• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH DISIPLIN KERJA, LINGKUNGAN KERJA, DAN KUALITAS KEHIDUPAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN RSUD Dr. M. ASHARI PEMALANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH DISIPLIN KERJA, LINGKUNGAN KERJA, DAN KUALITAS KEHIDUPAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN RSUD Dr. M. ASHARI PEMALANG"

Copied!
151
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH DISIPLIN KERJA, LINGKUNGAN

KERJA, DAN KUALITAS KEHIDUPAN KERJA

TERHADAP KINERJA KARYAWAN

RSUD Dr. M. ASHARI PEMALANG

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Negeri Semarang

Oleh Mahardikawanto NIM 7311409036

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

(2)

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi pada:

Hari :

Tanggal :

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. S. Martono, M. Si Endah Prapti Lestari, SE, MM NIP. 196603081989011001 NIP. 1969030820001122001

Mengetahui, Ketua Jurusan Manajemen a.n Sekretaris Jurusan Manajemen,

(3)

iii

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada:

Hari :

Tanggal :

Penguji

Dr. Ketut Sudarma, MM NIP. 195211151978031002

Anggota 1 Anggota II

Dr. S. Martono, M. Si Endah Prapti Lestari, SE, MM NIP. 196603081989011001 NIP. 1969030820001122001

Mengetahui, Dekan Fakultas ekonomi

(4)

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini

benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik

sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam

skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila di

kemudian hari terbukti skripsi ini adalah hasil jiplakan dari karya tulis orang

lain, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Semarang,28 Agustus 2013

(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO:

 Allah tidak akan mengubah nasib

suatu kaum apabila kaum tersebut

tidak berusaha untuk mengubah nasibnya sendiri (QS. Al Ra’du: 13).

Work on what makes you happy. Be

with people who make you smile.

(Wilson Kanadi).

PERSEMBAHAN:

 Kepada kedua Orang Tuaku dan

adik tercinta, terima kasihku

untuk doa, kasih sayang,

dukungan, dan perhatian dalam

(6)

vi PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat

dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

judul “Pengaruh Disiplin Kerja, Lingkungan Kerja, dan Kualitas Kehidupan Kerja

Terhadap Kinerja Karyawan RSUD Dr. M. Ashari Pemalang”. Penulis menyadari

sepenuhnya bahwa tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak

dapat tersusun. Oleh karena itu penulis sampaikan rasa terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum,Rektor Universitas Negeri Semarang

yang telah memberikan kesempatan untuk menuntut ilmu di Universitas

Negeri Semarang.

2. Dr. S. Martono, M.Si, DekanFakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang

yang telah memberikan kesempatan menyelesaikan studi di Fakultas

Ekonomi.

3. Drs. Sugiharto, M.Si, Ketua Jurusan Manajemen dan Dra. Palupiningdyah,

Msi, Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri

Semarang, yang telah memberikan ijin observasi dan penelitian.

4. Dr. S. Martono, M.Si,Dosen Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan, saran, dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Endah Prapti Lestari, SE, MM, Dosen Pembimbing II yang telah

(7)

vii

6. Seluruh staf dan dosen pengajar Jurusan Manajemen yang telah memberikan

banyak ilmu selama mengikuti perkuliahan.

7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas segala bantuan baik moril

maupun materil.

Semoga segala bantuan dan kebaikan tersebut mendapat limpahan

balasan dari Allah SWT. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat

bermanfaat dan memberikan tambahan pengetahuan, wawasan yang semakin luas

bagi pembaca.

Semarang, 28 Agustus 2013

(8)

viii SARI

Mahardikawanto.2013.Pengaruh Disiplin Kerja, Lingkungan Kerja, dan Kualitas Kehidupan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan RSUD Dr. M. Ashari

Pemalang. Jurusan Manajemen Sumber Daya Manusia Fakultas Ekonomi

Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I. Dr. S. Martono, M.Si., Pembimbing II. Endah Prapti Lestari, S.E., M.M.

Kata Kunci: Disiplin Kerja, Lingkungan Kerja, Kualitas Kehidupan Kerja, dan Kinerja Karyawan.

Kinerja yang optimal merupakan syarat mutlak terpenuhinya tujuan organisasi. Melalui peningkatan disiplin kerja, lingkungan kerja, dan kualitas kehidupan kerja diharapkan kinerja yang dihasilkan dapat lebih optimal. Hasil observasi pada RSUD Dr. M. Ashari Pemalang menunjukkan rata-rata tingkat absensi karyawan pada tahun 2012 selama 4 bulan terakhir mengalami fluktuatif. Masalah yang dikaji dalam penelitian ini yakni adakah pengaruh secara parsial disiplin kerja terhadap kinerja karyawan, adakah pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan, adakah pengaruh kualitas kehidupan kerja terhadap kinerja karyawan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh disiplin kerja terhadap kinerja karyawan, pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan, dan pengaruh kualitas kehidupan kerja terhadap kinerja karyawan.

Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan RSUD Dr. M. Ashari Pemalang yang berjumlah 563 orang dengan sampel sejumlah 100 orang menggunakan rumus Slovin. Metode pengumpulan data menggunakan dokumentasi dan kuesioner, metode analisis yaitu uji instrumen (uji validitas dan uji reliabilitas), analisis deskriptif persentase, uji asumsi klasik, dan analisis regresi berganda secara parsial menggunakan SPSS for Windows versi 19.

Hasil penelitian menunjukkanbahwa variabel disiplin kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan,variabel lingkungan kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan, dan variabel kualitas kehidupan kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan.

(9)

ix ABSTRACT

Mahardikawanto, 2013, Effect of Work Discipline, Work Environment, and Quality of Work Life on Employee Performance Hospital Dr. M. Ashari Pemalang. Department of Human Resource Management Faculty of Economics, State University of Semarang. Advisor I. Dr. S. Martono, M.Si., Advisor II. Endah Lestari Prapti, S.E., M.M.

Keyword: Work Discipline, Work Environment, Quality of Work Life, and Employee Performance.

Optimal performance is an absolute requirement fulfillment of organizational targets. Through improved work discipline, work environment, and quality of work life expected resulting performance can be optimal. Observed at the Hospital Dr. M. Ashari Pemalang shows the average absenteeism rate in 2012 for 4 months experienced volatile. Issues that were examined in this study the effect of partially there any work discipline on employee performance, is there any effect of work environment on employee performance, is there any influence of the quality of work life on employee performance. The purpose of this study was to examine the effect of work discipline on employee performance, the influence of the work environment on employee performance, and the influence of the quality of work life on employee performance.

The population in this study were employees of Hospital Dr. M. Ashari Pemalang numbering 563 people with a total of 100 samples of people using Slovin formula. Data collection methods using documentation and questionnaires, methods of analysis, test instrument (validity and reliability testing), the percentage of descriptive analysis, the classical assumption test, and partial multiple regression analysis using SPSS for Windows version 19.

The results showedthat thevariablesof work disciplinepositive effect onemployee performance, workenvironmentvariablehas a positive effecton employee performance, andthe variablequality ofwork lifehas positive influenceon employee performance.

(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

SARI ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah... 12

1.3 Tujuan Penelitian... 12

1.4 Kegunaan Penelitian ... 13

BAB II TELAAH TEORI ... 14

2.1 Kinerja Karyawan ... 14

2.1.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan ... 15

(11)

xi

2.2 Disiplin Kerja ... 18

2.2.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Disiplin Kerja ... 19

2.2.2 Indikator Disiplin Kerja ... 22

2.3 Lingkungan Kerja ... 24

2.3.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Lingkungan Kerja ... 26

2.3.2 Indikator Lingkungan Kerja... 27

2.4 Kualitas Kehidupan Kerja ... 28

2.4.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Kehidupan Kerja ... 30

2.4.2 Indikator Kualitas Kehidupan Kerja ... 30

2.5 Penelitian Terdahulu ... 31

2.6 Kerangka Berpikir ... 32

2.7 Hipotesis ... 35

BAB III METODE PENELITIAN... 36

3.1 Populasi ... 36

3.2 Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 36

3.3 Variabel Penelitian ... 39

3.3.1Variabel Terikat/ Dependent Variable (Y)... 40

3.3.2 Variabel Bebas/ Independent Variable (X) ... 40

3.4 Jenis dan Sumber Data ... 44

3.4.1 Data Primer ... 44

3.4.2 Data Sekunder ... 44

(12)

xii

3.5.1 Metode Dokumentasi ... 44

3.5.2 Angket atau Kuesioner ... 45

3.6 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 45

3.6.1 Uji Validitas ... 45

3.6.2 Uji Reliabilitas ... 48

3.7 Metode Analisis Data ... 49

3.7.1 Metode Analisis Deskriptif Presentase ... 49

3.7.2 Uji Asumsi Klasik ... 52

3.7.2.1 Uji Normalitas ... 52

3.7.2.2 Uji Multikolinieritas ... 53

3.7.2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 54

3.7.3 Metode Analisis Regresi Berganda ... 55

3.7.3.1 Pengujian Hipotesis ... 55

3.7.3.2 Koefisien Determinasi Parsial (r2) ... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 58

4.1 Hasil Penelitian ... 58

4.1.1 Karakterisitik Responden Penelitian ... 58

4.1.2 Deskripsi Variabel Penelitian ... 60

4.1.3 Uji Asumsi Klasik ... 63

4.1.3.1 Uji Normalitas ... 63

4.1.3.2 Uji Multikolinieritas ... 63

4.1.3.3 Uji Heteroskedastisitas ... 64

(13)

xiii

4.15 Pengujian Hipotesis ... 66

4.2 Pembahasan ... 68

4.2.1 Pengaruh PositifDisiplin Kerja TerhadapKinerjaKaryawan 68 4.2.2 Pengaruh Positif Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Karyawan ... 70

