• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW DI KELAS X SMA NEGERI 2 SIDIKALANG T.P 2016 / 2017.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW DI KELAS X SMA NEGERI 2 SIDIKALANG T.P 2016 / 2017."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh

Hotdita Pratiwi Tumanggor NIM 4123111030

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

FAKULTAS MATEMATIKADAN ILMUPENGETAHUANALAM UNIVERSITASNEGERIMEDAN

(2)
(3)

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW DI KELAS X SMA NEGERI 2 SIDIKALANG T.P 2016 / 2017

Hotdita Pratiwi Tumanggor (NIM 4123111030)

ABSTRAK

Tujuan Penelitian ini adalah (1)Untuk mengetahui strategi penerapan model kooperatif tipe Jigsaw dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada materi sistem persamaan linier di kelas X SMA Negeri 2 Sidikalang, (2)Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika kelas X SMA Negeri 2 Sidikalang setelah diterapkannya model kooperatif tipe Jigsaw pada materi sistem persamaan linier

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X-5 SMA Negeri 2 Sidikalang T.P 2016/2017 yang berjumlah 36 orang siswa dan objek penelitian ini adalah upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika dengan menggunakan model kooperatif tipe Jigsaw di kelas X SMA Negeri 2 Sidikalang T.A 2016/2017. Instrumen penelitian yang digunakan adalah observasi, tes dan dokumentasi.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri atas 2 siklus, masing-masing terdiri dari 2 kali pertemuan. Setiap akhir pertemuan diberikan tes kemampuan pemecahan masalah matematika. Berdasarkan hasil penelitian dari 36 orang siswa diperoleh nilai rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada tes awal adalah 50,55; rata-rata tes kemampuan pemecahan masalah matematika siswa I adalah 56,02; dan rata-rata tes kemampuan pemecahan masalah matematika siswa II adalah 73,86.

(4)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas Rahmat dan Kasih Karunia-Nya yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan kepada penulis sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu dan rencana yang diharapkan.

Skripsi berjudul ”Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Dengan Menggunakan Model Kooperatif Tipe Jigsaw Di Kelas X SMA Negeri 2 Sidikalang T.P 2016/2017”, disusun untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unimed.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd. selaku Rektor Universitas Negeri Medan

2. Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd selaku Dekan FMIPA Universitas Negeri Medan dan Pembimbing Akademik.

3. Bapak Dr. Edy Surya, M.Si selaku Ketua Jurusan Matematika

4. Bapak Drs.Zul Amry, M.Si, Ph.D. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika

5. Prof. Dr. Bornok Sinaga sebagai Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal penelitian sampai dengan selesainya skripsi ini.

6. Bapak Prof. Asmin, M.Pd, Dra. Nerli Khairani, M.Si dan Dr. Togi, M.Pd yang telah banyak memberikan masukan dan saran-saran mulai dari perencanaan penelitian sampai selesai penyusunan skripsi ini. 7. Kepada seluruh bapak ibu Dosen beserta staf pegawai jurusan

Matematika FMIPA UNIMED yang sudah membantu penulis.

(5)

Matematika SMA Negeri 2 Sidikalang yang telah banyak membantu selama penelitian ini.

9. Teristimewa untuk kedua orangtuaku V. Tumanggor dan R.U. Tarigan serta saudara-saudara saya Friska Adelina Tumanggor, Jefri Andri Tumanggor dan Silvia Helena Tumanggor, terimakasih atas dukungan, kerja keras, kasih sayang dan doa-doa yang diberikan sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini

10. Sahabat-sahabatku D’Pelitas Nevi Tinambunan, Heppy Simanjuntak, Erna Silitonga, Joanita Silitonga, Sarah Geltri dan Yusfika Simanjuntak terima kasih untuk dukungan, semangat dan doanya. 11. Heska Dani Sinaga yang selalu mendengarkan cerita dan keluhan

penulis, terima kasih atas saran dan inspirasi yang telah diberikan. 12. Sahabat-sahabatku yang tak terlupakan Meydayanti, Mey Linda, Vee

Mona dan Bunga terima kasih untuk dukungan dan semangatnya. 13. Teman-teman seperjuanganku Pendidikan Matematika kelas C 2012 Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam menyelesaikan skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Harapan dari penulis agar kiranya skripsi ini bermanfaat memperkaya khasanah ilmu pendidikan.

