• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis kebijakan pemberdayaan tenaga kerja luar negeri dalam rangka perbaikan kualitas sumberdaya alam dan lingkungan permukiman daerah asal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis kebijakan pemberdayaan tenaga kerja luar negeri dalam rangka perbaikan kualitas sumberdaya alam dan lingkungan permukiman daerah asal"

Copied!
268
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN

TENAGA KERJA LUAR NEGERI DALAM RANGKA

PERBAIKAN KUALITAS SUMBERDAYA ALAM

DAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN DAERAH ASAL

LISNA YOELIANI POELOENGAN

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI

DAN SUMBER INFORMASI

Saya yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa disertasi yang berjudul:

Analisis Kebijakan Pemberdayaan Tenaga Kerja Luar Negeri Dalam Rangka Perbaikan Kualitas Sumberdaya Alam Dan Lingkungan Permukiman Daerah Asal adalah karya saya sendiri dengan arahan komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Bogor, Juli 2009

(3)

ABSTRACT

LISNA YOELIANI POELOENGAN, 2009. Overseas Labor Empowerment Policy

Analysis for Quality Restoration of Natural Resource and Surrounding Environment in Labor Origin Area. Under tuition of SYAMSUL MA'ARIF, SUMARDJO, and

HARTRISARI HARDJOMIDJOJO.

The homecoming process of Indonesian Overseas Labor which recognized as Tenaga Kerja Luar Negeri (TKLN) becomes important phenomenon at decade of 2000. The research is aimed to illustrate the importance of TKLN’s empowerment policy improvement in the framework of development in their origin area, especially to increase natural resource quality. By using policy research with systemic method, the research analyzing policy system of overseas labor empowerment for protection of natural resource and environment in TKLN’s origin areas as the object of research. The system context is viewed from the perspective of transformation management and the environmental sciences with public policy of learning organization disciplines and environment as focus of subject. Through policy analysis, it is explained and evaluated the function and contribution of steps which have been taken in yielding empowerment performance of overseas labor for the protection of natural resource and environment in TKLN’s origin area. To determine the optimum prospected policy alternative, it is applied the Analytical Hierarchy Process (AHP).

The research shows that quality of natural resource simply can become both the cause and effect of the TKLN to work abroad, and that the process can affect to environment quality. It is happened because TKLN which migrates overseas for job are advantaging the process as the learning media, so that the institution of migration for job are becomes the learning organization for they who are involved and can generating the restoration of environmental quality and natural resource in their origin area. This research finds that there hasn’t any arrangement which giving attention into the issue of TKLN empowerment under the framework of conservation effort and restoration of the natural resource and environmental quality. For the purpose, the arrangement concerning the issues above is formulated to become this research essential part.

Policy implication of this research is the importance of policy revitalization about the working abroad process. This thing need to become process which is based onto the perfection of various policies and regulations which are belong to the central government and local government to pay attention to institutional expansion of TKLN’s emplacement not only from the perspective of social economics, but also gives attention to the ecological consideration. Also, the TKLN’s emplacement policy is needed to develop as the learning organization.

(4)

ABSTRAK

LISNA YOELIANI POELOENGAN, 2009. Analisis Kebijakan Pemberdayaan

Tenaga Kerja Luar Negeri Dalam Rangka Perbaikan Kualitas Sumberdaya Alam dan Lingkungan Permukiman Daerah Asal. Dibawah bimbingan: SYAMSUL MA’ARIF,

SUMARDJO, dan HARTRISARI HARDJOMIDJOJO.

Proses kepulangan Tenaga Kerja Luar Negeri (TKLN) menjadi fenomena penting pada dekade 2000-an. Penelitian dilakukan untuk mengungkap seberapa penting dikembangkan kebijakan pemberdayaan TKLN dalam kerangka pembangunan daerah asalnya, khususnya untuk peningkatan kualitas sumberdaya alam. Melalui penelitian kebijakan dengan metode sistemik ditelaah sistem kebijakan pada pemberdayaan tenaga kerja luar negeri dalam rangka perbaikan kualitas sumberdaya alam dan lingkungan permukiman daerah asal sebagai obyek penelitian. Konteks dari sistem tersebut dilihat dari perspektif manajemen perubahan dan ilmu lingkungan dengan fokus pada bidang kebijakan publik pada disiplin organisasi belajar dan lingkungan. Melalui bidang kebijakan diterangkan dan dievaluasi fungsi dan kontribusi langkah-langkah yang telah diambil dalam menghasilkan kinerja pemberdayaan tenaga kerja luar negeri dalam rangka perbaikan kualitas sumberdaya alam dan lingkungan permukiman daerah asal. Untuk menentukan alternatif kebijakan yang memiliki prospek optimum dilakukan melalui aplikasi analisis hierarkhi proses (AHP).

Hasil penelitian menunjukkan, bahwa kualitas sumberdaya alam ternyata dapat menjadi sebab dan akibat TKLN bekerja di luar negeri, dan prosesnya dapat berdampak terhadap kualitas lingkungan. Hal ini terjadi karena TKLN yang bekerja ke luar negeri menjadikan prosesnya sebagai media pembelajaran, sehingga kelembagaan kerja ke luar negeri menjadi organisasi pembelajar bagi mereka yang terlibat, dan berakibat pada perbaikan kualitas lingkungan dan sumberdaya alam di permukiman daerah asal. Penelitian menemukan bahwa tidak ada satupun pengaturan tentang migrasi kerja TKLN keluar negeri yang memberi perhatian terhadap pemberdayaan TKLN dalam kaitannya dengan upaya konservasi dan perbaikan mutu sumberdaya dan lingkungan. Untuk itu, pengaturan tentang hal itu dirumuskan menjadi bagian penting penelitian ini.

Implikasi kebijakan dari penelitian ini adalah perlunya dilakukan revitalisasi kebijakan proses bekerja ke luar negeri. Hal ini perlu menjadi proses yang pada asasnya adalah melakukan berbagai penyempuraan peraturan-peraturan yang ada di pemerintah pusat dan pemerintah daerah agar memperhatikan pengembangan kelembagaan penempatan TKLN tidak saja dari segi sosial ekonomi, tetapi juga memberi perhatian pada segi ekologis. Di samping itu, kebijakan penempatan TKLN perlu dikembangkan menjadi organisasi pembelajar.

(5)

RINGKASAN

LISNA YOELIANI POELOENGAN, 2009. Analisis Kebijakan Pemberdayaan

Tenaga Kerja Luar Negeri Dalam Rangka Perbaikan Kualitas Sumberdaya Alam dan Lingkungan Permukiman Daerah Asal. Dibawah bimbingan: SYAMSUL MA’ARIF,

SUMARDJO, dan HARTRISARI HARDJOMIDJOJO.

Penelitian ini menelaah keterkaitan antara proses migrasi Tenaga Kerja Luar Negeri (TKLN) Indonesia dengan upaya perbaikan kualitas sumberdaya alam dan lingkungan di daerah asal keberangkatan mereka. Tujuan umum penelitian ini adalah menelaah proses perbaikan kualitas sumberdaya alam dan lingkungan di daerah asal para migran (TKLN) akibat pemberdayaan migrasi internasional.

Secara spesifik, kajian ini bertujuan: (1) Mengidentifikasi kaitan sebab maupun akibat kualitas sumberdaya alam dan lingkungan dengan pemberdayaan TKLN, (2) Mengkaji proses pembelajaran dalam kelembagaan pengelolaan migrasi kerja ke luar negeri (migrasi internasional) berakibat pada perlindungan lingkungan dan sumberdaya alam di daerah asal, dan (3) Menyusun kebijakan alternatif revitalisasi kebijakan proses bekerja ke luar negeri yang disempurnakan agar lebih berdampak terhadap kualitas lingkungan dan sumberdaya alam di daerah asal.

Secara purposive berdasar telaah data sekunder, penelitian ini mengambil Desa Kertajaya, Kecamatan Tanggeung, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat sebagai fokus lokasi kajian. Pemilihan tersebut didasarkan kepada pertimbangan-pertimbangan tingginya jumlah keberangkatan TKLN dari daerah ini serta adanya upaya perbaikan kualitas sumberdaya alam dan lingkungan yang signifikan. Kajian mendasarkan pada kajian lapangan menggunakan metode triangulasi, yakni metode gabungan antara metode kualitatifdengan kuantitatif. Metode kuantitatif digunakan untuk "menangkap" fenomena di tingkat mikro (individu dan rumahtangga). Metode kualitatif digunakan untuk melihat fenomena di aras yang lebih tinggi (komunitas dan kelembagaan lain di atasnya).

(6)

Sedangkan teknik pemodelan yang dikembangkan untuk merancang desain kebijakan adalah Interpretative Structure Modeling (ISM).

Tiga hal pokok yang menjadi hasil dari penelitian ini adalah, pertama, secara teoritis, hubungan sebab dan akibat kualitas sumberdaya alam dan lingkungan permukiman daerah asal terkait dengan pemberdayaan TKLN berbeda dengan sebelumnya. Peran migrasi TKLN dalam perbaikan kualitas sumberdaya alam dan lingkungan permukiman daerah asal yang semula masih didominasi pandangan lama bahwa salah satu sebab migrasi adalah degradasi sumberdaya alam, sekarang pandangan tersebut disempurnakan, migrasi TKLN dapat juga membawa remitan sosial dan ekonomi ke daerah asal yang bisa menjadi dasar pengelolaan dan perbaikan kualitas sumberdaya alam dan lingkungan permukiman daerah asal. Oleh karena kondisi lingkungan permukiman daerah asal dan sumberdaya alam daerah asal yang tidak mampu mendukung kehidupan layak menjadi pendorong migrasi. Penelitian ini menemukan bahwa aliran kepulangan tenaga kerja dari luar negeri selain dapat menjadi faktor pembawa perubahan kondisi sosial ekonomi daerah asal, juga dapat menjadi sarana peningkatan upaya kualitas sumberdaya alam dan lingkungan permukiman daerah asal. Hal ini disebabkan bukan hanya karena TKLN yang pulang mempunyai wawasan baru akibat melihat “dunia lain” dan aliran remitan sebagai hasil migrasi dari bekerja di luar negeri, tetapi akibat adanya “inovator” di kalangan warga daerah asal yang memanfaatkan aliran TKI ini yang sekaligus memperbaiki lingkungan permukiman daerah asal dan sumberdaya alam daerah asal. Dengan demikian, studi mengenai kaitan migrasi internasional, khususnya pemberdayaan TKLN dengan perbaikan kualitas sumberdaya alam ini terbukti menjadi semakin penting. Oleh karena hasil kajian menguatkan kesimpulan teori, bahwa migrasi sebenarnya selain menjadi akibat kualitas sumberdaya alam dan lingkungan permukiman daerah asal yang buruk juga dapat menjadi sebab bagi perbaikan kualitasi sumberdaya alam dan lingkungan permukiman di daerah asal TKLN.