4.2.3 Pengaruh Positif Kualitas Kehidupan Kerja terhadap Kinerja Karyawan ... 71

BAB V PENUTUP ... 73

5.1 Simpulan... 73

5.2 Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 76

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Sarana Prasarana Penunjang Pelayanan Publik ... 6

Tabel 1.2 Sanksi Pelanggar Disiplin Sesuai PP No. 53/2010 ... 8

Tabel 1.3 Kategori Ketidakhadiran Karyawan RSUD Dr. M. Ashari Pemalang Periode September-Desember Tahun 2012 ... 9

Tabel 1.4 Tabel Jumlah Peserta Diklat Program Kemitraan Kualitas Dokter dan Paramedis Periode 2011/2012 ... 11

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 32

Tabel 3.1 Jumlah Karyawan RSUD Dr. M. Ashari Pemalang Periode 2011/2012 ... 36

Tabel 3.2 Sampel Karyawan RSUD Dr. M. Ashari Pemalang... 39

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Disiplin Kerja ... 46

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Lingkungan Kerja ... 47

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Variabel Kualitas Kehidupan Kerja ... 47

Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Kinerja Karyawan ... 48

Tabel 3.7 Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas Instrumen... 49

Tabel 3.8 Kriteria Interval Persentase ... 50

Tabel 3.9 Persentase Skor Variabel Disiplin Kerja ... 51

Tabel 3.10 Persentase Skor Variabel Lingkungan Kerja ... 51

Tabel 3.11 Persentase Skor Variabel Lingkungan Kerja ... 52

Tabel 3.12 Persentase Skor Variabel Lingkungan Kerja ... 52

(15)

xv

Tabel 4.2 Responden Dirinci Menurut Masa Kerja dan Jenis Kelamin ... 59

Tabel 4.3 Responden Dirinci Menurut Pendidikan Terakhir dan Jenis Kelamin ... 59

Tabel 4.4 Persentase Skor Variabel Disiplin Kerja ... 60

Tabel 4.5 Persentase Skor Variabel Lingkungan Kerja ... 61

Tabel 4.6 Persentase Skor Variabel Kualitas Kehidupan Kerja... 62

Tabel 4.7 Persentase Skor Variabel Kinerja Karyawan... 62

Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas menggunakan SPSS (Kolmogorov-Smirnov) dengan Variabel Dependen Kinerja Karyawan... 63

Tabel 4.9 Hasil Uji Multikolinieritas dengan Kinerja Karyawan sebagai Variabel Dependen... 64

Tabel 4.10 Hasil Uji Glejser Kinerja Karyawan sebagai Variabel Dependen... 64

Tabel 4.11 Hasil Analisis Regresi Berganda... 65

Tabel 4.12 Hasil Uji Hipotesis... 67

(16)

xvi DAFTAR GAMBAR

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian... 79

Lampiran 2 Uji Validitas dan Reliabilitas... 86

Lampiran 3 Tabulasi Data Penelitian... 90

Lampiran 4 Deskriptif Presentase Variabel... 103

Lampiran 5 Uji Asumsi Klasik... 125

Lampiran 6 Analisis Regresi Berganda... 127

Lampiran 7 Pengujian Hipotesis... 129

Lampiran 8 Surat Ijin Pelaksanaan Penelitian... 131

(18)

1 1.1Latar Belakang Masalah

Keberhasilan suatu organisasi tidak terlepas dari peningkatan sumber daya

manusia. Sumber daya manusia yang unggul dan berkualitas harus selalu dikelola

dan ditekankan oleh organisasi untuk dapat mencapai kinerja yang diharapkan.

Oleh karena itu, peningkatan kualitas sumber daya manusia sangat diperlukan

agar karyawan memiliki sikap dan perilaku yang mampu memberikan pelayanan

dan pengayoman serta dapat memberikan kesejahteraan lahir batin kepada

masyarakat (Susilaningsih, 2008: 3).

Pencapaian tujuan berbasis manajemen sumber daya manusia akan

menunjukkan bagaimana seharusnya perusahaan dalam mendapatkan,

mengembangkan, membina, mengevaluasi, serta mensejahterakan karyawan

dalam jumlah (kuantitas) dan tipe (kualitas) yang tepat. Manajemen sumber daya manusia merupakan “pengakuan” akan pentingnya sumber daya manusia dalam

pencapaian tujuan organisasi, pemanfaatan berbagai fungsi dan kegiatan karyawan

guna menjamin bahwa mereka dibina secara efektif dan bijak agar bermanfaat

bagi individu, organisasi, bahkan masyarakat secara luas (Handoko, 2001: 5).

Salah satu langkah strategis untuk mengembangkan kemampuan

organisasi yang terdapat pada Pemerintah Daerah yakni upaya penyempurnaan

(19)

menyelenggarakan tugas-tugas Pemerintah, sehingga semua tugas dapat

terlaksana secara efektif, efisien, dan produktif (Amran, 2009: 2398).

Kinerja merupakan landasan bagi pencapaian tujuan suatu organisasi.

Keberhasilan organisasi dalam meningkatkan kinerjanya sangat bergantung pada

kualitas sumber daya manusia yang bersangkutan dalam bekerja selama berada

pada organisasi tersebut. Lebih lanjut, peranan sumber daya manusia terhadap

kinerja organisasi sangatlah penting, keputusan-keputusan sumber daya manusia

harus dapat meningkatkan efisiensi bahkan mampu memberikan peningkatan hasil

organisasi serta berdampak pula pada peningkatan kepuasan customer(Logahan,

2009: 3).

Peranan tersebut tidak terlepas dari upaya positif yang dilakukan dalam

mendapatkannya sebagai wujud dari pencapaian tujuan utama suatu organisasi.

Dalam hal ini, kedisiplinan penting bagi organisasi sebab akan ditaati oleh

sebagian besar karyawan dan diharapkan pekerjaan akan dilakukan secara efektif.

Disiplin merupakan tindakan manajemen untuk mendorong para anggota

organisasi guna memenuhi berbagai ketentuan. Di dalam penerapannya, disiplin

lebih ditekankan pada unsur kesadaran individu untuk mengikuti

peraturan-peraturan yang berlaku dalam organisasi (Susilaningsih, 2008: 3). Namun berbeda

dengan penelitian yang dilakukan oleh Raharjo (2012: 7) yang menunjukkan

bahwa variabel disiplin kerja tidak berpengaruh terhadap variabel kinerja

(20)

Penerapan disiplin bagi karyawan diharapkan dapat meningkatkan kinerja

karyawan. Disamping itu perlu didukung lingkungan kerja yang baik berupa

lingkungan kerja yang dapat menunjang kelancaran, keamanan, keselamatan,

kebersihan, serta kenyamanan dalam bekerja dan adanya fasilitas yang memadai

sehingga karyawan merasa aman, tenang dan senang dalam menjalankan

tugas-tugas yang dibebankan dan menjadi tanggung jawabnya (Suprayitno, 2007: 24).

Salah satu faktor yang mempengaruhi disiplin kerja menurut Hasibuan

(2000: 195) adalah hubungan kerja yang erat dan saling membantu antar sesama

karyawan, dan antara karyawan dengan pimpinan akan mempunyai pengaruh

yang baik terhadap kepuasan kerja pegawai dan berujung pada output kinerja yang

baik pula. Faktor tersebut inilah yang diharapkan mampu memberikan pelayanan

prima sehingga memiliki nilai tambah atas pelayanan dari Instansi tersebut.

Semua Instansi pasti memerlukan manajemen yang berkaitan dengan

upaya-upaya guna pencapaian tujuan. Tidak hanya pada sektor swasta, sektor

publik juga memerlukan manajemen yang baik agar dapat memberikan pelayanan

kepada masyarakat yang baik pula. Berhasil atau tidaknya suatu organisasi dalam

mencapai tujuannya tergantung pada tingkat keberhasilan dari tiap individu

organisasi itu sendiri dalam menjalankan tugas mereka (Wahyuddin, 2006: 1).

