• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMAMPUAN MENULIS PUISI PADA SISWA KELAS VII MTs. NEGERI MODEL TALANG PADANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEMAMPUAN MENULIS PUISI PADA SISWA KELAS VII MTs. NEGERI MODEL TALANG PADANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

KEMAMPUAN MENULIS PUISI PADA SISWA KELAS VII MTs. NEGERI MODEL TALANG PADANG

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh

APRI YANTO

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

▸ Baca selengkapnya: amanat dari puisi malaikat juga tahu

(2)

INTISARI

KEMAMPUAN MENULIS PUISI PADA SISWA KELAS VII MTs. NEGERI MODEL TALANG PADANG

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh

APRI YANTO

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah kemampuan menulis

puisi pada siswa kelas VII MTs Negeri Model Talang Padang Tahun Pelajaran

2012/2013. Penelitian ini bertujuan mengetahui kemampuan menulis puisi siswa

kelas VII MTs Negeri Model Talang Padang Tahun Pelajaran 2012/2013.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Sumber data dalam

penelitian ini adalah siswa kelas VII dengan jumlah 32 orang, terdiri atas 8 siswa

laki-laki dan 24 siswa perempuan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode deskriptif dengan menggunakan lembar tes kemampuan menulis

puisi siswa.

Hasil tes kemampuan menulis puisi siswa kelas VII MTs.Negeri Model Talang

Padang Tahun Pelajaran 2012/2013 ditinjau dari indikator penilaian puisi, tema,

amanat, diksi, pengimajian dan majas maka dapat disimpulkan bahwa nilai

rata-rata yang diperoleh oleh siswa adalah nilai 77 dengan kategori baik karena siswa

(3)
(4)
(5)
(6)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 5

1.3.Tujuan Penelitian ... 5

1.4.Manfaat Penelitian ... 5

1.5.Ruang Lingkup Penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kemampuan ... 7

2.2 Keterampilan Munulis ... 8

2.2.1 Pengertian Menulis ... 8

2.2.2 Faktor-faktor Kemampuan Menulis ... 13

2.2.3 Tujuan dan Fungsi Menulis ... 13

2.2.4 Unsur-unsur Menulis ... 14

2.3 Pengertian Puisi ... 15

2.4 Pembagian puisi ... 17

2.4.1 Puisi Lama ... 17

2.4.2 Puisi Baru ... 18

2.5 Unsur-unsur yang Membangun Puisi ... 20

2.5.1 Tema ... 21

2.5.2 Amanat ... 23

2.5.3 Diksi ... 24

2.5.4 Pengimajian ... 25

2.5.5 Majas ... 25

2.6 Gaya Bahasa ... 32

2.6.1 Simile ... 32

2.6.2 Personifikasi ... 32

2.6.3 Metafor ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1Metode Penelitian ... 33

3.2 Populasi dan Sampel ... 33

(7)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian... 39

4.1.1 Penyajian Data ... 41

4.2 Pembahasan ... 46

4.2.1 Kemampuan Menulis Puisi Siswa Tertinggi ... 46

4.2.2 Kemampuan Menulis Puisi Siswa Terendah ... 49

4.2.3 Kemampuan Menulis Puisi Berdasarkan Tema ... 50

4.2.4 Kemampuan Menulis Puisi Berdasarkan Amanat ... 51

4.2.5 Kemampuan Menulis Puisi Berdasarkan Diksi ... 53

4.2.6 Kemampuan Menulis Puisi Berdasarkan Pengimajian ... 55

4.2.7 Kemampuan Menulis Puisi Berdasarkan Majas ... 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 60

5.2 Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA

(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Empat keterampilan berbahasa yang harus dimiliki siswa dalam proses

pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan

menulis. Keempat keterampilan tersebut tidak dapat berdiri sendiri. Satu sama

lainnya saling berkaitan karena aspek menyimak berkaitan dengan berbicara,

membaca, dan menulis. Hal itulah yang menjadikan bahasa merupakan satu

kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pikiran,

perasaan, dan kemauan kepada orang lain. Bahasa juga merupakan alat

komunikasi yang sangat penting dan efektif di masyarakat. Kegiatan

berkomunikasi dengan mempergunakan bahasa dapat berlangsung secara efektif

dan lancar apabila pemakai bahasa menguasai bahasa yang digunakan dengan

baik. Seseorang akan mengalami kesulitan dalam mengemukakan pikiran dan ide

di dalam berkomunikasi, baik komunikasi secara langsung maupun komunikasi

melalui tulisan.

Menulis sangat penting bagi siswa karena dapat membuat siswa berpikir secara

(9)

memerdalam daya tangkap atau persepsi, memecahkan masalah-masalah yang kita

hadapi, dan menyusun urutan bagi pengalaman (Tarigan, 2008:22).

Menulis pada prinsipnya merupakan suatu kegiatan menyusun sebuah cerita,

buku, sajak, dan sebagainya yang terdiri atas beberapa buah kalimat. Kalimat-

kalimat dalam tulisan itu berhubungan antara satu dengan yang lain meskipun

setiap kalimat mengandung maksud dan makna sendiri. Menulis adalah bercerita

tentang sesuatu yang ada pada angan-angan. Penceritaan itu dapat dituangkan

dalam bentuk lisan maupun tulisan dalam bentuk tulisan yang berupa narasi,

argumentasi, eksposisi, dan persuasi. Perbedaan antara jenis tulisan yang satu dan

jenis tulisan yang lain adalah isi dan bentuk penceritaannya.

Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi

bahasa (Tarigan, 2008: 22). Berdasarkan pengertian menurut Hilal dan Tarigan

maka menulis merupakan kegiatan pengungkapan ekspresi bahasa secara tertulis.

Menulis sangat penting bagi pendidikan karena akan memudahkan siswa

dalam berpikir. Menulis berguna bagi siswa untuk memerdalam daya tanggap,

memecahkan masalah-masalah yang dihadapi, dan menjelaskan pikiran siswa.

Belajar menulis adalah belajar berpikir dalam/dengan cara tertentu (Tarigan,

2008: 22). Berdasarkan Tarigan menulis sangat penting bagi dunia pendidikan

karena dengan menulis siswa dapat mengungkapkan apa yang ada pada dirinya

secara utuh.

Kegiatan menulis merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam seluruh proses

belajar yang dialami siswa selama menuntut ilmu, dengan menulis kita dapat lebih

(10)

adalah perwujudan dari sesuatu yang datang dari alam bawah sadar dengan

demikian karya sastra dapat dijadikan kunci untuk memahami manusia (Suyanto,

2012: 5). Sastra mampu merangsang pembacanya untuk melakukan sesuatu yang

berguna, memahami, dan menghayati kehidupan. Bentuk karya sastra diantaranya

puisi, novel, prosa, cerpen, dan drama (Suyanto, 2012: 6).

Puisi sebagai salah satu karya seni sastra dapat dikaji dari bermacam-macam

aspeknya.puisi dapat dikaji struktur dan unsur-unsurnya karena puisi tersusun dari

bermacam-macam unsur kepuitisan (Pradopo, 2007: 3). Puisi merupakan sebuah

struktur yang kompleks, maka untuk memahaminya perlu dianalisis sehingga

dapat diketahui bagian-bagian serta jalinan secara nyata (Pradopo, 2007: 14).

Menulis berarti menyusun gagasan secara runtut dan sistematis (Akhadiah, 1988:

11). Kegiatan menyusun gagasan secara runtut dan sistematis dapat tertuang

dalam kegiatan menulis puisi. Guru bahasa dan sastra indonesia hendaknya

mampu memerkenalkan puisi kepada siswa sehingga tujuan umum pengajaran

sastra di sekolah dapat terpenuhi, salah satunya melalui menulis puisi.

Tujuan umum pengajaran sastra di sekolah adalah mampu menikmati,

menghayati, memahami, dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan

kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, meningkatkan pengetahuan, dan

kemampuan berbahasa. Pengajaran sastra dapat memberikan sumbangan dalam

pendidikan apabila mencangkup empat manfaat, yaitu (1) membantu keterampilan

berbahasa, (2) meningkatkan pengetahuan budaya, (3) mengembangkan cipta dan

(11)

Sehubungan dengan kemampuan yang dibutuhkan untuk menulis puisi, dalam

Kurikulum Sekolah Menengah Pertama Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia, yaitu pada standar kompetensi mengenai aspek kemampuan bersastra

disebutkan bahwa pengajaran ditunjukan agar siswa mampu mengekspresikan

karya sastra yang diminati dalam bentuk sastra tulis yang kreatif (Depdiknas,

2008: 4). Dengan demikian, dalam keterampilan menulis, khususnya menulis

puisi, siswa dituntut mengekspresikan imajinasi dan perasaan batinnya. Sebab ,

untuk menulis puisi siswa harus menciptakan sesuatu yang baru berdasarkan

kekayaan batin dan pikirannya.

