• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENENTUAN DOBI (DETERIORATION OF BLEACHABILITY INDEX)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENENTUAN DOBI (DETERIORATION OF BLEACHABILITY INDEX)"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

PENENTUAN DOBI (DETERIORATION OF BLEACHABILITY INDEX) DAN BETA KAROTEN MINYAK KELAPA SAWIT

MENTAH MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER UV-VISIBLE DI PT. SMART TBK

LAPORAN TUGAS AKHIR

RIMA AMALIA 152401062

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2018

(2)

PENENTUAN DOBI (DETERIORATION OF BLEACHABILITY INDEX) DAN BETA KAROTEN MINYAK KELAPA SAWIT

MENTAH MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER UV-VISIBLE DI PT. SMART TBK

LAPORAN TUGAS AKHIR

DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI TUGAS DAN MEMENUHI SYARAT MEMPEROLEH GELAR AHLI MADYA

RIMA AMALIA 152401062

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA

(3)

PERNYATAAN ORISINALITAS

PENENTUAN DOBI (DETERIORATION OF BLEACHABILITY INDEX) DAN BETA KAROTEN MINYAK KELAPA SAWIT MENTAH

MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER UV-VISIBLE DI PT. SMART TBK

LAPORAN TUGAS AKHIR

Saya menyatakan bahwa laporan tugas akhir ini adalah hasil karya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing – masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2018

RIMA AMALIA 152401062

(4)
(5)

PENENTUAN DOBI (DETERIORATION OF BLEACHABILITY INDEX)DAN BETAKAROTEN MINYAK KELAPA SAWIT MENTAH

MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER UV-VISIBLE DI PT. SMART TBK

ABSTRAK

Penentuan DOBI (Deterioration of Bleachability Index) dan beta karoten telah dilakukan pada minyak kelapa sawit mentah di PT. SMART Tbk Belawan dengan tujuan untuk mengetahui apakah minyak kelapa sawit mentah telah memenuhi standar mutu yang ditetapkan oleh PORAM atau tidak. Penentuan DOBI dan beta karoten dilakukan secara Spektrofotometer UV-Visible dengan panjang gelombang λ269 nm dan λ446 nm. Sampel minyak kelapa sawit mentah berasal dari tiga kebun kelapa sawit dari daerah yang berbeda. Hasil analisa yang diperoleh yakni, nilai DOBI pada kebun A adalah 2.10, kebun B adalah 2.57 dan kebun C adalah 2.12, sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai DOBI pada kebun B telah memenuhi standar mutu yang ditetapkan oleh PORAM. Namun untuk kebun A dan kebun C tidak memenuhi standar ditetapkan oleh PORAM. Sementara kadar beta karoten minyak kelapa sawit mentah pada kebun A adalah 411.67 ppm, kebun B adalah 414.92 ppm dan kebun C adalah 446.90 ppm. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kadar beta karoten minyak kelapa sawit mentah dari ketiga kebun tidak memenuhi standar mutu yang ditetapkan oleh PORAM.

Kata kunci : Beta Karoten, DOBI (Deterioration of Bleachability Index), Minyak Kelapa Sawit Mentah, Spektrofotometer UV-Visible, Standar PORAM

(6)

DETERMINATION OF DOBI (DETERIORATION OF BLEACHABILITY INDEX) AND BETA KAROTEN CRUDE PALM OIL USING

SPECTROFOTOMETER UV-VISIBLE IN PT. SMART TBK

ABSTRACT

Determination of DOBI (Deterioration of Bleachability Index) and beta carotene have been performed on crude palm oil at PT. SMART Tbk Belawan with a view to know whether crude palm oil meets the quality standards set by PORAM or not. Determination of DOBI and beta carotene was performed by UV-Visible Spectrophotometer with wavelength λ269 nm and λ446 nm. Crude palm oil samples come from three oil palm plantations from different regions. The result of analysis obtained is that the value of DOBI in plant A is 2.10, plant B is 2.57 and plant C is 2.12, so it can be concluded that the value of DOBI in plant B has met the quality standard set by PORAM. But for plant A and plant C do not meet the standards set by PORAM. While the beta carotene content of crude palm oil in garden A is 411.67 ppm, plant B is 414.92 ppm and plant C is 446.90 ppm. So it can be concluded that the beta carotene content of crude palm oil from the three plantations does not meet the quality standards set by PORAM.

Keywords: Beta Carotene, DOBI (Deterioration of Bleachability Index), Crude Palm Oil, UV-Visible Spectrophotometer, Standard PORAM

(7)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Maha Pengasih dan Penyayang yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul Penentuan DOBI (Deterioration of Bleachability Index) dan Beta Karoten Minyak Kelapa Sawit Mentah Menggunakan Spektrofotometer UV-Visible di PT. SMART Tbk.

Adapun Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk meraih gelar ahli madya pada program diploma Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam di Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari sepenuhnya dalam penulisan tugas akhir ini banyak mengalami kendala. Namun berkat bantuan, penulis banyak mendapatkan dorongan, motivasi, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Akhirnya penulis dapat menyelesaikan kendala tersebut dengan baik. Atas bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak maka pada kesempatan ini dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kepada orang tua saya, Ayah Nasrun Lubis dan Almh. Ibunda Sahraini serta seluruh keluarga yang sangat saya sayangi, yang telah banyak memberikan dukungan moril dan materil, serta doa kesuksesan yang telah menguatkan saya dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

2. Bapak Dr. Hamonangan Nainggolan. M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya dan banyak memberikan arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

3. Bapak Dr. Kerista Sebayang, MS selaku dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Cut Fatimah Zuhra, M.Si selaku Ketua Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Dr. Minto Supeno, MS selaku Ketua Program Studi D-3 Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sumatera Utara.

(8)

6. Seluruh Staff Dosen yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan membimbing kepada saya selama duduk dibangku kuliah.

7. Bapak Puji Sanjaya, selaku Department Head Quality Management PT.

SMART Tbk Belawan yang telah memberikan saya kesempatan untuk praktik kerja lapangan selama sebulan lamanya.

8. Bapak Nazli DAP, selaku Section Head Quality Control PT. SMART Tbk Belawan yang telah banyak memberikan bimbingan dan ilmu pengetahuan kepada saya.

9. Kepada Adhitya Luthfi yang telah memberikan saya semangat yang tiada henti-hentinya sampai tugas akhir saya dapat terselesaikan tepat waktu.

10. Sahabat-sahabat terbaik saya Ervina, Glory, Dita, Dicky, Adinda, Adinmus, Fildzah, Angel, Lisari dan Anggia yang selalu berjuang bersama-sama untuk menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.

11. Teman-teman seperjuangan D-3 Kimia Stambuk 2015 khususnya kelas B, Abang Kakak Alumni D-3 Kimia, yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang sudah memberikan dukungan dan membantu saya dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

Dalam penulisan tugas akhir ini masih memiliki kekurangan dalam materi dan cara penyajiannya, dengan kata lain masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk kesempurnaan tugas akhir ini. Akhir kata saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Medan, Juli 2018

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR i

ABSTRAK ii

ABSTRACT iii

PENGHARGAAN iv

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN x

DAFTAR SINGKATAN xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Perumusan Masalah 2

1.3. Hipotesis 2

1.4. Tujuan Penelitian 3

1.5. Manfaat Penelitian 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4

2.1 Kelapa Sawit 4

2.1.1 Varietas Kelapa Sawit 5

2.1.2 Taksonomi Kelapa Sawit 6

2.2 Minyak Kelapa Sawit 6

2.2.1 Komposisi Minyak Kelapa Sawit 7

2.2.2 Sifat Fisika Kimia Minyak Kelapa Sawit 9

2.2.3 Standar Mutu Minyak Kelapa Sawit 9

2.3 DOBI (Deterioration Of Bleachability Index) 11

2.3.1 Faktor Penyebab DOBI Rendah 13

2.3.2 Tindakan yang Dilakuka nuntuk Memastikan

Minyak Kelapa Sawit Mempunyai Kualitas Tinggi 13

2.4 Karotenoid 17

2.4.1 Manfaat Beta Karoten 17

2.4.2 Proses Pemisahan Beta Karoten dari Minyak Kelapa Sawit 17

(10)