Berbagai macam hambatan akan ditemui oleh para individu untuk dapat

bekerja dengan baik sehingga kinerja mereka dapat diterima dengan baik oleh

perusahaan dan masyarakat. Di era persaingan yang sangat ketat telah

menyebabkan terjadinya pergeseran paradigma sumber daya manusia. Menurut

(21)

strategi pengelolaan sumber daya manusia selalu diarahkan untuk mencapai

ketersediaan tenaga kerja dalam jumlah dan kualitas yang tepat, baik sekarang

maupun di masa yang akan datang.

Suatu organisasi tidak dapat menunggu untuk mendapatkan orang-orang

yang sesuai dengan kriteria organisasi guna mengisi posisi tertentu. Organisasi

harus berusaha untuk merencanakan kebutuhan di masa yang akan datang dan

memutuskan dimana akan menemukan orang-orang yang tepat untuk pemenuhan

kebutuhan tersebut. Hal ini memerlukan perencanaan personalia yang mencakup

semua kegiatan yang dibutuhkan untuk menyediakan tipe dan jumlah karyawan

yang tepat serta berkualitas dalam pencapaian tujuan organisasi tersebut

(Handoko, 2001: 5).

Salah satu perencanaan tersebut yang semakin penting adalah

pemeliharaan kesehatan dan keamanan karyawan. Perusahaan memperhatikan hal

tersebut guna menciptakan kondisi kerja yang lebih sehat dan aman serta menjadi

lebih bertanggung jawab atas segala kegiatan karyawan, terutama bagi

perusahaan-perusahaan yang memiliki tingkat kecelakaan kerja yang cukup tinggi

(Handoko, 2001: 6).

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kinerja, antara lain motivasi,

kepemimpinan, lingkungan kerja, disiplin kerja, budaya kerja, komunikasi,

komitmen, jabatan, kualitas kehidupan kerja, pelatihan, kompensasi, kepuasan

kerja, dan masih banyak yang lain. Semua faktor tersebut berpengaruh, tergantung

pada fakta yang terjadi sebenarnya, ada yang dominan dan ada pula yang tidak

(22)

Penelitian ini akan mengkaji bagaimana pengaruh disiplin kerja,

lingkungan kerja, dan kualitas kehidupan kerja terhadap kinerja karyawan. Bagi

organisasi yang memberikan pelayanan publik, tentu saja kinerja karyawan itu

dapat dilihat dari bagaimana organisasi tersebut dalam memberikan pelayanan

kepada publik, seperti dalam Rumah Sakit Umum Daerah Dr. M. Ashari

Pemalang yang memberikan pelayanan berkaitan dengan bidang kesehatan

masyarakat.

RSUD Dr. M. Ashari Pemalang merupakan pusat rujukan pelayanan

kesehatan di Kabupaten Pemalang. Mengingat tujuan utama dari RSUD ini adalah

memberikan pelayanan optimal dalam arti penyelenggaraan “Good Patient

Care”, diharapkan dapat selalu meningkatkan mutu pelayanan dalam upaya

pemenuhan tuntutan masyarakat yang semakin meningkat dan kompleks seiring

dengan semakin tingginya tingkat persaingan dengan Rumah Sakit Swasta.

Untuk mewujudkan pelayanan prima yang berorientasi pada kepuasan

pelanggan harus didukung dari segala aspek baik sumber daya manusia, sarana

prasarana, metode, lingkungan baik internal maupun eksternal, serta manajemen

yang baik pula. Berbagai perkembangan tersebut telah berpengaruh besar terhadap

perkembangan pengelolaan rumah sakit yang lebih efisien, peningkatan sarana

prasarana serta pengembangan dengan memanfaatkan peluang yang ada. Berikut

ini Tabel yang menerangkan berkaitan dengan sarana prasarana yang terdapat

(23)

Tabel 1.1Sarana Prasarana Penunjang Pelayanan Publik

No. Sarana Prasarana Pelayanan

1 Instalasi Rawat Jalan Klinik Spesialis, Klinik Umum, Klinik Konsultasi Gizi, Klinik Kesehatan Reproduksi, Klinik KIR/General Check Up, dsb

2 Instalasi Gawat Darurat

Tenaga Medis dan Paramedis dengan sertifikasi PPGD, serta dilengkapi 5 mobil ambulance

3 Instalasi Rawat Inap Ruang Inap meliputi Kelas III, Kelas II, Kelas I, Utama II, Utama I, serta VIP

4 Instalasi Perawatan Intensif

8 bed dengan peralatan sesuai standar ICU dan perawat dengan spesifikasi perawat ICU

5 Ruang Perinatologi 8 inkubator, 11 bed, peralatan dengan standar perinatologi, serta 2 dokter spesialis anak dan perawat khusus

6 Instalasi Bedah Sentral Tenaga Medis dan peralatan yang memenuhi standar pelayanan bedah sentral

7 Haemodalisa Pelayanan cuci darah

8 Instalasi Bank Darah Pelayanan darah di Bank Darah Rumah Sakit 9 Instalasi Kesehatan

Reproduksi

Kesejahteraan ibu dan anak, program KB, Kesehatan usia lanjut, dsb

10 Sterilisasi Sentral Pelayanan sterilisasi sentral 11 Pemulasaran Jenazah Pelayanan pemulasaran jenazah 12 Ambulance dan Mobil

Jenazah

Pelayanan Ambulance dan mobil jenazah

13 Instalasi Laboratorium Pemeriksaan kimia darah, Imunologi, Skrening zat-zat narkoba, Urinalisa, dsb

14 Instalasi Radiologi Pemeriksaan Radio Diagnostik dan Radiologi Imaging

15 Instalasi Gizi Pelayanan kebutuhan gizi

16 Instalasi Farmasi Pelayanan untuk rawat inap dan rawat jalan 17 Instalasi Rehabilitasi

Medis

Dokter spesialis rehabilitasi medis, tenaga fisioterapis, psikolog, dsb

18 Elektromedik Peralatan canggih dan tenaga profesional guna mendukung penegakan diagnosa

19 Instalasi Pengelolaan Limbah

Pengelolaan dengan sistem FBBR (Fluidized Bed Bio-Film Reactor)

20 Komputerisasi Sistem jaringan komputer (Work Station-Server)

21 Informasi Didukung SDM profesional, sistem komputerisasi, serta fasilitas telepon PABX(Private Automatic Branch Exchange)

(24)

Sarana prasarana ini diharapkan mampu memfasilitasi segala aspek di

bidang kesehatan berkaitan dengan pelayanan publik yang nantinya dapat

berdampak pada peningkatan mutu dan kualitas serta peningkatan kepercayaan

dan kepuasan pelanggan terhadap RSUD tersebut. Dengan tersedianya sarana dan

prasarana dalam upaya mewujudkan lingkungan kerja dan iklim kerja yang

kondusif dapat mendorong karyawan untuk selalu berinovasi dan berkreasi.

Hal tersebut merupakan salah satu bentuk sistem yang fair dan struktur

yang fleksibel dengan pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab yang

jelas dan manusiawi, serta memperhatikan kemampuan karyawan dan usahanya

dalam pencapaian tujuan karirnya. Dalam upaya memberdayakan karyawan dan

pengembangan karyawan, pihak manajerial selalu berupaya melakukan tugas serta

fungsinya melalui planning, organizing, staffing, directing dan controlling dengan

tujuan agar bisa mencapai sasaran (Husnawati, 2006: 2).

Terkait dengan hal tersebut, disiplin kerja merupakan sesuatu yang harus

dipatuhi oleh semua karyawan Instansi. Proses disiplin pada Instansi ini sudah

dikerjakan dengan baiksesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 53 tahun 2010

Bagian Kedua pasal 1 sampai dengan 4. Karena dengan diterbitkannya Peraturan

Pemerintah tersebut, merupakan langkah awal untuk menciptakan aparatur yang

(25)

Tabel 1.2Sanksi Pelanggar Disiplin Sesuai PP No. 53/2010

≥ 46 (hari) Pemberhentian dengan atau tidak dengan hormat

Sumber: RSUD Dr. M. Ashari Pemalang, 2013

Pada dasarnya, kinerja karyawan pada RSUD Dr. M. Ashari Pemalang

sudah dikatakan baik. Berawal dengan kinerja yang baik itulah diharapkan dapat

menghasilkan output pelayanan yang sesuai. Kinerja karyawan dikatakan baik

apabila semua indikator yang mempengaruhinya sudah baik pula. Indikator

kinerja karyawan menurut Mathis (2002: 378) adalah kuantitas, kualitas,

keandalan karyawan, dan kehadiran karyawan.

