• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN TEORITIS Teori dan Konsep

2.5. Tinjauan tentang Corporate Social Responsibility (CSR)

Corporate Social Reponsibility (CSR) yang dimaknai sebagai Tangung Jawab Sosial Perusahaan/Dunia Usaha adalah sebagai wujud kepedulian dan tanggung jawab dunia usaha terhadap masyarakat. Merujuk kepada Schermerhorn (1993) dalam Suharto (2007), mendefinisikan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan sebagai suatu kepedulian organisasi bisnis untuk bertindak dengan cara mereka sendiri dalam melayani kepentingan organisasi dan kepentingan publik eksternal. Secara konseptual, Tanggung Jawab Sosial Perusahaan adalah sebuah pendekatan, dimana perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial dalam operasi bisnis dan interaksi mereka dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) berdasarkan prinsip sukarela dan kemitraan.

Konsep Tanggung jawab Sosial Perusahaan (TSP) seringkali diidentikan dengan Pengembangan Masyarakat (Community Development), yang akhir-akhir ini banyak diterapkan oleh perusahaan dengan istilah Comdev. Sesungguhnya Community Development (Comdev) merupakan salah satu dimensi dari Tanggung jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Resposibility/CSR), karena CSR ini terdiri atas tujuh dimensi yaitu : Pengembangan Masyarakat (Community Development), Keberagaman (Diversity), Lingkungan (Environment), Hubungan Internasional (International Relationship), Marketplace Practices, Fiscal Responsibility, dan Tanggung jawab (Accountability).

Menurut Suharto (2007), Kalau ditelaah secara seksama, tujuan utama dari Pengembangan masyarakat (Community Development) adalah bukan sekedar membantu atau memberi sesuatu kepada masyarakat, melainkan berusaha agar masyarakat memiliki kemampuan atau kapasitas untuk mampu menolong dirinya

18

sendiri. Dengan kata lain, semangat utama Comdev adalah pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu, kegiatan Comdev biasanya diarahkan pada proses pemberkuasaan, peningkatan kekuasaan, atau penguatan kemampuan para penerima pelayanan.

Pengembangan masyarakat yang dilaksanakan oleh perusahaan, yang biasa dikemas dalam program Corporate Social Responsibility, Menurut Budimanta (2003) dalam Rudito (2003) bertujuan untuk :

1. Mendukung upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah terutama pada tingkat desa dan masyarakat untuk meningkatkan kondisi sosial-ekonomi-budaya yang lebih baik disekitar wilayah perusahaan

2. Memberikan kesempatan bekerja dan berusaha bagi masyarakat

3. Membantu pemerintah dalam rangka pengentasan kemiskinan dan pengembangan ekonomi wilayah.

Pada dasarnya, sejalan dengan semangat Otonomi Daerah, tanggung jawab sosial perusahaan merupakan upaya strategis untuk mendukung pelaksanaan pembangunan sosial, dimana permasalahannya semakin beragam dan kompleks sehingga diperlukan dukungan dari Dunia Usaha/Perusahaan. Hal tersebut harus disadari, bahwa tanggung jawab sosial dunia usaha telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan oleh semua pihak, baik pemerintah, masyarakat maupun dunia usaha itu sendiri. Persolannya adalah bagaimana kepedulian dan tindakan dunia usaha untuk ikut berperan dalam pembangunan sosial.

Tujuan dari pembangunan sosial menurut pandangan ESCAP dalam Adi (2001) pada dasarnya adalah ”development of the well being of the people” (untuk membangun atau mengembangkan taraf hidup manusia). Berdasarkan tujuan tersebut, maka ESCAP melihat bahwa penekanan dari pembangunan sosial pada dasarnya ada pada pendekatan pembangunan yang berpusat pada manusia (people centered development), yaitu upaya meningkatkan taraf hidup masyarakat, dengan memfokuskan pada pemberdayaan dan pembangunan itu sendiri.

Sehubungan dengan adanya pandangan betapa pentingnya kepedulian dan keterlibatan dunia usaha/perusahaan dalam pembangunan sosial, maka tanggung jawab sosial dunia usaha adalah merupakan etika bisnis yang menjadi panduan perilaku atau tindakan dunia usaha/perusahaan untuk menjalankan usaha bisnisnya itu sendiri dengan tetap memperhatikan norma, budaya masyarakat, dan budaya perusahaan yang berpihak pada lingkungan sekitarnya.

Tanggung jawab dunia usaha/perusahaan (CSR) dilaksanakan dalam suatu tindakan-tindakan tertentu atau cara-cara tertentu dalam melayani kepentingan-kepentingan, baik internal perusahaan maupun eksternal perusahaan. Tindakan atau cara-cara tersebut biasanya direncanakan dan dilaksanakan dalam bentuk suatu program.

Menurut Johanes (2004) Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsbility (CSR) lahir dengan latar belakang beberapa hal, seperti :

1) Adanya kesenjangan antara dunia usaha dengan lingkungan sosial, sehingga memicu disharmonisasi yang dapat menimbulkan inattentive (kurang diperhatikan), suspicious (curiga), hearthbuming (rasa iri hati yang mendalam) serta conflict of interest pada kedua belah pihak;

2) Harmonisasi yang tidak terpelihara, sangat rawan bagi kalangan dunia usaha, karena sewaktu-waktu dapat mengancam keberlanjutan investasi bisnis yang dikelola;

3) Orientasi bisnis selalu menginginkan agar usaha yang dijalankan dapat berjalan tanpa hambatan;

4) Kepedulian sosial dari kalangan dunia usaha terhadap wrga masyarakat disekitarnya, akan menjadi langkah awal yang baik guna memelihara social relationship yang selaras, serasi dan langgeng. Keselarasan hubungan sosial ini diwujudkan melalui kepeduliaan dunia usaha untuk ikut secara aktif menangani berbagai permasalahan sosial.

Berdasarkan kondisi obyektif yang ada, menunjukkan bahwa tidak ada perusahaan/dunia usaha yang mampu tumbuh dan berkembang tanpa dukungan dan kepercayaan dari masyarakat di lingkungan sekitar perusahaan. Untuk itu, demi keberlangsungan perusahaan yang bersangkutan harus terdapat kesediaan untuk turut serta memikul tanggung jawab sosial yang dituntut oleh masyarakat. Jika suatu perusahaan keberadaannya ingin diakui dan didukung oleh masyarakat sekitarnya, maka sebaiknya jangan bersikap eksklusif dan bersikap arogan dalam menghadapi lingkungannya.

Menurut Suharto (2005), bahwa Tanggungjawab Sosial Perusahaan merupakan kepedulian perusahaan yang didasari tiga prinsip dasar yang dikenal dengan istilah triple bottom lines, yaitu 3P :

1. Profit. Perusahaan tetap harus berorientasi untuk mencari keuntungan ekonomi yang memungkinkan untuk terus beroperasi dan berkembang.

20

2. People. Perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan manusia. Beberapa perusahaan mengembangkan program TJSP/CSR, seperti pemberian beasiswa bagi pelajar sekitar perusahaan, pendirian sarana pendidikan dan kesehatan, penguatan kapasitas ekonomi lokal, dan bahkan ada perusahaan yang merancang berbagai skema perlindungan sosial bagi warga setempat. 3. Plannet. Perusahaan peduli terhadap lingkungan hidup dan keberkelanjutan

hayati. Beberapa program TJSP/CSR yang berpijak pada prinsip ini biasanya berupa penghijauan lingkungan hidup, penyediaan sarana air bersih, perbaikan pemukiman, dan pengembangan pariwisata (ekoturisme)

Saidi dan Abidin (2004) dalam Suharto (2005), menggambarkan tiga tahap atau paradigma yang berbeda dari mulai munculnya TJSP/CSR hingga sekarang ini. Tahap pertama adalah corporate charity, yakni dorongan amal berdasarkan motivasi keagamaan. Tahap kedua adalah corporate philantrophy, yakni dorongan kemanusiaan yang biasanya bersumber dari norma dan etika universal untuk menolong sesama dan memperjuangkan pemerataan sosial. Tahap ketiga adalah corporate citizenship, yakni motivasi kewargaan demi mewujudkan keadilan sosial berdasarkan prinsip keterlibatan sosial. Di dalamnya mulai mengedepankan pemberdayaan masyarakat.

Merujuk pada Wahyutomo (2004) berdasarkan pengamatan dan pengalaman, menunjukkan bahwa terdapat paling sedikit lima wujud kepedulian sosial perusahaan, yaitu sebagai berikut :

1) Penggunaan tenaga kerja setempat dalam penyelenggaraan berbagai kegiatan perusahaan, sepanjang tenaga kerja lokal memeuhi berbagai persyaratan administrasi dan perundang-undangan, termasuk jumlah dan mutunya.

2) Pemanfaatan masyarakat sekitar perusahaan sebagai pemasok bahan yang diperlukan oleh perusahaan, baik dalam arti bahan mentah maupun bahan setengah jadi, tanpa mengabaikan keharusan terjaminnya mutu dari bahan tersebut.

3) Keterlibatan dalam aktivitas sosial yang berlangsung di masyarakat sekitar seperti perayaan hari-hari besar nasional dan keagamaan, apacara khitanan, upacara pernikahan, olahraga dan berbagai kegiatan sosial lainnya.

4) Penyediaan sarana dan prasarana umum dan sosial, termasuk pembuatan jalan dan pemeliharaannya, fasilitas olahraga, tempat-tempat ibadah, pelayanan dan kesehatan seperti klinik dan apotik, bahkan jika mungkin rumah sakit, yang

kesemuanya dapat di akses oleh warga masyarakat sekitar dan tidak hanya diperuntukkan bagi karyawan perusahaan dan para anggota keluarganya.

5) Berperan aktif dalam membangun masyarakat sekitar sehingga dapat menjadikan masyarakat yang mandiri dengan kemampuan yang semakin tinggi. Salah satu caranya ialah dengan memberikan bantuan untuk membangun sarana pendidikan dan bantuan keuangan berupa beasiswa bagi anak-anak yang hidup disekitar perusahaan yang memiliki potensi untuk mengembangkan kreativitasnya, tetapi dengan kemampuan finansial orang tua yang sangat terbatas.

Sejatinya, setiap perusahaan dalam menunaikan kewajiban sosialnya yang diaplikasikan dalam bentuk program-program Corporate Social Responsibility (CSR), bukanlah karena pertimbangan yang altruistik semata-mata, akan tetapi juga dalam rangka menjaga dan memelihara citra positif perusahaan yang pada gilirannya mengejawantah dalam bentuk dukungan dan kepercayaan masyarakat sekitar. Corporate Social Responsibility (CSR) dalam pemberdayaan masyarakat disekitar perusahaan, tidak saja akan memberi manfaat terhadap kelangsungan hidup perusahaan, tapi juga akan mengurangi resiko perusahaan. Untuk memastikan bahwa CSR dilakukan dengan benar, maka perusahaan harus menggali potensi daerah dan masyarakat. Keberhasilan CSR bukanlah hanya pada perbaikan kondisi ekonom atau peningkatan penghasilan masyarakat, tapi juga pada peningkatan kemampuan (capabilities) dasar masyarakat dalam menjalani kehidupannya sehingga pada gilirannya masyarakat dapat mandiri.