• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penetapan Kadar Sakarin Dalam Minuman Ringan Limun Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penetapan Kadar Sakarin Dalam Minuman Ringan Limun Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

PENETAPAN KADAR SAKARIN DALAM MINUMAN RINGAN LIMUN SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

TUGAS AKHIR

Oleh:

BERLIANA I.W. SITUMEANG NIM 072410004

PROGRAM DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PENETAPAN KADAR SAKARIN DALAM MINUMAN RINGAN LIMUN SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Program Diploma III Analis Farmasi Dan Makanan

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Oleh:

BERLIANA I.W. SITUMEANG Medan, Mei 2010

Disetujui Oleh: Dosen Pembimbing,

Drs. Syafruddin, M.S., Apt. NIP 194811111976031003

Disahkan oleh: Dekan,

Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. NIP 195311281983031002

(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang maha Esa yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

Adapun judul dari tugas akhir ini adalah ”Penetapan Kadar Sakarin dalam Minuman Ringan Limun Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi” yang dibuat sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Tugas Akhir ini disusun berdasarkan praktek kerja lapangan di Balai Besar POM di Medan.

Tak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi dorongan, bantuan dan dukungan moril maupun secara spritual kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik dan pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ayahanda A.S. Situmeang dan Ibunda tercinta R. Silaban, Kakanda Hetty dan Adinda Rosma, Andi, Risky serta seluruh keluarga yang telah memberikan doa restu dan motivasi sehingga Tugas Akhir ini selesai. 2. Bapak Drs. Syafruddin, M.S., Apt., yang telah membimbing dan

mengarahkan penulis dalam menyusun Tugas Akhir ini.

(4)

4. Bapak Drs. Suprianto Utomo, M.Kes., Apt., selaku Kepala Balai Besar POM di Medan.

5. Seluruh staf dan karyawan Balai Besar POM di Medan yang telah membantu penulis selama Praktek Kerja Lapangan (PKL).

6. Bapak dan Ibu dosen beserta seluruh staf Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Universitas Sumatera Utara.

7. Teristimewa teman-teman ku Batmini, Merna, Iin, Dewi Citra, Deny, Guntur, Rahmat, dan seluruh rekan-rekan mahasiswa Analis Farmasi dan Makanan Angkatan 2007.

Akhir kata penulis berharap semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi kita semua. Dan semoga Tuhan yang Maha Kuasa senantiasa melimpahkan rahmat-Nya pada kita semua, amin.

Medan, Mei 2010

Penulis

( Berliana I.W. Situmeang)

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 2

1.2 Tujuan Manfaat ... 2

1.2.1 Tujuan ... 3

1.2.2 Manfaat ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Pengertian Minuman Ringan ... 4

2.2 Bahan Tambahan Pangan ... 5

2.2.1 Tujuan Penggunaan Bahan Tambahan Pangan ... 5

2.2.2 Penggolongan Bahan Tambahan Pangan ... 5

2.2.3 Penyimpangan Penggunaan Bahan Tambahan Makanan .... 7

2.3 Pemanis ... 8

(6)

2.3.2 Pemanis Sintetik ... 9

2.3.3 Sifat Pemanis ... 9

2.4 Sakarin ... 10

2.4.1 Sifat Natrium Sakarin ... 10

2.5 Metode Pengujian Sakarin ... 11

2.5.1 Instrumen KCKT ... 13

2.5.1.1 Pompa ... 13

2.5.1.2 Unit Injeksi ... 13

2.5.1.3 Kolom ... 14

2.5.1.4 Detektor ... 14

BAB III METODE PERCOBAAN ... 15

3.1 Peralatan ... 15

3.2 Bahan ... 15

3.2.1 Pembuatan Pereaksi ... 15

3.2.1.1 Dapar Pospat pH 6,8 ... 15

3.2.1.2 Metanol ... 15

3.3 Pembuatan Fase Gerak Dapar Fosfat : Metanol (92:8) ... 16

(7)

