• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Kuantitatif Dobi (Deteration Of Bleachability Index) Dalam Minyak Sawit Secara Spektrofotometri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisa Kuantitatif Dobi (Deteration Of Bleachability Index) Dalam Minyak Sawit Secara Spektrofotometri"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA KUANTITATIF DOBI (DETERATION OF BLEACHABILITY INDEX) DALAM MINYAK SAWIT SECARA

SPEKTROFOTOMETRI

KARYA ILMIAH

052401016

CHANDRA ZUHERAWAN

PROGRAM DIPLOMA III KIMIA ANALIS DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2008

(2)

ANALISA KUANTITATIF DOBI (DETERATION OF BLEACHABILITY INDEX) DALAM MINYAK SAWIT SECARA

SPEKTROFOTOMETRI

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya

052401016

CHANDRA ZUHERAWAN

PROGRAM DIPLOMA III KIMIA ANALIS DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : ANALISA KUANTITATIF DOBI (DETERATION OF

BLEACHABILITY INDEX) DALAM MINYAK SAWIT SECARA SPEKTROFOTOMETRI

Kategori : KARYA ILMIAH

Nama : CHANDRA ZUHERAWAN

Nim : 052401016

Program Studi :DIPLOMA III (D-3) KIMIA ANALIS

Departemen : MATEMATIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (F-MIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di Medan,28 Mei 2008

Diketahui Disetujui oleh:

Program Studi D-3 Kimia Analis Departemen Kimia F-MIPA USU

Ketua, Dosen Pembimbing,

(DR.Rumondang Bulan,MS) (Drs. Abdi Negara Sitompul)

NIP.131 459 466 NIP.130 422 445

(4)

PERNYATAAN

ANALISA KUANTITATIF DOBI (DETERATION OF BLEACHABILITY INDEX) DALAM MINYAK SAWIT SECARA

SPEKTROFOTOMETRI

KARYA ILMIAH

Dengan kesadaran sepenuhnya saya mengakui bahwa karya ilmiah adalah hasil kerja saya sendiri,kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing dicantumkan sumber aslinya.

Medan, Juli 2008

(5)

PENGHARGAAN

Puji Syukur penulis ucapkan kehadiraat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hdayah-Nya hingga penulis dapat menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini, serta selawat beriring salam kepada nab besar Muhhammad SAW yang telah membawa umatnya kejalan kebenaran di dunia dan di akhirat.

Karya ilmiah ini berjudul “ANALISA KUANTITATIF DOBI (DETERATION

OF BLEACHABILITY INDEX) DALAM MINYAK SAWIT SECARA SPEKTROFOTOMETRI ”. Karya ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar ahli madya (Amd) Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara Medan.

Selain itu, penulis juga banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak selama penulisan karya ilmiah ini. Untuk itu penulis dalam kesempatan ini ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : Orang Tua dan Sekeluarga yang selalu memberikan dukungan kepada penulis baik moril maupun materil, Bapak Drs. Abdi Negara Sitompul, Selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak membimbing penulis dalam penyelesaian karya ilmiah ini, Ibu DR. Rumondang Bulan, MS, selaku ketua djurusan departemen kimia FMIPA USU Medan,kepada asisten kimfis selaku pembimbing yang telah banyak membantu penulis, Sahabat-sahabat PAKA 2005, Ahmad, Acep, Mabes, Beny, Imanuddin, Ratih dan yang lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang selalu memberikan bantuan dan keceriaan disaat susah, Kepada adik-adik Stambuk 2006 dan 2007, semoga tetap semangat menjadi anak PAKA.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda atas bantuan dan kebaikan yang diberikan kepada penulis.

Dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan atas materi yang disajikan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan karya ilmiah ini.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga karya ilmiah dapat bermanfaat bagi siapa saja khususnya untuk anak Kimia Analis. Amin

Medan, Mei 2008 Penulis

CHANDRA ZUHERAWAN 052401016

(6)

ABSTRAK

(7)

ABSTRACT

DOBI (Deteration Of Bleachability Index) representing index of degree of raw palm oil paleness and represent the parameter determining quality of Crude Palm Oil (CPO). High price DOBI from palm oil conducted by Spektrofotometri, so that can fulfill the standard of quality of departmental exporting of Commerce and Industry. From analysis result can be compared to by DOBI Crude Palm Olein in practice to DOBI Crude Palm Olein theoretically, where obtained by bigger DOBI Crude Palm Olein Theoretically than DOBI Crude Palm Olein in practice.

