• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Motor Induksi 3 Phasa 90 kW

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perancangan Motor Induksi 3 Phasa 90 kW"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

PERANCANGAN MOTOR INDUKSI 3 PHASA 90 kW

OLEH

NAMA : DAVID LUMBAN GAOL

NIM : 050402083

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PERANCANGAN MOTOR INDUKSI 3 PHASA 90 kW

OLEH

NAMA : DAVID LUMBAN GAOL

NIM : 050402083

Tugas Akhir ini diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik

Pada

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Sidang pada tanggal 16 Juli 2011 didepan Penguji:

1. Ir. Sumantri Zulkarnain : Ketua Penguji : 2. Ir. A. Rachman Hasibuan : Anggota Penguji :

3. Ir. Satria Ginting : Anggota Penguji :

Disetujui oleh : Pembimbing Tugas Akhir,

(Ir.Syarifuddin Siregar) NIP:19461081976031002

Diketahui oleh:

Ketua Departemen Teknik Elektro,

(3)

ABSTRAK

Motor induksi tiga phasa merupakan jenis motor yang paling banyak digunakan pada

perindustrian. Motor inilah yang akan digunakan untuk memutar beban yang ada di

perindustrian. Motor induksi tiga phasa keluaran besarannya berupa torsi untuk menggerakkan

beban. Jika torsi beban yang dipikul motor induksi tiga phasa lebih besar, maka motor induksi

tiga phasa tidak akan berputar.

Untuk mendukung suatu perindustrian yang membutuhkan motor dengan rating dan

rancangan tertentu, maka diperlukan suatu desain motor dengan rancangan khusus untuk

pertimbangan ekonomis demi efisiensi biaya industri tersebut. Untuk itu pada Tugas Akhir ini

akan dirancang motor induksi dengan rating daya 90 kW, 3 phasa, 1 pasang kutub, frekuensi

sumber 50 Hz, tegangan 460/380 V, hubungan bintang, faktor daya yang diharapkan 0,9 dan

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus atas kasih dan penyertaan-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul :

PERANCANGAN MOTOR INDUKSI 3 PHASA 90 kW

Tugas Akhir ini merupakan bagian dari kurikulum yang harus diselesaikan untuk

memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan Sarjana Strata Satu di Departemen Teknik

Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

Selama penulis menjalani pendidikan di kampus hingga diselesaikannya Tugas Akhir ini,

penulis banyak menerima bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Pada

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih yang tulus dan sebesar-besarnya kepada

1 Kedua Orang tua yang telah banyak memberikan kasih-sayang yang tak ternilai harganya

sehingga penulis mampu, bersemangat dan berkemauan keras untuk dapat menyelesaikan

Tugas Akhir ini. Juga kepada adik-adikku tercinta yang memberikan semangat dan

perhatian kepada penulis selama menyelesaikan tugas akhir ini.

2 Bapak Ir. A. Syarifuddin Siregar sebagai Dosen Pembimbing Pembimbing Akhir penulis

yang sangat besar bantuannya dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

3 Bapak Ir. Arman Sani, MT sebagai Dosen Wali penulis selama menyelesaikan

pendidikan di kampus USU.

4 Bapak Ir. S. Tarmizi Kasim, M,Si sebagai Ketua Departemen Teknik Elektro Fakultas

(5)

5 Bapak Rahmad Fauzi, ST, MT sebagai Sekretaris Departemen Teknik Elektro Fakultas

Teknik Universitas Sumatera Utara.

6 Seluruh Staf Pengajar dan Pegawai Departemen Teknik Elektro FT-USU.

7 Kepada Sabrina Sianipar yang telah menemani penulis, memberikan semangat serta

motivasi yang besar untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini.

8 Seluruh Teman-teman stambuk 2005 yang telah mendukung dan memberikan semangat

kepada penulis.

9 Seluruh Adik-adik stambuk yang juga membantu member masukan dalam Tugas Akhir

ini.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih banyak kekurangannya. Untuk

itu penulis menerima dengan terbuka segala kritik dan saran dari pembaca untuk

menyempurnakan Tugas Akhir ini.

Akhir kata semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2011

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK…… ... i

KATA PENGANTAR………..ii

DAFTAR ISI………...iv

DAFTAR TABEL………....vi

DAFTAR GAMBAR………...………vii

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang ... 1

I.2 Tujuan dan Manfaat penelitian ... 2

I.3 Batasan Masalah ... 2

I.4 Metode Penelitian ... 3

I.5 Sistematika Penulisan ... 3

BAB II MOTOR INDUKSI II.1 Umum ... 5

II.2 Konstruksi Motor Induksi... 8

II.3 Jenis Motor Induksi 3 Phasa ... 10

II.4 Prinsip Kerja Motor Induksi Tiga Phasa ... 15

BAB III PERANCANGAN MOTOR INDUKSI 90 kW III.1 Umum ... 19

III.2 Merancang Parameter Stator ... 20

III.3 Merancang Belitan Stator ... 22

III.4 Perancangan Slot Stator ... 28

III.5 Perancangan Slot Rotor ... 33

III.6 Perancangan Gigi Slot Rotor ... 35

(7)

BAB IV PERHITUNGAN RANCANGAN MOTOR 3 PHASA 90 kW

IV.1 Umum ... 38

IV.2 Analisis Parameter Stator ... 38

IV.3 Analisis Rancangan Belitan Stator ... 40

IV.4 Perancangan Ukuran Slot Stator ... 44

IV.5 Analisis Perancangan Slot Rotor ... 49

IV.6 Analisis Perancangan Rotor Bar Current...50

IV.7 Analisis Perancangan Gigi Slot Rotor... 51

IV.8 Analisis Perancangan Teras Rotor ... 51

IV.9 Analisis Perancangan End Ring ... 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1 Kesimpulan ... 53

V.2 Saran ... 70

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Tabel Stack Aspect Ratio ... 21

Tabel 3.2. Rasio diameter luar dan diameter dalam stator ... 22

Tabel 3.3. Standard Konduktor Magnetik ... 27

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Desain Motor Induksi ... 5

Gambar 2.2 Motor Induksi 3 Phasa Modern ... 5

Gambar 2.3 Motor induksi 1 phasa dengan kapasitor Start and Run ... 6

Gambar 2.4 Motor induksi berbahan alluminium ... 7

Gambar 2.5 Gambar rotor dan stator... 9

Gambar 2.6 Menggambarkan Komponen Stator motor induksi tiga phasa ... 10

Gambar 2.7 Rotor Sangkar ... 11

Gambar 2.8 Konstruksi Motor Induksi Rotor Sangkar Ukuran Kecil dan Besar ... 12

Gambar 2.9 Gambar Skematik Motor ... 16

Gambar 2.10 Konstruksi Belitan Motor ... 17

Gambar 3.1 Grafik Sgap vs C0 ... 20

Gambar 3.2 Konstruksi belitan ... 23

Gambar 3.3 Hubungan slot motor 3 phasa , 2 kutub, 12 slot ... 24

Gambar 3.4 Grafik di hubungan kf dan 1+Ksd ... 25

Gambar 3.5 Bentuk slot yang sering digunakan... 28

Gambar 3.6 Gambar Slot Dirancang ... 29

Gambar 4.1Belitan 3 Phasa dengan 36 slot, 2 kutub, 2 layer ... 41

Gambar 4.2 Bentuk Slot Trapezoidal ... 45

(10)

ABSTRAK

Motor induksi tiga phasa merupakan jenis motor yang paling banyak digunakan pada

perindustrian. Motor inilah yang akan digunakan untuk memutar beban yang ada di

perindustrian. Motor induksi tiga phasa keluaran besarannya berupa torsi untuk menggerakkan

beban. Jika torsi beban yang dipikul motor induksi tiga phasa lebih besar, maka motor induksi

tiga phasa tidak akan berputar.