2.4.3 Vitamin A 18

2.5 Analisa Spektrofotometri 19

2.5.1 Spektrofotometri UV-Visible 19

BAB 3 METODE PENELITIAN 22

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 22

3.2 Alat dan Bahan 22

3.2.1 Alat 22

3.2.2 Bahan 22

3.3 Prosedur Penelitian 22

3.3.1 Preparasi Sampel 22

3.3.2 Pengoperasian Spektrofotometer Pharo 300 23

3.3.3 Penentuan DOBI dan Beta Karoten 23

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 24

4.1 Hasil 24

4.1.1 Hasil Analisa Nilai DOBI dan Beta Karoten 24

4.1.2 Perhitungan 24

4.1.2.1 Perhitungan Nilai DOBI 24

4.1.2.2 Perhitungan Nilai Beta Karoten 25

4.2 Pembahasan 25

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 29

5.1 Kesimpulan 29

5.2 Saran 29

DAFTAR PUSTAKA 30

LAMPIRAN 32

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel

Judul Halaman

2.2.1 Komposisi Asam Lemak Pada Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Inti Kelapa Sawit

8 2.2.2 Nilai Sifat Fisika Kimia Minyak Kelapa Sawit dan Minyak

Inti Kelapa Sawit

9 2.2.3.1 Standar Nasional Indonesia Minyak Kelapa Sawit Mentah

(CPO)

2.2.3.2 Spesifikasi Mutu SPB (Special Prime Bleach) dan Ordinary 10 2.3 PORIM (Palm Oil Riset Institute Of Malaysia) Hubungan

DOBI dengan Kualitas Minyak

12 4.1.1 Data Hasil Analisa Nilai DOBI dan Beta Karoten pada

Minyak Kelapa Sawit Mentah

24

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar

Judul Halaman

2.4 Struktur Beta Karoten 16

2.4.3 Struktur Retinol 18

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran

Judul Halaman

1 Data Hasil Analisa Nilai DOBI dan Beta Karoten pada Minyak Kelapa Sawit Mentah

32 2 Crude Palm Oil (CPO) Standard Spesification by Palm

Oil Refiners Association of Malaysia (PORAM)

32

3 Spektrofotometer UV-Visible 32

(14)

DAFTAR SINGKATAN

DOBI = Deterioration of Bleachability Index

CPO = Crude Palm Oil

CPKO = Crude Palm Kernel Oil

RBD.Palm Oil = Refined, Bleached and Deodorized Palm Oil PORAM = Palm Oil Refiners Association of Malaysia UV-Visible = Ultra Violet Visible

(15)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kelapa sawit dikenal sebagai salah satu komoditas pertanian yang menghasilkan banyak manfaat dan bernilai ekonomi. Minyak sawit dapat berkembang menjadi produk turunan yang potensial dikembangkan dalam bidang industri berbasis pertanian (agroindustri). Dengan meningkatnya industri pengolahan produksi turunan minyak sawit yang tinggi, dapat meningkatkan perekonomian Indonesia. Kini dengan semakin terbatasnya energi baru dari persediaan minyak bumi, minyak sawit menjadi sumber energi baru dari minyak nabati yang dapat diolah menjadi bahan bakar nabati seperti biodisel (bahan bakar nabati) ( Soraya, 2013).

Pengolahan kelapa sawit bertujuan untuk memperoleh minyak kelapa sawit mentah, crude palm oil(CPO) dan inti (kernel) yang kualitasnya baik.Untuk mencapai hal ini, pabrik pengolahan harus dipersiapkan dengan baik,demikian pula halnya dengan tandan buah segar yang akan diolah. Perluditekankan bahwa di dalam penyediaan tandan buah segar yang akan diolah perludiperhatikan hal-hal sebagai berikut: tandan buah segar telah matang panen,mengurangi sekecil mungkin terjadinya jumlah brondolan, pengangkutandilaksanakan dengan lancar dan baik, mengurangi sekecil mungkin terbawanyapasir dan benda keras, serta dilaksanakannya pengolahan sesegera mungkin,palinglama 8 jam sejak tandan buah segar dipanen (Setyamidjaja,D.2006).

Minyak sawit kasar dikenal dengan sebutan CPO (Crude Palm Oil) yang mengandung sejumlah komponen-komponen seperti asam lemak bebas (free fatty acid/FFA), fosfatida, air, karotenoid, komponen-komponen yang memberikan rasa dan bau dan komponen-komponen lain dalam jumlah yang sangat kecil (komponen minor) seperti vitamin E atau tokoferol, dan fitosterol (Seto,S.2001).

Tuntutan pasar akan CPO (Crude Palm Oil) di masa sekarang dan yang akan datang cenderung menginginkan kualitas yang lebih baik, tidak saja dari komponen mayor kelapa sawit seperti lemak dan minyak alam yang terdiri atas trigliserida,

(16)

digliserida dan monogliserida, asam lemak bebas, moisture, pengotoran dan terdiri dari komponen minor seperti β-karoten, vitamin B, iodine, dan sebagainya. Pasca ditetapkan standarisasi β-karoten terhadap CPO impor antara 500 hingga 2.500 ppm oleh Direktorat Bea India sejak Agustus 2003 berimbas pada penurunan secara drastis ekspor Sumatera Utara akan CPO. India telah menahan masuk CPO dari Indonesia dengan alasan kandungan β-karoten (provitamin A) komoditas tersebut dibawah standar baru yang ditetapkan negara itu. Hal inilah yang mendorong perusahaan maupun instansi yang berhubungan dengan kelapa sawit melakukan usaha-usaha pengembangan bahan tanaman kelapa sawit yang dapat memenuhi standar tersebut (Siahaan, 2006)

Berdasarkan hal tersebut penulis ingin melakukan penelitian yang berjudul

“PENENTUAN DOBI (DETERIORATION OF BLEACHABILITY INDEX) DAN BETA KAROTEN PADA MINYAK SAWIT MENTAH MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETER UV-VISIBE DI PT.SMART Tbk”.

1.2 Permasalahan

1 Berapakah kadar DOBI dan Beta Karoten pada minyak kelapa sawit mentah menggunakan metode spektrofotometri UV-visible di PT.SMART Tbk.

2 Apakah kadar DOBI dan Beta Karoten pada minyak sawit mentah telah memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan.

1.3 Hipotesis

Minyak kelapa sawit mentah olahan PT. SMART Tbk Belawan telah memenuhi standar atau tidak memenuhi standar mutu PORAM berdasarkan parameter nilai DOBI (Deterioration Of Bleachability Index) dan beta karoten.

(17)

1.4 Tujuan Penelitian

1 Untuk mengetahui standar nasional Indonesia mutu minyak kelapa sawit mentah

2 Untuk mengetahui nilai DOBI dan Beta Karoten pada minyak kelapa sawit mentah

3 Untuk mengetahui hubungan antara DOBI dan Beta Karoten

1.5 Manfaat Penelitian

1 Dapat mengetahui standar nasional Indonesia mutu minyak kelapa sawit mentah 2 Dapat mengetahui nilai DOBI pada minyak kelapa sawit mentah

3 Dapat mengetahui hubungan antara DOBI dan Beta Karoten

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa Sawit

Kelapa sawit, didasarkan atas bukti-bukti fosil, sejarah dan linguistik yang ada diyakini berasal dari Afrika Barat. Di tempat asalnya ini, kelapa sawit (yang pada saat lalu dibiarkan tumbuh liar di hutan-hutan) sejak awal telah dikenal sebagai tanaman pangan yang penting. Oleh penduduk setempat kelapa sawit telah diproses secara amat sederhana menjadi minyak dan tuak sawit.

Di luar benua Afrika, kelapa sawit mulai diperhitungkan sebagai tanaman komoditas (penghasil produk dagangan). Sejak revolusi industri bersaing keras di Eropa. Saat itu di Eropa bermunculan Industri atau pabrik (antara lain industri sabun dan margarin) yang membutuhkan bahan mentah/baku untuk operasionalnya. Minyak sawit dan minyak inti sawit yang muncul kemudian adalah dua produk yang antara lain dibutuhkan untuk bahan mentah /baku tersebut. Jadilah minyak (dan minyak inti sawit) dibutuhkan oleh pasar Eropa (Tim Penulis PS, 1992).

