• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2008"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

H

HHAAASSSIIILL LPPPEEENNNEEELLLIIITTTIIAIAANNN

PENGARUH INDEKS GLIKEMIK, KOMPOSISI, DAN CARA

PEMBERIAN PANGAN TERHADAP PROFIL LIPID PLASMA

Albiner Siagian1

1Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan

Jl. Universitas No. 21 Kampus USU Medan, Telepon (061) 8213221

ABSTRACT

This research was aimed to analyze the effects of glycemic index, composition, and frequency of serving of food on lipid profile of plasm after lunch. The study design was randomized controlled trial with high glycemic index food as control. The location of the research was in Medan, North Sumatra Province. Total subjects were 64 which consisted of 32 normal and 32 obese subjects, based on their body mass index. The number of male and female subjects were selected equally. Subject aged between 18 to 35 years. Test meals consisted of four types, i.e. high glycemic index food (GI:94), low glycemic index food (GI:52), medium glycemic index (high carbohydrate-low fat, GI:66), and medium glycemic index (low carbohydrate-high fat, GI:64) served at the morning. Reference food was white bread (GI:100). The study showed that there is no significant effect of low glycemic index food served at the morning on the lipid profile of plasm atfter lunch. There was no significant difference (p<0.05) between lipid profile of plasm between normal and obese subjects in response to lunch meals which were preceded by the same morning meals. It is suggested to elaborate the study with the longer period of time of treatment.

Keywords: Glycemic index, Breakfast meal, Lunch meal, Lipid profile

PENDAHULUAN

Indeks glikemik (IG) pangan telah meramaikan pendekatan ilmiah untuk pengaturan diet bagi penderita obesitas. Telah banyak bukti ilmiah yang mendukung peran IG tersebut. Namun, tidak sedikit juga hasil penelitian yang mendebatnya. Sampai saat ini, pendekatan indeks glikemik pada pengaturan diet masih kontroversial.

Kaitan antara IG pangan dengan obesitas juga masih kontroversial. Studi yang

dilakukan oleh Warren et al. (2003) pada

remaja yang menderita obesitas menunjukkan bahwa pangan IG-rendah dapat memiliki peran pada pengendalian berat badan (BB) dan penanganan obesitas.

Ball et al. (2003) juga menemukan

bahwa terjadi penurunan yang signifikan pada respon glukosa dan insulin pada remaja obes setelah mengonsumsi pangan IG-rendah

dibandingkan dengan setelah mengonsumsi pangan IG-tinggi.

Penelitian jangka menengah menunjukkan perbedaan potensi penurunan bobot badan antara pangan IG-tinggi dan

pangan IG-rendah. Slabber et al. (1994)

meneliti wanita penderita obesitas yang mengonsumsi dua jenis diet pembatasan energi, satu diet IG-tinggi dan satu lagi diet IG-rendah, selama 12 minggu pertama (desain paralel) dan diikuti oleh 12 minggu kedua (crossover design). Kedua jenis diet menghasilkan penurunan bobot badan dengan rata-rata 9,4 kg (IG-rendah) dan 7.4

kg (IG-rendah)walaupun tidak berbeda

secara bermaknapada 12 minggu pertama.

(2)

Berbagai cara modifikasi pangan telah diupayakan untuk menangani kelainan akibat kelebihan lipid (hiperlipidemia). Upaya tersebut antara lain adalah pengurangan asupan kalori untuk mendapatkan bobot badan ideal, pengurangan asupan lemak total dan kolesterol, dan peningkatan konsumsi protein nabati sebagai pengganti protein hewani. Modifikasi diet karbohidrat juga menjadi topik penelitian yang hangat (Jenkins et al. 1987).

Landasan dari pendekatan ini adalah hasil penelitian Albrink et al (1979) yang menayatakan bahwa sintesa lipid di hati (hepatic lipogenesis, terutama sinstesa trigliserida) dapat dikurangi dengan meminimalkan peningkatan glukosa dan insulin postprandial.

Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh IG, komposisi, dan cara pemberian pangan pagi hari terhadap profil lipid plasma pada subjek obes dan normal.

Manfaat Penelitian

ƒMenghasilkan informasi tambahan (bukti

ilmiah) berkaitan dengan modifikasi pangan pada pagi hari dan efeknya pada profil lipid plasma pada siang hari.

ƒMenghasilkan data dasar penting untuk

penatalaksanaan diet bagi penderita obesitas dan hipertrigliserida.

BAHAN DAN METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Medan Sumatera Utara. Analisis biokimia darah (hemoglobin, glukosa, trigliserida, dan kolesterol) dilakukan dengan bekerjasama dengan Laboratorium Klinik Gatot Subroto Medan. Sedangkan, analisa komposisi zat gizi pangan dilakukan di Laboratorium Kimia Makanan, Departemen Gizi Masyarakat IPB. Penjaringan subjek penelitian dan pengambilan data berlangsung pada bulan Mei-Oktober 2005.

Penyiapan Pangan Pangan Acuan

Pangan acuan yang digunakan adalah roti tawar (IG:100) yang mengandung 50 gram karbohidrat. Alasannya adalah karena

roti tawar lebih mencerminkan mekanisme fisiologis dan metabolik daripada glukosa murni (Miller et al. 1997).

Pangan Uji

Berdasarkan IG-nya, pangan uji dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu pangan yang memiliki IG rendah (IG<55) dan IG tinggi (IG>70). Sedangkan menurut komposisinya, pangan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu rendah karbohidrat-tinggi lemak (persentase sumbangan kalori 60% dari karbohidrat, 25% dari lemak, dan 15% dari protein) dan rendah lemak-tinggi karbohidrat (dengan persentase sumbangan kalori 25% dari karbohidrat, 60% dari lemak, dan 15% dari protein). Kedua jenis komposisi pangan ini juga mewakili pangan dengan IG sedang (IG:55-70). Kuantitas energi pangan uji, masing-masing, adalah 750 kkal.

Pangan uji siang hari adalah pangan yang memiliki IG tinggi (IG:100) yang mengandung 750 kkal. Pangan siang diberikan kepada subjek 4 jam setelah pemberian pangan pagi.

Analisis Zat Gizi

Pangan uji yang akan diukur IG-nya terlebih dahulu dianalisis profil gizi makronya, yaitu karbohidrat (karbohidrat total, available carbohydrate, patiamilosa

dan amilopektinserat total, dan serat

kasar), protein total dan lemak total.

Komposisi Pangan Uji

Pangan uji terdiri atas empat jenis, yaitu pangan uji rendah, pangan uji IG-sedang komposisi-1 (tinggi karbohidrat-rendah lemak), pangan uji IG-sedang komposisi-2 (rendah karbohidrat-tinggi lemak), dan pangan uji IG-tinggi. Sementara itu, cara pemberian makan juga dibedakan, yaitu satu kali pemberian dan dua kali pemberian. Kuantitas kalori pangan uji adalah 750 kkal. Kuantitas pangan untuk dua kali pemberian masing-masing adalah 375 kkal.

Agar memenuhi kriteria nilai IG, selanjutnya IG pangan uji diperkirakan dengan metode pengukuran IG pangan

campuran (Miller et al. 1997). Indeks

glikemik masing-masing pangan penyusun pangan uji diperoleh dari International Table of Glycemic Index and Glycemic Load

(3)

Tabel 1. Komposisi Zat Gizi Pangan Uji Setara 750 kkal

Karbohidrat1 Protein Lemak Serat2 Pangan Uji

g kkal g kkal G kkal g

IG-rendah 103,5 414,0 38,0 152,0 20,5 184 4,3

IG-sedang (komposisi-1) 112,4 450.0 38,2 152,0 16,2 146,0 4.3 IG-sedang (komposisi-2) 56,4 226,0 43,5 175,0 38,9 350,0 4.2

