• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Penyebab Masalah dalam Pelaksanaan Risk Assessment Pada Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Berdasarkan Task Spesific Risk Assessment dari Management Oversight and Risk Tree (MORT) Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Penyebab Masalah dalam Pelaksanaan Risk Assessment Pada Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Berdasarkan Task Spesific Risk Assessment dari Management Oversight and Risk Tree (MORT) Tahun 2014"

Copied!
235
0
0

Teks penuh

(1)

INDONESIA (PERSERO) BERDASARKAN TASK SPESIFIC RISK ASSESSMENT DARI MANAGEMENT OVERSIGHT

AND RISK TREE (MORT) TAHUN 2014

SKRIPSI

Disusun oleh: Sinta Pratiwi NIM. 1110101000061

Peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

(2)
(3)

ii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

Skripsi, 1 Juli 2014

Sinta Pratiwi, NIM. 1110101000061

Analisis Penyebab Masalah dalam Pelaksanaan Risk Assessment Pada Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Berdasarkan Task Spesific Risk Assessment dari Management Oversight and Risk Tree (MORT) Tahun 2014

xix + 215 halaman, 19 tabel, 13 gambar, 6 bagan, 8 lampiran

ABSTRAK

PT. Dirgantara Indonesia merupakan salah satu perusahaan penerbangan di Asia yang berpengalaman dan berkompetensi dalam rancang bangun, pengembangan, dan manufacturing pesawat terbang. Berdasarkan data kecelakaan kerja tahun 2013 terdapat 6 kasus kecelakaan kerja yang terjadi pada kawasan Direktorat Produksi. Risk assessment merupakan salah satu upaya untuk mencegah peningkatan kecelakaan kerja, namun ditemukan ketidaktepatan dalam pelaksanaannya.

Penelitian ini bersifat kualitatif untuk mengetahui penyebab masalah dalam pelaksanaan risk assessment pada Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia tahun 2014. Jenis data yang digunakan adalah data primer dengan cara observasi dan wawancara, serta data sekunder dengan cara telaah dokumen. Penyebab masalah dianalisis dengan menggunakan teknik Management Oversight and Risk Tree (MORT) pada cabang Task Spesific Risk Assessment LTA.

(4)

iii

Berdasarkan hasil penelitian, maka Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia disarankan untuk mengubah waktu sistem pertemuan menjadi lebih siang, melaksanakan risk assessment sesuai jadwal berkala yang telah dibuat pada masing-masing unit, menetapkan personil pelaksana melalui surat tugas serta diberikan pelatihan risk assessment, melakukan revisi prosedur risk assessment terkait penambahan aspek bahaya terhadap proses produksi dan penentuan kategori analisis risiko (probabilitas dan konsekuensi), memberikan sosialisasi terkait cara pakai serta perawatan pengendalian, melakukan tinjauan ulang terhadap rekomendasi pengendalian yang telah ada, dan menerapkan pengujian pengendalian sebelum diimplementasikan.

Daftar bacaan: 26 (Tahun 1990 – 2014)

(5)

iv

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES PUBLIC HEALTH PROGRAM STUDY

OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY

Undergraduate Thesis, July 2014

Sinta Pratiwi, NIM. 1110101000061

Cause Analysis of Problems in the Implementation of Risk Assessment at Directorate of Production PT. Indonesian Aerospace (Persero) Based on Task Specific Risk Assessment of Management Oversight and Risk Tree (MORT) 2014

xix + 215 pages, 19 tables, 13 pictures, 6 charts, 8 attachments

ABSTRACT

PT. Indonesian Aerospace is one of airlines in Asia who are experienced and competent in the design, development, and manufacturing aircraft. Based on data from accidents in 2013 there were 6 cases of accidents that occur in the Directorate of Production. Risk assessment is one way to prevent an increase accidents, but there are inaccuracies in the implementation.

This study is a qualitative research to find the cause of problems in the implementation of risk assessment in Directorate of Production PT. Indonesian Aerospace in 2014. Type of data used is primary data by observation and interviews, and secondary data by document review. The cause of problem is analyzed by using Management Oversight and Risk Tree (MORT) on Task Specific Risk Assessment LTA.

The results showed that cause inaccurate implementation of risk assessment is the information systems, timing of risk analysis, scope of the location, type of risk analysis, implementing risk analysis, hazard identification, clarity of control for ease of understanding and use, suitability of the hierarchy control, control testing before being implemented, control equipment availability, and suitability to different situations.

(6)

v

determining categories of risk analysis (probability and consequence), provide socialization related how to wear and maintenance of recommended controls, conducts a review of the existing control recommendations, and implement control testing before being implemented.

Reading List: 26 (Tahun 1990 – 2014)

(7)
(8)
(9)

viii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Identitas Personal

Nama : Sinta Pratiwi

Tempat dan Tanggal Lahir : Jakarta, 13 November 1992

Alamat : Jalan Bintara 8 RT 005 RW 03 No. 129, Bekasi

Barat 17134

No. Handphone : 08151652616

No. Rumah : 021-8856035

Alamat Email : spsintapratiwi@gmail.com

Pendidikan Formal

TK : TK Al-Kautsar Pondok Pucung, Bekasi

SD : SDN Bintara IV, Bekasi

SMP : SMPN 199 Jakarta

SMA : SMAN 103 Jakarta

Pengalaman Organisasi

- Kepala Biro Kesekretariatan PAMI Jakarta Raya Tahun 2010 – 2011 - Deputi Kementerian MSDM PAMI Nasional Tahun 2011 – 2012 - Sekretaris Jenderal PAMI Nasional Tahun 2012 – 2013

- Sekretaris BEM Program Studi Kesehatan Masyarakat Tahun 2012 – 2013 - Sekretaris BEM Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun 2013 –

Sekarang

- Penggagas Gerakan Pangan Aman dan Sehat Indonesia Tahun 2013 - Penggagas Pecinta ASI Eksklusif Nusa Indah II Tahun 2013

- Dewan Penasihat Forum Studi K3 UIN Jakarta Tahun 2013 – 2014

Pelatihan

- Training Penulisan Ilmiah Tahun 2012 oleh PAMI - Training for Young Researcher Tahun 2012 oleh PAMI

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya. Tidak lupa pula shalawat serta salam tercurah bagi Nabi Muhammad SAW. Syukur Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis

Penyebab Masalah dalam Pelaksanaan Risk Assessment Pada Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Berdasarkan Task Spesific Risk Assessment dari Management Oversight and Risk Tree (MORT) Tahun 2014”

dengan baik.

Penulis ingin menyampaikan terima kasih atas dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada:

1. Ayahanda tercinta, H. Supidin Iskak yang senantiasa memberikan dukungan moril serta materil kepada penulis.

2. Kakak-kakak penulis, Pranu Siswanto, ST., Ramdhani Amri, ST., Gandi Permana, ST., Nani Kurniawati, Amd., dan Amandha Laras Ayu, SH. yang senantiasa mendukung dan mendoakan adik tercinta.

3. Ibu Iting Shofwati, ST., M.KKK sebagai pembimbing yang senantiasa memberikan pemahaman dan wawasan dalam menyusun skripsi.

4. Bapak dr. Yuli Prapanca Satar, MARS sebagai pembimbing kedua yang senantiasa memberikan bimbingan untuk menyelesaikan skripsi.

5. Bapak Sudaryanto sebagai pembimbing lapangan yang senantiasa memandu dan mengarahkan proses pelaksanaan penelitian di PT. Dirgantara Indonesia.

6. Bapak R. Turjaman Effendi sebagai Manager K3LH PT. Dirgantara Indonesia yang senantiasa mendukung penulis dalam pelaksanaan penelitian.

7. Seluruh Tim K3LH PT. Dirgantara Indonesia yang senantiasa membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian.

(11)

x

9. Para penguji skripsi, Minsarnawati, SKM., M.Kes, Fajar Ariyanti, Ph.D, Ir. Rulyenzi Rayid, M.Si, M.KKK yang senantiasa memberi masukan demi perbaikan penyusunan skripsi.

10.Seluruh dosen Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang senantiasa memberikan ilmunya.

11.Rekan-rekan peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja angkatan 2010 yang senantiasa memberi semangat dalam menyusun skripsi.

12.Pihak lainnya yang sudah membantu namun tidak dapat disebutkan satu persatu.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan baik secara konstektual maupun konseptual. Sehingga dalam hal ini penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Mudah-mudahan, skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis, rekan-rekan mahasiswa lain, instansi pendidikan serta perusahaan terkait.