(7)

akhirnya dapat dikembangkan agar sampai pada pengembangan upaya-upaya perbaikan kondisi sosial ekonomi, lingkungan dan kondisi sumberdaya alam di daerah asal. Kebijakan yang diperlukan adalah mendorong TKLN yang pulang sebagai kader perubahan yang mengembangkan nilai dan pengaturan, serta pengorganisasian sosial baru yang dapat menggeser lebih cepat visi dan misi masyarakat di daerah asal dalam mengelola sumberdaya alam dan lingkungan dengan prinsip-prinsip keberlanjutan. Masyarakat menjadi terdorong untuk mengembangkan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan yang memperhatikan keberlanjutan aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan secara seimbang. Prinsip-prinsip tersebut berpotensi untuk diorientasikan kepada pengentasan kemiskinan yang memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan secara berkelanjutan karena dapat menekan dampak negatif atas keanekaragamannya.

(8)

© Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor, Tahun 2009 Hak Cipta Dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk

(9)

ANALISIS KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN

TENAGA KERJA LUAR NEGERI DALAM RANGKA

PERBAIKAN KUALITAS SUMBERDAYA ALAM

DAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN DAERAH ASAL

Oleh

LISNA YOELIANI POELOENGAN

P 062024204

Disertasi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Doktor

Pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam Dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(10)

Judul Disertasi : Analisis Kebijakan Pemberdayaan Tenaga Kerja Luar Negeri Dalam Rangka Perbaikan Kualitas Sumberdaya Alam dan Lingkungan Permukiman Daerah Asal.

Nama : Lisna Yoeliani Poeloengan Nomor Pokok : P062024204

Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Disetujui: Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Syamsul Ma’arif, M. Eng. Prof. Dr. Ir. Sumardjo, MS Ketua Anggota

Dr. Ir. Hartrisari Hardjomidjojo, DEA Anggota

Diketahui:

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo, MS Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS

(11)

KATA PENGANTAR

Disertasi ini merupakan penelitian kebijakan (policy research) dengan metode deskriptif. Obyek penelitian dalam disertasi ini adalah Tenaga Kerja Indonesia yang telah habis masa kontrak, sumberdaya alam dan lingkungannya. Melalui bidang kebijakan publik diterangkan dan dievaluasi yang berkaitan dengan implementasi, fungsi dan kebijakan yang telah dilaksanakan selama ini.

Untuk menentukan alternatif kebijakan yang memiliki prospek peningkatan produtivitas dan pemberdayaan lingkungan tenaga kerja luar negeri di daerah asal dilakukan melalui AHP (Analytical Hierarchy Process) dan metode ISM (Interpretative Structural Modelling). Diskripsi ringkas dan konteks, bidang dan fokus

obyek dan tujuan penelitian ini tercermin dalam judul disertasi ”Analisis Kebijakan Pemeberdayaan Tenaga Kerja Luar Negeri Dalam Rangka Perbaikan Kualitas Sumberdaya Alam dan Lingkungan Permukiman Daerah Asal”.

Penulis menyampaikan terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Syamsul Ma’arif, M.Eng., Bapak Prof. Dr. Ir. Sumardjo, MS., Ibu Dr. Ir. Hartrisari Hardjomidjojo, DEA., sebagai tim komisi pembimbing yang telah memberikan kontribusi dalam bentuk saran pemikiran dan bimbingannya sehingga saya dapat menyelesaikan disertasi ini. Kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo, MS, selaku ketua program studi dan Bapak Dr. Ir. Widiatmaka, DEA, selaku sekertaris program studi PSL juga saya sampaikan terimakasih atas perhatian dan waktunya dalam memberikan dorongan dan semangat. Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan terimakasih kepada Dr. Ir. Lala M Kolopaking, MS, sebagai penguji luar komisi dan atas masukan serta pemikiran dalam penulisan disertasi.

Juga kepada saudara M. Iqbal dan Vidi Nalendra yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian serta kepada seluruh kawan-kawan penulis.

Berkat dorongan dan pengertian serta kasih sayang suami Ir. A. Hazmin Siddik MSi dan anak terkasih Ardini Ridhatillah S. Kom serta Abang dan Kakak, penulis dapat menyelesaikan disertasi ini.

Diharapkan disertasi ini bisa menjadi masukan bagi pengambilan kebijakan khususnya dalam kerangka Pemberdayaan Tenaga Kerja Luar Negeri ke depan. Saran dan kritik sangat diharapkan sebagai bahan penyempurnaan disertasi ini.

Bogor, Juli 2009

(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Hanopan (Sumatera Utara) pada 1 Juli 1956, anak kedelapan dari delapan bersaudara dengan ayah bernama Amiroellah Poeloengan (almarhum) dan ibu Masteri Chaerani Harahap (almarhumah). Penulis menikah dengan Ir. A. Hazmin Siddik M.Si dan dikaruniai seorang puteri bernama Ardini Ridhatillah S.Kom. yang saat ini sedang menyelesaikan Program Master Degree jurusan Perdagangan Internasional pada Sylla University Busan, Korea Selatan.

Penulis menyelesaikan jenjang Sekolah Dasar di SD Pertamina V Plaju Palembang tahun 1967, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SMP Santa Maria Fatima, Bogor tahun 1970 dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di SMA Mardi Yuana, Bogor tahun 1973. Penulis melanjutkan pendidikan sarjana (S1) di Departemen Teknologi Ilmu-ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dan memperoleh gelar Insinyur (Ir) pada tahun 1980. Selanjutnya, penulis melanjutkan pendidikan Program Magister pada Program Pengembangan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor dan memperoleh gelar Magister Sains (MS) tahun 1992. Pada tahun 2003 sampai sekarang penulis melanjutkan pendidikan pascasarjana Program Doktor pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor.

(13)
(14)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar... i

Daftar Isi... iv

Daftar Tabel... vi

Daftar Gambar... vii

Daftar Singkatan... x

BAB 1. PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Rumusan Permasalahan... 4

1.3. Kerangka Pemikiran Pemecahan Masalah... 4

1.4. Tujuan... 6

1.5. Manfaat... 7

1.6. Novelty... 7

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA... 9

2.1. Hubungan Migrasi dengan Lingkungan Hidup... 9

2.1.1. Skala, Arah, dan Komposisi... 10

2.1.2. Peran Faktor Demografi Dalam Migrasi Internasional... 11

2.1.3. Penyebab Migrasi Internasional... 13

2.1.4. Konsekuensi Migrasi Internasional di Negara Asal... 17

2.1.5. Migrasi Internasional dan Lingkungan Hidup: Membangun Hubungan Hipotesis... 18

2.2. Berpikir Sistem (System Thinking)... 23

2.3. Organisasi Yang Siap Berubah... 29

2.4. Organisasi Belajar... 30

2.5. Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management)... 32

2.6. Sistem Manajemen Lingkungan... 34

2.7. Pengelolaan Sumberdaya Alam Berbasis Masyarakat... 36

2.7.1. Ekosistem Sumberdaya Alam... 41

2.7.2. Pendekatan Pengelolaan Sumberdaya Alam... 43

2.7.3. Konsep Partisipasi dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam... 46

BAB 3. METODE PENELITIAN... 49

3.1. Pendekatan Penelitian... 49

3.1.1. Kerangka Penelitian... 49

3.1.2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 50

3.1.3. Pengumpulan dan Analisis Data... 51

3.2. Pengembangan Model Sistemik... 55

3.2.1. Analisis Kebutuhan... 55

3.2.2. Identifikasi Sistem... 56

3.3. Perancangan Strategi Pilihan Kebijakan... 56

(15)

4. 1. Profil Kabupaten Cianjur sebagai Salah Satu Basis TKLN... 66

4. 2. Pola Penyebaran dan Perkembangan Wilayah Asal TKLN... 74

4. 3. Perkembangan dan Perubahan Sosial di Daerah Asal TKLN... 78

4. 4. Peran Pemerintah, Swasta dan LSM... 84

4. 5. Remitan, Kesejahteraan dan Perkembangan Lingkungan... 90

4.5.1. Desa Kertajaya: Satu Daerah Asal TKLN di Kabupaten Cianjur... 91

4.5.2. Perbaikan Prasarana Desa... 116

4.6. Ikhtisar... 117

BAB 5. PILIHAN STRATEGI PEMBERDAYAAN TENAGA KERJA LUAR NEGERI... 121

5.1. Penelaahan Kebijakan Penempatan TKLN... 121

5.2. Analisis Aktor dan Faktor Pemberdayaan TKLN/TKLN Purna... 126

5.3. Prioritas Elemen Komponen... 128

5.3.1. Elemen Aktor... 128

5.3.2. Elemen Faktor... 132

5.4. Pemilihan Strategi Kebijakan... 130

5.5. Ikhtisar... 132

BAB 6. DESAIN KEBIJAKAN SISTEM PEMBERDAYAAN TKLN UNTUK PERBAIKAN KUALITAS SDA DAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN DAERAH ASAL……….... 134

6.1. Strukturisasi Elemen Desain Sistem Program Pengembangan... 134

6.1.1. Pengorganisasian Kebutuhan Program Pengembangan... 136

6.1.2. Pengelolaan Kendala Utama Program Pengembangan... 140

6.1.3. Sistematisasi Pencapaian Tujuan Program Pengembangan... 143

6.1.4. Tolok Ukur Keberhasilan Program Pengembangan... 147

6.2. Rancangan Kebijakan... 151

6.2.1. Nama Kebijakan... 151

6.2.2. Tujuan, Kendala, Kebutuhan dan Tolok Ukur Keberhasilan Kebijakan... 156

6.2.3. Prinsip-prinsip Penerapan Kebijakan PTKLNPSL... 157

6.2.4. Pendekatan Penerapan Kebijakan PTKLNPSL... 158

6.2.5. Rancangan Program... 168

6.3. Sinergi Pembiayaan Pengelolaan dan Pengembangan PTKLNPSL... 184

6.4. Ikhtisar... 186

BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN………... 190

7.1. Kesimpulan... 190

7.2. Saran... 192

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Berbagai Fungsi dan Nilai Danau... 43