IG-tinggi 103,2 412,0 37,4 150,0 20,8 188,0 4,6

1

by difference; 2serat total; Komposisi-1: tinggi karbohidrat-rendah lemak;Komposisi-2: rendah karbohidrat-tinggi lemak

Pangan uji IG-tinggi disusun oleh kentang rebus, gula, daging sapi rebus, wortel rebus, dan jus semangka, dan secukupnya. Sedangkan pangan uji IG rendah terdiri atas nasi ramos kukus, gula putih, daging sapi rebus, buncis rebus, dan jus apel, dan garam secukupnya.

Kentang rebus (IG:96), gula (IG:74), dan wortel rebus (IG:90) sebagai komponen utama pangan uji IG-tinggi menyumbang IG campuran berturut-turut sebesar 58,6 (65%), 12,9 (14%), dan 10,3 (11%). Sementara itu, pada pangan uji IG rendah, buncis rebus (IG:30) dan jus apel (IG:40) berperan menurunkan IG pangan campuran.

Pangan uji IG-sedang (tinggi karbohidrat-rendah lemak) didasarkan pada porsi sumbangan kalori dari karbohidrat, protein, dan lemak pangan. Proporsi sumbangan kalori tersebut adalah 60% dari karbohidrat, 25% dari lemak, dan 15% dari protein. Pangan uji IG-sedang ini terdiri atas nasi ketan hitam kukus, dada ayam goreng, putih telur bebek rebus, susu tepung, buncis rebus, jus apel, gula, dan garam secukupnya.

Komposisi kalori pangan uji IG-sedang (rendah karbohidrat-tinggi lemak) adalah 60% kalori dari lemak, 25% kalori dari karbohidrat, dan 15% kalori dari protein. Pangan uji ini tersusun dari nasi ketan hitam kukus, dada ayam goreng, lemak kambing, satu porsi susu tepung, buncis rebus, jus apel, dan garam secukupnya.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian berumur 18-30 tahun yang terdiri atas dua kelompok, yaitu normal dan kelompok obes. Untuk satu jenis pangan uji (perlakuan) dibutuhkan delapan orang subjek normal dan delapan orang subjek obes (masing-masing empat orang pria dan wanita). Setiap kelompok subjek mengalami perlakuan untuk pemberian pangan sela (dua kali pemberian), setelah tiga hari periode

wash out. Jumlah total subjek adalah 64 orang.

Subjek dilengkapi dengan surat

pernyataan kesediaan dan inform consent,

serta ethical clearance nomor

KS.02.01.2.1.2746 tanggal 16 September 2005. Subjek terlebih dulu menjalani pemeriksaan profil biokimia darah (kadar hemoglobin, glukosa, trigliserida, dan kolesterol total).

Kriteria inklusi subjek adalah: tidak memiliki riwayat penyakit DM, tidak sedang mangalami gangguan pencernaan, tidak menggunakan obat terlarang, dan tidak mengonsumsi alkohol. Indeks massa tubuh

(IMT) subjek adalah antara 20–25 kg/m2

(normal) dan IMT ≥ 25 (obes). Selanjutnya, subjek tidak memiliki riwayat atau sedang mengalami hipertensi dan tidak sedang mengalami tekanan psikologis. Tingkat aktivitas fisik adalah sedang serta mereka berasal dari suku Batak. Subjek dialokasikan secara merata ke dalam setiap kelompok. Penempatan subjek ke dalam kelompok dilakukan secara acak berstrata.

Desain Penelitian

Pengujian efek IG, komposisi zat gizi, dan frekuensi pemberian sarapan pada respons glikemik dan nafsu makan pasca-makan siang dilakukan dengan metode eksperimen dengan studi acak kelompok

terkendali (Kelinbaum et al. 1982; Murti

2003). Pemberian pangan uji dan penempatan subjek pada kelompoknya dilakukan secara acak. Pemberian pangan uji (sarapan) dilakukan pada pukul 8.00 WIB, setelah subjek menjalani puasa, kecuali air.

