PENETAPAN KADAR ASAM BENZOAT DALAM MINUMAN RINGAN SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI
TUGAS AKHIR
Oleh:
NUR HASNAH SARI RITONGA NIM 072410046
PROGRAM DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik.
Adapun judul dari tugas akhir ini adalah: “PENETAPAN KADAR ASAM
BENZOAT DALAM MINUMAN RINGAN SECARA KROMATOGRAFI
CAIR KINERJA TINGGI” yang dibuat sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas
Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Selama menyusun Tugas Akhir ini, penulis banyak mendapatkan bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ayahanda Maringan Ritonga dan Ibunda Maimunah Siregar dan seluruh
keluarga yang telah memberikan doa restu dan motivasi sehingga Tugas
Akhir ini selesai.
2. Bapak Drs. Saiful Bahri, M.S., Apt., yang telah membimbing dan
mengarahkan penulis dalam penyusunan tugas akhir ini.
3. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku koordinator
program Diploma-III Analis Farmasi dan Makanan USU.
4. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas
Farmasi USU.
5. Bapak Drs. Suprianto Utomo, M.Kes., Apt., selaku Kepala Balai Besar
6. Ibu Zakiah Kurniati, S.Farm., Apt., selaku Koordinator Pembimbing PKL
di Balai Besar POM Medan.
7. Seluruh staff dan karyawan Balai Besar POM Medan yang telah membantu
penulis selama melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL).
8. Kakak-kakakku yang kusayangi, Erlina, Syamsiah, Ani, terima kasih atas
motivasinya. Adikku yang tersayang, Ahmad Paisal, terima kasih atas
doa-doanya.
9. Kakanda Ali Hasan Hasibuan, SE., MM., terima kasih atas doa dan
motivasinya.
10.Sahabatku Dewi Pertiwi yang senantiasa memberiku semangat.
11.Deny dan Vely selaku teman sekelompok selama PKL di BPOM Medan.
12.Seluruh teman-teman mahasiswa Analis Farmasi dan Makanan angkatan
2007 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, namun tidak mengurangi
arti keberadaan mereka.
Dalam menulis Tugas Akhir ini penulis menyadari bahwa tulisan ini tidak
luput dari kekurangan dan kelemahan. Harapan kritik dan saran yang bersifat
kosntruktif sangat penulis harapkan demi kesempurnaannya. Akhirnya penulis
berharap semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Mei 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan
Kata Pengantar ... i
Daftar Isi ... iii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan ... 2
1.3 Manfaat ... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3
2.1 Minuman Ringan ... 3
2.2 Bahan Tambahan Pangan ... 4
2.2.1 Tujuan Penggunaan Bahan Tambahan Pangan ... 5
2.2.2 Macam-Macam Bahan Tambahan Pangan ... 5
2.3 Bahan Pengawet ... 7
2.3.1 Tujuan Penggunaan Bahan Pengawet ... 7
2.3.2 Jenis Pengawet ... 8
2.3.2.1 Pengawet Organik ... 8
2.3.2.2 Pengawet Anorganik ... 8
2.3.3 Penggunaan Pengawet Dalam Bahan Makanan ... 9
2.3.4 Toksisitas Pengawet ... 9
2.4.1 Struktur Asam Benzoat ... 11
2.4.2 Sifat-Sifat Asam Benzoat ... 11
2.4.3 Efek Asam Benzoat Terhadap Kesehatan ... 11
2.5 Penetapan Kadar Asam Benzoat Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) ... 12
2.5.1 Instrumentasi KCKT ... 12
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 14
3.1 Penetapan Kadar Asam Benzoat dalam Minuman Ringan Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) ... 14
3.1.1 Tempat Pengujian ... 14
3.1.2 Peralatan ... 14
3.1.3 Bahan ... 14
3.1.4 Pembuatan Pereaksi ... 15
3.1.4.1 Dapar Posfat pH 6,8 ... 15
3.1.4.2 Metanol 60,0% ... 15
3.1.4.3 Pase Gerak Dapar Posfat : Metanol (92:8) ... 15
3.2 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) ... 15
3.2.1 Pengaturan Kondisi Sistem ... 15
3.2.2 Mengaktifkan Sistem ... 15
3.2.3 Penentuan Garis Alas (Base Line) ... 16
3.2.4 Penyuntikan Fase Gerak ... 16
3.3 Prosedur ... 16
3.3.2 Larutan Baku ... 16
3.3.2.1 Baku Induk ... 16
3.3.2.2 Baku Kerja ... 16
3.3.2.2.1 Cara Penetapan ... 17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 18
4.1 Hasil ... 18
4.2 Pembahasan ... 18
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 20
5.1 Kesimpulan ... 20
5.2 Saran ... 20
DAFTAR PUSTAKA ... 21
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan industri makanan dan
minuman di Indonesia, telah terjadi peningkatan produksi minuman ringan yang
beredar di masyarakat. Pada minuman ringan ini sering ditambahkan pengawet,
pemanis, dan pewarna yang kadarnya perlu diperhatikan karena apabila
konsumsinya berlebihan dapat membahayakan kesehatan.
