Dasar akrual
Menurut dasar akrual ini, pendapatan diakui pada saat barang
dijual atau jasa dilaksanakan tanpa memandang saat penerimaan
kas.
b. Dasar Kas
Pengakuan dilakukan dengan dasar tunai adalah jika pendapatan
dan beban hanya diperhitungkan berdasarkan penerimaan dan
pengeluaran kas. Ini berarti, pendapatan dari penjualan barang
atau jasa hanya diakui dalam periode ketika kas diterima, yaitu
pada saat kas diterima dari pelanggan.
Bunga kredit merupakan sumber pendapatan bank. Menurut
Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (2001:III.8A.4), ”bunga
kredit adalah imbalan yang dibayarkan oleh debitur atas kredit yang
diterimanya dan biasanya dinyatakan dalam persentase”.
Pada perusahaan perbankan terdapat penyisihan terhadap
kerugian kredit. Menurut Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia
dibentuk, baik dalam rupiah maupun mata uang asing untuk menutup
kemungkinan kerugian yang timbul sehubungan dengan penanaman
dana ke dalam kredit”.
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) yang dibentuk
disajikan sebagai pos pengurang (offestting account) dari
masing-msing jenis aktiva produktif yang bersangkutan. Dalam
pembentukan PPAP ini, dipisahkan antara PPAP umum dan khusus.
PPAP umum merupakan PPAP bagi kredit lancar, sedangkan PPAP
khusus ditujukan bagi kredit dalam perhatian khusus, kurang lancar,
diragukan dan macet. Pembentukan PPAP bagi kredit yang
direstrukturisasi juga dibedakan dengan kredit yang tidak
direstrukturisasi. PPAP kredit yang direstrukturisasi dihitung
bedasarkan dari nilai buku kredit setelah direstrukturisasi.
Berdasarkan SK BI No. 31/148/KEP/DIR menyatakan bahwa
pembentukan PPAP minimal adalah sebagai berikut:
a. Cadangan umum sebesar 1% x Aktiva Produktif Lancar
b. Cadangan Khusus sebesar:
1) 5% x Aktiva Produktif Dalam Perhatian Khusus +
2) 5% x (Aktiva Produktif Kurang Lancar-Nilai Agunan) +
3) 50% x (Aktiva Produktif Diragukan-Nilai Agunan) +
4) 100% x (Aktiva Produktif Macet-Nilai Agunan)
Agunan yang dapat dijadikan pengurang dalam pembentukan
a. Giro, deposito, tabungan dan setoran jaminan dalam mata uang
rupiah dan valuta asing yang diblokir disertai dengan surat kuasa
pencairan.
b. Sertifikat Bank Indonesia dan Surat Utang Pemerintah.
c. Surat berharga yang aktif diperdagangkan di pasar modal.
d. Tanah, gedung, rumah tinggal, pesawat udara, dan kapal laut
dengan ukuran di atas 20 meter kubik.
Besarnya agunan yang dapat diperhitungkan sebagai faktor
pengurang dalam pembentukan PPAP ini ditetukan oleh
masing-masing bank.
2. Sistem Pengawasan Kredit
a. Pengertian dan Tujuan Sistem Pengawasan Kredit
Menurut Raymond Mcleod, Jr (2004:9) menyebutkan, ” sistem
adalah sekelompok elemen-elemen yang terintegrasi dengan maksud
yang sama untuk mencapai suatu tujuan”.
Sistem merupakan jaringan proses yang saling berhubungan dan
dikembangkan dalam melaksanakan kegiatan utama perusahaan. Oleh
karena itu untuk memperkuat sistem pengawasan terhadap pendapatan
dan biaya, maka diperlukan sistem pengawasan kredit. Sistem
pengawasan ini berisikan prosedur-prosedur yang harus dilalui dalam
melaksanakan suatu kegiatan untuk melindungi hak perusahaan dari
Pengawasan kredit merupakan proses penilaian dan pemantauan
kredit sejak analisis kredit dan merupakan suatu upaya untuk menjaga
agar apa yang dilaksanakan dapat berjalan sesuai dengan rencana
kredit.