Pemberian Pangan Uji (Satu Kali Pemberian Makan)

(4)

glukosa puasa. Selanjutnya, sampel darah kembali diambil berturut-turut pada pukul; 8.15, 8.30, 9.00, 10.00, 11.00, dan 12.00 WIB. Hal ini berlaku untuk semua kelompok perlakuan. Pada pukul 12.00 WIB, makan siang diberikan kepada semua kelompok perlakuan. Sampel darah kembali diambil pada pukul 12.15, 12.30, 13.00, 14.00, 15.00, dan 16.00 WIB untuk diukur kadar glukosanya.

Pemberian Pangan Sela (Dua Kali Pemberian Makan)

Tiga hari setelah periode wash-out

pangan sela diberikan kepada subjek pada setiap kelompok. Pangan sela diberikan dua jam setelah pemberian sarapan. Pangan diberikan dua kali, yaitu setengah (setara dengan 375 kkal) dari kuantitas pangan pada satu kali pemberian pada pagi hari (pukul 8.00 WIB) dan setengah lagi pada pukul 10.00 WIB. Masing-masing kelompok menerima pangan patokan (IG-tinggi) pada siang hari. Selama pengujian, subjek hanya diperbolehkan duduk-duduk atau berjalan-jalan ringan dan tidak boleh mengonsumsi pangan lain, kecuali minum air.

Profil Lipid

Sampel darah untuk pengukuran kadar trigliserida dan kolesterol total pasca makan siang diambil pada pukul 12.00 (sebelum pemberian) dan 14.00, dan 16.00 WIB. Analisa kadar trigliserida dan kolesterol total, masing-masing, dilakukan dengan metode enzimatis (Bucolo and David, 1973 dan Allain et al. 1974).

Analisis Data

Hasil penelitian disajikan sebagai

x±SD. Analisis pengaruh pemberian sarapan

terhadap profil lipid pasca makan siang dilakukan dengan membandingkan respon glikemik, skor nafsu makan, dan profil lipid

pasca makan siang antara pangan uji dan

pangan acuan.

Perbedaan rata-rata profil lipid antara kelompok menurut jenis kelamin dan kondisi fisiologis pada awal pengamatan dianalisis dengan uji beda rata-rata sampel terpisah (

t-test). Perbedaan profil lipid (trigliserida dan kolesterol total) antara kelompok pangan uji ada pangan acuan dianalisis dengan uji rangking-berpasangan Wilcoxon pada setiap titik pengukuran. Perbedaan efek antar

perlakuan diuji dengan uji One-way ANOVA

dengan post hoc test Bonferroni

menggunakan SPSS for Windows version 12.

Taraf kepercayaan untuk keseluruhan analisis adalah 95%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kadar Trigliserida dan Kolesterol Total Pasca Makan Siang

Berbagai cara modifikasi pangan telah diupayakan untuk menangani kelainan akibat kelebihan lipid (hiperlipidemia). Upaya tersebut antara lain adalah pengurangan asupan kalori untuk mendapatkan bobot badan ideal, pengurangan asupan lemak total dan kolesterol, dan peningkatan konsumsi protein nabati sebagai pengganti protein hewani. Modifikasi diet karbohidrat juga menjadi topik penelitian yang hangat (Jenkins et al. 1987).

Landasan dari pendekatan ini adalah hasil penelitian Albrink et al (1979) yang menayatakan bahwa sintesa lipid di hati (hepatic lipogenesis, terutama sinstesa trigliserida) dapat dikurangi dengan meminimalkan peningkatan glukosa dan insulin postprandial.