Untuk mendukung suatu perindustrian yang membutuhkan motor dengan rating dan

rancangan tertentu, maka diperlukan suatu desain motor dengan rancangan khusus untuk

pertimbangan ekonomis demi efisiensi biaya industri tersebut. Untuk itu pada Tugas Akhir ini

akan dirancang motor induksi dengan rating daya 90 kW, 3 phasa, 1 pasang kutub, frekuensi

sumber 50 Hz, tegangan 460/380 V, hubungan bintang, faktor daya yang diharapkan 0,9 dan

(11)

BAB II

MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

II.1 UMUM

Faraday menemukan hukum induksi elektromagnetik pada tahun 1831 dan Maxwell

memformulasikannya ke hukum listrik (persamaan Maxwell) sekitar tahun 1860. Pengetahuan

tersebut dikembangkan hingga ditemukannya mesin induksi yang diperkenalkan Gallileo Ferraris

(1885) dan Nicola Tesla (1886). Mesin tersebut ditunjukkan pada gambar berikut.

(a) (b)

Gambar 2.1 (a) Desain motor induksi Ferrari

(b) Desain motor induksi Tesla

Kedua rancangan motor tersebut disuplai oleh tegangan ac 2 phasa dan terkonsentrasi

pada belitan 1-1’ dan 2-2’ pada inti stator ferromagnetik. Pada penemuan Ferrari, rotor terbuat

dari silinder berbahan tembaga sedangkan pada penemuan Tesla rotor terbuat dari silinder

berbahan ferromagnetic yang belitannya dihubung singkat.

Hingga pada saat sekarang motor induksi dikembangkan hingga seperti pada gambar 2.2

dan performansinya sudah jauh lebih baik, meskipun prinsip dasarnya adalah sama. Suatu belitan

(12)

menghasilkan arus pada belitan rotor yang terhubung singkat. Interaksi antara medan stator dan

rotor menghasilkan torsi sehingga mesin dapat berputar, oleh karena torsi rotor pada saat start

tidaklah nol, maka motor induksi dapat berputar secara langsung.

Pada tahun 1889, Dolivo Dobrovolsky menemukan motor induksi rotor belitan dan

secara konstruksi sangat persis dengan yang digunakan pada saat ini. Selain itu dia adalah

penemu rotor sangkar ganda. Pada tahun 1900, motor induksi telah digunakan pada

perindustrian. Tidak lama setelahnya, sebelum tahun 1910 di Eropa kereta api telah

menggunakan motor induksi sebagai penggerak yang dapat mencapai kecepatan 200 km/jam

Gambar 2.2 Motor Induksi 3 Phasa Modern

Seiring dengan berkembangnya teknologi elektronika daya dan kendali digital, motor

induksi sangat populer dan mendapat julukan sebagai “ The Work House For Industry” dan

diberi label “ The Race Horse of High Technology”.

Motor induksi pada umumnya disuplai oleh sumber tegangan tiga phasa dan satu phasa.

Suplai motor 1 phasa belitan 2 phasa dan biasanya digunakan pada aplikasi rumahan (kipas

angin, mesin cuci, dan lain lain) berdaya diatas 2,7 sampai 3 kW. Motor induksi 1 phasa memiliki

(13)

Gambar 2.3. Motor induksi 1 phasa dengan kapasitor Start and Run

Motor induksi 3 phasa ada juga yang dirancang dari alluminium untuk penggunaan

tertentu dan biasanya dayanya dibawah 55 kW

Gambar 2.4 Motor induksi berbahan alluminium

Disamping standard motor (kelas B untuk amerika dan EFF1 di Eropa), kelas motor

berefesiensi tinggi (EFF2 dan EFF3) juga telah dalam proses perkembangan dan penelitian.

Tabel 1.2 menunjukkan kelas effisiensi standard Eropa (EFF1, EFF2, dan EFF3), diperkirakan

(14)

yang sangat signifikan. Motor berefisiensi tinggi tersebut dirancang dengan bertegangan 3800

sampai 11.500 Volt dan 50 – 60 Hz.

Hampir semua motor ac yang digunakan adalah motor induksi, terutama motor induksi

tiga phasa yang paling banyak dipakai di perindustrian. Motor induksi tiga phasa sangat banyak

dipakai sebagai penggerak di perindustrian karena banyak memiliki keuntungan, tetapi ada juga

kelemahannya.

Keuntungan motor induksi tiga phasa:

1. Motor induksi tiga phasa sangat sederhana dan kuat.

2. Biayanya murah dan dapat diandalkan.

3. Motor induksi tiga phasa memiliki efisiensi yang tinggi pada kondisi kerja normal.

4. Perawatanya mudah.

Kerugianya:

1. Kecepatannya tidak bisa bervariasi tanpa merubah efisiensi.

2. Kecepatannya tergantung beban.

3. Pada torsi start memiliki kekurangan.

II.2 Konstruksi Motor Induksi Tiga Phasa

Motor induksi adalah motor ac yang paling banyak dipergunakan, karena konstruksinya

yang kuat dan karakteristik kerjanya yang baik. Secara umum motor induksi terdiri dari rotor dan

stator. Rotor merupakan bagian yang bergerak, sedangkan stator bagian yang diam. Diantara

stator dengan rotor ada celah udara yang jaraknya sangat kecil. Konstruksi motor induksi dapat

(15)

Rotor

Stator

Gambar 2.5 Gambar rotor dan stator

Komponen stator adalah bagian terluar dari motor yang merupakan bagian yang diam dan

mengalirkan arus phasa. Stator terdiri atas tumpukan laminasi inti yang memiliki alur yang

menjadi tempat kumparan dililitkan yang berbentuk silindris. Alur pada tumpukan laminasi inti

diisolasi dengan kertas (Gambar 2.6.(b)). Tiap elemen laminasi inti dibentuk dari lembaran besi

(Gambar 2.6 (a)). Tiap lembaran besi tersebut memiliki beberapa alur dan beberapa lubang

pengikat untuk menyatukan inti. Tiap kumparan tersebar dalam alur yang disebut belitan phasa

dimana untuk motor tiga phasa, belitan tersebut terpisah secara listrik sebesar 120o. Kawat

kumparan yang digunakan terbuat dari tembaga yang dilapis dengan isolasi tipis. Kemudian

tumpukan inti dan belitan stator diletakkan dalam cangkang silindris (Gambar 2.6.(c)). Berikut

ini contoh lempengan laminasi inti, lempengan inti yang telah disatukan, belitan stator yang telah

(16)

Gambar 2.6 Menggambarkan Komponen Stator motor induksi tiga phasa, (a) Lempengan Inti, (b)

Tumpukan Inti dengan Kertas Isolasi pada Beberapa Alurnya, (c) Tumpukan Inti dan Kumparan Dalam

Cangkang Stator

Untuk rotor akan dibahas pada bagian berikutnya, yaitu jenis – jenis motor induksi tiga

phasa berdasarkan jenis rotornya.

II.3 Jenis Motor Induksi Tiga Phasa

Ada dua jenis motor induksi tiga phasa berdasarkan rotornya yaitu:

1. Motor induksi tiga phasa sangkar tupai ( squirrel-cage motor)

2. Motor induksi tiga phasa rotor belitan ( wound-rotor motor )

kedua motor ini bekerja pada prinsip yang sama dan mempunyai konstruksi stator yang

sama tetapi berbeda dalam konstruksi rotor.

(a) (b)

(17)

II.3.1 Motor Induksi Tiga Phasa Sangkar Tupai ( Squirrel-cage Motor)

Penampang motor sangkar tupai memiliki konstruksi yang sederhana. Inti stator pada

motor sangkar tupai tiga phasa terbuat dari lapisan – lapisan pelat baja beralur yang didukung

dalam rangka stator yang terbuat dari besi tuang atau pelat baja yang dipabrikasi. Lilitan – lilitan

kumparan stator diletakkan dalam alur stator yang terpisah 120 derajat listrik. Lilitan phasa ini dapat tersambung dalam hubungan delta ( Δ ) ataupun bintang ( Υ ).

Rotor jenis rotor sangkar ditunjukkan pada Gambar 2.7 di bawah ini.

