• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAGIAN C : TATA CARA SURVEI, PENGKAJIAN & KRITERIA TEKNIS DALAM PENYUSUNAN RENCANAINDUK SPAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAGIAN C : TATA CARA SURVEI, PENGKAJIAN & KRITERIA TEKNIS DALAM PENYUSUNAN RENCANAINDUK SPAL"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Bagian C :

Tata Cara Survei,

Pengkajian dan Kriteria

Teknis Dalam Penyusunan

(3)
(4)

D A F T A R I S I

1 KRITERIA PENENTUAN ZONA PRIORITAS 172

1.1 Pembobotan dan Mapping Berdasarkan Angka Kepadatan Penduduk 172 1.2 Pembobotan dan Mapping Berdasarkan Beban Pencemaran/ angka BOD 173 1.3 Pembobotan dan Mapping Berdasarkan Angka Kondisi Sanitasi 174 1.4 Pembobotan dan Mapping Berdasarkan Angka Kesakitan/Penyakit 175 1.5 Hasil Keseluruhan Pembobotan 176

2 ANALISIS PERUMUSAN DAN PENENTUAN STRATEGI 178

2.1 Matriks IFE (Internal Factor Evaluaion) dan EFE (External Factor Evaluaion) 178

2.2 Matriks SWOT 180

2.3 Matriks QSPM 180

3 KRITERIA PERKIRAAN PENGURANGAN EMISI GRK 182

4 KRITERIA SURVEI AIR LIMBAH DAN ANALISIS BEBAN 188

4.1 Real Demand Survei (RDS) / Kebutuhan Nyata 188 4.1.1. Sasaran Pokok RDS 188 4.1.2. RDS dalam Perencanaan pembangunan Daerah 188 4.1.3. Periode Pelaksanaan RDS 189 4.2 Metodologi Survei 189

4.2.1. Umum 189

4.2.2. Metode Survei 190 4.2.3. Sampel Survei 190 4.2.4. Instrumen Survei 194 4.2.5. Kode Angket 197 4.3 Kegiatan di Lapangan 199 4.4 Penanganan Data 200 4.5 Teknik Analisis Data Hasil Survei 201

5 KRITERIA ANALISIS TINGKAT DAN CAKUPAN PELAYANAN 203

6 PERHITUNGAN PEMBIAYAAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) AIR LIMBAH 206

(5)

1.

KRITERIA PENENTUAN ZONA PRIORITAS

Dalam tahapan menyusun skala prioritas pelayanan pengelolaan air limbah suatu Kabupaten/ Kota, dilakukan pembobotan dan pemetaan wilayah perencanaan pelayanan air limbah untuk tiap kelurahan di Kabupaten/Kota Perencanaan pada beberapa sektor penunjang, antara lain:

1.1 PEMBOBOTAN DAN MAPPING BERDASARKAN ANGKA KEPADATAN PENDUDUK

Metode pembobotan hasil survei berdasarkan perhitungan angka kepadatan penduduk Kabupaten/Kota Perencanaan dengan pendekatan sebagai berikut :

a. Nilai 1 diberikan apabila angka kepadatan penduduk diperoleh sangat tinggi, yaitu berada pada kepadatan > 300 jiwa/ha.

b. Nilai 2 diberikan apabila angka kepadatan penduduk diperoleh tinggi, yaitu berada pada range 200-300 jiwa/ha.

c. Nilai 3 diberikan apabila angka kepadatan penduduk sedang, yaitu berada pada range 100-200 jiwa/ha.

d. Nilai 4 diberikan apabila angka kepadatan penduduk yang rendah, yaitu berada pada range < 100 jiwa/ha.

(6)

1.2 PEMBOBOTAN DAN MAPPING BERDASARKAN BEBAN PENCEMARAN/ ANGKA BOD

Pembobotan untuk menentukan prioritas penanganan terhadap air limbah juga ditentukan berdasarkan angka BOD. Berdasarkan hasil survei dan perhitungan angka BOD Kabupaten/Kota Perencanaan, maka dilakukan pendekatan penentuan rangking berdasarkan :

a. Nilai 1 diberikan apabila angka BOD diperoleh sangat tinggi, yaitu berada pada range > 3 kg/hr/ha.

b. Nilai 2 diberikan apabila angka BOD diperoleh tinggi, yaitu berada pada range 2-<3 kg/hr/ha

(7)

Untuk pembobotan wilayah berdasarkan angka BOD lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Mapping Overlay Prioritas Berdasarkan Angka BOD (Contoh)

1.3 PEMBOBOTAN DAN MAPPING BERDASARKAN ANGKA KONDISI SANITASI

Metode pembobotan hasil survei berdasarkan perhitungan angka kondisi sanitasi adalah berdasarkan pendekatan sebagai berikut :

a. Nilai 1 diberikan apabila fasilitas kondisi sanitasi di daerah tersebut adalah tidak ada jamban. Nilai kondisi sanitasi ini dapat disimpulkan bahwa fasilitas kondisi sanitasi wilayah tersebut paling buruk.

b. Nilai 2 diberikan apabila fasilitas kondisi sanitasi di daerah tersebut adalah jamban tanpa septic tank. Nilai kondisi sanitasi ini dapat disimpulkan bahwa fasilitas kondisi sanitasi wilayah tersebut buruk.

(8)

d. Nilai 4 diberikan apabila fasilitas kondisi sanitasi di daerah tersebut adalah Mini IPAL. Nilai kondisi sanitasi ini dapat disimpulkan bahwa fasilitas kondisi sanitasi wilayah tersebut baik.

Untuk overlay mapping peta wilayah perencanaan dari hasil pembobotan angka kondisi sanitasi di atas dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Mapping Overlay Prioritas Berdasarkan Angka Kondisi Sanitasi (Contoh)

1.4 PEMBOBOTAN DAN MAPPING BERDASARKAN ANGKA KESAKITAN/PENYAKIT

(9)

b. Nilai 2 diberikan apabila angka kesakitan/penyakit diperoleh sedang, yaitu berada pada jumlah 45.787 orang.

c. Nilai 3 diberikan apabila angka kesakitan/penyakit diperoleh tinggi, yaitu berada pada jumlah 68.650 orang.

d. Nilai 4 diberikan apabila angka kesakitan/penyakit diperoleh sangat tinggi, yaitu berada pada jumlah 73.926 orang.

Untuk overlay mapping peta wilayah perencanaan dari hasil pembobotan angka kondisi sanitasi di atas dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Mapping Overlay Prioritas Berdasarkan Angka Kesakitan (Contoh)

1.5 HASIL KESELURUHAN PEMBOBOTAN

Untuk pembobotan akhir maka kita melakukan pendekatan dengan penjumlahan angka kepadatan penduduk dan fasilitas sanitasi dikurangi angka kesakitan, adalah sebagai berikut:

(10)

sangat rendah ini dapat disimpulkan bahwa wilayah tersebut memerlukan penanganan segera karena kondisi sanitasinya buruk. Untuk warna disimbolkan dengan merah.

b. Nilai 2-3 diberikan apabila hasil pembobotan dikatakan sedang. Nilai pembobotan yang sedang ini dapat disimpulkan bahwa wilayah tersebut harus diperhatikan kondisi sanitasinya, karena ada dalam kategori sedang. Jika tidak dijaga dengan baik maka tidak menutup kemungkinan kondisi sanitasi ini berubah menjadi buruk. Untuk warna disimbolkan dengan kuning .

c. Nilai ≥4 diberikan apabila hasil pembobotan sangat tinggi. Nilai pembobotan ini dapat

disimpulkan bahwa wilayah tersebut masih mempunyai sistem sanitasi yang cukup baik. Untuk warna disimbolkan dengan biru. Namun tetap harus dilakukan perbaikan dan peningkatan terutama bagi daerah yang mempunyai kepadatan yang cukup tinggi. Tidak menutup kemungkinan dengan adanya peningkatan kepadatan maka kondisi sanitasi menjadi buruk.

Untuk hasil pembobotan selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 5.

(11)

2. ANALISIS PERUMUSAN DAN PENENTUAN STRATEGI

Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam melakukan Analisis Perumusan strategi, yaitu :

1. Melakukan identiikasi faktor-faktor kunci yang menjadi kekuatan dan kelemahan bagi

kelembagaan dari hasil analisis menggunakan matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE). Setelah itu, dilanjutkan wawancara/brainstorming dengan pihak pengelola., dari hasil kegiatan tersebut disusun faktor-faktor strategis

kelembagaan yang selanjutnya dikonirmasi kembali kepada responden untuk mendapat

persetujuan serta apakah ada masukan lain.

2. Melakukan identiikasi faktor-faktor kunci yang menjadi peluang dan ancaman bagi

Kabupaten/Kota, dengan cara teknis yang sama dengan bulir sebelumnya.

3. Melakukan pembobotan pada setiap faktor kunci internal dan eksternal penentuan bobot berdasarkan pada hasil kuisioner SWOT.

4. Melakukan pembobotan pada setiap faktor kunci internal dan eksternal

5. Mengalikan bobot dan nilai dari masing-masing faktor untuk mendapatkan nilai skor

6. Menjumlahkan semua nilai skor untuk mendapatkan nilai skor total bagi kelembagaan

7. Menghitung posisi kuadran kelembagaan dengan mengurangkan nilai skor total untuk kekuatan dengan kelemahan (sumbu x), serta mengurangkan nilai skor total peluang dan ancaman (sumbu y), sehingga diperoleh kuadran kelembagaan (x,y)

Berikut ini beberapa matriks yang digunakan untuk melakukan analisis perumusan dan penentuan strategi, yaitu :

2.1 MATRIKS IFE (INTERNAL FACTOR EVALUATION) DAN EFE (EXTERNAL FACTOR EVALUATION)

(12)

a. Penyusunan daftar kekuatan dan kelemahan (faktor strategis internal), peluang dan ancaman (faktor strategis eksternal) kelembagaan.

b. Penilaian bobot faktor strategis internal dan eksternal

Dalam menentukan bobot setiap variabel digunakan skala 1,2,3, dan 4 dengan keterangan sebagai berikut :

1 = sangat tidak penting

2 = tidak penting

3 = penting

4 = sangat penting

c. Penilaian peringkat faktor strategis internal dan eksternal

Dalam menentukan peringkat setiap variabel digunakan skala 1, 2, 3, dan 4 dengan keterangan sebagai berikut :

1 = sangat lemah

2 = tidak begitu lemah

3 = cukup kuat

4 = sangat kuat

d. Kalikan bobot dan peringkat untuk mendapatkan skor tertimbang

e. Jumlahkan skor tertimbang untuk setiap kekuatan dan kelemahan untuk mendapatkan total skor tertimbang.

