SKRIPSI
PENGARUH PERSEPSI KEMUDAHAN PENGGUNAAN,
PERSEPSI MANFAAT DAN KEPERCAYAAN KONSUMEN
DALAM BERTRANSAKSI TERHADAP PENGAPLIKASIAN
LAYANAN JASA MOBILE BANKING
(STUDI KASUS DI KOTA MEDAN)
OLEH DEWI YULIASMI
080503220
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan
sesungguhnya bahwa skripsi saya yang bejudul “Pengaruh Persepsi Kemudahan
Penggunaan, Persepsi Manfaat dan Kepercayaan Konsumen Dalam Bertransaksi
Terhadap Pengaplikasian Layanan Jasa Mobile Banking (Studi Kasus Di Kota
Medan)” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas
akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga,
dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau
dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika
penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam
skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, 2 Juli 2012
Yang Membuat Pernyataan,
ABSTRAK
PENGARUH PERSEPSI KEMUDAHAN PENGGUNAAN, PERSEPSI MANFAAT DAN KEPERCAYAAN KONSUMEN DALAM BERTRANSAKSI
TERHADAP PENGAPLIKASIAN LAYANAN JASA MOBILE BANKING STUDI KASUS DI KOTA MEDAN
Mobile banking yang sangat bermanfaat ternyata dalam penerapannya kurang mendapat respon dari para penggunanya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan memperoleh bukti atas pengaruh persepsi kemudahan dalam menggunakan, persepsi manfaat, dan kepercayaan konsumen dalam bertransaksi terhadap pengaplikasian layanan jasa mobile banking. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap Bank sebagai penyedia jasa perbankan agar dapat memberikan pelayanan yang lebih cepat dan mudah bagi para nasabahnya. Objek dari penelitian ini adalah para nasabah pengguna fasilitas
perbankan yang pernah dan ingin menggunakan kembali mobile banking. Data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, dan pengumpulan data
dilakukan menggunakan kuesioner secara langsung dengan metode accidental
sampling.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan pengujian koefisien determinan (R2) dapat diketahui nilai koefisien determinan (R2) sebesar 0,940 yang artinya 94% dari pengaplikasian layanan jasa mobile banking di kota Medan (Y) dipengaruhi secara bersama-sama oleh persepsi kemudahan penggunaan (X1), persepsi manfaat(X2), dan kepercayaan (X3), sedangkan sisanya 6% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak termasuk didalam penelitian ini.
ABSTRACT
PERCEIVED EASY OF USE INFLUENCE, PERCEIVED USEFULNESS AND CONSUMER TRUST OF TRADING IN CONSUMER APPLICATION OF
MOBILE BANKING SERVICES CASE STUDY IN THE CITY OF MEDAN
Mobile banking which has a lot of usefulness in fact has less good respons from the user. This study aims to analyze and obtain evidence on the influence of perceived ease of use, perceived usefulness, and consumer trust in transacting on the application of mobile banking services. The results of this study are expected to contribute to the Bank as a provider of banking services in order to deliver services faster and easier for its customers. Object of this study is the customer banking facility users ever and want to reuse the mobile banking. The data used in this study is the primary data, and data collection carried out using a questionnaire directly by accidental sampling method.
The results of this study indicate that based on testing the determinant coefficient (R2) can be determined the value of the determinant coefficient (R2) of 0.940, which means 94% of the application of mobile banking services in the city of Medan (Y) is jointly influenced by perceived ease of use (X1) , perception of benefits (X2), and trust (X3), while the remaining 6% is influenced by other factors not included in this study.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
karunia dan hidayahNya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik.
Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat dalam
menyelesaikan Program Strata Satu (SI) untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi
pada Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini berjudul “Pengaruh Persepsi
Kemudahan Penggunaan, Persepsi Manfaat dan Kepercayaan Konsumen Dalam Bertransaksi Terhadap Pengaplikasian Layanan Jasa Mobile Banking (Studi Kasus Di Kota Medan)”.
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS., Ak., dan Bapak Drs.
Hotmal Ja’far, MM., Ak, selaku Ketua Departemen Akuntansi dan
Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera
Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak., dan Dra. Mutia Ismail, MM., Ak.,
selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Akuntansi S1 Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Abdillah Arif Nst, SE, M.Si., Ak., selaku Dosen Pembimbing yang
telah memberikan arahan, bimbingan, saran dan waktu yang diberikan
5. Ibu Dra. Nurzaimah, MM., Ak., selaku Dosen Penilai yang telah
memberikan masukan dan arahan kepada penulis.
6. Teristimewa kepada orang tua tercinta Ayahanda Sukarman dan ibunda
Rubidah, abang-abangku Edy Syahputra, ST, Suhermansyah, ST, dan
adikku Fajar, serta teman-temanku Deby, Sari, Vivi, Dira, Gres untuk
semua bentuk curahan kasih sayang, motivasi, doa beserta dukungan
spiritual dan materi yang tidak akan pernah terbalaskan untuk mencapai
kesuksesan Penulis.
Akhir kata Penulis mengucapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak
yang berkepentingan dan terlebih kepada Penulis sendiri.
Medan, 2 Juli 2012
Yang Membuat Pernyataan,
DAFTAR ISI
1.1 Latar Belakang...1
1.2 Rumusan Masalah...10
1.3 Tujuan Penelitian...10
1.4 Manfaat Penelitian...10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...12
2.1 Konsep Teknologi Informasi...12
2.2 Konsep Mobile Banking...14
2.2.1 Sejarah Mobile Banking...15
2.2.2 Pengertian Mobile Banking...16
2.2.3 Fungsi Mobile Banking...17
2.2.4 Dampak Penggunaan Mobile Banking...19
2.2.5 Keterbatasan Mobile Banking...19
2.3 Teori-Teori Penerimaan Teknologi...20
2.3.1 Theory of Reason Action (TRA)...20
2.3.2 Theory of Planned Behaviour (TPB)...21
2.3.3 Social Cognitive Theory...23
2.3.4 Task-Technology Fit Theory...24
2.3.5 Technology Acceptance Model (TAM)...25
2.3.6 Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT)...27
2.4 Tinjauan Penelitian Terdahulu...28
2.5 Kerangka Konseptual...28
2.6 Hipotesis Penelitian...29
BAB III METODE PENELITIAN...35
3.1 Jenis Penelitian...35
3.2 Populasi...35
3.4 Teknik Pengambilan Sampel...36
3.5 Sumber Data...37
3.6 Teknik Pengumpulan Data...37
3.7 Jadwal Penelitian...38
3.8 Variabel Penelitian dan Pengukuran...38
3.8.1 Variabel Dependen...39
3.8.2 Variabel Independen...40
3.9 Metode Analisis Data...41
3.9.1 Analisi Deskriptif...41
3.9.2 Uji Validitas...41
3.9.3 Uji Reabilitas...42
3.9.4 Asumsi Klasik...42
3.9.5 Analisis Linier Berganda...44
3.9.6 Pengujian Hipotesis...45
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...48
4.1 Analisa Statistik Deskriptif...48
4.2 Uji Validitas...49
4.3 Uji Reliabilitas...52
4.4 Asumsi Klasik...54
4.5 Persamaan Regresi...58
4.6 Pengujian Hipotesis...60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...63
5.1 Kesimpulan...63
5.2 Saran...64
DAFTAR PUSTAKA...65
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu...28
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian...38
Tabel 3.2 Instrumen Skala Likert...39
Tabel 3.3 Variabel Penelitian...40
Tabel 4.1 Descriptive Statistic...48
Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Kemudahan Penggunaan...49
Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Manfaat...50
Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Kepercayaan...51
Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Penggunaan...52
Tabel 4.6 Hasil Uji Reliabilitas Kemudahan Penggunaan...52
Tabel 4.7 Hasil Uji Reliabilitas Manfaat...53
Tabel 4.8 Hasil Uji Reliabilitas Kepercayaan...53
Tabel 4.9 Hasil Uji Reliabilitas Penggunaan...54
Tabel 4.10 Hasil Uji Multikolinieritas...54
Tabel 4.11 Hasil Uji Kolmograv-Smirnov...58
Tabel 4.12 Regresi Linier Berganda...58
Tabel 4.13 Uji t...60
Tabel 4.14 Uji F...61
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1 Theory of Reason Action (TRA)...21
Gambar 2.2 Theory of Planned Behaviour (TPB)...23
Gambar 2.3 Technology Acceptance Model (TAM) ...27
Gambar 2.4 Kerangka Konseptual...29
Gambar 2.5 Model Pengujian...30
Gambar 4.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas...55
Gambar 4.2 Scatter Plots Uji Normalitas...56
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
1 Kuesioner Penelitian...69
2 Hasil Uji Statistik Deskriptif...73
3 Hasil Uji Validitas...74
4 Hasil Uji Reliabilitas...76
5 Hasil Uji Normalitas...81
6 Hasil Uji Heteroskedastisitas...83
7 Hasil Uji Multikolinieritas...84
ABSTRAK
PENGARUH PERSEPSI KEMUDAHAN PENGGUNAAN, PERSEPSI MANFAAT DAN KEPERCAYAAN KONSUMEN DALAM BERTRANSAKSI
TERHADAP PENGAPLIKASIAN LAYANAN JASA MOBILE BANKING STUDI KASUS DI KOTA MEDAN
Mobile banking yang sangat bermanfaat ternyata dalam penerapannya kurang mendapat respon dari para penggunanya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan memperoleh bukti atas pengaruh persepsi kemudahan dalam menggunakan, persepsi manfaat, dan kepercayaan konsumen dalam bertransaksi terhadap pengaplikasian layanan jasa mobile banking. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap Bank sebagai penyedia jasa perbankan agar dapat memberikan pelayanan yang lebih cepat dan mudah bagi para nasabahnya. Objek dari penelitian ini adalah para nasabah pengguna fasilitas
perbankan yang pernah dan ingin menggunakan kembali mobile banking. Data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, dan pengumpulan data
dilakukan menggunakan kuesioner secara langsung dengan metode accidental
sampling.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan pengujian koefisien determinan (R2) dapat diketahui nilai koefisien determinan (R2) sebesar 0,940 yang artinya 94% dari pengaplikasian layanan jasa mobile banking di kota Medan (Y) dipengaruhi secara bersama-sama oleh persepsi kemudahan penggunaan (X1), persepsi manfaat(X2), dan kepercayaan (X3), sedangkan sisanya 6% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak termasuk didalam penelitian ini.