Berkaitan dengan keterampilan menulis puisi, dalam Kurikulum Sekolah

Menengah Pertama Mata Pelajaran Bahasa dan satra indonesia dikemukakan

program pengajaran untuk kelas VII. Program pengajaran bahasa dan sastra

indonesia bertujuan agar siswa kelas VII Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri

mampu mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan dalam berbagai

bentuk tulisan sastra melalui menulis puisi, dan menulis menciptakan karya sastra

berdasarkan berbagai setting atau latar. Salah satu tulisan yang dapat dipilih untuk

pengungkapan tersebut ialah puisi; puisi dapat menjadi saluran bagi siswa untuk

mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan sesuai dengan konteks

dan situasi yang dihadapinya. Dengan demikian, tujuan tersebut mengacu pada

relevansi materi menulis puisi untuk kelas VII.

Dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis puisi merupakan materi yang

(12)

bermaksud meneliti kemampuan menulis puisi siswa, dengan tujuan untuk

mengetahui kemampuan dan minat siswa dalam menulis puisi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang rumusan masalah sebagai berikut.

Bagaimanakah kemampuan menulis puisi pada siswa kelas VII MTs Negeri

Model Talang Padang Tahun Pelajaran 2012/2013?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan kemampuan menulis puisi siswa kelas

VII MTs Negeri Model Talang Padang Tahun Pelajaran 2012/2013.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian dibedakan menjadi dua, yaitu manfaat teoritis dan manfaat

praktis yang akan dijabarkan sebagai berikut.

1.4.1 Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis pada

pembelajaran sastra, yakni dapat menambah refrensi penelitian Pembelajaran

Sastra sehingga penelitian ini nantinya dapat memberikan penambahan refrensi

guru mengenai kemampuan menulis puisi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara praktis,

berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut:

1) Memberikan informasi dan menambah refrensi bagi guru mata pelajaran

(13)

2) Menambah pengetahuan dan kecintaan siswa mengenai puisi.

3) Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi wawasan dalam

pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, khususnya dalam menulis puisi

siswa.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam ruang lingkup sebagai berikut.

1.5.1 Subjek

Subjek penelitian adalah siswa kelas VII MTs Negeri Model Talang Padang

Tahun Pelajaran 2012/2013.

1.5.2 Objek

Objek penelitian adalah kemampuan menulis puisi dengan indikator Tema,

Amanat, Diksi, Pengimajian dan majas.

1.5.3 Tempat

Tempat penelitian ini adalah di MTs Negeri Model Talang Padang.

1.5.4 Waktu

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Empat keterampilan berbahasa yang harus dimiliki siswa dalam proses

pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan

menulis. Keempat keterampilan tersebut tidak dapat berdiri sendiri. Satu sama

lainnya saling berkaitan karena aspek menyimak berkaitan dengan berbicara,

membaca, dan menulis. Hal itulah yang menjadikan bahasa merupakan satu

kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pikiran,

perasaan, dan kemauan kepada orang lain. Bahasa juga merupakan alat

komunikasi yang sangat penting dan efektif di masyarakat. Kegiatan

berkomunikasi dengan mempergunakan bahasa dapat berlangsung secara efektif

dan lancar apabila pemakai bahasa menguasai bahasa yang digunakan dengan

baik. Seseorang akan mengalami kesulitan dalam mengemukakan pikiran dan ide

di dalam berkomunikasi, baik komunikasi secara langsung maupun komunikasi

melalui tulisan.

Menulis sangat penting bagi siswa karena dapat membuat siswa berpikir secara

(15)

memerdalam daya tangkap atau persepsi, memecahkan masalah-masalah yang kita

hadapi, dan menyusun urutan bagi pengalaman (Tarigan, 2008:22).

Menulis pada prinsipnya merupakan suatu kegiatan menyusun sebuah cerita,

buku, sajak, dan sebagainya yang terdiri atas beberapa buah kalimat. Kalimat-

kalimat dalam tulisan itu berhubungan antara satu dengan yang lain meskipun

setiap kalimat mengandung maksud dan makna sendiri. Menulis adalah bercerita

tentang sesuatu yang ada pada angan-angan. Penceritaan itu dapat dituangkan

dalam bentuk lisan maupun tulisan dalam bentuk tulisan yang berupa narasi,

argumentasi, eksposisi, dan persuasi. Perbedaan antara jenis tulisan yang satu dan

jenis tulisan yang lain adalah isi dan bentuk penceritaannya.

Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi

bahasa (Tarigan, 2008: 22). Berdasarkan pengertian menurut Hilal dan Tarigan

maka menulis merupakan kegiatan pengungkapan ekspresi bahasa secara tertulis.

Menulis sangat penting bagi pendidikan karena akan memudahkan siswa

dalam berpikir. Menulis berguna bagi siswa untuk memerdalam daya tanggap,

memecahkan masalah-masalah yang dihadapi, dan menjelaskan pikiran siswa.

Belajar menulis adalah belajar berpikir dalam/dengan cara tertentu (Tarigan,

2008: 22). Berdasarkan Tarigan menulis sangat penting bagi dunia pendidikan

karena dengan menulis siswa dapat mengungkapkan apa yang ada pada dirinya

secara utuh.

Kegiatan menulis merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam seluruh proses

belajar yang dialami siswa selama menuntut ilmu, dengan menulis kita dapat lebih

(16)

adalah perwujudan dari sesuatu yang datang dari alam bawah sadar dengan

demikian karya sastra dapat dijadikan kunci untuk memahami manusia (Suyanto,

2012: 5). Sastra mampu merangsang pembacanya untuk melakukan sesuatu yang

berguna, memahami, dan menghayati kehidupan. Bentuk karya sastra diantaranya

puisi, novel, prosa, cerpen, dan drama (Suyanto, 2012: 6).

Puisi sebagai salah satu karya seni sastra dapat dikaji dari bermacam-macam

aspeknya.puisi dapat dikaji struktur dan unsur-unsurnya karena puisi tersusun dari

bermacam-macam unsur kepuitisan (Pradopo, 2007: 3). Puisi merupakan sebuah

struktur yang kompleks, maka untuk memahaminya perlu dianalisis sehingga

dapat diketahui bagian-bagian serta jalinan secara nyata (Pradopo, 2007: 14).

Menulis berarti menyusun gagasan secara runtut dan sistematis (Akhadiah, 1988:

11). Kegiatan menyusun gagasan secara runtut dan sistematis dapat tertuang

dalam kegiatan menulis puisi. Guru bahasa dan sastra indonesia hendaknya

mampu memerkenalkan puisi kepada siswa sehingga tujuan umum pengajaran

sastra di sekolah dapat terpenuhi, salah satunya melalui menulis puisi.

Tujuan umum pengajaran sastra di sekolah adalah mampu menikmati,

menghayati, memahami, dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan

kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, meningkatkan pengetahuan, dan

kemampuan berbahasa. Pengajaran sastra dapat memberikan sumbangan dalam

pendidikan apabila mencangkup empat manfaat, yaitu (1) membantu keterampilan

berbahasa, (2) meningkatkan pengetahuan budaya, (3) mengembangkan cipta dan

(17)

Sehubungan dengan kemampuan yang dibutuhkan untuk menulis puisi, dalam

Kurikulum Sekolah Menengah Pertama Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia, yaitu pada standar kompetensi mengenai aspek kemampuan bersastra

disebutkan bahwa pengajaran ditunjukan agar siswa mampu mengekspresikan

karya sastra yang diminati dalam bentuk sastra tulis yang kreatif (Depdiknas,

2008: 4). Dengan demikian, dalam keterampilan menulis, khususnya menulis

puisi, siswa dituntut mengekspresikan imajinasi dan perasaan batinnya. Sebab ,

untuk menulis puisi siswa harus menciptakan sesuatu yang baru berdasarkan

kekayaan batin dan pikirannya.