Contoh matriks IFE dan matriks EFE terdapat pada Tabel 1 dan Tabel 2.

Tabel 1. Matriks IFE

Faktor Kunci Internal

Bobot Peringkat Skor Terimbang

(A) (B) (A) x (B)

Kekuatan

Kelemahan

(13)

Tabel 2. Matriks EFE

Faktor Kunci Eksternal

Bobot Peringkat Skor Terimbang

(A) (B) (A) x (B)

Peluang

Ancaman

TOTAL

2.2 MATRIKS SWOT

Salah satu alat analisis yang digunakan untuk menyusun deskripsi mengenai faktor-faktor strategi kelembagaan adalah Matriks SWOT. Mastriks SWOT dibuat dengan mendaftar peluang dan ancaman pada sisi vertikal dan mendaftar kekuatan dan kelemahan pada sisi horizontal seperti pada Tabel 3, yaitu :

Tabel 3. Matriks SWOT

S W A T

Strength (S) Weakness (W)

Datar Kekuatan Datar keterbatasan(kelemahan)

Opportunity (O) SO - Strategies WO - Strategies

Menggunakan kekuatan untuk meraih peluang

Mengatasi keterbatasan dengan pemanfaatan peluang

Threats (T) ST - Strategies WT - Strategies

Menggunakan kekuatan untuk menghilangkan

ancaman

Meminimalkan keterbatasan dan menghindari ancaman

2.3 MATRIKS QSPM

Alat yang dapat digunakan untuk melakukan evaluasi berbagai alternatif untuk menentukan keputusan adalah QSPM matrix. QSPM (Quantitative Strategic Planning

(14)

matriks SWOT pada tahap pencocokan untuk memutuskan strategi mana yang terbaik. Strategi yang dihasilkan diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi pihak manajemen kelembagaan dalam penetapan kebijakan strategi untuk pengembangan usaha. Setelah berhasil mengembangkan sejumlah strategi alternatif, kelembagaan harus mampu mengevaluasi dan kemudian memilih strategi terbaik yang paling cocok dengan kondisi internal dan eksternal kelembagaan dengan menggunakan QSPM.

Langkah-langkah yang harus diikuti untuk membuat matriks QSPM, yaitu :

1. Menyusun daftar peluang dan ancaman eksternal, serta kekuatan dan kelemahan internal kelembagaan

2. Memberikan bobot untuk masing-masing peluang, ancaman, kekuatan, dan kelemahan. Bobot ini sama dengan rata-rata bobot yang dihasilkan pada matriks IFE dan EFE.

3. Tuliskan strategi alternatif yang akan dievaluasi.

4. Menentukan Skor Kemenarikan/ SK (Attractiveness Score / AS)

Skor kemenarikan ditentukan untuk setiap strategi yang dipilih untuk menunjukkan kemenarikan relatif antara strategi yang satu dibandingkan dengan yang lain berkaitan dengan faktor kunci tertentu. Kisaran skor kemenarikan adalah :

1 = tidak menarik

2 = agak menarik

3 = cukup menarik

4 = sangat menarik

5. Menghitung Total Skor Kemenarikan (TSK) sebagai hasil kali bobot dan skor kemenarikan dalam setiap baris. Semakin tinggi TSK, semakin menarik strategi yang dipilih (berdasarkan faktor kunci yang bersangkutan).

(15)

Tabel 4. Matriks QSPM

Faktor Kunci

Eksternal Bobot

Strategi 1 Strategi 2

Peluang Ancaman

Kekuatan

Kelemahan

TOTA L

3.

KRITERIA PERKIRAAN PENGURANGAN EMISI GRK

Limbah cair yang dimaksud pada pedoman ini mencakup limbah domestik dan limbah industri yang diolah setempat (uncollected) atau dialirkan menuju pusat pengolahan limbah cair (collected) atau dibuang tanpa pengolahan melalui saluran pembuangan dan menuju ke sungai sebagaimana disampaikan secara skematik pada Gambar 6. dan Tabel 5. Nampak bahwa collected untreated waste water juga merupakan sumber emisi GRK, yaitu pada sungai, danau, dan laut. Pada collected treated waste water, sumber emisi GRK berasal dari pengolahan anaerobik reaktor dan lagoon.

Pada pengolahan aerobik tidak dihasilkan emisi GRK namun menghasilkan lumpur/sludge yang perlu diolah melalui an-aerobic digestion, land disposal maupun insinerasi. Limbah cair yang tidak dikumpulkan namun diolah setempat, seperti laterin dan septik tank untuk limbah cair domestik dan IPAL limbah cair industri, juga merupakan sumber emisi GRK yang tercakup dalam inventarisasi.

IPAL limbah cair industri yang merupakan sumber potensial emisi GRK mencakup industri pemurnian alkohol, pengolahan beer dan malt, pengolahan kopi, pengolahan produk-produk dari susu, pengolahan ikan, pengolahan daging dan pemotongan hewan, bahan kimia organik,

kilang BBM, plastik dan resin, sabun dan deterjen, produksi starch (tapioka), rainasi gula,

(16)

Tabel 5. Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair, dan Potensi Emisi Gas Rumah Kaca

TIPE PENGOLAHAN POTENSI EMISI CH

4 DAN N2O

D ik u m p u lk an Tan p a P e rl ak u

an Aliran sungai Kekurangan oksigen pada sungai/danau

Saluran tertutup bawah tanah Tidak menghasilkan CH4 dan N2O

Saluran pembuangan (terbuka) Kelebihan limbah pada saluran terbuka merupakan sumber CH

4. P e rl ak u an A e ro b ik

Fasilitas Pengolahan Limbah Cair Terpusat Secara Aerobik

CH4 dalam jumlah tertentu dari lapisan

anaerobic

Sistem aerobik yang buruk dapat menghasilkan CH4.

Pabrik dengan pemisahan nutrisi (nitriikasi dan denitriikasi) menghasilkan N2O dalam

jumlah sedikit

Pengolahan lumpur anaerobik pada pengolahan limbah cair terpusat secara aerobic

Kemungkinan lumpur merupak sumber CH4

dan jika CH4 yang dihasilkan idak direkoveri

dan dibakar (lared)

Kolam dangkal secara aerobic

Tidak menghasilkan CH4 dan N2O

Sistem aerobik yang buruk dapat menghasilkan CH4.

A

n

ae

ro

b

ik Danau di pinggir laut secara anaerobic

Dapat menghasilkan CH4

Tidak menghasilkan N2O

Reaktor (Digester) Anaerobik Kemungkinan lumpur merupakan sumber CH4 dan jika CH4 yang dihasilkan idak

direkoveri dan dibakar (lared).

T id ak d ik u m p u lk

an Sepic Tanks Sering kali pemisahan padatan mengurangi

produksi CH4

Laterine/ Lubang Kakus Kering Produksi CH4 (temperatur dan waktu penyimpanan tertentu)

Aliran sungai Lihat di atas

(17)

Pendekatan Umum Perhitungan Tingkat Emisi GRK

Perhitungan tingkat emisi GRK untuk kebutuhan inventarisasi emisi GRK pada dasarnya berbasis pada penedekatan umum sebagai berikut:

Tingkat Emisi = Data Aktivitas (AD) x Faktor Emisi (EF) …….. 1.1

Data aktivitas (AD) adalah besaran kuantitatif kegiatan manusia (anthropogenic) yang melepaskan emisi GRK. Pada pengelolaan limbah, besaran kuantitatif adalah besaran terkait dengan waste generation (laju pembentukan limbah), masa limbah yang ditangani pada setiap jenis pengolahan limbah. Faktor emisi (EF) adalah faktor yang menunjukkan intensitas emisi per unit aktivitas yang bergantung kepada berbagai parameter terkait karakteristik limbah dan sistem pengolahan limbah. Sementara itu, contoh sistem pelaporan hasil inventarisasi emisi GRK penanganan limbah domestic terdapat pada Gambar 7.

(18)
(19)

METODOLOGI PENGHITUNGAN EMISI GRK DARI KEGIATAN PENGOLAHAN/ PEMBUANGAN LIMBAH CAIR

a. Pemilihan Metoda (Tier) dalam penghitungan emisi CH4 dari limbah cair Tier 1:

Estimasi-estimasi dari metode Tier 1 berdasarkan pada metode IPCC FOD yang sebagian besar menggunakan data aktivitas default dan parameter-parameter default. Metode Tier 1 cocok untuk perhitungan dengan parameter data yang terbatas.

Tier 2:

Metode ini sama dengan metode Tier 1, tetapi membutuhkan faktor emisi spesiik dan data aktivitas spesiik. Misalnya pada metode Tier 2, faktor emisi spesiik untuk sistem pengolahan spesiik pada perhitungan dapat tidak dipertimbangkan. Jumlah lumpur yang dihilangkan untuk insinerasi, landill, dan lahan pertanian dapat dipertimbangkan pada

metode Tier 2.

Tier 3:

Metode ini dapat digunakan pada negara dengan data yang baik dan telah menggunakan metode yang sangat baik.Negara dengan metode yang sangat baik dapat didasarkan atas

data spesiik dari fasilitas pengolahan limbah cair.

b. Penghitungan Tingkat Emisi CH4 dari Pengolahan Limbah Cair Domestik

Emisi CH4 dari Limbah Cair Kota dihitung dengan menggunakan formula berikut.

dengan faktor emisi :

dimana :

Emisi-emisi CH4 TOW

S Ui Tij I J

= =

= = = = =

Emisi-emisi CH4 dalam tahun inventori, kg CH4/th

Total organik dalam limbah cair dalam tahun inventori, kg BOD/th

Komponen organik diambil sebagai lumpur dalam tahun inventori, kg BOD/th

fraksi populasi dalam grup income i dalam tahun inventori

Derajat pemanfaatan dari saluran atau sistem pengolahan/pembuangan,

J : untuk iap fraksi grup pendapatan i dalam tahun inventori.

