HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN RESPON
CEMAS ANAK USIA SEKOLAH TERHADAP PEMASANGAN
INTRAVENA di RUMAH SAKIT ADVENT MEDAN
SKRIPSI
Oleh
Merlyn Christine Siholda Napitupulu 061101065
Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara
PRAKATA
Segala puji syukur, hormat, dan kemuliaan penulis panjatkan hanya kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah menyertai penulis untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Dukungan Keluarga dengan Respon Cemas Anak Usia Sekolah terhadap Pemasangan Intravena di Rumah Sakit Advent Medan”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan dan mencapai gelar sarjana di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.
Penyusunan skripsi ini telah banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Ibu Erniyati, S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Reni Asmara Ariga, SKp, MARS selaku dosen penasehat akademik dan dosen pembimbing skripsi penulis yang penuh keikhlasan dan kesabaran telah memberikan arahan, bimbingan, dan ilmu yang bermanfaat selama masa kuliah di Fakultas Keperawatan dan selama penyusunan skripsi ini.
4. Seluruh Dosen Pengajar S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah banyak mendidik penulis selama proses perkuliahan dan staf nonakademik yang membantu memfasilitasi secara administratif.
5. Direktur Rumah Sakit Advent Medan yang memberikan izin untuk melakukan penelitian.
6. Para responden yang telah bersedia berpartispasi selama proses penelitian berlangsung dan tiap anggota keluarga responden yang ikut mendukung penelitian ini.
7. Teristimewa kepada keluarga tercinta, ayahku B. Napitupulu S.Pd yang dengan setia selalu memberi motivasi dan semangat, Ibuku R.Silalahi yang dengan kasih sayangnya yang tiada berkesudahan dan selalu mendoakan penulis, adik-adikku Kalvin Napitupulu dan Yessy Napitupulu dengan sabar selalu membantu dan memberikan doa bagi penulis. Buat keluarga besar yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, terimakasih buat doa dan dukungan selama ini.
8. Sahabat terbaikku Desyi Prana Napitupulu yang selalu memberikan doa, semangat dan persahabatan yang indah. Juga kepada Paula A Situmorang, Agnes E T Malau, Erika Emnina Sembiring, Anna Ria Silaban, Evy C M Simanjuntak, Efelyna Nababan. Kalian adalah sahabat – sahabatku yang tak tergantikan, terima kasih atas kebersamaan, canda tawa dan persahabatan yang indah selama ini.
mendoakan penulis dalam menyelesaikan skiripsi ini (Ester, Mei Junita, Henny, Ernita, Devi, Andi, Ledy, Valentina). Tak lupa teman-teman Ocipath SMA Negeri 2 Medan yang selalu memberi dukungan terkhusus buat sahabatku Cory Fransiska Putri Sembiring dan Takas Sibagariang. Penulis juga mengucapkan terima kasih atas doa, dukungan dan semangat yang tidak hentinya diberikan oleh sahabat sekaligus saudara bagi penulis, Pratiwi Simanungkalit, Royen Purba, dan Astrid Tabita Sihombing.
10. Anggota Pathfinder jemaat Veteran dan para Pembina yang mendukung, dan mendoakan penulis dalam menyelesaikan skiripsi ini.
11. Semua pihak yang dalam kesempatan ini tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah banyak membantu peneliti baik dalam penyelesaian skripsi ini maupun dalam dalam menyelesaikan perkuliahan di Fakultas Keperawatan USU.
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa dan penuh kasih melimpahkan berkat dan karunia-Nya kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat nantinya untuk pengembangan ilmu pengetahuan, terkhusus ilmu keperawatan.
Medan, Juni 2010
Lampiran-Lampiran ... 56
1. Inform Consent ... 57
2. Kuesioner Penelitian ... 59
3. Jadwal Tentatif Penelitian. ... 66
4. Surat Izin Penelitian ... 67
5. Taksasi Dana Penelitian ... 69
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tingkat kecemasan ... 13 Tabel 4.1 Kriteria penafsiran korelasi... 37 Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentasi data demografi keluarga dan
anak usia sekolah dengan pemasangan intravena di Rumah
Sakit Advent Medan 2010 ... 39 Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan tingkat
dukungan keluarga pada pasien anak usia sekolah dengan
pemasangan intravena di Rumah Sakit Advent Medan 2010 ... 40 Tabel 5.3 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan total skor respon
cemas anak usia sekolah dengan pemasangan intravena di Rumah Sakit Advent Medan 2010 ... 41 Tabel 5.4 Hasil analisa antara dukungan keluarga dengan respon cemas
anak usia sekolah terhadap pemasangan intravena di Rumah
DAFTAR SKEMA
Halaman
Judul : Hubungan Dukungan Keluarga dengan Respon Cemas Anak Usia Sekolah terhadap Pemasangan Intravena di Rumah Sakit Advent Medan
Nama Mahasiswa : Merlyn Christine Siholda Napitupulu NIM : 061101065
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S. Kep) Tahun : 2010
Abstrak
Seorang anak bila menghadapi lingkungan yang baru dikenal akan mengalami perasaan takut dan cemas apalagi saat menghadapi tindakan invasif seperti pemasangan intravena di rumah sakit. Cemas membuat individu merasa lemah sehingga tidak berani dan mampu untuk bersikap dan bertindak secara rasional sesuai dengan yang seharusnya. Mengatasi respon cemas tersebut dibutuhkan dukungan dari keluarga sebagai sumber dukungan sosial paling tinggi untuk meredakan tekanan yang dirasakan anak. Penelitian deskriptif korelatif ini bertujuan mengidentifikasi hubungan dukungan keluarga dengan respon cemas anak usia sekolah terhadap pemasangan intravena. Responden berjumlah 32 orang yang merupakan keluarga dan pasien anak dengan pemasangan intravena di Rumah Sakit Advent Medan. Pengumpulan data berlangsung mulai bulan Januari sampai Maret 2010. Proses pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner menggunakan metode wawancara. Uji korelasi yang digunakan adalah Spearman. Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi negatif antara dukungan keluarga dengan respon cemas anak usia sekolah (r = - 0,458; p = 0,008) dengan interpretasi hubungan sedang. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan dukungan keluarga dengan respon cemas anak terhadap pemasangan intravena. Diperlukan perhatian khusus pada pasien anak, bukan hanya pada masalah fisiknya saja, tetapi juga masalah psikologis. Hasil penelitian ini menjadi evidence based bagi perawat ruangan anak agar lebih peka dan memiliki pemahaman pentingnya dukungan keluarga pada setiap intervensi yang akan diberikan khusunya pada pasien anak, sehingga respon cemas dapat dihindari.
Judul : Hubungan Dukungan Keluarga dengan Respon Cemas Anak Usia Sekolah terhadap Pemasangan Intravena di Rumah Sakit Advent Medan
Nama Mahasiswa : Merlyn Christine Siholda Napitupulu NIM : 061101065
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S. Kep) Tahun : 2010
Abstrak
Seorang anak bila menghadapi lingkungan yang baru dikenal akan mengalami perasaan takut dan cemas apalagi saat menghadapi tindakan invasif seperti pemasangan intravena di rumah sakit. Cemas membuat individu merasa lemah sehingga tidak berani dan mampu untuk bersikap dan bertindak secara rasional sesuai dengan yang seharusnya. Mengatasi respon cemas tersebut dibutuhkan dukungan dari keluarga sebagai sumber dukungan sosial paling tinggi untuk meredakan tekanan yang dirasakan anak. Penelitian deskriptif korelatif ini bertujuan mengidentifikasi hubungan dukungan keluarga dengan respon cemas anak usia sekolah terhadap pemasangan intravena. Responden berjumlah 32 orang yang merupakan keluarga dan pasien anak dengan pemasangan intravena di Rumah Sakit Advent Medan. Pengumpulan data berlangsung mulai bulan Januari sampai Maret 2010. Proses pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner menggunakan metode wawancara. Uji korelasi yang digunakan adalah Spearman. Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi negatif antara dukungan keluarga dengan respon cemas anak usia sekolah (r = - 0,458; p = 0,008) dengan interpretasi hubungan sedang. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan dukungan keluarga dengan respon cemas anak terhadap pemasangan intravena. Diperlukan perhatian khusus pada pasien anak, bukan hanya pada masalah fisiknya saja, tetapi juga masalah psikologis. Hasil penelitian ini menjadi evidence based bagi perawat ruangan anak agar lebih peka dan memiliki pemahaman pentingnya dukungan keluarga pada setiap intervensi yang akan diberikan khusunya pada pasien anak, sehingga respon cemas dapat dihindari.