Tabel 2.2. Pendekatan Pengelolaan Lingkungan... 45

Tabel 2.3. Jenis-jenis Partisipasi dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam... 47

Tabel 3.1. Jenis Data, Metode Pengumpulan dan Sumber Data... 54

Tabel 3.2. Analisis Kebutuhan Stakeholders Pada Dimensi Kebijakan Publik... 55

Tabel 3.3. Nilai Skala Banding Berpasangan... 59

Tabel 4.1. Perkembangan Wilayah di Kabupaten Cianjur berdasar 17 Kategori Podes 1998-2006... 77

Tabel 4.2. Perkembangan Wilayah dan Pertumbuhan TKLN di Kecamatan Basis TKLN di Kabupaten Cianjur... 78

Tabel 4.3. Peran Tiap Stakeholder terkait Permasalahan TKLN... 89

Tabel 4.4. Komposisi Masyarakat Desa Kertajaya Berdasarkan Jenis Kelamin... 93

Tabel 4.5. Perbandingan Jenis Lantai Rumah Antara Rumahtangga Responden TKLN dan Non TKLN... 104

Tabel 4.6. Perbandingan Jenis Dinding Rumah Antara Rumahtangga Responden TKLN dan Non TKLN... 104

Tabel 4.7. Perbandingan Jenis Usaha Sampingan Antara Rumahtangga Responden TKLN dan Non TKLN... 105

Tabel 4.8. Perbandingan Kondisi Sanitasi Rumah Antara Rumahtangga Responden TKLN dan Non TKLN... 108

Tabel 4.9. Perbedaan Berbagai Aspek Kehidupan Rumahtangga Antara Sebelum dan Sesudah Menjadi TKLN... 109

Tabel 4.10. Perbedaan Kondisi Hutan dan Danau antara Tahun 1995 dan Tahun 2008... 114

Tabel 5.1. Hasil Analisis Kebijakan Penempatan TKLN Tahun 2004-2008.... 122

Tabel 5.2. Hasil AHP Kebijakan Pemberdayaan TKLN Perbaikan Kualitas Sumberdaya Alam dan Lingkungan Permukiman Daerah Asal... 131

Tabel 6.1. Matriks Reachability Akhir Elemen Kebutuhan... 137

Tabel 6.2. Matriks Reachability Akhir Elemen Kebutuhan... 141

Tabel 6.3. Matriks Reachability Final Elemen Tujuan... 145

(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Kerangka Pemikiran Penelitian... 5

Gambar 3.1. Alur Kerja Penelitian... 49

Gambar 3.2. Diagram Sistem Pemberdayaan TKLN Dalam Rangka Perbaikan Kualitas Sumberdaya Alam dan Permukiman di Daerah Asal... 56

Gambar 3.3. Struktur Hierarkhi Pembuatan Strategi ... 61

Gambar 3.4. Diagram Alir Penyusunan ISM ... 63

Gambar 4.1. Komposisi Peruntukan Lahan Kabupaten Cianjur... 66

Gambar 4.2. Perbandingan Data Kependudukan Kab. Cianjur Dengan Rata-Rata Kab/Kodya di Jawa Barat... 67

Gambar 4.3. Komposisi Pekerjaan Masyarakat Cianjur... 69

Gambar 4.4. Perbandingan Indeks Pembangunan Manusia Kab. Cianjur dengan rata-rata Kab/Kodya di Jawa Barat... 70

Gambar 4.5. Perbandingan Sarana Pendidikan dan jumlah pengajar Kab. Cianjur dengan rata-rata Kab/Kodya di Jawa Barat... 71

Gambar 4.6. Perbandingan Data Penduduk Miskin Kab. Cianjur Dengan Rata-Rata Kab/Kodya Di Jawa Barat... 72

Gambar 4.7. Perbandingan Kondisi Pelayanan Kesehatan Kab. Cianjur Dengan Rata-Rata Kab/Kodya Di Jawa Barat... 73

Gambar 4.8. Lokasi Desa Kertajaya, Kecamatan Tanggeung, Kabupaten Cianjur... 92

Gambar 4.9. Kegiatan Pertanian Masyarakat Desa Kertajaya... 94

Gambar 4.10. Komposisi Masyarakat Desa Kertajaya Berdasarkan Jenis Mata Pencaharian... 95

Gambar 4.11. Komposisi Penguasaan Lahan Masyarakat Desa Kertajaya... 96

Gambar 4.12. Pertanian Sebagai Peruntukan Utama Penggunaan Lahan Masyarakat Desa Kertajaya... 97

Gambar 4.13. Trend Pertambahan Luas Lahan Pertanian di Desa Kertajaya... 98

Gambar 4.14. Komposisi Masyarakat Desa Kertajaya Berdasarkan Jenjang Pendidikan... 99

Gambar 4.15. Rumah Penduduk yang Bekerja Sebagai TKLN... 103

Gambar 4.16. Kondisi Fisik Bangunan Rumah Warga Yang Tidak Menjadi TKLN ……….... 104

Gambar 4.17. Aktifitas Warga yang Memanfaatkan Pekarangan Untuk Usaha.. 105

Gambar 4.18. Aktifitas Warga Membuat Kakus... 106

(18)

Gambar 4.20. Aktifitas Warga Membuat Sumur... 107 Gambar 4.21. Situ Cibadak... 113 Gambar 4.22. Pohon Jati dan Albasia yang Ditanam... 115 Gambar 4.23. Kegiatan Pembibitan dan Budidaya Tanaman Kayu Keras di

Desa Kertajaya... 116 Gambar 4.24. Fasilitas Umum di Desa Kertajaya: Balai Desa dan Sekolah

Dasar... 116 Gambar 5.1. Penyederhanaan Birokrasi Pelayanan Penempatan TKLN... 124 Gambar 5.2. Peta Stakeholder sebagai Unit Analisis Kajian... 125 Gambar 5.3. Struktur Hirarki Pemberdayaan TKLN Keputusan Strategis untuk

Perbaikan Kualitas SDA Lingkungan... 127 Gambar 5.4. Prioritas Elemen Aktor Pemberdayaan TKLN untuk Perbaikan

Kualitas Sumberdaya Alam dan Lingkungan Permukiman Daerah Asal... 128 Gambar 5.5. Prioritas Elemen Faktor Pemberdayaan TKLN untuk Perbaikan

Kualitas Sumberdaya Alam dan Lingkungan Permukiman Daerah Asal... 130 Gambar 5.6. Prioritas Alternatif Strategi bagi Pemberdayaan TKLN untuk

Perbaikan Kualitas Sumberdaya Alam dan Lingkungan Permukiman Daerah Asal... 131 Gambar 6.1. Struktur Hierarki Antar Sub Elemen Kebutuhan Program

Pengembangan Kebijakan Pemberdayaan TKLN dalam rangka Perbaikan Kualitas Sumberdaya Alam dan Lingkungan Permukiman Daerah Asal ... 138 Gambar 6.2. Matriks Driver Power Sub Elemen Kebutuhan Program

Pengembangan Kebijakan Pemberdayaan TKLN dalam rangka Perbaikan Kualitas Sumberdaya Alam dan Lingkungan Permukiman Daerah Asal………...………....… 140 Gambar 6.3. Struktur Hierarki Antar Sub Elemen Kendala Utama Program

Pengembangan Kebijakan Pemberdayaan TKI dalam rangka Perbaikan Kualitas Sumberdaya Alam dan Lingkungan Permukiman Daerah Asal... 142 Gambar 6.4. Matriks Driver Power Sub Elemen Kendala Utama Program

Pengembangan Kebijakan Pemberdayaan TKLN dalam rangka Perbaikan Kualitas Sumberdaya Alam dan Lingkungan Permukiman Daerah Asal... 143 Gambar 6.5. Struktur Hierarki Antar Sub Elemen Tujuan Program

(19)

Gambar 6.6. Matriks Driver Power Sub Elemen Tujuan Program Pengembangan Kebijakan Pemberdayaan TKLN dalam rangka Perbaikan Kualitas Sumberdaya Alam dan Lingkungan Permukiman Daerah Asal... 146 Gambar 6.7. Struktur Hierarki Antar Sub Elemen Tolok Ukur Keberhasilan

Program Pengembangan Kebijakan Pemberdayaan TKLN dalam rangka Perbaikan Kualitas Sumberdaya Alam dan Lingkungan Permukiman Daerah Asal... 149 Gambar 6.8. Matriks Driver Power Sub Elemen Tolok Ukur Keberhasilan

Program Pengembangan Kebijakan Pemberdayaan TKLN dalam rangka Perbaikan Kualitas Sumberdaya Alam dan Lingkungan Daerah Asal... 150 Gambar 6.9. Pemahaman Proses Pengelolaan TKLN sebagai Suatu Sistem

(20)

DAFTAR SINGKATAN

ADD : Alokasi Dana Desa

AMDAL : Analisis Mengenai Dampak Atas Lingkungan APBN : Anggaran Pendapatan dan belanja Negara

BP3TKI : Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia

CO : Community Organizer

DEPNAKERTRANS : Departemen Ketenagakerjaan dan Transmigrasi

IPM : Indeks Pembangunan Manusia

KBRI : Keduataan Besar Republik Indonesia KJRI : Konsulat Jenderal Republik Indonesia

KK : Kartu Keluarga

KTP : Kartu Tanda Penduduk

LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat

PPTKIS : Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta

PT : Perseroan Terbatas

PTKLNPSL : Pemberdayaan Tenaga Kerja Luar Negeri untuk Perbaikan Kualitas Sumberdaya Alam dan Lingkungan Permukiman Daerah Asal

RPJMD : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa SBMC : Solidaritas Buruh Migran Cianjur

SMA : Sekolah Menengah Atas

SMP : Sekolah Menengah Pertama

RT : Rukun Tetangga

RW : Rukun Warga

TKI : Tenaga Kerja Indonesia

TKW : Tenaga Kerja Wanita

(21)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Kepulangan Tenaga Kerja Luar Negeri (TKLN) menjadi fenomena penting pada dekade 2000-an. Hal yang tidak terbantahkan dari proses tersebut adalah pengaliran remitan terutama uang dari hasil bekerja di luar negeri ke berbagai daerah asal di Indonesia. Gejala yang kemudian menjadi bagian perhatian dunia internasional adalah alokasi aliran dana tersebut dapat berperan untuk proses penanggulangan kemiskinan dan pembangunan daerah asal (Adams dan Page, 2003). Berbagai studi tentang remitan di negara-negara Afrika, Amerika Latin dan Asia memperlihatkan bahwa kepulangan tidak hanya identik dengan pengaliran uang tetapi juga menjadi proses aliran gagasan-gagasan baru dalam proses pembangunan di daerah asal (Azam dan Gubert, 2002; Cordoba, 2004; dan Yang, 2004). Kajian di Philipina oleh Yang (2004) menunjukkan bahwa bekerja ke luar negara dapat menguatkan jiwa kewirausahaan dan meningkatkan mutu human capital di kalangan pekerja-pekerja luar negeri tersebut.

