TUGAS AKHIR
SISTEM PENGELOLAAN PAJAK PENERANGAN JALAN DI DINAS PENDAPATAN DAERAH
KOTA MEDAN
O L E H
NAMA : DEDI JOSEP SIPAHUTAR NIM : 082600071
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapata
menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang disusun guna memenuhi salah satu
syarat untuk meneyelesaikan studi pada program Diploma III Administrasi
Perpajakan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera
Utara dengan judul: SISTEM PENGELOLAAN PAJAK PENERANGAN
JALAN PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH (DISPENDA) KOTA MEDAN.
Penulisan tugas akhir ini merupakan salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan studi pada Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
Dalam menyusun Tugas Akhir ini penulis sangat banyak mendpat bantuan
dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Baddarudin, M.Si, selaku Dekan FISIP USU
2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si selaku Ketua Program Diploma III
Administrasi Perpajakan yang telah meluangkan waktu untuk memberikan
bimbingan dan pengarahan selama penulis menyelesaikan studi.
3. Bapak Drs. Rasudin Ginting, M.Si selaku dosen pembimbing dimana telah
meluangkan segenap waktu untuk memberikan bimbingan, petunjuk dan
4. Bapak dan Ibu staf pengajar Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU
yang telah memberikan ilmu pengetahuannya kepada penulis selama
mengikuti perkuliahan di FISIP USU.
5. Pihak Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan yang telah memberikan data
dan informasi kepada penulis selama penelitian.
6. Seluruh rekan - rekan Mahasiswa / Mahasiswi beserta alumni Diploma III
Administrasi Perpajakan FISIP USU yang telah banyak memberikan bantuan
dan dorongan kepada penulis. Khususnya kepada teman – teman saya d Tax
B 2008 yang telah 3 tahun bersama berjuang semoga masa - masa kita ini
dapat menjadi cerita yang indah di masa yang akan datang. Dan khususnya
lagi kepada teman – teman saya Dina, Deni, Lukman, Fina & Wanda yang
telah membantu saya dalam mengerjakan laporan tugas akhir.
7. Kepada Keluarga tercinta Papa, Mama, Kakak dan adik saya yang telah
berkorban secara material maupun dukungan moril sehingga penulis merasa
termotivasi untuk menyelesaikan studi tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa laporan tugas akhir ini masih belum sempurna.
Untuk itu dengan kerendahan hati penulis menerima saran dari para pembaca
demi kesempurnaan dan untuk pengembangan pengetahuan di masa akan datang.
Akhir kata semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan.
Hormat Saya
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... v
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 1
B. Tujuan dan Manfaat ... 4
C. Uraian Teoritis ... 6
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan ... 8
E. Metode Praktik Kerja Lapangan ... 8
F. Metode Pengumpulan Data ... 9
G. Sistematika Penulisan Laporan ... 10
BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA MEDAN A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan ... 12
B. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan ... 15
C. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan ... 16
E. Gambaran Umum Pegawai Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan ... 39
BAB III GAMBARAN DATA PAJAK PENERANGAN JALAN A. Pengertian Pajak ... 42
B. Ketentuan Peraturan dan Perundang-undangan Tentang pajak Penerangan Jalan ... 42
C. Objek dan Subjek Pajak Penerangan Jalan ... 44
D. Tata Cara Perhitungan Pajak Penerangan Jalan ... 45
E. Pendaftaran dan Penilaian Pajak Penerangan Jalan ... 46
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI A.Sistem Pengelolaan Pajak Penerangan Jalan di Dispenda ... 52
B. Faktor-faktor Penghambat Pajak Penerangan Jalan ... 59
C. Upaya-upaya Peningkatan Pajak Penerangan Jalan ... 60
D. Kontribusi Pajak Penerangan jalan Bagi Pendapatan daerah ... 62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 66
B. Saran... 68
DAFTAR TABEL
TABEL 2.1 Rekapitulasi Pegawai Dinas Pendapatan
Kota Medan Tahun 2011 ... 38
TABEL 2.2 Jumlah Pegawai Dinas Pendapatan Daerah
Berdasarkan Golongan ... 40
TABEL 4.3 Target dan Realisasi Pajak Penerangan Jalan
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin modern,
Perguruan Tinggi dituntut untuk meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan
setiap unsur-unsurnya termasuk mahasiswa sebagai elemen penting masa depan
agar menjadi pribadi yang mandiri, kreatif, dan solutif dalam menyikapi
perkembangan yang terjadi dalam era globalisasi dewasa ini. Ketatnya persaingan
kerja dewasa ini menyebabkan banyaknya calon tenaga kerja yang tidak memiliki
keahlian hidup tanpa pekerjaan yang jelas. Ketertinggalan dalam bidang
pengetahuan dan keterampilan menjadi faktor utama penyebab tingginya tingkat
pengangguran.
Ilmu pengetahuan akan tetap bersifat teoritis dasn tidak akan berkembang
jika tidak di barengi dengan praktik di lapangan kerja. Dunia pendidikan mencari
solusi agar ilmu pengetahuan yang bersifat teoritis dapat diterapkan di dunia kerja
sesungguhnya. Untuk itu, program studi Diploma-3 Administrasi Perpajakan
Universitas Sumatra Utara mengadakan kegiatan Inatrakulikuler Praktik Kerja
Lapangan Mnadiri (PKLM).
Disamping itu, sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, salah
satunya adalah perkembangan ilmu politik di Indonesia yang begitu cepat,
khususnya di bidang Pemerintahan Daerah telah melahirkan perubahan yang
kegiatan yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, baik material maupun spiritual. Untuk
dapat merealisasikan tujuan tersebut perlu banyak memperhatikan masalah
pembiayaan pembangunan khususnya dalam sektor perpajakan. Hal ini
dikarenakan pajak merupakan sala satu sektor terbesar bagi peneriamaan kas
negara. Menurut UU No. 32 Tahun 2004, disebutkan bahwa Pemerintahan Daerah
memiliki sumber Pendapatan Asli Daerah, berasal dari Hasil Pajak Daerah, hasil
Restribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan, dan
lain-lain Pendapatan asli Daerah yang sah. Sedangkan Undang-Undang No.33
Tahun 2004 juga menjelaskan tentang Perimbangan Keuangan antara pemerintah
Pusat dan Daerah. Pendapatan Asli Daerah, yang antara lain berupa Pajak Daerah
dan Restribusi Daerah, diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaan
penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan daerah, untuk meningkatkan dan
memeratakan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, daerah mampu
melaksanakan otonomi daerah yaitu hak, wewenang dan kewajiban daerah untuk
mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.
Pajak Daerah dan Pajak Nasional merupakan suatu sistem Perpajakan
Indonesia, yang pada dasarnya merupakan beban masyarakat sehingga perlu
dijaga agar kebijakan tersebut dapat memberikan beban yang adil. Sejalan dengan
sistem Perpajakan Nasional, pembinaan Pajak Daerah dilakukan secara terpadu
dengan Pajak Nasional. Pembinaan ini dilakukan secara terus menerus, terutama
mengenai objek dan tarif pajak, sehingga antara Pajak Pusat dan Pajak Daerah
Berdasarkan uraian tersebut jelas diketahui salah satu sumber Pendapatan
Asli Daerah (PAD) berasal dari Pajak Daerah. Pajak Daerah adalah pungutan
daerah menurut peraturan yang ditetapkan guna pembiayaan pengeluaran daerah
sebagai badan hukum publik yang diatur dalam Undang-Undang No. 28 Tahun
2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Dimana Pajak Daerah terbagi
menjadi dua jenis, yaitu Pajak Propinsi dan Pajak Kabupaten/Kota. Pajak
Kabupaten dan Kota itu terdiri dari : Pajak Hotel, Pajak Hiburan, Pajak Reklame,
Pajak Penerangan Jalan, Pajak Air dan Tanah, Pajak Parkir.
