RESPONSIBILITY PT. AQUA GOLDEN MISSISSIPPI
3. Jenis Pekerjaan
7.6.2. Karakteristik Lingkungan
1. Ketersediaan Informasi
Dalam mempersepsikan suatu objek, seseorang haruslah memiliki informasi tentang apa yang akan dipersepsikan (objeknya), baik secara langsung maupun tidak langsung. Adanya informasi ini, memudahkan untuk memberikan penilaian atas apa yang didengar, dirasakan dan dilihat oleh seseorang. Untuk itu, agar masyarakat dapat mempersepsikan program-program CSR perusahaan maka haruslah ada sumber atau sarana untuk menerima informasi tersebut, biasanya informasi disampaikan sebagai sosialisasi dari suatu program, baik disampaikan secara langsung dari pihak perusahaan maupun tidak langsung dari mereka yang mengikuti sosialisasi. Informasi yang diterima akan mempengaruhi bagaimana seseorang memberikan penilaian terhadap apa yang didengarnya. Oleh karenanya, ketersediaan informasi sangatlah penting untuk membantu masyarakat dalam memberikan penilaian terhadap program-program CSR. Hubungan antara ketersediaan informasi dengan persepsi masyarakat terhadap manfaat program-program CSR disajikan dalam tabel 31.
Faktor ketersediaan informasi dan persepsi terhadap manfaat program pendidikan Pada tabel lampiran 5 menyajikan data hubungan antara ketersediaan informasi dengan persepsi tentang manfaat program pendidikan. Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa mereka yang menilai ketersediaan informasi tinggi, memberikan penilaian yang seimbang (50%) bahwa program bermanfaat dan kurang bermanfaat. Hal tersebut dinilai karena program walau bagaimanapun tetap bermanfaat sekalipun hanya untuk mereka yang berprestasi saja. Mereka yang menilai ketersediaan informasi rendah sebagian besar (62,5%) memberikan penilaian bahwa program kurang bermanfaat. Disamping itu, ada yang menilai bahwa program tidak bermanfaat yaitu sebesar 12,5%. Hal tersebut dinilai karena program salah sasarann, seharusnya diperuntukan bagi anak dari keluarga miskin. Seperti diungkapkan oleh Hsn, 40 tahun :
”Program pendidikan yang saya tahu beasiswa dan kebun sekolah. Untuk beasiswa hanya dikhususkan untuk anak yang berprestasi. Padahal sebenarnya yang benar-benar membutuhkan bantuan itu anak dari keluarga miskin. Menurut saya beasiswa selama ini salah sasaran sehingga tidak bermanfaat bagi sebagian besar warga Pendapat serupa diungkapkan oleh ADL, 62 tahun sebagai berikut :
”Bantuan biaya pendidikan dalam bentuk beasiswa menurut saya kurang bermanfaat karena yang menerima hanya yang berprestasi saja, padahal yang membutuhkan bantuan itu anak dari keluarga miskin, mereka ada yang enggan pergi sekolah karena tidak memilik sepatu.