Jenkins et al (1985) mengemukakan

bahwa pangan yang memiliki IG yang rendah dapat berperan dalam penanganan kelainan hiperlipidemia, terutama hipertrigliseridemia. Hal ini didasarkan atas pengujian hipotesa yang menyatakan bahwa pemilihan pangan yang meminimalkan peningkatan kadar glukosa darah dan insulin dapat menurunkan rangsangan sintesa trigliserida hepatik.

Harbis et al (2004) menunjukkan

bahwa jenis karbohidrat pangan dapat

mempengaruhi metabolisme lipid

post-prandial. Studi intervensi menunjukkan bahwa subjek yang mengonsumsi pangan

ber-IG yang tinggi cenderung memiliki

LDL-cholesterol yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang mengonsumsi pangan

ber-IG yang rendah. Studi crosssectional

juga menunjukkan fenomena yang sama (Ludwig, 2002).

(5)

Sementara itu, diet rendah lemak-tinggi karbohidrat telah lama disarankan sebagai diet untuk menurunkan bobot badan pada penderita obes. Diet rendah lemak-tinggi karbohidrat memiliki densitas energi yang lebih rendah daripada diet tinggi lemak-rendah karbohidrat. Diet ini lebih mengenyangkan dan lebih cepat dioksidasi. Sebaliknya, diet tinggi lemak-rendah karbohidrat kurang mengenyangkan, lebih sulit dioksidasi dan lebih mudah (siap) untuk disimpan (Poppit et al. 2002).

Di pihak lain, Foster et al (2006)

menunjukkan bahwa diet rendah karbohidrat dapat menurunkan bobot badan penderita obesitas (IMT:33-35) setelah intervensi

selama 3 bulan. Hal senada juga ditemukan

oleh Samaha et al (2006) yang

membandingkan diet rendah karbohidrat dengan diet rendah lemak pada penderita obesitas berat (rata-rata IMT:43). Samaha dkk menemukan bahwa penurunan bobot badan lebih besar terjadi pada subjek yang mendapatkan diet rendah karbohidrat daripada diet rendah lemak.

Akan tetapi, efek modifikasi diet

terhadap profil lipid postprandial akan

menunjukkan hasilnya pada jangka panjang. Penelitian ini mencoba mengevaluasi efek modifikasi diet pada pagi hari terhadap profil lipid (trigliserida dan kolesterol total) sebagai respon terhadap konsumsi makan siang.

IG TINGGI (1 KALI PEMBERIAN)

130

IG TINGGI (2 KALI PEMBERIAN)

122.5

IG RENDAH (1 KALI PEMBERIAN)

113.5

IG RENDAH (2 KALI PEMBERIAN)

109

TINGGI KH-RENDAH LEMAK (1 KALI PEMBERIAN)

100.4

TINGGI KH-RENDAH LEMAK (2 KALI PEMBERIAN)

99

RENDAH KH-TINGGI LEMAK (1 KALI PEMBERIAN)

111.5

RENDAH KH-TINGGI LEMAK (2 KALI PEMBERIAN)

130.8

(6)

IG TINGGI (1 KALI PEMBERIAN)

IG TINGGI (2 KALI PEMBERIAN)

173

IG RENDAH (1 KALI PEMBERIAN)

159

IG RENDAH (2 KALI PEMBERIAN)

168

TINGGI KH-RENDAH LEMAK (1 KALI PEMBERIAN)

153

TINGGI KH-RENDAH LEMAK (2 KALI PEMBERIAN)

164

RENDAH KH-TINGGI LEMAK (1 KALI PEMBERIAN)

159

RENDAH KH-TINGGI LEMAK (2 KALI PEMBERIAN)

169.5

Gambar 2. Kadar Kolesterol Total Pasca Makan Siang (Subjek Normal)

Dari hasil penelitian diketahui bahwa pada menit ke-0 (sebelum pemberian makan siang), rata-rata kadar trigliserida untuk perlakuan dengan pangan uji dan pangan acuan, masing-masing adalah 98.4 dan 98,5 mg/dl untuk subjek normal (Gambar 1). Sementara itu, untuk subjek obes, sebelum

pemberian makan siang, rata-rata kadar

trigliserida pada perlakuan dengan pangan uji dan pangan acuan, masing-masing adalah 115.5 dan 117,6 mg/dl (Gambar 2).

