• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh pengetahuan perpajakan, kualitas pelayanan, pemeriksaan dan kesadaran terhadap kepatuhan wajib pajak dalam penyampaikan surat pemberitahuan (SPT): studi empiris pada kantor pelayanan pajak di Jakarta Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh pengetahuan perpajakan, kualitas pelayanan, pemeriksaan dan kesadaran terhadap kepatuhan wajib pajak dalam penyampaikan surat pemberitahuan (SPT): studi empiris pada kantor pelayanan pajak di Jakarta Selatan"

Copied!
151
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGETAHUAN PERPAJAKAN, KUALITAS PELAYANAN, PEMERIKSAAN DAN KESADARAN TERHADAP

KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MENYAMPAIKAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)

(Studi empiris pada Kantor Pelayanan Pajak di Jakarta Selatan)

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun Oleh: VERISCA DENA FITRIA

206082004013

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

PENGARUH PENGETAHUAN PERPAJAKAN, KUALITAS PELAYANAN, PEMERIKSAAN DAN KESADARAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MENYAMPAIKAN SURAT

PEMBERITAHUAN (SPT)

(Studi empiris pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di Jakarta Selatan)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

VERISCA DENA FITRIA

NIM. 206082004013

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing 1 Pembimbing II

Prof.Dr.Ahmad Rodoni Atiqah, SE.,Ms.Ak NIP. 19690203 200112 1 003 NIP. 19820120 200912 2004

JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(3)

Hari ini Senin Tanggal 16 Agustus tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Verisca Dena Fitria Nim: 206082004013 dengan judul skripsi “Pengaruh Pengetahuan Perpajakan, Kualitas Pelayanan, Pemeriksaan, dan Kesadaran Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam Menyampaikan Surat Pemberitahuan (Studi Empiris Pada Kantor Pelayanan Pajak Jakarta Selatan)”. Memperhatikan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 16 Agustus 2010

Tim Penguji Ujian Komprehensif

Rahmawati, SE.,MM Yusro Rahma,SE,Msi

Ketua Sekretaris

Prof.Dr.Abdul Hamid, MS

(4)

Hari ini Senin Tanggal 17 September tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama Verisca Dena Fitria Nim: 206082004013 dengan judul skripsi “Pengaruh Pengetahuan Perpajakan, Kualitas Pelayanan, Pemeriksaan, dan Kesadaran Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam Menyampaikan Surat Pemberitahuan (Studi Empiris Pada Kantor Pelayanan Pajak Jakarta Selatan)”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 17 September 2010

Tim Penguji Ujian Skripsi

Prof. Dr. Ahmad Rodoni Atiqah, SE. Ms. Ak

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Yahya Hamza, MM Rahmawati, SE., MM

(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Verisca Dena Fitria Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta/ 21 April 1988 Agama : Islam

Telepon : 08988756245

Alamat : Jl. Raya Curug Sawangan RT 02/09 No.10 Sawangan-Depok

PENDIDIKAN

1994-2000 SDN Kedaung Bapennas 2000-2003 SLTP Negeri 1 Pamulang 2003-2006 SMA Negeri 1 Pamulang

(6)

ABSTRACT

The purpose of this research are to analyze the influence of tax knowledge, quality of servicing, audit and awareness towards taxpayer compliance of annual SPT reporting. The sample of this research come from of 80 correspondences who are all registered as tax payers in South Jakarta Tax Services Office.

Data collected trough questionnaires are processed and analyze by using multiple regression. The method of sampling using probability sampling. The test for quality are using validity of test to use is Corrected Item Total and reliability test of the research to use is Cronbach alpha. For hypothesis, we are using F test and t test.

Test results show that there is significant influence tax knowledge, services quality, audit and awareness have a influence on tax payer compliance of annual SPT and taxpayer awareness was the dominant that influence taxpayer compliance of annual SPT reporting.

(7)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pengetahuan perpajakan, kualitas pelayanan, pemeriksaan, dan kesadaran terhadap kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT). Sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 80 responden yang merupakan Wajib Pajak terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Jakrta Selatan.

Hasil dalam penelitian ini dikumpulkan melalui kuesioner yang diproses dan dianalisis dengan menggunakan Regresi Berganda. Metode penentuan sampel yang digunakan adalah yang digunakan probability sampling. Uji kualitas data yang digunakan adalah uji validitas menggunakan Corrected Item Total dan uji reliabilitas menggunakan Cronbach Alpha. Untuk uji hipotesis dalam penelitian ini, peneliti menggunakan F dan uji t.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel pengetahuan perpajakan, kualitas pelayanan, pemeriksaan, dan kesadaran mempunyai pengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) dengan dan kesadaran Wajib Pajak merupakan yang dominan dalam mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT).

(8)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji dan syukur hanya bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia tak terhingga, shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa cahaya kebenaran, yang diutus sebagai rahmatan lil’alamin sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan serta dorongan berbagai pihak, penulisan skripsi ini tidak akan pernah selesai, untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Papa dan Mama tercinta yang memiliki peran yang sangat penting dan tidak terhingga, yang telah memberikan doa tulus dan ikhlas, motivasi, dan kasih sayang serta dukungan moril dan materiil kepada penulis agar tetap semangat. Untuk adik-adikku tersayang (Bill dan Edwar ) yang telah memberikan doa, semangat buat kaka. Kaka sayang kalian semua.

2. Bapak Prof.Dr. Ahmad Rodoni, MM, selaku dosen pembimbing I yang telah meluangkan waktunya dalam memberikan pengarahan serta bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Ibu Atiqah, SE., Ms. Ak, selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktunya dalam memberikan pengarahan serta bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

5. Bapak Afif Sulfa, SE., Ak., MSi, selaku Ketua Jurusan Akuntansi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

(9)

7. Segenap Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmu yang tak ternilai hingga penulis menyelesaikan studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatulah Jakarta.

8. Segenap staf akademik dan staf perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah.

9. Sahabat-sahabatku tersayang yang banyak memberikan waktu untukku berbagi, memberikan keceriaan, doa, dukungan, dan semangat buat aku. Semoga langkah kita selalu mendapat ridho Allah SWT dan semoga cita-cita kita tercapai. Amin.

10. Teman-teman Akuntansi A angkatan 2006 terima kasih banyak untuk semuanya, semoga Allah SWT selalu memberikan yang terbaik bagi kita semua. Amin.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah diharapkan untuk menyempurnakan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga penelitian ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak.

Jakarta, September 2010

(10)

DAFTAR ISI

Daftar Riwayat Hidup ... i

Abstract ... ii

Abstrak ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... ix

Daftar Gambar ... x

Daftar Lampiran ... xi

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Rumusan Masalah ... 12

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian... ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Tinjauan Umum Tentang Pajak ... 14

1. Definisi Pajak ... 14

2. Fungsi Pajak ... 16

3. Teori Asas Pemungutan Pajak ... 16

4. Sistem Pemungutan Pajak ... 17

5. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak ... 18

B.Pengetahuan Perpajakan ... 20

C.Kualitas Pelayanan Pajak ... 21

D.Pemeriksaan Pajak ... 24

1. Definisi Pemeriksaan ... 24

2. Tujuan Pemeriksaan ... 24

(11)

4. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak Apabila

Dilakukan Pemeriksaan ... 27

5. Jenis-Jenis Pemeriksaan ... 29

E. Kesadaran Wajib Pajak ... 30

F. Kepatuhan Wajib Pajak ... 31

1. Definisi Kepatuhan Wajib Pajak ... 31

2. Faktor-faktor yang Menentukan Tinggi Rendah Kepatuhan ... 33

3. Kriteria Wajib Pajak Patuh... 34

G.Surat Pemberitahuan (SPT) ... 35

1. Dasar Hukum ... 35

2. Definisi Surat Pemberitahuan (SPT) ... 36

3. Fungsi Surat Pemberitahuan (SPT) ... 36

4. Jenis-jenis Surat Pemberitahuan (SPT) ... 37

5. Langkah-langkah Pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) ... 37

6. Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) ... 38

7. Jangka Waktu Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) .. 38

8. Perpanjangan Waktu Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) ... 39

H.Penelitian-penelitian Sebelumnya ... 39

I. Keterkaitan Antarvariabel ... 45

J. Kerangka Pemikiran ... 50

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Ruang Lingkup Penelitian ... 53