Migrasi sebagai unsur dinamika penduduk dapat mempengaruhi kondisi sumberdaya alam secara langsung maupun tidak langsung. Dalam teori tentang migrasi internasional, disebutkan salah satu konsekuensi migrasi adalah pengurangan tekanan penduduk atas sumberdaya alam. Lucas dan Stark (1985) menemukan bukti di Afrika perihal kaitan antara kekeringan dan migrasi internasional. Curran (2002) meyakini kebenaran akan cara pandang ini. Cassels (2005) menemukan bukti kebenaran dari hubungan tersebut di Sulawesi Utara. Perkembangan selanjutnya, migrasi internasional dipercaya dapat menjadi sebuah proses yang mendorong pencapaian agenda dunia yang disebut sebagai Millenium Development Goals (MDGs) yang salah satu dari delapan tujuannya adalah keberlanjutan lingkungan hidup (United Nations Secretariat, 2006).

(22)

yang ada di Indonesia. Bukti dari proses tersebut masih dapat dilihat, misal Suku Bangsa Jawa, Minangkabau dan Mandailing yang hidup di Semenanjung Malaysia (Naim, 1984; Abidin, 1982; dan Tamrin, 1987).

Dalam dekade 1980-an hingga tahun 1990-an, pembangunan yang kurang merata antar wilayah meningkatkan aliran penduduk dari satu daerah ke daerah lain untuk memperbaiki taraf hidup, baik melalui urbanisasi atau program transmigrasi. Permintaan tenaga kerja dari berbagai negara lain mendorong aliran penduduk untuk bekerja ke luar negeri, dan memberi pengaruh terhadap pembangunan daerah asal yang menjadi basis pekerja-pekerja luar negeri (Kolopaking, 2000). Sejak tahun 1980 Pemerintah Indonesia (Departemen Tenaga Kerja) mulai menjadikan proses tersebut sebagai program penempatan tenaga kerja ke luar negeri karena program tersebut dianggap dapat memberikan andil besar bagi devisa negara, perbaikan ekonomi pedesaan dan kepentingan ekonomi di sebagian besar daerah asal TKLN. Bahkan, pada pertengahan dekade 1990-an program ini dicanangkan menjadi sebuah Industri Jasa Tenaga Kerja yang dapat melayani permintaan tenaga kerja..

Puncak migrasi TKLN ke luar negeri pada awal sejarah migrasi TKLN terjadi tahun 1984 dengan tujuan utama Arab Saudi. Dalam situasi krisis ekonomi Indonesia saat ini, khususnya di wilayah pedesaan yang sektor pertaniannya tidak dapat banyak diharapkan, migrasi TKLN tetap menjadi alternatif masyarakat pencari kerja. Kondisi ini dapat dilihat dari tingginya jumlah TKLN sejak tahun 1994 sampai 2008 yang mencapai 4.300.000 orang. Beberapa studi (Gunawan dan Widodo, 1993;1 Syahrir, 1989;2 Naipul, 1987;3 dan Kolopaking, 2000)4 membuktikan bahwa tenaga kerja migran telah berhasil meningkatkan aliran uang masuk ke daerah asalnya dan berperan penting dalam menanggulangi kemiskinan, sekurang-kurangnya secara temporer. Bahkan, kepulangan TKLN ini berakibat juga terhadap perbaikan bangunan-bangunan rumah dan kondisi lingkungan

1 Gunawan, Memed dan Erwidodo (1993) “Urbanisasi dan Pengurangan Kemiskinan Kasus

Migrasi Desa-Kota di Jawa Barat.” Prisma, No.2 Tahun XII. Jakarta: LP3ES.

2 Sjahrir, Kartini (1989) “Migrasi Tukang Bangunan: Beberapa Faktor Pendorong”. Prisma, No.5

Tahun XIII. Jakarta: LP3ES.

3 Naipul, V.S. (1987) The Enigma of Arrival. London: Penguin.

(23)

permukiman di daerah asal TKLN. Proses migrasi TKLN sekarang ini diduga berperan juga dalam melindungi kualitas lingkungan dan sumberdaya alam.

Permasalahan yang ada saat ini, peran migrasi TKLN dalam pemberdayaan diri dan masyarakat mereka dalam rangka perbaikan kualitas sumberdaya alam dan lingkungan permukiman daerah asal belum diteliti secara memadai. Hal ini disebabkan masih dominannya pandangan lama, bahwa salah satu sebab migrasi adalah degradasi sumberdaya alam. Kondisi lingkungan dan sumberdaya alam yang tidak mampu mendukung kehidupan layak menjadi pendorong masyarakat melakukan migrasi, sementara kaitan pemberdayaan TKLN terhadap perbaikan kualitas sumberdaya alam dan lingkungan permukiman daerah asal belum menjadi perhatian. Dalam perkembangan terkini, pandangan tersebut sudah berubah. Aliran kepulangan tenaga kerja dari luar negeri diyakini dapat menjadi sarana perbaikan kualitas sumberdaya alam dan lingkungan permukiman daerah asal. Wawasan pengalaman bekerja di luar negeri dan aliran remitan sebagai hasil migrasi dari bekerja di luar negeri dipercaya menjadi potensi tersendiri dalam membentuk perspektif baru sebuah masyarakat dalam memberdayakan lingkungan dan sumberdaya alamnya. Contoh sederhana adalah meningkatnya kemampuan ekonomi keluarga TKLN, juga merubah kondisi permukiman sehingga anggota keluarga menjadi lebih sehat dan juga meningkatkan kesempatan untuk mengelola lahan pertanian dengan lebih baik.

(24)

1.2.

Rumusan Permasalahan

Masalah umum yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah mempelajari bagaimana pemberdayaan terhadap TKLN berakibat pada perbaikan kualitas sumberdaya alam dan lingkungan permukiman terutama di daerah asal TKLN. Secara spesifik kajian menekankan pada masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi kualitas sumberdaya alam dan lingkungan permukiman daerah asal yang telah menjadi basis Tenaga Kerja yang bekerja ke luar negeri?

2. Bagaimana kelembagaan pengelolaan migrasi kerja ke luar negeri (migrasi internasional) berakibat pada perbaikan terhadap kualitas sumberdaya alam dan lingkungan permukiman daerah asal?

3. Perlukah revitalisasi kebijakan proses bekerja ke luar negeri yang ada disempurnakan agar lebih berdampak terhadap kualitas sumberdaya alam dan lingkungan permukiman daerah asal?

1.3.

Kerangka Pemikiran Pemecahan Masalah

Penelitian yang dilakukan mengacu kepada kerangka pemikiran yang dikembangkan. Kerangka pemikiran (Gambar 1.1.) memiliki asumsi-asumsi dasar untuk menganalisa dan mengembangkan kebijakan pemberdayaan tenaga kerja luar negeri dalam rangka perbaikan kualitas sumberdaya alam dan lingkungan permukiman daerah asal TKLN. Sebagaimana diketahui, bahwa aliran pergi dari daerah asal akan menyebabkan pengurangan tekanan penduduk suatu daerah asal terhadap sumberdaya alamnya. Bahkan, dalam perkembangan terbaru sebagaimana akan ditunjukkan dalam penelaahan pustaka di dalam uraian selanjutnya, ditunjukan bahwa aliran orang pulang dan remitan yang dibawanya berpengaruh atas pola penguasaan sumberdaya alam dan lahan. Pada akhirnya, aliran orang pulang dan remitan ini baik langsung maupun tidak langsung dipercaya dapat mempengaruhi kondisi sumberdaya alam dan lingkungan permukiman daerah asal.

(25)

kebijakan yang disiapkan secara sistematis. Saat ini masih terdapat perbedaan (gap) antara kondisi yang diharapkan dikembangkan masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan (ideal/desire/steady state) dengan kondisi yang sedang berkembang pada saat ini (actual state). Kebijakan yang diperlukan adalah mendorong TKLN yang pulang sebagai kader (change agent) mengembangkan nilai dan pengaturan, serta pengorganisasian sosial baru yang dapat menggeser lebih cepat visi dan misi masyarakat di daerah asal didalam mengelola sumberdaya alam dan lingkungan permukiman dengan prinsip-prinsip berkelanjutan. Masyarakat didorong mengembangkan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan permukiman daerah asal yang memperhatikan keberlanjutan aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan secara seimbang. Prinsip-prinsip tersebut diorientasikan kepada pengentasan kemiskinan yang memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan permukiman secara berkelanjutan serta menekan dampak negatif terhadap keanekaragaman sumberdaya alam.

