BUKTI MENGENAI DAMPAK PENGENDALIAN INTERNAL DAN GOOD
CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP AUDIT FEE
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana
Oleh:
Vivi Lestari
NIM: 109082000038
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
ii
BUKTI MENGENAI DAMPAK PENGENDALIAN INTERNAL DAN GOOD
CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP AUDIT FEE
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana
Disusunoleh:
VIVI LESTARI NIM. 109082000038
Dibawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Selasa, 30 Juli 2013 telah dilaksanakan Ujian Komprehensif atas mahasiswa:
Nama : Vivi Lestari
NIM : 109082000038
Jurusan : Akuntansi/Audit
Judul Skripsi : Bukti Mengenai Dampak Pengendalian Internal dan Good
Corporate Governance Terhadap Audit Fee.
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 30 Juli 2013
1. Yoghi Citra Pratama, M.Si NIP. 19830717 201101 1 011
2. Atikah, SE., M.Si NIP. 19820120 200912 2 004
3. Yessi Fitri, SE., M.Si, Ak NIP. 19760924 200604 2 002
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Kamis, 19 September 2013 telah dilaksanakan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
Nama : Vivi Lestari
NIM : 109082000038
Jurusan : Akuntansi/Audit
Judul Skripsi : Bukti Mengenai Dampak Pengendalian Internal dan Good Corporate Governance Terhadap Audit Fee.
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 19 September 2013
4. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS NIP. 19570617 1985 03 1 002
5. Dr. Rini, Ak., CA
NIP. 19760315 200501 2 002
6. Yessi Fitri, SE., M.Si, Ak
NIP. 19760924 200604 2 002
7. Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si
NIP. 19730615 200501 1 009
8. Reskino, SE., M.Si, Ak
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan Dibawah ini,
Nama : Vivi Lestari
No Induk Mahasiswa : 109082000038
Fakultas :Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau
tanpa izin pemilik karya
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungiawab atas karya ini
Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan melalui
pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan ternyata memang ditemukan
bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan diatas, maka saya siap untuk
dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di FakultasE konomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pemyataanini saya buat dengan sesungguhnya.
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama Lengkap : Vivi Lestari
2. Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 10 September 1991
3. Alamat : Jl. Swadaya 1 Rt. 008/ Rw. 09 No.24
Kel. Pejaten Timur Kec. Pasar Minggu
Jakarta Selatan 12510
4. Telepon : 085716094913
5. Email : vivi.lestari.38@gmail.com
II. PENDIDIKAN
1. SD N 01 Pagi Pejaten Timur Tahun 1997-2003
2. MTS Al-Awwabin Depok Tahun 2003-2006
3. MA Al-Awwabin Depok Tahun 2006-2009
4. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2009-2013
III. PENDIDIKAN NON FORMAL
vii
IV. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Ketua OPPTA (Organisasi Perempuan Pesantren Terpadu Al-Awwabin),
periode 2007-2008
2. Bendahara Mahkamah Lughah (Pusat Bahasa) Al-Awwabin, periode
2006-2007
3. Ketua Mahkamah Lughah (Pusat Bahasa) Al-Awwabin, periode 2008-2009
V. SEMINAR DAN WORKSHOP
1. Talkshow Pemberantasan Korupsi bersama KPK, 9 September 2009
2. Insurance Goes To Campus, “Peran Asuransi Dalam Era Globalisasi”, 20 Mei
2010
3. Seminar Marketing Social Media Network, 26 Mei 2011
4. Seminar Nasional “Pengembangan Wirausaha Untuk Memperkuat Kemandirian
Bangsa”, 11 Septembar 2012
VI. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Alm. Syamsuddin Kaoy
2. Tempat, Tanggal Lahir : Sigli, 01 Januari 1963
3. Ibu : Mahdalena
4. Tempat, Tanggal Lahir : Mila, 12 Oktober 1969
5. Alamat : Jl. Swadaya 1 Rt.008/ Rw.09 No.24
Kel. Pejaten Timur Kec. Pasar Minggu
Jakarta Selatan 12510
6. Telepon : (021) 78836427
viii
EVIDENCE ON THE IMPACT OF INTERNAL CONTROL AND CORPORATE GOVERNANCE ON AUDIT FEES
ABSTRACT
This research purposed to examine the effect of internal control and good corporate governance to audit fees. Respondents in this research were auditors who work in public accounting firms in Jakarta. Based on purposive sampling method, total sample in this research was 44 respondents of 25 public accounting firms in Jakarta. Hypothesis in this research used multiple regression analysis.
The results of this research indicate that internal control positive and significant effect on audit fees, and good corporate governance is positive and significant effect on audit fees.
ix
BUKTI MENGENAI DAMPAK PENGENDALIAN INTERNAL DAN GOOD
CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP AUDIT FEE
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pengendalian internal dan
goodcorporate governance terhadap audit fee. Responden dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja di kantor akuntan publik di Jakarta. Berdasarkan metode purposive sampling, total sampel dalam penelitian ini adalah 44 responden dari 25 Kantor Akuntan Publik di Jakarta. Hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengendalian Internal berpengaruh positif dan signifikan terhadap audit fee, dan good corporate governance
berpengaruh positif dan signifikan terhadap audit fee.
x
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT, Al-Azhiim Yang Maha Agung, yang telah
memberikan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi
Muhammad SAW, nabi akhir zaman, yang telah membimbing umatnya menuju jalan
kebenaran. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan
terimakasih atas bantuan, bimbingan, dukungan, semangat dan doa, baik langsung
maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini, kepada:
1. Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga
dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Ayahanda Alm. Syamsuddin Kaoy dan Ibunda Mahdalena terkasih, yang selalu
mencurahkan perhatian, cinta dan sayang, dukungan serta doa tiada henti yang
tertuju hanya untuk ananda, semoga semakin hari ananda semakin mampu
membuat bangga ayah dan ibunda.
3. Adik-adik tercinta Riyan Ivandy, Fitri Mentari, Risa Hilwannida, Najwatul
Zakiyyah yang tiada henti memberi semangat disetiap harinya dan juga selalu
membantu do’a sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Keluarga besar yang telah menyemangati dan memberikan banyak inspirasi
dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Ibu Dr. Rini, Ak., CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan
xi
7. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., Ak., MM selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi
FakultaS Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Bapak Dr.Amilin, SE., Ak., M.Si selaku dosen Pembimbing Skripsi I yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi, memberikan pengarahan dan
bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Terimakasih atas ilmu yang telah Bapak
berikan selama ini.
9. Ibu Reskino, SE., Ak., M.Si selaku dosen Pembimbing Skripsi II yang telah
meluangkan waktu, mencurahkan perhatian, membimbing dan memberikan
pengarahan kepada penulis. Terimakasih atas semua saran yang Ibu berikan
selama proses penulisan skripsi sampai terlaksananya sidang skripsi.
10.Seluruh Dosen yang telah memberikan banyak ilmu yang bermanfaat dan
karyawan Universitas Islam Negeri yang telah memberikan bantuan kepada
penulis.
11.Teman-teman Akuntansi A angkatan 2009 walau tak dapat disebutkan satu
persatu tetapi telah menemani baik suka maupun duka, dan selalu memberikan
motivasi dan semangat yang besar.
12.Sahabatku Rizka Amalia, Siti Aisyah, Andhia Puspita, dan Ulya Nur L.
Misriyyah kita dipersatukan dalam ikatan silaturahmi yang indah dalam
persahabatan “Tabski”, terimakasih atas semangat dan doa yang telah tercurahkan selama ini, dan tidak pernah bosan mendengarkan keluhan dan memberikan
pendapat kepada penulis serta banyak memberikan motivasi.
