METODE KAJIAN 3.1. Strategi Kajian
4.2. Sistem Ekonomi
4.2. Sistem Ekonomi
Mata pencaharian penduduk Desa Babakan Pari sangat heterogen, sebagaimana ditunjukkan dalam tabel berikut ini :
Tabel 6
Komposisi Penduduk Desa Babakan Pari Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2006
No Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) Prosentase (%)
01 02 03 04 1. Petani 545 17,07 2. Buruh tani 317 9,93 3. Buruh lainnya/kary.swasta 1776 55,64 4. PNS 19 0,60 5. Guru swasta 32 1,00
6. Pengrajin (home industri) 16 0,50
7. Pedagang 198 6,20 8. Jasa : - Penjahit - Bengkel - Wartel - Tukang rias/dekor - Penggilingan padi - Tukang cukur - Tukang Pijit - Dukun beranak 19 2 4 6 3 2 3 4 43 1,35 9. Ojeg 209 6,55 10 Supir 37 1,16 Jumlah 3192 100,00
Sumber Data : Data Potensi Desa Babakan Pari . Tahun 2006
Dari data tabel di atas, dapat diketahui bahwa mata pencaharian pokok masyarakat Desa Babakan Pari sebagian besar beraktivitas sebagai buruh atau karyawan swasta berjumlah 1776 orang atau 56%, termasuk buruh pengelola limbah dan karyawan di PT. Aqua Golden Mississipi. Demikian pula masyarakat
yang bermata pencaharian sebagai buruh tani cukup banyak yaitu 317 orang atau 9,93%. Untuk masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani, sebagian besar bukan pemilik tanah tetapi hanya sebagai petani penggarap saja, artinya yang bersangkutan mengolah sawah dan hasil panennya dibagi dua atau berdasarkan bagi hasil. Jika hasil panen melimpah biasanya masyarakat menjualnya, pembeli terkadang datang sendiri atau langsung dijual ke pasar. Letak pasar tidak terlalu jauh, hanya 2 Km, lokasinya di Kecamatan lain yaitu Kecamatan Cicurug.
Diantara 16 orang pemilik home industri, 5 orang diantaranya sebagai pengolah limbah botol dan gelas plastic. Awalnya limbah plastic tersebut diperoleh hanya dari perusahaan setempat, karena limbah harus dibagi ke pengolah limbah di desa lainnya maka perolehan limbah semakin mengecil, sehingga akhirnya para pengolah limbah mencari keluar desa bahkan luar kecamatan dan hingga saat ini limbah justru sebagian besar dikirim dari luar kecamatan.
Dengan adanya pengolahan limbah plastik tersebut, cukup banyak tenaga kerja yang terserap sekitar 450 orang termasuk mereka yang bekerja di pengolahan limbah yang berlokasi di luar desa. Salah seorang pengolah limbah dapat dikatakan sebagai pencipta lapangan kerja, karena sebagian besar masyarakat bekerja di pengolahan limbah palstik miliknya, yaitu sekitar 200 orang sebagai tenaga kerja borongan, sisanya sekitar 250 orang bekerja di pengolahan limbah lainnya termasuk di luar desa sebagai tenaga kerja tetap dan borongan.
Sebagian besar masyarakat bekerja di pengolahan limbah sebagai tenaga kerja borongan, artinya bekerja dibayar sesuai dengan banyaknya limbah yang dibersihkan. Mereka tidak terikat jam kerja, kapan mereka mau dapat bekerja, serta waktunya tidak tentu, karena sebagian besar bekerja di rumah masing-masing. Tenaga kerja borongan, sebagian besar ibu-ibu rumah tangga, biasanya limbah dibawa pulang atau dikirim oleh pemilik pengolahan limbah jika limbah yang hendak dibersihkan cukup banyak, dan dibersihkan bersama-sama anggota keluarga lainnya, sehingga ibu-ibu tidak perlu pergi keluar rumah dan tetap masih bisa mengawasi anak-anaknya serta mengurus keluarga.
Upah hasil membersihkan limbah plastik ini per kg Rp. 400,00 dibayar ketika limbah plastik selesai ditimbang. Pada umumnya setiap keluarga dapat membersihkan limbah plastik antara 40 kg - 60 kg per harinya, tergantung
42
banyaknya anggota keluarga yang terlibat dalam membersihkan limbah plastik. Hasil limbah yang sudah digiling atau dihancurkan maupun yang hanya dibersihkan dijual ke Jakarta, bahkan ada pengolah limbah yang menjual hasil gilingannya ke sesama pengolah limbah dengan alasan berbagi keuntungan karena yang bersangkutan tidak memperoleh limbah dari perusahaan.
