ESTIMASI PARAMETER µ DAN σ
2PADA DISTRIBUSI
EKSPONENSIAL TERGENERALISIR DUA
VARIABEL MENGGUNAKAN FUNGSI
PEMBANGKIT MOMEN
SKRIPSI
GHAZALI WARDHONO
090823040
DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ESTIMASI PARAMETER µ DAN σ2
PADA DISTRIBUSI EKSPONENSIAL TERGENERALISIR DUA VARIABEL MENGGUNAKAN FUNGSI
PEMBANGKIT MOMEN SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains
GHAZALI WARDHONO 090823040
DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
Judul : ESTIMASI PARAMETER µ DAN σ2 PADA
DISTRIBUSI EKSPONENSIAL TERGENERALISIR
DUA VARIABEL MENGGUNAKAN FUNGSI
PEMBANGKIT MOMEN
Kategori : SKRIPSI
Nama : GHAZALI WARDHONO
Nomor Induk Mahasiswa : 090823040
Program Studi : SARJANA (S1) MATEMATIKA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
Diluluskan di
Medan,
Komisi Pembimbing :
Pembimbing 2 Pembimbing 1
Drs. Pangeran Sianipar, MS Drs. Pasukat Sembiring, M.Si NIP. 19470208 197403 1 001 NIP. 19531113 198503 1 002
Diketahui oleh
Departemen Matematika FMIPA USU Ketua
Prof.Dr.Tulus, M.Si
PERNYATAAN
ESTIMASI PARAMETER µ DAN σ2
PADA DISTRIBUSI EKSPONENSIAL
TERGENERALISIR DUA VARIABEL MENGGUNAKAN
FUNGSI PEMBANGKIT MOMEN
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan,
GHAZALI WARDHONO
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat
dan kasih karunia-Nya skripsi ini berhasil diselesaikan dalam waktu yang telah
ditetapkan.
Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada Drs. Pasukat Sembiring, M.Si
dan Drs. Pangeran Sianipar, MS selaku dosen pembimbing pada penyelesaian skripsi
ini yang telah memberikan panduan dan penuh kepercayaan kepada penulis untuk
menyempurnakan kajian ini. Panduan ringkas dan padat dan professional telah
diberikan kepada penulis agar penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima
kasih juga ditunjukan kepada Ketua dan Sekretaris Departemen yaitu Prof.Dr.Tulus,
M.Si. dan Dra. Mardiningsih, M.Si. Dekan pada FMIPA USU, Pegawai di FMIPA
USU serta rekan-rekan kuliah. Akhirnya, tidak terlupakan kepada orang tua saya
ibunda (Siti Rohana) dan ayahanda (Alm. Triman Wardhono), adik saya (M Ishan
Wardhono), serta kedua kakak saya (Mutiah dan Siti Aisyah) dan semua keluarga
yang selama ini memberikan bantuan dan dorongan yang diperlukan. Semoga Tuhan
ABSTRAK
Dalam sebuah distribusi, rata-rata dan variansi merupakan parameter yang penting diestimasi setelah parameter distribusinya sudah diketahui. Dari estimasi kedua parameter tersebut, distribusi dapat lebih mudah dikaji, mengetahui karakteristik, dan mencari ukuran parameter lain seperti kemiringan dan kurtosis dari distribusi tersebut. Dalam mengestimasi kedua parameter tersebut dengan benar, metode yang paling tepat
digunakan adalah fungsi pembangkit momen. Kegunaan yang jelas dari fungsi
pembangkit momen ialah untuk menentukan momen distribusinya. Bila fungsi pembangkit momen dari suatu peubah acak ada, fungsi itu dapat dipakai untuk mentransformasikan dan menemukan seluruh momen dari peubah acak tersebut, dengan menurunkan fungsi pembangkit momen hingga n kali. Dapat diketahui bahwa turunan pertamanya adalah rata-rata dan turunan kedua adalah variansinya. Untuk peubah acak X1 dan X2 yang kontinu, maka fungsi pembangkit momen gabungannya
dinotasikan dengan :
2 1 2 2 1 1 2
1, ) ( ) ( )
( 11 2 2
2
1 t t e f x f x dxdx
Mxx tx+tx ∝
−∝ ∝
−∝
∫ ∫
=
Dalam penelitian ini, distribusi yang akan diestimasi parameter rata-rata dan variansinya adalah distribusi baru yang diperkenalkan Gupta dan Kundu pada tahun 1999, yakni distribusi eksponensial tergeneralisir. Jika terdapat dua peubah acak (X1,X2) yang berdistribusi eksponensial tergeneralisir dengan asumsi saling bebas,
maka distribusi eksponensial tergeneralisir dua variabel (fungsi kepadatan peluang gabungan dari (X1,X2)), untuk x1 > 0, x2 > 0 adalah :
)
,
(
x
1x
2F
1 1 1 2 2 1 1 22
1
(
1
)
(
1
)
x x x
x
e
e
e
− −−
− − − −−
=
α
α
α αABSTRACT
From some distribution, the mean and variance is an important parameter estimates after the parameters distribution are known. From estimates of these parameters we can more easily review, investigate the characteristics, and found all of other measurement parameters such as skewness and kurtosis of these distribution. In estimating these parameters correctly, the most appropriate method used is the moment generating function.Obvious usefulness from the moment generating function is to determine the moment of it’s distribution. If the moment generating function of a random variable exists, the function can be used to transform and find all the moments of these random variables, moment generating function by deriveded to n-times. Can be seen that the first derivative is average and the second derivative is the variance. For random variables X1 and X2 are continuous, then the joint moment generating
function is denoted by:
2 1 2 2 1 1 2
1, ) ( ) ( )
( 11 2 2
2
1 t t e f x f x dxdx
Mxx tx+tx ∝
−∝ ∝
−∝
∫ ∫
=
In this research, distributions will be estimated parameter mean and variance is a new distribution introduced by Gupta and Kundu (1999), named a Generalized Exponential Distribution. If there are two random variables (X1,X2) a Generalized Exponential
Distribution with the assumptions are mutually independent, then the Generalized Exponential distribution of two variables (joint probability density function of (X1,X2)), for x1 > 0, x2 > 0 is:
)
,
(
x
1x
2F
1 1 1 2 2 1 1 22
1
(
1
)
(
1
)
x x x
x
e
e
e
− −−
− − − −−
=
α
α
α αDAFTAR ISI
Halaman
Persetujuan ii
Pernyataan iii
Penghargaan iv
Abstrak v
Abstract vi
Daftar Isi vii
Daftar Tabel ix
Daftar Gambar x
Bab 1 Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Perumusan Masalah 2
1.3 Tinjauan Pustaka 2
1.4 Tujuan Penelitian 5
1.5 Kontribusi Penelitian 5
1.6 Metode Penelitian 6
Bab 2 Landasan Teori 7
2.1 Peluang 7
2.1.1 Peluang Bersyarat 8
2.1.2 Peluang Dua Peristiwa yang Saling Bebas 9
2.2 Peubah Acak dan Distribusinya 9
2.2.1 Peubah Acak 9
2.2.2 Distribusi Peubah Acak 10
2.2.2.1 Distribusi Peubah Acak Diskrit 10 2.2.2.2 Distribusi Peubah Acak Kontinu 11 2.2.3 Distribusi Peubah Acak Gabungan 11
2.3 Defenisi Momen 12
2.3.1 Momen di Sekitar Titik Asal 12
2.3.2 Momen di Sekitar Rataan 13
2.4 Konversi Momen di Sekitar Titik Asal ke
Momen di Sekitar Rataan. 14
2.5 Fungsi Pembangkit 15
2.5.1 Fungsi Pembangkit Eksponensial 15
2.5.2 Fungsi Pembangkit Momen 16
2.5.3 Fungsi Pembangkit Momen Gabungan 19 2.6 Distribusi Eksponensial Tergeneralisir Dua Variabel 21
2.7 Estimasi 22
2.7.1 Estimasi Titik 24
Bab 3 Pembahasan 25 3.1 Transformasi Distribusi Eksponensial Tergeneralisir
