ABSTRAK
EFEKTIVITAS MODEL LEARNING CYCLE 6E DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN INFERENSI
DAN PENGUASAAN KONSEP KOLOID
Oleh RIKA JUSNELY
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas model Learning Cycle 6E dalam meningkatkan keterampilan inferensi dan penguasaan konsep koloid. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan Nonequivalent Control Group Design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA YP Unila Bandar Lampung, dengan kelas XI IPA2 dan kelas XI IPA4 sebagai sampel. Efektivitas model Learning Cycle 6E diukur berdasarkan perbedaan N-gain yang signifikan antara kelas kontrol dan eksperimen dan uji t. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata N-gain penguasaan konsep untuk kelas eksperimen yaitu 0,73 dan kelas kontrol yaitu 0,58; serta rata-rata N-gain keterampilan inferensi untuk kelas eksperimen yaitu 0,75 dan kelas kontrol yaitu 0,56. Berdasarkan pengujian hipotesis menggunakan uji-t, didapat kesimpulan bahwa model Learning Cycle 6E efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan inferensi.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR... xiv
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konstruktuvisme... . 7
B. Model Learning Cycle 6E ... 8
C. Keterampilan Proses Sains ... 11
D. Penguasaan Konsep ... 13
E. Konsep ... 16
F. Kerangka Pemikiran ... 19
G. Anggapan Dasar ... 20
A.Populasi dan Sampel Penelitian ... 21
B. Jenis dan Sumber Data ... 21
C.Metode dan Desain Penelitian ... 21
D.Variabel Penelitian ... 22
E. Instrumen Penelitian dan Validitas ... 22
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 23
G.Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 25
IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan Analisis Data ... 29
B. Pembahasan ... 35
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 50
B. Saran ... 50
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Pemetaan SK-KD ... 54
2. Silabus Kelas Eksperimen ... 59
3. RPP Kelas Eksperimen ... 68
4. Lembar Kerja Siswa Kelas Eksperimen... 100
5. Kisi-kisi Pretest ... 136
6. Kisi-kisi Posttest ... 138
9. Rubrik Penskoran Pretest... 152
10. Rubrik Penskoran Posttest ... 157
11. Nilai Keterampilan inferensi ... 163
12. Nilai penguasaan konsep ... 165
13. Perhitungan ... 167
14. Lembar Observasi Kinerja Guru Kelas Eksperimen ... 174
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, perubahan dan dinamika, serta energitika zat yang melibatkan keterampilan dan penalaran (BSNP, 2006).
dan mengkomunikasikan. Keterampilan proses sains (KPS) pada pembelajaran sains lebih menekankan pembentukan keterampilan untuk memperoleh
pengetahuan dan mengkomunikasikan hasilnya. Melatihkan KPS bertujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa. Guru perlu melatihkan KPS kepada siswa, karena dapat membekali siswa dengan suatu keterampilan berpikir dan bertindak melalui sains untuk menyelesaikan masalah serta menjelaskan fenomena yang ada dalam kehidupannya sehari-hari.
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah learning cycle 6E (LC 6E). LC 6E merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorgani-sasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat berperan aktif dan menguasai kompe-tensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran serta dapat melatihkan KPS siswa. LC 6E terdiri dari fase pendahuluan (engagement), fase eksplorasi (exploration), fase penjelasan (explaination), fase penguatan (echo), fase penerap-an konsep (extension) dpenerap-an fase evaluasi (evaluation).
Berdasarkan hasil penelitian Hikmahwati (2010) yaitu Pengembangan LKS Kimia Model Learning Cycle 6E Pada Materi Pokok Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan (Kelas XI IPA SMA Negeri 3 Bandar Lampung) menunjukkan bahwa Pengguna-an LKS kimia model learning cycle 6E memberikPengguna-an pengaruh lebih tinggi ter-hadap penguasaan konsep dan keterampilan berpraktikum pada materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan pada kelas yang menggunakan LKS tersebut.
berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada fase exploration. Dengan adanya tahap-tahap yang ada pada LC 6E, diharapkan keterampilan inferensi dan penguasaan konsep siswa akan lebih baik.
Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut, maka dilakukan penelitian yang berjudul “Efektivitas Model Learning Cycle 6E Dalam Meningkatkan
Keterampilan Inferensi dan Penguasaan Konsep Koloid”.
B. Rumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang penelitian yang telah dikemukakan, rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut :
1. Apakah model LC 6E efektif dalam meningkatkan keterampilan inferensi pada materi koloid siswa di SMA YP Unila Bandar Lampung ?