Terima kasih atas perhatiannya. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 1 Juli 2014

(12)

xi DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vi

LEMBAR PENGESAHAN ... vii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR BAGAN ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

DAFTAR SINGKATAN ... xviii

DAFTAR ISTILAH ... xix

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Pertanyaan Penelitian ... 5

1.4 Tujuan... 6

1.4.1 Tujuan Umum ... 6

1.4.2 Tujuan Khusus ... 6

1.5 Manfaat... 7

1.6 Ruang Lingkup ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Kecelakaan Kerja ... 9

2.1.1 Pengertian Kecelakaan Kerja ... 9

2.1.2 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kecelakaan Kerja ... 10

A Bahaya ... 10

B Risiko ... 11

(13)

xii

2.2.1 Tahapan Manajemen Risiko ... 13

2.2.2 Pelaksanaan Risk Assessment ... 14

A Penentuan Lokasi ... 15

B Penentuan Waktu ... 16

C Pelaksana ... 17

D Tahapan ... 18

E Perlengkapan ... 25

2.3 Metode Analisis Program Keselamatan ... 26

2.3.1 Metode MORT ... 26

A Tujuan ... 27

B Cabang Terkait Risk Assessment ... 29

2.3.2 Metode SMORT ... 39

BAB III KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH ... 41

3.1 Kerangka Pikir... 41

3.2 Definisi Istilah ... 44

BAB IV METODE PENELITIAN ... 46

4.1 Jenis Penelitian ... 46

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian... 46

4.3 Informan Penelitian ... 47

4.4 Instrumen Penelitian ... 48

4.5 Metode Pengumpulan Data ... 48

4.6 Validitas Data ... 52

4.7 Pengolahan dan Analisis Data ... 54

BAB V HASIL ... 55

5.1 Gambaran Umum PT. Dirgantara Indonesia ... 55

5.1.1 Profil Perusahaan ... 55

5.1.2 Visi dan Misi Perusahaan ... 56

5.1.3 Struktur Organisasi Perusahaan ... 58

5.1.4 Proses Produksi Perusahaan ... 59

5.1.5 Sistem Manajemen K3 Perusahaan ... 59

(14)

xiii

B Prosedur Risk Assessment ... 61

5.2 Hasil Penelitian ... 62

5.2.1 Karakteristik Informan ... 62

5.2.2 Gambaran Pelaksanaan Risk Assessment ... 63

5.2.3 Penyebab Masalah Pelaksanaan Risk Assessment ... 66

A Cabang Task Spesific Risk Analysis ... 67

B Cabang Recommended Risk Controls ... 91

5.2.4 Pohon MORT Pelaksanaan Risk Assessment Pada Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia Tahun 2014 ... 107

BAB VI PEMBAHASAN ... 108

6.1 Keterbatasan Penelitian ... 108

6.2 Pembahasan Ketidaktepatan Pelaksanaan Risk Assessment ... 108

6.3 Pembahasan Pohon MORT Pelaksanaan Risk Assessment Pada Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia Tahun 2014 ... 113

6.4 Pembahasan Penyebab Masalah Pelaksanaan Risk Assessment ... 119

6.4.1 Cabang Task Spesific Risk Analysis ... 119

6.4.2 Cabang Recommended Risk Controls ... 136

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ... 150

7.1 Simpulan... 150

7.2 Saran ... 153

Daftar Pustaka ... 155

Pedoman Wawancara ... 158

Transkrip Wawancara ... 165

Triangulasi Sumber ... 188

Lembar Observasi ... 197

Daftar Dokumen ... 199

Triangulasi Data ... 201

Foto Bukti Jenis Pengendalian ... 212

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

2.1 Perbandingan Metode Analisis Risiko Menurut Cross (1998) ... 21

2.2 Arti Simbol dalam MORT ... 38

2.3 Kode Warna dalam MORT ... 38

3.1 Definisi Istilah ... 44

4.1 Informan Penelitian ... 47

4.2 Pengumpulan Data ... 49

4.3 Daftar Dokumen ... 51

4.4 Triangulasi Teknik ... 52

4.5 Triangulasi Sumber ... 53

5.1 Karakteristik Informan ... 64

5.2 Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab Pelaksana Risk Assessment PT. Dirgantara Indonesia Tahun 2014 ... 80

5.3 Kategori Probabilitas Risiko Pada Prosedur Risk Assessment PT. Dirgantara Indonesia Tahun 2014 ... 87

5.4 Kategori Konsekuensi Risiko Pada Prosedur Risk Assessment PT. Dirgantara Indonesia Tahun 2014 ... 88

5.5 Kategori Indeks Risiko Pada Prosedur Risk Assessment PT. Dirgantara Indonesia Tahun 2014 ... 89

5.6 Simplifikasi Risk Assessment Matrix Pada Prosedur Risk Assessment PT. Dirgantara Indonesia Tahun 2014 ... 89

5.7 Pengkategorian Probabilitas Risiko Pada Form Hasil Risk Assessment Tahun 2014 ... 90

5.8 Pengkategorian Konsekuensi Risiko Pada Form Hasil Risk Assessment Tahun 2014 ... 90

5.9 Pengkategorian Risiko Pada Form Hasil Risk Assessment Tahun 2014 ... 91

(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

2.1 Simbol dalam Cabang Task Spesific Risk Asessment LTA ... 37

5.1 Struktur Organisasi PT. Dirgantara Indonesia Tahun 2014 ... 59

5.2 Diagram Alir Proses Produksi PT. Dirgantara Indonesia Tahun 2014 ... 60

5.3 Lembar Safety PT. Dirgantara Indonesia Tahun 2014 ... 73

5.4 Lembar Action Plan PT. Dirgantara Indonesia Tahun 2014 ... 73

5.5 Form Hasil Risk Assessment PT. Dirgantara Indonesia Tahun 2014 ... 79

5.6 Form Identifikasi Aspek K3LH PT. Dirgantara Indonesia Tahun 2014 ... 84

5.7 Form Proses Kerja PT. Dirgantara Indonesia Tahun 2014 ... 85

5.8 Lembar Inspeksi PT. Dirgantara Indonesia Tahun 2014 ... 86

5.9 Bukti Penerimaan Dokumen PT. Dirgantara Indonesia Tahun 2014 ... 95

5.10 Penanggung Jawab Dokumen K3LH PT. Dirgantara Indonesia Tahun 2014 ... 95

5.11 Daftar SOP PT. Dirgantara Indonesia Tahun 2014 ... 100

(17)

xvi

DAFTAR BAGAN

2.1 Tahapan Manajemen Risiko AS/NZS 4360 : 2004 ... 14

2.2 Cabang Utama Pohon MORT ... 30

2.3 Cabang Task Spesific Risk Assessment LTA... 36

3.1 Kerangka Pikir ... 43

5.1 Flow Chart Risk Assessment PT. Dirgantara Indonesia Tahun 2014 ... 65

(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Pedoman Wawancara ... 158

2. Transkrip Wawancara ... 165

3. Triangulasi Sumber ... 188

4. Lembar Observasi ... 197

5. Daftar Dokumen ... 199

6. Triangulasi Data ... 201

7. Foto Bukti Jenis Pengendalian ... 212

(19)

xviii

DAFTAR SINGKATAN

1. MORT : Management Oversight and Risk Tree 2. LTA : Less Than Adequate

3. K3LH : Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup 4. SMK3 : Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja 5. SQCDP : Safety, Quality, Control, Delivery, Person

6. RKAP : Rencana Anggaran Keuangan Perusahaan 7. MSDS : Material Safety Data Sheet

(20)

xix

DAFTAR ISTILAH

1. Risk Assessment: Proses penilaian dan pengendalian risiko.

2. Manufacturing : Proses mengubah bahan mentah menjadi bahan jadi. 3. Machining : Proses kerja yang memanfaatkan mesin.

4. Metal Forming : Proses pembentukan atau mengubah bentuk logam. 5. Bonding Composite : Proses penggabungan dua bahan berbeda.

6. Surface Treatment : Proses mengubah sifat logam pada bagian permukaan. 7. Maintenance : Perawatan fasilitas produksi.

8. Supervisor : Seseorang yang bertanggung jawab memastikan pekerjaan yang dilakukan dengan baik.

9. Leader : Seseorang dari sebuah tim yang ditunjuk untuk memimpin pekerjaan.

10. Flow Chart : Penggambaran secara grafik untuk menjelaskan sebuah proses. 11. Indeks Risiko : Gabungan nilai risk probability dan risk severity.

12. Resultant Index : Evaluasi ulang indeks risiko setelah dilakukan tindakan pengendalian.

13. Briefing : Pengarahan untuk memberitahukan aturan-aturan tertentu. 14. Safety Sheet : Lembar untuk mengetahui status safety.

15. Action Plan : Lembar untuk merumuskan rencana mengatasi suatu masalah. 16. Training : Proses memberikan kompetensi khusus yang dibutuhkan pekerja. 17. Hardware : Perlengkapan berupa alat, seperti APD, APAR, kotak P3K, alat

pengukuran, dll.