Grup pendapatan: perkotaan, pendapatan inggi perkotaan dan

pendapatan rendah perkotaan

(20)

EFj R Bo

MCFj

= = = = =

Faktor emisi, kg CH4 / kg BOD

Jumlah dari pemulihan CH4 dalam tahun inventori, kg CH4/th

kapasitas maksimum produksi CH4 (kg CH4/kg BOD) dengan default

maksimum kapasitas produksi CH4 untuk limbah cair perkotaan 0.6 kg CH4/kg BOD atau 0.25 kg CH4/kg COD

faktor koreksi metan (fraksi).

(21)

4. KRITERIA SURVEI AIR LIMBAH DAN ANALISIS BEBAN

4.1 REAL DEMAND SURVEI (RDS) / KEBUTUHAN NYATA

Kebutuhan nyata adalah kebutuhan yang benar-benar memang mencerminkan apa yang sebenarnya dibutuhkan. Istilah kebutuhan nyata muncul karena adanya pandangan yang berbeda dalam menggambaran kondisi nyata dari adanya kebutuhan di tingkat masyarakat, dimana umumnya terjadi perbedaan pandangan antara pihak pengambil kebijakan (pemerintah) dan pihak penerima kebijakan (masyarakat). Kebutuhan nyata biasanya menggambarkan kondisi nyata dari kebutuhan masyarakat, dalam artian memfokuskan diri pada pandangan menurut masyarakat, bukan pandangan pihak pengambil kebijakan.

4.1.1. SASARAN POKOK RDS

Tujuan dari kegiatan Survei Kebutuhan Nyata (Real Demand Survei – RDS), dimaksud untuk mencapai sasaran – sasaran sebagai berikut:

a. Meningkatkan peran serta (partisipasi) masyarakat dalam perencanaan pembangunan;

b. Mengetahui kondisi dan akses masyarakat terhadap fasilitas pengolahan air limbah;

c. Mengetahui tingkat kebutuhan dan kepentingan masyarakat terhadap sarana dan prasarana air limbah;

d. Menentukan prioritas (baik kegiatan maupun lokasi) dalam penyediaan/ pembangunan sarana dan prasarana air limbah;

e. Mengetahui tingkat kemauan membayar masyarakat dalam penyediaan sarana dan prasarana air limbah

f. Mengetahui tingkat kemampuan ekonomi masyarakat.

4.1.2 RDS DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

a. Survei Kebutuhan Nyata adalah sangat penting, baik bagi pemerintah maupun masyarakat

b. Pemerintah (dalam hal ini Kota/Kabupaten), menyadari bahwa dalam perencanaan pembangunan daerahnya didasarkan atas kebutuhan nyata dari masyarakatnya, akan berupaya menyediakan sarana dan prasarana umum dasar pengelolaan air limbah kepada masyarakat sesuai dengan fungsinya;

(22)

4.1.3 PERIODE PELAKSANAAN RDS

a. Dilaksanakan setiap 5 (lima) tahun sekali, untuk mendukung pemutakhiran data pokok yang digunakan dalam penyusunan ”Rencana Strategi Sanitasi Perkotaan (Citywide

Sanitation Strategy - CSS)” .

b. Dilaksanakan setiap 1 (satu) tahun sekali, untuk mendukung pemutakhiran data pokok yang digunakan dalam penyusunan “Rencana Aksi Sanitasi (Sanitation Action Plan – SAP)”

4.2 METODOLOGI SURVEI 4.2.1 UMUM

Melalui Survei Kebutuhan Nyata Bidang Air Limbah, Pemerintah Daerah (Kota/Kabupaten) akan memperoleh gambaran tentang kebutuhan nyata dari masyarakatnya tentang sarana dan prasarana dasar di bidang air limbah dan sekaligus juga memberikan upaya positif bahwa Pemerintah Daerah menaruh perhatian yang baik terhadap masyarakatnya. Pengukuran tingkat kebutuhan nyata masyarakat di bidang air limbah dapat dilakukan dengan berbagai metode diantaranya adalah :

a. Directly Reported Real Demand

Pengukuran tingkat kebutuhan dilakukan secara langsung melalui pertanyaan (kuesioner atau angket).

b. Derived Real Demand

Pertanyaan menyangkut dua hal utama yaitu ketersediaan fasilitas (sarana dan prasarana) bidang air limbah dan kondisi akses masyarakat terhadap fasilitas bidang air limbah dan besarnya kinerja yang mereka rasakan.

c. Problem Analysis

Masyarakat (rumah tangga) yang menjadi responden diminta mengungkapkan dua hal yaitu masalah – masalah yang mereka hadapi terkait dengan fasilitas (sarana dan prasarana) bidang air limbah dan saran - saran terhadap kondisi dan permasalahan yang ada.

d. Importance – Demand Analysis

(23)

4.2.2 METODE SURVEI

Survei dilakukan dengan metode :

a. Wawancara

Adalah cara pengumpulan data informasi dengan mengajukan pertanyaan langsung kepada masyarakat (rumah tangga) atau responden yang telah dipilih secara acak (random) dan dianggap dapat memberikan keterangan yang diperlukan, sehingga diperoleh informasi yang tepat mengenai permasalahan yang diteliti.

b. Kuesioner

Adalah cara pengumpulan data dengan mengajukan daftar pertanyaan tertulis kepada masyarakat (rumah tangga) atau responden dengan tujuan memperoleh informasi dengan reliabilitas dan validitas yang tinggi.

c. Petugas Survei (Enumerator)

Adalah individu-individu yang melaksanakan wawancara kepada responden untuk melakukan pengisian angket (kuesioner). Petugas survei/pencacah (enumerator) adalah ujung tombak yang menghubungkan antara pimpinan survei dengan dengan responden, dan antara data analis dengan responden. Penyeleksian dan pemberian pelatihan para petugas survei dilakukan terlebih dahulu sebelum pelaksanaan survei dengan maksud untuk memudahkan administrasi survei, dan membuat analisis terlaksana dengan lancar. Salah satu hal yang terpenting bahwa, petugas survei adalah individu ataupun kelompok yang independen.

4.2.3 SAMPEL SURVEI a. Kerangka Sampel

Adalah semua elemen di dalam populasi yang mengidentiikasikan semua anggota dari

target populasi. Dalam menentukan kerangka sampel dapat digunakan daftar masyarakat (rumah tangga) dan daerah/wilayah yang menjadi cakupannya. Daerah/wilayah yang

menjadi cakupannya diupayakan sampai pada unit yang terkecil mungkin agar prioritas lokasi

nantinya dapat teridentiikasi secara baik dan tepat. Apabila wilayahnya Kota/Kabupaten,

maka lokasi yang menjadi lokus survei dapat diupayakan berupa lokasi menurut Kecamatan, dan sebisa mungkin lokasinya adalah Kelurahan/Desa. Apabila jumlah Keluarahan/Desa cukup banyak, maka lokasi menurut Kecamatan adalah yang terbaik.

b. Teknik Penarikan Sampel

(24)

atau probability sampling) dengan teknik sampel Cluster Sampling (Area Sampling). Dalam pelaksanaannya sampel Cluster Sampling ini dapat dilakukan dengan mengelompokkan per Kecamatan dalam suatu Kota/Kabupaten. Dibuat daftar yang terdiri nama-nama kecamatan dan jumlah rumah tangga dari setiap wilayah – jumlah sampel akan ditentukan berdasarkan jumlah rumah tangga per kecamatan.

Dalam sampel klaster (Cluster Sampling), unit analisis dalam populasi digolongkan dalam gugus-gugus yang disebut klaster, yang merupakan satuan-satuan dari mana sampel akan diambil secara acak. Unit terkecil sampel klaster disebut PSU (Primary Sampling Unit) –

dapat berupa organisasi, asosiasi, batas geografis, batas administrasi yang jelas (kelurahan/

desa, kecamatan, dan lain-lain). Terdapat dua situasi dimana sampel klaster dipakai, yaitu

pertama, wilayah sampel tersebar luas, sehingga untuk menyusun kerangka dasar sampel sangat sulit. Kedua, tidak terdapat kerangka dasar sampel yng cukup baik dan harus dibuat dengan biaya yang mahal. Sampel klaster mempunyai kelebihan dalam hal efisiensi terutama untuk menghemat waktu dan biaya.

Jumlah Sampel

Jumlah sampel ditentukan berdasarkan dari tingkat ketelitian dan analisis area sampling yang diinginkan. Semakin besar ketelitian (error sampling semakin kecil), maka akan

mengakibatkan jumlah sampel semakin besar, demikian juga dengan tingkatan analisis yang akan dicapai semakin fokus akan mengakibatkan jumlah sampel yang semakin besar.

Tingkat presisi suatu hasil survei sangat tergantung kepada faktor biaya, waktu dan tenaga, semakin tinggi tingkat presisi hasil survei, semakin besar biaya yang dibutuhkan dan semakin memerlukan waktu dan tenaga yang besar, mengharapkan hasil survei tingkat presisi yang tinggi tidak mungkin dicapai dengan biaya, tenaga waktu yang terbatas.Ketelitian suatu hasil survei sangat ditentukan dari besarnya ketelitian yang dinyatakan sebagai faktor: Tingkat Kepercayaan dan Error Sampling. Makin besar Tingkat Kepercayaan dan makin kecil Error

Sampling-nya, maka akan mengakibatkan jumlah sampel yang semakin besar.

