• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengawasan Disiplin Kerja Pegawai Negeri sipil di Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Provinsi Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengawasan Disiplin Kerja Pegawai Negeri sipil di Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Provinsi Jawa Barat"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana

pada Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia

Oleh:

FIQIH PERMANA NIM. 4.17.08.009

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(2)

ix

LEMBAR PENGESAHAN... iii

LEMBAR PERNYATAAN... iv

ABSTRAK... v

ABSTRACT... vi

KATA PENGANTAR... vii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Masalah... 6

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian... 6

1.4 Kegunaan Penelitian... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka... 8

2.1.1 Konsep Pengawasan... 8

2.1.1.1 Pengertian Pengawasan …………... 8

2.1.1.2 Maksud dan Tujuan Pengawasan... 12

2.1.1.3 Sifat-sifat Pengawasan ... 15

2.1.1.4Metode Pengawasan ... ... 17

2.1.1.5 Proses Pengawasan ... .... ... 20

2.1.2 Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil……… 22

(3)

x

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian... 42

3.1.1 Pegawai Negeri Sipil di Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Provinsi Jawa Barat………...42

3.1.2 Peraturan Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil di Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Provinsi Jawa Barat.45 3.1.3 Struktur Organisasi di Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Provinsi Jawa Barat ... ... 49

3.1.4 Visi dan Misi Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Provinsi Jawa Barat ... 67

3.2. Metode Penelitian... ... 68

3.2.1 Desain Penelitian………...68

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data ………...69

3.2.2.1 Studi Pustaka ……….. 69

3.2.2.2 Studi Lapangan ……… 70

3.2.3 Teknik Penentuan Informan……… 71

3.2.4 Teknik Analisis Data ………. 73

3.2.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ……….. 74

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Penetapan Standar Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil di Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat... 75

4.1.1 Kuantitas Standar Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat... 80

4.1.2 Kualitas Standar Kerja Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat...85

(4)

xi

4.3 Penyesuaian Prestasi Disiplin Kerja dengan Standar Kerja Pegawai NegeriSipil di Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat ... .. 109 4.4 Pengambilan Tindakan Korektif Pegawai Negeri Sipil di Dinas

PSDA Provinsi Jawa Barat ... 113 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(5)

xii

Tabel 3.3 Jadwal Penelitian ... .... 74 Tabel 4.1 Tingkat Pendidikan PNS di Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat ...85 Tabel 4.2 Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan PNS...90 Tabel 4.3 Hukuman Disiplin bagi Pegawai Negeri Sipil yang Melanggar

(6)

xiii

(7)

xiv

Lampiran 2 Transkrip Wawancara ... ... 132

Lampiran 3 Daftar Identitas Informan ... ... 134

Lampiran 4 Dokumentasi Foto... ... 135

Lampiran 5 Surat Ijin Melaksanakan Penelitian ... ... 136

Lampiran 6 Surat Balasan Ijin Penelitian... ... 137

Lampiran 7 Surat Telah Melaksanakan Penelitian ……….139

(8)

vii

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Syukur Alhamdullilah peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayah-Nya peneliti dapat menyusun dan menyelesaikan Skripsi ini yang berjudul “Pengawasan Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil di Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Provinsi Jawa Barat ”.

Skripsi ini diajukan untuk mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia.. Peneliti menyadari bahwa dalam menyusun Skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan. Peneliti mengharapkan kritik yang membangun sebagai masukan yang berharga agar dapat menjadi bahan yang berguna dan bermanfaat bagi peneliti di masa yang akan datang.

Selama dalam penyusunan Skripsi ini, peneliti banyak menerima bimbingan, bantuan, masukan dan dorongan yang sangat berarti. Peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu khususnya peneliti menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia.

2. Ibu Dr. Dewi Kurniasih, S.IP., M.Si. sebagai Ketua Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia.

3. Ibu Tatik Rohmawati, S.IP.,M.Si. selaku Dosen Pembimbing bagi peneliti dalam penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Nia Karniawati, S.IP., M.Si. selaku Ketua Sidang Skripsi.

(9)

viii

8. Ibu Ade Sutini, S.KM dan seluruh aparatur di Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat yang telah banyak membantu peneliti melaksanakan penelitian. 9. Khususnya kepada Mama dan Papa yang tercinta, Adik, dan seluruh pihak

Keluarga yang sudah memberikan dorongan dengan do’a, moril maupun materil yang tidak ternilai, sangat berarti bagi Peneliti dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

10.Terima kasih kepada Annisa Sukma Widianti atas kasih sayang, perhatian, dan kesabaranmu yang telah memberikanku semangat dan inspirasi dalam meyelesaikan Tugas Akhir ini.

11.Sahabat-sahabat seperjuangan di Ilmu Pemerintahan Angkatan 2008 Lia Rosmalinda, Yuni Dwi Indriani, Mas Shofa S. Zakaria, Eko Sumindar Permana, Jakaria Budiman, Hendra Irawan, Ari Yunadi, Arta Suansa, Dading Kalijayadih, M. Sahal Tanfidzi, Segar Dezi Aji Susilo yang selalu ada disaat peneliti mengalami masa sulit dalam menyusun Skripsi ini. 12.Terima kasih kepada bapak Taufik Hidayat dan seluruh anak-anak kosan

Tubagus Ismail Bawah 17 B yang peneliti anggap sebagai saudara sendiri. 13.Untuk orang-orang yang tidak bisa disebutkan satu-persatu, yang telah

hadir memberikan kenangan dan memberi warna bagi kehidupan peneliti

Akhir kata peneliti sampaikan rasa terima kasih bagi semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam penyelesaian Skripsi ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.

Bandung, Juli 2013

(10)

127

Alfred, R. Lateiner. 2002. Teknik Memimpin Pegawai dan Pekerja. Terjemahan Imam Soedjono. Jakarta : Aksara Baru.

Bangun, Wilson. 2008. Intisari Manajemen. Bandung : PT Refika Aditma. Basu, Swastha. 1996. Azas-azas Marketing, Edisi Ketiga, Liberty, Yogyakarta. Bohari. 1992. Pengawasan Keuangan Negara. Jakarta : Rajawali Press.

B. Siswanto Sastrohadiwiryo, (2003). Manajemen Tenaga Kerja Indonesia: Pendekatan Administrasi dan Operasional. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Fatthoni, Abdurrahmat. 2006. Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Handayaningrat, (1996). Pengantar Studi Administrasi dan Manajemen. Jakarta : Penerbit PT Toko Gunung Agung.

Harahap, Sofyan Syafri. 2000. Sistem Pengawasan Manajemen. Jakarta: Pustaka Quantum

Hasibuan, Malayu S.P. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi. Bumi Aksara, Jakarta.

Maman Ukas. 2004. Manajemen: Konsep, Prinsip dan Aplikasi. Bandung Penerbit Agnini.

M. Situmorang, V. dan Juhir, J. (1994). Aspek Hukum Pengawasan Melekat dalam Lingkungan Aparatur Pemerintah. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Nawawi H.Hadari. 1990. Administrasi Personel Untuk Peningkatan Produktivitas Kerja. Jakarta : CV Haji Masagung.

Nawawi, Hadari. 1993.Pengawasan Melekat di Lingkungan Aparatur Pemerintah, Jakarta

(11)

Prof. Dr J.M. Papasi. 2013. Pembangunan Politik Strategi Nasional, Bandung : CV Amanah

Siagian, Sondang P.Prof.Dr.MPA. 1989. Fungsi-fungsi Manajerial. Jakarta Bumi Aksara.

2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara. Sinungan, M. 1995. Produktivitas Apa dan Bagaimana. Jakarta : Bumi Aksara. Sinungan, Muchdarsyah. 2000. Produktivitas, Apa dan Bagaimana. Jakarta : Bina

Aksara.

Situmorang & Juhir. 1994. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung Pustaka Setia.

Sugandha, Dann. 1999. Kepemimpinan di dalam organisasi. Cetakan Kedua. Bandung: Sinar Baru.

Sujamto, cetakan kedua, 1986. Aspek-aspek Pengawasan Di Indonesia. Sinar Grafika, Jakarta.

Terry, G.R. 2006 . Prinsip – Prinsip Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.

Tulus, Tu’u. 2004. Peran Disiplin Pada Perilaku Dan Prestasi Siswa. Jakarta: PT. Grasindo.

Veithzal Rivai.2005. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan Jakarta : Raja Grafindo Persada

Widjaja. A.W 2006. Administrasi Kepegawaian. Jakarta: Rajawali.