2. Apakah model LC 6E efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep pada materi koloid siswa di SMA YP Unila Bandar Lampung?
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Siswa
Melalui model LC 6E dapat memberikan pengalaman belajar secara langsung kepada siswa dan melatih keterampilan inferensi dan penguasaan konsep siswa pada materi koloid.
2. Guru
Sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan dan penerapan model pembe-lajaran yang sesuai dengan materi pembepembe-lajaran kimia, terutama pada materi koloid.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini sebagai berikut :
1. Model pembelajaran yang diterapkan adalah LC 6E yang terdiri dari 6 fase yaitu (1) fase pendahuluan (engagement); (2) fase eksplorasi (exploration); (3) fase penjelasan (explaination); (4) fase penguatan (echo); (5) fase penerapan konsep (extend); (6) fase evaluasi (evaluation) (Scheuermann dan Duran, 2009).
2. Indikator keterampilan inferensi yang diamati adalah siswa mampu membuat kesimpulan tentang suatu benda atau fenomena setelah mengumpulkan, menginterpretasi data dan informasi.
4. Materi pokok yang disajikan dalam penelitian ini adalah materi kimia SMA/MA yaitu materi sistem koloid yang meliputi mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, dan membuat ber-bagai sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada di sekitar..
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.Konstruktivisme
Menurut Von Glasersfeld (Sardiman, 2007) konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri. Pengetahuan bukanlah suatu imitasi dari kenyataan (rea-litas). Von Glasersfeld menegaskan bahwa pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan. Pengetahuan bukanlah gambaran dari dunia kenyataan yang ada. Tetapi pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif kenya-taan melalui kegiatan seseorang. Secara sederhana konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan kita merupakan konstruksi dari kita yang mengetahui sesuatu. Pengetahuan itu bukanlah suatu fakta yang tinggal ditemukan, melainkan suatu perumusan yang diciptakan orang yang sedang mempelajarinya. Jadi seorang yang belajar itu membentuk pengertian.
diketahui pebelajar”, atau apa yang disebut pengetahuan awal (prior knowledge), sehingga guru bisa tepat menyajikan bahan pengajaran yang sesuai (Alex, 2010).
Menurut Suparno (1997) prinsip-prinsip konstruktivisme, antara lain:
(1)pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif; (2) tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa; (3) mengajar adalah membantu siswa belajar; (4) tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir; (5) kurikulum menekankan partisipasi siswa; dan (6) guru adalah fasilitator.
Menurut Suparno (1997) ciri atau prinsip dalam belajar sebagai berikut :
1. Belajar berarti mencari makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami.
2. Konstruksi makna adalah proses yang terus menerus.
3. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi merupakan pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan tetapi perkembangan itu sendiri.
4. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya.
B. Model Learning Cycle 6E
Menurut Fajaroh dan Dasna (2008) siklus belajar (learning cycle) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa. Learning cycle (LC) merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pem-belajaran dengan jalan berperanan aktif. Renner dalam Fajaroh dan Dasna (2008) LC pada mulanya terdiri dari fase-fase eksplorasi (exploration), pengenalan konsep (concept introduction), dan aplikasi konsep (concept application).
Pada model ini, tahap concept introduction dan concept application masing-masing diistilahkan menjadi explaination dan elaboration. Oleh karena itu Learning Cycle 5 fase sering disebut Learning Cycle 5E (Engagement,
Exploration, Explaination, Elaboration, dan Evaluation), Lorsbach (2002) dalam Fajaroh dan Dasna (2008).
Adapun tahap-tahap dalam learning cycle adalah sebagai berikut:
1. Fase Pendahuluan (Engagement) Tahap engagement bertujuan mempersiapkan diri siswa agar terkondisi dalam menempuh fase berikutnya dengan jalan mengeksplorasi pengeta-huan awal dan ide-ide mereka serta untuk mengetahui kemungkinan ter-jadinya miskonsepsi pada pembelajaran sebelumnya. Dalam fase enga-gement ini minat dan keingintahuan (curiosity) siswa tentang topik yang akan diajarkan berusaha dibangkitkan. Pada fase ini pula siswa diajak membuat prediksi-prediksi tentang fenomena yang akan dipelajari dan dibuktikan dalam tahap eksplorasi.