Contoh Pengertian Tingkat Kepercayaan dan Error Sampling

Desain Survei:

• Jumlah Sampel : 1.000 sampel

• Tingkat Kepercayaan : 95 % • Error Sampling : + 5 %

(25)

Perhitungan jumlah sampel dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sbb:

dimana :

S = Jumlah sampel

Z = Ukuran Tingkat Kepercayaan/nilai rata-rata dari Standard Error

• Untuk Tingkat Kepercayaan 90 %, nilai Z = 1.64

• Untuk Tingkat Kepercayaan 95 %, nilai Z = 1,96

• Untuk Tingkat Kepercayaan 99 %, nilai Z = 2,58

r = variasi proporsi populasi, nilai r untuk populasi berimbang adalah 0,25 N = Jumlah populasi (rumah tangga) dalam area sampling

e = Error Sampling (%), tergantung dari ketelitian yang direncanakan, semakin kecil Error

Sampling, akan mengakibatkan jumlah sampel yang semakin besar.

Secara graik perhitungan jumlah sampel dapat dijelaskan sebagai berikut; bila populasi

jumlah rumah tangga (sumbu x) makin besar, maka presentase ukuran sampel (sumbu y) akan mengecil, begitu pula sebaliknya, jika jumlah populasi makin kecil, maka presentase jumlah sampel akan membesar. Selengkapnya dicontohkan pada Gambar 9.

Artinya:

Pada tingkat kepercayaan 95%, berarti hanya 5% dari seluruh pelanggan yang be

-rada di luar jawaban 65% menyatakan baik dan 35% menyatakan tidak baik, di sini ada 5% kesalahan sampling karena tidak pasti.

Error Sampling +5 %, artinya rumah tangga (responden) yang menyatakan baik, berada pada range 65% ditambah dan dikurang 5%, jadi ketepatan jawaban adalah rumah tangga (responden) menjawab bahwa kualitas saluran air yang ada di sekitar rumahnya baik antara 60% hingga 70% - kita bisa menarik kesimpulan bahwa may

-oritas rumah tangga (masyarakat) menyatakan bahwa kualitas saluaran air yang ada di sekitar rumahnya baik kualitasnya, terbawah nilainya 60% (mayoritas).

Namun bila jawaban responden adalah 50% menyatakan baik dan 50% menya

-takan tidak baik kualitasnya, maka akan sulit dalam mengintepretasikan jawaban responden, oleh karena ketepatan jawaban berada pada kisaran 45% s.d. 55%; bila jawaban berada pada jawaban 45 % yang menyatakan baik maka dapat intepre

(26)

Gambar 9. Ukuran Sampel (%) (Contoh)

(Sumber: Rea and Parker, 1997)

Contoh :

Suatu survei dilakukan terhadap rumah tangga suatu Kecamatan dengan jumlah pelang

-gan = 73.802 rumah tangga – Desain survei ditentukan den-gan Tingkat Kepercayaan 99% dan Error Sampling + 10%, hitung besarnya jumlah sampel dengan mengunakan rumus dan dengan menggunakan grafik

Menggunakan Rumus;

Z = 2,58 untuk Tingkat Kepercayaan 99% r = 0,25

(27)

c. Populasi

Target populasi adalah sasaran populasi yang akan dituju dalam survei sampel, dalam hal ini populasinya adalah rumah tangga yang berada dalam suatu wilayah kecamatan, sedangkan targetnya adalah Kepala Rumah Tangga atau Ibu Rumah Tangga.

4.2.4 INSTRUMEN SURVEI

Instrumen survei, berupa angket (kuesioner) yang merupakan alat utama bagi para petugas survei/pencacah (enumerator) untuk berinteraksi dengan pihak yang akan diwawancarai/ responden.

Tujuan pokok pembuatan kuesioner adalah untuk:

1. Memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan survei dan

2. Memperoleh informasi dengan reliabilitas dan validitas setinggi mungkin

Pertanyaan-pertanyaan dalam angket merupakan dasar atau basis untuk analisis dan pelaporan hasil survei. Oleh karena itu angket harus disusun secara sistematis, mudah dijawab serta tidak menimbulkan interpretasi yang keliru atau menyulitkan bagi responden.

a. Fokus Survei

Penentuan fokus suatu survei merupakan langkah yang sangat penting dari keseluruhan proses survei. Di dalam kaitannya dengan Survei Kebutuhan Nyata Bidang Sanitasi, angket akan difokuskan atau diarahkan atas:

1) Karakteristik tempat tinggal rumah tangga (responden);

2) Kondisi kesehatan dan akses rumah tangga terhadap fasilitas kesehatan;

3) Kondisi air bersih dan akses rumah tangga terhadap fasilitas air bersih;

4) Kondisi persampahan dan akses rumah tangga terhadap fasilitas persampahan;

5) Kondisi sanitasi dan akses rumah tangga terhadap fasilitas sanitasi;

6) Kondisi drainase dan akses rumah tangga terhadap fasilitas drainase;

Menggunakan Grafik :

Jumlah Populasi dalam rumah tangga = 73.802, plot-kan pada sumbu X di grafik dan merupakan titik awal nilai populasi kemudian,

Tarik garis survei dari titik x = 73.802, hingga memotong lengkung grafik untuk

“Tingkat Kepercayaan 99 % dan Error Sampling + 10% ”, kemudian

Dari titik potong dengan grafik lengkung tarik garis horizontal ke kiri hingga memotong sumbu Y

Titik potong dengan sumbu Y mendapatkan nilai persentase jumlah sampel = 0,297

terhadap besar poulasi dalam KK

Hitung besar sampel = 0,297 x 73.803 rumah tangga = 219,2 dibulatkan menjadi

(28)

7) Tingkat kepentingan dan kebutuhan rumah tangga terhadap fasilitas umum bidang sanitasi (mencakup fasilitas kesehatan, air bersih, persampahan, sanitasi, dan drainase);

8) Tingkat kesediaan dan kemauan membayar (willingness to pay – WTP) dari rumah tangga yang tidak memiliki akses yang baik terhadap fasilitas air bersih, persampahan, sanitasi, dan drainase apabila disediakan fasilitas tersebut di lingkungan rumah mereka;

9) Proil karakteristik sosial dan ekonomi rumah tangga; dan 10) Tingkat kemampuan ekonomi (affordabilitas) rumah tangga

b. Desain Angket

Suatu angket yang didesain dengan baik akan memiliki karateristik-karateristik sebagai berikut:

1) Angket hanya mem-fokus-kan pada topik-topik yang diperlukan untuk suatu riset yang surveinya didesain untuk mendukung riset tersebut.

2) Panjang dan kompleksitas suatu angket harus memungkinkan angket tersebut dilaksanakan dalam suatu jangka waktu yang relatif singkat.

3) Angket harus mudah untuk digunakan.

4) Angket harus berisi kata pengantar yang berisi latar belakang informasi survei kepada responden yang potensial.

5) Pertanyaan yang saling terkait harus ditempatkan bersama, dimasukan ke dalam bab yang mempunyai tema yang sama (“thematically”).

6) Gunakanlah pola-pola, yang bersifat “penyaringan/ilter” atau “penyeleksian”, pastikan bahwa pengunaan pertanyaan akan memperoleh jawaban dari responden yang relefan dengan situasi.

c. Desain Pertanyaan

Model pertanyaan bersifat tertutup (“close-ended”) yaitu jenis pertanyaan yang menyediakan suatu daftar yang berisi kemungkinan jawabannya. Pihak-pihak yang diwawancara akan memilih salah satu jawaban yang tersedia. Pertanyaan yang bersifat “close-ended” lebih mudah untuk dianalisis dibandingkan pertanyaan yang “open-ended”.

1) Pertanyaan harus terfokus kepada satu topik tertentu.

2) Pertanyaan tidak boleh bersifat membimbing responden, atau mengarahkan ke suatu jawaban yang logis

3) Untuk suatu pertanyaan yang tertutup (“close-ended”), jawaban-jawaban yang tersedia harus mencakup semua jawaban potensial yang masuk akal yang mungkin disampaikan oleh pihak yang diwawancarai tersebut.

(29)

6) Pertanyaan tidak boleh menyinggung topik-topik yang sekiranya sensitif bagi responden.

Tabel 6. Contoh Pertanyaan Berdasarkan Jenis dan Tujuannya

JENIS DESKRIPSI CONTOH

Dikotomi Suatu pertanyaan dengan dua kemungkinan jawaban

Apabila salah satu anggota keluarga menderita sakit berobat kemana?

Ya Tidak

1.RS/RSUD 1 2

2.Puskemas di Kecamatan 1 2

3.Puskesmas Pembantu/ Keliling di Kecamatan/ Kelurahan

4.Posekesdes di Kelurahan 1 2

5.Posyandu di RT/RW 1 2

6.Dokter di lingkungan/

keluarga 1 2

Pilihan Berganda

Suatu pertanyaan dengan iga atau lebih jawaban

Kapan biasanya anggota rumah tangga Anda membuang air besar

Sekali pada pagi hari 1

Sekali pada sore hari 2

Dua kali sehari pada pagi dan sore

hari 3

Lebih dari dua kali sehari 4

Skala Linkert

Suatu pertanyaan dengan perbedaan semanik:

Bagaimana ingkat kepeningan rumah tangga Anda terhadap fasilitas umum berikut?

Pening ... idak pening

Butuh .... idak butuh

Contoh: Kesehatan ....

Sangat pening 5 Air Bersih ....

Pening 4 Persampahan ....

Cukup pening 3 Sanitasi (Limbah) ...

Tidak pening 2 Lainnya (Sebutkan) ....

Sangat idak pening 1

(30)

4.2.5 KODE ANGKET

Untuk memudahkan dalam administrasi pelaksanaan survei di lapangan dan keperluan analisis, maka pada setiap lembar angket perlu diberi penomoran dengan memberikan kode pada setiap atributnya. Pemberian kode di sini juga mutlak diperlukan jika pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program atau software SPSS.