B.Metode Penentuan Sampel ... 54

C.Metode Pengumpulan Data ... 54

D.Metode Analisis Data ... 55

(12)

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A.Gambaran Umum Objek Penelitian ... 65

1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 65

B.Karakteristik Responden ... 66

1. Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin ... 66

2. Deskripsi responden berdasarkan jenjang pendidikan ... 67

3. Deskripsi responden berdasarkan pekerjaan ... 67

C.Uji Kualitas Data ... 68

1. Uji Validitas ... 68

2. Uji Reliabilitas ... 69

D.Uji Asumsi Klasik ... 72

1. Uji Multikolinearitas ... 72

2. Uji Heteroskedastisitas ... 73

3. Uji Normalitas ... 74

E. Analisis Regresi Linear Berganda ... 76

1. Uji Koefisien Determinasi... 79

2. Uji F ... 80

3. Uji t ... 82

BAB V KESIMPULAN A.Kesimpulan ... 89

B.Implikasi ... 90

C.Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 92

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel.2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 42

Tabel.3.1. Tingkat Penilaian Jawaban... 55

Tabel.3.2. Operasional Variabel... 63

Tabel.4.1. Data Distribusi Sampel Penelitian ... 65

Tabel.4.2. Data Sampel Penelitian ... 66

Tabel.4.3. Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .. 66

Tabel.4.4. Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan 67 Tabel.4.5. Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 67

Tabel.4.6. Hasil Uji Validitas ... 69

Tabel.4.7. Hasil Uji Reliabilitas Pengetahuan Pajak... 70

Tabel.4.8. Hasil Uji Reliabilitas Kualitas Pelayanan Pajak ... 70

Tabel.4.9. Hasil Uji Reliabilitas Pemeriksaan Pajak... 71

Tabel.4.10. Hasil Uji Reliabilitas Kesadaran Wajib Pajak ... 71

Tabel.4.11. Hasil Uji Reliabilitas Kepatuhan Wajib Pajak ... 72

Tabel.4.12. Uji Multikolinearitas ... 73

Tabel.4.13. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ... 76

Tabel.4.14. Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 79

Tabel.4.15. Hasil Uji F Statistik ... 80

(14)

DAFTAR GAMBAR

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner ... 96

Lampiran 2 Jawaban Pertanyaan Jenis Kelamin ... 99

Lampiran 3 Jawaban Pertanyaan Jenjang Pendidikan ... 100

Lampiran 4 Jawaban Pertanyaan Pekerjaan ... 101

Lampiran 5 Jawaban Pertanyaan Pengetahuan Perpajakan ... 102

Lampiran 6 Jawaban Pertanyaan Kualitas Pelayanan ... 105

Lampiran 7 Jawaban Pertanyaan Pemeriksaan ... 108

Lampiran 8 Jawaban Pertanyaan Kesadaran Wajib Pajak ... 111

Lampiran 9 Jawaban Pertanyaan Kepatuhan Wajib Pajak ... 114

Lampiran 10 Karakteristik Responden ... 117

Lampiran 11 Distribusi Frekuensi Pertanyaan Pengetahuan Perpajakan ... 118

Lampiran 12 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Pengetahuan Perpajakan 120 Lampiran 13 Distribusi Frekuensi Pertanyaan Kualitas Pelayanan ... 121

Lampiran 14 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kualitas Pelayanan ... 123

Lampiran 15 Distribusi Frekuensi Pertanyaan Pemeriksaan ... 124

Lampiran 16 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Pemeriksaan ... 126

Lampiran 17 Distribusi Frekuensi Pertanyaan Kesadaran Wajib Pajak .... 127

Lampiran 18 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kesadaran Wajib Pajak . 129 Lampiran 19 Distribusi Frekuensi Pertanyaan Kepatuhan Wajib Pajak .... 130

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

(17)

Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengabdian serta peran aktif warga negara dan anggota masyarakat lainnya untuk membiayai berbagai pembangunan nasional yang pelaksanaannya diatur dalam peraturan perundang-undang yang berlaku (Judisseno: 2002). Upaya untuk meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak sangat penting, karena kondisi keuangan negara tidak lagi berasal dari penerimaan negara berupa minyak dan gas bumi, tetapi lebih berupaya untuk menjadikan pajak sebagai penerimaan terbesar negara.

Sejak diadakannya reformasi perpajakan tahun 1983, sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994 dan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, sistem pemungutan pajak di Indonesia berubah dari official assessment system menjadi self assessment system. Perubahan sistem pemungutan pajak dari official assessment menjadi self assessment merupakan salah satu upaya

pemerintah untuk meningkatkan kemandirian dalam pembiayaan pembangunan dari penerimaan dalam negeri yang berasal dari pajak, karena penerimaan dari migas tidak dapat diandalkan lagi, sementara sumber dana dalam negeri hanya sebagai pelengkap. Official assessment system merupakan sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada aparat pajak untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. Sedangkan self assessment system yaitu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang

(18)

Pelaksanaan kewajiban perpajakan oleh Wajib Pajak dapat dituangkan dalam bentuk pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) pada setiap akhir masa pajak dan melaporkannya ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dalam masa batas waktu yang telah ditentukan (Indra Kusumawati, 2005: 101). Dengan menetapkan self assessment system dapat diharapkan meningkatnya kepatuhan Wajib Pajak

untuk memenuhi dan melaksanakan kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Keuntungan self assessment system ini adalah Wajib Pajak diberi kepercayaan oleh aparat pajak untuk menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku. Sebagai konsekuensinya Direktorat Jenderal Pajak berkewajiban untuk melakukan salah satu bentuk pengawasan dan pembinaan terhadap Wajib Pajak tersebut melalui pemeriksaan pajak. Sedangkan kelemahan self assessment system yang memberikan kepercayaan pada Wajib Pajak untuk

(19)

Dalam self assessment, Surat Pemberitahuan (SPT) merupakan sarana yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk melakukan penghitungan atas pajak terutangnya, kemudian melaporkannya dengan benar semua hal tentang Wajib Pajak mulai dari identitas, kegiatan usaha sampai jumlah harta yang semuanya berkaitan dengan perpajakan. Wajib Pajak juga menggunakan Surat Pemberitahuan (SPT) ini sebagai dasar atau bukti bahwa Wajib Pajak tersebut telah melakukan kewajiban perpajakannya. Jadi, tidak berlebihan jika perhatian secara penuh diberikan pada penyempurnaan SPT baik dalam masalah bentuk, isi, dan susunannya, sehingga Surat Pemberitahuan (SPT) merupakan sarana yang tepat bagi tercapainya tujuan perpajakan.

Melihat kondisi perpajakan Indonesia yang memiliki tingkat kepatuhan pajak yang relatif rendah jika dibandingkan dengan negara-negara lain maka dari itu dibutuhkan strategi sehingga munculnya kepatuhan Wajib Pajak, jika hal tersebut terjadi, maka akan meningkatkan jumlah penerimaan negara dari sektor pajak. Kepatuhan perpajakan merupakan suatu keadaan bahwa Wajib Pajak mempunyai kesediaan untuk memenuhi kewajiban pajaknya sesuai aturan yang berlaku tanpa perlu diadakannya pemeriksaan, investigasi, peringatan, ataupun ancaman (Gunadi, 2005: 4).

(20)

Provinsi Sulawesi Selatan, Tenggara dan Barat masih sangat rendah, yang mengakibatkan intensifikasi pemungutan pajak di kawasan ini belum optimal. Data menunjukkan dari 225.000 lebih Wajib Pajak orang perorang, hanya 10 persen yang menyerahkan Surat Pemberitahun Pajak Terhutang (SPPT). Sedangkan Wajib Pajak badan hanya 32,23 persen dari 15.700 Wajib Pajak lebih yang terdaftar yang sudah menyerahkan SPPT (Berita Daerah, 2009).