Winardi. 2000. Kepemimpinan dalam Manajmen. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

B. Dokumen -Dokumen Undang-undang Dasar 1945

Undang-Undang Nomor 8 tahun 1974 Tentang Pokok-pokok Kepegawaian. Undang-Undang No 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-pokok Kepegawaian. Undang -Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.

(12)

Keputusan Menteri No. 41 Tahun 2001 Tentang Pengawasan Represif Kebijakan Daerah.

Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 21 Tahun 2010 Tentang Pengawasan Ketenagakerjaan.

Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2001 Tentang Pembinaan dan Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 Tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

Peraturan Pemerintah Nomor 53 tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1979 Tentang Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil.

Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Tugas Pokok, Fungsi, Rincian Tugas Unit dan Tata Kerja Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat.

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 20 Tahun 2012 Tentang Kinerja dan Disiplin Pegawai Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 34 Tahun 2013 Tentang Hari dan Jam Kerja di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

C. Media Elektronik

Website Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat www.psda.jabar prov.go.id Diakses pada tanggal 2 Maret 2013 pukul 13.00 WIB.

Website Badan Kepegawaian daerah Jawa Barat www.bkd.jabarprov.go.id Diakses pada tanggal 5 April 2013 pukul 21.00 WIB.

(13)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Sumber Daya Manusia merupakan bagian dari dalam suatu kemajuan ilmu, pembangunan, dan teknologi. Oleh karena itu dalam era sekarang ini dimana teknologi dan peradaban sudah sangat maju, menuntut Sumber Daya Manusia yang kompeten yang memiliki semangat dan kedisiplinan yang tinggi dalam menjalankan peran dan fungsinya baik untuk individual maupun tujuan organisasial. Sumber Daya Manusia yang dimaksud disini adalah Pegawai Negeri Sipil, Warga Negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang, diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri atau diserahi tugas lainnya, digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan juga merupakan unsur pelaksana pemerintah, perekat, pemersatu bangsa dan negara dan juga dipercaya pemerintah untuk mencapai tujuan nasional. Karena itu Pegawai Negeri disebut sebagai unsur aparatur Negara yang mempunyai tugas menyelenggarakan tugas-tugas umum pemerintah dan pembangunan.

(14)

kesadaran tinggi akan tanggung jawabnya sebagai aparatur negara dan abdi masyarakat.

Hal diatas secara umum ditegaskan dalam UU No. 8 Tahun 1974 jo UU No.43 Tahun 1999 tentang perubahan atas UU No. 8 tahun 1974 tentang pokok-pokok kepegawaian, pasal 1 ayat 1 yang berisi bahwa pada dasarnya Pegawai Negeri Sipil memiliki peran dan fungsi utama, antara lain:

1. Pegawai Negeri Sipil sebagai pelaksana peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

2. Pegawai Negeri Sipil menjalankan fungsi manajemen pelayanan publik. 3. Pegawai Negeri Sipil sebagai pengelola pemerintahan.

(15)

meningkatkan kompetensi, karena Pegawai Negeri Sipil adalah berkedudukan sebagai unsur aparatur negara yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil, dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan, dan pembangunan. Untuk memiliki kompetensi yang tinggi disiplin merupakan faktor utama yang harus dimiki Pegawai Negeri Sipil.

(16)

tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil, yaitu : hukuman disiplin ringan, hukuman disiplin sedang, dan hukuman disiplin berat. Hukuman disiplin ringan terdiri dari : teguran lisan, teguran tertulis, dan pernyataan tidak puas secara tertulis. Adapun hukuman disiplin sedang meliputi : penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun, penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun, dan penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu) tahun. Sedangkan hukuman disiplin berat terdiri dari : penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun, pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah, pembebasan dari jabatan, pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai Pegawai Negeri Sipil, dan pemberhentian tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil.

(17)

penyelewengan-penyelewengan. Oleh karena itu perlu dilakukan pengawasan yang efektif, khususnya yang berkaitan dengan tugas-tugas pokok pemerintahan dan pembangunan, hal ini bertujuan untuk menunjang terwujudnya pemerintahan yang bersih dan berwibawa, dan untuk mewujudkannya maka perlu diterapkan fungsi pengawasan terhadap kinerja pemerintahan dan pembangunan.

(18)

secara langsung oleh Kepala Dinas jarang sekali dilakukan pada Pegawai Negeri Sipil di Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat.

Berdasarkan dari uraian tersebut diatas, maka untuk mewujudkan aparat pemerintahan yang bersih dan berwibawa, kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil merupakan salah satu faktor yang sangat menetukan, Pegawai Negeri Sipil sebagai aparat pemerintah, abdi negara dan abdi masyarakat harus bisa menjadi suri tauladan terhadap masyarakat secara keseluruhan, sehingga masyarakat dapat percaya terhadap peran Pegawai Negeri Sipil. Salah satu upaya untuk mewujudkan disiplin kerja adalah dengan melakukan pengawasan.

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengambil judul skripsi : “Pengawasan Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil di Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Provinsi Jawa Barat .”

1.2Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengawasan disiplin kerja Pegawai Negeri Sipil di Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Provinsi Jawa Barat.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

(19)

1. Untuk mengetahui penetapan standar kerja disiplin Pegawai Negeri Sipil di Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat.

2. Untuk mengetahui pengukuran prestasi kerja Pegawai Negeri Sipil di Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat.

3. Untuk mengetahui penyesuaian prestasi kerja dengan standar kerja Pegawai Negeri Sipil di Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat.

4. Untuk mengetahui tindakan korektif kerja Pegawai Negeri Sipil di Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat.

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan yang bersifat teoritis dan praktis, sebagai berikut :

1. Bagi kepentingan peneliti, hasil penelitian ini dapat berguna untuk menambah pengalaman, wawasan, pengetahuan dan memahami pengawasan disiplin kerja Pegawai Negeri Sipil di Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat.

2. Secara teoritis, hasil penelitian ini untuk mengembangkan teori-teori yang peneliti gunakan yang relevan dengan permasalahan dalam penelitian ini terutama mengenai pengawasan disiplin kerja Pegawai Negeri Sipil di Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat serta dapat memberikan kontribusi positif bagi perkembangan Ilmu Pemerintahan.

(20)

8 2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Konsep Pengawasan 2.1.1.1 Pengertian Pengawasan

Adanya berbagai jenis kegiatan pembangunan dilingkungan pemerintahan menuntut penanganan yang lebih serius agar tidak terjadi pemborosan dan penyelewengan yang dapat mengakibatkan kerugian keuangan pada negara. Untuk menghindari hal tersebut maka diperlukan suatu sistem pengawasan yang tepat. Ini bertujuan untuk menjaga kemungkinan agar pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik.

(21)

buruknya pegawai bekerja sebagian besar akan tergantung kepada betapa efektifnya ia bergaul dengan mereka.

Pengawasan merupakan salah satu unsur yang penting dalam sebuah organisasi untuk mencapai tujuannya, dimana dengan adanya pengawasan dapat mengantisipasi terjadinya kesalahan atau hambatan dalam pelaksanaan setiap kegiatan yang dilakukan melalui proses pengamatan, agar semua kegiatan yang dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian pengawasan pada hakekatnya merupakan tindakan membandingkan antara hasil dalam kenyataan (dassein) dengan hasil yang diinginkan (das sollen). Hal ini disebabkan karena antara kedua hal tersebut sering terjadi penyimpangan-penyimpangan, maka tugas pengawasan adalah melakukan koreksi atas penyimpangan-penyimpangan tersebut.

Pengawasan merupakan salah satu fungsi dalam manajemen suatu organisasi. Dimana memiliki arti suatu proses mengawasi dan mengevaluasi suatu kegiatan. Suatu Pengawasan dikatakan penting karena tanpa adanya pengawasan yang baik tentunya akan menghasilkan tujuan yang kurang memuaskan, baik bagi organisasinya itu sendiri maupun bagi para pekerjanya. Di dalam suatu organisasi terdapat tipe-tipe pengawasan yang digunakan, seperti pengawasan Pendahuluan (preliminary control), Pengawasan pada saat kerja berlangsung (cocurrent control), Pengawasan (feed backcontrol). Di dalam proses pengawasan juga diperlukan tahap-tahap pengawasan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

(22)

pengukuran pelaksanaan kegiatan, tahap pembandingan pelaksanaan dengan standar dan analisa penyimpangan dan tahap pengambilan tindakan koreksi. Suatu Organisasi juga memiliki perancangan proses pengawasan, yang berguna untuk

merencanakan secara sistematis dan terstruktur agar proses pengawasan berjalan

sesuai dengan apa yang dibutuhkan atau direncanakan. Pengawasan dalam

organisasi pemerintah diperlukan agar organisasi pemerintahan dapat bekerja secara efisien, efektif dan ekonomis. Pengawasan disini merupakan unsur penting untuk meningkatkan pendayagunaan aparatur negara dalam melaksanakan tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan menuju terwujudnya pemerintahan yang bersih dan berwibawa.