13.Sahabat seperjuanganku dalam ujian sidang Dwi Ranti Cahayu, Lira
Azhimatinnur R, Efi Kurniawati yang memberikan pendapat dan saran saat
terdapat permasalahan dalam penyelesaian skripsi.
14.Pamanku Cek Muhammad Kaoy dan Cek Yus, yang telah membantu dalam
xii
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak.
Jakarta, 19 September 2013
xiii
DAFTAR ISI
Keterangan Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJI KOMPHERENSIF ... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJI SKRIPSI... iv
LEMBAR PENGESAHAN BEBAS PLAGIAT ... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi
xiv
5. Komponen-komponen Pengendalian Internal ... 25
6. Good Corporate Governance ... 26
7. Teori Kepuasan Kerja (Theory of Job Satisfaction) ... 30
8. Audit fee ... 33
B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ... 35
C. Keterkaitan antar Variabel dan Perumusan Hipotesis ... 39
1. Pengendalian Internal dengan Audit fee ... 39
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 49
1. Pengendalian Internal... 50
2. Good Corporate Governance ... 50
3. Audit fee ... 51
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 53
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitan ... 53
xv
2. Karakteristik Profil Responden ... 55
B. Hasil Uji Instrumen penelitian ... 59
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 59
2. Hasil Uji Kualitas Data ... 61
3. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 64
4. Hasil Uji Hipotesis ... 67
BAB V PENUTUP... 79
A. Kesimpulan ... 79
B. Implikasi ... 81
C. Saran ... 82
Daftar Pustaka ... 83
xvi
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
1.1 Contoh Kasus ... 2
2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ... 36
3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitia ... 52
4.1 Data Sampel Penelitian ... 54
4.2 Data Distribusi Sampel Penelitian ... 54
4.3 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 56
4.4 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Usia... 56
4.5 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Posisi Terakhir ... 57
4.6 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 58
4.7 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja ... 59
4.8 Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 59
4.9 Hasil Uji Validitas Pengendalian Internal ... 61
4.10 Hasil Uji Validitas Good Corporate Governance ... 62
4.11 Hasil Uji Validitas Audit Fee ... 62
4.12 Hasil Uji Reliabilitas ... 63
4.13 Hasil Uji Multikolonieritas ... 64
4.14 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 68
4.15 Hasil Uji Statistik t ... 69
xvii
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
3.1 Skema Kerangka Pemikiran ... 40
4.1 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot ... 65
4.2 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik Histogram ... 66
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1. Surat izin Penelitian ... 91
2. Surat Keterangan dari KAP ... 92
3. Kuesioner Penelitian ... 93
4. Daftar Jawaban Responden ... 100
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berbagai media massa baik media cetak, maupun media elektronik sering
kali memberitakan peristiwa-peristiwa mengenai adanya suatu indikasi fraud
(kecurangan) pada suatu perusahaan atau instansi pemerintah yang dilakukan oleh
para pegawainya. Sorotan utama topik tersebut diarahkan pada manajemen
puncak perusahaan atau terlebih lagi terhadap pejabat tinggi suatu instansi
pemerintah, namun sebenarnya penyimpangan perilaku tersebut bisa juga terjadi
di berbagai lapisan kerja organisasi (Puspitadewi dan Irwandi, 2012:159).
Menurut Rae dan Subramaniam (2008:106), menyatakan bahwa prosedur
pengendalian internal yang jelek dipandang sebagai faktor dimana memungkinkan
kecurangan untuk terjadi.
Jika pengendalian internal suatu perusahaan lemah maka kemungkinan
terjadinya kesalahan dan fraud sangat besar. Sebaliknya, jika pengendalian
internal kuat, maka kemungkinan terjadinya kesalahan dan fraud dapat diperkecil.
Kalaupun kesalahan dan fraud masih terjadi, bisa diketahui dengan cepat dan
dapat segera diambil tindakan-tindakan perbaikan sedini mungkin (Hermiyetti,
2011:3). Salah satu contoh kecurangan yang terjadi adalah skandal Internasional
yang dilakukan oleh perusahaan Enron, yang juga melibatkan kantor akuntan
2
Berikut ini adalah contoh beberapa perusahaan yang memilki
pengendalian internal yang lemah, antara lain:
Tabel 1.1 Contoh Kasus
No. Nama Entitas Kasus yang terjadi
1. PT. Waskita Karya
(2010)
Diduga melakukan rekayasa keuangan dengan memasukkan proyeksi pendapatan multitahun kedepan sebagai pendapatan tahun tertentu.
2. PT. Kereta Api
Indonesia (2005)
Adanya perbedaan pandangan antara Manajemen dan Komisaris, khususnya Komisaris yang merangkap sebagai Ketua Komite Audit dimana Komisaris tersebut menolak menyetujui dan menandatangani laporan keuangan yang telah diaudit oleh Auditor Eksternal. Dan Komisaris meminta untuk dilakukan audit ulang agar laporan keuangan dapat disajikan secara transparan dan sesuai dengan fakta yang ada.
3. PT. Kimia Farma (2001) Adanya salah saji dalam laporan keuangan yang
mengakibatkan lebih saji laba bersih untuk tahun yang berakhir per 31 Desember 2001, dengan melebihsajikan penjualan dan persediaan yang dilambungkan harganya
4. Enron Corporation
(2001)
Memanipulasi laporan keuangan dengan
mencatat keuntungan padahal perusahaan tengah mengalami kerugian, dan sebab manipulasi ini adalah agar harga saham tetap diminati investor Sumber: Data diperoleh dari beberapa sumber
Untuk mengembalikan kepercayaan investor, US SEC (Secuties and
Exchange Commission) bereaksi dengan mengeluarkan Sarbanes-Oxley Act of
2002 yang mengatur good governance perusahaan-perusahaan yang go public di
Amerika Serikat untuk melindungi kepentingan para investor dari praktek-praktek
bisnis yang tidak sehat oleh perusahaan publik. Dalam Section 302
Sarbanes-Oxley Act dinyatakan bahwa direksi perusahaan harus bertanggung jawab secara
pribadi terhadap pernyataan prosedur pengendalian, pengendalian internal, dan
3
mewajibkan direksi perusahaan untuk menyatakan tanggung jawab manajemen
untuk menghasilkan dan memelihara kecukupan bukti-bukti dari struktur
pengendalian internal dan prosedur pengendalian internal dalam setiap pelaporan
keuangan. Selain itu assessment pada tiap akhir periode harus mencakup
mengenai keefektifan struktur pengendalian (lingkungan pengendalian, sistem
akuntansi, dan prosedur pengendalian) dalam pelaporan keuangan perusahaan.
Peraturan ini menuntut perusahaan untuk memahami, mendokumentasi, dan
menyempurnakan pengendalian internal terkait pelaporan keuangan bagi
perusahaan atau organisasi untuk melakukan dan menyembunyikan fraud
(Kristanto, 2009:42).
Suatu perusahaan dengan sistem pengendalian internal (SPI) yang benar
dan kuat maka setidaknya penyimpangan-penyimpangan dapat diminimumkan
(Astuti, 2010:2). Tujuan dibentuknya SPI untuk menyediakan laporan yang
lengkap, benar, tepat waktu dan relevan yang diperlukan dalam rangka
pengambilan keputusan yang tepat dan dapat dipertanggungjawabkan
(Firmansyah, 2010:82). Menurut Wiratmaja (2010:79), pengendalian internal
yang dipahami sebagai usaha manajemen dalam menjaga aktiva (kekayaan)
organisasi melalui penerapan prosedur tertentu bekerja melalui tiga dimensi dalam
menjaga aktiva perusahaan. Pengendalian intern yang baik dan disertai
praktek-praktek yang sehat dalam tata kelola keuangan akan menjaga kekayaan
perusahaan secara preventif, detektif dan korektif.