Home industri lainnya, bergerak dalam bidang pembuatan rengginang dan dodol dari ketan (7 rumah). Pemasarannya disekitar desa serta keluar desa, bahkan keluar kecamatan. Lainnya bergerak dalam bidang pengergajian kayu, pembuatan batako dan bubut kayu. Mata pencaharian lainnya yang banyak dilaksanakan oleh masyarakat sebagai sumber penghidupannya yaitu sebagai pedagang berjumlah 198 orang atau 6,27%. Sektor perdagangan ini diantaranya meliputi perdagangan sembako, rumah makan, baso,kebutuhan sehari-hari, toko bangunan dan lain-lain.
Masyarakat yang memiliki mata pencaharian sebagai tukang ojeg cukup banyak yaitu 209 orang atau 6,55%, menempati urutan keempat. Tukang ojeg ini tersebar di berbagai tempat, bahkan banyak yang jangkauannya sampai ke luar kecamatan, khususnya kecamatan Cicurug. Motor yang digunakan untuk membawa penumpang ini pada umumnya merupakan motor sewaan atau biasa disebut sebagai motor setoran sebagian kecil merupakan motor milik sendiri. Mata pencaharian penduduk lainnya yaitu sebagai PNS 19 orang atau 0,60%, sebagai guru swasta 32 orang atau 1%, yang bergerak dalam bidang jasa 43 orang atau 1,35% dn sebagai supir 37 orang atau 1,16%.
Kaitannya dengan perusahaan, di Desa Babakan Pari terdapat empat perusahaan yang beroperasi yaitu PT. Aqua Golden Mississipi, PT. Alto Tribayan Tirta, PT. Agra Wira Tirta, dan PT. Aheb (Kratingdaeng). Cukup banyak masyarakat yang tergolong usia kerja yang mendapatkan kesempatan bekerja di perusahaan-perusahaan tersebut. Khususnya PT. Aqua Golden Mississipi, masyarakat yang tergolong usia kerja yang bekerja di perusahaan tersebut sekitar 150 orang. Kendala PT. Aqua Golden Mississipi dalam menerima tenaga kerja dari Desa Babakan Pari yaitu Sumber Daya Manusianya yang rendah, karena sebagian besar hanya lulusan pendidikan dasar (SD atau SLTP), terkadang masyarakat tidak mau mengerti dengan kualitas SDM-nya sendiri, selalu menuntut ingin dapat diterima sebagai tenaga kerja. Padahal Sumber Daya Manusia yang rendah mempengaruhi kinerja dan kualitas hasil produksi.
Dilihat dari fenomena jenis mata pencaharian penduduk, nampaknya sudah terjadi pergeseran sumber matapencaharian, yaitu dari sektor pertanian berubah ke sektor industri, karena penduduk yang bekerja sebagai karyawan swasta atau buruh di luar pertanian cukup dominant yaitu 1776 orang atau 55,64% ditambah sektor industri 16 orang atau 0,50 sementara sektor pertanian berjumlah 862 orang atau 27% baik sebagai petani penggarap maupun sebagai buruh tani.
Kaitan antara mata pencaharian dengan sumber daya ekonomi lokal, yaitu adanya perusahaan-perusahaan di sekitar desa yang sangat membantu menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat, adanya limbah-limbah dari perusahan yang dapat dibeli oleh pengolah limbah untuk diolah dan dijual serta dengan adanya pengolah limbah ini masyarakat memperoleh tambahan pendapatan sebagai tenaga kerja tetap atau borongan, walau pendapatannya kecil. Selain itu ketersediaan lahan pesawahan seluas 100,10 ha dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk bertani baik sebagai petani penggarap maupun buruh tani untuk menghidupi keluarganya.
Permasalahan yang seringkali dihadapi masyarakat yaitu masalah permodalan. Pada dasarnya di tingkat desa ada lembaga ekonomi yaitu Lembaga Simpan Pinjam dari Program Raksa Desa dengan modal awal Rp. 60.000.000,00 dan Lembaga Simpan Pinjam dari BUMDES dengan modal awal Rp. 10.000.000,00 tetapi kedua lembaga ini berjalan agak tersendat-sendat, sebagian besar kelompok masyarakat yang meminjam enggan mengembalikan pinjamannya, karena adanya kelompok yang dibentuk oleh pemimpin formal yang mereka nilai tidak layak dan hingga saat ini belum mengembalikan pinjamannya. Selain itu terdapat Koperasi Unit Desa yang tidak berfungsi sama sekali, sejak 9 tahun yang lalu.