UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
SKRIPSI
PENGAWASAN TERHADAP PEMBERIAN KREDIT
USAHA MIKRO ( KUM ) PADA PT. BANK MANDIRI ( PERSERO ) Tbk CABANG MEDAN
OLEH :
NAMA : RAHMA LENI NASUTION
NIM : 060503001
DEPARTEMEN : AKUNTANSI S-1
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
PERNYATAAN
Dengan ini, saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul, “Pengawasan
Terhadap Pemberian Kredit Usaha Mikro pada PT. Bank Mandiri (PERSERO)
Tbk Cabang Medan” adalah benar hasil karya sendiri dan judul yang dimaksud
belum pernah dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam
konteks penulisan skripsi Program S1 Reguler Departemen Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang
diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, dan benar apa adanya. Apabila di
kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang
ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.
Medan, Mei 2010
Yang Membuat Pernyataan
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahim, segala puji dan syukur penulis persembahkan
kehadirat Allah SWT, dengan rahmat dan karuniaNya penulis dapat melalui hari
demi hari dengan penuh semangat dalam menulis skripsi ini. Dan ini merupakan
suatu usaha untuk membantu penulis dalam mencapai tujuan pendidikan. Karena
anugerah-Nya lah, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul
“Pengawasan Terhadap Pemberian Kredit Usaha Mikro pada PT. Bank Mandiri
(PERSERO) Tbk Cabang Medan”. Shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW,
semoga kesabaran beliau dapat menjadi contoh teladan dalam perjalanan hidup
kita di dunia maupun di akhirat kelak.
Skripsi ini ditulis dalam upaya melengkapi syarat untuk mencapai derajat
Sarjana Strata-1 fakultas ekonomi, jurusan akuntansi, dan lebih dari itu
sesungguhnya penelitian ini merupakan rangkuman dari proses pembelajaran yang
telah ditempuh selama masa perkuliahan. Semoga dengan terselesaikannya skripsi
ini dapat memberi sumbangsih bagi pihak-pihak yang berkepentingan dan para
pembaca.
Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah memberikan banyak
bantuan selama proses penyusunan skripsi, terutama kepada:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec. selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak. selaku Ketua Departemen
Mutia Ismail, SE, MM, Ak. selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Rustam, M.Si, Ak. selaku dosen pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu dalam memberikan petunjuk, pengarahan, bimbingan, dan
bantuan dari awal hingga selesainya skripsi ini.
4. Ibu Dra. Salbiah, MM, Ak. dan Bapak Sambas Ade Kesuma, SE, M.Si, Ak.
selaku dosen penguji dan pembanding yang telah banyak memberikan
masukan dan arahan dalam penulisan skripsi ini.
5. Seluruh staf pengajar Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat
berguna kepada penulis serta seluruh staf pegawai dan administrasi di Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
6. Papa dan Mama yang tersayang, Asman Nst dan Rahima yang selalu
memberikan doa, dukungan dan kasih sayangnya untuk penulis sehingga
penulis mampu melewati segala suka dan duka dalam masa perkuliahan serta
proses penulisan skripsi ini dapat berjalan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena
keterbatasan penulis dalam pengetahuan dan pengulasan skripsi. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga dapat dijadikan
acuan dalam penulisan karya-karya ilmuah selanjutnya. Akhir kata, penulis
berharap semoga skripsi ini dapat menjadi bahan bacaan yang bermanfaat bagi
pembaca.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara langsung mengenai pengawasan terhadap pemberian kredit usaha mikro yang dilaksanakan oleh Bank Mandiri apakah ada pengawasan baik sebelum menerima kredit, saat pemberian kredit, dan setelah pemberian kredit dan apakah telah memenuhi Standar Opreasional Prosedur (SOP) Bank Mandiri dan telah sesuai dengan teori yang ada sehingga mampu menciptakan pengawasan intern atas kredit usaha mikro.
Penelitian ini dilakukan di PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Cabang Medan Gatot Subroto. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang dikumpulkan dengan teknik dokumentasi dan teknik wawancara dengan responden, yaitu CSO Bank Mandiri dan karyawan lainnya, juga teknik pengumpulan data dengan cara observasi. Dalam penelitian ini penulis menganalisis data dengan menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah metode dengan mengumpulkan data, disusun, diinterprestasikan, dan dianalisis sehingga memberikan keterangan yang lengkap bagi pemecahan masalah yang dihadapi.
Berdasarkan analisis tersebut penulis mendapatkan bahwa pengawasan terhadap pemberian kredit usaha mikro telah berjalan dengan baik dan sesuai dengan Standar Operasonal Prosedur (SOP) Bank Mandiri dan teori yang ada.
ABSTRACT
The study aimed to find out directly about the monitoring of mirco lending conducted by the bank Mandiri is there any good supervision prior to receiving credit, while giving credit, and after the granting of loans and whether it has complied Opreasional Standard Procedure (SOP), Bank Mandiri and in compliance with existing theory so as to create internal control over micro credit.
This research was conducted at PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Medan Branch Gatot Subroto. The type of data used are secondary data collected by technical documentation and technical interviews with respondents, the CSO of Bank Mandiri and other employees, as well as data collection techniques by observation. In this study the authors analyzed the data using descriptive methods. Descriptive method is a method to collect data, compiled, interprited, and analyzed to provide complete information for solving those problems.
Based on these analysis, the authors find that the monitoring of micro lending has been going well and in accordance with the Standard Operational Procedure (SOP), Bank Mandiri and existing theories.
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN... i
KATA PENGANTAR... ii
ABSTRAK... iv
ABSTRACT... v
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR TABEL... ix
DAFTAR GAMBAR... x
DAFTAR LAMPIRAN... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Perumusan Masalah... 7
C. Tujuan Penelitian... 7
D. Manfaat Penelitian... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kredit... 6
c. Tujuan dan Fungsi Kredit...13
2. Pengertian Usaha Mikro...16
3. Pengawasan Pemberian Kredit...18
a. Pengertian dan Tujuan Pengawasan Kredit...18
b. Sarana dan Aspek-Aspek Pengawasan Kredit... 23
c. Prosedur Pemberian Kredit... 27
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu... 33
C. Kerangka Konseptual... 34
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian... 38
B. Jadwal Penelitian... 38
C. Jenis Penelitian... 39
D. Jenis Data... 39
E. Teknik Pengumpulan Data... 39
F. Metode Analisis Data ... 40
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian 1. Gambaran Umum Perusahaan... 41
a. Sejarah Singkat Perusahaan... 41
b. Struktur Organisasi Perusahaan... 43
c. Jenis-Jenis Kredit Yang Diberikan... 48
3. Prosedur Pemberian Kredit Usaha Mikro... 51
B. Analisis Hasil Penelitian
1. Prosedur Pemberian Kredit Usaha Mikro... 57
2. Pengawasan Kredit Usaha Mikro Sebelum Penerimaan Kredit,
Saat Pemberian Kredit, dan Setelah Penerimaan Kredit... 58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan... 64
B. Saran... 67
DAFTAR
DAFTAR TABEL
Nama Tabel Judul Halaman
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu... 33
DAFTAR GAMBAR
Nama Gambar Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
Lampiran i Formulir Permohonan Kredit Usaha Mikro
(KUM) Mandiri... 71
Lampiran ii Surat Pemberitahuan Persetujuan Kredit... 74
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara langsung mengenai pengawasan terhadap pemberian kredit usaha mikro yang dilaksanakan oleh Bank Mandiri apakah ada pengawasan baik sebelum menerima kredit, saat pemberian kredit, dan setelah pemberian kredit dan apakah telah memenuhi Standar Opreasional Prosedur (SOP) Bank Mandiri dan telah sesuai dengan teori yang ada sehingga mampu menciptakan pengawasan intern atas kredit usaha mikro.
Penelitian ini dilakukan di PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Cabang Medan Gatot Subroto. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang dikumpulkan dengan teknik dokumentasi dan teknik wawancara dengan responden, yaitu CSO Bank Mandiri dan karyawan lainnya, juga teknik pengumpulan data dengan cara observasi. Dalam penelitian ini penulis menganalisis data dengan menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah metode dengan mengumpulkan data, disusun, diinterprestasikan, dan dianalisis sehingga memberikan keterangan yang lengkap bagi pemecahan masalah yang dihadapi.
Berdasarkan analisis tersebut penulis mendapatkan bahwa pengawasan terhadap pemberian kredit usaha mikro telah berjalan dengan baik dan sesuai dengan Standar Operasonal Prosedur (SOP) Bank Mandiri dan teori yang ada.
