• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh disiplin belajar terhadap prestasi belajar siswa di Pondok Pesantren Al-Haniifiyyah Pedurenan Bekasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh disiplin belajar terhadap prestasi belajar siswa di Pondok Pesantren Al-Haniifiyyah Pedurenan Bekasi"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DI PONDOK PESANTREN AL-HANIIFIYYAH PEDURENAN BEKASI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)

PERENCANAAN PROGRAM PEDULI SESAMTema:

“Mempererat Ukhuwah Islamiyahden

anMeningkat

CDisusun oleh: MARDI SUPRIADI

809011000014

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Mardi Supriadi

NIM : 809011000014

Alamat : Kp. Lembur RT/RW. 01/08 Dusun 03, Kecamatan Gunung Putri, Bogor–Jawa Barat

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Judul skripsi : Pengaruh Disiplin Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Di Pondok Pesantren Al-Haniifiyyah Pedurenan Bekasi.

Dosen Pembimbing :Drs. Abdul Haris, MAg

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat wisuda.

Jakarta, 6 Mei 2014

(4)

ABSTRAK

Mardi Supriadi

Pengaruh Disiplin Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Di Pondok Pesantren Al-Haniifiyyah Pedurenan Bekasi.

Kata Kunci : Disiplin Belajar, Prestasi Belajar, Belajar, dan Siswa

Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh disiplin belajar terhadap prestasi

belajar siswa di Pondok Pesantren Al-Haniifiyyah Pe

durenan Bekasi.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif , sedangkan jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Korelasional yaitu dengan mencari hubungan atau pengaruh antara dua variabel. Teknik pengumpulan datanya yaitu dngan cara menyebarkan angket yang berisi pertanyaan-pertanyaan tentang indikator-indikator disiplin belajar. Angket ini penulis bagikan kepada 29 responden dengan menggunakan random sampling. Jawaban angket dihitung dengan rumus prosentase kemudian diolah dan dijelaskan secara deskriptif. Selain itu enulis mempunyai data penunjang melalui wawancara kepada pengurus pesantren (guru), dan juga kepada siswa laki-laki dan perempuan. Kemudian setelah diperoleh hasil angket tentang variabel disiplin belajar, lalu penulis menghitung dengan variabel prestasi belajar yang dibuktikan dengan data hasil raport belajar siswa. Penghitungan menggunakan rumus Product Moment. Hal ini untuk mengetahui tingkat korelasi kedua variabel tersebut.

(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya kepada kita semua, karena atas kuasaNyalah skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi besar Muhammad saw., yang telah menyempurnakan akhlak, membawa ke alam pendidikan yang lebih cerah.

Dengan hidayah dan kemudahan-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi sebagai persyaratan memperoleh gelar sarjana (S1). Dalam hal ini penulis mencoba meneliti tentang pengaruh disiplin belajar terhadap prestasi belajar siswa di Pondok Pesantren Al-Haniifiyyah Pedurenan Bekasi.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan jika tidak ada bantuan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktu, pikiran dan lainnya dalam penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis haturkan kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah membantu semua hal dalam perkuliahan.

3. Bapak Drs. Abdul haris, Mag., sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu di padatnya kesibukan, tanpa lelah dan menyerah membimbing, mengarahkan, memotivasi penulis dalam penyusunan skripsi ini.

4. Segenap dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam yang tulus ikhlas memberikan ilmunya, semoga Allah membalas jasa-jasanya dan ilmu yang telah diberikan dapat penulis terapkan, amalkan di sekolah, di masyarakat, dan dunia pendidikan Indonesia.

5. Kementerian Agama, yang telah memberikan penulis beasiswa, untuk dapat kesempatan menimba ilmu kembali di bangku perkuliahan, dan memberikan wawasan baru yang lebih luas tentang dunia pendidikan.

(6)

7. Keluarga besar MI Sirojul Athfal Bojong Kulur tempat dimana penulis mengamalkan ilmu, berbakti dan mengabdi. Semuanya yang terus menerus peduli dan memberikan semangat untuk yang terbaik dalam kuliah dan skripsi ini.

8. Kawan-kawan seperjuangan di kelas yang dari awal kita berjuang bersama sampai akhir. Banyak kisah, cerita, dan semangat yang tercipta untuk terus mengabdi kepada bangsa dan negara dalam dunia pendidikan.

9. Keluarga besar bapak Sapri, Asmui, dan Abdul Muis yang terus menemani penulis untuk terus menerus menyelesaikan skripsi ini.

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatunya, yang telah turut membantu dalam kelancaran penyusunan skripsi ini.

Semoga Allah SWT. Akan memberikan balasan yang terbaik kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing penulis dalam penyususnan skripsi ini. Akhir kata penulis menghaturkan permohonan maaf apabila dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari yang diharapkan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritikannya untuk penyempurnaan skripsi ini. Dan semoga skripsi yang penulis susun ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan terutama dalam upaya memperbaiki pelaksanaan pengajaran di bidang Pendidikan Agama Islam, Aamiin.

Jakarta, 6 Mei 2014 Penulis

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK i

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR LAMPIRAN viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1

B. Identifikasi Masalah ...4

C. Batasan Masalah ...4

D. Rumusan Masalah ...4

E. Tujuan Penelitian ...5

F. Manfaat Penelitian ...5

BAB II LANDASAN TEORI A. Disiplin Belajar ...8

B. Prestasi Belajar ...12

C. Belajar dan Siswa ...15

1. Pengertian Belajar ...15

2. Pengertian Siswa ...17

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian...21

B. Paradigma dan Desain Penelitian ...21

C. Populasi dan Sampel ...22

D. Hipotesis Penelitian ...23

E. Variabel Penelitian ...24

F. Definisi Operasional ...24

G. Teknik Pengumpulan Data ...26

H. Instrument ...28

I. Kisi-Kisi Angket ...28

J. Teknis Analisis Data ...29

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Yayasan Pondok Pesantren Al-Hanifiyyah Bekasi ...30

(8)

2. Profil Yayasan ...32

3. Visi dan Misi Yayasan ...33

4. Sistem dan Program Pendidikan ...33

5. Keunggulan Belajar di Pesantren Al-Hanifiyyah...35

6. Kegiatan Ekstrakulikuler ...37

7. Jadwal Kegiatan Harian ...37

8. Struktur Organisasi ...38

9. Deskripsi Data Responden ...38

B. Deskripsi Data Kuisioner ...40

1. Variabel Disiplin Belajar ...40

2. Analisis Data ...51

C. Deskripsi Hasil Wawancara (Interpretasi Data) ...58

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...60

B. Saran ...61

C. Rekomendasi ...62

(9)

DAFTAR TABEL

1. Definisi Operasional dan Indikator Variabel Penelitian...24

2. Daftar nilai skala Likert...28

3. Data Guru MTIH Pondok Pesantren Al-Haniifiyyah ...32

4. Jumlah siswa di pondok pesantren Al Haniifiyyah ...32

5. Berdasarkan jumlah responden ...39

6. Berdasarkan jenis kelamin...39

7. Tabel 1 Terlambat Dateng Kesekolah ...40

8. Tabel 2 Masuk Kelas Walaupun Tidak Ada Guru ...41

9. Tabel 3 Pura-Pura Sakit Saat Pelajaran ...41

10. Tabel 4 Tidak Pernah Bolos ...42

11. Tabel 5 Belajar Teratur Sesuai Jadwal ...42

12. Tabel 6 Mengerjakan PR Sendiri ...43

13. Tabel 7 Bohong Saat Lupa Mengerjakan PR ...43

14. Tabel 8 Menyesal Melanggar Peraturan Sekolah ...44

15. Tabel 9 Mengandalakn Teman Saat Mengerjakan Tugas Kelompok ...44

16. Tabel 10 Bersungguh-Sungguh Dalam Mengerjakan Tugas Kelompok...45

17. Tabel 11 Mengborol Saat Pelajaran Berlangsung ...46

18. Tabel 12 Mematuhi Peraturan Sekolah ...46

19. Tabel 13 Senang Bermain Hp Saat Pelajaran Berlangsung...47

20. Tabel 14 Tidak Menganggu Teman Saat Belajar ...47

21. Tabel 15 Menyelesaikan Tugas Selalu Tepat Waktu ...48

22. Tabel 16 Tetap Mengerjakan Tugas Walaupun Tidak Menarik ...48

23. Tabel 17 Mengerjakan PR Dikelas Saat Sebelum Masuk ...49

24. Tabel 18 Sesegera Mungkin Mengerjakan Tugas ...50

25. Tabel 19 Tetap Mengerjakan Tugas Walaupun Tidak Dikumpulkan ...50

26. Tabel 20 Mengerjakan Dibuku Walapun Tidak Ditugaskan ...51

27. Penghitungan Skor Asli Untuk Variabel Disiplin Belajar ...53

28. Penghitungan Skor Asli Untuk Variabel Prestasi Belajar ...54

[image:9.595.85.518.98.715.2]
(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Surat Izin Penelitian dari Lembaga Daftar wawancara Siswa

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu. Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekali artinya dalam rangka membantu murid dalam mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya.1