18. Blasting : Proses pembersihan permukaan material dengan penyemprotan udara bertekanan tinggi.

19. Boring : Proses meluaskan atau memperbesar lubang. 20. Reward : Penghargaan atas tindakan yang sesuai aturan.

(21)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Safety is No Accident adalah slogan yang dikenal secara luas dalam

dunia industri. Berdasarkan laporan International Labor Organitation

(ILO), setiap hari terjadi kecelakaan kerja yang mengakibatkan korban fatal

sekitar 6.000 kasus. Sementara di Indonesia setiap 100.000 tenaga kerja

terdapat 20 orang fatal akibat kecelakaan kerja. Tak hanya itu, menurut

kalkulasi ILO, kerugian yang harus ditanggung akibat kecelakaan kerja di

negara-negara berkembang juga tinggi, yakni mencapai 4% dari Gross

National Product (Kemenakertrans, 2013).

Sepanjang tahun 2012 terjadi 103.000 kasus kecelakaan kerja, dan

setiap hari ada 9 orang peserta Jamsostek yang meninggal akibat

kecelakaan kerja tersebut. Sementara untuk wilayah Jawa Barat dan Banten,

ada 37.390 kasus kecelakaan kerja dengan pembayaran klaim mencapai

Rp 139.688.155.446 (Jamsostek, 2013).

PT. Dirgantara Indonesia merupakan salah satu perusahaan

penerbangan di Asia yang berpegalaman dan berkompetensi dalam rancang

bangun, pengembangan, dan manufacturing pesawat terbang. Berdasarkan

data kecelakaan kerja PT. Dirgantara Indonesia selama tahun 2009 sampai

(22)

Sumber: Data Kecelakaan Kerja PT. Dirgantara Indonesia

Bagan 1.1 Jumlah Kasus Kecelakaan Kerja PT. Dirgantara Indonesia

Berdasarkan bagan 1.1 jumlah kasus kecelakaan kerja PT. Dirgantara

Indonesia, diketahui setiap tahun masih terjadi kasus kecelakaan kerja.

Beberapa kasus diantaranya terjadi pada kawasan Direktorat Produksi,

sebagian lainnya terjadi dalam perjalanan menuju tempat kerja. Hal tersebut

tidak sejalan dengan program pemerintah untuk mencapai zero accident atau

kecelakaan nihil di tempat kerja, karena kecelakaan dapat menimbulkan

kerugian bagi tenaga kerja, pengusaha, pemerintah dan masyarakat, yang

dapat berupa korban jiwa manusia, kerusakan harta benda dan lingkungan.

Risk assessment merupakan salah satu upaya untuk mencegah

peningkatan kecelakaan kerja pada kawasan tersebut. Berdasarkan

penelitian pendahuluan, didapatkan gambaran bahwa PT. Dirgantara

Indonesia sebenarnya telah berupaya melaksanakan risk assessment,

dibuktikan dengan adanya prosedur Petunjuk Penilaian dan Pengendalian

5

21

9

11

6 0

5 10 15 20 25

2009 2010 2011 2012 2013

Ju

m

lah

K

asu

s

Tahun

(23)

Risiko (Risk Assessment) dengan nomor dokumen D4 GO 03, serta form

hasil risk assessment dengan nomor dokumen GO-03-02.

Namun, pada pelaksanaan risk assessment di Direktorat Produksi PT.

Dirgantara Indonesia didapatkan beberapa hal yang tidak tepat, yaitu tidak

semua lokasi dilaksanakan risk assessment karena pelaksanaannya hanya

berdasarkan proses, tidak ada aturan pelaksanaan risk assessment

berdasarkan periode waktu, personil yang melaksanakan risk assessment

tidak ditentukan, serta ketidaksesuaian penentuan kategori analisis risiko

(konsekuensi dan kemungkinan) antara prosedur dengan form hasil risk

assessment.

Cara untuk menganalisis pelaksanaan risk assessment yaitu dengan

teknik Management Oversight and Risk Tree (MORT) pada cabang Task

Spesific Risk Assessment. MORT sering digunakan sebagai alat untuk

menyelidiki kecelakaan dan mengevaluasi program keselamatan yang ada

(Ericson, 2005).

Pada penelitian Neldi tahun 2011 mengenai analisis pelaksanaan JSA

pada pekerjaan Wellwork and Initial Completion kontraktor Migas, untuk

menganalisis pelaksanaan JSA berdasarkan teknik MORT yaitu pada

cabang Task Spesific Risk Assessment Not Performed dan Task Spesific Risk

Assessment LTA. Cabang Task Spesific Risk Assessment Not Performed

membahas tidak terlaksananya risk assessment. Sedangkan cabang Task

Spesific Risk Assessment LTA membahas ketidaktepatan pelaksanaan risk

(24)

yang akan menjadi fokus analisis apabila risk assessment dilaksanakan

namun terdapat ketidaktepatan pelaksanaannya.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan analisis

penyebab masalah dalam pelaksanaan risk assessment pada Direktorat

Produksi PT. Dirgantara Indonesia berdasarkan Task Spesific Risk

Assessment dari Management Oversight and Risk Tree (MORT) Tahun

2014. Dari penelitian ini, PT. Dirgantara Indonesia dapat memperoleh

informasi mengenai penyebab masalah pelaksanaan risk assessment yang

ada di Direktorat Produksi sehingga menjadi bahan masukan dalam

memperbaiki pelaksanaan risk assessment.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, diketahui bahwa PT. Dirgantara Indonesia

pada tahun 2013 masih terdapat 6 kasus kecelakaan kerja, beberapa kasus

diantaranya terjadi pada kawasan Direktorat Produksi. Untuk mencegah

kecelakaan kerja tersebut, maka dilaksanakan risk assessment.

Namun, dalam pelaksanaan risk assessment di Direktorat Produksi PT.

Dirgantara Indonesia didapatkan beberapa hal yang tidak tepat, yaitu tidak

semua lokasi dilaksanakan risk assessment karena pelaksanaannya hanya

berdasarkan proses, tidak ada aturan pelaksanaan risk assessment

berdasarkan periode waktu, personil yang melaksanakan risk assessment

(25)

(konsekuensi dan kemungkinan) antara prosedur dengan form hasil risk

assessment. Atas dasar itu, peneliti ingin melakukan analisis penyebab

masalah dalam pelaksanaan risk assessment pada Direktorat Produksi PT.

Dirgantara Indonesia berdasarkan Task Spesific Risk Assessment dari

Management Oversight and Risk Tree (MORT) Tahun 2014.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Adapun yang menjadi pertanyaan penelitian ini adalah mengenai

hal-hal berikut:

1. Bagaimana ketidaktepatan ruang lingkup pelaksanaan risk assessment

pada Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia tahun 2014?

2. Apa yang menyebabkan masalah dalam pelaksanaan risk assessment dari

cabang Task Spesific Risk Analysis LTA pada Direktorat Produksi PT.

Dirgantara Indonesia tahun 2014?

3. Apa yang menyebabkan masalah dalam pelaksanaan risk assessment dari

cabang Recommended Risk Controls LTA pada Direktorat Produksi PT.

Dirgantara Indonesia tahun 2014?

4. Bagaimana gambaran pohon MORT pelaksanaan risk assessment

(26)

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui penyebab masalah dalam pelaksanaan risk

assessment pada Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia tahun

2014.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui ketidaktepatan ruang lingkup pelaksanaan risk

assessment pada Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia

tahun 2014.

2. Untuk mengetahui penyebab masalah dalam pelaksanaan risk

assessment dari cabang Task Spesific Risk Analysis pada Direktorat

Produksi PT. Dirgantara Indonesia tahun 2014.

3. Untuk mengetahui penyebab masalah dalam pelaksanaan risk

assessment dari cabang Recommended Risk Controls pada

Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia tahun 2014.

4. Untuk mengetahui gambaran pohon MORT pelaksanaan risk

assessment pada Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia

(27)

1.5 Manfaat

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana meningkatkan

kompetensi peneliti dalam bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja,

khususnya mengenai pelaksanaan risk assessment. Penelitian ini juga

merupakan kontribusi positif peneliti terhadap perusahaan, khususnya

untuk mengevaluasi pelaksanaan risk assessment pada Direktorat

Produksi PT. Dirgantara Indonesia.

2. Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi

PT. Dirgantara Indonesia untuk memperbaiki pelaksanaan risk

assessment pada Direktorat Produksi. Dari penelitian ini, PT. Dirgantara

Indonesia dapat memperoleh informasi mengenai penyebab masalah

dalam pelaksanaan risk assessment yang ada di Direktorat Produksi

sehingga menjadi bahan masukan dalam memperbaiki pelaksanaan risk

assessment.