ABSTRACT
The study aimed to find out directly about the monitoring of mirco lending conducted by the bank Mandiri is there any good supervision prior to receiving credit, while giving credit, and after the granting of loans and whether it has complied Opreasional Standard Procedure (SOP), Bank Mandiri and in compliance with existing theory so as to create internal control over micro credit.
This research was conducted at PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Medan Branch Gatot Subroto. The type of data used are secondary data collected by technical documentation and technical interviews with respondents, the CSO of Bank Mandiri and other employees, as well as data collection techniques by observation. In this study the authors analyzed the data using descriptive methods. Descriptive method is a method to collect data, compiled, interprited, and analyzed to provide complete information for solving those problems.
Based on these analysis, the authors find that the monitoring of micro lending has been going well and in accordance with the Standard Operational Procedure (SOP), Bank Mandiri and existing theories.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan bertambah pesatnya kemajuan ekonomi dan bisnis di dunia
pada umumnya dan di Indonesia pada khususnya, kegiatan bank menjadi semakin
canggih dan beraneka ragam. Meskipun demikian, berbagai macam kegiatan
utama yang sejak dahulu kala menjadi tulang punggung operasi badan usaha
tersebut hingga kini masih bertahan dengan kokoh, seperti menunjang mekanisme
pembayaran dan pengumpulan dana dari masyarakat. Bagi bank, kredit
merupakan sumber utama penghasilan, sekaligus sumber resiko bisnis terbesar,
karena sebagian besar dana bank diputarkan dalam kredit. Apabila kegiatan bisnis
bank dalam perkreditan ini berhasil maka akan berhasil pula kegiatan bisnisnya,
dan begitu juga sebaliknya, apabila bank mengalami kesulitan dalam hal
pengembalian kredit atau terjadi kredit macet maka bank akan mengalami
kesulitan besar. Ditinjau dari sudut Perbankan atau Lembaga Keuangan yang
menyediakan sumber dana dalam bentuk perkreditan tersebut, maka kredit akan
mempunyai suatu kedudukan yang sangat istimewa, terutama pada negara–negara
yang sedang berkembang maupun negara–negara yang telah maju, karena kredit
merupakan salah satu sumber dana yang sangat penting untuk setiap jenis kegiatan
usaha.
Begitu banyak jenis–jenis kegiatan usaha yang dapat dibiayai oleh bank,
Indonesia sektor ini memegang peranan penting terutama bila dikaitkan dengan
jumlah tenaga kerja yang mampu diserap oleh sektor usaha ini. Krisis ekonomi
yang melanda negara kita tidak begitu saja menyurutkan minat para pengusaha
mikro, kecil dan menengah untuk terus melebarkan sayapnya di dunia bisnis,
sehingga memberikan pelajaran bagi kita juga bahwa sektor usaha ini masih
dapat bertahan hingga sekarang ini. Keinginan banyak pihak juga untuk
mengembangkan kegiatan usaha di sektor ini baik Pemerintah Daerah maupun
pihak perbankan untuk membantu mengembangkan para pengusaha mikro, kecil,
dan menengah agar dapat meningkatkan keunggulan ekonomis serta untuk dapat
berkembang dengan baik, dalam rangka menunjang perekonomian nasional.
Selain kesejahteraan bagi pengusaha mikro, kecil dan menengah itu sendiri, maka
kesempatan kerja untuk masyarakat umum juga tercipta, dan sektor industri,
perdagangan dan jasa juga akan ikut terdorong. Begitu banyak jenis-jenis kredit
yang disalurkan oleh pihak perbankan bagi para pengusaha mikro, kecil, dan
menengah, baik kredit produktif maupun kredit konsumtif.
Membicarakan tentang perkreditan akan selalu menimbulkan orientasi
prediksi ke masa yang akan datang, dimana secara langsung atau tidak langsung
mengharuskan pihak perbankan memiliki kemampuan dalam menganalisis dan
menyusun suatu perencanaan sekaligus sistem pengawasan yang handal bagi
kegiatan usahanya. Pemberian kredit merupakan suatu proses yang membutuhkan
pertimbangan dan analisis yang baik dari pimpinan bank, untuk menghindari
kemungkinan terjadinya kerugian yang akan diderita oleh bank sebagai akibat
dasarnya, sebelum memberikan kredit, seorang pimpinan diberikan wewenang
untuk memutuskan layak atau tidak layaknya seorang debitur menerima kredit.
Beberapa faktor sebagai bahan pertimbangan, seperti besarnya jumlah kredit yang
diminta, tujuan penggunaan kredit, kelayakan usaha calon debitur, bentuk dan
nilai jaminan yang diberikan, serta beberapa pertimbangan lain yang diperlukan,
seperti dokumen-dokumen maupun laporan keuangan perusahaan yang
bersangkutan. Sebelum debitur memperoleh kredit, terlebih dahulu harus melalui
tahapan–tahapan penilaian mulai dari pengajuan permohonan kredit dan
dokumen–dokumen yang diperlukan, pemeriksaan keaslian dokumen–dokumen,
analisis kredit sampai dengan berapa jumlah kredit yang akan disalurkan.
Tahapan–tahapan dalam pemberian kredit ini dikenal dengan prosedur pemberian
kredit. Tujuan prosedur pemberian kredit ini adalah untuk memastikan kelayakan
suatu kredit diterima atau ditolak. Dalam menentukan kelayakan suatu kredit,
maka dalam setiap tahapan selalu dilakukan suatu penilaian yang mendalam.
Apabila dalam penilaian kredit ini ada kekurangan dalam dokumen–dokumen,
maka pihak bank akan mengkonfirmasikan dan meminta dokumen yang kurang ke
debitur atau permohonan kredit tersebut langsung ditolak. Dalam praktiknya,
prosedur pemberian kredit secara umum dapat dibedakan antara pinjaman
perseorangan dan pinjaman oleh suatu badan usaha, kemudian dapat pula ditinjau
dari segi tujuannya apakah untuk konsumtif atau produktif.
Pemberian fasilitas kredit tidak hanya berakhir pada saat kredit tersebut
telah direalisasi, namun masih tetap diperlukannya pengawasan yang terstruktural
bunganya dapat dibayar oleh debitur tepat pada waktunya. Dengan demikian,
betapa pentingnya sektor perkreditan bagi kehidupan perbankan, sehingga
sangatlah diperlukan pola pengawasan kredit yang terampil dan memadai untuk
dapat mengurangi jumlah kredit macet yang mungkin terjadi.
PT. Bank Mandiri adalah bank dari program restrukturisasi yang
dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia yang berdiri pada tanggal 2 Oktober
1998. Pada bulan Juli 1999, empat bank milik Pemerintah yaitu Bank Bumi Daya
(BBD), Bank Dagang Negara (BDN), Bank Ekspor Impor Indonesia (Bank
Exim), dan Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo) yang bergabung menjadi
Bank Mandiri. PT. Bank Mandiri sebagai bank milik pemerintah mempunyai
kewajiban dalam meningkatkan serta mengembangkan usaha produktif maupun
konsumtif skala mikro dan usaha rumah tangga baik berbentuk perusahaan,
kelompok usaha, dan perorangan ( seperti pedagang, petani, peternak, dan nelayan
dan merupakan bagian dari strategi perekonomian nasional. Peranan usaha
mikro, kecil dan menengah khususnya usaha kecil sangat besar terutama untuk
mengurangi jumlah pengangguran, memerangai kemiskinan, dan pemerataan
pendapatan.
Salah satu jenis kredit yang diberikan oleh PT. Bank Mandiri dalam rangka
menunjang kegiatan usaha mikro, kecil dan menengah adalah Kredit Usaha Mikro
( KUM ). Kredit Usaha Mikro merupakan salah satu jenis kredit yang
dibutuhkan masyarakat dalam bentuk Kredit Investasi dan Kredit Modal Kerja
dalam pengembangan usaha skala produktif maupun konsumtif skala mikro yang
pada awal tahun 2005 yang menyediakan layanan Mandiri Kredit Usaha Mikro,
yang bertujuan untuk meningkatkan peran bank dalam usaha memberdayakan
pengusaha mikro yang berusaha mandiri dan berkembang untuk menjadi tuan
rumah di negaranya sendiri melalui fasilitas kredit. Sebagai solusi pengembangan
usaha, maka kecepatan, kemudahan dan kedekatan menjadi hal yang diutamakan
oleh bank Mandiri. Untuk mewujudkan hal tersebut bank Mandiri terus
meningkatkan jangkauan dan dukungan pembiayaan bagi usaha mikro yang
tersebar luas. Saat ini terdapat 600 Mandiri Unit Mikro yang siap melayani
pengusaha mikro diseluruh Indonesia. Selanjutnya bank mandiri akan membuka
200 unit hingga total menjadi 800 unit pada akhir tahun 2009. Jumlah nasabah
Kredit Usaha Mikro pada Bank Mandiri per September 2009 mencapai 437.872
nasabah, yang pada tahun sebelumnya baru mencapai 272.879 nasabah.
