BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerja Praktek
Pajak Pertambahan Nilai merupakan pajak tidak langsung, yang dikenakan atas transaksi
penyerahan Barang Kena Pajak maupun pemanfaatan Jasa Kena Pajak. Pengenaan Pajak
Pertambahan Nilai dibebankan kepada konsumen akhir. Karena merupakan pajak tidak langsung,
pengenaan Pajak Pertambahan Nilai atas Barang Kena Pajak yang sama dapat dikenakan
berkali-kali. Namun demikian, Pajak Pertambahan Nilai yang harus dibayar setiap pengenaan PPN
tersebut, terlebih dahulu harus diperhitungkan dengan pajak masukan yang berkaitan dengan
pengadaan Barang Kena Pajak tersebut. Ini mengandung arti bahwa PPN atas penyerahan
Barang Kena Pajak pada setiap transaksi tersebut dikenakan atas nilai tambah dari
Dasar Pengenaan Pajak setiap transaksi. (Djoko Mulyono, 2008).
Dalam Rangka Pelaksanaan Proyek Pemerintah Yang Dibiayai oleh Hibah Atau Dana
Pinjaman Luar Negeri.Fasilitas PPN yang dibebaskan diatur dalam Peraturan Pemerintah No.42
Tahun 1995 jo Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 1998 jo Pemerintah No. 43 Tahun 2000 jo
Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2001. Sebagai Peraturan Pelaksanaannya adalah Keputusan
Menteri Keuangan No : 239/KMK.01/1996 tanggal I April 1996 jo Keputusan Menteri
Keuangan No : 486/KMK.04/2000; Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak No.: SE-19/PJ.53/1996
tanggal 4 Juni 1996; serta Surat Edaran Bersama Direktur Jenderal Anggaran, Direktur Jenderal
Pajak dan Direktur Jenderal Bea dan Cukai No.: SE.64/A/71/0596; 32/PJ./1996; dan
Adapun tujuan adanya fasilitas PPN yang dibebaskan berdasarkan pasal 16B UU No. 18
tahun 2000 yaitu untuk :
a. .Kegiatan di kawasan tertentu atau tempat tertentu di dalam daerah pabean b. Penyerahan BKP tertentu atau penyerahan JKP tertentu
c. Impor BKP tertentu
d. Pemanfaatan BKP tidak berwujud tertentu dari luar daerah pabean di dalam daerah
pabean
e. Pemanfaatan JKP tertentu dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean. (Siti Kurnia
Rahayu dan Ely Suhayati, 2010).
Fasilitas pajak pertambahan nilai (PPN) yang dibebaskan yaitu :
1. Pemberian restitusi / pembebasan PPN / PPnbm kepada perwakilan Negara asing atau badan
Internasional Serta Pejabat atau Tenaga Ahlinya.
2. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 146 Tahun 2000 tanggal 22 Desember 2000 tentang
Impor dan atau Penyerahan BKP Tertentu yang Dibebaskan dari Pengenaan PPN jo. KMK
No.10/KMK.04/2001 tanggal 12 Januari 2001 yang berlaku surut sejak 1 Januari 2001 tentang
Penatausahaan PPN Dibebaskan atas Impor dan atau Penyerahan BKP Tertentu dan atau
Penyerahan JKP Tertentu dijelaskan mengenai Impor BKP yang dibebaskan dari pengenaan
PPN adalah:
a. Senjata, amunisi, alat angkutan di air, alat angkutan di bawah air, dan alat angkutan di
udara, kendaraan lapis baja, dan kendaraan khusus lainnya, dan komponen atau bahan yang
diperlukan dalam pembuatan senjata dan amunisi oleh PT PINDAD, untuk keperluan TNI
dan POLRI yang belum dibuat di Dalam Negeri;
c. Buku-buku pelajaran umum, kitab suci, dan buku-buku pelajaran agama;
d. Kapal laut, kapal angkutan sungai, kapal angkutan danau dan kapal angkutan
penyebrangan, kapal pandu, kapal tunda, kapal penangkap ikan, kapal tongkang dan suku
cadang serta alat keselamatan pelayaran atau alat keselamatan manusia yang diimpor dan
digunakan oleh perusahaan pelayaran Niaga Nasional atau perusahaan penangkapan ikan
nasional;
e. Pesawat udara dan suku cadang serta alat keselamatan penerbangan atau alat keselamatan
manusia, peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan yang diimpor dan digunakan oleh
Perusahaan Amgkutan Udara Niaga Nasional;
f. Kereta api dan suku cadang serta peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan serta
prasarana yang diimpor dan digunakan oleh PT Kereta Api Indonesia; dan,
g. Peralatan yang digunakan untuk penyediaan data batas dan photo udara wilayah Negara
Republik Indonesia yang dilakukan oleh TNI (Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati, 2010)
Tata Tara Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pajak
Pertambahan Nilai PPN Yaitu, :
1. Wajib Pajak mengajukan Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB)
Pemotongan/Pemungutan PPN ke Kantor Pelayanan Pajak melalui Tempat Pelayanan
Terpadu.
2. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu menerima surat permohonan kemudian meneliti
kelengkapan persyaratannya sesuai dengan ketentuan. Dalam hal surat permohonan
beserta persyaratannya belum lengkap, dihimbau kepada Wajib Pajak untuk
melengkapinya. Dalam hal surat permohonan beserta persyaratannya sudah lengkap,
Wajib Pajak sedangkan LPAD digabungkan dengan surat permohonan beserta
kelengkapannya. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu kemudian merekam surat
permohonan dan dilanjutkan dengan meneruskan surat permohonan beserta
kelengkapannya ke Account Representative.
3. Account Representative membuat dan menandatangani Uraian Penelitian Permohonan
Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemotongan/Pemungutan PPN kemudian menyampaikan
uraian permohonan tersebut kepada Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi.
4. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi meneliti, menandatangani uraian penelitian
permohonan, dan memberikan persetujuan (approve) atas penerbitan Surat Keterangan
Bebas (SKB) Pemotongan/Pemungutan PPN, kemudian menyampaikan uraian penelitian
permohonan tersebut kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.
5. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menelaah, menandatangani uraian penelitian
permohonan, dan memberikan persetujuan (approve) atas penerbitan Surat Keterangan
Bebas (SKB) Pemotongan/Pemungutan PPN.
6. Kepala Seksi Pelayanan menerima uraian penelitian permohonan dan menugaskan
Pelaksana Seksi Pelayanan untuk mencetak dokumen hasil persetujuan. Surat Keterangan
Bebas (SKB) PPN diterbitkan dalam rangkap 3 (tiga), yaitu:
a. Lembar ke-1 : untuk Kantor Pelayanan Bea dan Cukai
b. Lembar ke-2 : untuk Pemohon SKB PPN;
c. Lembar ke-3 : untuk Kantor Pelayanan Pajak Penerbit SKB PPN.
7. Pelaksana Seksi Pelayanan melakukan pencetakan konsep Surat Keterangan Bebas Pajak
Pembebasan Pajak Pertambahan Nilai atas Impor Barang Kena Pajak Tertentu, kemudian
menyampaikannya kepada Kepala Seksi Pelayanan.
8. Kepala Seksi Pelayanan meneliti dan memaraf dokumen hasil persetujuan kemudian
menyampaikannya kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.
9. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menandatangani dokumen hasil persetujuan.
10. Surat Keterangan Bebas Pajak Pertambahan Nilai atas Impor Barang Kena Pajak Tertentu
atau Surat Penolakan Pembebasan Pajak Pertambahan Nilai atas Impor Barang Kena
Pajak Tertentu ditatausahakan di Seksi Pelayanan (SOP Tata Cara Penatausahaan
Dokumen Wajib Pajak) dan disampaikan kepada pihak-pihak terkait melalui Subbagian
Umum (SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen di KPP).
11. Proses selesai.( Robert Pakpahan, 2011)
Jangka Waktu Penyelesaian :
Paling lama 5 (lima) hari kerja setelah surat permohonan diterima secara lengkap
(Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-233/PJ/2003 tanggal 26 Agustus 2003 tentang
Tata Cara Pemberian dan Penatausahaan Pembebasan Pajak Pertambahan Nilai atasImpor
dan/atau Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu dan/atau Penyerahan Jasa Kena Pajak
Tertentu, Pasal 1 ayat (3)). ( Robert Pakpahan, 2011).
Baru – Baru ini Direktorat Jenderal Pajak menerbitkan peraturan yang mengatur tata cara
pemberian surat keterangan bebas pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas impor atau penyerahan
kapal untuk Perusahaan Pelayaan Niaga Nasional. peraturan Ini merupakan pelaksanaan atas
Instruksi Presiden No 5 tahun 2005 tentang Pemberdayaan Industri pelayaran Nasional. Jenis
danau dan kapal angkutan penyeberangan, kapal pandu, kapal tunda, dan kapal tongkang. ( Iqbal
Alamsjah 27:10),
Penerbitan SK Dirjen Pajak tersebut sekaligus mengakhiri polemik atas penangkapan
sejumlah kapal berbendera Indonesia yang pengadaannya melalui impor tetapi belum dilengkapi
dokumen PIB dan SKB PPN. penerbitan SK tersebut merupakan respons positif yang diberikan
pemerintah dalam menggenjot daya saing transportasi laut nasional. penerbitan SK Dirjen Pajak
akan mengakhiri masalah 1.000-an kapal berbendera Indonesia yang selama ini beroperasi di
perairan RI tetapi belum mengantongi dokumen PIB dan SKB PPN ( Leon Muhamad, 2011) .