3.4 Pengaturan Kondisi Sistem KCKT ... 16

3.5 Mengaktifkan Sistem ... 16

3.6 Penentuan Garis Alas (Base Line) ... 16

3.7 Penyuntikan Fase Gerak ... 16

3.7.1 Prosedur Kerja ... 17

3.7.1.1 Larutan Uji ... 17

3.7.1.2 Larutan Baku ... 17

3.7.1.2.1 Baku Induk ... 17

3.7.1.2.2 Baku Kerja ... 17

3.7.1.2.3 Cara Penetapan ... 17

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 19

4.1 Hasil ... 19

4.2 Pembahasan ... 21

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 23

5.1 Kesimpulan ... 23

5.2 Saran ... 23

(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan produksi makanan yang terus meningkat dapat dilihat dari berdirinya perusahaan makanan baik makanan dalam wadah plastik, kaleng maupun dalam kemasan lainnya. Seiring dengan perkembangan tersebut, maka pemakaian zat tambahan makanan semakin banyak ragamnya seperti pengawet, pemanis serta pewarna juga semakin berkembang untuk memperoleh produk yang lebih menarik perhatian konsumen (Budiyanto, 2004).

Pemanis adalah bahan tambahan makanan buatan yang ditambahkan pada makanan atau minuman untuk menciptakan rasa manis, namun sesungguhnya tidak mempunyai nilai gizi seperti sakarin. Sakarin merupakan pemanis buatan yang mempunyai rasa manis 200-700 kali sukrosa (Cahyadi, 2005).

Dalam kehidupan sehari-hari bahan tambahan makanan sudah digunakan secara umum oleh masyarakat. Dalam praktek masih banyak produsen pangan yang menggunakan bahan tambahan yang beracun atau berbahaya bagi kesehatan yang sebenarnya tidak boleh digunakan. Hal ini disebabkan ketidaktahuan produsen pangan, baik mengenai sifat-sifat atau keamanan bahan tambahan makanan terhadap kesehatan (Syah, 2005).

Di Indonesia pemberian sakarin yang ditambahkan dalam minuman ringan yang diijinkan oleh pemerintah untuk beredar adalah 300 mg/kg, jika kelebihan dapat

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Perkembangan produksi makanan yang terus meningkat dapat dilihat dari berdirinya perusahaan makanan baik makanan dalam wadah plastik, kaleng maupun dalam kemasan lainnya. Seiring dengan perkembangan tersebut, maka pemakaian zat tambahan makanan semakin banyak ragamnya seperti pengawet, pemanis serta pewarna juga semakin berkembang untuk memperoleh produk yang lebih menarik perhatian konsumen (Budiyanto, 2004).

Pemanis adalah bahan tambahan makanan buatan yang ditambahkan pada makanan atau minuman untuk menciptakan rasa manis, namun sesungguhnya tidak mempunyai nilai gizi seperti sakarin. Sakarin merupakan pemanis buatan yang mempunyai rasa manis 200-700 kali sukrosa (Cahyadi, 2005).

(10)

Di Indonesia pemberian sakarin yang ditambahkan dalam minuman ringan yang diijinkan oleh pemerintah untuk beredar adalah 300 mg/kg, jika kelebihan dapat menimbulkan rasa pahit-getir (nimbrah) serta menyebabkan gangguan ginjal, kanker kandung kemih, pusing serta mual (Yuliarti, 2007).

Menyadari akan hal ini, bahwa efek karsinogenik yang akan ditimbulkan oleh sakarin dapat merugikan konsumen, maka perlu dilakukan uji pemeriksaan terhadap keberadaan bahan tambahan makanan tersebut didalam makanan yang dikonsumsi oleh konsumen sehari-hari. Uji yang dapat digunakan untuk analisis sakarin dapat dilakukan dengan metode volumetri, metode spektrofotometri dan kromatografi cair kinerja tinggi.

1. Metode Volumetri

Metode ini masih digunakan secara luas karena merupakan metode yang tahan, murah, dan mampu memberikan ketepatan (presisi) yang tinggi. Keterbatasan metode ini adalah bahwa metode ini kurang spesifik.

2. Metode Spektrofotometri

Penetapan kadar secara spektrofotometri memegang peranan yang penting untuk penentuan kuantitatif bahan baku dan analisis suatu senyawa.

3. Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

Merupakan teknik dimana solut atau zat yang terlarut terpisah oleh perbedaan kecepatan elusi (Rohman, 2007).

(11)

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengambil judul tugas akhir ”Penetapan Kadar Sakarin Dalam Minuman Ringan Limun Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi”.

1.2 Tujuan dan Manfaat

1.2.1 Tujuan

Adapun tujuan dari penetapan kadar sakarin dalam minuman ringan limun adalah untuk mengetahui apakah kadar sakarin yang digunakan pada minuman ringan limun secara kromatografi cair kinerja tinggi memenuhi persyaratan yang sudah ditentukan pemerintah Indonesia untuk digunakan.

1.2.2 Manfaat

(12)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Minuman Ringan

Minuman ringan adalah minuman yang tidak mengandung alkohol, merupakan minuman olahan dalam bentuk bubuk atau cair yang mengandung bahan makanan atau bahan tambahan lainnya baik alami maupun sintetik yang dikemas dalam kemasan siap untuk dikonsumsi (Cahyadi, 2005).

Menurut Standart Nasional Indonesia (SNI) 01-2972-1992, limun adalah minuman ringan siap minum yang mengandung pemanis alami atau buatan dengan atau tanpa penambahan CO2 dan bahan tambahan makanan yang diizinkan.

Minuman ringan terdiri dari dua jenis, yaitu:

1. Minuman ringan dengan karbonasi, misalnya : Sprite.

2. Minuman ringan tanpa karbonasi ( non karbonasi), misalnya : Nutrisari.

Minuman ringan dengan karbonasi adalah minuman yang dibuat dengan menambahkan CO2 dalam air minum sedangkan minuman ringan tanpa karbonasi

adalah minuman selain minuman ringan dengan karbonasi.

Fungsi minuman ringan itu tidak berbeda jauh dengan minuman ringan lainnya yaitu sebagai minuman untuk melepaskan dahaga sedangkan dari segi harga, ternyata minuman ringan karbonasi relatif lebih mahal dibanding minuman non karbonasi. Hal ini disebabkan teknologi proses yang digunakan dan kemasan yang khas, yaitu dalam kemasan kaleng atau botol seperti Sprite.

(13)

2.2 Bahan Tambahan Pangan

Bahan Tambahan Pangan (Food Additive) adalah bahan atau campuran bahan yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan kedalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk bahan pangan. Jadi bahan tambahan pangan ditambahkan untuk memperbaiki karakter pangan agar memiliki kualitas yang meningkat (Budiyanto, 2004).

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/1988 tentang bahan tambahan pangan atau aditif adalah suatu bahan yang ditambahkan dan dicampurkan ke dalam bahan pangan sewaktu pengolahan untuk meningkatkan mutu.

2.2.1 Tujuan Penggunaan Bahan Tambahan Makanan

Menurut Syah (2005) secara khusus tujuan penggunaannya bahan tambahan adalah untuk :

a. Membentuk makanan menjadi lebih baik, renyah dan lebih enak di mulut. b. Memberikan warna dan aroma yang lebih menarik sehingga menambah selera. c. Meningkatkan kualitas makanan.

d. Menghemat biaya

e. Mempertahankan atau memperbaiki nilai gizi makanan. 2.2.2 Penggolongan Bahan Tambahan Pangan

(14)

a. Antioksidan, fungsinya melindungi suatu hasil produk terhadap pengaruh proses oksidasi warna dan baunya.

Contoh : Asam Askorbat, digunakan sebagai antioksidan pada produk daging dan ikan serta sari buah kalengan, Butil Hidroksianisol (BHA) dipakai sebagai antioksidan pada lemak, minyak dan margarine.

b. Pengatur Asam adalah bahan tambahan makanan yang dapat mengasamkan, menetralkan dan mempertahankan derajat keasaman.

Contoh : Asam Asetat, Asam Sitrat, Asam Malat, Asam Suksinat, Asam Tartrat dan Asam Laktat.

c. Pemanis buatan adalah bahan tambahan makanan yang menyebabkan rasa manis pada makanan, yang tidak atau hampir tidak mempunyai nilai gizi. Contoh : Sakarin, Siklamat, Aspartam.

d. Pemutih, digunakan dalam produksi tepung agar warna putih yang merupakan ciri khas tepung dapat terjaga dengan baik.