Dua Variabel Dengan Fungsi Pembangkit Momen 25 3.2 Fungsi Pembangkit Momen Marginal dari X1 dan X2 26
3.3 Estimator Rata-rata (µ) Pada Distribusi Ekponensial
Tergeneralisir dengan Fungsi Pembangkit Momen 27 3.4 Estimator Variansi (σ2) Pada Distribusi Ekponensial
Tergeneralisir dengan Fungsi Pembangkit Momen 28
3.5 Contoh Kasus 28
3.5.1 Nilai Rata-rata Peubah Acak X1 dan X2 30
3.5.2 Nilai Variansi Peubah Acak X1 dan X2 31
3.5.3 Nilai Estimasi Rata-rata X1 dan X2 dengan Estimator
Rata-rata Fungsi Pembangkit Momen 34 3.5.4 Nilai Estimasi Variansi X1 dan X2 dengan Estimator
Variansi Fungsi Pembangkit Momen 34
Bab 4 Kesimpulan dan Saran 36
4.1 Kesimpulan 36
4.2 Saran 37
Daftar Pustaka 38
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Momen di Sekitar Titik Asal 13
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Grafik Distribusi Eksponensial Tergeneralisir
Dua Variabel dengan α = 16 29
Gambar 3.2 Grafik Distribusi Eksponensial Tergeneralisir
dengan α1 = 2 dan α2 = 8 29
Gambar 3.3 Grafik Peubah Acak X1 dan X2 dengan Garis
ABSTRAK
Dalam sebuah distribusi, rata-rata dan variansi merupakan parameter yang penting diestimasi setelah parameter distribusinya sudah diketahui. Dari estimasi kedua parameter tersebut, distribusi dapat lebih mudah dikaji, mengetahui karakteristik, dan mencari ukuran parameter lain seperti kemiringan dan kurtosis dari distribusi tersebut. Dalam mengestimasi kedua parameter tersebut dengan benar, metode yang paling tepat
digunakan adalah fungsi pembangkit momen. Kegunaan yang jelas dari fungsi
pembangkit momen ialah untuk menentukan momen distribusinya. Bila fungsi pembangkit momen dari suatu peubah acak ada, fungsi itu dapat dipakai untuk mentransformasikan dan menemukan seluruh momen dari peubah acak tersebut, dengan menurunkan fungsi pembangkit momen hingga n kali. Dapat diketahui bahwa turunan pertamanya adalah rata-rata dan turunan kedua adalah variansinya. Untuk peubah acak X1 dan X2 yang kontinu, maka fungsi pembangkit momen gabungannya
dinotasikan dengan :
2 1 2 2 1 1 2
1, ) ( ) ( )
( 11 2 2
2
1 t t e f x f x dxdx
Mxx tx+tx ∝
−∝ ∝
−∝
∫ ∫
=
Dalam penelitian ini, distribusi yang akan diestimasi parameter rata-rata dan variansinya adalah distribusi baru yang diperkenalkan Gupta dan Kundu pada tahun 1999, yakni distribusi eksponensial tergeneralisir. Jika terdapat dua peubah acak (X1,X2) yang berdistribusi eksponensial tergeneralisir dengan asumsi saling bebas,
maka distribusi eksponensial tergeneralisir dua variabel (fungsi kepadatan peluang gabungan dari (X1,X2)), untuk x1 > 0, x2 > 0 adalah :
)
,
(
x
1x
2F
1 1 1 2 2 1 1 22
1
(
1
)
(
1
)
x x x
x
e
e
e
− −−
− − − −−
=
α
α
α αABSTRACT
From some distribution, the mean and variance is an important parameter estimates after the parameters distribution are known. From estimates of these parameters we can more easily review, investigate the characteristics, and found all of other measurement parameters such as skewness and kurtosis of these distribution. In estimating these parameters correctly, the most appropriate method used is the moment generating function.Obvious usefulness from the moment generating function is to determine the moment of it’s distribution. If the moment generating function of a random variable exists, the function can be used to transform and find all the moments of these random variables, moment generating function by deriveded to n-times. Can be seen that the first derivative is average and the second derivative is the variance. For random variables X1 and X2 are continuous, then the joint moment generating
function is denoted by:
2 1 2 2 1 1 2
1, ) ( ) ( )
( 11 2 2
2
1 t t e f x f x dxdx
Mxx tx+tx ∝
−∝ ∝
−∝
∫ ∫
=
In this research, distributions will be estimated parameter mean and variance is a new distribution introduced by Gupta and Kundu (1999), named a Generalized Exponential Distribution. If there are two random variables (X1,X2) a Generalized Exponential
Distribution with the assumptions are mutually independent, then the Generalized Exponential distribution of two variables (joint probability density function of (X1,X2)), for x1 > 0, x2 > 0 is:
)
,
(
x
1x
2F
1 1 1 2 2 1 1 22
1
(
1
)
(
1
)
x x x
x
e
e
e
− −−
− − − −−
=
α
α
α αBAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Distribusi eksponensial tergenaralisir (Generalized Exponential Distribution) pertama
kali diperkenalkan oleh Gupta dan Kundu pada tahun 1999. Distribusi ini diambil dari salah satu fungsi kepadatan kumulatif yang digunakan pada pertengahan abad 19
(Gompertz-Verhulst) untuk membandingkan tabel kematian dan menghasilkan laju
pertumbuhan penduduk. Dimana salah satu dari tiga parameternya distandarisasi
menjadi satu.
Distribusi eksponensial tergenaralisir memilki parameter α sebagai alat untuk
mengestimasi nilai kegagalan awal, dimana semakin besar nilai α maka distribusi
tersebut mendekati distribusi normal. Berbeda dengan distribusi eksponensial biasa
yang memiliki parameter λ, dimana semakin besar nilai λ maka distribusi tersebut
berbentuk linier negatif.
Dalam kajiannya Gupta dan Kundu menggunakan maksimum likelihood estimator untuk menghitung estimasi dari parameter α nya. Dan kemudian
memperoleh observasi, dimana satu set data telah dianalisis ulang dan diamati bahwa
distribusi eksponensial tergeneralisir memberikan hasil yang lebih baik daripada
distribusi eksponensial biasa.
Untuk itu penulis ingin mengkaji lebih mendalam lagi distribusi eksponensial
tergenaralisir dengan mencari estimator parameter µ dan σ2. Banyak metode yang digunakan untuk mencari estimator parameter µ dan σ2, diantaranya dengan menggunakan metode momen, fungsi pembangkit momen, fungsi karakteristik, dan
estimasi maksimum likelihood. Tetapi dalam penelitian ini hanya akan digunakan
dan estimator parameter µ dan σ2 pada distribusi eksponensial tergenaralisir dua variabel.
Dua variabel digunakan tidak hanya untuk harapan estimasi tersebut tidak
berbias, tetapi juga untuk membandingkan bahwa kedua variabel tersebut memiliki
hasil yang sama dari nilai rata-rata dan variansi keseluruhan distribusinya.
Menurut Walpole (1995) kegunaan yang jelas dari fungsi pembangkit momen ialah untuk menentukan momen distribusi. Bila fungsi pembangkit momen suatu
peubah acak memang ada, fungsi itu dapat dipakai untuk membangkitkan atau
menemukan seluruh momen dari peubah acak tersebut, dengan menurunkan fungsi
pembangkit momen hingga n kali. Dapat diketahui bahwa turunan pertamanya adalah
rata-rata dan turunan kedua adalah variansinya.