Berkaitan dengan keterampilan menulis puisi, dalam Kurikulum Sekolah

Menengah Pertama Mata Pelajaran Bahasa dan satra indonesia dikemukakan

program pengajaran untuk kelas VII. Program pengajaran bahasa dan sastra

indonesia bertujuan agar siswa kelas VII Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri

mampu mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan dalam berbagai

bentuk tulisan sastra melalui menulis puisi, dan menulis menciptakan karya sastra

berdasarkan berbagai setting atau latar. Salah satu tulisan yang dapat dipilih untuk

pengungkapan tersebut ialah puisi; puisi dapat menjadi saluran bagi siswa untuk

mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan sesuai dengan konteks

dan situasi yang dihadapinya. Dengan demikian, tujuan tersebut mengacu pada

relevansi materi menulis puisi untuk kelas VII.

Dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis puisi merupakan materi yang

(18)

bermaksud meneliti kemampuan menulis puisi siswa, dengan tujuan untuk

mengetahui kemampuan dan minat siswa dalam menulis puisi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang rumusan masalah sebagai berikut.

Bagaimanakah kemampuan menulis puisi pada siswa kelas VII MTs Negeri

Model Talang Padang Tahun Pelajaran 2012/2013?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan kemampuan menulis puisi siswa kelas

VII MTs Negeri Model Talang Padang Tahun Pelajaran 2012/2013.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian dibedakan menjadi dua, yaitu manfaat teoritis dan manfaat

praktis yang akan dijabarkan sebagai berikut.

1.4.1 Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis pada

pembelajaran sastra, yakni dapat menambah refrensi penelitian Pembelajaran

Sastra sehingga penelitian ini nantinya dapat memberikan penambahan refrensi

guru mengenai kemampuan menulis puisi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara praktis,

berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut:

1) Memberikan informasi dan menambah refrensi bagi guru mata pelajaran

(19)

2) Menambah pengetahuan dan kecintaan siswa mengenai puisi.

3) Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi wawasan dalam

pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, khususnya dalam menulis puisi

siswa.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam ruang lingkup sebagai berikut.

1.5.1 Subjek

Subjek penelitian adalah siswa kelas VII MTs Negeri Model Talang Padang

Tahun Pelajaran 2012/2013.

1.5.2 Objek

Objek penelitian adalah kemampuan menulis puisi dengan indikator Tema,

Amanat, Diksi, Pengimajian dan majas.

1.5.3 Tempat

Tempat penelitian ini adalah di MTs Negeri Model Talang Padang.

1.5.4 Waktu

(20)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1Pengertian Kemampuan

Kemampuan berarti memiliki kesanggupan, kecakapan dan kekuatan untuk

melakukan sesuatu (Depdiknas, 2008: 869). Kemampuan dengan istilah

kompetensi. Kompetensi adalah pengetahuan yang dimiliki pemakai bahasa

tentang bahasanya (Tarigan, 2008: 11).

Kemampuan merupakan kesanggupan atau kecakapan serta pengetahuan. Artinya,

seseorang memiliki kemampuan apabila si pembicara sanggup menggunakan apa

yang dimilikinya. Kemampuan adalah kapasitas seorang individu untuk

melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. Dapat diartikan pula bahwa

kemampuan adalah sebuah penilaian terkini atas apa yang dapat dilakukan

seseorang. Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa ketika seseorang

melakukan berbagai tugas dalam satu pekerjaan dan dinilai oleh orang lain, maka

dapat diketahui kemampuan yang dimiliki orang tersebut.

Berdasarkan pendapat di atas, penulis mengacu kepada pendapat Depdiknas,

yakni Kemampuan berarti memiliki kesanggupan, kecakapan dan kekuatan untuk

(21)

2.2 Keterampilan Menulis

Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk

berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain

(Tarigan, 2008: 3). Setiap penulis pasti memiliki tujuan dengan tulisannya, antara

lain mengajak, menginformasikan, meyakinkan, atau menghibur pembaca.

Menulis dapat diartikan sebagai aktivitas mengekspresikan ide, gagasan, pikiran

atau prasaan ke dalam lambang bahasa tulis.

2.2.1 Pengertian Menulis

Menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar berpikir

(Tarigan, 2008: 22). Hasil dari proses kreatif ini biasa disebut dengan istilah

menulis atau tulisan. Kedua istilah tersebut mengacu pada hasil yang sama

meskipun ada pendapat yang mengatakan bahwa kedua istilah tersebut memiliki

pengertian yang berbeda. Istilah “menulis” sering melekat pada proses kreatif

yang berjenis ilmiah. Adapun istilah “tulisan” sering dilekatkan pada proses

kreatif yang berjenis nonilmiah.

“Menulis” dan “tulisan” sebenarnya dua kegiatan yang sama karena menulis

berarti menulis (baca: menyusun atau marangkai, bukan mengkhayal) kata

menjadi kalimat, menyusun kalimat menjadi paragraf, menyusun paragraf

menjadi tulisan kompleks yang mengusung pokok persoalan. Pokok persoalan di

dalam tulisan disebut gagasan atau pikiran. Gagasan tersebut menjadi dasar bagi

berkembangnya tulisan tersebut. Gagasan pada sebuah tulisan bisa

(22)

mengungkapkan gagasan, pikiran, perasaan, pendapat, kehendak, dan

pengalamannya.

Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang meng-

gambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat

membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan

gambaran grafik itu (Tarigan, 2008: 21). Dalam kegiatan menulis, seseorang dituntut

untuk menguasai struktur bahasa dan kosakata. Dengan menguasai dua hal tersebut

seseorang dapat menyusun tulisannya secara sistematis sehingga tulisan mudah

dibaca dan dimengerti oleh pembaca.

Menulis berarti mengorganisasikan gagasan secara sistematis serta

mengungkap-kannya secara tersurat. Untuk dapat mengungkapkan gagasan secara tersurat,

seorang penulis harus dapat menggambarkan bahasa dengan kata-kata padat makna

yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi kepada pembaca

karena menulis bukan hanya melukiskan lambang-lambang grafis semata. Dengan

demikian, pesan yang disampaikan penulis melalui tulisannya akan mudah

dipahami oleh pembaca (Akhadiah dkk, 1988 :2).

Menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar berpikir

(Tarigan, 2008: 22). Hasil dari proses kreatif ini biasa disebut dengan istilah

menulis atau tulisan. Kedua istilah tersebut mengacu pada hasil yang sama

meskipun ada pendapat yang mengatakan bahwa kedua istilah tersebut memiliki

pengertian yang berbeda. Istilah “menulis” sering melekat pada proses kreatif

yang berjenis ilmiah. Adapun istilah “tulisan” sering dilekatkan pada proses

(23)

Menulis dan tulisan sebenarnya dua kegiatan yang sama karena menulis berarti

menulis (baca: menyusun atau marangkai, bukan mengkhayal) kata menjadi

kalimat, menyusun kalimat menjadi paragraf, menyusun paragraf menjadi tulisan

kompleks yang mengusung pokok persoalan. Pokok persoalan di dalam tulisan

disebut gagasan atau pikiran. Gagasan tersebut menjadi dasar bagi

berkembangnya tulisan tersebut. Gagasan pada sebuah tulisan bisa

bermacam-macam, bergantung pada keinginan penulis. Melalui tulisannya, penulis bisa

mengungkapkan gagasan, pikiran, perasaan, pendapat, kehendak, dan

pengalamannya.

Dengan demikian, dapat dioperasionalkan kemampuan menulis puisi adalah

kesanggupan, kekuatan, atau kecakapan untuk menyusun atau mengorganisasikan

buah pikiran atau ide ke dalam tulisan berbentuk puisi dengan ekspresi

pengalaman batin (jiwa) mengenai kehidupan manusia, alam, dan Tuhan melalui

media bahasa yang estetis yang secara padu dan utuh dipadatkan. Menulis juga

merupakan proses penemuan yang terus-menerus, bagaimana menemukan bahasa

yang efektif untuk mengomunikasikan pikiran dan perasaan; mengaplikasikan apa

yang dimiliki, baik kosakata maupun tata bahasa, dari apa yang pernah siswa

pelajari di kelas. Kegiatan menulis juga melibatkan komponen-komponen bahasa

di dalamnya. Kegiatan menulis juga merupakan representasi dari penguasaan

kosakata seseorang serta pemahamannya pada tata bahasa. Kekayaan kosakata

yang dimiliki seseorang membantu dirinya dalam mengemukakan segala yang ada

(24)

Menulis juga merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif, sedangkan

tujuan dari menulis adalah untuk mengungkapkan fakta-fakta, perasaan, sikap,

dan isi pikiran secara jelas dan efektif. Pengungkapan fakta, perasaan, sikap, dan

isi pikiran tersebut dituangkan dalam bentuk kalimat-kalimat. Selain itu, kegiatan

menulis memiliki keuntungan-keuntungan sebagai berikut.