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ) adalah tanaman berkeping satu yang termasuk dalam family palmae. Nama genus Elaeis berasal dari bahasa Yunani Elaion atau minyak, sedangkan nama species Guinensis berasal dari Guinea yaitutempat dimana seorang ahli bernama Jacquin menemukan tanaman kelapa sawit pertama kali di pantai Guinea.

Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah beriklim tropis dengan curah hujan 2000 mm/tahun dan kisaran suhu 22°C - 32°C. Daerah penanaman kelapa sawit di Indonesia adalah daerah Jawa Barat (Lebak dan Tangerang), Lampung, Riau, Sumatera Barat, Sumatera Utara dan Aceh. Negara penghasil kelapa sawit selain Indonesia adalah Malaysia, Amerika Tengah dan Nigeria

(19)

2.1.1 Varietas Kelapa Sawit

Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, dikenal lima varietas kelapa sawit, yaitu :

1. Dura

 Tempurung cukup tebal antara 2-8 mm

 Tidak terdapat lingkaran serabut pada bagian luar tempurung

 Daging buah relatif tipis, yaitu 35-50%

 Kernel (daging biji) besar dengan kandungan minyak rendah

 Dalam persilangan dipakai sebagai pohon induk betina 2. Pisifera

 Ketebalan tempurung sangat tipis bahkan hampir tidak ada

 Daging buah tebal, lebih tebal dari daging buah dura

 Daging biji sangat tipis

 Tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis lain dipakai sebagai pohon induk jantan

3. Tenera

 Hasil persilangan dura dan pisifera

 Tempurung tipis (0,5-4 mm)

 Terdapat lingkaran serabut di sekeliling tempurung

 Daging buah sangat tebal (60-96% dari buah)

 Tandan buah lebih banyak, tetapi ukurannya relatif lebih kecil 4. Marco carya

 Tempurung tebal sekitar (5 mm), sedang daging buahnya tipis sekali 5. Diwikka-wakka

Varietas ini mempunyai ciri khas dengan adanya dua lapisan daging buah.

Dwikka-wakka dapat dibedakan menjadi Diwikka-wakkadura, Diwikka- wakka psifera dan Diwikka-wakka tenera. Perbedaan ketebalan daging buah kelapa sawit menyebabkan perbedaan persentase atau rendemen minyak yang dikandungnya. Rendemen minyak tertinggi terdapat pada varietas Tenera yaitu sekitar 22 – 24% , sehingga tidak heran jika lebih banyak perkebunan yang menanam kelapa sawit dari varietas Tenera (Mangoensoekarjo, 2003).

(20)

2.1.2 Taksonomi Tanaman Kelapa Sawit Divisi : Tracheophyta Subdivisi : Pteropsida Kelas : Angiospermae Subkelas : Monocotyledoneae Ordo :Spadiciflorae (Arecales) Famili : Palmae

Sub-famili : Cocoideae Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis guineensis Jacq Sumber : (Soehardjo, 1996)

2.2 Minyak Kelapa Sawit

Saat ini ketersediaan minyak bumi semakin terbatas, menyebabkan perhatian terhadap penggunaan minyak nabati sebagai bahan bakar alternatif semakin diminati. Salah satu bahan alternatif yang digunakan adalah minyak kelapa sawit.

Minyak sawit digunakan sebagai kebutuhan bahan pangan, industri kosmetik, industri kimia, dan industri pakan ternak. Kebutuhan minyak sawit sebesar 90%

digunakan untuk bahan pangan seperti minyak goreng, margarin, shortening, pengganti lemak kakao dan untuk kebutuhan industri roti, cokelat, es krim, biskuit, dan makanan ringan. Kebutuhan 10% dari minyak sawit lainnya digunakan untuk industri oleokimia yang menghasilkan asam lemak, fatty alcohol, gliserol, dan metil ester (Sulastri,Y. 2010).

Minyak kelapa sawit berasal dari mesokarp kelapa sawit.Minyak kelapa sawit terdiri atas berbagai trigliseridadengan rantai asam lemak yang panjang dan jenisnya berbeda-beda. Dengan demikian, sifat minyak kelapa sawit ditentukan oleh perbandingan dan komposisi trigliseridatersebut. Karena kandungan asam

(21)

Asam linoleat bersifat tidak jenuh, merupakan asam lemak omega-6, dan memiliki rantai 18-karbon panjang (Ketaren, 1986).

Minyak kelapa sawit mengandung asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Asam lemak yang rantai hidrokarbonnya terdapat ikatan rangkap disebut asam lemak tidak jenuh dan apabila tidak terdapat ikatan rangkap pada rantai hidrokarbonnya disebut asam lemak jenuh. Asam palmitat dan asam oleatmerupakan asam lemak yang dominan dalam minyak sawit, sedangkan asam lemak linoleat dan asam stearatnya sedikit. Asam palmitat merupakan asam lemak jenuh rantai panjang yang memiliki titik cair (meelting point) yang tinggi yaitu 64°C. Asam palmitat yang tinggi membuat minyak sawit lebih tahan terhadap oksidasi (ketengikan) dibanding jenis minyak lain. Titik cair asam palmitat yaitu 14°C (Zulkifli, 2014).

Minyak sawit memiliki banyak manfaat untuk kesehatan manusia diantaranya adalah karoten dan vitamin E. Karoten memiliki manfaat sebagai pencegahan sel kanker, paru – paru dan sebagai antioksidan.Sedangkan vitamin E berfungi sebagai pelindung sel dari membran oksidatif, mengurangi resiko diabetes, dan meningkatkan sistem imun (Ayustaningwarno, 2012).

2.2.1 Komposisi Minyak Kelapa Sawit

Kelapa sawit mengandung lebih kurang 80 persen perikarp dan 20 persenbuah yang dilapisi kulit yang tipis, kadar minyak dalam perikarp sekitar 34-40 persen. Minyak kelapa sawit adalah lemak semi padat yang mempunyai komposisiyang tetap. Kandungan karoten dapat mencapai 1000 ppm atau lebih, tetapi dalamminyak dari jenis tenera lebih kurang 500-700 ppm, dan kandungan tokoferol bervariasi dan dipengaruhi oleh penanganan selama produksi (Ketaren, 1986).

(22)

Tabel 2.2.1. Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Inti Kelapa Sawit

Sumber :(Ketaren, 1986)

Perbedaan jenis asam lemak penyusunnya dan jumlah rantai asam lemak yang membentuk trigliserida dalam minyak sawit dan minyak inti sawit kedua jenis minyak tersebut mempunyai sifat yang berbeda dalam kepadatan. Minyak sawit dalam suhu kamar bersifat setengah padat, sedangkan pada suhu yang sama minyak inti sawit berbentuk cair. Kandungan minor minyak sawit berjumlah kurang lebih 1%, antara lain terdiri dari karoten, tokoferol, sterol, alkohol, triterpen, dan fosfolipida. Dua unsur yang disebut pertama, yaitu karoten dan tokoferol mempunyai nilai lebih dibandingkan unsur yang lain karena kedua unsur itu diketahui meningkatkan kemantapan minyak terhadap oksidasi. Dengan kata lain, keberadaan kedua unsure dalam suatu jenis minyak menyebabkan minyak relative tidakmudah tengik. Dalam CPO, kadar sterol berkisar antara 360- 620 ppm, sedangkan kadar kolesterol yang terkandung hanya sekitar 10 ppm atau sebesar 0,001% dari CPO (Tim Penulis PS, 1992).