2. Fase Eksplorasi (Exploration) Pada fase exploration, siswa diberi kesempatan untuk bekerja sama da-lam kelompok-kelompok kecil tanpa pengajaran langsung dari guru un-tuk menguji prediksi, melakukan dan mencatat pengamatan serta ide-ide
melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum dan telaah literatur. 3. Fase Penjelasan (Explanation)
Pada fase explanation, guru harus mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dengan kalimat mereka sendiri, meminta bukti dan klarifikasi dari penjelasan mereka, dan mengarahkan kegiatan diskusi. Pada tahap ini siswa menemukan istilah-istilah dari konsep yang dipelajari 4. Fase Penerapan Konsep (Extension)
Pada fase elaboration (extention), siswa menerapkan konsep dan kete-rampilan dalam situasi baru melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum lanjutan dan problem solving
Menurut Scheuermann and Duran (2009), Learning cycle 6E terdiri dari tahap-tahap sebagai berikut:
Gambar 1. Fase-fase dalam Learning Cycle 6E
Pada LC 6E ditambahkan fase echo setelah fase explain. Pada fase echo, siswa memperkuat konsep yang telah diperoleh pada fase exploration. Peran guru pada fase echo mengkonfirmasi penguasaan konsep dan memberikan tambahan
dukungan atau informasi serta pengalaman tambahan jika diperlukan.
Model pembelajaran siklus belajar (learning cycle) merupakan model pembelajar-an ypembelajar-ang menyarpembelajar-ankpembelajar-an agar proses pembelajarpembelajar-an dapat melibatkpembelajar-an siswa dalam kegiatan belajar yang aktif. Bila terjadi proses konstruksi pengetahuan dengan baik maka siswa akan dapat meningkatkan pemahamannya terhadap materi yang dipelajari.
Siswa diharapkan dapat membangun sendiri pengetahuan kognitif melalui indera untuk melihat gejala-gejala yang ada di sekitarnya dan kedudukan guru sebagai fasilitator yang mengelola berlangsungnya fase-fase tersebut mulai dari
perencanaan (terutama perangkat pembelajaran), pelaksanaan (terutama
pemberian pertanyaan-pertanyaan arahan dan proses pembimbingan) dan evaluasi berfungsi mengetahui sejauh mana pengetahuan yang diperoleh.
C. Keterampilan Proses Sains
Keterampilan proses yaitu merupakan bagian dari studi sains yang harus dipelajari oleh siswa. Jika mengajarkan bidang studi sains berupa produk dan fakta, konsep dan teori saja belum lengkap, karena itu baru mengajarkan salah satu komponen-nya saja. Proses dapat didefinisikan sebagai perangkat keterampilan kompleks yang digunakan ilmuwan dalam melakukan penyelidikan ilmiah, dapat juga di-perinci menjadi sejumlah komponen yang harus dikuasaai seseorang apabila hen-dak melakukan penelitian dibidangnya. Saintis mengembangkan teori antara lain melalui keterampilan proses, misalnya pengamatan, klasifikasi (mengelompok-kan), inferensi (menyimpul(mengelompok-kan), merumpuskan hipotesis, dan melakukan ekspe-rimen. Jadi, proses belajar mengajar dengan keterampilan proses adalah proses belajar yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, konsep-konsep, dan teori-teori dengan keterampilan proses dan sikap ilmiah siswa itu sendiri (Soetardjo, 1998).
Setiawan (Hariwibowo, 2008) mengemukakan empat alasan pendekatan
a. Dengan kemajuan yang sangat pesat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi,
guru tidak mungkin lagi mengajarkan semua fakta dan konsep dari sekian mata
pelajaran, karena waktunya tidak akan cukup.
b. Siswa-siswa, khususnya dalam usia perkembangan anak, secara psikologis
le-bih mudah memahami konsep, apalagi yang sulit, bila disertai dengan
contoh-contoh konkrit, dialami sendiri, sesuai dengan lingkungan yang dihadapi. J.
Piaget mengatakan bahwa intisari pengetahuan adalah kegiatan atau aktivitas,
baik fisik maupun mental.
c. Ilmu pengetahuan dapat dikatakan bersifat relatif, artinya suatu kebenaran teori
pada suatu saat berikutnya bukan kebenaran lagi, tidak sesuai lagi dengan
situ-asi. Suatu teori bisa gugur bila ditemukan teori-teori yang lebih baru dan lebih
jitu. Jadi, suatu teori masih dapat dipertanyakan dan diperbaiki. Oleh karena
itu, perlu orang-orang yang kritis, mempunyai sikap ilmiah. Wajar kiranya
ka-lau siswa sejak dini sudah ditanamkan dalam dirinya sikap ilmiah dan sikap
kritis ini. Untuk saat ini, dengan menggunakan keterampilan proses maka
tuju-an tersebut dapat tercapai.
d. Proses belajar dan pembelajaran bertujuan membentuk manusia yang utuh
ar-tinya cerdas, terampil dan memiliki sikap dan nilai yang diharapkan. Jadi,
pe-ngembangan pengetahuan dan sikap harus menyatu. Dengan keterampilan
memproses ilmu, diharapkan berlanjut kepemilikan sikap dan mental.