Contoh : Benzoil Peroksida.

e. Pengental, bahan makanan yang berupa cairan dapat dikentalkan dengan menggunakan gumi dan bahan polimer sintetik.

Contoh ; Ekstrak rumput laut, Gelatin.

f. Pengawet adalah bahan tambahan yang digunakan untuk menghambat fermentasi atau penguraian terhadap makanan yang disebabkan oleh mikroorganisme.

(15)

Contoh : Asam Benzoat dan garamnya, Asam Sorbat serta garam dan kaliumnya, efektif untuk menghambat pertumbuhan bakteri, jamur dan ragi, biasanya dipakai pada keju, margarin, acar, buah kering, dan jelli, pekatan sari buah, minuman ringan mengandung CO2.

g. Pengeras adalah bahan tambahan yang dapat memperkeras atau mencegah melunaknya makanan.

Contoh : Aluminium Sulfat, Kalsium Klorida, Kalsium Glukonat dan Kalsium Sulfat pada buah yang dikalengkan misalnya apel dan tomat.

h. Penyedap rasa adalah bahan tambahan yang diberikan untuk menambahkan atau mempertegas rasa atau aroma.

Contoh : MSG (Monosodium Glutamate).

i. Pewarna adalah bahan tambahan makanan yang dapat memperbaiki atau memberikan warna pada makanan.

Contoh : Tartrazin (kuning jingga), Carmoisine (merah).

2.2.3 Penyimpangan Penggunaan Bahan Tambahan Makanan

Menurut Syah (2005) pengaruh bahan tambahan makanan terhadap kesehatan umumnya tidak langsung dapat dirasakan atau dilihat, maka produsen seringkali tidak menyadari bahaya penggunaan bahan tambahan makanan yang tidak sesuai dengan peraturan.

(16)

a. Menggunakan bahan makanan yang dilarang penggunaannya untuk makanan. Misalnya : Pengawet makanan menggunakan formalin,

Pewarna makanan menggunakan rhodamin (pewarna pakaian).

b. Menggunakan bahan tambahan makanan melebihi dosis yang diizinkan.

Misalnya pada konsentrasi tinggi, sakarin akan menimbulkan rasa pahit-getir (nimbrah) dan bisa menyebabkan mual dan pusing.

2.3 Pemanis

Pemanis merupakan zat yang sering ditambahkan dan digunakan untuk keperluan produk olahan pangan, industri, serta minuman dan makanan kesehatan yang berfungsi untuk meningkatkan cita rasa manis (Cahyadi, 2005).

2.3.1 Pemanis Alami

Merupakan bahan pemberi rasa manis yang diperoleh dari bahan-bahan nabati maupun hewani.

Contoh :

1. Gula Tebu

Mengandung zat pemanis fruktosa yang merupakan salah satu jenis glukosa. Gula tebu atau gula pasir yang diperoleh dari tanaman tebu merupakan pemanis yang paling banyak digunakan. Selain memberi rasa manis, gula tebu juga bersifat mengawetkan.

(17)

2. Gula Merah

Merupakan pemanis dengan warna coklat. Gula merah merupakan pemanis kedua yang banyak digunakan setelah gula pasir. Kebanyakan gula jenis ini digunakan untuk makanan tradisional, misalnya pada bubur, dodol, dan gulali.

3. Madu

Merupakan pemanis alami yang dihasilkan oleh lebah madu.

4. Kulit Kayu Manis

Merupakan kulit kayu yang berfungsi sebagai pemanis. Selain itu kayu manis juga berfungsi sebagai pengawet (Anonim, 1992).

2.3.2 Pemanis Sintetik

Pemanis sintetik (buatan) merupakan bahan tambahan yang dapat menyebabkan rasa manis dalam makanan tetapi tidak memiliki nilai gizi

(Yuliarti, 2005).

