• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Persepsi Kemudahan Penggunaan, Persepsi Manfaat Dan Kepercayaan Konsumen Dalam Bertransaksi Terhadap Pengaplikasian Layanan Jasa Mobile Banking (Studi Kasus Di Kota Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Persepsi Kemudahan Penggunaan, Persepsi Manfaat Dan Kepercayaan Konsumen Dalam Bertransaksi Terhadap Pengaplikasian Layanan Jasa Mobile Banking (Studi Kasus Di Kota Medan)"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH PERSEPSI KEMUDAHAN PENGGUNAAN,

PERSEPSI MANFAAT DAN KEPERCAYAAN KONSUMEN

DALAM BERTRANSAKSI TERHADAP PENGAPLIKASIAN

LAYANAN JASA MOBILE BANKING

(STUDI KASUS DI KOTA MEDAN)

OLEH DEWI YULIASMI

080503220

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan

sesungguhnya bahwa skripsi saya yang bejudul “Pengaruh Persepsi Kemudahan

Penggunaan, Persepsi Manfaat dan Kepercayaan Konsumen Dalam Bertransaksi

Terhadap Pengaplikasian Layanan Jasa Mobile Banking (Studi Kasus Di Kota

Medan)” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas

akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga,

dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau

dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika

penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam

skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, 2 Juli 2012

Yang Membuat Pernyataan,

(3)

ABSTRAK

PENGARUH PERSEPSI KEMUDAHAN PENGGUNAAN, PERSEPSI MANFAAT DAN KEPERCAYAAN KONSUMEN DALAM BERTRANSAKSI

TERHADAP PENGAPLIKASIAN LAYANAN JASA MOBILE BANKING STUDI KASUS DI KOTA MEDAN

Mobile banking yang sangat bermanfaat ternyata dalam penerapannya kurang mendapat respon dari para penggunanya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan memperoleh bukti atas pengaruh persepsi kemudahan dalam menggunakan, persepsi manfaat, dan kepercayaan konsumen dalam bertransaksi terhadap pengaplikasian layanan jasa mobile banking. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap Bank sebagai penyedia jasa perbankan agar dapat memberikan pelayanan yang lebih cepat dan mudah bagi para nasabahnya. Objek dari penelitian ini adalah para nasabah pengguna fasilitas

perbankan yang pernah dan ingin menggunakan kembali mobile banking. Data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, dan pengumpulan data

dilakukan menggunakan kuesioner secara langsung dengan metode accidental

sampling.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan pengujian koefisien determinan (R2) dapat diketahui nilai koefisien determinan (R2) sebesar 0,940 yang artinya 94% dari pengaplikasian layanan jasa mobile banking di kota Medan (Y) dipengaruhi secara bersama-sama oleh persepsi kemudahan penggunaan (X1), persepsi manfaat(X2), dan kepercayaan (X3), sedangkan sisanya 6% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak termasuk didalam penelitian ini.

(4)

ABSTRACT

PERCEIVED EASY OF USE INFLUENCE, PERCEIVED USEFULNESS AND CONSUMER TRUST OF TRADING IN CONSUMER APPLICATION OF

MOBILE BANKING SERVICES CASE STUDY IN THE CITY OF MEDAN

Mobile banking which has a lot of usefulness in fact has less good respons from the user. This study aims to analyze and obtain evidence on the influence of perceived ease of use, perceived usefulness, and consumer trust in transacting on the application of mobile banking services. The results of this study are expected to contribute to the Bank as a provider of banking services in order to deliver services faster and easier for its customers. Object of this study is the customer banking facility users ever and want to reuse the mobile banking. The data used in this study is the primary data, and data collection carried out using a questionnaire directly by accidental sampling method.

The results of this study indicate that based on testing the determinant coefficient (R2) can be determined the value of the determinant coefficient (R2) of 0.940, which means 94% of the application of mobile banking services in the city of Medan (Y) is jointly influenced by perceived ease of use (X1) , perception of benefits (X2), and trust (X3), while the remaining 6% is influenced by other factors not included in this study.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas

karunia dan hidayahNya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

baik.

Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat dalam

menyelesaikan Program Strata Satu (SI) untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi

pada Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini berjudul “Pengaruh Persepsi

Kemudahan Penggunaan, Persepsi Manfaat dan Kepercayaan Konsumen Dalam Bertransaksi Terhadap Pengaplikasian Layanan Jasa Mobile Banking (Studi Kasus Di Kota Medan)”.

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec., selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS., Ak., dan Bapak Drs.

Hotmal Ja’far, MM., Ak, selaku Ketua Departemen Akuntansi dan

Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera

Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak., dan Dra. Mutia Ismail, MM., Ak.,

selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Akuntansi S1 Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Abdillah Arif Nst, SE, M.Si., Ak., selaku Dosen Pembimbing yang

telah memberikan arahan, bimbingan, saran dan waktu yang diberikan

(6)

5. Ibu Dra. Nurzaimah, MM., Ak., selaku Dosen Penilai yang telah

memberikan masukan dan arahan kepada penulis.

6. Teristimewa kepada orang tua tercinta Ayahanda Sukarman dan ibunda

Rubidah, abang-abangku Edy Syahputra, ST, Suhermansyah, ST, dan

adikku Fajar, serta teman-temanku Deby, Sari, Vivi, Dira, Gres untuk

semua bentuk curahan kasih sayang, motivasi, doa beserta dukungan

spiritual dan materi yang tidak akan pernah terbalaskan untuk mencapai

kesuksesan Penulis.