Sementara total penyaluran kredit ke sektor tersebut meningkat 18,6% menjadi
25,51 triliun sampai September 2009. Bank Mandiri kini harus diakui, yang
semula terdiri dari bank-bank BUMN yang keropos kini menjadi bank yang
sangat solid. Terbukti dari total asetnya per September 2009 telah naik menjadi
Rp 366,5 triliun, naik Rp 50 triliun dibanding posisi per September 2008.
Sementara kredit yang disalurkan mencapai Rp 188,3 triliun ( naik 15,7% ).
Dengan demikian sektor usaha mikro merupakan hal yang sangat penting dalam
menopang pertumbuhan ekonomi, meningkatkan dan memperluas akses
pembiayaan pembiayaan. Walaupun baru menyentuh sebagian, sektor usaha
mikro dapat menjadi alternatif solusi dalam mengatasi permasalahan klasik
pemilik usaha mikro yang mengajukan kredit ini memungkinkan pihak bank
untuk selektif dalam memilih calon nasabah. Walaupun kredit yang disalurkan
tersebut merupakan kredit tanpa agunan, tetap saja pihak bank harus melakukan
pemeriksanaan serta melakukan pengawasan yang memadai. Banyak calon
debitur yang mengajukan kredit peduli usaha mikro, tetapi tidak layak dan tidak
memenuhi persyaratan untuk diberikan kredit tanpa agunan tersebut. Umumnya,
para pengusaha mikro, kecil dan menengah belum dapat memenuhi bank teknis
yang berlaku, serta adanya kesan bahwa para pengusaha mikro, kecil dan
menengah hanya melihat bahwa penyaluran kredit kepada mereka adalah
merupakan program / bantuan dari pemerintah semata yang tidak perlu
dikembalikan.
Pengawasan kredit yang efektif dapat dilihat dari ketepatan tujuan dan
penggunaan kredit yang diberikan bank terhadap nasabah dan kelancaran
pembayaran kembali kredit oleh nasabah pada saat jatuh tempo. Tingkat
keefektifan pengawasan kredit ini dapat kita lihat dari tingkat NPL( Non
Performing Loan). Tingkat NPL ini berpengaruh dalam tingkat kesehatan bank
yang mempengaruhi eksistensi bank, tetapi pada September 2009 rasio kredit
bermasalah atau Noan Performing Loan (NPL) Bank Mandiri sangat menurun, hal
ini terbukti karena Bank Mandiri berhasil meresktrukturisasi kredit macet, NPL
bruto Mandiri mencapai 25,2% dan pada kuartal III/2009 hanya3,8% ( di bawah
ketentuan Bank Indonesia sebesar maksimal 5%), kemudian NPL netto turun dari
tidak penulis bahas, karena tidak terdapat kredit bermasalah pada PT. Bank
Mandiri.
Berdasarkan kenyataan yang ada, maka setiap bank selalu berusaha untuk
lebih meningkatkan pengawasan terhadap kredit dan pelayanan kepada nasabah
agar tercapai tujuan yang diharapkan melihat betapa pentingnya kefektifan sistem
pengawasan kredit , maka saya tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul
: “Pengawasan Terhadap Pemberian Kredit Usaha Mikro (KUM) pada PT.
Bank Mandiri (PERSERO) Tbk Cabang Medan.”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis
merumuskan masalah, yaitu :
“Bagaimanakah pengawasan dalam prosedur pemberian Kredit Usaha Mikro
sebelum penerimaan kredit, saat pemberian kredit, dan setelah penerimaan kredit
pada PT. Bank Mandiri ( PERSERO ) Tbk cabang Medan ?”
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui
sejauhmana pelaksanaan pengawasan terhadap Kredit Usaha Mikro
2. Manfaat Penelitian
a. bagi penulis sendiri, untuk memperoleh dan mengembangkan
pengetahuan dan wawasan yang mendalam mengenai Kredit
Usaha Mikro ( KUM ) dan sistem pengawasan yang ada,
b. bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan atau masukan yang berkaitan dengan pengawasan
terhadap pemberian Kredit Usaha Mikro ( KUM ) yang disalurkan,
c. bagi pembaca, menjadi bahan masukan dan bahan referensi bagi
rekan mahasiswa yang akan membahas mengenai masalah
pengawasan terhadap pemberian Kredit Usaha Mikro dan sebagai
bahan masukan dalam rangka memperkenalkan dan
mensosialisasikan Kredit Usaha Mikro (KUM) kepada masyarakat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori
1. Kredit
a. Pengertian Kredit
Kata kredit berasal dari bahasa latin yaitu “credere”, yang berarti
percaya atau to believe atau to trust. Oleh karena itu, dasar pemikiran
persetjuan pemberian kredit oleh bank pada seseorang atau badan usaha
adalah kepercayaan. Bila dikaitkan dengan kegiatan usaha, kredit berarti
suatu kegiatan memberikan nilai ekonomi (economic value) kepada
seseorang atau badan usaha yang berlandaskan kepercayaan saat itu,
bahwa nilai ekonomi yang sama akan dikembalikan pada kreditur (bank)
setelah jangka waktu sesuai dengan kesepakatan yang sudah disetujui
antara kreditur dan debitur.
Menurut Pasal 1 butir (11) UU No. 10 Tahun 1998, kredit adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain
yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah
jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Sedangkan menurut
Hasibuan (2001:87), “Kredit adalah semua jenis pinjaman yang harus
dibayar kembali bersama bunganya oleh peminjam sesuai dengan
perjanjian yang telah disepakati”. Menurut Rivai dan Veithzal (2006:4), “
(kreditur/atau pemberi pinjaman) atas dasar kepercayaan kepada pihak
lain(nasabah atau pengutang/borrower) dengan janji membayar dari
penerima kredit kepada pemberi kredit pada tanggal yang telah disepakati
kedua belah pihak.”
Komaruddin (2004:151) menyebutkan, “kredit adalah penyediaan uang atau tagihan (yang disamakan dengan uang) berdasarkan kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan pihak lain yang dalam hal ini peminjam berkewajiban melunasi kewajibannya setelah jangka waktu tertentu dengan (biasanya) sejumlah bunga yang ditetapkan lebih dahulu”.
Menurut Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (2001:II.8A.1) mengartikan kredit sebagai, “penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam (debitur) untuk melunasi hutangnya stelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan”.
Berdasarkan pengertian-pengertian kredit di atas, dapat diketahui
bahwa kredit mempunyai beberapa unsur, yaitu:
1) adanya dua pihak, yaitu pemberi kredit (kreditor) dan penerima kredit
(nasabah). Hubungan pemberi kredit dan penerima kredit merupakan
hubungan kerjasama yang saling menguntungkan,
2) adanya kerjasama pemberi kredit kepada penerima kredit, yaitu suatu
keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan akan
benar-benar diterima kembali di masa tertentu pada masa yang akan datang.
Kepercayaan ini diberikan oleh kreditor, dimana sebelumnya sudah
melakukan penelitian penyelidikan tentang nasabah baik secara intern
maupun dari ekstern,
3) adanya persetujuan, berupa kesepakatan pihak kreditor dengan pihak
pemberi kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian
dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya
masing-masing,
4) adanya penyerahan barang, jasa, atau uang dari pemberi kredit kepada
penerima kredit,
5) adanya unsur waktu, setiap kredit yang diberikan memilki jangka
waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit
yang telah disepakati,
6) adanya unsur resiko (degree of risk), baik di pihak pemberi kredit
maupun di pihak penerima kredit. Suatu tenggang waktu pengembalian
akan menyebabkan suatu resiko tidak tertagihnya/macet pemberian
kredit. Semakin panjang suatu kredit, semakin besar resiko gagal bayar
atau ketidakmampuan membayar. Resiko di pihak nasabah adalah
kecurangan pihak kreditor, antara lain keinginan dari pihak pemberi
kredit untuk mencaplok perusahaan yang diberi kredit atau tanah yang
dijaminkan,
7) adanya unsur bunga sebagai kompensasi kepada pemberi kredit.