1) Dengan menulis, kita dapat lebih mengenali kemampuan dan potensi diri kita.

Kita mengetahui sampai di mana pengetahuan kita tentang suatu topik. Untuk

mengembangkan topik itu, kita terpaksa berpikir, menggali pengetahuan dan

pengalaman yang kadang tersimpan di alam bawah sadar.

2) Melalui kegiatan menulis, kita mengembangkan berbagai gagasan. Kita

terpaksa bernalar, menghubung-hubungkan serta membandingkan fakta-fakta

yang mungkin tidak pernah kita lakukan jika tidak menulis.

3) Kegiatan menulis memaksa kita lebih banyak menyerap, mencari, serta

menguasai informasi sehubungan dengan topik yang kita tulis.

4) Menulis berarti mengorganisasikan gagasan secara sistematik serta

mengungkapkannya secara tersurat.

5) Melalui tulisan kita dapat meninjau serta menilai gagasan kita sendiri secara

lebih objektif.

6) Dengan menulis di atas kertas, kita akan lebih mudah memecahkan

permasalahan, yaitu dengan menganalisisnya secara tersurat, dalam konteks

yang lebih konkret.

7) Tugas menulis mengenai suatu topik mendorong kita belajar secara aktif. Kita

harus menjadi penemu sekaligus pemecah masalah, bukan sekadar menjadi

(25)

8) Kegiatan menulis yang terencana akan membiasakan kita berpikir serta

berbahasa secara tertib.

Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa komunikasi lewat tulisan memiliki

banyak keuntungan. Lewat kegiatan menulis kita dapat menghasilkan komunikasi

yang objektif dan efektif karena sebelum tulisan itu dikomunikasikan kepada

orang lain, sang penulis dapat menganalisis tulisannya dengan cermat dan teliti

sesuai dengan konteks dan tujuan komunikasi yang hendak dicapainya. Analisis

yang cermat dan teliti jelas dapat dilakukan karena sifat tulisan yang tersurat.

Dalam proses pembelajaran, seseorang belajar bagaimana mengomunikasikan

pikiran dan perasaannya dengan menggunakan tanda-tanda yang jelas yang dapat

dimengerti tidak saja oleh dirinya tetapi juga oleh orang lain. Menulis secara jelas

merupakan sebuah sistem komunikasi antarmanusia dengan menggunakan

tanda-tanda konvensional yang jelas. Tanda-tanda-tanda konvensional yang dimaksud adalah

penggunaan huruf atau ejaan yang telah disepakati dalam suatu bahasa.

Menulis merupakan kegiatan untuk menyatakan gagasan, ide-ide, pikiran, atau

perasaan lewat tulisan dengan memperhatikan susunan kalimat, ujaran, dan tanda

baca. Menulis bagi sebagian orang adalah kegiatan yang mudah untuk dilakukan

meskipun bagi sebagian yang lain menulis adalah hal yang sukar. Tidak semua

orang mampu menyatakan pikiran, gagasan, ide-ide, dan perasaannya ke dalam

(26)

2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Menulis

Kegiatan menulis menuntut kemampuan penguasaan bahasa, yaitu kesanggupan

dalam menggunakan unsur-unsur kemampuan yang berbeda. Seorang siswa akan

dapat menulis dengan baik apabila memunyai kemampuan berbahasa yang baik.

Selain itu, untuk dapat menulis dengan baik, ada beberapa faktor yang

mempengaruhinya, yaitu (1) kaya akan ide, (2) memiliki ilmu pengetahuan yang

luas, (3) pengalaman hidup yang mendalam, (4) memiliki intuisi yang tajam, (5)

memiliki jiwa yang arif, dan (6) kaya akan bahasa.

Kemampuan menulis seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu (1)

menguasai pengetahuan bahasa yang meliputi penguasaan kosakata secara aktif,

penguasaan kaidah secara gramatikal, dan penguasaan gaya bahasa, (2) memiliki

kemampuan penalaran yang baik, dan (3) memiliki pengetahuan yang baik dan

mantap mengenai objek garapannya. Jika penulis menguasai ketiga faktor

tersebut, penulis akan dapat membuat tulisan narasi dengan baik.

2.2.3 Tujuan dan Fungsi Menulis

Menulis pada dasarnya bertujuan untuk mengungkapkan pikiran gagasan dan

maksud kepada orang lain secara jelas dan efektif (Martaya, 2000: 13). Menurut

Widyamartaya tujuan menulis dapat dibedakan sebagai berikut:

1) memberi tahu, memberi informasi;

2) menggerakkan hati, menggetarkan perasaan, mengharukan; tulisan yang

memang ditujukan untuk menggugah perasaan untuk memengaruhi,

membangkitkan simpati; dan

(27)

Adapun fungsi menulis menurut Marwoto adalah sebagai berikut

(Marwoto, 2000: 19) :

1) memerdalam suatu ilmu dan penggalian hikmah pengalaman-pengalaman;

2) membuktikan sekaligus menyadari potensi ilmu pengetahuan, ide, dan

pengalaman hidupnya;

3) bisa menyumbangkan pengalaman hidupnya dan ilmu pengetahuan serta

ide-idenya yang berguna bagi masyarakat;

4) untuk meningkatkan prestasi kerja serta memperluas media profesi; dan

5) memperlancar mekanisme kerja masyarakat intelektual, dialog ilmu

pengetahuan dan humaniora, pelestarian, pengembangan, dan penyempurnaan

ilmu pengetahuan serta nilai-nilai hayati humaniora tersebut.

Jadi, berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis memiliki

tujuan untuk mengungkapkan dan memperdalam serta mengetahui bagaimana

suatu tulisan itu dapat menimbulkan aspek yang positif bagi pembacanya.

2.2.4 Unsur–Unsur Menulis

Kualitas tulisan dapat diukur berdasarkan unsur-unsur yang membangun sebuah

tulisan. Unsur-unsur tersebut antara lain isi, dan aspek kebahasaan (Akhadiah,

1988: 23).

1) Isi tulisan merupakan gagasan yang mendasari keseluruhan tulisan. Gagasan

yang baik didukung oleh hal-hal sebagai berikut.

a. pengoperasian gagasan, yaitu kepaduan hubungan antarparagraf;

(28)

c. kemampuan mengembangkan topik. Pengembangan topik yang baik

adalah pengembangan secara tuntas, rinci, dan tunggal.

2) Aspek kebahasaan

Unsur-unsur kebahasaan yang dapat dijadikan petunjuk penyajian bahasa

yang baik dalam tulisan adalah sebagai berikut.

a. Tulisan harus jelas dan tidak menimbulkan penafsiran ganda bagi

pembaca. Kalimat-kalimat dalam tulisan harus efektif.

b. Tulisan harus menerapkan ejaan yang disempurnakan (EYD), meliputi

pemakaian huruf, kata, unsur serapan, serta pemakaian tanda baca.

Namun, untuk menjaga kecermatan, peneliti hanya akan meneliti

pemakaian huruf kapital, tanda baca, titik, dan koma.

c. Ketepatan pilihan kata. Hal ini tidak terlepas dari kaidah makna dan

sintaksis. Penulis harus memperhatikan kebekuan kata yang dipilihnya.

Unsur-unsur dalam menulis merupakan satu kesatuan dari isi tulisan dan aspek

kebahasaan yang saling berkaitan satu sama lainnya. Apabila unsur-unsur

menulis tersebut dikuasai oleh siswa, siswa tidak merasa kesulitan dalam

menulis.

2.3Pengertian Puisi

Puisi berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu ( poiéo/poió ) = I create ) yang berarti

seni tertulis dimana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk tambahan,

atau selain arti semantiknya. Penekanan pada segi estetik suatu bahasa dan

penggunaan sengaja pengulangan, meter dan rima adalah yang membedakan puisi

(29)

memiliki pendekatan dengan mendefinisikan pusi tidak sebagai jenis literatur tapi

sebagi perwujudan imajinasi manusia, yang menjadi sumber segala kreatifitas.