Peranan bahan tambahan pangan (BTP) khususnya bahan pengawet
menjadi semakin penting sejalan dengan kemajuan teknologi produksi bahan
tambahan pangan sintesis. Banyaknya bahan tambahan pangan dalam bentuk lebih
murni dan tersedia secara komersil dengan harga yang relatif murah akan
mendorong meningkatnya pemakaian bahan tambahan pangan yang berarti
meningkatkan konsumsi bahan tersebut bagi setiap individu. Pengertian bahan
tambahan pangan secara umum adalah bahan yang biasanya tidak digunakan
sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas makanan,
mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan
kedalam makanan untuk maksud teknologi pada pembuatan, pengolahan
penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, dan penyimpanan.
Kita dalam masyarakat menjadi sadar akan gizi dan sadar untuk menjadi
konsumen yang baik. Dewasa ini, masyarakat bukan hanya tertarik pada aspek
menikmati pangan yang disajikan, tetapi lebih dari itu masyarakat telah tertarik
pada hal-hal apakah bahan pangan yang dikonsumsi itu baik bagi kesehatan dan
bagaimana efeknya terhadap kesehatan. Dengan hal ini, maka perlu dilakukan uji
pemeriksaan terhadap keberadaan bahan tambahan makanan tersebut di dalam
makanan yang dikonsumsi oleh konsumen sehari-hari.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui apakah kadar pengawet asam benzoat yang digunakan
pada minuman ringan yang ditentukan secara kromatografi cair kinerja tinggi
(KCKT) sesuai dengan kadar pengawet asam benzoat yang diizinkan oleh
pemerintah Indonesia untuk digunakan.
1.3 Manfaat
Agar dapat mengetahui bahwa minuman ringan yang beredar di pasaran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Minuman Ringan
Minuman ringan adalah minuman yang tidak mengandung alkohol dan
lawan kata dari minuman keras. Minuman ini banyak disukai karena rasanya yang
nikmat, siap saji dan sangat memenuhi selera bagi mereka yang sedang dahaga,
terutama setelah berolahraga dan bekerja berat. Selain itu minuman ringan juga
tersedia dalam berbagai rasa, umumnya buah-buahan.
Di Amerika Serikat istilah soft drink digunakan untuk membedakan
minuman tersebut dari liquor (minuman beralkohol), sehingga minuman yang
tidak beralkohol disebut soft drink. Dengan demikian soft drink dapat diperjual
belikan dengan bebas. Jika diwilayah utara Amerika Serikat yang beriklim
subtropis dan dingin minuman baralkohol menjadi minuman favorit, maka
Amerika Serikat bagian selatan yang tropis dan panas soft drink yang popular.
Kita bisa mengindonesiakan soft drink sebagai minuman ringan, dengan asumsi
bahwa benar minuman ini memang “ringan” status gizinya. Minuman ini, selain
kadar gulanya yang tinggi, tidak memiliki zat gizi lain yang berarti. Kini, kita
kenal berbagai jenis produk minuman ringan yang beredar di pasaran. Ada yang
beraroma cola, ada yang berflavor buah jeruk, ada pula jenis flavor lain seperti
Adapun komposisi dari minuman ringan adalah:
1. Air: sebagai komponen utama
2. CO2: berguna untuk memperbaiki rasa minuman. Menghasilkan rasa asam
yang enak dan menggelitik dikerongkongan.
3. Pemanis: umumnya pemanis sintetis seperti aspartam, sakarin atau
siklamat.
4. Kafein (terutama pada jenis cola dan coffe cream): kadarnya cukup tinggi,
membantu seseorang tetap terjaga atau tidak mengantuk.
5. Zat pengawet: umumnya minuman ringan diawetkan dengan sodium
benzoat atau natrium benzoat, atau pengawet sintetis lainnya
6. Zat pewarna: biasanya merupakan pewarna sintetis seperti karmoisin dan
tartrazin.