Tinggi atau rendahnya hasil/prestasi belajar menjadi sangat penting karena dengan perolehan hasil belajar yang rendah, yang disebabkan oleh inteligensi yang rendah atau kurangnya kesungguhan belajar, berarti terbentuknya tenaga kerja yang bermutu rendah. Hal ini akan merugikan calon tenaga kerja Indonesia yang berasal dari kalangan terpelajar. Oleh karena itu mereka didorong untuk belajar dan mempunyai prestasi di bidang-bidang keterampilan sebagai bekal hidup.2

Prestasi belajar siswa ditentukan oleh siswa itu sendiri dengan dipengaruhi faktor lingkungannya. Siswa atau murid sebagai seorang pelajar merupakan subjek yang terlibat dalam proses belajar. Karena setiap individu memiliki keunikan sehingga dalam proses belajarnya pun terdapat keunikan pula. Ada murid yang cepat dalam belajar, ada yang lambat, ada yang kreatif. Semua itu terjadi karena keunikan individu masing-masing.3

Dalam Undang-undang Pendidikan No.2 Th. 1989, murid disebut peserta didik. Dalam hal ini si terdidik dilihat sebagai seseorang (subjek didik), yang mana nilai kemanusiaan sebagai individu, sebagai makhluk sosial yang mempunyai identitas

1

Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono,Psikologi Belajar, (Jakart: PT Rineka Cipta, cet-3, 2013), h. 138

2

Dimiyati dan Mudjiono,Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009, h. 246

3

(12)

moral, harus dikembangkan untuk mencapai tingkatan optimal dan kriteria kehidupan sebagai manusia warga negara yang diharapkan.4

Dalam situasi belajar dalam pendidikan kita tak bisa melupakan proses perkembangan siswa itu sendiri. Perkembangan dialami dan dihayati pula oleh individu siswa. Sedangkan pendidikan merupakan kegiatan interaksi. Dalam kegiatan tersebut, pendidik atau guru bertindak mendidik si peserta didik atau siswa. Tindak mendidik tersebut tertuju pada perkembangan siswa menjadi mandiri. Untuk dapat berkembang menjadi mandiri, siswa harus belajar.5

Tujuan belajar penting bagi guru dan siswa sendiri. Dalam desain instruksional guru merumuskan tujuan instruksional khusus atau sasaran belajar siswa. Rumusan tersebut disesuaikan dengan perilaku yang hendaknya dapat dilakukan siswa.6

Sedangkan dalam Undang-Undang NO. 20 tahun 2003 tentang tujuan Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yang menegaskan bahwa:

“Pendidikan Nasional bertujuan mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab.”7

Berdasarkan undang-undang di atas bidang pendidikan akan terus tetap menjadi prioritas, peran sekolah menjadi yang utama. Untuk menciptakan manusia yang berkualitas dan berprestasi tinggi, maka siswa di sekolah harus memiliki prestasi belajar yang baik. Prestasi belajar merupakan tolak ukur maksimal yang telah dicapai siswa setelah melakukan perbuatan belajar selama waktu yang telah ditentukan bersama. Hal ini tentu akan didapat ketika siswa menjalaninya dengan penuh sikap disiplin.

4

Undang-Undang No.20 Tahun 2003, TentangSistem Pendidikan Nasional,(Bandung: Citra Umbara, 2003).

5

Dimiyati dan Mudjiono,Belajar dan Pembelajaran…, h. 5 6

Ibid, h. 23

7

(13)

Menurut Syaiful Bahri Djamarah disiplin adalah suatu tata tertib yang dapat mengatur tatanan kehidupan pribadi dan kelompok. Tata tertib itu bukan buatan binatang, melainkan buatan manusia sebagai pembuat dan pelaku. Sedangkan disiplin timbul dari dalam jiwa karena adanya dorongan untuk menaati tata tertib tersebut.8

Disiplin belajar terdiri dari 2 (dua) kata, yaitu disiplin dan belajar. Berikut pengertian tentang disiplin. Disiplin adalah seseorang yang belajar secara sukarela mengikuti pemimpin. Orang tua dan guru merupakan pemimpin dan anak merupakan murid menuju kehidupan yang lebih baik dan lebih berguna. Seseorang yang disiplin berarti tingkah laku dan keputusannya dilakukan secara sadar dan rela, sesuatu yang memungkinkan dapat menjadikan dirinya sebagai orang yang taat pada peraturan yang berlaku.9

Sedangkan prestasi belajar sendiri diartikan penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.10

Jika dilihat dari teori dan keterangan di atas, kita dapat melihat adanya indikasi pengaruh dari dari disiplin belajar terhadap prestasi belajar.

Dalam perkembangan dunia modern seperti sekarang ini, dunia dihadapkan pada berbagai macam permasalahn aktual. Kehidupan modern yang ditandai dengan implementasi ilmu pengetahuan dan teknologi canggih, membawa dampak corak kebudayaan manusia dan telah mengakibatkan timbulnya berbagai krisis, antara lain meliputi perubahan, pembentukan nilai-nilai dan padangan hidup.

Melihat pada sejarah puncak kemajuan ilmu dan kebudayaan Islam, sebagai akibat dari berpadunya unsur-unsur pembawaan ajaran Islam dengan unsure-unsur yang berasal dari luar. Kemudian potensi pembawaan Islam tidak merasa cukup hanya menerima pengaruh dari luar saja, tetapi bahkan kemudian mengembangkannya lebih jauh, sehingga Nampak adanya unsur-unsur Islami yang dominan. Akhirnya

8

Djamarah, Rahasia Sukses Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h.17

9

Sanjaya Yasin,Pengertian Disiplin Belajar Siswa, (http//sarjanaku.com/2010/12/kedisiplinan-belajar-siswa.html, diakses tanggal 10 september 2013.

10

(14)

berkembanglah berbagai bidang ilmu pengetahuan.11 Sejalan dengan itu juga bermunculan lembaga-lembaga formal dan sistem pendidikan yang ada pada sekarang ini yang sering kita sebut pondok pesantren.

Pendidikan di Pondok Pesantren dikatakan bersifat spesifik karena pada umumnya pendidikan tersebut lebih banyak mendalami satu bidang ilmu pengetahuan sesuai dengan keahlian seorang kiyai sekalipun ditambahkan pengetahuan lain yang bersifat sekunder, tetapi tidak menghilangkan ciri pendalaman ilmu pada pondok pesantren.

Pondok pesantren Al-Hanifiyyah Jatiluhur Jati Asih Kota Bekasi adalah sebuah lembaga keagamaan yang bergerak dalam bidang dakwah, pendidikan dan pengajaran yang bertujuan untuk membentuk manusia yang beriman dan bertakwa, pendidikan kepada Tuhan Yang Maha Esa tujuan ini sejalan dengan kebijakan-kebijakan pendidikan pemerintah Indonesia yang dirumuskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional.

Jika dalam Undang-Undang di atas dicermati tampak bahwa Pondok Pesantren Al-Hanifiyyah Jatiluhur, Jati Asih Kota Bekasi sebagai lembaga pendidikan Islam telah menepatkan dirinya sebagai bagian dari pendidikan Nasional.

Penyelenggaraan sistem pendidikan Nasional bangsa Indonesia yang memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945 sehari setelah itu, pada tanggal 18 Agustus 1945 Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) menetapkan UUD 1945 sebagai Konstitusi Negara. Apabila Anda mengkaji alinea ke empat Pembukaan UUD 1945, disana tersurat dan tersirat cita-cita Nasional di bidang pendidikan, yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.12

Dilihat dari bentuk dan sifat pendidikannya sebenarnya pondok pesantren berdasarkan sejarah awalnya termasuk kedalam kategori pendidikan non formal.13 tapi dengan seiring berjalannya waktu pada awal abad ke 20 masehi berdirilah Madrasah Islamiyah yang bersifat formal.14 Banyak para pemimpin umat dulu berasal dari

11

Zuhairini, dkk,Sejarah Pendidikan Islam,( Jakarta: Bumi Aksara 2010), h. 106

12

Tatang Syarifudin, Landasan Pendidikan, Program Peningkatan Kualifikasi Guru Madrasah dan Guru Pendidikan Agama Islam pada Sekolah,h. 207.

13

Zuhairini,Sejarah Pendidikan Islam, h. 192

14

(15)

Pondok Pesantren dan setelah Indonesia merdeka Pondok Pesantren mendapat perhatian dari semua pihak. Bahkan dalam rangka mencari suatu sistem Pendidikan Nasional, Pondok Pesantren kadang-kadang muncul sebagai salah satu alternatif, seirama dengan tuntutan perkembangan zaman. Pihak Pondok Pesantren telah berusaha mencari alternatif-alternatif baru untuk memajukan dan mengembangkannya. Dari titik pandang ini maka Pesantren berangkat secara kelembagaan maupun inspiratif memilih model yang dirasakan mendukung penuh tujuan dan hakekat pendidikan manusia itu sendiri, yaitu membentuk manusia yang sejati punya kualitas moral dan intelektual.

Peranan Pondok Pesantren yang disebutkan di atas mempunyai fungsi ganda, peranan tersebut mengambil bentuk yang bermacam-macam, diantaranya pesantren sebagai pengembangan masyarakat dengan melalui pembentukan jaringan komunikasi dengan pihak luar, baik melalui kegiatan ekonomi, sosial, budaya dan lain-lainnya.