(8)

DAFTAR ISI PERSETUJUAN………i KATA PENGANTAR………...ii ABSTRAK……….iv ABSTRACT………...v DAFTAR ISI……….vi DAFTAR TABEL……….ix DAFTAR GRAFIK………...x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang………..1 1.2. Permasalahan………. ....3 1.3. Tujuan……… …3 1.4. Manfaat……… …..3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Kelapa Sawit………4

2.2. Varietas Kelapa Sawit………..4

2.2.1. Varietas Kelapa Sawit Berdasarkan Ketebalan Tempurung Dan Daging Buah………4

2.2.2. Varietas Berdasarkan Perbedaan Warna Kulit Buah………..5

2.3. Minyak Kelapa Sawit………...6

2.4. Pengolahan Minyak Sawit Mentah Menjadi Minyak Sawit Murni………..8

2.5. Penentuan DOBI Dalam Harga Minyak Sawit………9

2.6. Deterio Indeks Pemucatan (DOBI) Dan Hubungannya Dengan Kualitas Minyak Sawit………...10

2.7. Penyebab DOBI Yang Rendah………..11

2.8. Tindakan-tindakan Yang Harus Dilakukan Untuk Memastikan CPO Mempunyai Kualitas Yang Tinggi………..13

2.9. Spektrofotometri UV-Visible……….14

BAB III HASIL DAN METODOLOGI 3.1. Metodologi……….15

3.1.1. Alat-alat………15

3.1.2. Bahan-bahan……….15

3.1.3. Prosedur Analisa………...15

3.1.3.1. Persiapan Sampel………..15

3.1.3.2. Prosedur Pembuatan Kurva Kalibrasi………...16

3.1.3.3. Penentuan λ maksimum DOBI Pada Range Visibel Dan Range UV…..16

3.1.3.4. Penentuan DOBI Untuk CPO Dan RBD Palm Olein Pada Range Visibel Dan Range UV………17

(9)

3.2. Hasil………18

3.2.1. Perhitungan………...18

3.2.2. Data………...18

BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Pembahasan……….20

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan……….22

5.2. Saran………...22

DAFTAR PUSTAKA………...23

LAMPIRAN……….24

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. SNI (Standar Nasional Indonesia) Tentang Hubungan DOBI Dengan Kualitas.10 Tabel 2. PORIM (Palm Oil Risert Institute Of Malaysia) Tentang Hubungan DOBI

Dengan Kualitas………...11 Tabel 3. Petunjuk Keck Seng Untuk DOBI Dan Tingkat Refinabilitas………12 Tabel 4.Nilai DOBI rata – rata dalam CPO, RBD P Olein, dan Crude Palm Olein……..18 Tabel 5. Nilai DOBI secara teori dalam Crude Palm Olein…...………19 Tabel 6. Penentuan panjang gelombang maksimum dalam analisa DOBI untuk range

visible..………25 Tabel 7. Penentuan panjang gelombang maksimum dalam analisa DOBI untuk

(11)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Absorbansi Vs Panjang Gelombang pada range visible………26 Grafik 2. Absorbansi Vs Panjang gelombang pada range UV ………27

(12)

ABSTRAK

(13)

ABSTRACT

DOBI (Deteration Of Bleachability Index) representing index of degree of raw palm oil paleness and represent the parameter determining quality of Crude Palm Oil (CPO). High price DOBI from palm oil conducted by Spektrofotometri, so that can fulfill the standard of quality of departmental exporting of Commerce and Industry. From analysis result can be compared to by DOBI Crude Palm Olein in practice to DOBI Crude Palm Olein theoretically, where obtained by bigger DOBI Crude Palm Olein Theoretically than DOBI Crude Palm Olein in practice.

(14)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeas qunensis JAQO) merupakan sumber minyak nabati yang

penting di Indonesia dan merupakan komoditas ekspor non migas yang mendapat

perhatian khusus untuk ditingkatkan. Hampir 90% minyak kelapa sawit yang

diperdagangkan di dunia digunakan untuk pangan seperti minyak goring, minyak salad,

margarine dan sebagainya.

Minyak kelapa sawit didapat dengan mengekstraksi minyak yang ada pada

mesokrap buah kelapa sawit.. Minyak kelapa sawit yang belum dimurnikan disebut

dengan minyak kelapa sawit kasar atau sering disebut Crude Palm Oil (CPO).

Minyak kelapa sawit yang di dapat dari daging buah kelapa sawit kaya akan oleat

dan palmitat yang terikat dalam bentuk ester dengan gliserol yang disebut sebagai

trigliserida. Minyak kelapa sawit dapat digunakan sebagai minyak yang dapat dikonsumsi

maupun bahan industri kimia oleo. Minyak klepa sawit dirubah dalam bentuk minyak

goreng (RBD Palm Oil), Minyak salad dan margarine.

Penggunann minyak sawit sebagai minyak goreng sangat menguntungkan. Hal ini

ditandai dengan permintaan konsumen akan minyak goreng, terutama berkaitan dengan

aroma dan rasa minyak goring. Penggunaan minyak sawit sebagai minyak goring secara

langsung dapat mengalami beberapa hambatan, diantaranya adalah hasil gorengannya

kurang kering dan sulit diserap oleh bahan makanan yang bersangkutan. Hal ini ditandai

dengan adanya lapisan lemak di permukaan bahan yang digoreng. Untuk mengatasinya

(15)

2

fraksi pada RBD Palm Stearin, lalu dari fraksi olein dikembangkan menjadi minyak

goring.

Untuk mendapatkan minyak goring dengan mutu yang dapat diterima konsumen,

maka minyak sawit mentah perlu melalui tahap pemurnian. Proses ini akan menghasilkan

minyak sawit murni Refire Blesching Deodorizing Palm Oil (RBDPO) yang selanjutnya

difraksinasi menghasilkan RBD Palm Stearin dan RBD Palm Olein yang disebut juga

minyak goring biasa.