Pemanis sintetik dapat menimbulkan rasa manis atau dapat membantu mempertajam penerimaan terhadap rasa manis sedangkan kalori yang dihasilkannya jauh lebih rendah dari gula atau glukosa, sukrosa, maltosa.

Contoh :

Siklamat, yang mempunyai rasa manis 30-300 kali dari gula,

(18)

Aspartam, yang mempunyai rasa manis 180-200 kali dari gula.

2.3.3 Sifat Pemanis

Dari segi kimia, pemanis sintetik harus dapat larut dalam air. Jika diolah dalam teknologi tinggi, pemanis sintetik tahan terhadap suhu tinggi (pemanasan, penggorengan, perebusan dan pemanggangan) dan suhu rendah (pendinginan dan pembekuan).

2.4 Sakarin

Sakarin ditemukan dengan tidak sengaja oleh Fahbelrg dan Remsen pada tahun 1897. Ketika pertama ditemukan sakarin digunakan sebagai antiseptik dan pengawet, tetapi sejak tahun 1900 digunakan sebagai pemanis. Sakarin dengan rumus C7H5NO3S dan berat molekul 183, 18 secara luas digunakan sebagai pengganti gula

karena mempunyai sifat yang stabil, nonkarsinogenik, nilai kalori rendah, dan harganya relatif murah, selain itu sakarin banyak digunakan untuk mengatasi sukrosa bagi penderita diabetes mellitus atau untuk bahan pangan yang berkalori rendah (Cahyadi, 2005).

Penggunaan sakarin oleh orang dewasa sebanyak 1 gram atau lebih rendah dapat menimbulkan gangguan kesehatan (Yuliarti, 2007).

(19)

2.4.1 Sifat Natrium Sakarin - Rumus Bangun :

- Rumus Molekul : C7H5NO3S

- Nama kimia : Natrium 1,2-benzisotiazolin-3-on, 1,1-dioksida - Berat Molekul : 183,18

- Pka : 1,6 (20oC); 1,3 (25oC)

- Pemerian : berupa serbuk atau hablur putih, tidak berbau atau

berbau aromatik lemah, larutan encer sangat manis,

larutan bereaksi asam terhadap lakmus.

- Kelarutan : agak sukar larut dalam air, dalam kloroform dan dalam eter; larut dalam air mendidih; sukar larut dalam etanol,

(20)

2.5 Metode Pengujian Sakarin

Sakarin dapat dianalisis dengan menggunakan metode volumetri, spektrofotometri dan kromatografi.

a. Metode volumetri

Timbang saksama lebih kurang 500 mg baku sakarin, pindahkan saksama ke dalam corong pisah dengan bantuan 10 ml air. Tambahkan 2 ml asam klorida 3 N, ekstraksi endapan sakarin, pertama dengan 30 ml kemudian dengan 5 kali, tiap kali dengan 20 ml campuran pelarut kloroform P dan etanol P (9:1). Uapkan kumpulan ekstrak di atas tangas uap dengan bantuan aliran udara hingga kering. Larutkan residu dengan 40 ml etanol P, tambahkan 40 ml air, campur, tambahkan fenolftalein LP, titrasi dengan natrium hidroksida 0,1 N LV. Lakukan penetapan blangko menggunakan 40 ml etanol P dan 40 ml air (FI Edisi IV).

b. Metode Spektrofotometri

Spektrum serapan ultraviolet menunjukkan maksimum pada panjang gelombang 268 nm dengan A¦ 82a dan minimum pada panjang gelombang 235 nm dengan

A¦ 351b (Clarke, 2005).

c. Metode Kromatografi

Kromatografi dapat dibedakan atas berbagai macam tergantung pada pengelompokannya. Berdasarkan pada mekanisme pemisahannya, kromatografi dibedakan menjadi :

1. Kromatografi adsorbsi

(21)

2. Kromatografi cair, yang keduanya sering disebut berturut-turut kromatografi jerap dan kromatografi partisi.

Kromatografi kolom merupakan bentuk kromatografi cair.