b. Jenis-jenis Kredit
Pengelompokkan kredit menurut Kasmir (2003:99) dapat dilihat dari
tujuannya, jangka waktunya, lembaga yang menerima kredit, sektor
ekonomi, sifat, bentuk, sumber dana, akad jaminan, fasilitasnya, dan
a. Jenis Kredit Berdasarkan Jangka Waktu Kredit 1) Short term credit (kredit jangka pendek)
2) Intermediate term credit (kredit jangka menengah). 3) Long term credit (kredit jangka panjang)
b. Jenis Kredit Berdasarkan Lembaga yang Menerima Kredit 1) Kredit untuk badan usaha pemerintah/daerah 2) Kedit untuk badan usaha swasta
3) Kredit perorangan
4) Kredit untuk bank koresponden
c. Jenis Kredit Berdasarkan Tujuan Penggunaanya 1) Kredit Modal Kerja (KMK)
2) Kredit Investasi 3) Kredit Konsumtif
d. Jenis Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi
Kredit menurut sektor ekonomi didasari atas kebutuhan untuk menentukan kebijakan pengarahan kredit bank secara kualitatif yang dititikberatkan pada sektor ekonomi yang diutamakan dalam pembiayaan dengan kredit bank itu. Sektor ekonomi yang dimaksud antara lain adalah sektor pertanian, pertambangan, perindustrian, konstruksi, jasa sosial, jasa dunia usaha, dan lain-lain.
e. Jenis Kredit Berdasarkan Sifat
1) Kredit atas dasar transaksi satu kali (eenmalig) 2) Kredit atas dasar transaksi berulang (revolving 3) Kredit atas dasar plafon terikat
4) Kredit atas dasar plafon terbuka
5) Kredit atas dasar penurunan plafon secara berangsur (aflopend plafond)
f. Jenis Kredit Berdasarkan Bentuk
1) Cash Loan, adalah pinjaman uang tunai yang diberikan bank kepada nasabahnya sehingga dengan pemberian fasilitas ini, bank telah menyediakan dana (fresh money) yang dapat digunakan oleh nasabah berdasarkan ketentuan yang ada dalam perjanjian kredit.
2) Non Cash Loan, adalah fasilitas yang diberikan bank kepada nasabahnya, tetapi atas fasilitas ini bank belum mau mengeluarkan uang tunai.
g. Jenis Kredit Berdasarkan Sumber Dana 1) Kredit dengan dana bank sendiri
2) Kredit dengan dana bersama-sama dengan bank lain (sindikasi, konsorsium)
3) Kredit dengan dana dari luar negeri. a. Kredit Berdasarkan Wewenang Pemutusan
b. Kredit Berdasarkan Sifat Fasilitas
1) Committed Facility, adalah suatu faslitas yang secara hukum, bank diperjanjikan kecuali terjadi suatu peristiwa yang memberikan hak kepada bank untuk menarik kembali/menangguhkan fasilitas tersebut sesuai surat atau dokumen lainnya.
2) Uncommitted Facility, adalah suatu fasilitas yang secara hukum, bank tidak mempunyai kewajiban untuk memenuhinya sesuai dengan yang telah diperjanjikan.
c. Kredit Berdasarkan Akad
1) Pinjaman dengan akad kredit, adalah pinjaman yang disertai dengan suatu perjanjian kredit tertulis antara bank dengan nasabah, yang antara lain mengatur besarnya plafon kredit, suku bunga, jangka waktu, jaminan, cara pelunasan, dan sebagainya.
2) Pinjaman tanpa akad kredit, adalah pinjaman yang tidak disertai suatu perjanjian tertulis.
c. Tujuan dan Fungsi Kredit
Rivai and Veithzal (2006:6) mengatakan bahwa ” pada dasarnya
terdapat dua fungsi yang saling berkaitan dari kredit, yaitu profitability dan
safety”. Profitability yaitu, tujuan untuk memperoleh hasil dari kredit
berupa keuntungan dari bunga yang harus dibayar nasabah. Sedangkan
safety merupakan keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan
harus benar-benar terjamin sehingga tujuan profitability dapat tercapai
tanpa hambatan yang berarti.
Adapun tujuan kredit bagi setiap pihak yang terkait antara lain:
a. Bagi Kreditur (bank)
1) Perkreditan Merupakan sumber utama pendapatannya.
2) Perkreditan merupakan instrumen penjaga likuiditas,
3) Kredit dapat memanfaatkan dan memproduktifkan
dana-dana yang ada.
b. Bagi Debitur
1) Kredit berfungsi sebagai sarana untuk membuat kegiatan
usaha semakin lancar dan perfomance (kinerja) usaha
semakin baik daripada sebelumnya.
2) Kredit meningkatkan minat berusaha dan keuntungan
sebagai jaminan kelanjutan kehidupan perusahaan.
3) Kredit memperluas kesempatan berusaha dan bekerja dalam
perusahaan.
c. Bagi Otorita (pemerintah)
1) Kredit sebagai instrumen moneter.
2) Kredit dapat menciptakan kesempatan berusaha dan
kesemoatan kerja yang memperluas sumber pendapatan
negara.
3) Kredit dapat sebagai instrumen untuk ikut serta
meningkatkan mutu manajemen dunia usaha, sehingga
terjadi efesiensi dan mengurangi pemborosan di semua lini.
d. Bagi Masyarakat
1) Kredit dapat mengurangi pengangguran, karena membuka
peluang berusaha, bekerja dan pemerataan pendapatan.
2) Kredit dapat meningkatkan fungsi pasar, karena ada
Sedangkan Abdullah (2005:84), “ melihat tujuan pemberian kredit dari
pendekatan mikro ekonomi guna mendapatkan suatu nilai tambah bagi
nasabah (debitur) maupun bank sebagai kreditur, dan dari pendekatan
makro ekonomi melihat pemberian kredit merupakan salah satu instrument
untuk menjaga keseimbangan jumlah uang beredar di masyarakat”.
Menurut Suyatno (2003:16) fungsi kredit perbankan dalam
kehidupan perekonomian dan perdagangan antara lain sebagai berikut :
a. Kredit pada hakekatnya dapat meningkatkan daya guna uang dimana para pemilik uang atau modal dapat secara langsung meminjamkan uang kepada pengusaha yang memerlukannya.
b. Kredit dapat meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.
c. Kredit dapat sebagai salah satu niat stabilitas ekonomi dalam hal ini untuk mengendalikan inflasi, peningkatan eksport dan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat.
d. Kredit dapat meningkatkan kegairahan berusaha. e. Kredit dapat meningkatkan pemerataan pendapatan.
f. Kredit sebagai alat untuk meningkatkan hubungan internasional.
Fungsi kredit ini juga erat hubungannya dengan siklus
perekonomian, dan perdagangan lintas moneter. Abdullah (2005:84)
menyatakan fungsi-fungsi kredit secara garis besar adalah sebagai berikut:
a. Kredit dapat meningkatkan daya guna (utility) uang. b. Kredit dapat meningkatkan daya guna (utility) barang. c. Kredit meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang. d. Kredit adalah salah satu alat stabilisasi ekonomi. e. Kredit menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat.
f. Kredit adalah jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional. g. Kredit adalah juga sebagai alat hubungan ekonomi internasinal.
2. Pengertian Usaha Mikro
Sejalan dengan dikeluarkannya kebijakan oleh pemerintah untuk dapat
ini dibantu oleh sektor perbankan, maka para pengusaha sektor usaha mikro,
kecil dan menengah tidak perlu khawatir lagi dalam masalah permodalan,
karena sekarang ini banyak bank yang dapat menyalurkan kredit dengan
plafond maksimal kredit yang dapat dijangkau oleh para pengusaha mikro,
kecil dan menengah melalui bermacam – macam kredit, yang disesuaikan
dengan kebutuhan. Dalam hal ini, pemerintah menginginkan bahwa peranan
Perbankan Nasional perlu ditingkatkan sesuai dengan fungsinya menghimpun
dana dan menyalurkanya kepada masyarakat dengan tetap memperhatikan
pembiayaan terhadap sektor usaha mikro, kecil dan menengah. Selain itu,
sejalan dengan perkembangan yang terjadi baik dibidang sosial maupun
ekonomi, maka perlu adanya penyesuaian kebijakan dalam rangka penyaluran
kredit kepada para pengusaha sektor usaha mikro, kecil dan menengah.
Pemerintah dengan dibantu oleh Bank Indonesia pada khususnya dan bank –
bank lain pada umumnya, berupaya untuk terus memberdayakan dan ikut
mensejahterakan para pengusaha mikro, kecil dan menengah. Sektor usaha
mikro, kecil dan menengah memegang peranan yang sangat penting, terutama
bila dikaitkan dengan jumlah tenaga kerja yang mampu diserap. Usaha ini
memiliki arti strategis bagi pembangunan, yaitu dalam rangka mengurangi
jumlah pengangguran, memerangi kemiskinan, pemerataan pendapatan, dan
juga pemerataan bagi hasil – hasil pembangunan.
Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 3/1/PBI/2001, yang dimaksud
Usaha Mikro adalah usaha yang dijalankan oleh rakyat miskin atau mendekati miskin yang mempunyai ciri – ciri :
1. dimiliki oleh keluarga,
2. mempergunakan teknologi sederhana, 3. memanfaatkan sumber daya lokal,
4. lapangan usahanya mudah dimasuki dan ditinggalkan.
Sedangkan menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 40/KMK.06/2003 29
Januari 2003, usaha mikro yaitu
Usaha produktif milik keluarga atau perorangan Warga Negara Indonesia
dan memiliki hasil penjualan paling banyak Rp 100.000.000,00 ( seratus juta
rupiah ) per tahun dan dapat mengajukan kredit kepada bank paling banyak
50.000.000,00 ( lima puluh juta rupiah ).
Adapun tujuan dari kegiatan sektor usaha mikro, kecil dan menengah ini
adalah untuk meningkatkan pendapatan dan kesempatan kerja, termasuk
meningkatkan peranan wanita dalam aktivitas pembangunan serta
menanggulangi kemiskinan, dan untuk mengembangkan kegitan usaha mikro,
kecil dan menengah baik perorangan maupun kelompok. Sedangkan
karakteristik sektor usaha mikro, kecil dan menengah, adalah sebagai berikut :
1. Sistem pembukuan yang relatif sederhana dan cenderung tidak mengikat
kaidah administrasi pembukuan standar.
2. Margin usaha yang cenderung tipis, mengingat persaingan yang sangat
tipis.
3. Adanya modal yang terbatas.
4. Pengalaman manajerial dalam mengelola kegiatan usahanya masih sangat
5. Skala ekonomi yang terlalu kecil sehingga sulit mengharapkan untuk
mampu menekan biaya mencapai titik efisiensi jangka panjang.
6. Kemampuan pemasaran dan negosiasi serta diversifikasi pasar yang
sangat terbatas.
7. Kemampuan untuk memperoleh sumber dana dari pasar modal relatif
rendah, mengingat keterbatasan sistem administrasinya.
3. Pengawasan Pemberian Kredit
a. Pengertian dan Tujuan Pengawasan Kredit
Salah satu fungsi manajemen yang penting dalam kegiatan usaha yaitu
tahap “pengawasan”, begitu juga didalam perkreditan, karena kegiatan
pengawasan akan merupakan penjagaan dan pengamanan terhadap
kekayaan bank yang disalurkan dibidang perkreditan. Dalam rangka
pengamanan terhadap fasilitas kredit, maka bank melakukan pengawasan
yang seksama atas perjalanan kredit yang telah diberikan. Pengawasan
mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam semua kegiatan usaha
termasuk dalam perbankan. Semakin maju dan berkembangnya suatu
bank, maka akan semakin dibutuhkan pula suatu pola pengawasan yang
efektif dan efisien, termasuk pengawasan dalam perkreditan. Pengawasan
kredit mempunyai hubungan yang sangat erat dengan perencanaan, karena
dapat dikatakan bahwa rencana itulah sebagai standar alat pengawasan
suatu bagian atau divisi pengawasan intern yang selalu memantau dan
mengawasi jalannya kegiatan operasinal sehari–hari.
Definisi pengawasan kredit menurut Warman (2000:17) adalah :
Salah satu fungsi manajemen dalam usahanya untuk penjagaan dan pengamanan atas pengelolaan kekayaan bank ke arah fortofolio perkreditan yang lebih baik dan efesien guna menghindarkan terjadinya penyimpangan-penyimpangan dengan cara mendorong dipatuhinya kebijaksanaaan-kebijaksanaan perkreditan yang telah ditetapkan.
Secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin dicapai dari pengawasan
perkreditan itu sendiri adalah sejalan dengan batasan atau pengertian
pengawasan tersebut diatas.
Dengan demikian, yang menjadi tujuan dalam pengawasan kredit yang
dirumuskan oleh Rivai dan Veithzal ( 2006:566 ) adalah agar :
1) Sistem/prosedur dan ketentuan-ketentuan sebagai dasar kredit operation dapat dilaksanakan semaksimal mungkin. 2) Penjagaan dan pengamanan kredit sebagai kekayaan bank
harus dikelola dengan baik agar tidak timbul resiko yang diakibatkan oleh penyimpangan-penyimpangan (devisiasi)baik oleh nasabah maupun oleh intern bank. 3) Administrasi dan dokumentasi kredit harus terlaksanakan
sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan sehingga ketelitian, kelengkapan,keaslian dan akurasinya dapat menjadi informasi bagi setiap lini manajemen yang terlibat dalam perkreditan.
4) Efektifitas dan efisiansi meningkat dalam setiap tahap pemberian kredit sehingga perencanaan kredit dapat dilaksanakan dengan baik.
5) Pembinaan portofolio, baik secara individual maupun secara keseluruhan dapat dilakukan sehingga bank mempunyai kualitas aktiva yang produktif dan mendukung menjadi bank yang sehat.
Dalam melaksanakan pengawasan kredit yang efektif dan efesien
ruang lingkup perkreditan itu sangat luas ditambah lagi dengan
keterbatasan waktu dan tenaga kerja. Teknik pengawasan kredit
merupakan pendekatan yang digunakan bank dalam melakukan
pengawasan.
Rivai dan Veithzal (2006:643-647) mengemukakan ada beberapa
teknik-teknik pengawasan kredit yang terdiri dari :
1. monitoring perkreditan,
2. pengawasan terhadap hal-hal yang masih menyimpang (control by exrception),
3. pemeriksaan atas hal-hal yang saling berhubungan (verband control),
4. budgetary control, 5. inspeksi on the spot.
Untuk penjelasan setiap teknik pengawasan kredit tersebut di
atas akan diuraikan di bawah ini.
1. Monitoring perkreditan
Pelaksanaan pengawasan ini senantiasa ditujukan untuk
mengamankan kepentingan bank yang berarti mengurangi, bahkan
apabila memungkinkan menghindari resiko atau mengurangi
kerugian yang dapat menimpa bank dikemudian hari, untuk itu
jauh-jauh dari bank berusaha mendapatkan informasi dan keterangan
yang dibutuhkan tenntang debitur diantaranya sebagai berikut.
a. External Information
1) Nasabah diwajibkan menyampaikan laporan secara berkala
yang meliputi laporan realisasi usaha, laporan keuangan
2) Inspeksi on the spot ke lokasi usaha nasabah yang
tujuannya untuk membandingkan data laporan yang
disampaikan nasabah dengan kondisi yang sesungguhnya di
proyek. Dengan adanya on the spot ini, nasabah tidak akan
memanipulasi angka laporannya dan Account officer yang
melakukan on the spot dengan cepat mendeteksi bila
terdapat kejanggalan atau gejala memburuknya keadaan
usaha nasabah dan kredit yang diberikan.
b. Internal information
1) Teliti apakah laporan realisasi usaha yang disampaikan oleh
nasabah sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya dan
harus mencerminkan mutasi rekeningnya.
2) Awasi pada tanggal pelunasan apakah dapat dipenui oleh
nasabah,
3) Periksa kembali apakah nilai jaminan masih mengcover
jumlah kredit.
4) Teliti apakah nasabah memenuhi kewajiban pelunasan
angsuran dan pembayaran bunga dengan baik atau apakah
nasabah tidak menungggak angsuran maupun bunga.
2. Control By Exception (pengawasan terhadap hal-hal yang masih
Berdasarkan atas prinsip control by exception, maka sasaaran utama
dan intensitas di titikberatkan pada hal-hal yang masih lemah dalam
bank itu sendiri dan hal-hal yang dapat membahayakan di luar bank.
3. Pemeriksaan atas hal-hal yang saling berhubungan (Verband
Controll)
Dalam situasi dan kondisi tertentu, pihak bank membutuhkan
informasi yang benar tentang debitur. Untuk mendapatkan informasi
tersebut dengan cara menguji kebenarannya, maka dibutuhkan teknik
pengawasan Verband Control. Teknik ini dilakukan oleh aparat
perbankan dengan cara menyamar, misalnya bank merasa juga atas
volume laporan penjualan nasabah yang dianggap terlalu besar, maka
untuk mengetaui volume penjualan yang sebenarnya dari usaha
nasabah, pihak akan menurunkan pengawas dengan cara menyamar
atau cara lain ke perusahaan nasabah untuk menguji informasi
tersebut.