Pengendalian internal yang baik, potensial mengurangi audit fee karena
4
pendek (Means dan Kazenski (1987) dalam Herawati, 2012:8). dan menurut
Keane et. al., (2012:379), pengendalian internal yang dianggap efektif, maka
mampu mengurangi waktu pengujian dan pemeriksaan, dan penelitian
sebelumnya pun menemukan bahwa kelemahan pengendalian internal merupakan
resiko yang berarti bagi pengguna laporan keuangan dan biaya audit yang lebih
tinggi bagi perusahaan-perushaan pada tahun setelah diimplementasikannya SOX.
Kelemahan material dalam pengendalian internal dan jumlah kekurangan
pengendalian signifikan sebagai faktor yang sangat penting dalam biaya audit,
pengamatan ini konsisten dengan Raghunandan dan Rama (2006) serta Hoitash et.
al., (2008), bahwa masalah pengendalian internal sangatlah terkait dengan
peningkatan audit fee. Selain itu Holgan dan Wilkins (2008), mengamati bahwa
biaya audit secara signifikan lebih tinggi untuk perusahaan dengan kekurangan
pengendalian internal dan tampak meningkat dengan masalah pengendalian.
Adanya kelemahan pengendalian internal diharapkan dapat menghasilkan premi
tambahan, karena adanya upaya yang ekstra dari auditor, namun perbaikan dari
kelemahan pengendalian internal tersebut, kemungkinan akan mengurangi resiko
salah saji material dalam laporan keuangan dan dapat mengurangi upaya ekstra
dari auditor dan juga mengurangi biaya premi (Mitra, 2009:369).
Menurut Kawedar (2010:2), peran sistem pengendalian internal adalah
untuk meningkatkan kinerja, transparansi, dan akuntabilitas. Dan hal-hal tersebut
merupakan bagian dari implementasi good corporate governance. Menurut Astuti
(2010:1), good corporate governance (GCG) bukan merupakan pola baru atau
5
publik mengenai perkembangan yang ada. Konsep GCG ini mempunyai maksud
tata kelola organisasi atau pemerintahan yang baik, ditinjau dari konsep tersebut
maka GCG mencakup tidak hanya diterapkan pada sektor pemerintah saja tetapi
juga pada sektor swasta, yang jelas tuntutan untuk transparan dan akuntabel
diperlukan dalam konsep ini.
Istilah good corporate governance ini kian popular bahkan juga
ditempatkan diposisi terhormat. Hal itu setidaknya terwujud dalam dua keyakinan.
Pertama, good corporate governance merupakan satu kunci sukses perusahaan
untuk tumbuh dan menguntungkan dalam jangka panjang, sekaligus menjadi
terbuka. Kedua, krisis ekonomi dunia di kawasan Asia dan Amerika Latin
diyakini muncul karena kegagalan penerapan good corporate governance
(Ristifani, 2009:3).
Hampir disemua negara berkembang maupun yang sedang dalam transisi
memiliki sistem corporate governance. Bahkan di Indonesia dan Negara-negara
Asia lainnya yang mengalami krisis ekonomi sejak pertengahan tahun 1997. Good
corporate governance penting dalam rangka mendukung pemulihan kegiatan
dunia usaha dan pertumbuhan perekonomian setelah masa krisis tersebut
(Hidayah, 2008:53).
Terdapat beberapa manfaat apabila perusahaan menerapkan good
corporate governance, yang jelas karena perusahaan semakin tertata rapi maka
kinerja perusahaan akan semakin meningkat, akibatnya kemungkinan paling besar
adalah perusahaan akan dapat memaksimumkan laba, dan juga dapat mengurangi
6 Corporate governance memberikan suatu struktur yang memfasilitasi
penentuan sasaran-sasaran dari suatu perusahaan, dan sebagai sarana untuk
menentukan teknik monitoring kinerja. Tata kelola perusahaan menjamin kualitas
informasi akuntansi yang diungkap melalui seperangkat penetapan institusional.
Tata kelola perusahaan yang sempurna dapat menguatkan pengendalian
intra-perusahaan, mengurangi tindakan oportunis dan menurunkan asimetri informasi
(Siagian dan Ghozali, 2012:1).
Menurut Murwaningsari (2009:31), Pengaturan dan pengimplementasian
Good Corporate Governance memerlukan komitmen dari seluruh jajaran
organisasi dan dimulai dengan penetapan kebijakan dasar serta tata tertib yang
harus dianut oleh top manajemen dan penerapan kode etik yang harus dipatuhi
oleh semua pihak yang ada didalamnya.
Menurut Theresia (2005) yang dikutip oleh Saputro dan Syafruddin
(2012:1), pada prinsipnya tata kelola perusahaan menyangkut kepentingan
pemegang saham yaitu dengan memberikan perlindungan dan jaminan hak
terhadap stakeholder, termasuk di dalamnya yaitu shareholders, lenders,
employers, executives, government, customers, dan stakeholders yang lain.
Melalui surat edaran BAPEPAM No SE.03 IPM/ 2000, yang diterbitkan
tanggal 5 Mei 2000 disebutkan bahwa dalam rangka Good Corporate
Governance, perusahan tercatat wajib memiliki komisaris independen, komite
audit, dan sekretaris perusahaan (Corporate Secretary) (Murwaningsari, 2009:31).
Menurut Juanda (2008:7), ada empat mekanisme Corporate Governance yang
7
bertujuan untuk mengurangi konflik keagenan, yaitu komite audit, komisaris
independen, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial. Komite audit
mempunyai peran yang sangat penting dan strategis dalam hal memelihara
kredibilitas proses penyusunan laporan keuangan seperti halnya menjaga
terciptanya sistem pengawasan perusahaan yang memadai serta dilaksanakannya
good corporate governance. Dengan berjalannya fungsi komite audit secara
efektif, maka control terhadap perusahaan akan lebih baik sehingga, konflik
keagenan yang terjadi akibat keinginan manajemen untuk meningkatkan
kesejahteraannya sendiri dapat diminimalisasi.
Menurut Sefiana (2009:212), komisaris independen merupakan posisi
terbaik untuk melaksanakan fungsi monitoring agar tercipta perusahaan yang
good corporate governance. Menurut Kusumawati dan Riyanto (2005) dalam
Juanda (2008:8), adanya komisaris independen diharapkan mampu meningkatkan
peran dewan komisaris sehingga tercipta Good Corporate Governance didalam
perusahaan. Manfaat Corporate Governanceakan dilihat dari premium yang
bersedia dibayar oleh investor atas ekuitas perusahaan (harga pasar). Jika ternyata
investor bersedia membayar lebih mahal, maka nilai pasar perusahaan yang
menerapkan Good Corporate Governance juga akan lebih tinggi dibanding
perusahaan yang tidak menerapkan atau mengungkapkan praktek Good Corporate
Governance mereka. Struktur kepemilikan menjadi hal yang menarik karena
dalam suatu perusahaan terdiri atas berbagai kepemilikan dan pemilik sangat
8
yaitu maksimalisasi nilai perusahaan, hal ini disebabkan karena adanya kontrol
yang mereka miliki.