3. Kromatografi pasangan ion 4. Kromatografi penukar ion 5. Kromatografi eksklusi ukuran

Berdasarkan pada alat yang digunakan, kromatografi dapat dibagi atas :

1. Kromatografi kertas.

2. Kromatografi lapis tipis, yang keduanya sering disebut dengan kromatografi planar.

3. Kromatografi gas.

4. Kromatografi cair kinerja tinggi (Sastrohamidjojo, 1985).

(22)

2.5.1 Instrumen KCKT

2.5.1.1 Pompa

Tujuan penggunaan pompa atau sistem penghantar fase gerak adalah untuk menjamin proses penghantaran fase gerak berlangsung secara tepat, konstan, dan bebas dari gangguan.

2.5.1.2 Unit Injeksi

Sampel-sampel cair dan larutan disuntikan secara langsung ke dalam fase gerak yang mengalir dibawah tekanan dan menuju kolom dengan menggunakan alat penyuntik yaitu mikroliter atau injektor.

2.5.1.3 Kolom

Kolom pada kromatografi cair kinerja tinggi merupakan bagian yang sangat penting sebab komponen-komponen sampel akan terjadi didalam kolom. Kolom akan menjadi kunci penentu keberhasilan pemisahan komponen-komponen sampel serta hasil akhir analisis dengan kromatografi cair kinerja tinggi.

2.5.1.4 Detektor

Detektor berfungsi untuk memonitor keluarnya solut berupa fase gerak dari kolom out put yang berupa signal listrik yang sebanding dengan sifat-sifat fase gerak yang dikelompokkan menjadi 2 golongan yaitu detektor universal dan detektor UV-Vis (Rohman, 2007).

(23)

BAB III

METODOLOGI

3.1 Peralatan

Peralatan yang digunakan adalah HPLC (High Perpormance Liquid Chromatography), Branson Ultrasonic, Beaker glass 50 ml, Labu tentukur 50 ml; 100

ml: 1000 ml, Membran filter ukuran 0,45 μm, Pipet volume 0,5: 1,0: 2,0: 3,0: 4,0 ml, Timbangan Analitik, Kertas aluminium foil, dan Batang pengaduk.

3.2 Bahan

Bahan yang digunakan adalah Aquabidest, Kalium Dihidrogen Pospat (KH2PO4), Dikalium Hidrogen Pospat (K2HPO4), Metanol, Natrium Benzoat BPFI,

Kalium Sorbat BPFI, dan Natrium Sakarin BPFI.

3.2.1 Pembuatan Pereaksi 3.2.1.1 Dapar Pospat pH 6,8

Timbang Dikalium Hidrogen Pospat 0,8709 g dan 0,68 g Kalium Dihidrogen Pospat, dimasukkan dalam labu tentukur 1000 ml kemudian dilarutkan dengan aquabidest sampai garis tanda..

3.2.1.2 Metanol 60 %

(24)

3.3 Pembuatan Fase Gerak Dapar Pospat : Metanol ( 92 : 8 )

Dimasukkan 920 ml Dapar pospat pH 6,8 dan 80 ml metanol 60% ke dalam labu tentukur 1000 ml.

3.4 Pengaturan Kondisi Sistem KCKT

Sistem diperiksa dan dicek untuk meyakinkan apakah sistem pengalir pelarut telah disambungkan dengan baik, kolom telah dipasang, tersedia cukup pelarut didalam botol pelarut, sistem pengawasan pelarut bekerja dengan baik, penyaring pelarut sudah dipasang dan detektor yang sesuai sudah terpasang dengan baik.

3.5 Mengaktifkan Sistem

Setelah masing-masing sistem diatur, hubungkan sistem dengan sumber arus listrik. Tekan tombol POWER pada pompa, detektor UV-VIS ke posisi ON dan CBM (Communication Bus Mobile) ke posisi ON.

3.6 Penentuan Garis Alas (Base Line)

Bila nilai absorbansi yang ditampilkan pada detektor UV-VIS telah menunjukkan 0,000 maka dibiarkan beberapa menit sampai diperoleh garis alas yang relatife cukup lurus yang menandakan sistem telah stabil.

(25)

3.7 Penyuntikan Fase Gerak

Dimasukkan fase gerak ke dalam injektor dengan menggunakan mikroliter syiringe kemudian putar injektor ke posisi INJECT (Rohman, 2007).