3. Bagi Universitas

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi

tambahan bagi civitas akademik program studi Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Penelitian ini sebagai sarana dalam mengembangkan keilmuan

(28)

1.6 Ruang Lingkup

Penelitian ini bersifat kualitatif untuk mengetahui penyebab masalah

dalam pelaksanaan risk assessment pada Direktorat Produksi PT.

Dirgantara Indonesia tahun 2014. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan

Januari sampai dengan Juni Tahun 2014.

Data penelitian ini didapatkan dengan cara mengumpulkan data

primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dengan cara observasi

dan wawancara informan utama serta informan pendukung, sedangkan

data sekunder didapatkan dengan cara telaah dokumen terkait risk

assessment.

Penyebab masalah dianalisis dengan menggunakan teknik

Management Oversight and Risk Tree (MORT) pada cabang Task Spesific

Risk Assessment. Teknik ini dipilih karena salah satu fungsinya untuk

mengevaluasi kualitas program keselamatan dan penekanan pada faktor

manajemen. Penelitian ini akan fokus pada cabang Task Spesific Risk

Assessment LTA yang terdiri dari cabang Task Spesific Risk Analysis LTA

(29)

9

2.1 Kecelakaan Kerja

2.1.1 Pengertian Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi di tempat kerja

pada saat melakukan suatu pekerjaan. Kecelakaan adalah suatu

kejadian yang tidak diinginkan dan tidak diduga semula yang dapat

menimbulkan korban manusia dan atau harta benda (Suma’mur,

1996).

Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak

diharapkan. Tidak terduga karena di akhir peristiwa itu ada unsur

ketidaksengajaan, tidak diharapkan karena peristiwa kecelakaan

disertai kerugian materil maupun penderitaan dari yang paling ringan

sampai yang paling berat. Suatu peristiwa dapat digolongkan suatu

kecelakaan jika bersifat diluar kamauan manusia, disebabkan oleh

kekuasaan dari luar yang berlangsung secara cepat dan menyebabkan

cidera badan dan jiwa (Suma'mur, 1996).

Kecelakaan terjadi karena ada penyebabnya. Banyak faktor yang

menjadi penyebab kecelakaan kerja dalam industri, diantaranya

(30)

2.1.2 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kecelakaan Kerja A.Bahaya

Bahaya adalah sumber, situasi atau tindakan yang berpotensi

menimbulkan kerugian. Bahaya adalah segala sesuatu atau kondisi

yang berpotensi pada suatu tempat kerja dimana dengan atau tanpa

interaksi dengan variabel lain dapat menyebabkan kematian, cidera

atau kerugian lain (Sahab,1997).

Kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat terjadi karena

adanya sumber-sumber bahaya yang ada di lingkungan kerja

(Sahab,1997). Sumber bahaya itu berasal dari:

a. Bangunan, instalasi, dan peralatan;

b. Bahan baku;

c. Proses kerja;

d. Cara kerja;

e. Lingkungan.

Sumber bahaya tersebut menyebabkan kecelakaan atau

kejadian yang tidak diinginkan yang mengakibatkan ataupun dapat

berdampak cidera pada manusia, kerusakan properti, terhentinya

proses produksi, penurunan kesehatan ataupun kerusakan

(31)

B.Risiko

Risiko adalah kemungkinan suatu kejadian yang akan

menimbulkan dampak pada suatu objek (Cross, 1998). Risiko

adalah kemungkinan atau peluang terjadinya sesuatu yang dapat

menimbulkan suatu dampak dari suatu sasaran, risiko diukur

berdasarkan adanya kemungkinan terjadinya suatu kasus atau

konsekuensi yang dapat ditimbulkannya (AS/ NZS, 2004).

5 macam tipe risiko, yaitu: (Kolluru, 1996)

a. Risiko Keselamatan

Risiko keselamatan memiliki probabilitas rendah, tingkat

paparan dan konsekuensi tinggi, bersifat akut, dan jika terjadi

kontak akan langsung terlihat efeknya. Penyebab risiko

keselamatan lebih dapat diketahui serta lebih berfokus pada

keselamatan manusia dan pencegahan kecelakaan di tempat

kerja.

b. Risiko Kesehatan

Risiko kesehatan memiliki probabilitas tinggi, tingkat

paparan dan konsekuensi rendah, dan bersifat kronis. Penyebab

risiko kesehatan sulit diketahui serta lebih berfokus pada

kesehatan manusia

c. Risiko Lingkungan dan Ekologi

Risiko lingkungan dan ekologi melibatkan interaksi yang

(32)

dan ekologi lebih kepada dampak yang ditimbulkan terhadap

habitat dan ekosistem yang jauh dari sumber risiko.

d. Risiko Finansial

Risiko finansial memiliki risiko jangka panjang dan

jangka pendek dari kerugian properti terkait dengan perhitungan

asuransi dan pengembalian asuransi. Fokus risiko finansial lebih

kepada kemudahan pengoperasian dan aspek keuangan.

e. Risiko Terhadap Masyarakat

Risiko terhadap masyarakat memperhatikan pandangan

masyarakat terhadap kinerja organisasi dan produksi, semua hal

pada risiko terhadap masyarakat terfokus pada penilaian dan

persepsi masyarakat.

2.2 Manajemen Risiko

Manajemen risiko adalah pemeliharaan, proses, dan struktur yang

mengacu langsung pada pengetahuan efektif terhadap kesempatan potensial

dan efek yang merugikan (AS/NZS, 2004).

Tujuan manajemen risiko, yaitu: (AS/NZS, 2004)

a. Membantu meminimalisasi meluasnya efek yang tidak diinginkan terjadi;

b. Memaksimalkan pencapaian tujuan organisasi dengan meminimalkan

(33)

c. Melaksanakan program manajemen secara efisien sehingga memberikan

keuntungan bukan kerugian;

d. Melakukan peningkatan pengambilan keputusan pada semua level;

e. Menyusun program yang tepat untuk meminimalisasi kerugian pada saat

terjadi kegagalan;

f. Menciptakan manajemen yang bersifat proaktif bukan bersifat reaktif.

Manfaat manajemen risiko, yaitu: (AS/NZS, 2004)

a. Memperkecil kemungkinan suatu kejadian yang tidak diinginkan dan

mengurangi efek yang ditimbulkan dari kemungkinan tersebut;

b. Meningkatkan produktivitas kerja;

c. Membantu meningkatkan perencanaan kerja perusahaan yang efektif,

lingkungan kerja, produksi, dan mencapai performa perusahaan yang

lebih baik;

d. Mendapat keuntungan dari segi ekonomi dan kemudahan untuk

memenuhi target perusahaan dan perlindungan aset;

e. Meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan karyawan.

2.2.1 Tahapan Manajemen Risiko

Beberapa tahapan dalam melaksanakan manajemen risiko, yaitu:

(AS/NZS, 2004)

1. Menetapkan tujuan dan lingkup pelaksanaan manajemen risiko;

(34)

3. Melakukan analisis risiko untuk menetapkan kemungkinan dan

konsekuensi yang akan terjadi serta menetapkan tingkat risiko;

4. Menetapkan evaluasi untuk menetapkan skala prioritas dan

membandingkan dengan kriteria yang ada;

5. Melakukan pengendalian risiko yang tidak dapat diterima;

6. Melakukan pemantauan dan tinjauan ulang program manajemen

risiko yang telah dilaksanakan;

7. Komunikasi dan konsultasi yang dilakukan dalam proses

manajemen risiko yang melibatkan pihak internal dan eksternal.

Bagan 2.1 Tahapan Manajemen Risiko AS / NZS 4360 : 2004

2.2.2 Pelaksanaan Risk Assessment

Risk assessment adalah proses analisis risiko sampai

(35)

sistematis untuk menentukan risiko dari suatu aktivitas dapat

ditoleransi atau tidak. Risk assessment akan bermanfaat jika hasil

risiko yang telah teridentifikasi dan diprioritaskan tersebut

ditindaklanjuti dengan cara mengelola (mengendalikan/

memperlakukan) risiko tersebut dengan baik (AS/NZS, 2004).

Pelaksanaan merupakan aktifitas atau usaha-usaha yang

dilaksanakan untuk melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan

yang telah dirumuskan dan ditetapkan dengan dilengkapi segala

kebutuhan, alat-alat yang diperlukan, siapa yang melaksanakan,

dimana tempat pelaksanaannya mulai dan bagaimana cara yang harus

dilaksanakan (Westa, 1985).

Tujuan analisis risiko adalah memberikan masukan untuk

keputusan tentang apakah risiko perlu dikendalikan dan strategi

pengendalian risiko yang tepat dan hemat biaya. Analisis risiko

melibatkan pertimbangan sumber risiko, konsekuensi dan

kemungkinan terjadinya. Pengendalian sendiri berfungsi untuk

meminimalisasi efek negatif atau meningkatkan peluang posistif

(AS/NZS, 2004).