Akhir kata Penulis mengucapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak

yang berkepentingan dan terlebih kepada Penulis sendiri.

Medan, 2 Juli 2012

Yang Membuat Pernyataan,

(7)

DAFTAR ISI

1.1 Latar Belakang...1

1.2 Rumusan Masalah...10

1.3 Tujuan Penelitian...10

1.4 Manfaat Penelitian...10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...12

2.1 Konsep Teknologi Informasi...12

2.2 Konsep Mobile Banking...14

2.2.1 Sejarah Mobile Banking...15

2.2.2 Pengertian Mobile Banking...16

2.2.3 Fungsi Mobile Banking...17

2.2.4 Dampak Penggunaan Mobile Banking...19

2.2.5 Keterbatasan Mobile Banking...19

2.3 Teori-Teori Penerimaan Teknologi...20

2.3.1 Theory of Reason Action (TRA)...20

2.3.2 Theory of Planned Behaviour (TPB)...21

2.3.3 Social Cognitive Theory...23

2.3.4 Task-Technology Fit Theory...24

2.3.5 Technology Acceptance Model (TAM)...25

2.3.6 Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT)...27

2.4 Tinjauan Penelitian Terdahulu...28

2.5 Kerangka Konseptual...28

2.6 Hipotesis Penelitian...29

BAB III METODE PENELITIAN...35

3.1 Jenis Penelitian...35

3.2 Populasi...35

(8)

3.4 Teknik Pengambilan Sampel...36

3.5 Sumber Data...37

3.6 Teknik Pengumpulan Data...37

3.7 Jadwal Penelitian...38

3.8 Variabel Penelitian dan Pengukuran...38

3.8.1 Variabel Dependen...39

3.8.2 Variabel Independen...40

3.9 Metode Analisis Data...41

3.9.1 Analisi Deskriptif...41

3.9.2 Uji Validitas...41

3.9.3 Uji Reabilitas...42

3.9.4 Asumsi Klasik...42

3.9.5 Analisis Linier Berganda...44

3.9.6 Pengujian Hipotesis...45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...48

4.1 Analisa Statistik Deskriptif...48

4.2 Uji Validitas...49

4.3 Uji Reliabilitas...52

4.4 Asumsi Klasik...54

4.5 Persamaan Regresi...58

4.6 Pengujian Hipotesis...60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...63

5.1 Kesimpulan...63

5.2 Saran...64

DAFTAR PUSTAKA...65

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu...28

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian...38

Tabel 3.2 Instrumen Skala Likert...39

Tabel 3.3 Variabel Penelitian...40

Tabel 4.1 Descriptive Statistic...48

Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Kemudahan Penggunaan...49

Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Manfaat...50

Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Kepercayaan...51

Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Penggunaan...52

Tabel 4.6 Hasil Uji Reliabilitas Kemudahan Penggunaan...52

Tabel 4.7 Hasil Uji Reliabilitas Manfaat...53

Tabel 4.8 Hasil Uji Reliabilitas Kepercayaan...53

Tabel 4.9 Hasil Uji Reliabilitas Penggunaan...54

Tabel 4.10 Hasil Uji Multikolinieritas...54

Tabel 4.11 Hasil Uji Kolmograv-Smirnov...58

Tabel 4.12 Regresi Linier Berganda...58

Tabel 4.13 Uji t...60

Tabel 4.14 Uji F...61

(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Theory of Reason Action (TRA)...21

Gambar 2.2 Theory of Planned Behaviour (TPB)...23

Gambar 2.3 Technology Acceptance Model (TAM) ...27

Gambar 2.4 Kerangka Konseptual...29

Gambar 2.5 Model Pengujian...30

Gambar 4.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas...55

Gambar 4.2 Scatter Plots Uji Normalitas...56

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian...69

2 Hasil Uji Statistik Deskriptif...73

3 Hasil Uji Validitas...74

4 Hasil Uji Reliabilitas...76

5 Hasil Uji Normalitas...81

6 Hasil Uji Heteroskedastisitas...83

7 Hasil Uji Multikolinieritas...84

(12)

ABSTRAK

PENGARUH PERSEPSI KEMUDAHAN PENGGUNAAN, PERSEPSI MANFAAT DAN KEPERCAYAAN KONSUMEN DALAM BERTRANSAKSI

TERHADAP PENGAPLIKASIAN LAYANAN JASA MOBILE BANKING STUDI KASUS DI KOTA MEDAN

Mobile banking yang sangat bermanfaat ternyata dalam penerapannya kurang mendapat respon dari para penggunanya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan memperoleh bukti atas pengaruh persepsi kemudahan dalam menggunakan, persepsi manfaat, dan kepercayaan konsumen dalam bertransaksi terhadap pengaplikasian layanan jasa mobile banking. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap Bank sebagai penyedia jasa perbankan agar dapat memberikan pelayanan yang lebih cepat dan mudah bagi para nasabahnya. Objek dari penelitian ini adalah para nasabah pengguna fasilitas

perbankan yang pernah dan ingin menggunakan kembali mobile banking. Data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, dan pengumpulan data

dilakukan menggunakan kuesioner secara langsung dengan metode accidental

sampling.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan pengujian koefisien determinan (R2) dapat diketahui nilai koefisien determinan (R2) sebesar 0,940 yang artinya 94% dari pengaplikasian layanan jasa mobile banking di kota Medan (Y) dipengaruhi secara bersama-sama oleh persepsi kemudahan penggunaan (X1), persepsi manfaat(X2), dan kepercayaan (X3), sedangkan sisanya 6% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak termasuk didalam penelitian ini.