Kelapa sawit mengandung kurang lebih 80 persen perikarp dan 20 persen buah yang dilapisi kulit yang tipis; kadar minyak dalam perikarp sekitar 34-40 persen. Minyak kelapa sawit adalah lemak semi padat yang mempunyai komposisi yang tetap. Kandungan karoten dapat mencapai 1000 ppm atau lebih,

Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit (%)

Minyak Inti Sawit (%)

Asam kaprilat 3-4

Asam kaproat 3-7

Asam laurat 46-52

Asam miristat 1.1-2.5 14-17

Asam palmitat 40-46 6.5-9

Asamstearat 3.6-4.7 1-2.5

Asam oleat 39-45 13-19

Asam linoleat 7-11 0.5-2

(23)

2.2.2 Sifat Fisika Kimia Minyak Kelapa Sawit

Sifat fisiko-kimia minyak kelapa sawit meliputi warna, bau dan flavor, kelarutan, titik cair dan polimorphisme, titik didih (boiling point), titik pelunakan, slipping point, shot melting point, bobot jenis, indeks bias, titik kekeruhan (turbidity point), titik asap, titik nyala dan titik api.

Warna minyak ditentukan adanya pigmen yang masih tersisa setelah proses pemucatan, karena asam-asam lemak dan gliserida tidak berwarna. Warna orange atau kuning disebabkan adanya pigmen karoten yang larut dalam minyak.Bau dan flavor dalam minyak terdapat secara alami, juga terjadi akibat adanya asam-asam lemak berantai pendek akibat kerusakan minyak. Bau khas minyak kelapa sawit ditimbulkan oleh persenyawaan beta ionone.Titik cair minyak sawit berada dalam nilai kisaran suhu, karena minyak kelapa sawit mengandung beberapa macam asam lemak yang mempunyai titik cair yang berbeda-beda (Ketaren, 1986).

Tabel 2.2.2 Nilai Sifat Fisika Kimia Minyak Kelapa Sawit

Sifat Minyak Sawit Minyak Inti Sawit

Bobot Jenis pada suhu kamar 0,900 0,900-0,913 Indeks bias 1,4565-1,4585 1,495-1,415

Bilangan Iod 48-56 14-20

Bilangan Penyabunan 196-205 244-254 Sumber : (Ketaren, 1986)

2.2.3 Standar Mutu Minyak Kelapa Sawit

Standar mutu merupakan hal yang penting untuk menentukan minyak yang bermutu baik. Ada beberapa faktor yang menentukan standart mutu yaitu:

kandungan air dan kotoran dalam minyak, kandungan asam lemak bebas, warna dan bilangan peroksida.

Mutu minyak kelapa sawit yang baik mempunyai kadar airkurang dari 0,1 persen dan kadar kotoran lebih kecil dari 0,01 persen. Kandungan asamlemak bebas serendah mungkin (kurang lebih 2 persen atau kurang) bilangan peroksidadi

(24)

bawah 2, bebas dari warna merah dan kuning (harus berwarna pucat) tidak berwarnahijau, jernih, dan kandungan logam berat serendah mungkin atau bebas dari ion logam (Ketaren, 1986)

Tabel 2.2.3.1 Standar Nasional Indonesia Minyak Kelapa Sawit Mentah (CPO)

Kriteria Satuan Pesyaratan

Warna - Jingga kemerah

Kadar air dan kotoran %, fraksi masa 0,5 maks Asam lemak bebas

(sebagai asam palmitat) %, fraksi masa 5 maks Bilangan yodium g yodium /100g 50 – 55 Sumber :SNI 01-2901-2006

Tabel 2.2.3.2 Spesifikasi Mutu SPB (Special Prime Bleach) dan Ordinary

Kandungan SPB Ordinary

Asam Lemak Bebas (%) 1-2 3-5

Kadar Air (%) 0,1 0,1

Kotoran (%) 0,002 0,01

Besi ppm 10 10

Tembaga ppm 0,5 0,5

Bilangan iod 53±1,5 45-56

Karoten ppm 500 500-700

Tokoferol ppm 800 400-600

Sumber : (Ketaren, 1986)

(25)

2.3 DOBI (Deterioration Of Bleachabilitty Indeks)

Minyak kelapa sawit mengandung zat warna, seperti karoten dan turunannya yang memberikan warna merah-kuning pada minyak. Warna tersebut kurang disukai konsumen. Terlebih lagi, hal ini dikarenakan reaksi pada temperatur tinggi dapat mengubah karoten menjadi senyawa yang berwarna kecokelat-cokelatan dan larut dalam minyak sehingga semakin sukar untuk dipucatkan (kemampuan untuk dipucatkan semakin berkurang). Penurunan daya pemucatan ini disebut DOBI (Deterioration Of Bleachability Index).

Dalam industri, pemucatan minyak kelapa sawit dapat dilakukan dengan proses absorpsi dan dengan reaksi kimia. Proses absorpsi dilakukan dengan menggunakan bahan bleaching clay (floridin dan kaolin), bleaching karbon, serta karbon aktif.Pemucatan dengan reaksi kimia dapat dilakukan denganoksidasi menggunakan peroksida, dikromat, dan klorin.

Bilangan DOBI merupakan gambaran kerusakan minyak akibat proses oksidasi yang terjadi sejak panen lalu dilajutkan pada proses pengolahan, penimbunan, dan pemompaan ke kapal tanker angkut. Kerusakan kualitas tersebut akan berperan pada proses pengolahan lanjutan di industri hilir. Perubahan kualitas minyak selama proses dipengaruhi oleh sistem pengolahan dan peralatan yang digunakan (Pahan, 2012).

Deterioration Of Bleachability Index ( DOBI) bukan merupakan salah satu dari spesifikasi mutu. Bagaimanapun, kebanyakan dari para pembeli CPO menginginkan produk yang telah mengalami proses penjernihan dan penghilangan bau atau RBDPO (Refined, Bleached and Deodorized Palm Oil). Bleachibilitas atau daya pemucatan yang baik akan menjadi suatu indikator dari kesiapan CPO untuk digunakan.

Analisa kadar air, pengotoran dan asam lemak bebas sendiri tidak cukup untuk membuktikan mutu dari CPO. DOBI dalam analisanya dapat memperlihatkan suatu indikasi yang baik dari status oxidative dari CPO setelah CPO di produksi.

(26)

DOBI adalah perbandingan nilai absorbansi spectrophotometri pada gelombang 446 nm dengan gelombang 269 nm. Metoda ini dikembangkan oleh Dr. P. A. T. Swoboda dari Palm Oil Research Institute of Malaysia (sekarang dikenal dengan nama Malaysia Palm Oil Board) (Gee Keck Seng (M) Berhad, 2005) .

Tabel 2.3 PORIM (Palm Oil Riset Institute of Malaysia) Hubungan DOBI dengan Kualitas Minyak

DOBI Kualitas

< 1,68 Buruk

1,76 – 2,30 Kurang

2,36 – 2,92 Cukup

2,99 – 3,24 Baik

>3,24 Terbaik

Sumber :(Sekjen Deptan, 2004)

DOBI itu sendiri merupakan angka perbandingan angka serapan absorben terhadap asam lemak bebas. Apabila dihubungkan dengan aspek kualitas berdasarkan DOBI, ada 5 kelas minyak sawit mentah (CPO). CPO dengan angka DOBI <1,68, termasuk kedalam CPO yang memiliki kualitas yang buruk. Sementara itu CPO dengan angka DOBI antara 1,78 – 2,30 memiliki mutu yang kurang baik. Kemudian CPO dengan angka DOBI 2,30 – 2,92 mengindikasikan bahwa CPO ini memiliki mutu cukup baik. Angka DOBI 2,93 – 3,23 memperlihatkan indikasi CPO dengan mutu baik. Dan Angka DOBI diatas 3,24 berarti CPO memiliki kualitas yang sangat baik. Sementara itu kebanyakan negara tujuan ekspor menetapkan angka DOBI CPO yang dapat diterima harus memiliki angka DOBI lebih besar atau sama dengan 2,8.