Batang Poros

Kipas

Laminasi Inti Besi

Aluminium

Cincin Aluminium

Batang Poros

Kipas

Gambar 2.7 rotor sangkar, (a) Tipikal Rotor Sangkar, (b) Bagian-bagian Rotor Sangkar

(a)

(18)

Batang rotor dan cincin ujung motor sangkar tupai yang lebih kecil adalah coran tembaga

atau aluminium dalam satu lempeng pada inti rotor. Dalam motor yang lebih besar, batang rotor

tidak dicor melainkan dibenamkan ke dalam alur rotor dan kemudian dilas dengan kuat ke cincin

ujung. Batang rotor motor sangkar tupai tidak selalu ditempatkan paralel terhadap poros motor

tetapi kerapkali dimiringkan. Hal ini akan menghasilkan torsi yang lebih seragam dan juga

mengurangi derau dengung magnetik sewaktu motor sedang berputar.

Pada ujung cincin penutup dilekatkan sirip yang berfungsi sebagai pendingin. Rotor jenis

rotor sangkar standar tidak terisolasi, karena batangan membawa arus yang besar pada tegangan

rendah. Motor induksi dengan rotor sangkar ditunjukkan pada Gambar 2.8.

(19)

Gambar 2.8 (a) Konstruksi Motor Induksi Rotor Sangkar Ukuran Kecil,

(b) Konstruksi Motor Induksi Rotor Sangkar Ukuran Besar

II.3.2 Motor Induksi Tiga Phasa Rotor Belitan ( wound-rotor motor )

Motor rotor belitan (motor cincin slip) berbeda dengan motor sangkar tupai dalam hal

konstruksi rotornya. Seperti namanya, rotor dililit dengan lilitan terisolasi serupa dengan lilitan

stator. Lilitan phasa rotor dihubungkan secara Υ dan masing – masing phasa ujung terbuka yang

dikeluarkan ke cincin slip yang terpasang pada poros rotor. Secara skematik dapat dilihat pada

gambar-2.9. Dari gambar ini dapat dilihat bahwa cincin slip dan sikat semata – mata merupakan

penghubung tahanan kendali variabel luar ke dalam rangkaian rotor.

(20)

Sumber tegangan

Belitan Stator

Belitan Rotor

Slip Ring

Tahanan Luar

Gambar 2.9 Gambar skematik motor

Pada motor ini, cincin slip yang terhubung ke sebuah tahanan variabel eksternal yang

berfunsi membatasi arus pengasutan dan yang bertanggung jawab terhadap pemanasan rotor.

Selama pengasutan, penambahan tahanan eksternal pada rangkaian rotor belitan menghasilkan

torsi pengasutan yang lebih besar dengan arus pengasutan yang lebih kecil dibanding dengan

rotor sangkar. Konstruksi motor tiga phasa rotor belitan ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

(21)

(b)

Gambar 2.10 (a) Rotor Belitan, (b) Konstruksi Motor Induksi Tiga Phasa dengan Rotor Belitan

II.4 Prinsip Kerja Motor Induksi Tiga Phasa

Motor induksi adalah peralatan pengubah energi listrik ke bentuk energi mekanik.

Pengubahan energi ini bergantung pada keberadaan phenomena alami magnetik, medan listrik,

gaya mekanis dan gerak.

Dalam motor induksi, tidak ada hubungan listrik ke rotor, arus rotor merupakan arus

induksi. Tetapi ada kondisi yang sama seperti motor dc, dimana pada rotor mengalir arus. Arus

ini berada dalam medan magnetik sehingga akan terjadi gaya (F) pada rotor yang akan

menggerakkan rotor dalam arah tegak lurus medan.

Jika pada belitan stator diberi tegangan tiga phasa, maka pada stator akan dihasilkan arus

tiga phasa, arus ini menghasilkan medan magnetik yang berputar dengan kecepatan sinkron.

Ketika medan melewati konduktor rotor, dalam konduktor ini diinduksikan ggl yang sama

(22)

Rangkaian rotor merupakan rangkaian tertutup, baik melalui cincin ujung atau tahanan luar, ggl

induksi menyebabkan arus mengalir dalam konduktor rotor. Jadi arus yang mengalir pada

konduktor rotor dalam medan magnet yang dihasilkan stator akan menghasilkan gaya (F) yang

bekerja pada rotor.

Gambar – 2.14 di bawah ini menggambarkan penampang stator dan rotor motor induksi,

dengan medan magnet diumpamakan berputar searah jarum jam dan dengan statornya diam

seperti pada saat start.

X X

X

X X X

X

Stator

Rotor

Gerakan medan magnet berputar

Gambar 2. 11. Penampang stator dan motor

Untuk arah fluksi dan gerak yang ditunjukkan gambar di atas, penggunaan aturan tangan

kanan fleming bahwa arah arus induksi dalam konduktor rotor menuju pembaca. Pada kondisi

seperti itu, dengan konduktor yang mengalirkan arus berada dalam medan magnet seperti yang

ditunjukkan, gaya pada konduktor mengarah ke atas karena medan magnet di bawah konduktor

lebih kuat dari pada medan di atasnya. Agar sederhana, hanya satu konduktor rotor yang

diperlihatkan. Tetapi, konduktor – konduktor rotor yang berdekatan lainnya dalam medan stator

juga mengalirkan arus dalam arah seperti pada konduktor yang ditunjukkan, dan juga

(23)

berikutnya, arah medan stator akan dibalik, tetapi arus rotor juga akan dibalik, sehingga gaya

pada rotor tetap ke atas. Demikian pula konduktor rotor di bawah kutub – kutub medan stator

lain akan mempunyai gaya yang semuanya cenderung memutarkan rotor searah jarum jam. Jika

kopel yang dihasilkan cukup besar untuk mengatasi kopel beban yang menahan, motor akan

melakukan percepatan searah jarum jam atau dalam arah yang sama dengan perputaran medan

magnet stator.

Untuk memperjelas prinsip kerja motor induksi tiga phasa, maka dapat dijabarkan dalam

langkah – langkah berikut:

1. Pada keadaan beban nol ketiga phasa stator yang dihubungkan dengan sumber tegangan tiga

phasa yang setimbang menghasilkan arus pada tiap belitan phasa.

2. Arus pada tiap phasa menghasilkan fluksi bolak-balik yang berubah-ubah.

3. Amplitudo fluksi yang dihasilkan berubah secara sinusoidal dan arahnya tegak lurus terhadap

belitan phasa.

4. Akibat fluksi yang berputar timbul ggl pada stator motor yang besarnya adalah:

e1 =

dt d N Φ

− 1 ( Volt )

atau E1 =4,44fN1Φ ( Volt ).

5. Penjumlahan ketiga fluksi bolak-balik tersebut disebut medan putar yang berputar dengan

kecepatan sinkron ns, besarnya nilai ns ditentukan oleh jumlah kutub p dan frekuensi stator f

yang dirumuskan dengan

p f

ns =120× ( rpm ).

6. Fluksi yang berputar tersebut akan memotong batang konduktor pada rotor. Akibatnya pada

(24)

E2 =4,44fN2Φm ( Volt )

dimana :

E2 = Tegangan induksi pada rotor saat rotor dalam keadaan diam (Volt)

N2 = Jumlah lilitan kumparan rotor

Фm = Fluksi maksimum (Wb)

7. Karena kumparan rotor merupakan rangkaian tertutup, maka ggl tersebut akan menghasilkan

arus I2

8. Adanya arus I2 di dalam medan magnet akan menimbulkan gaya F pada rotor

9. Bila kopel mula yang dihasilkan oleh gaya F cukup besar untuk memikul kopel beban, rotor

akan berputar searah medan putar stator

10.Perputaran rotor akan semakin meningkat hingga mendekati kecepatan sinkron. Perbedaan kecepatan medan stator (ns) dan kecepatan rotor (nr) disebut slip (s) dan dinyatakan dengan

100% s

r s − × =

n n n s

11.Pada saat rotor dalam keadaan berputar, besarnya tegangan yang terinduksi pada kumparan

rotor akan bervariasi tergantung besarnya slip. Tegangan induksi ini dinyatakan dengan E2s

yang besarnya:

E2s = 4,44sfN2Φm ( Volt )

dimana

E2s = tegangan induksi pada rotor dalam keadaan berputar (Volt)

f2 = s.f = frekuensi rotor (frekuensi tegangan induksi pada rotor dalam keadaan berputar)

12.Bila ns = nr, tegangan tidak akan terinduksi dan arus tidak akan mengalir pada kumparan

(25)

BAB II

MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

II.1 UMUM

Faraday menemukan hukum induksi elektromagnetik pada tahun 1831 dan Maxwell

memformulasikannya ke hukum listrik (persamaan Maxwell) sekitar tahun 1860. Pengetahuan

tersebut dikembangkan hingga ditemukannya mesin induksi yang diperkenalkan Gallileo Ferraris

(1885) dan Nicola Tesla (1886). Mesin tersebut ditunjukkan pada gambar berikut.