Peran tersebut sebagai wujud ideal baik secara normativ maupun historis, yaitu pesantren mengembalikan dirinya sesuai dengan situasi, kondisi dan perkembangan masyarakat, sedang sistem pendidikan yang diterapkan di pesantren secara tidak langsung dapat mempengaruhi sikap dan pandangan santri pada umumnya. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik meneliti sebuah penelitian dengan memilih judul “Pengaruh Disiplin Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa di Pondok

Pesantren Al-Haniifiyyah Pedurenan Bekasi”.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka timbullah beberapa pertanyaan, diantaranya adalah:

1. Kurangnya kesadaran siswa terhadap disiplin

2. Terdapat hambatan pada siswa dalam mematuhi peraturan/tata tertib

3. Faktor penghambat dan pendukung prestasi belajar siswa di Pondok Pesantren Al-Haniifiyyah

(16)

C. Batasan Masalah

Untuk menghindari terjadinya perluasan dan salah tafsir terhadap penelitian ini, maka penulis memberi batasan: Pengaruh disiplin belajar terhadap prestasi belajar siswa di Pondok Pesantren Al-Haniifiyyah Pedurenan Bekasi.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Bagaimana pengaruh disiplin belajar terhadap prestasi belajar siswa di Pondok Pesantren Al-Hanifiyyah?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui sistem penegakkan disiplin belajar di Pondok Pesantren Al-Hanifiyyah.

2. Untuk melihat tingkat pengaruh disiplin belajar terhadap prestasi belajar siswa di Pondok Pesantren Al-Hanifiyah.

F. Manfaat Penerlitian Manfaat dan Penelitian

1. Memberikan informasi mengenai pengaruh disiplin belajar terhadap prestasi belajar siswa. Sehingga para guru dapat memperhatikan para siswanya dalam prestasi belajar.

2. Memberikan informasi yang positif berdasarkan hasil penelitian kepada lembaga/ Pondok Pesantren Al-Haniifiyyah diharapkan dapat meningkatkan sistem pendidikan yang diterapkan di Pondok Pesantren Al-Hanifiyyah.

3. Meningkatkan kualitas pembelajaran di Pondok Pesantren Al-Haniifiyyah dengan memaksimalkan faktor-faktor yang menyebabkan pelanggaran ketidak disiplinan siswa

(17)

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Pengertian Disiplin Beiajar

Disiplin dalam kamus lengkap bahasa Indonesia diartikan “Tata tertib”.15 Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia disiplin diartikan “Tata tertib (di

sekolah, kemiliteran), ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan (tata tertib)16

Disiplin belajar terdiri dari 2 (dua) kata, yaitu disiplin dan belajar. Berikut pengertian tentang disiplin. Disiplin adalah seseorang yang belajar secara sukarela mengikuti pemimpin. Orang tua dan guru merupakan pemimpin dan anak merupakan murid menuju kehidupan yang lebih baik dan lebih berguna. Seseorang yang disiplin berarti tingkah laku dan keputusannya dilakukan secara sadar dan rela, sesuatu yang memungkinkan dapat menjadikan dirinya sebagai orang yang taat pada peraturan yang berlaku.17

Menurut Syaiful Bahri Djamarah disiplin adalah suatu tata tertib yang dapat mengatur tatanan kehidupan pribadi dan kelompok. Tata tertib itu bukan buatan binatang, melainkan buatan manusia sebagai pembuat dan pelaku. Sedangkan disiplin timbul dari dalam jiwa karena adanya dorongan untuk menaati tata tertib tersebut.18

Menurut Maman Rahman dalam Tu'u, disiplin adalah upaya mengendalikan diri dan sikap mental individu atau masyarakat dalam mengembangkan kebutuhan dan ketaatan terhadap peraturan dan tata tertib berdasarkan dorongan dan kesadaran yang muncul dalam hatinya.19

15

MB. Rahimsyah,Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jakarta: Aprindo Jakarta, 2010), h. 124

16

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional,Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, cet ke-3, 2005), h. 258

17

Sanjaya Yasin,Pengertian Disiplin Belajar Siswa, (http//sarjanaku.com/2010/12/kedisiplinan-belajar-siswa.html, diakses tanggal 10 september 2013.

18

Djamarah, Rahasia Sukses Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h.17

19

(18)

Dapat disimpulkan bahwa pengertian disiplin secara umum adalah perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang dipercaya termasuk melakukan pekerjaan tertentu yang menjadi tanggung jawabnya.

Sedangkan kata kedua yakni belajar menurut Slameto, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan sikap tingkah laku yang baru secara keselurahan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.20

Sedangkan belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat. Bagi para pelajar atau mahasiswa kata “belajar” merupakan kata yang

tidak asing. Bahkan sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan mereka dalam menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal. Kegiatan belajar mereka lakukan setiap waktu sesuai dengan keinginan. Entah malam hari, siang hari, sore hari, atau pagi hari.21

Menurut James O. Whittaker, merumuskan belajar sebagai prses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.22 Cronbach berpendapat bahwalearning is shown by change in behavior as a result of experience. Belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.23

Pendapat lain dari Skinner, seperti yang dikutip Barlow (1985) dalam bukunya Educational Psychology: The Teaching-Learning Process, berpendapat bahwa belajar

adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Pendapat ini diungkapkan dalam pernyataan ringkasnya, bahwa belajar adalah . . .a process of progressive behavior adaptation. Berdasarkan eksperimennya, B.F. Skinner percaya bahwa proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila ia diberi penguat (reinforcer).24

Secara umum dapat kita simpulkan disiplin belajar adalah sikap taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang dipercaya termasuk melakukan pekerjaan tertentu yang

20

Slameto,Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya,(Jakarta: Rieneka Cipta:2012), h. 2

21

Syaiful bahri Djamarah,Psiklogi Belajar,(Jakarta: PT Rieneka Cipta, edisi 2, 2011), h. 12

22

Ibid, h. 12

23

Ibid, h. 13

24

(19)

menjadi tanggung jawabnya untuk beradaptasi memperoleh perubahan wawasan dan tingkah laku dari pengalaman disiplinnya.

Dalam kegiatan sehari-hari ditemukan adanya kebiasaan belajar yang kurang baik. Kebiasaan belajar tersebut antara lain berupa:

1. Belajar pada akhir semester 2. Belajar tidak teratur

3. Menyia-nyiakan kesempatan belajar 4. Bersekolah hanya untuk bergengsi 5. Datang terlambat bergaya pemimpin 6. Bergaya jantan seperti merokok 7. Menggurui teman, dan

8. Bergaya minta “belas kasihan” tanpa belajar.25

Kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut dapat ditemukan di sekolah yang ada di kota besar, kota kecil, dan di pelosok tanah air. Untuk sebagian, kebiasaan belajar tersebut disebabkan oleh ketidakmengertian siswa pada arti belajar bagi diri sendiri. Hal ini dapat diperbaiki dengan pembinaan disiplin membelajarkan diri.26

Suatu pepatah “berakit-rakit ke hulu, berenang ke tepian” dan berbagai petunjuk tokoh teladan, dapat menyadarkan siswa tentang pentingnya belajar. Pemberian penguat dalam keberhasilan belajar dapat mengurangi kebiasaan kurang baik dan membangkitkan harga diri siswa.27

Dari beberapa definisi disiplin di atas, berarti disiplin harus terdiri dari unsur-unsur disiplin sebagai berikut.

1. Mengikuti atau menaati peratuan, nilai dan hukum yang berlaku

2. Pengikutan dan ketaatan tersebut terutama muncul karena adanya kesadaran diri bahwa hal itu berguna bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya. Dapat juga muncul karena rasa takut, tekanan, paksaan, dan dorongan dari luar dirinya.

3. Sebagai alat pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah, membina dna membentuk perilaku sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan,

25

Dimiyati dan Mudjiono,Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009, h. 246

26

Ibid, h. 246

27

(20)

4. Hukuman yang diberikan bagi yang melanggar ketentuan yang berlaku, dalam rangka mendidik, melatih, mengendalikan dan memperbaiki tingkah laku,

5. Peraturan yang berlaku sebagai pedoman dan ukuran perilaku.28

Sedangkan menurut Tulus Tu'u, ada empat faktor dominan yang mempengaruhi dan membentuk disiplin, yaitu:

1. Kesadaran diri

2. Pengikutan dan ketaatan 3. Alat Pendidikan

4. Hukuman29

Menurut Suharsimi Arikunto, disiplin belajar ditunjukkan dengan tiga perilaku, yaitu perilaku kedisiplinan di dalam kelas, perilaku kedisiplinan di luar kelas, di lingkungan sekolah dan perilaku kedisiplinan di rumah.30 Dalam membentuk kedisiplinan siswa harus komprehensif kegiatan yang dilakukan siswa, baik di rumah, di kelas dan di sekolah. Tidak mudah mernang, namun kedisiplinan dapat terbentuk dengan bantuan sikap dan perilaku yang menunjang kedisiplinan belajar, seperti sebagai berikut:

1. Menaati tata tertib sekolah

2. Perilaku kedisiplinan di dalam kelas 3. Disiplin dalam menepati jadwal belajar 4. Belajar secara teratur

Jadi dalam menanamkan pendidikan pada anak perlu menanamkan pendidikan kedisiplinan, artinya menumbuhkan dan mengembangkan pengertian-pengertian yang berasal dari luar yang merupakan proses untuk melatih dan mengajarkan anak bersikap dan bertingkah laku sesuai harapan.