Puisi merupakan sebuah struktur yang kompleks, maka untuk memahaminya perlu

dianalisis sehingga dapat diketahui bagian-bagian serta jalinan secara nyata

(Pradopo, 2007: 14).

Unsur yang berkaitan dengan bentuk puisi adalah bunyi (irama dan rima), pilihan

kata, dan tampilan cetak/tulisan. Unsur yang berkaitan dengan makna puisi adalah

tema, pesan tersurat, dan pesan tersirat. Puisi merupakan ekspresi perasaan,

pikiran, pendapat, dan sikap penulisannya sehingga makna puisi juga terkait

dengan apa yang ingin disampaikan penyair.

Puisi sebagai salah sebuah karya seni sastra dapat dikaji dari bermacam-macam

aspeknya. Puisi dapat dikaji struktur dan unsur-unsurnya, mengingat bahwa puisi

itu adalah struktur yang tersusun dari bermacam-macam unsur dan sarana

kepuitisan. Dapat pula puisi dikaji jenis-jenis atau ragam-ragamnya, mengingat

bahwa ada beragam-ragam puisi. Begitu juga, puisi dapat dikaji dari sudut

kesejarahannya, mengingat bahwa sepanjang sejarahnya, dari waktu ke waktu

puisi selalu ditulis dan selalu dibaca orang. Sepanjang zaman puisi selalu

mengalami perubahan, perkembangan. Hal ini mengingat hakikatnya sebagai

karya seni yang selalu terjadi ketegangan antara konvensi dan pembaharuan

(Pradopo, 2007: 3). Puisi selalu berubah-ubah sesuai dengan evolusi selera dan

(30)

2.4Pembagian Puisi

Pembagian kesusastraan menurut zaman (periodisasi satra puisi dibedakan

menjadi dua golongan, yaitu puisi lama dan puisi baru (Husnan, 1988: 31-61).

2.4.1 Puisi Lama

yaitu puisi yang yang sangat terkait oleh ketentuan banyaknya baris dalam satu

bait, persajakan, dan irama.

Ciri puisi lama :

a. Anonim (pengarangnya tidak diketahui)

b. Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan

c. Terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata

maupun rima

d. Merupakan kesusastraan lisan

e. Gaya bahasanya statis (tetap) dan klise

f. Isinya fantastis dan istanasentris

Macam-macam puisi lama :

a. Mantra.

Mantra adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib.

b. Pantun

Pantun adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris

terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya

sebagai isi. Pantun dibedakan menurut isinya yaitu :

1) pantun anak-anak

2) pantun orang muda

(31)

4) pantun jenaka

5) pantun teka-teki

c. Karmina atau pantun kilat.

Karmina adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek

d. Talibun

Talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris

e. Seloka

Seloka adalah pantun berkait

f. Syair

Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak

a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita.

g. Gurindam

Gurindam adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi

nasihat

2.4.2 Puisi baru

yaitu puisi yang muncul pada Angkatan Pujangga Baru, karena pengaruh

kesustraan Barat. Puisi baru ialah puisi yang lebih bebas dalam dalam

menggunakan irama (persajakan), lebih bebas dalam memilih kata,

perbandingan-perbandingan, segi jumlah baris, suku kata, maupun rima dan irama. Bentuk puisi

baru berdasarkan jumlah barisnya:

Distikon ( pusi yang setiap batasnya terdiri 2 baris )

(32)

c. Kuatrain ( puisi yang setiap batasnya terdiri 4 baris )

d. Quint ( puisi yang setiap baitnya terdiri 5 baris )

e. Sextet ( puisi yang setiap baitnya terdiri 6 baris )

f. Septima ( puisi yang setiap baitnya terdiri 7 baris )

g. Oktaf/stansa ( puisi yang setiap baitnya terdiri 8 baris )

h. Soneta ( puisi 14 baris yang dibagi menjadi 2 kuatrain dan 2 tersina )

i. Puisi Bebas ( puisi yang tidak terikat oleh jumlah baris dan irama )

j. Puisi Kotemporer ( Puisi yang menyimpang dari aturan penulisan puisi )

Puisi berdasarkan isinya terbagi atas :

1. Balada adalah puisi berisi kisah/cerita

2. Himne adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan

3. Ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang ebrjasa

4. Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup

5. Romansa adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih

6. Elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan

7. Satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik

Ciri-ciri puisi baru, yaitu:

1. Tidak terikat oleh jumlah suku kata (jumlah suku kata pada tiap baris tidak

tentu.

2. Tidak terikat oleh sajak (ada yang bersajak sama, sajak saling, sajak peluk,

sajak kembar, dan sebagainya, bahkan ada yang bersajak patah).

(33)

Pada pembahasan ini, peneliti hanya mengacu pada sajak bebas. Sajak bebas ialah

suatu sajak yang tidak dapat diberi nama dengan nama-nama yang sudah tertentu

dalam bentuk-bentuk puisi lama, karena tidak terikat oleh:

1. Bentuk (jumlah baris).

2. Jumlah suku kata dalam baris.

3. Sajak.

Dalam sajak bebas yang terpenting ialah isi,sebagai ekspresi bebas dari jiwanya,

dari pengungkapan rasa pribadinya. Jiwa sastrawan/seniman yang ingin bebas

dalam mencurahkan perasaan, pikiran, kehendak, dan cita-citanya

(individualisme) tidak mau dikekang oleh norma-norma lama, dan tidak ingin

dibatasi oleh ketentuan yang mengikat.

2.5Unsur-unsur yang Membangun Puisi

Unsur puisi merupakan segala elemen (bahan) yang dipergunakan penyair dalam

membangun atau menciptakan puisinya. Segala bahan, baik unsur luar (objek

seni) maupun unsur dalam (imajinasi, emosi, bahasa dll.) disintetikkan menjadi

satu kesatuan yang utuh oleh penyair menjadi bentuk puisi berupa teks puisi.

Sebuah puisi adalah sebuah struktur yang terdiri dari unsur-unsur pembangun.

Unsur-unsur tadi dinyatakan bersifat padu karena tidak dapat dipisahkan tanpa

mengaitkan unsur yang lainnya. Unsur-unsur puisi terdiri dari tema, amanat, diksi,

(34)

2.5.1 Tema

Tema berasal dari bahasa Yunani “thithenai”, berarti sesuatu yang telah diuraikan

atau sesuatu yang telah ditempatkan. Tema merupakan persoalan utama yang

diungkapkan oleh seorang pengarang dalam sebuah karya sastra, seperti cerpen,

novel, ataupun suatu karya tulis. Tema juga dapat dikatakan sebagai suatu gagasan

pokok atau ide dalam membuat suatu tulisan.

Beberapa sumber mengatakan, pengertian tema dalam karang-mengarang dapat

dilihat dari dua sudut, yaitu dari sudut karangan yang telah selesai dan dari proses

penyusunan karangan itu sendiri.

Dilihat dari sudut karangan yang telah selesai, tema adalah suatu amanat yang

disampaikan oleh penulis melalui karangannya. Sedangkan dari segi proses

penulisan, tema adalah suatu perumusan dari topik yang akan dijadikan landasan

pembicaraan dan tujuan yang akan dicapai melalui topik tadi. Hasil perumusan

tema bisa dinyatakan dalah sebuah kalimat singkat, tetapi dapat pula mengambil

bentuk berupa sebuah alinea, ikhtisar-ikhtisar, dan kadang-kadang ringkasan.

Panjang tema tergantung dari berapa banyak hal yang akan disampaikan sebagai

perincian dari tujuan utama.

Perbandingan antara tema dengan karangan dapat disamakan dengan hubungan

antara sebuah kalimat dan gagasan utama kalimat yang terdiri dari subjek dan

predikat. Begitu juga kedudukan tema secara konkrit dapat dilihat dalama

hubungan antara kalimat topik dan alinea. Kalimat topik merupakan tema dari

alinea itu, sedangkan kalimat lain hanya berfungsi untuk memperjelas kalimat

(35)

Tema adalah sesuatu, yang bisa saja akhirnya terumuskan sebagai masalah atau

objek tertentu atau kejadian tertentu yang menjadi acuan penyajak saat ia menulis

sajak (Hutabarat, 2010: 127). Tema puisi bersifat lugas, objektif, dan khusus.