Kuantitas merupakan banyaknya pekerjaan yang dapat dilakukan oleh

seseorang dalam waktu satu hari kerja. Kualitas adalah ketaatan karyawan sesuai

prosedur, disiplin, dan dedikasinya terhadap organisasi. Sedangkan keandalan

karyawan merupakan kemampuan karyawan dalam melakukan pekerjaan yang

mencakup konsistensi kinerja serta keandalan dalam pelayanan, akurat, benar,

dan tepat. Kehadiran adalah keyakinan karyawan masuk kerja setiap hari dan

(26)

Namun pada kenyataannya, tingkat kehadiran karyawan pada RSUD Dr.

Ashari Pemalang cenderung fluktuatif bahkan tingkat ketidakhadiran karyawan

mencapai 50% dan dianggap kategori tinggi. Hal ini dapat dilihat dari Tabel

kategori ketidakhadiran karyawan RSUD Dr. M. Ashari Pemalang periode bulan

September-Desember tahun 2012.

Tabel 1.3Kategori Ketidakhadiran Karyawan RSUD Dr. M. Ashari PemalangPeriode September-Desember Tahun 2012

Bulan Kategori Ketidakhadiran Karyawan Jumlah Karyawan Sumber: RSUD Dr. M. Ashari Pemalang, 2013

Keterangan:

Tabel tersebut menerangkan bahwa tingkat kehadiran karyawan

disebabkan oleh angka kehadiran karyawan yang fluktuatif pada empat bulan

terakhir tahun 2012. Hal tersebut menunjukkan ketidakhadiran karyawan tidak

hanya tertuju pada tingkat alfa (tanpa keterangan) yang tinggi saja, melainkan

disebabkan oleh beberapa kategori, seperti Diklat/kursus, sakit, izin, dan cuti.

Keterangan izin meliputi ketidakhadiran di luar kategori tersebut, seperti

keperluan keluarga, Dinas luar kota, kunjungan kerja, dan lain sebagainya.

Manajemen kinerja yang diterapkan oleh perusahaan ternyata belum

berhasil meningkatkan antusiasme karyawan untuk memberikan hasil karya yang

(27)

masyarakat yang dipengaruhi oleh disiplin kerja, lingkungan kerja, dan kualitas

kehidupan kerja. Kenyataan tersebut dapat dilihat dari kondisi absensi karyawan

di RSUD Dr. M. Ashari Pemalang. Karena dengan mengamati tingkat absensi

karyawan, diharapkan dapat memberikan penjelasan mengenai sebab dari

rendahnya kinerja yang berimbas pada penilaian masyarakat terhadap pelayanan

yang telah diberikan.

Tidak hanya dilihat dari tingkat kehadiran karyawan saja, melainkan

bagaimana cara dari masing-masing individu di dalam melaksanakan kinerjanya

selama berada pada suatu organisasi. Karena Instansi ini tergolong dalam kategori

pelayanan jasa dan dibentuk semata-mata untuk memberikan pelayanan publik

yang prima.

Suatu Instansi dikatakan sudah melakukan kinerja pelayanan prima

menurut Mathis (2006: 378) apabila seluruh elemen kinerja meliputi kuantitas,

kualitas, ketepatan waktu, kehadiran, dan kemampuan bekerja sama sudah

terlaksana dengan baik pula. Penelitian yang dilakukan oleh Sugito (2006) dalam

Suprayitno (2007: 29) menunjukkan bahwa variabel lingkungan kerja tidak

berpengaruh terhadap variabel kinerja karyawan.

Program pendidikan dan pelatihan karyawan merupakan salah satu bentuk

kebijakan organisasi dalam meningkatkan kualitas kehidupan karyawan tersebut.

Oleh karenanya, RSUD melaksanakan program Diklat guna peningkatan kualitas

kehidupan karyawan yang dapat berdampak pula pada peningkatan kinerjanya,

(28)

Sebaliknya, jika suatu organisasi/Instansi tidak ada kesempatan bagi

karyawan untuk mengikuti Diklat maka dapat menyebabkan demotivasi bagi

karyawan tersebut yang berakibat pada menurunnya semangat dalam berkinerja

dan berpengaruh pula terhadap penurunan tingkat pelayanan yang diberikan

terhadap masyarakat. Berikut ini adalah Tabel jumlah peserta Diklat program

kemitraaan peningkatan kualitas dokter dan paramedis RSUD Dr. M. Ashari

Pemalang periode 2011/2012.

Tabel 1.4Tabel Jumlah Peserta Diklat Program Kemitraan Kualitas Dokter dan Paramedis Periode 2011/2012

No. Bulan Jumlah

Peserta Tempat Pelaksanaan

1 Jan 2 Bandung, Semarang 2 Feb 2 Wonosobo, Salatiga

3 Mar 11 Semarang, Pekanbaru, Tegal, Yogyakarta, Salatiga

4 Apr 12 Semarang, Yogyakarta, Sukabumi, Surakarta, Purwokerto, Kendal 5 Mei 11 Semarang, Yogyakarta, Pekalongan, Tegal

6 Jun 13 Jakarta, Semarang, Surakarta, Kendal

7 Jul 19 Yogyakarta, Semarang, Purwokerto, Kudus, Solo

8 Ags - -

9 Sep 13 Yogyakarta, Jakarta, Semarang 10 Okt 11 Semarang, Sukoharjo, Bali, Gombong

11 Nop 17 Jakarta, Semarang, Surabaya, Purwokerto, Bandung, Batang 12 Des 13 Yogyakarta, Solo, Jakarta, Semarang, Kendal

Jumlah 124

Sumber: RSUD Dr. M. Ashari Pemalang, 2013

Dari Tabel tersebut menunjukkan bahwa jumlah peserta Diklat periode

2011/2012 cukup stabil, karena suatu Rumah Sakit dituntut harus memberikan

pelayanan yang prima dengan mengikuti perkembangan teknologi sarana

prasarana serta studi berkaitan dengan bidang kesehatan yang semakin

berkembang pula. Kualitas kehidupan kerja dipandang sebagai konsep yang luas,

mencakup kondisi kerja yang sehat dan aman yang memungkinkan karyawan

(29)

Dengan bermodalkan hal tersebut maka dapat berpengaruh terhadap

peningkatan kinerja karyawan serta bertujuan untuk mensejahterakan dan

mempertahankan karyawan pada suatu organisasi/Instansi. Namun bertentangan

dengan penilitian yang dilakukan oleh Jannatin (2012: 146) menunjukkan bahwa

variabel kualitas kehidupan kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel

kinerja karyawan.Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini mengambil

judul “Pengaruh Disiplin Kerja, Lingkungan Kerja, dan Kualitas Kehidupan

Kerja Terhadap Kinerja Karyawan RSUD Dr. M. Ashari Pemalang”.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Apakah disiplin kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan RSUD Dr. M.

Ashari Pemalang?

2. Apakah lingkungan kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan RSUD Dr.

M. Ashari Pemalang?

3. Apakah kualitas kehidupan kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan

RSUD Dr. M. Ashari Pemalang?

1.3Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah tersebut, penelitian ini mempunyai

tujuan sebagai berikut:

1. Untuk menguji pengaruh disiplin kerja terhadap kinerja karyawan RSUD Dr.

(30)

2. Untuk menguji pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan RSUD

Dr. M. Ashari Pemalang.

3. Untuk menguji pengaruh kualitas kehidupan kerja terhadap kinerja karyawan

RSUD Dr. M. Ashari Pemalang.

1.4Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi:

1. Akademik, sebagai pemahaman dan pengembanganilmu pengetahuan yang

berkaitan dengan pengaruh disiplin kerja, lingkungan kerja, dan kualitas

kehidupan kerja terhadap kinerja karyawan RSUD Dr. M. Ashari Pemalang.

2. Instansi, sebagai kontribusi pengetahuan tentang pentingnya tanggungjawab

sosial Instansiterhadap masyarakat. Penelitian ini juga dapat memberikan

kontribusipemikiran akan pentingnya kewajiban untuk menjaga disiplin kerja,

lingkungan kerja, dan kualitas kehidupan kerja karyawan pada Instansi,

sebagai pertimbangan sekaligus masukan dalam upaya meningkatkan kinerja

karyawan yang berpengaruh pula terhadap penilaian masyarakat mengenai

kualitas pelayanan yang telah diberikan.

3. Pemerintah, sebagai referensi untuk menentukan kebijakan mengenai

mekanisme kinerja karyawan perusahaan yang semakin baik.