Faktor ketersediaan informasi dan persepsi terhadap manfaat program kesehatan Pada tabel lampiran 5 menyajikan data hubungan antara ketersediaan informasi dengan persepsi tentang manfaat program kesehatan. Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa mereka yang menilai ketersediaan informasi tinggi, sebagian besar yaitu sebesar 68,2% memberikan penilaian tidak bermanfaat adanya program kesehatan karena banyak masyarakat yang tidak mengetahui adanya program kesehatan. Mereka yang menilai ketersediaan informasi rendah, memberikan penilaian yang seimbang yaitu 50% bahwa program kurang bermanfaat dan tidak bermanfaat karena manfaat program hanya dirasakan oleh sebagian kecil masyarakat. Tidak ada responden yang menilai bahwa program kesehatan bermanfaat. Seperti disampaikan oleh DS, 42 tahun sebagai berikut :
”Tidak ada kegiatan kesehatan yang diterima masyarakat, pernah ada cuma penyemprotan nyamuk, itupun hanya untuk dua ke-RT-an, Jadi menurut saya kurang bermanfaat. Coba kalau ada pengobatan gratis secara rutin jadwalnya, pasti akan membentu masyarakat dan sangat bermanfaat”
Pendapat serupa disampaikan oleh Ibu Ttn, 46 tahun :
Kalau untuk program kesehatan saya tidak pernah tahu, tapi katanya pernah ada, kalau begitu program tidak bermanfaat karena hampir semua masyarakat tidak tahu dan tidak menerima program kesehatan”
Hal senada diungkapkan oleh Lnd, 35 tahun sebagai berikut : ”Program kesehatan belum ada yang menyentuh masyarakat secara keseluruhan, Rasanya program ini tidak bermanfaat. Diharapkan kedepan ada program pengobatan gratis secara rutin”
136
Faktor ketersediaan informasi dan persepsi tentang manfaat program penampungan air bersih terhadap kemudahan mendapatkan air. Pada tabel lampiran 5, menyajikan data hubungan antara ketersediaan informasi dengan persepsi tentang manfaat program penampungan air bersih terhadap kemudahan mendapatkan air . Dari tabel tersebut dapat dijelaskan, menurut mereka yang menilai ketersediaan informasi tinggi, bahwa sebagian besar menilai program penampungan air bersih terhadap kemudahan mendapatkan air yaitu sebesar 40,9% menilai bermanfaat. Hal tersebut karena dengan adanya penampungan air bersih masyarakat menjadi lebih mudah untuk memperoleh air bersih. Demikian pula mereka yang berpendapat ketersediaaan informasi rendah, sebagian besar yaitu 50,0% menilai bahwa program bermanfaat. Seperti diungkapkan oleh Bapak AS, 39 tahun :
”Adanya penampungan air bersih bermanfaat untuk masyarakat disini. Masyarakat menjadi lebih mudah untuk mendapatkan ait bersih”
Pendapat senada disampaikan oleh Hsn, 40 tahun sebagai berikut : ”Saya merasakan betul manfaat adanya penampungan air di daerah saya, menjadi tidak sulit untuk mencarinya sekalipun masih terbatas banyaknya air”
Hal yang senada diungkapkan oleh JNJ, 46 tahun sebagai berikut : Penampungan air bersih yang telah ada bermanfaat untuk masyarakat, tetapi masih terbatas jumlahnya. Untuk kedepannya saya harapkan bisa ditambah pembangunan torn air bersih di setiap ke-RW-an”
Faktor ketersediaan informasi dan persepsi tentang manfaat program penampungan air bersih terhadap pemenuhan kebutuhan air. Pada tabel lampiran 5 menyajikan data hubungan antara ketersediaan informasi dengan persepsi tentang manfaat program penampungan air bersih terhadap pemenuhan kebutuhan air. Dari tabel tersebut dapat dijelaskan, menurut mereka yang menilai ketersediaan informasi tinggi, bahwa sebagian besar yaitu 50,0% menilai ketersediaan air bersih masih kurang mencukupi. Demikian pula mereka yang berpendapat ketersediaaan informasi rendah, sebagian besar yaitu 50,0% menilai bahwa ketersediaan air bersih masih kurang mencukupi. Hal tersebut karena yang membutuhkan air bersih sangat banyak sementara ketersediaan air terbatas. Seperti diungkapkan oleh Ecm, 46 tahun :
