PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRASI TAHU
DAN BAKING SODA TERHADAP
PEMBUATAN KERUPUK TAHU
SKRIPSI
OLEH
JOSUA M. SILITONGA 070305016
DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRASI TAHU
DAN BAKING SODA TERHADAP
PEMBUATAN KERUPUK TAHU
SKRIPSI
Oleh:
JOSUA M. SILITONGA 070305016
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana di Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
Judul Skripsi : Pengaruh Penambahan Konsentrasi Tahu dan Baking Soda Terhadap Pembuatan Kerupuk Tahu
Nama : Josua Marojahan Silitonga
NIM : 070305016
Departemen : Teknologi Pertanian Program Studi : Teknologi Hasil Pertanian
Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing,
DR. Ir. Herla Rusmarilin, M.S.
Ketua Anggota
Prof. DR. Ir. Zulkifli Lubis, M.App.Sc
Mengetahui,
Ketua Program Studi Dr. Ir. Herla Rusmarilin, M.S.
ABSTRACT
THE EFFECT OF TOFU AND BAKING POWDER CONCENTRATION ON THE MAKING OF TOFU CRACKERS
This research was conducted to determine the effect of tofu and baking powder concentration on the making of tofu crackers. The study was performed in October to December 2011 at the Laboratory of Food Technology, Agricultural Faculty, North Sumatra University, Medan, using Factorial Completely Randomized block design with two factors i.e. tofu concentration (A) (10%), (15%), (20%), and (25%) and baking powder concentration (B) (0.1%), (0.2%), (0.3%), and (0.4%). Parameters analyzed before frying were water content, ash content, protein content, and after frying were the organoleptic test (flavor, color and crispness).
The concentration of tofu gave a highly significant effects on water content, ash content, protein content and organoleptic test (flavor, color and crispness) whereas baking powder had a highly significant effect on the water content, ash content, organoleptic test (color, and crispness) and had no effect on flavor. Interaction of concentrations of tofu
and baking powder gave a highly significant effect on protein content and had no significant effect on water content, ash content, and organoleptic test (flavor, color and crispness).
Key words: Tofu Crackers, Tofu and Baking Powder Concentration.
ABSTRAK
PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRASI TAHU DAN BAKING SODA PADA PEMBUATAN KERUPUK TAHU
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi tahu dan baking soda terhadap pembuatan kerupuk tahu. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober - Desember 2011 di Laboratorium Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan, menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan dua faktor yaitu konsentrasi tahu (A) dengan konsentrasi (10%), (15%), (20%), dan (25%) dan baking soda (B) dengan konsentrasi (0,1%), (0,2%), (0,3%), dan (0,4%). Parameter yang dianalisis sebelum penggorengan adalah kadar air, abu, protein, dan sesudah penggorengan adalah uji organoleptik rasa, warna dan kerenyahan.
Hasil penelitian pada konsentrasi tahu memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap kadar air, abu, protein dan uji organoleptik rasa, warna dan kerenyahan sedangkan baking soda memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap kadar air, abu, uji organoleptik warna, dan kerenyahan serta berbeda tidak nyata terhadap uji organoleptik rasa. Interaksi penambahan konsentrasi tahu dan baking soda memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar protein dan berbeda tidak nyata terhadap kadar air, kadar abu, uji organoleptik rasa, warna dan kerenyahan.
RIWAYAT HIDUP
JOSUA MAROJAHAN SILITONGA, lahir di Medan pada tanggal 10 Januari 1988. Anak kedua dari lima bersaudara dari ayahanda
Drs. Nogar Silitonga, MT dan ibunda Dra. S.R. Sitompul, beragama Kristen
Protestan.
Tahun 2000 penulis lulus dari SD Swasta Free Methodist 1 Medan, tahun
2003 lulus dari SLTP Negeri 18 Medan, dan tahun 2006 lulus dari SMA Swasta
St. Thomas 3 Medan. Pada tahun 2007 penulis lulus seleksi masuk Universitas
Sumatera Utara (USU) melalui jalur SPMB. Penulis lulus di Program Studi
Teknologi Hasil Pertanian Departemen Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjabat sebagai pengurus
IM-THP (Ikatan Mahasiswa Teknologi Hasil Pertanian) dan anggota di Gerakan
Mahasiswa Nasional Indonesia (GmnI-USU).
Penulis telah melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Pabrik Gula
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat dan berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun
judul skripsi ini adalah ”Pengaruh Penambahan Konsentrasi Tahu dan Baking Soda Terhadap Pembuatan Kerupuk Tahu”.
Terima kasih penulis ucapkan kepada DR. Ir. Herla Rusmarilin, MS,
selaku ketua komisi pembimbing dan Prof. DR. Ir. Zulkifli Lubis, MApp.Sc,
selaku anggota komisi pembimbing atas arahan dan bimbingan yang diberikan
selama penyusunan skripsi ini.
Penulis juga menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
ayahanda Drs. Nogar Silitonga, MT serta Ibunda Dra. S.R. Sitompul, kakak-adik
Esther br Silitonga, AmdKom, Imelda March Silitonga, AmdPar, Rizki Leonora
Silitonga dan Immanuel Toni Orlando Silitonga yang mendo’akan dengan tulus
dan memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih yang
sebesar-besarnya untuk teman-teman seperjuangan THP angkatan 2007, adik-adik
stambuk dan asisten Laboratorium Teknologi Pangan serta semua pihak yang
telah ikut menyukseskan pelaksanaan penelitian penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan penelitian selanjutnya. Akhir kata penulis mengucapkan
terima kasih semoga dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.
Medan, Januari 2012
DAFTAR ISI
Proses pembuatan tahu secara umum ... 7
Kerupuk ... 9
Tepung Tapioka ... 9
Bahan Tambahan Pembuatan Kerupuk Tahu ... 11
Bahan soda ... 11
Kuning telur ... 12
Garam ... 14
Gula ... 14
Ketumbar ... 15
Pengaruh Pencampuran Adonan ... 15
Penentuan kadar abu ... 26
Penentuan kadar protein ... 27
Uji organoleptik warna dan rasa ... 28
Uji oganoleptik kerenyahan ... 28
HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar Air ... 31
Kadar Abu ... 35
Kadar Protein ... 38
Uji Organoleptik Rasa ... 45
Uji Organoleptik Warna ... 47
Uji Organoleptik Kerenyahan ... 50
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 55
Saran ... 55
DAFTAR PUSTAKA ... 56
DAFTAR TABEL
No Judul Hal
1. Kandungan gizi tahu ... 6
2. Standard mutu kerupuk (per 100 gr bahan) ... 9
3. Komposisi kimia tepung tapioka ... 10
4. Skala uji hedonik rasa ... 28
5. Skala uji hedoneik warna ... 28
6. Skala uji hedonik kerenyahan ... 28
7. Pengaruh penambahan konsentrasi tahu terhadap parameter yang diamati ... 29
8. Pengaruh konsentrasi baking soda terhadap parameter yang diamati ... 30
9. Uji LSR efek utama pengaruh penambahan konsentrasi tahu terhadap kadar air (%) ... 31
10. Uji LSR efek utama pengaruh penambahan konsentrasi baking soda terhadap kadar air (%) ... 33
14. Uji LSR efek utama pengaruh penambahan konsentrasi baking soda terhadap kadar protein (%) ... 40
15. Uji LSR efek utama pengaruh interaksi antara konsentrasi tahu dan baking soda terhadap kadar protein (%) ... 43
16. Uji LSR efek utama pengaruh penambahan konsentrasi tahu terhadap nilai organoleptik rasa (numerik) ... 45
17. Uji LSR efek utama pengaruh penambahan konsentrasi tahu terhadap nilai organoleptik warna (numerik) ... 47
19. Uji LSR efek utama pengaruh penambahan konsentrasi tahu terhadap nilai organoleptik kerenyahan (numerik) ... 51
20. Uji LSR efek utama pengaruh penambahan konsentrasi baking soda
DAFTAR GAMBAR
No Judul Hal
1. Struktur asam linoleat, linolenat dan lesithin ... 7
2. Skema pembuatan tahu secara umum ... 8 dan baking sodaterhadap kadar protein ... 45
11.Grafik hubungan penambahan konsentrasi tahu terhadap nilai organoleptik rasa ... 46
12.Grafik hubungan penambahan konsentrasi tahu terhadap nilai organoleptik warna ... 48
13.Grafik hubungan penambahan konsentrasi baking soda terhadap nilai
organoleptik warna ... 50
14.Grafik hubungan penambahan konsentrasi tahu terhadap nilai organoleptik kerenyahan ... 52
15.Grafik hubungan penambahan konsentrasi baking soda terhadap nilai
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Hal
1. Data pengamatan analisa kadar air (%) ... 59
2. Daftar analisis sidik ragam kadar air (%) ... 59
3. Data pengamatan analisa kadar abu (%) ... 60
4. Daftar analisis sidik ragam kadar abu (%) ... 60
5. Data pengamatan analisa kadar protein (%) ... 61
6. Daftar analisis sidik ragam protein (%) ... 61
7. Data pengamatan analisa nilai organoleptik rasa (numerik) ... 62
8. Daftar analisis sidik ragam nilai organoleptik rasa (numerik) ... 62
9. Data pengamatan analisa nilai organoleptik warna (numerik) ... 63
10.Daftar analisis sidik ragam nilai organoleptik warna (numerik) ... 63
11.Data pengamatan analisa nilai organoleptik kerenyahan (numerik) ... 64
12.Daftar analisis sidik ragam nilai organoleptik kerenyahan (numerik) ... 64
13.Gambar 1. kerupuk sebelum dan sesudah penggorengan ... 65
14.Gambar 2. kerupuk sebelum dan sesudah penggorengan ... 66
15.Gambar 3. kerupuk sebelum dan sesudah penggorengan ... 67
ABSTRACT
THE EFFECT OF TOFU AND BAKING POWDER CONCENTRATION ON THE MAKING OF TOFU CRACKERS
This research was conducted to determine the effect of tofu and baking powder concentration on the making of tofu crackers. The study was performed in October to December 2011 at the Laboratory of Food Technology, Agricultural Faculty, North Sumatra University, Medan, using Factorial Completely Randomized block design with two factors i.e. tofu concentration (A) (10%), (15%), (20%), and (25%) and baking powder concentration (B) (0.1%), (0.2%), (0.3%), and (0.4%). Parameters analyzed before frying were water content, ash content, protein content, and after frying were the organoleptic test (flavor, color and crispness).