Menurut Astuti (2010:6), pada saat perusahaan sudah berkembang pesat
dengan pertanggungjawaban tidak hanya kepada pihak manajemen perusahaan
saja tetapi sudah berkembang kepada dewan direksi, komisaris dan pemegang
saham. Pihak-pihak tersebut juga membutuhkan informasi mengenai
perkembangan usaha suatu perusahaan, bahkan pihak tersebut mempunyai fungsi
sebagai pengawas dalam suatu perusahaan. Pihak yang berperan dalam hal ini
adalah Komite Audit. Perusahaan yang sudah terdaftar dalam bursa saham
sebaiknya membentuk komite audit aturan tersebut berlaku juga bagi BUMN, hal
ini didukung oleh UU tentang BUMN yang menyatakan bahwa Komisaris dan
Dewan Pengawas BUMN wajib membentuk Komite Audit yang bekerja secara
kolektif atau berfungsi membantu Komisaris atau Dewan Pengawas dalam
melaksanakan tugasnya (UU Nomor 19, 2003). Didukung pula dengan Surat
Keputusan (SK) yang menyatakan bahwa Emiten atau Perusahaan Publik wajib
memiliki Komite Audit (yang terdiri dari sekurang-kurangnya satu orang
komisaris independen dan sekurang-kurangnya dua orang anggota lainnya berasal
dari luar emiten atau perusahaan publik), selambat-lambatnya pada tanggal 31
Desember 2004 (Bapepam, SK:KEP-41/PM/2003).
Menurut Jati (2009:4), komite audit merupakan sebuah komite yang
ditunjuk oleh perusahaan sebagai penghubung antara dewan direksi dan audit
eksternal, internal auditor serta anggota independen. Komite audit ditugaskan
9
serta memastikan manajemen tersebut melakukan tindakan korektif yang tepat
secara berkala dan dapat mengontrol kelemahan, ketidak sesuaian dengan
kebijakan, hukum dan regulasi. Menurut Sulistiarini dan Sudarno (2012:4),
komite Audit juga berperan dalam hal pengawasan terhadap proses pelaporan
keuangan oleh manajemen, dengan demikian tindakan manajemen untuk
memakmurkan dirinya dapat diminimalisir. Salah satu tujuan dari dibentuknya
komite audit adalah merekomendasikan seleksi auditor eksternal untuk mengaudit
perusahaan. Badan ini bertugas memilih dan menilai kinerja perusahaan kantor
akuntan publik, dengan demikian komite audit tersebut harus melakukan
kerjasama dengan internal auditor maupun eksternal auditor dalam menghasilkan
laporan keuangan yang dapat mencerminkan kondisi good governance.
Selain komisaris independen, intensitas pertemuan dewan komisaris serta
ukuran dewan komisaris (board size) turut berperan penting dalam penerapan
good corporate governance. Beasley (1996) dalam Yatim et. al., (2006:757)
menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris secara signifikan mempengaruhi
adanya kecurangan dalam penyajian laporan keuangan. Hasil penelitiannya
mengindikasikan bahwa semakin besar ukuran dewan komisaris maka semakin
besar pula kemungkinan adanya kecurangan dalam penyajian laporan keuangan.
Sebaliknya semakin tinggi intensitas pertemuan dewan komisaris diharapkan
dapat memberikan kontribusi dalam efektivitas fungsi pengawasan terhadap
proses pelaporan keuangan. Dari perspektif auditor, dewan komisaris yang
independen, rajin (sering mengadakan pertemuan atau rapat), dan memiliki
10
risiko pengendalian serta luasnya prosedur audit sehingga dapat mengurangi audit
fee.
Hubungan antara komite audit dan auditor eksternal cukup kompleks, baik
dalam hal kebutuhan layanan audit oleh klien serta dalam hal ketersediaan
layanan audit oleh auditor eksternal (Collier dan Gregory, 1996 dalam Stewart
dan Kent, 2006:389). Dari sisi permintaan, kehadiran komite audit memiliki
hubungan yang positif dengan audit fee karena komite audit memastikan bahwa
lama proses audit tidak akan dikurangi sampai pada tingkat kualitas audit yang
diinginkan (Cadburry Committee, 1992:389). Dari sisi penawaran, keterlibatan
komite audit dalam memperkuat pengendalian internal yang menuntun auditor
eksternal mengurangi penilaian dari risiko pengendalian, menghasilkan uji
substantif yang lebih sedikit, dan audit fee yang lebih rendah (Collier dan
Gregory, 1996 dalam Stewart dan Kent, 2006:389).
Terdapat beberapa penelitian yang membahas peranan komite audit,
seperti penelitian yang dilakukan oleh Lawrence (2003), menguji hubungan antara
karakteristik komite audit dengan audit fee, dengan menggunakan data-data
perusahaan yang terdaftar dalam bursa saham, hasil penelitian menyatakan bahwa
komite audit berhubungan positif dengan audit fee. Penelitian ini juga membahas
tentang peran komite audit, yaitu dapat membantu manajer dalam memilih auditor
yang mempunyai kompetensi dan reputasi yang tinggi (Astuti, 2010:7).
Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Wahab, Zain, dan James
(2011:393), yang melakukan pengujian antara hubungan corporate governance
11 governance berhubungan positif dengan audit fee. Begitu pula dengan penelitian
yang dilakukan oleh Desender et. al., (2011:3), Auditor eksternal merupakan
instrumen penting untuk meningkatkan perlindungan hak-hak investor. Auditor
membuktikan bahwa seluruh pemegang saham diperlakukan sama dan bahwa
laporan keuangan sesuai dengan komitmen kontrak. Auditor mempertimbangkan
dewan sebagai yang client, karena dewan yang meninjau keseluruhan ruang
lingkup audit dan yang merencanakan audit fee.
Terdapat dua pandangan pada hubungan antara internal control, corporate
governance, terhadap audit fee. Pandangan pertama adalah apa yang disebut
sebagai control pengganti (substitution control view) yang menyatakan bahwa
hubungan antara audit eksternal dan sumber-sumber pengendalian atau control
yang ada saling menggantikan. Pandangan kedua adalah apa yang disebut control
tambahan (complementary control view) yang menyatakan bahwa hubungan
antara pengendalian atau control, dan corporate governance saling melengkapi
bukan saling menggantikan serta penambahan terhadap suatu komponen
pengendalian akan menguatkan komponen pengendalian yang lain (Hay et. al.,
2008:9).
Permasalahan mengenai penetapan audit fee yang diterima oleh kantor
akuntan publik dari kliennya, masih menjadi pro dan kontra antara orang yang
menginginkan aturan tentang audit fee dengan orang yang menolak adanya aturan
tentang audit fee. Pendukung gagasan ini pada umumnya beranggapan bahwa
dengan adanya aturan audit fee maka persaingan antara kantor akuntan publik
12
publik memiliki efisiensi yang bervariasi. Akuntan yang menjalankan kantornya
dengan efisiensi tinggi maka wajar apabila memiliki tingkat persaingan yang
tinggi pula (Agoes, 2002). Bukan hanya mengenai permasalahan audit fee saja,
tetapi juga permasalahan mengenai pengimplementasian good corporate
governance yang masih belum begitu baik, sehingga belum bisa meminimalisasi
kecurangan yang ada.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai pengendalian internal dan implementasi good
corporate governance seringkali mempengaruhi audit fee yang diberikan oleh
klien kepada kantor akuntan publik, Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti
melakukan penelitian yang berjudul “Bukti Mengenai Dampak Pengendalian
Internal dan Good Corporate Governance terhadap AuditFees”
Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Hay et. al.,
(2008), yang menguji pengaruh antara pengendalian internal dan good corporate
governance terhadap audit fee. Dengan sampel 130 perusahaan yang terdaftar di
Bursa New Zealand antara tahun 1995 sampai tahun 2005, ditemukan bahwa
terdapat pengaruh yang positif dansignifikan antara pengendalian internal dan
good corporate governance terhadap audite fee.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Hay et. al., (2008) adalah:
1. Objek penelitian yang dilakukan di Negara Indonesia yaitu Negara
berkembang yang sedang beradaptasi untuk menerapkan good corporate
13
2. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian saat ini dengan
menggunakan data pimer sebagai metode pengumpulan data. Alasan peneliti
menggunakan data primer sebagai metode pengumpul data adalah karena data
diperoleh secara langsung dari sumber asli (tanpa perantara) yang telah
ditentukan, sehingga data yang diperoleh lebih relevan dan dapat dipercaya
keasliannya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dan latar belakang penelitian, maka secara spesifik
rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah dampak pengendalian internal dan good corporate governance
secara parsial terhadap audit fee?