Atribut yang diperlukan meliputi :

1) Nomer kode wilayah/daerah terdiri;

a) Nomor kode kecamatan

b) Nomor kode desa/kelurahan

2) Nomer kode identitas pewawancara

3) Nomer kode tanggal, bulan dilakukan wawancara

4) Nomer urut responden/angket

Berikut ini contoh pemberian kode angket :

S U RV E I K E B U T U H A N N YATA R U M A H TA N G G A B I D A N G A I R L I M B A H

Data Wawancara:

Kecamatan : A_______|______| Kelurahan/Desa : B_______|______| No. ID Petugas : C_______|______|

Tanggal Wawancara : D_______|_______|E|_______| _______|

Tanggal Bulan

No. Urut Responden : F_______|_______|

Kode Angket :

A1

A2

B1

B2

C1

C2

D1

D2

E1

E2

F1

F2

Kecamatan Kode A1 & A2 Berilah nomer urut pada datar nama Kecamatan, mulailah penomeran dari 01, 02, 03, dan

seterusnya

(31)

Nomer ID Petugas Kode C1 & C2 Buat datar nama petugas survei/pencacah (enumerator), beri nomor urut (dari 01, 02, 03 dst) dan nomor ini akan dipakai oleh enumerator selama melakukan kegiatan survei

Tanggal Wawancara Kode D1, D2, E1,

& E2 Diisi sesuai dengan tanggal dan bulan dilakukan wawancara (misal: 2 Juni diisi 0 2 0 6) Nomer urut wawancara Kode F1 & F2 Diisi dengan nomer urut angket yang telah diisi

(telah dilakukan wawancara dengan responden) dimulai dengan nomer 01 hingga angket terakhir pada hari itu. Nomer urut wawancara akan sesuai dengan jumlah angket yang dilselesaikan pada hari itu. Untuk wawancara esoknya harus dimulai dengan nomer 01 lagi

PELAKSANAAN SURVEI

Tim Survei

Tim Survei dibentuk dengan beranggotakan para manajer, wakil dari masyarakat dan

stakeholders bidang sanitasi, dan diketuai oleh Ketua Tim Survei.

Tugas utama Tim Survei adalah merancang kegiatan survei yang meliputi:

a. Merancang angket sesuai dengan tujuan survei

b. Menentukan jumlah sampel dan memilih responden

c. Melakukan seleksi dan pelatihan petugas survei/pencacah independen

d. Menunjuk koordinator survei untuk pelaksanaan survei di lapangan

e. Melakukan analisa dan menyusun pelaporan hasil survei

f. Melakukan presentasi hasil survei di depan stakeholders

Berikut ini penjelasan peranan masing-masing dalam tim survei :

a. Koordinator Survei

Koordinator survei ditunjuk untuk melaksanakan kegiatan survei dilapangan. Tugas utama koordinator survei adalah mengkoordinir para petugas survei/pencacah (enumerator) dan mengadministrasikan seluruh kegiatan dilapangan. Koordinator survei merupakan anggota Tim Survei dan dalam menjalankan tugasnya dapat dibantu oleh paling tidak satu orang petugas administrasi dan lebih dari satu orang Koordinator Lapangan (diperlukan bila melingkupi beberapa Kecamatan atau meliputi wilayah yang luas). Koordinator Lapangan dapat ditunjuk salah seorang dari petugas survei/pencacah.

(32)

Petugas survei/pencacah adalah individu-individu independen yang melaksanakan rencana penarikan sampel (“sampling”) dan melaksanakan administrasi hasil angket. Petugas survei/pencacah (“enumerator”) adalah ujung tombak yang menghubungkan antara pimpinan survei dengan dengan responden, dan antara data analis dengan responden. Penseleksian dan pemberian pelatihan para petugas pencacah dilakukan terlebih dahulu sebelum pelaksanaan Survei Kebutuhan Nyata dengan maksud untuk memudahkan administrasi survei, dan membuat analisis terlaksana dengan lancar. Salah satu hal yang terpenting bahwa, petugas survei/pencacah adalah individu ataupun kelompok yang independen.

Petugas survei/pencacah idealnya harus memiliki seluruh sikap dengan karakteristik sebagai berikut:

a. Petugas survei/pencacah harus cukup terpelajar dan dapat berhitung untuk mengadministrasikan angket, tanggap terhadap pertanyaan-pertanyaan wawancara, dan dapat melakukan administrasi rencana sampling.

b. Petugas survei/pencacah harus dapat diterima didalam populasi dimana mereka akan mengadakan wawancara.

c. Petugas survei/pencacah sebaiknya bertempat tinggal di daerah dimana mereka akan melakukan wawancara.

d. Petugas survei/pencacah harus selalu ada selama kegiatan survei berlangsung.

Dalam pelatihan petugas survei/pencacah hal – hal yang perlu diperhatikan:

a. Mengerti dan mampu mengkomunikasikan tujuan dari studi,

b. Mengerti isi dan susunan dari perlengkapan survei (instrumen survei) yang digunakan dalam studi,

c. Mengetahui pentingnya memperlakukan responden dengan hormat,

d. Mampu melaksanakan rencana sampling yang ditetapkan oleh prencana studi dan manajer,

e. Mengerti pentingnya kebutuhan tindaklanjut prosedur operasi survei, dan

f. Mewakili kepentingan hubungan antara penganalisis survei dan manajer dalam pengertian yang lebih baik tentang populasi yang sedang mereka pelajari.

(33)

Kegiatan survei lapangan dilakukan dengan metoda wawancara dalam pengisian angket; petugas survei/pencacah cukup hanya ‘membacakan’ angket kepada responden dan mengisi angket, tidak diperkenankan petugas survei/pencacah untuk ‘mengarahkan’ jawaban.

b. Pemilihan Responden

Dalam pemilihan responden di lapangan dilakukan secara acak (random) sesuai dengan daftar nama responden yang sudah ditentukan oleh koordinator survei. Petugas survei/ pencacah tidak diperkenankan merubah/mengganti responden yang sudah ditentukan tanpa seijin dan sepengetahuan Koordinator Survei.

c. Survei di Lapangan

Kegiatan survei di lapangan, setiap harinya selalu dimulai dengan pertemuan antara Koordinator Survei dan seluruh petugas survei/pencacah pada pagi hari untuk melakukan :

1) pembagian angket; jumlah untuk setiap petugas survei/pencacah yang sudah ditentukan,

2) penentuan area survei untuk setiap petugas survei/pencacah, dan

3) pengarahan Koordinator Survei berkaitan dengan evaluasi terhadap catatan – catatan penting dan permasalahan yang dihadapi petugas survei/pencacah hari sebelumnya.

Pada sore hari setiap selesai dilakukannya kegiatan operasi di lapangan, diadakan pertemuan lagi antara Koordinator Survei dengan petugas survei/pencacah dengan tujuan :

1) melakukan kegiatan ‘administrasi’, berupa penghitungan jumlah angket yang dikembalikan oleh setiap petugas survei/pencacah,

2) melakukan pemeriksaan terhadap setiap angket untuk meneliti kelengkapan pengisian setiap lembar jawaban angket,

3) mencatat hal – hal penting yang terjadi di lapangan, dan

4) untuk Koordinator Survei serta tim, setelah petugas survei/pencacah pulang, masih perlu melakukan evaluasi terhadap target perolehan angket sampai dengan hari itu dan mempersiapkan jumlah angket yang akan dilaksanakan esok harinya bagi setiap petugas survei/pencacah.

4.4 PENANGANAN DATA

a. Pelaksanaan di Lapangan

(34)

lengkap/selesai untuk meyakinkan bahwa angket tersebut telah diisi dengan cukup dan dijawab dengan benar serta dalam kerangka lingkup tujuan survei, dan (2). melaksanakan koreksi bila memang diperlukan, serta membuang jawaban/data yang tidak lengkap atau sulit untuk diinterpretasikan.

b. Pemasukan Data

Pemasukan data, adalah suatu proses memasukan data yang telah dibersihkan kedalam komputer dengan memakai perangkat lunak yang telah ditentukan.

Tahapan Pembersihan Data dimulai setiap harinya dari pengumpulan lembar angket yang diserahkan oleh petugas survei/pencacah pada sore hari, kemudian dilakukan kembali pada saat pemasukan data oleh petugas analisa data.

c. Re-sampling

Re-sampling adalah suatu proses yang menunjuk pada upaya melaksanakan wawancara tambahan (1) mengganti data angket yang tidak bermanfaat atau (2) melakukan penyesuaian atas pelaksanaan rencana sampling yang tidak tepat.

4.5 TEKNIK ANALISIS DATA HASIL SURVEI

1. Analisa Data

Analisa data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diintepretasikan. Dalam analisa data digunakan statistik. Penyajian analisis data survei

umumnya dalam bentuk tabel dan graik yang kemudian diinterpretasikan untuk mencari makna

dan implikasi yang lebih luas.

Analisis secara umum harus mencakup kepada hal-hal yang telah diidentiikasi pada awal

kegiatan survei, yaitu pada Fokus Survei. Dalam melakukan teknik analisis dapat digunakan beberapa paket program misalnya, Microsoft Excel, SPSS, dan lain-lain. Pada dasarnya semua paket program yang tersedia hanya merupakan alat bantu analisis, sehingga dalam melakukan analisis dapat dikembangkan dengan teknik yang sederhana hingga analisis tingkat lanjut, tergantung dengan kemampuan. Hal yang paling penting dalam teknik analisis adalah

bagaimana melakukan interpretasi terhadap hasil analisis.

2. Teknik Analisis

(35)

(memaparkan temuan) tanpa bermaksud memberikan kesimpulan kepada populasi. Hasil analisis ini merupakan pendiskripsian temuan survei dengan statistik deskriptif,

seperti frekuensi distribusi, tabulasi data dan persentase yang diwujudkan dalam graik

atau gambar, serta perhitungan – perhitungan deskriptif sehingga dapat dijabarkan ciri-ciri dari data tersebut. Nilai tersebut diketahui dari tanggapan responden terhadap jawaban – jawaban pada kuesioner (angket) dan dari hasil perhitungan analisis deskriptif dengan menggunakan program SPSS.

[image:35.643.95.507.282.463.2]

Berikut ini disajikan contoh tabulasi hasil survei yang terdapat pada Tabel 7 dan Tabel 8.