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sakit dan hospitalisasi menimbulkan krisis pada kehidupan anak. Di rumah sakit, anak harus menghadapi lingkungan yang asing, pemberi asuhan yang tidak dikenal, dan gangguan terhadap gaya hidup mereka (Wong, 2004). Anak akan mengalami stres akibat perubahan, baik terhadap status kesehatannya maupun lingkungan sehari-hari dan anak mengalami keterbatasan dalam mekanisme koping untuk mengatasi masalah maupun kejadian yang bersifat menekan (Nursalam, 2005).
Anak usia sekolah menggunakan mekanisme pemecahan masalah dan pertahanan meliputi regresi, penolakan, agresi, dan supresi untuk mengatasi stres (Potter, 2005). Menarik diri ke pola perilaku yang lebih muda biasa dijumpai jika anak diimobilisasi, lemah atau membutuhkan pengobatan jangka panjang (Juffrie, 2003). Anak juga merasa hilangnya kendali karena mereka mengalami kehilangan kekuatan sendiri. Takut kepada cedera tubuh yang mengarah kepada rasa takut terhadap mutilasi, prosedur yang menyakitkan dan keterbatasan pengetahuan mengenai tubuh juga meningkatkan rasa takut yang khas seperti takut terhadap kastrasi dan takut terhadap pemasangan intravena (Muscari 2005, dalam Lubis 2007).
Keamanan dan kenyamanan merupakan pertimbangan utama dalam pemasangan intravena. Alat infus untuk vena sentral dibuat spesifik untuk anak-anak. Dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Halperin et al. [1989], peneliti menemukan bahwa anak-anak umur 6-14 tahun merasakan nyeri dengan rentang nyeri akses port 3,9 pada skala 0 sampai 10 (Weinstein, 2000). Secara kognitif, anak-anak tidak mampu mengasosiasikan nyeri sebagai pengalaman yang dapat terjadi di berbagai situasi (Potter, 2006). Nyeri diartikan sebagai hukuman atas beberapa kelakuan mereka yang buruk sehingga anak menolak atau tidak memberi tahu tentang nyeri (Wong, 2004).
Ketakutan tentang tubuh yang disakiti dan nyeri merupakan penyebab utama yang menimbulkan kecemasan pada anak (Potter, 2006). Menurut Alifatin (2001), respon cemas yang ditunjukkan anak saat perawat melakukan tindakan invasif sangat bermacam-macam, ada yang bertindak agresif, bertindak dengan mengekspresikan secara verbal, membentak, serta dapat bersikap dependen yaitu menutup diri dan tidak kooperatif .
Individu membutuhkan bantuan dari orang lain terutama keluarga. Beberapa penelitian ini menunjukkan bahwa individu yang memiliki interaksi yang dekat dengan teman dan kerabat lebih dapat menghindari penyakit sedangkan untuk mereka yang sedang dalam masa penyembuhan akan sembuh lebih cepat apabila mereka memiliki keluarga yang menolong mereka (Baron & Byrne, 1994; Sheridan & Radmacher, 1992, dalam Lubis, 2006). Secara umum dikatakan pula bahwa individu yang merasa menerima penghiburan, perhatian dan pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya lebih cenderung mudah menerima nasehat medis (DiMatteo & DiNicola, dalam Sarafino, 1994).
2. Perumusan Masalah Penelitian
1. Bagaimana dukungan keluarga pada anak usia sekolah dengan pemasangan intravena di Rumah Sakit Advent Medan?
2. Bagaimana respon cemas pada anak usia sekolah terhadap pemasangan intravena di Rumah Sakit Advent Medan?
3. Bagaimana hubungan dukungan keluarga dengan respon cemas anak usia sekolah terhadap pemasangan intravena di Rumah Sakit Advent Medan?
3. Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi dukungan keluarga pada anak usia sekolah dengan pemasangan intravena di Rumah Sakit Advent Medan.
2. Mengidentifikasi respon cemas anak usia sekolah terhadap pemasangan intravena di Rumah Sakit Advent Medan.
3. Mengidentifikasi hubungan dukungan keluarga dengan respon cemas anak usia sekolah terhadap pemasangan intravena di Rumah Sakit Advent Medan.
4. Hipotesis Penelitian
5. Manfaat Penelitian
1. Praktek Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan perawat dalam memberikan intervensi keperawatan yang tepat untuk mengatasi respon cemas pada anak dengan memfasilitasi keluarga dalam memberikan dukungan sosial bagi anak dengan pemasangan intravena di rumah sakit.
2. Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi yang berguna bagi para pembaca untuk meningkatkan mutu pendidikan keperawatan anak sehingga masalah psikologis dapat teratasi yang dapat membantu proses penyembuhan.
3. Penelitian Selanjutnya
BAB 2
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
1. Konsep Dukungan Keluarga
1.1 Pengertian Keluarga
Freidman (1992) mendefinisikan keluarga sebagai dua atau lebih individu yang bekerja sama dengan ikatan saling berbagi dan kedekatan emosi dan keluarga adalah unit yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak mereka dan memperlihatkan pembagian kerja menurut jenis kelamin (Potter & Perry, 2005). Menurut UU No.10 Tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera, keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-istri atau suami-istri dan anak-anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.
1.2 Dukungan keluarga
Dukungan keluarga didefinisikan sebagai informasi verbal atau non verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di dalam lingkungannya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional dan berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Dalam hal ini orang yang merasa memperoleh dukungan secara emosional merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya (Gottlieb, 1983 dalam Smet, 1994).
Dukungan keluarga adalah suatu proses hubungan antara keluarga dan lingkungan sosialnya (Kane, 1988 dalam Friedman, 1998). Dukungan keluarga adalah proses yang terjadi sepanjang hidup, dimana sumber dan jenis dukungan keluarga berpengaruh terhadap tahap lingkaran kehidupan keluarga. Menurut Stuart dan Sundeen (1995), ada tiga dimensi interaksi dalam dukungan keluarga yaitu timbal balik (kebiasaan dan frekuensi hubungan timbal balik), nasihat/umpan balik (kuantitas/kualitas komunikasi) dan keterlibatan emosional (meningkatkan intimasi dan kepercayaan) di dalam hubungan sosial.
1.3 Komponen dukungan keluarga
1. Dukungan pengharapan
Dukungan pengharapan meliputi pertolongan pada individu untuk memahami kejadian depresi dengan baik dan juga sumber depresi dan strategi koping yang dapat digunakan dalam menghadapi stressor. Dukungan ini juga merupakan dukungan yang terjadi bila ada ekspresi penilaian yang positif terhadap individu. Individu mempunyai seseorang yang dapat diajak bicara tentang masalah mereka, terjadi melalui ekspresi pengaharapan positif individu kepada individu lain, penyemangat, persetujuan terhadap ide-ide atau perasaan seseorang dan perbandingan positif seseorang dengan orang lain, misalnya orang yang kurang mampu. Dukungan keluarga dapat membantu meningkatkan strategi koping individu dengan strategi-strategi alternatif berdasarkan pengalaman yang berfokus pada aspek-aspek yang positif.
2. Dukungan nyata
Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan jasmaniah seperti pelayanan, bantuan finansial dan material berupa bantuan nyata (instrumental support material support), suatu kondisi dimana benda atau jasa akan membantu
3. Dukungan informasi
Jenis dukungan ini meliputi jaringan komunikasi dan tanggung jawab bersama, termasuk di dalamnya memberikan solusi dari masalah, memberikan nasehat, pengarahan, saran, atau umpan balik tentang apa yang dilakukan oleh seseorang. Keluarga dapat menyediakan informasi dengan menyarankan tentang dokter, terapi yang baik bagi dirinya, dan tindakan spesifik bagi individu untuk melawan stressor. Individu yang mengalami depresi dapat keluar dari masalahnya dan memecahkan masalahnya dengan dukungan dari keluarga dengan menyediakan feed back (Sheiley, 1995). Pada dukungan informasi ini keluarga sebagai penghimpun informasi dan pemberi informasi.