7. Flavor buatan: seperti rasa jeruk, strawberry, nanas dan sebagainya
(http://www.untag-sby.ac.id/index.php?mod=berita&id=92).
2.2 Bahan Tambahan Pangan
Bahan Tambahan Makanan (BTM) atau sering pula disebut Bahan
Tambahan Pangan (PTP) adalah bahan yang ditambahkan kedalam makanan
untuk mempengaruhi sifat ataupun bentuk makanan. Bahan Tambahan Makanan
itu bisa memiliki nilai gizi, tetapi bisa pula tidak (Yuliarti, 2007).
Sedangkan menurut Cahyadi (2006) pengertian Bahan Tambahan Pangan
secara umum adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan
biasanya bukan merupakan komponen khas makanan, mempunyai atau tidak
maksud teknologi pada pembuatan, pengolahan penyiapan, pelakuan, pengepakan,
pengemasan dan penyimpanan.
2.2.1 Tujuan Penggunaan Bahan Tambahan Pangan
Tujuan pengunaan Bahan Tambahan Pangan adalah dapat meningkatkan
atau mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan, membuat bahan
pangan lebih mudah dihidangkan, serta mempermudah preparasi bahan pangan
(Cahyadi, 2006).
Secara khusus, tujuan penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) di
dalam pangan adalah untuk:
- Mengawetkan makanan dengan mencegah pertumbuhan mikroba perusak
pangan atau mencegah terjadinya reaksi kimia yang dapat menurunkan
mutu pangan
- Membentuk makanan menjadi lebih baik, renyah dan enak di mulut
- Memberikan warna dan aroma yang lebih menarik sehingga menambah
selera
- Meningkatkan kualitas pangan dan
- Menghemat biaya (Syah, 2005).
2.2.2 Macam-Macam Bahan Tambahan Pangan
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
722/Menkes/Per/IX/88, golongan bahan tambahan pangan (BTP) yang diizinkan
a. Antioksidan merupakan senyawa yang dapat memperlambat oksidasi di
dalam bahan. Contoh: Butil Hidroksi Anisol (BHA), Butil Hidroksi Toluen
(BHT), Profil Gallat, Tokoferol
b. Antikempal, merupakan bahan tambahan pangan yang dapat mencegah
mengempalnya pangan. Contoh: Magnesium Oksida, Magnesium Karbonat.
c. Pengatur keasaman (Asidulan) merupakan bahan tambahan pangan yang
dapat bertindak sebagai penegas rasa dan warna atau menyelubungi after taste yang tidak disukai. Contoh: Asam Asetat Glasial, Asam Fosfat, Asam Sitrat.
d. Pemanis buatan, merupakan zat yang dapat menimbulkan rasa manis atau
membantu mempertajam penerimaan rasa manis tersebut. Contoh: Sakarin,
Siklamat.
e. Pemutih dan pematang tepung merupakan bahan tambahan pangan yang
dapat mempercepat proses pemutihan dan pematang tepung. Contoh: Asam
askorbat, Kaliumbromat.
f. Pengemulsi, pemantap, pengental adalah bahan tambahan pangan yang dapat
membantu terbentuknya sistem dispersi yang homogen pada makanan.
Contoh: Agar-agar, Lesitin, Pektin.
g. Pengawet adalah bahan tambahan pangan yang dapat mencegah atau
menghambat proses fermentasi, pengasaman, atau penguraian lain terhadap
makanan yang disebabkan oleh mikroorganisme. Contoh: Asam Benzoat,
h. Pengeras merupakan bahan tambahan pangan yang dapat memeperkeras atau
mencegah melunaknya pangan. Contoh: Kalsium Fosfat, Kalsium Glukonat.
i. Pewarna adalah bahan tambahan makanan yang dapat memperbaiki atau
memberikan warna pada makanan. Contoh: Brilliant Blue, Eritrosin.
j. Penyedap rasa adalah bahan tambahan yang diberikan untuk menambah atau
mempertegas rasa atau aroma. Contoh: Anisaldehid, Menthol.
k. Sikuestran adalah bahan tambahan makanan yang dapat mengikat ion logam
dalam makanan. Contoh: Asam Fosfat, Asam Sitrat (Winarno, 1992).
2.3 Bahan Pengawet
Menurut peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
722/Menkes/Per/IX/1988, pengawet merupakan bahan tambahan pangan yang
mencegah atau menghambat fermentasi, pengasaman atau peruraian lain terhadap
pangan yang disebabkan oleh mikroorganisme.