Menurut Esler & Esler (1996) keterampilan proses sains dikelompokkan seperti
Tabel 1. Keterampilan Proses Sains
Keterampilan Proses Dasar Keterampilan Proses Terpadu
Mengamati (observasi) Inferensi
Mengelompokkan (klasifikasi) Menafsirkan (interpretasi) Meramalkan (prediksi) Berkomunikasi
Mengajukan pertanyaan Berhipotesis
Penyelidikan
Menggunakan alat/bahan Menerapkan Konsep Melaksanakan percobaan
Funk dalam Nur (1996) keterampilan proses terdiri dari: keterampilan proses tingkat dasar yang terdiri dari mengobservasi, mengklasifikasi, mengkomunikasi-kan, mengukur, memprediksi, menyimpulmengkomunikasi-kan, dan keterampilan proses terpadu yang terdiri dari menentukan variabel, menyusun tabel data, membuat grafik, menghubungkan antar variabel, memproses data, menganalisis penyelidikan, menyususn hipotesis, menentukan variabel, merencanakan penyelidikan, dan bereksperimen.
Adapun salah satu keterampilan proses sains yang ingin ditingkatkan pada penelitian ini adalah keterampilan menginferensi. Inferensi adalah sebuah per-nyataan yang ditarik berdasarkan bukti (fakta) hasil serangkaian observasi. Dengan demikian inferensi harus berdasarkan pada observasi langsung. Apabila observasi adalah pengalaman yang diperoleh melalui satu atau lebih panca indera, maka inferensi adalah penafsiran atau penjelasan terhadap hasil observasi tersebut (Soetardjo dan Soejitno, 1998).
D. Penguasaan Konsep
Suatu konsep dapat diklasifikasikan berdasarkan ciri-ciri tertentu, misalnya pada materi penelitian ini yaitu konsep tentang jenis-jenis koloid. Kompetensi dasar materi pokok koloid yaitu mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari serta membuat berbagai sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada disekitarnya. Indikator kognitif produk pada materi koloid yaitu mengidentifikasi pengertian koloid, memberikan contoh-contoh koloid yang ada dalam kehidupan sehari-hari, menjelaskan hasil pengamatan berupa tabel ataupun gambar tentang efek Tyndall, gerak Brown, dialisis, koagulasi, adsorpsi, dan elek-troforesis serta memberikan contoh-contohnya dalam kehidupan sehari-hari, men-jelaskan peristiwa terjadinya muatan listrik pada partikel koloid (elektroforesis), mendefinisikan koloid liofil dan liofob serta perbedaan keduannya dengan contoh yang ada di lingkungan, serta menjelaskan cara pembuatan koloid dengan cara kondensasi dan dispersi.
Menurut Sagala (2003) definisi konsep adalah:
Konsep merupakan buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga menghasilkan produk pengetahuan yang meliputi prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman, melalui generalisasi dan berpikir abstrak.
ber-hasil. Hanya dengan bantuan konsep, proses belajar mengajar dapat ditingkatkan lebih maksimal.
Penguasaan konsep akan mempengaruhi ketercapaian hasil belajar siswa. Suatu proses dikatakan berhasil apabila hasil belajar yang didapatkan meningkat atau mengalami perubahan setelah siswa melakukan aktivitas belajar, pendapat ini di-dukung oleh Djamarah dan Zain (2002) yang mengatakan bahwa belajar pada hakikatnya adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah ber-akhirnya melakukan aktivitas belajar. Proses belajar seseorang sangat dipenga-ruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah pembelajaran yang digunakan guru dalam kelas, dalam belajar juga dituntut adanya suatu aktivitas yang harus dilaku-kan siswa sebagai usaha untuk meningkatdilaku-kan penguasaan materi. Penguasaan ter-hadap suatu konsep tidak mungkin baik jika siswa tidak melakukan belajar karena siswa tidak akan tahu banyak tentang materi pelajaran. Sebagian besar materi pelajaran. Sebagian besar materi pelajaran yang dipelajari di sekolah terdiri dari konsep-konsep. Semakin banyak konsep yang dimiliki seseorang, semakin banyak alternatif yang dapat dipilih dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
E. Konsep
Herron et al. (1977) dalam Fadiawati (2011) berpendapat bahwa belum ada defi-nisi tentang konsep yang diterima atau disepakati oleh para ahli, biasanya konsep disamakan dengan ide. Markle dan Tieman dalam Fadiawati (2011) mendefinisi-kan konsep sebagai sesuatu yang sungguh-sungguh ada. Mungkin tidak ada satu-pun definisi yang dapat mengungkapkan arti dari konsep. Untuk itu diperlukan suatu analisis konsep yang memungkinkan kita dapat mendefinisikan konsep, sekaligus menghubungkan dengan konsep-konsep lain yang berhubungan.