Tema puisi dihubungkan dengan penyairnya, dengan konsep-konsepnya yang

terimajinasikan. Oleh sebab itu, tema puisi bersifat khusus (penyair), tetapi

objektif (bagi semua penafsir), dan lugas (tidak dibuat-buat).

Macam-macam tema sebagai berikut.

1. Tema Kemanusiaan

Tema kemanusiaan bermaksud menunjukan betapa tingginya martabat

manusia dan bermaksud menyakinkan pembaca bahwa setiap manusia

memiliki (harkat) yang sama. Perbedaan kekayaan, pangkat, dan kedudukan

seseorang, tidak boleh menjadi sebab adanya perbedaan perlakuaan terhadap

kemanusiaan seseorang. Rasa kemanusiaan juga dapat menunjukan cinta,

belas kasih, nashat seorang ayah kepada anaknya, penghormatan seorang

murid kepada gurunya, perjuangan hak-hak asasi manusia, perjuangan, dan

sebagainya.

2. Tema Patriotisme

Tema patriotisme dapat meniingkatkan perasaan cinta akan bangsa dan tanah

air. Puisi yang melukiskan perjuangan merebut kemerdekaan dan

(36)

3. Tema Kritik Sosial

Puisi yang bertema kritik sosial adalah protes terhadap

kesewenang-wenangan pihak yang berkuasa yang tidak mendengarkan jeritan rakyat.

Dapat juga berupa kritik terhadap otoriter penguasa.

4. Tema Cinta Kasih

Dalam puisi yang bertemakan cinta kasih biasanya penyair mengungkapkan

perasaan cinta terhadap seseorang yang dikasihnya. Namun, dalam puisi cinta

kasih diungkapkan pula perasaan patah hati atau kedudukan hati karena cinta.

2.5.2 Amanat

Puisi mengandung amanat atau pesan atau imbuhan yang disampaikan penyair

kepada pembaca. Setiap penyair memunyai tujuan dalam sajak-sajaknya baik ia

sadari atau tidak. Tujuan ini biasanya diungkapkan berdasarkan pandangan

hidupnya (Hutabarat, 2010: 129). Sikap pembaca dapat menafsirkan amanat

sebuah puisi secara individual. Pembaca yang satu mungkin menafsirkan amanat

sebuah puisi berbeda dengan pembaca yang lain. Tafsiran mengenai amanat

sebuah puisi tergantung sikap pembaca itu terhadap tema yang dikemukakan

penyair.

Penyair, sebagai pemikir dalam menciptakan karyanya, memiliki ketajaman

perasaan dan intuisi yang kuat untuk menghayati rahasia kehidupan dan misteri

dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, pasti mempunyai makna yang

(37)

2.5.3 Diksi

Diksi berarti pilihan kata. Kalau dipandang sepintas lalu, kata-kata yang

dipergunakan dalam puisi pada umumnya sama dengan kata-kata yang

dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari (Hutabarat, 2010: 123). Secara alamiah

kata-kata yang dipergunakan dalam puisi dan dalam kehidupan sehari-hari

mewakili makna yang sama; bahkan bunyi ucapan pun tidak ada perbedaan.

Walaupun demikian, haruslah kita sadari bahwa penempatan serta susunan

kata-kata dalam puisi dilakukan secara hati-hati dan teliti serta lebih tepat. Kata-kata-kata

yang dipergunakan dalam dunia persajakan tidak selurunya tergantung pada

makna denotatif, tetapi lebih cenderung pada makna konotatif. Konotasi atau nilai

kata inilah yang justru lebih banyak memberi efek bagi para penikmatnya.

Uraian-uraian ilmiah biasanya lebih mementingkan denotasi. Itulah sebabnya orang

sering mengatakan bahasa ilmiah bersifat denotatif sedangkan bahasa sastra

bersifat konotatif.

Hal yang utama mengenai diksi adalah.

1. Pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk

menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata

yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat, dan gaya mana

yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.

2. Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat

nuansa-nuansa makna dari suatu gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk

menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang

(38)

3. Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan

sejumlah besar kosa kata atau pembendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan yang

dimaksud perbendaharaan kata atau kosa kata suatu bahasa adalah keseluruhan

kata yang dimiliki oleh sebuah bahasa.

2.5.4 Pengimajian

Imaji berarti citraan adalah segala yang dirasakan atau dibayangkan secara

imajinatif. Pemilihan kata yang tepat akan membantu imajinasi pembaca untuk

menjelmakan gambaran yang nyata, sehingga pembaca pembaca seakan dapat

melihat, mendengar, mencium atau menyentuh apa yang dibayangkan oleh

penyairnya (Hutabarat, 2010: 124). Baris atau bait puisi itu seolah mengandung

gema suara (imaji anditif), benda yang tampak (imaji visual), atau sesuatu yang

dapat kita rasakan, raba atau sentuh (imaji taksil).

Pengimajian ditandai dengan penggunaan kata konkret dan khas. Imaji yang

ditimbulkan ada tiga macam, yakni imaji visual, imaji auditif, dan imaji taktil (cita

rasa). Ketiganya digambarkan atas bayangan konkret apa yang dapat kita hayati

secara nyata.

2.5.5 Majas

Arti majas adalah bahasa kiasan atau gaya bahasa yang penggunaanya bertujuan

membentuk kesan imajinatif bagi yang mendengar sehingga menimbulkan

efek-efek tertentu.

Majas atau gaya bahasa adalah ungkapan-ungkapan khas yang mesti digunakan

penyair saat hendak mengongkritkan pengalaman atau imajinya secara lebih kaya

(39)

membuat sebuah puisi. Cara yang paling digunakan oleh penyair untuk

membangkitkan imajinasi itu adalah dengan memanfaatkan majas. Berikut adalah

jenis majas beserta contohnya dan juga sub-sub masing-masing dari ke-4 jenis

majas tersebut.

A. Majas Perbandingan

Majas perbandingan terdiri dari 8 sub majas yang diantaranya dapat dilihat secara

lengkap dibawah ini beserta contohnya masing-masing.

1. Majas Hiperbola

Majas hiperbola adalah majas perbandingan yang melukiskan sesuatu dengan

mengganti peristiwa atau tindakan sesungguhnya dengan kata-kata yang lebih

hebat pegertiannya untuk menyangatkan arti.

Contoh Majas Hiperbola:

Hatiku teriris - iris mendengar engkau berkeluh kesah.

Aku pasti akan menyeberangi samudra untuk mendapatkan cintamu.

2. Majas Metafora

Majas Metafora adalah majas perbandingan yang melukiskan sesuatu dengan

perbandingan langsung dan tepat atas dasar sifat yang sama atau hampir sama.

Contoh Majas Metafora:

Dewi malam telah keluar dari balik awan (dewi malam = bulan).

Aku adalah jalang dari sekumpulan orang yang terbuang.

Pahlawan tanpa tanda jasa yang mengabdi pada bangsa dan negara tanpa.

(40)

3. Majas Simbolik

Majas simbolik adalah majas perbandingan yang melukiskan sesuatu dengan

menggunakan benda-benda lain sebagi pebandingan.

Contoh Majas Simbolik:

Ia adalah seorang lintah darat (lintah darat: pemeras, pemakan riba).

4. Majas Eufemisme

Majas Eufemisme adalah majas perbandingsn yang melukiskan sesuatu

dengankata-kata yang lebih lembut untuk meggantikan kata-kata lain untuk sopan

santun atau tabu bahasa (pantang).

Contoh Majas Eufemisme:

Para tunakarya perlu perhatinyang serius dari pemeritah orang ini berubah akal.

5.Majas Litotes

Majas Litotes adalah majas perbandingan yang melukiskan kedaan dengan

kata-kata yang belawanan artinya dengan kenyataan yang sebenarnya guna

merendahkan diri.

Contoh Majas Litotes:

Perjuangan kami hanyalah setitik air dalam samudera luas.

6.Majas Alegori

Majas Alegori adalah majas perbandingan yang memperihatkan satu

(41)

Contoh Majas Alegori:

Hidup ini dibandingkan dengan perahu yang tengah ber-layar di lautan

(suami:nahkoda istri:juru mudi gelombang:cobaan dalam kehidup-an tanah

seberang:cita-cita).

6. Majas Alegori Personifikasi

Majas Alegori Personifikasi adalah majas yang melukiskan sesuatu dengan

memberitakan sifat-sifat manusia kepada mempunyai sifat seperti manusia atau

beda hidup.

