ANALISIS FAKTOR FUNDAMENTAL KEUANGAN DAN
RESIKO SISTEMATIK TERHADAP HARGA SAHAM
PERUSAHAAN CONSUMER GOODS YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA
TESIS
Oleh
JAMALUL ABIDIN
087017017/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS FAKTOR FUNDAMENTAL KEUANGAN DAN
RESIKO SISTEMATIK TERHADAP HARGA SAHAM
PERUSAHAAN CONSUMER GOODS YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains
dalam Program Studi Akuntansi
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
JAMALUL ABIDIN
087017017/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : ANALISIS FAKTOR FUNDAMENTAL KEUANGAN DAN RESIKO SISTEMATIK TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN CONSUMER GOODS YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Nama Mahasiswa : Jamalul Abidin Nomor Pokok : 087017017 Program Studi : Akuntansi
Menyetujui
Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak) Ketua
(Drs. Arifin Akhmad, M.Si, Ak) Anggota
Ketua Program Studi
(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak)
Direktur
(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., MSc)
Telah diuji pada
Tanggal : 07 September 2009
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak
Anggota : 1. Drs. Arifin Akhmad, M.Si, Ak.
2. Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak
.
3. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang yang berjudul :
“ANALISIS FAKTOR FUNDAMENTAL KEUANGAN DAN RESIKO
SISTEMATIK TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN
CONSUMER GOODS YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA”
Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan
oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang
digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.
Medan, 07 September 2009
Yang Membuat Pernyataan
ABSTRAK
Analisis fundamental keuangan dan resiko sistematik digunakan untuk menilai kelayakan investasi pada saham karena dapat menghasilkan variabel-variabel yang menentukan harga saham di masa mendatang. Konsep penilaian harga saham dengan analisis fundamental keuangan dan resiko sistematik akan menghasilkan informasi tentang apakah saham tertentu layak dibeli atau tidak layak, dalam penelitian ini difokuskan pada analisis pengaruh faktor-faktor fundamental keuangan dan resiko sistematik terhadap harga saham perusahaan consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Penelitian dilakukan terhadap 30 sampel perusahaan consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan data time series dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008. Variabel yang digunakan adalah return on investment (ROI), return on assets (ROA), return on equity (ROE), earning pershare (EPS), price earning ratio (PER), operating profit margin (OPM), book value (BV), payout ratio (b), debt to equity ratio (DER), required rate of return (r) sebagai variabel independen dan harga saham perusahaan (CLP) sebagai variabel dependen. Penelitian ini menggunakan regresi linear metode stepwise dan regresi linier berganda untuk melihat indikator variabel fundamental keuangan yang lebih berpengaruh dan besarnya kontribusi masing-masing variabel secara individu dan secara simultan dalam mempengaruhi harga saham
Hasil pengujian menunjukkan bahwa return on asset (ROA), return on equity (ROE), price earning ratio (PER), payout ratio (PER), debt equity ratio (DER) dan required rate of return (r) tereliminasi dalam proses uji regresi linier metode stepwise karena memiliki pengaruh yang rendah terhadap harga saham. Earning pershare (EPS) mempunyai pengaruh yang paling dominan terhadap harga saham perusahaan consumer goods. Hal ini berarti bahwa earning pershare (PES) merupakan tolok ukur yang lebih baik dalam menilai harga saham perusahaan consumer goods. Hasil pengujian juga menunjukkan bahwa earning pershare (EPS), book value (BV), return on investment (ROI), operating profit margin (OPM) dan beta berpengaruh secara simultan terhadap harga saham perusahaan consumer goods yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia, variabel beta tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap harga saham perusahaan consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
ABSTRACT
The financial fundamental analysis and the systematic risk are used to appraise the suitable investment on stock because it can produce the variables that could determine the stock price in the future. The concept of appraisal stock price with the financial fundamental analysis and the systematic risk will produce the information about the properness of buying stock. This research is focused on the financial fundamental analysis factors affects and the systematic risk to the stock price of the consumer goods company which is registered in Indonesia Stock Exchange.
This research takes 30 samples of consumer goods companies which are registered in Indonesia Stock Exchange by using the time series data year 2004 to 2008. The variable that used are return on investment (ROI), return on assets (ROA), return on equity (ROE) earning per share (EPS), price earning ratio (PER), operating profit margin (OPM) book value (BV), payout ratio (b), debt to equity ratio (DER), required rate of return (r) as the independent variable and the company stock price (CLP) as the dependent variable. This research is using the linear regression stepwise method and double linear regression to see the variable indicator of the financial fundamental which is give more influence and big contribution of each variable individually and simultaneous in affected the stock price.
The testing result shows that the return on asset (ROA), return on equity (ROE), price earning ratio (PER), payout ratio (PER), debt equity ratio (DER) and required rate of return (r) are eliminated in the process of the linear regression test of the stepwise method because it dominantly influence to the stock price. Earning per share (EPS) has a dominant influence to the stock price of the consumer goods company. It means that earning per share (PES) is the better standard to appraise the stock price of the consumer goods company. The test result is also show that earning per share (EPS), book value (BV), return on investment (ROI), operating profit margin (OPM) and beta simultaneous affected the stock price of the consumer goods company that registered at the Indonesia Stock Exchange and beta variable is not partial significantly affected the stock price of the consumer goods company which is registered at Indonesia Stock Exchange.
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah S.W.T, atas segala rahmatNya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan tesis ini yang berjudulANALISIS FAKTOR FUNDAMENTAL KEUANGAN DAN RESIKO SISTEMATIK TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN CONSUMER GOODS YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (Periode Penelitian 2004 – 2008), untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Magister Sains, pada Program Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Bantuan, bimbingan, petunjuk, saran dan fasilitas bahkan teguran dari berbagi pihak telah peneliti terima dalam penyusunan dan penyelesaian tesis ini, oleh karena itu dengan sepenuh hati peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A.(K)., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa, B., MSc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak. selaku Ketua Program Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai dosen pembimbing utama yang telah banyak meluangkan waktu untuk mengarahkan, membimbing, dan memberikan saran-saran kepada penulis dalam menyusun tesis ini.
4. Drs. Arifin Akhmad, M.Si, Ak. selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam mangarahkan, membimbing dan memberikan saran saran kepada penulis dalam penyusunan tesis ini.
6. Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak. selaku dosen pembanding yang telah banyak memberikan saran-saran kepada penulis dalam penyusunan tesis ini
7. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak, selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai pembanding yang telah banyak memberikan saran-saran kepada penulis dalam penyusunan tesis ini.
8. Ir. Joefly J.Bahroeny, MM yang telah banyak membantu baik secara moril maupun materil, khususnya dalam pembiayaan selama menjalani pendidikan. 9. Kepada Rekan sekerja di RSA Group yang telah banyak memberikan bantuan dan
dorongan dalam penyelesaian tesis ini.
10. Yang tersayang Ibundaku Masdalifah yang selama ini telah menjadi dasar motivasi bagiku, kakakku dan adik-adikku yang telah memberikan dorongan dalam menyelesaikan tesis ini.
11. Yang tercinta istriku Yeni Susmita, SE, anak-anakku Jihan Nitya Pavita, Fildza Rizki Husna dan Muhammad Fadhli yang menjadi sumber motivasi sejak awal pendidikan hingga penyelesaian tesis ini.
12. Dan pihak-pihak lain yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu yang telah banyak membantu peneliti dalam penyusunan tesis ini.