Melalui berbagai sosialisasi yang dilakukan oleh Dirjen Pajak maka Pemerintah berusaha meningkatkan jumlah Wajib Pajak dan tentu saja meningkatkan Wajib Pajak yang ada saat ini menjadi Wajib Pajak yang patuh. Dalam menilai keberhasilan penerimaan pajak, perlu diingat beberapa sasaran administrasi perpajakan, misalnya meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dan melaksanakan ketentuan perpajakan secara seragam (Chaizi Nasucha, 2009).

(21)

(SPT) dan menyetor pajaknya. Wajib Pajak yang tidak mengetahui tentang pengetahuan pajak akan mengalami kesulitan tentang berapa jumlah pajak yang seharusnya ia bayarkan.

Pengetahuan yang dimiliki masyarakat tentang perpajakan juga sering dituding sebagai latar belakang penyebab Wajib Pajak tidak memenuhi kewajibannya. Memang, banyak Wajib Pajak yang belum memahami benar tata cara perpajakan dan self assessment system yang menyebabkan mereka banyak menggunakan jasa pihak ketiga dalam pengisian Surat Pemberitahuan (SPT). Namun, tidak dapat dipungkiri juga bahwa sebagian Wajib Pajak di Indonesia adalah orang-orang menengah ke atas yang berpenghasilan tinggi, berpendidikan tinggi dan seharusnya sudah memiliki pemahaman yang baik tetapi kesadaran dan kepatuhan mereka untuk membayar pajak juga masih tergolong lemah. Pemerintah juga tidak dapat menyalahkan masyarakat atas kesulitan pemasukan yang dialami tanpa melihat pada sistem yang terjadi pada tubuh pemerintah itu sendiri.

Sulitnya prosedur yang ditempuh oleh setiap masyarakat yang ingin mendaftarkan, menghitung, membayar, dan melaporkan pajak terhutangnya juga menjadi kendala masyarakat untuk sadar dan patuh dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Dalam hal ini pihak Direktorat Jenderal Pajak khususnya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang menangani Wajib Pajak secara langsung harus benar-benar kreatif dan bekerja keras.

(22)

peningkatan pelayanan yang meliputi segala jenis pelayanan yang berhubungan dengan pemenuhan kewajiban maupun hak Wajib Pajak di bidang perpajakan seperti penerbitan atau pencabutan Nomor Pokok Wajib Pajak, melayani dalam mengisi dan menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT). Pelayanan yang diberikan aparat pajak kepada Wajib Pajak diharapkan dapat menciptakan kenyamanan dan kemudahan bagi Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Sehingga setiap Wajib Pajak yang mengambil, mengisi dengan benar, lengkap, jelas, menandatangani dan menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) ke Direktorat Jenderal Pajak dengan batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) yang telah ditetapkan (Erly Suandy, 2006: 163).

Self Assessment System dalam peraturan perundang-undangan pajak di

(23)

menjaga dan meningkatkan tax compliance seorang Wajib Pajak. Selain itu, penegakan hukum di bidang perpajakan adalah tindakan yang dilakukan oleh pejabat terkait untuk menjamin agar Wajib Pajak dan calon Wajib Pajak memenuhi ketentuan undang-undang perpajakan seperti menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT), pembukuan dan informasi lain yang relevan serta membayar pajak pada waktunya. Dengan penegakan hukum yang diterapkan juga dapat memberikan sanksi kepada Wajib Pajak atas kelalaian dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT). Sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan akan dipatuhi (Mardiasmo, 2008: 57).

(24)

prosedur yang ditempuh oleh masyarakat yang ingin mendaftarkan, menghitung, membayar, dan melaporkan pajak terhutangnya. Selain itu, masyarakat masih menganggap pajak sebagai beban dan bersifat paksaan, tidak sebagai bentuk pengabdian dan kewajiban masyarakat. Untuk itu kesadaran pajak yang dipupuk terus menerus akan menimbulkan kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT). Jadi, semakin tinggi tingkat kepatuhan Wajib Pajak, semakin tinggi pula tingkat keberhasilan penerimaan pajak dan keberhasilan perpajakan.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dominicus Doli dan M. Khoiru Rusydi (2008) yaitu melakukan penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan untuk Wajib Pajak Badan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Malang Selatan. Penelitian ini menguji apakah tingkat pengetahuan Wajib Pajak, sanksi-sanksi dalam perpajakan, kemudahan dalam proses pengisian SPT dan tingkat kesadaran Wajib Pajak Badan berpengaruh pada kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan.

(25)

Penelitian berikutnya yang dilakukan oleh Supriyati dan Nur Hidayati (2008) yaitu melakukan penelitian mengenai pengaruh pengetahuan pajak dan persepsi Wajib Pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Sidoarjo. Penelitian ini ingin menguji apakah pengetahuan pajak dan persepsi Wajib Pajak mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak.

(26)

Untuk membuktikan seberapa besar pengaruh pengetahuan perpajakan, kualitas pelayanan, pemeriksaan dan kesadaran terhadap kepatuhan Wajib Pajak yang belum diketahui secara pasti sehingga penelitian ini berjudul,

(27)

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengetahuan perpajakan, kualitas pelayanan, pemeriksaan, dan kesadaran mempunyai pengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT)?

2. Variabel independen manakah yang paling dominan mempunyai pengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT)?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk menganalisis pengaruh pengetahuan perpajakan, kualitas pelayanan, pemeriksaan, dan kesadaran terhadap kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT).

b. Untuk menganalisis variabel independen yang paling dominan dalam mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT).

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi Kantor Pelayanan Pajak

(28)

b. Bagi Penulis

Untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan penulis dalam dunia perpajakan pada umumnya dan segala prosedur yang terkait masalah pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT).

c. Bagi Pihak lain

(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Pajak 1. Definisi Pajak

Pajak adalah iuran wajib yang dipungut oleh pemerintah dari Wajib Pajak untuk menutupi pengeluaran rutin negara dan biaya pembangunan tanpa balas jasa yang dapat ditunjuk secara langsung.

Menurut Adriani yang telah diterjemahkan oleh R.Santoso Brotodiharjo dalam Waluyo (2006: 2) berpendapat bahwa:

“Pajak adalah iuran kepada kas negara (yang dapat dipaksakan) terutang oleh wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat kontraprestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas-tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan”.

Menurut Rochmat Soemitro dalam Siti Resmi (2009: 1) menyatakan bahwa:

“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”.

Menurut Lhia (2008) berpendapat bahwa:

(30)

Sementara pemahama merupakan suatu perikatan yang timbul karena adanya undang-undang yang menyebabkan tim sejumlah penghasilan tertentu kepada negara, negara mempunyai kekuatan untuk memaksa dan uang pajak tersebut harus dipergunakan untuk penyelenggaraan pemerintahan. Dari pendekatan hukum ini memperlihatkan bahwa pajak yang dipungut harus berdasarkan undang-undang sehingga menjamin adanya kepastian hukum, baik bagi aparat pajak sebagai pengumpul pajak maupun Wajib Pajak sebagai pembayar pajak.

Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak, adalah:

a. Iuran dari rakyat kepada negara.

b. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang.

c. Pemungutan pajak diperuntukkan bagi keperluan pembiayaan umum pemerintah dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan, baik rutin maupun pembangunan.

d. Tidak menerima jasa timbal yang dapat ditunjuk secara langsung dari pemerintah.

e. Pemungutan pajak dapat dipaksakan.