Mutu minyak sawit ditentukan oleh beberapa parameter, sehingga perlu dilakukan

suatu analisa. Salah satu parameter minyak sawit adalah DOBI (Deteration Of

Blechability Index) yang merupakan faktor penentu mutu minyak sawit.

(16)

3

1.2.Permasalahan

Apakah DOBI dalam Crude Palm Olein yang telah diperoleh dari hasil perhitungan

sama dengan yang telah diuji dari hasil analisa sesuai dengan standar mutu yang

telah diberlakukan di PT. Palmcoco Laboratories.

1.3.Tujuan

Tujuan karya ilmiah ini adalah :

a. Untuk mengetahui panjang gelombag maksimum pada range Visible memakai

pelarut normal heksana

b. Untuk mengetahui DOBI dalam Crude Palm Oil

c. Untuk mengetahui DOBI dalam RBD Palm Olein

d. Untuk mengetahui DOBI Crude Palm Olein secara praktek

e. Untuk mengetahui DOBI Crude Palm Olein secara teori

1.4.Manfaat

Manfaat penulisan karya ilmiah ini adalah

a. Untuk memberikan informasi kepada produsen agar dapat meningkatkan kualitas

minyak sawit dengan menaikkan nilai DOBI

b. Untuk memberikan informasi kepada pembaca tentang penyebab DOBI yang

rendah.

(17)

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaesis guenensis jack) berasal dari Nigeria, Afrika Barat.

Meskipun demikian, ada yang menyebutkan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika

Selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit di hutan Brazil

dibandingakan Afrika. Pada kenyataannya tanaman kelapa sawit hidup subur di luar

daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia Thailand dan Papua Nugini.

Tanaman kelapa sawit (Elaesis) termasuk golongan tumbuhan palma. Di

Indonesia penyebarannya di daerah Aceh, Sumatera, Jawa, Dan Sulawesi. Kelapa sawit

datang ke Indonesia pada tahun 1848 dan dimulai dibudidayakan secara komersial dalam

bentuk perusahaan perkebunan pada tahun 1911. Minyak sawit mampu menggantikan

peranan kelapa sebagai sumber bahan baku bagi industri pangan maupun non pangan di

dalam negeri dan ditetapkan sebagai salah satu primadona ekspor nonmigas Indonesia

yang sangat dinanti-nantikan bagi devisa Negara.

2.2. Varietas Kelapa Sawit

2.2.1. Varietas Kelapa sawit Berdasarkan Ketebalan Tempurung Dan Daging Buah

Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, beberapa varietas kelapa

sawit diantaranya adalah Dura, Pisifera, Tenera, Macro catya.

1. Dura

- Tempurung tebal (2-8 mm)

- Tidak terdapat lingkaran serabut pada bagian luar tempurung

(18)

5

- Daging buah relative tipis, yaitu 35-50% terdapat pada buah

- Kernel (daging buah) besar dengan kandungan minak yang rendah

- Dalam persilangan dipakai sebagai pohon induk betina

2. Pisifera

- Ketebalan tempurung sangat tipis bahkan hamper tidak ada

- Daging buah tebal, lebih tebal dari daging buah dura

- Daging biji sangat tipis

- Tidak dapat dipebanyak tanpa menyilangkan dengan jenis lain dipakai sebagai

pohon induk jantan

3. Tenera

- Hasil persilangan Dura dan Pisifera

- Tempurung tipis (0,5-4 mm)

- Terdapat lingkaran serabut di sekeliling tempurung

- Daging buah sangat tebal (60-96%)

- Tandan buah lebih banyak, tetapi ukurannya relative lebih kecil

4. Macro catya

- Tempurung tebal sekitar (5 mm)

- Daging buah sangat tipis

2.2.2.Varietas Berdasarkan Perbedaan Warna Kulit Buah

1. Nigrescens

Buah berwarna Ungu sampai hitam pada waktu muda dan berubah menjadi jingga

kehitam-hitaman pada waktu masak. Varietas ini banyak ditanam diperkebunan

(19)

6

2. Virescens

Pada waktu buahnya berwarna hijau dan ketika masak warna buahnya menjadi

jingga kemerahan, tetapi ujungnya tetap kehijauan. Varietas ini jarang dijumpai

dilapangan

3. Alberscens

Pada waktu muda buah berwarna putih keputih-putihan, setelah masak menjadi

kuning-kekuningan dan ujungnya berwarna ungu kehitaman. Varietas ini jarang

dijumpai

2.3. Minyak Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaesis guinensis) dapat menghasilkan dua jenis minyak,

yakni minyak kelapa sawit mentah (Crude Palm Oil, CPO) yang diekstraksi dari

mesokrap buah kelapa sawit, dan minyak inti kelapa sawit (Palm Kernel Oil, PKO)

diekstraksi dari biji atau inti kelapa sawit. Minyak kelapa sawit mentah (CPO) dapat

diubah menjadi beberapa bentuk, yaitu diantaranya adalah RBDPO (Refined Bleached

Deodorized Palm Oil), Stearin dan Olein. Stearin adalah fraksi CPO yang berwujud padat

pada suhu kamar dan olein adalah fraksi CPO yang berwujud cair pada suhu kamar.