Pajak Penerangan Jalan (PPJ) merupakan salah satu penerimaan daerah
yang memberikan kontribusi bagi peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD),
sehingga diharapkan pajak penerangan jalan tersebut dapat dijadikan sebagai
alternatif pendanaan pemerintah untuk mendukung peningkatan potensi daerah.
Ini sangat potensial dalam meningkatkan penerimaan daerah, maka dalam
menyelenggarakan Pajak Penerangan Jalan (PPJ) tersebut, Pemerintahan Daerah
melalui Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan harus mengawasi proses
pelaksanaan Pajak Penerangan Jalan (PPJ) ini sesuai dengan Peraturan
Pemerintahan dan Peraturan Daerah yang telah ditetapkan No.12 Tahun 2003
tentang Pajak Daerah Kota Medan. Dalam pelaksanaan Pajak Penerangan Jalan
(PPJ) tersebut Pemerintah Daerah tentunya mendapat
permasalahan-permasalahan. Oleh karena itu, petugas yang berwenang dalam pelaksanaan Pajak
Penerangan Jalan (PPJ) ini harusb meningkatkan kinerjanya, sehingga dapat
Dengan demikian atas dasar uraian tersebut maka pelaksanaan PKLM,
yang merupakan kegiatan intrakulikuler yang dilakukan mahasiswa secara
mandiri dimaksudkan untuk memberikan penglaman praktis da berhubungan
secara langsung dengan teori keahlian tentang Administrasi Perpajakan sebagai
laporan tugas akhir. Maka penulis tertari untuk mengambil judul : “ Sistem
Pengelolaan Pajak Penerangan Jalan Pada Dinas Pendapatan Kota Medan”. Dimana Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) merupakan suatu kegiatan yang
wajib dilaksanakan oleh setiap mahasiswa dalam rangka menyelesaikan
pendidikannya pada Program Diploma-3 Administrasi Perpajakan, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.
B. TUJUAN DAN MANFAAT PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)
Kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini memiliki beberapa
tujuan dan manfaat baik untuk mahasiswa itu sendiri, pihak universitas atau pihak
instansi pemerintah yang dalam hal ini DISPENDA dijadikan sebagai objek dalam
pelaksanaan Kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).
1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) mempunyai tujuan,
yaitu :
a. Untuk mengetahui sistem pengelolaan pajak penerangan jalan (PPJ) dalam
b. Untuk mengetahui fakto-faktor atau penghambat yang dialami dinas
Pendapatan daerah kota medan dalam mengelolah pajak Penerangan jalan
(PPJ) di Kota Medan.
c. Untuk Mengetahui upaya-upaya yang ditempuh oleh pemerintah dalam
mengatasi kendala-kendala yang terjadi dalam mengelolah pajak Penerangan
jalan (PPJ).
2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) a. Bagi Mahasiswa
1) Dapat mempraktekkan teoti yang telah diperoleh dari bangku kuliah ke
dalam permasalahan kehidupan nyata.
2) Mempelajari bentuk kerja tim dan nkerja sama, serta menambah
kemampuan berhubungan dengan orang lain.
3) Mengetahui cara langsung praktek kerja yang sesungguhnya dan
penanganan masalah yang dihadapi.
4) Memahami Pengelolaan Pajak Penerangan Jalan (PPJ) di DISPENDA
kota Medan.
5) Memahami cara Dinas Pendapatan Daerah kota Medan dalam
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah khususnya Pajak Penerangan
Jalan (PPJ).
b. Bagi Dinas Pendapatan Daerah
1) Membina Kerjasama antara lembaga pendidikan dengan instansi
2) Sebagai sarana dlam Pengadaan pegawai atau sumber-sumber
kemampuan dalam menciptakan ide baru untuk masa yg akan datang.
3) Dapat mempromosikan Image instansi serta mendorong Loyalotas
instansi.
4) Sebagai sarana untuk dapat melakukan kerjasama dan diskusi antara
pihak instansi/perusahaan dengan Mahasiswa yang melakukan PKLM.
c. Bagi Universitas Sumatera Utara
1) Meningkatkan hubungan kerjasama dengan Kantor Dinas Pendapatan
Kota Medan.
2) Mendapatkan masukan dan saran untuk perbaikan dan penyempurnaan
kurikulum yang berlaku di Program Studi Diploma III Administrasi
Perpajakan.
3) Mempromosikan sumber daya manusia di Universitas Sumatera Utara
khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.
4) Sebagai uji nyata dari ilmu yang telah dipelajari, sehingga
meningkatkan kualitas
lulusannya.
C. URAIAN TEORITIS 1. Pengertian Pajak
Sebelum membahas mengenai gambaran data pajak Penerangan jalan,
Defenisi atau pengertian pajak menurut Prof.Dr.Rachmat Soemitro,SH : Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang
langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pebgeluaran
umum.
Menurut Undang-undang no 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah
adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepala daerah
tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai
penyelanggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.
Pajak Penerangan Jalan adalah pajak yang dipungut atas penggunaan
tenaga listrik dan ketentuan bahwa diwilayah daerah tersebut tersedia penerangan
jalan yang rekeningnya oleh pemerintahan daerah.
Penerangan Jalan adalah penggunaan tenaga listrik untuk menerangi jalan
umum yang rekeningnya dibayar oleh pemerintah daerah.
Penggunaan Tenaga Listrik adalah setiap orang pribadi atau badan yang
menggunakan tenaga listrik dari PLN maupun bukan PLN.
Penggunaan Tenaga Listrik PLN yang selanjutnya disebut pelanggan
PLN adalah setiap orang pribadi atau badan yang menggunakan tenaga listrik dari
PLN bukan PLN adalah tenaga listrik yang dihasilkan dari/ pleh pembangkit
tenaga listrik bukan PLN yang dimiliki dan atau dikelola oleh orang pribadi atau
Perseroan Terbatas Perusahaan Listrik Negara (Persero), yang disingkat
PLN adalah PLN Unti Bahasa Distribusi, PLN Wilayah, PLN Cabang dan PLN
Unit Pelayanan termasuk anak perusahaan PLN yang menjual tenaga listrik
kepada masyarakat.
Pelanggan adalah setiap Orang Pribadi atau Badan Usaha yang
menggunakan tenaga listrik dari PLN.
1. Objek dan Subjek Pajak Penerangan Jalan
Objek Pajak Penerangan Jalan adalah Penggunaan tenaga listrik, di
wilayah daerah yang tersedia penerangan jalan yang rekeningnya dibayar oleh
Pemerintah daerah.
Dikecualikan dari objek pajak Penerangan Jalan adalah :
A. Penggunaan tenaga listrik oleh instansi pemerintah pusat dan
pemerintaha daerah.
B. Penggunaan tenaga Listrik pada tempat-tempat yang digunakan
oleh kedutaan, konsultan, perwakilan asing dan lembaga-lembaga
internasional dan azas timbal balik sebagaimana berlaku untuk Pajak
Negara.
C. Penggunaan tenaga listrik yang khusus digunakan oleh badan sosial
untuk kegiatan yang bersifat social.
Subjek Pajak Penerangan Jalan adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan tanaga listrik.
2. Tata Cara Perhitungan Pajak Penerangan Jalan
TARIF PAJAK PENERANGAN JALAN x DASAR PENGENAAN PAJAK PENERANGAN JALAN
D. RUANG LINGKUP PRAKTIK KERJA LAPANGAN
Adapun yang menjadi ruang lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri
(PKLM) yaitu :
1. Data-data tentang peranan yang harus dilakukan Dinas Pendapatan Daerah
Kota Medan dalam mengelola Pajak Penerangan Jalan (PPJ).