A.Penentuan Lokasi Risk Assessment

Risk Assessment harus dilakukan di seluruh aktifitas usaha,

termasuk aktifitas rutin dan non rutin, baik pekerjaan tersebut

(36)

kontraktor, serta aktifitas fasilitas atau personal yang masuk ke

dalam tempat kerja (AS/NZS, 2004).

Pekerjaan tidak dapat dipilih secara acak, pekerjaan dengan

pengalaman kecelakaan terburuk seharusnya dianalisis terlebih

dahulu. Dalam memilih pekerjaan untuk dianalisis dan dalam

menyusun tata cara analisis, pengawasan utama yang harus diikuti

sebuah departemen adalah banyaknya kecelakaan yang terjadi

dalam sebuah pekerjaan, kecelakaan yang menghasilkan luka berat,

kecelakaan yang menghasilkan luka cacat, dan pekerjaan baru

dengan perubahan di dalam peralatan kerja atau proses (Soeripto,

1997).

B.Penentuan Waktu Risk Assessment

Dalam melaksanakan risk assessment harus dilakukan

sebelum dan selama proses pekerjaan berjalan. Sebelum bekerja

karena untuk melindungi pekerja sebelum dampak buruk terjadi.

Selanjutnya selama proses kerja terus dilakukan peninjauan

terutama apabila ada perubahan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012

tentang Penerapan SMK3 pasal 15 ayat 1 yang menyatakan bahwa

untuk menjamin kesesuaian dan efektifitas penerapan SMK3,

pengusaha wajib melakukan peninjauan yang dilaksanakan dalam

(37)

a. Terjadi perubahan peraturan perundang-undangan;

b. Adanya tuntutan dari pihak yang terkait dan pasar;

c. Adanya perubahan produk dan kegiatan perusahaan;

d. Terjadi perubahan struktur organisasi perusahaan;

e. Adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

termasuk epidemiologi;

f. Adanya hasil kajian kecelakaan di tempat kerja;

g. Adanya pelaporan;

h. Adanya masukan dari pekerja/ buruh.

Pemantauan dan peninjauan ulang perlu dilakukan untuk

memonitor efektifitas seluruh tahapan proses manajemen risiko.

Pemantauan perlu dilakukan untuk mengetahui

perubahan-perubahan yang bisa terjadi. Perubahan-perubahan-perubahan tersebut

kemudian perlu ditelaah ulang untuk selanjutnya dilakukan

perbaikan-perbaikan. Pada prinsipnya pemantauan dan telaah ulang

perlu untuk dilakukan untuk menjamin terlaksananya seluruh

proses manajemen risiko dengan optimal (AS/NZS, 2004).

C.Pelaksana Risk Assessment

Dalam melaksanakan identifikasi, penilaian dan pengendalian

risiko harus dilakukan oleh pekerja yang mempunyai kompetensi

yang ditetapkan. Orang yang menganalisis risiko harus memiliki

(38)

menemukan bahaya. Melibatkan pekerja akan membantu

meminimalkan kelalaian, memastikan kualitas analisis dan

memperdalam analisis untuk solusi (AS/NZS, 2004).

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012

tentang Penerapan SMK3 Pasal 9 ayat 3 yang menyatakan bahwa

dalam menyusun rencana K3 pengusaha harus mempertimbangkan

identifikasi potensi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko.

Pelaksanaan rencana K3 dilakukan oleh pengusaha yang didukung

oleh sumber daya manusia di bidang K3. Sumber daya manusia

yang dimaksud harus memiliki kompetensi kerja yang dibuktikan

dengan sertifikat serta kewenangan di bidang K3 yang dibuktikan

dengan surat izin kerja/ operasi dan/atau surat penunjukan dari

instansi yang berwenang. Hal tersebut tercantum dalam Peraturan

Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan SMK3 Pasal 10

ayat 3.

D.Tahapan Risk Assessment

Risk assessment merupakan bagian dari kegiatan proses

manajemen risiko, yaitu mencakup keseluruhan proses dari

kegiatan menganalisa risiko dan pengendalian risiko. Analisis

risiko adalah sebuah bentuk sistematika dalam penggunaan

(39)

(hazard) dan untuk memperkirakan suatu risiko terhadap individu,

populasi, bangunan, dan lingkungan (Kolluru, 1996).

Metode analisis risiko yang digunakan dalam analisis risiko

dapat bersifat kualitatif, semi kuantitatif atau kuantitatif atau bisa

juga kombinasi dari ketiganya tergantung dari kondisi dan

situasinya. Metode dalam melakukan analisis risiko, yaitu:

a. Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif menggunakan bentuk kata atau skala

deskriptif untuk menjelaskan seberapa besar kondisi potensial

dari kemungkinan yang akan di ukur. Pada umumnya analisis

kualitatif digunakan untuk menentukan prioritas tingkat risiko

yang lebih dahulu harus diselesaikan (AS/NZS, 2004).

Dalam metode analisis kualitatif terdapat 2 unsur yang

dijadikan pertimbangan, yaitu: (AS/NZS, 2004)

1) Konsekuensi

Konsekuensi adalah nilai yang menggambarkan suatu

keparahan dari efek yang ditimbulkan oleh sumber risiko

pada setiap tahapan pekerjaan.

2) Kemungkinan

Kemungkinan adalah nilai yang menggambarkan

kecenderungan terjadinya konsekuensi dari sumber risiko

(40)

Tingkat risiko pada analisis kualitatif merupakan hasil

perkalian nilai variabel konsekuensi dan kemungkinan dari

risiko-risiko keselamatan kerja yang terdapat pada setiap

tahapan pekerjaan (AS/NZS, 2004).

Kelebihan menggunakan analisis kualitatif: (Cross, 1998)

1. Mudah dimengerti;

2. Tidak menggunakan sumber daya yang mahal;

3. Dapat digunakan ketika tidak tersedia data yang baik;

4. Dapat menyampaikan prioritas pengamatan yang menyeluruh

pada risiko yang besar jumlahnya.

Kelemahan menggunakan analisis kualitatif: (Cross, 1998)

1. Subjektif;

2. Sangat bergantung pada kepercayaan bahwa apa yang tidak

terjadi tidak akan terjadi;

3. Outcomers tergantung pada Details Of Risk Chart Form;

4. Faktor analisis yang kurang baik seringkali mempengaruhi

risiko dan bagaimana risiko tersebut dapat dikurangi;

5. Dapat menjadi arit sesuai kebijakan yang ada.

b. Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif menggunakan hasil perhitungan

numerik untuk tiap konsekuensi dan tingkat probabilitas dengan

(41)

eksperimen. Dengan adanya sumber data tersebut, hasil analisis

memiliki keakuratan lebih tinggi dibandingkan dengan analisis

risiko yang lain (Kolluru, 1996).

c. Analisis Semi Kuantitatif

Analisis semi kuantitatif menghasilkan prioritas yang lebih

rinci dibandingkan dengan analisis kualitatif karena risiko di

bagi menjadi beberapa kategori. Metode ini pada prinsipnya

hampir sama dengan metode analisis kualitatif, perbedaannya

terletak pada uraian atau deskripsi dari parameter yang ada pada

analisis semi kuantitatif dinyatakan dengan nilai atau skor

tertentu. Analisis semi kuantitatif mempertimbangkan

kemungkinan untuk menggabungkan 2 elemen, yaitu

probabilitas (likelihood) dan paparan (exposure) sebagai

frekuensi. Terdapat hubungan yang sangat kuat antara frekuensi

dari paparan dengan probabilitas terjadinya risiko (AS/NZS,

[image:41.595.129.536.60.510.2]

2004).

Tabel 2.1 Perbandingan Metode Analisis Risiko Menurut Cross (1998)

No. Metode Kelebihan Kelemahan

1 Analisis Kualitatif Lebih mudah Hasil analisis kurang akurat Lebih cepat

2 Analisis Semi Kuantitatif

Lebih akurat dibandingkan

(42)

analisis kualitatif kuantitatif Lebih mudah dan

lebih cepat dibandingkan analisis kuantitatif

Skala yang dipakai harus tepat untuk menentukan tingkat risiko 3 Analisis Kuantitatif Lebih akurat Waktu lebih lama

Lebih sulit

Sumber data harus memadai dan representatif

Tahapan berikutnya adalah mengevaluasi risiko dengan

membandingkan nilai risiko yang ditemukan selama proses analisis

dengan kriteria risiko yang telah ditentukan. Hal ini berguna untuk

menilai dan menentukan prioritas pengendalian risiko berdasarkan

kriteria yang ditetapkan mengenai batasan risiko mana yang bisa

diterima, risiko mana yang harus dikurangi atau dikendalikan

dengan cara yang lain (AS/NZS, 2004).