Menurut Tjoekam (1999:220) menyatakan :
Pengawasan kredit adalah usaha untuk mengetahui dan menyusun strategi perbaikan secara dini indikasi-indikasi penyimpangan (deviation) dari kesepakatan bank dan debitur dalam proses kegiatan perkreditan, yang kemudian menjadi penyebab kredit bermasalah dan mendatangkan kerugian bagi bank dan debitur.
Pengawasan kredit ini lebih merupakan upaya untuk menjaga dan
mengamankan kredit yang bersifat preventif. Pengawasan kredit ini
juga merupakan suatu sistem dalam pengelolaan kredit yang berfungsi
sebagai penutup kelemahan dalam proses perkreditan. Oleh karena itu,
pengawasan kredit harus mampu memberikan feedback agar tindak
lanjut perbaikan segera dapat dilaksanakan.
Menurut Abdullah (2005:95):
Pengawasan kredit merupakan proses penilaian dan pemantauan kredit sejak analisis bukanlah aktivitas untuk mencari kesalahan/penyimpangan debitur khususnya dalam menggunakan kredit. Melainkan upaya menjaga agar apa yang dilaksanakan dapat berjalan sesuai dengan rencana kredit, selain itu bahwa proses pengawasan kredit telah dimulai sejak dini ( saat penilaian jaminan).
Menurut Abdullah (2005:95): Berdasarkan tujuannya, pengawasan kredit dapat dibagi menjadi dua yaitu:
1) Preventif Control; merupakan pengawasan kredit yang
2) Represif Control; merupakan pengawasan kredit yang
dilakukan setelah pencairan dan saat penggunaan kredit dengan tujuan untuk mengawasi setiap penyimpangan yang terjadi.
b. Proses Pengawasan Kredit
Pengawasan merupakan fungsi manajemen yang menempati
urutan paling akhir dalam fungsi manajemen. Pengawasan membantu
penilaian apakah perencanaan, pengorganisasian, dan pelaksanaan
suatu program telah dilaksanakan dengan efektif atau tidak.
Dalam pelaksanaan pengawasan kredit ini, akan melalui beberapa
tahapan yang membentuk suatu proses pengawasan kredit.
Proses pengawasan kredit ini dapat digambarkan sebagai berikut
Gambar 2.1
Proses Pengawasan Kredit
Sumber: Moh. Tjoekam (1999:226)
Uraian dari mekanisme proses pengawasan kredit tersebut adalah:
Dari kredit yang telah diberikan, dilakukan pemeriksaan, apakah
bank. Pada tahap ini, penyimpangan-penyimpangan tersebut
diidentifikasikan dan dicari tahu apa yang menjadi penyebab
terjadinya penyimpangan tersebut. Penyebab penyimpangan ini bisa
dari pihak bank maupun dari pihak debitur. Penyebab dari pihak bank
misalnya struktur organisasi yang lemah dari pihak bank, kurang
akurat dalam melakukan peneltian sebelum memberikan kredit, dsb.
Dan dari pihak debitur biasanya penyebabnya adalah menurunnya
kondisi keuangan perusahaan.
Setelah dilakukan analisis terhadap penyebab penyimpangan
tersebut, maka disusunlah suatu program untuk memperbaikinya. Dan
dari pelaksanaan program itu nantinya akan dibandingkan dengan
suatu standar yang baku dalam menentukan kolektibilitas kredit.
Dalam tahap ini, kredit akan dikelompokkan dalam kelompok lancar,
dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan, dan macet. Hasil
pengelompokkan ini nantinya akan dapat menggambarkan actual
performance. Dan setelah melihat actual performance lagi dan
begitulah selanjutnya.