The concentration of tofu gave a highly significant effects on water content, ash content, protein content and organoleptic test (flavor, color and crispness) whereas baking powder had a highly significant effect on the water content, ash content, organoleptic test (color, and crispness) and had no effect on flavor. Interaction of concentrations of tofu
and baking powder gave a highly significant effect on protein content and had no significant effect on water content, ash content, and organoleptic test (flavor, color and crispness).
Key words: Tofu Crackers, Tofu and Baking Powder Concentration.
ABSTRAK
PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRASI TAHU DAN BAKING SODA PADA PEMBUATAN KERUPUK TAHU
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi tahu dan baking soda terhadap pembuatan kerupuk tahu. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober - Desember 2011 di Laboratorium Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan, menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan dua faktor yaitu konsentrasi tahu (A) dengan konsentrasi (10%), (15%), (20%), dan (25%) dan baking soda (B) dengan konsentrasi (0,1%), (0,2%), (0,3%), dan (0,4%). Parameter yang dianalisis sebelum penggorengan adalah kadar air, abu, protein, dan sesudah penggorengan adalah uji organoleptik rasa, warna dan kerenyahan.
Hasil penelitian pada konsentrasi tahu memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap kadar air, abu, protein dan uji organoleptik rasa, warna dan kerenyahan sedangkan baking soda memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap kadar air, abu, uji organoleptik warna, dan kerenyahan serta berbeda tidak nyata terhadap uji organoleptik rasa. Interaksi penambahan konsentrasi tahu dan baking soda memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar protein dan berbeda tidak nyata terhadap kadar air, kadar abu, uji organoleptik rasa, warna dan kerenyahan.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tahu merupakan hasil olahan makanan tradisional dari kedelai yang
banyak dibutuhkan masyarakat sebagai sumber protein nabati. Tahu sebagai
bahan pangan memiliki nilai gizi yang tinggi, sebab didalamnya terdapat
kandungan gizi yang cukup lengkap, yang hampir sama dengan produk hewani.
Kandungan gizi tersebut dibutuhkan manusia seperti vitamin, karbohidrat, garam,
mineral dan protein yang merupakan kandungan terbesar dari tahu itu sendiri.
Tahu mengandung protein yang mudah dicerna dikarenakan terdapatnya
sejumlah asam amino esensial yang dibutuhkan oleh tubuh dan kandungan air
yang cukup tinggi, sehingga merupakan substrat yang ideal dalam pertumbuhan
bakteria pembusuk. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan pengolahan agar
dikonsumsi untuk jangka waktu yang lama.
Tahu umumnya dikonsumsi manusia dengan hanya digoreng dan langsung
dikonsumsi. Banyak juga orang-orang meraih keuntungan dengan cara menjual
dalam bentuk gorengan tahu tersebut, akan tetapi masih banyak dari produk tahu
yang dijual di pasaran terkadang tidak laku dijual, dikarenakan daya tarik
konsumen terhadap produk olahan tahu mentah kurang diminati dan adanya
produk olahan hewani yang jauh lebih berkualitas, untuk itu diperlukan
penganekaragaman jenis produk olahan tahu yang dapat meningkatkan nilai
tambah tahu.
Produk olahan tahu memiliki potensi dalam pengembangan industri rumah
masih dalam bentuk tahu mentah. Industri tahu dapat berkembang jika dilakukan
penganekaragaman jenis olahan seperti kerupuk, kulit tahu dan gorengan.
Kerupuk adalah suatu produk makanan kering yang dibuat dari tepung pati dengan
penambahan bahan-bahan lainnya dan bahan tambahan makanan yang diijinkan.
Bahan baku yang paling banyak digunakan untuk pembuatan kerupuk adalah
tepung tapioka, namun ada juga yang menggunakan bahan baku tepung kedelai,
dan tepung sagu. Namun selama ini produk kerupuk hanya digunakan sebagai
makanan ringan yang bersifat sebagai makanan sampingan saja tanpa
memperhatikan nilai maupun mutu gizinya.
Di sini penulis mencoba melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Penambahan Konsentrasi Tahu dan Baking Soda Terhadap Pembuatan Kerupuk Tahu”. Dari penelitian ini diharapkan kerupuk yang dihasilkan mempunyai mutu dan pemasaran yang lebih baik.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan
konsentrasi tahu dan baking soda terhadap mutu pembuatan kerupuk tahu.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna sebagai sumber data penyusunan skripsi dan
diharapkan dapat berguna sebagai sumber informasi untuk pihak-pihak yang
Hipotesis Penelitian
Ada pengaruh penambahan konsentrasi tahu dan baking soda serta interaksi
TINJAUAN PUSTAKA
Tahu
Tahu merupakan hasil olahan dari bahan dasar kacang kedelai melalui
proses pengendapan dan penggumpalan oleh bahan penggumpal. Tahu ikut
berperan dalam pola makan sehari-hari sebagai lauk pauk maupun sebagai
makanan ringan. Kacang kedelai sebagai bahan dasar tahu mempunyai kandungan
protein sekitar 30-45%. Dibandingkan dengan kandungan protein bahan pangan
lain seperti daging (19%), ikan (20%) dan telur (13%), ternyata kedelai
merupakan bahan pangan yang mengandung protein tertinggi. Penggunaan CaSO4
merupakan cara penggumpalan tradisional yang dapat menghasilkan tahu yang
bermutu baik (Tim Pengajar Pendidikan Industri Tahu, 1981).
Proses pembuatan tahu terdiri dari dua bagian, yaitu pembuatan susu
kedelai dan penggumpalan proteinnya. Susu kedelai dibuat dengan merendam
kedelai dalam air bersih. Perendaman dimaksudkan untuk melunakkan struktur
selular kedelai sehingga mudah digiling dan memberikan disperse dan suspense
bahan padat kedelai lebih baik pada waktu ekstraksi. Perendaman juga dapat
mempermudah pengupasan kulit kedelai akan tetapi perendaman yang terlalu
lama dapat mengurangi total padatan. Kedelai yang telah direndam kemudian
dicuci, digiling dengan alat penggiling bersama-sama air panas (80oC) dengan
perbandingan 1:10. Bubur kedelai yang dihasilkan selanjutnya disaring dan
filtratnya didihkan selama 30 menit pada suhu 100-110oC. susu kedelai yang
dihasilkan kemudian digumpalkan. Zat penggumpal yang dapat digunakan adalah
Asam cuka juga berperan sebagai pengawet di mana asam menurunkan pH
bahan pangan sehingga dapat menghambar pertumbuhan bakteri pembusuk dan
jumlah asam yang cukup akan menyebabkan denaturasi protein bakteri
(Winarno, 1980).
Batu tahu (CaSO4) paling umum digunakan untuk menggumpalkan dan
sering digunakan berdasarkan perkiraan saja, di mana batu tahu diencerkan dalam
air secukupnya lalu ditambahkan ke dalam susu kedelai sampai menggumpal dan
penggunaan batu tahu dihentikan. Penambahan batu tahu menyebabkan terjadinya
koagulasi. Hal ini disebabkan oleh ion Ca yang bereaksi dan berikatan dengan
protein susu kedelai dan bersama dengan lipid membentuk gumpalan
(Santoso, 1993). Batu tahu menyebabkan terjadinya koagulasi di mana koagulasi
berjalan lambat dan mengikat banyak air pada kisi-kisi struktur protein tahu
(Shurfleff dan Aoyogi 1977).