4. Dukungan emosional
1.4 Dukungan keluarga pada anak terhadap pemasangan intravena
Kebutuhan terbesar anak selama perkembangannya adalah rasa aman yang timbul dari kesadaran bahwa ia diinginkan dan disayang oleh orang dewasa tempatnya bergantung. Lingkungan anak yang mula-mula terbatas sifatnya dan pandangan dunia serta tempatnya sendiri di dalamnya akan terbentuk terutama oleh hubungannya dengan keluarga (Mcghie, 1996).
Nyeri dan takut sakit adalah respon anak akibat tindakan pemasangan intravena (Muscari 2005, dalam Lubis 2007). Dalam hal ini keluarga harus memberikan dukungan pada anak. Memberikan semangat, empati, rasa percaya dan perhatian adalah hal yang dibutuhkan pada saat prosedur ini dilakukan sehingga anak merasa tenang, nyaman dan percaya bahwa pemasangan intravena adalah terapi yang baik bagi dirinya.
2. Konsep Cemas
2.1 Pengertian cemas
Konsep kecemasan memegang peranan yang sangat mendasar dalam teori-teori tentang stres dan penyesuaian diri. Menurut Post (1978, dalam Trismiati, 2004), kecemasan adalah kondisi emosional yang tidak menyenangkan, yang ditandai oleh perasaan-perasaan subjektif seperti ketegangan, ketakutan, kekhawatiran dan juga ditandai dengan aktifnya sistem saraf pusat.
ini sering disebut dengan cemas. Cemas adalah suatu respon emosional dari rasa takut, tertekan, dan khawatir yang secara subjektif dialami oleh seseorang dengan objek tidak spesifik atau tidak jelas, terutama oleh adanya pengalaman baru termasuk pada pasien yang akan mengalami tindakan invasif seperti pembedahan atau operasi yang berpengaruh terhadap perannya dalam hidup, integritas tubuh atau bahkan kehidupannya sendiri (Atree & Merchant, 1996).
Cemas merupakan suatu perasaan yang diikuti oleh reaksi fisiologis tertentu seperti perubahan detak jantung dan pernapasan (Purba, 2008). Cemas dapat menjadi reaksi emosional yang normal di beberapa situasi lainnya (Nevid, 2005). Kecemasan adalah suatu kondisi emosi yang kurang menyenangkan. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia (PPDGJ) III (1995) menjelaskan bahwa kecemasan merupakan suatu perasaan yang kurang dan dirasakan oleh individu yang bersangkutan sebagai perasaan terancam.
2.2 Tingkat Kecemasan
Tabel 2.1 Tingkat Kecemasan
Tingkat
Kecemasan Tanda fisik Intelektual
Sosial dan
lambat dan mempunyai
arti. Kontak mata
dipertahankan, suara
tenang dan intonasi baik.
Lapangan perseptual
Sistem saraf simpatik aktif:
Lanjutan Tabel 2.1 Tingkat Kecemasan
Kecemasan berat
(+3)
Respon berjuang atau lari
dari masalah. Sistem saraf
simpatis dihambat secara
aliran darah ke sistem
pencernaan menurun,
aliran darah ke otot rangka
meningkat, penegangan
Nafsu makan hilang, mual.
Efek verbal: gagap, cepat,
Lanjutan Tabel 2.1 Tingkat Kecemasan
Panik (+4) Tingkah laku fisiologi
berlanjut. Tidak dapat
melakukan gerakan
sederhana, gerogi,
agitasi/motorik
memukul-mukul. Verbal atau fisikal
berhenti, menghindar dan
pucat, letih. Ekspresi wajah
terkejut, mata cembung,
Sumber: Mental health – psychiatric Nursing (Rawlins & Williams, 1993)
2.3 Respon cemas anak yang dirawat di rumah sakit
Cemas karena perpisahan sebagian besar terjadi pada bayi di usia pertengahan sampai anak di periode anak usia sekolah. Respon perilaku anak akibat perpisahan dibagi dalam tiga tahap yaitu :
2) Tahap putus asa, anak tampak tegang, tangisannya berkurang, tidak aktif, kurang berminat untuk bermain, tidak ada nafsu makan, menarik diri, tidak mau berkomunikasi, sedih, apatis, dan regresi.
3) Tahap adaptasi, secara samar-samar anak sudah menerima perpisahan mulai tertarik dengan apa yang ada disekitarnya dan dapat membina hubungan dangkal dengan orang lain. Fase ini terjadi biasanya setelah berpisah dari orang tua.
Kehilangan kendali dapat terlihat jelas dalam perilaku anak dalam hal kemampuan motorik, bermain, melakukan hubungan interpersonal, melakukan aktivitas sehari-hari dan berkomunikasi. Akibat sakit dan dirawat di rumah sakit anak akan kehilangan pandangan egosentris dalam mengembangkan otonominya, hal ini akan menimbulkan regresi sehingga anak bereaksi terhadap ketergantungan dan negativis. Anak akan menjadi cepat marah dan agresif jika terjadi ketergantungan dalam jangka waktu yang lama maka anak akan kehilangan otonominya pada akhirnya menarik diri dari hubungan interpersonal. Anak juga akan bereaksi dengan menyeringaikan wajah, menangis, mengatupkan gigi, mengigit bibir, menendang, memukul, atau berlari keluar jika terdapat luka pada tubuh dan rasa nyeri. (Nursalam, 2005).
2.4 Respon cemas anak terhadap pemasangan intravena
1invasif seperti pemasangan intravena sangat bermacam-macam, ada yang bertindak agresif yaitu sebagai pertahanan diri, bertindak dengan mengekspresikan secara verbal yaitu dengan mengeluarkan kata-kata penolakan, membentak dan sebagainya, serta dapat bersikap dependen yaitu menutup diri, tidak kooperatif (Alifatin, 2001).
Di tingkat fisiologis, tubuh secara otomatis mempersiapkan diri untuk menangani keadaan cemas. Fungsi otak menurun, kelelahan, denyut jantung cepat, tekanan darah dan kecepatan pernafasan meningkat dan otot-otot semakin tegang bisa timbul (Agoes dkk, 2003).
2.5 Faktor yang mempengaruhi respon cemas anak terhadap
pemasangan intravena
Cemas sangat erat hubungannya dengan nyeri (Paice 1991, dalam Potter & Perry, 2005), melaporkan suatu bukti bahwa stimulus nyeri mengakibatkan bagian sistem limbic yang diyakini mengendalikan emosi seseorang khususnya cemas. Nyeri dan takut sakit adalah respon anak akibat tindakan pemasangan intravena (Muscari 2005, dalam Lubis 2007). Pada waktu infus IV mulai dipasang, pasien akan merasakan penusukan jarum untuk memasukkan kateter ke dalam vena (La Rocca, 1998). Ini akan menimbulkan nyeri pada daerah penusukan jarum.
jangan nakal sehingga hal ini diingat anak terus-menerus bahkan ketika anak dirawat dan harus menjalani prosedur pengobatan anak menjadi trauma dan stres (Sugianto, 2006).
Tenaga kesehatan, perilaku petugas kesehatan seringkali menimbulkan trauma pada anak misalnya seorang perawat atau dokter anak datang kepada pasien (anak dan keluarganya) untuk melakukan asuhan keperawatan tetapi dengan wajah cemberut, masam, tidak ada sapaan, sebelum dilakukan tindakan anak sudah takut dan tidak mau didekati. Penampilan para staf rumah sakit dengan baju putihnya yang terkesan angker juga menjadi momok yang menakutkan bagi anak (Supartini, 2004).
3. Pemasangan Intravena
3.1 Pengertian intravena
3.2 Tujuan pemasangan intravena
Pemasangan intravena diberikan sebagai pengobatan atau akses kegawatdaruratan. Selain itu digunakan sebagai pencegahan atau koreksi ketidakseimbangan cairan, elektrolit, atau darah. Memberikan zat makanan pada pasien yang tidak dapat atau tidak boleh makan melalui mulut juga merupakan tujuan pemasangan intravena (Salbiah, 2006).