”Biarpun penampungan air bersih sudah ada, tetapi masih kurang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Tidak
seimbang, di daerah saya yang membutuhkan air bersih banyak sementara penampungan air hanya satu, diharapkan Aqua bisa menambah penampungan air bersih”
Hal senada disampaikan oleh Tt, 37 tahun sebagai berikut :
”Penampungan air bersih masih kurang mencukupi ketersediaan airnya, karena jumlah penampungannya masih sangat terbatas padahal yang membutuhkan banyak. Saya mengharapkan perusahaan dapat menambah pembangunan torn air bersih”
Pendapat lain diungkapkan oleh H. Mmn, 52 tahun sebagai berikut :
”Saya akui, sekalipun saya hampir selalu dilibatkan oleh Aqua dalam program-programnya, untuk program penampungan air bersih saya nilai tidak mencukup kalau dikaitkan dengan jumlah air yang tersedia, karena yang membutuhkan banyak”
Faktor ketersediaan informasi dan persepsi tentang manfaat program ekonomi terhadap kesempatan berusaha. Pada tabel lampiran 5 menyajikan data hubungan antara ketersediaan informasi dengan persepsi tentang manfaat program ekonomi terhadap kesempatan berusaha. Dari tabel tersebut dapat dijelaskan, baik menurut mereka yang menilai ketersediaan informasi tinggi maupun rendah, sebagian besar dari keduanya yaitu 81,8% dan 100%, sama-sama menilai bahwa program ekonomi tidak bermanfaat. Hal tersebut karena adanya masyarakat yang menilai tidak pernah ada program ekonomi. Mereka yang mengetahui adanyan program ekonomi, dari program tersebut menilai belum berpengaruh terhadap kesempatan berusaha. Seperti disampaikan oleh Tn, 46 tahun :
”Rasanya program ekonomi belum pernah ada, katanya sawo untuk program ekonomi tetapi belum menghasilkan sama sekali,, makanya saya nilai tidak pernah mempengaruh kesempatan berusaha masyarakat”
Pendapat serupa diungkapkan oleh Slh, 62 tahun sebagai berikut : ”Pami tangkal sawo nu di pasihkeun ka masyarakat dimaksadkeun kanggo program ekonomi, berarti heunteu pangaruh kana kasempatan usaha masyarakat, margi dugi ayeuna teu acan ngahasilkeun buahna”
(Kalau pohon sawo yang diberikan ke masyarakat dimaksudkan untuk program ekonomi, berarti tidak mempengaruhi kesempatan berusaha masyarakat, karena sampai sekarang belum menghasilkan buah)
138
Faktor ketersediaan informasi dan persepsi tentang manfaat program ekonomi terhadap peningkatan pendapatan. Pada tabel lampiran 5 menyajikan data hubungan antara ketersediaan informasi dengan persepsi tentang manfaat program ekonomi terhadap peningkatan pendapatan . Dari tabel tersebut dapat dijelaskan, baik mereka yang menilai ketersediaan informasi tinggi maupun rendah, seluruhnya menilai bahwa program ekonomi tidak berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan. Hal tersebut karena program belum dapat dirasakan manfaatnya. Seperti diungkapkan oleh St Jzm, 52 tahun :
”Pembagian pohon sawo tidak dapat mempengaruhi peningkatan pendapatan masyarakat karena sebagian besar belum berbuah. Mudah-mudahan dikemudian hari dapat menghasilkan buah yang banyak untuk membantu perekonomian masyarakat”
Hal senada disampaikan oleh H. Kkng, 47 tahun :