2. Bagaimanakah dampak pengendalian internal dan good corporate governance
secara simultan terhadap audit fee?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan untuk
menemukan bukti empiris tentang:
1. Bukti mengenai dampak pengendalian internal dan good corporate
governance secara parsial terhadap auditfee.
2. Bukti mengenai dampak pengendalian internal dan good corporate
14 2. Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti penting dengan harapan dapat
memberikan kegunaan dalam menjawab permasalahan yang ada. Disamping
itu diharapkan mempunyai kegunaan teoritis untuk mengembangkan ilmu
lebih lanjut maupun kegunaan praktis menyangkut pemecahan-pemecahan
permasalahan yang aktual. Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Secara Teoritis:
1) Bagi Mahasiswa Jurusan Akuntansi, Penelitian ini memberikan
informasi dan memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu
pengetahuan terutama penelitian yang berkaitan pengendalian internal
dan good corporate governance terutama mengenai auditfee.
2) Bagi peneliti, dapat digunakan untuk membandingkan teori akuntansi
yang didapat dibangku kuliah dengan yang terjadi dilapangan. Dan
juga sebagai sarana untuk memperluas wawasan serta menambah
referensi mengenai auditing, terutama tentang kinerja audit yang
berdampak terhadap audit fee sehingga diharapkan dapat bermanfaat
bagi peneliti di masa yang akan datang.
3) Peneliti berikutnya, Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi
untuk penelitian mendatang mengenai dampak pengendalian internal
dan good corporate governance terhadap audit fee.
2. Secara Praktis:
1) Bagi Auditor dan Kantor Akuntan Publik (KAP), sebagai tinjauan
15
terhadap jasa-jasa audit bagi para pelaku binis khususnya dan
masyarakat pada umumnya.
2) Bagi Perusahaan atau User dari jasa KAP, diharapkan dapat
bermanfaat dalam menilai fee audit yang didapat auditor, serta dampak
dari pengendalian internal dan good corporate governance terhadap
auditfee.
3) Bagi Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi positif sehingga dapat dijadikan dasar
pertimbangan dalam pembuatan keputusan yang berkenaan mengenai
audit fee.
4) Bagi Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), sebagai tambahan
informasi mengenai audit fee dan dampak pengendalian internal dan
16 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Literatur
1. Teori Keagenan (Agency Theory)
Menurut Mursalim (2005), yang dikutip olehWidyaningdyah dan
Listiyana (2009:23), teori keagenan dapat dipandang sebagai suatu versi dari
game theory, yang membuat suatu model kontraktual antara dua orang atau
lebih (pihak), dimana salah satu pihak disebut agent dan pihak yang lain
disebut principal. Principal mendelegasikan pertanggungjawaban atas
decision making kepada agent untuk melaksanakan tugas tertentu sesuai
dengan kontrak kerja yang telah disepakati. Wewenang dan tanggung jawab
agent maupun principal diatur dalam kontrak atas persetujuan bersama.
Perusahaan mempunyai banyak kontrak kerja antara perusahaan
dengan para manajernya dan kontrak pinjaman antara perusahaan dengan
krediturnya. Kontrak kerja yang dimaksud adalah kontrak kerja antara pemilik
modal dengan manejer perusahaan. Dimana antara agent dan principal ingin
memaksimumkan utility masing-masing dengan informasi yang dimilki.
Tetapi di satu sisi agent memilki informasi yang lebih banyak dibandingkan
dengan principal di sisi lain, sehingga menimbulkan adanya asimetri
informasi. Informasi yang lebih banyak dimiliki oleh manajer dapat memicu
untuk melakukan tindakan-tindakan sesuai dengan keinginan dan kepentingan
untuk memaksimumkan utilitinya. Sedangkan bagi pemilik modal, dalam hal
17
dilakukan oleh manajemen karena hanya memilki sedikit informasi yang ada.
Oleh karena itu terkadang ada kebijakan-kebijakan tertentu yang dilakukan
oleh manajer perusahaan tanpa sepengetahuan pihak pemilik modal atau
investor (Scott, 2000 dalam Widyaningdyah dan Listiyana, 2009:3).
Teori keagenan (agency theory) mengemukakan, jika antara pihak
principal (pemilik) dan agent (manajer) memiliki kepentingan yang berbeda,
maka akan muncul konflik yang dinamakan agency conflict (Jensen dan
Meckling, 1976). Pemisahan kepemilikan akan menimbulkan konflik dalam
pengendalian dan pelaksanaan pengelolaan badan usaha, disebabkan para
manajer tidak bertindak sesuai keinginan pemilik atau pemegang saham
(Puspitasari dan Ernawati, 2010:190).
Menurut Purwandari dan Purwanto (2012:2), dalam kerangka teori
keagenan, terdapat tiga macam hubungan keagenan, yaitu: 1) hubungan
keagenan antara manajer dengan pemilik, 2) hubungan keagenan antara
manajer dengan kreditur dan 3) hubungan keagenan antara manajer dengan
pemerintah. Hal ini berarti ada kecenderungan bagi manajer untuk melaporkan
sesuatu dengan cara-cara tertentu dalam rangka memaksimalkan utilitas
mereka dalam hal hubungannya dengan pemilik, kreditur maupun pemerintah.
Kelengkapan pengungkapan informasi harus se-transparan mungkin
sebagaimana yang dikehendaki dalam kontrak keagenan.
Konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham dapat
diminimumkan dengan suatu mekanisme pengawasan yang dapat
18
munculnya mekanisme pengawasan tersebut menyebabkan timbulnya suatu
cost yang disebut dengan agency cost, yang meliputi monitoring costs,
bonding costs, dan residual losses (Ahmad, 2008:49).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Susanti (2011:148), menurut
Eisenhardt (1989), teori keagenan berusaha untuk menjawab masalah
keagenan yang terjadi jika pihak-pihak yang saling bekerja sama memiliki
tujuan dan pembagian kerja yang berbeda. Teori keagenan ditekankan untuk
mengatasi dua permasalahan yang dapat terjadi dalam hubungan keagenan,
yaitu masalah keagenan yang timbul pada saat keinginan-keinginan principal
dan agent berlawanan dan merupakan suatu hal yang sulit atau mahal bagi
principal untuk melakukan verifikasi apakah agent telah melakukan sesuatu
secara tepat.
Menurut Setyadi et al. (2009:101), untuk mengurangi terjadinya biaya
keagenan (Agency Cost) yaitu dengan adanya good corporate governance
serta dengan adanya kepemilikan perusahaan. Dan menurut Shleifer dan
Vishny (1997) sertaMcColgan (2001), menunjukkan bahwa konsentrasi
kepemilikan dan komisaris independen merupakan kunci penentu dalam
mengurangi agency cost, karena dengan adanya pemerintahan dan struktur
kepemilikan, konflik kepentingan antara pelaku dan agent dapat dikurangi jika
kepemilikan kurang terkonsentrasi dan jika pemantauan antara agent dapat
ditingkatkan dengan pengawasan lebih independen.
Cara untuk menanggulangi konflik keagenan adalah melalui
19
kebijakan dividen, risiko, kebijakan insentif, aliansi, dan memahami perannya
(Ahmad, 2008:50). Menurut Johnson et. al., (2000) dalam Susanti (2011:148),
corporate governance sebagai keefektifan mekanisme yang bertujuan
meminimisasi agency conflict, dengan penekanan khusus pada mekanisme
legal yang mencegah dilakukannya ekspropriasi atas pemegang saham
minoritas.