(13)

ABSTRACT

PERCEIVED EASY OF USE INFLUENCE, PERCEIVED USEFULNESS AND CONSUMER TRUST OF TRADING IN CONSUMER APPLICATION OF

MOBILE BANKING SERVICES CASE STUDY IN THE CITY OF MEDAN

Mobile banking which has a lot of usefulness in fact has less good respons from the user. This study aims to analyze and obtain evidence on the influence of perceived ease of use, perceived usefulness, and consumer trust in transacting on the application of mobile banking services. The results of this study are expected to contribute to the Bank as a provider of banking services in order to deliver services faster and easier for its customers. Object of this study is the customer banking facility users ever and want to reuse the mobile banking. The data used in this study is the primary data, and data collection carried out using a questionnaire directly by accidental sampling method.

The results of this study indicate that based on testing the determinant coefficient (R2) can be determined the value of the determinant coefficient (R2) of 0.940, which means 94% of the application of mobile banking services in the city of Medan (Y) is jointly influenced by perceived ease of use (X1) , perception of benefits (X2), and trust (X3), while the remaining 6% is influenced by other factors not included in this study.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan kemampuan sumber daya manusia yang sangat inovatif dan

kreatif memicu kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan akselerasi yang

tinggi. Perkembangan teknologi informasi yang pesat pada dekade terakhir ini,

oleh sementara pihak telah dinilai sebagai perubahan di bidang teknologi dan

informasi. Perubahan teknologi tidak hanya ditunjukkan dari berbagai macam

perangkat keras yang dikembangkan, namun yang menjadi hal utama adalah

peningkatan kecanggihan perangkat lunak sebagai media komunikasi dan

penyampaian informasi yang cepat, efektif, dan efisien tanpa batas.

Perkembangan teknologi yang begitu pesat, telah mempengaruhi

perkembangan aktivitas baik ekonomi maupun sosial masyarakat, termasuk

aktivitas dan transaksi keuangan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Salah satu bidang yang mengikuti perkembangan teknologi informasi ini adalah

industri perbankan dan organisasi bisnis. Pada dunia bisnis, perubahan tersebut

dilakukan agar tujuan organisasi dapat berjalan dengan baik dan bahkan dapat

meningkatkan prestasi bisnisnya (Mulyadi, 1999). Saat ini bank-bank di Indonesia

baik bank pemerintah maupun swasta, berlomba-lomba menawarkan produk

mereka yang fungsinya untuk mendukung berbagai kegiatan industri perbankan

dengan konsumen atau nasabah. Hal ini dikarenakan, informasi tersebut sangat

(15)

digunakan oleh dunia perbankan bertujuan untuk mempermudah nasabah ataupun

pihak bank dalam melakukan pekerjaannya.

Bank sebagai tempat penyedia layanan usaha jasa perbankan selain

mengutamakan profesionalisme dalam pelayanan kepada masyarakat sebagai

nasabah, juga harus mengutamakan kepercayaan, karena dapat dikatakan bahwa

industri perbankan merupakan industri yang menjual kepercayaan kepada

masyarakat sebagai nasabahnya dan bank mempunyai peranan yang strategis

dalam melayani nasabah atau konsumennya. Masyarakat sebagai konsumen atau

pangsa pasar yang dituju oleh industri perbankan memiliki berbagai pertimbangan

dalam memilih usaha jasa perbankan yang akan digunakannya, hal tersebut dapat

dilihat dari kemudahan serta tingkat kenyamanannya.

Ada beberapa faktor yang menjadi alasan, mengapa calon nasabah

menyimpan uang di bank pilihannya. Mulai dari kedekatan lokasi (kantor pusat

atau kantor cabang), layanan yang memuaskan, tingkat keamanan, fasilitas

kemudahan bertransaksi, fleksibilitas, efisiensi dan kesederhanaan. Namun, yang

paling menarik untuk diperhatikan adalah faktor fasilitas kemudahan dalam

bertransaksi. Dalam rangka melakukan perluasan saluran distribusi (distribution

channel), bank perlu memikirkan diversifikasi layanan. Pelayanan-pelayanan

seperti mengecek saldo rekening, transfer rekenening dan antar rekening,

pembayaran tagihan dan sebagainya tidak lagi harus dilakukan dengan

mengunjungi bank.

Untuk mewujudkan layanan di atas bank-bank sudah menerapkan electronic

(16)

teknologi dan jaman telah mengubah kebiasaan pelanggan (customer behavior).

Nasabah atau pelanggan kini membutuhkan layanan-layanan lainnya yang lebih

memudahkan mereka dalam bertransaksi yang dapat dilakukan dari berbagai

tempat dan menjangkau dimanapun mereka berada.

Metode konvensional yang sudah diterapkan dalam perbankan sampai saat

ini adalah nasabah datang ke bank untuk melakukan berbagai macam transaksi,

baik itu penyetoran dana, transfer antar rekening ataupun transaksi lainnya.