3.3 Pemilihan akses vena
3.4 Faktor yang mempengaruhi pemilihan sisi pada prosedur intravena
Umur pasien misalnya pada anak-anak, pemilihan sisi adalah sangat penting dan mempengaruhi berapa lama IV akan berakhir. Prosedur yang diantisipasi misalnya jika pasien harus menerima jenis terapi tertentu atau mengalami beberapa prosedur seperti pembedahan pilih vena yang tidak terpengaruh oleh apapun. Aktivitas pasien seperti gelisah, bergerak dan perubahan tingkat kesadaran. Jenis IV dan durasi terapi IV jangka panjang memerlukan pengukuran untuk memelihara vena, pilih vena yang kuat dan baik. Ketersediaan vena perifer, bila sangat sedikit vena yang ada, pemilihan sisi dan rotasi harus berhati-hati menjadi sangat penting; jika sedikit vena yang tersedia, pertimbangan untuk memberikan akses vena pengganti. Terapi IV sebelumnya, flebitis sebelumnya membuat vena menjadi tidak baik untuk digunakan. Pembedahan sebelumnya, jangan gunakan ekstremitas yang terkena pada pasien dengan kelenjar limfe yang telah diangkat sebelumnya (misalnya pasien mastektomi) tanpa izin dari dokter. Sakit sebelumnya jangan gunakan ekstremitas yang sakit pada pasien dengan stroke. Permintaan pasien, jika mungkin pertimbangkan kesukaan alami pasien untuk memilih sebelah kiri atau kanan (Weinstein, 2000).
3.5 Peralatan dalam prosedur pemasangan intravena
pengontrol volume), selang intravena, alkohol dan swab pembersih yodium-povidon, turniket, papan penyangga lengan, kasa atau balutan transparan dan larutan atau salep yodium-povidon, plester, handuk untuk diletakkan di bawah tangan klien, tiang IV, sarung tangan sekali pakai, dan gown IV (Potter & Perry, 2005).
3.6 Prosedur pemasangan intravena
Adapun prosedur pemasangan intravena meliputi identifikasi klien dan jelaskan prosedur, ganti pakaian klien menjadi pakaian khusus untuk tindakan IV. Atur peralatan di atas meja yang terpasang di samping tempat tidur atau meja di atas tempat tidur. Identifikasi vena yang dapat diakses untuk pemasangan jarum IV atau kateter. Jangan lupa cuci tangan. Buka kemasan steril dengan menggunakan teknik steril. Periksa larutan dengan menggunakan lima benar pemberian obat, pastikan larutan telah dicampurkan dengan zat tambahan yang diresepkan seperti kalium dan vitamin jika diprogramkan. Buka set infus, pertahankan sterilitas di kedua ujungnya. Tempatkan klem yang dapat digeser tepat di bawah bilik tetesan dan gerakkan klem penggeser ke posisi penghentian aliran infus. Masukkan set infus ke dalam kantong cairan. Isi selang infus. Pilih vena distal untuk digunakan.
Pilih vena yang berdilatasi dengan baik. Kenakan sarung tangan steril sekali pakai. Bersihkan tempat insersi dengan kuat, terkonsentrasi, dan dengan gerakan sirkular dari tempat insersi ke daerah luar dengan menggunakan larutan yodium-povidon, biarkan sampai kering apabila klien alergi terhadap yodium popidon gunakan alkohol 70 % selama 30 detik.
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
1. Kerangka Konseptual
: Variabel yang diteliti : Variebel yang tidak diteliti
Skema 1. Kerangka konsep penelitian pengaruh hubungan dukungan keluarga dengan respon cemas anak usia sekolah terhadap pemasangan intravena di Rumah Sakit Advent Medan
Respon cemas anak usia sekolah terhadap pemasangan intravena:
• Fisik • Intelektual
• Sosial dan Emosional Dukungan keluarga
• Dukungan pengharapan • Dukungan nyata
• Dukungan informasi • Dukungan emosional
Faktor pengaruh • Nyeri akibat
masalah, nasehat,
intravena yaitu tanda
menutup muka dan suara kuat, intelektual seperti perhatian rendah terhadap sesuatu, disorientasi waktu, sosial dan emosional seperti menarik diri, depresi,
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang diteliti, maka penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelatif yang bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan dukungan keluarga dengan respon cemas anak usia sekolah terhadap pemasangan intravena di Rumah Sakit Advent Medan.
2. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah anak yang di rawat inap dan mendapatkan pemasangan intravena di Rumah Sakit Advent Medan. Sedangkan yang menjadi sampel adalah anak usia sekolah yang dirawat di Rumah Sakit Advent Medan dan keluarga yang menemani anak saat pemasangan intravena. Penentuan besarnya sampel dilakukan dengan menggunakan tabel power analisis untuk uji korelasi (Polit & Hungler, 1995). Dari rumusan metode tersebut ditetapkan level of significance sebesar 50, power 80, dan effect size sebesar 50, sehingga besar jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 32 orang.
Pengambilan sampel menggunakan teknik convenience sampling yaitu sampel yang ada/tersedia dan memenuhi kriteria sampel yaitu:
2. Pasien anak yang mendapat pemasangan intravena dan berumur antara 6 sampai 12 tahun (untuk kuesioner respon cemas anak)
3. Dapat membaca, menulis dan menggunakan bahasa Indonesia dengan baik.
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Advent Medan. Adapun yang menjadi dasar peneliti untuk memilih rumah sakit swasta ini karena pertimbangan biaya, keterbatasan waktu yang dimiliki peneliti dan belum pernah dilakukan penelitian ini di rumah sakit tersebut. Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan , yaitu pada bulan Januari hingga Maret 2010.
4. Pertimbangan Etik Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik, yaitu memberi penjelasan kepada calon responden penelitian tentang tujuan penelitian dan prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila calon responden bersedia, maka responden dipersilahkan untuk menandatangani informed consent atau dapat diucapkan langsung secara lisan. Tetapi jika calon
untuk menjaga kerahasiaan semua informasi yang diberikan. Data-data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.
5. Instrumen Penelitian
Sesuai dengan permasalahan dan variabel yang akan diteliti, maka instrumen yang digunakan dalam penelitian ini disusun oleh peneliti dengan mengacu kepada tinjauan pustaka. Instrumen penelitian berupa kuesioner terdiri dari 3 bagian yang berisi data demografi, dukungan keluarga dan kuesioner untuk menilai respon cemas anak terhadap pemasangan intravena.
5.1 Kuesioner Data Demografi (KDD)
Kuesioner data demografi digunakan untuk mengkaji data demografi responden. Kuesioner demografi untuk keluarga terdiri dari hubungan dengan pasien, umur, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan penghasilan. Kuesioner demografi untuk anak terdiri dari jenis kelamin, umur, dan pengalaman pemasangan intravena.
5.2 Kuesioner Dukungan Keluarga (KDK)
Kuesioner dukungan keluarga berisi pernyataan-pernyataan yang meliputi dukungan keluarga, yaitu dukungan pengharapan, dukungan nyata, dukungan informasi, dan dukungan emosional. Peneliti menyusun kuesioner ini berdasarkan tinjauan pustaka tentang konsep dukungan sosial yang melibatkan peran keluarga (House, 1984, dalam Sarafino, 1994; Cutrona, dkk, 1994 dalam Kuntjoro, 2002).
untuk dukungan nyata (nomor 6-10), 5 pernyataan untuk dukungan informasi (nomor 11-15) dan 5 pernyataan untuk dukungan emosional (nomor 16-20). Penilaian kuesioner ini menggunakan skala likert. Kuesioner ini disajikan dalam bentuk pernyataan positif (no 1-5, 8-15, 17, 18, 20) dan pernyataan negatif (no 6,7,16 dan 19) dengan empat pilihan jawaban yang terdiri dari Tidak Pernah (TP), Kadang-kadang (KD), Sering (SR),dan Selalu (SL). Bobot nilai yang diberikan untuk setiap peryataan positif 1 sampai 4, dimana jawaban Selalu (SL) mendapat nilai 4, Sering (SR) mendapat nilai 3, Kadang-kadang (KD) mendapat nilai 2, dan Tidak Pernah (TP) mendapat nilai 1. Sedangkan bobot nilai untuk setiap pernyataan negatif dari 1 sampai 4, dimana jawaban Tidak Pernah (TP) mendapat nilai 4, Kadang-kadang (KD) mendapat nilai 3, Sering (SR) mendapat nilai 2, dan Selalu (SL) mendapat nilai 1. Total skor adalah 20-80. Semakin tinggi jumlah skor maka dukungan keluarga semakin tinggi.
rentang
Berdasarkan rumus statistik p = menurut Sudjana (1992)
banyak kelas
dimana p merupakan panjang kelas, dengan rentang (nilai tertinggi dikurang nilai terendah) sebesar 60 dan banyak kelas dibagi atas 3 kategori kelas untuk dukungan sosial keluarga (kurang, cukup, dan baik), maka akan diperoleh panjang kelas sebesar 20.