Selanjutnya adalah pengendalian risiko, yaitu proses,

peraturan, alat, pelaksanaan atau tindakan yang berfungsi untuk

meminimalisasi efek negatif atau meningkatkan peluang positif

(AS/NZS, 2004). Pada lampiran I tentang pedoman penerapan

SMK3 Peraturan Pemerintah no. 50 tahun 2012, menyatakan

bahwa apabila upaya pengendalian risiko diperlukan, maka upaya

(43)

Hirarki pengendalian merupakan daftar pilihan pengendalian

yang telah diurutkan sesuai dengan mekanisme pengurangan

paparan (Tranter, 1999). Dalam melakukan langkah-langkah untuk

mengatasi risiko yang timbul, dibutuhkan suatu skala prioritas yang

dapat membantu dalam pemilihan pengendalian yang disebut

dengan hirarki pengendalian. Urutan prioritas atau hirarki tersebut,

yaitu: (Suardi, 2005)

a. Eliminasi adalah langkah ideal yang dapat dilakukan dan harus

menjadi pilihan pertama dalam melakukan pengendalian risiko.

Eliminasi berarti menghilangkan peralatan yang dapat

menimbulkan bahaya.

b. Substitusi, prinsip dari alat kendali ini adalah mengendalikan

sumber risiko dengan sarana atau peralatan lain yang tingkat

risikonya lebih rendah atau tidak ada.

c. Rekayasa Engineering dilakukan dengan mengubah desain

tempat kerja, peralatan, atau proses kerja untuk mengurangi

tingkat risiko. Ciri khusus dari tahap ini adalah melibatkan

pemikiran yang lebih mendalam bagaimana membuat lokasi

kerja yang lebih aman dengan melakukan pengaturan ulang

lokasi kerja, memodifikasi peralatan, melakukan kombinasi

kegiatan, perubahan prosedur, dan mengurangi frekuensi dalam

(44)

d. Pengendalian Administrasi, dalam tahap ini menggunakan

prosedur, standar operasi kerja, atau panduan sebagai langkah

untuk mengurangi risiko. Akan tetapi banyak kasus yang ada,

pengendalian administrasi tetap membutuhkan sarana

pengendalian risiko lainnya.

e. Alat Pelindung Diri (APD) adalah pilihan terakhir yang dapat

dilakukan untuk mencegah paparan bahaya pada pekerja.

Penggunaan APD ini disarankan hanya digunakan bersamaan

dengan penggunaan alat pengendali lainnya. Dengan demikian

perlindungan keamanan dan kesehatan personel akan lebih

efektif.

Pada lampiran I tentang pedoman penerapan SMK3 Peraturan

Pemerintah no. 50 tahun 2012, bahwa tindakan pengendalian harus

diselenggarakan oleh setiap perusahaan. Salah satunya dapat dilihat

dari adanya punishment. Punishment adalah sebuah cara untuk

mengarahkan sebuah tingkah laku agar sesuai dengan tingkah laku

yang berlaku (Siagian, 2002). Selain itu, pada lampiran I tentang

pedoman penerapan SMK3 Peraturan Pemerintah no. 50 tahun

2012, bahwa upaya pengendalian di evaluasi apabila terjadi

ketidaksesuaian atau perubahan pada proses kerja.

Kemudian hasil risk assessment harus dikomunikasikan.

Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk

(45)

penting untuk berjalannya suatu organisasi (Handoko, 2002).

Berdasarkan Peraturan Pemerintah no. 50 tahun 2012 tentang

penerapan SMK3 pasal 13 ayat 1, bahwa prosedur informasi harus

memberikan jaminan bahwa informasi K3 dikomunikasikan. Salah

satu sistem informasi terbaik adalah pertemuan atau rapat. Rapat

merupakan suatu bentuk media komunikasi kelompok yang bersifat

tatap muka yang sering diselenggarakan oleh banyak organisasi,

baik swasta maupun pemerintah (Wursanto, 2000).

E.Perlengkapan Risk Assessment

Beberapa perlengkapan untuk mendukung pelaksanaan risk

assessment harus disediakan perusahaan. Salah satunya adalah

anggaran. Peranan anggaran pada suatu perusahaan merupakan alat

untuk membantu manajemen dalam pelaksanaan, fungsi

perencanaan, koordinasi, pengawasan dan juga sebagai pedoman

kerja dalam menjalankan perusahaan untuk tujuan yang telah

ditetapkan (Supriyono, 1990).

Selain itu, dalam usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik,

selain manusia yang ahli dalam bidangnya juga harus dapat

menggunakan bahan/ materi-materi sebagai salah satu sarana.

Sebab materi dan manusia tidak dapat dipisahkan, tanpa materi

tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki (Satrianegara, 2009).

(46)

SMK3 Peraturan Pemerintah no. 50 tahun 2012, bahwa pengadaan

prasarana dan sarana K3 termasuk alat evakuasi, peralatan

pengendalian, dan peralatan pelindung diri.

2.3 Metode Analisis Program Keselamatan 2.3.1 Metode MORT

Berbagai metodologi yang dikembangkan untuk identifikasi dan

penilaian risiko kecelakaan salah satunya Management Oversight and

Risk Tree (MORT), namun fokus bergeser ke perintah yang lebih

tinggi dari pengendalian risiko kecelakaan, yaitu untuk kontrol kondisi

di tingkat manajemen. Inisiatif untuk mengembangkan MORT diambil

pada akhir tahun 1960 oleh US Energy dalam Penelitian dan

Pengembangan Administrasi, yang ingin meningkatkan program

keselamatan mereka dalam rangka untuk mengurangi kerugian mereka

akibat kecelakaan (ILO, 2011).

MORT adalah prosedur analisis yang komprehensif yang

menyediakan metode disiplin untuk menentukan penyebab dan

faktor-faktor utama yang berkontribusi kecelakaan. Atau, ia berfungsi

sebagai alat untuk mengevaluasi kualitas dari sistem yang ada.

Sementara mirip dalam banyak hal untuk analisis pohon kesalahan,

MORT lebih umum dan menyajikan lebih dari 1500 elemen tertentu

(47)

mengoptimalkan lingkungan, keselamatan dan kesehatan, dan

program lainnya (OSTI, 1992).

Diagram MORT pada dasarnya adalah diagram logika yang

rumit. Diagram MORT diagram sangat efektif dalam menjamin

perhatian pada akar penyebab yang mendasari manajemen bahaya

(ICMA, 2014).

Ketika cabang diagram MORT dijabarkan secara rinci, ada

unsur-unsur dari berbagai bidang seperti analisis risiko, analisis faktor

manusia, sistem informasi keselamatan dan analisis organisasi. Secara

total, sekitar 1.500 peristiwa dasar tercakup oleh diagram MORT. Di

bagian bawah, MORT terdiri dari kumpulan pertanyaan. Kriteria yang

memandu keputusan apakah peristiwa dan kondisi tertentu yang

memuaskan atau kurang memadai berasal dari pertanyaan-pertanyaan

ini. Kekurangan pada tingkat pengawasan dan manajemen yang

terungkap secara lebih sistematis (ILO, 2011).

A.Tujuan MORT

MORT adalah sebuah prosedur untuk menganalisis penyebab

dan faktor yang berkontribusi dalam kejadian kecelakaan. MORT

sering digunakan sebagai alat untuk menyelidiki kecelakaan dan

mengevaluasi program keselamatan yang ada (Ericson, 2005).

Tujuan dari MORT adalah untuk merumuskan sistem

(48)

elemen program keselamatan sehingga tersedia teknik manajemen

keselamatan. MORT digunakan sebagai alat praktis dalam

penyelidikan kecelakaan dan evaluasi program keselamatan yang

ada (ILO, 2011).

Pertanyaan-pertanyaan di MORT diminta dalam urutan

tertentu, yang dirancang untuk membantu mengklarifikasi

fakta-fakta seputar insiden. Grafik MORT bertindak sebagai daftar cepat

yang memungkinkan untuk berkonsentrasi pada isu-isu terungkap

melalui proses. Diagram MORT dasar dapat digunakan untuk

memfasilitasi dan memeriksa proses identifikasi bahaya secara

keseluruhan oleh orang-orang dengan minat dan motivasi untuk

memastikan keunggulan (ICMA, 2014).

Diagram MORT memiliki dua kegunaan langsung yaitu

untuk menganalisis manajemen dan faktor organisasi relatif

terhadap kecelakaan yang telah terjadi dan untuk mengevaluasi

atau mengaudit program keselamatan dalam kaitannya dengan

kecelakaan yang signifikan yang memiliki potensi untuk terjadi.