Dari uraian panjang lebar di atas, telah menunjukkan bahwa disiplin belajar itu sangat penting karena alasan berikut:

1. Dengan disiplin yang muncul karena kesadaran diri, siswa berhasil dalam belajarnya. Sebaliknya, siswa yang kerap kali melanggar ketentuan sekolah atau rumah, pada umumnya terhambat optimalisasi potensi dan prestasinya.

28

Aunurahman,Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 35

29

Tulus Tu’u,Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa, h. 49

30

(21)

2. Tanpa disiplin yang baik, suasana sekolah juga kelas menjadi kurang kondusif bagi kegiatan pembelajaran. Secara positif, disiplin memberi dukungan lingkungan yang tenang dan tertib bagi proses pembelajaran.

3. Orangtua senantiasa berharap di sekolah, anak-anak dibiasakan dengan norma-norma. nilai kehidupan dan disiplin. Dengan demikian. anak-anak dapat menjadi individu yang tertib, teratur dan disiplin,

4. Disiplin merupakan jalan bagi siswa untuk sukses dalam belajar dan kelak ketika bekerja. Kesadaran pentingnya norma, aturan, kepatuhan dan ketaatan merupakan prasyarat kesuksesan seseorang.31

B. Pengertian Prestasi Belajar

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya).32 Dan prestasi belajar sendiri diartikan penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.33

Prestasi Belajar dalam Chaplin (2002) merupakan satu tingkat khusus perolehan atau hasil keahlian dalam karya akademis yang dinilai oleh guru-guru, lewat tes-tes yang dibakukan atau lewat kombinasi ke dua hal tersebut. Sumadi Suryabrata (2005) berpendapat bahwa prestasi belajar sebagai hasil dari suatu proses yang biasanya dinyatakan dalam bentuk kuantitatif (angka) yang khusus diberikan untuk proses evaluasi, misalnya rapor, hasil ini dibagikan kepada siswa pada akhir semester setelah pelaksanaan ujian akhir.34

Di dalam bidang pendidikan, siswa dikatakan memiliki prestasi baik bila menjadi juara kelas ataupun memperoleh nilai yang baik. Pengertian prestasi belajar di

31

Langlangbuana,Pengertian Disiplin dan Meningkatkan Disiplin Siswa(http//krblanglangbuana. Wordpress.com) diakses tanggal 10 september 2013

32

Departemen Pendidikan Nasional,Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, Edisi Ketiga, 2005), h. 895

33

Ibid, h. 895

34

(22)

dalam kamus balai pustaka nasional, yaitu penguasaan pengetahuan dan keterampilan terhadap mata kuliah/pelajaran yang diberikan melalui hasil tes.35

Dengan demikian, dari pengertian prestasi belajar yang peneliti kutip dari beberapa sumber tersebut, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah skor pencapaian hasil tes atau ujian yang diperoleh siswa, dimana tes atau ujian sebagai pengukuran kemampuan serta pemahaman belajar siswa atas pembelajaran yang telah dilakuka. Atau singkatnya, prestasi belajar lebih berkaitan dengan pengukuran pencapaian hasil belajar.

Prestasi belajar menurut Tulus Tu'u adalah hasil yang dicapai seseorang ketika mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu. Prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang dicapai ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah.36

Sedangkan menurut Sudjana, prestasi belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku pada kebanyakan hal merupakan perubahan yang dapat diamati kebanyakan berkenaan dengan aspek motorik. Sebagai contoh setelah seorang siswa mengikuti dengan cermat pembahasan tentang cara-cara memasang alat elektonik pada sebuah perabot, untuk selanjutnya tanpa bimbingan dan arahan, siswa mampu melakukannya dengan benar, Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar juga dapat menyentuh perubahan pada aspek afektif. Perubahan pada aspek ini umumnya tidak mudah dilihat dalam waktu yang singkat, akan tetapi sering kali dalam rentang waktu yang relatif lama. Seorang anak oleh kedua orang tuanya dibiasakan berlaku santun dalam berbicara, bisa menghargai orang lain, mampu bersikap jujur dan lainnya merupakan aspek nilai-nilai dan kecerdasan emosional yang penumbuh kembangannya lebih memakan rentang waktu yang relatif lama untuk sampai pada perubahan yang lebih permanen.37

Prestasi belajar siswa tersebut dinilai dari aspek kognitifnya karena bersangkutan dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan atau ingatan, pemahaman. aplikasi, analisis dan evaluasi. Prestasi belajar siswa dibuktikan dan ditunjukkan.

35

Ibid, h. 271

36

Tulus Tu’u,Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa,h. 75

37

(23)

Berdasarkan taksonomi bloom, hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah, antara lain:

1. Ranah Koginitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 (enam) aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.

2. Ranah Afektif, berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi 5 (lima) jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab, atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.

3. Ranah Psikomotorik, meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda, kordinasi, menghubungkan dan mengamati.38

Menurut Siti rahayu Haditono, di Indonesia juga ditemukan banyak siswa yang memperoleh angka hasil belajar rendah. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor seperti:

1. Kurangnya fasilitas belajar di sekolah 2. Rumah di perbagai pelosok

3. Siswa makin dihadapkan oleh berbagai pilihan dan mereka merasa ragu dan takut gagal

4. Kurangnya dorongan mental dari orang tua karena orang tua tidak memahami apa yang dipelajari oleh anaknya di sekolah

5. Keadaan gizi yang rendah, sehingga siswa tidak mampu belajar yang lebih baik 6. Gabungan dari faktor-faktor tersebut, mempengaruhi berbagai hambatan belajar.39

Dengan perolehan hasil belajar yang rendah, yang disebabkan oleh inteligensi yang rendah atau kurangnya kesungguhan belajar, berarti terbentuknya tenaga kerja yang bermutu rendah. Hal ini akan merugikan calon tenaga kerja itu sendiri. Oleh karena itu pada tempatnya, mereka didorong untuk belajar di bidang-bidang keterampilan sebagai bekal hidup. Penyediaan kesempatan belajar di luar sekolah, merupakan langkah bijak untuk mempertinggi taraf kehidupan warga bangsa Indonesia.40

38

Tulus Tu’u,Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa,h. 75

39

Dimiyati dan Mudjiono,Belajar dan Pembelajaran…, h. 245-246

40

(24)

C. Belajar dan Siswa 1. Pengertian Belajar

Menurut S. Nasution “belajar adalah perubahan-perubahan dalam sistem urat saraf, dan sebagai perubahan sikap atas pengalaman dan latihan, serta penambahan pengetahuan, dimana guru berusaha memberikan ilmu sebanyak mungkin kepada murid untuk mengumpulkannya”.41

Definisi lain menganggap belajar sebagai perubahan kelakuan berkat pengalaman dan latihan. Belajar membawa sesuatu perubahan pada individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan melainkan juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, pengahrgaan, minat, penyesuaian diri, pendeknya mengenai segala aspek organisme atau pribadi seseorang. Karena itu seorang yang belajar itu tidak sama lagi dibandingkan dengan saat sebelumnya, karena ia lebih sanggup menghadapi kesulitan memecahkan masalah atau menyesuaikan diri dengan keadaan. Ia tidak hanya menambah pengetahuaanya, akan tetapi dapat pula menerapkannya secara fungsional dalam situasi-situasi hidupnya.42

Hilgard mengatakan belajar adalah proses yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan (apakah dalam laboratorium atau dalam lingkungan alamiah) yang dibedakan dari perubahan-perubahan oleh faktor-faktor yang tidak termasuk latihan, misalnya perubaan karena mabuk atau minum ganja bukan termasuk hasil belajar.43

Dari pengertian diatas, tampak belajar lebih menekankan pada proses, baik proses mental, proses adaptasi dengan lingkungan, proses melalui lingkugannya, proses melalui pengalaman, latihan maupun praktek.

Pendidikan modern menganut pendapat yang tercantum pada definisi yang terakhir. Dalam pendidikan tradisional diutamakan penumpukan ilmu dank arena itu dicap sebagai pendidikan yang intelektualistis. Pendidikan modern memperhatikan perkembangan seluruh pribadi anak, seperti ternyata dalam tujuan pendidikan Nasional kita. Pengetahuan tetap penting, kan tetapi harus berfungsi dalam hidup

41

S. Nasution,Didaktik, Asas-asas Mengajar,(Jakarta: Bumi Aksara, cet ke-1, 1995), h. 34

42

Ibid, h. 34 - 35

43

(25)

anak. Selain dari segi intelektual dipentingkan pula segi sosial, emosional, etis dan sebagainya.44

Selanjutnya berdasarkan beberapa pendapat para ahli tentang pengertian belajar dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan dua unsure, yaitu jiwa dan raga. Gerak raga yang ditunjukkan harus sejalan dengan proses jiwa untuk mendapatkan perubahan. Tentu saja perubahan yang didapatkan itu bukan perubahan fisik, tetapi perubahan jiwa dengan sebab masuknya kesan-kesan yang baru.45

Akhirnya dapat disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.46

Dengan memperhatikan perumusan-perumusan tentang pengertian belajar tersebut diatas maka penulis berpendapat; Bahwa belajar adalah suatu peoses psikis yang berlangsung dalam interaksi antara subjek dengan lingkungannya dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengatahuan, pemahaman, ketrampilan, sikap dan kebiasaan yang bersifat relative konstan / tetap baik melalui pengalaman, latihan maupun praktek. Perubahan itu bisa sesuatu yang baru atau hanya penyempurnaan terhadap hal-hal yang sudah dipelajari yang segera nampak dalam perilaku nyata atau yang masih tersembunyi. Sedangkan proses belajar dapat berlangsung dengan kesadaran individu atau tidak, sebagaimana diungkapkan oleh Winkel bahwa,” Proses belajar dapat berlangsung dengan disertai kesadaran dan

intensi, tetapi itu tidak mutlak perlu.”

Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari berbuatan belajar, karena belajar merupakan suatu proses, sedangkan prestasi belajar adalah hasil dari proses pembelajaran tersebut.

44

Ibid, h. 35

45

Syaiful bahri,Psiklogi Belajar…,h. 13

46

(26)

Bagi seorang siswa belajar merupakan suatu kewajiban. Berhasil atau tidaknya seorang siswa dalam pendidikan tergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa tersebut.

Belajar dapat dikatakan berhasil jika terjadi perubahan dalam diri siswa, namun tidak semua perubahan perilaku dapat dikatakan belajar karena perubahan tingkah laku akibat belajar memiliki ciri-ciri perwujudan yang khas antara lain : a. Perubahan Intensional

Perubahan dalam proses berlajar adalah karena pengalaman atau praktek yang dilakukan secara sengaja dan disadari. Pada ciri ini siswa menyadari bahwa ada perubahan dalam dirinya, seperti penambahan pengetahuan, kebiasaan dan keterampilan.

b. Perubahan Positif dan aktif

Positif berarti perubahan tersebut baik dan bermanfaat bagi kehidupan serta sesuai dengan harapan karena memperoleh sesuatu yang baru, yang lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan aktif artinya perubahan tersebut terjadi karena adanya usaha dari siswa yang bersangkutan.47

2. Pengertian Siswa

Seorang ahli didik Amerika pernah mengatakan bahwa perubahan yang terbesar yang terjadi dalam seperempat abad akhir-akhir ini ialah perubahan dalam hubungan antara guru dengan murid, yakni dari hubungan sebagai antara atasan dan bawahan menjadi hubungan persahabatan, dimana guru menghormati pribadi anak.48

Mengajar menurut pendapat modern tidak mungkin tanpa mengenal murid/siswa. Kalau kita mengajarkan geografi, tak cukup kalau kita menguasai bahan pelajaran itu, kita juga harus mengenal anak sebab sebenarnya kita mendidik anak itu. Tidak boleh lagi anak itu dianggap sebagai suatu bejana yang harus diisi oleh guru dengan bahan pelajaran.49

47

http://www.krumpuls.com/2013/10/pengertian-belajar-menurut-para-ahli.html, senin, 28 april, 2014

48

S. Nasution,Didaktik, Asas-asas Mengajar…, h. 21

49

(27)

Menurut Engr Sayyid Khaim Husayn Naqawi yang dikutip oleh Abudin Nata, menyebutkan, bahwa kata siswa atau murid berasal dari bahasa arab, yang artinya orang yang menginginkan (the willer).50 Menurut Abudin Nata kata murid diartikan sebagai orang yang menghendaki untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, ketrampilan, pengalaman dan kepribadian yang baik sebagai bekal hidupnya agar bahagia dunia dan akhirat dengan jalan belajar sungguh-sungguh.

Disamping kata murid dijumpai istilah lain yang sering digunakan dalam bahasa arab, yaitutilmidz yang berarti murid atau pelajar, jamaknyatalamidz. Kata ini merujuk pada murid yang belajar di madrasah. Kata lain yang berkenaan dengan muridadalahthalib, yang artinya pencari ilmu, pelajar, mahasiswa.

Mengacu dari beberapa istilah murid, murid diartikan sebagai orang yang berada dalam taraf pendidikan, yang dalam berbagai literatur murid juga disebut sebagai anak didik. Sedangkan Dalam Undang-undang Pendidikan No.2 Th. 1989, murid disebut peserta didik. Dalam hal ini si terdidik dilihat sebagai seseorang (subjek didik), yang mana nilai kemanusiaan sebagai individu, sebagai makhluk sosial yang mempunyai identitas moral, harus dikembangkan untuk mencapai tingkatan optimal dan kriteria kehidupan sebagai manusia warga negara yang diharapkan.51

Menurut H.M. Arifin, menyebut “murid”, maka yang dimaksud adalah

manusia didik sebagai makhluk yang sedang berada dalam proses perkembangan atau pertumbuhan menurut fitrah masing-masing yang memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju kearah titik optimal yakni kemampuan fitrahnya.52

Akan tetapi dalam literatur lain ditegaskan, bahwa anak didik (murid) bukanlah hanya anak-anak yang sedang dalam pengasuhan dan pengasihan orang tua, bukan pula anak yang dalam usia sekolah saja. Pengertian ini berdasar atas tujuan pendidikan, yaitu manusia sempurna secara utuh, untuk mencapainya manusia berusaha terus menerus hingga akhir hayatnya.

50

Mahmud Yunus,Kamus Arab-Indonesia,(Jakarta: Hida Karya agung,t.th).

51

Undang-Undang No.20 Tahun 2003, TentangSistem Pendidikan Nasional,(Bandung: Citra Umbara, 2003)

52

(28)

Penulis menyimpulkan, pengertian murid sebagai orang yang memerlukan ilmu pengetahuan yang membutuhkan bimbingan dan arahan untuk mengembangkn potensi diri (fitrahnya) secara konsisten melalui proses pendidikan dan pembelajaran, sehingga tercapai tujuan yang optimal sebagai manusia dewasa yang bertanggung jawab dengan derajat keluhuran yang mampu menjalankan fungsinya sebagai khalifah di bumi.

Masalah yang berhubungan dengan anak didik (murid), merupakan objek yang penting dalam paedagogik. Begitu pentingnya faktor anak dalam pendidikan, sampai-sampai ada aliran pendidikan yang menempatkan anak sebagai pusat segala usaha pendidikan (aliranchild centered). Untuk itulah diperlukan sebuah upaya untuk memahami siapa peserta didik (murid). anak didik memiliki sifat-sifat umum antara lain :

a. Anak bukanlah miniatur orang dewasa, sebagaimana statement J.J. Rousseau, bahwa “anak bukan miniatur orang dewasa, tetapi anak adalah anak dengan

dunianya sendiri”

b. Peserta didik (murid), memiliki fase perkembangan tertentu, seperti pembagian Ki Hadjar Dewantara (Wiraga, Wicipta, Wirama)

c. Murid memiliki pola perkembangan sendiri-sendiri

d. Peserta didik (murid), memiliki kebutuhan. Diantara kebutuhan tersebut adalah sebagaimana dikemukakan oleh para ahli pendidikan seperti, L.J. Cionbach, yakni afeksi, diterima orang tua, diterima kawan, independence, harga diri. Sedangkan Maslow memaparkan : adanya kebutuhan biologi, rasa aman, kasih sayamg, harga diri, realisasi.

Sedangkan menurut para ahli psikologi kognitif memahami anak didik (murid), sebagai manusia yang mendayagunakan ranah kognitifnya semenjak berfungsinya kapasitas motor dan sensorinya.

(29)

diperlengkapi selama anak itu belajar di sekolah dan agar dapat sedalam-dalamnya mengenal latar belakang murid.53

Bila anak itu pindah sekolah, maka kumpulan tentang itu dikirimkan kepada sekolah baru. Secara ideal, kumpulan keterangan itu “mengikuti” anak itu dari Sekolah Dasar sampai Universitas. Tentu saja segala keterangan itu bersifat rahasia dan hanya dipergunakan untuk kebaikan anak itu.54

Menganggap siswa sebagai layaknya siswa, manusia yang sedang belajar menuntut ilmu merupakan esensi dari semua penjelasan tentang siswa di atas. Selayaknya anak dan siswa mereka harus dididik dengan yang sebenar-benarnya dengan segala kenyamanan mereka.

53

S. Nasution,Didaktik, Asas-asas Mengajar…, h. 25

54

(30)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di PondokPesantren Al-Haniffiyah Pedurenan Bekasi. Pemilihan lokasi adalah secara sengaja (purposive) dengan pertimbnagan efisiensi biaya jarak dan waktu dari peneliti.