Tahu diproduksi dengan memanfaatkan sifat protein, yaitu akan
menggumpal bila bereaksi dengan batu tahu. Penggumpalan protein oleh batu tahu
akan berlangsung secara cepat dan serentak di seluruh bagian cairan sari kedelai,
sehingga sebagian besar air yang semula tercampur dalam sari kedelai akan
terperangkap di dalamnya. Pengeluaran air yang terperangkap tersebut dapat
dilakukan dengan memberikan tekanan. Semakin besar tekanan yang diberikan,
semakin banyak air dapat dikeluarkan dari gumpalan protein. Gumpalan protein
itulah yang kemudian disebut sebagai tahu (Bayuputra, 2011).
Kandungan air di dalam tahu ternyata bukan merupakan hal yang
merugikan. Oleh beberapa pengusaha, hal tersebut justru dimanfaatkan untuk
proses pembuatan tahu gembur, air yang dikeluarkan hanya sebagian kecil,
selebihnya dibiarkan tetap berada di dalam tahu. Dengan demikian, akan
dihasilkan tahu yang berukuran besar namun gembur (Bayuputra, 2011).
Tabel 1. Kandungan gizi tahu
No. Unsur gizi Kadar/100 g bahan
tahu
1 Energi (kal) 79
2 Protein (g) 7,8
3 Mineral (g) 2,2
4 Kalsium (mg) 124
5 Fosfor (mg) 63
6 Zat besi (mg) 0,8
7 Vitamin A (mcg) 0
8 Vitamin B (mg) 0.06
9 Air 12,5
Sumber : Bayuputra. com
Kandungan Gizi Pada Tahu
Kandungan gizi pada tahu dapat dilihat pada Tabel 1 di atas, akan tetapi
banyak dari kandungan gizi tersebut terdapat pada bahan dasarnya yakni kedelai.
Kedelai juga kaya akan asam linoleat, asam linolenat, dan lesitin. Linoleat
dan linolenat adalah asam lemak esensial dari kelompok omega-6 dan omega-3,
yang dapat mengurangi resiko penyakit jantung dan diabetes. Sedangkan lesitin
adalah senyawa kimia campuran fosfatida dan senyawa-senyawa lemak, yang
meliputi fosfatidil kolin, fosfatidil etanolamin, fosfatidil inositol, dan senyawa
Lecithin
Gambar 1. Struktur asam linoleat, linolenat dan lesitin
Lesitin memegang peranan penting dalam mutu makanan sebagai
emulsifier dan pendispersi alami. Lesitin diperkirakan 100.000 ton per tahun
dibutuhkan di seluruh dunia. Sebagian besar lesitin diproduksi secara komersil
dari kedelai. Beberapa jenis lesitin dan modifikasinya digunakan untuk formulasi
makanan dalam bentuk cairan, pelapis dan padatan bebas yang mengalir seperti :
1) minyak bebas, butiran diperoleh dari ekstraksi aseton dengan pengeringan
vakum. Butiran itu mengandung minyak kedelai 2-3% dan menghasilkan warna
dan bau, 2) fraksinasi, rasio fosfatida untuk mengubah sifat emulsifier dan
semuanya dapat dihasilkan dengan reaksi kimia dan enzim dan 3) lesitin
hidroksilasi, asam lemak tak jenuh direaksikan dengan hidrogen peroksida serta
asam laktat untuk meningkatkan karakteristik hidrofilik (Smith, 1991).
Proses Pembuatan Tahu Secara Umum
Prosedur pembuatan tahu meliputi: 1) kedelai kering direndam dengan air
bersih selama 4 sampai 12 jam untuk mempermudah pelepasan kulit, 2) kedelai
yang direndam dikupas kulitnya dan direndam kembali sampai 45 menit untuk
dihancurkan, digiling disertai penambahan air dengan perbandingan 8:1 dari
jumlah kedelai, 4) Hasil penggilingan disaring, bungkil tahu dipisahkan, 5) hasil
penyaringan dididihkan selama 30 menit dan setelah dingin ditambahkan batu
tahu yang diencerkan sebanyak 6%. Endapan yang terbentuk dibungkus dengan
kain belacu dan diletakkan pada kotak kayu sambil dipres, 6) hasil cetakan adalah
tahu dan air dipisahkan dari “whey” (dapat dilihat pada skema di bawah ini).
Gambar 2. Skema pembuatan tahu secara umum
(Tim Pengajar Pendidikan Industri Tahu, 1981).
Kedelai kering
Direndam dengan air bersih selama 4 sampai 12 jam
Direndam dengan air bersih selama 45 menit Dikupas
Digiling
Disaring
Direbus selama 30 menit
Susu kedelai
Dididihkan
Digumpalkan dengan CaSO4 yang diencerkan
Gumpalan tahu
Dipres dan ditekan
Kerupuk
Kerupuk adalah salah satu jenis produk makanan kering khas Indonesia.
Kerupuk disukai sebagai lauk pauk maupun makanan ringan. Kerupuk sangat
beragam baik dalam bentuk ukuran, kenampakan, cita rasa, ketebalan dan nilai
gizinya (Praptiningsih, et al., 2003).
Bahan dasar kerupuk adalah pati, kandungan amilopektin dalam pati
sangat menentukan daya kembang kerupuk. Semakin tinggi kandungan
amilopektin pati maka kerupuk yang dihasilkan akan mempunyai daya kembang
yang semakin besar. Pada pembuatan kerupuk sering ditambahkan bahan-bahan
lain untuk memperbaiki cita rasa dan nilai nutrisi seperti udang, ikan, telur, dan
lain-lain (Praptiningsih, et al., 2003). Standard mutu kerupuk tahu dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2. Standard mutu kerupuk (per 100 g bahan)
Komposisi Jumlah
Tepung tapioka banyak digunakan dalam berbagai industri karena
kandugan patinya yang tinggi dan sifat patinya yang mudah tergelatinisasi dalam
air panas dengan membentuk kekentalan yang dikehendaki (Sumaatmadja, 1984).
Radley (1976) mengemukakan bahwa penggunaan tepung tapioka lebih disukai
karena memiliki larutan yang jernih, daya gel yang baik, rasa yang netral, warna
Tepung tapioka dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku ataupun campuran
pada berbagai macam produk antara lain kerupuk dan kue kering lainnya. Selain
itu tepung tapioka dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengental, bahan pengisi,
bahan pengikat pada industri makanan olahan (Astawan, 2004).
Kualitas tapioka sangat ditentukan oleh warna tepung, kandungan air,
kandungan serat dan derajat yang kotoran rendah. Warna tapioka biasanya
diperbaiki dengan penambahan natrium bisulfit (Na2SO4) sebanyak 0,1%. Ubi
kayu yang digunakan untuk pembuatan tepung tapioka harus berumur kurang dari
1 tahun ketika serat dan zat kayunya masih sedikit tetapi kadar patinya relatif
banyak. Daya rekat tapioka yang tinggi diperoleh dengan cara menghindari
penggunaan air yang berlebihan pada proses produksi (Margono, et al., 1993).
Tabel 3. Komposisi kimia tepung tapioka (per 100 g bahan)
Komposisi Jumlah
Bdd (bahan dapat dimakan) (g) 100,0
Sumber : Direktorat Gizi Departemen Kesehatan R.I., (1996).
Pengolahan pati sangat erat hubungannya dengan pemanasan, karena bila
suspensi pati dalam pati dipanaskan akan terjadi gelatinisasi dan suhu saat granula
pati pecah disebut dengan suhu gelatinisasi. Pati yang dipanaskan dan telah dingin
kembali ini sebagian airnya masih berada di bagian luar granula yang
menggumpal. Air ini mengadakan ikatan yang erat dengan molekul-molekul pati
pada permukaan butir-butir yang menggumpal. Sebagian air pada pasta yang
endapan amilosa. Bila gel dipotong dengan pisau atau disimpan untuk beberapa
hari, air tersebut dapat keluar dari bahan. Keluarnya atau merembesnya cairan dari
suatu gel dari pati disebut sineresis (Winarno, 1992).
Kemungkinan air yang terikat secara kimia dengan gel cukup tinggi
disebabkan oleh karakteristik amilopektin yang tersusun atas daerah yang amorf
dengan ikatan yang lemah, sehingga mudah dicapai oleh air (Haryadi, 1989).
Bahan Tambahan Pembuatan Kerupuk Tahu
Adapun bahan tambahan pada pembuatan kerupuk tahu yaitu sebagai
berikut :
Baking soda
Bubuk ragi adalah agensia peragi yang dihasilkan oleh pencampuran suatu
bahan yang beraksi asam dengan natrium bikarbonat dengan pati atau tepung,
campuran tersebut membebaskan karbondioksida tidak kurang 12%. Dari 12%
karbondioksida yang dipenuhi dengan memasukkan 23% natrium bikarbonat.
Tetapi, karena untuk mengganti gas-gas yang hilang dalam penyimpanan dan
kondisi lain yang menurunkan hasil gas yang dibebaskan, memerlukan formula
yang mengandung kurang lebih 26-30% soda. Bubuk ragi terdiri dari asam peragi
dan bahan pengisi misalnya pati dan tepung serta senyawa lain seperti kalsium
laktat atau kalsium silikat hidrat yang memiliki pengaruh terhadap terbentuknya
karbondioksida dari suatu sistem. Terdapat bukti bahwa pengencer tidak
sepenuhnya bermanfaat tetapi mampu untuk menghambat reaksi komponen
peragi, karena adanya penyerapan air selama penyimpanan untuk mengubah
Jadi fungsi dari baking soda yakni membuat pati mengembang. Terutama
digunakan untuk menyerap kelembaban, dan memperpanjang umur simpan
(Wikipedia, 2011).