Pengawasan bisa didefinisikan sebagai suatu usaha sistematis untuk membandingkan kinerja standar, rencana, atau tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu untuk menentukan apakah kinerja sejalan dengan standar tersebut dan untuk mengambil tindakan penyembuhan yang diperlukan untuk melihat bahwa sumber daya manusia digunakan dengan seefektif dan seefisien mungkin didalam mencapai tujuan. Seperti yang diungakapkan dibawah ini :

“Pengawasan sebagai mendeterminasi apa yang telah dilaksanakan, maksudnya mengevaluasi prestasi kerja dan apabila perlu, menerapkan tindakan-tindakan korektif sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan”. (Tery, 2006:395)

Pendapat mengenai pengawasan diatas dapat diperkuat dengan pendapat Robbin bahwa pengertian pengawasan yang sebagaimana mestinya yaitu adalah:

(23)

Berdasarkan pengertian pengawasan diatas dapat dijelaskan bahwa pengawasan adalah proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan pengambilan keputusan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan kinerja yang telah ditetapkan.

Menurut Winardi (2000 : 585) "Pengawasan adalah semua aktivitas yang dilaksanakan oleh pihak manajer dalam upaya memastikan bahwa hasil aktual sesuai dengan hasil yang direncanakan". Sedangkan menurut Basu Swasta (1996:216) "Pengawasan merupakan fungsi yang menjamin bahwa kegiatan-kegiatan dapat memberikan hasil seperti yang diinginkan". Sarwoto (2010 : 94) menyatakan bahwa : ”Pengawasan adalah kegiatan manajer yang mengusahakan

agar pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan atau hasil yang dikehendaki.”

(24)

2.1.1.2 Maksud dan Tujuan Pengawasan

Terwujudnya tujuan yang dikehendaki oleh organisasi sebenarnya tidak lain merupakan tujuan dari pengawasan. Sebab setiap kegiatan pada dasarnya selalu mempunyai tujuan tertentu. Oleh karena itu, pengawasan mutlak diperlukan dalam usaha pencapaian suatu tujuan. Untuk dapat merealisasi tujuan tersebut, maka pengawasan bertujuan agar pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan instruksi atau perintah yang telah di keluarkan, dan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan serta kesuliatan-kesulitan yang di hadapi dalam pelaksanaan rencana berdasarkan penemuan-penemuan tersebut dapat di ambil tindakan untuk memperbaikinya, baik pada waktu itu maupun waktu yang akan datang.

Menurut Situmorang dan Juhir (1994: 22) maksud pengawasan adalah untuk:

1) Mengetahui jalannya pekerjaan, apakah lancar atau tidak.

2) Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh pegawai dan mengadakan pencegahan agar tidak terulang kembali kesalahan-kesalahan yang sama atau timbulnya kesalahan yang baru.

3) Mengetahui apakah penggunaan budget yang telah ditetapkan dalam rencana terarah kepada sasarannya dan sesuai dengan yang telah direncanakan.

4) Mengetahui pelaksanaan kerja sesuai dengan program (fase tingkat pelaksanaan) seperti yang telah ditentukan dalam planning atau tidak. 5) Mengetahui hasil pekerjaan dibandingkan dengan yang telah ditetapkan

dalam planning, yaitu standard.

(25)

Sementara itu, menurut Handayaningrat (1996:43) memberikan maksud pengawasan sebagai berikut:

“Pengawasan itu dimaksudkan untuk mencegah atau untuk memperbaiki kesalahan, penyimpangan, ketidaksesuaian, penyelewengan dan lainnya yang tidak sesuai dengan tugas dan wewenang yang telah ditentukan. Jadi maksud pengawasan bukan mencari kesalahan terhadap orangnya, tetapi mencari kebenaran terhadap hasil pelaksanaan pekerjaannya”.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa maksud pengawasan adalah untuk mengetahui pelaksanaan kerja, hasil kerja, dan segala sesuatunya apakah sesuai dengan yang direncanakan atau tidak, serta mengukur tingkat kesalahan yang terjadi sehingga dapat diperbaiki kearah yang lebih baik agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Selanjutnya menurut Sujamto bahwa dalam merencanakan dan melaksanakan pengawasan perlu diperhatikan hal-hal berikut :

1. Agar pelaksanaan tugas umum pemerintah dilakukan secara tertib berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta berdasarkan sendi-sendi kewajaran penyelenggaraan pemerintahan agar tercapai daya guna dan tepat guna yang sebaik-baiknya.

2. Agar pelaksanaan pembangunan dilaksanakan sesuai dengan rencana dan program pemerintah serta peraturan perundang-undangan yang berlaku sehingga tercapai sasaran yang ditetapkan.

3. Agar hasil-hasil pembangunan dapat dinilai seberapa jauh tercapai untuk memberi umpan balik berupa pendapat, kesimpulan, dan pelaksana tugas umum pemerintah dan pembangunan

4. Agar sejauh mungkin mencegah terjadinya pemborosan, kebocoran dan penyimpangan dalam penggunaan wewenang, tenaga, uang dan perlengkapan milik negara, sehingga dapat terbina aparatur yang tertib, bersih, berwibawa, berdaya guna dan berhasil guna.

Sujamto (1986:157)

(26)

sesuai berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, agar pelaksanaaaan pembangunan dapat dilaksanakan sehingga hasil-hasil pembangunan dapat berdaya dan berhasil guna. Tujuan dari dilaksanakannya pengawasan tersebut diatas diharapkan dapat mencapai target tentang adanya kepastian terhadap kualitas dan kuantitas pekerjaan, meminimalisir pemborosan bahan, tenaga, biaya dan pikiran sehingga dapat diketahui perkembangan dari tiap-tiap taraf dan langkah-langkah kegiatan serta dapat diketahui pula ada atau tidaknya perubahan dan perlu atau tidaknya perbaikan, penyesuaian rencana, bimbingan, pengarahan dan system yang diterapkan.

Sementara itu berkaitan dengan tujuan pengawasan, Maman Ukas (2004:337) mengemukakan bahwa tujuan pengawasan, yaitu:

1) Mensuplai pegawai-pegawai manajemen dengan informasi-informasi yang tepat, teliti dan lengkap tentang apa yang akan dilaksanakan.

2) Memberi kesempatan pada pegawai dalam meramalkan rintangan-rintangan yang akan mengganggu produktivitas kerja secara teliti dan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk menghapuskan atau mengurangi gangguan-gangguan yang terjadi.

3) Setelah kedua hal di atas telah dilaksanakan, kemudian para pegawai dapat membawa kepada langkah terakhir dalam mencapai produktivitas kerja yang maksimum dan pencapaian yang memuaskan dari pada hasil-hasil yang diharapkan.

(27)

Menurut Situmorang dan Juhir (1994:26) mengatakan bahwa tujuan pengawasan adalah:

1) Agar terciptanya aparat yang bersih dan berwibawa yang didukung oleh suatu sistem manajemen pemerintah yang berdaya guna dan berhasil guna serta ditunjang oleh partisipasi masyarakat yang konstruksi dan terkendali dalam wujud pengawasan masyarakat (kontrol sosial) yang obyektif, sehat dan bertanggung jawab.

2) Agar terselenggaranya tertib administrasi di lingkungan aparat pemerintah, tumbuhnya disiplin kerja yang sehat.

3) Agar adanya keluasan dalam melaksanakan tugas, fungsi atau kegiatan tumbuhnya budaya malu dalam diri masing-masing aparat, rasa bersalah dan rasa berdosa yang lebih mendalam untuk berbuat hal-hal yang tercela terhadap masyarakat dan ajaran agama.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat diketahui bahwa pada intinya tujuan pengawasan yaitu, membandingkan antara pelaksanaan dengan rencana serta intruksi-intruksi yang telah dibuat atau ditetapkan. Untuk mengetahui ada tidaknya kesulitan-kesulitan, kelemahan dan kegagalan-kegagalan serta efisiensi dan efektivitas kerja pegawai serta mencari jalan keluar apabila ada kesulitan, kegagalan atau dengan kata lain melakukan tindakan korektif.