(31)

2. Fungsi Pajak

Menurut Wirawan B.Ilyas (2008: 4) sebagaimana telah diketahui ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak dari berbagai definisi, terlihat adanya dua fungsi pajak, yaitu:

a. Fungsi Penerimaan (Budgetair)

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengumpulkan uang pajak sebanyak-banyaknya sesuai dengan undang-undang berlaku yang pada waktunya akan digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran dan apabila terdapat sisa akan digunakan sebagai tabungan pemerintah untuk investasi pemerintah.

b. Fungsi Mengatur (Regulerend)

Pajak berfungsi sebagai suatu alat untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang letaknya di luar bidang keuangan, misalnya bidang sosial dan ekonomi.

3. Teori Asas Pemungutan Pajak

Menurut Wirawan B.Ilyas (2008: 4) asas pemungutan pajak dapat dibagi dalam yaitu:

a. Teori Asuransi

(32)

b. Teori Kepentingan

Teori kepentingan diartikan sebagai negara yang melindungi kepentingan harta benda dan jiwa warga negara dengan memperhatikan pembagian beban pajak yang harus dipungut dari seluruh penduduknya. c. Teori Gaya Pikul

Dasar keadilan pemungutan pajak adalah terletak pada jasa yang diberikan oleh negara kepada warganya dalam bentuk perlindungan jiwa dan harta sehingga wajar apabila biaya yang telah dikeluarkan oleh negara tersebut dipikulkan kepada yang menikmatinya.

d. Teori Bakti

Teori bakti ini disebut juga teori kewajiban pajak mutlak. Negara mempunyai hak mutlak untuk memungut pajak dan warga negara mempunyai kewajiban membayar pajak sebagai tanda baktinya kepada negara.

e. Teori Gaya Beli

Teori ini menekankan bahwa pembayaran pajak yang dilakukan kepada negara dimaksudkan untuk memelihara masyarakat dalam negara yang bersangkutan.

4. Sistem Pemungutan Pajak

(33)

a. Self Assessment System

Yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang Wajib Pajak menentukan sendiri jumlah pajak terutang sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan. Dalam tata cara ini kegiatan pemungutan pajak diletakkan kepada aktivitas masyarakat sendiri, yang Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan jumlah pajak yang terutang.

b. Official Assessment System

Yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan aparatur perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang.

c. Withholding System

Yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang perhitungan besarnya pajak terutang oleh Wajib Pajak dilakukan oleh pihak ketiga.

5. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak

Wajib Pajak (WP) adalah orang pribadi atau badan yang menurut

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk

melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong

pajak tertentu (Siti Resmi, 2009: 21)

1) Hak Wajib Pajak

(34)

dalam rangka menjalankan ketentuan perpajakan. Berkaitan dengan pembayaran pajak terutang, Wajib Pajak berhak memperoleh:

a. Hak untuk mendapat pembinaan dan pengarahan dari fiskus. b. Menerima tanda bukti penerimaan SPT Tahunan.

c. Hak untuk membenarkan Surat Pemberitahuan (SPT). d. Memperoleh Surat Ketetapan Pajak Pengusaha Kena Pajak.

e.Mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dan kepastian atas permohonan tersebut.

f. Hak untuk mengajukan keberatan. g. Hak untuk mengajukan banding.

h.Pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak yang tidak benar. i. Hak mengadukan pejabat yang membocorkan rahasia Wajib Pajak. j. Hak mengangsur atau menunda pembayaran pajak.

k. Mengajukan permohonan penundaan penyampaian SPT.

l. Meminta kepada pemeriksa pajak untuk memperlihatkan tanda pengenal pemeriksa pajak dan surat perintah pemeriksaan. 2) Kewajiban Wajib Pajak

Sesuai dengan self assessment system, Wajib Pajak mempunyai kewajiban yaitu:

a.Melaksanakan pendaftaran diri atau melaporkan usahanya untuk memperoleh NPWP atau Nomor Pokok Wajib Pajak.

(35)

c.Mengisi dengan benar, lengkap, jelas, dan menandatangani sendiri serta menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT).

d.Membayar atau menyetor pajak yang terutang di kas negara atau di tempat lain yang ditunjuk Menteri Keuangan.

e.Kewajiban membuat pembukuan dan pencatatan.

f. Memenuhi panggilan untuk datang menghadiri pemeriksaan sesuai dengan waktu yang ditentukan.

B. Pengetahuan Perpajakan

Pengetahuan seseorang. Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya.

(36)

bahwa pengetahuan merupakan fakta yang mendukung tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).

Wajib Pajak yang memiliki pengetahuan tentang pajak, seharusnya dapat menyadari bahwa pajak merupakan sumber penerimaan negara yang akan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum sebagai pencapaian tujuan pembangunan yang dapat memberikan kesejahteraan rakyat. Selanjutnya pengetahuan yang dimiliki tersebut diimplementasikan terhadap suatu sikap patuh dalam melaksanakan kewajiban perpajakan. Tingkat pengetahuan yang dimiliki masyarakat dapat dimulai dari pemahaman terhadap pemahaman terhadap peraturan serta kebijakan perpajakan, pemahaman dalam menerbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), pemahaman akan kewajiban dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT), serta pemahaman akan adanya sanksi pajak dalam hal keterlambatan atau kealpaan dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT).

C. Kualitas Pelayanan Pajak

(37)

Menurut Amin Ibrahim (2008) berpendapat bahwa:

“Pelayanan adalah pendekatan yang lengkap yang menghasilkan kualitas pelayanan bagi masyarakat atau pelanggan. Pelayanan merupakan penggerak utama bagi operasional kegiatan bisnis dan ini memegang peranan yang sangat penting”.

Pada hakikatnya semua karyawan jajaran Direktorat Jenderal Pajak yang bertugas di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) adalah untuk melayani masyarakat dalam perpajakan, sudah saatnya diberikan dasar-dasar pengetahuan tentang publik relation, sehingga setiap kesempatan yang berhubungan dengan Wajib Pajak mereka mampu menjadi petugas yang baik dan mampu membangun citra positif Direktorat Jenderal Pajak.

(38)

Hardi Irawan (2002: 35-39) dalam Susilawati (2006), mengemukakan 5 (lima) unsur kualitas pelayanan yaitu:

a. Berwujud (tangible)

Berwujud (tangible) adalah seluruh bentuk penampilan fisik dari pemberi pelayanan meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai dan sarana komunikasi.

b. Keandalan (realibility)

Keandalan (realibility) adalah kemampuan Kantor Pelayanan Pajak dalam memberikan yang dijanjikan.

c. Ketanggapan (responsiveness)

Ketanggapan (responsiveness) adalah seberapa cepat tanggap Kantor Pelayanan Pajak terhadap suatu persoalan yang timbul pada Wajib Pajak dimana keinginan para staf untuk membantu para Wajib Pajak dan memberikan pelayanan dengan baik.

d. Asuransi (assurance)

Asuransi (assurance) adalah jaminan yang diberikan Kantor Pelayanan Pajak kepada Wajib Pajak pada saat mempergunakan pelayanan tersebut, jaminan tersebut mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan, kejujuran yang dimiliki para staf.

e. Empati (empathy)

(39)

dalam melakukan hubungan yang baik, perhatian dan memahami kebutuhan Wajib Pajak.

D. Pemeriksaan Pajak 1. Definisi Pemeriksaan

Pasal 1 angka 25 Undang-undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 28 tahun 2007. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (Erly Suandy, 2008: 209).

2. Tujuan Pemeriksaan

Menurut Nur Hidayat (2002: 1), tujuan pemeriksaan sebagai penguji tingkat kepatuhan Wajib Pajak adalah hal yang seharusnya, tetapi perilaku pemeriksa yang melampaui batas akan tetap mempertahankan citra pemeriksaan.

(40)

Pemeriksaan pajak dilakukan terhadap Surat Pemberitahuan (SPT) Wajib Pajak bertujuan menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan akan diterbitkan Surat Ketetapan Pajak, kecuali ditemukan bukti permulaan tindak pidana dibidang perpajakan akan dilanjutkan dengan penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan.