Misalnya, nasabah ingin melakukan transfer antar bank yang sama, umumnya

nasabah datang ke bank terdekat, lalu mengisi form yang bertuliskan transfer dan

kemudian mengantri di barisan. Dengan metode seperti ini dirasakan kurang

efisien karena waktu yang tersita cukup banyak, mulai dari pengisian form,

mengantri dan kemudian waktu bagi Teller untuk mengecek dan memastikan

nomor rekening yang tertera di form benar atau tidak. Dengan alasan itulah maka

bank menawarkan layanan yang diprediksi dapat mengurangi kerumitan dan

ketidakpastian metode manual yang sudah lama diterapkan.

Dengan adanya bantuan teknologi, akses informasi dan transaksi dapat

dilakukan setiap nasabah tanpa mengenal batasan ruang dan waktu. Penyediaan

fasilitas kartu plastik baik Debit maupun Credit Card atau ATM (Automatic

Teller Machine) card merupakan contoh-contoh perkembangan teknologi untuk

meningkatkan pelayanan bank kepada nasabahnya. Namun, penyediaan fasilitas

tersebut di rasa kurang memuaskan para nasabah. Seiring dengan adanya

perubahan dan tujuan tersebut, dunia perbankan mulai menerapkan teknologi

(17)

menghubungkan bank dengan nasabahnya dengan cara mengadopsi teknologi

informasi yang canggih, seperti teknologi melalui penggunaan internet dan

menggunakan media perangkat seluler. Pemanfaatan teknologi informasi tersebut

kemudian menjadi suatu kebutuhan untuk mendukung perkembangan bisnis di

sektor perbankan agar semakin kompetitif. Pemanfaatan teknologi yang tepat

harus diperhatikan agar dapat meminimalkan resiko operasional sehingga

perbankan dapat mampu beroperasi lebih efisien dan dapat meningkatkan

kepercayaan kepada nasabahnya.

Media yang dapat digunakan untuk mengakses informasi melalui internet

salah satunya adalah dengan menghubungkan komputer atau handphone melalui

jaringan. Perkembangan kearah selanjutnya yang memungkinkan pengguna

(konsumen) lebih mudah dalam melakukan transaksi dengan cepat, dimana saja

dan kapan saja oleh pemakai akhir secara personal atau individual adalah

perubahan pada perangkat ini yang semakin portable, seperti penggunaan laptop

atau notebook, ponsel HSPDA dengan kelengkapan multimedianya, ataupun

BlackBerry yang meluncurkan seri terbaru Personal Digital Assistance

(PDA-nya) yang dilengkapi dengan Wi-Fi yang dikenal sebagai istilah komputer dalam

genggaman. Semakin berkembangnya teknologi ini, maka semakin memudahkan

kegiatan atau aktivitas manusia dalam mencapai kemudahan mendapatkan

informasi, hal ini sangat diperlukan bagi dunia perbankan dalam berhubungan

dengan nasabahnya.

Sejalan dengan perkembangan di bidang teknologi informasi dan

(18)

internet atau biasa disebut dengan internet banking sebagai antisipasi terhadap

kebutuhan nasabah. Dalam transaksi ekonomi terdapat interaksi antara penjual

dan pembeli untuk memperkuat hubungan jangka panjang antara penjual dan

pembeli begitu juga dalam interaksi internet banking, pihak bank berusaha untuk

membangun dan menjaga hubungan atau ikatan jangka panjang dengan

nasabahnya. Dalam internet banking, adanya pemisahan secara fisik antara bank

dengan konsumennya dan tidak adanya interaksi secara fisik antara konsumen

dengan karyawanbank dalam internet banking menyebabkan situasi yang unik,

sehingga kepercayaan dari konsumen adalah yang terpenting bagi bank

(Mukherjee dan Nath 2003).

Berbagai penawaran produk jasa yang dikeluarkan oleh bank sebagai

turunan dari jasa internet banking dalam kemudahan akses bank dengan nasabah,

salah satunya adalah dengan menggunakan mobile banking. Layanan jasa mobile

banking mulai diperkenalkan industri perbankan saat ini digunakan agar industri

ini tetap bertahan serta menawarkan nilai tambah akan kemudahan teknologi

kepada konsumen, inovasi dalam pelayanan jasa, dan untuk menarik customer

baru untuk berhubungan dalam suatu komunitas sosial.

Promosi mobile banking akan memberikan pengaruh secara langsung pada

adopsi yang dilakukan konsumen terhadap teknologi. Mobile banking atau biasa

disebut dengan m-Banking merupakan suatu layanan perbankan yang diberikan

pihak bank untuk mendukung kelancaran dan kemudahan pada kegiatan

perbankan, serta keefektifan dan keefisienan nasabah untuk melakukan berbagai

(19)

untuk melakukan mobile banking adalah telepon seluler atau handphone. Dengan

adanya fasilitas ini, maka setiap orang yang memiliki ponsel dapat dengan mudah

melakukan transaksi apapun dimana saja dan kapan saja tanpa harus terkoneksi

dengan internet. Bank-bank di Indonesia mulai beramai-ramai menyediakan

fasilitas berbasis online seperti internet banking dan mobile banking untuk

memberikan kepuasan kapada nasabah dan meningkatkan jumlah nasabah.

Mobile dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan

berpindah-pindah tanpa ada hambatan apapun. M-banking merupakan suatu layanan jasa

perbankan yang dapat diakses tanpa batasan seperti ruang, waktu, ataupun jarak

yang selama ini menjadi hambatan bagi kebanyakan nasabah dalam bertransaksi.