Soda adalah alkali, dan bila digunakan dengan jumlah asam penetral yang
tepat, maka CO2 terbentuk, meragikan adonan. Bila digunakan tanpa penetralan
asam-asam bahan makanan, maka bahan tersebut akan melemahkan protein
(Desrosier, 1988).
Penambahan bahan selain pati yang suka air dapat menyulitkan pemasakan
pati, sehingga kematangan adonan pati mempengaruhi hasil akhir dan akibatnya
mempengaruhi kerenyahan. Oleh karena itu diperlukan bahan yang dapat
meningkatkan daya kembang dan kerenyahan produk, di antaranya adalah
menambahkan NaHCO3 (Haryadi, 1989).
Bahan pengembang dapat meningkatkan kemampuan pati dalam menyerap
air. NaHCO3 sendiri dapat mengikat air membentuk NaOH dan H2CO3 yang
nantinya berperan pada pengembangan dengan menghasilkan gas CO2 dan uap air
karena adanya pemanasan yakni pengeringan dan penggorengan (Setiawan, 2011).
Kuning telur
Telur yang ditambahkan pada pembuatan kerupuk udang dimaksudkan
untuk meningkatkan gizi, rasa, dan bersifat sebagai pengemulsi serta pangikat
komponen-komponen adonan. Telur juga berperan sebagai pengikat udara dan
menahannya sebagai gelembung. Penggunaan telur pada penggunaan kerupuk
udang akan mempengaruhi kemekaran kerupuk udang pada waktu digoreng
Emulsifier suatu pengolahan struktur ion yang dapat berinteraksi dengan
protein dalam jumlah produk makanan dalam memberikan sifat struktural yang
ditingkatkan.
Emulsi adalah suatu sediaan yang mengandung dua zat cair yang tidak
tercampur, biasanya air dan minyak, cairan yang satu terdispersi menjadi
butir-butir kecil dalam cairan yang lain. Dispersi ini tidak stabil, butir-butir-butir-butir ini akan
bergabung dan membentuk dua lapisan air dan minyak yang terpisah
(Anief, 1999).
Pengemulsi merupakan agen aktif yang dapat mempromosikan
emulsifikasi antara fase minyak dan air, karena memiliki kedua kelompok
hidrofilik dan lipofilik dalam molekul yang sama. Emulsifier dengan hidrofilik
rendah untuk nilai rasio lipofilik (HLB nilai) dapat menstabilkan air dalam
minyak (W/O) emulsi, sedangkan pengemulsi dengan nilai HLB tinggi
menstabilkan minyak dalam air (O/W). Pengemulsi yang mengandung asam
lemak jenuh rantai mampu menstabilkan gas dan perombakan makanan seperti
campuran kue, dan lain-lain dikarenakan emulsifier mengandung asam lemak tak
jenuh rantai yang dapat mengikat gas (Smith, 1991).
Telur berfungsi sebagai komponen utama pembentuk struktur adonan dan
berfungsi untuk menjaga kelembaban, mengikat udara selama pencampuran
adonan, meningkatkan nilai gizi, memberi warna, dan emulsifier karena
mengandung lesithin (Salmon, 2003).
Emulsifier dalam makanan memiliki fungsi yang paling penting dalam
pengurangan tegangan permukaan antara fase minyak dengan air, interaksi dengan
Prinsip dasar emulsi adalah penyebaran butiran kecil dari beberapa substansi larut.
Biasanya emulsi jenis ini merupakan campuran yang dipertimbangkan saat
mengemulsi makanan. Dalam aplikasi makanan, surfaktan mengerahkan berbagai
fungsi tertentu, efek lainnya juga dapat diperoleh banyak manfaat, penting bahwa
pilihan yang benar jenis dan dosis pengemulsi dilakukan untuk menjamin kinerja
optimal (Smith, 1991).
Garam
Penambahan garam, selain sebagai pemberi cita rasa, juga berfungsi
sebagai pengawet tergantung pada konsentrasi yang ditambahkan. Adapun
mekanisme garam sebagai pengawet adalah: 1) Garam bersifat higroskopis,
di mana garam akan menyerap kandungan air pada bahan, sehingga tidak dapat
digunakan oleh mikroba untuk pertumbuhannya, 2) Garam bersifat osmotik,
dimana garam akan menyerap air pada dinding sel bakteri sehingga terjadi
plasmolisis (pemecahan dinding sel), 3) NaCl dimana Cl- akan bersifat toksin bagi
mikroba (Syarief dan Irawati, 1988).
Fungsi penambahan garam adalah untuk memperbaiki rasa yaitu untuk
menetralkan rasa pahit dan rasa asam, membangkitkan selera dan mempertajam
rasa manis, selain itu garam mempunyai tekanan osmotik yang tinggi, higroskopik
atau terurai menjadi Na+ dan Cl- yang merancuni sel mikrobia dan mengurangi
kelarutan O2 (Purba dan Rusmarilin, 1985).
Gula
Pada dasarnya pemberian gula dalam pembuatan kerupuk udang terutama
berperan sebagai penambah cita rasa dan pengawet, sedangkan bumbu dapat
bawang merah, bawang putih, ketumbar dan sebagainya tergantung dari cita rasa
yang diinginkan. Penambahan gula dapat menambah umur simpan kerupuk,
karena kerupuk yang dibuat tidak menggunakan bahan pengawet maka gula dan
garamlah yang akan digunakan sebagai pengawet (Astawan dan Astawan, 1991).
Ketumbar
Bumbu dapat meningkatkan aroma dan cita rasa kerupuk. Bumbu yang
digunakan antara lain bawang merah, bawang putih, ketumbar dan sebagainya
tergantung dari citarasa yang diinginkan (Astawan dan Astawan, 1991).
Pengaruh Pencampuran Adonan
Emulsifiers merupakan perlakuan kompleks pada pati yang mengurangi
penggumpalan dan meningkatkan konsistensi dan keseragaman seperti pada
dehidrasi makaroni, roti dan kue patatoes. Dalam pengolahan roti mereka mampu
berinteraksi dengan gluten gandum, sehingga menimbulkan elastisitas lebih besar
dari protein, sehingga menghasilkan daya kembang roti meningkat (Smith, 1991).
Pada saat pencampuran, rantai protein tepung berorientasi pada posisi
sejajar. Terjadi perubahan kenampakan adonan dan memperlihatkan sifat-sifat
kenampakan dan kehalusan dari suatu adonan yang dicampur dengan memadai
pencampuran tepung dan air dingin menyebabkan terjadinya suspense pati dalam
air tetapi tidak membentuk gel. Jika suspensi tersebut ditingkatkan suhunya, maka
granula pati akan menyerap air dan mengembang. Adonan yang dicampur
selanjutnya akan dikukus, saat pengukusan terjadinya proses gelatinisasi pati.
Proses ini penting karena menaikkan viskositas adonan sehingga granula pati
Pengaruh pencampuran tepung dengan bahan ini terhadap daya kembang dan daya
serap kerupuk terhadap minyak di mana adonan dicampurkan dengan air. Kadar
air merupakan variabel penting terhadap kualitas kerupuk dengan daya tahan dan
daya kembang saat digoreng. Jika kadar air tinggi maka kerupuk tidak mengalami
daya kembang yang baik dan kurangnya daya tahan. Dan tingginya kadar air maka
kelembaban air pun tinggi sehingga mempermudah tumbuhnya mikrobia dan
jamur (Andre, 2010).
Pencampuran tepung dengan udang mempengaruhi daya kembang dan
juga kerapuhan kerupuk tersebut, di mana udang mengandung protein yang tinggi.
Sehingga rantai protein menurunkan daya kembang dan kerapuhannya. Akan
tetapi pencampuran tepung dan udang menambah kandungan protein pada
kerupuk (Diana, 2010).
Juga tepung dicampur dengan air dalam perbandingan tertentu, maka
protein akan membentuk adonan kolodial yang plastis yang dapat menahan gas
dan akan membentuk suatu struktur spons bila dipanggang. Mula-mula protein di
dalam adonan seperti koil dan menghasilkan sifat-sifat yang elastis. Ikatan antara
rantai pada semua titik tidak sama kuat, sehingga apabila adonan dicampur,
sebagian putus dan lainnya tetap utuh dan ini berlangsung selama pencampuran
antara pati dengan bahan lain. Dan adonan tersebut mengandung sel-sel gas yang
memisahkan sebagian dari pada sel-sel gas yang utuh dan inti gas membentuk
gelembung di dalam adonan (Desrosier, 1988).
Di samping itu, proses pembuatan adonan sangat bertujuan untuk
Pengaruh Pengukusan
Pengukusan merupakan proses pemanasan dengan menggunakan uap air
ke bahan, di mana uap berasal dari air itu sendiri hanya sata berubah dari fase cair
menjadi gas oleh adanya pindah panas.