Contoh Majas Alegori Personifikasi:

Angin berbisik menyampaikan salamku padanya.

8. Majas Alusio

Majas Alusio adalah majas prbndingan dengan menggunakan ungkaan pribhasa

yang artinya sudah diketahui umum.

Contoh Majas Alusio:

Ah dia itu tong kosong nyaring bunyinya.

B. Majas Pertentangan

Majas pertentangan terdiri dari 4 sub jenis, yang diantaranya akan dijelaskan

dibawah ini berikut beserta contoh-contohnya.

1. Majas Antitesis

Majas Antitesis adalah majas pertentangan yang melukiskan sesuatu dengan

mempergunakan paduan kata yang berlawanan arti.

Contoh Majas Antitesis:

(42)

2. Majas Paradoks

Majas paradoks adalah majas pertentangan yang meukiskan sesuatu seolah-olah

bertentangan, padahal sesungguhnya tidak karena objeknya bertentangan.

Contoh Majas Paradoks:

Hatinya sunyi tinggal di kota jakarta yang ramai.

3. Majas Kontradiksi

IntermirisMajas Kontradiksi Intermiris adalah majas pertentangan yang

meperlibatkan pertentangan dengan penjelasan semula.

Contoh Majas Kontradiksi Intermiris:

Semua murid kelas ini hadir, kecuali Hasan yang sedang ikut olympiade.

4. Majas Okupasi

Majas Okupasi adalah majas pertetangan yang melukiskan sesuatu dengan

bantahan, tetapi kemudian diberi penjelasan atau diakhiri dengan kesimpulan.

Contoh Majas Okupasi:

Merokok itu merusak kesehatan, tetapi si perokok tidak dapat menghentikan

kebiasaannya. Maka muncullah pabrik-pabrik rokok karena untungnya banyak.

C. Majas Penegasan

Majas Penegasan terdiri dari 5 sub majas yang diantaranya dapat dilihat secara

lengkap dibawah ini beserta contohnya masing-masing.

1. Majas Penegasan Retorik

Majas Penegasan adalah majas penegasan degan memegunakan kalimat tanya

(43)

Contoh Majas Penegasan:

Mana mungkin orang mati hidup kembali?

2. Majas Simetri

Majas Simetri adalah majas penegasan yang melukiskan sesuatu dengan

memergunakan 1 kata, kelompok kata atau kalimat yang diikuti oleh kata,

kelompok kata atau kalimat yang seimbang artinya dengan yang pertama.

Contoh Majas Simetri:

Ayah diam serta tak suka berkata-kata.

3. Majas Tautologi

Majas Tautologi adalah majas penegasan yang meukiskan sesuatu dangan

memergunakan kata-kata yang sama artinya (bersinonim) untuk mempertegas arti.

Contoh Majas Tautologi:

Saya khawatir dan was-was akan keselamatannya

4. Majas Retorik

Majas Retorik adalah majas penegasan degan mempegunakan kalimat tanya yang

sebenarnya tidak memerlukan jawaban karena sudah diketahuinya.

Contoh Majas Retorik:

Mana mungkin orang mati hidup kembali?

5. Majas Simetri

Majas Simetri ialah majas penegasan yang melukiskan sesuatu dengan

(44)

kelompok kata atau kalimat yang seimbang artinya dengan yang pertama.

contoh Majas Simetri:

Ayah diam serta tak suka berkata-kata.

D. Majas Sindiran

Majas Sindiran terdiri dari 3 sub bagian majas, berikut adalah penjelasanya dari

masing-masing sub majas sindiran tersebut yang akan dipublikasikan beserta

contohnya.

1. Majas Sarkasme

Majas Sarkasme ialah majas sindiran yang terakasar langsung menusuk perasaan.

Contoh Majas Sarkasme:

Otakmu memang otak udang!

2. Majas Ironia

Majas Ironia adalah majas sindiran yang melukiskan sesuatu dengan menyatakan

sebalikanya dari yang sebenarnya dengan maksud untuk menyindir orang.

Contoh Majas Ironia:

Harum benar baumu sore ini!

3. Majas Sinisme

Majas Sinisme adalah gaya sindiran dengan mempergunakan kata-kata sebaliknya

seperti ironi tetapi kasar.

Contoh Majas Sinisme: Muntah aku melihat perangaimu yang tak pernah

(45)

2.6 Gaya Bahasa

Gaya bahasa ialah susunan perkataan yang terjadi karena perasaan yang timbul

gaya bahasa juga dapat menghidupkan kalimat atau sajak puisi (Pradopo, 2007:

97). Beberapa jenis gaya bahasa antara lain adalah simile, personifikasi, dan

metafor. Pengertian jenis-jenis kiasan tersebut yaitu.

2.6.1 Simile

Simile adalah bahasa kiasan yang menyamakan satu hal dengan hal lain dengan

memergunakan kata-kata pembanding seperti: bagai, sebagai, bak, seperti,

semisal, seumpama, laksana, spantun, penaka, se, dan kata-kata pembanding

antara lain. Perumpamaan atau perbandingan ini dapat dikatakan bahasa kiasan

yang paling sederhana dan paling banyak dipergunakan dalam sajak (Pradopo,

2007: 62).

2.6.2 Personifikasi

Personifikasi adalah suatu proses memersamakan benda dengan manusia

(Pradopo, 2007: 75). Contohnya bulan diibaratkan seorang wanita karena

kecantikannya. Penyair mempersonifikasikan benda mati seakan-akan memiliki

karakteristik seperti manusia.

2.6.2 Metafor

Metafor adalah suatu gaya bahasa yang membandingkan tetapi tidak

memergunakan kata-kata perbandingan maksudnya tidak membandingkan dengan

benda lainnya secara langsung. Contoh: “kehidupan ini; binatang lapar merupakan

(46)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian pendidikan dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapat

data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan dapat

dibuktikan suatu pengetahuan tertentu sehingga dapat digunakan untuk

memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan

(Sugiyono, 2011: 6). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif. Metode ini digunakan untuk mendeskripsikan tingkat kemampuan

siswa dalam menulis puisi.

1.2 Populasi dan Sampel

Penelitian tidak bisa jauh dari populasi dan sample, dalam penelitian ini terdapat

populasi dan sampel. Populasi adalah wilayah generaliasi yang terdiri atas obyek/

subyek yang memunyai kualitas dan karakteristik tertentu (Sugiyono, 2011: 117).

Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

(47)

3.2.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VII MTs Negeri Model Talang Padang

pada Tahun Pelajaran 2012/2013. Populasi tersebut berjumlah 324 siswa tersebar

8 kelas sebagai berikut:

1. Kelas VII A berjumlah 40 siswa

2. Kelas VII B berjumlah 42 siswa

3. Kelas VII C berjumlah 42 siswa

4. Kelas VII D berjumlah 41 siswa

5. Kelas VII E berjumlah 42 siswa

6. Kelas VII F berjumlah 36 siswa

7. Kelas VII G berjumlah 42 siswa

8. Kelas VII H berjumlah 39 siswa

3.2.2 Sampel

Pada penelitian ini menggunakan teknik Simple Random Sampling. Dikatakan

Simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan

secara acak tanpa memerhatikan strata yang ada dalam populasi itu karena

anggotanya homogen (Sugiyono, 2011: 120). Setiap kelas diambil 10% sebagai

sampel.

Penentuan jumlah sampel sebagai berikut: (1) jika 10% siswa dari setiap kelas

memiliki angka sesudah koma. Contoh: 4,4 dibulatkan menjadi 4 jika 10% siswa

tersebut memiliki angka sesudah koma lebih dari lima, jumlah sampel yang

ditetapkan adalah angka sebelum koma ditambah satu. Contoh: 4,6 dibulatkan

(48)
[image:48.595.137.487.109.292.2]

Tabel 3.1 Sampel Penelitian

No Kelas Jumlah

Siswa 10% dari Jumlah Sampel yang Ditetapkan (Pembulatan)

1. VII A 40 4 4

2. VII B 42 4,2 4

3. VII C 42 4,2 4

4. VII D 41 4,1 4

5. VII E 42 4,2 4

6. VII F 36 3,6 4

7. VII G 42 4,2 4

8. VII H 39 3,9 4

Jumlah 324 32,4 32

Adapun langkah-langkah pengambilan sampel sebagai berikut.