Tabel 2. Analisis Konsep Koloid
No Label
Konsep
Definisi Konsep Jenis
Konsep
Atribut Konsep Konsep Contoh Non contoh
Kritis Variabel Superordinat Koordinat Subordinat
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
1 Campuran Campuran merupakan
gabungan dari dua zat atau lebih yang tidak mempunyai komposisi yang tetap dan dapat dipisahkan secara fisika.
Konsep Konkret
Campuran
Gabungan dari dua zat atau lebih zat. Campuran homogen/ campuran heterogen, dapat berupa larutan, koloid suspensi. Partikel Zat
Materi Unsur,
Senyawa larutan koloid suspensi Campuran air dengan pasir, Campuran air dengan garam, Campuran air dengan susu. Pasir,gula ,garam , dll.
2. Suspensi Suspensi merupakan
campuran heterogen yang terdiri dari dua fasa dan dapat dibedakan antara zat terlarut dengan zat pelarut.
Konsep konkret
Suspensi
Campuran heterogen
Zat terlarut dan zat pelarut dapat dibedakan Partikel zat sistem dispersi larutan koloid
- Campuran air
dengan pasir , campuran minyak dengan air, Campuran kopi dengan air. Santan, susu
3. Larutan Campuran homogen
yang terdiri dari satu fasa dan tidak dapat dibedakan antara zat terlarut dengan zat pelarut.
Konsep konkret
larutan
campuran homogen
zat terlarut dan pelarut tidak dapat dibedakan partikel zat sistem dispersi suspensi koloid Larutan elektrolit dan non elektrolit Larutan asam basa Larutan gula, larutan garam
campuran air dan pasir,campuran minyak dan air,Campuran kopi dan air.
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
4. Koloid Koloid adalah suatu
bentuk campuran yang
Konsep abstrak
Koloid
Campuran yang
keadaanya terletak antara larutan dan Suspensi (campuran kasar)
contoh konkret
terletak antara suspensi dan larutan
buih
aerosol
gel
campuran pasir dengan air
5. Aerosol Aerosol merupakan
sistem koloid zat padat atau zat cair yang terdispersi dalam gas.
Konsep abstrak contoh konkret
aerosol
koloid dari partikel padat/cair yang terdispersi dalam gas
partikel zat jenis-jenis koloid sol emulsi buih gel Aerosol padat Aerosol cair Awan,kabut, Asap, debu, jelagadalam udara
Air sungai, cat
6. sol Sol merupakan sistem
koloid zat padat yang terdispersi dalam zat cair Konsep abstrak contoh konkret Sol
jenis koloid dari partikel padat terdispersi dalam zat cair partikel zat jenis-jenis koloid aerosol emulsi buih gel
Sol cair
Sol padat
Tinta,koloide mas,paduan logam.
Santan, susu, mayonaise
7 Emulsi Emulsi merupakan
sistem koloid zat cair yang terdispersi dalam zat cair( system koloid cair-cair) . Konsep abstrak contoh konkret Emulsi
terdiri dari fase terdispersi cair dan medium pendispersi cair partikel zat jenis-jenis koloid aerosol sol buih gel Emulsi padat Emulsi cair Susu,santan, jeli,mentega, keju Kabut, awan
8. Buih Buih merupakan sistem
koloid yang terdiri dari gas yang terdispersi dalam zat cair
Konsep abstrak contoh konkret
buih
Terdiri dari fase terdispersi gas dan medium pendispersi padat/cair Partikel zat jenis-jenis koloid aerosol sol emulsi gel
Buih cair
Buih padat
Buih sabun, karet busa batu apung
susu, santan, jeli
9. Gel Gel merupakan system
koloid zat cair yang Terdispersi dalam medium padat. Konsep abstrak contoh konkret Gel
koloid yang setengah padat dan cair partikel zat jenis-jenis koloid aerosol
sol -
Gel silika, Sabun, karet busa, awan
G. Kerangka Pemikiran
Pada pembelajaran LC 6E peserta didik dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran dalam artian siswa lebih mendominasi dibandingkan guru sehingga siswa dapat mengembangkan ide-ide atau daya pikir yang mereka miliki dalam memecahkan suatu masalah. Selain itu pembelajaran akan lebih bermakna karena dilakukan secara bertahap.