Medan, Agustus 2016 Penulis,

Hotdita Pratiwi Tumanggor NIM 41231111030

(6)

iv

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW DI KELAS X SMA NEGERI 2 SIDIKALANG T.P 2016 / 2017

Hotdita Pratiwi Tumanggor (NIM 4123111030)

ABSTRAK

Tujuan Penelitian ini adalah (1)Untuk mengetahui strategi penerapan model kooperatif tipe Jigsaw dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada materi sistem persamaan linier di kelas X SMA Negeri 2 Sidikalang, (2)Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika kelas X SMA Negeri 2 Sidikalang setelah diterapkannya model kooperatif tipe Jigsaw pada materi sistem persamaan linier

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X-5 SMA Negeri 2 Sidikalang T.P 2016/2017 yang berjumlah 36 orang siswa dan objek penelitian ini adalah upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika dengan menggunakan model kooperatif tipe Jigsaw di kelas X SMA Negeri 2 Sidikalang T.A 2016/2017. Instrumen penelitian yang digunakan adalah observasi, tes dan dokumentasi.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri atas 2 siklus, masing-masing terdiri dari 2 kali pertemuan. Setiap akhir pertemuan diberikan tes kemampuan pemecahan masalah matematika. Berdasarkan hasil penelitian dari 36 orang siswa diperoleh nilai rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada tes awal adalah 50,55; rata-rata tes kemampuan pemecahan masalah matematika siswa I adalah 56,02; dan rata-rata tes kemampuan pemecahan masalah matematika siswa II adalah 73,86.

(7)

v DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ...iv

DAFTAR ISI...v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ...x

DAFTAR LAMPIRAN ... iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah...1

1.2.Identifikasi Masalah ...7

1.3.Batasan Masalah...7

1.4.Rumusan Masalah ...8

1.5.Tujuan Penelitian ...8

1.6.Manfaat Penelitian ...8

1.7.Defenisi Operasoinal ...9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teoritis...10

2.1.1. Pengertian Belajar ...10

2.1.2. Pembelajaran Matematika ...11

(8)

vi

vi

2.1.4. Model Pembelajaran Kooperatif ...13

2.1.5. Model Pembelajaran Kooperatif TipeJigsaw ...15

2.1.5.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ...15

Tipe Jigsaw 2.1.5.2 Langkah-langkah Pelaksanaan Model Pembelajaran 16 Kooperatif TipeJigsaw 2.1.5.3 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran 20 Kooperatif Tipe Jigsaw 2.1.6. Pengertian Masalah dalam Matematika...20

2.1.7 Pemecahan Masalah Matematika ...21

2.1.8 Materi Sistem Persamaan Linier ...24

2.2 Penelitian Yang Relevan ...25

2.3 Kerangka Konseptual ...27

2.4 Hipotesis Tindakan...28

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian...29

3.2 Lokasi Penelitian ...29

3.3. Subjek dan Objek Penelitian ...29

3.3.1. Subjek Penelitian...29

3.3.2. Objek Penelitian ...30

3.4. Prosedur Penelitian...30

3.5. Alat Pengumpulan Data ...34

3.5.1. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah...34

3.5.2. Lembar Observasi ...35

3.5.3. Wawancara ...36

3.6. Teknik Analisis Data...36

(9)

vii

3.6.2. Paparan Data ...36

3.6.2.1 Analisis Hasil Tes Kemampuan Pemecahan ...37

Masalah Matematika 3.6.2.2 Lembar Observasi ...38

3.6.3 Penarikan Kesimpulan ...38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHSAN 4.1 Hasil Penelitian ...39

4.1.1 Hasil Penelitian Siklus I ...39

4.1.1.1 Permasalahan ...39

4.1.1.2 Tahap Perencanaan Tindakan I...40

4.1.1.3 Tahap Pelaksanaan Tindakan I ...41

4.1.1.4 Observasi I...42

4.1.1.5 Analisis Data I ...43

4.1.1.6 Refleksi I ...47

4.1.2 Hasil Penelitian Siklus II...48

4.1.2.1 Permasalahan ...48

4.1.2.2 Tahap Perencanaan Tindakan II ...48

4.1.2.3 Tahap Pelaksanaan Tindakan II...49

4.1.2.4 Observasi II ...51

4.1.2.5 Analisis Data II...52

4.1.2.6 Refleksi II ...55

4.2 Pembahasan dan Hasil Penelitian ...55

4.3 Temuan Penelitian...58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ...60

5.2 Saran ...60

(10)

viii

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Ibrahim ...15 Tabel 2.2 Langkah-langkah atau Tahapan Model Kooperatif Tipe Jigsaw .17