2.1.1.3 Sifat-sifat Pengawasan

(28)

Adapun sifat-sifat pengawasan menurut Siagian (2008: 114) adalah sebagai berikut:

1) Pengawasan harus bersifat fact finding dalam arti bahwa pelaksanaan fungsi pengawasan harus menemukan fakta-fakta tentang bagaimana tugas-tugas dijalankan dalam organisasi. Terpaut dengan tugas tentunya ada faktor-faktor lain, seperti faktor biaya, tenaga kerja, sistem, dan prosedur kerja, struktur organisasi dan faktor-faktor psikologis seperti rasa dihormati, dihargai, kemajuan dalam karier, dan sebagainya.

2) Pengawasan harus bersifat preventif yang berarti bahwa proses pengawasan itu dijalankan untuk mencegah timbulnya penyimpangan-penyimpangan dan penyelewengan-penyelewengan dari rencana yang telah ditentukan.

3) Pengawasan diarahkan kepada masa sekarang yang berarti bahwa pengawasan hanya dapat ditunjukkan terhadap kegiatan-kegiatan yang kini sedang dilaksanakan.

4) Pengawasan hanyalah sekedar alat untuk meningkatkan efisiensi. Pengawasan tidak boleh dipandang sebagai tujuan.

5) Karena pengawasan hanya sekedar alat administrasi dan manajemen maka pelaksanaan pengawasan itu harus mempermudah tercapainya tujuan. 6) Proses pelaksanaan pengawasaan harus efisien. Jangan sampai terjadi

pengawasan menghambat usaha efisiensi.

7) Pengawasan tidak dimaksudkan untuk menentukan siapa yang salah jika ada ketidakberesan. Akan tetapi untuk menemukan apa yang tidak benar. 8) Pengawasan harus bersifat membimbing agar para pelaksana

meningkatkan kemampuannya untuk melakukan tugas yang ditentukan baginya.

(29)

2.1.1.4 Metode Pengawasan

Handayaningrat (1996 : 147) mengemukakan metode pengawasan yang dapat di uraikan sebagai berikut :

1. Pengawasan Langsung. Yaitu apabila aparat pengawasan/pimpinan organisasi melakukan pemeriksaan langsung pada tempat pelaksanaan pekerjaan, metode ini dimaksudkan agar segera dapat dilakukan tindakan perbaikan dan penyempurnaan dalam pelaksanaan pekerjaan.

2. Pengawasan Tidak Langsung. Yaitu apabila aparat pengawasan/pimpinan organisasi melakukan pemeriksaan pelaksanaan pekerjaan melalui laporan-laporan masuk padanya. Laporan-laporan dapat berupa uraian kata-kata, deretan-angka-angka atau statistik yang berisi gambaran atas hasil kemajuan yang telah dicapai sesuai dengan pengeluaran biaya/anggaran yang telah direncanakan.

3. Pengawasan formal. Adalah pengawasan yang secara formal dilakukan oleh unit/aparat pengawasan yang bertindak atas nama pimpinan organisasi itu. Dalam pengawasan ini biasanya telah ditentukan prosedur,hubungan, dan tata kerja. Misalnya: periode waktu pemeriksaan, periode waktu pertanggungjawaban dan periode waktu pelaporan.

4. Pengawasan informal. Adalah pengawasan yang tidak melalui saluran formal atau prosedur yang telah ditentukan.Pengawasan informal ini biasanya dilakukan oleh pejabat pimpinan dengan melalui kunjungan yang tidak resmi (pribadi), hal ini dimaksudkan untuk menghindarkan kekakuan dalam hubungan atasan dan bawahan.

5. Pengawasan administratif. Adalah pengawasan yang meliputi bidang keuangan, kepegawaian dan material.

6. Pengawasan teknis (technical control). Pengawasan teknik ini adalah pengawasan terhadap hal-hal yang bersifat fisik, misalnya pemeriksaan terhadap pembangunan gudang,pemeriksaan terhadap pembuatan kapal, dan sebagainya.

(30)

lisan. Laporan formal ialah pengawasan yang dilakukan oleh pejabat berwenang (resmi) baik yang bersifat intern maupun ekstern. Misalnya seorang pejabat Inspektorat melakukan pemeriksaan dalam lingkungan depertemennya atau instansi yang ada didalam jajaran departemennya. Pengawasan Informal ialah pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat baik langsung maupun tidak langsung. Pengawasan administratif ialah pengawasan yang berkaitan dengan seluruh keuangan yang ada didalam organisasi. Pengawasan teknis ialah pengawasan yang yang bersifat fisik didalam organisasi misalnya pembangunan gedung.

Sependapat dengan Handayaningrat, Siagian (1989 : 139) mengungkapkan bahwa proses pengawasan pada dasarnya dilaksanakan oleh administrasi dan manajemen dengan mempergunakan dua macam metode, yaitu:

1. Pengawasan langsung (direct control) ialah apabila pimpinan organisasi mengadakan sendiri pengawasan terhadap kegiatan yang sedang dijalankan. Pengawasan langsung ini dapat berbentuk: (a)inspeksi langsung, (b) on the spot observation, (c) on the spot report, yang sekaligus berarti pengambilan keputusan on the spot pula jika diperlukan. Akan tetapi karena banyaknya dan kompleksnya tugas-tugas seorang pimpinan terutama dalam organisasi yang besar, seorang pimpinan tidak mungkin dapat selalu menjalankan pengawasan langsung itu. Karena itu sering pula ia harus melakukan pengawasan yang bersifat tidak langsung. 2. Pengawasan tidak langsung (indirect control) ialah pengawasan jarak

(31)

Sementara itu menurut Bohari (1992 : 25) membagi macam metode pengawasan sebagai berikut :

1. Pengawasan preventif, dimaksudkan untuk mencegah terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan kegiatan.Pengawasan preventif ini biasanya berbentuk prosedur yang harus ditempuh dalam pelaksanaan kegiatan. Pengawasan preventif ini bertujuan:

a) Mencegah terjadinya tindakan-tindakan yang menyimpang dari dasar yang telah ditentukan.

b)Memberi pedoman bagi terselenggaranya pelaksanaan kegiatan secara efisien dan efektif.

c) Menentukan saran dan tujuan yang akan dicapai.

d)Menentukan kewenangan dan tanggung jawab sebagai lembaga sehubungan dengan tugas yang harus dilaksanakan.

2. Pengawasan represif, ini dilakukan setelah suatu tindakan dilakukan dengan membandingkan apa yang telah terjadi dengan apa yang seharusnya terjadi. Dengan pengawasan represif dimaksud untuk mengetahui apakah kegiatan dan pembiayaan yang telah dilakukan itu telah mengikuti kebijakan dan ketentuan yang telah ditetapkan. Pengawasan represif ini biasa dilakukan dalam bentuk:

a) Pengawasan dari jauh, adalah pengawasan yang dilakukan dengan cara pengujian dan penelitian terhadap surat-surat pertanggungan jawab disertai bukti-buktinya mengenai kegiata-kegiatan yang dilaksanakan. b)Pengawasan dari dekat, adalah pengawasan yang dilakukan ditempat

kegiatan atau tempat penyelenggaraan administrasi.

(32)

2.1.1.5 Proses Pengawasan

Pengawasan merupakan salah satu fungsi dalam manajemen suatu organisasi. Dimana memiliki arti suatu proses mengawasi dan mengevaluasi suatu kegiatan. Suatu Pengawasan dikatakan penting karena tanpa adanya pengawasan yang baik tentunya akan menghasilkan tujuan yang kurang memuaskan, baik bagi organisasinya itu sendiri maupun bagi para pegawainya.

Menurut Oteng Sutisna (1993: 240) dimana proses tindakan pengawasan terdiri dari empat langkah yaitu:

1) Menetapkan suatu kriteria atau standar pengukuran atau penilaian. 2) Mengukur atau menilai perbuatan (performance) yang sedang atau sudah

dilakukan.

3) Membandingkan perbuatan dengan standar yang ditetapkan dan menetapkan perbedaanya jika ada.

(33)

Menurut Wilson Bangun (2008: 164) mengungkapkan proses pengawasan

3) Menyesuaikan prestasi kerja dengan standar kerja.

4) Mengambil tindakan korektif.