19-39: dukungan kurang 40-60: dukungan cukup 61-81: dukungan baik
Untuk kuesioner masing-masing komponen dukungan keluarga (pengharapan, nyata, informasi, dan emosional) nilai tertinggi yang mungkin dicapai adalah 20 dan nilai terendah adalah 5. Maka dukungan untuk masing-masing komponen dukungan keluarga tersebut dapat dikategorikan dengan interval sebagai berikut :
4 - 9 : Dukungan keluarga kurang 10 – 15 : Dukungan keluarga cukup 16 – 21 : Dukungan keluarga baik
5.3 Kuesioner Respon Cemas Anak (KRCA)
(SL) mendapat nilai 1. Total skor berkisar antara 1 sampai 4 untuk setiap pernyataan, sehingga nilai terendah yang mungkin dicapai oleh responden adalah 16 dan nilai tertinggi yang mungkin dicapai adalah 64. Semakin tinggi total skor kuesioner maka semakin tinggi repon cemas yang dialami anak.
Menggunakan rumus statistik menurut Sudjana (1992), yang sama seperti pada KDK, dengan rentang sebesar 48 dan banyak kelas dibagi atas 4 kategori kelas untuk respon cemas (ringan, sedang, berat, dan panik) didapatlah panjang kelas sebesar 12.
Dengan p = 12 dan nilai terendah 16 sebagai bawah kelas interval pertama, maka respon cemas dikategorikan atas kelas interval sebagai berikut:
16-27: respon cemas ringan 28-39: respon cemas sedang 40-51: respon cemas berat 52-64: respon cemas panik
6. Reliabilitas Instrumen dan Validitas
Uji realibilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Hal ini berarti sejauh mana alat tersebut tetap konsisten bila dilakukan beberapa kali dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2005). Dalam penelitian ini digunakan uji Reliabilitas Konsistensi Internal karena memiliki kelebihan yaitu memberikan instrumen hanya satu kali dengan satu bentuk instrumen kepada satu objek studi (Dempsey & Dempsey, 2002; Azwar, 2003). Uji reliabilitas dilakukan sebelum mengumpulkan data kepada 10 subjek yang sesuai dengan kriteria subjek studi kemudian peneliti menilai responnya. Uji tes ini dilakukan dengan menggunakan aplikasi komputerisasi dengan analisis Cronbach Alpha pada item berskala. Untuk instrumen yang baru akan reliable jika memiliki reliabilitas lebih dari 0.70 (Polit & Hungler).
Hasil uji reliabilitas dengan menggunakan analisis Cronbach Alpha untuk instrumen dukungan keluarga yang dilakukan pada 10 subjek studi adalah 0.765 dan untuk respon cemas adalah 0.755. Karena nilai uji reliabilitas lebih dari 0.70 maka instumen penelitian ini dinyatakan reliable.
7. Rencana Pengumpulan Data
Peneliti menjelaskan kepada calon responden tentang tujuan, manfaat dan prosedur pelaksanaan penelitian kepada calon responden dan yang bersedia berpartisipasi diminta untuk menandatangani informed consent atau responden dapat menyatakan persetujuan secara verbal. Sebelum membagikan kuesioner, peneliti terlebih dahulu menyeleksi responden yang sesuai dengan kriteria penelitian. Responden yang sesuai dengan kriteria penelitian dan yang bersedia diberi lembar kuesioner dan diberi kesempatan untuk bertanya apabila ada pernyataan yang tidak dipahami. Selesai pengisian peneliti mengambil kuesioner yang telah diisi responden, kemudian memeriksa kelengkapan data. Jika ada data yang kurang, dapat langsung dilengkapi. Selanjutnya data yang telah terkumpul dianalisis.
8. Analisa Data
Analisa data dilakukan melalui tiga tahap. Pertama, memeriksa kelengkapan data responden dan memastikan bahwa semua jawaban terisi. Kedua, mengklarifikasi analisa data dengan mentabulasi data yang telah dikumpulkan. Ketiga, pengolahan data dengan menggunakan sistem komputerisasi.
Metode statistik untuk analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1) Statistik univarat
dukungan keluarga) dan variabel dependen (respon cemas anak terhadap pemasangan intravena). Untuk menganalisa variabel dukungan keluarga dan variabel respon cemas akan dianalisis dengan menggunakan skala interval dan akan ditampilkan dalam distribusi frekuensi.
2) Statistik bivariat
Untuk melihat hubungan antara variabel independen (dukungan keluarga) dan variabel dependen (respon cemas anak terhadap pemasangan intravena) digunakan formulasi korelasi Spearman. Uji korelasi Spearman digunakan pada penelitian ini karena variabel dukungan keluarga dan respon cemas anak merupakan variabel dengan skala ordinal. Untuk mengetahui apakah hubungan itu lemah, sedang atau kuat dipakai standar korelasi menurut Burns dan Grove (2001) (Tabel 4.1)
Tabel 4.1 Kriteria Penafsiran Korelasi
Nilai r Penafsiran
Diatas -0.5 Korelasi negatif tinggi
Hubungan negatif dengan interprestasi kuat - 0.3 sampai – 0.5 Korelasi negatif sedang
Hubungan negatif dengan interpretasi memadai - 0.1 sampai – 0.3 Korelasi negatif rendah
Hubungan negatif dengan interpretasi lemah
0 Tidak ada / hubungan
0.1 sampai 0.3 Korelasi positif rendah
Hubungan positif dengan interpretasi lemah 0.3 sampai 0.5 Korelasi positif sedang
Hubungan positif dengan interpretasi memadai Diatas 0.5 Korelasi positif tinggi
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini, peneliti menguraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai hubungan dukungan keluarga dengan respon cemas anak usia sekolah terhadap pemasangan intravena di Rumah Sakit Advent Medan.
1. Hasil Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan mulai dari bulan Januari hingga Maret 2010 di Rumah Sakit Advent Medan. Responden pada penelitian ini adalah pasien anak dan keluarga yang menemani saat pemasangan intravena dilakukan. Hasil penelitian ini menguraikan karakteristik demografi, dukungan keluarga, dan respon cemas anak usia sekolah terhadap pemasangan intravena di Rumah Sakit Advent Medan.
1.1 Data Demografi
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentasi data demografi keluarga dan anak usia sekolah dengan pemasangan intravena di Rumah Sakit Advent Medan 2010 ( n = 32)
Data Demografi Frekuensi Persentase (%)
1.2 Dukungan Keluarga
Data tentang tingkat dukungan keluarga pada pasien anak dengan pemasangan intravena di Rumah Sakit Advent Medan didapat bahwa keluarga yang memberi dukungan emosional dalam kategori baik 31 orang (96,9%) dan kategori cukup 1 orang (3,1%). Untuk dukungan nyata 28 orang (87,5%) masuk ke dalam kategori baik dan 4 orang (12,5%) ke dalam kategori cukup. Responden yang mendapat dukungan informasi dalam kategori baik 28 orang (87,5%) dan kategori cukup 4 orang (12,5%). Untuk dukungan emosional 29 orang (90,6%) masuk ke dalam kategori baik dan 3 orang (9,4%) ke dalam kategori cukup. Berdasarkan hasil analisa data dukungan keluarga secara keseluruhan didapatkan mayoritas keluarga 26 orang (81,3%) berada pada tingkat dukungan baik dan 6 orang (18,8%) pada tingkat dukungan cukup. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.2 di bawah ini.
