• Tidak ada hasil yang ditemukan

Community Perception About Corporate Social Responsibility Programs Of PT Aqua Golden Mississippi In Babakan Pari Village, Kecamatan Cidahu, Sukabumi District, West Java Province

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Community Perception About Corporate Social Responsibility Programs Of PT Aqua Golden Mississippi In Babakan Pari Village, Kecamatan Cidahu, Sukabumi District, West Java Province"

Copied!
522
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM-PROGRAM

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

PT. AQUA GOLDEN MISSISSIPPI

(STUDI KASUS DI DI DESA BABAKANPARI, KECAMATAN

CIDAHU, KABUPATEN SUKABUMI, PROVINSI JAWA BARAT)

NANY JULIJANTI

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir Kajian Pengembangan Masyarakat ”Persepsi Masyarakat terhadap Program-program Corporate Social Responsibility PT. Aqua Golden Mississippi di Desa Babakan Pari Kecamatan Cidahu Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat” adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tugas akhir ini.

Bogor, Mei 2008

(3)

ABSTRACT

NANY JULIJANTI. Community perception about Corporate Social Responsibility Programs of PT Aqua Golden Mississippi in Babakan Pari Village, kecamatan Cidahu, Sukabumi Distric, West Java Province. Guide by Mrs. NINUK PURNANINGSIH and Mr. NELSON ARITONANG.

Company & community around the company, need Corporate Social Responsibility program from the company. Commonly, CSR Programs has short term benefit as money or goodies gift from company to community around the company. PT Aqua Golden Mississippi in Babakan Pari Village, kecamatan Cidahu, Sukabumi Distric, West Java Province, has a various CSR programs, but some of that, has not been giving continuous benefit (sustainable) to community. Because of that, it’s needed CSR Programs of PT Aqua Golden Mississippi, that’s has continuous benefit (sustainable).

This review, has a purpose to evaluate various CSR Programs of PT Aqua Golden Mississippi, to evaluate community perception of benefit of CSR Program of PT Aqua Golden Mississippi, and to design revision of CSR Programs of PT Aqua Golden Mississippi.

To percept an object, people effected by personal/individual factor (as an internal factor) and environment (as a external factor). Personal factor, are age, education, and occupation. Environment factor, are availability of CSR Programs and community involvement on CSR Programs. Base on interview result and data analysis, this research shows, community percept there are 4 (four) CSR Programs of PT Aqua Golden Mississippi that has benefit to community. 4 (four) CSR Programs are Water Pooling related to convenience to has water, re-planting, social welfares, and religion. Community percept PT Aqua Golden Mississippi, has less benefit to community, because PT Aqua Golden Mississippi could not increase community involvement on development.

To make sure CSR Programs could increase community welfares, it’s has to designed the programs that has continuous benefit (sustainable). The Next CSR Program for PT Aqua Golden Mississippi, that has been planned, as community discussion forum, training program to increase skill/capability, program to increase community economy, and program to provide fresh water to community.

(4)

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(5)

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM-PROGRAM

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

PT. AQUA GOLDEN MISSISSIPPI : KASUS KABUPATEN

SUKABUMI

NANY JULIJANTI

Tugas Akhir

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada

Program Studi Pengembangan Masyarakat

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)

Judul Tesis : Persepsi Masyarakat terhadap Program-program Corporate Social Reponsibility PT. Aqua Golden Mississippi (Kasus di Desa Babakan Pari Kecamatan Cidahu Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat)

Nama : Nany Julijanti Nomor Pokok : I354060125

Disetujui,

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Ninuk Purnaningsih, MSi Ketua

Drs. Nelson Aritonang, MSSW Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Magister Profesional Pengembangan Masyarakat

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS. Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS

(8)

karuniaNya penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir Kajian Pengembangan Masyarakat (KPM), yang berjudul : ”PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM-PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PT. AQUA GOLDEN MISSISSIPPI (Kasus Desa Babakan Pari Kecamatan Cidahu Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat). Salam dan shalawat serta iringan doa kepada Nabi Besar kita Muhammad Rasulullah saw. Kajian Pengembangan Masyarakat ini disusun guna memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Pengembangan Masyarakat Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Dalam menyusun Kajian Pengembangan Masyarakat ini, penulis sadar betul, bahwa semuanya tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karenanya dalam kesempatan yang baik ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Ninuk Purnaningsih, Msi., selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.

2. Drs. Nelson Aritonang, MSSW., selaku Anggota Komisi Pembimbing yang juga telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.

3. Dr. Ir. Fredian Tonny Nasdian, MS., selaku Penguji Luar Komisi.

4. Dr. Mardjuki, M.Sc., selaku Kepala Badiklit yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan pada Program Studi Pengembangan Masyarakat Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

5. Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS., selakuk Dekan Sekolah Pascasarjana IPB. 6. Drs. Wawan Heryana, M.Pd., selaku Ketua Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial

(STKS) Bandung;

7. Teman-teman angkatan IV, yang telah memberikan kritik dan sumbang saran pada saat dilangsungkannya kolokium dan seminar KPM ini.

8. Suamiku, Abi kamal, yang telah banyak memberikan dukungan moril dan materil serta doa, sekaligus sebagai motivator disela-sela kesibukannya yang begitu padat. 9. Juga anak-anakku tersayang, Mbak Nida, Mbak Ain, De’ Nofal dan adik bayi (de’

Rizal), sebagai sumber inspirasi dan penyemangat dalam penulisan kajian ini, serta ibunda tercinta, atas segala doa dan kasih sayangnya, yang juga turut sibuk membantu penulis untuk menyelesaikan kajian ini.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah berusaha membantu penulis dalam berbagai hal sehingga Laporan Kajian Pengembangan Masyarakat ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa karya yang telah penulis buat ini masih jauh dari sempurna, kesemuanya itu karena keterbatasan kemampuan yang penulis miliki. Namun demikian, penulis berharap Kajian Pengembangan Masyarakat ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang telah terkait sebagai bahan masukan dalam pengambilan kebijakan dan penyusunan program-program pengembangan masyarakat.

Bogor, Mei 2008

(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 28 Juli 1967 dari ayah Hadi Suparmanto dan ibu Martini. Penulis merupakan putri keempat dari enam bersaudara.

Menyelesaikan pendidikan SMA Negri 4 Bandung pada tahun 1986 dan dapat menyelesaikan level sarjana (S1) di Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung pada tahun 1991.

Selanjutnya, tanpa pernah diduga, tahun 2006 penulis mendapat kesempatan untuk mengikuti Tugas Belajar sebagai Mahasiswa Pascasarjana di Institut Pertanian Bogor (IPB) kerja sama dengan Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung. Penulis memilih Program Studi Pengembangan Masyarakat. Beasiswa pendidikan pascasarjana, penulis peroleh dari Departemen Sosial Republik Indonesia.

(10)

DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ………... 1

1.2. Masalah Kajian ………... 4

1.3. Tujuan Kajian ………... 4

1.4. Manfaat Kajian ………..………... 5

II. TINJAUAN TEORITIS Teori dan Konsep ....………... 6

2.1. Tinjauan tentang Persepsi …..………..…... 6

2.2. Tinjauan tentang Pemberdayaan ..…...…………..………. 10

2.3. Urgensi Pemberdayaan dalam Masyarakat … ..………. 12

2.4. Tinjauan tentang Masyarakat ……..…..……….. 14

2.5. Tinjauan tentang Corporate Social Responsibility ....……... 15

2.6. Tinjauan tentang Pekerjaan Sosial ... 20

2.7. Kerangka Pemikiran Kajian …… ………... 24

III METODE KAJIAN 3.1. Strategi Kajian ...………..…….…………... 27

3.2. Lokasi dan Waktu Kajian ………..…….………... 28

3.3. Metode Pengumpulan Data ………... 29

3.4. Teknik Analisis Data ………. ……….… 32

3.5. Penyusunan Rancangan Perbaikan Program ...…...…...…. 33

IV. PROFIL KOMUNITAS ... 35

4.1. Kependudukan ... ………... 36

4.2. SistemEkonomi ……… ……….... 40

4.3. Struktur Organisasi dan Kelembagaan Komunitas ……… ….…... 43

4.4. Struktur Pelapisan Komunitas ... 44

V. GAMBARAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT 5.1 Program Raksa Desa ...………... 46

5.2. Program BKS-FM ………... 48

VI . KERAGAMAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PT. AQUA GOLDEN MISSISSIPPI 6.1. Profil PT. Aqua Golden Mississippi ………. 53

6.2. Bentuk Corporate Social Responsibility ………. 54

6.3. Keberadaan Community Development Perusahaan ………. 57

6.4. Sumber Dana Corporate Social Responsibility …………... 57

6.5. Analisis terhadap Pendekatan sasaran program ... 57

VII. PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM-PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY 7.1. Persepsi Perusahaan terhadap CSR ... 59

7.2. Persepsi Pemerintah Kecamatan terhadap CSR ... 60

(11)

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM-PROGRAM

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

PT. AQUA GOLDEN MISSISSIPPI

(STUDI KASUS DI DI DESA BABAKANPARI, KECAMATAN

CIDAHU, KABUPATEN SUKABUMI, PROVINSI JAWA BARAT)

NANY JULIJANTI

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir Kajian Pengembangan Masyarakat ”Persepsi Masyarakat terhadap Program-program Corporate Social Responsibility PT. Aqua Golden Mississippi di Desa Babakan Pari Kecamatan Cidahu Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat” adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tugas akhir ini.