4. Masyarakat, sebagai stimulus untuk mengontrol atas perilaku-perilaku

Instansi dan juga memberikan informasi dalam meningkatkan kesadaran

masyarakat terhadap hak-hak berkaitan dengan service kesehatan yang harus

(31)

14 2.1 Kinerja Karyawan

Kinerja pada umumnya dikatakan sebagai ukuran bagi seseorang dalam

pekerjaannya. Kinerja merupakan landasan bagi produktivitas dan mempunyai

kontribusi bagi pencapaian tujuan organisasi. Tentu saja kriteria adanya nilai

tambah digunakan di banyak perusahaan untuk mengevaluasi manfaat dari suatu

pekerjaan ataupun pemegang jabatan. Kinerja dari setiap pekerja harus

mempunyai nilai tambah bagi suatu organisasi atas penggunaan sumber daya yang

telah dikeluarkan (Husnawati, 2006: 23).

Banyak sekali pendapat para ahli mengenai definisi kinerja. Berikut

definisi beberapa ahli berkaitan dengan definisi kinerja:

1. Hersey dan Blanchard (1993) dalam Dharmawan (2011: 34) menerangkan

bahwa kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan untuk

menyelesaikan tugas atau pekerjaan seseorang serta pemahaman yang jelas

tentang apa yang akan dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya.

2. Wahyuddin (2006: 6) menerangkan bahwa pengertian kinerja adalah

kemampuan kinerja yang dicapai dan diinginkan dari perilaku karyawan

dalam melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tanggung

jawab secara individu maupun kelompok.

3. Mangkunegara (2009: 67) mengemukakan bahwa kinerja merupakan hasil

(32)

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya.

Berdasarkan berbagai definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa

pengertian kinerja adalah output kerja karyawan yang dicapai dalam

melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam rangka pencapaian tujuan

utama dari organisasi tersebut.

2.1.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan

Dalam penelitian ini terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

karyawan selama berada pada suatu organisasi atau Instansi sebagai tempat

mereka bekerja, yaitu disiplin kerja, lingkungan kerja, dan kualitas kehidupan

kerja. Disiplin kerja merupakan bentuk ketaatan karyawan terhadap segala

peraturan dan norma yang berlaku dalam organisasi. Disiplin yang baik yakni

mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas

yang diberikan kepadanya.

Lingkungan kerja merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar karyawan

yang dapat mempengaruhi mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas

yang sudah diembankan padanya. Lingkungan kerja yang kurang mendapat

perhatian akan membawa dampak negatif dan menurunkan semangat kerja, hal ini

disebabkan karyawan dalam melaksanakan tugas mengalami gangguan, sehingga

kurang semangat dan kurang mencurahkan tenaga dan pikirannya terhadap

tugasnya. Oleh karena itu, lingkungan kerja yang baik sangat diperlukan oleh

(33)

Kualitas kehidupan kerja adalah bentuk kebijakan yang dilakukan oleh

perusahaan terhadap karyawan berkaitan dengan proses memanusiakan dalam

bentuk kepedulian yang baik, kondisi kerja yang baik, kompensasi yang layak,

dan adanya tantangan serta pemberian penghargaan dalam melaksanakan suatu

pekerjaan. Sedangkan menurut Septianto (2010: 25) mengemukakan kinerja

seorang karyawan dikatakan baik apabila:

1. Mempunyai keahlian yang tinggi.

2. Kesediaan untuk bekerja.

3. Lingkungan kerja yang mendukung.

4. Adanya imbalan yang layak dan mempunyai harapan di masa depan.

2.1.2 Indikator Kinerja Karyawan

Indikator kinerja karyawan menurut Mathis (2002: 378) adalah kuantitas,

kualitas, keandalan karyawan, dan kehadiran. Kuantitas merupakan banyaknya

pekerjaan yang dapat dilakukan oleh seseorang dalam waktu satu hari kerja.

Kualitas adalah ketaatan karyawan sesuai prosedur, disiplin, dan dedikasinya

terhadap organisasi. Sedangkan keandalan karyawan merupakan kemampuan

karyawan dalam melakukan pekerjaan yang mencakup konsistensi kinerja serta

keandalan dalam pelayanan, akurat, benar, dan tepat. Kehadiran adalah keyakinan

karyawan masuk kerja setiap hari dan sesuai dengan jam kerja yang sudah

ditetapkan.

Adapun menurut Schuler (1999: 64), terdapat beberapa strategi untuk

meningkatkan kinerja, meliputi dorongan positif, melakukan audit kerja,

(34)

karyawan mengenai kinerjanya, serta memberikan pujian atau imbalan yang

berkaitan langsung dengan kinerja. Dorongan positif melibatkan penggunaan

penghargaan positif untuk meningkatkan terjadinya kinerja yang diinginkan.

Proses audit kinerja bertujuan untuk mengkaji seberapa baik pekerjaan

dilaksanakan.Standar kinerja adalah tingkat minimum kinerja yang diterima,

sedangkan tujuan kinerja adalah tingkat kinerja yang ditargetkan. Keduanya harus

ditetapkan setelah audit kinerja dan harus dikaitkan langsung dengan

pekerjaan.Standar kinerja tidak efektif tanpa ukuran dan umpan balik

terus-menerus. Umpan balik harus netral bersifat evaluatif dan harus disampaikan

langsung kepada karyawan. Umpan balik langsung yang tepat dapat memberi

pengetahuan yang dibutuhkan karyawan untuk dipelajari.

Standar kerja mendefinisikan target atau tingkat yang diharapkan dari

kinerja. Standar kerja yang realistis, dapat diukur, dan dapat dipahami dengan

jelas, akan bermanfaat baik bagi karyawan maupun Instansinya (Mathis, 2006:

380). Maksud dari penetapan tujuan kinerja adalah menyusun sasaran yang

berguna tidak hanya bagi evaluasi kinerja pada akhir periode tapi juga untuk

mengelola proses kerja selama periode tersebut (Simamora, 1997 dalam

Husnawati, 2006: 38).

Salah satu bentuk pemberianpenghargaan yang umum adalah uang.

Meskipun uang sangat efektif sebagai motivator, banyak organisasi sering tidak

mampu menggunakannya. Walaupun begitu, penghargaan lain sama efektifnya.

Para manajer memasukkan pujian dan pengakuan berkaitan dengan perilaku

(35)

perbaikan kerja secara pribadi, serta peluang untuk mempengaruhi mitra kerja dan

manajemen.

Dalam upaya pencapaian kinerja yang tinggi, setiap individu pada

perusahaan harus mempunyai kemampuan yang tepat (creating capacity to

perform), bekerja keras dalam pekerjaannya (showing the willingness to perform)

dan mempunyai kebutuhan pendukung (creating the opportunity to perform).

Ketiga faktor tersebut penting, kegagalan dalam salah satu faktor tersebut dapat

menyebabkan berkurangnya kinerja serta terbatasnya pembentukan standar kinerja

(Husnawati, 2006: 39).

2.2 Disiplin Kerja

Pada dasarnya, setiap instansi atau organisasi menginginkan tingkat

kedisiplinan karyawan yang tinggi. Disiplin kerja yang tinggi harus selalu dijaga,

bahkan harus ditingkatkan agar lebih baik.Disiplin yang baik yakni mencerminkan

besarnya rasa tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan

kepadanya. Hal tersebut dapat mendorong timbulnya semangat kerja serta

tercapainya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Oleh karena itu setiap

manajer selalu berusaha agar para bawahannya mempunyai disiplin yang baik.

Pengertian disiplin menurut menurut Amran (2009: 2398) menjelaskan

bahwa disiplin adalah sikap kesediaan dan kerelaan seseorang untuk mematuhi

dan menaati segala norma peraturan yang berlaku di sekitarnya.

Sedangkanmenurut Zesbendri (2005: 12) merupakan modal utama yang amat

(36)

disiplinnya tinggi, maka kinerja akan baik, sedangkan karyawan yang tingkat

disiplinnya rendah, maka kinerja akan rendah pula.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

pengertian disiplin kerja adalah sikap kesediaan seseorang untuk mematuhi norma

yang berlaku serta menjadi modal utama yang sangat berpengaruh terhadap

tingkat kinerjanya. Jika karyawan tidak memiliki sikap disiplin yang baik, maka

akan mempengaruhi tingkat kinerjanya yang kurang baik pula.

2.2.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Disiplin Kerja

Terdapat banyak faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan

karyawan suatu organisasi. Hasibuan (2000: 195) menyebutkan faktor-faktor yang

mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan, yaitu tujuan dan kemampuan,

teladan pimpinan, balas jasa, keadilan, waskat, sanksi hukuman, ketegasan, dan

hubungan kemanusiaan.

Tujuan yang harus dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta

cukup menantang bagi kemampuan karyawan. Hal ini berarti bahwa tujuan

pekerjaan yang dibebankan kepada karyawan harus sesuai dengan karyawan yang

bersangkutan, agar karyawan bekerja dengan sungguh-sungguh dan disiplin dalam

mengerjakannya. Akan tetapi, jika pekerjaan itu di luar kemampuan atau bahkan

jauh di bawah kemampuannya maka kesungguhan dan kedisiplinan karyawan

rendah. Di sinilah letak pentingnya asas the right man on the right place and the

right man on the right job.

Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan tingkat kedisiplinan

(37)

Dengan teladan pimpinan yang baik, kedisiplinan bawahan pun akan ikut baik.

Jika teladan pimpinan kurang baik atau kurang berdisiplin, para bawahan pun

akan kurang disiplin. Pimpinan jangan mengharapkan kedisiplinan karyawannya

baik jika dia sendiri kurang disiplin. Pimpinan harus menyadari bahwa

perilakunya akan dicontoh dan diteladani oleh bawahannya. Hal inilah yang

mengharuskan pimpinan mempunyai kedisiplinan yang baik agar para

bawahannya mempunyai disiplin yang baik pula.

Balas jasa (gaji dan kesejahteraan) ikut mempengaruhi tingkat disiplin

karyawan karena balas jasa akan memberikan semangat dan kepuasan terhadap

perusahaan atau pekerjaannya. Untuk mewujudkan kedisiplinan karyawan yang

baik, perusahaan harus memberikan balas jasa yang relatif besar. Artinya, semakin

besar balas jasa yang diberikan, semakin baik pula kedisiplinan karyawan.

Sebaliknya, apabila balas jasa kecil, kedisiplinan menjadi rendah. Karyawan sulit

untuk berdisiplin tinggi selama kebutuhan-kebutuhan primernya tidak terpenuhi

dengan baik.

Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan karyawan. Karena

keadilan yang dijadikan dasar kebijaksanaan dalam pemberian balas jasa atau

hukuman akan memicu terciptanya kedisiplinan yang baik. Manajer yang cakap

dalam memimpin selalu berusaha bersikap adil terhadap semua bawahannya.

Dengan keadilan yang baik, akan tercipta kedisiplinan yang baik pula. Jadi,

keadilan harus diterapkan dengan baik pada perusahaan supaya kedisiplinan

(38)

Waskat (pengawasan melekat) adalah tindakan nyata yang paling efektif

dalam mewujudkan kedisiplinan karyawan perusahaan. Dengan waskat, atasan

secara langsung dapat mangetahui kemampuan dan kedisiplinan setiap individu

bawahannya, sehingga kondite setiap bawahan dinilai objektif. Jadi, waskat

menuntut adanya kebersamaan aktif antara atasan dan bawahan dalam mencapai

tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Dengan kebersamaan aktif itulah,

maka dapat terwujud kerja sama yang baik dan harmonis dalam perusahaan yang

mandukung terbinanya kedisiplinan karyawan yang baik.

Sanksi hukuman berperan penting dalam memelihara kedisiplinan

karyawan. Berat ringannya sanksi hukuman yang akan diterapkan akan

mempengaruhi baik buruknya kedisiplinan karyawan. Sanksi hukuman

seharusnya tidak terlalu ringan atau terlalu berat supaya hukuman itu tetap

mendidik karyawan untuk mengubah perilakunya. Sanksi hukuman hendaknya

cukup wajar untuk setiap tingkatan indisipliner, bersifat mendidik, dan menjadi

alat motivasi untuk membina kedisiplinan dalam perusahaan.

Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi

kedisiplinan karyawan perusahaaan. Pimpinan harus berani dan tegas, bertindak

untuk menghukum setiap karyawan yang indisipliner sesuai dengan sanksi

hukuman serta peraturan yang telah diterapkan oleh perusahaan. Pimpinan yang

tidak tegas menindak atau menghukum karyawan yang melanggar peraturan,

sebaiknya tidak usah membuat peraturan atau tata tertib pada perusahaan tersebut.

Hubungan kemanusiaan yang harmonis di antara sesama karyawan ikut

(39)

berusaha menciptakan suasana hubungan kemanusiaan yang serasi serta

meningkat, vertikal maupun horizontal di antara semua karyawannya. Terciptanya

hubungan manusia yang serasi akan mewujudkan lingkungan dan suasana kerja

yang nyaman. Hal ini akan memotivasi kedisiplinan yang baik pada perusahaan.

Jadi, kedisiplinan karyawan akan tercipta apabila hubungan kemanusiaan dalam

organisasi tersebut baik.

2.2.2 Indikator Disiplin Kerja

Indikator disiplin kerja menurut Soejono (1986: 67), yaitu ketaatan pada

peraturan dan kesadaran pribadi. Ketaatan pada peraturan meliputi ketepatan

waktu, pelaksanaan prosedur yang telah ditentukan, serta penggunaan

perlengkapan kantor dengan hati-hati. Ketepatan waktu adalah bentuk disiplin

kerja karyawan dengan datang tepat waktu, tertib, dan teratur. Pelaksanaan

prosedur yang telah ditetapkan menunjukkan bahwa karyawan memiliki disiplin

kerja yang baik. Penggunaan perlengkapan kantor dengan hati-hati dapat

meminimalisir resiko terjadinya kerusakan perlengkapan kantor.

Adapun kesadaran pribadi meliputi tingkat kerapian berpakaian di tempat

kerja, memiliki tanggung jawab tinggi, serta tingkat kualitas yang dihasilkan.

Berpakaian rapi di tempat kerja merupakan salah satu indikasi adanya disiplin

kerja, karena dengan berpakaian rapi maka akan meningkatkan rasa percaya diri

karyawan dalam bekerja serta suasana kerja akan terasa lebih nyaman. Pekerjaan

yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan penuh rasa tanggung jawab, maka

kualitas yang dihasilkan pun akan memuaskan karena sesuai dengan standar yang

(40)

Sementara itu, menurut Handoko (2001: 208) menyatakan bahwa terdapat

tiga tipe kegiatan pendisiplinan guna mengontrol kinerja karyawan selama berada

pada suatu organisasi atau Instansi, yaitu disiplin preventif, disiplin korektif, dan

disiplin progresif. Disiplin preventif adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk

mendorong para karyawan untuk mengikuti berbagai standar dan aturan-aturan

yang sudah diterapkan oleh perusahaan, sehingga penyelewengan-penyelewengan

yang mungin terjadi dapat dicegah. Adapun fungsi dari disiplin preventif adalah

untuk mendorong disiplin diri para karyawan sehingga mereka dapat menjaga

sikap disiplin tanpa unsur paksaan.

Disiplin korektif adalah kegiatan yang diambil untuk menangani

pelanggaran terhadap peraturan-peraturan dan mencoba untuk menghindari

pelanggaran lebih lanjut. Fungsi dari disiplin korektif adalah untuk memperbaiki

pelanggaran sekaligus mencegah karyawan lain melakukan pelanggaran serupa

serta mencegah agar tidak ada pelanggaran lagi di kemudian hari, dengan kata lain

untuk perbaikan di masa yang akan datang bukan menghukum kegiatan di masa

lalu.

Disiplin progresif adalah pemberian sanksi yang lebih berat terhadap

pelanggaran yang berulang. Tujuannya adalah memberikan kesempatan pada

karyawan untuk mengambil tindakan korektif sebelum menerima sanksi-sanksi

yang lebih serius. Pelaksanaan disiplin progresif juga memungkinkan manajemen

(41)

Menurut Mangkunegara (2009: 130) menjelaskan terdapat tiga pendekatan

disiplin, yaitu:

1. Pendekatan Disiplin Modern

Pendekatan disiplin modern adalah mempertemukan sejumlah keperluan atau

kebutuhan baru di luar hukuman dan merupakan suatu cara menghindarkan

bentuk hukuman secara fisik.

2. Pendekatan Disiplin dengan Tradisi

Pendekatan disiplin dengan tradisi merupakan pendekatan disiplin dengan

cara memberikan hukuman, dan jika terjadi peningkatan perbuatan

pelanggaran maka diperlukan hukuman yang lebih berat.

3. Pendekatan Disiplin Bertujuan

Pendekatan disiplin bertujuan adalah bentuk disiplin yang ditujukan untuk

perubahan perilaku yang lebih baik, dan bukan pula suatu hukuman, tetapi

merupakan proses pembentukan perilaku.

2.3 Lingkungan Kerja

Penciptaan lingkungan kerja yang menyenangkan dan dapat memenuhi

kebutuhan karyawan akan memberikan rasa puas dan mendorong semangat kerja

mereka. Menurut Logahan (2009: 4) lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang

ada di sekitar karyawan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan

tugas-tugas yang sudah diembankan padanya.