Tabel 3.1 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa ...37 Tabel 4.1 Nilai Observasi Kegiatan Guru pada Pertemuan I dan ...43

Pertemuan II

Tabel 4.2 Tingkat Kemampuan Siswa Memahami Masalah pada Tes ...44 Kemampuan Pemecahan Masalah I

Tabel 4.3 Tingkat Kemampuan Siswa Merencanakan Penyelesaian ...44

Masalah pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I

Tabel 4.4 Tingkat Kemampuan Siswa Menyelesaikan Penyelesaian ...45 Masalah Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I

Tabel 4.5 Tingkat Kemampuan Siswa Memeriksa Kembali pada Tes ...45 Kemampuan Pemecahan Masalah I

Tabel 4.6 Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa Pada Tes Kemampuan ....46

Pemecahan Masalah MAtematika Siswa Siklus I

Tabel 4.7 Refleksi Kegiatan Tindakan Siklus I ...47 Tabel 4.8 Nilai Observasi Kegiatan Guru pada Pertemuan III dan...51

Pertemuan IV

(12)

ix

Kemampuan Pemecahan Masalah II

Tabel 4.10 Tingkat Kemampuan Siswa Merencanakan Penyelesaian ...53 Masalah pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II

Tabel 4.11 Tingkat Kemampuan Siswa Menyelesaikan Penyelesaian ...53

Masalah Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II

Tabel 4.12 Tingkat Kemampuan Siswa Memeriksa Kembali pada Tes ...54 Kemampuan Pemecahan Masalah II

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Dampak Model Kooperatif Tipe Jigsaw ...19 Gambar 3.1 Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas...30

(14)

xi

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Test Kemampuan Awal Pemecahan Masalah ...64

Lampiran 2 Alternatif Penyelesaian Tes Awal Kemampuan Pemecahan ...65

Masalah Lampiran 3 Kisi-kisi Tes Awal Kemampuan Pemecahan Masalah ...67

Lampiran 4 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah....68

Matematika Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I Siklus I ...70

Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II Siklus I ...78

Lampiran 7 Lembar Aktivitas Siswa I Siklus I ...86

Lampiran 8 Lembar Aktivitas Siswa II Siklus I ...92

Lampiran 9 Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas I ...98

Lampiran 10 Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas II ...105

Lampiran 11 Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ...111

Matematika I Lampiran 12 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika I...112

Lampiran 13 Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Pemecahan ...114

(15)

xii

Lampiran 15 Lembar Observasi Kegiatan Guru I Siklus I ...137

Lampiran 16 Lembar Observasi Kegiatan Guru II Siklus I ...141

Lampiran 17 Lembar Validasi Tes Kemampuan Pemecahan ...145

Masalah Matematika I Lampiran 18 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I Siklus II ...151

Lampiran 19 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II Siklus II...160

Lampiran 20 Lembar Aktivitas Siswa I Siklus II...168

Lampiran 21 Lembar Aktivitas Siswa II Siklus II ...175

Lampiran 22 Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas III ...180

Lampiran 23 Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas IV ...189

Lampiran 24 Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ...195

Matematika II Lampiran 25 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika II ...196

Lampiran 26 Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Pemecahan ...198

Masalah Matematika II ... Lampiran 27 Lembar Validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ...210

(16)

xiii

xiii

Lampiran 30 Lembar Observasi Kegiatan Guru II Siklus II ...234

Lampiran 31 Hasil Tes Kemampuan Awal ...238 Lampiran 32 Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Awal...241 Lampiran 32 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika I .244 Lampiran 34 Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ...247

Matematika Siswa Berdasarkan Aspek Yang Di Ukur Pada Siklus I

Lampiran 35 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika II 250 Lampiran 36 Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ...253

Matematika Siswa Berdasarkan Aspek Yang Di Ukur Pada Siklus II

(17)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu aspek penting yang akan menentukan kualitas kehidupan seseorang maupun suatu bangsa. Karena pendidikan adalah proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan potensi dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Dalam pendidikan formal, salah satu mata pelajaran sekolah yang dapat digunakan untuk membangun cara berfikir siswa adalah matematika.