Definisi lain bahan pengawet adalah senyawa atau bahan yang mampu
menghambat, menahan atau menghentikan dan memberikan perlindungan bahan
makanan dari proses pembusukan (Cahyadi, 2006).
2.3.1 Tujuan Penggunaan Bahan Pengawet
Menurut Cahyadi (2006), secara umum penambahan bahan pengawet pada
pangan bertujuan sebagai berikut:
1. Menghambat pertumbuhan mikroba pembusuk pada pangan baik yang
bersifat patogen maupun tidak patogen.
3. Tidak menurunkan kualitas gizi, warna, cita rasa, dan bau bahan pangan
yang diawetkan.
4. Tidak untuk menyembunyikan keadaan pangan yang berkualitas
rendah.
5. Tidak digunakan untuk menyembunyikan penggunaan bahan yang salah
atau yang tidak memenuhi persyaratan.
6. Tidak digunakan untuk menyembunyikan kerusakan pangan.
2.3.2 Jenis Pengawet 2.3.2.1 Pengawet Organik
Zat pengawet organik lebih banyak dipakai daripada anorganik karena
bahan ini lebih mudah dibuat. Bahan organik digunakan baik dalam bentuk asam
maupun dalam bentuk garamnya. Zat kimia yang sering dipakai sebagai bahan
pengawet dalam minuman ialah asam sorbat, paraben, asam benzoat dan asam
asetat (Winarno, 1992).
2.3.2.2Pengawet Anorganik
Zat pengawet anorganik yang masih sering dipakai adalah sulfit, nitrat,
dan nitrit. Sulfit digunakan dalam bentuk gas SO2, garam Na atau K sulfit,
bisulfit, dan metabisulfit. Bentuk efektifnya sebagai pengawet adalah asam sulfit
yang terdisosiasi dan terutama terbentuk pH di bawah 3.
Garam nitrat dan nitrit umumnya digunakan pada proses curing daging untuk memperoleh warna yang baik dan mencegah pertumbuhan pertumbuhan
daging akan membentuk nitrosomioglobulin yang berwarna merah cerah
(Anonim, 1992).
2.3.3 Penggunaan Pengawet dalam Bahan Makanan
Zat pengawet sangat dekat dengan kehidupan kita, penggunaannya dari
minuman dan makanan. Zat pengawet seperti benzoat yang sering digunakan
untuk mengawetkan minuman ringan, kecap, sari buah, jeli, saus, manisan,
sambal, dan makanan lainnya. Ada juga propionat sebagai bahan pengawet untuk
roti dan keju olahan, dan sorbat sebagai bahan pengawet untuk potongan kentang
goreng, udang beku dan pekatan sari nenas. Sedangkan nitrit sering digunakan
untuk bahan pengawet daging olahan seperti sosis dan kornet dalam kaleng, bahan
ini juga untuk mengawetkan keju (Syah, 2005).
2.3.4 Toksisitas Pengawet
Penggunaan bahan pengawet yang paling banyak digunakan di Indonesia
adalah sulfit, nitrit dan benzoat. Perdebatan para ahli mengenai aman tidaknya
bahan pengawet itu masih berlangsung. Sebagian orang beranggapan, belum ada
bahan tambahan makanan (BTM) yang pernah menyebabkan reaksi serius bagi
manusia dalam jumlah yang sering ditemukan pada makanan. Seperti asam
benzoat tidak akan mengalami penumpukan sehingga cukup aman untuk
dikonsumsi. Bukti- bukti menunjukkan, pengawet ini mempunyai toksisitas sangat
rendah terhadap hewan maupun manusia. Ini karena hewan dan manusia
mempunyai mekanisme detoksifikasi benzoat yang efisien. Sampai saat ini
benzoat dipandang tidak mempunyai efek teratogenik (menyebabkan cacat
dalam jangka panjang dapat menimbulkan masalah kesehatan seperti memberikan
dampak negatif pada penderita asma karena bahan pengawet ini bisa
mempengaruhi mekanisme pernafasan paru-paru sehingga kerja paru-paru tidak
normal (Yuliarti, 2007).
2.4 Asam Benzoat
Asam benzoat (C6H5COOH), merupakan bahan pengawet yang luas
penggunaannya dan sering digunakan pada makanan atau minuman. Bahan ini
digunakan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme. Benzoat efektif pada
pH 2,5-4,0. Karena kelarutan garamnya lebih besar, maka biasa digunakan dalam
bentuk garam Na-benzoat. Sedangkan dalam bahan, garam benzoat terurai
menjadi bentuk aktif, yaitu bentuk asam benzoat yang tak terdisosiasi (Winarno,
1992).
