1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelapa sawit adalah tanaman palm yang dapat menghasilkan minyak
(Elaeiagunensis JACQ). Kelapa sawit merupakan sumber minyak nabati yang penting
di Indonesia. Komoditas kelapa sawit tersebut termasuk komoditas yang mendapatkan perhatian khusus untuk meningkatkan ekspor non migas. Sekitar 90% minyak sawit
yang diperdagangkan dipasaran dunia digunakan untuk pangan seperti minyak goreng (RBDP Olein), margarin (RBDP Stearin ) dan sebagainya.
(Ketaren, 1986)
Dewasa ini, pengolahan minyak kelapa sawit dilaksanakan oleh pabrik-pabrik kelapa sawit berkapasitas besar yang dimiliki oleh perusahaan perkebunan besar, baik
PT Perkebunan Nusantara (PTPN) maupun Perusahaan Perkebunan Besar Swasta (PBS). Pengolahan kelapa sawit bertujuan untuk memperoleh minyak kelapa sawit mentah (CPO,Crude Palm Oil) dan inti (kernel) yang kualitasnya baik. Untuk
mengantisipasi hal ini, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) telah berhasil mengembangkan Mini Palm Oil Milling Plant (MPOP) yang dapat mengolah
tandan buah segar menjadi minyak kelapa sawit mentah (CPO) dan selanjutnya mengolah CPO menjadi minyak goreng. MPOP yang dikembangkan berkapasitas 5 ton
TBS per jam untuk kebun kelapa sawit seluas 1.000 ha, kapasitas 10 ton TBS per jam untuk kebun kelapa sawit seluas 2.000 ha, dan kapasitas 15 ton TBS per jam untuk kebun kelapa sawit seluas 3.000 ha. Produksi minyak dunia. (Setyamidjaja,2000)
1
2
Produk turunan CPO selain minyak goreng kelapa sawit juga dapat menghasilkan margarin, shortening, vanaspati (vegetable ghee), es krim, bakery fats, instans noodle, sabun dan detergen, biscuits cream fats, chocolate, textiles oils, dan
biodiesel. Khusus untuk biodiesel, permintaan terhadap produk ini pada beberapa tahun mendatang akan semakin meningkat, terutama dengan diterapkannya kebijaksanaan di
beberapa negara Eropa dan Jepang untuk menggunakan energi yang bisa digunakan kembali. (Hartanto, 2003)
Minyak sawit yang berkualitas baik sangat menunjang perdagangan sehingga berpengaruh pada perdagangan ekspor. Beberapa bulan terakhir, harga CPO (Crude Palm Oil) mengalami penurunan harga yang signifikan dipasar Internasional. Penurunan
harga ini terjadi akibat rendahnya angka indeks derajat kepucatan (DOBI, deoteration of bleachability index). Angka DOBI minimal pada CPO adalah 2,8 karena tidak
terpenuhinya angka standar DOBI, harga CPO Indonesia dipasar Internasional selalu dipotong 500 rupiah per kg sehingga mengakibatkan kerugian akibat potongan harga tersebut. Masalah lain yang dituding menjadi biang keladi rendahnya angka DOBI
dalam CPO adalah parameter kualitas CPO yang masih berpatokan pada asam lemak bebas yang terkandung pada CPO maksimum 5% bukan berdasarkan pada DOBI. Angka ini sesuai dengan spesifikasi persyaratan mutu pada SNI Crude Palm Oil (CPO)
SNI No 01–0016–1998 yang disahkan pada tahun 1998.
Oleh karena itu DOBI salah satu faktor penentu minyak sawit, maka dalam hal ini saya tertarik memilih judul “ Penentuan Nilai DOBI (Deterioration Of Bleachability
3
Index) pada Minyak Sawit Mentah (Crude Palm Oil) dengan Spektrofotometri
UV.
1.2. Permasalahan
Yang menjadi permasalahan dalam penulisan karya ilmiah adalah bagaimana cara menentukan nilai DOBI dari minyak sawit mentah (CPO) dengan menggunakan
spektrofotometri UV.
1.3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk menentukan kadar DOBI dalam CPO.
1.4. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan karya ilmiah ini dapat memberikan informasi kepada konsumen tentang perlunya nilai DOBI dan bagaimana menentukan nilai DOBI pada
CPO.