Pindah panas dengan cara konveksi alamiah terjadi apabila bahan cair
bersentuhan dengan permukaan yang lebih panas atau lebih dingin dari pada
bahan cair tersebut. Ketika bahan cair tersebut dipanasi atau didinginkan, maka
kerapatan akan berubah (Earle, 1969).
Proses pindah panas ini membuat adonan mengembang dan mekar saat
dikukus. Dikarenakan adanya proses gelatinisasi pati dengan bahan yang melekat
kuat.
Pemekaran dan pengembangan molekul protein yang terdenaturasi akan
membuka gugus reaktif yang ada pada rantai polipeptida. Selanjutnya akan terjadi
pengikatan kembali pada gugus reaktif yang sama atau yang berdekatan. Bila unit
ikatan yang terbentuk cukup banyak sehingga protein tidak lagi terdispersi sebagai
suatu koloid, maka protein tersebut mengalami koagulasi. Apabila ikatan-ikatan
antara gugus-gugus reaktif protein tersebut menahan seluruh cairan, akan
terbentuklah gel. Sedangkan bila cairan terpisah dari protein yang terkoagulasi itu,
protein akan mengendap (Winarno, 1992).
Pengaruh Pencetakan
Bahan mentah sering berukuran lebih besar dari yang dibutuhkan,
sehingga ukuran bahan ini harus diperkecil. Operasi pengecilan ukuran ini dapat
atau bahan padat. Apabila bahan padat, operasi pengecilan disebut penghancuran
dan pemotongan. Dan apabila bahan cair disebut emulsifikasi (Earle, 1969).
Pengecilan ukuran merupakan langkah untuk mendapatkan kerupuk yang
tipis, sehingga mudah dalam proses pengeringan bahan.
Pengaruh Pengeringan
Pengeringan adalah suatu metoda untuk mengeluarkan atau
menghilangkan sebagian air dari bahan dengan cara menguapkan air tersebut
dengan menggunakan energi panas. Biasanya kandungan air dikurangi sampai
batas agar mikroba tidak dapat tumbuh lagi di dalamnya (Winarno, et al., 1980).
Di samping itu pengeringan juga mempunyai kelemahan antara lain : terjadi
perubahan warna dan tekstur. Perubahan warna tersebut disebabkan karena zat
warna alami pada tidak tahan terhadap suhu tinggi (Buckle, et al., 1987).
Mekanisme pengeringan hasil pertanian adalah dengan pemanfaatan panas,
berlangsung sebagai akibat konveksi dan konduksi. Pada batas-batas tertentu,
kandungan air dapat diturunkan sehingga kualitas dari produk pertanian tersebut
tetap memenuhi persyaratan seperti yang direncanakan sebelumnya. Dengan
adanya pengeringan ini maka diharapkan akan menimbulkan
keuntungan-keuntungan (Matondang, 1999).
Banyaknya kandungan air dalam bahan pangan merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi kecepatan dan aktivitas enzim, aktivitas mikroba dan
aktivitas kimiawi yaitu terjadi ketengikan, reaksi non enzimatis, sehingga
menimbulkan sifat-sifat organoleptik, penampakan, tekstur dan cita rasa serta nilai
gizi yang berubah, di mana kadar air pada bahan pangan dapat diukur dengan
adalah dengan cara pemanasan dalam oven atau dengan cara destilasi
(Syarief dan Hariyadi, 1993).
Pada umumnya bahan pangan yang dikeringkan berubah warnanya
menjadi coklat, disebabkan reaksi browning non enzimatis, juga terbentuknya
case hardening yang disebabkan oleh adanya perubahan-perubahan kimia
tertentu, misalnya terjadi pengumpalan protein pada permukaan karena panas atau
terbentuknya dekstrin dari pati (Winarno, et al., 1980).
Pengaruh Penggorengan
Minyak goreng mengandung sekitar 80% asam lemak tak jenuh jenis asam
oleat dan linoleat, kecuali minyak kelapa. Tingginya kandungan asam lemak tak
jenuh menyebabkan minyak mudah rusak oleh proses penggorengan karena
selama proses menggoreng minyak akan dipanaskan secara terus menerus pada
suhu tinggi serta terjadinya kontak dengan oksigen dari udara luar yang
memudahkan terjadinya reaksi oksidasi pada minyak (Ratu, 2006).
Umumnya kerusakan oksidasi terjadi pada asam lemak tak jenuh, tetapi
bila minyak dipanaskan suhu 1000C atau lebih, asam lemak jenuh pun dapat
teroksidasi. Oksidasi pada penggorengan suhu 2000C menimbulkan kerusakan
lebih mudah pada minyak dengan derajat ketidakjenuhan tinggi, sedangkan
hidrolisis mudah terjadi pada minyak dengan asam lemak jenuh rantai panjang
(Ratu, 2006).
Minyak yang diserap untuk mengempukkan sisa makanan, sesuai dengan
jumlah air yang menguap pada saat menggoreng. Jumlahnya yang terserap
tergantung dari perbandingan antara lapisan tengah dan lapisan dalam. Semakin
permukaan merupakan hasil reaksi maillard (browning non enzimatic) yang
terdiri dari polimer yang larut, dan tidak larut dalam air serta berwarna coklat
kekuningan. Biasanya senyawa polimer ini terbentuk bila makanan jenis gula dan
asam amino, protein dan atau senyawa yang mengandung nitrogen digoreng
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Oktober-Desember 2011 di Laboratorium
Teknologi Pangan Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Bahan Penelitian
Tahu dan baking soda diperoleh dari Pasar Sei Sekambing Kapten
Muslim, Medan Helvetia, serta beberapa bahan tambahan lain seperti tepung,
kuning telur, ketumbar, gula dan garam.
Reagensia
Larutan 0,02 N H2SO4, CuSO4.5H2O, K2SO4, indikator mengsel
(methyl red dan methyl blue)alkohol 96%, 0,02 N NaOH dan aquadest.
Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah desikator, tabung reaksi,
gelas ukur, erlenmeyer, ampia, pendingin balik, labu kjeldhal, kukusan, pipet
tetes, blender, oven.
Metoda Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) factorial
dengan perlakuan sebagai berikut :
Faktor I : Konsentrasi Tahu
A1 = 10%
A2 = 15%
A3 = 20%
A4 = 25%
Faktor II : Konsentrasi baking soda
B1 = 0,1 %
B2 = 0,2%
B3 = 0,3%
B4 = 0,4%
Banyaknya kombinasi perlakuan (Tc) adalah 4 x 4 = 16, maka jumlah ulangan (n)
adalah sebagai berikut :
Tc (n-1) ≥ 15
16 (n-1) ≥ 15
16n - 16 ≥ 15
16n ≥ 31
n ≥ 1,93 ……….dibulatkan menjadi n = 2
Model Rancangan
Penelitian ini dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial
dengan model :
Y���� = µ+α� +β� + (αβ)�� +ε���
Y���� : Hasil pengamatan dari faktor A dari taraf ke-I dan
Faktor B pada taraf ke-j dengan ulangan k
µ : Efek nilai tengah
α� : Efek dari A pada taraf ke-i
β� : Efek dari B pada taraf ke-j
(αβ)�� : Efek interaksi faktor A pada taraf ke-i dan faktor B
pada taraf ke-j
�� : Efek galat dari faktor A pada taraf ke-I dan faktor B
pada taraf ke-j dalam ulangan ke-k
Apabila diperoleh hasil yang berbeda nyata dan sangat nyata maka dilanjutkan
dengan uji LSR (Least Significant Range)
Pelaksanaan Penelitian
Tahu dicuci dan dikukus selama 30 menit, dilumatkan dan diperas airnya.
Lalu disiapkan tahu dengan konsentrasi 10%, 15%, 20% dan 25% dari berat total
tepung tapioka yaitu 100 g dan bahan tambahan seperti : gula 1%, garam 1%,
kuning telur 14%, ketumbar 1% dan baking soda dengan konsentrasi 0,1%, 0,2%,
0,3% dan 0,4% dari berat total tepung tapioka yaitu 100g. Kemudian dibuat
adonan dengan mencampurkan lumatan tahu dengan tepung tapioka, kemudian
ditambahkan ketumbar, garam dan gula kemudian ditambahkan kuning telur dan
matang. Lalu dikeringanginkan selama 24 jam, dipotong-potong berbentuk
persegi dan langsung dikeringkan dalam oven dengan suhu 500 C selama 48 jam.
Kemudian dilakukan pengamatan sebelum digoreng terhadap kadar air, kadar abu,
kadar protein dan sesudah digoreng yaitu uji organoleptik terhadap warna, rasa
Skema prosedur pelaksaan penelitian tentang pembuatan kerupuk tahu sebagai
berikut.