Tabel 7. Karakteristik Responden (Contoh)

KARAKTERISTIK UMUM KUMULATIF (%)

Mayoritas responden adalah ibu rumah tangga 66.9

Mayoritas antara 3 s/d 7 jiwa/KK

78.3 Jumlah penghuni rata-rata per KK = 5.35 jiwa

Dengan minimum penghuni per KK = 1 jiwa, dan maksimum = 25 jiwa

Mayoritas pendidikan tamat SLTA dan Perguruan Tinggi 57.8

Tamat Akademi atau Perguruan Tinggi 16.8

Lebih dari setengahnya berpendapatan di atas 500 ribu per bulan 95 Mempunyai pekerjaan terbanyak secara berurut sebagai ibu rumah

tangga, wiraswasta/ pedagang serta sebagai karyawan swasta 79.5

Ukuran sampel total = 1.131

Tabel 8. Pemanfaatan Sumber Air Lain (Selain PAM) (contoh)

SUMBER AIR LAIN (SELAIN PAM) PERSENTASE (%)

Pemanfaatan Sumber Air Lain 37.9

Krans umum / terminal air 2.3

Dari sumur (gali/pompa) 89.2

Tetangga 1.2

Dari membeli air bukan PAM 7.8

Dari danau, sungai/mata air 5.8

Pelayanan dengan truk tangki PDAM 0.2

[image:35.643.89.506.511.671.2]
(36)

Alasan menggunakan sumber air selain PAM

Sumber air lain lebih murah 61.8

Kuanitas sumber air lain lebih baik dibandingkan PAM 39.4

Koninuitas sumber air lain lebih baik dibandingkan PAM 39.4

Kualitas sumber air lain lebih baik dibandingkan PAM 36.2

Sumber lain memiliki tekanan air yang lebih baik daripada PAM 38.1

Memakai sumber air lain lebih mudah/suka 39.7

Sebagai sumber air cadangan (bila air PAM idak mengalir) 67.0

Ukuran sampel total – 1.131

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk dapat menjelaskan hubungan yang kompleks antara variable, contohnya adalah Importance – Demand Analysis yang merupakan analisis bivariat dalam bentuk tabulasi silang (cross tab). Tujuan utama dari analisis ini adalah melihat hubungan antar variabel yang digunakan sebagai dasar untuk menjelaskan masalah.

c. Matriks Kepentingan dan Kebutuhan

Adalah merupakan suatu alat analisa strategi yang merupakan pengembangan konsep SERVQUAL yang intinya adalah pengukuran tingkat kepentingan dan kebutuhan masysrakat dalam kaitannya dengan apa yang seharusnya dikerjakan oleh Pemerintah Daerah (Kota/Kabupaten) agar menghasilkan produk atau jasa yang berkualitas tinggi.

5.

KRITERIA ANALISIS TINGKAT DAN CAKUPAN PELAYANAN

Hal-hal yang dilakukan dalam melakukan analisis tingkat dan cakupan pelayanan adalah sebagai berikut :

1. Persiapan. Yang harus dipersiapkan sebelum melakukan survei lapangan adalah:

a.

Surat pengantar untuk melakukan survei;

b.

Peta kota;
(37)

2. Prosedur pelaksanaan survey. Prosedur pelaksanaan survei adalah sebagai berikut: a. Serahkan surat izin survei kepada setiap instansi yang dituju

b. Lakukan pengumpulan data berikut: • Peta dan laporan terdahulu;

• Laporan mengenai rencana tata ruang wilayah;

• Peta sistem pengelolaan air limbah

• Rencana jaringan pipa distribusi air limbah;

• Data teknis.

c. Lakukan survei lapangan yang berupa kunjungan lapangan terhadap: • Sumber air limbah;

• Kondisi Badan air penerima hasil olahan

• Karakteristik dan kualitas air limbah yang akan diolah

• Alternatif jalur sistem distribusi air limbah.

 Selanjutnya siapkan peta kota, plot lokasi sumber air limbah, sistem distribusi, lokasi IPAL, dan badan air penerima hasil olahan, serta tempat pembuangan lumpur sesuai dengan batas wilayah studi dan wilayah pelayanan.

d. Buat foto lokasi yang ada kaitannya dengan rencana sistem pengelolaan air

limbah.

3. Pengkajian

a. Pengkajian sumber air limbah

Pengkajian sumber air limbah berdasarkan pada hasil survei di masyarakat mengenai penggunaai air bersih dan besarnya persentase pemakaiannya dalam

sehari. Selain itu ditambahkan data berdasarkan hasil identiikasi prasarana kota,

pada umumnya dapat digambarkan dengan data yang meliputi :

• Jaringan jalan, meliputi jalan arteri/protokol, kolektor, jalan lingkungan (dilengkapi peta jaringan jalan).

• Perumahan, meliputi perumahan komplek dan non komplek baik yang teratur, tidak teratur maupun perumahan kumuh.

• Fasilitas komersial, meliputi pertokoan, pasar, hotel, restoran, salon, bioskop, kawasan wisata, kawasan industri dan lain-lain.

• Fasilitas umum, meliputi perkantoran, fasilitas pendidikan (universitas, sekolah dan lain-lain), fasilitas kesehatan (rumah sakit, apotik, puskesmas dan lain-lain).

• Fasilitas sosial, meliputi rumah ibadah, panti sosial dan lain-lain.

• Ruang terbuka hijau/hutan kota, meliputi taman kota, hutan kota, perkebunan, persawahan dan lahan pertanian.

(38)

b. Pengkajian komposisi dan karakteristik air limbah

c. Pengkajian pengelolaan air limbah eksisting

d. Penetapan wilayah pelayanan

Pada dasarnya sasaran wilayah pelayanan suatu daerah tergantung pada fungsi strategis kota atau kawasan, dan tingkat kepadatan penduduk. Wilayah pelayanan tidak terbatas pada wilayah administrasi yang bersangkutan sesuai hasil kesepakatan dan koordinasi dengan pihak yang terkait dalam rangka menunjang penyelenggaraan sistem pengelolaan air limbah.

Kondisi wilayah pelayanan yang menjadi sasaran pelayanan mengacu pada

pertimbangan teknis dalam standar spesiikasi teknis berikut. Cantumkan hasil

pertimbangan teknis dalam bentuk tabel dan buatlah dalam bentuk peta.

Bentuk Wilayah Pelayanan. Bentuk wilayah pelayanan mengikuti arah

perkembangan kota dan kawasan di dalamnya.

Luas Wilayah Pelayanan. Luas wilayah pelayanan ditentukan berdasarkan

survei dan pengkajian sehingga memenuhi persyaratan teknis.

Pertimbangan Teknis Wilayah Pelayanan. Pertimbangan teknis dalam

menentukan wilayah pelayanan antara lain namun tidak dibatasi oleh:

• Kepadatan penduduk

• Tata ruang kota

• Tingkat perkembangan daerah

• Dana investasi, dan

• Kelayakan operasi

e. Penetapan wilayah studi

• Apabila terdapat sistem eksisting, maka lakukan penanganan seperti pada ketentuan umum dan ketentuan teknis di atas, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

• Uraikan sasaran wilayah pelayanan dan arah pengembangan kota menurut tata ruang kota yang sudah disetujui.

• Uraikan komponen yang ada di dalam wilayah pelayanan saat ini dan proyeksi pada masa mendatang.

• Plot lokasi sumber air limbah, alternatif jaringan sistem distribusinya, dan lokasi penempatan IPAL.

(39)

Wilayah proyek merupakan wilayah sistem yang sudah terpilih yang mencakup semua tahapan penyelenggaraan sistem pengelolaan air limbah.

Cantumkan alternatif terpilih tersebut pada sebuah peta wilayah proyek, dan lengkapi dengan keterangan sistem yang mencakup:

- Lokasi sumber air limbah dan pengembangannya daerah pelayanan, - Lokasi IPAL dan badan air penerima air hasil olahan,

- Sistem distribusi penyaluran air limbah dari sumber ke IPAL - Wilayah pelayanan dan pengembangannya.

4. Hasil Pengkajian

Hasil pengkajian berupa ketetapan pasti mengenai:

a. Sumber air limbah, kualitas dan karakteristik air limbah, dan kondisi badan air penerima

b. Alternatif penetapan sistem distribusi air limbah

c. Lokasi IPAL

d. Batas wilayah pelayanan beserta komponennya;

e. Batas wilayah studi beserta komponennya;

f. Batas wilayah proyek.

6.

PERHITUNGAN PEMBIAYAAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

(SPM) AIR LIMBAH

1.

Rumus SPM

Berikut ini rumus SPM yang digunakan, yaitu :

SPM Cakupan Pelayanan =

100

%

(B)

kota

seluruh

penduduk

Jumlah

(A)

terlayani

yang

penduduk

Jumlah

x

Keterangan :

Jumlah penduduk yang dilayani dalam hal adanya sarana prasarana tangki septic/ MCK Komunal/ SPAL terpusat.

2.

Sasaran
(40)

3.

Indikator SPM

Indikator yang digunakan mencakup persentase penduduk yang terlayani sistem air limbah yang memadai. Selain itu, dituliskan juga target pencapaian SPMnya.

4.