Berdasarkan proses pengawasan diatas dapat dijelaskan bahwa menetapkan standar disiplin adalah langkah awal dalam pengawasan yang merupakan pedoman untuk mengetahui ada tidaknya penyimpangan. Standar adalah kriteria yang sederhana dalam menilai suatu pekerjaan tertentu. Standar kerja dapat diketahui dari analisis pekerjaan (Job Analysis), sehingga ini merupakan suatu rencana yang ditetapkan untuk dilakukan oleh setiap pegawai. Standar dapat dinyatakan dalam bentuk kuantitas dan kualitas. Mengukur prestasi kerja adalah menilai pekerjaan yang dikerjakan oleh para pegawai. Pengukuran adalah proses yang berulang-ulang dan berlangsung secara terus menerus. Pengukuran prestasi kerja dapat dilakukan tergantung pada jenis kegiatan yang diukur. Untuk mengukur prestasi kerja dinyatakan dengan waktu pengerjaan tugas dan jumlah kehadiran pegawai. Menyesuaikan prestasi kerja dengan standar yaitu setelah para pegawai melaksanakan tugasnya maka akan diperoleh hasil atas kegiatannya. Kemudian, hasil yang dicapai para pegawai tersebut dibandingkan dengan standar yang ditetapkan. Mengambil tindakan korektif

adalah setelah membandingkan antara hasil yang dicapai para Pegawai dengan

(34)

ditetapkan. Apabila hasil yang dicapai tidak sesuai dengan standar maka akan

dilakukan tindakan korektif.

2.1.2 Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil

Disiplin kerja sangat penting bagi pegawai yang bersangkutan maupun bagi organisasi karena disiplin kerja akan mempengaruhi produktivitas kerja pegawai. Oleh karena itu, pegawai merupakan motor penggerak utama dalam organisasi. Disiplin kerja yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab sesorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Disiplin adalah tindakan manajemen untuk memberikan semangat kepada pelaksanaan standar organisasi, ini adalah pelatihan yang mengarah pada upaya membenarkan dan melibatkan pengetahuan-pengetahuan sikap dan perilaku pegawai sehingga ada kemauan pada diri pegawai untuk menuju pada kerjasama dan prestasi yang lebih baik.

(35)

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja adalah suatu keadaan tertib dimana keadaan seseorang atau sekelompok orang yang tergabung dalam organisasi tersebut berkehendak mematuhi dan menjalankan peraturan-peraturan perusahaan baik yang tertulis maupun tidak tertulis dengan dilandasi kesadaran akan tercapainya suatu kondisi antara keinginan dan kenyataan dan diharapkan agar para pegawai memiliki sikap disiplin yang tinggi dalam bekerja sehingga produktivitasnya meningkat. Selanjutnya, Tujuan disiplin kerja adalah untuk meningkatkan efisiensi kerja semaksimal mungkin dengan cara mencegah pemborosan waktu dan energi. Disiplin kerja dibutuhkan untuk tujuan organisasi yang lebih jauh, guna menjaga efisiensi dan mengoreksi tindakan-tindakan individu dalam itikad tidak baik terhadap kelompok.

Secara khusus tujuan disiplin kerja pegawai dapat dilihat sebagai berikut : 1) Agar para pegawai menepati segala peraturan dan kebijakan

ketenagakerjaan maupun peraturan dan kebijakan organisasi yang berlaku, baik tertulis maupun tidak tertulis, serta melaksanakan perintah manajemen dengan baik,

2) Pegawai dapat melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya serta mampu memberikan pelayanan yang maksimum kepada pihak tertentu yang berkepentingan dengan organisasi sesuai dengan bidang pekerjaan yang diberikan kepadanya,

3) Pegawai dapat menggunakan, dan memelihara sarana dan prasarana, barang dan jasa organisasi dengan sebaik-baiknya,

4) Para pegawai dapat bertindak dan berpartisipasi sesuai dengan norma-norma yang berlaku pada organisasi,

5) Pegawai mampu menghasilkan produktivitas yang tinggi sesuai dengan harapan organisasi, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

(36)

Berdasarkan tujuan disiplin kerja maka disiplin kerja pegawai harus ditegakkan dalam suatu organisasi. Tanpa dukungan organisasi pegawai yang baik, sulit bagi organisasi untuk mewujudkan tujuannya. Disiplin mencakup unsur-unsur ketaatan, kesetiaan, kesungguhan dalam melaksanakan tugas yang diberikan kepada pegawai berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat dan pihak tertentu yang berkepentingan dengan organisasi serta mampu menghasilkan produktivitas pwai yang tinggi bagi organisasi.

2.1.3 Fungsi Disiplin Kerja

Disiplin kerja sangat dibutuhkan oleh setiap pegawai. Disiplin menjadi

persyaratan bagi pembentukan sikap, perilaku, dan tata kehidupan berdisiplin

yang akan membuat para pegawai mendapat kemudahan dalam bekerja,

dengan begitu akan menciptakan suasana kerja yang kondusif dan mendukung

usaha pencapaian tujuan.

Pendapat tersebut diatas dipertegas oleh pernyataan Tulus tu’u (2004:38)

yang mengemukakan beberapa fungsi disiplin, antara lain : a. Menata kehidupan bersama

b. Membangun kepribadian c. Melatih kepribadian d. Pemaksaan

e. Hukuman

f. Menciptakan lingkungan kondusif

(37)

lebih baik dan lancar. Disiplin juga dapat membangun kepribadian seorang pegawai lingkungan yang memiliki disiplin yang baik, sangat berpengaruh terhadap kepribadian seseorang. Lingkungan organisasi yang memiliki keadaan yang tenang, tertib dan tenteram sangat berperan dalam membangun kepribadian yang baik. Disiplin merupakan sarana untuk melatih kepribadian pegawai agar senantiasa menunjukan kinerja yang baik, sikap, perilaku, dan pola kehidupan yang baik pula. Berdisiplin tidak terbentuk dalam waktu yang lama, salah satu proses untuk membentuk kepribadian tersebut dilakukan melalui proses latihan. Latihan tersebut dilaksanakan bersama antar pegawai, pimpinan dan seluruh personil yang ada dalam organisai. Disiplin berfungsi sebagai pemaksaan kepada seseorang untuk mengikuti peraturan-peraturan yang berlaku dilingkungan tersebut dengan pemaksaan, pembiasaan, dan latihan disiplin seperti itu dapat menyadarkan bahwa disiplin itu penting.

(38)

Disiplin yang disertai ancaman sanksi atau hukuman sangat penting karena dapat memberikan dorongan kekuatan untuk mentaati dan mematuhinya tanpa ancaman, sanksi atau hukuman, dorongan kataatan dan kepatuhan dapat menjadi lemah serta motivasi untuk mengikuti aturan yang berlaku menjadi kurang. Maka dari itu fungsi disiplin kerja adalah sebagai pembentukan sikap, perilaku dan tata kehidupan berdisiplin didalam lingkungan di tempat seseorang itu berada, temasuk lingkungan kerja sehingga tercipta suasana tertib dan teratur dalam pelaksanaan pekerjaan.

2.1.4 Sanksi Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil

Tujuan utama pengadaan sanksi disiplin kerja bagi para pegawai yang melanggar norma-norma organisasi adalah memperbaiki dan mendidik pegawai yang melakukan pelanggaran disiplin. Pada umumnya sebagai pegangan pimpinan meskipun tidak mutlak, tingkat dan jenis sanksi disiplin kerja yang dikemukakan Sastrohadiwiryo (2003 : 293) menyatakan sanksi disiplin terdiri atas sanksi disiplin berat, sanksi disiplin sedang, sanksi disiplin ringan yang dapat dilihat sebagai berikut :

1)Sanksi Disiplin Berat

Sanksi disiplin berat misalnya :

a. Demosi jabatan yang setingkat lebih rendah dari jabatan atau pekerjaan yang diberikan sebelumnya.

b. Pembebasan dari jabatan atau pekerjaan untuk dijadikan sebagai pegawai biasa bagi yang memegang jabatan.

c. Pemutusan hubungan kerja dengan hormat atas permintaan sendiri tenaga kerja yang bersangkutan.

d. Pemutusan hubungan kerja tidak dengan hormat sebagai tenaga kerja di organisasi atau perusahaan.