Gambar 3. Skema pembuatan kerupuk tahu
Penambahan lumatan tahu, baking soda dan bahan tambahan (gula, garam, ketumbar sebanyak 1% dan kuning telur
14%) Tahu
Dicuci dan dikukus selama 30 menit
Dilumatkan dan diperas
Disiapkan semua bahan dan diadon bersama tepung tapioka secara bertahap
Diadon bahan dengan air hangat hingga adonan kalis
Dimasukkan dalam cetakan
Dipotong-potong berbentuk persegi dan digepengkan dengan ampia
Dkeringkan dengan oven selama 48 jam dengan suhu 50o C
Kerupuk tahu yang kering
Pengamatan dan Pengukuran Data
Pengamatan dan pengukuran data dilakukan dengan cara analisis terhadap
parameter :
1. Penentuan kadar air
2. Penentuan kadar abu
3. Penentuan kadar protein
4. Uji organoleptik (warna dan rasa)
5. Uji organoleptik kerenyahan
Penentuan kadar air dengan metode oven (Sudarmadji, et al., 1984).
Ditimbang bahan sebanyak 5 gram di dalam alumenium foil yang telah
diketahui berat kosongnya. Kemudian bahan tersebut dikeringkan dalam oven
dengan suhu sekitar 105oC-110oC selama 4 jam, selanjutnya didinginkan di dalam
desikator selama 15 menit lalu ditimbang kembali. Setelah itu, bahan dipanaskan
kembali di dalam oven selama 30 menit, lalu didinginkan kembali dalam desikator
selama 15 menit lalu ditimbang. Perlakuan ini diulangi sempai diperoleh berat
yang konstan.
%Kadar air = Berat awal - Berat akhir
Berat awal × 100 %
Penentuan kadar abu (Sudarmadji, et al., 1984)
Penentuan kadar abu dilakukan dengan menggunakan muffle. Bahan
ditimbang sebanyak 5 g kemudian dikeringkan dalam oven terlebih dahulu selama
5 jam dengan suhu 105oC lalu didinginkan dalam desikator selama 15 menit.
Kemudian bahan yang sudah kering dimasukkan ke dalam muffle dengan suhu
300oC selama 3 jam lalu didinginkan dalam desikator selam 15 menit lalu
%Kadar abu = Berat setelah dikeringkan
Berat sebelum dikeringkan × 100%
Penentuan kadar protein (AOAC, 1970)
Kadar protein ditetapkan secara semi mikro Kjeldhal. Kadar protein
contoh dihitung dengan menentukan nilai-nilai nitrogen dan dikalikan dengan
faktor 6,25 yaitu sebagai berikut :
Kerupuk tahu yang belum digoreng dihaluskan ditimbang sebanyak 0,3 g dan
dimasukkan ke dalam labu Kjeldhal, lalu ditambahkan 2 g campuran K2SO4 dan
CuSO4.5H2O (1:1) dan 5 ml H2SO4 (l), kemudian didektruksi sampai cairan
berwarna hijau dan dipindahkan ke dalam labu, ditambahkan 10 ml NaOH sampai
terbentuk warna hitam dan segera didestilasi. Hasil penyulingan ditampung dalam
erlemenyer yang berisi 25 ml 0,02 N H2SO4 dengan 3 tetes indikator mengsel
(425 mg methyl red dan 500 mg methyl blue yang dilarutkan dalam
10 ml alkohol 96%. Hasil sulingan dititrasi dengan larutan 0,02 N NaOH dan juga
dilakukan hal yang sama untuk blanko dengan mengganti bahan dengan aquadest.
Kadar protein = [(� − �) ×�× 0,014 × 6,25]
a × 100%
Keterangan :
a : berat contoh (g)
b : titrasi blanko (ml NaOH 0,02N)
c : titrasi contoh (ml NaOH 0,02N)
Uji organoleptik warna dan rasa (numerik) (Soekarto, 1985)
Penentuan uji organoleptik dilakukan dengan uji kesukaan atau uji
hedonik. Caranya contoh diuji secara acak dengan memberikan kode pada bahan
yang akan diuji kepada 15 panelis yang melakukan penilaian. Penilaian dilakukan
berdasarkan kriteria seperti pada tabel berikut :
Tabel 4. Skala uji hedonik rasa
Skala Hedonik Skala Numerik
Sangat suka
Tabel 5. Skala uji hedonik warna
Skala Hedonik Skala Numerik
Sangat suka
Uji organoleptik kerenyahan (numerik) (Soekarto, 1985)
Penentuan uji organoleptik dilakukan dengan uji hedonik. Caranya contoh
diuji secara acak dengan memberikan kode pada bahan yang akan diuji kepada
15 panelis yang melakukan penilaian. Penilaian dilakukan berdasarkan kriteria
seperti pada tabel berikut :
Tabel 6. Skala uji hedonik kerenyahan
Skala Hedonik Skala Numerik
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan konsentrasi tahu dan
bahan pengembang (baking powder) memberikan pengaruh terhadap parameter
yang diamati. Pengaruh konsentrasi tahu dan bahan pengembang (baking powder)
terhadap parameter yang diamati dapat dijelaskan di bawah ini :
Pengaruh penambahan konsentrasi tahu terhadap parameter yang diamati
Dari hasil penelitian dan analisis yang dilakukan, secara umum
menunjukkan bahwa konsentrasi tahu memberikan pengaruh terhadap kadar air,
abu, protein, dan nilai organoleptik warna, rasa dan kerenyahan, seperti terlihat
pada Tabel 7 berikut.
Tabel 7. Pengaruh penambahan konsentrasi tahu terhadap parameter yang diamati Rasa Warna Kerenyahan
A1 = 10
Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa semakin besar konsentrasi tahu maka,
kadar air, abu, protein maka semakin meningkat sedangkan nilai organoleptik
warna, rasa dan kerenyahan semakin menurun. Kadar air tertinggi diperoleh pada
perlakuan A4 (25%) yaitu sebesar 12,714% dan terendah diperoleh pada
perlakuan A1 (10%) yaitu sebesar 11,854 %. Kadar abu tertinggi diperoleh pada
perlakuan A4 (25%) yaitu sebesar 0,992% dan terendah pada perlakuan A1 (10%)
yaitu sebesar 11,677% dan terendah pada perlakuan A1 (10%) yaitu sebesar
7,409%. Nilai organoleptik rasa tertinggi diperoleh pada perlakuan A1 (10%) yaitu
sebesar 3,058 dan terendah pada perlakuan A4 (25%) yaitu sebesar 2,700. Nilai
organoleptik warna tertinggi diperoleh pada perlakuan A1 (10%) yaitu sebesar
2,975 dan terendah pada perlakuan A4 (25%) yaitu sebesar 2,542. Nilai
organoleptik kerenyahan tertinggi diperoleh pada perlakuan A1 (10%) yaitu
sebesar 2,633 dan terendah pada perlakuan A4 (25%) yaitu sebesar 2,200.
Pengaruh penambahan konsentrasi baking soda terhadap parameter yang diamati
Dari hasil penelitian dan analisis yang dilakukan, secara umum
menunjukkan bahwa konsentrasi bahan pengembang (baking powder)
memberikan pengaruh terhadap kadar air, abu, protein, dan nilai organoleptik
warna, rasa dan kerenyahan, seperti terlihat pada Tabel 8 berikut.
Tabel 8. Pengaruh konsentrasi baking sodaterhadap parameter yang diamati
Konsentrasi baking Rasa Warna Kerenyahan B1 = 0,1%
Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa semakin banyak konsentrasi baking soda
maka kadar air, nilai organoleptik rasa dan warna menurun sedangkan kadar abu,
protein dan nilai organoleptik kerenyahan semakin meningkat. Kadar air tertinggi
diperoleh pada perlakuan B1 (0,1%) yaitu sebesar 12,856% dan terendah diperoleh
pada perlakuan B4 (0,4%) yaitu sebesar 11,456%. Nilai organoleptik rasa tertinggi
perlakuan B4 (0,4%) yaitu sebesar 2,775. Nilai organoleptik warna tertinggi
diperoleh pada perlakuan B1 (0,1%) yaitu sebesar 3,267 dan terendah pada
perlakuan B4 (0,4%) yaitu sebesar 2,392. Kadar abu tertinggi diperoleh pada
perlakuan B4 (0,4%) yaitu sebesar 0,870% dan terendah pada perlakuan B1 (0,1%)
yaitu sebesar 0,603%. Kadar protein tertinggi diperoleh pada perlakuan B4 (0,4%)
yaitu sebesar 10,728% dan terendah pada perlakuan B1 (0,1%) yaitu sebesar
8,197%. Nilai organoleptik kerenyahan tertinggi diperoleh pada perlakuan B4
(0,4%) yaitu sebesar 2,575 dan terendah pada perlakuan B1 (0,1%) yaitu sebesar
2,217.
Hasil analisis data secara statistik terhadap masing-masing parameter
dapat dibaca pada uraian berikut :
Kadar Air
Pengaruh penambahan konsentrasi tahu terhadap kadar air (%)
Dari hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 1 dapat dilihat bahwa
konsentrasi tahu memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01)
terhadap kadar air. Hasil pengujian dengan Least Significant Range (LSR)
menunjukkan pengaruh konsentrasi tahu terhadap kadar air untuk tiap-tiap
perlakuan dapat dilihat pada Tabel 9 berikut.