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan tingkat dukungan keluarga pada pasien anak usia sekolah dengan pemasangan intravena di Rumah Sakit Advent Medan 2010 (n=32)
Dukungan Frekuensi Persentase (%)
1.3 Respon Cemas Anak
Analisa skor respon cemas pada anak dengan pemasangan intravena, dapat diidentifikasi dalam tabel 5.3 bahwa 18 orang (56,3%) berada pada tingkat respon cemas ringan, 12 orang ( 37,5%) pada tingkat respon cemas sedang, dan 2 orang (6,3%) berada pada tingkat respon cemas berat. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.3.
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan total skor respon cemas anak usia sekolah dengan pemasangan intravena di Rumah Sakit Advent Medan 2010
Tingkat respon cemas Frekuensi Persentase (%)
Respon cemas ringan
1.4 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Respon Cemas Anak terhadap Pemasangan Intravena
sedang. Dengan arah korelasi (-) dan dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi dukungan keluarga, maka semakin rendah respon cemas anak usia sekolah terhadap pemasangan intravena. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.4.
Tabel 5.4 Hasil analisa antara dukungan keluarga dengan respon cemas anak usia sekolah terhadap pemasangan intravena di Rumah Sakit Advent Medan 2010
Variabel 1 Variabel 2 R p Keterangan Dukungan
keluarga
Respon cemas
- 0,458 0,008 Hubungan korelasi negatif dengan interpretasi sedang
2. Pembahasan
2.1 Dukungan Keluarga
Keluarga menyediakan hubungan yang dapat memberikan rasa aman dan memelihara penilaian positif seseorang terhadap dirinya melalui ekspresi kehangatan, empati, persetujuan, atau penerimaan yang ditunjukkan oleh anggota keluarga lainnya (Trismiati, 2004). Melalui dukungan tersebut anak yang menghadapi pemasangan intravena mampu melewati tindakan tersebut dengan tenang sehingga proses perawatan di rumah sakit bisa dilakukan secara maksimal. Hal ini sejalan dengan Keliat (1997) bahwa respon penderita terhadap pengobatan ditentukan oleh faktor keluarga dalam memberikan reaksi terhadap penyakit yang dideritanya.
2.2 Respon Cemas Anak terhadap Pemasangan Intravena
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari responden anak yang mendapat terapi pemasangan intravena di Rumah Sakit Advent Medan didapat 18 orang (56,3%) berada pada tingkat respon cemas ringan, 12 orang ( 37,5%) pada tingkat respon cemas sedang, dan 2 orang (6,3%) berada pada tingkat respon cemas berat. Hal ini bersesuaian dengan hasil penelitian Mediani dkk (2005) yang menyatakan bahwa pasien anak usia sekolah yang mendapat terapi pemasangan infus mengalami kecemasan. Hal ini terlihat dengan adanya perubahan respon fisiologis seperti peningkatan denyut nadi dan respon perilaku seperti menangis yang menjadi indikator respon cemas pada anak.
Dilaporkan dalam hasil penelitian ini bahwa tingkat respon cemas anak usia sekolah terhadap pemasangan intravena berada pada tingkat ringan. Hal ini dimungkinkan oleh jumlah responden anak yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah responden perempuan. Dimana tingkat kecemasan laki-laki jauh lebih rendah dari perempuan. Asumsi ini didukung oleh hasil penelitian Trismiati (2004) yang menyatakan bahwa wanita secara umum lebih pencemas daripada pria (Maccoby dan Jacklin, 1974). Demikian pula dengan hasil penelitian (dalam Leary, 1982) yang menyatakan bahwa wanita memiliki skor yang lebih tinggi pada pengukuran ketakutan dalam situasi sosial dibanding pria, serta penelitian Myers (1983), Power (dalam Myers, 1983), penelitian James dan Cattel (dalam Myers 1983) yang menunjukkan bahwa secara umum wanita lebih tinggi tingkat kecemasannya dibandingkan pria.
Komunikasi dari dokter dan perawat yang menginformasikan tentang prosedur pemasangan intravena tentu mampu memberikan efek positif terhadap penurunan respon cemas pasien. Hal ini sesuai dengan pendapat Fyfe (1999) yang menjelaskan bahwa tindakan perawat dapat membantu mengurangi atau menurunkan kecemasan pasien dengan menentramkan perasaan pasien.
takut terhadap nyeri, deformitas atau ancaman lain terhadap citra tubuh dan kematian.
2.3 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Respon Cemas Anak Usia Sekolah terhadap Pemasangan Intravena
Penggunaan uji korelasi Spearman untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan respon cemas anak usia sekolah terhadap pemasangan intravena menunjukkan nilai p pada kolom sig 2-tailed sebesar 0,008 lebih kecil dari nilai level of significance yaitu 0,05 yang berarti terdapat hubungan bermakna antara dukungan keluarga dengan respon cemas anak usia sekolah terhadap pemasangan intravena. Dengan demikian hipotesa alternatif pada penelitian ini diterima yaitu terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan respon cemas anak usia sekolah terhadap pemasangan intravena. Didapatkan nilai korelasi - 0,458 dengan interpretasi hubungan sedang, yang berarti semakin tinggi dukungan keluarga, maka semakin rendah respon cemas anak usia sekolah terhadap pemasangan intravena.
Sarason dan Sarason (1986) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa dukungan dari keluarga adalah sumber dukungan sosial yang paling tinggi. Saat anak yakin bahwa mereka mempunyai keluarga yang mendukung maka keyakinan akan kemampuan mengatasi kecemasan yang dialaminya akan meningkat yang dapat meredakan dan mengatasi tekanan yang dirasakannya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 56,3% subjek anak usia sekolah menghadapi pemasangan intravena berada pada kategori respon cemas rendah, 81,3% subjek keluarga memberikan dukungan kepada anak dengan kategori baik. Dukungan keluarga yang baik disebabkan adanya dukungan pengharapan, dukungan nyata, dukungan informasi dan dukungan emosional yang baik yang diberikan dari keluarga kepada anak yang menghadapi pemasangan intravena, yang mampu menumbuhkan terjalinnya hubungan yang baik antara keluarga dan anak dan mencegah respon cemas yang timbul akibat pemasangan intravena. Hasil penelitian Duncan (dalam Mutiara, 2007) menunjukkan bahwa keluarga merupakan sumber dukungan yang paling penting untuk anak dan usia dewasa. Begitupun pada anak yang menghadapi pemasangan intravena, keluarga juga merupakan sumber dukungan yang paling penting.
kepedulian dapat meningkatkan rasa tenang dan sikap positif dari pasien juga menurunkan tingkat kecemasan yang timbul. Hal ini tentunya juga menurunkan kecemasan pada anak saat pemasangan intravena.
Dukungan nyata berupa pelayanan, bantuan finansial dan material ataupun sekedar waktu untuk mendengarkan keluh kesah anak mempengaruhi kondisi psikoligis anak (Taylor, 1995). Dukungan yang bersifat nyata seperti membantu anak selama perawatan di rumah sakit atau sekedar memberi usapan pada anak ketika merasa cemas pada saat pemasangan intravena. Menurut Anne & David (dalam Pardede, 2008), keterlibatan anggota keluarga secara terus-menerus merupakan hal yang sangat menolong dan membangkitkan semangat bagi penderita dalam menjalani pengobatan.
menghadapi stressor. Dengan adanya dukungan tersebut anak mampu belajar dari pengalaman yang diceritakan orang lain.