2) Sanksi Disiplin Sedang

(39)

a. Penundaan pemberian kompensasi yang sebelumnya telah dirancangkan sabagaimana tenaga kerja lainnya.

b. Penurunan upah atau gaji sebesar satu kali upah atau gaji yang biasanya diberikan harian, mingguan atau bulanan.

c. Penundaan program promosi bagi tenaga kerja yang bersangkutan pada jabatan yang lebih tinggi.

3)Sanksi Disiplin Ringan

Sanksi disiplin ringan misalnya :

a. Teguran lisan kepada tenaga kerja yang bersangkutan. b. Teguran tertulis

c. Pernyataan tidak puas secara tertulis

Berdasarkan PP No 53 Tahun 2010 pasal 7, tingkat dan jenis hukuman disiplin Pegawai Negeri Sipil dapat dilihat sebagai berikut :

1. Tingkat hukuman disiplin terdiri dari : a. Hukuman disiplin ringan.

b. Hukuman disiplin sedang. c. Hukuman disiplin berat.

2. Jenis hukuman disiplin ringan sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a terdiri dari :

a. Teguran lisan. b. Teguran tertulis.

c. Pernyataan tidak puas secara tertulis.

3. Jenis hukuman disiplin sedang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri dari :

a. Penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun. b. Penundaan kenaikan pangkatselama 1 (satu) tahun.

(40)

4. Jenis hukuman disiplin berat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri dari :

a. Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun. b. Pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah. c. Pembebasan dari jabatan.

d. Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS. e. Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS.

Penetapan jenis sanksi disiplin yang akan dijatuhkan kepada pegawai yang melanggar hendaknya dipertimbangkan dengan cermat, teliti, dan seksama bahwa sanksi disiplin yang akan dijatuhkan tersebut setimpal dengan tindakan dan perilaku yang diperbuat. Dengan demikian, sanksi disiplin tersebut dapat diterima dengan rasa keadilan. Kepada pegawai yang pernah diberikan sanksi disiplin dan mengulangi lagi pada kasus yang sama, perlu dijatuhi sanksi disiplin yang berat dengan tetap berpedoman pada kebijakan pemerintah yang berlaku.

2.1.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi Disiplin Kerja

(41)

harus memberikan kepemimpinan yang baik.

Menurut Hasibuan (2005 : 13) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan pegawai diantaranya, yaitu :

1. Tujuan dan kemampuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan pegawai diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :

Pertama, tujuan dan kemampuan merupakan tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup menantang bagi kemampuan pegawai. Hal ini berarti bahwa pekerjaan yang dibebankan kepada seseorang pegawai harus sesuai dengan kemampuan pegawai yang bersangkutan. Tetapi jika pekerjaan itu diluar kemampuannya atau pekerjaannya itu jauh dibawah kemampuannya, maka kesungguhan dan kedisiplinan karyawan akan rendah.

Kedua, teladan pimpinan yaitu dalam menentukan disiplin kerja pegawai

maka pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahannya. Pimpinan harus memberi contoh yang baik, berdisiplin baik, jujur, adil, serta sesuai kata dan perbuatan. Pimpinan jangan mengharapkan kedisiplinan bawahannya baik, jika dia sendiri kurang berdisiplin. Pimpinan harus menyadari bahwa perilakunya akan dicontoh dan diteladani oleh para bawahannya.

Ketiga, balas jasa (gaji dan kesejahteraan) ikut mempengaruhi kedisiplinan

(42)

perusahaan tempatnya bekerja atau pekerjaannya. Perusahaan harus memberikan balas jasa yang sesuai. Kedisiplinan pegawai tidak mungkin baik apabila balas jasa yang mereka terima kurang memuaskan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya beserta keluarganya. Pegawai akan sulit untuk berdisiplin baik jika kebutuhan-kebutuhan primernya tidak terpenuhi dengan baik.

Keempat, keadilan mendorong terwujudnya kedisiplinan pegawai, karena

ego dan sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting dan minta diperlakukan sama dengan manusia lainnya. Apabila keadilan yang dijadikan dasar kebijaksanaan dalam pemberian balas jasa (pengakuan) atau hukuman, akan merangsang terciptanya kedisiplinan pegawai yang baik. Pimpinan yang baik dalam kepemimipinannya selalu bersikap adil terhadap semua bawahannya, karena dia menyadari bahwa dengan keadilan yang baik akan menciptakan kedisiplinan yang baik pula.

Kelima, pengawasan melekat atau waskat harus dijadikan suatu tindakan

(43)

kesalahan-kesalahan dan mendukung kedisiplinan serta moral kerja dari pegawai. Jadi waskat ini menuntut adanya kebersamaan aktif antara atasan dengan bawahannya dalam mencapai tujuan perusahaan, pegawai dan masyarakat. Dengan kebersamaan yang aktif antara atasan dengan bawahan ini maka terwujudlah kerja sama yang baik dan harmonis dalam perusahaan yang mendukung terbinanya kedisiplinan pegawai yang baik.

Keenam, sanksi hukuman berperan penting dalam memelihara kedisiplinan

pegawai. Karena dengan adanya sanksi hukuman yang semakin berat, pegawai akan semakin takut melanggar peraturan-peraturan perusahaan, sikap dan perilaku yang indisipliner pegawai akan berkurang. Berat ringannya sanksi hukuman yang akan diterapkan ikut mempengaruhi baik buruknya kedisiplinan pegawai. Sanksi hukuman harus ditetapkan berdasarkan pertimbangan yang logis, masuk akal dan di informasikan secara jelas kepada semua pegawai. Sanksi hukuman jangan terlalu ringan ataupun terlalu berat, supaya hukuman itu tetap mendidik pegawai untuk mengubah perilakunya. Sanksi hukuman hendaknya cukup wajar untuk setiap tingkatan indisipliner, bersifat mendidik dan menjadi alat motivasi untuk memelihara kedisiplinan.

Ketujuh, ketegasan yaitu pimpinan harus berani tegas bertindak untuk

(44)

bahkan akan semakin banyak yang berani melanggar peraturan yang telah ditetapkan.

Kedelapan, hubungan kemanusiaan yang harmonis diantara sesama

pegawai ikut menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu perusahaan. Hubungan-hubungan itu baik bersifat vertikal maupun horizontal yang hendaknya horizontal. Pimpinan harus berusaha menciptakan suasana hubungan kemanusiaan yang serasi serta mengikat, vertikal maupun horizontal. Jika tercipta human relationship yang serasi, maka terwujud lingkungan dan suasana kerja yang

nyaman dan akan memotivasi kedisiplinan pegawai yang baik.

Menurut Soedjono (2002 : 72) disiplin kerja dipengaruhi oleh faktor yang sekaligus sebagai indikator dari disiplin kerja yaitu :

1. Ketetepan Waktu

2. Menggunakan Peralatan Kantor dengan Baik 3. Tanggung Jawab yang Tinggi

4. Ketaatan Terhadap Aturan Kantor

(45)

2.1.6 Pegawai Negeri Sipil

Pegawai Negeri Sipil merupakan abdi negara yang pendapatannya diperoleh dari negara. Pegawai Negeri Sipil merupakan abdi masyarakat yang harus melayani masyarakat sesuai dengan tugas yang sudah diserahkan kepadanya. Pegawai Negeri Sipil adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang telah ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas negara. Pejabat yang berwenang adalah pejabat yang mempunyai kewenangan mengangkat, memindahkan, dan memberhentikan Pegawai Negeri Sipil berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pegawai Negeri Sipil terdiri dari Pegawai Negeri Sipil pusat dan daerah. Berdasarkan penjelasan dari undang-undang tersebut, Pegawai Negeri Sipil adalah pegawai yang gajinya dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan bekerja pada Departemen, Lembaga Pemerintah non-Departemen, Kesekretariatan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara, instansi vertikal di daerah propinsi/kabupaten/kota, kepaniteraan pengadilan, atau dipekerjakan untuk menyelenggarakan tugas negara lainnya. Pegawai Negeri Sipil daerah adalah Pegawai Negeri Sipil daerah Propinsi/Kabupaten/Kota yang gajinya dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan bekerja pada Pemerintah Daerah, atau dipekerjakan di luar instansi induknya.

(46)

istilah yang berbau feodalistik, tidak sepenuhnya keliru, karena sebagai unsur aparatur Negara, abdi Negara dan abdi masyarakat, di samping atribut-atribut kewenangan yang melekat, pada tataran tertentu memang sering dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang dapat meninggikan status sosialnya.