3.7.1 Prosedur Kerja

3.7.1.1 Larutan Uji

Pipet 5 ml sampel minuman ringan limun dan dimasukkan dalam labu tentukur 100 ml. Encerkan dengan Metanol 60 % sampai garis tanda kemudian disaring dengan penyaring milipore 0,45 μm dan di awa-udarakan (A).

3.7.1.2 Larutan Baku

3.7.1.2.1 Baku Induk

Timbang masing–masing 50 mg Natrium benzoat, Kalium sorbat, dan Natrium sakarin dan dimasukkan dalam labu tentukur 50 ml kemudian dilarutkan dengan metanol 60 % dan encerkan dengan aquabidest sampai garis tanda.

3.7.1.2.2 Baku Kerja

Dipipet masing-masing 0,5; 1,0; 2,0; 3,0; 4,0 ml larutan baku induk dan dimasukkan dalam labu tentukur 50 ml. Encerkan dengan metanol 60 % sampai garis tanda kemudian disaring dengan Millipore 0,45 μm dan di awa-udarakan (B).

3.7.1.2.3 Cara Penetapan

(26)

partikel silika 10 µ m/ 5 µ m, diameter 4-6 mm x 15 cm ( atau yang sesuai ) semua penetapan dilakukan pada UV-Vis pada absorbansi detektor dengan panjang gelombang 225 nm, kecepatan aliran 1,0 ml/menit, volume penyuntikan 20 µ L dengan fase gerak Metanol 60 % : Dapar posfat pH 6,8 (8:92), disaring menggunakan membran filter 0,45 µm dan diawa-udarakan.

Hasil yang diperoleh dapat dilihat dari bentuk puncak yang direkam oleh CBM (Communication Bus Mobile) yaitu sejenis penghubung dengan sistem komputer yang dilengkapi dengan pencetak kromatogram.

(27)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Pengukuran Sampel

Nama sampel : Alhamin rasa buah jeruk

Berat I : 5,1245 g (51,245 ppm)

Berat II : 5,1346 g (51,346 ppm)

Disuntikkan sebanyak 20 µ l, diperoleh data sebagai berikut :

No Penyuntikan (X) 20 µl Area (Y) Rt Kadar larutan

uji

Kadar larutan

sampel

I

II

1,0249 mcg 246781 10.558 0,0438 37,48 mg/kg

(28)

Y1 = 246781

Y = 4091388,806 x + 67337,73859

x = 806 , 4091388 73859 , 67337 246781−

x = 0,0438 mcg/20 µ l

Contoh Perhitungan Kadar Larutan Uji

Kadar sampel =

Wsampel X " "

x Faktor Pengencer x 20

1

x Kadar Baku Baku pembanding : Na.Sakarin 87,70%

Bobot : 51,1 mg Konsentrasi : 1022 ppm

Volume pengenceran : 50 ml

No Seri(ml/50ml) X (µg / 20 µl) Y (Area) Rt

r = 0,9967

a =4091388,806

b =67337,73859

Y=ax + b

Y=4091388,806 x + 67337,73859 1 0,5 0,2044 883217 10.492

2 1 0,4088 1831094 10.600

3 2 0,8176 3470489 10.533

4 3 1,2264 4766766 10.517

5 4 1,6352 6947000 10.508

(29)

Keterangan :

X = Kadar larutan uji = 0,0438 mcg/20 µ l

W sampel = Bobot sampel = 5,1245 g

Kadar baku = 87,7/100

V = Volume penyuntikan sampel =20 µ l

= g 1245 , 5 0438 , 0

x 100 x 20 1 x 100 70 , 87

= 0,03748 = 37,48 mg/kg

Kadar sakarin rata-rata =

2 77 , 38 48 , 37 +

= 38,125 mg/kg

Dari hasil percobaan, diperoleh bahwa minuman ringan limun yang diuji mengandung sakarin dengan kadar yang diperoleh 38,125 mg/kg.

4.2 Pembahasan

(30)

bahwa kadar sakarin dalam minuman ringan limun memenuhi persyaratan dengan batas jumlah maksimum yaitu 300 mg/kg (SNI 01-2972-1998).