Menurut Hudojo (2005:37), “Matematika adalah suatu alat untuk mengembangkan cara berpikir. Karena itu matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari maupun dalam menghadapi kemajuan IPTEK sehingga matematika perlu dibekalkan kepada setiap peserta didik sejak SD, bahkan sejak TK”. Jika dilihat dari kemajuan negara-negara maju,hingga sekarang ternyata 60% - 80% menggantungkan kepada matematika. Indonesia pun sebagai Negara yang sedang berkembang memerlukan matematika ( Santosa, 1976).

Hal ini ditekankan di dalam Pemerintah Republik Indonesia melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (PerMendiknas) Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah (Depdiknas, 2006) bahwa

Matematika mendasari perkembangan kemajuan teknologi, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin, dan memajukan daya pikir manusia, matematika diberikan sejak dini di sekolah untuk membekali anak dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sitematis, kritis, kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Semua kemampuan itu merupakan modal penting yang diperlukan anak dalam meniti kehidupan di masa depan yang penuh dengan tantangan dan berubah dengan cepat.

Ada banyak alasan tentang perlunya siswa belajar matematika. Menurut Cornelius (dalam Abdurrahman, 2009:253) mengemukakan bahwa,

(18)

2

generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.

Oleh karena itu pelajaran matematika di sekolah tidak hanya menekankan pada pemberian rumus-rumus melainkan juga mengajarkan siswa untuk dapat menyelesaikan berbagai masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain bahwa matematika secara tidak langsung sangat mempengaruhi kehidupan setiap orang di masa yang akan datang.. Jadi, semakin sering bermatematika, maka akan semakin sering pula berpikir secara logis, dan hal ini akan membantu kita untuk menghadapi kejadian- kejadian dalam hidup dengan pikiran yang logis pula.

Pemecahan masalah merupakan aspek kognitif yang sangat penting karena dengan cara memecahkan masalah, salah satu diantaranya siswa dapat berpikir kritis. Siswa dituntut untuk menggunakan segala pengetahuan yang diperolehnya untuk memecahkan masalah matematika. Dalam menghadapi masalah matematika, khususnya soal cerita, siswa harus melakukan analisis dan penafsiran informasi sebagai landasan untuk menentukan pilihan dan keputusan. Dalam menyelesaikan soal-soal cerita, banyak anak yang mengalami kesulitan. Kesulitan tersebut tampaknya terkait dengan pengajaran yang menuntut membuat kalimat matematika tanpa lebih dahulu memberikan petunjuk tentang langkah-langkah yang harus ditempuh.

Karena pada kenyataannya siswa yang diharapkan aktif dalam pembelajaran kenyataannya justru lebih pasif ketimbang guru yang mengajar. Kondisi dimaksud sesuai penegasan Sulivan (dalam Pomalato, 2005:2) bahwa “Pembelajaran matematika yang dilakukan di kelas pada umumnya hanya terpusat pada guru yang mengakibatkan siswa menjadi malas dan kurang bergairah dalam menerima pembelajaran”.

Sebagaimana yang dikatakan Ida Karnasih (dalam Primary Resources 2003:1) menyatakan bahwa

(19)

metode belajar yang diajarkan, bukan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep matematika.

Hal senada mengenai kekurangan guru juga diungkapkan oleh Husna (2013:181) yang menyatakan bahwa