Pegawai Negeri Sipil diangkat dan bekerja pada pemerintahan daerah otonom baik pada pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota yang bekerja sesuai dengan kemampuan dibidangnya masing-masing sesuai dengan ketentuan yang ada seperti Pegawai Negeri Sipil sebagai aparatur negara. Pengertian Pegawai Negeri Sipil di dalam masyarakat yang selalu berkembang, yaitu manusia senantiasa mempunyai kedudukan yang makin penting, meskipun negara Indonesia menuju kepada masyarakat yang berorientasi kerja, yang memandang kerja adalah sesuatu yang mulia, tidaklah berarti mengabaikan manusia yang melaksanakan kerja tersebut. Demikian juga halnya dalam suatu organisasi, unsur manusia sangat menentukan karena berjalan tidaknya suatu organisasi kearah pencapaian tujuan di tentukan tergantung kepada kemampuan manusia untuk menggerakan organisasi tersebut.

Menurut A.W Widjaja dalam bukunya “administrasi kepegawaian”

berpendapat bahwa :

“Pegawai adalah merupakan tenaga kerja manusia jasmani maupun rohani (mental dan pikiran) yang senantiasa dibutuhkan dan oleh karena itu menjadi salah satu modal pokok dalam usaha kerja sama untuk mencapai tujuan tertentu (organisasi)”. (Widjaja, 2006:113).

(47)

organisasi swasta. Berhasil tidaknya suatu organisasi dalam mencapai tujuannya tergantung pada pegawai yang memimpin dalam melaksanakan tugas-tugas yang ada dalam organisasi tersebut. Pegawai yang telah memberikan tenaga maupun pikirannya dalam melaksanakan tugas ataupun pekerjaan, baik itu organisasi

2.2 Kerangka Pemikiran

Pengawasan merupakan salah satu unsur yang penting dalam sebuah organisasi untuk mencapai tujuannya, dimana dengan adanya pengawasan dapat mengantisipasi terjadinya kesalahan atau hambatan dalam pelaksanaan setiap kegiatan yang dilakukan melalui proses pengamatan, agar semua kegiatan yang dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana telah ditetapkan sebelumnya. Tanpa adanya pengawasan yang baik tentunya akan menghasilkan tujuan yang kurang memuaskan, baik bagi Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat itu sendiri maupun bagi para pegawai Negeri Sipilnya.

Disiplin adalah kesanggupan Pegawai Negeri Sipil di Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan atau peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin.

(48)

Proses pengawasan tersebut diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :

Pertama, menetapkan standar disiplin kerja adalah langkah awal dalam pengawasan, hal ini merupakan pedoman untuk mengetahui apakah ada penyimpangan atau tidak. Menetapkan standar berarti menetapkan besarnya tanggung jawab Pegawai Negeri Sipil di Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat. Standar adalah kriteria yang sederhana dalam menilai suatu pekerjaan tertentu. Standar kerja dapat diketahui dari analisis pekerjaan (Job Analysis), sehingga ini merupakan suatu rencana yang ditetapkan untuk dilakukan oleh setiap pegawai. Standar dapat dinyatakan dalam bentuk kuantitas dan kualitas. Kuantitas adalah jumlah kerja atau banyaknya tugas pekerjaan yang dilaksanakan oleh pegawai di Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat dalam waktu tertentu. Sedangkan kualitas adalah ketepatan dalam mengerjakan dan menyelesaikan setiap tugas yang diberikan sehingga dapat menghasilkan tujuan yang memuaskan di Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat. Standar ini merupakan patokan untuk menilai hasil-hasil yang dicapai para Pegawai Negeri Sipil di Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat.

Kedua, mengukur prestasi kerja berarti menilai pekerjaan yang dikerjakan

(49)

Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat. Sedangkan jumlah kehadiran adalah banyaknya pegawai di Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat yang datang dan pulang kerja tepat waktu, yang berkenaan dengan tugas dan kewajibannya.

Ketiga, menyesuaikan prestasi kerja dengan standar yaitu setelah para Pegawai Negeri Sipil di Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat melaksanakan tugasnya maka akan diperoleh hasil atas kegiatannya. Kemudian, hasil yang dicapai para pegawai tersebut dibandingkan dengan standar yang ditetapkan. Oleh karena itu, langkah ini merupakan langkah yang termudah dilakukan dalam proses pengawasan yaitu dengan hanya membandingkan antara hasil yang dicapai para pegawai dalam melaksanakan tugasnya dengan standar kerja yang ditetapkan di Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat

Keempat, mengambil tindakan korektif. Setelah membandingkan antara

hasil yang dicapai para Pegawai Negeri Sipil di Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat

dengan standar, maka akan ditemukan dua kemungkinan sesuai atau tidak dengan

yang ditetapkan. Apabila hasil yang dicapai tidak sesuai dengan standar maka

akan dilakukan tindakan korektif. Tindakan korektif ini dapat dilakukan untuk

memperbaiki penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam dalam

pelaksanaan kegiatan para pegawai. Tindakan korektif ini dapat dilakukan dengan

melakukan peubahan atas standar yang ditetapkan. Hal ini dilakukan karena

adanya kemungkinan kesalahan dalam menganalisis pekerjaan, sehingga

menimbulkan kesalahan dalam menetapkan standar kerja. Perubahan juga dapat

dilakukan pengukuran prestasi kerja, hal ini perlu dilakukan dengan

(50)

kepadanya. Kemudian, tindakan korektif perlu dilakukan dengan mengubah cara

dalam menganalisis dalam menghitung perbedaan-perbedan antara hasil yang

dicapai dengan standar kerja.

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka peneliti menyusun definisi operasional sebagai berikut :

1. Pengawasan adalah proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan kinerja yang telah ditetapkan.

2. Disiplin Kerja adalah sikap menghormati, menghargai, patuh dan taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis serta mampu menjalankannya dan tidak mudah menghindar untuk menerima sanksi-sanksinya apabila pegawai melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya.

3. Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil adalah kesanggupan Pegawai Negeri Sipil untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin.

4. Pengawasan Disiplin kerja Pegawai Negeri Sipil adalah proses mengukur dan mengoreksi disiplin kerja pegawai untuk menaati peraturan perundang-undangan dan kedinasan agar tercapai tujuan yang telah ditetapkan. Pengawasan disiplin kerja Pegawai Negeri Sipil di Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat dapat dilihat dari :

(51)

tanggungjawab pegawai di Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat. Standar kerja dapat diketahui dari analisis pekerjaan (job analysis), sehingga ini merupakan suatu rencana yang ditetapkan untuk dilakukan oleh para pegawai di Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat. Standar kerja dapat dinyatakan sebagai berikut :

a) Kuantitas adalah jumlah kerja atau banyaknya tugas pekerjaan yang dilaksanakan oleh pegawai di Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat dalam waktu tertentu.

b) Kualitas adalah ketepatan dalam mengerjakan dan menyelesaikan setiap tugas yang diberikan kepada pegawai sehingga dapat menghasilkan tujuan yang memuaskan di Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat.

2) Mengukur Prestasi kerja adalah menilai pekerjaan yang dikerjakan para pegawai di Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat. Pengukuran adalah proses yang berulang-ulang dan berlangsung secara terus menerus. Mengukur prestasi kerja dapat dinyatakan sebagai berikut :

a) Waktu Pengerjaan adalah kesanggupan Pegawai/aparatur melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan di Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat. b) Jumlah Kehadiran adalah banyaknya pegawai di Dinas PSDA

Provinsi Jawa Barat yang datang dan pulang kerja tepat waktu, yang berkenaan dengan tugas dan kewajibannya

(52)

penyesuaian setelah para pegawai melaksanakan tugasnya, maka akan diperoleh hasil atas kegiatannya. Kemudian hasil yang dicapai para pegawai dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan di Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat.

4) Mengambil Tindakan Korektif adalah tindakan dalam membandingkan antara hasil yang dicapai para pegawai/aparatur dengan standar kerja, maka akan ditemukan dua kemungkinan sesuai atau tidak dengan yang ditetapkan di Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat. Tindakan korektif dapat dilihat dari kesesuaian hasil kerja dengan standar kerja, proses memperbaiki penyimpangan-penyimpangan dalam kegiatan, dan perubahan atas standar kerja.