Rata-rata kadar kolesterol total pada menit ke-0 (sebelum pemberian makan siang) untuk perlakuan dengan pangan uji

dan pangan acuan, masing-masing adalah 163,4 dan 163,5 mg/dl untuk subjek normal. Sedangkan rata-rata kadar kolesterol total untuk perlakuan dengan pangan uji dan pangan pada waktu yang sama, masing-masing adalah 161,2 dan 161,6 mg/dl, untuk subjek obes.

(7)

kolesterol total pada perlakuan dan waktu yang sama. Tidak ada perbedaan rata-rata kadar kolesterol total sebelum pemberian

makan siangantara perlakuan dengan pangan

uji dan pangan acuan, baik pada subjek

normal maupun obes (p>0,05). Data ini

mengindikasikan bahwa tidak ada pengaruh

modifikasi pangan pada pagi hariIG dan

cara pemberian pangan yang berbedapada

kadar trigliserida dan kolesterol total pada siang hari (jangka pendek).

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa, baik pada subjek normal maupun obes, tidak ada perbedaan kadar trigliserida dan kolesterol total pasca makan siang (sampai dengan empat jam pasca pemberian makan siang) (p>0,05). Järvi et al (1999) juga menunjukkan bahwa pemberian pangan dengan komposisi dan IG yang berbeda tidak mempengaruhi komposisi asam lemak pada jangka pendek (Gambar 3 dan 4).

IG TINGGI (1 KALI PEMBERIAN)

93

IG TINGGI (2 KALI PEMBERIAN)

100

IG RENDAH (1 KALI PEMBERIAN)

94.5

IG RENDAH (2 KALI PEMBERIAN)

102

TINGGI KH-RENDAH LEMAK (1 KALI PEMBERIAN)

98.5

TINGGI KH-RENDAH LEMAK (2 KALI PEMBERIAN)

87.5

RENDAH KH-TINGGI LEMAK (2 KALI PEMBERIAN)

87

RENDAH KH-TINGGI LEMAK (1 KALI PEMBERIAN)

97.5

(8)

IG TINGGI (1 KALI PEMBERIAN)

IG TINGGI (2 KALI PEMBERIAN)

188.5

IG RENDAH (1 KALI PEMBERIAN)

158

IG RENDAH (2 KALI PEMBERIAN)

159

TINGGI KH-RENDAH LEMAK (1 KALI PEMBERIAN)

161

TINGGI KH-RENDAH LEMAK (2 KALI PEMBERIAN)

158

RENDAH KH-TINGGI LEMAK (1 KALI PEMBERIAN)

150

RENDAH KH-TINGGI LEMAK (2 KALI PEMBERIAN)

167

Gambar 4. Kadar Kolesterol Total Pasca Makan Siang (Subjek Obes)

Hal ini senada dengan temuan Jenkins

et al (1985) yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kadar trigliserida dan kolesterol total sampai dengan dua minggu setelah pemberian pangan yang memiliki IG yang rendah. Mereka juga menemukan bahwa tidak ada hubungan langsung antara penurunan IG pangan individual dengan kadar trigliserida. Mereka menyimpulkan bahwa penurunan IG pangan yang disertai dengan peningkatan kadar serat panganlah yang dapat menurunkan kadar trigliserida dan kolesterol total pada jangka pendek.

Dari penelitian ini juga terbukti bahwa pada jangka pendek, modifikasi pangan pada pagi hari (IG dan rasio karbohidrat terhadap

lemak) tidak dapat menurunkan kadar trigliserida dan kolesterol pada siang hari, baik pada subjek normal maupun obes.