Leon menjelaskan Kementeriannya telah menyerahkan data kapal bodong yang resmi
terdata sekitar 400 unit kapal-kepada Dirjen Pajak untuk diproses penerbitan SKB PPN. Sampai
saat ini, pihaknya masih menunggu data tambahan mengingat jumlah kapal yang masuk baru
sekitar 40% dari perkiraan jumlah kapal bodong sebanyak 1.000 unit ( Leon Muhamad, 2011).
Selain itu Indonesian National Shipowners Association (INSA) telah melayangkan surat
kepada seluruh anggotanya terkait dengan pendataan kapal bodong setelah Kemenkeu meminta
agar data itu diserahkan selambat-lambatnya akhir Oktober ini. Organisasi ini memberikan
tenggat kepada 1.000 perusahaan pelayaran nasional untuk menyerahkan data kapal yang belum
dilengkapi PIB dan SKB PPN hingga akhir bulan ini (Johnson W. Sutjipto, 2011).
Berdasarkan uraian yang telah disebutkan di atas maka penulis tertarik untuk membuat
laporan Kerja Praktek dengan judul:
1.2Maksud dan Tujuan kerja praktek 1.2.1 Maksud
Maksud Kerja Praktek ini adalah untuk mengimplementasikan materi yang sudah didapat dalam
perkuliahan dalam hal ini mengimplementasikan bagaimana prosedur Penyelesaian Permohonan
Surat Keterangan Bebas (SKB) PPN.
1.2.2 Tujuan
1. Mengetahui bagaimana prosedur penyelesaian permohonan surat keterangan bebas PPN
di kpp Sukabumi apakah telah sesuai dengan aturan yang ditetapkan atau tidak?
2. Mengetahui Sejauhmana prosedur itu telah berjalan saat ini di KPP Sukabumi?
1.3 Kegunaan Hasil Kerja Praktek
Informasi – informasi yang berhasil dikumpulkan selama kerja praktek ini baik yang
diperoleh dari perusahaan maupun literatur, diharapkan akan memberikan manfaat bagi penulis,
bagi perusahaan, serta masyarakat secara umum.
1. Bagi Penulis
Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dan dapat menambah wawasan dan
ilmu pengetahuan serta menjadi informasi yang memadai tentang bagaimana prosedur
Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) PPN di KPP Sukabumi
2. Bagi Perusahaan
Dapat dijadikan bahan untuk mengevaluasi bagi pengembangan perusahaan dan
sumbangan bagi manajemen perusahaan dalam menetapkan kebijakan mengenai
prosedur penyelesaian permohonan surat keterangan bebas (SKB) PPN di KPP
3. Bagi Pihak Lainnya
Dapat menjadi tambahan referensi dan tambahan informasi bagaimana prosedur
Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) PPN di KPP Sukabumi.
1.4 Metode Kerja Praktek
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data dan informasi sebagai materi
pendukung dalam penyusunan laporan ini adalah menggunakan metode deskriptif, yaitu metode
yang digunakan dengan jalan mengumpulkan data, menyusun, mengklarifikasikan dan
menganalisis data. Artinya penelitian yang bertujuan untuk memaparkan, menggambarkan
keadaan riil terutama dengan masalah yang dibahas, kemudian dianalisis untuk ditarik
kesimpulan.
Adapun teknik dalam pengumpulan data dan informasi sebagai materi pendukung dalam
penyajian laporan ini adalah :
1. Studi Kepustakaan (library research)
Studi Kepustakaan (library research) yaitu merupakan suatu kegiatan pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara mempelajari, meneliti dan menelaah berbagai
macam bahan bacaan yang ada di perpustakaan, baik buku – buku, diktat dan bahan –
bahan lain yang ditulis dan disusun oleh beberapa Penulis yang erat hubungannya
dengan masalah yang dibahas. Juga catatan – catatan pribadi yang pernah didapat
selama mengikuti perkuliahan.
2. Studi Lapangan (Field Research)
Studi Lapangan (Field Research) yaitu merupakan suatu teknik pengumpulan data
dengan mengadakan pengamatan langsung pada objek penelitian. Penelitian yang
a. Pengamatan (Observation)
Penulis melakukan pengamatan secara langsung, mempelajari, dan melakukan
pencatatan secara sistematis terhadap kegiatan – kegiatan mengenai masalah yang
akan Penulis bahas.
b. Wawancara (Interview)
Penulis melakukan kegiatan pengumpulan data dengan cara tanya – jawab
sepihak dengan para pegawai atau petugas yang bertanggungjawab dengan
perusahaan tersebut dan dikerjakan dengan sistematik dengan berlandaskan
kepada tujuan penelitian.