Tabel 9. Uji LSR efek utama pengaruh penambahan konsentrasi tahu terhadap kadar air (%)
Jarak LSR Konsentrasi tahu Rataan Notasi
0,05 0,01 0,05 0,01
- - - A1 = 10 % 11,854 c B
2 0,330 0,454 A2 = 15% 12,012 bc B
3 0,346 0,477 A3 = 20 % 12,293 b AB
4 0,355 0,489 A4 = 25 % 12,714 a A
Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa perlakuan A1 berbeda tidak nyata dengan
A2 dan berbeda nyata dengan A3 serta berbeda sangat nyata pada perlakuan A4. A2
berbeda tidak nyata dengan A3 dan berbeda sangat nyata dengan A4. A3 berbeda
nyata dengan A4. Kadar air tertinggi diperoleh pada perlakuan A4 yaitu sebesar
12,714% dan kadar air terendah diperoleh pada perlakuan A1 yaitu sebesar
11,854%.
Semakin banyak konsentrasi tahu yang ditambahkan maka kadar air
semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena tahu memiliki kandungan air yang
besar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Shurfleff dan Aoyogi (1977) bahwa batu
tahu menyebabkan terjadinya koagulasi di mana koagulasi berjalan lambat dan
mengikat banyak air pada kisi-kisi struktur protein tahu. Juga tahu yang
ditambahkan dalam adonan tepung yang dicampurkan dengan air hangat maka
granula pati akan menyerap air dari adonan kerupuk tahu tersebut sehingga
adonan menjadi kalis. Hal ini sesuai dengan pernyataan Saparinto dan Diana
(2011) bahwa jika suspensi tersebut ditingkatkan suhunya, maka granula pati akan
menyerap air dan mengembang. Adonan yang dicampur selanjutnya akan dikukus,
saat pengukusan terjadinya proses gelatinisasi pati sehingga granula pati sangat
r Ŷ
Hubungan antara penambahan konsentrasi tahu dengan kadar air
mengikuti garis regresi linear seperti terlihat pada Gambar 4 berikut.
Gambar 4. Grafik hubungan penambahan konsentrasi tahu terhadap kadar air
Pengaruh penambahan konsentrasibaking soda terhadap kadar air (%)
Dari hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 1 dapat dilihat bahwa
konsentrasi baking soda memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata
(P<0,01) terhadap kadar air. Hasil pengujian dengan Least Significant Range
(LSR) menunjukkan pengaruh konsentrasi baking soda terhadap kadar air untuk
tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 10 berikut.
Tabel 10. Uji LSR efek utama pengaruh penambahan konsentrasi baking soda terhadap kadar air (%)
Jarak LSR Konsentrasi baking soda Rataan Notasi
0,05 0,01 0,05 0,01
- - - B1= 0,1 % 12,856 a A
2 0,330 0,454 B2= 0,2 % 12,499 b AB
3 0,346 0,477 B3= 0,3 % 12,061 c BC
4 0,355 0,489 B4= 0,4 % 11,456 d D
Keterangan: notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5 % dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%
Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa perlakuan B1 berbeda nyata dengan B2
dan berbeda sangat nyata dengan B4. B3 berbeda sangat nyata dengan B4. Kadar
air tertinggi diperoleh pada perlakuan B1 yaitu sebesar 12,856% dan kadar air
terendah diperoleh pada perlakuan B4 yaitu sebesar 11,456%.
Semakin banyak konsentrasi baking soda yang ditambahkan kadar air
menurun. Hal ini disebabkan karena baking soda dengan gugusan Na-bikarbonat,
di mana NaHCO3sendiri dapat mengikat air membentuk NaOH dan H2CO3 yang
nantinya berperan pada pengembangan dengan menghasilkan gas CO2 dan uap air
karena adanya pemanasan yakni pengeringan, hal ini sesuai dengan pernyataan
Setiawan (2011).
Hubungan antara penambahan konsentrasi baking soda dengan kadar air
mengikuti garis regresi linear seperti terlihat pada Gambar 5 berikut.
Gambar 5. Grafik hubungan penambahan konsentrasibaking sodaterhadap kadar air
r
Konsentrasi Baking Soda (%)
Pengaruh interaksi antara konsentrasi tahu dan baking sodaterhadap kadar air (%)
Dari hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 1 dapat dilihat bahwa
interaksi antara konsentrasi tahu dan baking soda tidak nyata (P>0,05) terhadap
kadar air sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.
Kadar Abu
Pengaruh penambahan konsentrasi tahu terhadap kadar abu (%)
Dari hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 2 dapat dilihat bahwa
konsentrasi tahu memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01)
terhadap kadar abu. Hasil pengujian dengan Least Significant Range (LSR)
menunjukkan pengaruh konsentrasi tahu terhadap kadar abu untuk tiap-tiap
perlakuan dapat dilihat pada Tabel 11 berikut.
Tabel 11. Uji LSR efek utama pengaruh penambahan konsentrasi tahu terhadap kadar abu (%)
Jarak LSR Konsentrasi tahu Rataan Notasi
0,05 0,01 0,05 0,01
- - - A1 = 10 % 0,556 c C
2 0,110 0,151 A2 = 15 % 0,652 c BC
3 0,115 0,159 A3 = 20 % 0,770 b B
4 0,118 0,163 A4 = 25 % 0,992 a A
Keterangan: notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5 % dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%
Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa perlakuan A1 berbeda tidak nyata
dengan A2, dan berbeda sangat nyata dengan A3 dan A4. A2 berbeda nyata dengan
A3 dan berbeda sangat nyata dengan A4. A3 berbeda sangat nyata dengan A4.
Kadar abu tertinggi diperoleh pada perlakuan A4 yaitu sebesar 0,992% dan kadar
abu terendah diperoleh pada perlakuan A1 yaitu sebesar 0,556%.
Semakin banyak konsentrasi tahu yang ditambahkan maka kadar abu
mineral, Ca dan fosfor. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bayuputra (2011)
bahwa kandungan tahu memiliki sejumlah mineral yang besar seperti : mineral,
kalsium dan fosfor yaitu 2,2g/100g bahan, 124mg/100g bahan dan 63mg/100g
bahan (terlihat pada Tabel 1), juga dikarenakan tahu yang dibuat adonan
merupakan tahu yang terkoagulasi oleh batu tahu, yang mana batu tahu
mengandung sejumlah mineral Ca yang besar. Hal ini sesuai dengan Santoso
(1993) bahwa penambahan batu tahu menyebabkan terjadinya koagulasi, hal ini
disebabkan oleh ion Ca.
Hubungan antara penambahan konsentrasi tahu dengan kadar abu
mengikuti garis regresi linear seperti terlihat pada Gambar 6 berikut.
Gambar 6. Grafik hubungan penambahan konsentrasi tahu terhadap kadar abu
Pengaruh penambahan konsentrasi baking soda pada kadar abu (%)
Dari hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 2 dapat dilihat bahwa
konsentrasi baking soda memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata
(P<0,01) terhadap kadar abu. Hasil pengujian dengan Least Significant Range
(LSR) menunjukkan pengaruh konsentrasi baking soda terhadap kadar abu untuk
Tabel 12. Uji LSR efek utama pengaruh penambahan konsentrasi baking soda terhadap kadar abu (%)
Jarak LSR Konsentrasi baking soda Rataan Notasi
0,05 0,01 0,05 0,01
- - - B1= 0,1 % 0,603 b C
2 0,110 0,151 B2= 0,2 % 0,650 b C
3 0,115 0,159 B3= 0,3 % 0,847 a AB
4 0,118 0,163 B4= 0,4 % 0,870 a A
Keterangan: notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5 % dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%
Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa perlakuan B1 berbeda tidak nyata
dengan B2 dan berbeda sangat nyata pada perlakuan B3 dan B4. B2 berbeda sangat
nyata dengan B3 dan B4. B3 berbeda tidak nyata dengan B4. Kadar abu tertinggi
diperoleh pada perlakuan B4 yaitu sebesar 0,870% dan kadar abu terendah
diperoleh pada perlakuan B1 yaitu sebesar 0,603%.
Semakin banyak konsentrasi baking soda yang ditambahkan maka kadar
abu semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena baking soda mengandung
beberapa mineral seperti kalsium dari suatu senyawa kalsium silikat hidrat dan
natrium. Hal ini sesuai dengan pernyataan Desrosier (1988) dan Setiawan (2011)
bahwa bubuk ragi terdiri dari asam peragi dan bahan pengisi misalnya pati dan
tepung serta senyawa lain seperti kalsium laktat atau kalsium silikat hidrat yang
memiliki pengaruh terhadap terbentuknya karbondioksida dari suatu sistem dan
Hubungan antara penambahan konsentrasi baking soda dengan kadar abu
mengikuti garis regresi linear seperti terlihat pada Gambar 7 berikut.
Gambar 7. Grafik hubungan penambahan konsentrasi baking sodaterhadap kadar abu
Pengaruh interaksi antara konsentrasi tahu dan baking sodaterhadap kadar abu (%)
Dari hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 2 dapat dilihat bahwa
interaksi antara konsentrasi tahu dan baking soda tidak nyata (P>0,05) terhadap
kadar abu sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.