Format Pelaporan SPM di Wilayah Perencanaan

Berikut ini akan disajikan format/ contoh pelaporan SPM di wilayah perencanaan, yaitu :

JENIS PELAYANAN DASAR PENYEDIAAN SANITASI

Sasaran Meningkatkan kualitas sanitasi (air limbah, persampahan

dan drainase) permukiman perkotaan

Indikator Persentase penduduk yang terlayani sistem air limbah yang memadai

Target Pencapaian Tahun 2019: 60%

Sementara itu, contoh format tabelnya sebagai berikut :

N

O KOMPONEN KELUARAN SATUAN/BIAYA KET

(1) (2) (3) (4) (5)

A. Pengaturan

1 Pelaksanaan kegiatan penyusunan perda terkait air limbah

Penyusunan

Kebijakan A: Jumlah paket kegiatan penyusunan Perda

B: Rata-rata biaya 1 kegiatan penyusunan Perda

Rumus : Ax B

Sosialisasi/

Konsultasi Publik A: Jumlah paket kegiatan sosialisasi Perda

B: Rata-rata biaya 1 kegiatan sosialisasi Perda

Rumus : Ax B

B Pembinaan

1 Pelaksanaan kegiatan pembinaan teknis terkait air limab

Penyelenggaraan

bimbingan teknis A: Jumlah paket kegiatan bimbingan teknis Perda

B: Rata-rata biaya 1 kegiatan bimbingan teknis Perda

Rumus : Ax B

Penyelenggaraan sosialisasi/

(41)

N

O KOMPONEN KELUARAN SATUAN/BIAYA KET

(1) (2) (3) (4) (5)

C.1 Survei dan Invesigasi

1

Pelaksanaan kegiatan

survey dan invesigasi

untuk pembangunan air limbah

Persiapan Survei

dan Invesigasi

Jumlah dokumen persiapan survey

dan invesigasi

Pelaksanaan Survei

dan Invesigasi

A: Jumlah paket kegiatan survei

invesigasi pembangunan air limbah

B: Rata-rata biaya 1 kegiatan

pelaksanaan survei dan invesigasi Rumus : Ax B

Penyusunan

Rencana Induk (RI)

A: jumlah Dokumen RI B: Rata-rata biaya 1 kegiatan RI

Rumus AxB

Penyusunan Pra

Studi Kelayakan (SK)

A: Jumlah Dokumen Pra-SK B: Rata-rata biaya 1 dokumen Pra-SK

Rumus : Ax B

Penyusunan Studi

Kelayakan (SK)

A: Jumlah Dokumen SK

B: Rata-rata biaya 1 dokumen SK

Rumus : A x B

C.2 Desain 1

Pelaksanaan kegiatan perencanaan rencana

teknik rinci (RTR)

Penyusunan Rencana Teknik Rinci

A: Total Jumlah unit yang dibuat perencanaan RTR

B: Rata-rata biaya per-unit perencanaan RTR

Rumus : A x B

C.3 Pembebasan Lahan

1

Pelaksanaan kegiatan penyediaan lahan pemilikan lokasi dan pembebasan lahan untuk pembangunan air limbah

Pemilihan/

Penetapan Lokasi Luas area yang dibebaskan Persiapan

pembebasan

lahan kepaniian

dan dokumen administrasi

Jumlah dokumen rencana persiapan pembebasan lahan

Pembebasan / penyiapan lahan

A: Luas area yang dibebaskan (Ha)

B: Rata-rata biaya pembebasan lahan per-Ha

(42)

N

O KOMPONEN KELUARAN SATUAN/BIAYA KET

(1) (2) (3) (4) (5)

C.4 Konstruksi

1. Pembangunan sarana prasarana sistem pengelolaan air limbah

Pembangunan

sepic tank

A: Jumlah sepic tank yang

dibangun

B: Rata-rata biaya pembangunan

satu unit sepic tank Rumus: A x B

Pembangunan IPLT (Instalasi Pengolahan Lumpur

Tinja)

A: jumlah IPLT yang dibangun B: Rata-rata biaya pembangunan satu unit IPLT

Rumus : A x B

Pembangunan sambungan rumah

A: Jumlah sambungan rumah

B: Rata-rata iap sambungan rumah Rumus: A x B

Pembangungan jaringan perpipaan

A: panjang jaringan perpipaan tergantung diameter pipa

B: Rata-rata biaya panjang pipa per meter tergantung diameter pipa

Rumus : A x B

Untuk masing-masing diameter dijumlahkan dan tergantung pada metode konstruksi Pembangunan rumah pompa

A: jumlah pompa yang diperlukan B: Rata-rata biaya rumah pompa per 1 unit pompa

Rumus : A x B

Rumah pompa berikut dengan bangunannya

Pembangunan IPAL

A: Jumlah populasi Ekivalen (PE)

yang terlayani

B : Rata-rata biaya pembangunan IPAL, per PE

Rumus : A x B

C.5 Pengoperasian dan Pemeliharaan

1 Pelaksanaan kegiatan penyedotan lumpur inja Penyedotan lumpur inja

A: Jumlah ritasi per satu unit truk

penyedotan inja

B: Rata-rata biaya Rp./m3 lumpur

inja 2 Pelaksanaan kegiatan pengolahan lumpur inja Pelaksanaan operasi dan pemeliharaan

A: KApasitas IPLT (m3)

B: Rata-rata biaya pengolahan

lumpur inja di IPLT (Rp./m3) Rumus : A x B

(43)

N

O KOMPONEN KELUARAN SATUAN/BIAYA KET

(1) (2) (3) (4) (5)

Pembangunan jaringan perpipaan

A: Panjang jaringan perpipaan B: Rata-rata biaya pemeliharaan pipa per meter

Rumus : A x B

Pembangunan rumah pompa

A: Jumlah unit pompa yang diperlukan

B: Rata-rata biaya pemeliharaan per 1 rumah pompa

Rumus A x B

Pembangunan IPAL

A: jumlah air limbah yang masuk ke

IPAL (m3)

B: Rata-rata biaya pengelolaan air limbah per m3

Rumus : A x B

C.6 Pemantauan Pelaksanaan kegiatan pemantauan hasil eluent Pemantauan eluent

A: jumlah sampling eluent

B: Rata-rata biaya sampling

Rumus : A x B

D Pengawasan

1

Pengawasan

pembangunan sarana dan prasarana air limbah

Pembangunan

sepic tank

A: Jumlah sepic tank yang

dibangun

B: Rata-rata biaya pembangunan

satu unit sepic tank Rumus: A x B

Pembangunan IPLT (Instalasi Pengolahan Lumpur

Tinja)

A: jumlah IPLT yang dibangun B: Rata-rata biaya pembangunan satu unit IPLT

Rumus : A x B

Pembangunan sambungan rumah

A: Jumlah sambungan rumah

B: Rata-rata iap sambungan rumah Rumus: A x B

Pembangungan jaringan perpipaan

A: panjang jaringan perpipaan tergantung diameter pipa

B: Rata-rata biaya panjang pipa per meter tergantung diameter pipa

Rumus : A x B

Pembangunan rumah pompa

A: jumlah pompa yang diperlukan B: Rata-rata biaya rumah pompa per 1 unit pompa

(44)

N

O KOMPONEN KELUARAN SATUAN/BIAYA KET

(1) (2) (3) (4) (5)

Pembangunan IPAL

A: Jumlah populasi Ekivalen (PE)

yang terlayani

B : Rata-rata biaya pembangunan IPAL, per PE

Rumus : A x B

E Pemberdayaan

Pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat

Penyelenggaraan Sosialisasi

A: Jumlah paket kegiatan sosialisasi pemberdayaan masyarakat B: Rata-rata biaya 1 kegiatan sosialisasi pemberdayaan masyarakat

Rumus: A x B

Pendampingan masyarakat

A: Jumlah paket kegiatan pendampingan masyarakat B : Rata-rata biaya 1 kegiatan pendampingan masyarakat.

Rumus : A x B

7.

Survei dan Pengkajian Wilayah Studi dan Wilayah Pelayanan

7.1 KETENTUAN UMUM

Survei dan pengkajian wilayah studi dan wilayah pelayanan harus memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

1) Dilaksanakan oleh tenaga ahli bersertiikat dengan pemimpin tim (team leader)

berpengalaman dalam bidang air limbah minimal 5 tahun atau menurut peraturan yang berlaku;

2) Mempelajari laporan studi terdahulu tentang sistem pengelolaan air limbah dan tata ruang kota.

3) Dilakukan pembahasan dengan pihak terkait guna mendapatkan kesepakatan dan rekomendasi terhadap lingkup wilayah studi dan wilayah pelayanan.

4) Wilayah studi dan wilayah pelayanan harus memperhatikan acuan umum dan kriteria-kriteria yang sudah ditetapkan.

5) Laporan hasil survei dan pergkajian wilayah studi dan wilayah pelayanan mencakup:

(45)

c) Data teknis wilayah studi dan wilayah pelayanan;

d) Pertimbangan teknis wilayah studi dan wilayah pelayanan.

7.2 KETENTUAN TEKNIS

1) Ketentuan teknis survei dan pengkajian wilayah studi dan wilayah pelayanan sebagai berikut:. Data teknis yang harus dikumpulkan meliputi:

a) Iklim;

b) Geograi;

c) Geologi dan hidrologi yang dilengkapi peta-peta;

d) Rencana Tata Ruang Wilayah;

e) Peta wilayah;

f) Gambar-gambar teknis yang ada;

g) Laporan teknis sistem pengelolaan air limbah jika ada;

h) Data sosial ekonomi;

i) Data kependudukan.

2) Peta-peta wilayah dengan ukuran skala sesuai ketentuan yang berlaku;

3) Survei antara lain badan air penerima hasil air limbah yang telah dikelola, sosial, dan ekonomi harus dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku;

4) Pemilihan alternatif jalur transmisi air limbah ditentukan berdasarkan hasil kunjungan

lapangan. Panjang pipa dan kondisi topograi diketahui berdasarkan pembacaan peta; 5) Pengkajian bertujuan untuk mendapatkan batasan wilayah studi, wilayah proyek dan

wilayah pelayanan, badan air penerima dan jalur transmisi air limbah, serta menjelaskan komponen-komponen yang terdapat di dalam wilayah studi dan wilayah pelayanan secara terinci baik kondisi pada saat ini maupun kondisi pada masa mendatang.

6) Cara Pengerjaan

1) Persiapan. Yang harus dipersiapkan sebelum melakukan survei lapangan adalah: a. Surat pengantar untuk melakukan survei;

b. Peta kota dan topograi;

c. Tata cara survei dan manual peralatan yang dipakai;

d. Jadwal pelaksanaan survei lapangan;

2) Prosedur pelaksanaan survei. Prosedur pelaksanaan survei adalah sebagai berikut:

a. Serahkan surat izin survei kepada setiap instansi yang dituju

b. Lakukan pengumpulan data berikut:

(46)

• Laporan mengenai rencana tata ruang wilayah;

• Peta jaringan pipa eksisting;

• Data teknis.

c. Lakukan survei lapangan yang berupa kunjungan lapangan terhadap: • Badan air penerima;

• Rencana daerah pelayanan;

• Jalur-jalur alternatif sistem transmisi air limbah.