Angka DOBI minimal 2,8 yang diminta oleh pedagang CPO dunia diambil dari

(27)

2.3.1 Faktor-Faktor Penyebab DOBI yang Rendah

Adapun penyebab-penyebab DOBI yang rendah antara lain adalah :

1. Tingginya persentase buah berwarna hitam (kurang matang) dan terlalu matang

2. Tertundanya proses pengolahan, terutama pada saat musim hujan dan efeknya tertundanya pengangkutan buah sawit ke pabrik, sehingga menyakibatkan restan di kebun

3. Kontaminasi minyak kelapa sawit dengan kondensat rebusan 4. Kontaminasi minyak kelapa sawit dengan oksidasi di oil sludge 5. Waktu perebusan buah yang panjang dan suhu tinggi

6. Pemanasan minyak kelapa sawit lebih (>550C) di storage tank dengan waktu yang panjang

Masalah lain yang dianggap sebagai penyebab rendahnya angka DOBI CPO adalah parameter kualitas CPO yang masih berpatokan pada asam lemak bebas (ALB) yang terkandung pada CPO maksimum 5 %. Angka 5 % ini sesuai dengan spesifikasi persyaratan mutu pada SNI Crude Palm Oil (CPO) No. SNI 01-0016- 1998 yang disahkan pada tahun 1998. Dasar pengukuran mutu CPO yang berbeda dengan pasar internasional menyebabkan terjadinya potongan harga atau diskon pada CPO asal Indonesia (Sekjen Deptan, 2004)

2.3.2 Tindakan-tindakan yang Dilakukan untuk Memastikan Minyak Kelapa Sawit Mempunyai Kualitas Tinggi

1. Mengawasi sistem panen dan transportasi

Panen perlu mendapat pengawasan yang efektif karena perlakuan yang kurang baik dapat menyebabkan luka pada daging buah dan pembusukan buah. Hal ini akan menurunkan kualitas produk minyak sawit yang dikenal dengan penurunan nilai DOBI.

(28)

2. Menghindari pemakaian uap kering pada perebusan buah

Uap kering mempunyai temperatur lebih tinggi dibandingkan uap jenuh pada tekanan yang sama. Pemakaian uap kering akan menyebabkan proses oksidasi pada asam lemak tidak jenuh atau senyawa yang terkandung dalam minyak dan membentuk polimer yang sangat sulit diserap pada proses pemucatan.

3. Menghindari pemakaian uap langsung pada stasiun pemurnian

Produksi uap yang rendah sering menimbulkan gangguan pemanasan dalam proses pengolahan. Produksi uap yang rendah mendorong operator untuk memanaskan cairan minyak dengan uap panas kering secara terbuka. Perlu diperhatikan bahwa oksidasi sangat mudah terjadi pada stasiun pemurnian karena di dalam cairan tersedia logam pro-oksidan.

4. Menghindarkan pemanasan yang berlebihan di unit pengolahan

Kegagalan penurunan kadar air pada minyak dengan alat vacuum dryer sering diatasi dengan menaikkan temperatur pada oil tank yang dapat menyebabkan penurunan DOBI. Hal ini perlu dihindari agar kualitas minyak dapat dipertahankan.

5. Mengendalikan penimbunan

Pemanasan minyak pada tangki timbun PKS yang jaraknya jauh dari pelabuhan biasanya dilakukan pada temperatur tinggi dengan memperhitungkan bahwa minyak tersebut tiba di tangki pelabuhan pada temperature di atas titik cair. Kualitas minyak dalam penimbunan dipengaruhi oleh cara penimbunan dan kondisi tangki timbun(Pahan, 2012).

2.4 Karotenoid

Karotenoid adalah suatu kelompok pigmen yang berwarna kuning, orange, atau merah orange yang ditemukan pada tumbuhan, kulit, cangkang atau kerangka luar (eksoskeleton) hewan air serta hasil laut lainnya seperti molusca (calm, oyster, scallop),crustacea (lobster, kepiting, udang) dan ikan (salmon, trout, sea

(29)

dekat pada molekul pusat terletak pada posisi C1 dan C6, sedangkan gugus metil lainnya terletak pada posisi C1dan C5 serta diantaranya terdapat ikatan ganda terkonjugasi.

Semua senyawa karotenoid mengandung sekurang-kurangnya empat gugus metil dan selalu terdapat ikatan ganda terkonjugasi diantara gugus metil tersebut.

Adanya ikatan ganda terkonjugasi dalam ikatan karotenoid menandakan adanya gugus kromofora yang menyebabkan terbentuknya warna pada karotenoid.

Semakin banyak ikatan ganda terkonjugasi, maka makin pekat warna pada karotenoid tersebut yang mengarah ke warna merah (Heriyanto, 2009).

Kandungan karoten dalam minyak sawit mencapai 0,05-0,18%. Selain sebagai obat anti kanker, karoten juga merupakan sumber provitamin A yang cukup potensial. Karoten yang terdiri dari α, β dan γ karoten ini, tersimpan didalam daging buah kelapa sawit.

Dari fungsinya, karotenoid dapat dibagi atas dua golongan yaitu yang bersifat nutrisi aktif seperti β-karoten dan nutrisi yang non aktif seperti fucoxanthin.

Berdasarkan unsur penyusunnya, karotenoid terdiri dari dua golongan yaitu karoten dan xantofil. Karoten tersusun atas unsur C dan H. Karotenoid yang dikenal sebagai sumber vitamin A adalah α, β dan γ karoten.

(30)

Adapun sifat-sifat karoten tersebut adalah : a. Mudah dioksidasi

b. Dapat mengadsorbsi cahaya

c. Tidak larut dalam air dan sedikit larut dalam alkohol

d. Larut dalam minyak, kloroform, petroleum, benzene dan eter e. Sensitif terhadap oksidasi cahaya (Seto, 2001).

Gambar 1. Struktur Beta Karoten

(31)

2.4.1 Manfaat Beta Karoten

Beta karoten sebagai salah satu zat gizi mikro di dalam minyak sawit mempunyai beberapa aktivitas biologis yang bermanfaat bagi tubuh, antara lain untuk menanggulangi kebutaan karena xeroftalmia, mencegah timbulnya penyakit kanker, mencegah proses penuaan dini, meningkatkan imunisasi tubuh dan mengurangi terjadinya penyakit degeneratif. Selain itu ada korelasi negatif antara konsumsi karoten dengan gejala penyakit kanker paru-paru. Beta karoten juga berperan aktif sebagai pemusnahan radikal bebas (Seto, 2001).

Beta karoten menyerap sinar pada daerah ultra-violet sampai violet, tetapilebih kuat pada daerah tampak antara 400 dan 500 nm dengan puncak 470 nm (Winarno, 1997)

2.4.2 Proses Pemisahan Beta Karoten dari Minyak Kelapa Sawit

Dalam proses pembuatan minyak, biasanya beta karoten dibuang.

Namun,sekarang telah berhasil ditemukan metode baru proses pengolahan sehingga betakaroten terpisah dari minyak sawit. Dalam proses pengolahan tersebut, minyaksawit yang mengandung karoten antara 600-1.000 ppm dipisahkan menjadi fase padat (stearin) dan fase cair (olein) pada proses fraksinasi.

Untuk mempermudah pemisahan kedua bentuk minyak sawit tersebut,dilakukan proses degumming yaitu pengeluaran gum dari minyak.

Selanjutnya minyak didinginkan pada suhu 18-20°C sehingga asam lemak jenuh mengkristal. Akibatnya, karoten tidak dapat larut di dalamnya dan akhirnya asam lemak tidak jenuh (olein) meningkat, kandungan karotennya menjadi sekitar 80%.

Proses pemisahan tersebut dilanjutkan dengan kristalisasi kedua pada suhu8°C selama enam jam. Dari proses ini akan menghasilkan fase cair sekitar 50%dan terjadi pemekatan karoten menjadi 1.000 ppm. Tahap berikutnya adalah pemisahan karoten dari minyak dengan pemucatan dan ekstraksi karoten dari bahan pemucat. Pemucatan dalam metode lama dilakukan pada suhu 90°Cdengan konsentrasi bahan pemucat 2-2,5 % (bahan pemucat yang biasanya dipakai adalah karbon aktif atau tanah liat).

(32)

Penggunaan metode ini mengakibatkan kerusakan karoten. Dengan metode yang telah diperbaharui, pemucatan dilakukan pada suhu 50°C selama satu jam, konsentrasi bahan pemucat yang digunakan sebesar 10 %. Selanjutnya dilakukan penyaringan. Perubahan metode ini menyebabkan karoten tidak rusak dan minyak sawit tetap diperoleh (Tim Penulis PS, 1992).