Minyak kelapa sawit ini diproleh mesokrap buah kelapa sawit melalui ekstraksi

dan mengandung sedikit air serta serat halus yang berwarna kuning sampai merah yang

berbentuk semi solid pada suhu ruang yang disebabkan oleh kandungan asam lemak

jenuh yang tinggi.Dengan adanya air dan serat halus tersebut menyebabkan minyak

kelapa sawit tidak dapat langsung digunakan sebagai bahan pangan maupun non pangan.

(20)

7

Seperti jenis minyak yang lain,minyak sawit tersusun dari unsur –unsur C, H dan

O. Kandungan minyak kelapa sawit yang dominant adalah asam oleat dan palmitat.

Minyak sawit ini terdiridari fraksi padat dan fraksi cair dengan perbandingan yang

seimbang. Penyusunan fraksi padat terdiri dari asam lemak jenuh antara lain asam

miristat (1%), asam palmitat (45%). Sedangkan fraksi cair tersusun dari asam lemak yang

tidak jenuh yang terdiri dari asam oleat (39%) dan asam linoleat (11%). Perbedaan jenis

asam lemak penyusunannya dan jumlah rantai asam lemak yang membentuk trigliserida

dalam minyak sawit dan minyak inti sawit menyebabkan kedua jenis minyak tersebut

mempunyai sifat yang berbeda dalam kepadatan. Minyak sawit pada suhu kamr bersifat

setengah padat sedangkan pada suhu kamar minyak inti sawit berbentuk cair.

Minyak sawit mempunyai warna kuning orange yang disebabkan adanya pigmen

berwarna merah jingga atau kuning oleh karotenoid yang bersifat larut dalam minyak.

Karotenoid merupakan persenyawaan hodrokarbon tidak jenuh dan jika minyak

dihidrogenasi, maka karoten tersebut juga ikut terhidrogenasi, sehingga intensitas warna

kuning berkurang, Karotenoid bersifat tidak stabil pada suhu tinggi dan jika minyak

dialiri uap panas, maka kuning akan hilang. Karotenoid tersebut tidak dapat dihilangkan

dengan proses oksidasi.

Minyak sawit mempunyai warna jingga kekuningan sehingga untuk digunakan

sebagai bahan baku harus melakukan pemucatan. Pemucatan ini dimaksud untuk

mendapatkan warna minyak sawit yang lebih memikat dan sesuai dengan kebutuhannya.

Berdasarkan standar mutu minyak sawit untuk pemucatan dengan alat lovibond yang

(21)

8

2.4. Pengolahan Minyak Sawit Mentah Menjadi Minyak Sawit Murni

Ada dua macam hasil olahan utama tandan buah segar (TBS) di pabrik yaitu

minyak sawit yang merupakan hasil pengolahan daging buah dan minyak inti sawit yang

dihasilkan dari ekstraksi inti sawit. Secara ringkas tahap-tahap pengolahan diuraikan

sebagai berikut:

1. Pengangkutan TBS ke pabrik

TBS harus segera diangkut ke pabrik untuk segera diolah, yaitu maksimal 8 jam

setelah dipanen harus segera diolah. Buah yang tidak segar jika diolah akan

mengalami kerusakan.

2. Perebusan TBS

TBS yang telah ditimbang beserta lorinya selanjutnya direbus dalam ketel rebus.

Perebusan dilakukan dengan mengalirkan uap panas selama 1 jam atau tergantung

besarnya tekanan uap. Besarnya tekanan uap yang digunakan adalah 2,5 atmosfer

dengan suhu uap 125°C. Perebusan yang terlalu lama dapat menurunkan kadar

minyak dan pemucatan kernel.

3. Perontokan dan pelumatan buah

4. Pemerasan atau ekstraksi minyak sawit

Untuk memisahkan biji sawit dari hasil lumatan TBS, perlu dilakukan

pengadukan selama 25-30 menit. Setelah lumatanbuah bersih dari biji sawit,

langkah selanjutnya adalah pemerasan atau ekstraksi. Tujuan ekstraksi adalah

mengambil minyak dari masa adukan.

5. Pengeringan dan pemecahan biji

(22)

9

Sebelum dipecah, biji-biji sawit dikeringkan dalam silo, minimal 14 jam dengan

sirkulasi udara kering pada suhu 50°C. akibat proses pengeringan ini, inti sawit

akan mengerut sehingga akan memudahkan inti sawit dari tempurungnya. Biji-biji

sawit yang sudah kering kemudian dibawa kealat pemecah biji.

6. Pemisahan inti dari tempurung

Pemisahan inti sawit dari tempurungnya berdasarkan perbedaan berat jenis antara

inti sawit dan tempurung. Inti dan tempurung dipisahkan oleh aliran air yang

berpuatar dalam sebuah tabung atau dapat juga dengan mengapungkan biji-biji

yang pecah dalam larutan lempung yang mempunyai berat jenis 1,16. Dalam

keadaan tersebut inti sawit akan mengapung dan tempurungnya akan tenggelam.