Dukungan emosional merupakan dukungan yang membuat individu memiliki perasaan nyaman, yakin, diperlukan, dan dicintai oleh sumber dukungan keluarga (Lubis, 2009). Lebih lanjut Craigie & Mayor (2000) menyatakan dukungan emosional dan perhatian dalam situasi kritis atau dalam keadaan sakit merupakan bagian yang sangat penting dalam pemeliharaan kesehatan. Anak yang mendapat dukungan seperti ini akan merasa diperhatikan dan dilindungi. Perhatian emosi akan membuat anak saat mengahadapi pemasangan intravena merasa yakin bahwa ia tidak seorang diri mengahadapi tindakan tersebut.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan dukungan keluarga dengan respon cemas anak usia sekolah terhadap pemasangan intravena. Responden dalam penelitian ini adalah keluarga dan pasien anak yang mendapat pemasangan intravena di Rumah Sakit Advent Medan dengan jumlah responden 32 orang yang ditentukan dengan convenience sampling. Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini kemudian dianalisis secara komputerisasi. Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan hasil penelitian dan saran.
1. Kesimpulan
2. Saran
a. Saran untuk Praktek Keperawatan
Hasil penelitian ini merupakan evidence based bagi perawat ruangan anak agar lebih peka dan memiliki pemahaman pentingnya dukungan keluarga pada setiap intervensi yang akan diberikan khususnya pada pasien anak. Dukungan dari keluarga tentunya akan meminimalkan respon cemas anak terhadap tindakan perawatan yang ditakuti seperti pemasangan intravena tersebut.
b. Saran untuk Pendidikan Keperawatan
Dalam pendidikan keperawatan perlu menekankan pemahaman pada peserta didik bahwa pada pasien anak yang menjalani perawatan di Rumah sakit bukan hanya gejala fisik saja yang diperlu mendapat perhatian khusus, tetapi juga harus memperhatikan gejala psikologis yang timbul.
c. Saran untuk Penelitian Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, A, dkk. (2003). Teori dan Manajemen Stres: Kontemporer dan Islam: Malang: Taroda.
Alifatin, Hidayat. (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Edisi 1. Jakarta: Salemba Medika.
Alifatin, Aini., & Suswati, Irma. (2001). Pengaruh Bermain terhadap Pemasangan Infus pada Anak. Dapat diakses di dibuka tanggal 10 September 2009.
Atkison, R.L. & Hilgad, E.R. 1996, Pengantar Psikologi. Jakarta : Erlangga. Atree & Merchant. (1996). Belajar Merawat di Bangsal Bedah. Jakarta: EGC. Burns & Grove (1993). The practice of nursing research : Conduct, critique, and
utilization. Philadelphia: W. B. Saunders Company.
Dahlan, M. Sopiyudin. (2008). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.
Dempsey & Dempsey. (2002). Riset Keperawatan : Buku Ajar dan Latihan. Jakarta: EGC.
Direktorat Kesehatan Jiwa. (1993). PPDGJ-III, Jakarta : Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Departemen RI.
Friedman, M. (1998). Keperawatan keluarga : Teori dan Praktek Edisi Ketiga. Jakarta: EGC.
Fyfe, A. (1999). Peran Perawat dalam Menurunkan Kecemasan Pasien Preoperasi. Dapat diakses dari Mei 2010.
Hidayat, Azis Alimul. (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba Medika.
Juffrie, M. (2003). Panduan Praktek Pediatrik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Khrone, H. W., Slagen, K. E. Influence of Social Support On Adaptaion To Surgery. Health Psychology. Vol 24. 1.101-105 .
Larocca, Joane C. (1998). Terapi Intravena Edisi 2. Jakarta: EGC.
Leary, M. R. 1982. Understanding Social Anxiety; Social personality and Clinical Perspective. California. Sage Publication Inc.
Lubis, Arliza Juairiani. (2006). Dukungan Sosial pada Pasien Gagal Terminal yang Melakukan Terapi Dialisa. Dapat diakses di
Lubis, Mawar K. (2007). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Respon Anak Usia Pra Sekolah terhadap Pemasangan Intravena di Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan. Skripsi. Tidak dipublikasikan.
Lubis, Namora Lumongga., Hasnida. (2009). Dukungan Sosial pada Pasien Knaker Perlukah?. Medan: USU Press.
Mediani, Henny Suzana., Mardhiyah, Ai., & Rakhmawati, Windy. (2005). Respon Nyeri Infant dan Anak yang Mengalami Hospitalisasi saat Pemasangan Infus Di RSUD Sumedang. Dapat diakses di
Mcghie, Andrew. (1996). Penerapan Psikologi dalam Perawatan. Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica dan penerbit Andi.
Myers, E. G. 1983. Social Psychology. Tokyo. McGraw Hill.
Nevid, Jefrey. S. (2005). Psikologi Abnormal. Edisi kelima. Jakarta: Erlangga. Notosoedirdjo, M. & Latipun. (2005). Kesehatan Mental: Konsep dan Penerapan
Edisi 4. Malang: UMM Press.
Nurachmah, Elly. (2000). Buku Saku Prosedur Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Nursalam. (2005). Asuhan keperawatan bayi dan Anak Edisi 1. Jakarta: EGC. Pardede, Eva Elfrida. (2008). Hubungan Dukungan Keluarga terhadap Penderita
Penyakit Infeksi Menular Seksual di Medan. Skripsi. Tidak dipublikasikan.
Potter, Patricia.A & Perry, Anne G. (2001). Fundamental of nursing (5th
Potter, Patricia.A & Perry, Anne G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan 1 Edisi 4. Jakarta: EGC.
ed). St. Louis: Mosby.
. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan 2 Edisi 4. Jakarta: EGC.
Purba, Jenny M., dkk. (2008). Asuhan keperawatan pada Klien dengan Masalah psikososial dan Gangguan Jiwa. Medan: USU Press.
Rawlins & Williams. (1993). Mental Health Psychiatric Nursing. Ed. (3rd
Riwidikdo, Handoko. (2008). Statistik Kesehatan. Jogjakarta: Mitra Cendika Press.
). United State of America: Mosby Year Book.
Salbiah., Nurhidayah, Rika Endah., & Diah Aruum. (2006). Panduan Laboratorium Keterampilan dasar Keperawatan. Medan .
Sarafino, E. P. (1994). Psychology health: Biopsychosocial interactions. New York: John Whiley & Sons,inc.
Sarason, I. G., Sarason, B. R., Shearin, G. H. (1986). Social Support As An Individual Different Variable: It’s stability, Origins And Relation Aspects, Journal of Personality And Social Psychology. Vol. 50. 845-855.
Smet, Bart. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT. Grafindo.
Sudjana, M. A. (1992). Metoda Statistika. Edisi kelima. Bandung: Tarsito.
Supartini, Yupi. (2004). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak Edisi 1. Jakarta: Salemba.
Taylor, S. E. (1995). Health Psychology. Singapore: Mc Graw – Hill. Inc.
Trismiati. (2004). Perbedaan Tingkat Kecemasan Antara Pria dan Wanita Akseptor Kontrasepsi Mantap Di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Dapat diakses di
Yayasan Kesehjateraan Anak Indonesia. (2005). Angka Kesakitan Anak (Morbidity rate) Anak-anak Umur 0-21 Tahun. Dapat diakses di http://www.ykai.net/ dibuka pada tanggal 17 September 2009.
Wahyuni, Arlinda Sari. (2007). Statistika Kedokteran disertai Aplikasi dengan SPSS. Jakarta: Bamboedoea Communication.
Weistein, Sharon M. (2000). Buku Saku Terapi Intravena Edisi 2. Jakarta: EGC. Wong, Donna L. (2004). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4. Jakarta:
Lampiran 1
FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN RESPON CEMAS
ANAK TERHADAP PEMASANGAN INTRAVENA DI RUMAH SAKIT ADVENT MEDAN
Oleh :
Merlyn Christine Siholda Napitupulu
Saya adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi hubungan dukungan keluarga dengan respon cemas anak terhadap pemasangan intravena.
Saya mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu untuk memberikan jawaban atau tanggapan sesuai dengan pendapat Bapak/Ibu sendiri. Saya menjamin kerahasiaan pendapat dan identitas saudara Bapak/Ibu. Informasi yang Bapak/Ibu berikan hanya akan dipergunakan untuk pengembangan Ilmu Keperawatan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud-maksud lain.
Pertisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga Bapak/Ibu bebas untuk menerima atau menolak menjadi peserta penelitian ini. Jika Bapak/Ibu bersedia menjadi responden penelitian ini, maka silahkan Bapak/Ibu menandatangani formulir ini.
Tanda tangan :
Tanggal :
FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN RESPON CEMAS
ANAK TERHADAP PEMASANGAN INTRAVENA DI RUMAH SAKIT ADVENT MEDAN
Oleh :
Merlyn Christine Siholda Napitupulu
Saya adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi hubungan dukungan keluarga dengan respon cemas anak terhadap pemasangan intravena.
Saya mengharapkan kesediaan saudara untuk memberikan jawaban atau tanggapan sesuai dengan pendapat saudara sendiri. Saya menjamin kerahasiaan pendapat dan identitas saudara saudara. Informasi yang saudara berikan hanya akan dipergunakan untuk pengembangan Ilmu Keperawatan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud-maksud lain.
Pertisipasi saudara dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga saudara bebas untuk menerima atau menolak menjadi peserta penelitian ini. Jika saudara bersedia menjadi responden penelitian ini, maka silahkan saudara menandatangani formulir ini.
Tanda tangan :
Tanggal :
Lampiran 2
KUESIONER PENELITIAN
Hubungan Dukungan Keluarga dengan Respon Cemas Anak terhadap Pemasangan Intravena di Rumah Sakit Advent Medan Tahun 2009
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dalam bentuk kuesioner yang akan digunakan untuk melakukan pengumpulan data terhadap subyek yang memenuhi kriteria penelitian.
Ada 2 bagian yang termasuk dalam kuesioner ini yaitu:
Bagian 1. Kuesioner Data Demografi (KDD)
I. Kuesioner Data Demografi (KDK)
Petunjuk pengisian: isilah data di bawah ini dengan lengkap dan berilah tanda cek (√) pada kotak pilihan yang tersedia.
1. Nomor Responden : (diisi peneliti) 2. Hubungan dengan pasien :
Ayah Ibu Lain-lain( )sebutkan
3. Umur : tahun
4. Pendidikan Terakhir :
Tidak sekolah SMU
SD Perguruan Tinggi
SMP
5. Pekerjaan :
Pegawai Negeri Sipil Wiraswasta
Pegawai Swasta Lain-lain( )sebutkan 6. Penghasilan Keluarga :
II. Kuesioner Dukungan Keluarga (KDK)
Petunjuk pengisian : Berilah tanda cek (√) pada kolom jawaban yang tersedia, dimana TP: Tidak Pernah, KD: Kadang-Kadang, SR: Sering, SL: Selalu.
NO PERNYATAAN TP KD SR
SL
Dukungan Pengharapan
1 Keluarga memberikan semangat pada anak saat pemasangan intravena
2 Keluarga menenangkan anak saat menangis ketakutan pada pemasangan intravena
3 Keluarga membujuk anak agar menerima pemasangan intravena
4 Keluarga menanggapi keluhan anak saat pemasangan intravena
5 Keluarga memperhatikan reaksi anak saat pemasangan intravena
Dukungan Nyata
6 Keluarga menolak memberikan bantuan kepada anak selama pemasangan intravena
7 Keluarga selalu diminta bantuannya oleh anak selama pemasangan intravena
8 Keluarga membantu memenuhi kebutuhan anak saat pemasangan intravena
10 Keluarga menyediakan dana yang diperlukan anak yang berkaitan dengan pemasangan intravena
Dukungan Informasi
11 Keluarga terlebih dahulu memberitahu anak sebelum pemasangan intravena dilakukan
12 Keluarga memberitahu anak bahwa pemasangan intravena adalah bagian dari pengobatan yang harus dijalani
13 Keluarga menyarankan anak agar tidak takut terhadap pemasangan intravena
14 Keluarga mengatasi ketakutan anak dengan mengalihkan perhatiannya melalui pembicaraan 15 Keluarga memegang tangan anak saat
pemasangan intravena
Dukungan Emosional
16 Keluarga memarahi anak karena menangis saat pemasangan intravena
17 Keluarga menemani anak saat pemasangan intravena
18 Keluarga memuji ketenangan anak saat pemasangan intravena
19 Keluarga membiarkan anak menangis saat pemasangan intravena
Hubungan Dukungan Keluarga dengan Respon Cemas Anak terhadap Pemasangan Intravena di Rumah Sakit Advent Medan Tahun 2009
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dalam bentuk kuesioner yang akan digunakan untuk melakukan pengumpulan data terhadap subyek yang memenuhi kriteria penelitian.
Ada 2 bagian yang termasuk dalam kuesioner ini yaitu:
Bagian 1. Kuesioner Data Demografi (KDD)
Bagian 2. Kuesioner Respon Cemas Anak (KRCA)
I. Kuesioner Data Demografi (KDK)
Petunjuk pengisian: isilah data di bawah ini dengan lengkap dan berilah tanda cek (√) pada kotak pilihan yang tersedia.
1. Nomor Responden : (diisi peneliti) 2. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
3. Umur : tahun
4. Pengalaman pemasangan intravena:
II. Kuesioner Respon Cemas Anak (KRCA)
Petunjuk: Berilah tanda cek (√) pada setiap kolom jawaban yang tersedia di bawah ini dengan kondisi dan situasi yang anda alami berhubungan dengan pemasangan intravena.
Keterangan: TP : Tidak pernah
KK : Kadang-kadang SR : Sering
SL : Selalu
No Pernyataan TP KK SR SL
1 Saya merasa takut pada saat perawat akan melakukan pemasangan intravena
2 Saya menangis dan berteriak agar pemasangan intravena tidak dilakukan
3 Saya berusaha menolak dengan membentak perawat yang akan melakukan pemasangan intravena
4 Saya merasa tangan saya gemetar ketika pemasangan intravena dilakukan
5 Saya merasa jantung saya berdebar-debar dan berdetak kencang ketika pemasangan intravena dilakukan
6 Saya merasa sulit untuk bernafas ketika pemasangan intravena dilakukan
8 Saya merasa tegang atau merasa pikiran kacau karena saya terlalu banyak berpikir dan mencurahkan perhatian pada pemasangan intravena
9 Saya menjerit kesakitan saat pemasangan intravena
10 Saya merasa pemasangan intravena adalah tindakan yang menyenangkan
11 Saya yakin bahwa pemasangan intravena tidak menyakitkan
12 Saya hanya diam dengan tenang pada saat pemasangan intravena
13 Saat pemasangan intravena saya berusaha merangkul orang tua saya
14 Saya berbicara dengan perawat atau orang tua dengan tenang saat pemasangan intravena 15 Saya tidak takut saat pemasangan intravena
dilakukan
16 Saya senang terhadap pemasangan intravena
Lampiran 5
Anggaran Biaya Penelitian
1. Persiapan Proposal
- Biaya pengetikan Rp. 120.000 - Penggandaan sumber-sumber tinjauan pustaka Rp. 50.000 - Perbanyak Proposal Rp. 100.000 - Biaya Internet Rp. 45.000 - Sidang Proposal Rp. 45.000 - Pembelian buku Rp 150.000
2. Pengumpulan Data
- Izin Penelitian Rp. 100.000
- Transportasi Rp. 100.000
- Penggandaan Kuesioner Rp. 50.000
3. Analisa Data dan Penyusunan Laporan Perbaikan
- Biaya pengetikan Rp. 100.000
- Penjilidan Rp. 100.000
- Penggandaan laporan penelitian Rp. 200.000
4. Sidang Akhir Rp. 150.000
Biaya Tak Terduga Rp. 130.000
Lampiran 6
CURRICULUM VITAE
Nama : Merlyn Christine Siholda Napitupulu
NIM : 061101065
Tempat/tanggal lahir : Medan, 4 Mei 1989 Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Advent
Alamat : Jl. Sakti Lubis gg. Amal no. 59 Medan Tahun Ajaran : 2006
RiwayatPendidikan :
- TK Swasta Prabhudy PWKI Medan (1994) - SD Swasta Prabhudy PWKI Medan (1994-2000) - SLTP Swasta Advent 1 Medan (2000-2003) - SMA Negeri 2 Medan (2003-2006)