Gambar 1.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

text text Melindungi Kualitas Sumberdaya Alam dan Lingkungan Aspek Ekonomi GAP Kondisi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Aktual

Pemodelan Sistem Dinamik Analisis Prospektif TRANSFORMATION PROCESS CHANGE AGENT VISI Aspek Sosial Aspek Lingkungan Pengentasan Kemiskinan Efisiensi

Zero Waste Biodiversitas

SISTEM MANAJEMEN SDA DAN LINGKUNGAN BERKELANJUTAN DESIRE/ STEADY STATE

ACTUAL STATE

KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN TENAGA KERJA LUAR

(26)

Ketiadaan kebijakan yang mengarahkan keterkaitan antara proses migrasi para TKLN dengan upaya pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan yang berkelanjutan menyebabkan adanya kesenjangan antara kondisi saat ini dengan visi pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan yang berkelanjutan. Oleh karena itu, diperlukan analisis kebijakan (policy analysis) pemberdayaan tenaga kerja luar negeri yang memperhatikan sistem manajemen lingkungan yang diterapkan. Proses pengembangan dan penyiapan langkah penerapan kebijakan ini perlu dijelaskan dengan identifikasi sistem yang menggunakan kerangka knowledge management dan pengembangan alternatif kebijakan dengan analitycal hierarchy process. Pengembangan kebijakan-kebijakan yang terkait dengan tenaga kerja luar negeri serta sistem manajemen lingkungan ini diharapkan dapat mendorong pemberdayaan TKLN menjadi agen-agen perubahan yang dapat mendorong lebih cepat pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan secara berkelanjutan.

1.4.

Tujuan

Tujuan umum penelitian ini adalah menelaah proses perbaikan kualitas sumberdaya alam dan lingkungan permukiman daerah asal Tenaga Kerja Luar Negeri (TKLN) akibat pemberdayaan migrasi internasional. Secara spesifik, tujuan kajian adalah:

1. Mengidentifikasi hubungan sebab maupun akibat kualitas sumberdaya alam dan lingkungan permukiman daerah asal dengan pemberdayaan TKLN. 2. Mengkaji proses pembelajaran dalam kelembagaan pengelolaan migrasi

kerja ke luar negeri (migrasi internasional) berakibat pada perbaikan sumberdaya alam dan lingkungan permukiman daerah asal.

(27)

1.5.

Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:

1. Stakeholder yang terlibat dalam pemberdayaan terhadap migrasi TKLN yang berakibat pada perbaikan kualitas sumberdaya alam dan lingkungan permukiman terutama di daerah asal TKLN agar dapat menggunakan hasil penelitian ini didalam pengambilan keputusan.

2. Pemerintah baik tingkat daaerah maupun pusat, sebagai acuan dalam membuat kebijakan berkaitan dengan perencanaan pemberdayaan terhadap migrasi TKLN.

3. Ilmu pengetahuan dalam bidang pendekatan sistem dalam perencanaan pemberdayaan terhadap migrasi TKI ke luar negeri agar dapat membantu dalam menyelesaikan permasalahan perencanaan pemberdayaan terhadap migrasi TKLN.

1.6.

Novelty

Kebaharuan dari temuan penelitian berdasarkan tataran teori adalah bahwa penelitian ini menemukan bukti lain yang mengarahkan kepada kesimpulan yang berbeda dengan kesimpulan yang telah ada selama ini mengenai hubungan antara daerah asal dan proses migrasi. Dalam penelitian ini, migrasi tenaga kerja internasional yang dari hasil penelitian-penelitian sebelumnya digambarkan sebagai sebuah proses yang disebabkan oleh kemiskinan dan kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan permukiman di daerah asal, tetapi ternyata saat ini proses migrasi tersebut dapat juga terjadi sebaliknya, migrasi tenaga kerja internasional dapat menjadi sumber atau sarana penanggulangan kemiskinan dan perbaikan kualitas sumberdaya alam dan lingkungan permukiman di daerah asal.

(28)

dan bekerjasama dalam pola kemitraan dengan multi-pihak di berbagai tingkat, mulai dari kabupaten, provinsi, nasional, bahkan internasional.

(29)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Hubungan Migrasi dengan Lingkungan Hidup

Migrasi internasional (antar negara) mencerminkan adanya ketidaksamaan dalam pembangunan antar negara. Ketidaksamaan ini dapat dicermati sekurangnya dari tujuh hal yakni: (1) perbedaan dalam kemakmuran suatu negara, (2) perbedaan dalam tingkat upah, (3) perbedaan ketersediaan peluang bekerja dan berusaha, (4) perbedaan biaya transport, (5) ketersediaan jaringan sosial dan hubungan kekerabatan, (6) hambatan sosial budaya, dan (7) hambatan politik antar negara5.

Kepergian dan kepulangan dapat berdampak negatif maupun positif baik terhadap negara tujuan maupun bagi negara penerima. Dampak positif diantaranya migrasi internasional dapat menjadi pendorong pembangunan di daerah asal, menjadi sumber penyedia pembiayaan pembangunan setempat, dan merupakan media meningkatkan taraf kebudayaan. Dampak negatifnya adalah kepergian tenaga kerja ke luar negeri dapat menghambat pembangunan di daerah asal, jika kepergian ini memang sampai mengurangi jumlah tenaga kerja di daerah asal secara signifikan, sementara bagi negara penerima dapat menimbulkan ketegangan politik, sosial, dan budaya6.

Uraian berikut memaparkan latar belakang migrasi internasional, penyebab migrasi, berbagai pengaruh migrasi internasional secara lebih mendalam, pengaruhnya terhadap baik negara pengirim maupun penerima serta beberapa teori yang menjelaskan migrasi termasuk di dalamnya pengaruh migrasi terhadap lingkungan alam fisik, kerangka teoritis yang mengantarkan kita kepada interaksi antara migrasi internasional dengan lingkungan alam. Pada bagian akhir selanjutnya dijabarkan tentang kerangka pemikiran yang dibangun untuk menganalisa kebijakan pemberdayaan tenaga kerja luar negeri dalam rangka melindungi sumberdaya alam dan lingkungan daerah asal.

5 Pooley, Coolin G. and Whyte, Ian (eds). Migrants, Emigrants, and Immigrants A Social History

of Migration. London and New York: Routlegde, 1991: 7-10.

6 Dokument Program of Action of the 1994 Conference on Population and Development.

(30)

2.1.1. Skala, Arah, dan Komposisi

7

Estimasi yang dilakukan oleh United Nations Population Division yang didasarkan pada data sensus sejak 1980-an mendapatkan sekitar 100 juta orang hidup di luar negara kelahirannya. Dari jumlah 100 juta ini, 36 juta berada di Asia, Timur Tengah, dan Afrika Utara; lebih dari 23 juta hidup di Eropa bagian Timur dan bagian Barat, lebih dari 20 juta di Amerika Serikat dan Kanada; 10 juta di Afrika; 6 juta di Amerika Latin dan Karibia; dan 4 juta di Oseania. Angka-angka ini termasuk didalamnya adalah pengungsi8 (yang pada pertengahan 1980-an berjumlah 12-13 juta) juga termasuk migran permanen dan temporer.

Jumlah ini, tidak diragukan lagi telah tumbuh pesat ditahun-tahun terakhir ini. Pasalnya, jumlah di atas belum memasukkan 70 juta penduduk bekas Uni Soviet yang saat ini hidup di luar tanah kelahirannya. Di awal 1993, terdapat sebanyak 19 juta orang yang dikategorikan sebagai pengungsi oleh Perserikatan Bangsa Bangsa, dan mungkin saja jumlah ini setara jumlah migran yang setengah terpaksa9.

Mungkin terasa sangat mengejutkan, jika mendapati fakta menunjukkan bahwa pergerakan migrasi internasional justru terjadi antar negara berkembang. Pengungsian, misalnya, memang banyak terjadi di negara berkembang. Hal ini masih ditambah dengan kenyataan bahwa negara-negara sedang berkembang memiliki banyak magnet penarik migran: termasuk di dalamnya adalah tumbuhnya kekuatan ekonomi baru di Asia (Korea Selatan, Malaysia, Hongkong, Singapura dan Taiwan), negara-negara penghasil minyak negara-negara-negara-negara Timur Tengah, Afrika Barat dan Afrika Selatan di Afrika; Venezuela, dan Meksiko di Amerika Latin. Meskipun migrasi internasional hanya merupakan sejumput pergerakan dari

7 Michael S. Teitelbaum dan Sharon Stanton Russell, "Fertility, International Migration, and

Development," dalam Robert Cassen, ed. Population and Development: Old Debates, New Conclusions, New Brunswick (USA) and Oxford (UK): Transaction Publishers, 1994, pp. 229-252.

8 Pada tulisan ini, istilah "pengungsi" digunakan secara ketat sesuai definisi yang digunakan

United Nations High Commissioner for Refugees, yang mengacu pada Konvensi PBB tahun 1951 tentang Status Pengungsi, Protocol 1967 tentang Status Pengungsi, dan Konvensi Persatuan Negara Afrika—Organization for African Unity (OAU) tahun 1969.

(31)

total penduduk dunia, namun dampak pergerakan ini relatif besar terutama jika dilihat dari jumlah orang yang bermigrasi.

Kelompok yang juga termasuk ke dalam kategori migran internasional adalah mereka yang pergi secara “sukarela” (misalnya pekerja jangka pendek dan jangka panjang baik mereka yang terkategori tenaga terdidik maupun tenaga tidak terampil, juga termasuk ke mereka yang “terpaksa” (misalnya pengungsi atau pencari ketenangan lain, dan pergerakan orang karena alasan lingkungan atau “ecomigrants”). Termasuk ke dalam spektrum ini adalah pergerakan orang akibat kemiskinan atau kekurangan peluang bekerja dan berusaha di daerah asalnya.

Banyak dari mereka menjadi settlers, yakni migran baik legal ataupun illegal namun tinggal permanen di negara tujuan; lainnya telah pergi (sekurangnya pada awalnya) atas dasar keinginan pindah temporer. Pada umumnya, migran berjenis kelamin laki-laki muda. Lagi-lagi, cukup menarik bahwa antara 40 hingga 60 persen migran di seluruh dunia adalah laki-laki dan untuk kasus pengungsi jumlah perempuan dewasa dan gadis hampir satu setengah kali laki-laki. Dalam beberapa kasus (seperti di Indonesia dan Sri Lanka dan pemergian Indonesia ke negara-negara Timur Tengah), mayoritas migran ini adalah kaum perempuan.