C. Kredit Bermasalah NPL (Non Performing Loan)
Pada saat melakukan pengawasan redit, pihak bank akan dapat
menentukan tingkat kolektibilitas kredit. Bagi kredit yang berada dalam
kualitas kurang lancar, diragukan dan macet, pihak bank harus mengambil
kemampuan bank dalam memperoleh laba dan juga berpengaruh terhadap
tingkat kesehatan bank yang sangat mempengaruhi eksistensi usaha
perbankan.
Abdullah (2003:98) mengatakan bahwa “beberapa tindakan yang dapat
dilakukan dalam pengawasan kredit adalah dengan mengadakan
restrukturisasi kredit, mengadakan penjadwalan kembali, mempertimbangkan
kredit baru, dan melikuidasi jaminan”.
1. Restrukturisasi kredit
Restrukturisasi dalam arti luas mencakup perubahan struktur
organisasi, manajemen, operasional, sistem dan prosedur, keuangan, aset,
utang, pemegang saham, dan sebagainya.
Menurut Hasibuan (2001:116) :
Restrukturisasi atau penataan ulang adalah perubahan syarat kredit yang menyangkut penambahan dana bank, konversi sebagian/seluruh tunggakan bunga menjadi pokok kredit baru, atau konversi sebagian/seluruh kredit menjadi penyertaan bank atau mengambil partner lain untuk menambah penyertaan.
Restrukturisasi kredit ini dilakukan apabila bank mempunyai
keyakinan bahwa debitur masih memiliki prospek usaha yang baik dan
mampu memenuhi kewajibannya setelah dilakukan restrukturisasi.
Menurut Bastian (2006:268), “restrukturisasi kredit ini dapat dilakukan
dengan banyak cara, antara lain melalui modifikasi syarat-syarat kredit,
penambahan fasilitas kredit, pengambilalihan aset/agunan debitor,
konversi kredit menjadi penyertaan modal sementara pada perusahaan
debitor, dan sebagainya”.
Restrukturisasi hutang piutang mencakup, namun tidak terbatas pada, satu atau lebih kombinasi berikut ini: (a) transfer aset berikut ini: real estat, piutang pada pihak ketiga, atau aset lai dari debitur kepada kreditur untuk memenuhi sebagian atau seluruh hutang piutang (b) penerbitan sahan baru atau penyerahan saham debitur untuk memenuhi sebagian atau seluruh hutang piutang, kecuali jika saham diberikan dalam rangka pemenuhan persyaratan yang telah ditetapkan sebelumnya untuk pengubahan hutang piutang menjadi pemberian saham (c) modifikasi syarat-syarat hutang piutang seperti satu atau kombinasi dari: (1) pengurangan tingkat suku bunga untuk sisa masa hutang; (2) perpanjangan jangka waktu pelunasan atau pengunduran tanggal jatuh tempo dengan tingkat bunga yang berlaku di pasar untuk hutang baru dengan resiko yang sama; (3) pengurangan jumlah pokok atau jumlah yang harus dibayar pada saat jatuh tempo hutang piutang; (4) pengurangan jumlah bunga yang terutang.
2. Mengadakan penjadwalan kembali (re-scheduling)
Rescheduling atau penjadwalan ulang adalah perubahan syarat kredit
yang hanya menyangkut jadwal pembayaran atau jangka waktu termasuk
masa tenggang dan perubahan besarnya angsuran kredit. Ini dapat
membantu debitur dalam mengangsur debitur dalam jangka waktu yang
lebih panjang yang berarti jumlah angsuran yang lebih kecil. Debitur
yang dapat memberikan fasilitas ini adalah nasabah yang menunjukkan
itikad baik dan karakter yang jujur, serta ada keinginan untuk membayar
serta menurut bank usahanya tidak memerlukan tambahan dana.