Kadar Protein
Pengaruh penambahan konsentrasi tahu terhadap kadar protein (%)
Dari hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 3 dapat dilihat bahwa
konsentrasi tahu memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01)
terhadap kadar protein. Hasil pengujian dengan Least Significant Range (LSR)
menunjukkan pengaruh konsentrasi tahu terhadap kadar protein untuk tiap-tiap
Tabel 13. Uji LSR efek utama pengaruh penambahan konsentrasi tahu terhadap kadar protein (%)
Jarak LSR Konsentrasi tahu Rataan Notasi
0,05 0,01 0,05 0,01
- - - A1=10% 7,409 d D
2 0,722 0,994 A2=15% 8,460 c C
3 0,758 1,045 A3=20% 10,029 b B
4 0,778 1,071 A4=25% 11,677 a A
Keterangan: notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5 % dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%
Dari Tabel 13 dapat dilihat bahwa perlakuan A1 berbeda sangat nyata
dengan A2, A3 dan A4. A2 berbeda sangat nyata dengan A3 dan A4. A3 berbeda
sangat nyata dengan A4. Kadar protein tertinggi diperoleh pada perlakuan A4 yaitu
sebesar 11,677% dan kadar protein terendah diperoleh pada perlakuan A1 yaitu
sebesar 7,409%.
Semakin banyak konsentrasi tahu yang ditambahkan maka kadar protein
semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena tahu memiliki sejumlah protein
yang tinggi, di mana protein pada tahu merupakan protein yang terdenaturasi. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Bayuputra (2011) bahwa penggumpalan protein oleh
batu tahu akan berlangsung secara cepat, gumpalan protein itulah yang kemudian
disebut sebagai tahu. Di mana kadar protein tahu tersebut sebesar 7,8g/100g bahan
(terlihat pada Tabel 1). Menurut Winarno (1992) bahwa pengembangan molekul
protein yang terdenaturasi akan membuka gugus reaktif yang ada pada rantai
polipeptida, menahan seluruh cairan akan terbentuklah gel dan protein akan
Hubungan antara penambahan konsentrasi tahu dengan kadar protein
mengikuti garis regresi linear seperti terlihat pada Gambar 8 berikut.
Gambar 8. Grafik hubungan penambahan konsentrasi tahu terhadap kadar protein
Pengaruh penambahan konsentrasi baking sodapada kadar protein (%)
Dari hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 3 dapat dilihat bahwa
konsentrasi baking soda memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata
(P<0,01) terhadap kadar protein. Hasil pengujian dengan Least Significant Range
(LSR) menunjukkan pengaruh konsentrasi baking soda terhadap kadar protein
untuk tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 14 berikut.
Tabel 14. Uji LSR efek utama pengaruh penambahan konsentrasi baking soda terhadap kadar protein (%)
Jarak LSR Konsentrasi baking soda Rataan Notasi
0,05 0,01 0,05 0,01
- - - B1= 0,1 % 8,197 d C
2 0,722 0,994 B2= 0,2 % 8,924 c BC
3 0,758 1,045 B3= 0,3 % 9,726 b AB
4 0,778 1,071 B4= 0,4 % 10,728 a A
Keterangan: notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5 % dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%
Dari Tabel 14 dapat dilihat bahwa perlakuan B1 berbeda nyata dengan B2
dan berbeda sangat nyata pada perlakuan B3 dan B4. B2 berbeda nyata dengan B3
tertinggi diperoleh pada perlakuan B4 yaitu sebesar 10,728% dan kadar protein
terendah diperoleh pada perlakuan B1 yaitu sebesar 8,197%.
Semakin banyak konsentrasi baking soda yang ditambahkan maka kadar
protein semakin meningkat. Hal ini disebabkan baking soda dapat meningkatkan
kelarutan protein dengan air pada adonan, juga dapat meningkatkan kemampuan
pati mengikat air dalam adonan dan kuning telur tersebut. Di mana kuning telur
juga mampu mengikat bahan lain dengan kuat Protein kuning telur beremulsifier
dengan pati dan membentuk gelatinisasi yang kuat oleh adanya pemanasan
sehingga kadar protein meningkat pada kerupuk tahu tersebut. Menurut Setiawan
(2011) dan Salmon (2003) menyatakan bahwa bahan pengembang dapat
meningkatkan kemampuan pati mengikat air dalam adonan. Telur berfungsi
sebagai komponen utama pembentuk struktur adonan dan berfungsi untuk
pencampuran adonan, dan emulsifier karena mengandung lesithin. Winarno
(1992) bahwa pengembangan molekul protein yang terdenaturasi akan membuka
gugus reaktif yang ada pada rantai polipeptida, menahan seluruh cairan akan
Hubungan antara penambahan konsentrasi tahu dengan kadar protein
mengikuti garis regresi linear seperti terlihat pada Gambar 9 berikut.
Gambar 9. Grafik hubungan penambahan konsentrasi baking soda terhadap kadar protein
Pengaruh interaksi antara konsentrasi tahu dan baking sodaterhadap kadar protein (%)
Dari hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 3 dapat dilihat bahwa
konsentrasi tahu dan baking soda memberikan pengaruh interaksi antara
konsentrasi tahu dan baking soda (P>0,01) terhadap kadar protein. Hasil
pengujian dengan Least Significant Range (LSR) menunjukkan adanya pengaruh
interaksi konsentraksi tahu dan baking soda terhadap protein untuk tiap-tiap
Tabel 15. Uji LSR efek utama pengaruh interaksi antara konsentrasi tahu dan baking sodaterhadap kadar protein (%)
Jarak LSR Perlakuan Rataan Notasi
Dari Tabel 15 dapat dilihat bahwa kombinasi perlakuan antara konsentrasi
tahu dan baking soda memberikan pengaruh berbeda sangat nyata pada kadar
protein suatu bahan. Kadar protein tertinggi terdapat pada perlakuan A4 B4 yaitu
sebesar 14,987% dan terendah pada perlakuan A1B1 yaitu sebesar 6,770%.
Hubungan interaksi antara konsentrasi tahu dan baking soda terhadap
kadar protein dapat dilihat pada Gambar 10. Pada Gambar 10 menunjukkan
bahwa penambahan konsentrasi tahu 25% dengan konsentrasi baking soda(0,4%)
menghasilkan kadar protein tertinggi. Semakin tinggi konsentrasi tahu maka
jumlah protein semakin meningkat dan semakin tinggi konsentrasi baking soda
maka protein meningkat. Hal ini disebabkan karena tahu memiliki sejumlah
terdenaturasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bayuputra (2011) bahwa
penggumpalan protein oleh batu tahu akan berlangsung secara cepat, gumpalan
protein itulah yang kemudian disebut sebagai tahu. Di mana kadar protein tahu
tersebut sebesar 7,8g/100g bahan (terlihat pada Tabel 1). Menurut Winarno (1992)
bahwa pengembangan molekul protein yang terdenaturasi akan membuka gugus
reaktif yang ada pada rantai polipeptida, menahan seluruh cairan akan
terbentuklah gel dan protein akan mengendap. Di sini baking soda dapat
meningkatkan kelarutan protein dengan air pada adonan, juga dapat meningkatkan
kemampuan pati mengikat air dalam adonan dan kuning telur tersebut. Di mana
kuning telur juga mampu mengikat bahan lain dengan kuat protein kuning telur
tersebut beremulsifier dengan pati dan membentuk gelatinisasi yang kuat oleh
adanya pemanasan sehingga kadar protein meningkat pada kerupuk tahu tersebut.
Menurut Setiawan (2011) dan Salmon (2003) menyatakan bahwa bahan
pengembang dapat meningkatkan kemampuan pati mengikat air dalam adonan.
Telur berfungsi sebagai komponen utama pembentuk struktur adonan dan
berfungsi untuk pencampuran adonan, dan emulsifier karena mengandung lesithin
sehingga adanya interaksi dengan penambahan tiap-tiap konsentrasi tahu dan
Gambar 10. Hubungan interaksi antara antara konsentrasi tahu dan baking soda terhadap kadar protein
Nilai Organoleptik Rasa
Pengaruh penambahan konsentrasi tahu terhadap nilai organoleptik rasa (Numerik)
Dari hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 4 dapat dilihat bahwa
konsentrasi tahu memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01)
terhadap nilai organoleptik rasa. Hasil pengujian dengan Least Significant Range
(LSR) menunjukkan pengaruh konsentrasi tahu terhadap nilai organoleptik rasa
untuk tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 16 berikut.
Tabel 16. Uji LSR efek utama pengaruh penambahan konsentrasi tahu terhadap nilai organoleptik rasa (numerik)
Jarak LSR Konsentrasi tahu Rataan Notasi
0,05 0,01 0,05 0,01
- - - A1 = 10 % 3,058 a A
2 0,149 0,206 A2 = 15 % 2,933 ab AB
3 0,157 0,216 A3 = 20 % 2,850 bc BC
4 0,161 0,222 A4 = 25 % 2,700 d C