(32)

Namun demikian, hal ini tidak berarti bahwa variabel demografi tidak relevan dalam melihat feomena migrasi internasional, namun sebenarnya faktor ini hanya membangun potensi untuk perpindahan internasional, dan hanya satu dari banyak sumber tekanan untuk melakukan migrasi saja. Untuk kasus negara berkembang, fertilitas tinggi dibarengi dengan penurunan tingkat mortalitas bayi dan anak-anak menghasilkan struktur umur penduduk yang sangat “muda”. Setelah jeda yang sangat lama antara 15 hingga 20 tahunan, yakni saat kelompok penduduk muda ini memasuki pasar tenaga kerja, maka tekanan tingginya taraf fertilitas mungkin sudah mulai dirasakan. Kecuali pertumbuhan peluang bekerja dan berusaha terjaga pada tingkat yang sangat tinggi, maka pasar tenaga kerja untuk kaum “dewasa muda” menjadi jenuh, dan income relatif untuk kelompok ini menurun. Secara tipikal ini dibarengi dengan migrasi desa-kota yang sangat hebat, dan jika kondisinya memang memungkinkan akan diikuti dengan migrasi ke negara-negara.

Hal yang sama juga berlaku, tingkat fertilitas yang rendah di negara penerima mungkin hanya berperan sebagai pemicu terhadap migrasi internasional, dan jika ini terjadi sifatnya tidak langsung dan dengan jeda yang panjang. Pada beberapa negara dengan in-migration tinggi, tingkat fertilitas memang sangat-sangat rendah. Di Jerman, misalnya, tingkat fertilitas total pada 1993 hanya 1,4 anak per wanita; di Italia 1,3. Tingkat fertilitas serendah ini mungkin memberikan tekanan kepada pemerintah untuk mengkhawatirkan “kekurangan tenaga kerja” di masa mendatang atau dari kalangan politikus yang mengkhawatirkan penurunan jumlah penduduk yang pada akhirnya memberikan kontribusi baik secara implisit ataupun eksplisit terhadap diambilnya kebijakan yang mendorong keterbukaan terhadap migrasi ke dalam.

Besaran potensi tekanan demografi terhadap migrasi internasional di negara-negara berkembang sangatlah menarik. Menurut estimasi ILO yang dibuat pada pertengahan 1980-an,10 dalam dua dekade antara 1970 sampai 1990, populasi yang secara ekonomi aktif di negara-negara berkembang

(33)

meningkat sebanyak 59 persen, atau 658 juta orang. Sebagai pembanding, populasi yang secara ekonomi aktif di negara-negara maju hanya meningkat 23 persen, atau 109 juta orang. Lebih dari dua dekade dari 1990 ke 2010, pertumbuhan penduduk yang secara ekonomi aktif di negara berkembang diproyeksikan lebih besar dalam satuan absolut (733 juta) dan sedikit lebih rendah dalam presentasi (41 persen) dibanding dua dekade sebelumnya. Sebaliknya, di negara maju angka ini diproyeksikan meningkat hanya 50 juta atau 9 persen. Meskipun tingkat fertilitas yang tinggi di negara-negara berkembang cenderung menurun ke level moderat, namun tekanan demografis akan tetap dirasakan dalam beberapa dekade mendatang.

2.1.3. Penyebab Migrasi Internasional

Sejauh ini tidak ada teori tunggal, teori migrasi internasional yang sudah mapan dan mampu menjelaskan fenomena migrasi internasional secara memuaskan11. Di antara berbagai model yang berupaya menjelaskan mengapa migrasi internasional terjadi, lima pendekatan utama dapat dipaparkan sebagai berikut:

• Ekonomi Neoklasik: teori makro berpandangan bahwa perbedaan dalam aspek geografis dari sisi penawaran dan permintaan tenaga kerja di daerah asal dan tujuan merupakan faktor utama yang mendorong keputusan bermigrasi. Salah satu asumsi teori ini adalah bahwa migrasi internasional tidak akan terjadi jika tanpa adanya faktor di atas, dan bahwa penghilangan faktor-faktor di atas akan menghentikan pergerakan internasional, dan bahwa pasar tenaga kerja (dan bukan pasar yang lain) merupakan mekanisme utama pemicu migrasi. Intervensi kebijakan pemerintah mempengaruhi migrasi dengan mengatur atau mempengaruhi pasar tenaga kerja di negara asal dan tujuan.

• Ekonomi Neoklasik: teori mikro memfokuskan pada tingkat individu sebagai aktor rasional yang membuat keputusan bermigrasi

11 Douglas S. Massey, et al., "Theories of International Migration: A Review and Appraisal," in

(34)

berdasarkan perhitungan manfaat dan biaya yang mengindikasikan tingkat pengembalian yang positif dari perpindahan itu. Pada pendekatan ini, karakteristik sumberdaya manusia yang meningkatkan potensi manfaat migrasi, dan faktor individu, sosial, atau teknologi yang menurunkan biaya, akan mendorong peningkatan migrasi. Perbedaan dalam pendapatan dan tingkat upah pekerja merupakan variable kunci dan pemerintah mempengaruhi migrasi melalui kebijakan yang mempengaruhi faktor-faktor ini (misalnya: melalui proses pembangunan yang meningkatkan pendapatan di daerah asal, menurunkan kemungkinan mendapat pekerjaan di daerah tujuan atau meningkatkan biaya pemergian).

• The new economics of migration memandang bahwa migrasi sebagai sebuah strategi keluarga (misalnya kelompok) untuk mendiversifikasikan sumber pendapatan, menurunkan resiko terhadap rumahtangga, dan mengatasi hambatan terhadap keterbatasan kredit dan modal. Dalam model ini, migrasi internasional merupakan alat untuk mengkompensasi ketidakadaan atau kegagalan suatu jenis pasar tertentu di negara berkembang, misalnya pasar asuransi pertanian, asuransi tenaga kerja atau pasar modal. Kebalikan dari model neoklasik, perbedaan upah tidak dipandang sebagai syarat perlu terjadinya migrasi internasional, dan pembangunan ekonomi di daerah asal atau penyeimbangan perbedaan upah tidak dengan sendirinya akan menurunkan tekanan untuk bermigrasi. Pemerintah mempengaruhi migrasi melalui kebijakan terhadap asuransi, modal, dan pasar berjangka dan melalui kebijakan distribusi pendapatan yang mempengaruhi tekanan kelompok tertentu dan dengan demikian menurunkan keinginan untuk bermigrasi.

(35)

menjaga agar tenaga kerja tetap merupakan faktor produksi, pemberi kerja akan mencari pekerja migran yang mau menerima gaji rendah. Dalam model ini, migrasi internasional merupakan fenomena demand-based dan diinisiasi oleh kebijakan rekruitmen dari pemberi kerja atau kebijakan pemerintah di negara tujuan. Perbedaan upah antara negara tujuan dengan negara asal bukanlah syarat perlu terjadinya migrasi. Pilihan kebijakan untuk mempengaruhi migrasi sangat terbatas— perubahan dalam organisasi ekonomi di negara tujuan.

• World systems theory fokusnya tidak pada pasar tenaga kerja di ekonomi nasional, akan tetapi pada struktur pasar dunia merupakan penetrasi hubungan ekonomi kapitalis ke dalam daerah peripheri, sebuah masyarakat non-kapitalis, yang terjadi melalui berbagai tindakan pemerintahan neokolonial, perusahan multinasional, dan elit nasional. Migrasi internasional terjadi setelah tanah, bahan mentah dan pekerja di daerah asal masuk ke dalam pasar ekonomi dunia dan sistem tradisional terganggu. Hubungan transportasi, komunikasi, budaya, dan ideologi yang menyertai globalisasi kemudian turut memfasilitasi migrasi internasional. Dalam pandangan ini, migrasi internasional kurang dipengaruhi oleh tingkat upah atau perbedaan peluang bekerja antar negara akan tetapi lebih diakibatkan oleh kebijakan atas investasi luar negeri dan kebijakan terhadap aliran modal dan barang internasional.

Studi Kolopaking (2000) di Jawa mendapatkan bahwa proses migrasi internasional dapat melanggengkan gelombang pemergian berikutnya sehingga proses migrasi itu sendiri menjadi sebuah proses yang berkelanjutan. Sebagaimana IUSSP Committee menekankan,

...the conditions that initiate international movement may be quite different from those that perpetuate it across time and space....new conditions that arise in the course of migration come to function as independent causes themselves...[making] additional movement more likely, a process known as cumulative causation."12

(36)

Tentang keberlanjutan proses migrasi internasional berikut dipaparkan sejumlah teori yang berupaya menjelaskan fenomena migrasi internasional yang berterusan.

• Network theory menekankan bahwa jaringan migrasi berfungsi untuk mengurangi biaya dan resiko migrasi internasional dan karenanya meningkatkan peluang migrasi. Pengembangan jaringan seperti ini sering difasilitasi oleh kebijakan pemerintah terhadap unifikasi keluarga dan sekali dijalankan, jaringan migrasi ini dapat membangun aliran internasional yang relatif tidak sensitif terhadap intervensi kebijakan.

• Institutional theory merujuk pada fakta bahwa sekali migrasi internasional itu terjadi, organisasi swasta dan organisasi sukarela terbangun untuk mendukung dan mempertahankan aliran migrasi. Ini termasuk di dalamnya entitas legal dan illegal yang menyediakan transportasi, perekrutan tenaga kerja, perumahan, pelayanan hukum dan layanan lainnya, yang banyak diantaranya terbukti sulit diatur oleh pemerintah.

• Cumulative causation theory sebuah teori yang berpandangan bahwa dengan mempengaruhi konteks sosial keputusan migrasi, adanya gelombang migrasi menciptakan "feedbacks" yang menyebabkan arus migrasi tidak terbendung. Diantara berbagai faktor yang dipengaruhi oleh migrasi adalah distribusi pendapatan dan lahan; organisasi produksi pertanian; nilai dan persepsi budaya yang melingkupi migrasi; distribusi regional dari modal sumberdaya manusia; dan "social labeling" terhadap pekerjaan di negara tujuan "immigrant jobs” Sekali lagi, sekali sistem pemergian terbentuk, seringkali sangat resisten terhadap intervensi pemerintah.