ABSTRACT
PERCEIVED EASY OF USE INFLUENCE, PERCEIVED USEFULNESS AND CONSUMER TRUST OF TRADING IN CONSUMER APPLICATION OF
MOBILE BANKING SERVICES CASE STUDY IN THE CITY OF MEDAN
Mobile banking which has a lot of usefulness in fact has less good respons from the user. This study aims to analyze and obtain evidence on the influence of perceived ease of use, perceived usefulness, and consumer trust in transacting on the application of mobile banking services. The results of this study are expected to contribute to the Bank as a provider of banking services in order to deliver services faster and easier for its customers. Object of this study is the customer banking facility users ever and want to reuse the mobile banking. The data used in this study is the primary data, and data collection carried out using a questionnaire directly by accidental sampling method.
The results of this study indicate that based on testing the determinant coefficient (R2) can be determined the value of the determinant coefficient (R2) of 0.940, which means 94% of the application of mobile banking services in the city of Medan (Y) is jointly influenced by perceived ease of use (X1) , perception of benefits (X2), and trust (X3), while the remaining 6% is influenced by other factors not included in this study.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan kemampuan sumber daya manusia yang sangat inovatif dan
kreatif memicu kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan akselerasi yang
tinggi. Perkembangan teknologi informasi yang pesat pada dekade terakhir ini,
oleh sementara pihak telah dinilai sebagai perubahan di bidang teknologi dan
informasi. Perubahan teknologi tidak hanya ditunjukkan dari berbagai macam
perangkat keras yang dikembangkan, namun yang menjadi hal utama adalah
peningkatan kecanggihan perangkat lunak sebagai media komunikasi dan
penyampaian informasi yang cepat, efektif, dan efisien tanpa batas.
Perkembangan teknologi yang begitu pesat, telah mempengaruhi
perkembangan aktivitas baik ekonomi maupun sosial masyarakat, termasuk
aktivitas dan transaksi keuangan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Salah satu bidang yang mengikuti perkembangan teknologi informasi ini adalah
industri perbankan dan organisasi bisnis. Pada dunia bisnis, perubahan tersebut
dilakukan agar tujuan organisasi dapat berjalan dengan baik dan bahkan dapat
meningkatkan prestasi bisnisnya (Mulyadi, 1999). Saat ini bank-bank di Indonesia
baik bank pemerintah maupun swasta, berlomba-lomba menawarkan produk
mereka yang fungsinya untuk mendukung berbagai kegiatan industri perbankan
dengan konsumen atau nasabah. Hal ini dikarenakan, informasi tersebut sangat
digunakan oleh dunia perbankan bertujuan untuk mempermudah nasabah ataupun
pihak bank dalam melakukan pekerjaannya.
Bank sebagai tempat penyedia layanan usaha jasa perbankan selain
mengutamakan profesionalisme dalam pelayanan kepada masyarakat sebagai
nasabah, juga harus mengutamakan kepercayaan, karena dapat dikatakan bahwa
industri perbankan merupakan industri yang menjual kepercayaan kepada
masyarakat sebagai nasabahnya dan bank mempunyai peranan yang strategis
dalam melayani nasabah atau konsumennya. Masyarakat sebagai konsumen atau
pangsa pasar yang dituju oleh industri perbankan memiliki berbagai pertimbangan
dalam memilih usaha jasa perbankan yang akan digunakannya, hal tersebut dapat
dilihat dari kemudahan serta tingkat kenyamanannya.
Ada beberapa faktor yang menjadi alasan, mengapa calon nasabah
menyimpan uang di bank pilihannya. Mulai dari kedekatan lokasi (kantor pusat
atau kantor cabang), layanan yang memuaskan, tingkat keamanan, fasilitas
kemudahan bertransaksi, fleksibilitas, efisiensi dan kesederhanaan. Namun, yang
paling menarik untuk diperhatikan adalah faktor fasilitas kemudahan dalam
bertransaksi. Dalam rangka melakukan perluasan saluran distribusi (distribution
channel), bank perlu memikirkan diversifikasi layanan. Pelayanan-pelayanan
seperti mengecek saldo rekening, transfer rekenening dan antar rekening,
pembayaran tagihan dan sebagainya tidak lagi harus dilakukan dengan
mengunjungi bank.
Untuk mewujudkan layanan di atas bank-bank sudah menerapkan electronic
teknologi dan jaman telah mengubah kebiasaan pelanggan (customer behavior).
Nasabah atau pelanggan kini membutuhkan layanan-layanan lainnya yang lebih
memudahkan mereka dalam bertransaksi yang dapat dilakukan dari berbagai
tempat dan menjangkau dimanapun mereka berada.
Metode konvensional yang sudah diterapkan dalam perbankan sampai saat
ini adalah nasabah datang ke bank untuk melakukan berbagai macam transaksi,
baik itu penyetoran dana, transfer antar rekening ataupun transaksi lainnya.
Misalnya, nasabah ingin melakukan transfer antar bank yang sama, umumnya
nasabah datang ke bank terdekat, lalu mengisi form yang bertuliskan transfer dan
kemudian mengantri di barisan. Dengan metode seperti ini dirasakan kurang
efisien karena waktu yang tersita cukup banyak, mulai dari pengisian form,
mengantri dan kemudian waktu bagi Teller untuk mengecek dan memastikan
nomor rekening yang tertera di form benar atau tidak. Dengan alasan itulah maka
bank menawarkan layanan yang diprediksi dapat mengurangi kerumitan dan
ketidakpastian metode manual yang sudah lama diterapkan.
Dengan adanya bantuan teknologi, akses informasi dan transaksi dapat
dilakukan setiap nasabah tanpa mengenal batasan ruang dan waktu. Penyediaan
fasilitas kartu plastik baik Debit maupun Credit Card atau ATM (Automatic
Teller Machine) card merupakan contoh-contoh perkembangan teknologi untuk
meningkatkan pelayanan bank kepada nasabahnya. Namun, penyediaan fasilitas
tersebut di rasa kurang memuaskan para nasabah. Seiring dengan adanya
perubahan dan tujuan tersebut, dunia perbankan mulai menerapkan teknologi
menghubungkan bank dengan nasabahnya dengan cara mengadopsi teknologi
informasi yang canggih, seperti teknologi melalui penggunaan internet dan
menggunakan media perangkat seluler. Pemanfaatan teknologi informasi tersebut
kemudian menjadi suatu kebutuhan untuk mendukung perkembangan bisnis di
sektor perbankan agar semakin kompetitif. Pemanfaatan teknologi yang tepat
harus diperhatikan agar dapat meminimalkan resiko operasional sehingga
perbankan dapat mampu beroperasi lebih efisien dan dapat meningkatkan
kepercayaan kepada nasabahnya.