Guru hanya mencari kemudahan saja serta senantiasa dikejar oleh target waktu untuk menyelesaikan setiap pokok bahasan tanpa memperhatikan kompetensi yang dimiliki oleh siswa, soal-soal yang di berikan oleh guru adalah soal-soal yang ada di buku paket yang mengakibatkan siswa kurang memahami terhadap masalah-masalah matematik yang berkaitan dengan kehidupan nyata yang ada di sekeliling siswa, serta contoh masalah yang diberikan tersebut terlebih dahulu diselesaikan secara demonstrasi kemudian siswa diberikan soal sesuai dengan contoh tersebut, guru masih beranggapan yang demikian dilakukan akan meningkatkan kemampuan siswa padahal kebalikannya siswa hanya mencontoh apa yang dikerjakan guru, karena dalam menyelesaikan soal tersebut siswa hanya mengerjakan seperti apa yang dicontohkan oleh guru tanpa perlu menggunakan kemampuan sendiri dalam menyelesaikannya. Guru dalam Penilaian terhadap suatu masalah hanya melihat pada hasil akhirnya saja dan jarang memperhatikan proses penyelesaian masalah menuju ke hasil akhir.

Karena gurunya yang lebih aktif berpengaruh terhadap rendahnya kemampuan pemecahan masalah siswa. Menurut Bella (2013:181) bahwa

Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dewasa ini masih sangat rendah. Di Indonesia rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika ini terlihat dari hasil ujian nasional yang diselenggarakan oleh pemerintah dimana hasilnya masih di bawah rata-rata yang diharapkan. Bukan saja di Indonesia,hal serupa juga terjadi di Filipina. Dari tahun 1995 sampai 2011, IEA (Asosiasi Internasional untuk Evaluasi Prestasi Pendidikan) telah melakukan TIMMS (Trends in Mathematics and Science Study) dan melaporkan hasilnya bahwa pencapaian matematika siswa di Filipina adalah 29% lebih rendah dari rata-rata. Hal ini dikarenakan masih rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dinegara tersebut.

(20)

4

merupakan materi prasyarat dari materi Sistem Persamaan Linier dengaan sub pokok bahasan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel dan Sistem Persamaan Linier Tiga Variabel. Hasil tes awal menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa masih rendah seperti yang ditunjukkan pada tabel 1.1

Tabel 1.1 :Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada Tes Awal Kelas X SMA Negeri 2 Sidikalang

Kategori Tingkat

Kemampuan

Banyak Siswa Persentase Jumlah Siswa (90<TKPM≤100) Sangat Tinggi 0 0%

(78<TKPM≤89) Tinggi 0 0%

(66<TKPM≤77) Sedang 0 0%

(56<TKPM≤65) Rendah 8 22,22% (0≤TKPM≤55) Sangat Rendah 28 77,78%

∑ 36 100%

Dari keterangan data ini terlihat jelas bahwa rata-rata kemampuan siswa dalam pemecahan masalah masih rendah. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tidak ada siswa yang memperoleh nilai sangat tinggi, tinggi dan rendah, nilai rendah sebanyak 8 orang siswa dengan presentase 22,22% dan nilai sangat rendah sebanyak 28 orang siswa dengan presentase 77,78%. Setelah menelusuri, ditemukan berbagai penyebab tingkat kemampuan pemecahan masalahh siswa kelas X SMA Negeri 2 Sidikalang masih rendah yaitu pembelajaran matematika selama ini kurang relevan dengan tujuan dan karakteristik pembelajaran dan siswa kurang mampu menerapkan konsep dalam pemecahan masalah matematika.

(21)

Persamaan Linier Dua Variabel dan Tiga Variabel. Guru juga menjelaskan bahwa guru belum pernah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw di dalam kelas untuk membuat siswa lebih memahami materi tersebut.

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan di SMA Negeri 2 Sidikalang bahwa sistem pembelajaran di sekolah masih berpusat pada guru. Guru yang aktif dalam pembelajaran dan siswa hanya mendengarkan penjelasan guru. Sehingga siswa lebih bersifat pasif dan pembelajaran lebih bersifat monoton yang membuat siswa menjadi bosan. Dalam hal memberikan soal juga, guru memberikan soal yang mirip dengan contoh soal yang diberikan sehingga siswa hanya mencontoh saja dari contoh soal tersebut. Hal ini berdampak buruk bagi siswa karena jika soal diubah sedikit saja maka siswa menjadi kewalahan dalam mengerjakannya. Apalagi yang berhubungan dengan soal cerita. Siswa sulit untuk menentukan apa yang diketahui dan diminta dari soal tersebut serta memisalkan suatu unsure menjadi variabel sehingga siswa kesulitan untuk membuat model matematika dan merencanakan penyelesaian soal tersebut. Hal inilah yang mengakibatkan tingkat kemampuan pemecahan siswa menjadi rendah.