Peneliti menyadari bahwa keterbatasan yang dimiliki untuk menjadikan tesis ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu sangat diperlukan masukan-masukan dan saran-saran yang bersifat membangun dari pembaca. Namun demikian besar harapan peneliti, agar tesis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Medan, 07 September 2009
RIWAYAT HIDUP
1. Nama : Jamalul Abidin
2. Tempat / Tanggal Lahir : Kisaran / 13 April 1970
3. Pekerjaan : Pegawai Swasta
4. Agama : Islam
5. Orang Tua
a. Ayah : Syahmiran Haryanto (Alm)
b. Ibu : Masdalifah
6. Alamat : Jl. Ikhlas No. 1 Bromo Ujung Medan
7. Telepon/ HP : 081 163 4882
8. Pendidikan :
a. SD : SD Muhammadiyah Kisaran lulus tahun 1983
b. SLTP : SMP Negeri 2 Kisaran lulus tahun 1986
c. SLTA : SMEA Negeri Kisaran lulus tahun 1989
d. Universitas : Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, lulus
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ………... i
ABSTRACT ………... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ………...………. 1
1.2. Rumusan Masalah ………...……… 8
1.3. Tujuan Penelitian ………...………….. 8
1.4. Manfaat Penelitian ………...…….... 8
1.5. Originalitas ………...…… 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
2.1. Landasan Teori ………...…. 10
2.1.1. Faktor Fundamental Keuangan Yang Mempengaruhi Harga Saham … ………...…....…... 10
2.1.2. Resiko Sistematik ………...…....………. 25
2.1.3. Harga saham ………...……….. 31
2.2. Review Peneliti Terdahulu (Theoretical Mapping) …....…..… 36
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ... 40
3.1. Kerangka Konsep …...………...…….. 40
3.2. Hipotesis Penelitian .………....………..… 46
BAB IV METODE PENELITIAN ... 47
4.1. Jenis Penelitian ………...……….. 47
4.2. Lokasi Penelitian …….………...….. 47
4.3. Populasi dan Sampel ………... 48
4.4. Metode Pengumpulan Data ……….. 49
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 63
5.1. Hasil Penelitian ... 63
5.2. Pembahasan ... 78
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 90
6.1. Kesimpulan ... 90
6.2. Keterbatasan ... 90
6.3 Saran ... 91
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
2.1 Daftar Review Penelitian Terdahulu ... 38
4.1 Daftar jumlah Perusahaan Sampel ... 49
4.2 Defenisi Operasional Variabel ... 50
4.3 Bentuk Transformasi Data ... 56
5.1 Hasil Perhitungan Mean dan Standar Deviasi dari Variabel – Variabel Penelitian Descriptive Statistics ... 64
5.2 Uji Autokorelasi ... 71
5.3 Hasil Uji Multikolinearitas -1 ... 73
5.4 Hasil Uji Multikolinearitas -2 ... 74
5.5 Hasil Uji Regresi Metode Stepwise Variabel Fundamental Keuangan ... 76
5.6 Nilai R Square Hipotesis ... 79
5.7 Nilai Hitung Signifikansi Hipotesis ... 81
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
3.1 Kerangka Pemikiran Analisis Pengaruh Faktor-faktor Fundamental Keuangan Terhadap Harga Saham Perusahaan Consumer Goods
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia ... 45
5.1 Hasil Uji Normalitas Sebelum Dilakukan Transformasi ... 68
5.2 Hasil Uji Normalitas Setelah Dilakukan Transformasi ... 69
5.3 Kurva Uji Autokorelasi ... 71
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
1. Sampel Perusahaan Consumer Goods Go-Public Di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2004-2008 ... 96
2. Sampel Perusahaan Consumer Goods Go-Public Di Bursa Efek
Indonesia, dan Perkembangan Harga Saham Tahun 2004-2008 . 97
3. Sampel Perusahaan Consumer Goods Go-Public Di Bursa Efek
Indonesia, dan Perkembangan ROI Tahun 2004-2008 ... 98
4. Sampel Perusahaan Consumer Goods Go-Public Di Bursa Efek
Indonesia, dan Perkembangan ROA Tahun 2004-2008 ... 99
5. Sampel Perusahaan Consumer Goods Go-Public Di Bursa Efek
Indonesia, dan Perkembangan ROE Tahun 2004-2008 ... 100
6. Sampel Perusahaan Consumer Goods Go-Public Di Bursa Efek
Indonesia, dan Perkembangan EPS Tahun 2004-2008 ... 101
7. Sampel Perusahaan Consumer Goods Go-Public Di Bursa Efek
Indonesia, dan Perkembangan PER Tahun 2004-2008 ... 102
8. Sampel Perusahaan Consumer Goods Go-Public Di Bursa Efek
Indonesia, dan Perkembangan OPM Tahun 2004-2008 ... 103
9. Sampel Perusahaan Consumer Goods Go-Public Di Bursa Efek
Indonesia, dan Perkembangan BV Tahun 2004-2008 ... 104
10. Sampel Perusahaan Consumer Goods Go-Public Di Bursa Efek
Indonesia, dan Perkembangan b Tahun 2004-2008 ... 105
11. Sampel Perusahaan Consumer Goods Go-Public Di Bursa Efek
Indonesia, dan Perkembangan DER Tahun 2004-2008 ... 106
12. Sampel Perusahaan Consumer Goods Go-Public Di Bursa Efek
Indonesia, dan Perkembangan r Tahun 2004-2008 ... 107
Indonesia, dan Perkembangan Tahun 2004-2008 ... 108
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pasar modal mempunyai peranan sangat penting dalam perekonomian suatu
negara, hal ini dikarenakan pasar modal menjalankan fungsi ekonomi sekaligus
fungsi keuangan (Husnan,2003). Dari sudut pandang ekonomi, pasar modal berfungsi
sebagai salah satu sistem mobilitas dana jangka panjang yang efisien bagi
pemerintah. Prospek pertumbuhan pasar modal di Indonesia yang demikian pesat
ternyata didorong oleh minat investor yang masuk ke pasar modal. Dengan adanya
pasar modal, para investor dapat melakukan investasi pada banyak pilihan investasi,
sesuai dengan kemampuan menganalisa dan keberanian mengambil resiko dimana
para investor akan selalu memaksimalkan return yang dikombinasikan dengan resiko
tertentu dalam setiap keputusan investasinya. Teori keuangan secara umum
mengatakan apabila resiko suatu investasi meningkat maka disyaratkan tingkat
keuntungan yang semakin besar.
Investasi adalah menempatkan uang atau dana dengan harapan untuk
memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu atas uang atau dana tersebut
(Ahmad, 2004). Umumnya investasi dikategorikan atas dua jenis yaitu arus kas dalam
asset riil yang bersifat berwujud seperti gedung-gedung, kenderaan dan sebagainya,
tidak langsung pemegangnya terhadap aktiva riil pihak yang menerbitkan sekuritas
tersebut.
Keputusan investasi pada dasarnya menyangkut masalah pengelolaan dana
pada suatu periode tertentu, dimana para investor mempunyai harapan untuk
memperoleh pendapatan atau keuntungan dari dana yang diinvestasikan selama
periode waktu tertentu. Sebelum mengambil keputusan investasi baru, para investor
perlu mengadakan analisa yang cermat. Dalam mengambil keputusan investasi para
invenstor mengharapkan hasil yang maksimal dengan resiko tertentu atau hasil
tertentu dengan resiko yang minimal terhadap investasi yang dilakukan. Keuntungan
investasi sangat tergantung banyak hal, tapi hal yang utama adalah tergantung pada
kemampuan atau strategi penanam modal atau investor dalam membaca keadaan dan
situasi pasar yang tidak menentu.
Bila harga saham naik maka keuntungan yang dimiliki pemodal akan
meningkat. Kenaikan harga saham dan permintaan yang tinggi merupakan daya tarik
tersendiri bagi perusahaan untuk menerbitkan saham. Penanam modal yang membeli
saham berarti mereka membeli prospek suatu perusahaan. Bagi pihak yang
kekurangan dana maka pasar modal dapat dijadikan sebagai alternatif dalam
penyediaan dana. Bila seorang penanam modal atau investor memutuskan akan
menginvestasikan dananya di pasar modal (dengan membeli sekuritas yang
diperdagangkan di bursa) maka sebelumnya ia harus percaya bahwa informasi yang
diterima investor adalah informasi yang benar, dan tidak ada pihak manapun yang
Salah satu informasi yang ditentukan pemodal adalah informasi laporan
keuangan atau laporan keuangan tahunan. Paling sedikit satu kali dalam setahun
perusahaan publik berkewajiban menerbitkan laporan keuangan tahunan kepada para
pemodal yang ada di bursa efek. Bagi pemodal, laporan keuangan tahunan merupakan
sumber berbagai macam informasi khususnya neraca dan laporan laba rugi
perusahaan. Oleh karena itu, publikasi laporan keuangan perusahaan (emiten)
merupakan saat-saat yang ditunggu oleh para pemodal di pasar modal karena dari
publikasi laporan keuangan itu para pemodal dapat mengetahui perkembangan
emiten, yang digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk membeli atau menjual
saham-saham yang dimiliki.