Proses selanjutnya adalah pencucian inti sawit dan tempurung sampai bersih.

Untuk menghindari kerusakan akibat mikroorganisme, maka inti sawit harus

segera dikeringkan dengan suhu 80°C. Setelah kering, inti sawit dapat diolah

lebih lanjut yaitu dengan ekstraksi untuk menghasilkan minyak inti sawit.

2.5. Penentuan DOBI Dalam Harga Minyak Sawit

DOBI (Deoteration Of Bleachability Index) merupakan indeks derajat kepucatan

minyak sawit mentah. Angka minimal DOBI CPO adalah 2,8. Karena tidak terpenuhinya

angka standart DOBI, maka harga CPO Indonesia di pasar internasional selalu dipotong

300-500 rupiah per kilogram. DOBI itu sendiri merupakan angka perbandingan serapan

atom terhadap asam lemak bebas.

Rendahnya Efisiensi pengolahan dan teknologi terjadi akibat system teknologi

(23)

10

menggunakan acuan system teknologi lama. Akibatnya banyak buah sawit yang tersisa

pada proses perontokan atau proses pemisahan secara mekanisme antara sawit dengan

tandannya.

Tabel 1. SNI (Standar Nasional Indonesia) tentang hubungan DOBI dengan Kualitas

DOBI Kualitas

< 1,68

1,78-2,30

2,30-2,92

2,93-3,23

Buruk

Kurang Baik

Cukup Baik

Baik

2.6. Deterio Indeks Pemutihan (DOBI) dan Hubungannya Dengan Kualitas Minyak Sawit

Pada umumnya Minyak sawit kasar yang diperdagangkan ditentukan dengan

spesifikasi kualitas pada asam lemak bebas (ALB) dan kelembaban dan kotoran. Dalam

hubungan perdagangan, kualitas CPO harus menemukan gambaran dari GMQ (Good

Merchantable Quality) atau kualitas perdagangan yang baik, sebenarnya di dalam GMQ,

deterio dan indeks pemutihan (DOBI) tidak termasuk dalam spesifikasi kualitas.

Walaupun demikian banyak pembeli memurnikan CPO dalam penyulingan, pemutihan

dan penghilangan bau produk. Pemutihan yang baik kemudian menjadi satu indicator

pencocokan untuk pemakaian dan harus mencakup GMQ.

Analisa dari asam lemak bebas, kelembapan dan kotoran sendiri tidak mencukupi

untuk mengindikasikan kualitas CPO yang baik sedangkan dalam analisis DOBI dapat

(24)

11

Memberikan indikasi yang lebih baik serta memberikan kemudahan CPO dalam

pemrosesan.

DOBI adalah rasio angka Penyerapan spektrofotometer pada λ 446 nm dan pada λ

269 nm. Metode ini dikembangkan oleh Dr.P.A.T. Swaboda dari Institute Penelitian

Minyak Sawit dari Malaysia (Malaysia Palm Oil Board). Pengukuran yang dibuat dengan

melarutkan minyak sawit memakai pelrut normal heksana dan kemudian menentukan

penyerapannya dalam spektrofotometer UV-Visibel Hitachi U-2000.

Pekerja PORIM (Palm Oil Risert Institute Of Malaysia) tentang hubungan dobi

dengan kualitas.

Tabel.2. PORIM (Palm Oil Risert Institute Of Malaysia) tentang hubungan DOBI dengan Kualitas.

DOBI Kualitas

< 1,68

1,76-2,30

2,36-2,92

2,99-3,24

> 3.24

Minyak sawit endapan atau equivalennya

Kurang

Cukup

Baik

Terbaik

(25)

12

Tabel.3. Petunjuk Keck Seng Untuk DOBI Dan Tingkat Refinabilitas

DOBI Kualitas

< 1,56

1,68-2,30

2,31-2,92

2,93-3,24

> 3,24

Minyak sawit endapan atau equivalennya

Kurang

Cukup

Baik

Terbaik

2.7. Penyebab-penyebab DOBI Yang Rendah

Adapun penyebab DOBI yang rendah antara lain adalah sebagai berikut:

- Persentase yang tinggi dari tandan buah yang berwarna hitam (belum masak)

- Penundaan pemrosesan terutama pada musim hujan

- Kontaminasi dari CPO dengan Kondensasi sterizer

- Sterilisasi yang lama dari tandan buah

- Pemanasan (>55°C) dari CPO dalam tangki penyimpanan

Ada beberapa penyebab lainnya, tetapi hal ini kurang mendukung dari penyebab

Di atas misalnya, perhatian (aerasi) minyak panas, penundaan dalam pemrosesan hingga

pada bagian mesin sementara suhu tinggi pada tingakat suhu yang lain.

Tandan buah segar yang menunjukan dua kategori dari kematangan. Tandan

berwarna hitam yang mengandung minyak dengan DOBI yang lebih rendah dan tandan

berwarna kuning dengan DOBI yang lebih tinggi. Ekstraksi minyak dari tandan yang

lebih hitam memiliki DOBI < 1,5 dimana dari tandan yang berwarna kuning memiliki

(26)

13

Dobi >3,5. Dalam praktek DOBI >3,0 dapat dicapai dengan pemanenan dan pemrosesan

yang baik.