Bogor, Mei 2008

(13)

ABSTRACT

NANY JULIJANTI. Community perception about Corporate Social Responsibility Programs of PT Aqua Golden Mississippi in Babakan Pari Village, kecamatan Cidahu, Sukabumi Distric, West Java Province. Guide by Mrs. NINUK PURNANINGSIH and Mr. NELSON ARITONANG.

Company & community around the company, need Corporate Social Responsibility program from the company. Commonly, CSR Programs has short term benefit as money or goodies gift from company to community around the company. PT Aqua Golden Mississippi in Babakan Pari Village, kecamatan Cidahu, Sukabumi Distric, West Java Province, has a various CSR programs, but some of that, has not been giving continuous benefit (sustainable) to community. Because of that, it’s needed CSR Programs of PT Aqua Golden Mississippi, that’s has continuous benefit (sustainable).

This review, has a purpose to evaluate various CSR Programs of PT Aqua Golden Mississippi, to evaluate community perception of benefit of CSR Program of PT Aqua Golden Mississippi, and to design revision of CSR Programs of PT Aqua Golden Mississippi.

To percept an object, people effected by personal/individual factor (as an internal factor) and environment (as a external factor). Personal factor, are age, education, and occupation. Environment factor, are availability of CSR Programs and community involvement on CSR Programs. Base on interview result and data analysis, this research shows, community percept there are 4 (four) CSR Programs of PT Aqua Golden Mississippi that has benefit to community. 4 (four) CSR Programs are Water Pooling related to convenience to has water, re-planting, social welfares, and religion. Community percept PT Aqua Golden Mississippi, has less benefit to community, because PT Aqua Golden Mississippi could not increase community involvement on development.

To make sure CSR Programs could increase community welfares, it’s has to designed the programs that has continuous benefit (sustainable). The Next CSR Program for PT Aqua Golden Mississippi, that has been planned, as community discussion forum, training program to increase skill/capability, program to increase community economy, and program to provide fresh water to community.

(14)

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(15)

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM-PROGRAM

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

PT. AQUA GOLDEN MISSISSIPPI : KASUS KABUPATEN

SUKABUMI

NANY JULIJANTI

Tugas Akhir

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada

Program Studi Pengembangan Masyarakat

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(16)
(17)

Judul Tesis : Persepsi Masyarakat terhadap Program-program Corporate Social Reponsibility PT. Aqua Golden Mississippi (Kasus di Desa Babakan Pari Kecamatan Cidahu Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat)

Nama : Nany Julijanti Nomor Pokok : I354060125

Disetujui,

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Ninuk Purnaningsih, MSi Ketua

Drs. Nelson Aritonang, MSSW Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Magister Profesional Pengembangan Masyarakat

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS. Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS

(18)

karuniaNya penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir Kajian Pengembangan Masyarakat (KPM), yang berjudul : ”PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM-PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PT. AQUA GOLDEN MISSISSIPPI (Kasus Desa Babakan Pari Kecamatan Cidahu Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat). Salam dan shalawat serta iringan doa kepada Nabi Besar kita Muhammad Rasulullah saw. Kajian Pengembangan Masyarakat ini disusun guna memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Pengembangan Masyarakat Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Dalam menyusun Kajian Pengembangan Masyarakat ini, penulis sadar betul, bahwa semuanya tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karenanya dalam kesempatan yang baik ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Ninuk Purnaningsih, Msi., selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.

2. Drs. Nelson Aritonang, MSSW., selaku Anggota Komisi Pembimbing yang juga telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.

3. Dr. Ir. Fredian Tonny Nasdian, MS., selaku Penguji Luar Komisi.

4. Dr. Mardjuki, M.Sc., selaku Kepala Badiklit yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan pada Program Studi Pengembangan Masyarakat Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

5. Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS., selakuk Dekan Sekolah Pascasarjana IPB. 6. Drs. Wawan Heryana, M.Pd., selaku Ketua Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial

(STKS) Bandung;

7. Teman-teman angkatan IV, yang telah memberikan kritik dan sumbang saran pada saat dilangsungkannya kolokium dan seminar KPM ini.

8. Suamiku, Abi kamal, yang telah banyak memberikan dukungan moril dan materil serta doa, sekaligus sebagai motivator disela-sela kesibukannya yang begitu padat. 9. Juga anak-anakku tersayang, Mbak Nida, Mbak Ain, De’ Nofal dan adik bayi (de’

Rizal), sebagai sumber inspirasi dan penyemangat dalam penulisan kajian ini, serta ibunda tercinta, atas segala doa dan kasih sayangnya, yang juga turut sibuk membantu penulis untuk menyelesaikan kajian ini.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah berusaha membantu penulis dalam berbagai hal sehingga Laporan Kajian Pengembangan Masyarakat ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa karya yang telah penulis buat ini masih jauh dari sempurna, kesemuanya itu karena keterbatasan kemampuan yang penulis miliki. Namun demikian, penulis berharap Kajian Pengembangan Masyarakat ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang telah terkait sebagai bahan masukan dalam pengambilan kebijakan dan penyusunan program-program pengembangan masyarakat.

Bogor, Mei 2008

(19)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 28 Juli 1967 dari ayah Hadi Suparmanto dan ibu Martini. Penulis merupakan putri keempat dari enam bersaudara.

Menyelesaikan pendidikan SMA Negri 4 Bandung pada tahun 1986 dan dapat menyelesaikan level sarjana (S1) di Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung pada tahun 1991.

Selanjutnya, tanpa pernah diduga, tahun 2006 penulis mendapat kesempatan untuk mengikuti Tugas Belajar sebagai Mahasiswa Pascasarjana di Institut Pertanian Bogor (IPB) kerja sama dengan Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung. Penulis memilih Program Studi Pengembangan Masyarakat. Beasiswa pendidikan pascasarjana, penulis peroleh dari Departemen Sosial Republik Indonesia.

(20)

DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ………... 1

1.2. Masalah Kajian ………... 4

1.3. Tujuan Kajian ………... 4

1.4. Manfaat Kajian ………..………... 5

II. TINJAUAN TEORITIS Teori dan Konsep ....………... 6

2.1. Tinjauan tentang Persepsi …..………..…... 6

2.2. Tinjauan tentang Pemberdayaan ..…...…………..………. 10

2.3. Urgensi Pemberdayaan dalam Masyarakat … ..………. 12

2.4. Tinjauan tentang Masyarakat ……..…..……….. 14

2.5. Tinjauan tentang Corporate Social Responsibility ....……... 15

2.6. Tinjauan tentang Pekerjaan Sosial ... 20

2.7. Kerangka Pemikiran Kajian …… ………... 24

III METODE KAJIAN 3.1. Strategi Kajian ...………..…….…………... 27

3.2. Lokasi dan Waktu Kajian ………..…….………... 28

3.3. Metode Pengumpulan Data ………... 29

3.4. Teknik Analisis Data ………. ……….… 32

3.5. Penyusunan Rancangan Perbaikan Program ...…...…...…. 33

IV. PROFIL KOMUNITAS ... 35

4.1. Kependudukan ... ………... 36

4.2. SistemEkonomi ……… ……….... 40

4.3. Struktur Organisasi dan Kelembagaan Komunitas ……… ….…... 43

4.4. Struktur Pelapisan Komunitas ... 44

V. GAMBARAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT 5.1 Program Raksa Desa ...………... 46

5.2. Program BKS-FM ………... 48

VI . KERAGAMAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PT. AQUA GOLDEN MISSISSIPPI 6.1. Profil PT. Aqua Golden Mississippi ………. 53

6.2. Bentuk Corporate Social Responsibility ………. 54

6.3. Keberadaan Community Development Perusahaan ………. 57

6.4. Sumber Dana Corporate Social Responsibility …………... 57

6.5. Analisis terhadap Pendekatan sasaran program ... 57

VII. PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM-PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY 7.1. Persepsi Perusahaan terhadap CSR ... 59

7.2. Persepsi Pemerintah Kecamatan terhadap CSR ... 60

(21)

7.4. Persepsi Masyarakat Terhadap Manfaat

Program –program /CSR ... 92

7.5. Analisis Hubungan antara Faktor Karakteristik Individu dan Karakteristik Lingkungan dengan Faktor Persepsi Masyarakat terhadap Manfaat Program-program Corporate Social Responsibility PT. Aqua Golden Mississippi ………..… 110

Analisis Hubungan antara pengetahuan terhadap program dengan persepsinya terhadap manfaat program-program CSR ... 148