Dari latar belakang di atas, penulis akan mengkaji tentang “Estimasi Parameter µ dan σ2
Pada Distribusi Eksponensial Tergeneralisir Dua Variabel Menggunakan
Fungsi Pembangkit Momen”
1.2 Perumusan Masalah
Pada penelitian ini rumusan masalah yang dibahas adalah bagaimanakah transformasi
distribusi eksponensial tergeneralisir dua variabel dengan menggunakan fungsi
pembangkit momen untuk mencari marginal fungsi pembangkit momennya, kemudian
mencari estimator parameter rata-rata (µ) dan parameter variansinya (σ2) dan mengestimasi kedua parameter tersebut.
1.3Tinjauan Pustaka
Dijelaskan oleh Gupta dan Kundu (1999) bahwa distribusi ekponensial tergeneralisir
kumulatif (fkk) dan fungsi kepadatan peluang (fkp) dengan x > 0, adalah sebagai
berikut :
α λ
λ
α
, ) (1 );
( x
GE x e
F = − −
1
) 1
( )
, ;
(
α
λ
=αλ
−λx − −λx α−GE x e e
F
Dengan :
x
= peubah acak
α
= parameter bentuk
λ
= parameter skala
e
= 2,7183Jika (X1,X2) merupakan distribusi eksponensial tergeneralisir dua variabel
dengan asumsi saling bebas, maka fungsi kepadatan peluang gabungan dari (X1,X2),
untuk x1 > 0, x2 > 0 adalah :
) , (x1 x2
F 1 1 1 2 2 1 1 2
2
1
(
1
)
(
1
)
x x x
x
e
e
e
− −−
− − − −−
=
α
α
α α
Untuk mentransformasi distribusi eksponensial tergeneralisir dua variabel di
atas dengan fungsi pembangkit momen. Maka akan disubtitusikan dengan persamaan
fungsi pembangkit momen yang di jelaskan sebagai berikut :
Dijelaskan oleh Walpole dan Myers (1995) bahwa fungsi pembangkit momen atau Moment generating function (MGF) dari sebuah peubah acak X dapat
didefinisikan sebagai:
) ( )
( tx
x t E e
M = untuk t dalam R
di mana T = {t ∈R : Mx(t) < ∞}.
Karena distribusi yang akan ditransformasi merupakan distribusi gabungan
maka fungsi pembangkit momennya harus dalam bentuk gabungan (Joint Moment
Generating Function), yang di notasikan sebagai berikut:
) (
) ,
( 11 22
2
1 1 2
x t x t x
x t t E e
Untuk peubah acak X1 dan X2 yang kontinu dan bebas satu sama lain (saling
lepas), dinotasikan dengan :
2 1 2 2 1 1 2
1, ) ( ) ( )
( 11 2 2
2
1 t t e f x f x dxdx
Mxx tx tx + ∝ −∝ ∝ −∝
∫ ∫
=Berdasarkan fungsi pembangkit momen gabungan dari X1 dan X2, dapat
ditentukan fungsi pembangkit momen masing-masing dari X1 dan X2 yang dinamakan
fungsi pembangkit momen marginal dari X1 dan fungsi pembangkit momen marginal
dari X2
Fungsi pembangkit momen marginal dari X
.
1 diperoleh dari fungsi pembangkit
momen gabungan dengan mensubstitusikan t2 = 0, sehingga:
) ( ) ( ) 0 ,
( 11
1 1 x t e E t M t
M = = , dan
Fungsi pembangkit momen marginal dari X2 diperoleh dari fungsi pembangkit
momen gabungan dengan mensubstitusikan t1 = 0, sehingga:
) ( ) ( ) , 0
( 2 2
2 2 x t e E t M t
M = =
Kemudian dapat ditentukan momen – momen dari peubah acak X1 berdasarkan
fungsi pembangkit momen marginalnya. Dimana momen ke-1 yang juga merupakan
nilai parameter rata-rata (µ), dihitung dengan meggunakan rumus :
1 0
1
1,0) (0,0)
( ) ( 1 t M t t M X E t x ∂ ∂ = ∂ ∂ = = =
µ
Dan momen ke-2nya dihitung dengan menggunakan rumus:
2 1 0 2 1 1 2
2 ( ,0) (0,0)
Dari rumus momen ke-1 dan momen ke-2, maka dapat di hitung nilai parameter
variansi (σ2)nya dengan menggunakan rumus :
2
1 2
1 2
2 (0,0) (0,0)
)
(
∂ ∂ − ∂
∂ =
t M t
M Var
σ
xPerhitungan yang sama juga dapat dilakukan dalam menentukan nilai parameter
rata-rata (µ) dan nilai parameter variansi (σ2) dari peubah acak X2 berdasarkan fungsi
pembangkit momen marginalnya dengan menggunakan rumus di atas.
1.4Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mentransformasi distribusi eksponensial tergeneralisir
dua variabel dengan menggunakan fungsi pembangkit momen untuk mencari marginal
fungsi pembangkit momennya, kemudian mencari estimator parameter rata-rata (µ)
dan parameter variansinya (σ2
) dan mengestimasi kedua parameter tersebut.
1.5
Kontribusi PenelitianKesimpulan yang diperoleh setelah dilakukan penelitian, diharapkan :
1. Memudahkan penggunaan distribusi eksponensial tergeneralisir dua variabel
secara praktis.
2. Sebagai bahan kajian untuk menganalisis distribusi eksponensial tergeneralisir dua
variabel lebih mendalam.
3. Memperkaya literatur dalam bidang statistika terutama yang berhubungan dengan
1.6Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Dengan melakukan studi literatur terlebih dahulu mengenai fungsi pembangkit
momen dan distribusi eksponensial tergeneralisir dua variabel.
2. Memaparkan dan menjelaskan pengertian fungsi pembangkit momen dan
distribusi eksponensial tergeneralisir dua variabel.
3. Mensubtitusi persamaan fungsi pembangkit momen dengan persamaan
distribusi eksponensial tergeneralisir dua variabel.
4. Mentransformasikan persamaan yang didapat dari hasil subtitusi dengan
mengintegralkan persamaan tersebut.
5. Mencari estimator parameter rata-rata (µ) dan parameter variansi (σ2) dengan mencari turunan pertama dan turunan kedua dari hasil transformasi
persamaannya.
6. Mengestimasi parameter rata-rata (µ) dan parameter variansi (σ2) dengan menguji nilai kedua parameter tersebut pada contoh kasus.
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Peluang
Peluang adalah suatu nilai untuk mengukur tingkat kemungkinan terjadinya suatu
peristiwa (event) akan terjadi di masa mendatang yang hasilnya tidak pasti (uncertain
event). Peluang dinyatakan antara 0 (nol) sampai 1 (satu) atau dalam persentase.
Peluang 0 menunjukkan peristiwa yang tidak mungkin terjadi, sedangkan peluang 1
menunjukkan peristiwa yang pasti terjadi. P(A) = 0,99 artinya probabilitas bahwa
kejadian A akan terjadi sebesar 99 % dan peluang A tidak terjadi adalah sebesar 1%.
Ada tiga hal penting dalam rangka membicarakan peluang, yaitu percobaan
(experiment), ruang sampel (sample space), kejadian (event), dan titik sampel (sample point).
Percobaan (experiment) adalah pengamatan terhadap beberapa aktivitas atau
proses yang memungkinkan timbulnya paling sedikit 2 (dua) peristiwa tanpa
memperhatikan peristiwa mana yang akan terjadi.
Ruang sampel (sample space) atau semesta (universe) merupakan himpunan dari
semua hasil (outcome) yang mungkin dari suatu percobaan (experiment). Jadi ruang
sampel adalah seluruh kemungkinan peristiwa yang akan terjadi akibat adanya suatu
percobaan atau kegiatan.