(a) (b)

Gambar 2.1 (a) Desain motor induksi Ferrari

(b) Desain motor induksi Tesla

Kedua rancangan motor tersebut disuplai oleh tegangan ac 2 phasa dan terkonsentrasi

pada belitan 1-1’ dan 2-2’ pada inti stator ferromagnetik. Pada penemuan Ferrari, rotor terbuat

dari silinder berbahan tembaga sedangkan pada penemuan Tesla rotor terbuat dari silinder

berbahan ferromagnetic yang belitannya dihubung singkat.

Hingga pada saat sekarang motor induksi dikembangkan hingga seperti pada gambar 2.2

dan performansinya sudah jauh lebih baik, meskipun prinsip dasarnya adalah sama. Suatu belitan

(26)

menghasilkan arus pada belitan rotor yang terhubung singkat. Interaksi antara medan stator dan

rotor menghasilkan torsi sehingga mesin dapat berputar, oleh karena torsi rotor pada saat start

tidaklah nol, maka motor induksi dapat berputar secara langsung.

Pada tahun 1889, Dolivo Dobrovolsky menemukan motor induksi rotor belitan dan

secara konstruksi sangat persis dengan yang digunakan pada saat ini. Selain itu dia adalah

penemu rotor sangkar ganda. Pada tahun 1900, motor induksi telah digunakan pada

perindustrian. Tidak lama setelahnya, sebelum tahun 1910 di Eropa kereta api telah

menggunakan motor induksi sebagai penggerak yang dapat mencapai kecepatan 200 km/jam

Gambar 2.2 Motor Induksi 3 Phasa Modern

Seiring dengan berkembangnya teknologi elektronika daya dan kendali digital, motor

induksi sangat populer dan mendapat julukan sebagai “ The Work House For Industry” dan

diberi label “ The Race Horse of High Technology”.

Motor induksi pada umumnya disuplai oleh sumber tegangan tiga phasa dan satu phasa.

Suplai motor 1 phasa belitan 2 phasa dan biasanya digunakan pada aplikasi rumahan (kipas

angin, mesin cuci, dan lain lain) berdaya diatas 2,7 sampai 3 kW. Motor induksi 1 phasa memiliki

(27)

Gambar 2.3. Motor induksi 1 phasa dengan kapasitor Start and Run

Motor induksi 3 phasa ada juga yang dirancang dari alluminium untuk penggunaan

tertentu dan biasanya dayanya dibawah 55 kW

Gambar 2.4 Motor induksi berbahan alluminium

Disamping standard motor (kelas B untuk amerika dan EFF1 di Eropa), kelas motor

berefesiensi tinggi (EFF2 dan EFF3) juga telah dalam proses perkembangan dan penelitian.

Tabel 1.2 menunjukkan kelas effisiensi standard Eropa (EFF1, EFF2, dan EFF3), diperkirakan

(28)

yang sangat signifikan. Motor berefisiensi tinggi tersebut dirancang dengan bertegangan 3800

sampai 11.500 Volt dan 50 – 60 Hz.

Hampir semua motor ac yang digunakan adalah motor induksi, terutama motor induksi

tiga phasa yang paling banyak dipakai di perindustrian. Motor induksi tiga phasa sangat banyak

dipakai sebagai penggerak di perindustrian karena banyak memiliki keuntungan, tetapi ada juga

kelemahannya.

Keuntungan motor induksi tiga phasa:

1. Motor induksi tiga phasa sangat sederhana dan kuat.

2. Biayanya murah dan dapat diandalkan.

3. Motor induksi tiga phasa memiliki efisiensi yang tinggi pada kondisi kerja normal.

4. Perawatanya mudah.

Kerugianya:

1. Kecepatannya tidak bisa bervariasi tanpa merubah efisiensi.

2. Kecepatannya tergantung beban.

3. Pada torsi start memiliki kekurangan.

II.2 Konstruksi Motor Induksi Tiga Phasa

Motor induksi adalah motor ac yang paling banyak dipergunakan, karena konstruksinya

yang kuat dan karakteristik kerjanya yang baik. Secara umum motor induksi terdiri dari rotor dan

stator. Rotor merupakan bagian yang bergerak, sedangkan stator bagian yang diam. Diantara

stator dengan rotor ada celah udara yang jaraknya sangat kecil. Konstruksi motor induksi dapat

(29)

Rotor

Stator

Gambar 2.5 Gambar rotor dan stator

Komponen stator adalah bagian terluar dari motor yang merupakan bagian yang diam dan

mengalirkan arus phasa. Stator terdiri atas tumpukan laminasi inti yang memiliki alur yang

menjadi tempat kumparan dililitkan yang berbentuk silindris. Alur pada tumpukan laminasi inti

diisolasi dengan kertas (Gambar 2.6.(b)). Tiap elemen laminasi inti dibentuk dari lembaran besi

(Gambar 2.6 (a)). Tiap lembaran besi tersebut memiliki beberapa alur dan beberapa lubang

pengikat untuk menyatukan inti. Tiap kumparan tersebar dalam alur yang disebut belitan phasa

dimana untuk motor tiga phasa, belitan tersebut terpisah secara listrik sebesar 120o. Kawat

kumparan yang digunakan terbuat dari tembaga yang dilapis dengan isolasi tipis. Kemudian

tumpukan inti dan belitan stator diletakkan dalam cangkang silindris (Gambar 2.6.(c)). Berikut

ini contoh lempengan laminasi inti, lempengan inti yang telah disatukan, belitan stator yang telah

(30)

Gambar 2.6 Menggambarkan Komponen Stator motor induksi tiga phasa, (a) Lempengan Inti, (b)

Tumpukan Inti dengan Kertas Isolasi pada Beberapa Alurnya, (c) Tumpukan Inti dan Kumparan Dalam

Cangkang Stator

Untuk rotor akan dibahas pada bagian berikutnya, yaitu jenis – jenis motor induksi tiga

phasa berdasarkan jenis rotornya.

II.3 Jenis Motor Induksi Tiga Phasa

Ada dua jenis motor induksi tiga phasa berdasarkan rotornya yaitu:

1. Motor induksi tiga phasa sangkar tupai ( squirrel-cage motor)

2. Motor induksi tiga phasa rotor belitan ( wound-rotor motor )

kedua motor ini bekerja pada prinsip yang sama dan mempunyai konstruksi stator yang

sama tetapi berbeda dalam konstruksi rotor.

(a) (b)

(31)

II.3.1 Motor Induksi Tiga Phasa Sangkar Tupai ( Squirrel-cage Motor)

Penampang motor sangkar tupai memiliki konstruksi yang sederhana. Inti stator pada

motor sangkar tupai tiga phasa terbuat dari lapisan – lapisan pelat baja beralur yang didukung

dalam rangka stator yang terbuat dari besi tuang atau pelat baja yang dipabrikasi. Lilitan – lilitan

kumparan stator diletakkan dalam alur stator yang terpisah 120 derajat listrik. Lilitan phasa ini dapat tersambung dalam hubungan delta ( Δ ) ataupun bintang ( Υ ).

Rotor jenis rotor sangkar ditunjukkan pada Gambar 2.7 di bawah ini.

Batang Poros

Kipas

Laminasi Inti Besi

Aluminium

Cincin Aluminium

Batang Poros

Kipas

Gambar 2.7 rotor sangkar, (a) Tipikal Rotor Sangkar, (b) Bagian-bagian Rotor Sangkar

(a)

(32)

Batang rotor dan cincin ujung motor sangkar tupai yang lebih kecil adalah coran tembaga

atau aluminium dalam satu lempeng pada inti rotor. Dalam motor yang lebih besar, batang rotor

tidak dicor melainkan dibenamkan ke dalam alur rotor dan kemudian dilas dengan kuat ke cincin

ujung. Batang rotor motor sangkar tupai tidak selalu ditempatkan paralel terhadap poros motor

tetapi kerapkali dimiringkan. Hal ini akan menghasilkan torsi yang lebih seragam dan juga

mengurangi derau dengung magnetik sewaktu motor sedang berputar.

Pada ujung cincin penutup dilekatkan sirip yang berfungsi sebagai pendingin. Rotor jenis

rotor sangkar standar tidak terisolasi, karena batangan membawa arus yang besar pada tegangan

rendah. Motor induksi dengan rotor sangkar ditunjukkan pada Gambar 2.8.

(33)

Gambar 2.8 (a) Konstruksi Motor Induksi Rotor Sangkar Ukuran Kecil,

(b) Konstruksi Motor Induksi Rotor Sangkar Ukuran Besar

II.3.2 Motor Induksi Tiga Phasa Rotor Belitan ( wound-rotor motor )

Motor rotor belitan (motor cincin slip) berbeda dengan motor sangkar tupai dalam hal

konstruksi rotornya. Seperti namanya, rotor dililit dengan lilitan terisolasi serupa dengan lilitan

stator. Lilitan phasa rotor dihubungkan secara Υ dan masing – masing phasa ujung terbuka yang

dikeluarkan ke cincin slip yang terpasang pada poros rotor. Secara skematik dapat dilihat pada

gambar-2.9. Dari gambar ini dapat dilihat bahwa cincin slip dan sikat semata – mata merupakan

penghubung tahanan kendali variabel luar ke dalam rangkaian rotor.

(34)

Sumber tegangan

Belitan Stator

Belitan Rotor

Slip Ring

Tahanan Luar

Gambar 2.9 Gambar skematik motor

Pada motor ini, cincin slip yang terhubung ke sebuah tahanan variabel eksternal yang

berfunsi membatasi arus pengasutan dan yang bertanggung jawab terhadap pemanasan rotor.

Selama pengasutan, penambahan tahanan eksternal pada rangkaian rotor belitan menghasilkan

torsi pengasutan yang lebih besar dengan arus pengasutan yang lebih kecil dibanding dengan

rotor sangkar. Konstruksi motor tiga phasa rotor belitan ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

(35)

(b)

Gambar 2.10 (a) Rotor Belitan, (b) Konstruksi Motor Induksi Tiga Phasa dengan Rotor Belitan

II.4 Prinsip Kerja Motor Induksi Tiga Phasa

Motor induksi adalah peralatan pengubah energi listrik ke bentuk energi mekanik.

Pengubahan energi ini bergantung pada keberadaan phenomena alami magnetik, medan listrik,

gaya mekanis dan gerak.

Dalam motor induksi, tidak ada hubungan listrik ke rotor, arus rotor merupakan arus

induksi. Tetapi ada kondisi yang sama seperti motor dc, dimana pada rotor mengalir arus. Arus

ini berada dalam medan magnetik sehingga akan terjadi gaya (F) pada rotor yang akan

menggerakkan rotor dalam arah tegak lurus medan.

Jika pada belitan stator diberi tegangan tiga phasa, maka pada stator akan dihasilkan arus

tiga phasa, arus ini menghasilkan medan magnetik yang berputar dengan kecepatan sinkron.

Ketika medan melewati konduktor rotor, dalam konduktor ini diinduksikan ggl yang sama

(36)

Rangkaian rotor merupakan rangkaian tertutup, baik melalui cincin ujung atau tahanan luar, ggl

induksi menyebabkan arus mengalir dalam konduktor rotor. Jadi arus yang mengalir pada

konduktor rotor dalam medan magnet yang dihasilkan stator akan menghasilkan gaya (F) yang

bekerja pada rotor.

Gambar – 2.14 di bawah ini menggambarkan penampang stator dan rotor motor induksi,

dengan medan magnet diumpamakan berputar searah jarum jam dan dengan statornya diam

seperti pada saat start.

X X

X

X X X

X

Stator

Rotor

Gerakan medan magnet berputar

Gambar 2. 11. Penampang stator dan motor

Untuk arah fluksi dan gerak yang ditunjukkan gambar di atas, penggunaan aturan tangan

kanan fleming bahwa arah arus induksi dalam konduktor rotor menuju pembaca. Pada kondisi

seperti itu, dengan konduktor yang mengalirkan arus berada dalam medan magnet seperti yang

ditunjukkan, gaya pada konduktor mengarah ke atas karena medan magnet di bawah konduktor

lebih kuat dari pada medan di atasnya. Agar sederhana, hanya satu konduktor rotor yang

diperlihatkan. Tetapi, konduktor – konduktor rotor yang berdekatan lainnya dalam medan stator

juga mengalirkan arus dalam arah seperti pada konduktor yang ditunjukkan, dan juga

(37)

berikutnya, arah medan stator akan dibalik, tetapi arus rotor juga akan dibalik, sehingga gaya

pada rotor tetap ke atas. Demikian pula konduktor rotor di bawah kutub – kutub medan stator

lain akan mempunyai gaya yang semuanya cenderung memutarkan rotor searah jarum jam. Jika

kopel yang dihasilkan cukup besar untuk mengatasi kopel beban yang menahan, motor akan

melakukan percepatan searah jarum jam atau dalam arah yang sama dengan perputaran medan

magnet stator.

Untuk memperjelas prinsip kerja motor induksi tiga phasa, maka dapat dijabarkan dalam

langkah – langkah berikut:

1. Pada keadaan beban nol ketiga phasa stator yang dihubungkan dengan sumber tegangan tiga

phasa yang setimbang menghasilkan arus pada tiap belitan phasa.

2. Arus pada tiap phasa menghasilkan fluksi bolak-balik yang berubah-ubah.

3. Amplitudo fluksi yang dihasilkan berubah secara sinusoidal dan arahnya tegak lurus terhadap

belitan phasa.

4. Akibat fluksi yang berputar timbul ggl pada stator motor yang besarnya adalah:

e1 =

dt d N Φ

− 1 ( Volt )

atau E1 =4,44fN1Φ ( Volt ).

5. Penjumlahan ketiga fluksi bolak-balik tersebut disebut medan putar yang berputar dengan

kecepatan sinkron ns, besarnya nilai ns ditentukan oleh jumlah kutub p dan frekuensi stator f

yang dirumuskan dengan

p f

ns =120× ( rpm ).

6. Fluksi yang berputar tersebut akan memotong batang konduktor pada rotor. Akibatnya pada

(38)

E2 =4,44fN2Φm ( Volt )

dimana :

E2 = Tegangan induksi pada rotor saat rotor dalam keadaan diam (Volt)

N2 = Jumlah lilitan kumparan rotor

Фm = Fluksi maksimum (Wb)

7. Karena kumparan rotor merupakan rangkaian tertutup, maka ggl tersebut akan menghasilkan

arus I2

8. Adanya arus I2 di dalam medan magnet akan menimbulkan gaya F pada rotor

9. Bila kopel mula yang dihasilkan oleh gaya F cukup besar untuk memikul kopel beban, rotor

akan berputar searah medan putar stator

10.Perputaran rotor akan semakin meningkat hingga mendekati kecepatan sinkron. Perbedaan kecepatan medan stator (ns) dan kecepatan rotor (nr) disebut slip (s) dan dinyatakan dengan

100% s

r s − × =

n n n s

11.Pada saat rotor dalam keadaan berputar, besarnya tegangan yang terinduksi pada kumparan

rotor akan bervariasi tergantung besarnya slip. Tegangan induksi ini dinyatakan dengan E2s

yang besarnya:

E2s = 4,44sfN2Φm ( Volt )

dimana

E2s = tegangan induksi pada rotor dalam keadaan berputar (Volt)

f2 = s.f = frekuensi rotor (frekuensi tegangan induksi pada rotor dalam keadaan berputar)

12.Bila ns = nr, tegangan tidak akan terinduksi dan arus tidak akan mengalir pada kumparan

(39)

BAB III

PERANCANGAN MOTOR INDUKSI 3 PHASA 90 kW

Daya 100 kW digunakan untuk motor induksi berdaya kecil dan menengah. Pada

umumnya motor induksi berdaya 100 kW menggunakan stator tunggal dan mempunyai celah

sebagai ventilasi masuknya udara ke badan motor. Biasanya mempunyai rotor yang terbuat dari

alluminium dan mempunyai belitan stator yang terbuat dari konduktor magnetik dengan 1 sampai

6 konduktor utama ( diameter lebih kecil dari 2,5 mm) yang paralel bergantung dari jumlah pasang

kutub.

Motor induksi dengan daya dibawah 100 kW sangat umum dipasarkan dalam dunia

industri. Didesain untuk standard atau efisiensi tinggi membutuhkan gabungan antara seni dan

ilmu pengetahuan, khususnya dalam tahap optimalisasi mesin.

III.1 Algoritma Desain

Tahap utama dalam desain motor induksi ditunjukkan di bawah. Proses desain dimulai

dari proses dengan mendesain spek yang dibutuhkan dan menentukan kerapatan fluks dan

kerapatan arus sehingga dapat menentukan diameter stator, panjang stack, slot stator dan diameter

luar stator. Setelah besar arus stator dan rotor ditemukan, dapat ditentukan slot rotor, dan ukuran

rotor sangkarnya.

Semua dimensi yang diperoleh harus disesuaikan dengan standard yang telah ada

(seperti diameter luar stator, ukuran belitan stator, dll). Lalu pada tahap akhir pembebanan elektris

(40)

III.2 MERANCANG PARAMETER STATOR

Pada tahap ini akan digunakan persamaan diameter stator

3

0 1 1)

( 2

C f

S p p

Dis gap

πλ

=

(3.1)

dimana

p = p1 = jumlah kutub

Sgap= Daya celah udara (VA)

f1= frekuensi mesin (Hz)

C0=Faktor utilisasi yang dapat ditentukan dengan gambar di bawah ini

(41)

Sgap dapat ditentukan dengan

η = Efisiensi yang diharapkan

n

1

cosθ = Faktor daya yang diharapkan

Rasio faktor stack λdapat ditentukan dengan

τ

Dari pengalaman, nilai λdapat ditentukan dari tabel berikut

(42)

Jumlah slot pitch τsadalah

Pada umumnya semakin besar nilai q akan memberikan performansi mesin yang lebih baik

seperti rugi rugi yang lebih kecil

Dari pengalaman, bahwa rasio diameter luar dan diameter dalam stator diberikan pada tabel di

bawah

Tabel 3.2 Rasio diameter luar dan diameter dalam stator

Untuk menentukan celah udara, dapat ditentukan dengan persamaan berikut

(

P

)

m

III.3 MERANCANG BELITAN STATOR

Jumlah slot stator Ns dapat ditentukan dengan

qm p Ns =2 1

(3.7)

(43)

m = Jumlah phasa

q = bilangan asli ( 1,2,3,....) atau pecahan

nilai q pada umumnya bilangan asli

Gambar 3.2 Konstruksi belitan

untuk lapis tunggal y=τ, sedangkan untuk banyak lapis diperbolehkan y

Sudut elektris antara emf dan slot slot yang berdekatan adalah αec dimana

s ec

N p1

α = derajat (3.8)

Dimana :

(44)

Gambar 3.3 Hubungan slot motor 3 phasa , 2 kutub, 12 slot

Zone factor Kq1 dapat ditentukan dengan

q

Chording factor dapat ditentukan dengan

τ

= faktor paduan belitan berlapis

Faktor belitan stator dapat ditentukan

1

(45)

g

LB

τ α

φ = 1 (3.12)

dimana Bg = Kerapatan fluks pada celah udara

Bg yang disarankan adalah

Bg = (0,5-0,75) T untuk 2p1= 2

Bg = (0,65-0,78) T untuk 2p1= 4

Bg = (0,7-0,82) T untuk 2p1= 6

Bg = (0,75-0,85) T untuk 2p1= 8

danα1=faktor bentuk rapat fluks, yang dapat ditentukan dengan grafik di hubungan kf dan 1+Ksd

(46)

Gambar 3.4 Grafik di hubungan kf dan 1+Ksd

Jumlah belitan perphasa dapat ditentukan dengan

φ

Jumlah konduktor per slot ns dapat ditentukan dengan

q

dimana a1 adalah jumlah current path yang terhubung paralel

nilai n yang diperoleh haruslah bilangan genap, bila bilangan pecahan maka harus s

digenapkan sehingga harus dihitung kembali Bg yang sebenarnya.

Arus rated dapat diperoleh dengan

1

Sehingga dapat ditentukan konduktor yang digunakan untuk motor ini, dimana kerapatan arus

konduktor yang direkomendasikan adalah

(47)

J = ( 5-8) A/mm2 untuk 2p1 = 6,8

Belitan magnetik dapat ditentukan dengan

1 1

Ja I ACo = n ,

πCO

Co

A d = 4

(3.16)

n

I1 = Arus rated

J = Kerapatan arus, a1 = Jumlah current path yang terhubung paralel

Ukuran konduktor harus disesuaikan dengan tabel standard konduktor berikut

(48)

III.4 PERANCANGAN SLOT STATOR

Seperti yang kita ketahui, jumlah lilitan perslot ns dan jumlah konduktor yang terpasang

paralel ap dengan diameter konduktor dCO,dapat ditentukan area slot Asu

sehingga kita harus menentukan faktor isi slot (Kfill). Untuk konduktor bulat, Kfiill bernilai 0,35

sampai 0,4 untuk motor dibawah 10 kW dan 0,4 sampai 0,44 untuk motor diatas 10 kW

Bentuk stator yang umumya digunakan adalah bentuk trapezoidal dan bentuk semi

melingkar

a. Trapezoidal b. Semi melingkar

Gambar 3.5 Bentuk slot yang sering digunakan

(49)

Gambar 3. 6 Gambar Slot Dirancang

Variabel bos, hos dan hw ditentukan dari pengalaman dimana biasanya ; bos = 2 s/d 3 mm, hos = 0,5

s/d 1 mm, hw = 1 s/d 4 mm. Asumsi bahwa semua fluks mencapai stator, sehingga

Fe ts ts s

g L B b LK

B τ ≈

(3.17)

Bg = Kerapatan fluks pada celah udara

s

τ = Jumlah slot pitch

L = Panjang Stack

(50)

dengan Bts = 1,5 - 1,65 T, dari persamaaan BgτsLBtsbtsLKFe sehingga dapat ditentukan nilai

bts. Dengan pembatasan ketebalan yang tidak boleh melebihi 3,5 x 103 m.bs1 dapat ditentukan

dengan rumus

ts

D = diameter dalam stator

hos = panjang bagian stator seperti pada gambar 3.6

hw = panjang bagian stator seperti pada gambar 3.6

ts

b = panjang bagian stator seperti pada gambar 3.6

Ns = Jumlah slot stator

Luas daerah Asu dapat dinyatakan dengan

2

dan nilai bs2 dapat dinyatakandengan

(51)

Dari 2 persamaan diatas, nilai bs2 dan hs yang akan dicari dapat dihitung dengan

dan hs dapat dihitung dengan

2

Proses selanjutnya adalah menghitung faktor saturasi 1+ Kst dengan menganggap bahwa stator

dan rotor menghasilkan efek yang sama

mg

Bg = kerapatan fluks pada celah udara

(52)

dari tabel 3.2 dapat dicari nilai Bts dan Hts sebagai pertimbangan dalam penentuan Fmts

(mmf gigi stator) dengan rumus

)

( s os w

ts

mts H h h h

F = + + (3.25)

Tabel 3.4 Kurva Magnetisasi Bm (Hm)

Dari persamaan 3.20 dapat dihitung nilai mmf gigi rotor mmf Fmtr yang nilainya mendekati 1+Kst

= 1,4

mts mg st

mtr K F F

F = −

(53)

Jika nilai Fmtr yang diperoleh selisihnya kecil dibandingkan dengan gigi stator, maka

proses perhitungan desain dapat dilanjutkan, akan tetapi jika Fmtr <<Fmts

(atau negatif) maka dari persamaan 3.24 untuk nilai 1+Kstyang diberikan, kita memerlukan nilai Bg yang lebih kecil. Akibatnya, kita harus kembali ke persamaan 3.9. Iterasi yang dilakukan

adalah ketika FmtrFmts.