Keasaman dari substrat ke dalam mana asam benzoat ditambahkan
mempengaruhi keefektifan dari zat pengawet kimia. Asam benzoat kurang efektif
dalam suatu bahan pangan yang mempunyai pH 7,0 dibandingkan dengan bahan
pangan yang asam yang mempunyai pH mendekati 3,0 (Desrosier,1988).
Menurut PerMenKes RI No.722/MenKes/Per/IX/88 batas maksimum
penggunaan asam banzoat dalam minuman ringan adalah 600 mg/kg.
Dalam tubuh terdapat mekanisme detoksifikasi terhadap asam benzoat,
sehingga tidak terjadi penumpukan asam benzoat. Asam benzoat akan bereaksi
dengan glisin menjadi asam hipurat yang akan dibuang oleh tubuh. Asam benzoat
secara alami terdapat dalam rempah-rempah seperti cengkeh dan kayu manis
2.4.1 Struktur Asam Benzoat
Rumus bangun : O
OH
Nama kimia : Asam Benzoat, Benzoic acid, bensol carboxylic,
Asam Carboxybenzene
Rumus empiris : C6H5COOH
Berat molekul : 122,2
2.4.2 Sifat-sifat Asam Benzoat
Asam benzoat berbentuk hablur bentuk jarum atau sisik, putih, sedikit
berbau, biasanya bau benzaldehida atau benzoin. Agak mudah menguap pada
suhu hangat. Mudah menguap dalam uap air.
Kelarutan sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, dalam
kloroform dan dalam eter (Ditjen POM, 1995).
2.4.3 Efek Asam Benzoat terhadap Kesehatan
Metabolisme asam benzoat didalam tubuh meliputi dua tahap reaksi,
pertama dikatalisis oleh enzim syntetase dan pada reaksi kedua dikatalisis oleh
enzim acytransferase. Asam hipurat yang pengujiannya didalam hati, kemudian diekspresikan melalui urin. Jadi, didalam tubuh tidak terjadi penumpukan asam
benzoat, sisa asam benzoat yang tidak dieksresi sebagai asam hipurat, dihilangkan
toksisitasnya berkonjugasi dengan asam glukoronat dan dieksresi melalui urin.
asam benzoat, jika dikonsumsi dalam jumlah besar akan mengiritasi lambung
(Cahyadi, 2006).
2.5 Penetapan kadar Asam Benzoat Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)
Salah satu cara untuk mengetahui kadar asam benzoat adalah dengan
menggunakan metode kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT).
Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) merupakan teknik yang mana
solut atau zat terlarut terpisah oleh perbedaan kecepatan elusi, dikarenakan
solut-solut ini melewati suatu kolom kromatografi. Pemisahan solut-solut-solut-solut ini diatur oleh
distribusi solut dalam fase gerak dan fase diam. Penggunaan kromatografi cair
secara sukses terhadap suatu masalah yang dihadapi membutuhkan penggabungan
secara tepat dari berbagai macam kondisi operasional seperti jenis kolom, fase
gerak, panjang dan diameter kolom, kecepatan aliran fase gerak, suhu kolom, dan
ukuran sampel (Rohman, 2007).
2.5.1 Instrumentasi KCKT
a. Pompa
Tujuan penggunaan pompa atau system penghantaran fase gerak adalah
untuk menjamin proses penghantaran fase gerak berlangsung secara tepat, konstan
dan bebas dari gangguan.
b. Injektor
Sampel-sampel cair dan larutan disuntikkan secara langsung ke dalam fase
gerak yang mengalir dibawah tekanan menuju kolom menggunakan alat
c. Kolom
Kolom pada kromatografi cair kinerja tinggi merupakan bagian yang
sangat penting, sebab pemisahan komponen-komponen sampel terjadi di dalam
kolom. Oleh sebab itu harus diperhatikan dengan seksama tiga hal berikut:
- Pemilihan kolom yang sesuai
- Pemeliharaan kolom
- Uji terhadap spesifikasi kolom (walaupun kolom tersebut merupakan kolom yang siap pakai)
Dilihat dari jenis fase diam dan fase gerak, maka kromatografi cair kinerja
tinggi (kolomnya) dibedakan atas:
1. Kolom fase normal
Kromatografi dengan kolom yang fase diamnya “normal” bersifat polar,
misalnya silika gel, sedangkan fase geraknya bersifat non polar.