Pemanis sakarin dalam minuman ringan dapat ditetapkan kadarnya secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) karena analisis dengan KCKT cepat, daya pisahnya baik, penyiapan sampelnya mudah dan dapat dihubungkan detektor yang sesuai.

Metode KCKT yang digunakan adalah dengan kolom fase terbalik. Kromatografi ini fase diamnya bersifat non polar sedangkan fase geraknya bersifat polar yaitu campuran metanol 60 % dan dapar pospat pH 6,8 dimana akan terjadi pemisahan yang berdasarkan kompetisi antara fase gerak dengan sampel yang berikatan didalam kolom. Oleh karena itu molekul-molekul polar akan lebih cepat keluar dari kolom sedangkan molekul-molekul yang non polar akan tertahan lebih lama didalam kolom. Keuntungan menggunakan kromatografi fase terbalik ini adalah senyawa polar akan lebih baik pemisahannya dan air juga dapat digunakan sebagi salah satu komponen pada pelarut campuran.

(31)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

- Pemberian sakarin yang ditambahkan dalam minuman ringan yang diijinkan oleh pemerintah untuk beredar adalah 300 mg/kg.

- Sampel minuman ringan yang diperiksa memberikan hasil kadar sakarin 38,125 mg/kg dan masih memenuhi persyaratan karena masih berada dibawah batas maksimal 300 mg/kg sehingga penggunaanya masih diperbolehkan.

5.2 Saran

(32)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (1992). Kumpulan Hand Out Kursus Singkat Analisa Pangan. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Hal. 3.

Budiyanto, A.K. (2004). Dasar- dasar Ilmu Gizi. Malang: Universitas Muhammadiyah. Hal. 149, 151.

Cahyadi, W. (2005). Bahan Tambahan Pangan. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Hal. 67-74.

Clarke EGC. (2005). Clarke’s Analysis of Drugs and poisons in pharmaceutical,body fluids and posmortems materials. Edisi 3. London: Pharmaceutical Press.

Dirjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 748.

MAPPOM No.43/MA/1993. Tentang Metoda Penetapan Kadar Asam Benzoat, Sorbat dan Sakarin.

Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 378-382.

SNI 01-2972-1992. Tentang Limun.

SNI 01-2972-1998. Tentang Kadar Sakarin dalam Minuman Ringan.

Syah, D. (2005). Manfaat dan Bahaya Bahan Tambahan Pangan. Bogor: Himpunan Alumni Fakultas Teknologi Pertanian. Hal. 4-5.

Winarno, F.G. (1992). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hal. 214, 218.

Yuliarti, N. (2007). Awas! Bahaya Di Balik Lezatnya Makanan. Yogyakarta: Penerbit Andi. Hal. 22-25.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penulisan tugas akhir ini, penetapan kadar kloramfenikol dalam sediaan kapsul kloramfenikol menggunakan metode kromatografi yakni Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

Pengujian penetapan kadar asam benzoat dalam limun secara kromatografi cair kinerja tinggi dilakukan di Laboratorium Pangan dan Bahan Berbahaya, Balai Besar Pengawasan Obat

PENETAPAN KADAR AMOKSISILIN DALAM TABLET SECARA KCKT (KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI)..

Metoda Kromatogarfi Cair Ki- nerja Tinggi (KCKT) dapat digu- nakan untuk menetapkan kadar sakarin, asam benzoat, asam sorbat, kofeina dan aspartam yang terdapat di dalam minuman

Perhitungan Penetapan Kadar Trikosan pada Pasta Gigi Secara. Kromatografi Cair Kinerja

Meto d a Kro mato garfi Cair Ki- nerja Tinggi (KCKT) dapat digu- nakan untuk menetapkan kadar sakarin, asam benz o at, asam sorbat, kofeina dan aspartam yang terdapat di dalam

PENETAPAN KADAR BETAMETASON VALERAT DALAM KRIM BETAMETASON SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI..

PENETAPAN KADAR KOFEIN TERLARUT DALAM SECANGKIR KOPI SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI