• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Nilai Dobi (Deterioration Of Bleachability Index) Pada Minyak Sawit Mentah (Crude Palm Oil) Dengan Spektrofotometri UV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penentuan Nilai Dobi (Deterioration Of Bleachability Index) Pada Minyak Sawit Mentah (Crude Palm Oil) Dengan Spektrofotometri UV"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kelapa Sawit

Kelapa sawit, didasarkan atas bukti-bukti fosil, sejarah dan linguistik yang ada diyakini berasal dari Afrika Barat. Di tempat asalnya ini, kelapa sawit (yang pada saat lalu dibiarkan tumbuh liar di hutan-hutan) sejak awal telah dikenal sebagai tanaman pangan yang penting. Oleh penduduk setempat kelapa sawit telah diproses secara amat sederhana menjadi minyak dan tuak sawit.

Di luar benua Afrika, kelapa sawit mulai diperhitungkan sebagai tanaman komoditas (penghasil produk dagangan). Sejak revolusi industri bersaing keras di Eropa. Saat itu di Eropa bermunculan Industri atau pabrik (antara lain industri sabun dan margarin) yang membutuhkan bahan mentah/baku untuk operasionalnya. Minyak sawit dan minyak inti sawit yang muncul kemudian adalah dua produk yang antara lain dibutuhkan untuk bahan mentah /baku tersebut. Jadilah minyak (dan minyak inti sawit) dibutuhkan oleh pasar Eropa (Tim Penulis PS, 1992).

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ) adalah tanaman berkeping satu yang termasuk dalam family palmae. Nama genus Elaeis berasal dari bahasa Yunani

Elaion atau minyak, sedangkan nama species Guinensis berasal dari Guinea yaitu

tempat dimana seorang ahli bernama Jacquin menemukan tanaman kelapa sawit pertama kali di pantai Guinea.

(2)

Sumatera Barat, Sumatera Utara dan Aceh. Negara penghasil kelapa sawit selain Indonesia adalah Malaysia, Amerika Tengah dan Nigeria. (Ketaren,1986)

2.2. Varietas Kelapa Sawit

Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, dikenal lima varietas kelapa sawit,yaitu :

1. Dura

a. Tempurung cukup tebal antara 2-8 mm

b. Tidak terdapat lingkaran serabut pada bagian luar tempurung c. Daging buah relatif tipis, yaitu 35-50%

d. Kernel (daging biji) besar dengan kandungan minyak rendah e. Dalam persilangan dipakai sebagai pohon induk betina 2. Pisifera

a. Ketebalan tempurung sangat tipis bahkan hampir tidak ada b. Daging buah tebal, lebih tebal dari daging buah dura c. Daging biji sangat tipis

d. Tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis lain dipakai sebagai pohon induk jantan

3. Tenera

a. Hasil persilangan dura dan pisifera b. Tempurung tipis (0,5-4 mm)

(3)

e. Tandan buah lebih banyak, tetapi ukurannya relatif lebih kecil 4. Marco carya

Tempurung tebal sekitar (5 mm), sedang daging buahnya tipis sekali

5. Diwikka-wakka

Varietas ini mempunyai ciri khas dengan adanya dua lapisan daging buah. Dwikka-wakka dapat dibedakan menjadi Diwikka-wakkadura, Diwikka-wakka psifera dan Diwikka-wakka tenera. Perbedaan ketebalan daging buah kelapa sawit menyebabkan perbedaan persentase atau rendemen minyak yang dikandungnya. Rendemen minyak tertinggi terdapat pada varietas Tenera yaitu sekitar 22 – 24%, sehingga tidak heran jika lebih banyak perkebunan yang menanam kelapa sawit dari varietas Tenera. (Mangoensoekarjo, 2003)

2.3. Minyak Kelapa Sawit

Akhir-akhir ini minyak sawit berperan cukup penting dalam perdagangan dunia. Berbagai industri baik pangan maupun non pangan, banyak yang menggunakannya sebagai bahan baku. Berdasarkan kegunaan dan peranan minyak sawit itu, maka mutu dan kualitasnya harga sebab sangat menentukan harga dan komoditas. (Tim Penulis, 2000)

2.3.1. Komposisi Minyak Kelapa Sawit

(4)

yang seimbang. Penyusun fraksi padat terdiri dari asam lemak jenuh, antara lain asam miristat (1%), asam palmitat (45%), dan asam stearat. Fraksi cair tersusun dari asam lemak tidak jenuh yang terdiri dari asam oleat (39%) dan linoleat (11%).

Tabel 2.1. Komposisi beberapa asam lemak dalam tiga jenis minyak nabati Asam

Sumber : Majalah Sasaran No.4 Th.I, 1986

(5)

antara 360-620 ppm, sedangkan kadar kolesterol yang terkandung hanya sekitar 10 ppm atau sebesar 0,001% dari CPO. (Tim Penulis, 2000)

Kelapa sawit mengandung kurang lebih 80 persen perikarp dan 20 persen buah yang dilapisi kulit yang tipis; kadar minyak dalam perikarp sekitar 34-40 persen. Minyak kelapa sawit adalah lemak semi padat yang mempunyai komposisi yang tetap. Kandungan karoten dapat mencapai 1000 ppm atau lebih, tetapi dari minyak dari jenis tenera kurang lebih 500-700 ppm; kandungan tokoferol bervariasi dan dipengaruhi oleh penanganan selama produksi. (Ketaren, 1986).

Minyak dan lemak terdiri dari gliserida campuran yang merupakan ester dari gliserol dan asam lemak rantai panjang. Minyak dan lemak dalam bentuk umum tidak berbeda trigliseridanya, hanya berbeda dalam bentuk (wujud). Disebut minyak jika berbentuk cair dan lemak jika bentuknya padatan. Trigliserida adalah senyawa kimia yang terdiri dari ikatan gliserol dengan 3 molekul asam lemak.

CH2- OH R1 – COOH CH2 – COOR1

CH – OH + R2 – COOH CH – COOR2 + 3H2O CH2 -OH R3 – COOH CH – COOR3

Gliserol Asam Lemak Trigliserida Air

Gambar 2.1. Reaksi Trigliserida Minyak/Lemak

(6)

memiliki titik leleh (melting point) yang lebih rendah dan lebih mudah larut dalam air. Semakin panjang rantai asam-asam lemak, akan menyebabkan titik leleh yang lebih tinggi. Titik leleh juga tergantung pada derajat ketidakjenuhan. Asam-asam yang tidak jenuh memiliki titik leleh yang lebih rendah dibadingkan dengan asam-asam lemak jenuh yang memiliki panjang rantai serupa. Minyak jika dihidrolisis akan menghasilkan 3 molekul asam lemak rantai panjang dan 1 molekul gliserol. Reaksi hidrolisis secara kimia sebagai berikut.

CH2 – COOR1 CH2 – OH

CH – COOR2 + H2O CH – COOR2 + R1COOH CH2 – COOR3 CH2 – COOR3

Trigliserida Air Digliserida FFA

Gambar 2.2.Reaksi Hidrolisis Minyak/Lemak

(7)

jenuh dengan atom karbon lebih dari C8. Warna minyak ditentukan oleh adanya pigmen yang dikandung. Minyak sawit berwarna kuning karena kandungan beta karoten yang merupakan bahan vitamin A. (Pahan, I. 2012)

2.3.2. Sifat Fisiko-Kimia Minyak Kelapa Sawit

Sifat fisiko-kimia minyak kelapa sawit meliputi warna, bau dan flavor, kelarutan, titik cair dan polimorphisme, titik didih (boiling point), titik pelunakan,

slipping point, shot melting point; bobot jenis, indeks bias, titik kekeruhan (turbidity

point), titik asap, titik nyala dan titik api.

Tabel 2.2. Nilai Sifat Fisiko-Kimia Minyak Sawit dan Minyak Inti Sawit

Sifat Minyak Sawit Minyak Inti Sawit

Bobot Jenis pada suhu kamar

0,900 0,900-0,913

Indeks bias D 400C 1,4565-1,4585 1,495-1,415

Bilangan Iod 48-56 14-20

Bilangan Penyabunan 196-205 244-254

(8)

2.3.3. Standar Mutu

Standar mutu merupakan hal yang penting untuk menentukan minyak yang bermutu baik. Ada beberapa faktor yang menentukan standart mutu yaitu: kandungan air dan kotoran dalam minyak, kandungan asam lemak bebas, warna dan bilangan peroksida. Faktor lain yang mempengaruhi standar mutu adalah titik cair dan kandungan gliserida, refining loss, plastisitas dan spreadability, kejernihan kandungan logam berat dan bilangan penyabunan. Mutu minyak kelapa sawit yang baik mempunyai kadar air kurang dari 0,1 persen dan kadar kotoran lebih kecil dari 0,01 persen. Kandungan asam lemak bebas serendah mungkin (kurang lebih 2 persen atau kurang) bilangan peroksida di bawah 2, bebas dari warna merah dan kuning (harus berwarna pucat) tidak berwarna hijau, jernih, dan kandungan logam berat serendah mungkin atau bebas dari ion logam.

Tabel 2.3. Standar mutu SPB (Special Price Bleach)

Kandungan SPB Ordinary

Asam Lemak Bebas (%) 1-2 3-5

Tokoferol ppm 800 400-600

(9)

lemak bebas serendah mungkin (kurang lebih 2 persen atau kurang) bilangan peroksida di bawah 2, bebas dari warna merah dan kuning (harus berwarna pucat) tidak berwarna hijau, jernih, dan kandungan logam berat serendah mungkin atau bebas dari ion logam. Mutu minyak kelapa sawit yang baik mempunyai kadar air kurang dari 0,1 persen dan kadar kotoran lebih kecil dari 0,01 persen. Kandungan asam lemak bebas serendah mungkin (kurang lebih 2 persen atau kurang) bilangan peroksida di bawah 2, bebas dari warna merah dan kuning (harus berwarna pucat) tidak berwarna hijau,

jernih dan kandungan logam berat serendah mungkin atau bebas dari ion logam.

(Ketaren, 1986)

Standar mutu pabrik harus lebih baik daripada standar mutu perdagangan Internasional karena makin baik mutu yang dihasilkan pabrik akan memberi kemungkinan lebih baik pula sesampainya ditempat tujuan negara pengimpor. (Setyamidjaja, 2000)

2.3.4. Keunggulan Minyak Sawit

(10)

1. Produktivitas minyak per ha lebih tinggi yaitu 3,14 ton, dibandingkan kedelai 0,34 ton, lobak 0,51 ton, bunga matahari 0,53 ton dan kelapa 0,57 ton.

2. Sosok tanamannya cukup tangguh, terutama jika terjadi perubahan musim bila dibandingkan tanaman penghasil minyak nabati lain yang umumnya berupa tanaman semusim .

3. Keluwesan dan keluasan dalam keragaman kegunaan baik bidang pangan maupun non pangan. Selain dalam keragaman kegunaan, di antara minyak nabati sifat interchangable-nya cukup menonjol.

Sifat unggul yang dimiliki minyak sawit saat ini mampu menjamin daya saing minyak sawit, baik dalam harga, kelanggengan, pangadaan, dan keanekaragaman penggunaannya. (Tim Penulis, 2000)

2.4. Pengolahan Kelapa Sawit

Pengolahan TBS di pabrik bertujuan untuk memperoleh minyak sawit yang berkualitas baik. Proses tersebut berlangsung cukup panjang dan memerlukan kontrol yang cermat, dimulai dari pengangkutan TBS atau brondolan ke pabrik sampai dihasilkannya minyak sawit dan hasil-hasil samping.

2.4.1. Stasiun Utama

(11)

2.4.1.1.Stasiun Penerimaan Buah

a. Jembatan Timbang

Penimbangan dilakukan 2 kali untuk setiap angkutan TBS yang masuk ke pabrik, yaitu pada saat masuk (berat truk dan TBS) serta pada saat keluar. Selisih timbangan saat truk masuk dan keluar, diperoleh berat bersih TBS yang masuk ke pabrik.

b. Loading ramp

TBS yang telah ditimbang di jembatan timbang selanjutnya dibongkar di

loading ramp dengan menuang (dump) langsung dari truk. Loading ramp merupakan

suatu bangunan dengan lantai berupa kisi-kisi pelat besi berjarak 10 cm dengan kemiringan 450. Kisi-kisi tersebut berfungsi untuk memisahkan kotoran berupa pasir, kerikil, dan sampah yang terikut dalam TBS. Loading ramp dilengkapi pintu-pintu keluaran yang digerakkan secara hidrolis sehingga memudahkan dalam pengisian TBS ke dalam lori untuk proses selanjutnya. Setiap lori dapat dimuat dengan 2,50 – 2,75 ton TBS (lori kecil) dan 4,50 ton TBS (lori besar).

2.4.1.2. Stasiun rebusan Tandan Buah Segar (TBS)

Lori-lori yang telah berisi TBS dikirim ke stasiun rebusan dengan cara ditarik menggunakan capstand yang digerakkan oleh motor listrik hingga memasuki sterilizer.

Sterilizer yang banyak digunakan umumnya yaitu bejana tekan horizontal yang bisa

(12)

dengan uap pada temperatur sekitar 1350 C dan tekanan 2,0 – 2,8 kg/cm2. Proses perebusan dilakukan secara bertahap dalam tiga puncak tekanan agar diperoleh hasil yang optimal.

Tujuan perebusan

a. Menghentikan perkembangan asam lemak bebas (ALB) atau free fatty acid (FFA)

b. Memudahkan pemipilan

c. Penyempurnaan dalam pengolahan

d. Penyempurnaan dalam proses pengolahan inti sawit

2.4.1.3. Stasiun pemipilan (stripper)

TBS yang telah direbus dikirim ke bagian pemipilan dan dituangkan ke alat pemipil dengan bantuan hoisting crane atau transfer carriage. Proses pemipilan terjadi akibat tromol berputar pada sumbu mendatar yang membawa TBS ikut berputar sehingga membanting-banting TBS tersebut dan menyebabkan brondolan lepas dari tandannya. Bagian dalam dari pemipil, dipasang batang-batang besi perantara sehingga membentuk kisi-kisi yang memungkinkan brondolan keluar dari pemipil. Brondolan yang keluar dari bagian bawah pemipil dan ditampung oleh sebuah screw conveyor untuk dikirim ke bagian digesting dan pressing.

(13)

2.4.1.4. Stasiun pencacahan (digester) dan pengempaan (presser)

Brondolan yang telah terpipil dari stasiun pemipilan diangkut ke bagian pengadukan/pencacahan (digester). Alat yang digunakan untuk pengadukan/pencacahan berupa sebuah tangki vertikal yang dilengkapi dengan lengan-lengan pencacah di bagian dalamnya. Lengan-lengan pencacah ini diputar oleh motor listrik yang dipasang di bagian atas dari alat pencacah (digester). Putaran lengan-lengan pengaduk berkisar 25-26 rpm. Tujuan utama dari proses digesting yaitu mempersiapkan daging buah untuk pengempaan (pressing) sehingga minyak dengan mudah dapat dipisahkan dari daging buah dengan kerugian sekecil-kecilnya. Brondolan yang telah mengalami pencacahan dan keluar melalui bagian bawah digester sudah berupa bubur. Pada pabrik kelapa sawit umumnya digunakan screw press sebagai alat pengempaan untuk memisahkan minyak dari daging buah. Selama proses pengempaan berlangsung, air panas ditambahkan ke dalam screw press. Hal ini bertujuan untuk pengenceran (dillution) sehingga massa bubur buah yang di kempa tidak terlalu rapat. Jika massa bubur buah terlalu rapat maka akan dihasilkan cairan dengan viskositas tinggi yang akan mempersulit proses pemisahan sehingga mempertinggi kehilangan minyak. Jumlah penambahan air berkisar 10 – 15% dari berat TBS yang diolah dengan temperatur air sekitar 900 C. Proses pengempaan akan menghasilkan minyak kasar dengan kadar 50% minyak, 42% air, dan 8% zat padat.

2.4.1.5.Stasiun pemurnian

a.Tujuan Pemurnian

(14)

pembersihan/pemurnian minyak kasar yaitu agar diperoleh minyak dengan kualitas sebaik mungkin dan dapat dipasarkan dengan harga yang layak. Minyak kasar yang diperoleh dari hasil pengempaan dialirkan menuju saringan getar (vibrating screen) untuk disaring agar kotoran berupa serabut kasar tersebut dialirkan ke tangki penampung minyak kasar (crude oil tank). Minyak kasar yang terkumpul di crude oil

tank dipanaskan hingga mencapai temperatur 95 – 1000 C. Menaikkan temperatur minyak kasar sangat penting yaitu untuk memperbesar perbedaan berat jenis antara minyak, air dan sludge sehingga sangat membantu dalam proses pengendapan. Selanjutnya, minyak dari COT dikirim ke tangki pengendap (continous settling

tank/clarifier tank).

Di clarifier tank, minyak kasar terpisah menjadi minyak dan sludge karena proses pengendapan. Minyak dari clarifier tank selanjutnya akan dikirim ke oil tank, sedangkan sludge dikirim ke sludge tank. Sludge merupakan fasa campuran yang masih mengandung minyak. Pengolahan sludge umumnya menggunakan alat yang disebut

decanter yang menghasilkan 3 fase, yaitu light phase, heavy phase, dan solid. Light

phase merupakan fase cairan dengan kandungan minyak yang cukup tinggi. Oleh karena

itu, fase ini harus segera dikembalikan ke COT dan siap untuk diproses kembali. Heavy

phase merupakan fase cairan dengan sedikit kandungan minyak sehingga fase ini

dikirim ke bak fat pit untuk kemudian diteruskan ke kolam limbah. Akumulasi dari

Heavy phase yang tertampung pada fat pit juga menghasilkan minyak. Minyak ini

dikirim ke COT untuk diproses kembali. Solid merupakan padatan dengan kadar minyak maksimum 3,5% dari berat sampel. Solid yang dihasilkan ini selanjutnya diaplikasikan ke kebun sebagai pupuk.

(15)

b.Proses pemurnian MKS

Ada tiga metode yang dilakukan dalam pemurnian minyak kasar di PKS, yaitu:

1. Metode pengendapan (settling) pemisahan minyak dan air karena terjadi pengendapan bagian yang lebih berat. Minyak berada dilapisan atas karena berat jenisnya lebih kecil

2. Metode pemusingan (centrifuge) yaitu pemisahan dengan cara memusingkan minyak kasar sehingga bagian yang lebih berat akan terlempar lebih jauh akibat adanya gaya sentrifugal

3. Metode pemisahan biologis yaitu pemecahan molekul-molekul minyak sebagai akibat dari proses fermentasi (Pahan, 2012).

2.5. Peranan DOBI dalam Penentuan Harga Minyak Sawit

Minyak kelapa sawit mengandung zat warna, seperti karoten dan turunannya yang memberikan warna merah-kuning pada minyak. Warna tersebut kurang disukai konsumen. Terlebih lagi, hal ini dikarenakan reaksi pada temperatur tinggi dapat mengubah karoten menjadi senyawa yang berwarna kecokelat-cokelatan dan larut dalam minyak sehingga semakin sukar untuk dipucatkan (kemampuan untuk dipucatkan semakin berkurang). Penurunan daya pemucatan ini disebut DOBI (Deterioration

Bleachability of Index). Dalam industri hilir, pemucatan minyak kelapa sawit dapat

(16)

oksidasi menggunakan peroksida, dikromat, dan klorin. Bilangan DOBI merupakan gambaran kerusakan minyak akibat proses oksidasi yang terjadi sejak panen lalu dilajutkan pada proses pengolahan, penimbunan, dan pemompaan ke kapal tanker angkut. Kerusakan kualitas tersebut akan berperan pada proses pengolahan lanjutan di industri hilir. Perubahan kualitas minyak selama proses dipengaruhi oleh sistem pengolahan dan peralatan yang digunakan.

Tabel 2.4. Nilai DOBI dari minyak sawit selama diolah

No Stasiun Pengolahan Nilai DOBI

1 Oil gutter 3,47 – 3,65

Sistem pengolahan yang tidak dikelola dengan baik akan menghasilkan produk yang berkualitas rendah dan daya saing yang rendah. Semakin lama minyak diproses, nilai DOBI-nya akan menurun. Recycle minyak harus diminimalkan dan dilarang karena akan menurunkan nilai DOBI. Hal yang harus dilakukan yaitu menurunkan losses sehingga tidak akan banyak minyak kotor (parit) yang tersedia untuk di recycle. (Pahan, 2012)

(17)

baik. Adanya sinergi ini menunjukkan kualitas tim kerja terjaga dengan baik. Semuanya bermuara pada nilai jual perusahaan sebagai perusahaan mengedepankan kualitas standar internasional.