2. Kolom fase terbalik
Kromatografi dengan kolom yang fase diamnya bersifat non polar,
sedangkan fase geraknya bersifat polar, kebalikan dari fase normal (Mulja, 1995).
d. Detektor
Suatu detektor dibutuhkan untuk mendeteksi adanya komponen sampel di
dalam kolom (analisis kualitatif) dan menghitung kadarnya (analisis kuantitatif).
Detektor yang baik adalah detektor dengan sensitifitas tinggi, gangguan yang
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Penetapan Kadar Asam Benzoat dalam Minuman Ringan Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)
Ruang Lingkup : Metode ini digunakan untuk penetapan kadar benzoat,
sorbat dan sakarin dalam minuman ringan.
Acuan : MAPPOM No. 43/MA/93
3.1.1 Tempat Pengujian
Pengujian penetapan kadar asam benzoat dalam minuman ringan secara
kromatografi cair kinerja tinggi dilakukan di Balai Besar Pengawas Obat dan
Makanan (BPOM) Medan yang berada di Jalan Willem Iskandar Pasar V Barat I
N0.2 Medan.
3.1.2 Peralatan
HPLC (High Perpormance Liquid Chromatography), branson ultrasonic,
beaker glass 50 ml, labu tentukur 50 ml; 100 ml, membran filter ukuran 0,45µm,
pipet volume 0,5; 1,0; 2,0; 3,0; 4,0 ml, timbangan analitik, kertas aluminium foil,
batang pengaduk.
3.1.3 Bahan
Kalium dihidrogen posfat (KH2PO4), dikalium hidrogen posfat (K2HPO4),
3.1.4 Pembuatan Pereaksi 3.1.4.1 Dapar Posfat pH 6,8
Ditimbang dikalium hidrogen posfat 0,8709 gram dan 0,6800 gram kalium
dihidrogen posfat kemudian dimasukkan kedalam labu tentukur, dilarutkan
dengan aquabidest hingga 1000 ml dan dihomogenkan dengan branson ultrasonik.
3.1.4.2Metanol 60,0 %
Diencerkan 600 ml metanol P dengan aquabidest 400 ml dalam beaker
glass 1000 ml dan dihomogenkan dengan branson ultrasonik.
3.1.4.3Fase Gerak Dapar Posfat : Metanol (92 : 8)
Dimasukkan 920 ml dapar posfat pH 6,8 dan 80 ml metanol 60,0%
kedalam labu tentukur 1000 ml dan dihomogenkan dengan branson ultrasonik.
3.2 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi 3.2.1 Pengaturan Kondisi Sistem
Sistem diperiksa dan dicek untuk meyakinkan apakah sistem pengalir
pelarut telah disambungkan dengan baik, kolom telah dipasang, tersedia cukup
pelarut di dalam botol pelarut, sistem pengawasan pelarut bekerja dengan baik
untuk menghilangkan gelembung udara, penyaring pelarut sudah dipasang, dan
detektor yang sesuai sudah terpasang dengan benar.
3.2.2 Mengaktifkan Sistem
Setelah masing-masing sistem diatur, hubungkan setiap sistem dengan
sumber arus listrik. Tekan tombol POWER pada pompa, detektor UV-VIS ke
3.2.3 Penentuan Garis Alas (Base Line)
Bila nilai absorbansi yang ditampilkan pada detektor UV-VIS telah
menunjukkan 0,000, biarkan beberapa menit sampai diperoleh garis alas yang
relatif cukup lurus yang menandakan sistem telah stabil.
3.2.4 Penyuntikan Fase Gerak
Dimasukkan fase gerak kedalam injektor dengan menggunakan mikroliter
syringe, putar injektor keposisi INJECT.
3.3 Prosedur 3.3.1 Larutan Uji
Ditimbang seksama lebih kurang 5 gram sampel dan dimasukkan ke dalam
labu tentukur 100 ml, diencerkan dengan metanol 60,0% sampai garis tanda,
kemudian disaring dengan membran filter ukuran 0,45 μm dan dihawaudarakan
(A).
3.3.2 Larutan Baku 3.3.2.1 Baku Induk
Ditimbang 50 mg natrium benzoat dan dimasukkan dalam labu ukur 50
ml, kemudian dilarutkan dengan metanol 60 % dan diencerkan sampai garis tanda.