2.4.3 Vitamin A

Vitamin A (retinol) adalah padatan, berwarna kuning muda, larut dalam lemak dan minyak tetapi tidak larut dalam air. Didalam tubuh ada senyawa lainyang dapat diubah menjadi retinol, yaitu prekursor vitamin A. Prekursor vitaminA yang paling penting adalah karotena, pigmen tanaman berwarna kuning oranye.

Karoten larut dalam air dan lemak. Retinol ditemukan dalam beberapa makanan hewani berlemak. Karena hewan dan ikan dapat menyimpan retinol di dalam hati,maka minyak ikan dan hati mempunyai kandungan retinol yang tinggi (Seto,2001).

Vitamin A merupakan istilah generik bagi semua senyawa dari sumberhewani yang memperlihatkan aktivitas biologis vitamin A. Dalam tubuh, fungsiutama vitamin A dilaksanakan oleh retinol dan kedua derivatnya, yaitu retinal danasam retinoat. Vitamin A mempunyai provitamin, yaitu beta karoten.

Di dalam sayuran, vitamin A terdapat sebagai provitamin dalam bentuk pigmen beta karoten berwarna kuning yang terdiri atas dua molekul retinal yang dihubungkan pada ujung aldehid rantai karbonnya (Murray, 2001).

(33)

dikonsumsi mungkin dipecah lewat reaksi oksidasi oleh enzim beta karotendioksigenase (Murray, 2001).

2.5 Analisa Spektrofotometri

Warna adalah salah satu kriteria untuk mengidentifikasikan suatu objek.Dalam analisis spektofotometri digunakan suatu sumber radiasi yang menjorok kedalam daerah ultraviolet spektrum itu. Dari spektrum ini, dipilih panjang-panjang gelombang tertentu dengan lebar pita kurang dari 1 nm. Proses ini memerlukan penggunaan instrumen yang lebih rumit dan karenya lebih mahal.

Instrumen yang digunakan untuk maksud ini adalah spektrofotometer, dan seperti tersirat dalam nama ini, instrumen ini sebenarnya terdiri dari dua instrumen dalam satu kotak sebuah spektrofotometer dan sebuah fotometer.

Spektrofotometer adalah sebuah instrumen yang dapat menghasilkandispersi radiasi elektromagnetik yang masuk, dan dengan mana dapat dilakukan pengukuran kuantitas radiasi yang diteruskan pada panjang gelombang terpilih dari jangka spektrum itu, sedangkan fotometer adalah sebuah peranti untuk mengukur intensitas radiasi yang diteruskan (Vogel,1994)

Dalam penggunaan dewasa ini, istilah spektrofotometri menyiratkan pengukuran jauhnya pengabsorpsian energi cahaya oleh suatu sistem kimia itu sebagai fungsi dari panjang gelombang radiasi, demikian pula pengukuran pengabsorpsian yang menyendiri pada suatu gelombang tertentu. Untuk memahami spektrofotometri, memperhatikan interaksi radiasi dengan spesies kimia dengan cara yang elementer, dan secara umum mengurus apa kerja instrument. Spektrofotometri dapat dibayangkan sebagai suatu perpanjangan dari penilikan visual dimana studi yang lebih terinci mengenai pengabsorpsian energi cahaya oleh spesies kimia memungkinkan kecermatan yang lebih besar dalampencirian dan pengukuran kuantitatif (Underwood, 1998)

2.5.1 Spektrofotometri UV-Visible

Spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransimikan, direfleksikan, atau diemisikan sebagai fungsi dari

(34)

panjang gelombang. Kelebihan spektrofotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi. Cara kerja spektofotometer secara singkat adalah dengan menempatkan larutan pembanding misalnya larutan blanko dalam selpertama sedangkan larutan yang akan dianalisis pada sel kedua. Kemudian pilih fotosel yang cocok 200-650 nm agar daerah λ yang diperlukan dapat terliputi.

Dengan ruang fotosel dalam keadaan tertutup “nol” galvanometer dengan menggunakan tombol dark-current. Pilih jarak yang diinginkan, buka fotosel danlewatkan berkas cahaya pada blanko dan “nol” galvanometer didapat dengan memutar tombol sensitivitas. Dengan menggunakan tombol transmitansi, kemudian atur besarnya pada 100%. Lewatkan berkas cahaya pada sampel. Skala absorbansi menunjukkan absorbansi larutan sampel. (Khopkar, 1983)

Panjang gelombang cahaya UV atau cahaya tampak bergantung pada mudahnya promosi elektron. Molekul-molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk promosi elektron, akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih pendek. Molekul yang memerlukan energi lebih sedikit akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih panjang. Senyawa akan menyerap cahaya dalam daerah tampak yakni mempunyai elektron yang lebih mudah dipromosikan daripada senyawa yang menyerap pada panjang gelombang UV yang lebih pendek (Fessenden, 1986)

Pada kenyataannya, spektrum UV-Visible yang merupakan korelasi antara absorbansi dan panjang gelombang bukan merupakan suatu pita spektrum.Terbentuknya pita spektrum UV-Visible disebabkan oleh terjadinya eksitasi elektronik lebih dari satu macam pada gugus molekul yang sangat kompleks (Abdul, 2007)

Hukum yang mendasari spektrofotometri UV-Visible adalah :

(35)

berbanding lurus dengan intensitas cahaya. Ini setara dengan menyatakan bahwa intensitas cahaya yang dipancarkan berkurang secara eksponensial dengan bertambahnya ketebalan medium yang menyerap. Atau dengan menyatakan bahwa lapisan mana pun dari medium itu yang tebalnya sama akan menyerap cahaya masuk dengan fraksi yang sama. Hukum ini dapat dinyatakan oleh persamaan diferensial :

𝑘𝑙 =𝑑𝐼 𝑑𝑙 Keterangan :

I = Intensitas cahaya masuk l = Tebalnya medium k = Faktor kesebandingan

2. Hukum Beer

Sejauh ini telah dibahas absorpsi cahaya dan transmisi cahaya untuk cahaya monokromatik sebagai fungsi ketebalan lapisan penyerap saja. Hukum ini menyatakan bahwa intensitas berkas cahaya monokromatik berkurang secara eksponensial dengan bertambahnya konsentrasi zat penyerap secara linier (Vogel,1994)

Dari kedua hukum tersebut diperoleh Hukum Lambert-Beer. Hukum ini menyatakan bahwa “intensitas yang diteruskan oleh larutan zat penyerap berbanding lurus dengan tebal dan konsentrasi larutan”. Kuantitas spektroskopi yang diukur biasanya adalah transmitansi (T) = I/Io ; yang mana A = log 1/T.Secara matematik dapat dinyatakan sebagai berikut :

A = abc Keterangan :

A = Absorbansi (serapan)

a = Koefisien ekstingsi molar (M-1 cm-1) b = Tebal kuvet yang dilintasi cahaya (cm)

c = Konsentrasi substansi yang mengabsorpsi di dalam larutan (M)

(36)

BAB 3

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai Februari 2018 di PT.SMART Tbk Belawan.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat Merek

1. Beaker Glass Pyrex

2. Labu Takar Pyrex

3. Pipet Tetes

4. Oven Memmert

5. Neraca Analitik Ohauss

6. Spatula

7. Kuvet Quarts

8. Spektrofotometri UV-Vis Pharo 300

3.2.2 Bahan

1. Minyak kelapa sawit mentah, berasal dari kebun Langga Payung 2. Minyak kelapa sawit mentah, berasal dari kebun Padang Halaban 3. Minyak kelapa sawit mentah, berasal dari kebun Rantau Prapat 4. n-heksana

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Prosedur Persiapan Sampel

Sampel yang diperlukan untuk penentuan nilai DOBI dan beta karoten dengan metode Spektrofotometer UV-Visible adalah minyak sawit mentah yang

(37)

untuk penentuan nilai DOBI dan beta karoten sesuai dengan prosedur untuk analisa masing-masing sampel.