Transaksi yang dimaksud disini adalah transaksi dalam bentuk non tunai seperti,

pembayaran tagihan telepon, listrik, air, kartu kredit, transfer antar rekening, cek

saldo, informasi suku bunga dan lain-lain. Fasilitas-fasilitas dari layanan

m-Banking pun sangat beragam mulai dari transfer dana antar-rekening dan bank

lain, informasi saldo dan mutasi rekening koran, informasi suku bunga tabungan,

deposito, kredit dan kurs valuta asing. Umumnya mobile banking menyediakan

fasilitas yang hampir sama dengan ATM (Automatic Teller Machine) kecuali

pengambilan uang tunai. Cabang produk dari mobile banking adalah phone

banking dan sms banking.

Di Indonesia layanan jasa mobile banking bukan suatu hal yang asing lagi,

melainkan bagian dari inovasi perbankan dalam mengikuti persaingan dunia

bisnis global secara kompetitif. Penggunaan jaringan seluler untuk kepentingan

(20)

identitas pengguna lebih jelas dan satu nomor ponsel hanya digunakan oleh satu

orang saja. Maka di Indonesia layanan jasa mobile banking ini mempunyai

pengaruh besar dalam mendukung setiap aktivitas perekonomian (Waspada,

2008).

Masyarakat mungkin akan merasa puas melakukan transaksi melalui ATM,

karena mesin ini dirasa cukup memberikan solusi bertransaksi tanpa harus

mengantri. Tetapi tidak dapat dipungkiri, belakangan terakhir ini melakukan

transaksi di ATM tidak ada bedanya dengan melakukan transaksi di bank itu

sendiri. Dari mulai ramai, harus mengantri, dan mesin ATM yang rusak. Wajar

saja jika suatu saat kehadiran m-Banking dapat mengalahkan ATM. Selain tidak

perlu mengantri dan mengkhawatirkan adanya kerusakan pada mesin ATM,

m-Banking dapat dilakukan tanpa adanya batasan secara cepat dan tepat. M-banking

sangat tepat diperuntukkan bagi mereka yang mempunyai aktivitas yang padat,

sibuk atau akibat tidak adanya pilihan lain. Kini di Indonesia tiga komponen dari

m-banking sama popularnya dan memiliki pasarnya masing-masing. Untuk

kalangan perbankan nasional pun tidak mau ketinggalan unjuk gigi untuk

melengkapi layanan m-Banking di banknya masing-masing.

Kota Medan merupakan salah satu tujuan pengembangan sistem teknologi

informasi perbankan yang dapat dikatakan mempunyai hasil yang cukup bagus

dalam pengaplikasian layanan jasa m-Banking. Seperti BCA dengan m-BCA,

Mandiri dengan Internet Banking, Bank Permata dengan Permata Bank

mobile-banking. Penggunaan mobile banking dinilai menghasilkan dampak yang

(21)

Roy Suryo, yang dikutip dari situsm-Banking

relatif aman karena memakai sistem pengamanan berlapis, yakni dari provider

telekomunikasi, serta dari jaringan sistem perbankan yang bersangkutan. Sehingga

nasabah tidak perlu khawatir dalam penggunaan m-Banking. Tetapi dalam

kenyataannya masyarakat masih belum percaya sepenuhnya terhadap penggunaan

mobile banking, terdapat faktor kepercayaan yang tidak terlalu kuat. Karena

terdapat keluhan mengenai ketidakpastian provider dan bank dalam mengelola

transaksi akibatnya transaksi yang dilakukan gagal

Karena terlalu banyak informasi pribadi yang harus diberikan dalam penggunaan

m-banking, maka terlalu tinggi kemungkinan untuk menolak pegadopsian

m-banking sehingga konsumen tidak dapat memaksimalkan manfaat dari

penggunaan m-banking itu sendiri.

Dalam menggunakan mobile banking juga diperlukan keahlian untuk

menggunakan teknologi ini. Jika tingkat kesulitan dalam mempelajari penggunaan

mobile banking dirasa cukup tinggi, maka masyarakat akan malas untuk

menggunakan teknologi ini dan berdampak pada penerimaan mobile banking.

Selain beberapa faktor diatas, mungkin masih ada faktor lain yang juga

mempengaruhi penerimaan mobile banking. Oleh karena itu perlu dilakukan

penelitian ini untuk mengetahui faktor apa-apa saja yang mempengaruhi

penerimaan mobile banking.

Penelitian terdahulu menguji tentang electronic commerce atau sering

disebut e-commerce yang dilakukan oleh Donna Weaver McCloskey (2006) yang

(22)

(online shopping). Dan mobile banking merupakan hasil dari produk atau layanan

jasa yang dikeluarkan perusahaan perbankan, dalam hal ini yaitu produk.

Penelitian terdahulu tentang pengadopsian layanan mobile banking juga

telah banyak digunakan di antaranya penelitian oleh Diana (2006). Penelitian

tersebut menguji beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan nasabah dalam

menggunakan mobile banking apabila dilihat dari sudut pandang konsumen.

Teori perilaku juga banyak digunakan sebagai dasar untuk mengkaji proses

adopsi teknologi informasi oleh pengguna akhir (end users), diantaranya adalah

Theory of Reason Action (TRA), Theory of Planned Behavior (TPB),

Task-Technology Fit Theory dan Task-Technology Acceptance Model (TAM), dan model

atau teori yang paling mutakhir adalah Unified Theory of Acceptance and Use of

Technology (UTAUT), yang dikemukakan pertama kali oleh Venkantesh (2003).