2.8. Tindakan-tindakan Yang Harus Dilakukan Untuk Memastikan CPO Mempunyai Kualitas Yang Tinggi

Kecke Seng dapat melakukan tindakan untuk meningkatkan CPO dalam

perkebunan kelapa sawit pada saat penggilingan dan pembersihan minyak sawit.

Tindakan yang dilakukan Keck Seng untuk menghasilkan DOBI minyak sawit

yang lebih tinggi, yaitu :

- Memberi peringatan kepada perkebunan agar memanen buah pada keadaan

sudah benar-benar masak

- Sterilisasi kondensasi dengan endapan yang buruk tidak diizinkan untuk

dihubungkan dengan CPO. Karena kondensasi sterilizer dan minyak dapat

menghasilkan besi dan tembaga yang berkadar tinggi. Prooksidan ini dapat

dilihat pada kualitas minyak dan masalah pemutihan selama pembersihan.

- Keck Seng menggunakan kondisi sterilisasi yang lemah. Dalam hal ini

dilakukan untuk mengecilkan tandan buah setelah ²฀฀฀upasan dan

menggunakan penghancur tandan yang tinggi.

- Menggunakan uap bertekanan untuk pemanasan CPO pada suhu dibawah

50°C.

(27)

14

2.9. Spektrofotometri UV-Visible

Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari

spektrometer dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan

panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat ukur intensitas cahaya yang

ditransmisikan atau yang diabsorbsi. Jadi, Spektrofotometer digunakan untuk mengukur

energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan , direfleksikan, atau diemisikan

sebagai fungsi dari panjang gelombang. Kelebihan spektrofotometer dibandingkan

fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini

diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating atau celah optis.

Spektrofotometri UV-Visible adalah anggota analisis spektroskopik yang

memakai sumber radiasi elektromagnetik ulatraviolet dekat (190 nm- 380 nm) dan sinar

tampak (380 nm -780 nm) dengan menggunakan instrumen spektrofotometer.

Radiasi ultra violet jauh (100 nm- 190nm) tidak dipakai, sebab pada daerah

radiasi tersebut diabsorbsi oleh udara. Ada kalanya spektrofotometer UV-Visible yang

diperdagangkan memberikan rentang pengukuran panjang gelombang 190 nm-1100 nm.

Hal ini perlu diperhatikan lebih seksama sebab di atas panjang gelombang 780 nm

merupakan daerah radiasi infra merah. Oleh sebab itu pengukuran di atas panjang

gelombang 780 nm harus dipakai detektor dengan kualitas sensitif terhadap radiasi infra

merah (infrared sensitive). Spektrofotometri UV-Visible melibatkan energi elektronik

yang cukup besar pada molekul yang dianalisa, sehingga spektrofotometri UV-Visible

lebih banyak dipakai untuk analisa kuantitatif dibandingkan analisis kualitatif.

(28)

15

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Metodologi 3.1.1. Alat – alat

a) Spektrofotometer UV-Visible TM 10

b) Kuvet

c) Neraca analitik

d) Gelas beaker 50 ml

e) Batang pengaduk

f) Labu ukur 50 ml

g) Plat pemanas

h) Magnet pengaduk

3.1.2. Bahan – bahan

a) Normal heksana

b) β-karoten

c) CPO

d) RBD Palm Olein

3.1.3. prosedur Analisa 3.1.3.1. Persiapan sampel

Sampel yang diperlukan untuk analisa DOBI adalah sampel CPO dan RBD Palm

Olein. Sebelum dilakukan analisa, maka sampel (CPO dan RBDP Olein) dipersiapkan

(29)

16

oven pada suhu 80o

a) Masukkan larutan normal heksana dalam masing-masing kuvet

C selama 15 menit agar sampel homogen dan mudah dalam

melakukan penimbangan dan diperoleh hasil yang maksimum.

Untuk sampel Cruide Palm Olein diperoleh dengan pencampuran sampel CPO

dan RBD P Olein dengan perbandingan 1 : 4 atau 10 g CPO dan 40 g RBD P Olein.

Setelah itu sampel dapat digunakan untuk pemeriksaan DOBI

3.1.3.2. Prosedur pembuatan kurva kalibrasi

a) 1 ml larutan standard β-Karoten dimasukkan dalam labu takar 50 ml masing-

masing 2,50 ml; 5 ml; 7,5 ml, 10,0 ml; 12,50 ml; 15,00 ml, kemudian diencerkan

sampai garis batas dengan n-heksan dan dihomogenkan, diperoleh larutan 0,025

mg β-karoten/50 ml; 0,05 mg β-karoten/50 ml; 0,075 mg β-karoten/50 ml; 0,100

mg β-karoten/50 ml; 0,125 mg β-karoten/50 ml; 0,150 mg β-karoten/50 ml.