Selanjutnya siapkan peta kota, plot lokasi-lokasi badan air penerima, jalur pipa transmisi air limbah, batas wilayah studi dan wilayah pelayanan. Buat foto-foto lokasi yang ada kaitannya dengan rencana sistem pengelolaan air limbah.

1) Pengkajian

a) Pengkajian badan air penerima

Cantumkan lokasi alternatif badan air penerima pada peta wilayah studi yang akan dibuat. Apabila tidak terdapat badan air penerima pada wilayah administrasi dapat diusulkan sumber lain yang berada di luar batas administrasi.

b) Alternatif jalur transmisi air limbah

Berdasarkan alternatif lokasi badan air penerima dan kunjungan lapangan, buatlah rencana jalur transmisi air limbah pada peta wilayah studi yang akan dibuat. Cantumkan panjang jalur pipa transmisi air limbah yang dihitung berdasarkan pembacaan skala peta yang berlaku.

c) Penetapan wilayah pelayanan

Pada dasarnya sasaran wilayah pelayanan suatu daerah tergantung pada fungsi strategis kota atau kawasan, tingkat kepadatan penduduk dan lokasi badan air penerima. Wilayah pelayanan tidak terbatas pada wilayah administrasi yang bersangkutan sesuai hasil kesepakatan dan koordinasi dengan pihak-pihak yang terkait dalam rangka menunjang pembangunan sistem pengolahan air limbah. Kondisi wilayah pelayanan yang menjadi sasaran pelayanan mengacu pada pertimbangan teknis dalam standar

spesiikasi teknis berikut.

Cantumkan hasil pertimbangan teknis dalam bentuk tabel-tabel dan buatlah dalam bentuk peta.

(1) Bentuk Wilayah Pelayanan. Bentuk wilayah pelayanan mengikuti arah

(47)

(3) Pertimbangan Teknis Wilayah Pelayanan. Pertimbangan teknis dalam

menentukan wilayah pelayanan antara lain namun tidak dibatasi oleh:

• Kepadatan penduduk

• Tingkat perkembangan daerah

• Dana investasi, dan

• Kelayakan operasi

(4) Komponen Wilayah Pelayanan. Komponen wilayah pelayanan adalah: • Kawasan permukiman

• Kawasan perdagangan

• Kawasan pemerintahan dan pendidikan

• Kawasan industri

• Kawasan pariwisata

• Kawasan khusus: pelabuhan, rumah susun.

d) Penetapan wilayah studi

Apabila terdapat sistem eksisting, maka lakukan penanganan seperti pada ketentuan umum dan ketentuan teknis di atas, sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Uraikan sasaran wilayah pelayanan dan arah pengembangan kota menurut tata ruang kota yang sudah disetujui. Uraikan komponen-komponen yang ada di dalam wilayah pelayanan saat ini dan proyeksi pada masa mendatang. Plot lokasi badan air penerima yang telah dikunjungi dan alternative jalur pipa transmisi air limbah. Kemudian buatlah batas wilayah meliputi seluruh alternatif sumber dan wilayah yang menjadi kesepakatan dan koordinasi pihak terkait.

e) Penetapan wilayah proyek

Wilayah proyek merupakan wilayah sistem yang sudah terpilih yang mencakup semua tahapan pengembangan sistem pengelolaan air limbah. Cantumkan alternatif terpilih tersebut pada sebuah peta wilayah proyek, dan lengkapi dengan keterangan sistem yang mencakup:

a. Lokasi badan air penerima

b. Lokasi instalasi pengolahan dan pengembangannya,

c. Lokasi pembuangan lumpur dan pengembangannya,

d. Wilayah pelayanan dan pengembangannya.

2) Hasil pengkajian. Hasil pengkajian berupa ketetapan pasti mengenai: a. Badan air penerima dan alternatif jalur transmisi air limbah;

(48)

c. Batas wilayah studi beserta komponen-komponennya;

d. Batas wilayah proyek.

8

.

SURVEI DAN PENGKAJIAN DEMOGRAFI DAN KETATAKOTAAN

8.1 KETENTUAN UMUM

Ketentuan umum tata cara ini adalah:

1) Dilaksanakan oleh tenaga ahli bersertiikat dengan pemimpin tim (team leader)

berpengalaman dalam bidang demograi dan ketatakotaan minimal 5 tahun atau

menurut peraturan yang berlaku;

2) Tersedia surat-surat yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaaan;

3) Tersedia data statistik sampai dengan 10 tahun terakhir yang terdiri dari:

a) Statistik penduduk;

b) Kepadatan penduduk;

c) Persebaran penduduk;

d) Migrasi penduduk per tahun;

e) Penduduk usia sekolah.

4) Tersedia peta-peta yang memperlihatkan kondisi isik daerah yang di studi; 5) Tersedia studi-studi yang ada mengenai ketatakotaan.

8.2 KETENTUAN TEKNIS

1) Kependudukan

Ketentuan teknis untuk tata cara survei dan pengkajian demograi adalah:

a) Wilayah sasaran survei harus dikelompokan ke dalam kategori wilayah berdasarkan jumlah penduduk sebagai berikut:

• Kota Metropolitan : Jumlah penduduk > 1.000.000 jiwa atau > 200.000 buah rumah.

• Kota Besar : Jumlah penduduk (500.000-1.000.000) jiwa atau (100.000 – 200.000) buah rumah.

• Kota Sedang : Jumlah penduduk (100.000 -500.000) jiwa atau (20.000 – 100.000) buah rumah.

(49)

b) Cari data jumlah penduduk awal perencanaan.

c) Tentukan nilai persentase pertambahan penduduk per tahun (r).

d) Hitung pertambahan nilai penduduk sampai akhir tahun perencanaan dengan menggunakan salah satu metode arithmatik, geometrik, dan least squre;

Pn Po + Ka (Tn – To)

Namun, metode yang biasa digunakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) adalah Metode Geometrik.

e) Rumus-rumus perhitungan proyeksi jumlah penduduk:

(1) Metode Arithmatik

Pn Po + Ka (Tn – To)

Dimana :

Pn : Jumlah penduduk pada tahun ke n Po : Jumlah penduduk pada tahun dasar Tn : Tahun ke n

To : Tahun dasar

Ka : Konstanta arithmatik

P1 : Jumlah penduduk yang diketahui pada tahun ke 1 P2 : Jumlah penduduk yang diketahui pada tahun terakhir T1 : Tahun ke 1 yang diketahui

T2 : Tahun ke 2 yang diketahui

(2) Metode Geomentrik

Pn = Po (1 + r)

n

Dimana :

Pn : Jumlah penduduk pada tahun ke n Po : Jumlah penduduk pada tahun dasar r : Laju pertumbuhan penduduk n : Jumlah interval tahun

Ka =

P

a

- P

1
(50)

(3) Metode Least Square

^

Y

= a + bX

Dimana :

^

Y

: Nilai variabel berdasarkan garis regresi X : Variabel independen

a : Konstanta

b : Koeisien arah regresi linear

adapun persamaan a dan b adalah sebagai berikut :

Bila koeisien b telah dihitung terlebih dahulu, maka konstanta a dapat

ditentukan dengan persamaan lain, yaitu :

^

Y

= a + bX

Dimana −

Y

dan

X

masing-masing adalah rata-rata untuk variable Y dan X.

(4) Metode Trend Logistic

Dimana :

Y : Jumlah penduduk pada tahun ke-X X : Jumlah interval tahun

k, a dan b : Konstanta

f) Untuk menentukan pilihan rumus proyeksi jumlah penduduk yang akan digunakan dengan hasil perhitungan yang paling mendekati kebenaran harus dilakukan

(51)

(1) Standar Deviasi

, untuk n > 20

, untuk n = 20

Dimana :

s : Standar deviasi

X i : Variabel independen X (jumlah penduduk)

X

: Rata-rata X n : Jumlah Data

Metode perhitungan proyeksi penduduk yang paling tepat adalah metode yang memberikan harga standar deviasi terkecil.

(2) Koeisien Korelasi

Metode perhitungan proyeksi jumlah penduduk yang menghasilkan koeisien

(52)

DAFTAR PUSTAKA

UU No 11 Tahun 1974 tentang Pengairan

UU No 1 Tahun 2011 tentang Perumahan & Kawasan Permukiman UU No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah

PP No. 82 tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan

Permen PU No.16 tahun 2008 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sist

Gambar

Gambar 1. Mapping Overlay Prioritas Berdasarkan Angka Kepadatan Penduduk (Contoh)
Gambar 2.Gambar 2. Mapping Overlay Prioritas Berdasarkan Angka BOD (Contoh)
Gambar 3. Mapping Overlay Prioritas Berdasarkan Angka Kondisi Sanitasi (Contoh)
Gambar 4. Mapping Overlay Prioritas Berdasarkan Angka Kesakitan (Contoh)
+7

Referensi

Dokumen terkait

• Jika terdapat perbedaan antara tujuan dan hasil belajar, revisi perencanaan pembelajaran untuk lebih menekankan pada fokus yang menjadi.

bassiana pada media SDB yang tidak diperkaya dengan tepung jangkrik terus menurun bila subkultur terus dilakukan, namun pada media yang ditambah tepung jangkrik

Pada hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa dari kesepuluh pengujian nilai ujian pada solar panel dengan pemberian temperatur masukan 40 derajat Celcius memiliki daya

The committee developed a prioritized list of precursor chemicals according to three criteria: (1) whether the pre- cursor chemical could be used in both vehicle-borne IEDs

POLA PENGEMBANGAN SENTRA INDUSTRI KECIL INDUSTRI MENENGAH DI SUMATERA DAN KALIMANTAN TAHUN 2018. KABUPATEN WAY KANAN,

Bank sebagai Lembaga Intermediasi dalam Hukum Positif.. Analisis Kredit untuk Account

Berangkat dari pemahaman di atas itu, maka pemberdayaan etika politik setiap warga atau individu dalam suatu negara memiliki kewajiban untuk mengambil sikap terhadap alam

sudah dilakukan sebelumnya terdapat beberapa aspek yang dinilai dalam evaluasi media pembelajaran. Penggunaan media tidak dinilai dari segi kecanggihan medianya, tetapi yang