Harapan-harapan Masyarakat terhadap Program-program CSR PT. Aqua Golden Mississippi ………... 155

VIII RANCANGAN PERBAIKAN PROGRAM ………... .. 162

8.1. Analisis Masalah dan Kebutuhan ………. . 164

8.2. Menyusun Program dan Strategi Pemberdayaan Masyarakat ...… 167

8.2.1. Program ... 168

8.2.2. Strategi dalam Pemberdayaan Masyarakat ... 168

8.2.3. Situasi pendukung Pelaksanaan Program ... 171

IX KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 9.1. Kesimpulan ... 172

9.2. Rekomendasi Kebijakan ... 174

DAFTAR PUSTAKA ... 175

(22)

Halaman

1. Jadwal Pelaksanaan Kajian ... 29 2. Data variabel karakteristik informan, karakteristik lingkungan

informan, pengetahuan informan dan persepsinya terhadap

Program-program CSR ... 31 3. Kelengkapan Metode ... 34 4. Komposisi penduduk berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis

Kelamin ... 36

5. Komposisi penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 38

6. Komposisi penduduk berdasarkan Mata Pencaharian ... 40

7. Jumlah dan Persentase informan menurut Umur ... 57

8. Jumlah dan Persentase informan menurut Tingkat Pendidikan .... 58

9. Jumlah dan Persentase informan menurut Jenis Pekerjaan ... 58

10. Jumlah dan Persentase informan berdasarkan Ketersediaan

Informasi tentang program-program CSR ... 60

11. Jumlah dan Persentase informan berdasarkan Keterlibatan

dalam Program-program CSR ... 64 12. Jumlah dan Persentase informan untuk pengetahuan terhadap

Program pendidikan ... 69 13. Jumlah dan Persentase informan untuk pengetahuan terhadap

tujuan program pendidikan ... 70 14. Jumlah dan Persentase informan untuk pengetahuan terhadap

Program kesehatan ... 72 15. Jumlah dan Persentase informan untuk pengetahuan terhadap

tujuan Program kesehatan ... 73 16. Jumlah dan Persentase informan untuk pengetahuan terhadap

program penampungan air bersih ... 75 17. Jumlah dan Persentase informan untuk pengetahuan terhadap

tujuan program penampungan air bersih ... 76 18. Jumlah dan Persentase informan untuk pengetahuan terhadap

program ekonomi ... 78 19. Jumlah dan Persentase informan untuk pengetahuan terhadap

tujuan program ekonomi ... 79 20. Jumlah dan Persentase informan untuk pengetahuan terhadap

program penghijauan ... 80 21. Jumlah dan Persentase informan untuk pengetahuan terhadap

tujuan Program penghijauan ... 81 22. Jumlah dan Persentase informan untuk pengetahuan terhadap

program kesejahteraan sosial ... 83 23. Jumlah dan Persentase informan untuk pengetahuan terhadap

tujuan program kesejahteraan sosial ... 84 24. Jumlah dan Persentase informan untuk pengetahuan terhadap

program keagamaan ... 86 25. Jumlah dan Persentase informan untuk pengetahuan terhadap

tujuan program keagamaan ... 87 26. Jumlah dan Persentase menurut persepsi informan tentang

(23)

27. Jumlah dan persentase menurut persepsi informan tentang

Manfaat program kesehatan ... 92 28. Jumlah dan Persentase menurut persepsi informan tentang

manfaat program penampungan air bersih terhadap kemudahan

mendapatkan air bersih... 94 29. Jumlah dan Persentase menurut persepsi informan tentang

manfaat program penampungan air bersih terhadap pemenuhan

Kebutuhan air bersih ... 97 30. Jumlah dan Persentase menurut persepsi informan tentang

manfaat program ekonomi terhadap kesempatan berusaha dan

peningkatan pendapatan ... 99 31. Jumlah dan Persentase menurut persepsi informan tentang

manfaat program penghijauan ... 100 32. Jumlah dan Persentase menurut persepsi informan tentang

manfaat program kesejahteraan sosial ... 102 33. Jumlah dan Persentase menurut persepsi informan tentang

manfaat program keagamaan ... 103 34. Jumlah dan Persentase menurut persepsi informan tentang

manfaat keberadaan perusahaan terhadap kesempatan kerja ... 104

35. Jumlah dan Persentase menurut persepsi informan tentang manfaat program-program CSR terhadap peningkatan

(24)

Halaman

1. Kerangka Pemikiran Rancangan Perbaikan Program CSR ... 26

2. Piramida Penduduk Desa Babakan Pari Tahun 2006 ... 37

3. Struktur Pelapisan Komunitas ... 45 4. Struktur Organisasi Satuan Pelaksana (Satlak) Program

Raksa Desa ... 47 5. Struktur Organisasi Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Program

(25)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1.

Data Informan Penyusunan Kajian Pengembangan Masyarakat Desa

Babakan Pari Kecamatan Cidahu Kabupaten Sukabumi ... 178

2.

Persentase hubungan antara faktor umur dengan persepsinya

terhadap manfaat program CSR ... 194

3.

Persentase hubungan antara faktor pendidikan dengan persepsinya

terhadap manfaat program CSR ... 196

4.

Persentase hubungan antara faktor pekerjaan dengan persepsinya

terhadap manfaat program CSR... 198

5.

Persentase hubungan antara faktor ketersediaan informasi dengan

persepsinya terhadap manfaat program CSR ... 200

6.

Persentase hubungan antara faktor keterlibatan dalam program

dengan persepsinya terhadap manfaat program CSR ... 202

7.

Persentase hubungan antara pengetahuan terhadap program dengan

Persepsinya terhadap manfaat program CSR ... 204

8.

Hubungan antara Faktor Karakteristik Individu dan Karakteristik

Lingkungan dengan Persepsi terhadap Manfaat Program CSR ... 206

9.

Rencana Program Pemberdayaan Masyarakat di Desa Babakan

Pari Tahun 2008 ... 208

10.

Rencana Prioritas Program Pemberdayaan Masyarakat di Desa

Babakan Pari Tahun 2008 ... 209 11. Strategi Pelaksanaan Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat ... 210

12. Pelaksanaan FGD

(26)

1.1. Latar Belakang

Pembangunan sosial merupakan bagian yang integral dari pembangunan nasional. Pembangunan sosial adalah usaha yang terencana dan terarah untuk memenuhi kebutuhan manusia dan mengatasi masalah sosial. Sebagai penanggung jawab pelaksana pembangunan, pemerintah tidak dapat sepenuhnya melaksanakan pembangunan sendiri. Oleh karenanya peran aktif masyarakat dan semua pihak yang berkompeten di dalamya menjadi sangat penting, termasuk di dalamnya dunia usaha.

Perusahaan sebagai dunia usaha, dapat mewujudkan keterlibatannya dalam pembangunan masyarakat melalui program-program yang dikemasnya sebagai Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responcibility). Salah satu dimensi dari Corporate Social Responcibility (CSR) ini adalah Community Development (CD) atau Pengembangan Masyarakat. Pengembangan masyarakat merupakan suatu kegiatan yang diarahkan untuk memperbesar akses masyarakat guna mencapai kondisi sosial-ekonomi-budaya yang lebih baik. Sehingga diharapkan masyarakat menjadi lebih mandiri dengan kualitas kehidupan dan kesejahteraan yang lebih baik. Menurut Surna T. Djajadingrat (2003), Kegiatan pengembangan masyarakat memiliki tiga karakter yang perlu dicermati yang kesemuanya sangat bersifat adaptif terhadap masyarakat. Ketiga karakter tersebut yaitu berbasis masyarakat (community based), berbasis sumber daya setempat (local resource based) dan berkelanjutan (sustainable).

Menurut Suharto (2005), Adanya program-program CSR, merupakan perluasan peran perusahaan yang pada dasarnya tidak hanya mengurusi kesejahteraan pegawai dan kebutuhan konsumen saja. Melainkan turut pula peduli akan kehidupan masyarakat yang tinggal di sekitar perusahaan. Hal tersebut dipicu oleh semakin banyaknya kasus-kasus dimana perusahaan-perusahaan besar, umumnya perusahaan asing, pengoperasiannya memunculkan masalah sosial, seperti :

1. Polusi (air, udara, suara, termasuk di dalamnya polusi sosial).

(27)

2

3. Pemiskinan struktural masyarakat setempat, eksploitasi dan perusakan lingkungan atau sumberdaya alam yang dilakukan perusahaan.

Dengan adanya kondisi seperti ini, menyebabkan CSR semakin penting keberadaannya. Program-program CSR sebaiknya tidak hanya sekedar “melaksanakan kewajiban” semata, tetapi setiap program manfaatnya dapat berkelanjutan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat sekitar perusahaan dan demi kelangsungan hidup perusahaan. Seperti diutarakan oleh Suharto (2005), bahwa program-program CSR harus djadikan strategi perusahaan yang rasional, terencana dan berorientasi pada pencapaian keuntungan sosial jangka panjang bagi kedua belah pihak, yaitu perusahaan dan masyarakat.