B. Paradigma dan desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian pengaruh disiplin belajar jadi paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma positivistic sebagai paradigma yang berpengaruh dan dapat melahirkan pendekatan kuantitatif dalam penelitian sosial.55

Sedangkan desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yaitu metode penelitian yang bertujuan melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat.56

Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.57

Seperti yang telah dijelaskan di atas, penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Sedangkan sifatnya adalah kolerasi yaitu mencari hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain. Karena termasuk katagori penelitian

55

Burhan Bungin,metodologi Penelitian kuantitatif,(Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2005) h. 32-33

56

Jumroni, dkk,Metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta : UIN Jakarta Press, 2006), h.37

57

(31)

kolerasi maka variabel yang dilibatkan dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu variabel X dan variabel Y, yang termasuk variabel X adalah pengaruh disiplin belajar dan variabel Y adalah prestasi belajar. Artinya penelitian ini berupaya menghubungkan antara pengaruh disiplin belajar terhadap prestasi belajar di Panti Asuhan Al-haniffiyah Putra Pedurenan Bekasi.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian (semua elemen yang ada di dalam wilayah penelitian). Oleh karenanya, apabila seorang peneliti ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya disebut dengan studi populasi atau studi sensus.58

Populasi dalam penelitian skripsi ini adalah seluruh siswa Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Islam Al-Hanifiyyah tahun ajaran 2013-2014, yang berjumlah 145 siswa.59

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan mewakili keseluruhan populasi tersebut. Oleh karenanya peneliti yang hanya meneliti sebagian saja dari populasi untuk pada akhirnya digunakan untuk mengeneralisir seluruh populasi, dinamakan penelitian sampel.60

Pengambilan sampel ini bisa dilakukan ketika populasi dirasa terlalu banyak dan tidak memungkinkan efektifnya sebuah penelitian. Jelasnya, ketika jumlah populasi di bawah 100 maka semua populasi harus diteliti, akan tetapi jika melebihi 100 maka peneliti dibolehkan hanya meneliti sampel yang besarnya antara 10-15 %

58

Suharsimi Arikunto,Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2001), h. 108

59

Diambil dari data primer (lembaga penelitian)

60

(32)

atau 20-25% atau bahkan lebih besar, tergantung kepada : a) kemampuan peneliti dari segi dana, waktu dan tenaga; b) sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek; c) Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti.61

Dari pengertian-pengertian tentang populasi dan sampel diatas, peneliti kemudian mengambil sampel dari keseluruhan populasi sebanyak 29 orang (20%) dengan menggunakan metode stratified proporsional random sampling. Peneliti mengambil sampel 20 % dari keseluruhan jumlah kelompok populasi.

Dari pengertian-pengertian tentang populasi dan sampel diatas, peneliti kemudian mengambil sampel dari keseluruhan populasi sebanyak 29 orang (20%) dengan menggunakan metode stratified proporsional random sampling. Peneliti mengambil sampel 20 % dari keseluruhan jumlah kelompok populasi.

D. Hipotesis Penelitian

Agar penelitian lebih terarah sehingga dapat menjawab pertanyaan penelitian dan mencapai tujuan penelitian, maka dirumuskan hipotesis penelitian : Adanya Pengaruh Disiplin Belajar terhadap Prestasi Belajar Siswa di PondokPesantren

Al-Haniifiyyah Pedurenan Bekasi.

E. Variabel Penelitian

1. Variabel Independent (Variabel Bebas) yaitu Disiplin Belajar yang meliputi : Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab perubahan timbulnya variabel terikat, variabel bebas dalam penelitian ini adalah :

a. Melaksanakan tugas-tugas dan peraturan sekolah dengan benar dan tepat b. Berusaha dalam menyelesaikan masalah sekolah

c. Berusaha mengerjakan tugas sekolah dan rumah dengan sungguh-sungguh 2. Variabel Dependent (variabel terikat) yaitu : Prestasi Belajar

61

(33)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar. Dalam hal ini, indikatornya yaitu nilai yang dicapai dari rata-rata nilai rapot siswa semester ganjil 2013 yang menjadi sampel penelitian.

[image:33.595.82.538.175.750.2]

F. Definisi Operasional

Tabel.1

Definisi Operasional dan Indikator Variabel Penelitian

Variabel Definisi

Oprasional

Dimensi Indikator

Disiplin Belajar (X) Menurut Suharsimi Arikunto, disiplin belajar ditunjukkan dengan tiga perilaku, yaitu perilaku kedisiplinan di dalam kelas, perilaku kedisiplinan di luar kelas, di lingkungan sekolah dan

1. Disiplin di dalam kelas 2. Disiplin di luar

kelas, di lingkungan sekolah 3. Disiplin di

rumah

1.Disiplin di dalam kelas : - Melaksanakan tugas-tugas sekolah dengan benar dan tepat 2.Disiplin di luar kelas, di

lingkungan sekolah : - Berusaha dalam

menyelesaikan masalah sekolah 3.Disiplin rumah :

- Berusaha

(34)

perilaku kedisiplinan di rumah

Prestasi Belajar (Y) Di peroleh melalui

(35)

G. TeknikPengumpulan Data

Untuk memperoleh data guna memecahkan masalah penelitian, maka data tersebut harus dicari dari sumber data yang tepat. Dalam penelitian ini untuk mencari dan mengumpulkan data, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Angket

Angket adalah kumpulan pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada seseorang, dalam hal ini disebut dengan responden. Adapun cara menjawab dilakukan dengan cara tertulis pula.

Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain bersedia memberikan respons (responden) sesuai dengan permintaan. Dengan kata lain angket adalah alat untuk mengumpulkan data yang berupa daftar pertanyaan yang disampaikan kepada responden untuk dijawab secara terulis.

2. Observasi

Dalam sebuah penelitian, observasi menjadi bagian hal terpenting yang harus dilakukan oleh peneliti. Sebab dengan observasi keadaan subjek maupun objek penelitian dapat dilihat dan dirasakan langsung oleh seorang peneliti. Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung keobjek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Apabila objek penelitian bersifat perilaku dan tindakan manusia, fenomena alam (kejadian-kejadian yang ada di alam sekitar), proses kerja, dan penggunaan responden kecil.

(36)

pada dasarnya tidak mempunyai sasaran atau struktur yang tertentu sebelum dilaksanakannya observasi. Dalam hubugan ini, tidak ada alat bantu observasi yang dipersiapkan khusus. Peneliti cukup menyediakan kertas kosong untuk mencatat hal-hal yang dinilai menarik atau penting selama observasi. Pencatatan biasanya diwujudkan dalam bentuk butir-butir kunci yang pengembangannya akan dilakukan kemudian. Adapun hal yang akan diobservasi dalam penelitian ini adalah melihat disiplin belajar terhadap prestasi belajar pada saat aktifitas belajar mengajar, sarana prasarana, pelanggaran aturan, dan prestasi belajar di tempat penelitian dan sekitarnya.

3. Wawancara

Wawncara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan proses Tanya jawab secara langsung antara pewawancara dengan informan atau responden. Guna mendukung dan memperjelas hasil penelitian, peneliti juga melakukan wawancara kepada responden atau siswa secara langsung terhadap beberapa dari populasi. Dalam metode ini, beberapa dari populasi akan diberi beberapa pertanyaan apa saja yang berhubungan dengan penelitian khususnya tentang kedisiplinan, motivasi belajar, dan prestasi belajar siswa.

H. Instrument

Instrument yang digunakan peneliti pada saat penelitian berupa angket dan pedoman wawancara.

I. Kisi-kisi Instrument

(37)

variable bebas (X) yatu disiplin belajar dan variable (Y) yaitu prestasi belajar, disusun secara ordinal dengan memberi skor antara 1 sampai 4 menurut tingkat jawabannya.

Dengan injstrument ini peneliti meminta responden yang diteliti untuk memberi jawaban atas pertanyaan dan pernyataan yang diajukan.

Pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan angket, yang berisi pertanyaan atau pernyataan yang diisi oleh siswa dan dikelompokkan menjadi 4 peringkat. Peringkat jawabannya adalah sebagai beikut:

Daftar nilai skala Likert

Peringkat Jawaban SKOR (Butir Positif) SKOR (Butir Negatif)

SS = Sangat Setuju 4 1

S = Setuju 3 2

TS = Tidak Setuju 2 3

STS = Sangat Tidak Setuju 1 4

Penyampaian maupun pengambilan kembali angket dari responden dilakukan sendiri oleh peneliti. Hal ini dilakukan untuk menjamin bahwa angket benar-benar diterima oleh seluruh responden. Selanjutnya dilakukan pengujian alat ukur dengan mengetahui validitas dan realibilitasnya. Valid ialah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur, sedamgkan realibel adalah keajegan (konsistensi) alat pengumpul data penelitian.

Pada instrument ini, jumlah butir-butir pertanyaan yang dibuat sejumlah 20 butir, dimana semua butir untuk instrument Disiplin Belajar (Variabel X) dan untuk instrument Prestasi Belajar (Variabel Y) dilihat dari dokumentasi hasil raport belajar siswa.