3.3.2.2 Baku Kerja
Dipipet masing-masing 0,5; 1,0; 2,0; 3,0; 4,0 ml larutan baku induk dan
dimasukkan kedalam labu tentukur 50 ml diencerkan dengan metanol 60,0%
sampai dengan garis tanda kemudian disaring dengan membran filter ukuran
3.3.2.2.1 Cara Penetapan
Larutan A dan B disuntikkan secara terpisah kedalam kolom
kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) dan dilakukan kromatografi cair kinerja
tinggi dengan kondisi menggunakan kolom L1/C18, semua penetapan dilakukan pada UV-VIS absorbansi detektor dengan panjang gelombang 255 nm, kecepatan
aliran 1,0 ml/menit, volume penyuntikan 20μl dengan fase gerak metanol : dapar
posfat (8:92) disaring menggunakan membran filter 0,45 μm dan dihawaudarakan.
Hasil yang diperoleh dapat dilihat dari terbentuknya puncak yang direkam
oleh CBM (Communication Bus Module) yakni sejenis penghubung dengan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pada percobaan penetapan kadar asam benzoat dalam minuman ringan
secara kromatografi cair kinerja tinggi, diketahui bahwa minuman ringan yang
diuji mengandung asam benzoat dengan kadar 587,0715 mg/kg.
Contoh perhitungan dan kromatogram hasil pengujian dari kromatografi
cair kinerja tinggi (KCKT) dapat dilihat pada lampiran.
4.2 Pembahasan
Dari hasil percobaan penetapan kadar asam benzoat dalam minuman
ringan secara kromatografi cair kinerja tinggi, diketahui bahwa minuman ringan
mengandung asam benzoat dengan kadar asam benzoat yang diperoleh adalah
587,0715 mg/kg, sampel minuman ringan tersebut memenuhi persyaratan, karena
menurut SNI 01-0222-1995 dan PerMenKes RI No.722/MenKes/Per/IX/88 batas
maksimum penggunaan asam benzoat dalam minuman ringan adalah 600 mg/kg.
Asam benzoat biasa dipakai dalam bentuk garam natrium karena lebih
mudah larut dari pada bentuk asamnya, tetapi bentuk yang aktif ialah asamnya dan
garam natrium diubah menjadi asam bebas selama pemakaian. Rentang pH
optimum untuk aktivitas antimikroba asam benzoat 2,5-4,0 yang menyebabkan
sangat cocok untuk makanan berasam tinggi seperti minuman buah, sari apel,
Asam benzoat sebagai pengawet merupakan bahan tambahan pangan yang
diperbolehkan penggunaannya akan tetapi bila dikonsumsi terus-menerus dapat
membahayakan kesehatan, sebab bahan tersebut ada kemungkinan bersifat
mutagenik atau karsinogenik yang dapat menimbulkan kelainan genetik, kanker,
penuaan sel dan kerusakan organ yang lain (Baliwati, 2004).
Dalam pengujian ini, kadar benzoat dihitung sebagai asam, namun
sebelumnya ditentukan terlebih dahulu kadar Natrium benzoat dalam sampel
dengan menggunakan rumus persamaan regresi yaitu y = a + bx, kemudian
dilanjutkan dengan penetapan kadar asam benzoat.
Asam benzoat dalam minuman ringan dapat ditetapkan kadarnya secara
kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) karena analisis dengan KCKT cepat,
daya pisah baik, peka, penyiapan sampel mudah, dan dapat dihubungkan dengan
detektor yang sesuai.
Penetapan kadar asam benzoat dilakukan dengan fase kolom terbalik (fase
diam bersifat non polar dan fase gerak polar) dengan fase gerak dapar posfat :
metanol (92 : 8). Hal ini karena asam benzoat yang bersifat polar, sehingga akan
lebih mudah pengujiannya dengan menggunakan fase jenis ini. Panjang gelombang
analisis yang dipilih adalah 255 nm, karena pada panjang gelombang tersebut,
asam benzoat memberi puncak yang baik. Pada panjang gelombang ini, asam
benzoat yang dikandung ditunjukkan dengan adanya puncak pada waktu retensi
6,417(penyuntikan I) dan 6,408 (penyuntikan II) menit setelah sampel disuntikkan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan penetapan kadar asam benzoat dalam minuman
ringan secara kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) diperoleh bahwa dalam
minuman ringan yang diuji mengandung asam benzoat dengan kadar 587,0715
mg/kg, minuman ringan ini memenuhi persyaratan karena memenuhi syarat
jumlah batas maksimum asam benzoat dalam minuman ringan yaitu 600 mg/kg.
5.2 Saran
Agar instansi yang terkait terus melakukan upaya rutin untuk memeriksa
makanan dan minuman yang mengandung bahan tambahan pangan, dan jika
menemukan makanan dengan bahan tambahan makanan yang dilarang beredar
agar segera ditindak lanjuti sehingga dapat membantu menjaga kesehatan
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (1992). Kumpulan Hand-Out Kursus Singkat Analisa Pangan. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Hal. 3.