1.5 Lokasi dan Waktu Kerja Praktek 1.5.1 Lokasi Kerja Praktek
Penulis melakukan Kerja Praktek di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sukabumi
tepatnya di Jl. Laks. R.E Martadinata No. 1 Kotak Pos 47 Sukabumi 43111 Telp (0264)
221540 – 221545 Fax. (0266) 221540
1.5.2 Waktu Kerja Praktek
2. 08.00 – 16.00 Seksi PDI 19/07/2011- 22/07/2011
3. 08.00 – 16.00 Seksi Pelayanan 25/07/2011- 29/07/2011
5 08.00 – 16.00 Seksi Pemeriksaan 05/07/2011- 09/07/2011
6 08.00 – 16.00 Ekstensifikasi
Perpajakan
10/07/2011- 12/07/2011
Tabel 1.2
Jadwal Pelaksanaan Kerja Praktek
No Penempatan Tanggal
1 Seksi Waskon 1 11/07/2011- 18/07/2011
2 Seksi PDI 19/07/2011- 22/07/2011
3 Seksi Pelayanan 25/07/2011- 29/07/2011
4 Seksi Penagihan 01/07/2011- 04/07/2011
5 Seksi Pemeriksaan 05/07/2011- 09/07/2011
6 Ekstensifikasi
Perpajakan
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1 Sejarah Singkat KPP Pratama Sukabumi
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sukabumi terbentuk berdasarkan Keputusan Direktur
Jenderal Pajak Nomor KEP-112/PJ/2007 tanggal 9 Agustus 2007 tentang Penerapan
Organisasi, tata tertib saat mulai beropasinya kantor Pelayanan Pajak Pratama, Kantor Pelayanan
Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan di Lingkungan Kanwil DJP Banten, Jawa Barat I dan II.
I. Tinjauan Singkat Mengenai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sukabumi. 1.1.Profil Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sukabumi
1. Nama : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sukabumi
2. Nama Kepala Kantor : Syaiful Anwar, S.H.
3. Alamat : Jl. R.E. Martadinata No. 1 Sukabumi
4. Jam Bekerja : 07.30 WIB s.d 17.00 WIB
5. Luas Tanah : 2.390 M2
6. Bangunan : 1.395 M2
7. Lain-Lain : 995 M2
8. Ruang Kerja : 13 Orang
9. Ruang Administrasi : 1 Ruang
10.Ruang Pelayanan : 1 Ruang
11.Pelayanan Kantor : Komputer, Printer, Mesin Tik, Scanner, Filing Cabninet, Alat
Sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak tersebut diatas Kantor Pajak berubah
semuanya menjadi KPP Pratama Sukabumi yang merupakan gabungan dari beberapa kantor
yaitu, KPP Sukabumi, KPPBB Sukabumi, KP4 Sukabumi. Yang menjadi Kepala Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Sukabumi pada waktu saya melaksanakan kerja praktek adalah Bapak
Syaiful Anwar, S.H.
1.2 Sarana yang dimiliki kantor Pelayanan Pajak Pratama Sukabumi yaitu :
Gedung (Kantor, Gudang), Peralatan Kantor (Alat tulis kantor, Kendaraan, Komputer,
Printer, Mesin Tik, Filling Cabinet, Alat Komunikasi, Meja tulis, AC, Televisi, Lemari berkas,
Rak Dokumen), Halaman Parkir, Ruangan (Ruangan Kepala Kantor, Ruangan Kerja Staff,
Ruangan Tempat Pelayanan Terpadu, Ruangan Rapat, Ruangan Kantin, Mushola, Toilet).
2.2 Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Sukabumi
Struktur organisasi disusun sebagai syarat mutlak atau yang harus ada dalam setiap
perusahaan atau lembaga, karena struktur organisasi membagi peranan serta tanggungjawab
wewenang tiap-tiap seksi yang ada dalam perusahaan atau lembaga.
Struktur organisasi ini dibuat atau disusun agar tidak terjadi adanya kesalahan dalam
pembagian tugas dan tanggung jawab masing-masing bagian atau staf. Dengan demikian, sangat
jelas tampak adanya pemisah fungsi sehingga tidak terjadi saling menyalahkan dan saling
menghambat yang dapat timbul karena pengorganisasian yang kurang baik.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sukabumi merupakan kantor pajak yang memiliki
pembagian tugas atau jabatan sesuai dengan kantor pelayanan pajak lainnya. Namun dalam
sigap dalam membantu wajib pajak untuk menyelesaikan pembayaran pajak, dengan keramahan
dalam pelayanan sehingga wajib pajak merasa nyaman dan terpuaskan.