Media yang dapat digunakan untuk mengakses informasi melalui internet
salah satunya adalah dengan menghubungkan komputer atau handphone melalui
jaringan. Perkembangan kearah selanjutnya yang memungkinkan pengguna
(konsumen) lebih mudah dalam melakukan transaksi dengan cepat, dimana saja
dan kapan saja oleh pemakai akhir secara personal atau individual adalah
perubahan pada perangkat ini yang semakin portable, seperti penggunaan laptop
atau notebook, ponsel HSPDA dengan kelengkapan multimedianya, ataupun
BlackBerry yang meluncurkan seri terbaru Personal Digital Assistance
(PDA-nya) yang dilengkapi dengan Wi-Fi yang dikenal sebagai istilah komputer dalam
genggaman. Semakin berkembangnya teknologi ini, maka semakin memudahkan
kegiatan atau aktivitas manusia dalam mencapai kemudahan mendapatkan
informasi, hal ini sangat diperlukan bagi dunia perbankan dalam berhubungan
dengan nasabahnya.
Sejalan dengan perkembangan di bidang teknologi informasi dan
internet atau biasa disebut dengan internet banking sebagai antisipasi terhadap
kebutuhan nasabah. Dalam transaksi ekonomi terdapat interaksi antara penjual
dan pembeli untuk memperkuat hubungan jangka panjang antara penjual dan
pembeli begitu juga dalam interaksi internet banking, pihak bank berusaha untuk
membangun dan menjaga hubungan atau ikatan jangka panjang dengan
nasabahnya. Dalam internet banking, adanya pemisahan secara fisik antara bank
dengan konsumennya dan tidak adanya interaksi secara fisik antara konsumen
dengan karyawanbank dalam internet banking menyebabkan situasi yang unik,
sehingga kepercayaan dari konsumen adalah yang terpenting bagi bank
(Mukherjee dan Nath 2003).
Berbagai penawaran produk jasa yang dikeluarkan oleh bank sebagai
turunan dari jasa internet banking dalam kemudahan akses bank dengan nasabah,
salah satunya adalah dengan menggunakan mobile banking. Layanan jasa mobile
banking mulai diperkenalkan industri perbankan saat ini digunakan agar industri
ini tetap bertahan serta menawarkan nilai tambah akan kemudahan teknologi
kepada konsumen, inovasi dalam pelayanan jasa, dan untuk menarik customer
baru untuk berhubungan dalam suatu komunitas sosial.
Promosi mobile banking akan memberikan pengaruh secara langsung pada
adopsi yang dilakukan konsumen terhadap teknologi. Mobile banking atau biasa
disebut dengan m-Banking merupakan suatu layanan perbankan yang diberikan
pihak bank untuk mendukung kelancaran dan kemudahan pada kegiatan
perbankan, serta keefektifan dan keefisienan nasabah untuk melakukan berbagai
untuk melakukan mobile banking adalah telepon seluler atau handphone. Dengan
adanya fasilitas ini, maka setiap orang yang memiliki ponsel dapat dengan mudah
melakukan transaksi apapun dimana saja dan kapan saja tanpa harus terkoneksi
dengan internet. Bank-bank di Indonesia mulai beramai-ramai menyediakan
fasilitas berbasis online seperti internet banking dan mobile banking untuk
memberikan kepuasan kapada nasabah dan meningkatkan jumlah nasabah.
Mobile dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan
berpindah-pindah tanpa ada hambatan apapun. M-banking merupakan suatu layanan jasa
perbankan yang dapat diakses tanpa batasan seperti ruang, waktu, ataupun jarak
yang selama ini menjadi hambatan bagi kebanyakan nasabah dalam bertransaksi.
Transaksi yang dimaksud disini adalah transaksi dalam bentuk non tunai seperti,
pembayaran tagihan telepon, listrik, air, kartu kredit, transfer antar rekening, cek
saldo, informasi suku bunga dan lain-lain. Fasilitas-fasilitas dari layanan
m-Banking pun sangat beragam mulai dari transfer dana antar-rekening dan bank
lain, informasi saldo dan mutasi rekening koran, informasi suku bunga tabungan,
deposito, kredit dan kurs valuta asing. Umumnya mobile banking menyediakan
fasilitas yang hampir sama dengan ATM (Automatic Teller Machine) kecuali
pengambilan uang tunai. Cabang produk dari mobile banking adalah phone
banking dan sms banking.
Di Indonesia layanan jasa mobile banking bukan suatu hal yang asing lagi,
melainkan bagian dari inovasi perbankan dalam mengikuti persaingan dunia
bisnis global secara kompetitif. Penggunaan jaringan seluler untuk kepentingan
identitas pengguna lebih jelas dan satu nomor ponsel hanya digunakan oleh satu
orang saja. Maka di Indonesia layanan jasa mobile banking ini mempunyai
pengaruh besar dalam mendukung setiap aktivitas perekonomian (Waspada,
2008).
Masyarakat mungkin akan merasa puas melakukan transaksi melalui ATM,
karena mesin ini dirasa cukup memberikan solusi bertransaksi tanpa harus
mengantri. Tetapi tidak dapat dipungkiri, belakangan terakhir ini melakukan
transaksi di ATM tidak ada bedanya dengan melakukan transaksi di bank itu
sendiri. Dari mulai ramai, harus mengantri, dan mesin ATM yang rusak. Wajar
saja jika suatu saat kehadiran m-Banking dapat mengalahkan ATM. Selain tidak
perlu mengantri dan mengkhawatirkan adanya kerusakan pada mesin ATM,
m-Banking dapat dilakukan tanpa adanya batasan secara cepat dan tepat. M-banking
sangat tepat diperuntukkan bagi mereka yang mempunyai aktivitas yang padat,
sibuk atau akibat tidak adanya pilihan lain. Kini di Indonesia tiga komponen dari
m-banking sama popularnya dan memiliki pasarnya masing-masing. Untuk
kalangan perbankan nasional pun tidak mau ketinggalan unjuk gigi untuk
melengkapi layanan m-Banking di banknya masing-masing.
Kota Medan merupakan salah satu tujuan pengembangan sistem teknologi
informasi perbankan yang dapat dikatakan mempunyai hasil yang cukup bagus
dalam pengaplikasian layanan jasa m-Banking. Seperti BCA dengan m-BCA,
Mandiri dengan Internet Banking, Bank Permata dengan Permata Bank
mobile-banking. Penggunaan mobile banking dinilai menghasilkan dampak yang
Roy Suryo, yang dikutip dari situsm-Banking
relatif aman karena memakai sistem pengamanan berlapis, yakni dari provider
telekomunikasi, serta dari jaringan sistem perbankan yang bersangkutan. Sehingga
nasabah tidak perlu khawatir dalam penggunaan m-Banking. Tetapi dalam
kenyataannya masyarakat masih belum percaya sepenuhnya terhadap penggunaan
mobile banking, terdapat faktor kepercayaan yang tidak terlalu kuat. Karena
terdapat keluhan mengenai ketidakpastian provider dan bank dalam mengelola
transaksi akibatnya transaksi yang dilakukan gagal
Karena terlalu banyak informasi pribadi yang harus diberikan dalam penggunaan
m-banking, maka terlalu tinggi kemungkinan untuk menolak pegadopsian
m-banking sehingga konsumen tidak dapat memaksimalkan manfaat dari
penggunaan m-banking itu sendiri.
Dalam menggunakan mobile banking juga diperlukan keahlian untuk
menggunakan teknologi ini. Jika tingkat kesulitan dalam mempelajari penggunaan
mobile banking dirasa cukup tinggi, maka masyarakat akan malas untuk
menggunakan teknologi ini dan berdampak pada penerimaan mobile banking.
Selain beberapa faktor diatas, mungkin masih ada faktor lain yang juga
mempengaruhi penerimaan mobile banking. Oleh karena itu perlu dilakukan
penelitian ini untuk mengetahui faktor apa-apa saja yang mempengaruhi
penerimaan mobile banking.
Penelitian terdahulu menguji tentang electronic commerce atau sering
disebut e-commerce yang dilakukan oleh Donna Weaver McCloskey (2006) yang
(online shopping). Dan mobile banking merupakan hasil dari produk atau layanan
jasa yang dikeluarkan perusahaan perbankan, dalam hal ini yaitu produk.
Penelitian terdahulu tentang pengadopsian layanan mobile banking juga
telah banyak digunakan di antaranya penelitian oleh Diana (2006). Penelitian
tersebut menguji beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan nasabah dalam
menggunakan mobile banking apabila dilihat dari sudut pandang konsumen.
Teori perilaku juga banyak digunakan sebagai dasar untuk mengkaji proses
adopsi teknologi informasi oleh pengguna akhir (end users), diantaranya adalah
Theory of Reason Action (TRA), Theory of Planned Behavior (TPB),
Task-Technology Fit Theory dan Task-Technology Acceptance Model (TAM), dan model
atau teori yang paling mutakhir adalah Unified Theory of Acceptance and Use of
Technology (UTAUT), yang dikemukakan pertama kali oleh Venkantesh (2003).
Model TAM yang dikembangkan oleh Davis F.D (1989) merupakan salah
satu model yang paling banyak digunakan dalam penelitian karena model ini lebih
sederhana dan mudah diterapkan (Igbaria, 1994). TAM juga dikembangkan untuk
menjelaskan perilaku penggunaan mobile atau handphone. Tujuan dari TAM
adalah untuk menyediakan sebuah penjelasan secara umum mengenai hal–hal
yang menentukan penerimaan teknologi dan TAM diharapkan mampu
menjelaskan perilaku pengguna dalam rentang yang lebar pada pengguna akhir
(end users) dan populasi pengguna. Penelitian ini juga menggunakan TAM
sebagai model dasar.
Penulis tertarik meneliti pengaruh pentingnya faktor kemudahan
mobile banking, karena di kota medan sudah mulai menerapkan pelayanan jasa
mobile banking.
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, maka penelitian ini akan mengambil
judul “Pengaruh Persepsi Kemudahan Penggunaan, Persepsi Manfaat Dan
Kepercayaan Konsumen Dalam Bertransaksi Terhadap Pengaplikasian Layanan Jasa Mobile Banking Studi Kasus Di Kota Medan”
1.2 Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah persepsi kemudahan penggunaan berpengaruh terhadap
pengaplikasian layanan jasa mobile banking?
2. Apakah persepsi manfaat berpengaruh terhadap pengaplikasian layanan
jasa mobile banking?
3. Apakah persepsi kepercayaan berpengaruh terhadap pengaplikasian
layanan jasa mobile banking?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah faktor faktor persepsi
kemudahan penggunaan, persepsi manfaat dan kepercayaan konsumen
berpengaruh terhadap pengaplikasian layanan jasa mobile banking.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Pihak Bank sebagai penyedia layanan jasa mobile banking, hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan manfaat secara
langsung ataupun tidak langsung bagi manajemen bank mengenai
mengadopsi pengaplikasian layanan jasa mobile banking dalam
bertransaksi sehingga dapat menjadi bahan kebijakan dan pertimbangan
dalam upaya meningkatkan kinerja bank, meningkatkan pelayanan jasa
mobile banking, dan meningkatkan kualitas pangsa pasarnya dalam dunia
globalisasi seperti saat ini dengan era serba teknologi.
2. Pihak Nasabah sebagai konsumen, penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat bagi nasabah bank untuk dapat memaksimalkan dalam
menggunakan layanan jasa mobile banking termasuk produk-produk lain
yang ditawarkan oleh bank kepada para nasabah. Kemudian bagi para
nasabah yang belum dapat atau belum pernah menggunakan layanan jasa
mobile banking, agar dapat mengetahui kegunaan serta fungsi dari
aplikasi layanan jasa mobile banking tersebut.
3. Penulis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kesempatan
untuk menambah, membandingkan serta menerapkan langsung ilmu yang
didapat di masa perkuliahan agar bisa nantinya diaplikasikan langsung
pada praktik lapangan khususnya ke dalam dunia bisnis.
4. Pihak Lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
dan pengetahuan khususnya di bidang teknologi pada layanan jasa mobile
banking. Nantinya dapat bermanfaat dan berguna bagi penelitian
selanjutnya serta menambah referensi bagi peneliti selanjutnya mengenai
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Teknologi Informasi
Teknologi informasi muncul sebagai akibat semakin merebaknya globalisasi
dalam kehidupan organisasi, semakin kerasnya persaingan bisnis, semakin
singkatnya siklus hidup barang dan jasa yang ditawarkan, serta meningkatknya
tuntutan selera konsumen terhadap produk dan jasa yang ditawarkan.
Teknologi dalam perkembangan arus produksi, konsumsi dan distribusi
informasi memegang peranan penting. Peranan teknologi dala proses
mengklasifikasi informasi terletak ketika hasil teknologi membantu mengubah
pola komunikasi yang dibatasi oleh ruang dan waktu menjadi pola komunikasi
informasi tanpa batas. Dengan demikian, pada dasarnya teknologi bersifat baik.
Maka tidak mengherankan apabila terjadi perubahan dari media massa tradisional
menjadi media massa baru. Pada akhirnya media baru dalam konteks teknologi
dan globalisasi mengalami perubahan yang sedemikian kompleks. Globalisasi
menjadi salah satu faktor penting dalam industri dan teknologi media komunikasi.
Menurut William dan Sawyer (2003), yang dimaksud dengan teknologi
informasi adalah "information technology is a general term that describes any
technology that helps to produce, manipulate, store, communicate, and / or
disseminate information”.
komunikasi berkecepatan tinggi yang menghubungkan data, suara dan video".
Sedangkan di dalam situs Wikipedia disebutkan bahwa teknologi informasi
adalah “hasil rekayasa manusia terhadap proses penyampaian informasi dari
bagian pengirim ke penerima sehingga pengiriman informasi tersebut akan lebih
cepat, lebih luas penyebarannya, dan lebih lama penyimpanannya”.
Menurut McKeown (2001) yang dimaksud dengan teknologi informasi
adalah “teknologi informasi merujuk pada seluruh bentuk teknologi yang
digunakan untuk menciptakan, menyimpan, mengubah dan menggunakan
informasi dalam segala bentuknya”.
Menurut Warsita (2008) yang dimaksud dengan teknologi informasi adalah :
"Teknologi informasi adalah sarana dan prasarana (hardware, software, dan useware) sistem dan metode untuk memperoleh, mengirimkan, mengolah, menafsirkan, menyimpan, mengorganisasikan, dan menggunakan data secara bermakna. Oleh karena itu, teknologi informasi menyediakan begitu banyak kemudahan dalam mengelola informasi dalam arti menyimpan, mengambil kembali, dan pemutahiran informasi".
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa teknologi informasi adalah
teknologi hasil karya manusia yang menggabungkan komputasi dan jalur
komunikasi berkecapatan tinggi yang digunakan dalam proses penyampaian
informasi (data, suara, video) sehingga penyebaran informasi lebih cepat,
penyebarannya lebih luas dan lebih lama penyimpanannya.
Teknologi ini menggunakan seperangkat komputer untuk mengolah data,
lainnya sesuai dengan kebutuhan, dan teknologi telekomunikasi digunakan agar
data dapat disebar dan diakses secara global.
Teknologi mempunyai peranan penting dalam perbankan, kemajuan sistem
informasi dunia perbankan ditopang dengan adanya teknologi. Dalam perbankan
penerapan teknologi bertujuan selain untuk memudahkan operasional intern
perusahaan, juga bertujuan untuk memudahkan pelayanan terhadap customers.
Untuk saat ini, dalam dunia perbankan hampir semua produk yang ditawarkan
kepada customers serupa, sehingga persaingan yang terjadi dalam dunia
perbankan adalah bagaimana memberikan produk yang serba mudah dan serba
cepat. Sejak teknologi informasi mampu mendukung terhadap sistem transaksi
lembaga keuangan bank, model transaksi pun lebih mengedepankan pada model
non face to face dan paperless document atau digital document.
Teknologi informasi juga memberikan keuntungan lain bagi bank karena
dalam proses perbankan sendiri segala sesuatunya menjadi lebih praktis,
termanajemen, efektif dan efisien.