(38)

Peneliti harus menganalisa data yang telah peneliti peroleh dari lapangan, karena penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang bersifat korelasi, maka peneliti menggunakan metode product moment untuk kepentingan menganalisa data tersebut. Adapun tahapan-tahapan analisa yang peneliti lakukan sebagai berikut: 1. Membuat table frekuensijawabanmelaluiangket variable X dan variable Y 2. Membuat table variable X dan Y

3. Memasukkanskor X dan Y daritiap-tiapresponden 4. Menjumlahkan X menjadi∑ X

5. Menjumlahkan Y menjadi∑ Y

6. Menghitung mean X denganrumus∑ X/N 7. Menghitung mean Y denganrumus∑ Y/N 8. Menghitungdeviasi X dan Y

(39)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Yayasan Pendidikan Islam Pondok Pesantren Al-Haniifiyyah

1. Sejarah

Pondok pesantren Al-Haniifiyah didirikan pada tahun 1986, yang beralmatkan di Kp. Pedurenan Rt.001/06 kelurahan Jatiluhur Kecamatan Jatiasih Kota Bekasi. Awal berdirinya pondok pesantren Al-Haniifiyah mengasuh – mendidik anak-anak yatim piatu serta dhuafa, oleh karena itu pondok pesantren berada dibawah naungan Yayasan Panti Asuhan Ytaim Piatu Al-Haniifiyah. Sejalan dengan perkembangannya Yayasan–Pondok pesantren al-Haniifiyah tidak hanya mengasuh, mendidik anak-anak yatim-piatu saja, tetapi juga anak-anak non yatim piatu. Adapun lembaga-lembaga pendidikan yang berbeda dibawah naungan Yayasan Al-Haniifiyyah adalah :

1) Taman Kanak-kanak Islam (TKI) Al-Haniifiyah. 2) Madrasah Diniyyah Awaliyah (MDA) Al-Haniifiyah 3) Madrasah Tsanawiyyah (MTs)

4) Madrasah Aliyah (MA).

Untuk santri-santri Madrasah Tingkat Tsanawiyyah dan Aliyah seluruhnya tinggal/bermukim di asrama - pondok (gedung permanent). Kurikulum yang digunakkan Pondok Pesantren Al-Haniifiyyah adalah perpaduan antara kurikulum Pendidikan Nasional–Departemen Agama dan Pondok Modern. Dengan demikian kegiatan belajar mengajarnya tidak hanya pengetahuan agama (islam), melainkan juga pengetahuan umum yang tidak dapat dikesampingkan. Sehingga dapat mencetak kader-kader islam yang berkwalitas baik dalam IMTAK maupun IPTEKnya.

2. Profil Yayasan a. Identitas Yayasan

Nama Lembaga : Yayasan Pendidikan Islam Al-Haniifiyyah

(40)

Akta Notaris : Ny. H. Ayu Hartono, S.H No. / Tanggal Akta Notaris : No. 09 Tgl. 31 Desember 1986 Nomor Statistik Pesantren : 500332750039

Bidang Sosial : Panti Asuhan Al-Haniifiyyah

Bidang Pendidikan :Pondok Pesantren, Mad. Tsanawiyah – Mad.Aliyah

Nama Pendiri : KH. Syamsudin Ardhi

Nama Pimpinan / Ketua : KH. Syamsudin Ardhi

Alamat Lembaga : Kp. Pedurenan Rt.01 /06 Kel. Jatiluhur Kec. Jatiasih Kota Bekasi Provinsi Jawa Barat Indonesia

Jumlah Santri Mukmin : 145 orang Santri Putra–Putri Jumlah Guru / Pegawai :18 Orang / 4 Orang

Anak Lembaga : TK, MDA

Visi Lembaga :Membentuk Kaderisasi Islam yang bertaqwa berlandasan Al-Qur’an dan Al-Hadist

(41)

b. Data Jumlah Guru dan Siswa

- DATA GURU MTIH PONDOK PESANTREN AL-HANIIFIYYAH

NO NAMA TEMPAT/TANGGAL

LAHIR

1. Umat Lili Hamdani, S.Ag Bekasi, 08 Oktober 1972

2. Ahmad Zarkasyi, S.Ag Bogor, 10 Juli 1960

3. Nurodin Sujani, S.Pdi Sukabumi, 01 Juli 1967

4. Ismail Marzuki, S.Pdi Bekasi, 02 Agustus 1972

5. Ariddin Junaidi, S.Ag Tangeran, 03 Februari 1975

6. Ade Diawan, S.HI Sukabumi, 20 Juli 1976

7. Dasuki Karim, Suar.Pdi Tangerang, 04 September

1975

8. Tb. Muchtashor Jiddan, MA Bekasi, 20 Juli 1976

9. Sanusi Tamam, S.Pdi Bekasi, 20 Mei 1978

10. Saiyan HN., S.Ag Bekasi, 18 Juni 1970

11. Imron Rosyadi, SS Tegal, 09 Mei 1974

12. H. Muhamad Ya’qub Bekasi, 24 April 1951 13. A.Wildan Zarkasyi, S.Pdi Bekasi, 09 Januari 1989

14. Badru Salam, S.Pdi Bekasi, 01 Februari 1988

15. Ahmad Dasuki Muhajir, S.Pdi Karawang, 20 Februari 1988 16. Dino Fahriyanto, S.Pdi Karawang , 20 Juli 1986

17. Ahmad Nuramin Karawang, 03 Mei 1992

18. Muhamad Ghazali, S.Ag Pekalongan, 20 Oktober 1972

c. Jumlah Siswa

Jumlah siswa di pondok pesantren Al Haniifiyyah sebanyak 145 siswa.

No Jenis Kelamin Keterangan

1 Laki-laki 70

2 Perempuan 75

Jumlah 145

(42)

3. Visi dan Misi Yayasan VISI

Mencetak Kader-kader Islam yang mutafaqqih fiddin wa mundzirul qaum, yang memiliki kunci-kunci dasar pengetahuanulumut tanziliyah dan ulumul kauniyyah MISI

 Mendidik pribadi muslim yang bertaqwa, berakhlak mulia, mandiri, aktif, dan kreatif serta inovatif.

 Membentuk generasi yang unggul, moderat dantasammu, yang mampu hidup ditengah-tengah masyarakat sebagai perakat umat.

 Mewujudkan dan mengembangkan lembaga pendidikan berbasis aqidah islamiyyah dan akhlak al-karimah dengan prinsif al-muhafazhah ala al-qadim al-shalih wa al-akhdzu bi al-jadid al-ashlah.

4. Sistem dan Program Pendidikan

Sistem pendidikan di pondok pesantren tentu saja tidak sama dengan sistem pendidikan di lembaga-lembaga lain, misalnya di sekolah-sekolah umum, kursus, penataran dan sebagainya.

Selama ini sistem pendidikan yang dikembangkan di Pondok Pesantren Al-Haniifiyyah adalah sistem non klasikal yang dijabarkan dalam sistem wetonan, sorongan atau bandungan, muhawarah, mudzakarah dan majlis ta’lim. Untuk

lebih jelasnya maksud dari masing-masing sistem itu dijelaskan di bawah ini: a. Sistem wetonan

Sistem ini adalah semacam metode kuliah, dimana para santri mengikuti pelajaran dengan duduk di sekeliling kiyai yang menerangkan pelajaran secara kuliah, santri menyimak kitab masing-masing dan membuat catatan padanya. b. Sistem Sorongan atau Bandungan

Pelaksanaan sistem pengajaran sorongan ini adalah; santri yang pandai mensorongkan sebuah kitab kepada kiyai untuk dibaca dihadapan kiyai itu. Kalau ada yang salah, maka kesalahan itu langsung dibetulkan oleh kiyai. c. Sistem Muhawarah

(43)

terkadang dibeberapa pondok pesantren digabungkan dengan latihan muhadharah atau khitobah (pidato).

d. Sistem Mudzakarah

Sistem Mudzakarah adalah pertemuan ilmiyah yang membahas masalah diniyah seperti ibadah, aqidah, dan masalah agama pada umumnya.

Sistem ini biasanya diadakan khusus untuk para santri kelas takhashush, yaitu mereka (para santri) yang telah dianggap mapan alam berbagai fan (bidang) ilmu dan mereka dipersiapkan untuk muqiim serta akan membuka pesantren-pesantren baru. Mudzakarah ini biasanya membahas masalah-masalah kemasyarakatan yang penggunaannya sangat mendesak atau mudzakarah diadakan dengan tujuan mengecek dan mncoba sejauh mana kemampuan para santri dalam memecahkan berbagai masalah yang mungkin timbul di tengah-tengah masyarakat kaum muslim.

e. Sistem Majlis Ta’lim

Sistem majlis ta’lim adalah suatu media penyampaian atau ajaran agama Islam yang bersifat umum dan terbuka. Para jamaah/pengunjung terdiri dari berbagai lapisan yang memiliki bermacam-macam latar belakang ilmiah dan tidak dibatasi oleh tingkatan umur atau perbedaan jenis kelamin. Sistem semacam ini hanya diadakan pada waktu-waktu tertentu saja, ada yang seminggu sekali, dua minggu sekali, sebulan sekali dan kadang-kadang kiyai mengkhususkan sistem majlis ta’lim ini menjadi khusus wanita. Materi pengajaran yang diberikan

bersifat umum, berisi nasihat-nasihat keagamaan, amar ma’ruf nahi munkar. Adakalanya materi di ambil dari kitab-kitab tertentu untuk penjelasan materinya.

Adapun Program pendidikan di Pondok Pesantren Al-Haniifiyyah dilaksanakan secara terpadu dan konprehensif dan terus menerus selama 24 jam dan dikemas dalam bentuk program-program yaitu intra kurikuler dan ekstra kurikuler.