Sebagaimana instansi-instansi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sukabumi mempunyai
struktur organisasi dimana struktur organisasi tersebut merupakan suatu sarana untuk pembagian
kerja sesuai dengan bidangnya, sehingga diharapkan dapat mencapai tujuan dan memudahkan
proses kegiatan yang dilaksanakan.
Adapun struktur organisasi pada setiap KPP Pratama Sukabumi adalah sebagai berikut :
2.3 Deskripsi Jabatan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sukabumi
1. Kepala Kantor
Ikhtisar jabatan :
Mengelola pelaksanaan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan wajib pajak di bidang
perpajakan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Uraian tugas dan kegiatan :
a. Melakukan penyuluhan (Membina karyawan yang ada di wilayah wewenang
kekuasaannya).
b. Melakukan peningkatan pelayanan
c. Melakukan pengawasan termasuk mengawasi jalannya kegiatan operasional
perpajakan yaitu :
1) Pajak Penghasilan (PPh)
2) Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
3) Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)
4) Pajak bumi dan Bangunan (PBB)
5) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
d. Menerima laporan kerja dari setiap seksi yang membuat kegiatan operasional Kantor
Pelayanan Pajak.
e. Menetapkan rencana pengamanan penerimaan pajak berdasarkan potensi pajak,
perkembangan kegiatan ekonomi keuangan serta realisasi penerimaan pajak tahun
lalu.
f. Menetapkan rencana pencarian data strategis dan potensial dalam rangka intensifikasi
/ekstensifikasi perpajakan.
g. Menjamin pelaksanaan pencarian data dan pengolahan data yang strategis dan
potensial dalam rangka intensifikasi/ekstensifikasi perpajakan.
h. Menjamin terlaksananya pengolahan data wajib pajak guna menyajikan informasi
perpajakan yang dapat dimanfaatkan oleh Kantor Pajak lain.
i. Menetapkan penyusunan monografi perpajakan.
j. Menjamin terlaksananya pemantauan pelaporan dan pembayaran masa dan tahunan
PPh, dan pembayaran masa PPN/PPnBM, serta pembayaran PBBm dan BPHTB
untuk mengetahui tingkat kapatuhan wajib pajak serta mengendalikan/melaksanakan
pemeriksaan pajak.
k. Menjamin pelaksanaan penelitian Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) yang yang
disampaikan melampaui batas waktu dan penelitian sehubungan dengan Surat
Pemberitahuan Tahunan (SPT) yang tidak disampaikan (ke pos).
l. Mengarahkan pegawai untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan
m. Menjamin pelaksanaan pendataan objek dan subjek pajak serta penilaian objek Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB) berdasarkan ketentuan yang berlaku.
n. Menjamin pelaksanaan pengawasan, bimbingan dan pemberian konsultasi terhadap
wajib pajak atas pemenuhan kewajiban perpajakannya dan pemantauan atas proses
administrasi perpajakan
2. Subbagian Umum
Memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
a. Melakukan urusan kepegawaian
b. Melakukan urusan keuangan
c. Melakukan urusan tata usaha
d. Rumah tangga dan perlengkapan.
3. Seksi Ekstensifikasi
Memiliki tugas dan tanggung jawab esbagai berikut:
a. Pelaksanaan dan penatausahaan pengamatan potensi perpajakan
b. Pendataan obyek dan subyek pajak
c. Penilaian obyek pajak
4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
a. Pengumpulan dan pengolahan data
b. Penyajian dokumen perpajakan
c. Perekaman dokumen perpajakan
d. Urusan tata usaha penerimaan perpajakan
e. Pengalokasian dan penatausahaan bagi hasil PBB dan BPHTB
f. Pelayanan dukungan dan teknik computer
g. Pemantauan aplikasi e-SPT
h. Penyiapan laporan kinerja
5. Seksi Pelayanan
Memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
a. Memberikan pelayanan terhadap Wajib Pajak dengan melakukan penetapan dan
penerbitan produk hokum perpajakan
b. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan
c. Penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan dan surat lainnya.
d. Penyuluhan perpajakan
f. Kerjasama perpajakan
6. Seksi Pengawasan dan Konsultasi
Memiliki tanggung jawab sebagai berikut:
a. Melakukan pengawasan kepatuhan wajib pajak,melalui pemanfaatan data dan Sistem
Administrasi Perpajakan Terpadu (SAPT) atau Sistem Informasi DJP (SI DJP).