2.2 Konsep Mobile Banking
Bank menyediakan layanan Mobile Banking (m-Banking) untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat akan alternative media untuk melakukan transaksi
perbankan, selain yang tersedia di kantor cabang dan ATM. Dengan Mobile
Banking, masyarakat tidak perlu lagi membuang waktu untuk mengantri di
kantor-kantor bank atau ATM, karena saat ini banyak transaksi perbankan dapat
dilakukan dimanapun, kapanpun dengan mudah dan praktis melalui handphone.
tagihan, pembelian pulsa isi ulang, ataupun pengecekan mutasi dan saldo
rekening. Hampir semua bank di Indonesia telah menyediakan fasilitas
M-Bankingnya baik berupa SIMtolkit (Menu Layanan Data) maupun sms plain (sms
manual) atau dikenal dengan istilah sms banking.
M-Banking adalah langkah awal evolusi bank menjadi financial service
provider (FSP). Dalam hal ini, fungsi bank tidak hanya sebagai tempat
menyimpan dan menyalurkan uang. Sebagai FSP, bank di masa depan berfungsi
mengelola keuangan nasabahnya. Termasuk dalam pembayaran tagihan, sampai
merencanakan dana pensiun. Dan layanan-layanan ini bersifat personal,
disesuaikan dengan karakteristik nasabahnya.
2.2.1 Sejarah Mobile Banking
Mobile banking diluncurkan pertama kali oleh Excelcom pada akhir
1995 dan respon yang didapat juga beragam. Latar belakang dari kemunculan
m-banking ini disebabkan oleh bank-bank yang saat ini ingin mendapat kepercayaan
dari setiap nasabahnya. Dan salah satu cara yang dilakukan yaitu dengan
pemanfaatan teknologi.
Peranan teknologi yang tumbuh dengan pesat, harus dimanfaatkan
secara cermat dan tepat. Berbagai macam teknologi menyediakan
terobosan-terobosan baru yang dapat digunakan oleh bank dalam usahanya untuk selalu
meningkatkan kualitas layanan yang ada. Sehingga dari situlah bank-bank yang
ada di seluruh dunia membuat suatu inovasi baru dengan meluncurkan m-banking.
Bank Central Asia (BCA) misalnya, sebagai salah satu bank swasta
Bank Central Asia merupakan bank pertama yang meluncurkan sistem m-banking
pertama di Indonesia dibandingkan bank-bank lainnya yang biasa disebut juga
dengan m-BCA. Proses m-banking sendiri muncul tidak hanya berhubungan
dengan bank saja, namun teknologi ini juga bekerja sama dan berhubungan
dengan jaringan operator selular. Sehingga dapat dilihat bahwa m-banking
memberikan keuntungan bagi semua kalangan, baik bagi bank, operator selular
maupun bagi para nasabah pengguna m-banking.
2.2.2 Pengertian Mobile Banking
Menurut Ronald M Hutabarat (2010), mobile banking adalah “sebuah
fasilitas perbankan melalui komunikasi bergerak seperti handphone dengan
penyediaan fasilitas yang hampir sama dengan ATM kecuali mengambil uang
cash”.
Sedangkan dalam Wikipedia disebutkan bahwa “mobile banking
adalah istilah yang digunakan untuk melakukan cek saldo, transaksi rekening,
pembayaran dan lain-lain melalui perangkat mobile seperti ponsel”.
Mobile banking adalah layanan perbankan melalui saluran via wireless
(Mattila, 2003). Mobile banking adalah bagian dari elektronic banking yang
menggunakana teknologi mobile phone. Ada dua macam bentuk mobile banking,
yakni SMS-banking yang diakses dengan mengirimkan pesan tertulis dan
WAP-banking bentuk mobile internet service yang diakses via GPRS (internet)
connection.
Mobile banking atau biasa dikenal dengan M-Banking adalah suatu
dana antar rekening dan bank lain, mutasi rekening koran, informasi suku bunga
tabungan, deposito, kredit, pembayaran tagihan, dan kurs valuta asing melalui
sarana perangkat seluler. Dapat disimpulkan bahwa Mobile banking adalah salah
satu fasilitas perbankan melalui komunikasi bergerak seperti handphone yang
digunakan untuk melakukan cek saldo, transaksi rekening dan lain-lain kecuali
mengambil uang cash.
2.2.3 Fungsi Mobile Banking
Mobile banking (m-Banking) merupakan suatu layanan perbankan
berbasis mobile phone atau handphone (HP). M-banking kini telah tersebar ke
seluruh dunia, termasuk Indonesia telah menikmati kemudahan akses perbankan
yang ditawarkan bank melalui m-banking dimana saja melalui perangkat mobile
seperti handphone dan PDA.
Dengan adanya m-banking, bank berusaha mempermudah akses para
nasabahnya dalam melakukan transaksi perbankan. Hampir semua bank di
Indonesia telah menyediakan fasilitas m-banking, baik berupa SIM toolkit (Menu
Layanan Data) maupun SMS plain (SMS Manual) yang biasa dikenal dengan SMS
banking. SMS banking merupakan sebuah fasilitas yang disediakan oleh bank
untuk melakukan transaksi keuangan dan permintaan informasi keuangan seperti
Kegunaan, keuntungan dan kenyamanan yang dapat diperoleh dari
penggunaan mobile banking, adalah :
a. Mudah
Untuk melakukan transaksi perbankan kita tidak perlu datang langsung ke
bank, kecuali pada saat mendaftarka nomor ponsel.
b. Praktis
Setiap nasabah dapat langsung bertransaksi perbankan melalui ponsel setiap
saat, kapan saja dan dimana saja.
c. Aman
M-banking dilengkapi dengan sistem proteksi yang maksimal yang secara
otomatis sudah terprogram sejak pendaftaran. Selain menggunakan pin yang
dapat dipilih sendiri dan nomor ponsel yang didaftarkan, setiap transaksi yang
dilakukan juga akan diacak untuk menjamin keamanan para nasabah.
d. Penggunaan yang bersahabat
M-banking dirancang sedemikian rupa sehingga mudah digunakan oleh siapa
saja, nasabah bisa memilih jenis transaksi dari menu yang telah tersedia tanpa
harus menghapal kode transaksi yang ingin dilakukan.
e. Nyaman
Nasabah seperti mempunyai ATM dalam genggaman tangan, karena berbagai
transaksi yang biasa dilakukan di ATM, kini dapat dilakukan melalui
2.2.4 Dampak Penggunaan Mobile Banking
Penggunaan mobile banking menimbulkan dampak yang positif secara
khusus terhadap bank itu sendiri, nasabah dan operator telepon selular.
a. Bank
Mendapatkan keuntungan, karena nasabah akan semakin bertambah banyak
dan bank mendaapatkan kepercayaan dari nasabah.
b. Nasabah
Mendapatkan pelayanan yang lebih dari bank, karena dengan adanya
m-banking akan semakin mempermudah para nasabah dalam melakukan transaksi
perbankan atau hanya sekedar melakukan pengecekan saldo dimanpun,
kapanpun dengan dimensi ruang dan waktu yang tidak terbatas.
c. Operator Seluler
Mendapatkan konsumen yang aktif dalam penggunaan ponselnya. Konsumen
yang menggunakan fasilitas m-banking, pulsanya akan terpotong dan
konsumen akan melakukan pengisian ulang pulsa kembali untuk melakukan
transaksi m-banking.
2.2.5 Keterbatasan Mobile Banking
M-banking memiliki beberapa keterbatasan dibandingkan dengan jenis
lain dalam sistem perbankan seperti internet banking. Keterbatasannya adalah
perangkat mobile yang terbatasa dalam hal :
− Kecepatan pemrosesan
− Keterbatasan ukuran layar
2.3 Teori-Teori Penerimaan Teknologi
Beberapa model dan teori yang telah digunakan dalam literatur sistem
informasi untuk menjelaskan bagaimana individual organisasi mengadopsi
teknologi baru. Teori dan model tersebut adalah Theory of Reason Action (TRA),
Theory of Planned Behavior (TPB), Social Cognitive Theory, Task-Fit Theory,
dan Technology Acceptance Model (TAM). Dan model atau teori yang paling
mutakhir adalah Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT),
yang dikemukakan pertama kali oleh Venkantesh (2003).
2.3.1 Theory of Reason Action (TRA)
Theory of Reason Action (TRA) dikembangkan oleh Fishbein dan
Ajzen (1975 dan 1980). Teori ini disusun menggunakan asumsi dasar bahwa
manusia berperilaku dengan cara yang sadar dan mempertimbangkan segala
informasi yang tersedia. Berdasarkan teori ini, performa individual dari perilaku
spesifik menentukan perhatian perilaku yang menunjukkan sikap (attitude toward
behavior) dan norma subjektif (subjective norms) berdasarkan keyakinan terhadap
perilaku. Teori ini merekomendasikan bahwa persepsi mendatangkan inovasi
secara spesifik, dimana difusi teori inovasi mempunyai lima karakter spesifik dari
dampak inovasi perilaku adopsi (Agarwal dan Prasad, 1997).