Pembelajaran yang kurang melibatkan siswa secara aktif dalam belajar, dapat menghambat kemampuan belajar matematika siswa dalam pemecahan masalah sehingga perlu dipilih dan diterapkan model pembelajaran untuk mewujudkan tercapainya tujuan pembelajaran.

(22)

6

selama ini cenderung menggunakan pola pembelajaran teori-contoh-latihan. Pola ini hanya akan menimbulkan persepsi sempitnya ruang lingkup matematika. Proses belajar mengajar harus menuntun siswa untuk mengkontruksikan pemahaman mereka sendiri tentang matematika secara mendalam yang didasarkan pada apa yang mereka telah ketahui.

Oleh karena itu suatu model pembelajaran yang menurut keefektifan seluruh siswa, salah satu diantaranya adalah model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning). Pembelajaran kooperatif mencerminkan ketrampilan sosial, mengembangkan sikap demokrasi secara bersamaan juga membantu siswa dalam pembelajaran akademis mereka (Lie, 2002:11).

Hal serupa juga dijelaskan oleh Abdulhak (dalam Rusman, 2010: 203) mengemukakan bahwa, “pembelajaran cooperative dilaksanakan melalui sharing proses antara peserta belajar,sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama di antara peserta belajar itu sendiri”.

Beberapa ahli menyatakan bahwa model kooperatif Jigsaw unggul dalam memahami konsep-konsep sulit, bekerjasama dalam belajar serta mampu menambah kemampuan dan membantu siswa dalam belajar (Susanto dalam http://ipotes.wordpress.com.Pembelajaran Kooperatif Tipe JJigsaw). Model pembelajaran kooperatif model Jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitikberatkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil.

Dalam model kooperatif Jigsaw ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan mengolah informasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi, anggota kelompok bertanggung jawab terhadap keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari dan dapat menyampaikan informasinya kepada kelompok lain.

Karena berpusat pada siswa maka guru berperan sebagai fasilisator dan motivator. Keterampilan belajar kooperatif dan penguasaan pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh siswa apabila siswa mempelajari materi secara individual.

(23)

interaksi kooperatif memiliki berbagai pengaruh positif terhadap perkembangan anak. Salah satunya meningkatkan hasil belajar, meningkatkan daya ingat dan dapat digunakan untuk mencapai taraf penalaran tingkat tinggi.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul:Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika dengan Model Kooperatif tipe Jigsaw kelas X di SMA Negeri 2 Sidikalang.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka dapat diidentifikasikan masalah yang timbul sebagai berikut :

1. Pembelajaran matematika lebih berpusat pada guru

2. Siswa mengalami kesulitan mengerjakan soal yang berbentuk cerita 3. Kemampuan pemecahan masalah siswa masih rendah

4. Model pembelajaran yang kurang sesuai dengan tujuan pembelajaran 5. Guru belum pernah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw di kelas X SMA Negeri 2 Sidikalang sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika dalam pembelajaran matematika

1.3 Batasan Masalah

(24)

8

1.4 Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana strategi penerapan model Kooperatif tipe Jigsaw dapat

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika pada materi sistem persamaan linier di kelas X SMA Negeri 2 Sidikalang?

2. Bagaimana peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada materi sistem persamaan linier di kelas X SMA Negeri 2 Sidikalang?

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui strategi penerapan model kooperatif tipe Jigsaw dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada materi sistem persamaan linier di kelas X SMA Negeri 2 Sidikalang

2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika kelas X SMA Negeri 2 Sidikalang setelah diterapkannya model kooperatif tipe Jigsaw pada materi sistem persamaan linier

1.6 Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Bagi siswa

melalui model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw ini dapat membantu siswa meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika.

2. Bagi guru

dapat memberi informasi bagi guru dalam upaya menyusun pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematika melalui model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw

3. Bagi sekolah

(25)

4. Bagi peneliti

Dengan penelitian ini diharapkan peneliti dapat memperoleh pengalaman dalam menerapkan strategi pembelajaran dan mampu memberikan pembelajaran yang berkualitas.