b. Bimbingan atau himbauan kepada Wajib Pajak
c. Konsultasi teknis kerja perpajakan kepada Wajib Pajak
d. Analisis kerja Wajib Pajak
e. Rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka intensifikasi
f. Memonitor penyelesaian pemeriksaan pajak dan proses keberataan
g. Melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku
h. Membantu Wajib Pajak dalam memperoleh pengawasan dan konfirmasi masalah
perpajakan
i. Menginformasikan ketentuan perpajakan terbaru kepada Wajib Pajak
j. Melakukan permutakhiran data Wajib Pajak dalam membuat company profile
7. Seksi Pemeriksaan
Memiliki tugas sebagai berikut:
a. Penyusunan rencana pemeriksaan
b. Pengawasan aturan pelaksanaan pemeriksaan
c. Penerbitan dan penyaluran SP3 (Surat Perintah Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak)
d. Administrasi perpajakan lainnya
8. Seksi Penagihan
Memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
a. Pelaksanaan dan penatausahaan penagihan aktif
b. Piutang pajak
c. Penundaan angsuran tunggakan pajak
d. Usulan penghapusan piutang pajak
e. Mempersiapan teguran dan melakukan penagihan dengan surat paksa
9. Kelolompok Jabatan Fungsional
Memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
a. Pejabat Fungsional Pemeriksa, mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai jabatan
masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
b. Pejabat Fungsional Penilai, mempunyai tugas melakukan kegiatan masing-masing
berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku dan berkoordiansi dengan
seksi ektensifikasi.
2.4 Aspek Kegiatan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sukabumi
2.4.1 Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sukabumi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Republik Indonesia Nomor :
KEP-443/KMK.01/2001 tanggal 23 juli 2001, tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak, Kantor Pelayanan Pajak, Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan
Bangunan, Kantor Pemeriksaan dan Penyelidikan Pajak, Kantor Penyuluhan dan Pengamatan
Potensi Perpajakan, maka kedudukan, tugas pokok dan fungsi kantor Pelayanan Pajak Pratama
Sukabumi adalah sebagai berikut :
1. Kedudukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sukabumi
a. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Sukabumi adalah satu unit instansi vertikal
Departemen Keuangan yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada
Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat I
b. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sukabumi dipimpin oleh seorang Kepala yaitu
Bapak Syaiful Anwar, S.H.
2. Tugas Pokok Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sukabumi
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sukabumi mempunyai tugas menyelenggarakan
kegiatan operasional Direktorat Jenderal Pajak berdasarkan peraturan
Perundang-Undangan yang berlaku.
3. Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sukabumi
b. Pengolahan dan penyajian data perpajakan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
bangunan (BPHTB).
c. Penetapan perpajakan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan bangunan (BPHTB)
d. Penatausahaan piutang pajak, penerimaan, penagihan, serta penyelesaian restitusi
perpajakan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan bangunan (BPHTB)
e. Penyelesaian keberatan, pengurangan dan penatausahaan banding
f. Pembetulan surat ketetapan pajak
g. Pengurangan sanksi pajak
h. Pemeriksaan dan penerapan sanksi perpajakan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
bangunan (BPHTB)
i. Pelaksanaan administrasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sukabumi
2.4.2 Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sukabumi Visi Kantor Pelayanan Pajak Pratama sukabumi
Menjadi model pelayanan masyarakat yang menyelenggarakan sistem dan
manajemen perpajakan kelas dunia yang dipercaya dan dibanggakan masyarakat.
Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sukabumi a. Misi Fiskal
Menghimpun penerimaan dalam negeri dari sector pajak yang mampu menunjang
kemandirian pembiayaan pemerintah berdasarkan Undang-Undang Perpajakan
dengan tingkat efektivitas dan efesiansi yang tinggi.
b. Misi Ekonomi
Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ekonomi
c. Misi Politik
Mendukung proses demokratisasi bangsa
d. Misi Kelembagaan
Senantiasa memperbaharui diri, selaras dengan aspirasi masyarakat dan teknologi
perpajakan serta administrasi perpajakan mutakhir.
1.5 Jenis Pelayanan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sukabumi
Jenis-jenis pelayanan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama sukabumi meliputi:
1. e-Register
sistem pendaftaran wajib pajak secara online (e-Registration) adalah sistem aplikasi
sebagai bagian dari sistem informasi perpajakan di lingkungan kantor Direktorat Jenderal
Pajak dengan berbasis perangkat keras dan perangkat lunak yang dihubungkan oleh
perangkat komunikasi data yang digunakan untuk mengelola proses pendaftaran wajib
pajak.
2. e-Filling
e-Filling adalah suatu cara penyampaian surat pemberitahuan yang dilakukan melalui
sistem online dan real time pada satu atau beberapa perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi
(ASP) yang ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Pajak.