Pemeriksaan pajak untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, seperti yang disebutkan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 199/PMK.03/2007 tanggal 28 Desember 2000, meliputi pemeriksaan yang dilakukan dalam rangka:

a. Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan. b. Penghapusan Nomor Pokok wajib Pajak.

c. Pengukuhan atau pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak. d. Wajib Pajak mengajukan keberatan.

e. Pengumpulan bahan guna penyusunan Norma Penghitungan Penghasilan Neto.

f. Pencocokan data dan atau alat keterangan.

(41)

3. Ruang Lingkup dan Jangka Waktu Pemeriksaan

Menurut Wirawan B. Ilyas dan Richard Burthon (2008: 4), ruang lingkup pemeriksaan terdiri dari:

a. Pemeriksaan Lapangan

(42)

b. Pemeriksaan Kantor

Pemeriksaan kantor dilakukan atas suatu jenis pajak tertentu baik tahun berjalan atau tahun-tahun sebelumnya yang dilakukan di kantor Direktorat Jenderal Pajak. Pemeriksaan ini hanya dapat dilaksanakan dengan pemeriksaan sederhana.

Dari perbedaan ruang lingkup pemeriksaan di atas berpengaruh pada jangka waktu penyelesaiannya. Untuk pemeriksaan lengkap harus diselesaikan dalam jangka waktu 2 (dua) bulan dan dapat diperpanjang paling lama 8 (delapan) bulan. Untuk pemeriksaan sederhana harus diselesaikan dalam jangka waktu 1 (satu) bulan dan dapat diperpanjang paling lama 2 (dua) bulan. Sedangkan pemeriksaan kantor yang dilakukan secara sederhana harus diselesaikan dalam jangka waktu 4 (empat) minggu dan dapat diperpanjang paling lama 6 (enam) minggu.

4. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak Apabila Dilakukan Pemeriksaan

Menurut Pardiat (2008: 2) adanya hak dan kewajiban Wajib Pajak apabila dilakukan pemeriksaan yaitu:

a. Hak-hak Wajib Pajak Apabila dilakukan Pemeriksaan:

1) Meminta kepada pemeriksa pajak untuk memperlihatkan tanda pengenal pemeriksa pajak dan surat perintah pemeriksaan.

(43)

3) Meminta kepada pemeriksa pajak untuk memberikan penjelasan tentang alasan dan tujuan pemeriksaan.

4) Meminta kepada pemeriksa pajak untuk memperlihatkan surat tugas apabila susunan tim pemeriksa pajak mengalami perubahan. 5) Menghadiri pembahasan akhir hasil pemeriksaan dalam jangka

waktu yang telah ditentukan.

6) Mengajukan pengaduan apabila kerahasiaan usaha Wajib Pajak dibocorkan kepada pihak lain yang tidak berhak.

b. Kewajiban Wajib Pajak Apabila dilakukan Pemeriksaan:

1) Memenuhi panggilan untuk datang menghadiri pemeriksaan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

2) Memperlihatkan dan meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain termasuk data yang dikelola secara elektronik yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak.

3) Memberi kesempatan kepada pemeriksa untuk memasuki tempat atau ruangan yang dipandang perlu oleh pemeriksa dan memberikan bantuan guna kelancaran pemeriksaan.

4) Menyampaikan tanggapan secara tertulis atas Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan.

(44)

5. Jenis-Jenis Pemeriksaan

Menurut Erly Suandy (2008: 4), jenis-jenis pemeriksaan terdiri dari yaitu:

a. Pemeriksaan Rutin

Pemeriksaan rutin adalah pemeriksaan yang bersifat rutin dilakukan terhadap Wajib Pajak sehubungan dengan pemenuhan hak dan kewajiban perpajakan Wajib Pajak yang bersangkutan.

b. Pemeriksaan Khusus

Pemeriksaan khusus adalah pemeriksaan yang dilakukan terhadap Wajib Pajak berkenaan dengan adanya masalah dan atau keterangan yang secara khusus berkaitan dengan Wajib Pajak yang bersangkutan.

c. Pemeriksaan Bukti Permulaan

Pemeriksaan bukti permulaan adalah pemeriksaan yang dilakukan terhadap Wajib Pajak untuk mendapatkan bukti permulaan tentang adanya dugaan telah terjadi tindak pidana di bidang perpajakan.

d. Pemeriksaan Wajib Pajak Lokasi

(45)

e. Pemeriksaan Tahun Berjalan

Pemeriksaan tahun berjalan adalah pemeriksaan terhadap Wajib Pajak yang dilakukan dalam tahun berjalan utnuk jenis-jenis pajak tertentu dan untuk mengumpulkan data atau keterangan atas kewajiban pajak lainnya.

E. Kesadaran Wajib Pajak

Dalam psikologi, kesadaran didefinisikan sebagai tingkat kesiagaan individu pada saat ini terhadap rangsangan eksternal dan internal, artinya terhadap peristiwa-peristiwa lingkungan dan suasana tubuh, memori dan pikiran. Kesadaran dapat juga diartikan sebagai semua ide, perasaan, pendapat, yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang.

Menurut Agus Sigit Nugroho (2005) kesadaran identik dengan kemauan yaitu suatu dorongan dari alam sadar berdasarkan pertimbangan pikiran dan perasaan serta seluruh pribadi yang menimbulkan kegiatan yang terarah tercapainya tujuan tertentu yang berhubungan dengan pribadinya.

Berbicara mengenai sadar dan kesadaran yang dikaitkan dengan masyarakat adalah kesadaran kehendak dan kesadaran hukum. Sadar diartikan merasa ingin tahu, ingat kepada keadaan yang sebenarnya, atau ingat keadaan dirinya. Kesadaran dapat disebut juga yaitu kesadaran yang timbul dari diri manusia, yang timbul dari kesadaran moral yang merupakan sikap batin yang tumbuh dari rasa tanggung jawab (Fanie Oktaliana, 2009: 18).

(46)

kampanye sadar akan pajak dalam berbagai bentuknya seperti seminar, diskusi, simulasi, dan aktivitas lainnya yaitu:

a. Perlunya keteladanan

Pemerintah mampu memberikan teladan dan diikuti tokoh-tokoh dan publik figurnya, maka masyarakat pun menyadari bahwa pentingya untuk membayar pajak untuk masa depan negaranya. Tetapi, jika pemerintah menunjukkan hal yang tidak baik dengan memperlihatkan keingkarannya terhadap kewajiban pajak, maka hal ini akan menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap perpajakan.

b. Kemudahan sistem pembayaran

Adanya upaya pemerintah khususnya Direktur Jenderal Pajak untuk memberikan kemudahan dari sistem pembayaran pajak yang lebih efektif dan efisien agar memberikan kemudahan bagi masyarakat dan Wajib Pajak dari awal pembuatan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) sampai penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT).

F. Kepatuhan Wajib Pajak

1. Definisi Kepatuhan Wajib Pajak

(47)

Menurut Menurut Safri Nurmantu (2009) ada 2 (dua) macam kepatuhan yaitu kepatuhan formal dan kepatuhan materiil.

a. Kepatuhan formal

Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi kewajiban perpajakan dengan menitik beratkan pada nama dan bentuk kewajiban saja, tanpa memperhatikan hakekat kewajiban itu. Misalnya menyampaikan SPT PPh sebelum tanggal 31 Maret ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dengan mengabaikan apakah isi Surat Pemberitahuan (SPT) PPh tersebut sudah benar atau belum dan hal yang terpenting SPT PPh sudah disampaikan sebelum tanggal 31 Maret.

b. Kepatuhan Materiil

Kepatuhan materiil adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak selain memenuhi kewajiban yang berhubungan dengan nama dan bentuk kewajiban perpajakan terutama memenuhi hakekat kewajiban perpajakannya. Di sini Wajib Pajak yang bersangkutan, selain memperhatikan tanggal penyampaian SPT PPh juga memperhatikan kebenaran yang sesungguhnya dari isi SPT PPh tersebut.

Menurut Chaizi Nasucha (2004: 10) kepatuhan Wajib Pajak dapat didefinisikan dari:

a.Kepatuhan Wajib Pajak dalam mendaftarkan diri.