(37)

socio-economic context within which these decisions are made is determined by structural forces operating at the national and international levels."13

2.1.4. Konsekuensi Migrasi Internasional di Negara Asal

Banyak pemerintah negara berkembang mendorong tumbuh dan berkembangnya migrasi tenaga kerja ke luar negeri, meski lebih sering secara implisit ketimbang dilakukan secara eksplisit. Alasannya beragam: emigrasi dapat menyediakan pekerjaan yang relatif berpendapatan baik, dan sangat menarik bagi pemerintahan yang harus menyediakan tambahan lapangan kerja bagi masyarakatnya. Banyak negara (Mesir, Sri Lanka dan India adalah contoh yang mudah), sistem pendidikannya meluluskan lulusan yang sangat terampil namun permintaan dalam negeri terhadap keterampilan mereka sangat sedikit. Dengan menyediakan lapangan kerja baik dari kelompok terdidik maupun tidak terdidik, dan emigrasi menawarkan peluang untuk pelepasan rasa frustasi yang pada akhirnya dapat menghadirkan problem politik serius di dalam negeri, proses migrasi diyakini akan menghasilkan remitan yang cukup besar. 14

Dampak migrasi internasional terhadap pembangunan (dan dampak pembangunan terhadap migrasi) tetap menjadi debat panas dan belum dipahami sempurna. Meski si miskin jarang memiliki kemampuan untuk bermigrasi, remitan telah terbukti berperan penting dalam pengurangan kemiskinan. Konsekuensi remitan terhadap ketimpangan pendapatan sangat tergantung dari komposisi income pada suatu masa migrasi. Ketimpangan mungkin saja mengikat jika yang pergi adalah kelompok atas, sementara dampak akan netral jika yang pergi adalah kelompok bawah.

Konsekuensi terhadap pasar tenaga kerja dan sumberdaya manusia beragam dan kadang spesifik lokasi. Sulit untuk mengukur pengurangan pengangguran di negara asal, namun yang pasti, migrasi internasional

13 Demetrios G. Papademetriou and Philip L. Martin, "Labor Migration and Development:

Research and Policy Issues,” in Demetrious G. Papademetriou and Philip L. Martin (eds.), The Unsettled Relationship: Labor Migration and Economic Development, New York: Greenwood Press, 1991, pp. 3-26.

(38)

berperan penting dalam menyerap kelebihan pertumbuhan tenaga kerja. Apakah emigrasi menyebabkan "drain" pekerja menyebabkan pembangunan terhambat, ini tergantung pada ketersediaan sumberdaya manusia untuk menutup peluang ini. Satu hal yang pasti, remitan meningkatkan kemampuan keluarga migran untuk menyekolahkan anak dan menyediakan layanan kesehatan bagi anak-anaknya.

2.1.5. Migrasi

Internasional dan Lingkungan Hidup:

Membangun Hubungan Hipotesis

Teori-teori di atas merupakan ringkasan teori yang terkait dengan kepergian yang sukarela dan tidak membahas pemergian yang sifatnya terpaksa sebagai respon terhadap kondisi sosial ekonomi misalnya sebagai respon terhadap konflik, deforestasi, minimnya lapangan pekerjaan. Juga tidak mencakup banyak jenis aliran yang merupakan hasil langsung faktor politik atau faktor lingkungan meskipun kedua pendekatan di atas banyak membahas pengaruh sosial dan ekonomi. Sebagaimana dengan kasus migrasi sukarela, maka saat ini banyak upaya dari ilmuwan sosial untuk memahami akar masalah dan konsekuensi dari aliran yang relatif tidak sukarela ini.

Perhatian terhadap masalah lingkungan dan migrasi internasional telah tumbuh di tahun-tahun terakhir ini, dan bersamaan dengan tumbuhnya perhatian untuk mengekplorasi hubungan diantara keduanya. Namun demikian, perhatian lebih diberikan terhadap pengaruh migrasi terhadap lingkungan (misalnya: polusi perkotaan, deforestasi) daripada melihat pengaruh lingkungan terhadap migrasi15. Penelitian yang sudah memasuki ranah ini dilakukan oleh Suhrke yang melihat dua perspektif yang saling bertentangan. Pandangan “minimalis" berpendapat bahwa degradasi lingkungan secara esensial adalah variabel kontektual yang mempengaruhi keputusan untuk bermigrasi, tetapi hanya sebagai salah satu dari kelompok sebab pemergian. Pandangan "maksimalis" melihat, sebaliknya, memandang

(39)

kerusakan lingkungan sebagai penyebab langsung dan penting dari migrasi keluar.

Sebuah proyek penelitian yang besar sudah pernah dilakukan untuk mengeksplorasi hubungan antara perubahan lingkungan, kelangkaan sumberdaya, dan konflik sebagai penyebab yang mendasari pemergian. 16 Studi itu mendapatkan temuan bahwa (1) degradasi dan pengurangan lahan pertanian dan perikanan akan memberikan kontribusi lebih besar terhadap gejolak sosial dibanding dengan perubahan iklim atau pengurangan ozon; (2) perubahan lingkungan hanyalah satu dari tiga sumber utama kelangkaan sumberdaya; dan (3) ketiga faktor lingkungan ini berinteraksi pada umumnya dalam bentuk "resource capture" oleh kelompok yang lebih memiliki kemampuan dan berpola "ecological marginalization" yang sering dibarengi dengan migrasi ke atau dari daerah yang rentan secara ekologis.

Studi itu juga mendapatkan bukti empiris yang signifikan bahwa kelangkaan lingkungan menyebabkan perpindahan orang secara besar-besaran, yang akhirnya menyebabkan konflik identitas kelompok. Migrasi masyarakat Bangladesh ke provinsi di India yakni Assam, Tripura, dan Bengal Barat adalah salah satu dari kasus ini. Jika tekanan lingkungan menyebabkan fragmentasi politik, maka migrasi internal dan internasional dapat terjadi. Kajian akhirnya merujuk pada pilihan kebijakan untuk mengadaptasi kelangkaan sumberdaya termasuk kebijakan harga dan pajak yang mendorong konservasi, inovasi teknologi, dan substitusi teknologi, kebijakan mengurangi pertumbuhan penduduk, redistribusi lahan, dan pengembangan industri padat dan perdagangan yang tidak bergantung pada sumberdaya yang merusak lingkungan.

Sebab dan akibat migrasi internasional selain menjadi bagian dinamika sosial ekonomi negara tujuan juga terkait dengan dinamika sosial

16 "Environmental Change and Acute Conflict,” merupakan hasil kerjasama peneliti dari sepuluh

(40)

ekonomi di negara asal.17 Oleh karena itu pemahaman dinamika kepulangan migran dari luar negeri tidak dapat dilepaskan dari dinamika dan teori yang mengungkap kepergiannya.18 Memang, sejumlah tulisan telah menjelaskan dinamika proses kepulangan, namun tulisan yang membahas hubungan langsung antara migrasi dengan lingkungan masih sangatlah terbatas.19

Agar lebih memahami hubungan antara migrasi internasional dengan lingkungan maka dapat dijelaskan bahwa hubungan antara migrasi dengan lingkungan dapat dipahami sebagai hubungan sebab akibat kumulatif, yang berarti bahwa berbagai kondisi ekologi dan sosioekonomi di daerah asal merupakan hasil proses migrasi yang kumulatif baik sebagai sebab maupun merupakan akibat dari proses migrasi internasional.

Ada tujuh faktor (di luar keadaan perkembangan sosioekonomi di daerah asal) yang diperkirakan berpengaruh terhadap kepergian dan kepulangan migran internasional, yakni: perbedaan dalam kemakmuran suatu negara, perbedaan dalam tingkat upah, perbedaan ketersediaan peluang bekerja dan berusaha, perbedaan biaya transport, ketersediaan jaringan sosial dan hubungan kekerabatan, hambatan sosial budaya, dan hambatan politik antar negara. Kesemua faktor itu dengan catatan tetap dipengaruhi oleh keputusan yang dibuat secara individu maupun keluarganya.

Secara hipotetis, melakukan migrasi antar negara dilakukan melalui kontrak resmi, mengingat cara ini beresiko rendah, namun sebaliknya pada kepulangannya beresiko tinggi. Maka kepastian mendapatkan pekerjaan melalui kontrak tidak dengan sendirinya diikuti kepastian mendapatkan kembali pekerjaannya sepulangnya ke daerah asal. Namun dapat saja mereka melalukan migrasi ilegal yang sayangnya beresiko tinggi tidak mendapatkan pekerjaan di negara tujuan.

17 Arief Budiman, Pengantar. Dalam Korten, David C. Menuju Abad ke-21 Tindakan Sukarela

dan Agenda Global. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia dan Pustaka Sinar Harapan. 1990.

18 Ini sejalan dengan pandangan Borjas, G.J. and Bratsberg (1990). Lihat juga Saenz, Reglio.

Chicano Return Migration to Shout West: An Integrated Human Capital Approach. An International Migration Review Vol. XXVI No.4. 1992: 1248-1265.

(41)

Secara hipotetis pula, sumber utama perubahan di daerah asal akibat migrasi ada dua yakni pendapatan dan gaya hidup baru yang dibawa dari negara tujuan. Perubahan pendapatan ini selanjutnya akan menjadi awal perubahan-perubahan dalam bidang ekonomi, sementara perubahan gaya hidup menjadi sumber perubahan sosioekonomi dan budaya di daerah asal.

Perubahan pendapatan akibat tabungan remitan dan uang simpanan menjadi sebab perubahan peluang bekerja dan berusaha di daerah asal dan perubahan dalam tingkat kesejahteraan keluarganya. Perubahan akibat perubahan pendapatan menjadi sumber perubahan dalam pembentukan modal usaha dan perubahan dalam pola konsumsi rumahtangga. Ketersediaan modal selanjutnya menjadi penyebab perubahan pendapatan dan konsumsi keluarga, yang selanjutnya mempengaruhi perubahan dalam jumlah peredaran uang yang ada di daerah asal.

Kajian terkini mendapatkan adanya kecenderungan tenaga kerja yang pulang ke daerah asalnya menjadi bekerja dan berusaha pada sektor yang sifatnya lebih formal, yang diduga akan mempengaruhi perubahan dalam perekonomian di daerah asal. Hal ini juga berarti bahwa sebagian dari migran ini dapat menjadi kelompok baru yang berbeda di daerah asalnya karena keberhasilan mereka dalam menggunakan tabungan hasil bekerja di luar negeri.