Pengembangan masyarakat yang dilaksanakan oleh perusahaan, yang biasa dikemas dalam program Corporate Social Responsibility, Menurut Budimanta (2003) dalam Rudito (2003) bertujuan untuk :

1. Mendukung upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah terutama pada tingkat desa dan masyarakat untuk meningkatkan kondisi sosial-ekonomi-budaya yang lebih baik disekitar wilayah perusahaan,

2. Memberikan kesempatan bekerja dan berusaha bagi masyarakat

3. Membantu pemerintah dalam rangka pengentasan kemiskinan dan pengembangan ekonomi wilayah.

Menurut Suharto (2005), program-program CSR sering kali bersifat filantropis, yakni hanya melibatkan program-program sosial jangka pendek dan pemberian uang atau barang dari perusahaan kepada masyarakat sekitar perusahaan. Perusahaan seolah-olah sekedar melunasi tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat lokal. Terkadang menyebabkan masyarakat menjadi tergantung pada bantuan dari perusahaan. Hal tersebut menyebabkan program manfaatnya tidak berkelanjutan (sustainable). Jika program CSR dapat benar-benar dilaksanakan dengan memberdayakan masyarakat secara optimal, maka pada gilirannya nanti dapat meningkatkan kemampuan dan kesejahteraan masyarakat untuk mencapai kemandirian.

(28)

serta kegiatan sosial lainnya, yang manfaatnya jangka pendek. Berdasarkan hal tersebut, perlu diupayakan semaksimal mungkin, bagaimana konsep program CSR yang ideal bagi perusahaan, sehingga manfaatnya berkelanjutan (sustainable), khususnya dapat mensejahteraan masyarakat.

Berdasarkan hasil Pemetaan Sosial dan Evaluasi Program Pengembangan Masyarakat di Desa Babakan Pari Kecamatan Cidahu Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat, memberi gambaran bahwa program pengembangan masyarakat yang telah dilaksanakan kurang melibatkan warga masyarakat. Penerima manfaat program tidak sepenuhnya dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan, penentuan langkah-langkah yang ditempuh dan tujuan-tujuan yang akan dicapai. Warga masyarakat yang disertakan dalam program, dipilih langsung oleh aparat desa (kasus program BKS-FM), yang ternyata salah sasaran dan Program Raksa Desa (tidak semua sasaran berasal dari keluarga miskin).

Program Raksa Desa mulai diterima bulan Agustus 2005, sasaran program terbagi atas program fisik yaitu pembangunan infrastruktur yang mendukung kagiatan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat, dan program ekonomi yaitu peningkatan ekonomi yang ditujukan langsung kepada masyarakat miskin tetapi masih produktif untuk berusaha dan dianggap mampu melakukan kegiatan ekonomi berupa mengelola pinjaman modal usaha.

Jika dilihat dari jumlah peminjam yang mengembalikan pinjamannya, maka hanya 25% yang lancar mengembalikan sementara sisanya 75% tersendat-sendat bahkan tidak mengembalikan sama sekali. Hal tersebut terjadi karena tidak ada uji kepatutan dalam berusaha sehingga banyak yang mengalami kegagalan dan Kepala Desa yang diduga menyalahgunakan dana program.

Untuk Program BKS-FM, mulai diterima bulan April tahun 2006. Program ini berasal dari Departemen Sosial yang ditujukan khusus untuk keluarga miskin. Kenyataan yang terjadi, program tidak ditujukan untuk keluarga miskin tetapi untuk staf desa, Kepala Dusun, RT dan RW, bahkan istri Kepala Desa masuk ke dalam kelompok penerima bantuan.

(29)

4

Memperhatikan alasan-alasan dari kedua kasus program di atas, maka pada kajian ini penulis lebih menerapkan azas-azas pemberdayaan yang partisipatif. Selain itu, menawarkan dimensi lain dari pemberdayaan, yaitu dengan menggunakan dimensi masyarakat sebagai sasaran program pemberdayaan yang juga sekaligus menjadi unit analisis kajian. Diharapkan model pemberdayaan yang penulis ajukan dapat dijadikan bahan bagi perusahaan untuk turut serta secara aktif dalam memberdayakan masyarakat melalui program-program CSR-nya. Program-program CSR yang hendak dijadikan bahan kajian oleh penulis yaitu Program- program-program CSR PT. Aqua Golden Mississipi.

1.2. Masalah Kajian

Pengembangan masyarakat dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kualitas kemampuan suatu masyarakat untuk mencapai tingkat kesejahteraan yang memadai. Pengembangan masyarakat atau yang biasa disebut dengan comdev, merupakan bagian dari CSR. Berdasarkan informasi yang diterima, Program-program CSR yang dilaksanakan oleh PT. Aqua Golden Mississippi sudah cukup banyak. Tetapi belum ada yang bermanfaat jangka panjang, yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Babakan Pari.

Dari gambaran latar belakang di atas, dapat ditarik rumusan masalah kajian sebagai berikut :

a. Bagaimana keragaman program Corporate Social Responsibility PT. Aqua Golden Mississipi ?

b. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap manfaat dari program-program Corporate Social Responsibility PT. Aqua Golden Mississipi ?

c. Bagaimana rancangan perbaikan terhadap program-program Corporate Social Responsibility PT. Aqua Golden Mississipi ?

1.3. Tujuan Kajian

Adapun tujuan dari kajian ini, yaitu

a. Untuk mengkaji keragaman program-program CSR yang dilaksanakan oleh PT. Aqua Golden Mississipi.

(30)

c. Untuk merancang perbaikan program Corporate Social Responsibility (CSR) dalam rangka pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh PT. Aqua Golden Mississipi.

1.4. Manfaat Kajian

Manfaat dari kajian ini, dapat ditinjau dalam perspektif praktis, akademis dan strategis, yaitu sebagai berikut :

a. Manfaat praktis, dapat memberi masukan tentang kebijakan dan program pemberdayaan yang aspiratif dan partisipatif bagi : Departemen Sosial, Bappenas, Pemerintah Kabupaten Sukabumi serta semua Dinas instansi pemerintah dan Lembaga Swadaya Masyarakat.

b. Manfaat akademis, dapat mengkayakan literatur tentang teori dan praktek pengembangan masyarakat dengan model partisipatif dan komprehensif yang dilakukan oleh masyarakat.

(31)

6

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

Teori dan Konsep

Dalam bagian berikut dibahas mengenai beberapa teori dan konsep yang terkait dengan kajian.

2.1. Tinjauan tentang Persepsi a. Pengertian

Ada beberapa macam pendapat ahli yang berhasil dikumpulkan mengenai konsep persepsi, yaitu sebagai berikut :

Menurut Hammer dan Organ (1978) dalam Indrawijaya (1990), bahwa persepsi adalah suatu proses dengan mana seseorang mengorganisasikan dalam pikirannya, menafsirkan, mengalami dan mengolah pertanda atau segala sesuatu yang terjadi di lingkunganya. Bagaimana segala sesuatu tersebut mempengaruhi pula perilaku yang akan dipilihnya.

Thoha (1996) mengatakan, bahwa persepsi merupakan proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam memberi informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman.

Pendapat lain mengatakan, bahwa persepsi adalah menunjukkan bagaimana kita melihat, mendengar, merasakan, mengecap dan mencium dunia di sekitar kita (Morgan, King dan Robinson dalam Adi, 1994).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, persepsi terbentuk atas dasar informasi atau data yang diperoleh dari lingkungan, kemudian diserap oleh panca indera manusia serta pengolahan sebagian dari pengolahan ingatan yaitu berdasarkan pengalaman yang dimiliki oleh seseorang dan terjadilah proses psikologis sehingga manusia yang bersangkutan menyadari apa yang dilihat, didengar, diterima dan sebagainya, maka individu tersebut mengalami persepsi, yang diwujudkan dalam perilaku terhadap suatu obyek.

(32)

stimuli). Walaupun begitu, menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi tetapi juga atensi, ekspektuasi, motivasi dan memori.

Selanjutnya, masih menurut Rahmat, persepsi ditentukan oleh faktor personal dan situasional. Krech dan Crutchfield (1977) menyebutnya faktor fungsional dan faktor struktural. Dengan demikian, ada beberapa aspek yang turut menentukan terjadinya persepsi, yaitu : aspek perhatian, aspek motivasi, aspek pengetahuan, aspek personal dan aspek situasi.

Merujuk pada Kartono (1984), bahwa persepsi merupakan suatu proses dimana individu mengenal, membandingkan, menggolongkan dan menginterpretasikan terhadap rangsangan yang datang.