(48)

2. Faktor-Faktor yang Menentukan Tinggi Rendah Kepatuhan

Menurut Safri Nurmantu (2009) ada beberapa faktor yang menentukan tinggi rendahnya kepatuhan perpajakan yaitu:

a. Kejelasan Undang-Undang dan Peraturan Pelaksanaan Perpajakan

Makin jelas undang-undang dan peraturan pelaksanaan perpajakan makin mudah bagi Wajib Pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Makin sulit aturan pelaksanaan perpajakan, apalagi terdapat ketidakpastian dan ketidakberkesinambungan peraturan, maka makin sulit bagi Wajib Pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. b. Besarnya Biaya Kepatuhan

Biaya kepatuhan adalah semua biaya yang harus dipikul oleh Wajib Pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Biaya kepatuhan terdiri dari antara lain fee untuk konsultan atau akuntan dan biaya pegawai.

c. Adanya Panutan

(49)

anggota masyarakat Wajib Pajak untuk tidak melaksanakan kewajiban perpajakannya.

3. Kriteria Wajib Pajak Patuh

Menurut Keputusan Menteri Keuangan nomor 544/KMK.04/2000, kriteria Wajib Pajak patuh adalah:

a.Wajib Pajak Patuh

Wajib Pajak Patuh adalah Wajib Pajak yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

1) Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT). 2) Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali

tunggakan pajak yang telah memperoleh izin mengangsur atau menunda pembayaran pajak.

3) Laporan Keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau Lembaga Pengawasan Keuangan Pemerintah dengan pendapat wajar tanpa pengecualian selama 3 tahun berturut-turut.

4) Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir. b.Tepat Waktu

Tepat waktu menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) meliputi:

(50)

lebih dari 3 (tiga) masa pajak setiap jenis pajak dan tidak berturut-turut.

2) Surat Pemberitahuan Masa yang terlambat tersebut telah disampaikan tidak lewat dari batas waktu penyampaian SPT Masa Pajak berikutnya.

G. Surat Pemberitahuan (SPT) 1. Dasar Hukum

Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang KUP menyebutkan bahwa:

”Setiap Wajib Pajak wajib mengisi Surat Pemberitahuan dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf latin, angka arab, satuan mata uang Rupiah, dan menandatangani serta menyampaikan ke Kantor Direktorat Jenderal Pajak tempat wajib pajak terdaftar atau dikukuhkam”.

Bagi Wajib Pajak yang telah mendapat izin dari Menteri Keuangan untuk menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain rupiah, wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan dalam bahasa Indonesia dan mata uang selain rupiah yang diizinkan, yang pelaksanaannya diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan.

2. Definisi Surat Pemberitahuan (SPT)

(51)

3. Fungsi Surat Pemberitahuan (SPT)

Secara fungsional Surat Pemberitahuan (SPT) merupakan sarana komunikasi antara Wajib Pajak dan aparat pajak. Bagi Wajib Pajak merupakan sarana pertanggungjawaban kewajiban perpajakan selama satu periode, sedangkan bagi aparat pajak sebagai sarana pamantauan terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak. Secara fisik Surat Pemberitahuan (SPT) adalah formulir yang telah disiapkan aparat pajak untuk diisi Wajib Pajak guna melaporkan pemenuhan kewajiban perpajakannya. Proses pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) secara benar dan lengkap sesuai undang-undang perpajakan merupakan tahap yang penting dalam administrasi pajak, sebab timbulnya sanksi baik yang bersifat administratif maupun pidana dapat berawal dari pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) yang tidak benar dan tidak lengkap (Erly Suandy, 2006: 160).

4. Jenis Surat Pemberitahuan (SPT)

Menurut Erly Suandy (2006: 160) Surat Pemberitahuan dapat dibedakan menjadi dua yaitu Surat Pemberitahuan Masa dan Surat Pemberitahuan Tahunan.

a. Surat Pemberitahuan Masa

(52)

b. Surat Pemberitahuan Tahunan

Surat Pemberitahuan Tahunan adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Tahun Pajak atau Bagian Pajak.

5. Langkah-Langkah Pengisian Surat Pemberitahuan (SPT)

Menurut Erly Suandy (2006: 163), adapun langkah-langkah dalam pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) antara lain, yaitu:

a. Wajib Pajak harus mengisi dan menyampaikan Surat Pemberitahuan dengan benar, lengkap, jelas dan menandatanganinya.

b. Dalam hal Wajib Pajak adalah badan, Surat Pemberitahuan harus ditandatangani oleh pengurus atau direksi.

c. Dalam hal Surat Pemberitahuan diisi dan ditandatangani oleh orang lain bukan Wajib Pajak, harus dilampiri surat kuasa khusus.

d. Pengisian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan oleh Wajib Pajak yang wajib melakukan pembukuan harus dilengkapi dengan laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi serta keterangan-keterangan lain yang diperlukan untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak.

6. Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT)

Menurut Erly Suandy (2006: 164), adapun penyampaian Surat Pemberitahuan dapat dilakukan dengan cara yaitu:

(53)

b. Melalui kantor pos

7. Jangka Waktu Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT)

Batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu:

a.Batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Masa

Jenis Pajak Batas Waktu Penyampaian SPT

PPh Pasal 21 Paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir

PPh Pasal 22, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah atas Impor

14 (empat belas) hari setelah Masa Pajak berakhir

PPh Pasal 22, PPn dan PPnBm yang pemungutannya dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

7 (tujuh) hari setelah batas waktu penyetoran pajak berakhir

PPh Pasal 23 dan Pasal 26 Paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir

Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang dalam satu Masa Pajak

Paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir

Pajak Pertambahan Nilai dan Penjualan atas Barang Mewah yang pemungutannya dilakukan oleh Bendaharawan

14 (empat belas) hari setelah Masa Pajak berakhir

b. Batas Waktu Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan

Jenis Pajak Batas Waktu Penyampaian SPT

SPT Tahunan Pajak Penghasilan 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya tahun pajak

(54)

8. Perpanjangan Waktu Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT)

Apabila Wajib Pajak baik orang pribadi maupun badan ternyata tidak dapat menyampaikan atau menyiapkan laporan keuangan tahunan beserta laporan laba rugi dalam jangka waktu yang telah ditetapkan karena luasnya kegiatan usaha dan masalah-masalah teknis penyusunan laporan keuangan, sulit untuk memenuhi batas waktu yang telah ditentukan, Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan agar memperoleh perpanjangan waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan. Perpanjangan jangka waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan hanya dapat diberikan paling lama 6 (enam) bulan. Apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan sesuai batas waktu penyampaian atau batas waktu perpanjangan penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan, maka akan diterbitkan surat teguran (Erly Suandy, 2006: 167).

H. Penelitian-Penelitian Sebelumnya

(55)

kehandalan, ketanggapan, jaminan, empati, dan wujud fisik mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan masyarakat Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Yogyakarta Satu.

Penelitian dilakukan oleh Trunojoyo (2008) yaitu melakukan penelitian tentang Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Persepsi Wajib Pajak Tentang Sanksi dan Hasrat Membayar Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris Terhadap Wajib Pajak Badan yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Gubeng Surabaya). Penelitian ini membuktikan bahwa hipotesis kesadaran Wajib Pajak, persepsi Wajib Pajak tentang sanksi dan hasrat membayar pajak berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak Badan.

(56)

Pajak Badan. Sedangkan tingkat kesadaran Wajib Pajak merupakan faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak Badan dalam menyampaikan SPT Tahunan.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Lili Fadilah (2008) yaitu melakukan penelitian mengenai analisis pengaruh pemeriksaan pajak terhadap peningkatan kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pratama Bekasi Utara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persiapan pemeriksaan pajak (variabel x1), pelaksanaan (variabel x2) dan laporan pemeriksaan pajak (variabel x3) secara simultan diperoleh F sebesar 9,448 dengan nilai probabilitas signifikan sebesar 0,000, ini berarti nilai probabilitas signifikan lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05. jadi persiapan, pelaksanaan dan laporan pemeriksaan pajak berpengaruh secara simultan terhadap kepatuhan Wajib Pajak.