Kejadian (event) adalah kumpulan dari satu atau lebih hasil yang terjadi pada
sebuah percobaan atau kegiatan. Kejadian menunjukkan hasil yang terjadi dari suatu
percobaan. Dalam setiap percobaan atau kegiatan hanya ada satu hasil. Pada kegiatan
jual beli saham, kalau tidak membeli berarti menjual. Pada perubahan harga terjadi
Besarnya nilai kemungkinan bagi munculnya suatu kejadian adalah selalu
diantara 0 (nol) dan 1 (satu). Pernyataan ini dapat ditulis sebagai 0 ≤P(A) ≤ 1, dimana
P(A) menyatakan nilai kemungkinan bagi munculnya kejadian A. Jika suatu percobaan
dapat menghasilkan N macam hasil yang berkemungkinan sama (equally likely) dan
jika tepat terdapat sebanyak n hasil yang berkaitan dengan kejadian A, maka peluang
kejadian A adalah :
N
n A P( )=
(2.1)
Titik sampel (sample point) merupakan tiap anggota atau elemen dari ruang
sampel. Jika suatu operasi dapat dilakukan dengan n1 cara, dan bila untuk setiap cara
ini operasi kedua dapat dilakukan dengan n2 cara, dan bila untuk setiap cara ini operasi
ketiga dapat dilakukan dengan n3 cara, dst, maka deretan k operasi dapat dilakukan
dengan n1,n2,...,nk cara. Dalam penelitian ini akan dibahas teori peluang bersyarat dan
peluang dua peristiwa yang saling bebas, sebagai berikut :
2.1.1 Peluang Bersyarat
Jika A dan B adalah dua buah peristiwa yang di bentuk dari ruang sampel S, maka
peluang bersyarat dari A diberikan B didefenisikan sebagai :
) (
) (
) | (
B P
B A P B A
P = ∩ Dengan 0 ≤P(A) ≤ 1 (2.2)
Dalam hal ini, P(A|B) adalah perhitungan peluang peristiwa A, apabila
peristiwa B sudah terjadi. Atau dapat dinyatakan bahwa peluang peristiwa A dan B
kedua-duanya terjadi sama dengan peluang peristiwa B terjadi dikalikan dengan
2.1.2 Peluang Dua Peristiwa yang Saling Bebas
Dalam pembicaraan sehari-hari, dua buah peristiwa dikatakan bebas, jika terjadinya
atau tidak terjadinya peristiwa yang satu tidak dipengaruhi oleh terjadinya peristiwa
yang lain.
Perumusan dua peristiwa yang saling bebas didasarkan pada perumusan
perkalian dari peluang bersyarat, yaitu :
P(A∩B)=P(B).P(A|B)
Karena dua peristiwa A dan B bebas, maka dalam perhitungan P(A|B)
terjadinya peristiwa A tidak dipengaruhi oleh terjadinya peristiwa B. Sehingga
peristiwa A diberikan peristiwa B akan merupakan peristiwa A itu sendiri. Akibatnya,
) ( ) |
(A B P A
P = . Dengan demikian :
) ( ). ( )
(A B P B P A P ∩ =
(2.3)
2.2 Peubah Acak dan Distribusinya
2.2.1 Peubah Acak
Peubah acak atau variabel acak merupakan hasil-hasil prosedur penyampelan acak
(random sampling) atau eksperimen acak dari suatu data yang telah dianalisis secara
statistik. Peubah acak dapat dinyatakan dengan huruf besar (X), sedangkan nilai dari
peubah acak dinyatakan dengan huruf kecil (x).
Definisi 2.1 :
Peubah acak ialah suatu fungsi yang mengaitkan suatu bilangan real pada setiap unsur
2.2.2 Distribusi Peubah Acak
2.2.2.1 Distribusi Peubah Acak Diskrit
Seringkali untuk memudahkan suatu perhitungan semua peluang peubah acak
dinyatakan dalam suatu fungsi nilai-nilai X seperti f(X) yaitu f(X)=P(X =x). Pada peubah acak diskrit, setiap nilainya dikaitkan dengan peluang. Himpunan pasangan
berurutan (x,f(X)) disebut distribusi peluang peubah acak X. Sebuah distribusi yang
mencantumkan semua kemungkinan nilai peubah acak diskrit berikut peluangnya
disebut peluang diskrit, (Wibisono, 2005: 224).
Suatu peubah acak diskrit dapat dinyatakan sebagai:
∑
= ( ) )
(X p X
f ( 2.4)
Definisi 2.2 :
Himpunan pasangan terurut (x,f(X)) merupakan suatu fungsi peluang, fungsi massa
peluang, atau distribusi peluang peubah acak diskrit X bila, untuk setiap kemungkinan
hasil x:
1. f(X)≥0
2.
∑
=x x f( ) 1
3. f(X)=P(X =x) (Walpole & Myers, 1995 :54)
Definisi 2.3 :
Jika peubah X dapat menerima suatu himpunan diskrit dari nilai-nilai X1, X2, . . . ,Xn
dengan peluang masing-masing P1,P2, . . . Pn, dimana P1+P2+ . . . + Pn = 1, maka suatu
fungsi f(X) yang mempunyai nilai masing - masing P1,P2, . . . Pi untuk X1, X2, . . . ,Xi
disebut fungsi peluang. Sehingga dapat dituliskan dengan f(X) = P(X = Xi), yaitu
2.2.2.2 Distribusi Peubah Acak Kontinu
Distribusi peluang bagi peubah acak kontinu tidak dapat disajikan dalam bentuk tabel,
akan tetapi distribusinya dapat dinyatakan dalam persamaan yang merupakan fungsi
nilai-nilai peubah acak kontinu dan digambarkan dalam bentuk kurva,
(Wibisono,2005:226).
Suatu peubah acak kontinu dapat dinyatakan sebagai:
( )
∫
∝
∝ −
= f x dx X
f( ) (2.5)
Definisi 2. 4 :
Fungsi f(x) adalah fungsi padat peluang peubah acak kontinu X, yang didefinisikan
atas himpunan semua bilangan real R, bila
1. f(x) ≥ 0 untuk semua x ∈ R.
2.
∫
( )
=1∝
∝ −
dx x f
3. P(a < x < b)=
∫
( )
ba
dx x
f (Walpole & Myers, 1995 :60)
2.2.3 Distribusi Peubah Acak Gabungan
Seperti yang dijelaskan pada subbab sebelumnya ada dua macam peubah acak, yaitu
peubah acak diskrit dan peubah acak kontinu. Tetapi karena distribusi yang akan
diteliti dalam penelitian ini merupakan distribusi kontinu, maka hanya akan dibahas
peubah acak kontinu.
Jika S merupakan ruang sampel dari sebuah eksperimen, maka pasangan (X,Y)
dinamakan peubah acak gabungan, jika X dan Y masing-masing menghubungkan
(X,Y) disebut peubah acak gabungan kontinu, jika banyak nilai-nilai yang
mungkin dari X dan Y masing-masing berbentuk sebuah interval. Perhitungan peubah
acak kontinu yang masing-masing berharga tertentu, memerlukan sebuah fungsi yang
dinamakan fungsi kepadatan gabungan. Yang didefenisikan sebagai berikut :
( )
∫∫
= ∈
A
dy dx y x f A
X
P[( ) ] ,
(2.6)
Dengan A terletak dalam bidang-xy.
Sebuah fungsi dari dua peubah acak kontinu X dan Y dapat digunakan sebagai
fungsi kepadatan gabungan, jika nilai-nilainya yaitu f(x,y), memenuhi sifat-sifat
sebagi berikut :
1. f(x,y)≥0 untuk −∝<x<∝,−∝< y<∝
2. [( )∈ ]=
∫ ∫
( )
, =1∝
∝ −
∝
∝ −
dy dx y x f A
X P
2.3 Defenisi Momen
Dalam menentukan nilai ekspektasi rata-rata dan nilai ekspektasi variansi, dimana
nilai – nilai kedua ukuran diatas merupakan pangkat ke-1 dan pangkat ke-2 dari nilai
ekspektasi. Sehingga dapat ditentukan perumusan umum untuk menghitung nilai
ekspektasi dari pangkat ke-r yang biasa disebut dengan momen. Momen terdiri dari 2
jenis, yaitu:
2.3.1 Momen di Sekitar Titik Asal
Momen ke-r di sekitar titik asal dari sebuah random variabel X dapat didefinisikan
sebagai µr' =E[(X −0)r]=E[(X)r]asalkan nilai ekspektasi itu ada. Untuk X diskrit, maka fungsi peluang f(X) :
] ) [(X r
E = 1 ( 1) 2 ( 2) ... ( n)
r n r
r
x f X x
f X x f
] ) [(X r
E =
∑
=
n
i r i f x
X
1
1)
(
(2.7)
Untuk X kontinu, maka fungsi peluang f(X) :
] ) [(X r
E =
∫
∝
∝ −
) (x1 f Xir
(2.8)
Dalam hal ini, E[(Xr)] merupakan momen ke-r. Sehingga dapat diperoleh momen ke-0
sampai ke-4 di sekitar titik asal, sebagai berikut :
Tabel 2.1 Momen di Sekitar Titik Asal
Momen Momen di Sekitar Titik Asal
Momen ke-0 ' [( )0] 1
0 =E X =
µ
Momen ke-1 µ' = [( )1]= ( )=µ
1 E X E X
Momen ke-2 ' [( )2]
2 =E X
µ
Momen ke-3 ' [( )3]
3 =E X
µ
Momen ke-4 ' [( )4]
4 =E X
µ
Dari tabel di atas dapat dilihat momen pertama di sekitar titik asal dari suatu
distribusi adalah nilai rata-rata.
2.3.2 Momen di Sekitar Rataan
Momen ke-r di sekitar rataan dari sebuah random variabel X dapat didefinisikan
sebagai µr =E[(X −µ)r].
Teorema 2.1 :
Momen pertama dari momen di sekitar rataan bernilai 0.
Bukti: [( )1] [( )] [ ] 0
1 = −µ = −µ = −µ =
µ E X E X E X
Sehingga dapat diperoleh momen ke-0 sampai ke-4 di sekitar rataan, sebagai
Tabel 2.2 Momen di Sekitar Rataan
Momen Momen di Sekitar Rataan
Momen ke-0 [( )0] 1
0 = −µ =
µ E X
Momen ke-1 [( )1] 0
1 = −µ =
µ E X
Momen ke-2 [( )2]
2 µ
µ =E X −
Momen ke-3 [( )3]
3 µ
µ =E X −
Momen ke-4 [( )4]
4 µ
µ =E X −
Dari tabel di atas dapat dilihat momen kedua di sekitar rataan dari suatu
distribusi adalah nilai variansi.
2.4 Konversi Momen di Sekitar Titik Asal ke Momen di Sekitar Rataan
Dengan menggunakan dalil binomial, maka dapat diperoleh konversi momen pusat
ke-r di sekitar titik asal ke momen pusat ke-r di sekitar rataan sebagai berikut:
] )
[( r
r E X µ
µ = − = i r i
r i i r − = −
∑
'( ) 0 µ µ (2.9)Kemudian dengan mensubtitusikan beberapa nilai r ke dalam rumus di atas,
maka akan didapat nilai variansi, kemiringan dan kurtosisnya. Dimana nilai
variansinya didapat dari subtitusi nilai r = 2, sebagai berikut :
2
µ = i
i i i − = −
∑
' 22 0 ) ( 2 µ µ
= 0' 2 1' 1 2' ( )0
2 2 ) ( 1 2 ) ( 0 2 µ µ µ µ µ µ − + − + −
= 2' ' 1 2
2µ µ µ
µ − +
2
µ = ' 2
2 µ
µ −
(2.10)
Sehingga didapat nilai variansinya, yaitu hasil dari pengurangan momen pusat
ke-r di sekitar titik asal ke-2 dikurang kuadrat dari momen pusat ke-r di sekitar titik
asal ke-1. Atau sering di notasikan dengan :
) (X
Var = E(X2)−E(X)2
2.5 Fungsi Pembangkit
Fungsi Pembangkit adalah salah satu metode yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan permasalahan. Dengan men-translasi persoalan ke dalam Fungsi
Pembangkit, maka kita dapat menggunakan sifat-sifat khusus dari Fungsi Pembangkit
sebagai jalan untuk memecahkan masalah. Fungsi Pembangkit ini bisa kita perlakukan
sebagaimana fungsi-fungsi pada umumnya. Misal saja melakukan operasi diferensial.
Fungsi Pembangkit memiliki banyak penggunaan, misalnya untuk menyelesaikan
permasalahan rekurensi, counting, membuktikan identitas kombinatorika, maupun
aplikasi-aplikasi lain yang beragam. Dalam penerapannya, banyak metode yang
menggunakan Fungsi Pembangkit sebagai alat penyelesaian masalah.
Fungsi pembangkit dari barisan bilangan S (terhingga atau takhingga)
,... , , , 1 2 3 0 a a a
a dapat didefenisikan dalam bentuk deret sebagai berikut :
i i i
i
ix a a x a x a x a x
a x
A =
∑
= + + + + +∝
=
... )
( 0 1 1 2 2 3 3
0
(2.12)
Pada deret tersebut, pangkat dari variabel x merupakan indikator sedemikian
hingga koefisien dari xi adalah harga fungsi numerik pada i. Untuk sebuah fungsi
numerik ai digunakan nama A(x) untuk menyatakan fungsi pembangkitnya.
Walaupun ada banyak jenis-jenis fungsi pembangkit, tetapi dalam penelitian ini
hanya akan di bahas fungsi pembangkit eksponensial dan fungsi pembangkit momen.
2.5.1 Fungsi Pembangkit Eksponensial
Fungsi pembangkit eksponensial merupakan salah satu alat penyelesaian masalah dari
beberapa jenis fungsi pembangkit. Dimana fungsi pembangkit ini diambil dari Deret
Maclaurin sebagai berikut :
∑
∝= = +
+ +
+ +
o r
r r r
r
r x a r
x a x
a x a x a a
! !
... ! 3 !
2 !
1
Jika nilai a0,a1,a2,a3,...,ar =1, maka dapat didefenisikan fungsi pembangkit
eksponensial adalah sebagai berikut
∑
∝ = = + + + + + = o r r r x r x r x x x x e ! ! ... ! 3 ! 2 1 3 2 (2.13)Dan untuk e−xdidefenisikan sebagai berikut :
∑
∝ = − = − + − + + − = − o r r r r r x r x r x x x x e ! ) 1 ( ! ) 1 ( ... ! 3 ! 2 1 3 2 (2.14)Dalam penelitian ini hanya akan dibahas satu ekspansi binomial dalam bentuk
fungsi pembangkit eksponensial sebagai berikut :
Teorema 2.2 :
∑
= − − − = − n i ix i n x e i n e 0 ) 1 ( ) 1 (Bukti :
Dengan menggunakan rumus Binom Newton :
∑
= − = + n i i i n n b a i n b a 0 ) ( (2.15) Maka : n x e ) 1 ( − − =∑
= − − − n i i x i n e i n 0 )) )( 1 (( ) 1 ( =∑
= − − n i i x i e i n 0 ) ( ) 1 ( =∑
= − − n i ix i e i n 0 ) 1 (2.5.2 Fungsi Pembangkit Momen
Menurut Ronald dan Raymond (1995). Kegunaan yang jelas dari fungsi pembangkit
momen ini adalah untuk menentukan momen-momen distribusi. Akan tetapi,
kegunaan yang terpenting adalah untuk mencari distribusi dari fungsi peubah acak.
Definisi 2.5 :
Fungsi pembangkit momen dari suatu peubah acak X didefinisikan untuk setiap
bilangan riil t sebagai MX(t)=E(etx)
(Dudewich & Mishra, 1995 : 300)
Dari definisi 2.5, dapat diuraikan dalam 2 kasus yang berbeda, yaitu untuk
peubah acak diskrit dan peubah acak kontinu.
Fungsi pembangkit momen untuk peubah acak diskrit dari X di x yaitu:
M (t) E(e ) e f(x)
x tx tx
x = =
∑
(2.16)Fungsi pembangkit momen untuk peubah acak kontinu dari X di x yaitu:
∫
∝
∝ − =
= ( ) ( ) )
(t E e e f x
Mx tx tx (2.17)
(Spiegel, 1991:80)
Teorema 2.3 :
Bila fungsi pembangkit momen Mx(t) dari peubah acak X ada untuk t ≤ T, untuk T
> 0, maka E(Xr)dengan (n = 1,2,3,…), makaE(Xr) = M(Xr)(0).
) (Xr
E = MX(r)(0)
=
0 ) (
=
t X r r
t M dt
d
(Dudewich & Mishra, 1995 : 300)
Bukti :
Diketahui bahwa MX(t)=E(etx), Dengan menggunakan deret Maclaurin :
! ... ! 3 ! 2 1
3 2
r y y
y y e
r
y = + + + + +
Jika y diganti tX maka :
! ) ( ... ! 3
) ( ! 2
) ( 1
3 2
r tX tX
tX tX e
r
y = + + + + +
Sehingga diperoleh :
) (t
= + + + + + ! ) ( ... ! 3 ) ( ! 2 ) ( 1 3 2 r tX tX tX tX E r =
( ) ( )
+ + + + + ! ) ( ... ! 3 ) ( ! 2 ) ( 1 3 2 r tX E tX E tX E tX E E r=
( )
( )
( )
( )
rr X E r t X E t X E t X tE ! ) ( ... ! 3 ) ( ! 2 ) ( 1 3 3 2 2 + + + + +
=
( )
( )
( )
( )
rr X E r t X E t X E t X tE ! ) ( ... ! 3 ) ( ! 2 ) ( 1 3 3 2 2 + + + + +
JikaMX(t)diturunkan terhadap t, kemudian harganya sama dengan nol, maka
akan diperoleh:
) ( '
t
MX =
( )
( )
( )
( )
rr X E r t r X E t X E t X E ! . ... ! 3 3 ! 2
2 3 1
2 2 − + + + + ) 0 ( ' X
M = E
( )
X =µ1' momen pusat ke-1 di sekitar titik asal) ( ' ' t
MX =
( )
( )
( )
rr X E r t r r X E t X E ! ) 1 ( ... ! 3
6 3 2
2 − − + + + ) 0 ( ' ' X
M = E
( )
X2 =µ2' momen pusat ke-2 di sekitar titik asal) ( ' ' ' t
MX =
( )
( )
rr X E r t r r r X E ! ) 2 )( 1 ( ... 3 3 − − − + + ) 0 ( ' ' ' X
M =
( )
' 3 3 =µX
E momen pusat ke-3 di sekitar titik asal
. . .
Sampai turunan ke-r
Jadi untuk mendapatkan momen ke-r dari suatu peubah acak X adalah dengan
menurunkan fungsi pembangkit momen sebanyak r kali dan memasukkan nilai t = 0,
sehingga terbukti bahwa:
) (Xr E =
Teorema 2.4 :
Jika MX(t)adalah fungsi pembangkit momen dari peubah acak X dan a adalah suatu
konstanta, maka fungsi pembangkit momen dari aX adalah:
) (t
MaX = MX(at)
(Spiegel, 1991 : 80)
Bukti:
) (t
MaX = E(etaX)
= E(e(ta)X)
= MX(at)
Teorema 2.5 :
Jika MX(t)adalah fungsi pembangkit momen dari peubah acak X, a dan b adalah
suatu konstanta, maka fungsi pembangkit momen dari aX + b adalah:
) (t
MaX+b = MX(at)ebt
Bukti :
) (t
MaX+b = E(e(aX+b)t)
= E(eatX+bt)
= E(eatX).E(ebt)
= MX(at).ebt
2.5.3 Fungsi Pembangkit Momen Gabungan
Fungsi pembangkit momen gabungan atau Joint MGF dapat didefinisikan sebagai
fungsi pembangkit momen yang diperoleh berdasarkan fungsi peluang gabungan atau
fungsi densitas gabungan dari dua peubah acak. Dalam hal ini, fungsi pembangkit
momen gabungan dapat digunakan untuk memperoleh momen-momen, baik untuk
Sehingga fungsi pembangkit momen gabungan dari (X1, X2)didefinisikan untuk
bilangan riil (t1, t2) sebagai:
) , ( 1 2
, 2
1 t t
MX X = E(et1X1+t2X2) (2.18)
(Dudewicz & Mishra, 1995 : 305)
Teorema 2.6 :
Misal fungsi pembangkit momen gabungan dari (X1, X2) ada, maka X1 dan X2
merupakan peubah acak yang saling bebas jika , (1, 2)
2 1 t t
MX X = (1). ( 2) 2
1 t M t
MX X
Bukti:
) , ( 1 2
, 2 1 t t
MX X = E(et1X1+t2X2)
= E(et1X1.et2X2)
= E(et1X1).E(et2X2)
= ( 1). ( 2) 2
1 t M t
MX X
Untuk peubah acak X1 dan X2 yang kontinu, maka fungsi pembangkit momen
gabungannya dinotasikan dengan :
2 1 2 2 1 1 2
1, ) ( ) ( )
( 11 2 2
2
1 t t e f x f x dxdx
Mxx tx+tx ∝
−∝ ∝
−∝
∫ ∫
= (2.19)
Berdasarkan fungsi pembangkit momen gabungan dari X1 dan X2, dapat
ditentukan fungsi pembangkit momen masing-masing dari X1 dan X2 yang dinamakan
fungsi pembangkit momen marginal dari X1 dan fungsi pembangkit momen marginal
dari X2
Fungsi pembangkit momen marginal dari X
.
1 diperoleh dari fungsi pembangkit
momen gabungan dengan mensubstitusikan t2
) ( ) ( ) 0 ,
( 11
1 1
x t e E t M t
M = =
= 0, sehingga :
(2.20)
Fungsi pembangkit momen marginal dari X2 diperoleh dari fungsi pembangkit
momen gabungan dengan mensubstitusikan t1
) ( ) ( ) , 0
( 2 2
2 2
x t e E t M t
M = =
= 0, sehingga :
Sehingga didapat hasil transformasinya, yang kemudian dapat ditentukan
momen – momen dari peubah acak X1
1 0
1
1,0) (0,0) (
) (
1 t
M t
t M X
E
t
x ∂
∂ = ∂
∂ = =
=
µ
berdasarkan fungsi pembangkit momen
marginalnya. Dimana momen ke-1 yang juga merupakan nilai parameter rata-rata (µ),
dihitung dengan meggunakan rumus :
(2.22)
Dan momen ke-2nya dihitung dengan menggunakan rumus:
2 1 0
2 1
1 2
2 ( ,0) (0,0) )
(
1 t
M t
t M X
E
t ∂
∂ = ∂
∂ =
= (2.23)
Dari hasil hitung momen ke-1 dan momen ke-2, maka dapat dihitung nilai
parameter variansi (σ2
2
1 2
1 2
2 (0,0) (0,0) )
(
∂ ∂ − ∂
∂ =
t M t
M Var σx
)nya dengan menggunakan rumus :
(2.24)
Perhitungan yang sama juga dapat dilakukan dalam menentukan nilai parameter
rata-rata (µ) dan nilai parameter variansi (σ2) dari peubah acak X2 berdasarkan fungsi
pembangkit momen marginalnya dengan menggunakan rumus di atas.