1.7 Defenisi Operasional

Untuk memperjelas variabel-variabel, agar tidak menimbulkan perbedaan penafsiran terhadap rumusan masalah dalam penelitian ini, berikut diberikan defenisi operasional :

1. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa adalah kemampuan siswa menyelesaikan soal matematika tidak rutin ditinjau dari aspek: (a) memahami masalah, (b) membuat rencana penyelesaian, (c) melakukan penyelesaian masalah, (d) memeriksa kembali.

(26)

60

BABBV

KESIMPULANBDANBSARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dari u6 orang siswa diperoleh nilai rata-rata

kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada tes awal adalah 50,55;

rata-rata tes kemampuan pemecahan masalah matematika siswa I adalah 56,02;

dan rata-rata tes kemampuan pemecahan masalah matematika siswa II adalah

7u,86. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa mengalami peningkatan.

Menurut hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diperoleh

kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa khususnya oada

pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel dan tiga variabel di kelas X-5

SMA Negeri 2 Sidikalang

Adapun strategi penerapan model pembelajaran kooperatiif tipe Jigsaw

adalah memberikan LAS kepada setiap siswa, memberi catatan sebagai

kesimpulan materi, anggota kelompok di siklus I berbeda dengan siklus II, dan

diakhir siklus diberikan kesempatan untuk mengulang kembali soal-soal yang

belum terlalu dimengerti

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulaan di atas, maka peneliti memberikan beberapa

saran sebagai berikut

1. Model kooperatif tipe Jigsaw mampu membuat siswa lebih berani,

aktif untuk bertanya, sikap saling mendukung dalam kelompok dan

mampu bekerja sama dengan baik. Hal ini terjadi karena model

kooperatif tipe Jigsaw mengutamakan diskusi dalam kelompok.

Sehingga kepala sekolah dapat melaksanakan model kooperatif tipe

(27)

2. Aktivitas siswa bertanya kepada guru tidak banyak dilakukan. Hal ini

terjadi karena maasalah yang dihadapi siswa dapat didiskusikan

dengan teman sekelompoknya. Kalaupun ada pertanyaan lebih sering

dilakukan siswa berkemampuan tinggi, sedangkan siswa yang lain

hanya mendengarkan penjelasan guru. Oleh karena itu, disarankan

kepada guru supaya lebih memberikan masalah-masalah yang

berhubungan dengan materi sehingga dapat memicu siswa supaya

siswa-siswa yang bukan berkemampuan tinggi berkeinginan untuk

bertanya.

u. Model kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa sehingga disarankan kepada

guru supaya dapat mengembangkan Perangkat Pembelajaran seperti

RPP dan LAS, mengefektifkan kelompok ahli sehingga model

kooperatif ini lebih baik lagi dan dapat digunakan dimateri maupun

mata pelajaran yang lain.

4. Selama penelitian berlangsung, model kooperatif tipe Jigsaw belum

mampu membuat semua siswa memiliki kemampuan pemecahan

masalah kategori sedang ke atas karena masih ada siswa yang memiliki

kemampuan pemecahan masalah matematika kategori rendah. Tetapi

jika model kooperatif tipe Jigsaw dilakukan secara konsisten maka

model kooperatif tipe Jigsaw mampu membuat semua siswa memiliki

kemampuan pemecahan masalah matematika kategori sedang maupun

(28)

62

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman.,M., (2009),Anak Berkesulitan Belajar, Rineka Cipta, Jakarta Anita,Lie.,(2002), Cooperative Learning ( Memperaktikan Cooperative Learning

di Ruang-Ruang Kelas), PT.Gramedia Widiasarana, Jakarta

Arikunto,S., (2001),Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta

Depdiknas, (2006), Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun

2006 Tentang Standar Isi Sekolah Menengah Pertama.Depdiknas, Jakarta

Gunawan,R.P., (2013) http://proposalmatematika23.blogspot.com/2013/05/ kemampuan-pemecahanmasalah.html (diakses pada tanggal 2 Februari 2016).