Penelitian yang dilakukan oleh Supriyati dan Nur Hidayati (2008) yaitu melakukan penelitian mengenai pengaruh pengetahuan pajak dan persepsi Wajib Pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Sidoarjo. Hasil uji F menunjukkan nilai signifikansinya sebesar 0.000 yang berarti bahwa variabel pengetahuan pajak dan persepsi Wajib Pajak memiliki pengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak.

(57)

penelitian ini menunjukkan untuk melakukan percobaan lapangan yang meneliti pengaruh sanksi terhadap kepatuhan pajak di industri konstruksi.

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu

No Judul Peneliti Variabel Kesimpulan

1 Pengaruh

1) Kepuasan wajib pajak

a.Dari hasil analisis regresi dapat

diketahui bahwa secara simultan dimensi

kualitas pelayanan mampu memberikan pengaruh terhadap kepuasan wajib pajak.

b.Dari hasil pengujian hipotesis secara parsial dapat diketahui

bahwa terdapat tiga variabel yang berpengaruh signifikan terhadap

kepuasan masyarakat yaitu variabel kehandalan, variabel ketanggapan, dan variabel jaminan, sedangkan

variabel empati dan variabel wujud fisik tidak berpengaruh signifikan terhadap kepuasan wajib pajak.

(58)

Tabel 2.1 (Lanjutan)

No Judul Peneliti Variabel Kesimpulan

2 Pengaruh 2) Persepsi wajib

pajak tentang sanksi dan hasrat

membayar pajak b. Variabel Dependen

(y) yaitu: 1) Kepatuhan

wajib pajak

a. Secara parsial terdapat pengaruh dari variabel kesadaran wajib pajak, persepsi wajib pajak tentang sanksi dan hasrat membayar pajak

berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak badan.

b. Secara bersama-sama atau simultan kesadaran wajib pajak, persepsi wajib pajak tentang sanksi dan hasrat membayar pajak juga berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak badan.

3 Faktor-faktor yang

Pengetahuan wajib pajak, sanksi-sanksi dalam perpajakan, kemudahan dalam proses pengisian SPT dan tingkat kesadaran wajib pajak secara simultan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak badan dalam menyampaikan SPT Tahunan.

(59)

Tabel 2.1 (Lanjutan)

No Judul Peneliti Variabel Kesimpulan

4 Analisis

a.Variabel Independen (x) yaitu:

b.Variabel Dependen (y) yaitu:

1) Kepatuhan wajib pajak

Persiapan, pelaksanaan dan laporan pemeriksaan pajak berpengaruh secara simultan terhadap kepatuhan wajib pajak

a.Variabel Independen (x) yaitu:

1) Pengetahuan tentang pajak 2) Persepsi wajib

pajak terhadap petugas pajak 3) Persepsi wajib

pajak terhadap

pengujian bahwa variabel pengetahuan pajak

memiliki pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak, sedangkan

variabel persepsi wajib pajak terhadap petugas pajak dan persepsi terhadap kriteria wajib pajak patuh tidak memiliki pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.

c. Field Experiment

Washington State

meminta untuk melakukan percobaan lapangan yang meneliti pengaruh sanksi terhadap kepatuhan pajak di industri konstruksi. Tingkat kepatuhan pajak terendah mungkin karena visibilitas yang rendah, dan Bisnis & Pekerjaan pajak. Banyak pajak yang belum

(60)

I. Keterkaitan Antar Variabel

1. Pengaruh Pengetahuan Perpajakan, Kualitas Pelayanan, Pemeriksaan, dan Kesadaran Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam Menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT)

Pengetahuan yang mendasar tentang pajak sangatlah penting karena pengetahuan Wajib Pajak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak. Wajib pajak akan siap menerima sistem baru apapun yang diperkenalkan, seperti Self Assessment System, jika mereka mempunyai pengetahuan yang besar untuk memahami sistem itu (Kasipillai dalam Ali Roshidi bin Ahmad dkk., 2007: 3). Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Dominicus Doli S.L dan M.Khoiru Rusydi (2008) dengan judul ”Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan” menunjukkan bahwa variabel pengetahuan pajak memiliki pengaruh yang positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak, dan penelitian lain yang mendukung keterkaitan antara kedua variabel ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh Supriyati dan Nur Hidayati (2008) dengan judul ”Pengaruh Pengetahuan Pajak dan Persepsi Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak”. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh pengetahuan terhadap kepatuhan Wajib Pajak.

(61)

pihak yang dilayani merasa aman, nyaman, puas dan dihargai. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Sumadi dengan judul ”Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Wajib Pajak”. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan Wajib Pajak.

Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (Erly Suandy, 2008: 209). Penelitian yang dilakukan Lili Fadilah (2008) dengan judul ”Analisis Pengaruh Pemeriksaan Pajak terhadap Peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak” membuktikan adanya pengaruh pemeriksaan pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak.

(62)

Ha1: Pengetahuan perpajakan, kualitas pelayanan, pemeriksaan dan kesadaran secara simultan berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT).

2. Pengaruh Pengetahuan Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam Menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT)

Pengetahuan yang mendasar tentang pajak sangatlah penting karena pengetahuan Wajib Pajak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak. Wajib pajak akan siap menerima sistem baru apapun yang diperkenalkan, seperti Self Assessment System, jika mereka mempunyai pengetahuan yang besar untuk memahami sistem itu (Kasipillai dalam Ali Roshidi bin Ahmad dkk., 2007: 3). Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Dominicus Doli S.L dan M.Khoiru Rusydi (2008) dengan judul ”Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan” menunjukkan bahwa variabel pengetahuan pajak memiliki pengaruh yang positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak, dan penelitian lain yang mendukung keterkaitan antara kedua variabel ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh Supriyati dan Nur Hidayati (2008) dengan judul ”Pengaruh Pengetahuan Pajak dan Persepsi Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak”. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh pengetahuan terhadap kepatuhan Wajib Pajak, sehingga dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

(63)

3.Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam Menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT)

Kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi harapan pihak yang menginginkannya. Sedangkan pelayanan mengandung pengertian pemberian fasilitas berupa informasi, motivasi dan sarana dengan tujuan agar pihak yang dilayani merasa aman, nyaman, puas dan dihargai. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Sumadi dengan judul ”Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Wajib Pajak”. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan Wajib Pajak, sehingga dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

Ha3: Kualitas pelayanan berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT).

4.Pengaruh Pemeriksaan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam

Menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT)

(64)

membuktikan adanya pengaruh pemeriksaan pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Maka hipotesis yang ketiga dapat dirumuskan sebagai berikut:

Ha4: Pemeriksaan berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT).

5.Pengaruh Kesadaran Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam

Menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT)

Agus Sigit Nugroho (2005) kesadaran identik dengan kemauan yaitu suatu dorongan dari alam sadar berdasarkan pertimbangan pikiran dan perasaan serta seluruh pribadi yang menimbulkan kegiatan yang terarah tercapainya tujuan tertentu yang berhubungan dengan pribadinya. Kesadaran adalah keadaan mengetahui atau mengerti, sedangkan perpajakan adalah perihal pajak. Sehingga kesadaran perpajakan adalah keadaan mengetahui atau mengerti perihal pajak. Kesadaran Wajib Pajak atas perpajakan amatlah diperlukan gunameningkatkan kepatuhan Wajib Pajak. Secara empiris juga telah dibuktikan bahwa makin tinggi kesadaran perpajakan Wajib Pajak maka makin tinggi tingkat kepatuhan Wajib Pajak (Suyatmin, 2004).

(65)

Ha5: Kesadaran berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT).

J. Kerangka Pemikiran

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Siti Resmi, 2009: 21).