Kepulangan tenaga kerja ke dalam negeri juga membawa gaya hidup baru, meskipun tidak berhasil secara ekonomi tenaga kerja yang pulang diduga lebih peka terhadap perubahan. Kelompok migran pulang ini dapat menjadi elit desa yang baru dengan sifat-sifat wawasan keagamaan yang luas, taraf hidup lebih baik, lebih kreatif dan inovatif selalu berusaha memecahkan masalah yang dihadapi dan memiliki kemauan untuk maju. Oleh karena itu, migran ini diduga menjadi kelompok pembaharu di daerah asalnya.

(42)

partisipasi politik yang pada akhirnya berpengaruh terhadap distribusi kekuasaan. Selanjutnya perubahan-perubahan ini kembali berpengaruh terhadap migrasi itu sendiri. Sebagaimanan disimpulkan dari teori sebab akibat kumulatif bahwa migrasi dapat menyebabkan pembangunan di daerah asal.

Tahap pertama; pembangunan sebelum migrasi berupa perkembangan kondisi sosial ekonomi dan politik di daerah asal yang menumbuhkan alasan-alasan rasional dan kondisi hubungan antar kelas dari calon migran. Tahap berikutnya adalah pembangunan setelah pemergian (migrasi berlangsung) yakni adanya perubahan dalam kondisi sosial ekonomi dan politik sebagai akibat kepergian dan kepulangan migran itu sendiri. Tahap sebenarnya dapat saja menjadi tahapan pertama pada hubungan antara migrasi dengan pembangunan di daerah asalnya, dan begitu seterusnya siklus ini terus berputar dan dampaknya secara bertahap terakumulasi dan mempengaruhi pembangunan di daerah asalnya.

Berdasarkan ulasan teori sebab akibat kumulatif dapat diketahui bahwa kepulangan tenaga kerja migran ke daerah asal tidak dengan sendirinya berarti akhir dari migrasi. Pasalnya, setelah pulang mereka dapat kembali pergi dan mungkin saja dengan mengajak serta orang lain bersamanya. Kalaupun berhenti, maka proses ini akan dilanjutkan oleh keluarganya atau orang lain sedaerah asal. Kajian mendapatkan penduduk dengan potensi industri kecil di daerah asalnya cenderung melakukan migrasi untuk mengumpulkan modal guna kembali ke daerah asal dan mendirikan industri di daerahnya. Namun, daerah yang tidak memiliki industri kecil kecenderungan ini tidak dijumpai20. Gejala ini sesuai dengan prediksi paradigma ketidakseimbangan dalam pembangunan, dan bahwa hal terpenting yang perlu diperhatikan adalah manfaat migrasi dan bukan berhentinya migrasi21.

20 Hedi Sutomo, Model Lain Transformasi Sektoral di Indonesia. Prisma. Tahun XXIV No. 10

Jakarta. LP3ES, 1995: 3-21.

21 Nugent, Jeffrey B. dan Pan A.Yotopaulos. Ilmu Ekonomi Pembangunan Ortodoks berhadapan

(43)

Migrasi memang disadari hanyalah satu unsur yang mempengaruhi pembangunan di daerah asal. Berbagai perubahan yang berasal dari program pembangunan pemerintah, lembaga bukan pemerintah dan swasta serta media massa merupakan unsur lain yang juga dapat menggiatkan pembangunan. Besaran dampak migrasi itupun ditentukan pula oleh daerah asal. Dengan demikian dampaknya akan bersifat kontekstual. Meskpun demikian, pembangunan yang digerakan migrasi ini akan bersifat khas karena prosesnya digerakkan oleh orang luar22. Oleh karena itu berbagai perubahan yang ada pada dasarnya tidak terlepas dari pandangan dan sikap hidup masyarakat setempat. Hasilnya, dalam membangun masyarakat tidak hanya bertumpu pada pembangunan ekonomi semata akan tetapi juga semangat kebersamaan, semangat swadaya. Dengan demikian, dampak yang khas adalah kemampuan anggota masyarakat baik secara individu atau lembaga dalam mengatasi masalah kemiskinan, kerusakan lingkungan alam, masalah menjalankan tanggungjawab politik melalui pemanfaatan sumberdaya lokal untuk memenuhi kebutuhannya sendiri sesuai dengan aspirasi lokal. Pihak pemerintah pada umumnya belum memberikan perhatian yang optimal terhadap pengorganisasian kepulangan tenaga kerja migran ini23. Tahapan yang ada saat ini barulah pada pengerahan dan penempatan tenaga kerja migran. Ini memang mudah dan secara ekonomi menjanjikan. Namun demikian, sebenarnya, kepulangan tenaga kerja migran ini juga mengandung potensi yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang pembangunan yang lebih luas, tidak semata-mata dari sisi ekonomi belaka. Artinya, pemerintah semestinya jangan hanya mengambil manfaat dari kepergian saja akan tetapi juga memperhatikan peluang yang lebih baik atas kepulangan tenaga kerja migran.

2.2.

Berpikir Sistem (

System Thinking

)

Menurut Flood dan Jackson, sebuah sistem adalah "a complex and highly inter linked network of parts exhibiting synergistic properties - the whole is

22 Chamber. R. Pembangunan Desa: Mendahulukan yang Terakhir. Jakarta LP3ES, 1982: 6-9. 23 Pengalaman Indonesia, lihat penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan Tenaga Kerja

(44)

greater than the sum of its parts" (sebuah sistem adalah suatu jaringan yang komplek dan sangat erat terhubungkan dengan bagian-bagian yang meunjukkan sifat yang sinergik-keseluruhan lebih besar dari penjumlahan bagian-bagian). Secara umum konsep mengenai sistem mengandung: (1) element, (2) relationship, (3) boundary, (4) input dan output, (5) environtment dan (6) feedback (Flood dan Jackson, 1991).

Sebuah sistem terdiri dari sejumlah element dan relationship antar unsur tersebut. Sebuah sistem dipisahkan dari lingkungannya oleh sebuah boundary (batas). Batas tersebut dapat berupa real boundaries dan conceptual boundaries (Hovman dan Levine, 2000). Batas nyata atau real boundaries yaitu suatu batas sistem yang nyata misalnya batas geografi suatu negara, sedangkan conceptual boundaries yaitu suatu batas sistem yang secara konseptual dibuat untuk sebuah analisis misalnya batas sistem pemberdayaan tenaga kerja luar negeri di Indonesia yaitu berbagai fungsi yang berkaitan dengan pembinaan dan pengelolaan pada migrasi tenaga kerja ke luar negeri baik yang berada dalam ruang lingkup tugas dan wewenang Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi maupun yang berada pada stakeholder lainnya.

(45)

Sistem mentransformasikan input menjadi output. Proses transformasi tersebut secara khas ditandai dengan adanya umpan balik atau feedback. Perilaku sebuah unsur dapat memberikan umpan balik baik secara langsung maupun secara tidak langsung untuk mempengaruhi perilaku sebuah unsur lainnya yang memiliki perilaku tertentu. Feedback loops is the essence of system (feedback adalah esensi sebuah sistem); tanpa adanya feed back berarti tidak ada sistem (O'Connor dan Mc Dermott, 1997). Feedback adalah konsekuensi dari langkah yang telah dilakukan sebagai masukkan kembali karenanya akan mempengaruhi langkah ke depan berikutnya. Seringkali istilah feedback dipergunakan untuk menggambarkan adanya reaksi atau jawaban atas langkah yang telah diambil; namun demikian esensi dari feedback adalah pengaruhnya terhadap langkah yang akan diambil. Reaksi atau jawaban yang tidak mempengaruhi langkah berikutnya tidak termasuk dalam pengertian ini.

Sebuah sistem yang mempertahankan keberadaan termasuk identitasnya pada suatu dynamic steady state dan mentransformasikan input menjadi output secara stabil terhadap waktu dalam keadaan yang berubah menunjukkan adanya pengawasan atau control. Control sangat tergantung pada informasi mengenai performansi sistem yang bersangkutan yang disampaikan kembali kepada manager sistem tersebut. Sistem yang demikian memiliki apa yang disebut dengan emergent popertiies atau sifat keberadaannya yaitu suatu sifat yang hanya dimiliki oleh sistem yang bersangkutan yang dipolehnya karena adanya inter relations antar unsur-unsurnya namun sifat tersebut tidak dimiliki oleh unsur-unsur tersebut bila berdiri sendiri.

(46)

instruksi dari unit kontrol), unit kontrol (yang membandingkan keadaan sebenarnya terhadap keadaan yang diinginkan), dan unit pengaktif (yang melakukan perubahan pada proses yang dikontrol berdasarkan inst

Gambar

Tabel 2.3. Jenis-jenis Partisipasi dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam
Gambar 3.1.  Alur Kerja Penelitian
Tabel 3.1. Jenis Data, Metode Pengumpulan dan Sumber Data
Tabel 3.2. Analisis Kebutuhan Stakeholders pada Dimensi Kebijakan Publik
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uji kesukaan yang dilakukan penelis, persentase daya terima panelis yang terdiri dari 25 orang panelis mengenai warna mie basah yang dibuat dengan 4 perlakuan

TERTULIS DARI JURUSAN ARSITEKTUR UNIVERSITAS DIPONEGORO UNTUK KEPERLUAN DILUAR TUGAS INI TANPA PERSETUJUAN BAIK SEBAGIAN MAUPUN SELURUHNYA DALAM BENTUK APAPUN DOKUMEN INI TIDAK

Berikut akan dipaparkan beberapa penyakit yang dapat disembuhkan dengan manfaat daun sirsak beserta takaran seduhan air

jus buah delima (Punica granatumL.) terhadap kualitas sperma mencit yang telah. diinduksi ekstrak

Meski dengan struktur yang lebih kecil, organisasi harus tetap melaksanakan kegiatan pengembangan karier tanpa menawarkan peningkatan karier untuk pengkayaan ini

In the MapReduce world, using JSON data as input data eliminates the need for custom writables because the JSON string can be serialized in the Hadoop Text type. This process can be

[r]