ABSTRAK
PENGARUH CITRA MEREK DAN KUALITAS PRODUK
TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN SUPERMI SERI GO
DI BANDAR LAMPUNG
Oleh :
I Made Jananuraga Yatra
Tujuan penelitian untuk mengetahui besarnya pengaruh citra merek dan kualitas produk terhadap keputusan pembelian Supermi Seri Go di Bandar Lampung. Hipotesis penelitian adalah Citra merek dan kualitas produk mempunyai pengaruh terhadap keputusan pembelian Supermi Seri Go di Bandar Lampung.
Berdasarkan hasil pembahasan, teknik analisisnya menggunakan metode analisis regresi linear berganda dengan rumus Y = a + b1x1 + b2x2 + et. Hipotesis tersebut
dapat diterima dengan alasan sebagai berikut. Hasil analisis regresi berganda membuktikan Citra Merek dan Kualitas Produk berpengaruh terhadap konsumen dalam membuat keputusan pembelian Supermi Seri Go, hal tersebut berdasarkan Uji - t dan uji- F. Hasil uji R Square yaitu 0,369 yang berarti bahwa variabel bebas Citra Merek dan Kualitas Produk mampu mempengaruhi keputusan pembelian Supermi seri Go di Bandar Lampung (Y) sebesar 36,90%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel bebas lain di luar penelitian ini.
PT Infood selaku perusahan penghasil Supermi Seri Go agar dapat memperhatikan Citra Merek dan Kualitas Produk karena merupakan hal utama yang dipertimbangkan oleh konsumen dalam membuat keputusan pembelian Supermi Seri Go di Bandar Lampung. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah dengan selalu menjaga reputasi perusahaan yang selama ini terjaga.
Nama : I Made Jananuraga Yatra
NPM : 0911011059
Program Studi : Manajemen
Konsentrasi : Manajemen Pemasaran
Angkatan : 2009
Jenjang : Strata Satu (S1)
Menyatakan bahwa saya tidak melakukan plagiat dalam penulisan skripsi saya yang berjudul :
“Pengaruh Citra Merek Dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian Supermi Seri Go Di Bandar Lampung”
Apabila suatu saat nanti terbukti melakukan tindakan plagiat, maka saya akan menerima sanksi yang telah ditetapkan.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Bandar Lampung, 13 Februari 2013
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi sekarang ini cukup memberikan efek yang signifikan terhadap berbagai aspek kehidupan manusia diantaranya adalah perubahan dalam aspek perekonomian dan teknologi. Khususnya aspek ekonomi dan bisnis sehingga mengakibatkan pertumbuhan perekonomian di Indonesia menjadi semakin berkembang dengan baik yang kemudian berpengaruh terhadap berbagai sektor industri yang semakin berkembang, baik industri yang berskala kecil maupun industri yang berskala besar.
Industri makanan dan minuman merupakan industri yang potensial karena hubungan erat dengan kebutuhan pokok manusia, sehingga industri ini mampu bertahan dalam berbagai kondisi apapun, termasuk ketika terjadi krisis ekonomi beberapa tahun yang lalu. Hal ini ditandai dengan sangat tingginya tingkat persaingan antara perusahaan yang satu dengan yang lainnya dalam industri ini.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan industri makanan dan
minuman beberapa tahun ini. Tahun 2008 pertumbuhan indutri makanan dan minuman sebesar 17,5%, 12% pada tahun 2009 sebesar, 10% pada tahun 2010 dan 9,19% pada tahun 2011.
Dirjen Industri Agro Kementrian Perindustrian (Kemenperin) Benny Wahyudi menargetkan industri makanan miuman nasional tahun 2012 ini akan tumbuh sebesar 8,15% (www.mediaindonesia.com). Berikut ini data pertumbuhan industri makanan dan minuman disajikan dalam Tabel 1.
TABEL 1 Pertumbuhan Industri Makanan dan Minuman
Pertumbuhan yang terjadi di setiap tahunnya sudah pasti menimbulkan persaingan yang tidak mudah diantara perusahaan dalam industri makanan dan minuman. Berbagai merek produk diperkenalkan dan ditawarkan dengan berbagai keistimewaan, baik dalam manfaatnya maupun mengkomunikasikannya.
sebagai subtitusi makanan pokok masyarakat Indonesia yaitu nasi. Salah satunya adalah mie instan. Produk ini bahkan semakin menjadi pilihan, mie instan bukan hanya sekedar makanan pendamping nasi tetapi tetap menjadi makanan sebagai pengganti bahan pangan pokok.
Alasan lebih memilih mie instan daripada nasi adalah karena lebih praktis, harga yang terjangkau, dan cukup mengenyangkan. Oleh karena itu pertumbuhan pasarnya mengalami peningkatan, diperkirakan pada tahun 2008 lalu industri mie instan memiliki nilai pasar yang cukup besar yaitu Rp 15 miliar. Selain itu, potensi pasar mie instan di Indonesia masi cukup besar dengan populasi 225 juta jiwa pada tahun 2008, potensi per kapita sekitar 63 bungkus per orang setiap tahun, jumlah ini lebih kecil dibandingkan dengan konsumsi mie instan Korea Selatan yaitu 70 bungkus per orang setiap tahunnya (www.datacon.co.id).
Tingginya tingkat konsumsi mie instan masyarakat sangat menarik bagi para produsen mie instan yang saat ini telah diproduksi oleh 21 perusahaan dengan berbagai merek. Di Indonesia penjualan mie instan sekarang ini masih di dominasi oleh beberapa perusahaan besar, diantaranya PT Indofood Sukses Makmur Tbk, PT Sayap Ma Utama (Wings), Group Orang tua, PT ABC President Indonesia, PT Dellifood Sentosa Corpindo ,dan PT Jakarana Tama.
mengidentifikasi mengenai kebutuhan dan keinginan konsumen sesuai dengan karakteristik dari masing-masing segmen agar konsumen dapat memutuskan untuk memilih mie instan produksi dari perusahaan tersebut.
Tingginya persaingan di dalam pasar mie instan, menjadikan penguasaan pasar oleh PT Indofood Sukses Makmur berkurang menjadi sekitar 77% dari
sebelumnya 90%. Hal ini terutama disebabkan oleh pesaingnya Grup Wings dengan produknya mie sedap yang berhasil merebut sebagian pasar Indofood, sekarang Wingsfood menguasai sekitar 12% pangsa pasar dan perusahaan lainnya memperebutkan sisa pangsa pasar yang sangat kecil yaitu hanya 11%. Berikut data pangsa pasar mie instan dalam Tabel 2 :
Tabel 2 Pangsa Pasar Mie Instan di Indonesia Tahun 2005-2007
Sumber : http://finance.dir.goups.yahoo.com, 2012
Berdasarkan Tabel 2 pangsa pasar Supermie menurun setiap tahunnya, yaitu pada tahun 2006 menurun sebanyak 2,6% dari tahun sebelumnya 7,1% menjadi 4,5% dan menurun kembali 1,4% pada tahun 2007 menjadi 3,4%. Penurunan pangsa pasar pada mie instan Supermi mengidentifikasi bahwa konsumen telah
Keputusan pembelian merupakan kegiatan individu yang secara langsung terlibat pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian terhadap produk yang ditawarkan oleh penjual. Menurut Kotler (2009 : 202) keputusan pembelian adalah karakteristik pembeli dan proses pengambilan keputusannya akan
menimbulkan keputusan pembelian. Adanya peluang bisnis pada industri tersebut sehingga saat ini banyak merek mie instan yang beredar di pasaran. Berikut nama perusahaan dan merek mie instan di Indonesia dalam Tabel 3.
Tabel 3 Nama Perusahaan dan Merek Besar Mie Instan Dalam Kemasan di Indonesia Tahun 2012
NAMA PERUSAHAAN NAMA PRODUK/MEREK
PT Indofood Sukses Makmur Tbk Indomie, Supermi, Sarimi PT Sayap Mas Utama (Wings) Mie Sedaap
Group Orang Tua Mie Kare, Mie Selera Rakyat PT ABC President Indonesia Mie ABC
PT Dellifood Sentosa Corpindo Miduo, Mie Gelas
PT Jakarana Tama Gaga 100
PT Olaga Sukses Mandiri Alhamie, Santremie Sumber :www.datacon.co.id, 2012
Utama (Wings) yang hanya mengeluarkan merek Mie Sedaap yang ditujukan untuk segmen pasar menengah (www.datacon.co.id).
Bermacam macam merek produk mie instan yang ditawarkan di pasaran membuat konsumen akan semakin bebas memilih dan membandingkan produk mana yang akan dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Hal ini dapat dilihat dari keputusan pemebelian mie instan dengan berbagai merek yang disajikan dalam bentuk Tabel 4.
Tabel 4 Merek-Merek Mie Instan Yang Pernah Dikonsumsi Di Indonesia Tahun 2010 - 2011
Sumber : Marketing/Edisi Khusus/I/2012
Tabel 4 menunjukkan bahwa konsumen Supermi menurun dari 4,1% menjadi 3,0%. Berbeda dengan para pesaingnya yang terutama Mie Sedaap yang
Menurut Kotler (2009: 129) citra merek merupakan persepsi dan keyakinan yang dilakukan oleh konsumen, seperti tercermin dalam asosiasi yang terjadi dalam memori konsumen. Berbagai merek produk dikeluarkan dan ditawarkan dengan keistimewaan, baik dalam manfaatnya maupun dalam mengkomunikasikannya. Sebuah merek digunakan sebagai identitas dan simbol bagi konsumen untuk menggambarkan perbedaan dengan merek pesaing dalam kategori produk yang sama. Konsumen harus mengambil keputusan akan merek mana yang akan dibeli dan juga melihat dari sisi kualitas produk. Kualitas produk merupakan ciri dan karakteristik suatu barang atau jasa yang berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat. Produk yang berkualitas tinggi sangat diperlukan agar keinginan konsumen dapat dipenuhi sesuai dengan harapannya akan membuat konsumen menerima suatu produk bahkan sampai berujung loyal terhadap produk tersebut (Kotler, 2009 : 148). Dalam hal ini, perusahaan harus mengetahui bagaimana konsumen harus memilih sebuah merek dan kualitas produk dalam melakukan pembeliannya, merek yang sudah dikenal serta kualitas produk yang baik memudahkan konsumen mengambil
keputusannya.
Supermi Seri Go dapat meningkatkan kembali penguasaan pasarnya, yaitu dengan dipilihnya merek dagang Gobang, Gokar, dan Goso yag dianggap menarik dan mudah diingat sehingga dapat membuat konsumen penasaran dan tertarik sehingga memutuskan membeli dan mencoba Supermi Seri Go ini.
Pemasaran suatu produk baru, maka merek produk sangatlah penting. Oleh karena itu Supermi mengeluarkan produk baru dengan merek yang disingkat Supermi Seri Go . Menurut Kotler (2009 :82) merek merupakan janji dari seorang penjual untuk secara konsisten memberikan suatu tampilan, manfaat dan jasa tertentu pada pembeli. Merek-merek terbaik memberikan mutu, tetapi merek lebih dari sekedar simbol.
Tabel 5 Top Brand Index Mie Instant dalam Kemasan Tahun 2009 - 2011
MEREK TAHUN (%)
Sebuah merek dikatakan khusus jika konsumen merasa yakin bahwa merek-merek tersebut benar-benar khusus. Merek memudahkan proses pengambilan keputusan pembelian oleh konsumen, karena dapat membedakan produk yang akan dibelinya dengan produk lain sehubungan dengan atribut yang melekat di dalamnya. Dalam hal ini kualitas produk ikut mempengaruhi proses pengambilan keputusan
konsumen.
Penelitian ini dilakukan pada konsumen Supermi Seri Go di Bandar Lampung. yang dilakukan pada konsumen berbelanja di supermarket atau warung untuk membeli kebutuhannya. Dengan merek yang menarik dan mudah diingat diharapkan akan lebih memilih mengkonsumsi Supermi Seri Go.
Strategi yang dilakukan oleh Supermi tersebut merupakan salah satu cara untuk menarik minat konsumen dalam melakukan proses keputusan pembelian yang dapat meningkatkan jumlah pangsa pasar Supermi. Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirasakan perlu dilakukan penelitian tentang “Pengaruh Citra Merek dan Kualitas Produk terhadap Keputusan Pembelian Supermi Seri Go di
1.2 Permasalahan
Masalah yang dihadapi oleh Supermi Seri Go adalah tingginya tingkat persaingan dalam kategori mie instan yang menandakan bahwa konsumen dalam kategori ini sangat potensial. Namun, di sisi lain produsen dituntut untuk semakin kreatif dan inovatif serta cermat dalam membaca kebutuhan dan keinginan konsumen yang saat sekarang ini perilaku konsumen bersifat dinamis.
Diantara sekian banyak merek mie instan yang ada di Indonesia sekarang ini, Supermi Seri Go merupakan varian baru yang pangsa pasarnya masih relatif rendah. Meskipun Supermi merupakan produk yang sudah cukup lama, akan tetapi jumlah pangsa pasarnya masih rendah dibandingkan dengan mie instan merek lainnya.
Salah satu upaya yang dilakukan PT Indofood Sukses Makmur Tbk selaku
produsen Supermi dalam menarik konsumen untuk melakukan keputusan dan juga guna meningkatkan pangsa pasar, maka PT Indofood Sukses Makmur Tbk
mengeluarkan produk Supermi Seri Go dengan merek yang menarik, unik dan mudah diingat.
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui besarnya pengaruh citra merek dan kualitas produk terhadap keputusan pembelian Supermi Seri Go di Bandar Lampung. 2. Untuk mengetahui gambaran mengenai citra merek dan kualitas produk
Supermi Seri Go terhadap konsumen di Bandar Lampung.
3. Untuk memperoleh gambaran mengenai keputusan pembelian Supermi Seri Go di Bandar Lampung.
1.3.2 Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah : 1. Bagi Perusahaan
Sebagai bahan informasi bagi perusahaan dalam strategi untuk
meningkatkan laba penjualan agar pencitraan merek dan kualitas produk dapat lebih dikembangkan lagi.
2. Bagi Akademik
3. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan menambah wawasan bagi penulis dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya yang tertarik meneliti dengan topik maupun objek yang sama.
1.4 Kerangka pemikiran
Merek merupakan salah satu atribut yang dianggap penting dalam menumbuhkan persepsi yang baik. Sehingga konsumen akan percaya setelah menilai atribut yang dimiliki suatu produk yang dapat mempengaruhi image produk atau perusahaan. Persepsi yang baik dan kepercayaan konsumen akan suatu merek tertentu akan menciptakan minat beli konsumen dan bahkan meningkatkan loyalitas konsumen terhadap produk tertentu. Oleh karena itu produk yang dipasarkan “tanpa merek” akan mengalami kesulitan untuk mengingat produk yang telah dikonsumsinya sehingga pembeli ulang akan sulit dilakukan. Saat ini masih banyak produk yang dijual tanpa menggunakan merek, biasanya produk-produk ini banyak dijumpai di pasar.
Adapun pendapat yang menyatakan bahwa yang dimaksud dengan merek adalah sebagai berikut (Kotler, 2009 : 404)
“ A brand is a name, trem, sign, symbol or design or a combination of them, intented to identity the goods or service of the one seller or group of seller and to differentiate them from those of competitors”.
seseorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakan dari barang dan jasa pesaing.
Menurut Kotler (2009: 409) citra merek merupakan persepsi dan keyakinan yang dilakukan oleh konsumen, seperti tercermin dalam asosiasi yang terjadi dalam memori konsumen. Berbagai merek produk dikeluarkan dan ditawarkan dengan keistimewaan, baik dalam manfaatnya maupun dalam mengkomunikasikannya. Sebuah merek digunakan sebagai identitas dan simbol bagi konsumen untuk menggambarkan perbedaan dengan merek pesaing dalam kategori produk yang sama.
Kualitas produk merupakan ciri dan karakteristik suatu barang atau jasa yang berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat. Produk yang berkualitas tinggi sangat diperlukan agar keinginan konsumen dapat dipenuhi sesuai dengan harapannya akan membuat konsumen menerima suatu produk bahkan sampai berujung loyal terhadap produk tersebut (Kotler,2009: 410).
Berdasarkan hasil pemikiran tersebut, maka dapat digambarkan sebuah paradigma penelitian seperti pada gambar :
1.5 Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pemikiran, maka hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1Arti dan Pentingnya Pemasaran
Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan
untuk memperoleh laba, meningkatkan volume penjualan, dan menjaga
kesinambungan usahanya agar terus berkembang. Untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, maka perusahaan memerlukan suatu bentuk kebijaksanaan pemasaran
yang baik. Penguasaan atas konsep pemasaran menjadi hal yang perlu untuk dipahami agar kebijaksanaan yang diambil dapat bermanfaat bagi perusahaan.
Menurut Basu DH Swasta dan Handoko T. Hani (2000:4)
“Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribukan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial”.
Menurut Philip Kotler (2009 : 5):
Menurut Kartajaya (2005:11):
”Pemasaran adalah sebuah disiplin bisnis strategis yang mengarahkan proses penciptaan, penawaran dan perubahan values dari satu inisiator kepada stakeholders-nya”.
Menurut William J. Stanton (2006:7):
“Pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan
mendistribusikan barang-barang yang dapat memuaskan keinginan dan jasa kepada para konsumen saat ini maupun konsumen potensial”.
Definisi tersebut berdasarkan pada prinsip inti pemasaran yang meliputi kebutuhan, produk, permintaan, nilai biaya, kepuasan, pertukaran, transaksi, hubungan dan jaringan, pasar, pemasar, serta prospek. Pemasaran di dalam dunia
perdagangan merupakan salah satu kegiatan perekonomian yang membantu dalam menciptakan nilai ekonomi. Nilai ekonomi itulah yang akan membentuk harga
barang dan jasa bagi individu-indvidu.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pemasaran adalah pelaksanaan kegiatan perusahaan yang mengarahkan dan atau mengendalikan arus
barang dan jasa dari produsen ke konsumen.
Manajemen pemasaran adalah seni dan ilmu untuk memilih pasar sasaran serta mendapatkan, mempertahankan, dan menambah jumlah pelanggan melalui
adalah mencari pelanggan yang cukup banyak untuk output perusahaan saat itu, namun pandangan ini terlalu sempit. Perusahaan memiliki suatu tingkat harapan
permintaan atas produk-produknya. Pada suatu saat tertentu, mungkin saja tidak ada permintaan, permintaannya memadai, permintaannya tidak teratur, atau terlalu banyak permintaan, dan manajemen pemasaran harus mencari cara untuk
menghadapi semua situasi permintaan yang berbeda-beda ini.
Mengelola permintaan berarti mengelola pelanggan. Permintaan sebuah perusahaan muncul dari dua kelompok : pelanggan baru dan pelanggan yang
membeli lagi. Teori dan praktek pemasaran tradisional telah mencurahkan perhatian untuk menarik pelanggan baru dan membuat penjualan. Akan tetapi, sekarang penekanannya bergeser. Selain merancang strategi untuk menarik
pelanggan baru dan melakukan transaksi dengan mereka, perusahaan sekarang berusaha sebaik-baiknya mempertahankan pelanggan yang sudah ada dan membina hubungan jangka panjang dengan pelanggan.
2.2 Citra Merek
2.2.1 Pengertian Citra Merek
Inti dari proses pemasaran adalah membangun merek di benak konsumen. Beberapa manajer konsumen percaya bahwa merek memiliki identitas dan
kualitas yang unik, berbeda nama produk dan merek adalah sebagai nama, istilah, tanda, simbol, desain, atau kombinasi semuanya, yang dimaksudkan untuk
(2007:148-149) yang mengutif dari undang undang merek (UU NO 19 Tahun 1992) dinyatakan pada Bab I (Ketentuan Umum), Pasal 1 ayat 1-5 bahwa :
1. Merek adalah tanda berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan
barang dan jasa.
2. Merek dagang adalah merek yang digunakan pada barang yang
diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa secara bersama-sama atau badan hukum membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya. 3. Merek jasa merupakanmerek-merek yang digunakan pada jasa yang
diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa secara bersama-sama atau badan hukum membedakan dengan jasa-jasa sejenis lainnya.
4. Merek kolektif adalah merek yang digunakan pada barang atau jasa dengan karakteristik yang sama yang diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan hukum secara bersama-sama untuk membedakan
barang atau jasa sejenis lainnya.
5. Lisensi adalah izin yang diberikan pemilik merek terdaftar kepada seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum
untuk menggunakan merek tersebut, baik untuk seluruh atau sebagian jenis barang atau jasa yang di daftarkan.
Merek pada dasarnya merupakan janji penjual memberikan ciri-ciri, manfaat dan
a. Atribut :
Setiap merek memiliki atribut. Atribut ini perlu dikelola dan diciptakan
agar pelanggan dapat mengetahui dengan pasti atribut-atribut apa saja yang terkandung dalam suat merek.
b. Manfaat
Selain atribut, merek juga memiliki serangkaian manfaat. Konsumen tidak membeli atribut, mereka membeli manfaat. Produsen harus dapat
menerjemahkan atribut menjadi manfaat fungsional maupun manfaat emosional.
c. Nilai
Merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai produsen. Merek yang mempunyai nilai tinggi akan dihargai oleh konsumen sebagai merek yang
berkelas, sehingga dapat mencerminkan siapa pengguna merek tersebut. d. Budaya
Merek juga mewakili budaya tertentu. Misalnya, Mercedes Benz mewakili
budaya Jerman yang terorganisasi dengan baik, memiliki cara kerja yang efisien, dan selalu menghasilkan produk yang berkualitas tinggi.
e. Kepribadian
Merek juga mencerminkan kepribadian, yaitu kepribadian bagi para penggunanya. Jadi diharapkan dengan menggunakan merek, kepribadian
f. Pemakai
Merek juga menunjukan jenis konsumen pemakai merek tersebut. Itulah
sebabnya para pemasar selalu menggunakan analogi orang-orang terkenal untuk pengguanaan mereknya.
Tantangan dalam pemberian merek adalah dalam mengembangkan sekumpulan makna yang mendalam tentang merek. Dengan kata lain, jika pembeli dapat
memvisualisasikan enam tingkatan merek di atas, maka merek tersebut memiliki makna yang dalam. Dan jika sebaliknya, maka merek tersebut memiliki makna
yang dangkal. Dengan memperhatikan keenam tingkatan merek diatas maka pemasaran memutuskan pada tingkatan mana identitas merek akan diletakkan. Kesalahan sering dilakukan oleh pemasar adalah dengan hanya mempromosikan
atribut-atribut merek saja. Hal ini mengakibatkan :
1. Pembeli tidak terarik pada atribut karena sesungguhnya lebih tertarik pada manfaat merek
2. Pesaing dapat dengan mudah meniru atribut-atribut tertentu 3. Atribut yang ada pada sekarang ini kelak akan berkurang nilainya
Gagasan-gagasan mengenai merek yang paling tahan lama adalah nilai, budaya, dan kepribadian yang tercermin dari merek itu. Hal-hal tersebut menentukan inti dari sebuah merek.
2.2.2 Keputusan nama merek
Belakangan, hampir semua produk diberi merek. Bahkan produk yang
nilai bila mereknya kuat, merek juga bermanfaat bagi pelanggan, perantara, produsen maupun public (Simamora, 2001; 62) :
1. Bagi pembeli, manfaat merek adalah :
a. Menceritakan sesuatu kepada pembeli tentang mutu.
b. Membantu perhatian pembeli terhadap produk-produk baru yang sangat
bermanfaat bagi mereka.
2. Bagi penjual, manfaat merek adalah :
a. Memudahkan penjual mengolah pesanan dan menelusuri masalah-masalah yang timbul.
b. Memberikan perlindungan hukum atas keistimewaan atau ciri khas produk.
c. Memungkinkan untuk menarik yang terdiri sekelompok pembeli yang setia dan menguntungkan.
d. Membantu penjual melakukan segmentasi pasar. 3. Bagi masyarakat, merek bermanfaat dalam hal :
a. Pemberian merek memungkinkan mutu produk lebih terjamin dan lebih
konsisten.
b. Meningkatkan efisiensi dari pembeli karena dalam setiap merek dapat menyediakan informasi tentang produk dan dimana membelinya.
c. Meningkatnya inovasi-inovasi produk baru, karena produsen terdorong untuk menciptakan keunikan-keunikan baru guna mencegah peniruan oleh
2.2.3 Pengertian Citra
Menurut Kotler yang dialih bahasakan oleh Benyamin Molan (2009:250), Citra adalah beberapa keyakinan, gagasan, dan kesan yang dimiliki seseorang mengenai suatu objek. Sedangkan menurut Buchori Alma (2007:375) pengertian citra
adalah kesan yang dipikirkan dan yang diketahui oleh seseorang atau kelompok mengenai suatu hal, baik perusahaan maupun produknya yang diperoleh melalui
pengalaman. Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa citra
perusahaan adalah gambaran singkat mengenai suatu organisasi atau perusahaan yang diciptakan melalui akumulasi pesan-pesan yang diterima melalui
pengalaman yang dirasakan oleh seluruh indera.
Menurut Shimp (2007:38) mengemukakan bahwa Brand Image yaitu :Brand Image didasari oleh berbagai ketertarikan yang dikembangkan oleh konsumen pada setiap waktu, brand, seperti manusia dapat berupa gagasan yang mempunyai masing-masing personality. Brand image yang positif akan membuat konsumen
menyukai suatu produk dengan merek yang bersangkutan dikemudian hari, sedangkan bagi produsen brand image yang baik akan membantu kegiatan perusahaan dalam bidang pemasaran. Agar brand image dapat terbentuk sesuai
atau mendekati brand identy yang diharapkan oleh perusahaan, maka perusahaan
Brand image ini diharapkan dapat menghasilkan sesuatu kualitas yang tinggi atas apa yang diharapkan atau dipersepsikan dengan yang diterima oleh konsumen,
yang terakhir ini yang dikenal dengan pelayanan diterima. Hal ini harus didukung oleh kenyataan dan bukan sekedar pernyataan sebagai hal yang dikomunikasikan tanpa adanya bukti nyata.
Bila pada mulanya, sebuah merek adalah nama, logo, simbol, maka dengan semakin meningkatnya usaha, sebuah merek harus memperjuangkan awareness atau tingkat kesadaran merek dibenak konsumen. Brand awareness memiliki
empat tingkatan yaitu : Top of mind, brand recall, brand reqonition, dan
unreqnitiion brand, selanjutnya merek harus diusahakan agar memiliki citra yang positif yang dipersepsikan sebagai merek yang berkualitas tinggi menurut kriteria konsumen.
Sedangkan citra yang diungkapkan oleh konsumen yang dialih bahasakan oleh Hermawan Kartajaya (2005:484) yaitu :
1. Reputation yaitu suatu tingkat atau status yang cukup tinggi bagi sebuah brand karena mempunyai track record yang baik (Nama/Logo)
2. Recognition yaitu tingkat dikenalnya sebuah brand oleh konsumen (pengakuan/pengenalan)
3. Affinity yaitu hubungan emosional yang terjadi antara brand dengan konsumen (ketertarikan)
Citra merek konsumen tentang merek dapat dibuat untuk beberapa manfaat, antara lain :
1. Citra yang baik dapat sebagai tujuan dalam strategi pemasaran. 2. Citra dapat dipakai sebagai suatu dasar untuk bersaing.
3. Citra merek dapat membantu memperbaharui penjualan suatu merek.
Pemberian merek pada suatu produk oleh produsen sebelum produknya dijual
kepada konsumen dapat memberikan ciri-ciri dan sekaligus nama bagi suatu produk. Sehingga nantinya dapat dikenal oleh masyarakat.Tahap-tahap proses
pemberian merek menurut Kotler (2009:496), sebagai berikut.
Gambar 2 Tahap-Tahap Proses Pemberian Merek
Keputusan pemberian Keputusan sponsor
2.2.4 Keputusan pemberian merek
Dalam membangun sebuah strategi pemasaran untuk setiap produk, pemasaran harus dapat menyesuaikan dengan keputusan-keputusan pemberian merek, karena
hal ini merupakan yang utama dalam strategi produk. Artinya membangun sebuah produk yang bermerek membutuhkan investasi jangka panjang yang relatif cukup
besar jumlahnya terutama untuk iklan, promosi penjualan. Manfaat dengan pemberian merek pada suatu produk bagi penjual adalah :
a. Merek memudahkan penjual memproses pesanan dan menelusuri masalah
b. Nama merek dan tanda merek dari penjual untuk menarik pelanggan yang setia dan menguntungkan
c. Merek membantu penjual melakukan segmentasi pasar
2.3 Kualitas Produk
Perusahaan selalu berusaha memuaskan konsumen mereka dengan menawarkan produk berkualitas. Produk yang berkualitas adalah produk yang memiliki
manfaat bagi pemakainya (konsumen). Seseorang yang membutuhkan suatu produk akan membayangkan manfaat apa saja yang bisa diperoleh dari
produkyang akan dipergunakan. Manfaat suatu produk merupakan konsekuensi
yang diharapkan konsumen ketika membeli dan menggunakan suatu produk. Menurut Kotler (2009: 190), kualitas produk merupakan ciri dan karakteristik
terpenuhi sesuai dengan harapannya akan membuat konsumen menerima suatu produk bahkan sampai loyal terhadap produk tersebut.
Peningkatan kualitas produk dirasakan sangat perlu dengan demikian produk perusahaan semakin lama semakin tinggi kualitasnya. Jika hal itu dapat
dilaksanakan oleh perusahaan, maka perusahaan tersebut akan dapat tetap memuaskan para konsumen dan dapat menambah jumlah konsumen. Dalam
perkembangan suatu perusahaan, persoalan kualitas produk akan ikut menentukan pesat tidaknya perkembangan perusahaan tersebut. Apabila dalam situasi
pemasaran yang semakin ketat persaingannya, peranan kualitas produk akan
semakin besar dalam perkembangan perusahaan. Menurut Tjiptono (2000:7) memberikan beberapa dimensi dari kualitas produk. Adapun dimensi kualitas
produk adalah : 1. Kinerja
Yang dimaksud kinerja di sini adalah kinerja utama dari karakteristik
pengoperasian ketika pelanggan ingin membeli suatu barang. 2. Keistimewaan Tambahan
Merupakan aspek pelengkap karena aspek ini merupakan indikator yang
menunjukkan kelebihan dan keunggulan produk. 3. Daya Tahan
4. Estetika
Karakteristik bersifat subjektif berkaitan pertimbangan pribadi refleksi prefrensi individual, lebih banyak berkaitan dengan perasaan pribadi.
2.4 Proses Keputusan Pembelian
Menurut Kotler (2009:235) dalam mempelajari bagaimana konsumen mengambil keputusan pembelian terdapat proses keputusan pembeli yang terdiri dalam lima
tahap. Sebenarnya proses pembelian telah dimulai jauh sebelum pembelian aktual terjadi dan memiliki konsekuensi jauh setelah pembelian terjadi.
Masing-masing tahap proses keputusan pembelian (purchasing decision) tersebut
dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 3 : Tahap-tahap Proses Keputusan Pembelian
Sumber: Kotler (2009)
Pengenalan Masalah
Pencarian Informasi
Evaluasi Alternatif
Keputusan Pembelian
1. Pengenalan Masalah
Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenai masalah atau
kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan internal
atau eksternal. Dalam kasus internal, salah satu kebutuhan umum seseorang, rasa lapar, rasa haus, seks mencapai ambang batas tertentu dan mulai jadi
pendorong. Dalam kasus eksternal dicontohkan seseorang yang mengagumi mobil baru tetangganya atau menonton iklan televisi tentang hiburan di Hawaii yang memicu pemikiran tentang kemungkinan melakukan suatu
pembelian.
Pemasar perlu mengidentifikasi keadaan yang memicu kebutuhan tertentu, dengan mengumpulkan informasi dari sejumlah konsumen. Mereka
kemudian dapat menyusun strategi pemasaran yang mampu memicu minat konsumen.
2. Pencarian Informasi
Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak. Kita dapat membaginya ke dalam dua level rangsangan. Situasi pencarian informasi yang lebih ringan dinamakan
penguatan perhatian. Pada level ini, orang hanya sekadar lebih peka terhadap informasi produk. Pada level selanjutnya, orang itu akan mulai
aktif mencari informasi, mencari bahan bacaan, menelepon teman, dan mengunjung toko. Sumber informasi konsumen digolongkan ke dalam empat kelompok berikut ini :
- Sumber komersil berasal dari iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan, pajangan di toko.
- Sumber publik berasal dari media massa, organisasi penentu peringkat konsumen.
- Sumber pengalaman berasal dari penanganan, pengkajian, dan
pemakaian produk.
3. Evaluasi Alternatif
Tidak ada proses evaluasi tunggal sederhana yang digunakan oleh semua
konsumen atau oleh konsumen dalam situasi pembelian. Terdapat beberapa proses evaluasi keputusan, dan model-model terbaru yang memandang proses evaluasi konsumen sebagai proses yang berorientasi kognitif. Yaitu,
model tersebut menganggap konsumen membentuk penilaian atas produk dengan sangat sadar dan rasional. Beberapa konsep dasar akan membantu kita memahami proses evaluasi konsumen. Pertama, konsumen berusaha
memenuhi kebutuhan. Kedua, konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk. Ketiga, konsumen memandang masing-masing produk
sebagai sekumpulan atribut dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan itu.
4. Keputusan Pembelian
Dalam tahap keputusan pembelian, para konsumen membentuk preferensi atas merek-merek yang ada di dalam kumpulan pilihan. Konsumen juga dapat membentuk niat untuk membeli merek yang paling disukai. Dalam
sub-keputusan yaitu merek, dealer, kuantitas, waktu dan metode pembayaran. Dalam pembelian produk sehari-hari, keputusannya lebih kecil dan
kebebasannya juga lebih kecil. Sebagai contoh, saat membeli gula, seorang konsumen tidak banyak berpikir tentang pemasok atau metode
pembayarannya. Dalam beberapa kasus, konsumen bisa mengambil
keputusan untuk secara tidak formal mengevaluasi setiap merek. Dalam kasus lain, faktor-faktor yang mengintervensibisa memengaruhi keputusan
final.
5. Perilaku Pasca Pembelian
Perilaku pasca pembelian memiliki 3 poin penting yaitu : - Kepuasan Pasca Pembelian
Yang menentukan kepuasan pelanggan dari suatu pembelian adalah jika kinerja produk lebih rendah daripada harapan, maka pelanggan akan kecewa, dan jika ternyata sesuai harapan, pelanggan akan puas.
- Tindakan Pasca Pembelian
Kepuasan dan ketidakpuasan terhadap produk akan memengaruhi
perilaku konsumen selanjutnya. Jika puas, ia akan menunjukkan kemungkinan yang lebih tinggi utuk membeli produk tersebut. - Pemakaian dan Pembuangan Pasca Pembelian
Pemasar harus memantau cara pembeli memakai dan membuang produk tertentu. Pendorong utama frekuensi penjualan adalah tingkat
2.5 Elemen-Elemen Dasar Pembuatan Keputusan
Terdapat tiga elemen dasar yang digunakan dalam pembuatan keputusan yaitu
(Kotler,2009;214) adalah :
1. Representasi
Representasi masalah mungkin pertama, menyangkut tujuan akhir.
Kedua, tujuan akhir diorganisasikan kedalam suatu hierarki tujuan. Ketiga, pengetahuan produk yang relevan. Keempat, suatu set aturan sederhana dengan mana konsumen mencari untuk mengevaluasi dan
mengintegrasikan pengetahuan ini untuk membuat suatu kerangka keputusan, suatu perspektif atau kerangka referensi melalui mana
pengambilan keputusan, memandang masalah dan alternative yang harus dievaluasi.
2. Proses integrasi
Proses integrasi yang terlihat dalam pemecahan masalah membentuk
dua tugas penting, yaitu alternatif pilihan harus dievaluasi berdasarkan kriteria pilihan dan kemudian salah satu dari alternatif harus dipilih. Dua
jenis prosedur integrasi dapat diperhitungkan untuk dasar evaluasi dari proses pilihan ini.
3. Rencana keputusan
2.6 Perilaku Pembelian
Pengambilan keputusan oleh konsumen aka berbeda menurut jenis keputusan pembelian. Menurut Kotler (2009:201) membedakan empat perilaku pembelian
konsumen berdasarkan pada tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat perbedaan diantara merek, yaitu :
1. Perilaku membeli yang komplek (complex buying behavior)
Perilaku membeli yang kompleks ini terlibat dalam tiga proses. Pertama, pembeli mengembangkan kepercayaan tentang prduknya. Kedua, pembeli
mengambangkan sikap terhadap produk. Kemudian yang ketiga, pembeli membuat pilihan pembelian yang telah dipikirkan secara matang
sebelumnya. Konsumen berperilaku membei seperti ini ketika mereka
benar-benar terlibat dalam pembelian dan mempunyai pandangan yang berbeda antara merek yang satu dengan yang lainnya. Hal ini biasanya terjadi produknya mahal, jarang dibeli, beresiko, dan sangat menonjolkan
ekspresi diri.
2. Perilaku membeli yang mengurangi ketidakcocokan (dissonance reducing buying behavior)
Perilaku membeli semacam ini terjadi ketika konsumen sangat terlibat dengan pembelian yang mahal, jarang atau beresiko, tetapi hanya melihat
communication) sebaiknya memberikan bukti-bukti dan dukungan yang membantu konsumen menyenangi pilihan mereknya.
3. Perilaku membeli karena kebiasaan (habitual buying behavior)
Perilaku membeli seperti berada dalam keterlibatan yang rendah dan sedikitnya perbedaan merek. Seperti misalnya ketika konsumen membeli garam, konsumen akan membeli merek apa saja. Jika ternyata mereka
tetap membeli merek yang sama, ini hanya kebiasaan, bukan loyalitas terhadap merek. Biasanya hal ini terjadi pada produk-produk yang murah
dan sering dibeli. Jadi perilaku membeli seperti ini tidak mencari
informasi secara ekstensif mengenai suatu merek, mengevaluasi sifat-sifat merek tersebut, dan mengambil keputusan yang berarti merek apa yang
akan mereka beli.
4. Perilaku membeli yang mencari variasi (variety seeking buying behavior) Situasi membeli seperti ini memiliki keterlibatan yang rendah, namun
adanya perbedaan merek yang ckup berari. Dalam kasus ini, konsumen seringkali mengganti merek. Contohnya ketika membeli biscuit, tidak perlu banyak evaluasi dan mengevaluasi merek tersebut selama
III. METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Penelitian ini menganalisa tentang pengaruh citra merek dan kualitas produk
terhadap pengambilan keputusan pembelian konsumen Supermi Seri Go dari
perusahaan PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Objek penelitian yang menjadi
variabel bebas atau independent variable adalah (X) yaitu citra merek dan
kualitas produk. Kemudian variabel terikat atau dependent variable (Y) adalah
keputusan pembelian konsumen Supermi Seri Go.Yang menjadi objek penelitian
ini adalah konsumen yang pernah membeli atau menggunakan produk Supermi
Seri Go di Kota Bandar Lampung. Alasan memilih Supermi Seri Go sebagai
produk yang dijadikan objek dalam penelitian ini adalah karena Supermi Seri Go
merupakan salah satu produk dari Indofood yang sudah terkenal dan juga bersaing
ketat dengan kompetitornya.
3.2 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian explanatory. Menurut Singarimbun
dan Effendi (2006 : 5) penelitian explanatory yang menjelaskan hubungan kausal
antara variabel-variabel melalui pengajuan hipotesis dengan menggunakan
data-data yang sama. Penelitian ini menggunakan jenis explanatory research karena
citra merek terhadap keputusan pembelian konsumen Supermi Seri Go dengan
melakukan pengujian hipotesis yang telah diajukan sebelumnya.
3.3. Sumber Data
Data yang dipakai dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua yaitu :
1. Data Primer yaitu data yang diperoleh dari penduduk kota Bandar Lampung
yang menjadi responden penelitian, caranya melalui pengisian kuesioner.
2. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung. Data ini
diperoleh sendiri pengumpulannya oleh peneliti, misalnya literatur terkait,
majalah, internet, keterangan–keterangan atau publikasi lainnya. Jadi, data
sekunder berasal dari tangan kedua, ketiga dan seterusnya, artinya melewati
satu atau lebih pihak yang bukan peneliti sendiri.
3.4 Populasi dan Sampel
3.4.1 Populasi
Populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah
ditetapkan (Nazir,2005:271). Dalam penelitian ini, populasi yang diteliti tentunya
adalah warga Lampung dan juga sebagai pembeli produk Supermi Seri Go di kota
Bandar Lampung yang jumlahnya tidak secara pasti.
3.4.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu yang
memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang dianggap dapat mewakili
probability sampling. Merupakan cara pengambilan sampel secara tidak acak
dimana masing-masing anggota tidak memiliki peluang yang sama untuk terpilih
anggota sampel, ada intervensi tertentu dari peneliti dan biasa peneliti
menyesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan penelitiannya. Penelitian ini
menggunakan teknik purposive sampling yang merupakan pemilihan anggota
sampel yang didasarkan atas tujuan dan pertimbangan tertentu dari peneliti.
Teknik ini dilakukan karena karakteristik populasi tidak dapat diketahui dengan
pasti dan konsumen diperkirakan homogen.
Hair (2006:112) menyarankan jumlah sampel penelitian yang tidak diketahui
jumlah populasi pastinya, minimal berjumlah lima kali variabel yang dianalisis
atau indikator pertanyaan. Jumlah indikator pertanyaan dari penelitian ini
berjumlah 13, maka diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut.
Jumlah Sampel = 5 x 13
= 65 sampel
Dengan berdasarkan uraian di atas, maka jumlah responden dalam penelitian ini
dibulatkan menjadi 100 sampel yang ada di Bandar Lampung.
Penentuan bobot yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan skala
interval. Dengan kriteria umum penelitian untuk skor jawaban adalah :
• SS (Sangat Setuju) = skor nilai 81-100
• S (Setuju) = skor nilai 61-80
• N (Netral) = skor nilai 41-60
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dijelaskan
sebagai berikut.
1. Kuesioner
Kuesioner merupakan satu set pertanyaan yang tersusun secara sistematis
dan standar sehingga pertanyaan yang sama dapat diajukan terhadap setiap
responden. Sistematis maksudnya bahwa variabel pertanyaan disusun
menurut logika sesuai dengan maksud dan tujuan pengumpulan data.
2. Dokumentasi
Mengumpulkan data-data sekunder dengan mempelajari dan
mengumpulkan teori-teori dari berbagai literatur dan buku bacaan yang
berkaitan dengan penelitian ini.
3.6 Definisi Operasional Variabel
Variabel dalam penelitian ini di bagi menjadi dua yaitu variabel terikat
(independen) dan variabel bebas (dependen).Variabel independen disebut variabel
bebas. Variabel bebas disimbolkan dengan X. Variabel yang mempengaruhi
timbulnya variabel dependen (terikat). Dalam penelitian ini variabel bebasnya
adalah citra merek dan kualitas produk. Variabel dependen atau terikat
disimbolkan dengan Y, Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi, karena
adanya variable bebas. Variabel terikat adalah keputusan pembelian konsumen
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Variabel bebas (X)
Variabel bebasnya adalah citra merek (X1) dan kualitas produk (X2).
2. Variabel terikat (Y) yaitu keputusan pembelian
Tabel 6 Operasional Variabel Penelitian
Variabel Konsep Variabel Indikator Pengukuran
Citra Merek Persepsi dan keyakinan yang
Produk Ciri dan karakteris-tik suatu barang atau jasa yang
3.7. Uji Instrumen Penelitian
Untuk mengetahui reliabilitas dan validitas variabel – variabel yang diteliti
menggunakan teknik pengujian sebagai berikut.
3.7.1 Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya suatu kuesioner.
Kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan mampu untuk mengungkapkan sesuatu
yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2006:40).
Uji validitas instrumen dilakukan dengan menguji validitas konstruk melalui
penggunaan analisis faktor. Validitas konstruk menunjukan seberapa valid hasil
yang diperoleh dari penggunaan suatu pengukur atau indikator sesuai dengan
konsep teori yang digunakan.
Penggunaan analisis faktor dilakukan, pertama-tama melihat nilai KMO-MSA
(Kaiser-Mayer-Olkin Measure of Sampling Adequasi), dan nilai signifikansi
Barlett.s Test of Sphericity kurang dari 0,05, untuk menilai atau menguji bahwa
alat ukur yang digunakan memadai. Nilai MSA menurut Ghazali (2006:58) bahwa
angka MSA adalah 0-1 dengan ketentuan:
Jika MSA = 1 maka variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan.
Jika MSA ≥ 0,5 maka variabel tersebut masih dapat diprediksi dan
dianalisis lebih lanjut.
Jika MSA < 0,5 maka variabel tersebut tidak dapat diprediksi dan dianalisi
Langkah analisis faktor berikutnya, adalah melihat faktor loading dari
masing-masing item pertanyaan atau indikator. Validitas instrument dinilai berdasarkan
kriteria nilai faktor loading item minimal 0,4 (Hair et al, 1998:648) dan Comrey
dalam Jogiyanto (2007:124) menyatakan bahwa suatu indikator atau item
membentuk suatu konstruk dengan valid dan benar, maka indikator atau item
tersebut harus memuat skor yang tinggi atau nilai faktor loading memberikan nilai
besar.
Beberapa kriteria alat ukur dikatakan valid menurut Comery, yaitu:
Table 7 Kriteria Validitas pada Analisis Faktor
No Nilai Faktor Loading Kriteria
1 < 0,45 Tidak Valid
2 0,45-0,55 Cukup Valid
3 0,56-0,62 Valid
4 0,63-0,71 Sangat Valid
5 > 0,71 Memuaskan atau sangat sangat valid atau validitas sangat tinggi
Sumber: Jogiyanto (2007:124)
3.7.2 Uji Reliabilitas
Jika alat ukur telah dinyatakan valid, maka berikutnya alat ukur tersebut diuji
reliabilitasnya. Uji reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan dengan menggunakan rumus
alpha(α) dimana uji reliabilitas ini bertujuan untuk menunjukan tingkat
konsistensi suatu alat ukur (kuesioner) dalam mengukur gejala yang sama. Teknik
Teknik uji reliabilitas ini dipilih karena skor dari kuesioner yang digunakan
merupakan rentangan antara beberapa nilai (Umar, 2002:125)
Rumus Pengujian Reliabilitas Instrumen dengan teknik Alpha Cronbachadalah :
r
11=
(1 −
∑)
Keterangan :
r11 = Reliabilitas Instrumen
k = Banyak butir pertanyaan
αt2 = Variabel total
αb2 = Jumlah Varians butir
Jumlah varians tiap butir diperoleh dengan menjumlahkan nilai-nilai varians tiap
butir. Rumus varians adalah:
(∑x)2 (∑x)2
N α2 =
N
Keterangan :
n = Jumlah
3.8 Teknik Analisis Data
3.8.1 Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif adalah analisis dengan menggunakan pendekatan atau rumus
statistik. Dalam penelitian ini analisis kuantitatif yang digunakan adalah:
Analisis kuantitatif dilakukan untuk mengetahui dan mengukur pengaruh variabel
bebas terhadap keputusan pembelian konsumen. Metode Regresi Linear berganda
dengan rumus sebagai berikut.
Y = f (X1,X2,... .,Xn)
Berdasarkan tujuan penelitian, persamaan di atas dapat dimodifikasi menjadi :
Y = a + b1x1 + b2x2 + et
Keterangan :
Y = Keputusan Pembelian
a = Intercept
b = koefisien regresi
X1 = Tanggapan terhadap citra merek
X2 = Tanggapan terhadap kualitas produk
et = Error term
Dengan persyaratan : Jika tidak melanggar asumsi didalam regresi tersebut, maka
3.8.2 Analisis Kualitatif
Analisis dilakukan dengan cara pendekatan deskriptif yang digunakan untuk
pemecahan masalah adalah dengan menguraikan hasil kuesioner oleh para
D. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, hipotesis awal yang diajukan
adalah dapat diterima dengan alasan sebagai berikut.
1. Hasil uji R Square yaitu 0,369 yang berarti bahwa variabel bebas Citra Merek
dan Kualitas Produk mampu mempengaruhi keputusan pembelian Supermi
Seri Go di Bandar Lampung (Y) sebesar 36,90%, sedangkan sisanya
dipengaruhi oleh variabel bebas lain di luar penelitian ini.
2. Hasil statistik regresi linear berganda menyatakan bahwa Citra Merek (X1),
Kualitas Produk (X2) berpengaruh secara bersama-sama dan masing-masing
terhadap keputusan konsumen dalam membeli Supermi Seri Go di Bandar
Lampung.
3. Hasil analisis regresi berganda membuktikan bahwa Kualitas Produk (X2)
merupakan pengaruh paling besar bagi konsumen dalam membuat keputusan
pembelian Supermi Seri Go, hal tersebut berdasarkan nilai β sebesar 0,544.
Begitu juga berdasarkan hasil analisis deskriptif, terlihat bahwa pada Kualitas
Produk dimensi yang memiliki pengaruh dominan adalah minat konsumen
5.2 Saran
Saran yang dapat direkomendasikan dari hasil penelitian adalah sebagai berikut :
1. Sebaiknya PT Indofood selaku perusahan penghasil Supermi Seri Go
memperhatikan Citra Merek dan Kualitas Produk karena merupakan hal
utama yang dipertimbangkan oleh konsumen dalam membuat keputusan
pembelian Supermi Seri Go di Bandar Lampung. Salah satu cara yang dapat
dilakukan oleh perusahaan adalah dengan meningkatkan kualitas produk yang
nantinya akan berpengaruh terhadap pencitraan merek dari konsumen agar
reputasi perusahaan yang selama ini terjaga dengan baik.
2. Menurut peneliti, perusahaan juga harus meningkatkan kegiatan promosi,
seperti brosur, pameran, media periklanan terutama elektronik (Televisi), dan
lain-lain tujuannya tentu saja untuk memberikan informasi yang jelas
mengenai produk Supermi Seri Go yang akan ditawarkan kepada konsumen.
Perusahaan harus menyediakan informasi yang lebih lengkap yang dibutuhkan
oleh konsumen agar konsumen tidak mengalami kesulitan dalam pencarian
informasi.
3. Diharapkan adanya peneliti selanjutnya yang dapat mengembangkan
penelitian ini pada model analisis, variabel-variabel lain yang belum dibahas
dalam penelitian ini, ataupun dapat mengembangkan pada obyek lain
PENGARUH CITRA MEREK DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN SUPERMI SERI GO
DI BANDAR LAMPUNG
(Skripsi )
Oleh :
I Made Jananuraga Yatra
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG
✁✂ ✄AR ISI
III. METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 34
3.7.1 Uji Validitas ... 39
4.2.1 Tabulasi Jenis Pendidikan dan Penghasilan... 50
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Pertumbuhan Industri Makanan dan Minuman di Indonesia
Tahun 2008 - 2011 ... 2
2. Pangsa Pasar Mie Instan di Indonesia Tahun 2005 - 2007 ... 4
3. Nama Perusahaan dan Merek Besar Mie Instan dalam Kemasan Tahun 2012 ... 5
4. Merek-merek Mie Instan yang Pernah di Konsumsi Tahun 2010 - 2011 6
5. Top Brand Index Mie Instan Kemasan Tahun 2009 - 2011 ... 8
6. Operasional Variabel Penelitian ... 38
7. Kriteria Validitas pada Analisis Faktor ... 40
8. Validitas Supermi Seri Go di Bandar Lampung ... 45
9. Reliabilitas Supermi Seri Go di Bandar Lampung... 46
10.Tabulasi Silang Jenis Kelamin dan Pekerjaan Konsumen ... 47
11.Tabulasi Silang antara Pekerjaan dan Usia Konsumen ... 48
12.Tabulasi Silang antara Pendidikan dan Pekerjaan Konsumen ... 49
13.Tabulasi Silang antara Pendidikan dan Penghasilan Konsumen ... 50
14.Tanggapan Konsumen Supermi Sei Go Merupakan Merek Terkenal ... 51
15.Tanggapan Konsumen Supermi Sei Go Mudah Didapat ... 52
16.Tanggapan Konsumen Supermi Sei Go Merek yang Dipercaya ... 53
17.Tanggapan Konsumen Supermi Sei Go Diinformasi dengan Jelas ... 54
18.Tanggapan Konsumen Supermi Sei Go Memiliki Cita Rasa Enak ... 55
20.Tanggapan Konsumen Supermi Sei Go Memiliki Varian yang Cukup .. 57
21.Tanggapan Konsumen Supermi Sei Go merupakan Makanan Praktis .... 58
22.Hasil Uji F ... 62
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Paradigma Penelitan ... 13
2. Tahap-Tahap Proses Pemberian Merek ... 24
Hasil Kuisioner 100 RespondenSupermi
Putusan Membeli (Y)
No.
VARIABEL BEBAS
TOTAL (Y) TOTAL (X1)
Citra Merek (X1) Kualitas Produk (X2)
92 85 80 90 95 350 71 72 80 75 75 85 458 80 80 80 240
93 90 95 90 90 365 95 85 84 70 73 73 480 97 93 95 285
94 60 55 65 65 245 65 80 65 90 90 90 480 90 90 90 270
95 95 85 95 95 370 65 60 60 55 66 65 371 70 70 70 210
96 85 80 95 95 355 90 60 60 79 80 70 439 84 84 80 248
97 80 72 78 60 290 65 75 70 60 70 72 412 65 80 65 210
98 55 65 75 85 280 85 75 80 80 80 80 480 90 85 85 260
99 65 65 75 75 280 64 64 70 70 65 65 398 65 70 65 200
DAFTAR PUSTAKA
Basu DH Swasta dan Handoko T. Hani, 2000, Manajemen Pemasaran, Analisis Perilaku Konsumen, BPFE-UGM, Jogyakarta.
Buchari Alma. 2007. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa:Bandung Alfabeta
Darmawan. 2004. Pengaruh Citra Merek Terhadap Efektifitas klan,Jurnal Media Mahardika Vol 2 No.3 Hal 41-49
Ghozali, Imam, 2006, Analisis Multivariate, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama Hair,J.F. Anderson,R.E., Tatham,R.L. and Black,W.C. 2006. Multivariate Data
Analysis,Sixth Edition,Prentice hall International : Uk
Hermawan Kartajaya. 2005. Marketing Plus 2000 Siasat Memenangkan Persaingan. Global.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Jogiyanto, 2007, Metode Penelitian, BPFE-UGM, Jogyakarta.
Kotler Philip. 2009, Manajemen Pemasaran, Jilid 1 dan Jilid 2, PT. Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta.
Simamora Bilson, 2001, Remarketing For Bussiness Recovery, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama
Shimp, Terence,A.2007, Integrated Marketing Communication In Advertising and Promotion,Edisi Ketujuh, New York, McGrawHill
Tjiptono, Fandy, 2000. Manajemen jasa, Edisi pertama. Andi offse, Yogyakarta. Nazir Moh, 2005. Metode Penelitian. Cetakan keenam. Penerbit Ghalia Indonesia Singarimbun, M. Dan effendi, S., 2006, Metoda Penelitian Survei, Cetakan.
Kedelapan belas, Penerbit Pustaka LP3ES, Jakarta.
Umar, Husen, 2002, Riset Pemasaran. Edisi kedua, cetakan kedua. Penerbit Andi Offset. Yogyakarta.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Palembang pada tanggal 27 Oktober 1991, sebagai anak
kedua dari tiga bersaudara, pasangan Bapak Ketut Mulyawan dan Ibu Ni Ketut
Pritaningsih.
Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) Xaverius Way Halim Bandar Lampung
diselesaikan tahun 1997, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Xaverius 3 Way
Halim Bandar Lampung pada tahun 2003, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di
SMP Xaverius 4 Bandar Lampung pada tahun 2006, dan Sekolah Menengah Atas
(SMA) di SMAN 12 Bandar Lampung pada tahun 2009.
Tahun 2009, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Manajemen FEB Unila
melalui jalur SNMPTN. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di Organisasi
MOTTO
“Tri Kaya Parisudha”
Berpikir positif,Berkata Benar,Berbuat Suci”
PERSEMBAHAN
Dengan segala rasa syukur dan kerendahan hati, kupersembahkan karya
sederhana ini kepada :
1. Ibu dan Ayah tercinta yang selalu serta dalam suka dan duka serta dukungan
semangat yang diberikan untuk keberhasilanku.
2. Teman-temanku di FEB Unila yang telah membantu dan telah berjuang
bersama-sama, tak akan pernah aku lupakan untuk maju terus.
3. Almamaterku tercinta Universitas Lampung sebagai wadah insan yang
SANWACANA
Tiada untaian kata yang lebih pantas untuk penulis ucapkan selain puji syukur
kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala limpahan-Nya yang diberikan
sehingga penulis dapat menyelesaikan dan menyusun skripsi dengan judul
“PENGARUH CITRA MEREK DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP
KEPUTUSAN PEMBELIAN SUPERMI SERI GO DI BANDAR LAMPUNG”
adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas
Lampung.
Rasa hormat dan ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis;
2. Ibu Hj. Aida Sari, S.E., M.Si., selaku Ketua Jurusan Manajemen;
3. Bapak Aripin Ahmad S.E., M.Si., selaku Pembimbing Utama atas
kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses
penyelesaian skripsi ini;
4. Bapak Driya Wiryawan, S.E., M.M., selaku Pembimbing Kedua atas
kesediaan memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses
Terimakasih untuk masukan dan saran-saran dalam penyempurnaan skripsi;
6. Bapak Zulkarnain S.E., M.B.A., selaku Pembimbing Akademik;
7. Bapak dan Ibu Staf Administrasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Lampung;
8. Ayah, ibu, kakak, dan adik yang selalu memberi dukungan, kepercayaan, dan
selalu mendoakan keberhasilanku;
9. Sahabat-sahabat Lawas terbaik penulis Dinda, Rudi, Senopati, Uska, Fadhli,
Danil, Agus, Gusti, Loren, dan Aji terima kasih atas kekeluargaan dan
kebersamaan kita selama ini;
10.Seluruh rekan-rekan Manajemen 09, Deyla, Ratih, Selvy, Lucky A, Ayu,
Ribay, Lucky C, Muli, Jeni, Fadlika, Ria, Lucy, Rizka, Tammy, Elis, Sasi,
Rofi, Tabrani, Pipit, Vina,Gintari, Amos, Iqbal, Arham, Erry, Randy, Dea,
Stevian, Rudi Kamil, Boy,Catra,Anggew, dan lainnya yang tidak mungkin
disebutkan satu persatu.
11.Seluruh rekan-rekan Manajemen lainnya yang tidak mungkin disebutkan satu
persatu yang telah sama-sama berjuang. Terima kasih atas persahabatan dan
kebersamaan kalian selama ini, semoga menjadi kenangan yang tak
terlupakan;
12.Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Manajemen, rumah kedua penulis
sekaligus tempat penulis mendapatkan pengalaman yang tak ternilai selama
berada di dunia perkuliahan;
13.Terkhusus ‘Made Fenti Januariska’ yang selalu serta dalam suka dan duka serta
penulisan skripsi ini baik langsung maupun tidak langsung, kebersamaan
kalian semua membuat segalanya mudah dan indah.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua.
Bandar Lampung, 13 Februari 2013 Penulis,
I Made Jananuraga Yatra