2. Teori Tata Laksana (Stewardship Theory)
Bila teori agency menyatakan bahwa agen dan prinsipal memiliki
kepentingan yang berbeda, masing-masing ingin mengoptimalkan
kepentingannya. Implikasi hipotetis dari teori agency adalah manajer akan
cenderung menghindari penurunan nilai aktiva, karena mereka tidak
menginginkan performance laporan keuangannya menjadi buruk sehingga
mereka akan menghindari penerapan standar akuntansi penurunan nilai. Teori
stewardship memiliki pandangan yang berbeda, bahwa manajer akan
berperilaku sebagai steward, dan cenderung mengikuti keinginan principal
(Ardianto, 2009:1).
Teori Stewardship adalah teori yang menggambarkan situasi dimana
para manajer tidaklah termotivasi oleh tujuan-tujuan individu tetapi lebih
ditujukan pada sasaran hasil utama mereka untuk kepentingan organisasi.
Teori ini mempunyai dasar psikologi dan sosiologi yang telah dirancang
dimana para eksekutif sebagai steward termotivasi untuk bertindak sesuai
keinginan prinsipal, selain itu perilaku steward tidak akan meninggalkan
20 Stewardship didesain bagi para peneliti untuk menguji situasi dimana para
eksekutif dalam perusahaan sebagai pelayan dapat termotivasi untuk bertindak
dengan cara terbaik pada principalnya (Donaldson dan Davis, 1989, 1991).
Sedangkan (Chinn, 2000) Stewardship theory dibangun di atas asumsi
filosofis mengenai sifat manusia yakni bahwa manusia pada hakekatnya dapat
dipercaya, mampu bertindak dengan penuh tanggung jawab, memiliki
integritas dan kejujuran terhadap pihak lain (Usamah, 2010:5).
Teori tata laksana (Stewardship theory) ini memandang manajemen
sebagai pihak yang dapat dipercaya untuk bertindak dengan sebaik-baiknya
bagi kepentingan publik pada umumnya maupun shareholders pada
khususnya (Puspitarini, 2012:3).
Dalam teori stewardship manajer akan berperilaku sesuai kepentingan
bersama. Ketika kepentingan steward dan pemilik tidak sama, steward akan
berusaha bekerja sama daripada menentangnya, karena steward merasa
kepentingan bersama dan berperilaku sesuai dengan perilaku pemilik
merupakan pertimbangan yang rasional karena steward lebih melihat pada
usaha untuk mencapai tujuan organisasi. Teori stewardship mengasumsikan
hubungan yang kiat antara kesuksesan organisasi dengan kepuasan pemilik.
Steward akan melindungi dan memaksimalkan kekayaan organisasi dengan
kinerja perusahaan, sehingga dengan demikian fungsi utilitas akan maksimal.
Asumsi penting dari stewardship adalah manajer meluruskan tujuan sesuai
dengan tujuan pemilik. Namun demikian tidak berarti steward tidak
21 3. Pengendalian Internal
Menurut Committee of Sponsoring Organization (COSO),
pengendalian internal merupakan suatu proses yang dipengaruhi oleh direksi
organisasi, manajemen, dan personel lainnya, yang didesain untuk
memberikan keyakinan memadai akan tercapainya tujuan dalam kategori
berikut: (a) Efektivitas dan efisiensi operasi; (b) Keandalan pelaporan
keuangan; (c) Ketaatan pada hukum dan peraturan yang berlaku (Puspitadewi,
2012:160).
Pengendalian intern merupakan bagian integral dari proses manajemen
karena konsep dasar dari pengendalian intern meliputi (1) berbagai kegiatan (a
process), (2) dipengaruhi oleh manusia (is affected by people), dan (3)
diharapkan dapat mencapai tujuan (objectives) (Yadnyana, 2009:5).
Pengendalian internal yang berkualitas adalah pengendalian yang
efektif dan mengacu pada pencapaian dan sasaran organisasi atas
pengendalian yang dirancang. Efektivitas adalah ukuran keberhasilan suatu
kegiatan atau program yang dikaitkan dengan tujuan yang ditetapkan. Suatu
pengendalian internal dikatakan efektif apabila memahami tingkat sejauh
mana tujuan operasi entitas tercapai, laporan keuangan yang diterbitkan
dipersiapkan secara handal, hukum dan regulasi yang berlaku dipatuhi. Suatu
pengendalian intern bisa dikatakan efektif apabila ketiga kategori tujuan
perusahaan tersebut dapat dicapai, yaitu dengan kondisi: Direksi dan
manajemen mendapat pemahaman akan arah pencapaian tujuan perusahaan,
22
kinerja, tingkat profitabilitas, dan keamanan sumber daya (asset) perusahaan.
Laporan Kuangan yang dipublikasikan adalah handal dan dapat dipercaya,
yang meliputi laporan segmen maupun interim. Prosedur dan peraturan yang
telah ditetapkan oleh perusahaan sudah taati dan dipatuhi dengan semestinya
(Puspitadewi, 2012:161).
Selain manajemen perusahaan, pengendalian intern juga diperlukan
oleh auditor independen yang ditugaskan untuk memeriksa kewajaran laporan
keuangan serta kegiatan opersi perusahaan. Arti pentingnya sistem
pengendalian intern bagi manjemen dan auditor sudah lama diakui oleh
profesi akuntansi dan pengakuan tersebut semakin meluas dengan alasan
(Boyntn, 2003:371):
1) Lingkup dan ukuran bisnis entitas telah menjadi sangat kompleks dan
tersebar luas sehingga manajemen harus bergantung pada sejumlah
laporan dan analisis untuk mengendalikan operasi secara efektif;
2) Pengujian dan penelaahan yang melekat dalam sistem pengendalian
internal yang baik menyediakan perlindungan terhadap kelemahan
manusia dan mengurangi kemungkinan terjadinya kekeliruan dan ketidak
beresan;
3) Tidak praktis bagi auditor untuk melakukan audit atas kebanyakan
perusahaan dengan pembatasan biaya ekonomi tanpa menguntungkan
pada sistem pengendalian internal.
Internal control merupakan serangkaian tindakan, kebijakan metode
23
melaksanakan keseluruhan operasi organisasi. Internal control ada dalam
proses manajemen, baik perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan yang
melibatkan dewan komisaris, manajemen dan personal lainnya untuk
mencapai: 1) tujuan operasi dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki
secara efisien dan efektif; 2) penyajian dan pengungkapan pelaporan keuangan
yang dapat dipercaya; dan 3) mendorong kepatuhan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku (Makhdalena, 2009:62).
Menurut Hartadi (1987:142) dalam Kristanto (2009:45), sistem
pengendalian internal yang kuat, yaitu melalui kebijakan akuntansi yang sehat,
penyelenggaraan sistem perkiraan yang cukup lengkap dan efektif, adanya
perlindungan aktiva perusahaan dan berfungsinya staff pemeriksaan internal.
Pengendalian intern yang dipahami sebagai usaha manajemen dalam
menjaga aktiva (kekayaan) organisasi melalui penerapan prosedur tertentu
bekerja melalui tiga dimensi dalam menjaga aktiva perusahaan. Pengendalian
intern yang baik dan disertai praktek-praktek yang sehat dalam tata kelola
keuangan akan menjaga kekayaan perusahaan secara preventif, detektif dan
korektif (Wiratmaja, 2010:79).
Menurut Agoes (2004:79), pemahaman dan evaluasi atas pengendalian
intern merupakan bagian yang sangat penting bagi proses pemeriksaan oleh
akuntan publik, auditor harus mendokumentasikan pemahamannya tentang
komponen pengendalian intern entitas yang diperoleh untuk merencanakan
audit, karena baik buruknya pengendalian intern akan memberikan pengaruh
24
a. Keamanan harta perusahaan
b. Dapat dipercayai atau tidaknya laporan keuangan perusahaan
c. Lama atau cepatnya proses pemeriksaan akuntansi
d. Tinggi rendahnya audit fee
e. Jenis opini yang akan diberikan akuntan publik
4. Tujuan Pengendalian Internal
Pengendalian intern harus memberikan keyakinan bahwa seluruh
transaksi telah mendapatkan otorisasi dan dilaksankan dengan benar sesuai
dengan kebijakan perusahaan, serta pencatatan transaksi tersebut dengan
benar. Di bawah ini terdapat 5 tujuan pengendalian intern atas transaksi, yaitu
(Suharli, 2006:55):
1) Otoritas (wewenang), Setiap transaksi harus mendapat otorisasi
semestinya berdasarkan struktur dan kebijakan perusahaan. Dalam
keadaan atau masalah-masalah tertentu sangat perlu ditentukan otorisasi
khusus.
2) Pencatatan, Pencatatan atas transaksi harus dilaksanakan sebagaimana
mestinya dan pada waktu yang tepat dengan uraian yang wajar. Transaksi
yang dicatat adalah transaksi yang benar-benar terjadi dan lengkap.
3) Perlindungan, Harta fisik berwujud tidak boleh berada dibawah
pengawasan atau penjagaan dari mereka yang bertanggungjawab. Dalam
hal ini pengendalian intern memperkecil resiko terjadinya kecurangan oleh
25
4) Rekonsiliasi, secara continue dan periodik antara pencatatan dengan harta
fisik harus dilakukan misalnya mencocokkan jumlah persediaan barang
antara kartu persediaan dengan persediaan fisik di gudang
5) Penilaian, Harus dibuat ketentuan agar memberikan kepastian bahwa
seluruh harta perusahaan dicatat berdasarkan nilai yang wajar. Tidak boleh
terjadi over atupun under valved atas atas harta tersebut.
5. Komponen-Komponen Pengendalian Internal
Menurut Utomo (2006:72), komponem-komponen dari pengendalian
Internal mencakup:
1) Lingkungan Lingkungan pengendalian (Control Environment), Komponen
ini memperlihatkan bahwa hal yang terkandung pada kontrol terutama
pada sistem akuntansi dan prosedur harus dijalankan.
2) Penetapan risiko, (Risk Assesment), komponen ini mengidentifikasikan
dan menganalisis resiko yang dihadapi perusahaan dan bagaimana cara
mengelola resiko tersebut.
3) Aktivitas pengendalian, memastikan bahwa setiap transaksi telah
diotorisasi oleh yang berwenang, telah ada pemisahan fungsi, dokumentasi
dan pencatatan yang memadai, harta dan catatan telah diamankan, dan
pengecekan oleh pihak independent telah dilakukan serta penilaian
terhadap pencatatan telah dilaksanakan
4) Pemrosesan Informasi dan Komunikasi (Information Processing and
26
diubah sepanjang waktu dan menyediakan formulir untuk
memperbolehkan karyawan mengubah tanggung jawabnya
5) Pemantauan (Monitoring), pada komponen ini berfungsi untuk
memastikan bahwa pengendalian internal telah berjalan dengan baik
Jadi dapat disimpulakan bahwa pengendalian internal adalah suatu
proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personel lain
entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang
pencapaian tujuan organisasi yaitu: keandalan laporan keuangan, efektivitas
dan efisiensi operasi, dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan berlaku.
6. Good Corporate Governance
Pada dasarnya Good Corporate Governance itu sendiri terkait dengan
stewardship theory dan agency theory. Stewardship theory dibangun atas
dasar asumsi filosifi mengenai sifat manusia yakni pada hakekatnya manusia
dapat dipercaya, mampu bertindak dengan penuh tanggung jawab, memiliki
integritas dan kejujuran pada pihak lain. Dengan kata lain teori ini
memandang manajemen dapat dipercaya untuk bertindak sebaik-baiknya bagi
kepentingan publik pada umumnya ataupun pemegang saham pada khususnya
(Murwaningsari, 2009:31). Sementara itu, agency theory yang dikembangkan
oleh Michael Johnson, memandang bahwa manajemen perusahaan sebagai
agents bagi para pemegang saham, akan bertindak dengan penuh kesadaran
bagi kepentingannya sendiri, bukan sebagai pihak yang arif dan bijaksana
serta adil terhadap pemegang saham sebagaimana yang diasumsikan oleh
27
Menurut Benhart dan Rosenstein (1998) yang dikutip oleh Puspitasari
dan Ernawati (2010:190), menyatakan bahwa suatu mekanisme yang dapat
mengatasi masalah keagenan tersebut, yaitu mekanisme corporate
governance. Dalam mekanisme corporate governance, terdapat mekanisme
internal, seperti struktur dan kepemilikan dewan komisaris, serta mekanisme
eksternal, seperti pasar modal. Corporate governance berkaitan erat dengan
mekanisme dalam suatu badan usaha di mana berbagai pihak yang
berkepentingan terhadap badan usaha tersebut dapat memastikan bahwa pihak
manajer dan pihak internal badan usaha lainnya dapat memenuhi kepentingan
stakeholder. Dengan menerapkan good corporate governance, maka konflik
keagenan menjadi berkurang, sehingga pihak manajer dapat meningkatkan
kemakmuran pemilik (pemegang saham). Dengan kata lain, corporate
governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan badan
usaha yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan para pemegang
saham dan stakeholders lainnya. Corporate governance yang efektif dalam
jangka panjang dapat meningkatkan kinerja badan usaha dan menguntungkan
pemegang saham.
Forum for Corporate Governancein Indonesia (FCGI) merumuskan
tujuan dari Corporate Governance adalah untuk menciptakan nilai tambah
bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders). Corporate Governance
yang mengandung empat unsur penting yaitu keadilan, transparansi,
pertanggungjawaban dan akuntabilitas, diharapkan dapat menjadi suatu jalan
28
yang baik, diharapkan nilai perusahaan akan dinilai dengan baik oleh investor
(Juanda, 2008:5).
Corporate governance merupakan sistem dan struktur yang baik untuk
mengelola perusahaan dengan tujuan meningkatkan nilai pemegang saham
serta mengakomodasi berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan
(stakeholder) seperti kreditur, supplier, asosiasi bisnis, konsumen, karyawan,
pemerintah dan masyarakat luas (Hidayah, 2008:56).
Corporate governance dapat diartikan sebagai seperangkat aturan dan
prinsip-prinsip antara lain fairness, transparency, accountability, dan
responsibility yang mengatur hubungan antara pemegang saham, manajemen
perusahaan (direksi dan komisaris), pihak kreditur, pemerintah, karyawan
serta stakeholders lainnya yang berkaitan dengan hak dan kewajiban
masing-masing pihak. Tujuannya adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi seluruh
stakeholders dalam perusahaan. Adanya nilai tambah bagi stakeholders ini
akan menarik investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan yang
bersangkutan (Juanda, 2008:6).
Menurut Astuti (2010:3), ditinjau dari arti kata secara harfiah Good
Governance, maka good adalah baik, sedangkan governance adalah
pemerintahan, sehingga secara sederhana diartikan pemerintahan yang baik
yang bebas dari praktik Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Karakteristik
untuk dapat dikatakan memenuhi kriteria good governance adalah (BPKP,
29
1) Participation, maksudnya setiap warga Negara mempunyai suara dalam
pembuatan keputusan.
2) Rule of Law, hukum harus adil dan dilaksanakan tanpa pandang bulu.
3) Transparency, transparansi dibangun atas dasar arus informasi.
4) Responsiveness, lembaga dan proses hukum harus mencoba melayani
setiap stakeholders.
5) Consensus Orientation, sebagai perantara kepentingan yang berbeda untuk
memberikan pilihan terbaik bagi keputusan yang lebih luas.
6) Equity, semua warga Negara mempunyai kesempatan untuk menjaga
kesejahteraan masyarakat.
7) Effectiveness and effsiciency, lembaga harus menghasilkan sesuai dengan
tujuan semula
8) Accountability, para pembuat keputusan, baik dalam pemerintahan sektor
swasta dan masyarakat bertanggung jawab kepada publik dan lembaga
lain.
9) Strategic Vision, para pemimpin dan publik harus mempunyai perspektik
good governance.
Corporate governance memberikan suatu struktur yang memfasilitasi
penentuan sasaran-sasaran dari suatu perusahaan, dan sebagai sarana untuk
menentukan teknik monitoring kinerja. Tata kelola perusahaan menjamin
kualitas informasi akuntansi yang diungkap melalui seperangkat penetapan
30
pengendalian intra-perusahaan, mengurangi tindakan oportunis dan
menurunkan asimetri informasi (Siagian dan Ghozhali, 2012:1).
Ada dua (2) hal yang ditekankan dalam mekanisme corporate
governance, pertama, pentingnya hak pemegang saham atau investor untuk
memperoleh informasi dengan benar (akurat) dan tepat pada waktunya, dan
kedua, kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan secara akurat,
tepat waktu dan transparan terhadap semua informasi kinerja perusahaan,
kepemilikan, dan stakeholder (Guna dan Herawaty, 2010:56).
Dalam menjalankan pengendalian internal ada faktor-faktor yang
sangat berpengaruh dalam menegakan prinsip tata kelola perusahaan yang
baik antara lain, (1) Charter (pedoman perilaku) (2) struktur perusahaan (3)
karyawan (4) fasilitas atau sarana (5) budaya (Firmansyah , 2010:89).
Jadi dapat disimpulkan bahwa Good Corporate Governance
merupakan sistem dan prosedur dalam entitas atau organisasi untuk
melindungi kepentingan dari berbagai pihak yang terkait dengan entitas
tersebut.
7. Teori Kepuasan Kerja (Theory of Job Satisfaction)
Dalam sebuah organisasi, terdapat fenomena permasalahan yang sering
muncul yang mana organisasi harus dapat mempertahankan karyawan yang
dimiliki untuk dapat tetap bekerja sesuai dengan tuntutan yang ada. Seringkali
hal ini terkait dengan Kepuasan Kerja, yang mana secara umum dapat
dikatakan bahwa kepuasan ini merupakan sebuah sikap karyawan secara
31
Hal ini akan tercermin dalam moral kerja, kedisiplinan dan prestasi kerja yang
baik dari karyawan. Kepuasan kerja juga memiliki hubungan yang erat dengan
sikap karyawan atas pekerjaan mereka, situasi kerja setiap harinya, kerjasama
antar karyawan baik dengan atasan maupun dengan rekan kerja. Kepuasan
kerja secara lebih jauh, juga menunjukkan kesesuaian antara sebuah harapan
terhadap pekerjaan yang ada dan imbalan yang diperoleh dari pekerjaan
tersebut (Han et. al., 2012:110)
Kepuasan kerja merupakan refleksi dari seorang karyawan
terhadap pekerjaannya yang timbul bukan hanya sebagai hasil interaksi antara
karyawan dengan pekerjaannya, tetapi juga dengan lingkungan kerja, situasi
dan kondisi kerja serta rekan kerja karyawan. Konsep kepuasan kerja ini
meliputi lima faktor antara lain pekerjaan itu sendiri, mutu pengawasan
supervisi, gaji atau upah, kesempatan promosi, dan rekan kerja (Kartika dan
Kaihatu, 2010:104)
Definisi lain terkait dengan Kepuasan Kerja, dikatakan bahwa
Kepuasan Kerja secara umum dapat ditentukan dengan perbedaan yang terjadi
antara perasaan yang seharusnya dirasakan oleh karyawan dari pekerjaan yang
dilakukan dengan kondisi nyata yang saat ini dirasakan oleh karyawan.
Dikatakan juga bahwa Kepuasan Kerja merupakan sebuah kondisi emosional
yang menyenangkan sebagai hasil dari penilaian seseorang atas pekerjaannya
dalam mencapai sebuah prestasi kerja yang telah dilakukannya (Astrauskaite,
32
Kepuasan Kerja merupakan keadaan emosional yang menyenangkan
atau tidak menyenangkan yang dilihat dan dialami oleh karyawan terhadap
pekerjaannya, sehingga kepuasan ini sangat berkaitan erat dengan sikap dari
karyawan atas pekerjaan itu sendiri, situasi kerja, kerjasama dengan pimpinan
serta rekan kerja. Sampai dengan saat ini kepuasan kerja banyak dihubungkan
dengan tingkat produktifitas dan kuantitas hidup, oleh karena itu masyarakat
maju banyak yang memperhatikan kepuasan kerja pegawai atau karyawan
dengan memberi kepedulian dan ganjaran material yang memadai dan bahkan
ada anggapan bahwasanya organisasi-organisasi sekarang harus bertanggung
jawab untuk memberikan kepada pegawai atau karyawan pekerjaan yang
menantang dan secara intrinsik mengganjar (Zanaria, 2007:34).
Tolok ukur tingkat untuk kepuasan kerja secara mutlak memang tidak
ada, karena setiap individu tenaga kerja berbeda kepuasannya. Indikator
kepuasan kerja ini hanya diukur dengan kedisiplinan, moral kerja, dan turn
over kecil, maka secara relatif kepuasan kerja karyawan baik, tetapi
sebaliknya jika kedisiplinan, moral kerja dan turn over karyawan besar, maka
kepuasan kerja pegawai kurang (Zanaria, 2007:36)
Pegawai akan mampu dan mau bekerja dengan baik serta memiliki
kepuasan kerja yang tinggi apabila pegawai ditempatkan pada posisi jabatan
yang sesuai dengan minat dan kemampuan serta dapat memenuhi berbagai
kebutuhan dengan melakukan pekerjaan. Pegawai harus ditempatkan pada
33
mempertimbangkan upaya pemenuhan kebutuhan sumber daya manusia.
(Fathonah dan Utami, 2012:3).
Setiap pekerja atau karyawan pasti memiliki tingkat kepuasan
tersendiri yang dapat diukur dengan kinerja karyawan tersebut bekerja di
dalam perusahaan, tetapi setiap karyawan yang satu dengan yang lain belum
tentu memiliki tingkat kepuasan kerja yang sama. Oleh karena itu, untuk
membentuk suatu tingkat kepuasan kerja yang baik, perusahaan perlu
melakukan suatu tindakan agar para karyawan dapat merasa nyaman dalam
melakukan pekerjaannya dengan baik. Tindakan yang dilakukan perusahaan
harus dipikirkan dengan baik oleh para pemimpin perusahaan. Pemimpin
memiliki peranan yang penting dalam membangun keberlangsungan hidup
perusahaan. Oleh karena itu para pemimpin perusahaan harus memiliki gaya
masing-masing dalam membangun suatu perusahaan (Putra dan Laksito,
2012:2).
8. Audit Fee
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) mengeluarkan peraturan
tentang bagaimana penetapan audit fee nomor KEP.024/IAPI/VII/2008.
Peraturan ini mengatur tentang penetapan imbal jasa (fee) audit yang dibayar
oleh Kantor Akuntan Publik dengan membuat jumlah jam kerja setiap anggota
tim audit dan tarifnya (Herawaty, 2011:8).
Menurut standar professional akuntan publik dan kode etik akuntan