Persoalan yang timbul adalah sejauh mana informasi perusahaan publik
tersebut mempengaruhi harga saham dipasar modal dan faktor atau variabel apa saja
yang menjadi indikator, sehingga perusahaan dapat mengendalikannya dengan tujuan
meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan nilai saham yang
diperdagangkan di pasar modal dapat dicapai.
Keputusan investasi bagi para investor mengandung resiko dan
ketidakpastian. Pengetahuan tentang resiko merupakan suatu hal yang penting untuk
dimiliki oleh setiap investor maupun calon investor. Seorang investor yang rasional,
sebelum mengambil keputusan investasi harus mempertimbangkan dua hal, yaitu
pendapatan yang diharapkan (expected return) dan resiko (risk) yang tergantung pada
jenis investasinya. Investasi pada saham dinilai mempunyai tingkat resiko yang lebih
tabungan. Hal ini disebabkan karena pendapatan yang diharapkan dari investasi pada
saham bersifat tidak pasti.
Tujuan utama investor untuk melakukan investasi adalah untuk memperoleh
return (tingkat pengembalian). Semua investor ingin agar investasinya mendapatkan
return yang setinggi-tingginya. Akan tetapi kenyataan membuktikan bahwa return
dari investasi adalah tidak pasti. Ketidakpastian dari investasi inilah yang dinamakan
dengan resiko, yang diukur dengan varian dari return.
Resiko sering dihubungkan dengan penyimpangan atau deviasi dari outcome
yang diterima dengan ekspektasi. Pada dasarnya ada dua macam resiko, yaitu resiko
tidak sistematik (unsystematic risk) adalah risiko yang bisa dihilangkan dengan
membentuk portofolio, dan resiko sistematik (systematic risk) adalah bagian dari
resiko sekuritas yang tidak dapat dihilangkan dengan membentuk portofolio/
didiversifikasi. Resiko sistematik ini dimiliki/melekat pada semua perusahaan, yang
disebabkan oleh faktor makro ekonomi misalnya inflasi. Resiko tidak sistematik tidak
relevan dalam perhitungan resiko suatu saham karena dapat dihilangkan dengan
menambah jumlah kepemilikan saham dari beberapa perusahaan.
Dalam pengembangan suatu model yang dinamakan Capital Assets Pricing
Model (CAPM), resiko sistematik dari suatu sekuritas atau portofolio yang relatif
terhadap resiko pasar dinyatakan sebagai beta ( ) yang besarnya berbeda untuk
masing-masing saham. Beta merupakan kuantitatif yang mengukur sensitivitas
Semakin tinggi tingkat beta, semakin tinggi resiko sistematik yang tidak dapat
dihilangkan karena diversifikasi.
Harga saham dipasar modal ditentukan oleh kekuatan mekanisme pasar
berdasarkan kinerja perusahaan atau merupakan cermin keputusan manajemen dalam
mengelola perusahaan. Dalam menganalisa saham dapat menggunakan konsep
analisis fundamental keuangan . Analisis fundamental keuangan itu adalah suatu
analisa yang dilakukan dan ditujukan kepada aspek-aspek yang fundamental di suatu
perusahaan yang terjun ke pasar modal atau dapat juga dikatakan suatu analisa yang
mempelajari hubungan antara harga saham dengan kondisi perusahaan, dengan
melihat pada indikator ekonomi terutama yang berkaitan pada penampilan perusahaan
seperti volume penjualan, kekayaan dan keuntungan.
Konsep pendekatan fundamental menggunakan dasar dari hasil laporan
keuangan perusahaan dan perkembangan harga saham di Pasar Bursa Efek.
Dasar-dasar pertimbangan utama adalah faktor-faktor internal dari perusahaan seperti laba
perlembar saham, dividen persaham, struktur permodalan, potensi pertumbuhan dan
prospek perusahaan di masa mendatang yang menunjukkan kinerja perusahaan
(faktor fundamental keuangan) yang mempengaruhi harga saham. karena faktor
fundamental keuangan ini beranggapan bahwa investor adalah rasional, sehingga
mereka akan mencoba mempelajari hubungan harga saham dengan kondisi
perusahaan dengan menggunakan analisis rasio-rasio keuangan perusahaan. Dimana
Analisis fundamental dapat membantu para investor dan calon investor untuk
mengetahui harga suatu saham di Pasar Bursa Efek apakah terlalu mahal ataupun
murah, sehingga investor dan calon investor dapat mengambil keputusan untuk
membeli atau menjual saham-saham dari masing-masing emiten.
Nguyen (2004) menyatakan bahwa analisa fundamental dapat membantu
untuk memprediksi pengembalian saham dimasa yang akan datang dan untuk
menjelaskan momentum dalam harga-harga saham. Beberapa penelitian terhadap
analisa fundamental diantaranya Sunarto (2001), Gunawan (2003), Wu (2005),
Ulupui (2006), Indra (2006) dan Violeta (2007). Maniatis (2006) menyatakan bahwa
parameter penting dalam menilai resiko suatu saham adalah seperti ukuran
perusahaan, price earning ratio, kebijakan dividen suatu perusahaan, dan bagian
perspektifnya lainnya.
Gunawan (2003) dalam penelitiannya menggunakan variabel return on assets
(ROA), return on equity (ROE), book value (BV), payout ratio (b), debt equity ratio
(DER), required rate of return (r) dan resiko sistematik (beta) dalam penelitiannya
meneliti pengaruhnya terhadap harga saham perusahaan properti yang terdaftar di
Bursa Efek Jakarta. Indra (2006) menggunakan variabel debt equity ratio (DER),
return on equity (ROE), earning pershare (EPS), price earning ratio (PER),
operating profit margin (OPM) dan resiko sistematik pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Nainggolan (2004) menyatakan bahwa ada
beberapa rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan
ratio (PER), return on investment (ROI), dan return on equity (ROE). Pada
perusahaan sektor properti dan sektor manufaktur, fundamental keuangan dan resiko
sistematik berpengaruh terhadap harga saham, artinya para investor masih melihat
keterkaitan analisis fundamental keuangan dan resiko sistematik dalam keputusan
investasinya. Dalam penelitian ini, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pada
perusahaan sektor consumer goods, dimana perusahaan consumer goods merupakan
produsen barang-barang konsumsi yang menjadi kebutuhan utama bagi konsumen
dan sektor consumer goods pada umumnya kurang berpengaruh terhadap kondisi
ekonomi, artinya perubahan ekonomi tidak banyak mempengaruhi konsumen atas
kebutuhannya terhadap produk perusahaan consumer goods. Peneliti ingin meneliti
apakah para investor masih melihat keterkaitan analisis fundamental keuangan dan
resiko sistematik terhadap harga saham perusahaan consumer goods yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia dalam keputusan investasinya, peneliti akan menggunakan
seluruh variabel yang digunakan Gunawan (2003) ditambah dengan variabel yang
digunakan oleh Nainggolan (2004) yaitu return on investment (ROI), earning
pershare (EPS), price earning ratio (PER), dan ditambah variabel yang telah
digunakan oleh Indra (2006) yaitu operating profit margin (OPM). Variabel-variabel
tersebut telah digunakan oleh para peneliti sebelumnya sebagai faktor fundamental
keuangan dan resiko sistematik yang dihubungkan dengan harga saham.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti akan meneliti faktor-faktor fundamental
keuangan dan resiko sistematik terhadap harga saham di sektor perusahaam consumer
Faktor Fundamental Keuangan Dan Resiko Sistematik Terhadap Harga Saham
Perusahaan Consumer Goods Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia “
1.2. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang tersebut di atas, permasalahan yang akan diteliti
yaitu: apakah faktor-faktor fundamental keuangan dan resiko sistematik
mempengaruhi harga saham di sektor perusahaan consumer goods yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia secara simultan dan parsial ?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh faktor-faktor fundamental
keuangan dan resiko sistematik terhadap harga saham di sektor perusahaam
consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara simultan dan
parsial.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
1. Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman kepada peneliti tentang pasar modal, khususnya pada sektor
perusahaan consumer goods.