Tabel 2.5. Hubungan DOBI dengan kualitas

DOBI Kualitas

< 1,68 Buruk

1,78 – 2,30 Kurang baik

2,30 – 2,92 Cukup baik

2,92 – 3,23 Baik

2.5.1. Deterio Indeks Pemutihan (DOBI) dan Hubungannya dengan

Kualitas CPO

Komoditas Crude Palm Oil (CPO) telah menjadi komoditas primadona domestik dan ekspor Indonesia yang mengalami peningkatan kualitas dari tahun ke tahun, baik dari segi mutu free fatty acid (FFA), moisture dan impurities (M dan I). DOBI adalah bagian yang banyak dilupakan padahal parameter kualitas yang sama. Selain dari FFA, M dan I sendiri tidak cukup untuk mewakili kualitas CPO. Memasukkan DOBI dalam analisa memberikan sebuah indikasi baik bagi proses pengolahan CPO dari estate ke akhir pengolahan (mill) ke refinery. DOBI adalah perbandingan numerik dari spektrofotometri penyerapan larutan zat dalam pelarut pada 446 nm dengan 269 nm. Metode ini pertama kali dilakukan oleh Dr. P.A.T. Swoboda dari Palm Oil Research

Institute of Malaysia (sekarang menjadi Malaysian Palm Oil Board). Metodenya adalah

(18)

Tabel 2.6. PORIM (Palm Oil Riset Institute Of Malaysia) tentang hubungan DOBI dengan kualitas

DOBI Kualitas

< 1,68 Minyak sawit endapan atau

equivalennya

1,76 – 2,30 Kurang

2,36 – 2,92 Cukup

2,99 – 3,24 Baik

>3,24 Terbaik

DOBI itu sendiri merupakan angka perbandingan angka serapan absorben terhadap asam lemak bebas, apabila dihubungkan dengan aspek kualitas berdasarkan DOBI, ada 5 kelas minyak sawit mentah (CPO) dengan angka DOBI < 1,68, termasuk ke dalam CPO yang memiliki kualitas yang buruk.

(19)

pakar minyak sawit menyatakan bahwa rendahnya angka DOBI terjadi akibat rendahnya efisiensi proses dan tehnologi minyak sawit mentah (CPO). Dibandingkan dengan Malaysia kualitas minyak mentah sawit Indonesia telah tertinggal jauh. Rendahnya efisiensi pengolahan dan tehnologi terjadi akibat sistem teknologi dan perangkat mesin dalam pengolahan tandan buah segar (TBS) kelapa sawit masih menggunakan acuan sistem tehnologi lama. Akibatnya banyak buah sawit yang tersisa pada proses perontokan atau proses pemisahan secara mekanis antara sawit dan tandannya.

(http:/

2.5.2. Penyebab –penyebab DOBI (Deterioration Of Bleachability Index) yang rendah

Adapun penyebab-penyebab DOBI yang rendah antara lain adalah :

a. Tingginya persentase buah berwarna hitam (kurang matang) dan terlalu matang b. Tertundanya proses pengolahan, terutama pada saat musim hujan dan efeknya

tertundanya pengangkutan buah sawit ke pabrik, sehingga menyakibatkan restan di kebun

c. Kontaminasi CPO dengan kondensat rebusan d. Kontaminasi CPO dengan oksidasi di oil sludge e. Waktu perebusan buah yang panjang dan suhu tinggi

f. Pemanasan CPO lebih (>550C) di storage tank dengan waktu yang panjang

(20)

Tandan buah yang berwarna hitam mempunyai DOBI yang sangat rendah. Tandan buah dengan kematangan yang tinggi mempunyai minyak dengan DOBI yang sangat tinggi. Minyak yang diambil dari buah hitam mempunyai DOBI < 1,5, sedangkan tandan buah dengan kematangan yang tinggi mempunyai DOBI >3,5.

indonesia.com/index. Php/ inovasi/ 80-dobi-salah-satu-parameter-kualitas

crude-palm-oil)

2.5.3. Tindakan-tindakan yang dilakukan untuk memastikan CPO

mempunyai kualitas tinggi

1. Mengawasi sistem panen dan transportasi

Panen perlu mendapat pengawasan yang efektif karena perlakuan yang kurang baik dapat menyebabkan luka pada daging buah dan pembusukan buah. Hal ini akan menurunkan kualitas produk minyak sawit yang dikenal dengan penurunan nilai DOBI.

2. Menghindari pemakaian uap kering pada perebusan buah

Uap kering mempunyai temperatur lebih tinggi dibandingkan uap jenuh pada tekanan yang sama. Pemakaian uap kering akan menyebabkan proses oksidasi pada asam lemak tidak jenuh atau senyawa yang terkandung dalam minyak dan membentuk polimer yang sangat sulit diserap pada proses pemucatan.