(53)

Gambar 2.1

Model Kerangka Pemikiran

Pengawasan Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil di

Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat

1. Menetapkan standar disiplin kerja : a) Kuantitas

b) Kualitas

2. Mengukur prestasi kerja : a) Waktu Pengerjaan b) Jumlah Kehadiran

3. Menyesuaikan prestasi kerja dengan standar. 4. Mengambil tindakan korektif.

Terwujudnya Pegawai Negeri Sipil yang profesional dan berkualitas di

(54)

42 BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

3.1.1 Pegawai Negeri Sipil di Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Provinsi Jawa Barat

Penelitian ini dilakukan di Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat yang merupakan bagian dari untaian sejarah bangsa khususnya yang berkaitan dengan permasalahan sumber daya air. Adapun yang menjadi objek penelitian ini adalah seluruh Pegawai Negeri Sipil yang bekerja di Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat.

Pegawai Negeri Sipil di Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat merupakan unsur aparatur negara, abdi negara dan abdi masyarakat yang dengan kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, negara dan pemerintah serta menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan. Selain itu, Pegawai Negeri Sipil adalah mereka yang telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam sesuatu jabatan negeri atau diserahi tugas negara lainnya yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(55)

1. Pelayanan irigasi dalam rangka menunjang ketahanan pangan nasional, baik rehabilitasi maupun operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi.

2. Melakukan pengembangan kapasitas air baku domestik, munisipal, dan industri, dalam rangka menunjang kesehatan masyarakat dan pengembangan ekonomi daerah.

3. Melakukan konservasi dan pengendalian daya rusak air dalam rangka meningkatkan kualitas hidup dan pengembangan wilayah produktif.

4. Melaksanakan pengembangan sistem informasi dalam rangka meningkatkan pemberdayaan dan peran serta masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air.

(56)
(57)

3.1.2 Peraturan Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil di Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Provinsi Jawa Barat

Peraturan disiplin kerja Pegawai Negeri Sipil diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang disiplin Pegawai Negeri Sipil. Disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah kesanggupan Pegawai Negeri Sipil untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan dan/atau peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin.

Kewajiban Pegawai Negeri Sipil di Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat adalah sebagai berikut :

1. Mengucapkan sumpah/janji Pegawai Negeri Sipil. 2. Mengucapkan sumpah/janji jabatan.

3. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Pemerintah.

4. Menaati segala ketentuan peraturan perundangundangan.

5. Melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada Pegawai Negeri Sipil dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab.

6. Menjunjung tinggi kehormatan negara, Pemerintah, dan martabat Pegawai Negeri Sipil.

(58)

8. Memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut perintah harus dirahasiakan.

9. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan negara.

10. Melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada hal yang dapat membahayakan atau merugikan negara atau Pemerintah terutama di bidang keamanan, keuangan, dan materiil.

11. Masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja. 12. Mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan.

13. Mmenggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan sebaik-baiknya.

14. Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat. 15. Membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas.

16. Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan karier. 17. menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.

Larangan Pegawai Negeri Sipil di Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat adalah sebagai berikut :

1. Menyalahgunakan wewenang.

2. menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan/atau orang lain dengan menggunakan kewenangan orang lain.

(59)

4. Bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing, atau lembaga swadaya masyarakat asing.

5. Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan barang-barang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau surat berharga milik negara secara tidak sah.

6. Melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan, atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain, yang secara langsung atau tidak langsung merugikan negara.

7. Memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu kepada siapapun baik secara langsung atau tidak langsung dan dengan dalih apapun untuk diangkat dalam jabatan.

8. Menerima hadiah atau suatu pemberian apa saja dari siapapun juga yang berhubungan dengan jabatan dan/atau pekerjaannya.

9. Bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya

10. Melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan yang dapat menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang dilayani sehingga mengakibatkan kerugian bagi yang dilayani.

11. Menghalangi berjalannya tugas kedinasan.

12. Memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan cara :

(60)

b. Menjadi peserta kampanye dengan menggunakan atribut partai atau atribut Pegawai Negeri Sipil.

c. Sebagai peserta kampanye dengan mengerahkan Pegawai Negeri Sipil lain.

d. Sebagai peserta kampanye dengan menggunakan fasilitas negara

13. Memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden dengan cara : a. Membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau

merugikan salah satu pasangan calon selama masa kampanye.

b. Mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye meliputi pertemuan,ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang kepada Pegawai Negeri Sipil dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat.

14. Memberikan dukungan kepada calon anggota Dewan Perwakilan Daerah atau calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dengan cara memberikan surat dukungan disertai foto kopi Kartu Tanda Penduduk atau Surat Keterangan Tanda Penduduk sesuai peraturan perundang-undangan.

15. Memberikan dukungan kepada calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, dengan cara :

a. Terlibat dalam kegiatan kampanye untuk mendukung calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah.

(61)

c. Membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu pasangan calon selama masa kampanye.

d. Mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang kepada Pegawai Negeri Sipil dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat.

3.1.3 Struktur Organisasi Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Provinsi Jawa Barat

Struktur organisasi dalam suatu lembaga atau instansi sangat diperlukan keberadaannya. Karena struktur organisasi ini dapat dijadikan pedoman dalam pembagian tugas, oleh setiap bagian sesuai dengan fungsinya masing-masing agar lebih mengarah pada pelaksanaan pedoman kerja yang telah disusun sebelumnya. Jika pembagian tugas tidak jelas, maka akan menghambat dalam pengambilan keputusan dan dalam pencapaian tujuan yang sudah direncanakan.

(62)
(63)

Berdasarkan struktur organisasi diatas dapat dilihat terdiri dari, satu orang Kepala Dinas yang membawahkan satu orang Sekretaris Dinas. Kemudian Sekretaris Dinas membawahkan tiga orang Kepala Sub yaitu Sub Bagian Perencanaan dan Program, Kepala Sub Bagian Keuangan dan Kepala Sub Bagian Kepegawaian dan Umum. Kemudian ketiga kepala Sub Bagian tersebut membawahkan masing-masing kepala bidang dan kelompok jabatan fungsional yaitu Kepala Bidang Rekayasa Teknik, Kepala Bidang Konstruksi, Kepala Bidang Operasi dan Pemeliharaan, Kepala Bidang Bina Manfaat. Kepala Bidang Rekayasa Teknik membawahkan tiga kepala seksi yaitu, Kepala Seksi Survey, Kepala Seksi Desain Irigasi dan Kepala Seksi Sundawapan. Kepala Bidang Konstruksi membawahkan tiga kepala seksi yaitu, Kepala Seksi Konstruksi Irigasi, Kepala Seksi Irigrasi dan Kepala Seksi Tata Teknik. Kepala Bidang Operasi dan Pemeliharaan membawahkan tiga orang kepala seksi yaitu, Kepala Seksi Operasi, Kepala Seksi Pemeliharaaan dan Kepala Seksi Bencana Alam SDA. Kepala Bidang bina manfaat membawahkan tiga orang kepala seksi yaitu, Kepala Seksi Sarana Teknik, Kepala Seksi Pengawasan dan Pengendalian dan Kepala Seksi Kerja Sama.

Gambar

Gambar 2.1 Model Kerangka Pemikiran
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian
Tabel 4.2
Table Manner, Hotel Golden Flower

Referensi

Dokumen terkait

Nama paket pekerjaan : Pengadaan Buku Cambridge University Press Bagi Siswa Bahasa Inggris SMP/MTS dan SMA/SMK/MA Kelas 3.. Lingkup pekerjaan : Pengadaan Buku Cambridge

Berdasarkan hasil penelitian, terlihat bahwa Intensitas nyeri pre test pada responden yang dilakukan relaksasi genggam jari (kelompok eksperimen) memiliki rata-rata

Adapun hal-hal yang perlu diatur yaitu : (1) Dalam rangka peningkatan transparansi kondisi keuangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan penyusunan laporan keuangan yang

Pertemuan terakhir melakukan isian lembaran yang telah sesuai format dengan cara memperhatikan aspek kemampuan pemerolehan kata bahasa Indonesia anak usia tiga

Skripsi yang berjudul “Pengembangan Desain Pembelajaran Berbasis Masalah Tema Bermain dengan Benda-benda di Sekitar” ini diajukan untuk memenuhi sebagian syarat

nilai tukar mata uang dalam negeri terhadap mata uang negara lain.. Revaluasi adalah kebijakan oleh pemerintah yang menaikkan

Selaras dengan kebimbangan yang semakin meningkat keatas penggunaan ujian psikologi dalam persekitaran industri (contohnya, untukpemilihanpekerja), item- item tertentu

 Mengidentifikasi ukuran kecepatan akses internet berdasarkan saluran yang digunakan. Metode Pembelajaran Pendekatan Model CTL dan