4. Budgetary Control
Anggaran merupakan rencana kerja yang dimanifestasikan dalam
kesatuan nilai uang, dengan demikian anggaran ini mempunyai arti
penting yang lebih penting lagi sebagai alat pengawasan. Melalui
anggaran secara kuantitatif dapat dilihat kemungkinan-kemungkinan
baik bagi bank maupun bagi nasabah yaitu dengan membandingkan
rencana kerja yang telah ditetapkan dalam anggaran dengan
5. Inspeksi On The Spot atau pengawasan fisik adalah pengawasan
yang dilakukan dengan mengadakan pemeriksaan langsung ditempat
perusahaan nasabah, tujuannya untuk mengecek kebenaran seluruh
keterangan ataupun data serta laporan yang disampaikan oleh
nasabah dengan membandingkan jumlah dan kondisinya secara fisik.
Ada 2 (dua) jenis pengawasan fisik, yaitu :
a) pengawasan fisik rutin,
b) pengawasan mendadak.
b. Sarana dan Aspek–Aspek Pengawasan Kredit
Sarana pengawasan dalam perkreditan adalah sama dengan sarana
administrasi perkreditan, namun mempunyai tinjauan yang berbeda-beda.
Sarana perkreditan mempunyai tingkatan tertentu mulai dari yang tertinggi
sampai dengan yang terendah, secara umum dimulai dengan perangkat
perundang-undangan yang mengatur mengenai perbankan dan kegiatan
perdagangan, dan secara khusus mengatur mengenai perkreditan. Agar
ketentuan-ketentuan diatas dapat berjalan dengan baik, maka perlu dibuat
dalam bentuk sarana pengawasan yang berupa hardware dan software.
Secara lebih terperinci sarana pengawasan tersebut meliputi :
a. Sarana Perangkat Keras ( Hardware ), meliput i :
1). berbagai bentuk standart – standart yang dipakai oleh bank yang
bersangkutan dibidang perkreditan,
3). alat–alat perkantoran, peralatan–peralatan untuk mendeteksi
dokumen palsu, pembuatan stempel “paid” atas
dokumen-dokumen yang telah selesai pembayarannya,
4). mesin–mesin tik baik manual maupun elektronik dengan
mengadakan perubahan sedikit pada hurufnya,
5). mesin-mesin/alat–alat hitung, komputer dan sejenisnya yang
diharapkan akan didapatkan ketelitian yang tinggi, serta kecepatan
kerja yang tinggi pula,
6). filling Cabinet yang memadai untuk perlindungan terhadap
dokumen–dokumen perkreditan dari bahaya kebakaran, pencurian,
dan lain–lain,
7). alat–alat komunikasi seperti telepon, teleks, mesin faks, dan
alat-alat ekspedisi lainnya untuk penyampaian informasi secara cepat,
aman dan rahasia,
8). alat–alat transportasi untuk pelaksanaan inspeksi ke proyek nasabah
yang tersebar lokasinya.
b. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia sebagai tenaga pelaksana, sebagai tenaga
operator yang melaksanakan (mengoperasikan), maupun yang
mengelola agar perangkat–perangkat keras tersebut dapat berfungsi
dengan sebagaimana mestinya.
Agar perangkat keras dan sumber daya manusia tersebut dapat bekerja
dengan baik dan terarah, maka perlu adanya sekumpulan aturan–
aturan yang disusun secara sistematis yang berlaku didalam organisasi
bank yang bersangkutan maupun yang berlaku secara khusus pada
bagian perkreditan. Perangkat–perangkat lunak yang diperlukan
sebagai alat pengawasan tersebut terdiri dari :
1) manual of operation, yaitu buku–buku pedoman kerja untuk segala
jenis kegiatan usaha perbankan pada umumnya maupun dibidang
perkreditan pada khususnya,
2) surat–surat Edaran dan Instruksi–instruksi,
3) struktur organisasi dan pembagian kerja,
4) struktur dari sistem dan prosedur kerja yang baik,
5) pendidikan pegawai,
6) job rotation ( mutasi pegawai ),
7) cuti pegawai,
8) anggaran.
Sedangkan aspek–aspek yang harus diperhatikan dalam perkreditan
adalah :
a. Pengawasan Syarat-syarat Materiil
Salah satu ciri pokok dari syarat materiil yang harus dipertahankan
antara lain bahwa data–data dan informasi yang diperoleh dari
calon debitur yang disajikan sebagai dasar pengambilan keputusan
tersebut benar–benar objektif atau data tersebut dapat
diverifikasikan pada bukti yang otentik dan nyata menurut
keadaan yang sebenarnya.
b. Pengawasan Administrasi Perkreditan
Seperti telah diuraikan di atas, bahwa salah satu tujuan dari
pengawasan kredit adalah untuk memastikan kebenaran dan
ketelitian data administratif. Hal ini sangat penting, karena data
administratif sangan mempermudah untuk mengetahui
penyimpangan–penyimpangan operasional yang terjadi, selain itu
data administratif juga merupakan umpan balik bagi manajemen
dalam menentukan kebijakan di kemudian hari. Untuk keperluan
pengawasan perkreditan ini, maka ruang lingkup kegiatan
pengawasan administrasi akan dibagi dalam 2 ( dua ) kelompok,
yaitu :
1) Kegiatan Administrasi Nasabah Secara Individual, meliputi :
a) laporan kegiatan nasabah,
b) prima note debitur ( mutasi rekening koran ),
c) buku debitur,
d) arsip map debitur,
2) Kegiatan Nasabah Secara Keseluruhan, meliputi :
a) tingkat collectibility
b) laporan perkreditan
d) data pembukuan/accounting
e) asuransi perkreditan
c. Prosedur Pemberian Kredit
Sebagai lembaga kredit, bank harus dapat menentukan kebijaksanaan
umum yang harus ditempuhnya. Bank harus telah dapat menyelami
dengan sungguh-sungguh kondisi perekonomian dan perdagangan yang
merupakan landasan usahanya. Berbicara soal perkreditan tidak lepas dari
masalah-masalah yang ada dalam suatu kegiatan perbankan. Dalam
perkembangan bisnis perbankan permasalahannya akan semakin rumit,
karena perkreditan itu sendiri akan saling berkaitan dengan
kegiatan-kegiatan lainnya dan akan membentuk jaringan kerja yang terus menerus.
Untuk mengatasi berbagai kerumitan serta dalam upaya kegiatan
perkreditan tersebut dapat berjalan dengan lancar, maka diperlukan
rangkaian peraturaperaturan yang ditetapkan terlebih dahulu sebelum
pelaksanaan perkreditan itu sendiri berlangsung. Rangkaian peraturan itu
disebut kebijakan kredit. Karena kebijakan ini akan merupakan pedoman
kerja di bidang perkreditan maka kebijakan tersebut harus mengandung
keputusan yang bersifat teknis operasional. Pada kebijakan kredit
perbankan, dibuatlah prosedur di dalam pemberian kredit oleh bank.
Prosedur pemberian kredit tersebut dibagi atas beberapa tahap sebagai
a. Tahap Permohonan Kredit
Tahap ini merupakan persyaratan awal yang harus dipenuhi oleh
nasabah apabila hendak mengajukan kredit, yaitu dengan mengajukan
terlebih dahulu surat permohonan dan mengisi daftar isian yang
disediakan oleh bank.
b. Tahap Analisa Kredit
Permohonan kredit yang sehat harus didasarkan pada suatu analisa
yang cermat atas permohonan kredit yang dimaksud. Biasanya kriteria
penilaian yang umum dan harus dilakukan oleh bank untuk
mendapatkan nasabah yang benar-benar layak untuk diberikan,
dilakukan dengan 5C. Penilaian dengan 5C ini berisi penilaian
mengenai:
1) Character, merupakan keadaan watak/sifat, baik dalam kehidupan
pribadi maupun dalam lingkungan usaha. Ini dapat dilihat dengan
meneliti riwayat hidup nasabah, reputasi calon nasabah tersebut di
lingkungan usaha, dan dengan meminta bank to bank information.
Hal ini merupakan ukuran kemauan untuk membayar.
2) Capital, adalah jumlah modal/danasendiri yang dimiliki oleh calon
nasabah. Ini dapat melihat apakah penggunaan modal yang efektif
dengan melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas,
rentabilitas, dan solvabilitas.
3) Capacity, adalah kemampuan yang dimiliki calon nasabah dalam
digunakan mengetahui/mengukur sampai sejauh mana calon
nasabah mampu untuk mengembalikan atau melunasi
hutang-hutangnya secara tepat waktu dari usaha yang diperolehnya.
4) Collateral, adalah barang-barang diserahkan nasabah sebagai
agunan terhadap kredit yang diterimanya. Ini digunakan untuk
menilai sejauh mana risiko kewajiban finansial nasabah kepada
bank.