3. Persyaratan ulang (reconditioning)
Reconditioning adalah perubahan sebagian atau seluruh syarat-syarat
kredit meliputi jadwal pembayaran, jangka waktu, tingkat suku bunga,
penundaan sebagian atau seluruh bunga, dan persyaratan lainnya.
konversi sebagian atau seluruh kredit menjadi modal perusahaan. Ini
diberikan kepada debitur yang jujur, terbuka, dan kooperatif yang
usahanya sedang mengalami kesulitan keuangan, tetapi diperkirakan
masih dapat beroperasi dengan menguntungkan.
4. Mempertimbangkan kredit baru (novasi kredit)
Menurut Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia
(2001:III.8C.1) “novasi adalah pembaharuan utang yang merupakan
salah satu sebab dari dihapusnya suatu perjanjian, dengan cara
perjanjian utang lama diambil alih (diganti) dengan perjanjian utang
baru”. Dalam pemberian kredit baru ini, pihak bank harus memperoleh
jaminan yang baru dengan safety margin yang tinggi.
5. Likuidasi jaminan
Langkah likuidasi jaminan biasanya dilakukan apabila
langkah-langkah yang disebutkan di atas tidak dapat dilakukan lagi. Likuidasi
adalah penjualan barang-barang yang dijadikan agunan dalam rangka
pelunasan utang. Pelaksanaan likuidasi dilakukan terhadap kategori
yang menurut bank benar-benar sudah tidak dapat dibantu untuk
disehatkan kembali, atau usaha nasabah sudah tidak memiliki prospek
untuk dikembangkan.
Hasibuan (2001:116) menyatakan bahwa proses likuidasi ini dapat dilakukan dengan:
a. Menyerahkan penjualan agunan kepada debitur yang bersangkutan, harga minimumnya ditetapkan oleh bank, dan pembayarannya tetap dikuasai bank.
c. Bagi bank negara diselesaikan BUPN dengan melelang agunan untuk membayar pinjaman nasabah.
d. Agunan disita pengadilan negeri lalu dilelang untuk membayar utang debitor.
e. Agunan dibeli bank untuk dijadikan asset bank.
Ratio NPL (Non Performing Loan) melihat berapa besar kredit yang
berada dalam kondisi kurang lancar, diragukan, dan macet dibandingkan
dengan total jumlah kredit yang diberikan. Sesuai dengan ketentuan dari Bank
Indonesia dengan SE No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, dikatakan bahwa
tingkat NPL yang dikatakan baik apabila kurang dari 5%(<5%). Rumus untuk
perhitungan NPL ini adalah :
% 100
x t
TotalKredi
Macet diragukan
nglancar Kreditkura
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Sesuai dengan judul skripsi yang diajukan, maka lokasi penelitian adalah
pada PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan yang beralamat di Jl. Imam
Bonjol No.18 Medan.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dimulai dari penulisan proposal hingga ujian skripsi. Adapun
waktu yang direncanakan adalah dari bulan Oktober 2009 samapai dengan
April 2010.
B. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini terdiri dari,
1. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari objek
penelitian, dalam penelitian ini adalah PT.Bank Sumut Cabang Utama
Medan, yang diperoleh dari proses wawancara dengan pihak Bank, antara
lain dengan pegawai bagian pemasaran kredit dan seksi penyelamatan
kredit.
2. Data sekunder, yaitu data yang sudah diolah. Data ini bersumber dari
penelitian yang diteliti, yang mendukung pembahasan masalah yang
laporan sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi,
kebijakan-kebijakan Bank berkaitan dengan sistem pengawasan pemberian kredit,
jenis kredit, laporan keuangan Bank tahun 2006 sampai dengan 2008.
C. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian ini
digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
1. Teknik Observasi
Suatu tinjauan langsung ke tempat perusahaan yang menjadi objek
penelitian.
2. Teknik Studi Literatur
Mengumpulkan data – data dengan membaca dan mempelajari teori – teori
dan literatur yang berkaitan dengan pengawasan pemberian kredit.
3. Teknik wawancara
Dalam penelitian ini dilakukan tanya jawab langsung secara lisan dengan
pegawai bagian pemasaran kredit dan seksi penyelamatan kredit.