Tahap awal yaitu engagement, tahap ini siswa diberi kesempatan untuk menggali pengetahuan awalnya mengenai berbagai macam campuran. Siswa memprediksi apakah contoh campuran tersebut termasuk kedalam larutan, suspensi atau koloid. Tahap kedua yaitu exploration, pada tahap ini siswa membuktikan atau menguji prediksi mereka pada tahap engagment dengan cara melakukan percobaan dan mengamati data contoh-contoh larutan, suspensi dan koloid pada kehidupan sehari-hari secara
berkelompok. Tahap ketiga yaitu explanation, berdasarkan data-data yang mereka dapatkan pada tahap sebelumnya, siswa dilatihkan keterampilan untuk menginferensi atau menyimpulkan pengertian dari larutan, suspensi dan koloid. Tahap keempat yaitu extention, pada tahap ini siswa
H. Anggapan Dasar
Anggapan dasar dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Perbedaan N-gain keterampilan inferensi dan penguasaan konsep siswa semata-mata terjadi karena perubahan perlakuan dalam proses belajar. 2. Faktor - faktor lain yang dapat mempengaruhi peningkatan
keterampilan inferensi dan penguasaan konsep materi koloid kelas XI semester ganjil SMA YP Unila Bandar Lampung pada kedua kelas dapat diabaikan.
I. Hipotesis Umum
Hipotesis dari penelitian ini adalah:
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA YP Unila Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012-2013 yang berjumlah 238 siswa dan tersebar dalam enam kelas. Dari populasi tersebut diambil 2 kelas yang akan dijadikan sampel penelitian yang ditentukan dengan menggunakan teknik purposive sampling dan diperoleh sampel penelitian yaitu kelas XI IPA2 dan XI IPA4.
B. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang bersifat kuantitatif berupa data hasil tes keterampilan inferensi dan penguasaan konsep sebelum penerapan pembelajaran (pretest) dan hasil tes keterampilan inferensi dan penguasaan konsep setelah penerapan pembelajaran (posttest). Data ini bersumber dari seluruh siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.
C. Metode dan Desain Penelitian
Tabel 2. Desain penelitian
Kelas Pretes Perlakuan Postes
Kelas eksperimen O1 X O2
Kelas kontrol O1 - O2
Dengan keterangan O1 adalah pretest yang diberikan sebelum perlakuan. Kemudian pada kelas eksperimen diterapkan perlakuan model LC 6E (X). Selanjutnya, kedua kelompok sampel diberikan postest (O2).
D. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Sebagai variabel bebas adalah pembelajaran yang menggunakan LC 6E dan pembelajaran konven-sional. Sebagai variabel terikat keterampilan inferensi dan penguasaan konsep pada materi koloid dari siswa SMA YP Unila Bandar Lampung Tahun ajaran 2012-2013.
E. Instrumen dan Validitas Penelitian
1. Instrumen
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini berupa pemetaan, silabus, RPP, lembar kerja siswa (LKS), kisi-kisi soal, soal pretes dan postes berisi 2 soal untuk
keterampilan inferensi dalam bentuk essay dan penguasaan konsep dalam bentuk pilihan jamak, lembar lembar observasi aktifitas siswa dan kinerja guru.
2. Validitas
ini menggunakan validitas isi. Adapun pengujian validitas isi ini dilakukan dengan cara judgment yaitu dengan pertimbangan seorang ahli, dalam hal ini dilakukan oleh pembimbing penelitian.
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Langkah-langkah yang digunakan penelitian ini adalah: 1. Observasi pendahuluan
a. Meminta izin kepada Kepala SMA YP Unila Bandar Lampung untuk melaksanakan penelitian.
b. Menentukan pokok bahasan yang akan diteliti berdasarkan karakteristik materi yang cocok untuk diterapkan pembelajaran LC 6E.
c. Menentukan populasi dan sampel penelitian.