Badan Standarisasi Nasional. (1995). Limun SNI 01-0222-1995. Jakarta. Hal. 73.
Baliwati, Y.F. (2004). Pengantar Pangan dan Gizi. Cetakan I. Jakarta: Penerbit Swadaya. Hal. 89.
Cahyadi, W. (2006). Analisis & Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Hal. 5, 9.
Deman, J.M. 1997. Kimia Makanan. Edisi Kedua. ITB. K.Pandawinata: Bandung. Desrosier, N.W. (1988). Teknologi Pengawetan Pangan. Jakarta: UI- Press.
Hal.388.
Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Jilid IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 47-48.
MAPPOM No. 43/MA/1993. Tentang metoda penetapan kadar asam benzoat. sorbat dan sakarin.
Mulja, M dan Suharman. (1995). Analisis Instrumental. Surabaya: Airlangga University Press. Hal. 237, 244-255.
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/1988 tentang Bahan Tambahan Pangan.
Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal.379.
Syah, D. 2005. Manfaat dan Bahaya Bahan Tambahan Pangan. Himpunan Alumni Fakultas Teknologi Pertanian.
Widodo. (2008). Mengenal Minuman Ringan Berkarbonasi (Soft drink).
http://www.untag-sby.ac.id/index.php?mod=berita&id=92.Tgl. 27 April 2010.
Winarno, F.G. (1992). Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. Hal. 220, 224-225.
Lampiran
Penetapan Kadar Asam Benzoat dalam Minuman Ringan secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi.
[image:29.595.115.502.251.413.2]Sampel: Juice Sun Boi Paten Tabel 1. Data Sampel
Nama Zat Bobot
Baku Na. Benzoat 53,1 mg
Sampel I (Minuman Ringan) 5,4954 g
Sampel II (Minuman Ringan) 5,0011 g
Tabel 2. Hasil ( Larutan Baku)
NO Seri (ml/50 ml) Kadar (μg/20 μl) Y (area)
Retention Time (RT)
1 0,5 0,2124 800609 6,525
2 1 0,4248 1311129 6,508
3 2 0,8496 3072324 6,442
4 3 1,2744 4655227 6,417
5 4 1,6992 6302946 6,392
Na.Benzoat 53,1 mg dalam labu 50 ml, Konsentrasi Baku induk = 53,1
[image:29.595.115.503.441.664.2]Contoh perhitungan Kadar (μg/20 μl) Rumus : n Pengencera Faktor Induk Baku i Konsentras x ml ml seri 50
x Volume Penyuntikan
50 062 , 1 5 , 0 x
= 0,01062 mg/ml
[image:30.595.110.512.366.454.2]= 10,62 μg/ml x 20 μl = 0,2124 μg/μl
Tabel 3. Hasil ( Sampel )
Penyuntikan Retention Time (RT) Area
1 6,417 2776233
2 6,408 2414019
Perhitungan
Kadar Na.Benzoat (Penyuntikan I) :
Y = a + bx
Y (Area) = 2776233
a (Tetapan Regresi/intersep) = -135356,82
b (Koefisien Regresi/Slope) = 3770742,33
x = Kadar ( mg/ ml )
Y = a + bx
2776233 = -135356,82 + 3770742x
x = 2776233 + 135356,82
Kadar Asam Benzoat I : Baku Kadar x x n Pengencera Faktor x Sampel Berat X x Benzoat Na BM Benzoat Asam BM 20 1000 . = 11 , 144 12 , 122 x 4954 , 5 7722 , 0
x 100 x
20 1000
x 100,51 %
= 598,4149 mg/kg
Kadar Na.Benzoat (Penyuntikan II) :
Y = a + bx
Y (Area) = 2414019
a (Tetapan Regresi/intersep) = -135356,82
b (Koefisien Regresi/Slope)= 3770742,33
x = Kadar ( mg/ ml)
Y = a + bx
2414019 = -135356,82 + 3770742,33x
x = 2414019 + 135356,82
x = 0,6761
Kadar Asam Benzoat II :
Baku Kadar x x n Pengencera Faktor x Sampel Berat X x Benzoat Na BM Benzoat Asam BM 20 1000 . = 11 , 144 12 , 122 x 0011 , 5 6761 , 0
x 100 x
20 1000
x 100,51 %
= 575,7280 mg/kg
Kadar Asam Benzoat Rata – rata :
2 7280 , 575 4149 , 598