5) Condition, yaitu situasi politik, ekonomi, sosial, budaya yang
mempengaruhi kelancaran perusahaan calon nasabah.
Selain dengan menggunakan prinsip 5C ini, pihak perbankan juga akan
mempertimbangkan beberapa aspek yang mempengaruhi dalam
pemberian kredit, diantaranya:
1) Aspek hukum, yang dinilai adalah masalah legalitas badan usaha
serta izin-izin yang dimiliki perusahaan yang mengajkan kredit.
Penilaian ini akan meniliti akte pendirian perusahaan, Surat Izin
Usaha, Tanda daftar perusahaan, NPWP dan keabsahan surat yang
dijaminkan. Aspek hukum sangat penting karena walaupun semua
aspek yang ada cukup layak, tetapi apabila secara hukum dokumen
yang diberikan tidak sah, maka semua perjanjian dianggap batal.
2) Aspek pemasaran, yang dinilai adalah permintaan terhadap produk
yang dihasilkan sekarang ini dan di masa yang akan datang
prospeknya bagaimana, misalnya pemasaran produknya minimal 3
yangakan datang, peta kekuatan pesaing, dan prospek produk
secara keseluruhan.
3) Aspek keuangan, yang dinilai adalah sumber-sumber dana yang
dimiliki untuk membiayai usahanya dan bagaimana penggunaan
data tersebut. Penilaian ini dapat dilihat dari cash flow, payback
period, dan break even point.
4) Aspek teknis, yang dinilai adalah masalah yang berkaitan dengan
produksi, seperti lokasi dan mesin yang digunakan.
5) Aspek manajemen, yang dinilai adalah struktur organisasi
perusahaan, sumber daya manusia yang dimiliki serta latar
belakang pengalaman sumber daya manusianya dan pengalaman
perusahaan dalam mengelola berbagai proyek yang ada.
6) Aspek sosial ekonomi, menganalisis dampak terhadap
perekonomian dan masyarakat umum, seperti mengurangi
pengangguran, meningkatkan ekspor dan lain-lain.
7) Aspek amdal, menyangkut analisis apakah kredit yang diberikan
tersebut nantinya akan digunakan untuk proyek yang dapat
mengalami pencemaran lingkungan atau tidak.
Setelah pihak bank melakukan analisis seperti yang tersebut di
atas, maka selanjutnya mereka akan melakukan wawancara.
Wawancara ini akan dilakukan dalam dua tahap. Pada tahap
pertama, bertujuan untuk mendapatkan keyakinan apakah
bank, sekaligus untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan
nasabah yang sebenarnya. Sebelum dilakukannya wawancara tahap
kedua, maka akan dilakukan terlebih dahulu pemeriksaan lapangan.
Pada tahap ini, pihak bank akan melakukan pemeriksaan
langsung ke lapangan dengan meninjau berbagai obyek yang akan
dijadikan usaha atau jaminan. Data yang diperoleh dari
pemeriksaan lapangan nantinya akan dicocokkan dengan hasil dari
wawancara tahap pertama. Biasanya, dalam melakukan
pemeriksaan lapangan, calon nasabah tidak akan diberitahu
sebelumnya agar dapat dilihat langsung kondisi yang sebenarnya.
Setelah itu, akan dilakukan wawancara tahap kedua. Pada tahap ini
dilihat apakah ada kesesuaian dan mengandung kebenaran antara
wawancara tahap pertama dengan pemeriksaan lapangan.
c. Tahap Keputusan Kredit
Setelah melalui tahapan tersebut dan melalui proses rekomendasi dari
pejabat bank yang terkait, maka akan ada keputusan kredit akan
disetujui atau ditolak. Jika permohonan ditolak, maka akan dikirimkan
surat penolakan yang disertai alasannya. Dan jika kredit disetujui,
maka akan dibuat persetujuan kredit yang berisi jenis kredit, jumlah
kredit yang diterima, jangka waktu, biaya-biaya yang harus dibayar,
Setelah dilakukan penandatangan surat-surat yang diperlukan, maka kredit
dapat direalisasikan. Realisasi kredit ini dapat dilakukan secara bertahap
ataupun sekaligus, sesuai dengan ketentuan dan tujuan kredit.
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti Judul Variabel Hasil Penelitian
Rizky Wahyuni
Sumber : Hasil Olahan Peneliti
C. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana
hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui
variabel-variabel penelitian (Maya, 2009).Berdasarkan latar belakang masalah dan
penjelasan di atas maka pengawasan pemberian kredit usaha mikro dapat
digambarkan dalam kerangka sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
PT. Bank Mandiri adalah bank dari program restrukturisasi yang
dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia yang berdiri pada tanggal 2 Oktober
1998. Pada bulan Juli 1999, empat bank milik Pemerintah yaitu Bank Bumi Daya
(BBD), Bank Dagang Negara (BDN), Bank Ekspor Impor Indonesia (Bank
Exim), dan Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo) yang bergabung menjadi
kewajiban dalam meningkatkan serta mengembangkan usaha produktif maupun
konsumtif skala mikro dan usaha rumah tangga baik berbentuk perusahaan,
kelompok usaha, dan perorangan (seperti pedagang, petani, peternak, dan nelayan
dan merupakan bagian dari strategi perekonomian nasional). Peranan usaha
mikro, kecil dan menengah khususnya usaha kecil sangat besar terutama untuk
mengurangi jumlah pengangguran, memerangai kemiskinan, dan pemerataan
pendapatan.
Salah satu jenis kredit yang diberikan oleh PT. Bank Mandiri dalam rangka
menunjang kegiatan usaha mikro, kecil dan menengah adalah Kredit Usaha Mikro
(KUM). Kredit Usaha Mikro merupakan salah satu jenis kredit yang dibutuhkan
masyarakat dalam bentuk Kredit Investasi dan Kredit Modal Kerja dalam
pengembangan usaha skala produktif maupun konsumtif skala mikro yang
dikeluarkan oleh PT. Bank Mandiri dengan pembentukan unit Micro Business
pada awal tahun 2005 yang menyediakan layanan Mandiri Kredit Usaha Mikro ,
yang bertujuan untuk meningkatkan peran bank dalam usaha memberdayakan
pengusaha mikro yang berusaha mandiri dan berkembang untuk menjadi tuan
rumah di negaranya sendiri melalui fasilitas kredit. Sebagai solusi pengembangan
usaha, maka kecepatan, kemudahan dan kedekatan menjadi hal yang diutamakan
oleh bank Mandiri. Untuk mewujudkan hal tersebut bank Mandiri terus
meningkatkan jangkauan dan dukungan pembiayaan bagi usaha mikro yang
tersebar luas. Saat ini terdapat 600 Mandiri Unit Mikro yang siap melayani
pengusaha mikro diseluruh Indonesia. Selanjutnya bank mandiri akan membuka
Kredit Usaha Mikro pada Bank Mandiri per September 2009 mencapai 437.872
nasabah, yang pada tahun sebelumnya baru mencapai 272.879 nasabah.
Sementara total penyaluran kredit ke sektor tersebut meningkat 18,6% menjadi
25,51 triliun sampai September 2009. Bank Mandiri kini harus diakui, yang
semula terdiri dari bank-bank BUMN yang keropos kini menjadi bank yang
sangat solid. Terbukti dari total asetnya per September 2009 telah naik menjadi
Rp 366,5 triliun, naik Rp 50 triliun dibanding posisi per September 2008.
Sementara kredit yang disalurkan mencapai Rp 188,3 triliun (naik 15,7%).
Dengan demikian sektor usaha mikro merupakan hal yang sangat penting dalam
menopang pertumbuhan ekonomi, meningkatkan dan memperluas akses
pembiayaan pembiayaan. Walaupun baru menyentuh sebagian, sektor usaha
mikro dapat menjadi alternatif solusi dalam mengatasi permasalahan klasik
pengembangan usaha mikro ditanah air. Banyaknya calon debitur dari kalangan
pemilik usaha mikro yang mengajukan kredit ini memungkinkan pihak bank
untuk selektif dalam memilih calon nasabah. Walaupun kredit yang disalurkan
tersebut merupakan kredit tanpa agunan, tetap saja pihak bank harus melakukan
pemeriksanaan serta melakukan pengawasan yang memadai. Banyak calon debitur
yang mengajukan kredit usaha mikro, tetapi tidak layak dan tidak memenuhi
persyaratan untuk diberikan kredit tanpa agunan tersebut. Umumnya, para
pengusaha mikro, kecil dan menengah belum dapat memenuhi bank teknis yang
berlaku, serta adanya kesan bahwa para pengusaha mikro, kecil dan menengah
hanya melihat bahwa penyaluran kredit kepada mereka adalah merupakan
Oleh karena itu perlu diadakannya evaluasi terhadap pengawasan pemberian
kredit, baik sebelum penerimaan, saat penerimaan, dan setelah penerimaan kredit.