Lingkungan kerja yang kurang mendapat perhatian akan membawa

(42)

dalam melaksanakan tugas mengalami gangguan, sehingga kurang semangat dan

kurang mencurahkan tenaga dan pikirannya terhadap tugasnya. Dengan

lingkungan kerja yang baik dan nyaman, para karyawan akan dapat bekerja

dengan baik tanpa adanya gangguan yang berarti, misalnya polusi asap, polusi

udara dan gangguan yang lainnya. Oleh karena itu lingkungan kerja yang baik

sangat diperlukan oleh setiap orang pada saat bekerja.

Kebersihan lingkungan merupakan tanggung jawab bersama dan bukan

hanya tanggung jawab penjaga atau petugas kebersihan saja, oleh karena itu

semua karyawan hendaknya berpartisipasi menjaga kebersihan lingkungan.

Soedarmayanti (2001: 21) dalam Logahan (2009: 4) menyatakan bahwa secara

garis besar lingkungan kerja terbagi menjadi dua, yaitu lingkungan kerja fisik dan

lingkungan kerja non fisik.

Lingkungan kerja fisik merupakan semua keadaan yang berbentuk fisik

yang terdapat di sekitar karyawan, yang dapat mempengaruhi karyawan tersebut

baik secara langsung maupun tidak langsung. Lingkungan kerja fisik ada yang

berupa lingkungan umum, dapat juga disebut dengan lingkungan kerja yang

mempengaruhi kondisi manusia, seperti temperatur, kelembaban, dan sirkulasi

udara. Sedangkan lingkungan kerja non fisik merupakan suatu keadaan yang

terjadi dan memiliki kaitan dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan,

sesama rekan kerja, ataupun dengan bawahan.

Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa

(43)

baik bersifat fisik maupun non fisik yang dapat mempengaruhi dalam

menjalankan semua tugas yang telah diembankan kepadanya.

2.3.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Lingkungan Kerja

Menurut Septianto (2010: 15) menyatakan bahwa faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi terbentuknya lingkungan kerja adalah cahaya ataupenerangan,

suhu udara, suara bising, keamanan kerja, serta hubungan karyawan. Cahaya atau

penerangan sangat besar manfaatnya bagi karyawan guna mendapat keselamatan

dan kelancaran bekerja. Oleh sebab itu perlu diperhatikan adanya penerangan

(cahaya) yang terang tetapi tidak menyilaukan. Cahaya yang kurang jelas,

sehingga pekerjaan akan lambat, banyak mengalami kesalahan, dan pada akhirnya

menyebabkan kurang efisien dalam melaksanakan pekerjaan.

Oksigen merupakan gas yang dibutuhkan oleh makhluk hidup untuk

menjaga kelangsungan hidup, yaitu untuk proses metabolisme. Udara di sekitar

dikatakan kotor apabila kadar oksigen dalam udara tersebut telah berkurang dan

telah bercampur dengan gas yang berbahaya bagi kesehatan tubuh. Rasa sejuk dan

segar dalam bekerja akan membantu mempercepat pemulihan tubuh akibat lelah

setelah bekerja.

Kebisingan adalah bunyi yang tidak dikehendaki oleh telinga. Dalam

jangka panjang bunyi tersebut dapat mengganggu ketenangan bekerja, merusak

pendengaran dan menimbulkan kesalahan komunikasi. Karena pekerjaan

membutuhkan konsentrasi, maka suara bising hendaknya dihindarkan agar

pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan engan efisien sehingga produktivitas kerja

(44)

Guna menjaga tempat dan kondisi lingkungan kerja tetap dalam keadaan

aman maka perlu diperhatikan adanya keamanan kerja. Salah satu upaya untuk

menjaga keamanan di tempat kerja, dapat memanfaatkan tenaga Satuan Petugas

Keamanan (SATPAM). Lingkungan kerja yang menyenangkan bagi karyawan

melalui pengikatan hubungan yang harmonis dengan atasan, rekan kerja, maupun

bawahan, serta didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai yang ada di

tempat bekerja akan membawa dampak yang positif bagi karyawan, sehingga

kinerja karyawan dapat meningkat.

2.3.2 Indikator Lingkungan Kerja

Terdapat tiga indikator yang berpengaruh terhadap lingkungan kerja

menurut Septianto (2010: 17) yaitu suasana kerja, hubungan dengan rekan kerja,

dan tersedianya fasilitas kerja. Setiap karyawan selalu menginginkan suasana

kerja yang menyenangkan, suasana kerja yang nyaman meliputi cahaya atau

penerangan yang jelas, suara yang tidak bising dan tenang, serta keamanan di

dalam bekerja. Karena berawal dari kenyamanan karyawan tersebut maka dapat

meningkatkan semangat kerja.

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi karyawan tetap tinggal dalam

suatu organisasi adalah adanya hubungan yang harmonis di antara rekan kerja.

Hubungan rekan kerja yang harmonis dan kekeluargaan merupakan salah satu

faktor yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan. Selain itu juga tersedianya

fasilitas kerja yang lengkap, walaupun tidak baru merupakan salah satu penunjang

(45)

Nursasongko (2012: 3) menjelaskan bahwa kondisi lingkungan kerja

dikatakan baik atau sesuai apabila manusia dapat melaksanakan kegiatan secara

optimal, sehat, aman, dan nyaman. Kesesuaian lingkungan kerja dapat dilihat

hasilnya dalam jangka waktu yang lama, jika lingkungan kerja yang kurang baik

maka dapat menuntut tenaga kerja dan waktu yang lebih banyak pula.

Dengan lingkungan kerja yang menyenangkan diharapkan karyawan

cenderung akan bekerja dengan sikap disiplin yang tinggi dari kemungkinan

terjadi pelanggaran peraturan yang dapat terjadi, semangat kerja yang meningkat

pula, serta memiliki rasa tanggung jawab terhadap tugas pekerjaannya dan merasa

tidak ada yang mengganggu dalam pelaksanaan tugas tersebut (Suprayitno, 2007:

26).

2.4 Kualitas Kehidupan Kerja

Sumber daya manusia merupakan faktoryang sangat berharga, maka

perusahaan bertanggung jawab untuk memelihara kualitas kehidupan kerja dan

membina tenaga kerja agar bersedia memberikankontribusinya secara optimal

untuk mencapai tujuan perusahaan. Kualitas kehidupan kerja

merupakan masalah utama yang patut mendapatperhatian organisasi. Adanya

kualitas kehidupan kerja juga menumbuhkan keinginan para karyawan untuk

tetap tinggal dan bertahan di dalam organisasi(Lewis et.al, 2001 dalam Arifin,

2012: 12).

Wayne (2003) dalam Yusuf (2010: 2) juga menyatakan sebagai karyawan

dalam perusahaan seringkali harus bekerja melebihi jam kerja dan hari kerja,

(46)

memenuhi kebutuhan pribadi. Oleh sebab itu pimpinan perusahaan perlu

menyikapi dengan sebaik-baiknya makna dari konsep Quality of Work Life

dengan tujuan agar hubungan antara pihak manajemen dengan karyawan dapat

berjalan dengan baik yang bermuara peningkatan kinerja. Obsorn et.al (2005)

dalam Yusuf (2010: 2) mendefinisikan kualitas kehidupan kerja sebagai quality of

work life is overall quality of human experiences in the workplace, yang artinya

kualitas kehidupan kerja merupakan keseluruhan kualitas dari pengalaman

manusia dalam tempat kerja.

Selain itu, Arifin (2012: 13) juga berpendapat bahwa kualitas kehidupan

kerja merumuskan setiap proses kebijakan yang diputuskan oleh perusahaan

merupakan sebuah respon atas apa yang menjadi keinginan dan

harapankaryawan mereka, hal itu diwujudkan dengan berbagi persoalan dan

menyatukan pandangan mereka (perusahaan dan karyawan) ke dalam tujuan

yang sama yaitu peningkatan kinerja karyawan dan perusahaan.

Berdasarkan definisi dari beberapa ahli di atas maka disimpulkan

pengertian dari kualitas kehidupan kerja adalah bentuk kebijakan yang dilakukan

oleh Instansi terhadap karyawan berkaitan dengan proses memanusiakan dalam

bentuk kepedulian yang baik, kondisi kerja yang baik, kompensasi yang layak,

dan adanya tantangan serta pemberian penghargaan dalam melaksanakan suatu

pekerjaan.

2.4.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Kehidupan Kerja

Terdapat empat faktor di dalam kualitas kehidupan kerja yang diharapkan

(47)

3), yaitu partisipasi dalam pemecahan masalah, sistem imbalan yang inovatif,

perbaikan lingkungan kerja, serta restrukturisasi kerja. Kualitas kehidupan kerja

merupakan masalah utama yang patut mendapat perhatian organisasi. Adanya

kualitas kehidupan kerja juga menumbuhkan keinginan para karyawan untuk

tetap tinggal dan bertahan di dalam organisasi. Hal itu juga dapat dinilai

bahwa karyawan menunjukkan rasa puasnya terhadap perlakuan perusahaan

terhadap dirinya (Lewis dkk, 2001 dalam Arifin, 2012: 12).