3. Menghindari pemakaian uap langsung pada stasiun pemurnian

(21)

diperhatikan bahwa oksidasi sangat mudah terjadi pada stasiun pemurnian karena di dalam cairan tersedia logam pro-oksidan.

4. Menghindarkan pemanasan yang berlebihan di unit pengolahan

Kegagalan penurunan kadar air pada minyak dengan alat vacuum dryer sering diatasi dengan menaikkan temperatur pada oil tank yang dapat menyebabkan penurunan DOBI. Hal ini perlu dihindari agar kualitas minyak dapat dipertahankan.

5. Mengendalikan penimbunan

Pemanasan minyak pada tangki timbun PKS yang jaraknya jauh dari pelabuhan biasanya dilakukan pada temperature tinggi dengan memperhitungkan bahwa minyak tersebut tiba di tangki pelabuhan pada temperature di atas titik cair. Kualitas minyak dalam penimbunan dipengaruhi oleh cara penimbunan dan kondisi tangki timbun.

(Pahan, 2012)

2.6. Spektrofotometri UV-Visible

(22)

tunggal maupun ganda. Sel serap yang digunakan untuk pengukuran pada daerah ultraviolet dibuat dari silica, sedang untuk pengukuran pada daerah sinar tampak dibuat dari kaca. Sel serap dengan tebal 1 cm banyak digunakan. Sel serap yang yang akan digunakan untuk larutan uji dan larutan blangko harus mempunyai transmitan yang sama jika masing-masing berisi pelarut. Harga transmitan yang tidak sama harus dilakukan koreksi seperlunya. Kebersihan sel serap harus mendapat perhatian secara khusus.

Sel dicuci dengan cairan pembersih, dibilas dengan air kemudian pelarut organik yang mudah menguap agar cepat kering. Larutan uji tidak boleh di dalam sel lebih lama daripada yang diperlukan untuk pengukuran. Sel jangan dipegang pada permukaan yang dilewati sinar. Penyimpangan dari ketentuan dapat disebabkan oleh adanya variasi alat atau akibat adanya perubahan fisika kimia. Spektrofotometer secara teratur harus dikalibrasi baik terhadap skala panjang gelombang, maupun terhadap skala fotometer. Identifikasi zat secara spektrofotometri pada daerah ultraviolet pada umumnya dilakukan dengan menggambarkan spektrum serapan larutan zat dalam pelarut, untuk menetapkan letak serapan maksimum atau minimum. Spektrum serapan dari zat yang diperiksa kadang-kadang perlu dibandingkan dengan pembanding kimia yang sesuai.

(23)

disiapkan dengan cara yang sama. Dalam hal ini pengukuran serapan mula-mula dilakukan terhadap larutan pembanding kemudian terhadap larutan zat yang diperiksa.

(Panitia Farmakope Indonesia, 1979).

Panjang gelombang dari cahaya tampak yaitu radiasinya dapat dilihat berkisar antara 400 nm (sinar violet) dan 750 nm (sinar merah). Panjang gelombang diantaranya memberikan warna biru , hijau, kuning, oranye, dan warna -warna lain. Radiasi UV tak terlihat oleh mata, tetapi dapat menyebabkan luka bakar (misalnya luka bakar karena matahari); panjang gelombangnya dari 100 nm-400 nm. Spektrum UV atau cahaya tampak, panjang gelombang dibuat diagram dengan absorpsi, yaitu logaritma dari perbandingan antara intensitas radiasi sinar yang masuk sampel (I0 ) dengan radiasi sinar yang keluar (I).

A = logI₀ I

Apabila harga intensitas suatu cahaya yang keluar dari sampel (I) lebih kecil dibandingkan dengan yang masuk (I0) berarti foton yang diabsorpsi oleh sampel memiliki harga I yang makin kecil, semakin banyak yang diabsorpsi, maka harga serapannya (absorban) besar.