Diagram MORT berfungsi sebagai alat skrining dalam perencanaan

analisis dan evaluasi. Hal ini juga digunakan sebagai checklist

untuk perbandingan kondisi aktual dengan sistem ideal. Dalam

aplikasi ini, MORT memfasilitasi memeriksa kelengkapan analisis

(49)

B.Cabang Terkait Risk Assessment

Struktur MORT menyerupai sebuah pohon dan berasal dari

fault tree (pohon kegagalan). Jika ditelusuri dari struktur pohon

MORT, pada lapis kesepuluh terdapat dua cabang yang fokus

membahas terkait risk assessment yaitu cabang Task Spesific Risk

Assessment Not Performed dan Task Spesific Risk Assessment LTA.

Cabang Task Spesific Risk Assessment Not Performed membahas

tidak terlaksananya risk assessment. Sedangkan cabang Task

Spesific Risk Assessment LTA ini yang akan menjadi fokus analisis

(50)

Berikut ini Cabang MORT: (NRI, 2009)

Bagan 2.2 Cabang Utama Pohon MORT

Losses Oversights & Omissions Spesific Control Factora LTA Accident Potentially Harmful Energy Flow or

Condition Vulnerable People or Objects Controls & Barrier LTA Control of Work & Process LTA Technical Information Systems LTA Operational Readliness LTA Inspection LTA Maintenance LTA

Supervision & Staff Performance LTA

Time LTA Continuity of Supervision LTA Detection/ Correction of Hazards LTA Performance Errors Task Performance Errors Task Assignment LTA Task Spesific Risk Assessment Not Performed

Task Spesific Risk Assessment LTA

Pre Task Briefing

LTA

Fit Between Task Procedures & Actual Situation LTA Personnel Performance Discrepancy Performance

Errors in Unrelted Tasks Emergency Shutoff Performance Errors Support of Supervision LTA Barriers LTA

(51)

a. Cabang Task Spesific Risk Assessment Not Performed

Cabang dengan kode C11 ini mempertimbangkan penilaian

risiko pekerjan harus telah dilakukan untuk pekerjaan, namun

situasinya penilaian risiko tersebut belum diterapkan meskipun

adanya risiko yang signifikan (NRI, 2009).

b. Cabang Task Spesific Risk Assessment LTA

Cabang Task Spesific Risk Assessment LTA ini yang akan

menjadi fokus penelitian. Cabang ini fokus kepada analisis apabila

risk assessment dilaksanakan namun terdapat ketidaktepatan

pelaksanaan (NRI, 2009).

Cabang dengan kode C12 ini mempertimbangkan penilaian

risiko pekerjan memadai dan skala atau tingkat risiko benar.

Berikut ini penjelasan cabang Task Spesific Risk Assessment LTA:

(NRI, 2009)

1) Task Spesific Risk Analysis LTA

Cabang dengan kode D10 ini mempertimbangkan kualitas

analisis risiko pekerjaan yang sudah dilakukan.

a) Knowledge LTA

Cabang dengan kode E4 ini mempertimbangkan

pengetahuan yang memadai tersedia untuk analisis risiko

(52)

i. Use of Workers’ Suggestion and Inputs LTA

Cabang dengan kode F5 ini mempertimbangkan

saran dan input pekerja yang memadai digunakan

dalam analisis risiko pekerjaan.

ii. Technical Information Systems LTA

Cabang dengan kode F6 ini mempertimbangkan

analisis risiko pekerjaan cukup didukung oleh sistem

informasi teknis.

b) Execution LTA

Cabang dengan kode E5 ini mempertimbangkan hal-hal

yang memengaruhi kualitas analisis risiko pekerjaan.

iii. Time LTA

Cabang dengan kode F7 ini mempertimbangkan

waktu yang cukup untuk melakukan analisis risiko

pekerjaan.

iv. Budget LTA

Cabang dengan kode F8 ini mempertimbangkan

anggaran yang memadai untuk melakukan analisis

risiko pekerjaan.

v. Scope LTA

Cabang dengan kode F9 ini mempertimbangkan

(53)

yang cukup untuk mencakup semua risiko yang terkait

dengan pekerjaan/ proses tersebut.

vi. Analytical Skill LTA

Cabang dengan kode F10 ini mempertimbangkan

pengalaman dan keterampilan para pengawas dan

peserta lain yang memadai untuk menyelesaikan

penilaian risiko pekerjaan yang diperlukan.

vii. Hazard Selection LTA

Cabang dengan kode F11 ini menganggap bahaya

yang tidak dicantumkan memicu masalah. Temuan

bahaya sangat penting untuk kecukupan analisis risiko

pekerjaan.

1. Hazard Identification LTA

Cabang dengan kode G1 ini

mempertimbangkan kriteria yang digunakan untuk

mengidentifikasi bahaya.

2. Hazard Prioritisation LTA

Cabang dengan kode G2 ini

mempertimbangkan metode yang digunakan dalam

(54)

2) Recommended Risk Controls LTA

Cabang dengan kode D11 ini mempertimbangkan

kecukupan pengendalian yang direkomendasikan oleh penilaian

risiko pekerjaan.

c) Clarity LTA

Cabang dengan kode E6 ini mempertimbangkan

rekomendasi dari penilaian risiko pekerjaan cukup jelas untuk

mengizinkan penggunaannya mudah dan paham.

d)Compatibility LTA

Cabang dengan kode E7 ini mempertimbangkan

pengendalian yang direkomendasikan kompatibel dengan

persyaratan yang ada.

e) Testing of Control LTA

Cabang dengan kode E8 ini mempertimbangkan

pengendalian diuji untuk efektivitas sebelum

diimplementasikan.

f) Directive LTA

Cabang dengan kode E9 ini mempertimbangkan arahan

untuk penggunaan pengendalian yang direkomendasikan.

g) Availability LTA

Cabang dengan kode E10 ini mempertimbangkan

pengendalian yang direkomendasikan tersedia untuk

(55)

h)Adaptability LTA

Cabang dengan kode E11 ini mempertimbangkan

pengendalian yang direkomendasikan dirancang dengan cara

yang memungkinkan mereka untuk secara memadai

disesuaikan dengan situasi yang berbeda-beda.

i) Use Not Mandatory

Cabang dengan kode E12 ini mempertimbangkan

penggunaan pengendalian yang direkomendasikan adalah

(56)

Berikut ini cabang Task Spesific Risk Assessment LTA: (NRI, 2009)

Bagan 2.3 Cabang Task Spesific Risk Assessment LTA

Task Spesific Risk Assessment LTA

Task Spesific Risk Analysis LTA Knowledge LTA Use of Workers' Suggestion and Input LTA Technical Informati on SystemS LTA Execution LTA

Time LTA Budget LTA

Scope

LTA Analytical Skill LTA

Hazard Selection LTA Hazard Identifica tion LTA Hazard Prioritisa tion LTA Recommended Risk Controls LTA Clarity LTA Compati

bility LTA Testing of Control

LTA

Directive

LTA Availability LTA Adaptability LTA

(57)
[image:57.595.116.538.67.738.2]

Berikut ini simbol dalam cabang Task Spesific Risk Assessment LTA: (NRI, 2009)

(58)
[image:58.595.131.536.67.488.2]

Berikut ini arti simbol-simbol dalam MORT: (NRI, 2009)

Tabel 2.2 Arti Simbol dalam MORT

Simbol Arti

Simbol ini digunakan untuk menyatakan suatu kegagalan atau kelalaian.

Simbol ini mendeskripsikan komponen dasar dari sebuah cabang.

Simbol ini menyatakan akhir dari sebuah rangkaian tanpa informasi dan solusi yang cukup. Cabang ini baru dapat dianalisis pada cabang Assumed Risk.

Gerbang DAN.

Gerbang ATAU.

Simbol yang digunakan untuk perpindahan ke lokasi lain.

Untuk meninjau proses lebih mudah menggunakan kode warna

grafik: (NRI, 2009)

Tabel 2.3 Kode Warna dalam MORT

Warna Arti

Merah Dimana masalah ditemukan.

Hijau Dimana isu yang relevan dinilai telah memuaskan.

Biru

(59)

2.3.2 Metode SMORT

Safety Management and Organization Review Technique

(SMORT) merupakan modifikasi sederhana dari MORT

dikembangkan di Skandinavia. Teknik ini disusun dengan cara tingkat

analisis dengan checklist terkait, sementara MORT didasarkan pada

struktur pohon yang komprehensif. Karena proses analisis terstruktur,

SMORT diklasifikasikan sebagai salah satu metodologi pohon

berbasis (Tinmannsvik, 2003).

Analisis SMORT meliputi pengumpulan data berdasarkan daftar

periksa dan pertanyaan yang terkait, selain evaluasi hasil. Informasi

yang dapat dikumpulkan dari wawancara, studi dokumen dan

penyelidikan. Teknik ini dapat digunakan untuk melakukan

penyelidikan rinci dari kecelakaan dan near miss. Hal ini juga dilayani

dengan baik sebagai metode untuk audit keselamatan dan perencanaan

langkah-langkah keamanan (Tinmannsvik, 2003).