2. Pelaksanaan penelitian
Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu: a. Tahap persiapan
Menyusun silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan instrumen tes.
b. Validasi instrumen
c. Tahap pelaksanaan penelitian.
Adapun prosedur pelaksanaan penelitian adalah (1) melakukan pretes dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol; (2) melaksana-kan kegiatan pembelajaran pada materi koloid sesuai dengan pembelajaran yang telah ditetapkan pada masing-masing kelas, pembelajaran LC 6E
kelas kontrol; (3) melakukan postes dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol; (4) melakukan tabulasi dan analisis data; dan (5) penulisan pembahasan dan simpulan.
Adapun langkah-langkah dalam penelitian ini ditunjukkan pada alur penelitian seperti berikut:
Gambar 2. Alur Penelitian
Kelas kontrol (Pretes) Kelas eksperimen
Pembelajaran konvensional
Pembelajaran LC6E (Postes)
Analisis data
Pembahasan
Kesimpulan Observasi pendahuluan
Menentukan populasi dan sampel
Pembuatan instrumen dan perangkat pembelajaran
H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
1. Analisis Data
Tujuan analisis data adalah untuk memberikan makna atau arti yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah, tujuan, dan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.
a. Nilai Siswa
Nilai pretes dan postes pada penilaian keterampilan inferensi dan penguasaan konsep siswa dirumuskan sebagai berikut:
Nilai siswa =
x 100 ...(1)
Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menghitung N-gain.
b. Gain ternormalisasi
Untuk mengetahui efektivitas pembelajaran LC 6E dapat meningkatkan keterampilan inferensi dan penguasaan konsep pada materi koloid, maka dilakukan analisis nilai gain ternormalisasi. Perhitungan ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan nilai pretes dan postes dari kedua kelas. Rumus N-gain (g) menurut Hake (1999) adalah sebagai berikut:
N-gain =
2.Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji perbedaan dua rata-rata dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dua kelompok sampel berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak.
Hipotesis untuk uji normalitas :
H0 = data penelitian berdistribusi normal H1 = data penelitian berdistribusi tidak normal
Untuk uji normalitas data, digunakan rumus yang terdapat dalam Sudjana (2005) : ...(3)
Keterangan : χ2 = uji Chi- kuadrat Oi = frekuensi observasi Ei = frekuensi harapan Kriteria : Terima H0jika χ2hitung χ2tabel
b. Uji homogenitas dua varian
Ho : 2 2 2
1
= data penelitian mempunyai varians yang homogen H1 : 22
2
1
= data penelitian mempunyai varians yang tidak homogen.
Untuk uji homogenitas dua peubah terikat digunakan rumus yang terdapat dalam Sudjana (2005) :
F =
...(4)
Keterangan : F = Kesamaan dua varians
Kriteria : Pada taraf 0,05, tolak Ho hanya jika F hitung F ½ (1,2)
c. Uji perbedaan dua rata-rata
1. Hipotesis pertama ( keterampilan inferensi )
H0 : µ1x≤ µ2x : Rata-rata N-gain keterampilan inferensi siswa pada materi koloid yang diterapkan LC 6E lebih rendah atau sama dengan rata-rata N-gain keterampilan inferensi siswa dengan pembelajaran konvensional. H1 : µ1x> µ2x : Rata-rata N-gain keterampilan inferensi siswa pada materi koloid
yang diterapkan LC 6E lebih tinggi dari pada rata-rata N-gain keterampilan inferensi siswa dengan pembelajaran konvensional.
2. Hipotesis kedua (penguasaan konsep)
H0 : µ1y≤ µ2y : Rata-rata N-gain penguasaan konsep siswa pada materi koloid yang diterapkan LC 6E lebih rendah atau sama dengan rata-rata N-gain penguasaan konsep siswa dengan pembelajaran konvensional. H1 : µ1y> µ2y : Rata-rata N-gain penguasaan konsep siswa pada materi koloid yang
Keterangan :
µ1 = rata-rata N-gain keterampilan inferensi dan penguasaan konsep kelas eksperimen
µ2 = rata-rata N-gain keterampilan inferensi dan penguasaan konsep kelas kontrol x = keterampilan inferensi
y = penguasaan konsep
Jika data yang diperoleh terdistribusi normal dan homogen, maka pengujian menggunakan uji statistik parametrik, yaitu menggunakan uji-t (Sudjana, 2005):
2 1 2 1 1 1 n n s X X thitung
...(5)
dan 2 ) 1 ( ) 1 ( 2 1 2 2 2 2 1 1 2 n n s n s n s Keterangan : thitung = Koefisien t
1
X = Gain rata-rata kelas eksperimen
2
X = Gain rata-rata kelas kontrol s2 = Varians
n1 = Jumlah siswa kelas eksperimen n2 = Jumlah siswa kelas kontrol
2 1
s = Varians kelas eksperimen
2 2
s = Varians kelas kontrol
Dengan kriteria pengujian: terima H0 jika t < t1-α dengan derajat kebebasan d(k) = n1 + n2 – 2 dan tolak H0 untuk harga t lainnya. Dengan menentukan taraf signifikan α = 5% peluang (1- α ).