2.6 Distribusi Eksponensial Tergeneralisir Dua Variabel
Distribusi eksponensial tergenaralisir (Generalized Exponential Distrubution) pertama
kali diperkenalkan oleh Gupta dan Kundu pada tahun 1999. Distribusi ini diambil dari salah satu fungsi kepadatan kumulatif yang digunakan pada pertengahan abad 19
(Gompertz-Verhulst) untuk membandingkan tabel kematian dan menghasilkan laju
pertumbuhan penduduk. Yang didefeniskan sebagai berikut :
α λ
ρ
)
1
(
)
(
t
e
tG
=
−
−Kemudian dengan menstandarisasikan ρ = 1 dan x = t, maka didapat distribusi
Distribution) dengan fungsi kepadatan kumulatif (fkk) dan x > 0, adalah sebagai
berikut :
α λ
λ
α
,
)
(
1
)
;
(
xGE
x
e
F
=
−
−dari turunan fungsi kepadatan kumulatif di atas, juga didapat fungsi kepadatan
peluangnya (fkp) adalah sebagai berikut :
1
) 1
( )
, ;
(
α
λ
=αλ
−λx − −λx α−GE x e e
F (2.25)
Dengan :
x
= peubah acak
α
= parameter bentuk
λ
= parameter skala
e
= 2,7183Dimana α > 0 dan λ > 0 masing – masing adalah parameter bentuk dan parameter
skala. Ini jelas bila α = 1, maka distribusi diatas merupakan distribusi eksponensial. Sekarang untuk memfokuskan pada kajian parameter α, maka λ = 1. Sehingga
distribusi eksponensial tergeneralisir dengan parameter bentuk di notasikan dengan
GE(α).
Jika terdapat dua peubah acak (X1,X2) yang berdistribusi eksponensial
tergeneralisir dengan asumsi saling bebas, maka distribusi eksponensial tergeneralisir
dua variabel (fungsi kepadatan peluang gabungan dari (X1,X2)), untuk x1 > 0, x2 > 0
adalah :
)
,
(
x
1x
2F
1 1 1 2 2 1 1 22
1
(
1
)
(
1
)
x x x
x
e
e
e
− −−
− − − −−
=
α
α
α α(2.26)
2.7 Estimasi
Estimasi adalah menaksir ciri-ciri tertentu dari populasi atau memperkirakan
nilai populasi (parameter) dengan memakai nilai sampel (statistik). Dengan statistika
berusaha menyimpulkan populasi. Cara pengambilan keputusan tentang parameter
sebenarnya yang tidak diketahui akan diestimasi berdasarkan statistik sampel yang
diambil dari populasi yang bersangkutan.
Sifat atau ciri estimator yang baik yaitu tidak bias, efisien dan konsisten:
1. Estimator yang tidak bias
Estimator dikatakan tidak bias apabila ia dapat menghasilkan estimasi yang
mengandung nilai parameter yang diestimasikan. Misalkan, estimator θˆ
dikatakan estimator yang tidak bias jika rata-rata semua harga θˆ yang
mungkin akan sama dengan θ. Dalam bahasa ekspektasi ditulis E
( )
θˆ =θ.Misalkan X adalah variabel random dengan rata-rata µ dan varian σ2 ,
n X X
X1, 2,..., adalah sampel random yang besarnya n dari X , maka rata-rata
sampel X dan varian sampel S2 adalah estimator yang tidak bias dari µ dan 2
σ .
2. Estimator yang Efisien
Estimator dikatakan efisien apabila hanya dengan rentang nilai estimasi yang
kecil saja sudah cukup mengandung nilai parameter. Estimator bervarians
minimum ialah estimator yang efisien diantara semua estimator untuk
parameter yang sama. Jika θˆ1 dan θˆ2 dua estimator untuk θ dimana varians
untuk θˆ1 lebih kecil dari varians untuk θˆ2, maka θˆ1 merupakan estimator yang efisien.
3. Estimator yang konsisten
Estimator dikatakan konsisten apabila sampel yang diambil beberapa pun
besarnya, pada rentangnya tetap mengandung nilai parameter yang sedang
diestimasi. Misalkan, θˆ estimator untuk θ yang dihitung berdasarkan sebuah
sampel acak berurutan n. Jika ukuran sampel n makin besar mendekati
ukuran populasi menyebabkan θˆ mendekati θ, maka θˆ disebut estimator
Estimasi nilai parameter memiliki dua cara, yaitu estimasi titik (point
estimation) dan estimasi selang (interval estimation).
2.7.1 Estimasi Titik
Estimasi titik adalah estimasi yang dalam nilai populasinya (parameter) ditentukan
hanya oleh satu nilai saja. Nilai yang dipakai menduga populasi tersebut dinamakan
estimator. Misalkan x1,x2,...,xn merupakan sampel acak berukuran n dari X , maka
statistik θˆ=h
(
x1,x2,...,xn)
yang berkaitan dengan θ dinamakan penaksir dari θ.Setelah sampel diambil, nilai-nilai yang dihitung dari sampel itu digunakan sabagai
taksiran titik θ.
2.7.2 Estimasi Interval
Estimasi interval adalah estimasi dalam suatu interval dimana interval tersebut
ditentukan batas atas dan batas bawah suatu estimator. Metode ini memuat nilai-nilai
estimator yang masih dianggap benar dalam tingkat (selang) kepercayaan tertentu
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Transformasi Distribusi Eksponensial Tergeneralisir Dua Variabel Dengan Fungsi Pembangkit Momen
Dalam membentuk hubungan fungsional dari suatu hasil percobaan. Maka diperlukan
fungsi pendekatan untuk menggambarkan hasil percobaan tersebut, yang sering
disebut fungsi distribusi. Dari fungsi distribusi tersebut, maka kita dapat melakukan
analisis statistik terhadap populasi yang diamati. Termasuk mengestimasi nilai
rata-rata dan variansi dari hasil percobaan tersebut dengan fungsi distribusi.
Jika terdapat peubah acak yang berdistribusi tertentu, maka kita dapat
mengestimasi parameter rata-rata dan parameter variansinya dengan menggunakan
berbagai macam metode, diantaranya dengan menggunakan metode momen, fungsi
pembangkit momen, fungsi karakteristik, estimasi maksimum likelihood, dll. Dengan
asumsi bahwa estimasi yang diperoleh tidak jauh berbeda (tidak bias) dari nilai
rata-ratanya dan nilai variansinya. Dalam penelitian ini akan digunakan fungsi pembangkit
momen dalam mengestimasi parameter rata-rata dan parameter variansi pada distribusi
ekponensial tergeneralisir dua variabel.