Sejak diadakannya reformasi perpajakan tahun 1983, sebagaimana telah diubah dengan undang-undang Nomor 9 Tahun 1994 dan undang-undang Nomor 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, sistem pemungutan pajak di Indonesia berubah dari official assessment system menjadi self assessment system. Keuntungan self assessment system ini adalah Wajib Pajak diberi kepercayaan oleh pemerintah (fiskus) untuk menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku. Fungsi penghitungan adalah fungsi yang memberi hak kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri pajak yang terutang sesuai dengan peraturan perpajakan. Dengan berlakunya self assessment system diharapkan kepatuhan masyarakat, khususnya Wajib Pajak

dapat meningkatkan dengan memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(66)
(67)

Gambar.2.1 Model Penelitian

Wajib Pajak

Menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT)

Pengetahuan Perpajakan

(X1)

Kualitas Pelayanan (X2)

Pemeriksaan (X3)

Kesadaran (X4)

Kepatuhan Wajib Pajak (Y)

Uji Model Regresi

Analisis Regresi Berganda Uji Asumsi Klasik

a. Multikolinieritas b. Heteroskedastisitas c. Normalitas

Uji Statistik t Uji Statistik F

(68)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membahas pengaruh pengetahuan perpajakan, kualitas pelayanan, pemeriksaan dan kesadaran terhadap kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT). Jadi, untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) maka hal yang pertama berpengaruh yaitu tingkat pengetahuan Wajib Pajak. Seorang Wajib Pajak dikatakan patuh tentunya harus terlebih dahulu mengetahui apa yang menjadi kewajibannya. Selain itu, Direktorat Jenderal Pajak juga harus melakukan upaya-upaya antara lain peningkatan pelayanan kepada pembayar pajak dan disertai dengan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakannya dan apabila terjadi kelalaian dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) akan dikenakan sanksi. Yang terakhir tingkat kesadaran yang dimiliki oleh Wajib Pajak tanpa adanya paksaan dari siapa pun. Dengan adanya kesadaran ini Wajib Pajak melaksanakan kewajibannya sesuai peraturan perpajakan yang akan meningkatkan kepatuhan.

(69)

B. Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah Wajib Pajak orang pribadi yang terdaftar di KPP “Jakarta Selatan” dan sampel pada penelitian ini adalah Wajib Pajak orang pribadi yang melaporkan SPT Tahunannya Ke KPP “Jakarta Selatan”. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu probability sampling adalah teknik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi

setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel (Indriantoro dan Supomo, 2002: 122).

C. Metode Pengumpulan Data 1. Pengumpulan Data Primer

Data yang diperoleh secara langsung yang menjadi obyek peneliti dengan cara yaitu kuesioner dengan melakukan pengumpulan data dengan menggunakan daftar pertayaan dan pertanyaan tersebut disebarkan kepada Wajib Pajak.

(70)

Tabel. 3.1

Tingkat Penilaian Jawaban

2. Pengumpulan Data sekunder

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara. Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan, majalah, atau laporan yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan tidak dipublikasikan (Indriantoro dan Supomo, 2002: 147).

D. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang akan dilakukan yaitu: 1. Uji Kualitas Data

a. Uji Validitas Data

Pengujian validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika

No Jenis Jawaban Skor

1 SS = Sangat Setuju 5

2 S = Setuju 4

3 R = Ragu-ragu 3

4 TS = Tidak Setuju 2

(71)

pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Imam Ghozali, 2005: 45).

b. Uji Reliabilitas Data

Tahap selanjutnya, mengukur realibilitas data menunjukkan konsisten dari data yang dikumpulkan. Uji reliabilitas data adalah suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai cronbach alpha > 0,60 (Imam Ghozali, 2005: 41-42).

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu model. Kemiripan antarvariabel independen dalam satu model akan menyebabkan korelasi sangat kuat antara suatu variabel independen dengan variabel independen yang lain.

Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi sebagai berikut:

1. Nilai tolerance

2. Variance Inflation Factor (VIF)

(72)

menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10 (Imam Ghozali, 2005: 91-92).

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut ”homoskedastisitas” dan jika berbeda disebut ”heteroskedastisitas”

(Imam Ghozali, 2005: 105). c. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel terikat dan variabel bebas keduanya memiliki distribusi normal.

(73)

3. Uji Hipotesis

Metode regresi berganda digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen yaitu pengetahuan perpajakan, kualitas pelayanan, pemeriksaan, dan kesadaran terhadap variabel dependen yaitu kepatuhan Wajib Pajak.

Menurut Bhuono Agung (2005), adapun rumus regresi berganda secara statistik yaitu:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + ε Keterangan: X1: Pengetahuan Perpajakan

X2: Kualitas Pelayanan X3: Pemeriksaan X4: Kesadaran

Y: Kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan SPT a: Konstanta

b: Koefisien ε: Error

a. Koefisien Determinasi (R2)

(74)

terikatnya. Sedangkan nilai r2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel dalam menjelaskan variasi variabel-variabel dependen sangat terbatas (Imam Ghozali, 2005: 83).

b. Uji Statistik F

Uji F pada dasarnya digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel independen (X1, X2….Xn) yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Y). Dimana jika probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka hasilnya signifikan berarti variabel bebas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (Imam Ghozali, 2005: 85).

c. Uji Statisitk t

Uji t digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel independennya (X1, X2….Xn) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Y). Di mana jika probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka hasilnya signifikan berarti terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel independen secara individual terhadap variabel dependen.

E. Operasional Variabel Penelitian 1. Variabel Independen

(75)

a.Pengetahuan perpajakan

Tingkat pengetahuan perpajakan merupakan pengetahuan terhadap segala peraturan perpajakan dan hal yang terpenting masyarakat dapat mengetahui sistem pemungutan pajak yang dianut di Indonesia adalah self assessment system, yaitu sistem pemungutan pajak yang memberi

wewenang penuh kepada Wajib Pajak untuk menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri kewajiban perpajakannya kepada aparat pajak. Selanjutnya pengetahuan tersebut diimplementasikan terhadap suatu sikap patuh dalam melaksanakan kewajiban perpajakan. Jadi, tingkat pengetahuan adalah pemahaman terhadap peraturan serta kebijakan perpajakan, pemahaman akan kewajiban dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT), serta mengetahui akan adanya sanksi perpajakan apabila adanya keterlambatan atau kealpaan dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT).

b.Kualitas Pelayanan Pajak

Gambar

Gambar.2.1. Model Penelitian .....................................................................
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Gambar.2.1
Tabel 3.2.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Secara umum produksi susu kambing sangat dipengaruhi oleh kualitas pakan yang diberikan, dimana sebagian besar prokursor untuk sintesis air susu dalam kelenjar ambing berasal

Pengujian dilakukan pada 5 spesimen dan setiap spesimen di tekan pada 5 titik yang berbeda, yaitu pada bagian atas, tengah, bawah. Pada uji kekerasan kali ini menggunakan gaya

Perbandingannya adalah antara volume langkah dan ruang bakar (V d +V c ) yaitu pada posisi piston di TMB, dengan volume ruang bakar (V c ) yaitu pada posisi

Kemudian setelah di setting ulang dan menggunakan relay Directional Over Current Relays (DOCR) pada relay 3 akan bekerja optimal dengan setelan sebesar t = 0,12

Dari hasil pengamatan pra siklus ternyata jumlah siswa yang memenuhi kriteria keaktifan belajar tinggi dan sangat tinggi dalam pembelajaran matematika hanya sebesar

63 Istien Haryaningsih, Skripsi : Pengaruh pengetahuan perpajakan, kualitas pelayanan pajak, dan kesadaran perpajakan terhadap motivasi membayar pajak wajib

Berdasarkan pengertian sentra, dusun Bobung dapat dikatakan menjadi lokasi sentra industri kerajinan topeng dan batik kayu jika dilihat dari jumlah unit usaha berjumlah 16 unit

Hasil pengembangan dalam penelitian ini adalah model program bimbingan dan konseling komprehensif, yang dimulai dari penyusunan standart kompetensi, penyusunan assesment ke-