2. Investor
Hasil penelitian ini dapat membantu investor dalam mengambil keputusan
3. Emiten
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang
membantu emiten tentang keadaan dan kondisi perusahaan yang dapat
tercermin dalam laporan keuangan perusahaan, serta dapat membantu dalam
pembuatan kebijakan yang tepat agar dapat melakukan penjualan sahamnya.
4. Bagi peneliti selanjutnya. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
bahan acuan untuk penelitian selanjutnya sesuai dengan topik penelitian ini.
1.5. Originalitas
Penelitian ini difokuskan pada pengaruh faktor-faktor fundamental keuangan
dan resiko sistematik terhadap harga saham perusahaan consumer goods yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian
Gunawan (2003), penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu karena objek
yang diteliti dan kondisi ekonomi yang relatif berbeda. Objek penelitian Gunawan
(2003) adalah sektor properti yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta tahun 1996-2001
sedangkan pada penelitian ini yang menjadi objek adalah perusahaan consumer goods
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Faktor Fundamental Keuangan Yang Mempengaruhi Harga Saham
Analisis fundamental adalah metode analisis yang didasarkan pada
fundamental ekonomi suatu perusahaan. Teknis ini menitikberatkan pada rasio
finansial dan kejadian-kejadian yang secara langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan
teknis analisis fundamental lebih cocok untuk membuat keputusan dalam memilih
saham perusahaan mana yang dibeli untuk jangka panjang. Analisis fundamental
yang lebih luas diterima dan diaplikasikan, merupakan proses menentukan nilai
perusahaan dengan menganalisis dan menginterpretasikan faktor-faktor kunci untuk
ekonomi, industri dan perusahaan. Analisis fundamental berkaitan dengan kinerja
perusahaan, tentang efektifitas dan efisiensi perusahaan mencapai sasarannya . Untuk
menganalisis kinerja perusahaan dapat digunakan rasio keuangan, dengan analisis
tersebut para analis mencoba memperkirakan return saham dimasa yang akan datang
dengan mengestimasi nilai dari faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga
saham dimasa yang akan datang dan menerapkan hubungan faktor-faktor tersebut
Analisis rasio dapat mengungkapkan hubungan penting dan menjadi dasar
perbandingan dalam menemukan kondisi dan tren yang sulit untuk dideteksi dengan
mempelajari masing-masing komponen yang membentuk rasio (Wild, Subramanyam,
dan Hasley,2004). Praktek bisnis yang nyata masih mengaplikasikan analisa rasio
keuangan ini sebagai salah satu model analisis keuangan, meskipun relevansinya
tentu bersifat sangat subyektif, tergantung kepada tujuan dan kepentingan
masing-masing analis (Bambang,2002). Menurut Nainggolan (2004) ada beberapa rasio
keuangan yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan yaitu EPS, DER, PER,
ROI dan ROE.
a. EPS (Earning pershare)
merupakan laba yang diperoleh perusahaan per lembar saham. Laba per saham
merupakan alat ukur yang berguna untuk membandingkan laba dari berbagai
entitas usaha yang berbeda dan untuk membandingkan laba suatu entitas dari
waktu ke waktu jika terjadi perubahan dalam struktur modal. Laba per saham
telah sejak dulu dihitung dan digunakan oleh para analis keuangan. Perhitungan
laba per saham yang mengarah ke masa depan mencoba memberikan informasi
mengenai laba per saham yang mungkin akan diperoleh di masa datang. Rumus
EPS sebagai berikut :
Laba Bersih
EPS = --- (2.1.1.1)
Jumlah Lembar Saham
merupakan rasio yang mengukur besarnya hutang yang ditanggung melalui modal
sendiri yang dimiliki perusahaan. Debt equity ratio adalah instrumen untuk
mengetahui kemampuan ekuitas atau aktiva bersih suatu perusahaan untuk
melunasi seluruh kewajibannya. Rumus DER sebagai berikut :
Total Hutang
DER = --- (2.1.1.2)
Modal Sendiri
c. PER (Price earning ratio)
rasio harga dengan penghasilan atau price earning ratio sering digunakan untuk
membandingkan peluang investasi. Suatu rasio harga dan penghasilan saham
dihitung dengan membagi harga pasar per lembar saham (market price share)
dengan penghasilan per lembar saham (PER). Harahap (2002) mengatakan bahwa
price earning ratio ini menunjukkan perbandingan antara harga saham di pasar
atau harga perdana yang ditawarkan dibandingkan dengan pendapatan yang
diterima. Rumus PER sebagai berikut :
Harga Saham
PER = --- (2.1.1.3)
Modal Sendiri
d. ROI (Return on investment)
merupakan rasio untuk mengukur kemampuan manajemen dalam menghasilkan
pendapatan dari pengelolaan asset (Kasmir, 2003). Rumus ROI sebegai berikut :
Laba Operasi
ROI = --- (2.1.1.4)
e. ROE (Return on equity)
merupakan rasio untuk mengukur kemampuan manajemen dalam mengelola
modal yang ada untuk mendapatkan net income. Rumus ROE sebagai berikut :
Laba Bersih
ROE = --- (2.1.1.5)
Modal
Husnan (2003) mengemukakan bahwa return saham atau tingkat keuntungan
saham lebih tepat disebut sebagai prosentase perubahan harga saham. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi harga saham, sebagai berikut :
a. Harapan investor terhadap tingkat keuntungan dividen untuk masa yang akan datang. Jika pendapatan atau dividen suatu saham stabil maka harga saham cenderung stabil. Sebaliknya jika pendapatan atau dividen suatu saham berfluktuasi maka harga saham cenderung akan berfluktuasi.
b. Tingkat pendapatan perusahaan. Tingkat pendapatan perusahaan yang tercermin dari EPS (earning per share) berhubungan erat dengan peningkatan harga saham. Apabila fluktuasi EPS makin tinggi maka semakin tinggi juga perubahan harga sahamnya.
c. Kondisi perekonomian. Kondisi perekonomian saat ini dan sekarang salah satunya dipengaruhi oleh kondisi perekonomian masa lalu. Apabila kondisi perekonomian stabil dan mantap maka investor optimis terhadap kondisi perekonomian yang akan datang sehingga harga saham cenderung stabil.
Dalam penilaian saham, terdapat beberapa model teoritis yang dapat
digunakan terkait dengan analisis fundamental dan analisis teknikal. Namun secara
sederhana variabilitas harga saham tergantung pada earning dan deviden suatu
perusahaan seperti yang dinyatakan Fuller and Farrell (1987), “key determinant of
security price is expectations concerning the firm’s earning and dividends and their
associated risk”.