Teori ini merupakan teori yang paling sering digunakan dalam model
teoritis dalam sistem informasi. Akan tetapi dikarenakan norma subjektif ini tidak
memiliki kepastian teori dan ukurannya adalah aspek psikologi seseorang yang
kedalam TAM. Oleh karena itu Davis menyempurnakan teori ini dengan
menciptakan TAM.
Gambar 2.1 Theory of Reason Action (TRA)
(Sumber: Davis, 1989)
2.3.2 Theory of Planned Behavior (TPB)
Theory of Planned Behavior (TPB) merupakan perluasan dari TRA.
TPB dikembangkan oleh Ajzen (1991) dengan teori perilaku terencana (theory of
planned behavior), di mana determinan intensi tidak hanya dua (sikap terhadap
perilaku yang bersangkutan dan norma-norma subjektif) melainkan tiga dengan
diikutsertakannya aspek kontrol perilaku yang dihayati (perceived behavioral
control), yaitu :
1. Keyakinan yang berpengaruh pada sikap terhadap perilaku tertentu
2. Keyakinan pada norma-norma subjektif
3. Keyakinan pada kontrol perilaku yang dihayati.
Keyakinan mengenai perilaku apa yang bersifat normatif dan motivasi
subjektif dalam diri individu. Kontrol perilaku ditentukan oleh pengalaman masa
lalu dan perkiraan individu mengenai seberapa sulit atau mudahnya untuk
melakukan perilaku yang bersangkutan.
Dalam teori perilaku terencana, faktor utama dari suatu perilaku yang
ditampilkan individu adalah intensi untuk menampilkan perilaku tertentu (Ajzen,
1991). Intensi diasumsikan sebagai faktor motivasional yang mempengaruhi
perilaku. Intensi merupakan indikasi seberapa keras seseorang berusaha atau
seberapa banyak usaha yang dilakukan untuk menampilkan suatu perilaku.
Sebagai aturan umum, semakin keras intensi seseorang untuk terlibat
dalam suatu perilaku, semakin besar kecenderungan ia untuk benar-benar
melakukan perilaku tersebut. Intensi untuk berperilaku dapat menjadi perilaku
sebenarnya hanya jika perilaku tersebut ada di bawah kontrol individu yang
bersangkutan. Individu tersebut memiliki pilihan untuk memutuskan
menampilkan perilaku terterntu atau tidak sama sekali (Ajzen, 1991). Sampai
seberapa jauh individu akan menampilkan perilaku, juga tergantung pada
faktor-faktor non motivasional.
Jika intensi dianggap sebagai faktor yang konstan, maka usaha-usaha
untuk menampilkan perilaku tertentu tergantung pada sejauh mana kontrol yang
dimiliki individu tersebut. Hal penting kedua yang mendasari pernyataan bahwa
ada hubungan langsung antara kontrol terhadap perilaku yang dihayati (perceived
behavioral control) dan perilaku nyatanya, seringkali dapat digunakan sebagai
Gambar 2.2 Theory of Planned Behavior (TPB)
(Sumber: Ajzen, 1991)
2.3.3 Social Cognitive Theory
Social Cognitive Theory dikembangkan oleh Compeau dan Higgins
(1999). Model tersebut didasarkan pada teori kognitif yang dikembangkan untuk
menguji apakah pengaruh komputer self-efficacy, ekspektasi hasil, minat atau
perhatian, serta kecemasan terhadap penggunaan komputer. Dalam teori ini
self-efficacy merupakan anteseden terhadap penggunaan teknologi. Tanggapan
emosional seperti perhatian dan kecemasan dipengaruhi self-efficacy. Sementara
itu, menurut Venkatesh (2003) ekspektasi dibagi menjadi dua kelompok yaitu :
− Ekspektasi pencapaian individual
− Ekspektasi kinerja
Attitude toward the
behavior
Subjective norm
Perceived behavioral
control
2.3.4 Task-Technology Fit Theory
Inti dari model ini adalah konstruk yang disebut kecocokan tugas
dengan teknologi atau Task-Technology Fit (TTF), yaitu kesesuaian antara
kemampuan teknologi dengan tuntutan pekerjaan, atau kemampuan teknologi
untuk mendukung pekerjaan (Goodhue and Thompson, 1995) di dalam Dishaw,
Strong, dan Bandy (2002). Beberapa penelitian yang menggunakan teori tersebut,
sebagai pembanding atau dikombinasikan dengan TAM, mempunyai pengaruh
kuat dalam pembentukan variabel perceived ease-of-use, perceived usefulness dan
behaviour intention to use, diantaranya adalah Thompson, Higgins, dan Howell
(1991) dengan model utilisasi personnel computer (PC), serta Venkantesh dan
Davis (2000) yang menggunakan variabel kesesuaian tersebut sebagai variabel
eksternal terhadap TAM.
Menurut Goodhue (1995) evaluasi terhadap user dengan
menggunakan model ini ditentukan oleh karakteristik dari pekerjaan, karakteristik
dari individu dan sistem informasi dan persyaratan suatu pekerjaan akan
menghasilkan evaluasi user yang positif. Goodhue (1995) menganjurkan bahwa
TTF digunakan sebagai konstruk evaluasi user untuk mengukur kesuksesan suatu
sistem informasi.
TTF berkaitan erat dengan ilmu psikologi kognitif dan model mental
yang menjelaskan bagaimana kesesuaian teknologi akan memenuhi kebutuhan
dari tugas-tugas yang dimiliki oleh seorang user. Definisi ini menekankan pada
kemampuan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas yang akan
software yang tepat dalam mengerjakan suatu tugas tertentu. Menurut Dishaw dan
Strong (1998) TTF juga memiliki suatu hubungan dengan model user attitude dan
behavior toward IT seperti TAM dan TRA.
2.3.5 Technology Acceptance Model (TAM)
Technology Acceptance Model (TAM), diperkenalkan pertama kali
oleh Davis pada tahun 1989. TAM merupakan model yan popular dan banyak
digunakan dalam berbagai penelitian mengenai proses adopsi teknologi informasi.
Model TAM sebenarnya diadopsi dari model The Theory of Reasoned Action
(TRA), yaitu teori tindakan yang beralasan yang dikembangkan oleh Fishbein dan
Ajzen (1975), dengan satu asumsi bahwa reaksi dan persepsi seseorang terhadap
sesuatu hal, akan menentukan sikap dan perilaku orang tersebut. Teori ini
membuat model perilaku seseorang sebagai suatu fungsi dari tujuan perilaku.
Tujuan perilaku di tentukan oleh sikap atas perilaku tersebut.
Dengan demikian dapat di pahami reaksi dan persepsi pengguna
teknologi informasi (TI) akan mempengaruhi sikapnya dalam penerimaan
penggunaan TI, yaitu salah satu faktor yang dapat mempengaruhi adalah persepsi
pengguna atas kemanfaatan dan kemudahan penggunaan TI sebagai suatu
tindakan yang beralasan dalam konteks penggunaan TI, sehingga alasan seseorang
dalam melihat manfaat dan kemudahan penggunaan TI menjadikan tindakan
orang tersebut dapat menerima penggunaan TI.
Menurut Davis (1989), tujuan utama dari model TAM adalah untuk
penulusuran pengaruh faktor eksternal perilaku pengguna komputer terhadap
pengguna (user behavior relationship). Tujuan model ini untuk menjelaskan
faktor-faktor utama dari perilaku pengguna TI tehadap penerimaan penggunaan TI
itu sendiri.
Model TAM secara lebih terperinci menjelaskan penerimaan TI
dengan dimensi-dimensi tertentu yang dapat mempengaruhi dengan mudah
diterimanya TI oleh si pengguna (user). Model ini menempatkan faktor sikap dari
tiap-tiap perilaku pengguna dengan dua variabel yaitu persepsi manfaat (perceived
usefulness) dan persepsi kemudahan penggunaan (perceived ease of use). Dan
variabel tersebut merupakan determinan utama perilaku adopsi (perilaku untuk
menggunakan atau mengadopsi) dan akhirnya penggunaan teknologi.