3. e-SPT
Elektronik surat pemberitahuan atau biasa disebut e-SPT adalah aplikasi (software)
yang dibuat oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk digunakan oleh wajib pajak untuk
4. Surat Keterangan Fiskal
Surat keterangan fiskal adalah suatu jenis pelayanan pajak yang disediakan oleh
Kantor Pelayanan Pajak yang menyediakan surat keterangan fiskal.
5. Konsultasi Perpajakan
Konsultasi perpajakan adalah suatu jenis pelayanan untuk berkonsultasi mengenai
perpajakan. Wajib pajak dapat berkonsultasi dengan pegawai pajak mengenai hal-hal
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan
Berdasarkan kajian-kajian dan pembahasan atau data-data yang dilakukan dan
dikumpulkan oleh penulis selama kuliah kerja praktek, maka sebagai akhir dari penulisan
laporan kuliah kerja praktek ini penulis dapat menyimpulkan bahwa :
Tata Cara Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) PPN yaitu :
1. Wajib Pajak mengajukan Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB)
Pemotongan/Pemungutan PPN ke Kantor Pelayanan Pajak melalui Tempat
Pelayanan Terpadu.
2. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu menerima surat permohonan kemudian
menelitikelengkapan persyaratannya sesuai dengan ketentuan. Dalam hal surat
permohonanbeserta persyaratannya belum lengkap, dihimbau kepada Wajib Pajak
untuk melengkapinya. Dalam hal surat permohonan beserta persyaratannya sudah
lengkap, Petugas Tempat Pelayanan Terpadu mencetak BPS dan LPAD. BPS
diserahkan kepada Wajib Pajak sedangkan LPAD digabungkan dengan surat
permohonan beserta kelengkapannya. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu kemudian
merekam surat permohonan dan dilanjutkan dengan meneruskan surat permohonan
beserta kelengkapannya ke Account Representative.
3. Account Representative membuat dan menandatangani Uraian Penelitian
Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemotongan/Pemungutan PPN
kemudian menyampaikan uraian permohonan tersebut kepada Kepala Seksi
4. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi meneliti, menandatangani uraian penelitian
permohonan, dan memberikan persetujuan (approve) atas penerbitan Surat
Keterangan Bebas (SKB) Pemotongan/Pemungutan PPN, kemudian menyampaikan
uraian penelitian permohonan tersebut kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.
5. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menelaah, menandatangani uraian penelitian
permohonan, dan memberikan persetujuan (approve) atas penerbitan Surat
Keterangan Bebas (SKB) Pemotongan/Pemungutan PPN.
6. Kepala Seksi Pelayanan menerima uraian penelitian permohonan dan
menugaskanPelaksana Seksi Pelayanan untuk mencetak dokumen hasil persetujuan.
Surat Keterangan Bebas (SKB) PPN diterbitkan dalam rangkap 3 (tiga), yaitu:
a. Lembar ke-1 : untuk Kantor Pelayanan Bea dan Cukai
b. Lembar ke-2 : untuk Pemohon SKB PPN;
c. Lembar ke-3 : untuk Kantor Pelayanan Pajak Penerbit SKB PPN.
7. Pelaksana Seksi Pelayanan melakukan pencetakan konsep Surat Keterangan Bebas
Pajak Pertambahan Nilai atas Impor Barang Kena Pajak Tertentu atau Surat
Penolakan Pembebasan Pajak Pertambahan Nilai atas Impor Barang Kena Pajak
Tertentu, kemudian menyampaikannya kepada Kepala Seksi Pelayanan.
8. Kepala Seksi Pelayanan meneliti dan memaraf dokumen hasil persetujuan kemudian
menyampaikannya kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.
9. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menandatangani dokumen hasil persetujuan.
10.Surat Keterangan Bebas Pajak Pertambahan Nilai atas Impor Barang Kena Pajak
Tertentu atau Surat Penolakan Pembebasan Pajak Pertambahan Nilai atas Impor
Penatausahaan Dokumen Wajib Pajak) dan disampaikan kepada pihak-pihak terkait
melalui Subbagian Umum (SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen di KPP).
11.Proses selesai.
4.2 Saran
Berdasarkan data yang telah diperoleh penulis dari pelaksanaan kuliah kerja praktek ini,
penulis memberikan saran-saran yang bersifat membangun, dengan harapan dapat menjadi
masukan yang berguna bagi semua pihak sebagai akhir dari penulisan laporan kuliah kerja
praktek ini adalah sebagai berikut :
1. Sebaiknya Kementerian Keuangan perlu mengeluarkan aturan yang membolehkan
diterbitkannya SKB PPN mundur sesuai dengan waktu masuknya kapal bodong itu.