Banyak sekali faktor yang mempengaruhi penilaian terhadap harga saham,
baik itu yang bersifat fundamental maupun teknikal. Namun demikian secara
sederhana variabilitas harga saham bergantung pada bagaimana earning dan dividend
yang terjadi pada perusahaan (Fuller & Farrell,1987). Selanjutnya untuk menurunkan
faktor-faktor apa saja yang bisa mempengaruhi harga saham dapat dilakukan dengan
menggunakan pendekatan Gordon yaitu dividend discount model (DDM) yang
bersifat constant growth (Jogiyanto,1998) dengan persamaan sebagai berikut :
) (
1 0
g r
D P
−
= (2.1.1.6)
Dimana:
D1 = EPS x b
EPS = EAT / Total saham
b = Payout ratio = D/EPS
r = Required rate of return
Model (1) disubstitusikan, sehingga menjadi sebagai berikut :
= 0 P ) ( ) ( g r b x EPS
− (2.1.1.7)
Dimana:
EPS = EAT / Total saham = ROE x (book value)
BVS = Equity / Total saham
Model (2) disubstitusikan, sehingga menjadi sebagai berikut :
) ( ) ( ) ( 0 g r b x BV x ROE P −
= (2.1.1.8)
Dimana:
ROE = EAT / Equity = ROA x (1 + debt equity ratio)
Model (3) disubstitusikan, sehingga menjadi sebagai berikut :
) ( ) ( ) ( ) / 1 ( 0 g r b x BV x Equity Debt x ROA P − +
= (2.1.1.9)
Model (4) menurut Fuller and Farrell (1987), growth rate dapat diturunkan sebagai
berikut: 0 0 1 D D D
g = − (2.1.1.10)
Dimana:
D1 = EPS1 x (payout ratio)
Jika payout ratio (b) adalah konstan maka: 0 0 1 EPS EPS EPS
g = − (2.1.1.11)
Dimana:
EPS1 = ROE x book value t
EPS0 = ROE x book value t-1
Jika ROE adalah konstan, maka :
1 1 1 BV BV BV
g = − t− (2.1.1.12)
Jika tidak ada penambahan dana (emisi), maka perubahan nilai buku (BV1 - BVt−1)
sama dengan EPS0 – D0 = EPS0 x (1-b) maka :
) 1 ( ) 1 ( 1 0 1 0 b BV EPS BV b x EPS g t t − = − = − − (2.1.1.13)
Jadi g = ROE x (1-b)
Sehingga model 2, 3, 4 jika disubstitusikan menjadi :
) 1 ( ) ( ) ( ) / 1 ( 0 b ROE r b x BV x Equity Debt x ROA P − − +
= (2.1.1.14)
Sedangkan untuk pencarian beta saham terkoreksi dan r diperlukan langkah-langkah
sebagai berikut: 1 1 − − − = t t t m IHSG IHSG IHSG
1 1 − − − − = t t t t i Pi Di Pi Pi
R (2.1.1.16)
Dimana:
Rm = Return market
IHSG = Indeks Harga Saham Gabungan
Pit = Harga saham i bulan t
Pit−1 = Harga saham i bulan t-1
Di = Deviden saham i
Ri = Return saham i
∑
∑
∑
∑ ∑
− − = ) ) ( ( ( 2 2 m m i m i m R R n R R R x R nBeta (2.1.1.17)
Model CAPM r = Rf + ( beta x (Rm - Rf )) (2.1.1.18)
Dimana:
r = Required rate of return
Rf = Risk free
Rm = Return market
Beta = Risiko sistematik
Maka dari model-model tersebut di atas dapat ditulis suatu fungsi :
dimana ROA (return on asset), ROE (return on equity), BV (book value), b (payout
ratio), DER (debt equity ratio) merupakan variabel dari analisis fundamental.
Variabel indikator r (required rate of return) dapat dicari menggunakan model
CAPM, dan untuk menggambarkan resiko sistematik, yang dimasukkan dalam model
analisis adalah variabel beta. CAPM merupakan suatu model yang digunakan untuk
menentukan harga suatu asset dengan mempertimbangkan resikonya. Dengan
keseimbangan pasar, suatu saham diharapkan untuk memberikan keuntungan sesuai
dengan resiko yang tidak bisa dihindarkan / resiko yang sistematik / resiko pasar.
Semakin tinggi resiko yang tidak bisa dihindarkan, maka akan semakin tinggi pula
keuntungan yang diharapkan dari saham tersebut. Model hubungan antara
keuntungan yang diharapkan dengan resiko yang tidak terhindarkan dapat dijelaskan
dengan model CAPM. Model ini dikembangkan oleh Sharp dan Litner (Lubis,2008).
Sebagian asumsi yang digunakan untuk CAPM juga digunakan untuk pendekatan
normatif dalam investasi. Asumsi-asumsi ini adalah sebagai berikut (Lubis,2008) :
1. Investor mengevaluasi portofolio dengan melihat ekspektasi return dan standar deviasi (sebagai risiko) portofolio untuk satu periode.
2. Investor tidak pernah puas, jadi jika diberi pilihan antara dua portofolio yang identik, mereka akan memilih portofolio yang memberi ekspektasi return yang lebih tinggi.
3. Investor adalah risk averse, jadi jika diberi pilihan antara dua portofolio identik, mereka memilih portofolio dengan standar diviasi yang lebih rendah.
4. Asset individual dapat dibagi tidak terbatas, artinya investor dapat membeli sebagian saham jika investor berminat.
5. Terdapat tingkat bebas risiko dengan investor dapat memberi pinjaman (berinvestasi) atau meminjam uang.
6. Pajak dan biaya transaksi tidak relevan. Asumsi tambahan:
9. Informasi ini bebas diperoleh dan tersedia secara cepat untuk semua investor. 10. Investor mempunyai ekspektasi yang homogen (homogeneous expectation),
artinya mereka memiliki persepsi yang sama dalam hal ekspektasi return, standar diviasi dan kovarian sekurtas.
Variabel ROA mewakili efektifitas “earning power” perusahaan yang
mencerminkan kinerja manajemen dalam menghasilkan laba bersamaan dengan asset
yang ada. Variabel ROE digunakan untuk mengukur pengembalian modal pemilik
perusahaan. Variabel BV mengukur nilai buku per lembar saham. Variabel payout
ratio menunjukkan prosentase dari pendapatan yang akan dibayarkan pada pemegang
saham sebagai cash devident. Variabel DER mewakili proporsi hutang terhadap
modal perusahaan.
Faktor-faktor di atas sebagai variabel untuk menggambarkan resiko dan return
yang akan diterima para pemodal atas investasinya pada saham. Beberapa faktor
fundamental yang mempengaruhi harga saham yakni return on assets (ROA), return
on equity (ROE), earning pershare (EPS), price earning ratio (PER), operating
profit margin (OPM), book value (BV), payout ratio (b), debt equity ratio (DER),
required rate of return (r) dan resiko sistematik (Beta).
Return on asset (ROA) digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan di
dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.
Rasio ini merupakan rasio yang terpenting diantara rasio rentabilitas / profitabilitas
yang lainnya. ROA diperoleh dengan cara membandingkan antara net income after
semakin baik, karena tingkat kembalian semakin besar (Robert Ang,1997) Secara
matematis ROA dapat dirumuskan sebagai berikut :
NIAT
ROA = --- (2.1.1.19)
Total Assets
Return on equity menggambarkan sejauh mana kemampuan perusahaan
menghasilkan laba yang tersedia bagi pemegang saham (earning available for
common stockholder’s) agar bisa terlihat seberapa besar kemampuan modal sendiri
dalam menghasilkan laba, maka diperlukan perhitungan laba bersih yang sudah
dikurangi dengan biaya bunga dari modal asing (cost of debt) dan pajak perseroan
(income tax). Sedangkan modal yang dihitung adalah modal sendiri yang bekerja
dalam perusahaan, ROE bisa dihitung dengan formula sebagai berikut :
Earnings after Tax and Interest
ROE = --- (2.1.1.20) Equity
Dari sudut pandang investor ROE merupakan salah satu indikator penting
untuk menilai prospek perusahaan di masa mendatang. Dengan mengetahui tingkat
ROE, investor dapat menilai prospek perusahaan di masa mendatang. Dengan
mengetahui tingkat ROE, investor dapat melihat sejauh mana pertumbuhan
profitabilitas perusahaan. Indikator ROE sangat penting diperhatikan untuk
mengetahui sejauh mana investasi yang akan dilakukan investor di suatu perusahaan
mampu memberikan return yang sesuai dengan tingkat yang diharapkan investor,
Dalam menentukan pilihannya, investor biasanya akan mempertimbangkan
perusahaan yang mampu memberikan kontribusi ROE yang lebih besar. Bagi investor
semakin tinggi ROE menunjukkan resiko investasi kecil. Atau dengan kata lain
dikatakan bahwa semakin tinggi ROE akan mengakibatkan beta saham tersebut
semakin rendah, sebaliknya bila ROE rendah akan mengakibatkan beta sahamnya
semakin tinggi.
Informasi earning pershare suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba
bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan.