Oleh karena diameter luar stator telah dihitung sebelumnya pada persamaan 3.1, maka

dapat dihitung tinggi stator (stator back iron) sebagai berikut

2

Kerapatan fluks pada inti Bcs dapat dihitung dengan

cs

III.5 PERANCANGAN SLOT ROTOR

Dalam memilih jumlah slot rotor harus diingat persyaratan bahwa slot rotor harus

berkisar 15 – 30 % lebih besar atau lebih kecil dari slot stator.

Dan juga untuk mengurangi getaran dan suara berisik (vibration and noise ) maka selisih jumlah

(54)

2

Dimana p merupakan jumlah kutub, dengan mengingat hal - hal di atas, maka ;

Slot rotor dipilih dengan persamaan

2

P S Sr = s

(3.29)

Dimana Ss adalah jumlah slot stator, sehingga slot stator perkutub perphasa adalah

p

Kisar slot rotor (rotor slot pitch) teoritis tanpa memperhitungkan winding factor stator adalah :

r

Arus ekivalen stator dapat dihitung dengan

ϕ

Ampere Turn pada rotor dihitung dengan

(55)

Ms = Jumlah slot pada stator , Mr = Jumlah slot rotor

Kws = Efek pada stator Kwr = Efek pada rotor

Ts = Emf pada stator Tr = Emf pada rotor

Dengan telah didapatnya jumlah slot stator, maka besar arus yang mungkin pada rotor bar dapat

dihitung dengan

φ

cos 2

S r

s WS s

b I

S T K m

I = × × ×

(3.34)

Dalam memperhitungkan luas penampang konduktor, tentunya luas penampang konduktor

dipengaruhi oleh kerapatan arus yang timbul pada konduktor rotor. Menurut teori, bahwa

kerapatan arus pada rotor berkisar 4 – 7 Ampere/mm2.

III.6 PERANCANGAN GIGI SLOT ROTOR (ROTOR TEETH)

Dengan berdasarkan ukuran penampang slot bar di atas, maka dapat ditentukan

a. Tinggi slot stator

Untuk mempertimbangkan tinggi slot rotor harus ditambahkan ketinggian dor , dir dan

juga clearance antara rotor bar dan rotor core. Menurut teori, bahwa besarnya clearance antara

(56)

b. Lebar slot rotor

Juga harus ditambahkan clearance antara rotor bar dan rotor core. Tetapi sebelum

menentukan ukuran slot rotor, harus dipertimbangkan juga kerapatan fluksi pada bagian slot

rotor yaitu dengan langkah- langkah sebagai berikut :

Kisar slot (slot pith) bila diperhitungkan pengaruh winding factor stator adalah

r

Kws = Winding faktor

Kerapatan fluksi dapat dihitung dengan

tr

φ = fluks maksimum rotor

Sr = Slot rotor

(57)

III.7 PERANCANGAN TERAS ROTOR

Karena celah udara antara stator dan rotor sedemikian kecilnya, maka depth of rotor core (dcr)

dapat dianggap sama dengan depth of stator core (dcs)

Dengan demikian diameter dalam rotor (rotor stamping) adalah

Di = Dr -2 dsr -2 dcr

(3.37)

Menghitung End Ring

Arus yang mengalir pada end- ring dihitung dengan rumus

p I S

I r b

π

× =

0 (3.38)

(58)

BAB IV

PERHITUNGAN RANCANGAN MOTOR INDUKSI 3 PHASA 90 kW

IV.1 UMUM

Sebagaimana yang telah dipaparkan dalam bab 3, mengenai prosedur perancangan motor

3 phasa, maka pada bab ini akan dihitung rancangan parameter parameter dan performansi

motor 3 phasa yang diharapkan. Maka dari itu motor yang akan dirancang adalah sebagai berikut

Daya 90 kW, 3 phasa, 1 pasang kutub, Frekuensi sumber 50 Hz, tegangan 460/380,

hubungan bintang, faktor daya yang diharapkan 0,9, efisiensi yang diharapkan adalah 90 persen,

IV.2 ANALISIS PARAMETER STATOR

Dari persamaan 3. 2, bahwa koefisien emf KE dapat ditentukan dengan

p

S dapat ditentukan,

(59)

Dari gambar 3.1 dapat ditentukan nilai C0 =230 x 103 J/m3 .dan dari tabel 3.1 nilai λ diambil

1,5, sehingga nilai Dis dari persammaan 3.1 dapat dihitung sebagai berikut

(

)

Panjang Stack L dari persamaan 3.3 adalah



Pole pitch (kisar kutub ) dihitung dengan persamaan 3.3.

5

Jumlah slot perkutub yang dirancang adalah 3(q=3), maka panjang slot pitch setiap kutub adalah

=

Dari tabel 3.2 maka dapat dipilih perbandingan Dis dengan Dout , sesuai dengan spek motor yang

(60)

Sehingga

Maka dari itu dapat ditentukan besar celah udara yang optimal, dari persamaan 3.6

(

P

)

m

IV.3 ANALISIS RANCANGAN BELITAN STATOR

Dari persamaan 3.7 , dengan mengambil q = 3, maka

qm p Ns =2 1

=2(2)3(3)=36

Karena yang dirancang adalah Belitan 2 layer (lapis) kta ambil τ =79

y dibulatkan menjadi 0,8.

Besar sudut elektris antara mmf dan slot yang berdekatan adalah

(61)

Oleh karena jumlah slot total adalah 36, maka jumlah slot perkutub adalah 18, sehingga

terdapat 18 anak panah dan distribusi slot untuk tiap phasa adalah sebagai berikut.

Gambar 4.1. Belitan 3 phasa dengan 36 slot, 2 kutub, 2 layer

Zone factor dapat K ditentukan dengan q1

1

q

K 0,9598 )

3 ( 6 sin 3

6 sin

=

= π

(62)

Chording factor dapat ditentukan dengan

Faktor belitan stator dapat ditentukan

9019

Jumlah belitan perphasa ditentukan berdasarkan fluksi φ

g

(1+Kst), bergantung pada bahan yang digunakan, dengan memasukkan nilai 1+Kst = 1,5, sehingga

dari gambar 3.4 maka diperoleh dengan αi = 0,74 dan Kf = 1,08. Sehingga dari persamaan 3. 12

diperoleh

g

Jumlah belitan perphasa W1 dapat dihitung dengan

)

(63)

Jumlah konduktor perslot ns ditentukan dengan persamaan 3.14, dimana jumlah current path

Nilai ns yang diambil adalah hasil pembulatan, sehingga ns =14, sehingga harus kembali ke

persamaan 3.14 untuk menghitung W1 sebenarnya

asa lilitperph qn

p

W1 = 1 s =84

sehingga harus dihitung kembali kerapatan fluks celah udara (Bg) yang sebenarnya

84

Arus nominal motor dapat dihitung dengan

(64)

Untuk menentukan ukuran konduktor, maka dipilih tingkat kerapatan arus konduktor. Dalam hal

ini dipilih J = 4,3 (semakin kecil kerapatan arus, maka effisiensi mesin semakin tinggi)

dengan menggunakan persamaan 3.16, maka

1

Dengan demikian diameter konduktor nominal adalah 7,07 mm

IV.4 PERANCANGAN UKURAN SLOT STATOR

Oleh karena telah diketahuinya jumlah lilitan untuk tiap slot dan diameter kabel yang

digunakan, maka kita dapat menghitung luas area slot yang dipengaruhi oleh faktor pengisian

(Kfill).