”Program ekonomi yang diterima masyarakat yaitu pembagian pohon sawo. Sampai sekarang belum berbuah, sehingga tidak dapat mempengaruhi peningkatan pendapatan masyarakat”
Faktor ketersediaan informasi dan persepsi tentang manfaat program penghijauan. Pada tabel 31 menyajikan data hubungan antara ketersediaan informasi dengan persepsi tentang manfaat program penghijauan. Dari tabel tersebut dapat dijelaskan, mereka yang menilai ketersediaan informasi tinggi, sebagian besar yaitu 72,7% dan mereka yang menilai ketersediaan informasi rendah, sebagian besar yaitu 62,5%, keduanya sama-sama menilai program penghijauan bermanfaat karena tanpa adanya program tersebut kondisi air di Desa Babakan Pari akan sangat berkurang. Sekalipun program penghijauan belum optimal karena masih banyak terfokus di sekitar sumber mata air. Seperti diungkapkan oleh Jnj, 46 tahun :
”penghijauan yang dilakukan Oleh Aqua bermanfaat untuk menjaga kondisi air di Desa Babakan Pari. Kedepannya diharapkan bisa dikembangkan lebih luas ke luar lokasi sumber mata air”
Pendapat serupa disampaikan oleh Euis, 42 tahun sebagai berikut : ”Penanaman berbagai macam pohon untuk melakukan penghijauan bermanfaat sekali untuk melestarikan air di wilayah kami, kalau tidak digiatkan penghijauan, maka air diwilayah sini akan sangat berkurang”
Faktor ketersediaan informasi dan persepsi tentang manfaat program kesejahteraan sosial. Pada tabel lampiran 5 menyajikan data hubungan antara
ketersediaan informasi dengan persepsi tentang manfaat program kesejahteraan sosial. Dari tabel tersebut dapat dijelaskan, mereka yang menilai ketersediaan informasi tinggi, sebagian besar yaitu 54,5% dan mereka yang menilai ketersediaan informasi rendah, sebagian besar yaitu 75,0%, keduanya sama-sama menilai program kesejahteraan sosial bermanfaat. Hal tersebut karena selama ini program bisa dilaksanakan secara rutin sekalipun nilai bantuan masih jauh dari memadai. Seperti disampaikan oleh ADL, 62 tahun sebagai berikut :
”Pembagian sembako yang diberikan oleh Aqua bermanfaat untuk meringankan beban kehidupan keluarga miskin, sekalipun nilainya masih jauh dari memadai. Kalau memungkinkan tahun depan dapat ditingkatkan nilai bantuannya”
Hal senada disampaikan oleh Ddn, 36 tahnun sebagai berikut : ”Sembako yang dibagikan kepada keluarga miskin saya nilai bermanfaat dengan kondisi perekonomian seperti sekarang ini, tetapi berikutnya mudah-mudahan bisa ditingkatkan nilai bantuannya dan lebih merata”.
Faktor ketersediaan informasi dan persepsi tentang manfaat program keagamaan. Pada tabel lampiran 5 menyajikan data hubungan antara ketersediaan informasi dengan persepsi tentang manfaat program keagamaan. Dari tabel tersebut dapat dijelaskan, mereka yang menilai ketersediaan informasi tinggi, sebagian besar yaitu 68,2% menilai bahwa program bermanfaat. Hal tersebut karena permohonan bantuan senantiasa ditanggapi oleh perusahaan sekalipun prosesnya berbelit-belit. Sementara mereka yang menilai ketersediaan informasi rendah, sebagian besar yaitu 50,0%, menilai program kurang bermanfaat. Hal tersebut karena selama ini program tidak dirasakan secara langsung oleh mereka. Seperti diungkapkan oleh Ad Pjk, 50 tahun :
”Bantuan untuk memperingati maulidan atau rajaban kurang bermanfaat karena peringatan tersebut terkadang tidak berbekas manfaatnya”
Pendapat lain diungkapkan oleh Bpk. Akhy, 73 tahun sebagai berikut :