Besarnya EPS suatu perusahaan bisa diketahui dari informasi laporan keuangan
perusahaan. Meskipun tidak semua perusahaan mencantumkan besarnya EPS
perusahaan bersangkutan dalam laporan keuangannya, besarnya EPS dapat dihitung
berdasarkan laporan neraca dan laporan laba rugi perusahaan. EPS suatu perusahaan
dapat dihitung, sebagai berikut :
Earning after Tax (EAT) and Interest
EPS = --- (2.1.1.21) Number of share
EPS = ROE x Book value per share (2.1.1.22)
Earning after Tax and Investment Equity
EPS = --- x --- (2.1.1.23)
Equity Number of share
Informasi price earning ratio mengindikasikan besarnya rupiah yang harus
dibayarkan investor untuk memperoleh satu rupiah earnings perusahaan atau dengan
Dengan demikian bisa dikatakan bahwa PER juga merupakan ukuran harga relatif
dari saham perusahaan. PER dapat dihitung, sebagai berikut :
D1 / E1
PER = --- (2.1.1.24)
k – g
Keterangan :
D1 / E1 = Tingkat dividend payout ratio yang diharapkan
K = Tingkat return yang diharapkan g = Tingkat pertumbuhan yang diharapkan
Dari persamaan di atas, ada tiga komponen untuk menghitung PER, yaitu :
a. Dividend payout ratio (DPR) yang diharapkan yang menunjukkan besarnya
dividen yang akan dibayarkan perusahaan dari total earning yang diperoleh
perusahaan
b. Tingkat return yang diisyaratkan (k) yang menunjukkan tingkat return yang
diisyaratkan investor atas suatu saham, sebagai kompensasi atau resiko yang
harus ditanggung investor. Secara matematis tingkat return yang diisyaratkan
adalah :
k = Rf + Rp (2.1.1.25)
Keterangan:
K = tingkat return bebas resiko + premi resiko
c. Tingkat pertumbuhan dividen yang diharapkan (g), yang merupakan fungsi dari
besarnya ROE dan tingkat laba ditahan perusahaan.
Operating profit margin mengukur prosentase setiap penjualan setelah semua
profit) yang diperoleh dari setiap penjualan. Bagi investor yang diinginkannya tentu
adalah operating profit margin. Formula untuk menghitung operating profit margin
sudah dikenal luas sebagai berikut :
Operating Profit
OPM = --- (2.1.1.26)
Sales
OPM adalah salah satu alat untuk mengukur profitabilitas suatu perusahaan.
Tanpa profit, perusahaan tidak akan menarik bagi investor. Oleh karena itu rasio ini
sangat penting bagi investor untuk menilai masa depan perusahaan. Dalam memilih
investasi saham, investor akan memilih perusahaan yang memiliki OPM yang lebih
tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang hanya memiliki OPM rendah. Bagi
investor perusahaan yang memiliki tingkat OPM yang tinggi memberikan indikasi
bahwa resiko pada perusahaan tersebut adalah rendah. Dapat dikatakan semakin
tinggi OPM akan semakin rendah beta sahamnya, sebaliknya semakin rendah OPM
akan mengakibatkan beta sahamnya semakin tinggi.
Book value atau nilai buku ekuitas yaitu jumlah lembar saham yang beredar
dikali dengan nominal saham. Payout ratio merupakan rasio dari dividen dibagi
dengan earning pershare.
Setiap sumber dana selalu mempunyai biaya masing-masing yang biasa
disebut cost of funds. Pada saat akan digunakan, dana dari luar perusahaan dalam
minimal harus ditanggung adalah sebesar biaya bunga. Sementara jika dari modal
sendiri (equity), akan timbul biaya yang tidak kelihatan yang merupakan opportunity
cost dari modal tersebut. Mengingat begitu bervariasinya biaya dari luar maupun dari
dalam perusahaan, maka perlu dipertimbangkan dengan seksama sebaiknya dari
sumber dana mana investasi yang harus dibiayai, karena akan berpengaruh terhadap
harga saham di bursa. Formulasi struktur modal itu sendiri adalah sebagai berikut :
Total Debt
DER = --- (2.1.1.27)
Equity
DER yang semakin besar akan mengakibatkan resiko financial perusahaan
yang semakin tinggi. Dengan penggunaan hutang yang semakin besar akan
mengakibatkan semakin tingginya resiko untuk tidak mampu membayar hutang.
Penggunaan hutang dalam valuta asing juga akan menimbulkan currency risk dimana
resiko ini berkaitan dengan fluktuasi nilai mata uang domestik terhadap mata uang
negara lain. Investor biasanya selalu menghindari resiko, maka semakin tinggi DER
akan mengakibatkan saham perusahaan tersebut semakin dihindari investor, sehingga
harga saham akan semakin rendah. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa
hubungan DER dengan beta saham adalah positif artinya semakin tinggi tingkat DER
akan mengakibatkan semakin tinggi resiko pasar dan sebaliknya tingkat DER yang
rendah akan mengakibatkan resiko sahamnya rendah.
Terakhir untuk required rate of return (r) akan dihitung dengan menggunakan
2.1.2. Resiko sistematik
Resiko (risk) didefenisikan dalam kamus Webster sebagai suatu halangan,
gangguan, ekposur terhadap kerugian atau kecelakaan. Jadi resiko diartikan sebagai
peluang akan terjadinya suatu peristiwa yang tidak diinginkan (Brigham,2004).
Resiko sistematik (systematic risk) adalah bagian dari resiko sekuritas yang
tidak dapat dihilangkan dengan membentuk portofolio/didiversifikasi. Resiko
sistematik ini dimiliki/melekat pada semua perusahaan, karena disebabkan oleh faktor
makro ekonomi misalnya inflasi dan tingkat suku bunga.
Sumber resiko dapat dibagi atas 2 (dua) kelompok yaitu resiko yang
sistematik yang merupakan resiko yang mempengaruhi semua (banyak) perusahaan
dan resiko tidak sistematik yang merupakan resiko yang mempengaruhi atau
(sekelompok kecil) perusahaan. Resiko sistematik menurut Beaver, Kettle dan
Scholes (1970) : “A, systematic component reflects common movement of a single
security’s return with the average return of all other securities in the market, the
larger the value, the greater the riskiness of the security a of the implies an
averages riskiness”
Defenisi tersebut dapat disimpulkan bahwa resiko sistematik suatu saham
merupakan indikator yang menunjukkan sensitivitas pergerakan return saham
terhadap pergerakan return saham-saham lainnya di pasar. Adanya kaitan antara
saham individual dengan pasar membawa pemikiran bahwa besarnya resiko
sistematik suatu saham seharusnya dapat diperkirakan dari aspek fundamental
diketahui maka akan sangat membantu investor dalam menganalisa kepekaan
pergerakan return saham terhadap pergerakan saham. Faktor-faktor fundamental
keuangan merupakan data akuntansi berupa rasio-rasio yang dapat membantu
investor untuk memprediksi resiko saham.
Parameter yang digunakan dalam mengukur resiko ini adalah beta. Pengertian
beta menurut Jones (1996) adalah “Beta a measure of volatility, or relative
systematic risck”. Dimana pengertian volatilitas adalah sebagai fluktuasi dari return
suatu sekuritas dalam suatu periode tertentu. Jika fluktuasi return sekuritas secara
statistik mengikuti fluktuasi return pasar, maka beta dari sekuritas tersebut bernilai 1.
Misalnya apabila return pasar naik sebesar 5%, maka investor akan mengharapkan
kenaikan return sekuritasnya sebesar 5% pula.