3.3.2 Prosedur Pengoperasian Spektrofotometer Pharo 300

Dinyalakan alat Spektrofotometer Pharo 300. Kemudian dikalibrasi alat Spektrofotometer Pharo 300, kemudian disediakan dua buah kuvet, pada kuvet pertama berisi pelarut n-heksana yang nantinya sebagai larutan Blanko dan kuvet kedua berisi sampel yang akan dianalisa. Pada layar, dipilih menu absorbansi / % transmisi. Ditekan Blank Zero, lalu dimasukkan kuvet pertama untuk menguji larutan Blanko. Diukur serapan pada λ269nm dan λ446 nm dengan cell 1 cm.

Dikeluarkan kuvet. Dicatat hasil absorbansi.

3.3.3 Prosedur Penentuan DOBI dan Beta Karoten

Ditimbang dengan teliti ± 0.10 – 0.12 gram minyak kelapa sawit mentah kedalam labu ukur 25 ml, lalu dilarutkan n-heksana sampai garis batas, lalu dihomogenkan. Kemudian dimasukkan kedalam kuvet. Ditekan tombol Blank Zero, dimasukkan kuvet yang berisi sampel. Diukur serapan pada λ269nm danλ446

nm dengan cell 1 cm. Diulangi percobaan yang sama pada sampel yang lainnya.

Dicatat hasil absorbansi.

(38)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil

4.1.1 Hasil Analisa Nilai DOBI dan Beta Karoten

Data hasil pengukuran absorbansi DOBI dan beta karoten pada minyak kelapa sawit mentah dengan metode Spektrofotometer UV-Visible adalah pada Tabel 4.1.di bawah ini :

Tabel 4.1 Data Hasil Analisa Nilai DOBI dan β-karoten pada Minyak Kelapa Sawit Mentah

No Kode Sampel Berat Sampel

(gram)

Absorbansi ʌ 446

Absorbansi ʌ 269

DOBI ppm

β-Karoten Hasil

ppm

1 Kebun A 0.1142 0.4910 0.2338 2.10 411.67

2 Kebun B 0.1260 0.5460 0.2124 2.57 414.92

3 Kebun C 0.1022 0.4770 0.2250 2.12 446.90

Keterangan :

Kebun A = Langga Payung Kebun B = Padang Halaban Kebun C = Rantau Prapat 4.1.2 Perhitungan

4.1.2.1 Perhitungan Nilai DOBI

DOBI = 𝐴𝑏𝑠 𝜆446𝐴𝑏𝑠𝜆269 Dimana :

Absorbansi λ446 = besar absorbansi pada panjang gelombang 446 Absorbansi λ269 = besar absorbansi pada panjang gelombang 269

(39)

Contoh Perhitungan:

DOBI = 𝐴𝑏𝑠 𝜆446

𝐴𝑏𝑠𝜆269

= 0.4910

0.2338

= 2.10 ppm

Hal yang sama dilakukan untuk sampel yang berasal dari kebun yang lain.

4.1.2.2 Perhitungan Nilai Beta Karoten

β – Karoten = 383 × 𝐴𝑏𝑠 𝜆446

𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 × 0.25 Dimana :

Abs λ446 = besar absorbansi pada panjang gelombang 446 Gram sampel = berat sampel yang ditimbang

Contoh Perhitungan:

β – Karoten = 383 𝑥 𝐴𝑏𝑠 𝜆446

𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 × 0.25

=383 ×0.4910

0.1142 × 0.25

= 411.67 ppm

Hal yang sama dilakukan untuk sampel yang berasal dari kebun yang lain.

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil analisa yang diperoleh dari tabel 4.1 bahwa nilai DOBI pada kelapa sawit kebun A adalah 2.10, kebun B adalah 2.57 dan kebun C adalah 2.12. Dari ketiga sampel di daerah yang berbeda-beda didapatkan hasil analisa DOBI yang berbeda-beda juga.

Minyak sawit dengan angka DOBI antara 1,78 - 2,30 memiliki mutu yang kurang baik. Apabila dengan angka DOBI 2,30 – 2,92, mengindikasikan bahwa minyak kelapa ini memiliki mutu yang cukup baik. Angka DOBI 2,93 – 3,23 memperlihatkan indikasi dengan mutu baik. Angka DOBI diatas 3,24 berarti minyak kelapa sawit memiliki kualitas yang sangat baik.

Faktor-faktor yang mendasarinya rendahnya nilai DOBI dari minyak kelapa sawit mentah diantara nya ialah tingginya persentase buah berwarna hitam (kurang matang) dan terlalu matang, tertundanya proses pengolahan, terutama

(40)

pada saat musim hujan dan efeknya tertundanya pengangkutan buah sawit ke pabrik, sehingga menyakibatkan restan di kebun, kontaminasi minyak kelapa sawit dengan kondensat rebusan, kontaminasi minyak kelapa sawit dengan oksidasi di oil sludge, waktu perebusan buah yang panjang dan suhu tinggi, pemanasan minyak kelapa sawit lebih (>550°C) di storage tank dengan waktu yang panjang.

Kemudian faktor penyebab lainnya adalah parameter kualitas minyak kelapa sawit mentah yang masih berpatokan pada asam lemak bebas (ALB) yang terkandung pada minyak kelapa sawit mentah maksimum 0.5 %. Angka 0.5 % ini sesuai dengan spesifikasi persyaratan mutu pada SNI Crude Palm Oil (CPO) No.

SNI 01-0016-1998 yang disahkan pada tahun 1998. Dasar pengukuran mutu CPO yang berbeda dengan pasar internasional menyebabkan terjadinya potongan harga atau diskon pada CPO asal Indonesia.

Hal yang harus dilakukan untuk mengatasi rendahnya nilai DOBI ialah sebagai berikut:

1. Mengawasi sistem panen dan transportasi

Panen perlu mendapat pengawasan yang efektif karena perlakuan yang kurang baik dapat menyebabkan luka pada daging buah dan pembusukan buah. Hal ini akan menurunkan kualitas produk minyak sawit yang dikenal dengan penurunan nilai DOBI.

2. Menghindari pemakaian uap kering pada perebusan buah

Uap kering mempunyai temperatur lebih tinggi dibandingkan uap jenuh pada tekanan yang sama. Pemakaian uap kering akan menyebabkan proses oksidasi pada asam lemak tidak jenuh atau senyawa yang terkandung dalam minyak dan membentuk polimer yang sangat sulit diserap pada proses pemucatan.

3. Menghindari pemakaian uap langsung pada stasiun pemurnian

Produksi uap yang rendah sering menimbulkan gangguan pemanasan dalam proses pengolahan. Produksi uap yang rendah mendorong operator untuk

(41)

4. Menghindarkan pemanasan yang berlebihan di unit pengolahan

Kegagalan penurunan kadar air pada minyak dengan alat vacuum dryer sering diatasi dengan menaikkan temperatur pada oil tank yang dapat menyebabkan penurunan DOBI. Hal ini perlu dihindari agar kualitas minyak dapat dipertahankan.

5. Mengendalikan penimbunan

Pemanasan minyak pada tangki timbun PKS yang jaraknya jauh dari pelabuhan biasanya dilakukan pada temperatur tinggi dengan memperhitungkan bahwa minyak tersebut tiba di tangki pelabuhan pada temperature di atas titik cair. Kualitas minyak dalam penimbunan dipengaruhi oleh cara penimbunan dan kondisi tangki timbun.

Pada analisa DOBI yang dilakukan diperoleh bahwa nilai DOBI minyak kelapa sawit dengan kode sampel B yang berasal dari Padang Halaban yaitu 2.57 telah memenuhi standar mutu parameter DOBI menurut Palm Oil Refiners Association of Malaysia (PORAM) sedangkan untuk minyak kelapa sawit dengan kode sampel A dan C yang berasal dari daerah Langga Payung dan Rantau Prapat tidak memenuhi standar mutu menurut Pada analisa beta karoten yang dilakukan diperoleh bahwa kadar beta karoten masih memenuhi standar mutu parameter DOBI menurut Palm Oil Refiners Association of Malaysia (PORAM).