Model TAM yang dikembangkan oleh Davis F.D (1989) merupakan salah

satu model yang paling banyak digunakan dalam penelitian karena model ini lebih

sederhana dan mudah diterapkan (Igbaria, 1994). TAM juga dikembangkan untuk

menjelaskan perilaku penggunaan mobile atau handphone. Tujuan dari TAM

adalah untuk menyediakan sebuah penjelasan secara umum mengenai hal–hal

yang menentukan penerimaan teknologi dan TAM diharapkan mampu

menjelaskan perilaku pengguna dalam rentang yang lebar pada pengguna akhir

(end users) dan populasi pengguna. Penelitian ini juga menggunakan TAM

sebagai model dasar.

Penulis tertarik meneliti pengaruh pentingnya faktor kemudahan

(23)

mobile banking, karena di kota medan sudah mulai menerapkan pelayanan jasa

mobile banking.

Berdasarkan penjelasan sebelumnya, maka penelitian ini akan mengambil

judul “Pengaruh Persepsi Kemudahan Penggunaan, Persepsi Manfaat Dan

Kepercayaan Konsumen Dalam Bertransaksi Terhadap Pengaplikasian Layanan Jasa Mobile Banking Studi Kasus Di Kota Medan”

1.2 Perumusan Masalah

Dalam penelitian ini, penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah persepsi kemudahan penggunaan berpengaruh terhadap

pengaplikasian layanan jasa mobile banking?

2. Apakah persepsi manfaat berpengaruh terhadap pengaplikasian layanan

jasa mobile banking?

3. Apakah persepsi kepercayaan berpengaruh terhadap pengaplikasian

layanan jasa mobile banking?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah faktor faktor persepsi

kemudahan penggunaan, persepsi manfaat dan kepercayaan konsumen

berpengaruh terhadap pengaplikasian layanan jasa mobile banking.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Pihak Bank sebagai penyedia layanan jasa mobile banking, hasil

penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan manfaat secara

langsung ataupun tidak langsung bagi manajemen bank mengenai

(24)

mengadopsi pengaplikasian layanan jasa mobile banking dalam

bertransaksi sehingga dapat menjadi bahan kebijakan dan pertimbangan

dalam upaya meningkatkan kinerja bank, meningkatkan pelayanan jasa

mobile banking, dan meningkatkan kualitas pangsa pasarnya dalam dunia

globalisasi seperti saat ini dengan era serba teknologi.

2. Pihak Nasabah sebagai konsumen, penelitian ini diharapkan dapat

bermanfaat bagi nasabah bank untuk dapat memaksimalkan dalam

menggunakan layanan jasa mobile banking termasuk produk-produk lain

yang ditawarkan oleh bank kepada para nasabah. Kemudian bagi para

nasabah yang belum dapat atau belum pernah menggunakan layanan jasa

mobile banking, agar dapat mengetahui kegunaan serta fungsi dari

aplikasi layanan jasa mobile banking tersebut.

3. Penulis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kesempatan

untuk menambah, membandingkan serta menerapkan langsung ilmu yang

didapat di masa perkuliahan agar bisa nantinya diaplikasikan langsung

pada praktik lapangan khususnya ke dalam dunia bisnis.

4. Pihak Lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

dan pengetahuan khususnya di bidang teknologi pada layanan jasa mobile

banking. Nantinya dapat bermanfaat dan berguna bagi penelitian

selanjutnya serta menambah referensi bagi peneliti selanjutnya mengenai

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Teknologi Informasi

Teknologi informasi muncul sebagai akibat semakin merebaknya globalisasi

dalam kehidupan organisasi, semakin kerasnya persaingan bisnis, semakin

singkatnya siklus hidup barang dan jasa yang ditawarkan, serta meningkatknya

tuntutan selera konsumen terhadap produk dan jasa yang ditawarkan.

Teknologi dalam perkembangan arus produksi, konsumsi dan distribusi

informasi memegang peranan penting. Peranan teknologi dala proses

mengklasifikasi informasi terletak ketika hasil teknologi membantu mengubah

pola komunikasi yang dibatasi oleh ruang dan waktu menjadi pola komunikasi

informasi tanpa batas. Dengan demikian, pada dasarnya teknologi bersifat baik.

Maka tidak mengherankan apabila terjadi perubahan dari media massa tradisional

menjadi media massa baru. Pada akhirnya media baru dalam konteks teknologi

dan globalisasi mengalami perubahan yang sedemikian kompleks. Globalisasi

menjadi salah satu faktor penting dalam industri dan teknologi media komunikasi.

Menurut William dan Sawyer (2003), yang dimaksud dengan teknologi

informasi adalah "information technology is a general term that describes any

technology that helps to produce, manipulate, store, communicate, and / or

disseminate information”.

(26)

komunikasi berkecepatan tinggi yang menghubungkan data, suara dan video".

Sedangkan di dalam situs Wikipedia disebutkan bahwa teknologi informasi

adalah “hasil rekayasa manusia terhadap proses penyampaian informasi dari

bagian pengirim ke penerima sehingga pengiriman informasi tersebut akan lebih

cepat, lebih luas penyebarannya, dan lebih lama penyimpanannya”.