Scott et. al. (2000) menyatakan bahwa “Beta a measure stock’s volatility
relative to an average stock”. Lain halnya dengan pendapat Brealey, et. al. (2001)
yang mendefenisikan “Beta is a sensitivity of a stock’s return to the return on the
market portofolio”. Sedangkan menurut Ross et al. (2003) beta adalah “ The amount
of systematic risk present a particular risky asset relative to that in an average risky
asset”. Dapat disimpulkan bahwa beta adalah pengukur volatilitas suatu resiko
sistematik pada sekuritas. Beta suatu sekuritas dapat dihitung dengan titik estimasi
yang menggunakan data historis maupun estimasi secara subjektif. Beta historis dapat
dihitung dengan menggunakan data historis berupa data pasar (return sekuritas dan
return pasar). Mengetahui beta masing-masing sekuritas juga berguna untuk
(Jogiyanto,2000). Beta yang dihitung berdasarkan data historis ini selanjutnya dapat
digunakan untuk mengestimasi beta masa mendatang. Bukti-bukti empiris
menunjukkan bahwa beta historis mampu menyediakan informasi tentang beta masa
depan (Elton dan Gruber,1994).
Bagian dari resiko sekuritas yang dapat dihilangkan dengan membentuk
portofolio yang well-diversified disebut dengan resiko yang dapat didiversifikasi
(diversifiable risk) atau resiko perusahaan (company risk) atau resiko spesifik
(spesifik risk) atau resiko unik (unique risk) atau resiko yang tidak sistematik
(unsystematik risk). Karena resiko ini unik untuk suatu perusahaan, yaitu hal yang
buruk terjadi di suatu perusahaan dapat diimbangi dengan hal yang baik terjadi
diperusahaan lain, maka resiko ini dapat didiversifikasi di dalam portofolio. Contoh
dari diversifiable risk adalah pemogokan buruh, tuntutan dari pihak lain, penelitian
yang berhasil atau tidak berhasil dan lain sebagainya.
Pengukuran resiko sistematik diwakili oleh nilai beta, karena beta saham
merupakan indikator pengukuran resiko sistematik yang mencerminkan sensitivitas
saham perusahaan terhadap indikator pasar.
Sedangkan bagian yang tidak bisa didiversifikasi disebut dengan dengan
nondiversifible atau market risk atau disebut juga sistematic risk (Lubis, 2008).
Resiko ini terjadi karena kejadian-kejadian di luar kegiatan perusahaan, seperti
inflasi, resesi, dan lain sebagainya. Resiko total (total risk) merupakan penjumlahan
Resiko total = Resiko dapat diversifikasi + Resiko tidak dapat di-diversifikasi
= Resiko perusahaan + resiko pasar
= Resiko tidak sistematik + resiko sistematik = Resiko spesifik (unik) + resiko umum.
Metode yang paling banyak digunakan untuk menentukan beta adalah cara
penaksiran dengan menggunakan data historis untuk menghitung beta masa itu, yang
kemudian dipergunakan sebagai taksiran beta masa datang. Beta untuk tiap saham
dapat dihitung dengan menggunakan persamaan regresi dari single indeks model.
Saham-saham dengan beta lebih besar dari satu ( > 1) digolongkan sebagai
saham-saham agresif (aggressive stock) karena saham melonjak lebih cepat dari pada
pasar dalam situasi boom (bull market) sebaliknya jatuh lebih tajam dari pada pasar
pada situasi lesu (bear market), saham-saham jenis ini lebih peka sehingga
mempunyai resiko yang tinggi. Saham-saham dengan beta kurang dari satu ( < 1)
digolongkan sebagai saham defensive (devensive stock), keuntungan saham ini
berfluktuasi kurang dari kondisi pasar secara keseluruhan. Saham-saham dengan beta
sama dengan satu, merupakan saham-saham netral karena pergerakan return saham
sejalan dengan market return. Estimasi besarnya resiko sistematik ( ) dihitung
dengan menggunakan formula standar (Elton/Gruber, 1994) sebagai berikut :
∑
∑
= − = − − ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − = = N t mt mt N t mt mt it it m im i R R R R R R 1 2 1 2 σ σβ (2.1.2.1)
Keterangan :
βi : Resiko sistematik untuk saham i
σim : Kovarian antara retrun saham Ri dengan market return Rm. σ2im : Varian market return.
Rit
−
: Rata-rata dari return on security
Rmt
−
: Rata-rata dari market return
Penggunaan konsep model indeks tunggal dalam menentukan nilai beta
memerlukan nilai beta dari saham-saham yang akan dimasukkan ke dalam portofolio.
Cara lain adalah dengan menggunakan data historis untuk menghitung beta waktu
lalu yang dipergunakan sebagai taksiran beta di masa yang akan datang. Secara
sistematik model indeks tunggal adalah sebagai berikut :
Ri =αi +βiRm +ei (2.1.2.2)
Keterangan :
Ri : Return saham i Rm : Return indeks pasar
αi : Bagian return saham i yang tidak dipengaruhi kinerja pasar
βi : Ukuran kepekaan return saham i terhadap perubahan return saham ei : Kesalahan residual
Persamaan tersebut hanyalah memecah tingkat keuntungan suatu saham
menjadi dua bagian, yaitu yang independent dari perubahan pasar dan yang
dipengaruhi oleh pasar. Persamaan di atas juga merupakan persamaan regresi linier
sederhana yang dihitung dengan Ri sebagai variabel dependent dan Rmsebagai
Penggunaan model indeks tunggal menghasilkan tingkat keuntungan yang
diharapkan, deviasi standar tingkat keuntungan dan covariance antar saham sebagai
berikut :
1. Tingkat keuntungan yang diharapkan,
( )
Ri i i E( )
RmE =α +β (2.1.2.3)
2. Varian tingkat keuntungan,
2 2 2 2
ei m i
i β σ σ
σ = + (2.1.2.4)
3. Covarian tingkat keuntungan saham i dan j,
2
m j i
ei β β σ
σ = (2.1.2.5)
Model indeks tunggal menunjukkan bahwa tingkat keuntungan yang
diharapkan terdiri dari dua komponen yaitu αi dan bagian yang berhubungan dengan
pasar yaitu βiE
( )
Rm . Demikian juga varian tingkat keuntungan terdiri dari duabagian. Yaitu resiko yang unik
( )
σei2 dan resiko yang berhubungan dengan pasar2 2
m
i σ
β , sebaliknya covarian semata-mata tergantung pada resiko pasar.
Salah satu alasan penggunaan model indeks tunggal adalah untuk mengurangi
jumlah variabel yang perlu ditaksir karena untuk portofolio model indeks tunggal
mempunyai karakteristik yaitu bahwa beta portofolio
( )
βp merupakan rata-ratatertimbang dari beta saham-saham yang membentuk portofolio tersebut.
i i
p X β
Demikian juga alpha portofolio
( )
αp adalah,αp =
∑
Xiαi (2.1.2.7)Untuk varian portofolio rumusnya adalah sebagai berikut :
αp2 =βp2 σm2 +
∑
Xi2σei2 (2.1.2.8)Resiko yang tidak bisa dihilangkan kalau bentuk portofolio merupakan resiko
yang berkaitan dengan βp. Kalau resiko residual dianggap nol, maka resiko
portofolio akan mendekati :
αp = β2p σm2 =βpσm =σm
[
∑
Xiβi]
(2.1.2.9)2.1.3. Harga saham
Harga saham atau nilai saham merupakan nilai sekarang dari aliran kas di
masa mendatang. Harga saham atau nilai saham dapat ditentukan berdasarkan nilai
buku (book value), nilai pasar (market value) dan nilai intrinsik (intrinsic value).
Nilai buku (book value) merupakan nilai yang tertera dalam neraca yang dihitung
dengan cara membagi total seluruh ekuitas atau modal sendiri dengan jumlah lembar
saham yang beredar (out standing shares). Harga pasar atau nilai pasar merupakan
harga jual saham di pasar. Sedangkan nilai intrinsik atau sering disebut dengan nilai
teoritis adalah harga yang ditentukan setelah mempertimbangkan faktor-faktor
mempengaruhi nilai saham.
Tujuan utama analisis nilai intrinsik adalah untuk mengetahui harga
faktor-faktor fundamental keuangan. Dengan mengetahui nilai intrinsik saham, dapat
diperoleh apakah suatu saham over price atau under price. Jika saham under price
berarti pasar gagal atau tidak menemukan adanya faktor-faktor yang membenarkan
harganya harus lebih tinggi artinya nilai sekuritas lebih tinggi dari pada harga jualnya.