”Pemberian bantuan dana untuk perayaan hari besar islam seperti maulidan, tentunya bermanfaat karena dapat meringankan beban biaya yang harus dikeluarkan oleh panitia. Kekurangannya agak berbelit-belit dalam penyampaian proposal”
140
”Bantuan keagamaan untuk memperingari hari besar islam, menurut saya bermanfaat karena dapat membantu untuk memenuhi keuangan panitia, panitia menjadi lebih ringan dan kegiatan dapat berjalan lancar”
Faktor ketersediaan informasi dan persepsi tentang manfaat adanya perusahaan terhadap kesempatan kerja. Pada tabel lampiran 5 menyajikan data hubungan antara ketersediaan informasi dengan persepsi tentang manfaat adanya perusahaan terhadap kesempatan kerja. Dari tabel tersebut dapat dijelaskan, mereka yang menilai ketersediaan informasi tinggi, sebagian besar yaitu 59,1% menilai bahwa adanya perusahaan bermanfaat bagi kesempatan kerja masyarakat. Hal tersebut karena adanya informasi yang baik memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk melamar pekerjaan. Sementara mereka yang menilai ketersediaan informasi rendah, sebagian besar yaitu 62,5%, menilai program kurang bermanfaat. Hal tersebut karena selama ini jarang mengetahui adanya penerimaan tenaga kerja. Seperti disampaikan oleh H. Ojk, 63 tahun :
”Alhamdulillah adanya Aqua bermanfaat untuk masyarakat disini, termasuk anak saya bisa bekerja disana. Saya dengar sekarang agak sulit untuk bisa diterima di Aqua, barangkalai pegawainya sudah kebanyakan”
Hal senada disampaikan oleh H. Mmn, 52 tahun sebagai berikut : ”Keberadaan perusahaan Aqua membantu masyarakat untuk mempunyai pekerjaan. Saya menilai bermanfaat dengan adanya Aqua ini. Dahulu orang umumnya bekerja serabutan, jarang yang bekerja di perusahaan. Sekalipun keponakan saya sendiri tidak dapat bekerja di Aqua, padahal dia sarjana dan memiliki keahlian komputer. Yah barangkali karena Terbatasnya daya tampung perusahaan. Tetapi kalau ada orang yang melamar ke Aqua, kalau tidak diterima sebaiknya berkas lamaran disimpan yang baik, jangan dibuang begitu saja ke tempat sampah. Saya menemukan kembali berkas lamaran keponakan saya di tempat sampah Aqua”
Faktor ketersediaan informasi dan persepsi tentang manfaat adanya program CSR terhadap keterlibatan masyarakat dalam pembangunans. Pada tabel lampiran 5 menyajikan data hubungan antara ketersediaan informasi dengan persepsi tentang manfaat adanya program CSR terhadap keterlibatan masyarakat dalam pembangunan. Dari tabel tersebut dapat dijelaskan, mereka yang menilai ketersediaan informasi tinggi, sebagian besar yaitu 59,1% menilai bahwa adanya program-program CSR kurang berpengaruh terhadap keterlibatan masyarakat dalam pembangunan. Hal tersebut karena selama ini masyarakat
kurang dilibatkan dalam proses program. Seperti diungkapkan oleh Udn, 50 tahun :
”Adanya program-program dari Aqua tidak berdampak pada meningkatnya keterlibatan masyarakat dalam pembanguan di desa. Hal tersebut karena Aqua tidak melibatkan masyarakat pada perencanaan programnya.
Pendapat senada disampaikan oleh Mjml, 52 tahun sebagai berikut : ”Cukup banyak program dari Aqua, tetapi tidak membuat masyarakat menjadi terlibat aktif dalam pembangunan di desa. Selama ini Aqua tdak banyak melibatkan masyarakat dalam perencanaan program.
2. Keterlibatan dalam Program
Seseorang dapat mempersepsikan sesuatu jika terlibat langsung ke dalam suatu kegiatan atau program, dari mulai awal program yaitu adanya perencanaan sampai pelaksanaan program. Keterkaitan antara keterlibatan dalam program dengan persepsi terhadap program tersebut, ditampilkan dalam tabel 31.