Menurut McKeown (2001) yang dimaksud dengan teknologi informasi

adalah “teknologi informasi merujuk pada seluruh bentuk teknologi yang

digunakan untuk menciptakan, menyimpan, mengubah dan menggunakan

informasi dalam segala bentuknya”.

Menurut Warsita (2008) yang dimaksud dengan teknologi informasi adalah :

"Teknologi informasi adalah sarana dan prasarana (hardware, software, dan useware) sistem dan metode untuk memperoleh, mengirimkan, mengolah, menafsirkan, menyimpan, mengorganisasikan, dan menggunakan data secara bermakna. Oleh karena itu, teknologi informasi menyediakan begitu banyak kemudahan dalam mengelola informasi dalam arti menyimpan, mengambil kembali, dan pemutahiran informasi".

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa teknologi informasi adalah

teknologi hasil karya manusia yang menggabungkan komputasi dan jalur

komunikasi berkecapatan tinggi yang digunakan dalam proses penyampaian

informasi (data, suara, video) sehingga penyebaran informasi lebih cepat,

penyebarannya lebih luas dan lebih lama penyimpanannya.

Teknologi ini menggunakan seperangkat komputer untuk mengolah data,

(27)

lainnya sesuai dengan kebutuhan, dan teknologi telekomunikasi digunakan agar

data dapat disebar dan diakses secara global.

Teknologi mempunyai peranan penting dalam perbankan, kemajuan sistem

informasi dunia perbankan ditopang dengan adanya teknologi. Dalam perbankan

penerapan teknologi bertujuan selain untuk memudahkan operasional intern

perusahaan, juga bertujuan untuk memudahkan pelayanan terhadap customers.

Untuk saat ini, dalam dunia perbankan hampir semua produk yang ditawarkan

kepada customers serupa, sehingga persaingan yang terjadi dalam dunia

perbankan adalah bagaimana memberikan produk yang serba mudah dan serba

cepat. Sejak teknologi informasi mampu mendukung terhadap sistem transaksi

lembaga keuangan bank, model transaksi pun lebih mengedepankan pada model

non face to face dan paperless document atau digital document.

Teknologi informasi juga memberikan keuntungan lain bagi bank karena

dalam proses perbankan sendiri segala sesuatunya menjadi lebih praktis,

termanajemen, efektif dan efisien.

2.2 Konsep Mobile Banking

Bank menyediakan layanan Mobile Banking (m-Banking) untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat akan alternative media untuk melakukan transaksi

perbankan, selain yang tersedia di kantor cabang dan ATM. Dengan Mobile

Banking, masyarakat tidak perlu lagi membuang waktu untuk mengantri di

kantor-kantor bank atau ATM, karena saat ini banyak transaksi perbankan dapat

dilakukan dimanapun, kapanpun dengan mudah dan praktis melalui handphone.

(28)

tagihan, pembelian pulsa isi ulang, ataupun pengecekan mutasi dan saldo

rekening. Hampir semua bank di Indonesia telah menyediakan fasilitas

M-Bankingnya baik berupa SIMtolkit (Menu Layanan Data) maupun sms plain (sms

manual) atau dikenal dengan istilah sms banking.

M-Banking adalah langkah awal evolusi bank menjadi financial service

provider (FSP). Dalam hal ini, fungsi bank tidak hanya sebagai tempat

menyimpan dan menyalurkan uang. Sebagai FSP, bank di masa depan berfungsi

mengelola keuangan nasabahnya. Termasuk dalam pembayaran tagihan, sampai

merencanakan dana pensiun. Dan layanan-layanan ini bersifat personal,

disesuaikan dengan karakteristik nasabahnya.

2.2.1 Sejarah Mobile Banking

Mobile banking diluncurkan pertama kali oleh Excelcom pada akhir

1995 dan respon yang didapat juga beragam. Latar belakang dari kemunculan

m-banking ini disebabkan oleh bank-bank yang saat ini ingin mendapat kepercayaan

dari setiap nasabahnya. Dan salah satu cara yang dilakukan yaitu dengan

pemanfaatan teknologi.

Peranan teknologi yang tumbuh dengan pesat, harus dimanfaatkan

secara cermat dan tepat. Berbagai macam teknologi menyediakan

terobosan-terobosan baru yang dapat digunakan oleh bank dalam usahanya untuk selalu

meningkatkan kualitas layanan yang ada. Sehingga dari situlah bank-bank yang

ada di seluruh dunia membuat suatu inovasi baru dengan meluncurkan m-banking.

Bank Central Asia (BCA) misalnya, sebagai salah satu bank swasta

(29)

Bank Central Asia merupakan bank pertama yang meluncurkan sistem m-banking

pertama di Indonesia dibandingkan bank-bank lainnya yang biasa disebut juga

dengan m-BCA. Proses m-banking sendiri muncul tidak hanya berhubungan

dengan bank saja, namun teknologi ini juga bekerja sama dan berhubungan

dengan jaringan operator selular. Sehingga dapat dilihat bahwa m-banking

memberikan keuntungan bagi semua kalangan, baik bagi bank, operator selular

maupun bagi para nasabah pengguna m-banking.

2.2.2 Pengertian Mobile Banking

Menurut Ronald M Hutabarat (2010), mobile banking adalah “sebuah

fasilitas perbankan melalui komunikasi bergerak seperti handphone dengan

penyediaan fasilitas yang hampir sama dengan ATM kecuali mengambil uang

cash”.