Intra kurikuler, yaitu program pendidikan terjadwal yang dilaksanakan pada jam-jam pelajaran secara jurnal klasikal serta modern, yang meliputi bidang agama maupun umum.

(44)

serta menggali minat dan bakat santri dalam rangka mencapai tujuan-tujuan instusional secara optimal.

5. Keunggulan Belajar di Pesantren Al-Haniifiyyah a. Keunggulan dalam Bidang Perlindungan

Kewajiban para guru dan pengurus disamping menolong dan membantu para santri, juga selalu menjaga semua barang-barang santri baik ketika mereka pulang atau liburan, sehingga semua santri merasa terlindungi dan terjaga baik dirinya atau barang-barangnya.

b. Keunggulan dalam Bidang Efisiensi Belajar

Di pesantren, waktu satu hari dapat dimanfaatkan dengan maksimal seluruh waktu yang ada dapat dijadikan waktu belajar. Pagi untuk pelajaran formal di kelas, sore untuk kegiatan olah raga, kesenian, ekstra kurikuler lainnya. Malam hari untuk mengerjakan tugas-tugas, mengaji atau mempersiapkan pelajaran esok hari. Semua ini akan efektif karena selalu diawasi dibimbing oleh para guru. Dalam pendidikan pesantren semua waktu dapat dimanfaatkan dengan baik.

c. Keunggulan dalam Sikap Kemandirian

Hidup mandiri didapat bukan dari mempelajari teori, tapi hidup mandiri hanya didapat dengan praktik langsung. Dalam sistem pendidikan pesantren kehidupan yang mandiri dilatih dan dibiasakan untuk kemudian dimiliki sebagai sikap hidup. Dalam pesantren siswa dilatih untuk menjalani semua kehidupan sendiri, memecahkan masalah sendiri, sampai masalah keuangan pun diatur sendiri. Karakter mandiri ini akan mudah terbangun di kehidupan pesantren.

d. Keunggulan dalam Sikap Kepedulian Sosial

Di arena pendidikan pesantren seorang siswa akan bergaul dengan banyak teman yang berbeda, suku, status, ekonomi, sosial, budaya, sifat, dan sebagainya. Mereka bukan bergaul sepintas seperti di luar pesantren sana, tapi mereka selalu hidup bersama. Dengan demikian mereka akan mengenal banyak sifat, karakter, budaya, yang secara sosiologis sangat membawa manfaat bagi anak. Dalam situasi inilah sikap kepedulian sosial akan muncul dengan sendirinya.

(45)

Di pondok pesantren dewan guru dan pengasuh pondok selalu mengamati kegiatan siswa setiap hari secara langsung, sehingga terjalin hubungan emosional yang baik dan harmonis antara guru-guru dan siswanya. Hubungan antara guru dan siswa di pondok tidak hanya terjalin sebagai hubungan guru dan murid semata, tetapi juga sudah terjalin sebagai hubungan orang tua dan anaknya.

Dalam pengajaran seperti kelas ba’da magrib tadarus Al-Qur’an, para guru biasanya sambil memberikan wejangan, nasihat, kepada siswanya. Ataupun memberikan hubungan kepada siswa yang tidak disiplin (melanggar peraturan), hal ini dilakukan demi kebaikan siswa, karakter dan prestasinya. Dewan guru juga selalu mengarahkan para pengurus organisasi ataupun ekstra kurikuler yang tidak menjalankan atau mengabaikan tugasnya serta mengevaluasi kinerja mereka.

6. Kegiatan Ekstra Kurikuler a. Komputer

b. Tahfidz Al-Qur’an c. Klaigrafi

d. Seni membaca Al-Qur’an (tilawah) e. Muhadharah

f. Muhadatsah g. Marawis h. Qashidah

i. Teaching Practice (praktek mengajar) j. Keorganisasian

7. Jadwal Kegiatan Harian

04.00 - 05.30 : Qiyamullail dan shalat subuh berjamaah 05.30 - 06.00 : Mufradat, latihan bahasa Arab

06.00 - 07.15 : Pengajian kitab kuning 07.15 - 08.00 : Mandi dan sarapan pagi

08.00 - 12.00 : Masuk kelas (sekolah/madrasah)

(46)

15.00 - 15.30 : Persiapan shalat ashar

15.30 - 16.00 : Shalat ashar berjamaah & tadarus Al-Qur’an 16.00 - 17.30 : Pengajian kitab kuning

17.30 - 18.00 : Persiapan shalat maghrib

18.00 - 18.30 : Shalat magrib berjamaah & tadarus Al-Qur’an 18.30 - 19.00 : Makan malam

19.00 - 20.00 : Shalat isya berjamaah, tadarus, dan aurad 20.00 - 22.00 : Belajar malam/muthalaah

22.00 - 04.00 : Istirahat, tidur malam

8. Struktur Organisasi

- SUSUNAN PENGURUS YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM PONDOK PESANTREN AL-HANIIFIYYAH

I. Pelindung : Camat Kecamatan Jatiasih : Lurah Kelurahan Jatiluhur II. Ketua Yayasan : KH. Syamsudin Ardhi III. Pimpinan Pondok : KH. Syamsudin Ardhi

Wakil Pimp. Pondok : Ust. Umat Lili Hamdani, S.Ag IV. Sekretaris : Ust. H. Arddin Junaidi, S. Ag V. Bendahara : Ust. Ismail Marzuki, S. Pdi

VI. Biro-Biro :

1. Pendidikan I : Ust. TB. Muchtshor JIddan, MA II : Ust. H. Endum Ardiansyah, S. HI 2. Kesantrian I : Ust. Ahmad Wildan Zarkasyi, S.Pdi

II : Ust. Ahmad Dasuki Muhajir, S.Pdi 3. Humas I : Ust. Maryadi, S.Pdi

II : Ust. M. Ghozali, S. Ag III : Ust. Nurodin Sujani, S. Pdi

9. Deskripsi Data Responden

(47)

responden berdasarkan demografi dan distribusi frekuensi item-item pertanyaan masing-masing variabel yang merupakan jawaban responden secara keseluruhan yang dihasilkan dalam angka prosentase.

Adapun karakteristik responden bisa dilihat dari beberapa bagian sebagai berikut:

a. Berdasarkan jumlah responden

No Nama Siswa Jenis kelamin

1 Abdul Aziz L

2 Akhmad Muklisin L

3 Balda Islami L

4 Bimas Zulfikri L

5 Djunaedi L

6 Dzulkifli L

7 Ekah Herawati P

8 Eva Ihfa Hafifah P

9 Fahri Ruhaini L

10 Fiqhiyatul Ma'rifah P

11 Hani Nur Rahmah P

12 Irwansyah L

13 Kayla Luthfia P

14 Kholilah wati P

15 Kurniasari P

16 Lulu Luthfiyah P

17 M. Fahrurozi L

18 M. Hidayatullah L

19 Maraatun Shalihah P

20 Mohamad Rizky L

21 Neneng Salbiyah P

22 Nur Azizah P

23 Nurfitri Yanti P

24 Reka Rahayu P

(48)

b. Berdasarkan jenis kelamin

No Jenis Kelamin Keterangan

1 Laki-laki 13

2 Perempuan 16

Jumlah 29

(Sumber data primer)

B. Deskripsi Data Kuisioner

Deskripsi data membahas tentang pengaruh disiplin belajar terhadap prestasi belajar di Panti Asuhan Al-haniifiyyah tahun 2012/213. Dalam pengambilan data, peneliti menggunakan angket yang disebar keada responden dengan beberapa pertanyaan yang menilai tentang disiplin belajar siswa.

Setelah data-data yang masuk dalam angket diolah melalui editing dan scoring, maka langkah berikutnya menyajikan data tersebut dalam bentuk tabel dengan menggunakan rumus prosentase. Berikut

Gambar

Tabel 1 Terlambat Dateng Kesekolah ........................................................................40
Tabel.1Definisi Operasional dan Indikator Variabel Penelitian
Tabel 1Terlambat Datang Ke Sekolah
Tabel 2Masuk Kelas walaupun Tidak ada Guru
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh positif dan signifikan: 1) motivasi belajar terhadap prestasi belajar akuntansi, 2) disiplin belajar

Pengaruh Disiplin Siswa Di Kelas Terhadap Prestasi Belajar Siswa (Studi perbandingan antara Siswa dengan Prestasi Belajar Tinggi dan Siswa dengan Prestasi Belajar

Berdasarkan persamaan regresi yang diperoleh dimana koefisien regresi bertanda positif, maka dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh positif disiplin belajar,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh positif: 1) disiplin belajar terhadap prestasi belajar kelas XI akuntansi/administrasi perkantoran; 2) motivasi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh positif dan signifikan: 1) disiplin belajar terhadap prestasi belajar akuntansi, 2) iklim kelas terhadap

Ada pengaruh yang positif dan signifikan disiplin belajar terhadap prestasi.. belajar matematika siswa kelas

Berdasarkan analisis data, pembahasan hasil penelitian, khususnya analisis data yang telah diuraikan mengenai pengaruh motivasi dan disiplin belajar siswa terhadap prestasi

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan disiplin kerja guru terhadap prestasi belajar siswa di