Dengan mensubtitusikan fungsi pembangkit momen gabungan pada persamaan
(2.19) dengan fungsi distribusi eksponensial tergeneralisir dua variabel pada
persamaan (2.26), maka diperoleh transformasi distribusi eksponensial tergeneralisir
dua variabel dengan fungsi pembangkit momen sebagai berikut:
)
,
(
t
1t
2M
1 2) 1 ( ) 1 ( 1 1
0 0 2 1
2 2 1 1 2 2 1
1
)
(
1
)
1
(
e
−x −e
−x −e
−x −te
−x −tdx
dx
∝ ∝
−
−
Untuk memudahkan dalam proses pengintegralan. Maka, dengan menggunakan
ekspansi binomial dalam bentuk fungsi pembangkit eksponensial pada teorema (2.2),
fungsi diatas dapat dibentuk menjadi :
) , (t1 t2
M 1 2
) 1 ( 1 0 2 ) 1 ( 1 0 1 0 0 2 1 2 2 2 1 1 1
1
)
1
(
1
)
1
(
e
dx
dx
j
e
i
j t x j j i t x ii − − +
− = + − − − = ∝ ∝
∑
∑
∫∫
−
−
−
−
=
α
α
αα
αα
Kemudian dengan mengintegral fungsi integral ganda diatas terhadap x1 dan x2.
Maka didapat transformasi distribusi eksponensial tergeneralisir dua variabel dengan
fungsi pembangkit momen sebagai berikut :
) , (t1 t2 M
)
1
(
1
1
)
1
(
)
1
(
1
1
)
1
(
2 1 0 2 2 1 1 0 1 1 2 1j
t
j
i
t
i
j j i i+
−
−
−
+
−
−
−
=
∑
∑
− = − = α αα
α
α
α
(3.1)3.2 Fungsi Pembangkit Momen Marginal dari X1 dan X2
Berdasarkan transformasi diatas, dapat ditentukan fungsi pembangkit momen
masing-masing dari X
1 dan X2 yang dinamakan fungsi pembangkit momen marginal dari X1
dan fungsi pembangkit momen marginal dari X2
Fungsi pembangkit momen marginal dari X
pada distribusi eksponensial
tergeneralisir dua variabel.
1 diperoleh dari fungsi pembangkit
momen gabungan dengan mensubstitusikan t2 = 0, sehingga fungsi diatas menjadi :
) 0 , (t1
M
)
1
(
1
1
)
1
(
)
1
(
1
1
)
1
(
1 0 2 2 1 1 0 1 1 2 1j
j
i
t
i
j j i i+
−
−
+
−
−
−
=
∑
∑
− = − = α αα
α
α
α
Dengan nilai :
(
1
1
)
1
1
)
1
(
1 0 2 2 1=
+
−
−
∑
−=
j
j
j
j
α
α
α
Sehingga, fungsi pembangkit momen marginal dari X1 adalah :
Dengan cara yang sama, dapat ditentukan juga fungsi pembangkit momen
marginal dari X2 dengan mensubstitusikan t1 = 0. Sebagai berikut :
) , 0 ( t2 M
)
1
(
1
1
)
1
(
2 1
0
2 2
2
j
t
j
j
j
+
−
−
−
=
∑
−=
α
α
α
(3.3)
Dari kedua fungsi pembangkit momen diatas dapat dibuktikan bahwa distribusi
eksponensial tergeneralisir dua variabel merupakan distribusi gabungan yang saling
bebas, karena masing-masing fungsi pembangkit momen marginalnya membentuk
distribusi eksponensial tergeneralisir satu variabel. Sehingga dapat dimisalkan
α
α
α
1 = 2 = dant1 =t2 =t. kemudian dapat ditentukan estimator parameterrata-ratanya dan parameter variansinya sebagai berikut :
3.3 Estimator Rata-rata (µ) Pada Distribusi Eksponensial Tergeneralisir dengan Fungsi Pembangkit Momen
Dari kedua fungsi pembangkit momen marginal di atas, dengan nilai
α
1 =α
2 =α
dan t1 =t2 =t. Maka, fungsi pembangkit momennya menjadi :
M(t)
(
1
)
1
1
)
1
(
1
0
i
t
i
i
i
+
−
−
−
=
∑
−=
α
α
α
Untuk mendapatkan momen ke-r dari distribusi eksponensial tergeneralisir di
atas, fungsi pembangkit momennya diturunkan sebanyak r kali dan memasukkan nilai
t = 0. Dalam hal ini untuk mendapatkan estimator rata-ratanya, fungsi pembangkit
momennya diturunkan sekali. Sehingga didapat estimator rata-ratanya adalah sebagai
berikut :
∧
µ 2
1
0
(
1
)
1
1
)
1
(
i
i
i
i
+
−
−
=
∑
−=
α
α
α
3.4 Estimator Variansi (σ2) Pada Distribusi Eksponensial Tergeneralisir dengan Fungsi Pembangkit Momen
Dari momen ke-1 atau estimator rata-rata diatas, dapat juga dihitung momen ke-2nya
adalah sebagai berikut :
) (t
M 3
1
0
(
1
)
1
2
1
)
1
(
i
i
i
i
+
−
−
=
∑
−=
α
α
α
Sehingga dengan menggunakan rumus variansi pada persamaan (), yaitu hasil
pengurangan momen ke-2 dengan momen ke-1 kuadrat, didapat estimator variansinya
adalah sebagai berikut :
∧
2
σ 3 2
1
0
)
(
)
1
(
1
2
1
)
1
(
∧ −
=
−
+
−
−
=
∑
αα
α
µ
i
i
i
i
(3.5)
3.5 Contoh Kasus
Misalkan terdapat dua peubah acak X1 dan X2 yang berdistribusi eksponensial
tergeneralisir, dengan asumsi kedua peubah acak saling bebas. Peubah acak X1
memiliki parameter kegagalan awal (α1) = 2, dan peubah acak X2 memiliki parameter
kegagalan awal (α2) = 8. Sehingga luas kedua peubah acak tersebut dapat
diperlihatkan pada distribusi ekponensial tergeneralisir dua variabel sebagai berikut :
)
,
(
x
1x
2F
1 20 0
7 1 2
2
1
)
(
1
)
1
(
16
e
xe
xe
x xdx
dx
∫ ∫
∝ ∝
− − −
−
−
−
=
Gambar 3.1 Grafik Distribusi Eksponensial Tergeneralisir Dua Variabel dengan α = 16
Berdasarkan peluang dua peristiwa yang saling bebas pada subbab (2.1.2),
dimana f(X1∩X2)= f(X1).f(X2), maka dapat diketahui dua marginal distribusinya adalah:
)
(
x
1F
10
1 1
)
1
(
2
e
−xe
−xdx
∝
−
=
∫
, dan)
(
x
2F
∫
∝
− −
−
=
0
2
7 2
2
)
1
(
8
e
xe
xdx
[image:42.595.119.516.83.310.2]Dengan gambaran 2 grafik berdimensi 2nya adalah sebagai berikut
Gambar 3.2 Grafik Distribusi Eksponensial Tergeneralisir dengan α1 = 2 dan α2 = 8
0,2 1,2
2,2 3,2
4,2
0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1 0,12 0,14 0,16 0,18 0,2
0,2 0,6 1
1,4 1,8 2,2 2,6 3
3,4 3,8 4,2
4,6 5
Grafik Distribusi Eksponensial Tergeneralisir Dua Variabel
-0,1 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
f (
x
)
X
Grafik Distribusi Eksponensial Tergeneralisir
[image:42.595.112.528.555.748.2]Dalam hal ini, akan di cari nilai rata-ratanya dan nilai variansinya. Kemudian
akan dibandingkan dengan estimator fungsi pembangkit momennya.
3.5.1 Nilai Rata-rata Peubah Acak X1 dan X2
Pada subbab (2.3.1) dijelaskan bahwa nilai rata-rata dari sebuah peubah acak adalah
)] [(X E
=
µ . Sehingga nilai ekspektasi rata-rata peubah acak X adalah sebagai berikut:
µ = E[(X)] = x.f(x)dx
0
∫
∝
= x e x e x 1dx
0 ) 1 ( . − − ∝ −
∫
α − α=
x
e
dx
i
i x x i i∫∑
∝ − − − =
−
−
0 1 0.
1
)