Dari beberapa pengertian persepsi di atas, secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa persepsi individu atau seseorang dapat terjadi apabila ada :

a. obyek yaitu adanya stimuli atau peristiwa yang diamati atau yang dialami.

b. Situasi atau lingkungan yang mendukung

c. Personal (pengamat atau yang diamati)

b. Proses Persepsi

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh adanya obyek yang direspon oleh penginderaan, yaitu proses yang berujud diterimanya sebagai stimulus oleh individu melalui alat reseptornya yang diteruskan melalui pengolahan ingatan (memory) dan terjadi proses psikologis sehingga individu tersebut mengalami persepsi. Dengan kata lain persepsi terjadi melalui tahap-tahap dimana setiap tahapannya dapat dibedakan. Proses terjadinya persepsi menurut Indrawijaya (1990) terbagi dalam empat tahap, yaitu :

1) Proses Masukan (Input Proces), yaitu proses persepsi dimulai dari tahap penerimaan rangsangan, yang ditentukan baik oleh faktor luar maupun faktor dari dalam manusianya sendiri, yang dapat dikategorikan atas lima faktor, yaitu pertama, faktor lingkungan, yang secara sempit hanya menyangkut warna, bunyi, sinar, dan secara luas dapat menyangkut faktor ekonomi, sosial, dan politik. Semua unsur faktor ini mempengaruhi seseorang dalam menerima dan menafsirkan suatu rangsangan.

(33)

8

cenderung menerima semua rangsangan sebagai sesuatu yang baik atau paling tidak sebagai sesuatu yang bermanfaat. Orang yang mempunyai konsepsi, pendapat, dan teori bahwa manusia itu jahat, cenderung mencurigai latar belakangnya. Selanjutnya yang berpendapat bahwa seseorang tidak seluruhnya baik dan tidak seluruhnya jahat, akan cenderung mencari tahu dan berusaha mengerti secara keseluruhan latar belakang setiap rangsangan.

Ketiga, faktor yang berkaitan dengan konsep seseorang tentang dirinya sendiri (The concept of self). Seseorang mungkin saja beranggapan bahwa dirinyalah yang terbaik, sedangkan orang lain selalu kurang baik dari dirinya. Orang demikian akan berkeyakinan bahwa apapun bentuk dan sifat rangsangan, ia selalu bertindak berdasarkan apa yang menurut dirinya baik. Sebaliknnya, ada pula orang yang beranggapan bahwa orang lain selalu baik dari dirinya.

Keempat, Faktor yang berhubungan dengan motif dan tujuan, yang pokoknya berkaitan dengan dorongan dan tujuan seseorang dalam menafsirkan suatu. Dapatlah dimengerti bahwa orang selalu berusaha menarik manfaat dari suatu rangsangan untuk kepentingannya sendiri, karena akan memberikan suatu harapan baginya.

Kelima, Faktor pengalaman masa lampau. Setiap kali orang dihadapkan pada suatu rangsangan, maka ia akan membandingkan dengan pengalaman masa lalunya.

2) Selektivitas

Manusia memperoleh berbagai rangsangan dari lingkungannya terbatasi oleh kemampuannya, artinya manusia tidak mampu memproses seluruh rangsangan dan akan cenderung memberikan perhatian pada rangsangan tertentu saja. Manusia bersifat memilih, walaupun sering tidak disadari bahwa setiap rangsangan akan mempunyai relevansi, nilai dan arti baginya. Ini berarti, tingkat pentingnya suatu rangsangan pada setiap orang atau orang yang satu dengan yang lainnya dapat saja berbeda.

3) Proses Penutupan (closure)

(34)

situasi. Proses untuk saling melengkapi kekurangan ini disebut proses penutupan.

4) Konteks

Persepsi terjadi dalam suatu kesatuan atau dalam suatu konteks. Isi kesatuan atau konteks ini dapat berupa faktor lingkungan fisik, emosional dan lingkungan sosial.

c. Faktor-faktor yang mempengaruh Persepsi

Persepsi banyak dipengaruh oleh beberapa faktor, Rahmat (1989) mengemukakan, secara garis besar ada tiga hal yang mempengaruhi persepsi, yaitu : faktor perhatian, faktor fungsional dan faktor struktural. Selanjutnya dapat dijelaskan sebagai berikut :

1) Faktor Perhatian

Andersen dalam Rahmat (1989) memberikan definisi perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah. Perhatian itu sendiri dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal.

Faktor Eksternal yang mempengaruhi perhatian adalah :

a. Gerakan. Manusia secara visual tertarik pada obyek-obyek yang bergerak.

b. Intensitas stimuli. Dimana manusia akan memperhatikan stimuli yang lebih menonjol dari stimuli yang lain.

c. Kebaruan (Novelty). Hal-hal yang baru, yang luar biasa, dan yang berbeda akan menarik perhatian.

d. Perulangan. Hal-hal yang disajikan berkali-kali, bila disertai dengan sedikit variasi akan menarik perhatian.

Faktor Internal yang mempengaruhi perhatian adalah :

a) Faktor biologis, yaitu suatu kecenderungan seseorang menaruh perhatian pada hal-hal tertentu sesuai dengan tuntutan kebutuhan dalam dirinya.

(35)

10

c) Faktor Sosiogenis adalah sikap, kebiasaan dan kemauan seseorang dapat mempengaruhi apa yang diperhatikan.

2) Faktor fungsional yang mempengaruhi persepsi

Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang disebut sebagai faktor-faktor personal. Jadi yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang memberikan respon pada stimuli itu.

3) Faktor Struktural yang mempengaruhi persepsi

Faktor-faktor struktural semata-mata berasal dari sifat stimuli fisik dan efek-efek syaraf individu. Para psikolog Gestalt, seperti Kohler, merumuskan prinsiup-prinsip ini kemudian terkenal dengan teori Gestalt. Menurut teori ini, bila kita mempersepsi sesuatu, kita mempersepsinya sebagai suatu keseluruhan. Kita tidak melihat bagian-bagiannya lalu menghimpunnya. Dalam hal ini untuk memahami seseorang, kita harus melihat dalam konteksnya, dalam lingkungannya dan dalam masalah yang dihadapinya.

Senada dengan hal di atas, Thoha (1996), mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah sebagai berikut :

1) Faktor Psikologis

Persepsi seseorang mengenai segala sesuatu di dalam dunia ini sangat dipengaruhi oleh keadaan psikologi

2) Faktor Famili

Banyak sikap dan persepsi-persepsi seseorang diturunkan oleh orang tuanya karena famili sangat besar pengaruhnya terhadap persepsi seseorang.

3) Faktor Kebudayaan

Kebudayaan dan lingkungan masyarakat tertentu juga merupakan salah satu faktor yang kuat di dalam mempengaruh sikap, nilai, dan cara seseorang memandang dan memahami keadaan di dunia ini.

Menurut Wirawan (1983), terdapat beberapa aspek dalam persepsi yang dapat dijadikan alasan bahwa suatu persepsi itu ada. Adapun aspek-aspek tersebut adalah :

1) Aspek pengetahuan

(36)

proses berfikir, berkehendak dan merasa sehingga dengan kemampuannya tersebut manusia memperoleh banyak pengetahuan.

2) Aspek Pemahaman

Yaitu berkaitan dengan obyek tingkah laku atau respon yang dimiliki, mewakili suatu pengertian terhadap pesan dalam komunikasi, oleh karena itu pengertian tentang pemahaman merupakan proses menerima suatu obyek kedalam pemikiran seseorang dan memberikan tanggapan terhadap suatu obyek dalam bentuk tingkah laku.

Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa persepsi sangat bersifat pribadi. Persepsi seseorang terhadap suatu objek dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor personal. Oleh karenanya, seseorang sering kali melihat segala sesuatu atau suatu kejadian dengan cara yang berbeda walaupun dalam obyek yang sama, tergantung pada personalnya dan lingkungan dimana orang tersebut berada

Jika dikaitkan dengan judul kajian, maka secara umum kajian akan mengkaji tentang persepsi masyarakat terhadap program-program Corporate Social Responsibility dalam pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh PT. Aqua Golden Mississipi di Desa Babakan Pari Kecamatan Cidahu Kabupaten Sukabumi.

2.2. Tinjauan tentang Pemberdayaan

Konsep pemberdayaan muncul karena kritik terhadap pembangunan yang lebih menekankan pada ekonomi dengan menggunakan pendekatan trickle down effect, definisi yang lebih luas diungkapkan oleh Pranarka dan Prijono (1996) bahwa pemberdayaan adalah upaya menjadikan suasana kemanusiaan yang adil dan beradab menjadi semakin efektif secara struktural, baik di dalam kehidupan keluarga, masyarakat, negara, regional, internasional maupun dalam bidang politik, ekonomi dan lain-lain.

(37)

12

kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu menjadi lebih berdaya. (2) kecenderungan sekunder yaitu pemberdayaan yang menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya.