1. Nama seluruh siswa setiap kelas diberi kode nama dan kelas.

2. Kode tersebut ditulis di kertas dan digabung lalu dimasukan ke dalam gelas.

3. Mengocok gelas tersebut kemudian mengeluarkan gulungan kertas sebanyak

sampel yaitu 32 kertas yang sudah tertulis kode nama dan kelas.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam

penelitian, karena tujuan utama dalam penelitian adalah mendapatkan data

(Sugiyono, 2011: 120). Teknik yang digunakan untuk mengumpul bkan data

adalah tes menulis puisi, dengan cara siswa membuat puisi dengan tema cinta

kasih.

3.4 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan sebagai berikut.

(49)

2. Mengoreksi dan memberi skor puisi siswa berdasarkan penilaian indikator

[image:49.595.113.522.164.746.2]

pada tabel 3.2 dan tabel 3.3.

Tabel 3.2

Indikator dan Skor Tes Kemampuan Menulis Puisi

No Aspek Indikator Skor Skor

maksimum 1. Tema Puisi siswa menunjukan gagasan atau

ide sesuai dengan tema dan selaras dengan unsur-unsur lain yang mendukung tema.

3

3 Puisi siswa cukup menunjukan

gagasan atau ide yang sesuai dengan tema akan tetapi kurang sesuai unsur-unsur lain yang mendukung tema.

2

Puisi siswa tidak menunjukan gagasan atau ide yang sesuai dengan tema dan tidak selaras dengan unsur-unsur lain yang mendukung tema.

1

2. Amanat Amanat dalam Puisi tersurat dengan jelas melalui kata-kata yang disusun dalam baris dan didukung keserasian tema.

3

3 Amanat dalam Puisi tersurat jelas dan

memerhatikan kata-kata yang disusun dalam baris, akan tetapi tidak

didukung keserasian tema.

2

Amanat dalam Puisi tidak tersurat jelas dan tidak didukung keserasian tema.

1

3. Diksi Memilih kata sudah tepat, sesuai dengan urutannya, dan didukung keserasian amanat dan tema puisi.

3

(50)

Memilih kata sudah tepat akan tetapi tidak didukung keserasian amanat dan tema puisi.

2

Kata yang dipakai tidak tepat, dan tidak sesuai dengan urutannya sehingga puisi tidak ada keserasian amanat dan tema puisi.

1

4. Pengimajian Mengungkap pengimajian melalui pengalaman sensoris seperti, penglihatan, pendengaran, dan perasaan kemudian didukung oleh keserasian amanat, diksi, dan tema puisi.

3

3 Mengungkapkan pengimajian melalui

pengalaman sensoris seperti, penglihatan, pendengaran, dan perasaan akan tetapi tidak didukung oleh keserasian amanat, diksi, dan tema puisi.

2

Puisi siswa tidak mengungkap peng-imajian melalui pengalaman sensoris seperti penglihatan, pendengaran dan prasaan dan tidak didukung keserasian amanat, diksi dan tema puisi.

1

5. Majas Terdapat ciri khas majas untuk mengungkapkan makna puisi yang didukung keserasian tema pada puisi siswa.

3

3 Terdapat ciri khas majas untuk

mengungkapkan makna puisi secara tepat akan tetapi tidak didukung keserasian tema.

2

Tidak terdapat ciri khas majas untuk mengungkapkan makna puisi secara tepat dan tidak didukung keserasian tema.

1

(51)

Keterangan

NS : Nilai Siswa

Skor Maksimal : 15 Skor Ideal :100 %

Hasil puisi yang ditulis siswa diukur dengan lembar penilaian kemampuan

menulis puisi siswa yang terdapat indikator penilaiaannya dengan total skor

keseluruhan berjumlah 15, sehingga kemampuan menulis puisi siswa dapat dilihat

menggunakan patokan dengan perhitungan persentase untuk skala lima, sebagai

[image:51.595.163.463.307.414.2]

berikut.

Tabel 3.3. Penentuan Patokan Dengan Penghitungan Persentase untuk skala lima

Interval Persentase Tingkat

Penguasaan Keterangan

85 % - 100 % Baik Sekali 75 % - 84 % Baik 60 % - 74 % Cukup 40 % - 59 % Kurang 0 % - 39 % Kurang Sekali

(52)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di MTs.Negeri Model Talang Padang tahun pelajaran

2012/2013 dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis puisi siswa kelas VII

tergolong baik dengan nilai 77. Adapun rincian skor rata-rata tiap indikator dapat

dilihat berikut ini.

1) Kemampuan siswa dalam puisi untuk indikator tema tergolong baik sekali

dengan skor rata-rata 90.

2) Kemampuan siswa dalam menulis puisi untuk indikator amanat tergolong

baik sekali dengan skor rata-rata 85.

3) Kemampuan siswa dalam menulis puisi untuk indikator diksi tergolong

cukup dengan skor rata-rata 66.

4) Kemampuan siswa dalam menulis puisi untuk indikator pengimajian

tergolong cukup dengan skor rata-rata 73.

5) Kemampuan siswa dalam menulis puisi untuk indikator majas tergolong

(53)

5.2Saran

Berdasarkan hasill penelitian, peneliti menyampaikan beberapa saran sebagai

berikut.

1) Siswa lebih giat memelajari pokok bahasan tentang diksi karena hasil

penelitian membuktikan bahwa kemampuan rata-rata siswa dalam indikator

diksi paling rendah bila dibandingkan dengan kemampuan mereka dalam

indikator lainnya.

2) Guru bahasa dan sastra Indonesia di MTs.Negeri Model Talang Padang sudah

baik akan tetapi perlunya ditingkatkan pembelajaran mengenai indikator diksi

karena berdasarkan hasil penelitian kemampuan siswa rendah dalam indikator

diksi.

3) Guru bahasa dan sastra Indonesia di MTs.Negeri Model Talang Padang lebih

intensif memberikan latihan mengenai menulis puisi karena hasil penelitian

menunjukan kemampuan rata-rata siswa menulis puisi adalah 77 tergolong

(54)

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, dkk. 1988. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Husnan, Ema dkk. 1988. Apresiasi Sastra Indonesia. Bandung: Angkasa Bandung.

Hutabarat. 2010. Menanam Benih Kata. Lampung: Dewan Kesenian Lampung.

Martaya, Widya. 2000. Menulis Narasi dan Deskripsi. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama.

Marwoto. 2000. Pembelajaran Mengarang. Jakarta: Rineka Cipta.

Nurgiyantoro, Burhan. 1988. Penilaian Dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.

Pradopo, Djoko. 2007. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University.

Rahmanto, B. 1998. Metode Pengajaran Sastra. Jakarta: Kanesius.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabet.

Suyanto. 2012. Prilaku Tokoh Dalam Cerpen Indonesia. Lampung: Universitas Lampung.

Tarigan. 2008. Menulis. Bandung: Angkasa.

Gambar

Tabel 3.1 Sampel Penelitian
Tabel 3.2
Tabel 3.3. Penentuan Patokan Dengan Penghitungan Persentase untuk skala lima

Referensi

Dokumen terkait

Informasi yang terdapat pada tabel routing dapat diperoleh secara static routing melalui perantara administrator dengan cara mengisi tabel routing secara manual

Desain alat bantu yang sesuai untuk optimasi set-up time mesin punching kenkad adalah berupa lift trolley yang menggantikan fungsi forklift dan meja sliding yang

• KOLOM : Dilihat dari dimensi kolom yang digunakan pada gedung ini yang relatif tebal, maka dapat diprediksikan masih belum menggunakan tulangan melainkan hanya terbuat

Untuk mencari prosentase jumlah kapur yang paling tepat untuk meng-hasilkan perbaikan tanah mengembang, jika dilakukan pengetesan kadar kapur yang dapat

Masalah utama dalam pembahasan tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori yang ada dengan fakta yang ada di lapangan, dalam hal ini karena semua tanda dan gejala yang

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh cookies mocaf yang disubstitusi dengan daun yakon terhadap perubahan kadar glukosa darah dan pengaruhnya

Peneliti juga menyampaikan bahwa sebelum pelaksanaan penelitian terlebih dahulu akan dilaksanakan tes awal (pra siklus) untuk menilai sejauh mana hasil belajar

Tentang apa yang menjadi kewenangan lembaga baru yang bernama Majelis Kehormatan Notaris dapat kita lihat dalam ketentuan Pasal 66 ayat 1 Undang-Undang Nomor 2