b) Ukur masing-masing absorbansi larutan tersebut pada panjang gelombang 446 nm

c) Catat angka absorbansinya

3.1.3.3. Penentuan λ maksimum DOBI pada range Visible dan range UV

b) Ukur absorbansi pada λ 446 nm dan 269 nm

c) Ambil nilai absorbansi yang terkecil sebagai larutan blanko dan nilai absorbansi

yang terbesar sebagai tempat sample

d) Timbang 0,15 g β-karoten dalam labu ukur 50 ml

e) Larutan dengan n-heksana sampai garis batas

f) Ukur absorbansi pada λ 420 nm sampai 470 nm untuk range Visible dan 256 nm

sampai 290 nm untuk range UV

(30)

17

3.1.3.4. Penentuan DOBI untuk CPO dan RBD Palm Olein pada range Visible dan range UV

a) Masukkan larutan n-heksana dan masing-masing kuvet

b) Ukur absorbansi pada λ 446 nm dan 269 nm

c) Ambil nilai absorbansi yang terkecil sebagai larutan blanko dan nilai absorbansi

yang terbesar sebagai tempat sample

d) Timbang masing-masing 0,25 g CPO dan RBD P Olein dalam labu ukur 50 ml

e) Dilrutkan dengan n-heksana sampai garis batas

f) Masukkan kedalam kuvet dan diukur absorbansi pada λ 420 nm sampai 470 nm

untuk range Visible dan 256 nm sampai 290 nm untuk range UV.

3.1.3.5. Penentuan DOBI untuk campuran CPO dan RBD Palm Olein (Crude Palm Olein) pada range Visible dan range UV

a) Masukkan larutan n-heksana dalam masing-masing kuvet

b) Ukur absorbansi pada λ 466 nm dan 269 nm

c) Ambil nilai absorbansi yang terkecil sebagai larutan blanko dan nilai absorbansi

terbesar sebagai tempat sample

d) Timbang masing-masing 10 g CPO dan 40 g RBD P Olein dalam gelas beaker

kemudian diaduk diatas plat pemanas dengan magnet pengaduk sampai homogen

e) Ambil 0,25 g campuran CPO dan RBD P Olein tersebut dimasukkan dalam tiga

labu ukur 50 ml

f) Larutkan n-heksana sampai garis batas

g) Masukkan kedalam kuvet dan diukur absorbansi pada λ 420 nm sampai 470 nm

(31)

18

3.2. Hasil

3.2.1. Perhitungan

Absorbansi pada 446 nm DOBI =

Absorbansi pada λ 269 nm

DOBI 1 + DOBI 2 + DOBI 3 DOBI rata-rata =

3

g CPO (DOBI rata-rata CPO) + g RBDP Olein (DOBI rata-rata

DOBI teoritis =

g CPO + g RBDP Olein

3.2.2. Data

Tabel 4. Nilai DOBI rata-rata dalam CPO, RBD P Olein, dan Crude Palm Olein

RBDP Olein)

Kode Berat sampel Absorbansi pada 446 nm

Absorbansi pada 269 nm

DOBI DOBI

rata-rata

A1 0,2508 0,603 0,233 259

A2 0,2601 0,610 0,231 2,64 2,58

A3 0,2503 0,598 0,238 2,51

B1 0,2527 0,025 0,137 0,18

B2 0,2513 0,023 0,150 0.15 0,17

B3 0,2518 0,025 0,141 0,18

C1 0,2537 0,143 0,227 0,63

C2 0,2501 0,139 0,232 0,60 0,62

C3 0,2516 0,144 0,225 0,64

Keterangan : A = CPO

B = RBD P Olein

C = Crude Palm Olein (campuran CPO dan RBD Palm Olein)

(32)
[image:32.612.90.525.127.199.2]

19

Tabel 5. Nilai DOBI secara teori dalam Crude Palm Olein

Nama sampel

CPO (g) RBDP Olein (g)

DOBI rata-rata CPO

DOBI rata-rata RBDP

Olein

Teoritis

CPO + RBD

(33)

20

BAB IV PEMBAHASAN

4.1. Pembahasan

Untuk menganalisa DOBI dilakukan dengan metode spektrofotometri

UV-Visible, dengan panjang gelombang range visible dan range UV, dimana DOBI adalah

rasio perbandingan absorbansi pada range visible dan range UV. Maka terlebih dahulu

ditentukan panjang gelombang maksimumnya.

Penentuan panjang gelombang maksimum pada range visible dilakukan dengan

mengukur absorbansi dari panjang gelombang 420 nm sampai dengan 470 nm. Setelah

dilakukan pengukuran (kalibrasi) maka diperoleh panjang gelombang maksimum pada

range visible adalah 446 nm.

Penentuan panjang gelombang maksimum pada range UV dilakukan dengan

mengukur absorbansi dari panjang gelombang 256 nm sampai 290 nm. Setelah dilakukan

pengukuran (kalibrasi) maka diperoleh panjang gelombang maksimum pada range UV

adalah 269 nm.

DOBI ditentukan untuk memenuhi standar mutu CPO yang baik karena semakin

tinggi nilai DOBI maka semakin baik kualitas CPO, sehingga daya jual CPO semakin

tinggi. DOBI ditentukan untuk memenuhi standar perdagangan yang telah ditetapkan

oleh Deperindag yaitu harga DOBI ≥ 3.