Lebih lanjut Stewart (1998) dalam Rudito (2003) menyatakan bahwa pemberdayaan menuntut perluasan peran, wewenang dan kekuasaan dan bertambahnya keluwesan tentang bagaimana (dan oleh siapa) peran-peran tersebut dilakukan. Pemberdayaan merupakan suatu proses dan mempunyai tujuan, sebagaimana dinyatakan Solomon (1976) dalam Purnama (2006) bahwa pemberdayaan mengandung dua unsur ”proses” dan unsur ”hasil atau tujuan akhir yang hendak dicapai”. Sebagai proses, maka pemberdayaan digunakan untuk memperoleh keberdayaan atau kemampuan mengembangkan keberdayaan, serta memperoleh dan menggunakan keberdayaan tersebut. Sedangkan pemberdayaan dipandang sebagai suatu hasil atau tujuan akhir yaitu sebagai keberdayaan. Lebih lanjut, Torre (1985) dalam Purnama (2006) menyimpulkan dalam sintesisnya bahwa pemberdayaan dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana orang menjadi kuat atau mampu untuk berpartisipasi, memiliki kemampuan untuk mengontrol dan mempengaruhi peristiwa serta institusi-institusi yang berkaitan dengan kehidupannya. Pemberdayaan memiliki konsekuensi untuk memdidik orang untuk memperoleh ketrampilan, pengetahuan, serta tenaga yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya.

Menurut Ife (1995), ’empowerment aims to increase the power of disadvantaged’, dalam tulisan yang sama Ife menjelaskan pemberdayaan pada aspek tujuan, bahwa pemberdayaan manusia dilakukan dengan meningkatkan sumber-sumber daya, kesempatan-kesempatan, pengetahuan dan ketrampilan untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam mengatasi masa depan dan berpartisipasi dalam aspek-aspek kehidupan masyarakat.

Pendapat lain mengatakan, bahwa pemberdayaan adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan yakni yang bersifat ”people-centered, participatory, empowering, and sustainable. (Chambers, 1995 dalam Rudito, 2003)

(38)

partisipatif. Sedangkan pendapat Borrini dan Shanty yang masih dikutip oleh Prijono (1996) mendefinisikan dalam pespektif lingkungan, bahwa pemberdayaan mengacu pada pengamanan akses terhadap sumberdaya alami dan pengelolaan secara berkelanjutan.

Menurut Kartasasmita (1996) bahwa memberdayakan adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain memberdayakan adalah memampukan dan memandirikan masyarakat. Karakteristik pemberdayaan masyarakat merupakan suatu gerakan yang diarahkan kepada dua komponen yaitu penggerak dan masyarakat yang digerakkan secara simultan. Perpaduan kedua komponen tersebut akan menghasilkan kemampuan, kemandirian, kinerja dan karya sehingga berdampak pada peningkatan kualitas kehidupan masyarakat dan kelembagaan.

Berdasarkan uraian-uraian mengenai pemberdayaan di atas, nampak bahwa pemberdayaan berorientasi kepada pembangunan masyarakat yang diharapkan masyarakat dapat menjadi mandiri, memiliki kemampuan, memiliki akses terhadap sumberdaya yang berkelanjutan dan aktif berpartisipasi untuk menciptakan kehidupan yang lebih berkualitas sehingga dari keadaan tidak berdaya atau kurang berdaya menjadi mempunyai daya, yang dilaksanakan melalui suatu proses terencana dengan cara memberikan atau berbagi kekuasaan atau kekuatan dari mereka yang memiliki kekuatan penuh (powerfull) yaitu pemerintah dan perusahaan kepada mereka yang memiliki kekuatan lemah (powerless) yaitu masyarakat. Dimana pembangunan masyarakat tersebut bercirikan dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat, artinya tidak bersifat top down tetapi berpusat pada masyarakat (people centered development), dalam rangka mewujudkan keberfungsian sosial.

(39)

14

2.3. Urgensi Pemberdayaan dalam Masyarakat

Masyarakat yang ideal adalah jika masing-masing anggotanya dapat menjalankan fungsi dan perannya sesuai dengan posisi masing-masing yang disandangnya, namun pada tataran faktual, karena kemajuan dan ekspansi ilmu pengetahuan dan teknologi yang cepat pada saat ini, umat manusia mengalami keterasingan dari nilai-nilai luhur kemanusiaan. Salah satu penyebabnya adalah karena mereka tercabut dari nilai-nilai agama dan budayanya sebagai anggota masyarakat. Oleh karenanya dalam kondisi seperti itu masyarakat membutuhkan bantuan, keterlibatan dan kepedulian dari pihak lain untuk mengatasi permasalahannya, sesuai dengan jenis permasalahan yang mereka rasakan sehingga diharapkan dapat melaksanakan fungsinya dengan baik. Jika fungsi setiap anggota masyarakat dapat dijalankan dengan baik maka keberfungsiaan sosial akan tercapai.

PBB (1987) mengungkapkan beberapa permasalahan masyarakat di negara berkembang adalah : kemiskinan, rendahnya tingkat pendidikan, kesehatan dan nutrisi, perumahan dan sanitasi yang tidak layak, anak-anak yang tidak diinginkan dan tidak terdidik, serta masalah sosial psikhologis yang menyebabkan semakin kompleksnya permasalahan dalam suatu masyarakat.

Selama ini sudah banyak intervensi kegiatan atau program-program pemberdayaan yang telah dilaksanakan tetapi belum efektif dan belum menampakkan hasil yang optimal. Menurut Sulistiati (2006), beberapa analisis perkiraan kelemahan program pemberdayaan yang selama ini dijalankan yaitu : 1) Perencanaan program kurang didasarkan pada analisis kebutuhan (need

analisys). Ini menjadi faktor penting, sebab pihak perencana program seringkali membuat perencanaan dari atas (top down planning) dibanding perencanaan dari bawah (bottom up planning).

2) Program lebih banyak memberikan bantuan material dibanding aspek pemberdayaan (empowering).

3) Kurang ada koordinasi dan komunikasi lintas unit yang sama-sama fokus pada sasaran (coodination).

4) Kurang menyadari hakekat masyarakat sebagai sistem yang terkait erat dengan lingkungannya, sehingga setiap perencanaan program sebaiknya juga memperhatikan penguatan sub-sistem yang lainnya sebagai lingkungan seperti lapangan pekerjaan, pendidikan, perumahan dan kesehatan

(40)

6) Kurang dikembangkan jaringan kerjasama dengan berbagai pihak yang terkait (networking).

Tanggung jawab terhadap pembangunan sosial bukan hanya tugas pemerintah tetapi juga tugas semua komponen yang terkait di dalamnya, antara lain masyarakat, Dunia Usaha (Perusahaan) dan stakeholders lainnya. Perusahaan merupakan salah satu komponen yang ada di lingkungan masyarakat, yang dapat diandalkan sebagai mitra kerja pemerintah dalam membangun masyarakat atau mengembangkan masyarakat, tugas tersebut sebagai instrument strategis dalam menciptakan suatu masyarakat yang sejahtera, kokoh, kuat dan dapat diandalkan dalam segala aspek kehidupan.

Perusahaan sebagai Dunia Usaha, dapat mewujudkan keterlibatannya dalam pembangunan masyarakat melalui program-program yang dikemasnya sebagai Tanggung Jawab Sosial Dunia Usaha/perusahaan (Corporate Social Responcibility). Salah satu dimensi dari Corporate Social Responcibility (CSR) ini adalah Community Development (Comdev) atau Pengembangan Masyarakat.

Untuk itu dunia usaha atau perusahaan yang memiliki posisi strategis dalam pendanaan sangatlah diharapkan peran dan kepeduliannya terhadap masyarakat disekitar perusahaan berada. Hal tersebut sebagai bentuk Tanggung Jawab Sosial Dunia Usaha/Perusahaan yang sekarang ini sedang digalakkan oleh pemerintah yang dikenal dengan istilah Corporate Social Responsibility (CSR). Melalui program-program yang ada dalam CSR inilah diharapkan program-program pemberdayaan masyarakat di Desa Babakan Pari Kecamatan Cidahu Kabupaten Sukabumi dapat dilaksanakan oleh PT. Aqua Golden Mississpi.

2.4. Tinjauan tentang Masyarakat

Pengertian masyarakat sering dihubungkan dengan kelompok orang yang hidup bersama di suatu tempat dan mempunyai nilai dan norma. Menurut Suparlan (1990), masyarakat adalah kumpulan dari sejumlah orang dalam suatu tempat tertentu yang menunjukkan adanya kepemilikan norma-norma hidup bersama walaupun didalamnya terdapat berbagai lapisan atau lingkungan sosial.

(41)

16

Merujuk pendapat Iver dan Page yang dikutip Soekanto (1990), menyatakan bahwa masyarakat adalah suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara, dari wewenang dan kerja sama antara berbagai kelompok dan penggolongan, dari pengawasan tingkah laku serta kebebasan-kebebasan manusia. Keseluruhan yang selalu berubah ini kita namakan masyarakat. Masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial dan masyarakat selalu berubah. Dari kedua pengertian di atas, masyarakat merupakan sekumpulan orang yang menempati wilayah tertentu, dengan aturan yang berlaku di tempat tersebut berupa norma dan nilai atau dengan kata lain mempunyai adat istiadat sebagai hasil dari interaksi yang mereka lakukan sejak lama.