2. Sebaiknya Upaya penyelesaiannya tidak dengan upaya penangkapan Jangka Waktu Penyelesaian :
Paling lama 5 (lima) hari kerja setelah surat permohonan diterima secara
lengkap (Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-233/PJ/2003 tanggal
26 Agustus 2003 tentang Tata Cara Pemberian dan Penatausahaan Pembebasan
Pajak Pertambahan Nilai atas Impor dan/atau Penyerahan Barang Kena Pajak
TINJAUAN ATAS TATA CARA PENYELESAIAN PERMOHONAN SURAT KETERANGAN (SKB) PPN PADA
KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI
LAPORAN KERJA PRAKTEK
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menempuh Jenjang S-1
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Nama : Rahmat Susanto
NIM : 21108033
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG
DAFTAR PUSTAKA
Djoko Muljono, (2008). Pajak Pertambahan Nilai. Yogyakarta : Andi Yogyakarta
Siti Kurnia rahayu. ,& Ely Suhayati. (2010). Teori dan Teknis Perhitungan. Yogyakarta: Graha
Ilmu
Iqbal Alamsjah, (2010). Impor Kapal Laut Bebas PPN. Diakses Pada 27 September, 2011 dari
word wide web:
http://debuh.com/berita-berita-terbaru/1200-perusahaan-pelayaran-belum-serahkan-data-kapalnya/177360/
Leon Muhamad, (2011). Pengurusan dokumen impor dipermudah. Diakses Pada 2 November,
2011 dari word wide web:
http://debuh.com/berita-berita-terbaru/aturan-kapal-bodong-dirilis/197856/
Johnson W. Sutjipto, (2011). Perusahaan pelayaran belum serahkan data kapalnya. Diakses Pada
2 November, 2011 dari word wide web:
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan karunia-Nya sehingga
dapat menyelesaikan laporan kerja praktek ini yang berjudul “Tinjauan Atas Tata
Cara Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan bebas PPN Pada Kantor
Pelayanan Pajak Pratam Sukabumi”.
Alasan disusunya laporan kerja praktek ini adalah untuk melengkapi salah
satu syarat mata kuliah pada program studi Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Komputer Indonesia. Meskipun penulis telah berusaha sebaik
mungkin, namun terbatasnya ilmu pengetahuan, kemampuan yang dimiliki,
penulis sadar bahwa laporan ini masih jauh mendekati sempurna dan tidak
terlepas dari adanya kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu saran dan kritik
yang membangun demi kesempurnaan hasil laporan kerja praktek ini akan penulis
terima dengan sukacita.
Dengan selesainya laporan ini, merupakan kebanggaan dan syukur
tersendiri bagi penulis. Pembuatan laporan ini melibatkan beberapa pihak yang
turut membantu dan mendukung dalam proses penulisan laporan kerja praktek.
Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan beribu – ribu terima
kasih yang sebesar – besarnya kepada :
1. Dr. Ir. Eddy Suryanto Soegoto, selaku Rektor Universitas Komputer
2. Prof. Dr. Hj. Umi Narmawati, Dra., SE., M.Si., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
3. Sri Dewi Anggadini, SE., M.Si., selaku Ketua Program Studi
Akuntansi Fakultas Ekonomi di Universitas Komputer Indonesia.
4. Siti Kurnia Rahayu, SE., M.Ak.,AK., selaku dosen pembimbing yang
telah banyak meluangkan waktu guna membimbing, mengarahkan, dan
memberikan petunjuk yang sangat berharga dalam menyusun laporan
ini.
5. Syaiful Anwar, selaku Kepala Kantor di KPP Pratama Sukabumi
6. Andi, Kepala seksi Pengawasan dan Konsultasi 1 dan pembimbing
yang telah membantu dan mengarahakan selama kerja praktek.
7. Surahmat, Sony, Sely, Selaku Pelaksana di bagian Seksi Pengawasan
dan Konsultasi dan seluruh karyawan karyawati di Perusahaan.
8. Para seluruh staf KPP Pratama Sukabumi yang telah membantu dan
mngarahkan saya selama kerja praktek.
9. Kedua Orang Tua saya yang telah memberikan dukungan, dorongan
dan do’a diberikan kepada saya.
10.Adik- adik dan seluruh saudara saya yang telah memberikan dorongan
dan semangat selama penyusunan laporan kerja praktek.
11.Untuk semua dosen Fakultas Ekonomi yang telah banyak membantu
Akhir kata penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi saya pada
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Untuk itu penulis mengharapkan
koreksi, kritik dan saran dari semua pihak dan kalangan untuk kebaikan dan
penyempurnaan dimasa yang akan datang.
Bandung, Desember 2011
Penulis