Faktor keterlibatan dalam program dan persepsi terhadap manfaat program pendidikan. Pada tabel lampiran 6 menyajikan data hubungan antara keterlibatan dalam program dengan persepsi tentang manfaat program pendidikan. Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa mereka yang keterlibatan dalam program-program CSR tinggi, sebagian besar yaitu 57,9% menilai bahwa program pendidikan bermanfaat. Hal tersebut karena selama ini perusahaan sudah berusaha memperhatikan bidang pendidikan. Sementara mereka yang keterlibatan dalam program-program CSR rendah, sebagian besar yaitu 72,7% menilai bahwa program pendidikan kurang bermanfaat. Hal tersebut karena mereka tidak banyak mengetahui program-program pendidikan. Seperti diungkapkan oleh Jnj, 46 tahun :
”Untuk program pendidikan saya tidak banyak tahu, hanya tahu beasiswa dan kebun sekolah, tetapi program-program ini menurut saya kurang bermanfaat. Kalau beasiswa hanya diberikan kepada anak yang berprestasi saja, bagaimana dengan anak yang berasal dari keluarga miskin, yang sebenarnya justru harus mendapatkan bantuan. Mangkanya sebaiknya beasiswa dikembangkan kepada anak yang berasal dari keluarga miskin. Untuk program kebun sekolah, saya tidak terlalu paham, hanya tahu bertanam sayuran jangka pendek yang dikerjakan oleh siswa SD.
142
”Adanya program pendidikan rasanya bermanfaat untuk masyarakat, sekalipun tidak semua masyarakat menerima program tersebut. Program beasiswa dapat memotivasi siswa untuk berprestasi. Sementara Kebun sekolah, mendidik siswa untuk mengenal cara-cara bercocok tanam sehingga menambah ilmu dan wawasan bagi siswa. Demikian pula program renovasi sekolah dapat meringankan beban sekolah sekalipun nilai bantuan masih kecil”
Faktor keterlibatan dalam program dan persepsi terhadap manfaat program kesehatan. Pada tabel lampiran 6 menyajikan data hubungan antara keterlibatan dalam program dengan persepsi tentang manfaat program kesehatan. Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa mereka yang keterlibatan dalam program-program CSR tinggi, sebagian besar yaitu 57,9% menilai bahwa program kesehatan tidak bermanfaat. Hal tersebut karena selama ini perusahaan belum memiliki program kesehatan yang dapat dirasakan oleh masyarakat. Sementara mereka yang keterlibatan dalam program-program CSR rendah, sebagian besar yaitu 72,7% menilai bahwa program kesehatan tidak bermanfaat. Hal tersebut karena mereka menilai selama ini tidak pernah ada program kesehatan. Seperti diungkapkan oleh Ddng, 42 tahun :
”Tidak pernah ada program kesehatan di sini mah, kalau kata orang lain pernah ada, berarti program tidak bermanfaat karena sebagian besar masyarakat tidak tahu adanya program dan tidak pernah menerimanya”
Pendapat serupa disampaikan oleh Slh, 62 tahun sebagai berikut : ”Rasanya selama ini program kesehatan masih sangat kurang, sebagian besar masyarakat tidak tahu dan tidak pernah menerima program, mangkanya kata saya mah program teh tidak bermanfaat”
Faktor keterlibatan dalam program dan persepsi terhadap manfaat program penampungan air bersih terhadap kemudahan mendapatkan air. Pada tabel lampiran 6 menyajikan data hubungan antara keterlibatan dalam program dengan persepsi tentang manfaat program penampungan air bersih terhadap kemudahan mendapatkan air. Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa mereka yang keterlibatan dalam program-program CSR tinggi, sebagian besar yaitu 79,0% menilai bahwa program bermanfaat. Hal tersebut karena dengan adanya penampungan air bersih, masyarakat menjadi lebih mudah untuk mendapatkan air. Sekalipun mereka yang keterlibatan dalam program-program CSR rendah,