Berdasarkan kenyataan yang ada, maka setiap bank selalu berusaha untuk lebih
meningkatkan kualitas pengawasan terhadap kredit dan pelayanan kepada nasabah
agar tercapai tujuan yang diharapkan melihat betapa pentingnya kefektifan
pengawasan kredit.
BAB III
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di PT. Bank Mandiri (PERSERO) Tbk Cabang Medan
yang berlokasi di Jalan Imam Bonjol no.7 Medan, dan waktu penelitian dimulai
pada bulan Januari 2010 sampai pada bulan Mei 2010.
B. Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian dilaksanakan dalam jangka waktu sebagaimana tertera pada
tabel berikut :
Sumber : Hasil Olahan Peneliti
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif, yaitu penulis
mengumpulkan data penelitian dan literatur-literatur lainnya dan kemudian
menguraikannya secara rinci untuk mengetahui permasalahan penelitian dan
mencari penyelesaiannya. Menurut Sugiyono (2006:11), ”penelitian deskriptif
adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik
satu variabel atau lebih (independent) tanpa membuat perbandingan, atau
menghubungkan dengan variabel lain”.
D. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari perusahaan dan data tersebut sudah
diolah, seperti sejarah singkat perusahaan dan struktur organisasi.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data menggunakan beberapa cara, yaitu :
1. teknik wawancara, yaitu penulis melakukan tanya jawab secara langsung
kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai perkreditan yang
dibutuhkan penulis. Dalam hal ini penulis langsung wawancara dengan
Customer Sevice,
2. teknik dokumentasi, yaitu dengan mengumpulkan data sekunder atau
melakukan penelitian terhadap bahan-bahan tulisan perusahaan yang
berhubungan langsung dengan penelitian, seperti gambaran umum
3. teknik observasi , yaitu salah satu teknik pengumpulan data dengan
melakukan pengamatan secara langsung terhadap praktek pemberian kredit
yang dijalankan perusahaan.
F. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif, yaitu
mengumpulkan, menyusun, mengklasifikasikan, menginterpretasikan dan
menganalisis data untuk memberikan gambaran dan jawaban yang jelas dan
akurat dari perumusan masalah dan kemudian melakukan perbandingan terhadap
teori-teori yang ada hubungannya dengan masalah yang dibahas untuk kemudian
membuat kesimpulan dan saran – saran yang dipandang penting.
BAB IV
A. Data Penelitian
1. Gambaran Umum perusahaan a. Sejarah Singkat Perusahaan
Berdirinya PT. Bank Mandiri diawali dari program restrukturisasi
perbankan yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia pada 2 Oktober
1998. Pada bulan juli 1999, empat bank milik pemerintah yaitu Bank
Bumi Daya (BBD), Bank Dagang Negara (BDN), Bank Ekspor Impor
Indonesia (Bank Exim), dan Bank pembangunan Indonesia (Bapindo)
bergabung menjadi bank Mandiri. Masing-masing dari keempat legacy
bank memainkan peran yang tidak terpisahkan dalam pembangunan
perekonomian Indonesia. Sejarah keempat bank tersebut dapat ditelusuri
lebih dari 140 tahun yang lalu. Keempat bank tersebut telah turut
membentuk riwayat perkembangan dunia perbankan di Indonesia.
Bank Dagang Negara merupakan salah satu bank tertua di Indonesia.
Sebelumnya Bank Dagang Negara dikenal sebagai Nederlandsch Indische
Escomto Maatschappij yang didirikan di Batavia (Jakarta) pada tahun
1857. Pada tahun 1949 namanya berubah menjadi Escomto Bank NV.
Selanjutnya, pada tahun 1960 Esconto Bank dinasionalisasi dan berubah
nama menjadi Bank Dagang Negara, sebuah bank pemerintah yang
membiayai sektor industri dan pertambangan.
Bank Bumi Daya didirikan melalui suatu proses panjang yang bermula
Nv, menjadi Bank Umum Negara pada tahun 1959. Pada tahun 1964,
Chartered Bank (sebelumnya adalah bank Inggris) juga dinasionalisasikan,
dan Bank Umum Negara diberi hak untuk melanjutkan operasi bank
tersebut. Pada tahun 1965, Bank Umum Negara digabungkan ke dalam
Bank Negara Indonesia Unit IV beralih menjadi Bank Bumi Daya.
Sejarah Bank Ekepor Impor Indonesia (Bank Exim) berawal dari
perusahaan Dagang milik Belanda N.V. Nederlansche Handels
Maatschappij yang didirikan pada tahun 1842 dan mengembangkan
kegiatannya disektor perbankan pada tahun 1870. Pemerintah Indonesia
menasionalisasi perusahaan ini bergabung dengan Bank Negara Indonesia
Unit II, salah satunya adalah Bank Negara Unit II Divisi Ekspor Impor,
yang akhirnya menjadi Bank Exim, sebuah bank pemerintah yang
membiayai kegiatan ekspor dan impor.
Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo) berawal dari bank Industri
Negara (BIN), sebuah bank indusrti yang didirikan pada tahun 1951. Misi
Bank Industri Negara adalah mendukung pengembangan sektor-sektor
ekonomi tertentu, khususnya perkebunan, industri, dan pertambangan.
Bapindo dibentuk sebagai salah satu bank milik negara pada tahun 1960
dan BIN kemudian digabung dengan Bapindo.
Pada tahun 1970, Bapindo ditugaskan untuk membantu Pembangunan
Nasional melalui pembiayaan jangka menengah dan jangka panjang pada
sektor manufaktur, transportasi, dan pariwisata. Kini bank mandiri
telah berpengalaman selama lebih dari 140 tahun. Masing-masing dari
empat bank bergabung memainkan peranan yang penting dalam
pembangunan ekonomi.
VISI PT. Bank Mandiri
Bank terpercaya pilihan anda.
MISI PT. Bank Mandiri
Berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pasar, mengembangkan
sumber daya manusia profesional, memberi keuntungan yang maksimal
bagi stakeholder, melaksanakan manajemen terbuka, peduli terhadap
kepentingan masyarakat dan lingkungan.
b. Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi merupakan salah satu faktor yang ikut
mempengaruhi tingkat keberhasilan suatu keberhasilan perusahaan dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan adanya struktur organisasi,
maka dapat diketahui wewenang dan tanggung jawab setiap personil yang
menduduki jabatan tertentu sesuai dengan struktur organisasi yang ada.
Struktur organisasi yang baik merupakan unsur utama terciptanya
pengendalian internal yang memadai.
Jadi struktur organisasi dapat dilakukan sebagai suatu karangan yang
menggambarkan hubungan antara bagian-bagian dalam organisasi yang
menunjukkan kedudukan, tugas, wewenang, maupun tanggung jawab yang
gambar Bagan Struktur Organisasi PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk
Cabang Medan beserta dengan uraian tugasnya :
Gambar 4.1
STRUKTUR ORGANISASI PT. BANK MANDIRI (PERSERO)
TBK CABANG IMAM BONJOL
Sumber : PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk
Uraian deskripsi jabatan yang terdapat pada PT. Bank Mandiri
1) Pimpinan Cabang (Branch Manager), bertugas :
a. memimpin, mengelola, mengawasi dan mengembangkan
kegiatan serta mendayagunakan sarana organisasi Outlet
untuk mencapai tingkat serta volume operasional yang
optimal, efektif, dan efesien sesuai dengan target yang telah
ditentukan bersama antara hubungan manajer dengan
Branch Manager,
b. mewakili hubungan manajer dalam rangka dinas baik
dengan pihak ketiga maupun dengan intern Bank Mandiri.
2) Customer Service Officer (CSO), bertugas :
a. melaksanakan standar pelayanan di front office sesuai
dengan standar yang ditentukan Bank mandiri,
b. melaksanakan fungsi pemasaran/promosi produk dana dan
jasa Bank Mandiri antara lain produk tabungan, giro,
deposito, payment point dan produk/jasa lainnya,
c. melaksanakan fungsi pemasaran Consumer Loan,
d. melaksanakan fungsi Money Changer yakni memelihara
dan membangun jaringan dengan pelaku pasar dan
melaksanakan terjadinya transaksi jual beli bank noties
sesuai target yang ditetapkan,
e. memberikan penjelasan kepada nasabah dan menyelesaikan
keluhan nasabah,