2. Mekanisme yang harus dilakukan dalam pengelolaan Pajak Penerangan Jalan
(PPJ) di Kota Medan.
3. Mendapatkan data tentang penerimaan Pajak Penerangan Jalan Tahun 2009
dan prosedur pelaksanaan pemungutan Pajak Penerangan Jalan.
4. Tata cara pemenuhan kewajiban Pajak Penerangan Jalan.
5. Realisasi penerimaan Pajak Penerangan Jalan.
E. METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
Adapun metode yang dipergunakan dalam melaksanakan Praktik Kerja
Lapangan Mandiri ini, yaitu :
1. Tahap Persiapan
Yaitu kegiatan yang harus dilakukan oleh mahasiswa sebelum melakukan
PKLM ke objek lokasi PKLM yang meliputi kegiatan Seperti : pemilihan
2. Studi Literatur (Kepustakaan)
Yaitu, kegiatan studi mencari data dan informasi dengan membaca landasan
teori, menelaah buku-buku literatur, peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan, majalah, surat kabar, internet, catatan-catatan, maupun bahasa
tertulis yang ada hubungan nya dengan laporan PKLM.
3. Studi Observasi Lapangan
Yaitu, kegiatan studi mencari data dan informasi dengan mengikuti PKLM di
Dinas pendapatan Daerah Kota medan, serta mempelajari laporan-laporan
yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas.
4. Pengumpulan Data
Dalm hal ini mahasiswa mengumpulkan data melalui tiga cara yaitu data
sekunder, data dokumentasi serta data pertanyaan.
5. Analisa Data dan Evaluasi
Yaitu, Kegiatan studi yang dilakukan dengan cara menganalisa permasalahan
dan kendala yang dihadapi serta mencari tahu atau menanyakan solusi yang
terbaik untuk memecahkan masalah tersebut.
F. METODE PENGUMPULAN DATA
Dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini penulis
melakukan pengumpulan data dengan cara :
Yaitu, kegiatan pengumpulan dan mencari data dengan melakukan wawancara
dan mengajukan pertanyaan kepada pegawai instansi yang berkompeten dan
menambah objektif dengan kebutuhan untuk melengkapi laporan PKLM.
2. Daftar Observasi (Pengamatan)
Yaitu, kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan cara langsung
maupun tidak langsung terjun ke lapangan untuk melakukan peninjauan
dengan mengamati, mendengar dan bila perlu membantu mengerjakan tugas
yang diberikan oleh pihak Instansi dengan memberikan petunjuk atau arahan
terlebih dahulu dengan berpedoman depada pekerjaan yang menjadi rahasia
dan memiliki resiko yang tinggi.
3. Dokumentasi
Kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan membuat dokumentasi
yang diperoleh dari instansi.
G. SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN PRAKTIK KERJA
LAPANGAN MANDIRI (PKLM)
Adapun yang menjadi maksud membuat sistematika penulisan laporan
PKLM adalah untuk mempermudah pemahaman dan penulisan laporan PKLM.
Sistematika Penulisan laporan PKLLM dibuat dalalm 5 (lima) Bab dan dengan
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan Mengenai Latar belakan masalah
PKLM, Pembahasan dan penjelasan, tujuan penulisan serta
bentuk sitematika Penulisan laporan PKLM.
BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM
Bab ini diuraikan metode pengumpulan data serta gambaran
petugas pegawai Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan
khususnya Sub Dinas Penagihan.
BAB III : GAMBARAN DATA PAJAK PENERANGAN JALAN Dalam bab ini diuraikan mengenai peranan DISPENDA dalam
Mengelola Pajak Penerangan Jalan, Ruang Lingkup
Pengelolaannya serta prosedur atau mekanisme yang diterapkan
oleh DISPENDA dalam mengelola Pajak Penerangan Jalan di
Kota Medan.
BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI
Dalam bab ini diuraikan mengenai penganalisaan masalah yang timbul dan alternatif pemecahan masalah juga evaluasi terhadap
alternatif pemecahan masalah.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan mengenai masalah yang timbul dari
teori pelaksanaan PKLM pada saat melaksanakan PKLM dan
juga kesimpulan bab-bab terdahulu seta saran-saran terhadap
BAB II
GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN DAERAH
KOTA MEDAN
A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan
Dinas Pendapatan Kota Medan dahulu hanya satu unit kerja yang kecil
yaitu Sub-Bagian Peneriman pada bagian keuangan dengan tugas pokoknya
mengelola bidang penerimaan / Pendapatan Daerah. Mengingat pada saat itu
potensi Pajak maupun Retribusi Daerah di Kota Medan belum begitu banyak,
maka dalam Sub–Bagian Penerimaan tidak terdapat Seksi atau Urusan.
Dengan peningkatan perkembangan pembangunan dan laju pertumbuhan
penduduk serta potensi Pajak / Retribusi Daerah Kota Medan, maka melalui
Peraturan Daerah Kota Medan, Sub–Bagian tersebut diatas ditingkatkan menjadi
Bagian dengan nama Bagian IX yang tugas pokoknya mengelola Penerimaan dan
Pendapatan Daerah. Bagian IX tersebut terdiri dari beberapa seksi dengan pola
pendekatan secara sektoral pungutan Daerah.
Pada tahun 1978 berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor :
KUPD-7, tahun 1978, tentang Penyeragaman Struktur Organisasi Dinas
Pendapatan Daerah Propinsi dan Kabupaten / Kotamadya di seluruh Indonesia,
maka Pemerintah Kota Medan menetapakan Peraturan Daerah Kota Nomor 12
Tahun 1978 tentang Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kotamadya
Organisai Dinas Pendapatan Daerah yang baru ini dipimpin oleh seorang Kepala
Dinas yang terdiri dari 1 (satu). Bagian Tata Usaha, dengan 3 (tiga) Urusan dan 4
(empat) Seksi dengan masing - masing seksi terdiri dari 3 (tiga) subseksi.
Seiring dengan meningkatnya pembangunan dan pertumbuhan Wajib
Pajak / Retribusi Daerah, Struktur Organisasi Dinas Pendapatan selama ini
dibentuk dengan membagi pekerjaan berdasarkan sektor jenis pungutan maka pola
tersebut perlu dirubah secara fungsional.
Dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor : 973-442, tahun 1988,
tanggal 26 Mei 1988 tentang Sistem dan Prosedur Perpajakan / Retribusi Daerah
dan Pendapatan Daerah lainnya serta Pajak Bumi dan Bangunan di 99 Kabupaten
/ Kota dan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor : 061/1861/PUOD, tanggal
02 Mei 1988 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah
Provinsi / Kabupaten / Kotamadya, maka Pemerintah Kota Medan merubah
Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 12 Tahun 1978 tentang Struktur Organisasi
Dinas Pendapatan Daerah Kotamadya Medan menjadi Peraturan Daerah Kota
Medan Nomor : 16 Tahun 1990 tentang susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas
Pendapatan Kotamadya Daerah TK. II Medan.
Dalam perkembangan selanjutnya dengan Keputusan Menteri Dalam
Negeri dan Otonomi Daerah Nomor : 50 Tahun 2000, tentang Pedoman Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten / Kota, maka Pemerintah
Kota Medan membentuk Organisasi dan Tata Kerja Dinas.
Dinas Daerah dilingkungan Pemerintah Kota Medan sebagaimana diatur dan
Peraturan Daerah Kotamadya Daerah TK. II Medan Nomor : 16 Tahun 1990
dinyatakan tidak berlaku dan diganti dengan SK Walikota Medan Nomor : 25
Tahun 2002 tentang Susunan Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.
Sebagai unsur pelaksana Pemerintah Kota Medan dalam bidang Pungutan
Pajak, Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerlah lainnya Dinas Pendapatan
Daerah dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dan bertanggung jawab
kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah, yang terdiri dari 1 (satu) Bagian
Tata Usaha dengan 4 (empat) Sub Bagian dan 5 (lima) Sub Dinas dengan
masing-masing 4 (empat) Seksi serta Kelompok Jabatan Fungsional.