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: 1. Model LC 6E pada materi koloid efektif dalam meningkatkan keterampilan
inferensi. Karena keterampilan inferensi dilatihkan pada fase explanation. 2. Model LC 6E pada materi koloid efektif dalam meningkatkan penguasaan
konsep. Karena pada explanation phase mempermudah siswa membangun konsep, pada fase extension dan fase evaluation mengukur penguasaan konsep siswa.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan:
1. Bagi calon peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian agar lebih mem-perhatikan pengelolaan waktu dalam proses pembelajaran sehingga
pembelajaran lebih maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 1997. Penilaian Program Pendidikan. Bina Aksara. Jakarta. BSNP. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP
Craswell, J.W. 1997. Research Design Qualitative & Quantitative Approaches. Thousand Oaks-London-New. New Delhi. Sage Publications.
Depdiknas. 2003. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Kurikulum 2004. Direktorat Pendidikan Menengah Umum.
Djamarah, S.B dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.
Dimyati, dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineke Cipta. Jakarta. Esler, W.K dan Esler, M.K. 1996. Teaching Elementary cience. California
Wadsworth.
Fadiawati, N. 2011. Perkembangan Konsepsi Pembelajaran Tentang Struktur Atom Dari SMA Hingga Perguruan Tinggi. Disertasi. Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
Fajaroh, Fauziatul dan Dasna, I Wayan. 6 Januari 2008. Pembelajaran dengan Model Siklus Belajar (Learning Cycle). Diakses 2 Mei 2013 dari
http://massofa.wordpress.com/2008/01/06/pembelajaran-dengan-model-siklus-belajar-learning-cycle/.
Hake, R. R. 1999. Analyzing Change / Gain Scores. [online]. Tersedia : http://lists.asu.edu/cgi-bin/wa?A2=ind9903&L=area-d&&P=R6855. Diakses pukul 04.05 pm tanggal 3 Mei 2013.
Hariwibowo, K., R. Febrianto, A. Rengganis, dan Hera. Makalah Pembelajaran-Proses: Pendekatan Keterampilan Proses. [online] http://lubisgrafura.word-press.com/2009/05/26/
Hikmawati, N. 2010. Pengembangan LKS Kimia Model Learning Cycle 6-E Pada Materi Pokok Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan (Kelas Xi Ipa Sma Negeri 3 Bandar Lampung). Skripsi. FKIP Universitas Lampung. Nur, M. 1998. Proses Belajar Mengajar Dengan Metode Pendekatan
Keterampilan Proses. SIC. Surabaya.
Purba, M. 2006. KIMIA SMA Untuk Kelas XI Jilid 2B. Erlangga. Jakarta.Sagala, S. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung
Sagala, S.2003.Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung.
Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Pers. Jakarta. Scheuermann, A dan Duran, L.B. 25 Juni 2009. A 6-E Learning Cycle Science for
All. Diakses 28 April 2013 dari http://cosmos.bgsu. edu/affiliated projects/nwoTeams/Resources&Handouts/6E_Day1=2.pdf.
Soetardjo dan Soejitno P. O. 1998. Proses Belajar Mengajar dengan Metode Pendekatan Keterampilan Proses. SIC. Surabaya.
Sudjana, N. 2005. Metode Statistika. PT. Tarsito. Bandung.
Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Kanisius. Yogyakarta.
Susanto, P. 2002. Keterampilan Dasar Mengajar IPA Berbasis Konstruktivisme. Jurusan Pendidikan Biologi Universitas Negeri Malang. Malang
Tim Penyusun. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Badan Standar Nasional Pendidikan. Jakarta.
Trianto. 2010. Model-Model Pembelajaran Terpadu. Bumi Aksara. Jakarta. Uno, H. B. 2007. Perencanaan Pembelajaran. Bumi Aksara.