Adapun pertanyaan-pertanyaan yang diajukan antara lain :
i. Apa saja persyaratan yang harus dipenuhi oleh calon debitur untuk
mendapatkan kredit ?
ii. Bagaimana tindakan selanjutnya yang akan dilakukan pihak Bank
Sumut Cabang Utama Medan setelah permohonan kredit calon debitur
iii. Adakah aspek yang terkait dalam melakukan Analisis atas Calon
Debitur secara umum ?
iv. Pihak-pihak yang terkait dalam pengawasan pemberian kredit pada
PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan ?
v. dst.
D. Metode Analisis Data
Dalam penelitian tentang sistem pengawasan pemberian kredit pada PT. Bank
Sumut Cabang Utama Medan digunakan analisis deskriptif, yaitu metode
dimana data-data yang diperoleh, disusun, dikelompokkan dan
diinterprestasikan sehingga diperoleh gambaran yang sebenarnya tentang
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Data Penelitian
1. Sejarah Singkat Perusahaan
Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara didirikan pada tanggal
4 November 1961 dengan Akte Notaris RUSLI Nomor 22 dalam bentuk
Perseroan Terbatas. Berdasarkan Undang – Undang Nomor 13 tahun 1962
tentang Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah, bentuk usaha
diubah menjadi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) sesuai dengan
Peraturan Daerah Tingkat I Sumatera Utara No.5 Tahun 1965, dengan
modal dasar sebesar Rp. 100 juta dan sahaham dimiliki oleh PEmerintah
Daerah Tingkat I Sumatera Utaradan Pemerintah Daerah Tingkat II se
Sumatera Utara. Dalam perkembangan selanjutnya, sesuai denngan
kebutuhan, terjadinya beberapa kali perubahan Peraturan Daerah untuk
meningkatkan Modal Disetor.
Pada tanggal 16 April 1999 bentuk badan hukum diubah kembali
menjadi Perseroan Terbatas sesuai dengan Akte Pendirian Perseroan
Terbatas No 38 Tahun 1999 Notaris Alina Hanum Nasution, SH yang
telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia
Nomor C-8224 HT.01.01 Tahun 1999, dan telah diumumkan dalam Berita
Negara Republik Indonesia Nomor 54 tanggal 6 Juli 1999, dengan Modal
Modal Dasar sebelumnya telah dituangkan dalam Peraturan Daerah
Tingkat I Sumatera Utara Nomor 2 Tahun 1999. sesuai dengan kebutuhan
dan perkembangan selanjutnya dengan Akte Nomor 31 Tanggal 15
Desember 1999 Modal Dasar ditingkatkan menjadi Rp. 500 Milyar.
2. Ruang lingkup Usaha
Dari awal pendiriannya Bank Sumut berfungsi sebagai alat
kelengkapan Otonomi Daerah di bidang perbankan, PT. Bank Sumut
berfungsi sebagai penggerak dan pendorong laju pembangunan di daerah,
bertindak sebagai Pemegang Kas Daerah yang melaksanakan
penyimpanan uang daerah serta sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli
daaerah dengan melakukan kegiatan usaha sebagai Bank Umum seperti
dimaksudkan pada Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992, tentang
perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998.
Saham PT. Bank Sumut yang dimiliki oleh Pemerintah Provinsi
Sumatera Utara serta seluruh Pemerintah Kabupaten dan Kota se-Sumatera
Utara sebesar Rp. 46.015.120.000,- atau sebanyak 46.015.120 lembar
dengan nilai nominal uuntuk setiap lembar saham sebesar Rp. 10.000,-
Penyetoran saham PT. Bank Sumut oleh Pemerintah Provinsi Sumatera
Utara serta seluruh Pemerintah Kabupaten dan Kota se-Sumatera Utara
berasal dari APBD dan 5% (lima persen) hasil perolehan PBB serta dari
Sumatera Utara serta seluruh Pemerintah Kabupaten dan Kota se Sumatera
Utara.