Sedangkan hasil analisa nilai beta karoten pada kelapa sawit kebun A adalah 411.67 ppm, kebun B adalah 414.92ppm dan kebun C adalah 446.90 ppm.

Pigmen karotenoid mempunyai struktur alifatik atau alisiklik yang pada umumnya disusun oleh delapan unit isoprena, dimana kedua gugus metil yang dekat pada molekul pusat terletak pada posisi C1 dan C6, sedangkan gugus metil lainnya terletak pada posisi C1 dan C5 serta diantaranya terdapat ikatan ganda terkonjugasi.

Semua senyawa karotenoid mengandung sekurang-kurangnya empat gugus metil dan selalu terdapat ikatan ganda terkonjugasi diantara gugus metil tersebut.

Adanya ikatan ganda terkonjugasi dalam ikatan karotenoid menandakan adanya gugus kromofora yang menyebabkan terbentuknya warna pada karotenoid.

Semakin banyak ikatan ganda terkonjugasi, maka makin pekat warna pada

(42)

karotenoid tersebut yang mengarah ke warna merah. Perbedaan kandungan karoten diantara minyak kelapa sawit kebun A, B dan C didasari oleh hal tersebut.

Mutu minyak kelapa sawit yang baik adalah yang bebas dari warna merah dan kuning (harus berwarna pucat) tidak berwarna hijau, jernih. Hal ini dikarenakan karoten dan turunannya yang memberikan warna merah-kuning pada minyak.

Warna tersebut kurang disukai konsumen. Terlebih lagi, hal ini dikarenakan reaksi pada temperatur tinggi dapat mengubah karoten menjadi senyawa yang berwarna kecokelat-cokelatan dan larut dalam minyak sehingga semakin sukar untuk dipucatkan (kemampuan untuk dipucatkan semakin berkurang)

Pada analisa beta karoten yang dilakukan diperoleh bahwa kadar beta karoten pada ketiga sampel minyak kelapa sawit mentah dari daerah Langga Payung, Padang Halaban dan Rantau Prapat tidak memenuhi standar mutu menurut Palm Oil Refiners Association of Malaysia (PORAM).

(43)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Dari hasi penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Standar mutu nasional Indonesia minyak kelapa sawit mentah dengan kriteria warna adalah jingga kemerahan. Berdasarkan kriteria kadar air dan kotoran maksimal adalah 0.5%. Kemudian kadar asam lemak bebas ialah maksimal 5%. Dan berdasarkan bilangan yodiumnya adalah 50-55 gram yodium/100 gram sampel. Data tersebut berdasarkan SNI 01-2901-2006 2. Berdasarkan hasil analisa yang diperoleh dari tabel 4.1 bahwa nilai DOBI

pada kelapa sawit kebun A adalah 2.10, kebun B adalah 2.57 dan kebun C adalah 2.12. Dan hasil analisa nilai beta karoten pada kelapa sawit kebun A adalah 411.67 ppm, kebun B adalah 414.92ppm dan kebun C adalah 446.90 ppm.

3. Hubungan antara DOBI dan beta karoten adalah dimana DOBI dan beta karoten sangat mempengaruhi kualitas minyak kelapa sawit mentah, dimana apabila semakin tinggi nilai DOBI dan beta karoten maka daya jual minyak sawit mentah akan semakin tinggi dan sebaliknya apabila nilai DOBI dan beta karoten rendah maka daya jual minyak kelapa sawit semakin menurun.

5.2 Saran

Sebaiknya penelitian selanjutnya untuk menentukan kadar beta karoten dari CPKO, RBD.Palm Kernel Oil dan campuran minyak kelapa sawit mentah dengan RBD.Palm Olein.

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul, R. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Ayustaningwarno, F. 2012. Proses Pengolahan dan Aplikasi Minyak Sawit Merah pada Industri Pangan. Vitasphere II

Desriana, 2000. Ekstraksi Pigmen Karotenoid dari Limbah Udang Windu. Bogor:

IPB

Fessenden. 1986. Kimia Organik. Edisi Ketiga. Jilid 2. Jakarta: Erlangga

Gee Keck Seng (M) Berhard. 2005. Use of the Deterioration of Bleachability Index (DOBI) to Caracterise the Quality of Crude Palm Oil.

Masai, Johore : Malaysia

Heriyanto dan Limantara, L. 2009. Produksi Karotenoid oleh Khamir Rhodotorula Ketaren, S. 1986. Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: Penerbit UI Press

Khopkar, S. M. 1984. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press

Mangoensoekarjo, S. 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press

Murray, R. K. 2001. Biokimia Harper. Edisi 25. Jakarta: EGC

Pahan, I. 2012. Kelapa Sawit, Managemen Agribisnis dari Hulu Hingga Hilir.

Cetakan 11.Jakarta. Penebar Swadaya

Sekjen Deptan, Buletin Standarisasi dan Akreditasi Info Mutu, PSA Deptan, Edisi Mei, 2004.

Seto, S. 2001. Pangan dan Gizi. Bogor: IPB

Setyahamidjaja, D. 2006. Seri Budaya Kelapa Sawit. Yogyakarta: Kanisius Siahaan, D, dkk. 2003. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan : PPKS SNI 01-2901-2006

Soraya. 2013. Mengenal Produk Pangan dari Minyak Sawit. Bogor: IPB Suhardjo, H. 1996. Kelapa Sawit. Medan: PTPN IV Bah Jambi

Sulastri, Y. 2010. Sintesis Metyl Ester Sulfonic Acid dari Crude Palm Oil. Bogor:

(45)

Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia

Zulkifli, M. 2014. Destilat Asam Lemak Minyak Sawit. Malang: Kajian Pustaka

(46)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Hasil Analisa Nilai DOBI dan β-karoten pada Minyak Kelapa Sawit Mentah

No Sampel Berat

Sampel (gram)

Absorbansi ʌ 446

Absorbansi ʌ 269

DOBI ppm

β-Karoten Hasil

ppm

1 Kebun A 0.1142 0.4910 0.2338 2.10 411.67

2 Kebun B 0.1260 0.5460 0.2124 2.57 414.92

3 Kebun C 0.1022 0.4770 0.2250 2.12 446.90

Lampiran 2. Crude Palm Oil (CPO) Standard Spesification by Palm Oil Refiners Association of Malaysia (PORAM)

Item Quality Guideline

FFA (as of Palmitic) 5% maximum

Moisture & Impluities 0.25% maximum

Iodine Value 36-50 deg.maximum

DOBI 2.31 minimum

Carotene 500 ppm minimum

Cloud Point 3.5R 3.5 Y

Lampiran 3. Gambar Alat Spektrofotometer UV-Visible

Gambar

Gambar 1. Struktur Beta Karoten

Referensi

Dokumen terkait

DOBI (Deteration Of Bleachability Index) merupakan indeks derajat kepucatan minyak sawit mentah merupakan parameter yang menentukan kualitas Crude Palm Oil (CPO).. Harga DOBI

DOBI adalah salah satu indikator untuk kualitas CPO, dimana DOBI adalah rasio perbandingan absorbansi pada range visible (446 nm) dan absorbansi pada range UV (269 nm)

Kelapa Sawit Usaha Budi Daya Pemanfaatan Hasil dan Aspek Pemasaran. Jakarta :

Dimana dari sampel yang telah dianalisa diperoleh data dari nilai DOBI pada sampel CPO yaitu dari daerah Batam 2,66, daerah Dumai 2,66 dan daerah Belawan 2,67 sedangkan pada

mendapatkan minyak goreng dengan mutu yang dapat diterima konsumen, minyak. sawit mentah dapat diolah melalui beberapa tahap

Proses Pembuatan Asam Lemak Seara Langsung dari Buah

Hal ini menunjukkan bahwa meskipun mutu CPO, khususnya nilai DOBI dapat dimanipulasi dengan cara mencampur CPO mutu tinggi dan mutu rendah, namun dapat berakibat

- Apakah DOBI ( Deteration Of Bleachability Index ) dalam CPO Limbah Buah Kelapa Sawit yang dihasilkan telah sesuai dengan persyaratan mutu SNI dan PORIM untuk CPO.. - Apakah