Huda, Miftahul., (2012),Cooperative Learning, Pustaka Belajar, Yogyakarta Hudojo,H., (2005), Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika,

Universitas Negeri Malang, Malang

Hudojo,H., (1989), Mengajar Belajar Matematika, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, Jakarta

Husna,dkk., (2013), Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui

Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS.[Online]. Tersedia

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1 &ved=0CB0QFjAA&url=http%3A%2F%2Fwww.jurnal.unsyiah.ac.id [30 Maret 2016]

Karnasih,Ida., (2003), Paper Presented in International Workshop : ICT for

Teaching and Learning Mathematics, Medan : UNIMED. (In

Collaboration Between UNIMED and QED Education Kuala Lumpur. Malaysia. 23-24 May 2008)

Majid, Abdul., (2008), Perencanaan Pembelajaran dalam Mengembangkan

(29)

Pomalato,S.W., (2005), Pengaruh Penerapan Model Treffinger Pada Pembelajaran Matematika Dalam Pengembangan Kemampuan Kreatif dan Pemecahan Masalah Matematika Siswa, Disertasi UPI, Bandung : tidak diterbitkan Purwanto,N., (2000),Psikologi Pendidikan, PT.Remaja Rosdakarya, Bandung

Reseffendi.,E.T., (2001), Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA, Tarsito, Bandung

Rusman., (2009),Manajemen Kurikulum, Rajawali Pers, Jakarta

Rusman ., (2012),Model-Model Pembelajaran, PT.Rajagfrafindo Persada, Depok Sagala,S., (2010),Supervisi Pembelajaran, Alfabeta, Bandung

Siswono, Tatag Yuli Eko., (2008), Mengajar dan Meneliti Panduan Penelitian

Tindakan Kelas Guru dan Calon Guru, UNESA University Press,

Surabaya

Sudjana., (1989),Pedoman Praktek Mengajar, Depdikbud, Bandung Sudrajat., (2004), Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik

Suherman.,Erman., (2003), Evaluasi Pembelajaran Matematika, JICA UPI, Bandung

Trianto., (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif : Konsep,

Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan ( KTSP), Kencana Prenada Media Group, Jakarta

(30)

i

RIWAYAT HIDUP

Hotdita Pratiwi Tumanggor di lahirkan di Medan pada tanggal 21 September

1994. Ibu bernama R.U.Tarigan dan ayah bernama V. Tumanggor. Penulis

merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Pada tahun 2000 penulis masuk

SD. St. Yosef Bers. Sidikalang dan lulus pada tahun 2006. Pada 2006, penulis

melanjutkan sekolah di SMP Negeri 1 Sidikalang dan lulus pada tahun 2009. Pada

tahun 2009, penulis melanjutkan sekolah di SMA Negeri 1 Sidikalang, dan lulus

pada tahun 2012.

Pada tahun 2012, penulis diterima di Program Studi Pendidikan Matematika,

Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Gambar

Tabel 4.10 Tingkat Kemampuan Siswa Merencanakan Penyelesaian.........53
Gambar 2.1 Dampak Model Kooperatif Tipe Jigsaw
Tabel 1.1 :Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada Tes Awal

Referensi

Dokumen terkait

Penggunaan sebuah piranti server terdedikasi kurang efisien apabila hanya digunakan untuk sistem operasi tunggal dengan kebutuhan sumberdaya kecil. Mesin

Tujuan dari penelitian ini adalah 1) untuk menguji dan menganalisa perubahan kinerja keuangan Pengakuisisi sebelum dan sesudah merger dan akuisisi yang diukur dengan

Melakukan usaha dengan cara mencari dukungan sosial dari orang sekitar muncul pada semua responden, salah satu responden juga melakukan dengan cara menceritakan

Dari hasil data-data yang diperoleh selama penelitian, telah menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa pada setiap siklus dengan menggunakan Mind Mapping pada

Oleh sebab itu, General Manajer di PT Pembangkitan Jawa-Bali khususnya Cirata ingin menerapkan gaya kepemimpinan Manajer-Manajer yang pas (sesuai dengan

PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJA SAMA SISWA SEKOLAH D ASAR!. Universitas Pendidikan Indonesia |

untuk menilai tingkat profitabilitas perbankan antara lain penelitian yang dilakukan oleh (Hesti Werdaningtyas, 2002) dan (Yuliani, 2007) yang melakukan penelitian tentang

4.4 Perbedaan Kekuatan Perlekatan Bahan Perekat Gigitiruan Protefix, Polident, dan Bony Plus pada Basis Resin Akrilik Polimerisasi