Namun setelah investor menyadari situasi tersebut misalnya karena manajemen
mengumumkan earning pershare lebih tinggi dari yang diharapkan, para investor
akan membeli saham, sehingga mengakibatkan harga saham naik. Investor yang
membeli saham pada saat under price akan mendapat keuntungan, sebaliknya yang
membeli pada saat saham over price akan menderita rugi. Sementara investor yang
telah sebelumnya memiliki saham dalam portofolionya, jika saham over price maka
investor tersebut akan segera melepas atau menjual sahamnya, dan jika under price
akan tetap mempertahankannya.
Analisis fundamental keuangan menyatakan bahwa saham memiliki nilai
intrinsik (nilai yang seharusnya) tertentu. Analisis ini membandingkan antara nilai
intrinsik suatu saham dengan harga pasarnya guna menentukan apakah harga pasar
saham tersebut sudah mencerminkan nilai intrinsiknya atau belum (Halim,2005).
Nilai intrinsik suatu saham ditentukan oleh faktor-faktor fundamental keuangan yang
mempengaruhinya.
Pendekatan penilaian harga saham dapat digunakan dengan berbagai model,
seperti the zero growth model (model pertumbuhan nol), the constant growth model
ganda), the finite holding period model dan the price earnings model (Bodi, Kane and
Markus, 2005).
The Zero-Growth Model (model pertumbuhan nol) mengasumsikan bahwa
pertumbuhan dividen pada waktu tak terhingga sama dengan nol, artinya besaran
dividen setiap periode adalah sama, yaitu:
D0 = D1 = D2 = ... = D∞ (2.1.3.1)
Dimana D adalah besaran dividen. Nilai sekarang dari dividen dengan model
pertumbuhan nol adalah:
V = =
+
∑
∞=1 0) 1 ( t t k D k D k D t t 1 1 0 ) 1 ( 1 = +
∑
∞= (2.1.3.2)Dimana k adalah tingkat diskonto bebas resiko dari arus kas atau dividen. Substitusi
nilai saham (V) dengan harga pasar saham (P) sekarang, fairly price, maka tingkat
diskonto bebas resiko atau internal rate of return adalah:
P D
k = 1 (2.1.3.3)
Persamaan (2.1.3.3) menjelaskan bahwa semakin tinggi dividen,maka nilai
saham akan semakin tinggi, sebaliknya, semakin tinggi tingkat diskonto bebas resiko
akan mengakibatkan nilai saham yang semakin rendah. Jika V > P, maka kondisi ini
disebut underprice dan menjadi signal yang baik untuk membeli saham. Sebaliknya,
The constant growth model (model pertumbuhan konstan) mengasumsikan
bahwa pertumbuhan dividen pada waktu tak terhingga adalah konstan, artinya
pertumbuhan dividen sama setiap periode sampai waktu tak terhingga, yaitu:
t t
t
t D g D g
D = −1(1+ ) = 0(1+ ) (2.1.3.4)
Dimana g adalah pertumbuhan dividen konstan. Nilai sekarang dari dividen dengan
model pertumbuhan nol adalah:
⎟⎟⎠ ⎞ ⎜⎜⎝ ⎛ − + = + + = ++ =
∑
∑
∞ = ∞= k g
g D k g D k g D V t t t t t t 1 ) 1 ( ) 1 ( ) 1 ( ) 1 ( 0 1 0 1
0 (2.1.3.5)
Persamaan (2.1.3.5) menjelaskan bahwa semakin tinggi dividen dan
pertumbuhan dividen, maka nilai saham akan semakin tinggi dan sebaliknya semakin
tinggi tingkat diskonto bebas resiko, maka semakin rendah nilai saham.
The Multiple-Growth Model mengasumsikan bahwa pertumbuhan dividen
konstan sampai periode waktu T, dan setiap investor dapat meramalkan waktu T,
yaitu: ⎟⎟⎠ ⎞ ⎜⎜⎝ ⎛ + = ⎟⎟⎠ ⎞ ⎜⎜⎝ ⎛ − = + = + =
−
∑
T + T T tT t t t t k V V dan g k D V k D V T ) 1 ( 1 , 1 , ) 1 ( 1 1 (2.1.3.6)
Dari persamaan (2.1.3.6) diperoleh bahwa nilai saham (V) merupakan
penjumlahan nilai saham VT- dan VT+, yaitu:
T T T t t t T T k g k D k D V V V ) 1 )( ( ) 1 ( 1
1 − +
+ + = + = + = +
−
∑
(2.1.3.7)Persamaan (2.1.3.7) menjelaskan empat faktor penting dalam penilaian
resiko dan tingkat pertumbuhan dividen konstan. Semakin tinggi dividen dan
pertumbuhan dividen konstan dan semakin lama memegang saham, maka semakin
tinggi nilai saham. Sebaliknya semakin tinggi tingkat diskonto bebas resiko, maka
semakin rendah nilai saham.
The Finite Holding PeriodModel mengasumsikan bahwa investor memegang
saham dengan waktu terbatas. Arus kas pembelian saham diharapkan dapat ditutupi
oleh arus kas dividen dan arus kas penjualan saham periode berikutnya, yaitu:
∑
∞= + − = + + = ++ = 2 1 2 1 1 1 ) 1 ( ... 1 dim ,1 t t
t k D k D P ana k P D
V (2.1.3.8)
Persamaan (2.1.3.8) menjelaskan bahwa semakin tinggi dividen dan
ekspektasi harga, maka nilai saham akan semakin tinggi, dan sebaliknya semakin
tinggi tingkat diskonto bebas resiko, maka nilai saham akan semakin rendah.
Keempat model penilaian saham di atas belum menunjukkan hubungan yang
eksplisit antara nilai saham dengan informasi laporan keuangan. Penjelasan hubungan
secara eksplisit antara nilai saham dengan informasi laporan keuangan sangat penting
untuk menjelaskan pembentukan harga saham. Untuk itu digunakan model rasio
harga terhadap laba atau disebut dengan the price – earning ratio model. The
price-earning model menyatakan bahwa harga saham dan tingkat keuntungan saham
ditentukan oleh rasio selisih harga jual dan harga pembelian saham ditambah dividen
dengan harga pembelian, yang dirumuskan dengan:
1 1
1
1 x E
E P
Dimana E1 adalah ekspektasi earnings pershare, sehingga ekspektasi dividen per
lembar saham merupakan perkalian antara dividend payout ratio dengan earnings per
share, yaitu:
t t
t P x E
D = (2.1.3.10)
Dari persamaan (2.1.3.10) ditunjukkan bahwa nilai saham sampai waktu tak
terhingga merupakan perkalian antara dividend payout ratio (p t= Dt/Et) dan earnings
pershare, yaitu:
∑
∞= +=
1 (1 )
t
t t t
k E p
V (2.1.3.11)
Earnings pershare periode t merupakan perkalian antara earnings pershare periode
t-1 dengan tingkat pertumbuhan dividen pada periode t.
2.2. Review Peneliti Terdahulu (Theoretical Mapping)
Sunarto (2003) meneliti tentang pengaruh rasio profitabilitas dan leverage
terhadap return saham perusahaan manufaktur di BEJ. Dengan menggunakan regresi
linier berganda menunjukkan hasil uji hipotesis bahwa rasio profitabilitas (ROA dan
ROE) dan leverage (DTA) signifikan mempengaruhi return saham di BEJ untuk
periode 1998/1999 dan 1999/2000.
Hasil Penelitian Nguyen (2004) dengan menggunakan metode F-score hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa analisis fundamental memiliki korelasi yang
signifikan terhadap return saham, dan saham dengan nilai pasar atau nilai buku tinggi
bagi perusahaan besar ketimbang perusahaan kecil, dimana bertolak belakang dengan
bukti yang dilaporkan Banz (1981) untuk pasar Amerika.
Hasil penelitian Gunawan (2003) menyatakan bahwa hanya faktor
fundamental book value (BV) yang mempengaruhi harga saham properti yang
terdaftar di Bursa Efek Jakarta secara parsial, sedangkan faktor fundamental yang
lainnya berpengaruh secara be