Perceived usefullness didefinisikan sebagai tingkat keyakinan individu
bahwa penggunaan TI tertentu akan meningkatkan kinerjanya. Konsep ini
menggambarkan manfaat sistem bagi pemakainya yang berkaitan dengan
produktivitas, kinerja tugas, efektivitas, pentingnya suatu tugas dan overall
usefullness (Davis 1989). Sementara perceived ease of use didefinisikan sebagai
tingkat dimana seseorang meyakini bahwa penggunaan TI merupakan hal yang
mudah dan tidak memerlukan usaha keras dari pemakainya. Konsep ini mencakup
kejelasan tujuan penggunaan SI dan kemudahaan penggunaan sistem untuk tujuan
sesuai dengan keinginan pemakai. Kesimpulannya adalah model TAM dapat
menjelaskan bahwa persepsi pengguna akan menentukan sikapnya dalam
penerimaan penggunaan TI. Model ini secara lebih jelas menggambarkan bahwa
penerimaan penggunaan TI dipengaruhi oleh kemanfaatan (usefulness) dan
Gambar 2.3 Technology Acceptance Model (TAM)
(Sumber: Davis, 1989)
2.3.6 Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT)
UTAUT Model, yang dikemukan oleh Venkantesh (2003), merupakan
model yang disusun berdasarkan teori-teori dasar mengenai perilaku pengguna
teknologi dan model penerimaan teknologi yaitu TRA, TAM, TPB, motivational
model, Model Pemanfaatan Personal Computer, teori difusi inovasi, dan SCT.
Model tersebut terdiri dari 4 variabel sebagai determinant terhadap
tujuan dan penggunaan teknologi informasi yaitu:
1. Ekspektasi kinerja
2. Ekspektasi usaha
3. Pengaruh sosial
4. Kondisi pendukung
Dan juga terdapat empat variabel sebagai moderator antara
determinant dengan tujuan dan penggunaan teknologi informasi, yaitu:
1. Jenis kelamin
4. Voluntarines
2.4 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
No. Penulis Judul
Penelitian
Variabel Hasil Penelitian
1 Diana
Perceived Ease of Use, Perceived
Perceived Ease of Use, Perceived Enjoyment, Amount of Information, Security and Privacy, dan Quality of Internet/SMS
Connection tidak
berpengaruh secara
signifikan terhadap
penerimaan mobile
banking.
Perceived Ease Of
Use, Perceived
Enjoyment,
Security dan
Privacy, Internet
Connection, dan
Amount of Information.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa preceived ease of use, memiliki pengaruh terhadap penerimaan sistem online banking.
2.5 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah populasi utama dimana sepenuhnya proyek
secara logis diterangkan, dikembangkan, dan dielaborasi dari perumusan masalah
yang didentifikasi melalui proses wawancara, observasi dan survey literature
(Kuncoro, 2003:4). Berdasarkan teori pendukung dan perumusan masalah yang
dikemukakan penulis diatas. Gambar 2.4 dibawah ini merupakan suatu kerangka
konseptual yang berfungsi sebagai penuntun, dan juga dapat mencerminkan alur
berpikir yang merupakan dasar bagi perumusan hipotesis.
Gambar 2.4 Kerangka Konseptual
Sumber: Data diolah oleh penulis
2.6 Hipotesis Penelitian
Pada bagian yang sebelumnya telah dijelaskan bahwa penelitian ini
memodifikasi dan mengembangkan Technology Acceptance Model (TAM). Persepsi Kemudahan
Penggunaan (X1)
Persepsi Manfaat (X2)
Pengaplikasian Layanan Jasa
Mobile Banking (Y)
Gambar 2.5 Model Pengujian
H1
H2
H3
Atas dasar modifikasi model pada gambar 2.5, pengembangan
hipotesa diuraikan sebagai berikut:
1. Persepsi kemudahan penggunaan (Perceived ease of use)
Davis (1989) mendefinisikan kemudahan penggunaan (ease of use)
sebagai suatu tingkatan dimana seseorang percaya bahwa mobile dapat dengan
mudah dipahami. Atas dasar definisi tersebut kemudahan penggunaan mobile
banking berarti kemudahan dalam memahami bila transaksi melalui media
mobile banking kapanpun dan dimanapun.
Menurut Adam et. al. (1992), intensitas penggunaan dan interaksi
antara penggunaan dan interaksi antara pengguna (user) dengan sistem juga
dapat menunjukkan kemudahan penggunaan. Suatu sistem yang sering
digunakan menunjukkan bahwa sistem tersebut lebih dikenal, lebih mudah
dioperasikan dan lebih mudah digunakan oleh penggunanya. Kemudahan
penggunaan akan mengurangi usaha (baik waktu dan tenaga) para nasabah Persepsi kemudahan
penggunaan
Persepsi kepercayaan Persepsi manfaat
Pengaplikasian layanan jasa mobile
dalam mempelajari seluk beluk bertransaksi via mobile banking. kemudahan
penggunaan juga memberikan indikasi bahwa para pengguna sistem informasi
bekerja lebih mudah dibandingkan dengan bekerja tanpa menggunakan sistem
informasi.
Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesa yang diuji adalah:
H1: persepsi kemudahan penggunaan berpengaruh dengan pengaplikasian
layanan jasa mobile banking
2. Persepsi manfaat (Perceived usefulness)
Davis (1989) dan Adam et. al (1992) mendefinisikan kemanfaatan
(usefulness) sebagain suatu tingkatan dimana seseorang percaya bahwa
penggunaan suatu teknologi tertentu akan meningkatkan prestasi kinerja
seseorang. Berdasarkan definisi tersebut dapat diartikan bahwa kemanfaatan
dari penggunaan komputer dapat mempengaruhi peningkatkan kinerja, prestasi
kerja seseorang yang menggunakannya. Menurut Thompson et.al (1991;1994)
kemanfaatan teknologi informasi merupakan manfaat yang diharapkan oleh
pengguna teknologi informasi (TI) dalam melaksanakan tugasnya.
Menurut Chin dan Todd (1991) memberikan beberapa dimensi
tentang kemanfaatan teknologi informasi (TI). Kemanfaatan dapat dibagi
kedalam dua kategori, yaitu:
1. Kemanfaatan dengan estimasi satu faktor.
Meliputi dimensi :
− Menjadikan pekerjaan lebih muidah (makes job easier)
− Menambah produktifitas (increase productivity)
− Mempertinggi efektifitas (enchance efectiveness)
− Meningkatkan kinerja pekerjaan (improve job performance)
2. Kemanfaatan dengan estimasi dua faktor
Kemanfaatan dengan estimasi dua faktor dibagi menjadi dua kategori yaitu
kemanfaatan dan efektivitas.
Persepsi manfaat dalam mobile banking merupakan manfaat yang
diperoleh nasabah dalam menyelesaikan tugas ataupun pekerjaannya. Suatu
layanan mobile banking akan bermanfaat jika layanan tersebut mudah
dimengerti serta mampu menjalin interaksi dengan nasabah penggunanya.
Maka, bank sebagai pihak penyedia layanan ini berusaha mensosialisasikannya
kepada nasabah mereka dengan terjun langsung ke lapangan. Sebagai contoh
yang telah dilakukan oleh bank Mandiri, mengirim langsung promoter ke
ATM-ATM Mandiri yang tersebar di Medan dan menawarkan layanan
m-banking kepada setiap nasabah yang berada di antrian ATM. Setiap nasabah
yang registrasi untuk menggunakan layanan ini akan mendapat brochure yang
berisi langkah-langkah yang mudah dipahami dalam menggunakan mobile
banking yang dapat nasabah pelajari dirumah.
Tidak hanya itu, bank juga menyediakan layanan 24 jam seperti
layanan call center mandiri 14000 yang siap membantu nasabah untuk berbagai
macam pertanyaan seputar mobile banking. Sehingga manfaat-manfaat mobile
banking, seperti cek saldo, transfer antar rekening, info kurs dan sebagainya
yang terbuang dan menghemat biaya bahkan ketika bank sedang tidak
beroperasi (hari libur). Dapat disimpulkan bahwa tingkat kemanfaatan mobile
banking mempengaruhi sikap setiap para nasabah terhadap penggunaan sistem
layanan ini.
Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesa yang diuji adalah:
H2: persepsi manfaat berpengaruh dengan pengaplikasian layanan jasa
mobile banking
3. Kepercayaan (Trust)
Kepercayaan adalah sekumpulan keyakinan yang dipegang oleh para
pelanggan terhadap kharakteristik bank dan kemungkinan perilaku konsumen
bank di masa datang. Dua dimensi kepercayaan yang digunakan pada
penelitian penelitian sebelumnya yaitu keamanan dan privasi. Masyarakat
memiliki pemahaman yang lemah terhadap resiko keamanan dengan
menggunakan mobile banking walaupun mereka menyadari resiko tersebut.
Konsumen sering menganggap bahwa bank lebih peduli terhadap
isu-isu privasi dan melindungi mereka. Dengan demikian semakin banyak
informasi privasi yang diperlukan dalam bertransaksi melalui mobile banking,
maka semakin tinggi kemungkinan mereka menolak pengadopsian m-banking:
bertransaksi dengan m-banking kurang memberikan kemudahan. Hal yang
sama, semakin kurang terjamin keamanan bertranskasi melalui internet, para
nasabah enggan memanfaatkan sistem tersebut. Untuk membangun
kepercayaan dan rasa aman nasabah, untuk m-banking melalui SMS, nasabah
infrastruktur jaringan operator GSM sudah mempunyai sistem sekuritas
berganda dan berlapis.
Sebagai contoh kerjasama antara BCA dengan salah satu operator
GSM Excelcomindo. Menurut Yudi Hartono, manajer segmen produk ProXL
PT Excelcomindo Pratama, di dalam SIM card XL sudah tertanam teknologi
pengaman berupa 'Key', yang langsung meng-enkripsi data yang di-upload
nasabah ke bank. Pada saat hendak bertransaksi, pengguna juga diminta
memasukkan password untuk dapat melakukan transaksi ini. Pengamanan dua
lapis, di pihak operator dan bank serta dukungan teknologi enskripsi triple-desk
selama data dikirim, itu sudah menjamin keamanan bertransaksi via
handphone.
Dalam adopsi teknologi informasi, sebagai contoh adopsi dalam bisnis
on-line, akan bejalan evolutif dengan adanya trust atau kepercayaan pengguna
sebagai umpan balik positif dari upaya komponen pendorongnya, yaitu apabila
kepercayaan dapat ditumbuhkan oleh vendor kepada konsumen, maka akan
semakin menumbuhkan pula perhatian konsumen untuk menggunakan suatu
teknologi baru.
Kesimpulannya, jika nasabah kurang memiliki rasa percaya terhadap
suatu layanan maka semakin kecil pula keinginan untuk mengadopsi layanan
tersebut. Dan manfaat yang akan didapat pun menjadi sedikit.
Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang akan diuji adalah:
H3: Kepercayaan berpengaruh dengan pengaplikasian layanan jasa mobile
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif kausal. Menurut
Umar (2008:35) penelitian asosiatif kausal adalah “penelitian yang bertujuan
untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau
bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya.”
3.2 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2006).
Populasi dalam penelitian ini adalah para nasabah pada bank-bank yang
mengaplikasikan layanan jasa mobile banking di Indonesia dengan sampel
responden di kota Medan.
3.3 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi keseluruhan yang dipilih secara cermat
agar mewakili populasi (Sugiyono, 2006). Oleh karena itu sampel yang diambil
dari populasi harus mewakili (representative) keseluruhan populasi.
Berdasarkan tingkat kesulitan dalam mencari responden pengguna mobile
banking, jumlah responden yang disyaratkan, serta keterbatasan waktu yang
dimiliki maka sampel dari penelitian ini adalah nasabah perbankan yang
banking, karena didalam penelitian ini mengharapkan terdapat responden secara
merata baik yang sudah lama menggunakan mobile banking maupun yang baru
beberapa bulan menggunakan mobile banking, sehingga dengan demikian dapat
diperoleh variabilitas data dalam menggambarkan keputusan nasabah untuk tetap
terus menggunakan mobile banking di masa mendatang atau tidak.
3.4 Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan convenience
sampling yang berarti bahwa sampel tidak dibatasi dan anggota sampel dipih
karena mudah dijangkau dan mudah didapatkan (Sugiyono, 2006). Metode ini
juga menggunakan kriteria untuk sampelnya. Sedangkan dalam pelaksanaan
pengambilan sampel di lapangan karena tidak mudah untuk mencari nasabah yang
menggunakan layanan mobile banking, maka digunakan dua metode dalam
penarikan sampel yaitu accidental sampling dan snowball sampling.
Accidental sampling adalah proses pengambilan sampel pada saat langsung
bertemu dengan responden (Sugiyono, 2006). Sedangkan snowball sampling
adalah proses pengambilan sampel dimana responden berikutnya dan seterusnya
diperoleh dari informasi responden pertama (Sugiyono, 2003). Setelah
mendapatkan seorang responden yang menggunakan mobile banking kemudian
responden diminta untuk memberikan daftar referensi nama teman, saudara,
ataupun kerabat bisnis yang juga menggunakan mobile banking sebagai responden
selanjutnya. Kedua metode penarikan sampel di atas dilakukan bersamaan secara
terus menerus sampai didapatkan jumlah responden sesuai dengan yang
3.5 Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 (dua), yaitu:
a. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden yang
terpilih pada lokasi penelitian. Data primer yang dibutuhkan dalam
penelitian ini seperti data identitas responden dengan memberikan
kuesioner.
b. Data Sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi pustaka dengan
mempelajari berbagai tulisan dari buku, jurnal, majalah dan internet
untuk mendukung penelitian ini.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah:
a. Kuesioner
Menyebarkan daftar pertanyaan yang telah diberikan alternatif jawaban
sebagai kemudahan responden untuk menjawabnya.
b. Studi pustaka
Yaitu dengan mengumpulkan dan mempelajari informasi dan data-data
yang diperoleh dari jurnal, buku-buku literature, majalah dan internet
3.7 Jadwal Penelitian
3.8 Variabel Penelitian dan Pengukuran
Seluruh variabel yang digunakan dalam penelitian diukur dengan
menggunakan skala Likert, yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat dan persepsi seseorang dengan memberi skor kepada masing-masing
alternatif jawaban. Setiap item pertanyaan dalam penelitian ini akan diukur
dengan skala 1-5 dari sangat tidak setuju hingga sangat setuju untuk keperluan
Tabel 3.2 Instrumen Skala Likert
No Pertanyaan Skor
1 Sangat Setuju (SS) 5
2 Setuju (S) 4
3 Kurang Setuju (KS) 3
4 Tidak Setuju (TS) 2
5 Sangat Tidak Setuju (STS) 1
3.8.1 Variabel Dependen (bebas)
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah :
− Pengaplikasian layanan jasa mobile banking
Layanan Mobile banking atau biasa disebut dengan m-Banking
merupakan suatu layanan perbankan yang diberikan pihak bank
untuk mendukung kelancaran dan kemudahan pada kegiatan
perbankan, serta keefektifan dan keefisienan nasabah untuk
melakukan berbagai jenis transaksi. Dalam hal ini telepon seluler
atau handphone mempunyai peranan dalam pengaplikasiannya.
Dengan adanya fasilitas ini, maka setiap orang yang memiliki
ponsel dapat dengan mudah melakukan transaksi apapun dimana
saja dan kapan saja tanpa harus terkoneksi dengan internet dan
3.8.2 Variabel Independen (terikat)
1. Persepsi Kemudahan Penggunaan
Kemudahan penggunaan (ease of use) adalah suatu tingkatan
dimana seseorang percaya bahwa teknologi informasi (TI) dapat
dengan mudah dipahami. kemudahan penggunaan akan
mengurangi usaha (baik waktu dan tenaga) seseorang di dalam
mempelajari TI.
2. Persepsi Manfaat
Persepsi manfaat adalah derajat dimana seseorang meyakini
bahwa dengan menggunakan sebuah sistem akan dapat
meningkatkan kemampuan kerjanya.
3. Kepercayaan
Kepercayaan adalah sekumpulan keyakinan yang dipegang oleh
para pelanggan terhadap karakteristik bank dan kemungkinan
perilaku konsumen bank di masa yang akan datang.
Tabel 3.3 Variabel Penelitian
No Variabel Defenisi Pengukuran
1 Dependen
Pengaplikasian
layanan jasa mobile banking (Y)
Penerapan aplikasi mobile banking melalui telepon seluler atau handphone dapat memudahkan nasabah dalam berinteraksi tanpa menggunakan koneksi internet.
Likert
2 Independen
Persepsi kemudahan penggunaan (X
Suatu tingkatan dimana seseorang percaya bahwa teknologi informasi