Adapun yang memimpin Dinas Pendapatan sejak dari Bagian IX / Pendapatan
sampai dengan saat ini adalah:
1. Aminuddin Yusuf
2. Achmad Purba
3. Drs. Mahludin Lubis
4. Drs. H. Bahauddin Nasution
5. Drs. H. Amansyah Nasution
6. Drs. H. A. Daim Siregar
7. Drs. H. Azwar S.Msi
8. Drs. H. Basyrul Kamali, MM
9. Drs. H. Ramli, MM
10. Drs. H. Dzulmi Eldin S.Msi.
11. Lahum SH. MM
13. Drs. H. Syahrul Harahap. MAP
B. Struktur Organisasi Dinas Pendapataan Daerah Kota Medan
Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan terdiri dari :
a. Dinas;
b. Sekretariat, membawahkan :
1. Sub Bagian Umum;
2. Sub Bagian Keuangan;
3. Sub Bagian Penyusunan Program;
c. Bidang Pendataan dan Penetapan, membawahkan:
1. Seksi Pendataan dan Pendaftaran;
2. Seksi Pemeriksaan;
3. Seksi Penetapan;
4. Seksi Pengelohan Data dan informasi;
d. Bidang Penagihan, membawahkan:
1. Seksi Pembukuan dan Verifikasi;
2. Seksi Penagihan dan Perhitungan;
3. Seksi Pertimbangan dan Restitusi;
e. Bidang Bagi Hasil Pendapatan, membawahkan:
1. Seksi Bagi Hasil Pajak;
2.Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak;
4.Seksi Peraturan Perundang-Undangan dan Pengkajian Pendapatan.
f. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah, membawahkan:
1. Seksi Pengembangan Pajak;
2. Seksi Pengembangan Retribusi;
3. Seksi Pengembangan Pendapatan Lain – Lain.
g. Unit Pelaksana Teknis (UPT).
h. Kelompok Jabatan Fungsional.
C. Uraian Tugas dan Fungsi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan
Sesuai dengan Keputusan Walikota Medan Nomor 1 Tahun 2010 tentang
tugas pokok fungsi Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kota Medan, dalam
keputusan ini yang dimaksud dengan :
a. Dinas
Dinas merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah, yang dipimpin oleh
Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada
Walikota melalui Sekretaris Daerah.
Dinas mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian urusan pemerintah
daerah di bidang pendapatan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas
pembantuan.
Dinas mempunyai fungsi:
b. Penyelenggaraan urusan pemerintah dan pelayanan umum di bidang
pendapatan;
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pendapatan; dan
d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
b. Sekretariat
Sekretariat dipimpin oleh Sekretaris, yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Kepala Dinas.
Sekretariat mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas
lingkup kesekretariatan meliputi pengelolaan administrasi umum, keuangan
dan penyusunan program.
Sekretariat mempunyai fungsi:
a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan kesekretariatan;
b. Pengkoordinasian penyusunan perencanaan program Dinas;
c. Pelaksanaan dan penyelenggaraan pelayanan administrasi kesekretariatan
Dinas yang meliputi administrasi umum, kepegawaian, keuangan, dan
kerumahtanggan Dinas;
d. Pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pengembangan
organisasi, dan ketatalaksanaan;
f. Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan dan pengendalian;
g. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan kesekretariatan;
h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
1. Sub Bagian Umum
Sub Bagian Umum dipimpin oleh Kepala Sub Bagian, yang berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Sekretaris.
Sub Bagian Umum mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas
Sekretariat lingkup administrasi umum.
Sub Bagian Umum mempunyai fungsi:
a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Sub Bagian Umum;
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis pengelolaan administrasi umum;
c. Pengelolaan administrasi umum yang meliputi pengelolaan tata naskah
dinas, penataan kearsipan, perlengkapan, dan penyelenggaraan
kerumahtanggaan Dinas;
d. Pengelolaan administrasi kepegawaian;
e. Penyiapan bahan pembinaan dan pengembangan kelembagaan,
ketatalaksanaan, dan kepegawaian;
g. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretariat sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
2. Sub Bagian Keuangan
Sub Bagian Keuangan dipimpin oleh Kepala Sub Bagian, yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris.
Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas
Sekretariat lingkup pengelolaan administrasi keuangan.
Sub Bagian Keuangan mempunyai fungsi:
a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Sub Bagian Keuangan;
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis pengelolaan administrasi keuangan;
c. Pelaksanaan pengelolaan administrasi keuangan meliputi kegiatan
penyusunan rencana, penyusunan bahan, pemrosesan, pengusulan dan
verfikasi.
d. Penyiapan bahan / pelaksanaan koordinasi pengelolaan administrasi
keuangan;
e. Penyusunan laporan keuangan Dinas;
f. Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian;
h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
3. Sub Bagian Penyusunan Program
Sub Bagian Penyusunan Program dipimpin oleh Kepala Sub Bagian, yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris.
Sub Bagian Penyusunan Program mempunyai tugas pokok melaksanakan
sebagian tugas Sekretariat lingkup penyusunan program dan kelaporan.
Sub Bagian Penyusunan Program mempunyai fungsi:
a. Penyusunan renacana, program, dan kegiatan Sub Bagian Penyusunan
Program;
b. Pengumpulan bahan petunjuk teknis lingkup penyusunan rencana dan
program Dinas;
c. Penyiapan bahan penyusunan rencana dan program Dinas;
d. Penyiapan bahan pembinaan pengawasan, dan pengendalian;
e. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
c. Bidang Pendataan dan Penetapan
Bidang Pendataan dan Penetapan dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada
Bidang Pendataan dan Penetapan mempunyai tugas pokok melaksanakan
sebagian tugas Dinas pendataan. Pendaftaran, pemeriksaan penetapan, dan
pengolahan data dan informasi.
Bidang Pendataan dan Penetapan mempunyai fungsi:
a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Pendataan dan
Penetapan;
b. Penyusunan petunjuk teknis lingkup pendataan, pendaftaran, pemeriksaan
penetapan, dan pengolahan data dan informasi;
c. Melaksanakan pendaftaran dan pendataan seluruh wajib pajak, wajib
retribusi dan pendapatan daerah lainnya;
d. Pelaksanaan pengolahan dan informasi baik dari Surat Pemberitahuan
Pajak Daerah (SPTPD), Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah (SPTRD),
hasil pemeriksaan dan informasi dari instansi terkait;
e. Pelaksanaan proses penetapan pajak daerah, retribusi daerah dan
pendapatan daerah lainnya;
f. Perencanaan dan penatausahaan hasil pemeriksaan terhadap Wajib Pajak
dan Wajib Retribusi;
g. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang
h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
1. Seksi Pendataan dan Pendaftaran
Seksi Pendataan dan Pendaftaran dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pendataan dan
Penetapan.
Seksi Pendataan dan Pendaftaran mempunyai tugas pokok melaksanakan
sebagian tugas Bidang Pendataan dan Penetapan lingkup pendataan dan
pendaftaran.
Seksi Pendataan dan Pendaftaran mempunyai fungsi:
a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pendataan dan
Pendaftaran;
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pendataan dan pendaftaran;
c. Pelaksanaan pendataan objek pajak daerah / retribusi daerah dan
pendapatan daerah lainnya melalui informasi Surat Pemberitahuan Pajak
Daerah (SPTPD) dan Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah (SPTRD);
d. Pelaksanaan pendaftaran wajib pajak / retribusi daerah melalui formulir
pendaftaran;
e. Penyimpanan, pendistribusian, pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak
Daerah / Wajib Retribusi Daerah serta penyimpanan surat perpajakan
f. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
2. Seksi Pemeriksaan
Seksi Pemeriksaan dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pendataan dan Penetapan.
Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas
Bidang Pendataan dan Penetapan.
Seksi Pemeriksaan mempunyai fungsi:
a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pemeriksaan;
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pemeriksaan;
c. Penerimaan laporan hasil pemeriksaan dan unit pemeriksa / tim pemeriksa.
d. Penatausahaan hasil pemeriksaan lapangan atas objek dan subjek pajak;
e. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksaan tugas;
f. Pelaksanaa tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
3. Seksi Penetapan
Seksi Penetapan dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan
Seksi Penetapan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas
Bidang Pendataan dan Penetapan lingkup penetapan pokok pajak daerah /
pokok retribusi daerah.
Seksi Penetapan mempunyai fungsi:
a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Penetapan;
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup penetapan;
c. Penyiapan bahan dan data perhitungan penetapan pokok pajak daerah /
pokok retribusi daerah;
d. Penyiapan penerbitan, pendistribusian, serta penyimpanan arsip surat
perpajakan daerah / retribusi daerah yang berkaitan dengan penetapan;
e. Pelaksanaan perhitungan jumlah angsuran pembayaran / penyetoran atas
permohonan wajib pajak
f. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Seksi Pengolahan Data dan Informasi dipimpin oleh Kepala Seksi, yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pendapatan
Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas pokok melaksanakan
sebagian tugas Bidang Pendataan dan Penetapan lingkup data dan informasi.
Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai fungsi:
a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Data dan Informasi;
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pendataan dan informasi;
c. Pengumpula dan pengolahan data objek pajak daerah / retribusi daerah;
d. Penuangan hasil pengolahan data dan informasi ke dalam kartu data;
e. Pengiriman kartu data kepada Seksi Penetapan;
f. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
d. Bidang Penagihan
Bidang Penagihan dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
Bidang Penagihan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas
Dinas lingkup pembukuan, verifikasi, penagihan, perhitungan, pertimbangan,
dan restitusi.
Bidang Penagihan mempunyai fungsi:
b. Penyusunan petunjuk teknis lingkup pembukuan, verifikasi, penagihan,
perhitungan, pertimbangan dan restitusi;
c. Pelaksanaan pembukuan dan verifikasi atas pajak daerah, retribusi daerah
dan pendapatan daerah lainnya;
d. Pelaksanaan perhitungan restitusi dan atau pemindahbukuan atas pajak
daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya;
e. Pelaksanaan perhitungan restitusi dan atau pemindahbukuan atas pajak
daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya;
f. Pelaksanaan telaahan dan saran pertimbangan terhadap keberatan wajib
pajak atas permohonan wajib pajak;
g. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang
penagihan;
h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
1. Seksi Pembukuan dan Verifikasi
Seksi pembukuan dan Verifikasi dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Penagihan.
Seksi Pembukuan dan Verfikasi mempunyai tugas pokok melaksanakan
sebagian tugas Bidang Penagihan lingkup pembukuan dan verifikasi.
a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pembukuan dan
Verifikasi;
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pembukuan dan verifikasi;
c. Pelaksanaan pembukuan dan verifikasi tentang penetapan dan penerimaan
pajak daerah retribusi dan pendapatan daerah lainnya;
d. Pelaksanaan pembukuan dan verifikasi penerimaan dan pengeluaran benda
berharga serta pencatatan uang dari hasil pungutan benda berharga ke
dalam kartu persediaan benda berharga;
e. Penyiapan bahan dan data laporan tentang realisasi penerimaan dan
tunggakan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya;
f. Penyiapan bahan dan data laporan tentang realisisasi penerimaan,
pengeluaran, pengeluaran dan sisa persediaan benda berharga secara
berkala;
g. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
2. Seksi Penagihan dan Perhitungan
Seksi Penagihan dan Perhitungan dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di
Seksi Penagihan dan Perhitungan mempunyai tugas pokok melaksanakan
sebagian tugas Bidang Penagihan lingkup penagihan dan perhitungan.
Seksi Penagihan dan Perhitungan mempunyai fungsi:
a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Penagihan dan
Perhitungan;
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup penagihan dan perhitungan;
c. Penyiapan bahan dan data pelaksanaan penagihan atas tunggakan pajak
daerah, retribusi daerah dan pandapatan daerlah lainnya;
d. Penyiapan bahan dan data penerbitan dan pendistribusian dan
penyimpanan arsip surat perpajakan daerah / retribusi daerah yang
berkaitan dengan penagihan;
e. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
3. Seksi Pertimbangan dan Restitusi
Seksi Pertimbangan dan Restitusi dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada kepala Bidang Penagihan.
Seksi pertimbangan dan Restitusi mempunyai tugas pokok melaksanakan
sebagian tugas Bidang Penagihan lingkup pertimbangan dan restitusi.
a. Penyiapan rencana, program dan kegiatan Seksi Pertimbangan dan
Restitusi;
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pertimbangan dan restitusi;
c. Penerimaan permohonan restitusi dan pemindahbukuan dari wajib pajak;
d. Penelitian kelebihan pembayaran pajak daerah / retribusi daerah yang
dapat diberikan restitusi dan atau pemindahbukuan;
e. Penyiapan surat keputusan kepala dinas tentang pemberian restitusi dan
atau pemindahbukuan;
f. Penerimaan surat keberatan dari wajib pajak / retribusi;
g. Penelitian keberatan wajib pajak / wajib retribusi;
h. Pembuatan pertimbangan atas surat keberatan wajib pajak / wajib retribusi;
i. Penyiapan bahan dan data penerbitan surat keputusan kepala dinas tentang
persutujuan atau penolakan atas keberatan;
j. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
k. Pelaksanaan tugas lain yangf diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
e. Bidang Bagi Hasil Pendapatan
Bidang Bagi Hasil Pendapatan dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada di
Bidang Bagi Hasil Pendapatan mempunyai tugas pokok melaksanakan tugas
Dinas lingkup bagi hasil pajak dan bukan pajak, penatausahaan bagi hasil dan
perundang-undangan dan mengkaji pendapatan.
Bidang Bagi Hasil Pendapatan mempunyai fungsi:
a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Bagi Hasil
Pendapatan.
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup bagi hasil pajak dan bukan
pajak, penatausahaan bagi hasil dan perundang-undangan dan pengkajian
pendapatan;
c. Pelaksanaan penatausahaan bagi hasil pendapatan pajak dan bukan pajak,
DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan yang syah;
d. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi pemberi bagi hasil pajak dan
bukan pajak, DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan yang syah;
e. Pelaksanaan perhitungan penerimaan dari dana bagi hasil pajak / bukan
pajak provinsi dan dana bagi hasil pajak / bukan pajak pusat, DAU, DAK,
dan lain-lain pendapatan yang syah;
f. Pelaksanaan pengkajian pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan
pengkajian hasil pendapatan daerah di bidang dana perimbangan, dan
g. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang bagi
hasil pendapatan;
h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
1. Seksi Bagi Hasil Pajak
Seksi Bagi Hasil Pajak dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Bagi Hasil Pendapatan.
Seksi Bagi Hasil Pajak mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas
Bidang Bagi Hasil Pendapatan lingkup bagi hasil pajak.
Seksi Bagi Hasil Pajak mempunyai fungsi:
a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Bagi Hasil Pajak;
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup bagi hasil pajak;
c. Penerimaan dan pendistribusian Surat Pemberitahuan Pajak Terutang
(SPPT) dan Daftar Himpunan Pokok Pajak (DHPP) / Daftar Himpunan
Ketetapan Pajak (DHKP), Pajak Bumi dan Bangunan;
d. Pelaksanaan penagihan Pajak Bumi dan Bangunan;
e. Pelaksanaan perhitungan penerimaan bagi hasil pajak lainnya, membantu
menyampaikan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) Pajak Bumi dan
Bangunan kepada wajib pajak, penerimaan kembali hasil pengisian SPOP
f. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
2. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak
Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Bagi Hasil Pendapatan.
Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak mempunyai tugas pokok melaksanakan
sebagian tugas Bidang Bagi Hasil Pendapatan lingkup bagi hasil bukan pajak.
Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak mempunyai fungsi:
a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak;
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup bagi hasil bukan pajak;
c. Pelaksanaan perhitungan dan penerimaan dana bagi hasil pajak provinsi,
dana bagi hasil bukan pajak pusat, DAU, DAK, dan lain-lain pelaporan
yang syah;\
d. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
3. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil
Seksi Penatausahaan Bagi Hasil dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Bagi Hasil Pendapatan.
Seksi Penatausahaan Bagi Hasil mempunyai tugas pokok melaksanakan
sebagian tugas Bidang Bagi Hasil Pendapatan lingkup penatausahaan bagi
hasil.
Seksi Penatausahaan Bagi Hasil mempunyai fungsi:
a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Penatausahaan Bagi
Hasil;
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup penatausahaan bagi hasil;
c. Pelaksanaan penatausahaan surat-surat ketetapan Pajak Bumi dan
Bangunan;
d. Pelaksanaan penatausahaan bagi hasil pajak dan bukan pajak, DAU, DAK,
dan lain-lain pendapatan yang syah;
e. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
4. Seksi Peraturan Perundang-Undangan dan Pengkajian Pendapatan
Seksi Peraturan Perundang-Undangan dan Pengkajian Pendapatan dipimpin
Oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Kepala Bidang Bagi Hasil Pendapatan.
Seksi Peraturan Perundang-Undangan dan Pengkajian Pendapatan yang
mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Bagi Hasil
Pendapatan lingkup peraturan perundang-undangan dan kajian pendapatan.
Seksi Peraturan Perundang-Undangan dan Pengakajian Pendapatan
mempunyai fungsi:
a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Peraturan
Perundang-Undangan;
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup peraturan perundang-undangan
dan pengkajian pendapatan;
c. Penyiapan bahan data pelaksanaan koordinasi dengan unit terkait tentang
pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan pengkajian atas
penerimaan pendapatan dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang
syah;
d. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi pelaksanaan peraturan
perundang-undangan di bidang dana permbangan;
e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
f. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah
Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah dipimpin oleh Kepala Bidang,
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup pengembangan pajak, retribusi,
dan pendapatan lain-lain.
Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah mempunyai fungsi:
a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Pengembangan
Pendapatan Daerah;
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan pajak, retribusi
dan pendapatan lain-lain;
c. Pelaksanaan pengkajian potensi pajak daerah, retribusi daerah dan
pendapatan lainnya;
d. Penghitungan potensi pajak dan retribusi daerah;
e. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang
pengembangan pendapatan daerah;
f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
2. Seksi Pengembangan Pajak
Seksi Pengembangan Pajak dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Pengembangan Pendapatan
Daerah.
Seksi Pengembangan Pajak mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian
tugas Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah lingkup pengembangan
pajak.
Seksi Pengembangan Pajak mempunyai fungsi:
a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pengembangan Pajak;
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan pajak;
c. Penyiapan bahan dan data penyusunan rencana potensi pendapatan daerah
di bidang pajak daerah;
d. Penyiapan bahan dan data pengkajian pengembangan potensi pajak
daerah;
e. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
3. Seksi Pengembangan Retribusi
Seksi Pengembangan Retribusi dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pengembangan
Pendapatan Daerah.
Seksi Pengembangan Retribusi mempunyai tugas pokok melaksanakan
sebagian tugas Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah lingkup
pengembangan retribusi.
Seksi Pengembangan Retribusi mempunyai fungsi:
a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pengembangan Retribusi;
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan retribusi;
c. Penyiapan bahan dan data penyusunan rencana potensi pendapatan daerah
di bidang retribusi daerah;
d. Penyiapan bahan dan data pengkajian pengembangan potensi retribusi
daerah;
e. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
tugas dan fungsi nya.
Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-Lain dipimpin oleh Kepala Seksi, yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang
Pengembangan Pendapatan Daerah.
Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-Lain mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian tugas Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah
lingkup pengembangan pendapatan lain-lain.
Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-Lain mempunyai fungsi:
a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pengembangan
Pendapatan Lain-Lain;
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan pendapatan
lain-lain;
c. Penyiapan bahan dan data penyusunan rencana potensi pendapatan daerah
di bidang pendapatan lain-lain;
d. Penyiapan bahan dan data pengkajian pengembangan potensi pendapatan
lain-lain;
e. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
g. Unit Pelaksana Teknis
Pembentukan, nomenklatur, tugas pokok dan fungsi Unit Pelaksana Teknis
ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.
h. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas
Dinas sesuai dengan keahlian dan kebutuhan.
1. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga fungsional yang
diatur dan ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
2. Setiap Kelompok Jabatan Fungsional dipimpin oleh Tenaga Fungsional
Senior yang ditunjuk.
3. Jumlah tenaga fungsional ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban
kerja.
4. Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
D. Tata Kerja
1. Dalam melaksanakan tugas setiap pimpinan unit organisasi dan kelompok
tenaga fungsional wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan
sinkronisasi baik dalam lingkungan masing-masing maupun antar satuan
organisasi di lingkungan pemerintah daerah serta dengan instansi lain di luar
2. Setiap pimpinan satuan organisasi wajib mengawasi bawahannya
masing-masing dan bila terjadi penyimpangan agar mengambil langkah-langkah yang
diperlukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
3. Setiap pimpinan satuan organisasi bertanggung jawab memimpin dan
mengkoordinasikan bawahan masing-masing dan memberikan bimbingan
serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahannya;
4. Setiap pimpinan satuan organisasi wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk
dan bertanggung jawab kepada atasan masing-masing dan menyiapkan
laporan berkala tepat pada waktunya;
5. Setiap laporan yang diterima oleh pimpinan satuan organisasi dari
bawahannya wajib diolah dan dipergunakan sebagai bahan untuk penyusunan
laporan lebih lanjut dan untuk memberikan petunjuk kepada bawahannya;
6. Dalam penyampaian laporan masing-masing kepada atasan, tembusan laporan
wajib disampaikan kepada satuan organisasi lain yang secara fungsional
mempunyai hubungan kerja;
7. Dalam melaksanakan tugas setiap pimpinan satuan organisasi dibawahnya dan
dalam rangka pemberian bimbingan kepada bawahan masing-masing, wajib
E. Gambaran Umum Pegawai / Karyawan di Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan
Tabel 2.1
Rekapitulasi Pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan Tahun 2011 No Bagian/ Bidang/ Bendahara/ UPT/ Security Jumlah
1 Kepala Dinas 1 orang
2 Sekretariat 62 orang
3 Bendahara Penerima / Pengeluaran 18 orang
4 Penyimpanan Barang Berharga 7 orang
5 Penyimpanan Barang & Pengurusan Barang 7 orang
6 Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah 14 orang
7 Bidang Penagihan 38 orang
8 Bidang Pendataan & Penetapan (DATAP) 69 orang
9 Bidang Bagi Hasil Pendapatan (BHP) 68 orang
10 Unit Pelaksana Teknis 15 orang
11 Pegawai Outsourcing 230 orang
12 Security 15 orang
13 Pegawai Honor 56 orang
Jumlah PNS / Pegawai Honor 551 orang
Pegawai Negeri Sipil : 264 Orang
TNI Yang Dikaryakan : 1 Orang
Pegawai Outsourcing : 230 Orang
Pegawai Honor : 56 Orang
Jumlah : 551 Orang
Tabel 2.2
Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan
Golongan Jumlah
a. Golongan IV/c 0 orang
b. Golongan IV/b 0 orang
c. Golongan IV/a 3 orang
d. Golongan III/d 38 orang
e. Golongan III/c 38 orang
f.Golongan III/b 64 orang
g. Golongan III/a 59 orang
h. Golongan II/d 9 orang
i. Golongan II/c 16 orang
j. Golongan II/b 3 orang
k. Golongan II/a 34 orang
BAB III
GAMBARAN DATA PAJAK PENERANGAN JALAN
A. Pengertian Pajak
Sebelum membahas mengenai gambaran data pajak penerangan jalan,
sebaiknya kita terlebih dahulu mengetahui tentang pengertian pajak.