Menurut Linton yang dikutip Soekanto (1990), masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja sama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas. Sumarjan yang dikutip Soekanto (1990) menyatakan bahwa masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama, yang menghasilkan kebudayaan.

Walaupun definisi-definisi tersebut di atas berlainan, akan tetapi pada dasarnya memiliki kesamaan, yaitu pengertian masyarakat yang mencakup beberapa unsur sebagai berikut

a. Manusia yang hidup bersama. Di dalam ilmu sosial tidak ada ukuran mutlak ataupun angka pasti untuk menentukan berapa jumlah manusia yang harus ada, akan tetapi secara teoritis angka minimnya adalah dua orang yang hidup bersama.

b. Bercampur untuk waktu yang cukup lama. Kumpulan dari manusia tidaklah sama dengan kumpulan benda mati seperti meja, kursi dan sebagainya. Oleh karena dengan berkumpulnya, maka akan muncul manusia baru. Manusia itu juga dapat bercakap-cakap, merasa dan mengerti. Juga mempunyai keinginan untuk menyampaikan kesan atau perasaan-perasaan, sebagai akibat hidup bersama itu, tumbuhlah sistem komunikasi dan timbulah peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antar manusia dalam kelompok tersebut.

c. Mereka sadar bahwa mereka adalah merupakan satu kesatuan.

(42)

Menurut Koentjaraningrat (1990) masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama.

Definisi tersebut sejalan dengan yang diajukan oleh J.L. Gillin dan J.P. Gillin yang dikutip Koentjaraningrat (1990) yang merumuskan bahwa masyarakat atau society adalah ”... The largest groupings in which common customs, traditions, attitudes, and feelings of unity are operative. Dari definisi tersebut, masyarakat merupakan kesatuan manusia yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : interaksi antar warganya, adat istiadat, norma-norma, hukum dan aturan-aturan khas yang mengatur seluruh pola tingkah laku warganya.

2.5. Tinjauan tentang Corporate Social Responsibility (CSR)

Corporate Social Reponsibility (CSR) yang dimaknai sebagai Tangung Jawab Sosial Perusahaan/Dunia Usaha adalah sebagai wujud kepedulian dan tanggung jawab dunia usaha terhadap masyarakat. Merujuk kepada Schermerhorn (1993) dalam Suharto (2007), mendefinisikan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan sebagai suatu kepedulian organisasi bisnis untuk bertindak dengan cara mereka sendiri dalam melayani kepentingan organisasi dan kepentingan publik eksternal. Secara konseptual, Tanggung Jawab Sosial Perusahaan adalah sebuah pendekatan, dimana perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial dalam operasi bisnis dan interaksi mereka dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) berdasarkan prinsip sukarela dan kemitraan.

Konsep Tanggung jawab Sosial Perusahaan (TSP) seringkali diidentikan dengan Pengembangan Masyarakat (Community Development), yang akhir-akhir ini banyak diterapkan oleh perusahaan dengan istilah Comdev. Sesungguhnya Community Development (Comdev) merupakan salah satu dimensi dari Tanggung jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Resposibility/CSR), karena CSR ini terdiri atas tujuh dimensi yaitu : Pengembangan Masyarakat (Community Development), Keberagaman (Diversity), Lingkungan (Environment), Hubungan Internasional (International Relationship), Marketplace Practices, Fiscal Responsibility, dan Tanggung jawab (Accountability).

(43)

18

sendiri. Dengan kata lain, semangat utama Comdev adalah pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu, kegiatan Comdev biasanya diarahkan pada proses pemberkuasaan, peningkatan kekuasaan, atau penguatan kemampuan para penerima pelayanan.

Pengembangan masyarakat yang dilaksanakan oleh perusahaan, yang biasa dikemas dalam program Corporate Social Responsibility, Menurut Budimanta (2003) dalam Rudito (2003) bertujuan untuk :

1. Mendukung upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah terutama pada tingkat desa dan masyarakat untuk meningkatkan kondisi sosial-ekonomi-budaya yang lebih baik disekitar wilayah perusahaan

2. Memberikan kesempatan bekerja dan berusaha bagi masyarakat

3. Membantu pemerintah dalam rangka pengentasan kemiskinan dan pengembangan ekonomi wilayah.

Pada dasarnya, sejalan dengan semangat Otonomi Daerah, tanggung jawab sosial perusahaan merupakan upaya strategis untuk mendukung pelaksanaan pembangunan sosial, dimana permasalahannya semakin beragam dan kompleks sehingga diperlukan dukungan dari Dunia Usaha/Perusahaan. Hal tersebut harus disadari, bahwa tanggung jawab sosial dunia usaha telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan oleh semua pihak, baik pemerintah, masyarakat maupun dunia usaha itu sendiri. Persolannya adalah bagaimana kepedulian dan tindakan dunia usaha untuk ikut berperan dalam pembangunan sosial.

Tujuan dari pembangunan sosial menurut pandangan ESCAP dalam Adi (2001) pada dasarnya adalah ”development of the well being of the people” (untuk membangun atau mengembangkan taraf hidup manusia). Berdasarkan tujuan tersebut, maka ESCAP melihat bahwa penekanan dari pembangunan sosial pada dasarnya ada pada pendekatan pembangunan yang berpusat pada manusia (people centered development), yaitu upaya meningkatkan taraf hidup masyarakat, dengan memfokuskan pada pemberdayaan dan pembangunan itu sendiri.

(44)

Tanggung jawab dunia usaha/perusahaan (CSR) dilaksanakan dalam suatu tindakan-tindakan tertentu atau cara-cara tertentu dalam melayani kepentingan-kepentingan, baik internal perusahaan maupun eksternal perusahaan. Tindakan atau cara-cara tersebut biasanya direncanakan dan dilaksanakan dalam bentuk suatu program.

Menurut Johanes (2004) Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsbility (CSR) lahir dengan latar belakang beberapa hal, seperti :

1) Adanya kesenjangan antara dunia usaha dengan lingkungan sosial, sehingga memicu disharmonisasi yang dapat menimbulkan inattentive (kurang diperhatikan), suspicious (curiga), hearthbuming (rasa iri hati yang mendalam) serta conflict of interest pada kedua belah pihak;

2) Harmonisasi yang tidak terpelihara, sangat rawan bagi kalangan dunia usaha, karena sewaktu-waktu dapat mengancam keberlanjutan investasi bisnis yang dikelola;

3) Orientasi bisnis selalu menginginkan agar usaha yang dijalankan dapat berjalan tanpa hambatan;

4) Kepedulian sosial dari kalangan dunia usaha terhadap wrga masyarakat disekitarnya, akan menjadi langkah awal yang baik guna memelihara social relationship yang selaras, serasi dan langgeng. Keselarasan hubungan sosial ini diwujudkan melalui kepeduliaan dunia usaha untuk ikut secara aktif menangani berbagai permasalahan sosial.

Berdasarkan kondisi obyektif yang ada, menunjukkan bahwa tidak ada perusahaan/dunia usaha yang mampu tumbuh dan berkembang tanpa dukungan dan kepercayaan dari masyarakat di lingkungan sekitar perusahaan. Untuk itu, demi keberlangsungan perusahaan yang bersangkutan harus terdapat kesediaan untuk turut serta memikul tanggung jawab sosial yang dituntut oleh masyarakat. Jika suatu perusahaan keberadaannya ingin diakui dan didukung oleh masyarakat sekitarnya, maka sebaiknya jangan bersikap eksklusif dan bersikap arogan dalam menghadapi lingkungannya.

Menurut Suharto (2005), bahwa Tanggungjawab Sosial Perusahaan merupakan kepedulian perusahaan yang didasari tiga prinsip dasar yang dikenal dengan istilah triple bottom lines, yaitu 3P :

(45)

20

2. People. Perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan manusia. Beberapa perusahaan mengembangkan program TJSP/CSR, seperti pemberian beasiswa bagi pelajar sekitar perusahaan, pendirian sarana pendidikan dan kesehatan, penguatan kapasitas ekonomi lokal, dan bahkan ada perusahaan yang merancang berbagai skema perlindungan sosial bagi warga setempat. 3. Plannet. Perusahaan peduli terhadap lingkungan hidup dan keberkelanjutan

hayati. Beberapa program TJSP/CSR yang berpijak pada prinsip ini biasanya berupa penghijauan lingkungan hidup, penyediaan sarana air bersih, perbaikan pemukiman, dan pengembangan pariwisata (ekoturisme)

Saidi dan Abidin (2004) dalam Suharto (2005), menggambarkan tiga tahap atau paradigma yang berbeda dari mulai munculnya TJSP/CSR hingga sekarang ini. Tahap pertama adalah corporate charity, yakni dorongan amal berdasarkan motivasi keagamaan. Tahap kedua adalah corporate philantrophy, yakni dorongan kemanusiaan yang biasanya bersumber dari norma dan etika universal untuk menolong sesama dan memperjuangkan pemerataan sosial. Tahap ketiga adalah corporate citizenship, yakni motivasi kewargaan demi mewujudkan keadilan sosial berdasarkan prinsip keterlibatan sosial. Di dalamnya mulai mengedepankan pemberdayaan masyarakat.