Kegiatan utama dari Bank Sumut adalah menghimpun dana dari
masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat.
Penghimpunan dana dilakukan dalam bentuk simpanan berupa Giro,
Deposito Berjangka, Sertifikat Deposito dan Tabungan. Khusus untuk
Tabungan, Bank Sumut memiliki produk Tabungan Martabe yang
berhadiah barang dan diundi 2 kali dalam setahun. Selain itu ada
Tabungan Simpeda yang merupakan produk bersama Bank Pembangunan
Daerah Seluruh Indonesia yang berhadiah uang dan juga diundi 2 kali
setahun. Bagi nasabah yang berniat menunaikan ibadah haji dapat
menyetorkan biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPS-BPIH) melalui
Bank Sumut dengan produk Tabungan Makbul. Bank Sumut juga
melayani pembayaran pajak secara online.
Selain melayani Penarikan Tunai melalui ATM, pada tahun 2005 juga
telah mengoperasikan layanan penerimaan pembayaran jasa
telekomunikasi sistem Host To Host (H2H). PT.Bank Sumut telah menjadi
Bank Operasional I (BO I) yang berarti menjadi Bank mitra KPKN
sebagai penyimpan uang negara untuk gaji dan non gaji berdasarkan Surat
Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan No.SE-19/PB/2005 tanggal 9
Maret 2005 dan sebagai Bank Persepsi BPHTB (Bea Perolehan Hak Atas
Tanah) sesuai dengan Surat Keputusan Direktorat Jenderal
Produk kredit yang ditawarkan meliputi Kredit dengan sistem angsuran
dan rekening koran tergantung kepada jenis usaha yang akan dibiayai.
Sejalan dengan kebijakan yang telah digariskan yaitu mengembangkan
dunia usaha secara umum khususnya sektor usaha mikro, kecil dan
menengah (UMKM), maka hampir seluruh pembiayaan disalurkan kepada
debitur yang tergolong Kredit Usaha Kecil (KUK). Disamping itu, Bank
Sumut juga menyediakan jasa transfer dan inkasso, penyediaan safe
deposit box, penyewaan ruang kantor, service point pembayaran rekening
listrik, air dan telepon serta garansi bank.
Penetapan tingkat bunga dipengaruhi oleh tingkat bunga penjaminan yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia. Pada akhir tahun 2005 tingkat bunga
Deposito sebesar 13,00% sementara bunga Tabungan diberikan secara
progresif yaitu 5,64% s/d 6,64%. Bunga kredit terendah adalah 13,80%
dan tertinggi 19%.
Jaringan pelayanan yang dimiliki Bank Sumut saat ini sebanyak 86
unit yang terdiri dari Kantor Pusat, Kantor Cabang Utama dan Kantor
Cabang Konvensional, Kantor Cabang Syariah, Kantor Cabang Pembantu,
Kantor Kas, Kas Mobil, dan Payment Point. Bank Sumut juga memiliki
jaringan kerja yang mencakup seluruh wilayah Indonesia melalui
kerjasama dengan seluruh Bank Pembangunan Daerah, terutama untuk
Khusus untuk Kantor Cabang Utama dipimpin oleh seorang Pemimpin
Cabang yang dibantu oleh 2 orang Wakil Pemimpin Cabang yang
membawahi 5 Bagian, 13 Seksi.
Dalam melakukan kegiatan operasionalnya Bank Sumut juga tidak
melupakan tanggungjawab sosialnya. Bencana alam Tsunami yang terjadi
di Nanggroe Aceh Darussalam tahun 2004 dan Gempa Bumi yang terjadi
di Nias tahun 2005 telah menjadi perhatian PT.Bank Sumut untuk turut
berpartisipasi dalam memberikan bantuan. Bank Sumut juga telah
melakukan bantuan Beasiswa kepada anak-anak yatim dan bantuan sosial