Tabel 2.7. Gelombang yang diserap dan warna yang dipantulkan

Gelombang yang diserap Warna yang dipantulkan (yang terlihat)

400 (violet) Hijau kuning

450 (biru) Oranye

510 (hijau) Purple

590 (oranye) Biru

640 (merah) Hijau biru

(24)

Radiasi UV dan cahaya tampak tidak mempengaruhi bentuk getaran dari ikatan kovalen. Elektron-elektronnya akan mengabsorpsi foton dan akan pindah dari orbital molekul yang sudah penuh ke orbital molekul dengan energi lebih tinggi yang belum terisi. Panjang gelombang dari radiasi UV dan cahaya tampak yang diabsorpsi oleh suatu senyawa tergantung dari berapa banyak energi yang diperlukan untuk memindahkan elektron dalam senyawa tersebut. Molekul-molekul yang semua elektronnya memerlukan energi yang tinggi untuk berpindah hanya mengabsorpsi radiasi gelombang yang pendek. Jumlah konjugasi yang cukup biasanya memiliki senyawa yang berwarna, yaitu senyawa yang mengabsorpsi gelombang cahaya tampak dan memantulkan sisa gelombang dari cahaya tampak tersebut pada mata kita. (Fessenden, 2010)

Hubungan antara absorpsi radiasi dan panjang lintasan melewati medium yang menyerap mula-mula dirumuskan oleh Bouger (1729), meski kadang-kadang dikaitkan kepada Lambert (1768). Suatu medium pengabsorpsi yang homogen seperti suatu larutan kimia terbagi dalam lapisan-lapisan yang sama tebalnya. Suatu berkas radiasi monokromatik (yakni radiasi dengan panjang gelombang tunggal) diarahkan menembus medium itu, ternyata bahwa tiap lapisan menyerap fraksi radiasi yang sama besar. Penemuan Bouger dapat dirumuskan secara matematis dimana P0 adalah daya radiasi masuk dan P daya yang keluar dari suatu lapisan medium sebesar b satuan

(25)

�₁�� =d�

dan mengintegralkan di antara P0 dan P serta 0 dan b:

-

��

� �

�� =k1

∫ ��

0

-(ln P – ln P0) = k1b

ln P0 – ln P = k1b

Tanda minus menandakan bahwa daya itu berkurang karena pengabsorpsian. Berkurangnya daya radiasi per ketebalan satuan dari medium yang menyerap adalah berbanding lurus dengan daya radiasi itu. Biasanya persamaan ditulis dengan logaritma basis – 10, dengan mudah mengubah tetapan ini:

���

�� =k1b

Pernyataan verbal persamaan ini adalah daya radiasi yang diteruskan berkurang secara eksponensial dengan pertambahan secara aritmatik tebalnya medium pengabsorpsi. Lambang PO dan P direkomendasikan untuk daya radiasi masuk dan

diteruskan. Bentuk log (P/PO ) disebut absorbans dan diberi lambang A. Istilah lain

(26)

Gambar

Tabel 2.1. Komposisi beberapa asam lemak dalam tiga jenis minyak nabati
Gambar 2.1. Reaksi Trigliserida Minyak/Lemak
Tabel 2.2. Nilai Sifat Fisiko-Kimia Minyak Sawit dan Minyak Inti Sawit
Tabel 2.4. Nilai DOBI dari minyak sawit selama diolah
+2

Referensi

Dokumen terkait

DOBI (Deteration Of Bleachability Index) merupakan indeks derajat kepucatan minyak sawit mentah merupakan parameter yang menentukan kualitas Crude Palm Oil (CPO).. Harga DOBI

Telah dilakukan percobaan penentuan kadar air dan kadar asam lemak bebas pada minyak sawit mentah ( crude palm oil ). Dimana pada penentuan kadar air dilakukan

Pada analisa DOBI yang dilakukan diperoleh bahwa nilai DOBI minyak kelapa sawit dengan kode sampel B yang berasal dari Padang Halaban yaitu 2.57 telah memenuhi standar

Proses Pembuatan Asam Lemak Seara Langsung dari Buah

Sedangkan penentuan kadar asam lemak bebas dilakukan dengan metode titrasi volumetri dengan menggunakan larutan standar NaOH 0,25 N dengan penambahan indikator

Pada berbagai studi penggorengan, peningkatan asam lemak sangat dipengaruhi oleh kadar air, jenis dan kandungan minyak, serta komponen lain pada bahan yang dapat

Minyak sawit adalah minyak nabati yang diperoleh dari buah (mesocarp) kelapa sawit.Minyak sawit banyak digunakan sebagai bahan baku industri makanan (edible oil) karena

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum penggorengan minyak kelapa dan minyak sawit memiliki kadar air yang hampir sama, tetapi kadar asam lemak bebas, angka peroksida dan