Hal yang bertolakbelakang dengan hasil penelitian ini ditemukan oleh Harbis et

al (2004) pada penelitian pada subjek obes

(9)

yang bersirkulasi dalam darah sampai dengan enam jam pasca pemberian pangan uji.

Perbedaan ini kemungkinan besar berkaitan dengan perbedaan subjek penelitian. Subjek pada penelitian Harbis dan kawan-kawan adalah penderita resistansi insulin. Resistansi insulin adalah suatu kelainan metabolik yang dicirikan oleh menurunnya sensitivitas jaringan terhadap insulin (Kendall and Harmel 2002). Resistansi insulin terjadi ketika jaringan gagal merespon insulin secara normal. Efek resistansi insulin antara lain adalah meningkatnya kadar trigliserida dan

menurunnya kadar HDL-cholesterol dalam

darah (Kendall and Harmel 2002 dan Bessessen 2001).

Hasil uji ANOVA menunjukkan tidak ada perbedaan kadar trigliserida dan kolesterol total pasca makan siang, setelah didahului oleh pangan dengan IG, komposisi yang berbeda pada pagi hari, antar jenis kelamin dan antar kondisi fisiologis, yaitu

normal dan obes (p>0.05). Hal ini

menunjukkan bahwa, pada jangka pendek, pria dan wanita memiliki responsivitas (perubahan profil lipid) yang sama terhadap modifikasi pangan pada pagi hari. Hal yang sama juga berlaku untuk orang normal atau obes.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Tidak ada perbedaan profil lipid plasma pada subjek obes dan normal pasca-makan siang setelah mengonsumsi pangan dengan indeks glikemik, komposisi, dan cara pemberian yang berbeda pada pagi hari. Hal ini berarti bahwa modifikasi pangan pada pagi hari tidak dapat menurunkan kadar trigliserida dan kolesterol total pada siang hari. Artinya, pendekatan IG pangan tidak dapat memperbaiki profil lipid pada intervensi jangka pendek

Saran

Perlu dilakukan penelitian (eksperimen) untuk mengetahui efek pemberian pangan dengan indeks glikemik, komposisi, dan cara pemberian yang berbeda pada pagi hari pada efeknya pada profil lipid pasca makan siang pada jangka waktu pemberian yang panjang (long-time study).

DAFTAR PUSTAKA

Albrink MJ, Newman T, and Davidson RC. 1979. Effect of high- and low-fiber diets on plasma lipids and insulin. Am J Clin Nutr, Vol.32:1486-1492

Allain CC, Poon LS, Chan CS, Richmond W, and Fu, PC. 1974. Enzimatic determination of total serum cholesterol. Clin Chem, Vo.20:470-475

Ball SD, Keller KR, Moyer-Mileur LJ, Ding YW, Donaldson D and Jackson WD. 2003. Prolongation of satiety after low versus moderately high glycemic index meals in obese adolescent. Pediatrics, Vol.111: 4888-494

Bessesen DH. 2001. The role of carbohydrates in insulin resistance. J Nutr, 131:2782S-2786S

Bucolo G and Davis H. 1973. Quantitative determination of serum triglycerides by

the use of enzymes. Clin Chem,

Vol.19:476-481

Foster-Powel K, Holt SHA, Miler JCB. 2002. International table of glycemic index

and glycemic load: 2002. Am J Clin

Nutr, Vol.76:5-56

Harbis A, Perdreau S, Vincent-Baudry S, Charbornnier M, Bernard, MC, Raccah D, Senft M, Lorec AM, Defoort C, Portugal H, Vinoy S, Lang V, and Lairon D. 2004. Glycemic and insulinemic meal responses modulate postprandial hepatic and intestinal lipoprotein accumulation in obese, insulin-resistant subjects. Am J Clin Nutr, Vo.80:896-902