Ada dua pandangan mengenai maksud dari kualitas kehidupan kerja.

Pandangan pertama mengatakan bahwa kualitas kehidupan kerja adalah

sejumlah keadaan dan praktek dari tujuan perusahaan seperti perkayaan kerja,

keterlibatan karyawan dalam pemecahan masalah, dan kondisi kerja yang

aman. Sementara yang lainnya menyatakan bahwa kualitas kehidupan kerja

adalah persepsi karyawan bahwa mereka ingin merasa aman, secara relatif

merasa puas dan mendapat kesempatan mampu tumbuh dan berkembang

selayaknya manusia (Cascio, 1991 dalam Husnawati, 2006: 17).

2.4.2 Indikator Kualitas Kehidupan Kerja

Terdapat tiga indikator dalam pengukuran kualitas kehidupan kerja yang

dikembangkan oleh Wayne (1992) dalam Arifin (2012: 13), yaitu sistem imbalan

yang inovatif, lingkungan kerja kondusif, serta restrukturisasi kerja. Sistem

imbalan yang diberikan pada karyawan memungkinkan mereka untuk memuaskan

berbagai kebutuhannya sesuai dengan standar hidup karyawan tersebut, dan sesuai

(48)

mencakup gaji, tunjangan, bonus, dan berbagai fasilitas lain sebagai imbalan jerih

payah karyawan dalam bekerja.

Lingkungan kerja yang kondusif meliputi penetapan jam kerja, peraturan

yang berlaku, serta lingkungan fisik. Lingkungan ini sangat penting terutama bagi

keselamatan dan kenyamanan karyawan dalam menjalankan tugasnya. Selain itu,

memberikan kesempatan bagi karyawan untuk mendapatkan pekerjaan yang

tertantang (job enrichment)serta kesempatan yang lebih luas untuk pengembangan

diri juga dapat mendorong karyawan untuk lebih mengembangkan dirinya.

Kinerja yang bagus akan dihasilkan pekerja jika mereka dihargai dan

diperlakukan seperti layaknya manusia dewasa. Dengan demikian peran penting

dari kualitas kerja adalah mengubah iklim kerja agar organisasi secara teknis

dan manusiawi membawa kepada kualitas kehidupan kerja yang lebih baik

(Luthans, 1995 dalam Arifin, 2012: 12).

2.5 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu sangat penting sebagai dasar pijakan dalam rangka

penyusunan penelitian ini. Kegunaannya adalah untuk mengetahui hasil yang

telah dilakukan oleh peneliti terdahulu sekaligus sebagai perbandingan dan

gambaran yang dapat mendukung kegiatan penelitian berikutnya. Berikut ini

(49)

Tabel 2.1Penelitian Terdahulu

Kedisiplinan merupakan sifat seorang karyawan yang secara sadar dalam

mematuhi peraturan organisasi tertentu yang pada akhirnya sangat mempengaruhi

kinerja karyawan. Disiplin sepatutnya dipandang sebagai bentuk latihan bagi

karyawan dalam melaksanakan aturan-aturan perusahaan. Semakin disiplin, maka

semakin tinggi kinerja karyawan dan mempermudah organisasi dalam pencapaian

(50)

Disiplin dinyatakan sebagai suatu kiat sukses Irmim (2004) dalam

Dharmawan (2011: 9), karena tidak ada keberhasilan tanpa disiplin, peraturan

tidak ada artinya tanpa disiplin, disiplin adalah penegak aturan atau prosedur,

disiplin merupakan cerminan kemampuan mengatur diri, disiplin adalah alat

kontrol terhadap penyimpangan, disiplin menggambarkan jiwa yang memiliki

prinsip, dan disiplin merupakan kesetiaan terhadap profesi.

Penelitian yang dilakukan oleh Zesbendri dan Ariyanti (2005: 18)

menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara variabel

disiplin terhadap kinerja. Semakin tinggi tingkat disiplin karyawan, maka semakin

tinggi pula kinerjanya. Menurut Raharjo (2012: 2), karyawan yang disiplin sejak

berangkat, saat bekerja, dan saat pulang kerja serta sesuai aturan dalam bekerja,

akan memiliki kinerja yang baik.

Lingkungan kerja menurut Wursanto (2009) dalam Dharmawan (2011: 11)

dibedakan menjadi dua macam, yaitu kondisi lingkungan kerja yang menyangkut

segi fisik dan kondisi lingkungan kerja yang menyangkut segi psikis atau non

fisik. Kondisi lingkungan kerja yang menyangkut segi fisik adalah segala sesuatu

yang menyangkut segi fisik dari lingkungan kerja. Sedangkan kondisi lingkungan

kerja non fisik merupakan semua kegiatan yang terjadi berkaitan dengan

hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan maupun hubungan sesama rekan

kerja, ataupun hubungan dengan bawahan.

Dalam upaya meningkatkan kinerja agar lebih baik perlu ditunjang adanya

lingkungan kerja yang mendukung pula. Lingkungan yang menyenangkan dan

(51)

peningkatan kinerja, karena karyawan tidak merasa terganggu dalam

melaksanakan tugasnya sehingga mereka lebih tenang, aktif, tekun, dan serius

menghadapi tugas-tugasnya (Suprayitno, 2007: 25). Penelitian yang dilakukan

oleh Logahan (2009: 18) menunjukkan adanya pengaruh signifikan variabel

lingkungan kerja terhadap kinerja. Semakin baik lingkungan kerja, maka kinerja

karyawan akan meningkat pula.

Kualitas kehidupan kerja merupakan masalah utama yang patut mendapat

perhatian organisasi (Lewis dkk, 2001 dalam Husnawati, 2006: 3). Hal ini

merujuk pada pemikiran bahwa kualitas kehidupan kerja dipandang mampu untuk

meningkatkan peran serta dan sumbangan para anggota atau karyawan terhadap

organisasi. Adanya kualitas kehidupan kerja juga menumbuhkan keinginan para

karyawan untuk tetap tinggal dalam organisasi (May dan Lau, 1999 dalam

Husnawati, 2006: 3).

Menurut Wayne (2003) dalam Yusuf (2010: 2) pada teori Quality Of Work

Lifedikatakan bahwa para manajer memberikan kesempatan bagi para karyawan

untuk mendesain pekerjaan mereka tentang apa yang dibutuhkan dalam

menghasilkan produk atau jasa agar mereka dapat bekerja secara efektif. Karena

dengan pemberian kualitas kehidupan kerja karyawan yang semakin tinggi, maka

kinerja karyawan akan meningkat. Penelitian yang dilakukan oleh Yasa (2007:

81) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara kualitas kehidupan kerja

terhadap kinerja karyawan.

Berdasarkan uraian teoritis mengenai disiplin kerja, lingkungan kerja,

(52)

penelitian terdahulu yang mendasari penelitian ini, maka kerangka pemikiran

teoritis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Disiplin Kerja

Hubungan dengan Rekan Kerja Kuantitas

Tersedianya Fasilitas Kerja Kualitas

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian dimana masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat

pertanyaan (Sugiyono, 2006: 64). Berdasarkan kerangka pemikiran teoritis di atas,

maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu:

H1 = Ada pengaruh disiplin kerja terhadap kinerja karyawan

H2 = Ada pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan

Gambar

Tabel 2.1Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
Tabel 3.1 Jumlah Karyawan RSUD Dr. M. Ashari Pemalang Periode
Tabel 3.2 Sampel Karyawan RSUD Dr. M. Ashari Pemalang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh: 1) lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan, 2) kedisiplinan terhadap kinerja karyawan, 3) lingkungan kerja dan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis disiplin kerja, menganalisis kinerja karyawan, dan menguji pengaruh disiplin kerja terhadap kinerja karyawan (studi kasus: Hotel X Palu

PENGARUH MOTIVASI KERJA, LINGKUNGAN KERJA, DISIPLIN KERJA DAN SEMANGAT KERJA TERHADAP.. KINERJA

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji sejauh mana pengaruh disiplin dan lingkungan kerja terhadap produktivitas karyawan pada PT.Perkebunan Nusantara V PKS

Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk Mengetahui Pengaruh Kualitas Kehidupan Kerja terhadap Kinerja Karyawan di Bukit Cili Rafting, Untuk Mengetahui Pengaruh

Metode analisis data yang digunakan untuk mengetahui pengaruh disiplin kerja dan lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan baik secara parsial maupun simultan adalah regresi linear

47 PENGARUH DISIPLIN KERJA DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP..

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial variabel Kualitas Sumber Daya Manusia X1, Lingkungan Kerja X2, Disiplin Kerja X3 terhadap Kinerja Karyawan Y.. Hasil uji F diperoleh