Dobi yang dihasilkan untuk CPO dalam praktek adalah 2,58, dimana DOBI yang

dihasilkan secara praktek tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan, karena DOBI

yang diperoleh kurang dari 3.

(34)

21

DOBI Crude Palm Olein secra parktek lebih kecil dibandingkan dengan DOBI

Crude Palm Olein secara teoritis dimana DOBI Crude palm Olein secra praktek adalah

0,62. Sedangkan DOBI Crude Palm Olein secra teoritis adalah 0,65. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel 4. dan tabel 5.

Ada beberapa factor yang menyebabkan harga DOBI rendah antara lain adalah:

- Persentase yang tinggi dari buah tandan yang hitam (belum masak)

- Penundaan pemrosesan, khususnya selama musim hujan

- Kontaminasi dari CPO dengan kondensasi sterilizer

- Sterilisasi yang lama dari tandan buah

(35)

22

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

a. Pada range Visible, panjang gelombang maksimum pada pelarut normal heksana

adalah 446 nm

b. Pada range UV, panjang gelombang maksimum pada pelarut normal heksana

adalah 269 nm

c. DOBI Crude Palm Oil (CPO) adalah 2,58

d. DOBI RBD Palm Olein adalah 0,17

e. DOBI campuran CPO dan RBD Palm Olein atau Crude Palm Olein adalah

- DOBI Crude Palm Olein yang diperoleh dari hasil analisa adalah 0,62

- DOBI Crude Palm Olein yang diperoleh dari hasil perhitungan adalah

0,65

5.2. Saran

a. Diharapkan pada penentuan DOBI dapat dilakukan dengan metode yang lain

b. Diharapkan agar penentuan DOBI dapat dilakukan dengan pelarut yang berbeda

ssehingga dapat diketahui panjang gelombang maksimum pada range visible dan

range UV.

(36)

23

DAFTAR PUSTAKA

1. Ir. Yan Fauzi, 2004, ”Kelapa Sawit”, Edisi revisi, Penebar Swadaya, Jakarta.

2. Khopkar .S.M, 1990, “Konsep Dasar Kimia Analitik”, Universitas

Indonesia Press, Jakarta.

3. Ketaren S, 1986, “Pengantar Teknologi Minyak Dan Pangan”, Universitas

Indonesia Press, Jakarta.

4. Mulja M, 1995, “Analisa Instrumental”, Universitas Airlangga Press,

Jakarta.

5. Naibaho, 1988, “Pemisahan Karotena (Provitamin A) Minyak Sawit

Dengan Metode Adsorbsi”, Desertasi S-3, FPS, Bogor.

6. Suyarno R, 1994, “Kelapa Sawit Upaya Peningkatan Produktifitas”,

Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

7. Tim Penulis PS, 1998, “Kelapa Sawit Usaha Budi Daya Pemanfaatan

Hasil Dan Aspek Pemasaran”, Penerbit Swadaya, Jakarta.

8. Winarno F.G, 1997, “Kimia Pangan Dan Gizi”, Penerbit Gramedia, Jakarta.

Gambar

Tabel 1. SNI (Standar Nasional Indonesia) tentang hubungan DOBI dengan Kualitas
Tabel.2. PORIM (Palm Oil Risert Institute Of Malaysia) tentang hubungan DOBI
Tabel.3. Petunjuk Keck Seng Untuk DOBI Dan Tingkat Refinabilitas
Tabel 5. Nilai DOBI secara teori dalam Crude Palm Olein

Referensi

Dokumen terkait

Kadar kotoran yg terdapat pada minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) dapat merusak mutu minyak sawit mentah.. Peningkatan kadar kotoran dapat terjadi karena proses

Mutia Afriani : Hubungan Analisa Dobi ( Deteration Of Bleachability Index ) Dan -Karoten Dalam CPO ( Crude Palm.. Oil ) Dengan Menggunakan Spektrofotometri

minyak, yakni minyak kelapa sawit mentah ( Crude palm Oil /CPO) yang diekstraksi dari mesokrap buah kelapa sawit dan minyak inti sawit ( Palm Kernel Oil

Pada analisa DOBI yang dilakukan diperoleh bahwa nilai DOBI minyak kelapa sawit dengan kode sampel B yang berasal dari Padang Halaban yaitu 2.57 telah memenuhi standar

Tanaman yang produk utamanya ini terdiri dari minyak goreng kelapa sawit atau CPO (Crude Palm Oil) dan minyak inti sawit atau PKO (Palm Kernel Oil) mempunyai nilai ekonomis

kadar asam lemak bebas yang terdapat didalam minyak sawit mentah (crude palm

Kelapa sawit menghasilkan dua jenis minyak, yakni: minyak kelapa sawit mentah CPO (Crude Palm Oil) yang diekstraksi dari mesokrap buah kelapa sawit dan minyak inti sawit PKO

Hasil yang di produksi dari pengolahan pabrik kelapa sawit adalah berupa CPO Crude Palm Oil merupakan minyak mentah yang masih perlu diolah agar memperoleh minyak yang terbaik maka