SMORT terdiri dari evaluasi dengan menggunakan checklist

dari dua jenis faktor (Tinmannsvik, 2003):

a. Safety spesific factors, faktor manajemen yang secara spesifik di

desain untuk mempromosikan keselamatan dalam organisasi.

Hal-hal yang termasuk Safety spesific factors yaitu sikap keselamatan,

peralatan keselamatan, dan peralatan pelindung, kesiapsiagaan

darurat, pertukaran pengalaman keselamatan, dan kegiatan

(60)

perwakilan keselamatan, inspeksi, pertemuan keselamatan,

investigasi kecelakaan dan rencana aksi keselamatan).

b. General management factors, faktor manajemen untuk

memperbaiki sistem produksi dan organisasi pada umumnya.

Hal-hal yang termasuk General management factors yaitu pendidikan

dan pelatihan, mesin dan peralatan teknis, pemeliharaan,

transportasi dan penyimpanan, prosedur rumah tangga dan

(61)

41

3.1 Kerangka Pikir

Penelitian ini bertujuan mengetahui penyebab masalah dalam

pelaksanaan risk assessment pada Direktorat Produksi PT. Dirgantara

Indonesia tahun 2014. Proses penelitian ini berdasarkan temuan bahwa

pelaksanaan risk assessment terdapat beberapa hal yang tidak tepat.

Ketidaktepatan ini didapatkan dari hasil penelitian pendahuluan, yaitu tidak

semua lokasi dilaksanakan risk assessment karena pelaksanaannya hanya

berdasarkan proses, tidak ada aturan pelaksanaan risk assessment

berdasarkan periode waktu, personil yang melaksanakan risk assessment

tidak ditentukan, serta ketidaksesuaian penentuan kategori analisis risiko

(konsekuensi dan kemungkinan) antara prosedur dengan form hasil risk

assessment.

Berdasarkan temuan tersebut, peneliti melakukan proses analisis

penyebab masalah pelaksanaan risk assessment dengan menggunakan teknik

Management Oversight and Risk Tree (MORT). MORT sering digunakan

sebagai alat untuk mengevaluasi program keselamatan yang ada. Terdapat

dua cabang yang fokus membahas terkait risk assessment yaitu cabang Task

Spesific Risk Assessment Not Performed dan Task Spesific Risk Assessment

(62)

terlaksananya risk assessment. Sedangkan cabang Task Spesific Risk

Assessment LTA membahas ketidaktepatan pelaksanaan risk assessment.

Cabang Task Spesific Risk Assessment LTA ini yang menjadi fokus analisis

karena pada Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia risk assessment

dilaksanakan namun terdapat ketidaktepatan pelaksanaannya.

Peneliti akan mencari letak permasalahan dan mencari informasi lebih

dalam tentang penyebabnya melalui observasi, wawancara dan telaah

dokumen. Faktor yang menentukan cabang Task Spesific Risk Assessment

LTA yaitu Task Spesific Risk Analysis LTA dan Recommended Risk Controls

LTA.

Pada cabang Task Spesific Risk Analysis LTA, peneliti akan melihat

status dari cabang-cabang yang terkait apakah memadai atau belum. Cabang

yang tekait diantaranya cabang Knowledge LTA dan Execution LTA.

Kemudian pada cabang Recommended Risk Controls LTA, peneliti juga

akan melihat status dari cabang-cabang yang terkait apakah memadai atau

belum. Cabang yang tekait diantaranya cabang Clarity LTA, Compatibility

LTA, Testing of Control LTA, Directive LTA, Availability LTA, Adaptability

LTA, dan Use Not Mandatory.

Dari hasil analisis tersebut akan didapatkan output yaitu penyebab

masalah dalam pelaksanaan risk assessment. Penyebab masalah akan

digambarkan melalui pohon MORT dan pembahasannya sehingga diketahui

cabang-cabang mana yang kurang memadai dalam pelaksanaan risk

(63)

Bagan 3.1. Kerangka Pikir

Gambaran Ketidaktepatan Ruang Lingkup Pelaksanaan

Risk Assessment:

a. Lokasi b. Waktu c. Pelaksana

d. Tahapan

Analisis Penyebab Masalah dalam Pelaksanaan Risk Assessment Berdasarkan Teknik MORT cabangTask Spesific Risk

Assessment LTA:

a. Task Spesific Risk Analysis LTA b. Recommended Risk Controls LTA

Penyebab Masalah dalam Pelaksanaan Risk Assessment

PROCESS INPUT

(64)
[image:64.842.105.769.18.481.2]

Tabel 3.1 Definisi Istilah

No. Istilah Definisi Cara Ukur Instrumen Hasil

1 Ketidaktepatan Ruang Lingkup Pelaksanaan Risk Assessment

Penentuan lokasi, waktu, pelaksana, maupun tahapan yang tidak tepat dalam melaksanakan risk assessment dibandingkan dengan teori AS/NZS 4360 Tahun 2004 dan PP No. 50 Tahun 2012. Telaah dokumen, Wawancara Daftar dokumen, Pedoman wawancara Gambaran ketidaktepatan lokasi, waktu, pelaksana, dan tahapan pelaksanaan risk assessment

2 Analisis Penyebab Masalah dalam Pelaksanaan Risk Assessment

Analisis terhadap masalah dalam pelaksanaan risk assessment berdasarkan teknik Management Oversight and Risk Tree (MORT) cabang Task Spesific Risk Assessment LTA yang terdiri dari 2 cabang utama, yaitu Task Spesific Risk Analysis LTA dan Recommended Risk Controls LTA.

Wawancara, Observasi, Telaah dokumen Pedoman wawancara, Lembar observasi, Daftar dokumen

Status cabang Task Spesific Risk Analysis LTA dan Recommended Risk Controls LTA

a Cabang Task Spesific Risk

(65)

b Cabang

Recommended Risk Controls LTA

Cabang ini mempertimbangkan kecukupan pengendalian yang direkomendasikan oleh penilaian risiko pada Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia.

3 Penyebab Masalah dalam Pelaksanaan Risk Assessment

Hal yang menyebabkan tidak tepatnya pelaksanaan risk assessment.

Wawancara, Observasi, Telaah Dokumen

Pedoman Wawancara, Lembar Observasi, Daftar Dokumen

Hal-hal yang

menyebabkan tidak

(66)

46

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Menurut Sugiyono

(2008), metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang biasanya

digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti

berperan sebagai instrumen kunci. Pada penelitian ini ingin mengetahui

penyebab masalah dalam pelaksanaan risk assessment pada Direktorat

Produksi PT. Dirgantara Indonesia tahun 2014. Penyebab masalah dianalisis

dengan menggunakan teknik Management Oversight and Risk Tree

(MORT). Penelitian ini akan fokus pada cabang Task Spesific Risk

Assessment LTA.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Direktorat Produksi PT. Dirgantara

Indonesia, Bandung, Jawa Barat dengan waktu pelaksanaan selama bulan

Gambar

Tabel 2.1 Perbandingan Metode Analisis Risiko Menurut Cross (1998)
Gambar 2.1 Simbol dalam cabang Task Spesific Risk Assessment LTA
Tabel 2.2 Arti Simbol dalam MORT
Tabel 3.1 Definisi Istilah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil distribusi Normal Stress z Axis Speed Bump tipe 1 tanpa casing diperlihatkan pada gambar 4.21. Gambar 4.21.Hasil distribusi Normal Stress z Axis Speed Bump tipe 1

Sebagai t indak lanjut dari Surat Penunjukan Penyedia Barang/ Jasa (SPPBJ) ini, saudar a diharuskan unt uk menyerahkan Jaminan Pelaksanaan dan menandat angani

The effect of waste on the concentrations of Cu labile fraction in a tropical soil ±10 years 1. after treatment with industrial waste (T rans √x)

 Select the text to highlight and click on the highlighter pen icon in the toolbar..  You can enable “Fast

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan vitamin A pada daging dan hati ayam yang diberi perlakuan ransum yang mengandung bahan pakan solid lebih tinggi dibandingkan

(2008: 388-395) group investigation memiliki potensi untuk menjadi metode pembelajaran yang baik, meskipun menimbulkan tantangan bagi guru pada struktur dan

Beberapa Faktor Risiko Lingkungan yang Berhubungan dengan Kejadian Malaria di Kecamatan Nanga Ella Hilir Kabupaten Melawi Provinsi Kalimantan Barat.. Faktor-Faktor

pendek. Dari hasil penelitian menunjukan tingkat keterampilan yang mengikuti ekstrakuliker bulu tangkis di SMPN 18 Pontianak dalam test lob katagori nya baik sebesar