Jenkins DJA, Wolever TM, Kalmusky J, Guidici S, Giordano C, Patten RL, Wong GS, Bird JN, Hall M, Buckley G, and Little JA. 1985. Low glycemic index carbohydrate foods in the

management of hyperlipidemia. Am J

Clin Nutr, Vol.46:66-71

Jenkins DJA, Wolever TM, Kalmusky J, Guidici S, Giordano C, Patten R, Wong GS, Bird JN, Hall M, Buckley G, Csima A, and Little JA. 1987. Low-glycemic index diet in hyperlipidemia: use of traditional starchy foods. Am J Clin Nutr, Vol.46:66-71

Kendall DM and Harmel AM. 2002. The metabolic syndrome, type 2 diabetes, and cardiovascular disease: Understanding the role of insulin

resistance. The Am J Managed Care,

(10)

Ludwig DS. 2002. The glycemic index: physiological mechanisms relating obesity, diabetes, and cardiovascular

diseases. JAMA, Vol.287:2414-2423

Mayer J. 1953. Glucostatic mechanism of the

regulation of food intake. N Engl J

Med, Vol.249:6-13

Miller JCB, Powel KF, Colagiuri S. 1997. The GI Factor: The GI Solution. Hodder and Stoughton, Hodder Headline Australia Pty Limited

Samaha FF, Igbal N, Seshadri P, Chicano KL, Daily DA, McGrory J, Williams T, Williams M, Gracely EJ and Stern L. 2003. A low-carbohydrate as compared with low-fat diet in severe

obesity. N Engl J Med,

Vol.348:2074-2081

Sheard NF et al. 2004. Dietary carboydrate (amount and type) in the prevention

and management of diabetes. Diabetes

Care, Vol. 27: 2266-2271

Slabber M, Barnard HC, Kuyl JM, Dannhauser A, Schall R. 1994. Effect of a low-insulin-response, energy-restricted diet on weight loss and plasma insulin concentration in

hyperinsulinemic obese females. Am J

Clin Nutr, Vol.60:48-53

Warren JM, Henry CJK, Simonite V. 2003. Low glycemic index breakfast and reduced food intake in preadolescent

children. Pediatrics, Vol 112:

e414-e419

Gambar

Tabel 1. Komposisi Zat Gizi Pangan Uji Setara 750 kkal
Gambar 1. Kadar Trigliserida Pasca Makan Siang (Subjek Normal)
Gambar 2. Kadar Kolesterol Total Pasca Makan Siang (Subjek Normal)
Gambar 3. Kadar Trigliserida Pasca Makan Siang (Subjek Obes)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Simpulan penelitian pengembangan ini adalah (1) Dihasilkan modul pembelajaran fisika dengan strategi inkuiri terbimbing pada materi fluida statis yang tervalidasi; (2)

KONTRIBUSI POWER TUNGKAI DAN KESEIMBANGAN DINAMIS TERHADAP HASIL DRIBBLE-SHOOT DALAM PERMAINAN FUTSAL.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

[r]

2 Konsep Dasar Sistem: Pengertian Sistem, Ciri-ciri Sistem, Klasifikasi Sistem, Model dan Modeling Sistem, Bahasa Sistem, Pendekatan Sistem, Penerapan Pendekatan Sistem, Sistem

Hari Kebangkitan Teknologi Nasional, disingkat Hakteknas merupakan salah satu hari bersejarah nasional yang diperingati setiap tanggal 10 Agustus Hakteknas merupakan tonggak

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Rahayu dan Enita di RSUD Sragen dengan jumlah 60 responden didapatkan hasil bahwa sistem penghargaan

Menurut saya kinerja salesman Toko Besi Cahaya Baru saat ini belum cukup efektif dan efisien apabila dilihat dari aspek jarak tempuh ke setiap pelanggan bila dibandingkan

dilakukan dengan menggunakan software design expert yang mana data tersebut menunjukan pembatasan untuk optimasi parameter kondisi pemotongan dengan. nilai v, f, a,