Merujuk pada Wahyutomo (2004) berdasarkan pengamatan dan pengalaman, menunjukkan bahwa terdapat paling sedikit lima wujud kepedulian sosial perusahaan, yaitu sebagai berikut :

1) Penggunaan tenaga kerja setempat dalam penyelenggaraan berbagai kegiatan perusahaan, sepanjang tenaga kerja lokal memeuhi berbagai persyaratan administrasi dan perundang-undangan, termasuk jumlah dan mutunya.

2) Pemanfaatan masyarakat sekitar perusahaan sebagai pemasok bahan yang diperlukan oleh perusahaan, baik dalam arti bahan mentah maupun bahan setengah jadi, tanpa mengabaikan keharusan terjaminnya mutu dari bahan tersebut.

3) Keterlibatan dalam aktivitas sosial yang berlangsung di masyarakat sekitar seperti perayaan hari-hari besar nasional dan keagamaan, apacara khitanan, upacara pernikahan, olahraga dan berbagai kegiatan sosial lainnya.

(46)

kesemuanya dapat di akses oleh warga masyarakat sekitar dan tidak hanya diperuntukkan bagi karyawan perusahaan dan para anggota keluarganya.

5) Berperan aktif dalam membangun masyarakat sekitar sehingga dapat menjadikan masyarakat yang mandiri dengan kemampuan yang semakin tinggi. Salah satu caranya ialah dengan memberikan bantuan untuk membangun sarana pendidikan dan bantuan keuangan berupa beasiswa bagi anak-anak yang hidup disekitar perusahaan yang memiliki potensi untuk mengembangkan kreativitasnya, tetapi dengan kemampuan finansial orang tua yang sangat terbatas.

Sejatinya, setiap perusahaan dalam menunaikan kewajiban sosialnya yang diaplikasikan dalam bentuk program-program Corporate Social Responsibility (CSR), bukanlah karena pertimbangan yang altruistik semata-mata, akan tetapi juga dalam rangka menjaga dan memelihara citra positif perusahaan yang pada gilirannya mengejawantah dalam bentuk dukungan dan kepercayaan masyarakat sekitar. Corporate Social Responsibility (CSR) dalam pemberdayaan masyarakat disekitar perusahaan, tidak saja akan memberi manfaat terhadap kelangsungan hidup perusahaan, tapi juga akan mengurangi resiko perusahaan. Untuk memastikan bahwa CSR dilakukan dengan benar, maka perusahaan harus menggali potensi daerah dan masyarakat. Keberhasilan CSR bukanlah hanya pada perbaikan kondisi ekonom atau peningkatan penghasilan masyarakat, tapi juga pada peningkatan kemampuan (capabilities) dasar masyarakat dalam menjalani kehidupannya sehingga pada gilirannya masyarakat dapat mandiri.

2.6. Tinjauan tentang Pekerjaan Sosial

Menurut Zastrow (1999) dalam Suharto (2005), pekerjaan sosial adalah aktivitas profesional untuk menolong individu kelompok dan masyarakat dalam meningkatkan atau memperbaiki kapasitas mereka agar berfungsi sosial dan menciptakan kondisi-kondisi masyarakat yang kondusif untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam konferensi Dunia di Montreal Kanada, Juli tahun 2000, International Federation of Socisl Workers (IFSW) Tan dan Envall (2000) dalam Suharto (2005), mengunkapkan tentang pekerjaan sosial sebagai berikut :

(47)

22

melakukan intervensi pada situasi di mana orang berinteraksi dengan lingkungannya. Prinsip-prinsip hak azasi manusia dan keadilan sosial sangat penting bagi pekerjaan sosial”

Secara umum pekerja sosial dapat berperan sebagai mediator, fasilitator atau pendamping, pembimbing, perencana, dan pemecah masalah. Kinerja pekerja sosial dalam melaksanakan peningkatan keberfungsian sosial dapat dilihat dari beberapa strategi pekerjaan sosial sebagai berikut (Dubois dan Miley : 2005 dalam Suharto : 2006) :

1. Meningkatkan kemampuan orang dalam menghadapi masalah yang dialaminya. 2. Menghubungkan orang dengan sistem dan jaringan sosial yang memungkinkan

mereka menjangkau atau memperoleh berbagai sumber, pelayanan dan kesempatan.

3. Meningkatkan kinerja lembaga-lembaga sosial sehingga mampu memberikan pelayanan sosial secara efektif, berkualtas dan berperikemanusiaan.

4. Merumuskan dan mengembangkan perangkat hukum dan peraturan yang mampu menciptakan situasi yang kondusif bagi tercapainya kemerataan ekonomi dan keadilan sosial.

Menurut Suharto (2005), secara garis besar, dalam pekerjaan sosial ada tiga metoda utama yang termasuk kedalam pendekatan makro, yaitu communitywork – yang populer dengan nama ”pengembangan masyarakat” atau community development, manajemen pelayanan kemanusiaan (human service management) dan analisis kebijakan sosial (socisl policy analysis). Perbedaan dari ketiganya yaitu, dua metode pertama merupakan pendekatan dalam praktek langsung (direct practice) dengan kliennya, maka analisis kebijakan sosial merupakan metode dalam praktek tidak langsung (indirect practice).

(48)

Kaitan antara TJSP/CSR dengan Pekerjaan Sosial, Tanggungjawab Sosial Perusahaan/Corporate Social Resposibility (CSR) merupakan salah satu model dari tipologi pelayanan pekerjaan sosial industri. Seperti yang diungkapkan oleh Straussner (1989) dalam Suharto (2007), bahwa satu cara untuk mengkonseptualisasikan beragam pelayanan sosial yang diberikan pekerja sosial beserta peranan dan keterampilan yang dijalankannya adalah dengan membuat sebuah tipologi model setting Pekerjaan Sosial Industri (PSI), yaitu sebagai berikut : 5. Model pelayanan sosial bagi pegawai (the employee service model);

6. Model pelayanan sosial bagi majikan atau organisasi perusahaan (the employer-work organization service model);

7. Model pelayanan sosial bagi konsumen (the consumer service model);

8. Model Tanggungjawab sosial perusahaan (the corporate social responsibility model)

9. Model kebijakan publik di bidang kepegawaian (work related public policy model).

Pekerjaan Sosial Industri (PSI) dapat didefinisikan sebagai lapangan praktik pekerjaan sosial yang secara khusus menangani kebutuhan-kebutuhan kemanusiaan dan sosial di dunia kerja melalui berbagai intervensi dan penerapan metoda pertolongan yang bertujuan untuk memelihara adaptasi optimal antara individu dan lingkungannya, terutama lingkungan kerja. Dalam konteks ini, pSI dapat menangani beragam kebutuhan individu dan keluarga, relasi dalam perusahaan, serta relasi yang lebih luas antara tempat kerja dan masyarakat (NASW : 1987 dalam Suharto : 2007), yang dikenal dengan istilah tanggungjawab sosial perusahaan (corporate social responsibility) (Suharto : 2007).

Konsep TJSP/CSR seringkali oleh perusahaan diidentikan dengan metoda Pengembangan masyarakat, yang akhir-akhir ini banyak diterapkan oleh perusahaan dengan istilah ComDev. Dalam pengembangan masyarakat terkait erat dengan pemberdayaan masyarakat. Suatu pengembangan masyarakat tanpa adanya pemberdayaan masyarakat secara maksimal, maka tidak akam membuahkan hasil seperti yang diharapkan. Menurut Suharto (2005), pemberdayaan masyarakat dalam ComDev, didasari oleh pendekatan yang partisipatoris, humanis, dan emansipatoris yang berpijak pada beberapa prinsip sebagai berikut :

1. Bekerja bersama berperan serta

(49)

24

4. Kegiatan diarahkan bukan saja untuk mencapai hasil, melainkan juga agar menguasai prosesnya.

5. Agar berkelanjutan, pemberdayaan jangan hanya berpusat pada komunitas lokal, melainkan pula pada sistem sosial yang lebih luas termasuk kebijakan sosial.

Masih menurut Suharto (2005), fokus utama pekerjaan sosial adalah menin

Gambar

Gambar 1 :  Kerangka Pemikiran Rancangan Perbaikan Program berdasarkan persepsi masyarakat terhadap Program CSR
Gambar 1 :  Kerangka Pemikiran Rancangan Perbaikan Program berdasarkan persepsi masyarakat terhadap Program CSR
Tabel 1. Jadwal Kajian Pemberdayaan Masyarakat di Desa                  Babakan Pari, Kecamatan Cidahu, Tahun 2007
Tabel 2
+7

Referensi

Dokumen terkait