Untuk konduktor bulat, Kfiill bernilai 0,35 sampai 0,4 untuk motor dibawah 10 kW dan

0,4 sampai 0,44 untuk motor diatas 10 kW (dalam hal ini diambil Kfill = 0,44)

Luas slot stator adalah

(65)

Bentuk slot yang digunakan adalah bentuk trapezoidal

Gambar 4.2 Bentuk Slot Trapezoidal

(66)

Variabel bos, hos, dan hw ditentukan dari pengalaman dimana biasanya ; bos= 2 sampai 3 mm,

untuk perancangan mesin diambil nilai 3 mm, oleh karena motor yang dirancang relatif besar,

sehingga struktur geometri yang dipakai adalah yang besar juga, hos = 1 mm, hw= 4 mm. Asumsi

bahwa semua fluks mencapai stator, sehingga dari persamaan 3.17 bahwa

Fe

T) maka dari persamaan 3.17, maka

Sesuai dengan pengalaman, bahwa ketebalan gigi stator (bos +hos +hw ) tidak boleh

(67)

bs1 dapat dihitung dari persamaan 3. 18 sebagai berikut

bs2 dapat dihitung dengan persamaan 3.21

2

Dari persamaan 3. 19 Luas daerah hs dapat dinyatakan dengan

m

Celah udara mmf Fmg dihitung dengan

Aturns

(mmf gigi stator ) dengan rumus

(68)

Dari persamaan 3.23 dapat dihitung Fmtr , untuk 1+Kst = 1,5

Tinggi stator (back iron stator) sebagai berikut

2

IV.5 ANALISIS PERANCANGAN SLOT ROTOR

Seperti pada persamaan 3.29, maka slot rotor yang dipilih

2

Sehingga, jumlah slot perphasa perkutub adalah

(69)

Kisar slot rotor (rotor slot pitch) teoritis tanpa memperhitungkan pengaruh winding factor stator

IArus ekivalen stator dapat dihitung dengan

ϕ

Ampere Turn pada rotor dapat dihitung dengan

(70)

IV.6 ANALISIS RANCANGAN ROTOR BAR CURRENT

Dengan telah diperolehnya jumlah slot stator, maka besar arus yang mungkin pada rotor bar

sama dengan jumlah ampere turn pada rotor.

φ

Dalam memperhitungkan luas penampang konduktor, tentunya dipengaruhi oleh kreapatan arus

yang timbul pada konduktor rotor. Dan menurut teori, bahwa kerapatan arus pada rotor bar

berkisar 4-7 ampere/mm2. Diambil kerapatan arus = 4,3 A/mm2. Maka luas masing masing rotor

bar adalah

2

Dari luas rotor ini, maka cross section dari rotor bar dapat dipilih 20 mm x 21 mm, untuk motor

induksi biasanya dibuat tidak sejajar dengan alur stator. Hal ini dibuat untuk menghindarkan

pulsasi antara slot stator dan slot rotor, yang dapat menambahkan rugi rugi inti. Untuk mengatasi

hal hal di atas maka alur dari rotor harus dibuat tidak sejajar. Dengan pemasangan demikian,

pada ujung kedua rotor bar masing masing terjadi pertambahan panjang 3,1 cm terhadap inti

(71)

IV.7 ANALISIS RANCANGAN GIGI SLOT ROTOR

Dipilih besarnya clearance antara rotor bar dan rotor core 0,2 mm, d0r = 2 mm, dir = 2

mm, maka tinggi slot rotor (depth of rotor slot) :

dsr =21+0,2+2+2=25,2 mm

Lebar slot rotor = 20+0,2=20,2 mm

Jadi ukuran slot rotor adalah 25,2 x 20,2 mm2

Slot pitch bila diperhitungkan pengaruh winding factor stator, adalah

r

IV.8 ANALISIS RANCANGAN TERAS ROTOR (ROTOR CORE)

Karena celah udara antara stator dan rotor sedemikian kecilnya, maka depth of rotor core

(dcr ) dapat dianggap sama dengan depth of stator core (dcs),

Maka , dcr = 30 mm

(72)

IV.9 ANALISIS RANCANGAN END RING

Arus yang mengalir pada end ring dihitung dengan rumus :

A Ie 10.154

2 14 , 3

1822 35

= × × =

Dengan kerapatan arus 4,3 A/mm2, maka luas end ring adalah

2

2361 3

, 4 10154

mm

A= =

Diambil A= 2360 mm2

Dengan harga ini, kita dapat memilih ukuran end ring yaitu 40 mm x 59 mm, dimana ukuran

yang diambil mendekati harga (luas) berdasarkan perhitungan.

Jadi Tebal ring (te) = 40 mm = 4 cm

Tinggi ring (de) = 59 mm = 5,9 cm, dibulatkan ke 6 cm

Jadi diameter luar end ring = Dr - 2x dsr

= 35,3 cm – 2(25,2 mm)= 30,3 cm

Jadi diameter dalam end ring = 30,3 cm -2 (de)

= 30,3 cm - 2(6 cm)=17,7 cm

(73)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 KESIMPULAN

Untuk rancangan motor yang berspesifikasi

Daya 90 kW, 3 phasa, 1 pasang kutub, frekuensi sumber 50 Hz, tegangan 460/380, hubungan bintang, faktor daya yang diharapkan 0,9, efisiensi yang diharapkan adalah 90 persen, ditentukan bahwa

1. Elektris

Arus rated motor adalah 169 A.

Kerapatan fluks pada celah udara = 0, 68 Tesla/ mm kubik Fluks yang dihasilkan pada stator = 0,00229 Weber

Besar AmpereTurn pada stator adalah 409 AT 2 Untuk stator

Panjang stack = 257,8 mm

Pole pitch tiap kutub = 17,19 mm

Diameter luar = 353 mm

Celah udara = 6,3 mm

(74)

Luas (trapezoidal) = 1189 mm2

Dimana

mm

bts =8,5 bos =26,2mm hos =12mm hw =0,36mm mm

bs1 =10 hs =400mm Dis =219mm mm

bos =2

4 Rotor

Rotor Slot pitch = 31 mm

Luas rotor bar = 424 mm2 (20 mm x 21 mm)

Depth of rotor slot = 25,2 mm

Lebar slot rotor = 20,2 mm

Lebar rotor teeth = 9,8 mm

Panjang inti rotor = 242 mm

Ukuran endring = 40 x 59 mm

Diameter luar end ring = 303 mm

Diameter luar end ring = 177 mm

V.2 SARAN

(75)

DAFTAR PUSTAKA

1. Bimbra, P.S., Dr., “Electrical Machinery”, Jilid IV, Delhi : Goel Offset Press, 1990

2. Boldea, Ion. “ Induction Machine Handbook “. CLC Press LLC, New York .2002

3. Chapman, Stephen J. “ Electric Machinery Fundaments”EEEB344 Electromechanical

Devices, New York

4. Guru, S. Bhag. “ Electric Mchinery and Transformer”. Oxford University Press, New

York.2001

5. Sibal, M. K .” Design of Induction Motor Squirrel Cage Type”. Khanna Publisher,1970

Gambar

Gambar 2.1 (a) Desain motor induksi  Ferrari
Gambar 2.2 Motor Induksi 3 Phasa Modern
Gambar 2.5 Gambar rotor dan stator
Gambar 2.6   Menggambarkan  Komponen Stator motor induksi tiga phasa, (a) Lempengan Inti, (b)
+7

Referensi

Dokumen terkait

(2) WIUP yang IUP-nya berakhir sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat ditawarkan kepada badan usaha, koperasi, atau perseorangan melalui mekanisme sesuai

Lembar wawancara diperlukan untuk menjaring informasi secara langsung dari guru dalam rangka memverifikasi apakah guru kimia SMAN di kota Padang telah menerapkan pembelajaran

beraliran ini tampak tidak logis, penuh fantasi, seolah-olah melukis alam mimpi saja, seperti yang nampak dalam lukisan Salvador Dali yang berjudul The Dersitenee of Memory,

Perumusan Masalah dalam penelitian ini adalah “apakah kepemilikan manajerial, kebijakan hutang, profitabilitas, ukuran perusahaan dan investment opportunity set

Tahap ini adalah bagian yang penting pada penelitian pemerolehan bahasa kedua karena dalam tahap ini peneliti berupaya menjelaskan proses pemerolehan B2 (Corder

NO NO/TGL SURAT DARI NAMA RANPERDA JUMLAH NAMA TIM TANGGAL PENYELESAIAN.. INSTANSI PEMOHON DAN

Luas permukaan kerucut dengan jari-jari alas dan tinggi adalah , dengan atau , dan adalah garis pelukis,. Bola merupakan bangun ruang yang mempunyai tepat satu sisi,

Metode pengajaran yang digunakan dalam mata ajaran Teori Akuntansi Keuangan (TAK) ini mengacu pada pembelajaran berorientasi peserta didik (mahasiswa) atau disebut sebagai