Defenisi atau pengertian pajak menurut Prof. Dr. Rachmat Soemitro, SH
“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang (yang
dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (Kontraprestasi) yang
langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran
umum.
Menurut Undang-undang No. 28 tahun 2009 tentang pajak daerah adalah
iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepala daerah tanpa
imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai
penyelenggara pemerintah daerah dan pembangunan daerah.
B. Ketentuan Peraturan dan Perundang-undangan Tentang Pajak Penerangan Jalan
1. Undang-undang No. 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan retribusi
Daerah jo. Undang-undang No. 34 tahun 2000 tentang Perubahan atas
Undang-undang No. 18 tahun 1997.
3. Undang-undang No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah.
4. Peraturan Pemerintah No. 65 tahun 2001 tentang Pajak Daerah.
5. Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan No. 12 tahun 2003 tentang
Pajak Daerah Kota Medan.
6. Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 10 tahun 2002 tentang Pemungutan
Pajak Penerangan Jalan.
Ketentuan-ketentuan tersebut memuat hal-hal penting yang memberi
penjelasan tentang apa itu Pajak Penerangan Jalan dan PLN sebenarnya. Secara
garis besar akan diuraikan sebagai berikut :
1. Pajak Penerangan Jalan adalah pajak yang dipungut atas penggunaan tenaga
listrik dengan ketentuan bahwa di wilayah daerah tersebut tersedia penerangan
jalan yang rekeningnya oleh Pemerintahan Daerah.
2. Penerangan Jalan adalah penggunaan tenaga listrik untuk menerangi jalan
umum yang rekeningnya di bayar oleh Pemerintahan Daerah.
3. Penggunaan Tenaga Listrik adalah setiap orang pribadi atau badan yang
menggunakan tenaga listrik dari PLN maupun bukan PLN.
4. Penggunaan Tenaga Listrik PLN yang selanjutnya disebut pelanggan PLN
adalah setiap orang pribadi atau badan yang menggunakan tenaga listrik dari
PLN. Penggunaan Tenaga Listrik bukan PLN adalah tenaga listrik yang
dihasilkan dari / oleh pembangkit tenaga listrik bukan PLN yang dimiliki
dan atau dikelola oleh orang pribadi atau badan (Perda Kota Medan
5. Perseroan Terbatas Perusahaan Listrik Negara (Persero) yang disingkat PLN,
adalah PLN unit Bahasa Distribusi, PLN Wilayah, PLN Cabang, dan PLN
Unit Pelayanan termasuk anak perusahaan PLN yang menjual tenaga listrik
kepada masyarakat.
6. Pelanggan adalah setiap orang pribadi atau Badan Usaha yang menggunakan
tenaga listrik dari PLN (Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 10 : 2002).
C. Objek dan Subjek Pajak Penerangan Jalan
Objek pajak penerangan jalan adalah penggunaan tenaga listrik, di wilayah
daerah yang tersedia penerangan jalan yang rekeningnya dibayar oleh Pemerintah
Daerah.
Dikecualikan dari objek Pajak Penerangan Jalan adalah :
1. Penggunaan tenaga listrik oleh instansi Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah.
2. Penggunaan tenaga listrik pada tempat-tempat yang digunakan oleh kedutaan,
konsultan, perwakilan asing dan lembaga-lembaga internasional dengan azas
timbal balik sebagaimana berlaku untuk Pajak Negara.
3. Penggunaan tenaga listrik yang khusus digunakan oleh badan sosial untuk
kegiatan yang bersifat sosial.
Subjek pajak penerangan jalan adalah orang pribadi atau badan yang
menggunakan tenaga listrik.
Wajib pajak penerangan jalan adalah orang pribadi atau badan yang
D. Tata Cara Perhitungan Pajak Penerangan Jalan
Tabel 2 : Cara menghitung Besarnya Pajak Penerangan Jalan
Contoh :
Pemakaian listrik di suatu rumah :
• Pemakaian listrik dengan batas daya sambung = 900 VA (= 0,9 kVA)
termasuk golongan tarif R1 250 s/d 900 VA = 20.000 / kVA.
• Termasuk dalam biaya pemakaian Blok I : < 60 jam nyala = Rp. 275/KWh
• Termasuk dalam pemakaian Blok II : < 60 jam nyala = Rp. 445/KWh
• Termasuk pemakaian Blok III : < 60 jam nyala = Rp. 495 /KWh
Perhitungan :
• Biaya beban = 0,9 kVA x Rp. 20.000 / kVA = Rp. 18.000
• Biaya pemakaian :
Blok I/20 KWh x Rp. 275 = Rp. 5.500
Blok II/40 KWh x Rp. 445 = Rp. 17.800
Blok III/30 KWh x Rp. 495 = Rp. 14.850
• Sub jumlah = Rp. 55.150
• Pajak penerangan jalan umum (10%) = 10% x Rp. 55.510 = Rp. 5.515
• Jumlah tagihan rekening listrik = Rp. 60.665
Keterangan :
Untuk biaya beban kVA, dan biaya pemakaian listrik / KWh ditetapkan
sesuai dengan standard tarif yang dikenakan oleh PLN.
Pajak penerangan jalan sebesar Rp. 5.515 harus dilaporkan dan disetor ke
Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan (DISPENDA) oleh PLN dengan
melampirkan Laporan Hasil Realisasi dan Daftar Rekapitulasi Rekening Listrik.
E. Pendaftaran dan Penilaian Pajak Penerangan Jalan 1. Pendaftaran
Bentuk pendaftaran pajak penerangan jalan dilakukan bersamaan dengan
proses pemasangan lampu penerangan jalan tersebut. Dimana lampu penerangan
jalan yang dipasang terdiri dari beberapa sektor sesuai dengan penetapan wilayah
kecamatan masing-masing yang terdiri dari :
1. Sektor A
Terdiri dari kecamatan Medan Johor, Medan Selayang, Medan Baru, Medan
Polonia, Medan Tuntungan, Medan Petisah dan Medan Sunggal.
2. Sektor B
Terdiri dari kecamatan Medan Kota, Medan Maimun, Medan Amplas, Medan
Area, Medan Tembung, Medan Denai dan Medan Perjuangan.
3. Sektor C
Terdiri dari kecamatan Medan Belawan, Medan Labuhan, Medan Timur,
4. Sektor Lampu Taman / Air Sirkulasi
Meliputi pemasangan lampu pada taman dan gedung yang meliputi semua
kecamatan yang ada di Kota Medan.
Pemasangan lampu penerangan jalan tersebut dilakukan oleh konsumen
dari pihak perusahaan dengan pemasangan lampu penerangan jalan umum (LPJU)
maupun oleh pemerintah kota (Pemko) sendiri. Tahap-tahap yang dilakukan
adalah sebagai berikut :
a. Perusahaan
Perusahaan meminta atau memohon rekomendasi / izin kepada Dinas
Pertamanan Kota Medan untuk pemasang lampu penerangan jalan. Dalam
melakukan permintaan atau permohonan rekomendasi / izin dilampirkan KTP,
gambar situasi lapangan, jenis lampu yang dipasang, dan diketahui oleh kelurahan
setempat. Lalu akan diberikan jawaban oleh Dinas Pertamanan Kota Medan
melalui surat yang memuat syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh konsumen
yang melakukan permohonan. Syarat-syarat tersebut memuat hal-hal berikut ini :
1. Pemasangan harus sesuai standar PLN dan Dinas Pertamanan sebagai
pengawas pekerjaan.