sebagian besar yaitu 54,5% menilai bahwa program bermanfaat. Hal tersebut karena mereka menjadi lebih mudah untuk mendapatkan air sekalipun belum dapat mencukup sesuai kebutuhan warga. Seperti disampaikan oleh Hsn, 40 tahun :
”Adanya penampungan air bersih bermanfaat bagi masyarakat karena menjadi lebih mudah untuk mendapatkan air. Tidak harus pergi ke sumber mata air di bawah sana”
Pendapat senada diungkapkan oleh Slm, 72 tahun sebagai berikut : ”Pembangunan torn air bersih bermanfaat karena dapat membantu masyarakat untuk mendapatkan air dengan mudah sekalipun masih belum terpenuhi sesuai kebutuhan”
Faktor keterlibatan dalam program dan persepsi terhadap manfaat program penampungan air bersih terhadap pemenuhan kebutuhan air. Pada tabel lampiran 6 menyajikan data hubungan antara keterlibatan dalam program dengan persepsi tentang manfaat program penampungan air bersih terhadap pemenuhan kebutuhan air. Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa mereka yang keterlibatan dalam program-program CSR tinggi, sebagian besar yaitu 57,9% menilai bahwa adanya penampungan air bersih kurang dapat mencukupi kebutuhan air masyarakat. Mereka yang keterlibatannya rendah sebagian besar yaitu 46,4%, menilai adanya penampungan air bersih tidak dapat memenuhi kebutuhan air sesuai kebutuhan masyarakat. Hal tersebut karena penampungan air bersih yang ada debit airnya sangat terbatas sehingga tidak dapat terpenuhi sesuai dengan kebutuhan. Seperti diungkapkan oleh Encm, 46 tahun :
”Sekalipun sudah ada penampungan air bersih, tetapi tidak dapat terpenuhi kebutuhan air karena masih terbatas banyaknya air. Mudah-mudahan perusahaan dapat menambah pembangunan penampungan air.
Pendapat serupa diungkapkan oleh H. Mmn, 52 tahun :
”Memang selama ini kebutuhan air tidak dapat terpenuhi sesuai kebutuhan air yang diperlukan masyarakat sekalipun sudah ada penampungan air. Diharapkan kedepannya perusahaan dapat menambah penampungan air”
Pendapat lain disampaikan oleh AS, 39 tahun sebagai berikut : ”Karena penampungan air masih sangat terbatas jumlahnya, maka belum dapat memenuhi kebutuhan air masyarakat. Air masih terbatas sehingga harus dijadwal dan dibatasi untuk memanfaatkannya ”
144
Faktor keterlibatan dalam program dan persepsi terhadap manfaat program ekonomi terhadap kesempatan berusaha. Pada tabel lampiran 6 menyajikan data hubungan antara keterlibatan dalam program dengan persepsi tentang manfaat program ekonomi terhadap kesempatan berusaha. Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa mereka yang keterlibatan dalam program-program CSR tinggi, sebagian besar yaitu 78,9% menilai bahwa adanya program tidak berpengaruh terhadap kesempatan berusaha. Hal tersebut karena dari program ekonomi belum dapat dirasakan manfaatnya. Sementara mereka yang keterlibatannya rendah, seluruhnya yaitu 100% menilai bahwa program tidak berpengaruh terhadap kesempatan berusaha. Hal tersebut karena mereka menganggap selama ini tidak pernah ada program ekonomi.Seperti diungkapkan oleh Ibu St, 52 tahun :
”Rasanya selama ini ada program ekonomi yang dapat memberikan kesempatan berusaha bagi masyarakat. Kalau pemberian pohon sawo dimasukkan sebagai program ekonomi, berarti tidak dapat mempengaruh kesempatan berusaha masyarakat karena belum berbuah sampai sekarang. Menurut saya kalau pembagian pohon sawo untuk penghijauan, kalau untuk ekonomi masih jauh”
Pendapat senada disampaikan oleh Acn, 53 tahun sebagai berikut : ”Pembagian pohon sawo mah hingga sekarang belum berbuah sehingga tidak dapat mempengaruhi kesempatan berusaha masyarakat. Untuk sementara kalau pohon sawo lebih baik dimasukkan kedalam program penghijauan”
Faktor keterlibatan dalam program dan persepsi terhadap manfaat