2. Teknik pemasangan harus sesuai standar PLN dan harus dipedomani
“Pertunjukan Umum Instalasi Listrik (PUIL)”.
3. Pekerjaan harus dilaksanakan, dipertanggung jawabkan oleh instalator yang
sah dan terdaftar di PT. PLN (persero) wilayah II Sumatera Utara Cabang
4. Pemasangan harus membentuk sudut 200 mengarah ke jalan umum dan
memakai sistem instalasi jaringan udara dengan kelengkapan box main panel,
MCB, switch kontektur dan team switch.
5. Setelah selesai pemasangan, konsumen harus melaporkan kembali ke Dinas
Pertamanan Kota Medan, menyerahkan bukti kuitansi pembayaran BP dan
UJL (Biaya Penyambungan dan Uang Jaminan Langganan) serta bukti telah
dipasang KWh Meter LPJUnya dari PLN untuk diinvestasikan.
6. Seluruh biaya material untuk pemasangan lampu / perawatan dan BP-UJL ke
PLN, berikut pemasangan KWh meternya adalah menjadi tanggung jawab
pihak konsumen.
7. Dengan adanya persetujuan teknis dari PLN, maka biaya pemakaian arus
listriknya setiap bulan adalah tanggung jawab Pemko Medan.
Lalu konsumen melakukan pelaporan ke PLN, apakah pemasangan yang
akan dilakukan memenuhi teknis atau tidak saat melakukan pelaporan tersebut,
konsumen harus membawa surat rekomendasi / izin yang diberikan oleh Dinas
Pertamanan Kota Medan. Waktu pelaporan paling lama 1 (satu) minggu. Jika
memenuhi teknis akan dilakukan pemasangan oleh Dinas Pertamanan Kota
Medan. Selanjutnya PLN akan melakukan pemasukan atau pemberian arus.
Pemasukan atau pemberian arus paling lama 3 (tiga) hari. Kemudian akan
dibebankan BP-UJLnya (biaya Penyambungan Uang Jaminan Langganan).
Selanjutnya data-data konsumen akan diserahkan oleh Dinas Pertamanan
ditemukan baik dalam proses pemasangan maupun setelahnya, konsumen
melakukan pelaporan ke PLN.
b. Pemerintahan Kota (Pemko) Medan
Proses pemasangan lampu penerangan jalan oleh Pemko tidak jauh beda
dengan konsumen dari perusahaan. Pihak Pemko juga melakukan pembuatan surat
permohonan rekomendasi / izin ke Dinas Pertamanan Kota Medan. Lalu
ditampung oleh pihak Dinas Pertamanan Kota Medan. Selanjutnya Dinas
Pertamanan Kota Medan melakukan survey di lapangan, tempat akan dilakukan
pemasangan lampu penerangan jalan. Jika memenuhi teknis dan jumlah yang
diminta sedikit, maka akan dilakukan pemasangan lampu penerangan jalan
tersebut. Tetapi bila jumlahnya besar maka perlu menunggu persetujuan turunnya
APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah) untuk pemasangan lampu
penerangan jalan tersebut.
Setelah disetujui akan diadakan persiapan pembuatan anggaran dan
gambaran perencanaan lampu penerangan jalan tersebut. Selanjutnya akan
dilaksanakan oleh pihak pelaksanaan dari Dinas Pertamanan Kota Medan.
Pemasangan penerangan jalan ini diminta oleh Pemko Medan tetap saja dikenakan
BP-UJL (biaya penyambungan – uang jaminan langganan).
2. Penilaian
Dasar pengenaan Pajak Penerangan Jalan adalah nilai jual tenaga listrik
a. Dalam hal tenaga listrik berasal dari PLN dan bukan PLN dengan
pembayaran, nilai jual tenaga listrik adalah jumlah tagihan biaya beban
ditambah dengan biaya pemakaian KWh yang ditetapkan dalam rekening
listrik.
b. Dalam hal tenaga listrik berasal dari bukan PLN dengan tidak dipungut
bayaran. Nilai jual tenaga listrik dihitung berdasarkan kapasitas tersedia,
penggunaan listrik atau taksiran penggunaan listrik, dan harga satuan listrik
yang berlaku di wilayah daerah yang bersangkutan.
Khusus untuk kegiatan industri, pertambangan minyak bumi dan gas alam,
nilai jual tenaga listrik sebagaimana yang dimaksud ditetapkan sebesar 30% (tiga
puluh persen) (PP RI No. 65 : 2001).
Tarif pajak ditetapkan dan diatur oleh peraturan pemerintah. Tarif pajak
penerangan jalan dikenakan atas nilai jual tenaga listrik yang terpakai. Besarnya
pokok penerangan jalan yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif
pajak dengan dasar pengenaan pajaknya. Tarif pajak penerangan jalan ditetapkan
sebagai berikut :
a. Penggunaan tenaga listrik yang berasal dari PLN, bukan untuk industri sebesar
10% (sepuluh persen).
b. Penggunaan tenaga listrik yang berasal dari PLN, untuk industri sebagai
berikut :
1. Untuk industri yang memakai tenaga listrik dengan batas daya 450 VA s/d
2. Untuk industri yang memakai tenaga listrik dengan batas daya 14 KVA s/d
24,999 KVA sebesar 4% (empat perseratus).
3. Untuk industri yang memakai tenaga listrik dengan batas daya
25.000 KVA ke atas sebesar 1,5% (satu koma lima perseratus).
c. Penggunaan tenaga listrik yang berasal dari bukan PLN, bukan untuk industri
sebesar 8% (delapan per seratus)
d. Penggunaan tenaga listrik yang berasal dari bukan PLN, untuk industri
ditetapkan sebagai berikut :
1. Untuk industri yang memakai tenaga listrik dengan batas daya 450 KVA
s.d 13,9 KVA sebesar 8% (delapan per seratus).
2. Untuk industri yang memakai tenaga listrik dengan batas daya 14 KVA s.d
24.999 KVA sebesar 4% (empat per seratus).
3. Untuk industri yang memakai tenaga listrik dengan batas daya
25.000 KVA ke atas sebesar 1,5% ( satu koma lima per seratus) (Perda
BAB IV
ANALISA DAN EVALUASI
A. Sistem Pengelolaan Pajak Penerangan Jalan di Dispenda
Sistem pengelolaan dapat diartikan sebagai “proses, cara, perbuatan,
mengelola, proses melakukan kegiatan tertentu dengan menggerakkan tenaga
orang lain, proses yang membantu merumuskan kebijaksanaan dan tujuan
organisasi, proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat
dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan sebagai perangkat unsur
yang secara teratur yang saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas,
susunan yang teratur dari pandangan, teori, asas, dan sebagainya.”
Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 34 Tahun 2000, tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan
mulai dari penghimpunan data objek dan subjek pajak atau retribusi, penentuan
besarnya pajak atau retribusi yang terutang sampai kegiatan penagihan pajak atau
wajib retribusi pajak atau retribusi kepada wajib pajak serta pengawasan
penyetorannya.
Pemungutan pajak merupakan perwujudan dari pengabdian dan peran serta
wajib pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban
perpajakan yang diperlukan untuk pembiayaan pemerintahan daerah dan
pembangunan daerah. Tanggung jawab atas kewajiban pelaksanaan pemungutan
pajak sebagai pencerminan kewajiban di bidang perpajakan berada pada anggota