Sedangkan dalam Wikipedia disebutkan bahwa “mobile banking

adalah istilah yang digunakan untuk melakukan cek saldo, transaksi rekening,

pembayaran dan lain-lain melalui perangkat mobile seperti ponsel”.

Mobile banking adalah layanan perbankan melalui saluran via wireless

(Mattila, 2003). Mobile banking adalah bagian dari elektronic banking yang

menggunakana teknologi mobile phone. Ada dua macam bentuk mobile banking,

yakni SMS-banking yang diakses dengan mengirimkan pesan tertulis dan

WAP-banking bentuk mobile internet service yang diakses via GPRS (internet)

connection.

Mobile banking atau biasa dikenal dengan M-Banking adalah suatu

(30)

dana antar rekening dan bank lain, mutasi rekening koran, informasi suku bunga

tabungan, deposito, kredit, pembayaran tagihan, dan kurs valuta asing melalui

sarana perangkat seluler. Dapat disimpulkan bahwa Mobile banking adalah salah

satu fasilitas perbankan melalui komunikasi bergerak seperti handphone yang

digunakan untuk melakukan cek saldo, transaksi rekening dan lain-lain kecuali

mengambil uang cash.

2.2.3 Fungsi Mobile Banking

Mobile banking (m-Banking) merupakan suatu layanan perbankan

berbasis mobile phone atau handphone (HP). M-banking kini telah tersebar ke

seluruh dunia, termasuk Indonesia telah menikmati kemudahan akses perbankan

yang ditawarkan bank melalui m-banking dimana saja melalui perangkat mobile

seperti handphone dan PDA.

Dengan adanya m-banking, bank berusaha mempermudah akses para

nasabahnya dalam melakukan transaksi perbankan. Hampir semua bank di

Indonesia telah menyediakan fasilitas m-banking, baik berupa SIM toolkit (Menu

Layanan Data) maupun SMS plain (SMS Manual) yang biasa dikenal dengan SMS

banking. SMS banking merupakan sebuah fasilitas yang disediakan oleh bank

untuk melakukan transaksi keuangan dan permintaan informasi keuangan seperti

(31)

Kegunaan, keuntungan dan kenyamanan yang dapat diperoleh dari

penggunaan mobile banking, adalah :

a. Mudah

Untuk melakukan transaksi perbankan kita tidak perlu datang langsung ke

bank, kecuali pada saat mendaftarka nomor ponsel.

b. Praktis

Setiap nasabah dapat langsung bertransaksi perbankan melalui ponsel setiap

saat, kapan saja dan dimana saja.

c. Aman

M-banking dilengkapi dengan sistem proteksi yang maksimal yang secara

otomatis sudah terprogram sejak pendaftaran. Selain menggunakan pin yang

dapat dipilih sendiri dan nomor ponsel yang didaftarkan, setiap transaksi yang

dilakukan juga akan diacak untuk menjamin keamanan para nasabah.

d. Penggunaan yang bersahabat

M-banking dirancang sedemikian rupa sehingga mudah digunakan oleh siapa

saja, nasabah bisa memilih jenis transaksi dari menu yang telah tersedia tanpa

harus menghapal kode transaksi yang ingin dilakukan.

e. Nyaman

Nasabah seperti mempunyai ATM dalam genggaman tangan, karena berbagai

transaksi yang biasa dilakukan di ATM, kini dapat dilakukan melalui

(32)

2.2.4 Dampak Penggunaan Mobile Banking

Penggunaan mobile banking menimbulkan dampak yang positif secara

khusus terhadap bank itu sendiri, nasabah dan operator telepon selular.

a. Bank

Mendapatkan keuntungan, karena nasabah akan semakin bertambah banyak

dan bank mendaapatkan kepercayaan dari nasabah.

b. Nasabah

Mendapatkan pelayanan yang lebih dari bank, karena dengan adanya

m-banking akan semakin mempermudah para nasabah dalam melakukan transaksi

perbankan atau hanya sekedar melakukan pengecekan saldo dimanpun,

kapanpun dengan dimensi ruang dan waktu yang tidak terbatas.

c. Operator Seluler

Mendapatkan konsumen yang aktif dalam penggunaan ponselnya. Konsumen

yang menggunakan fasilitas m-banking, pulsanya akan terpotong dan

konsumen akan melakukan pengisian ulang pulsa kembali untuk melakukan

transaksi m-banking.

2.2.5 Keterbatasan Mobile Banking

M-banking memiliki beberapa keterbatasan dibandingkan dengan jenis

lain dalam sistem perbankan seperti internet banking. Keterbatasannya adalah

perangkat mobile yang terbatasa dalam hal :

− Kecepatan pemrosesan

− Keterbatasan ukuran layar

(33)

2.3 Teori-Teori Penerimaan Teknologi

Beberapa model dan teori yang telah digunakan dalam literatur sistem

informasi untuk menjelaskan bagaimana individual organisasi mengadopsi

teknologi baru. Teori dan model tersebut adalah Theory of Reason Action (TRA),

Theory of Planned Behavior (TPB), Social Cognitive Theory, Task-Fit Theory,

dan Technology Acceptance Model (TAM). Dan model atau teori yang paling

mutakhir adalah Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT),

yang dikemukakan pertama kali oleh Venkantesh (2003).

2.3.1 Theory of Reason Action (TRA)

Theory of Reason Action (TRA) dikembangkan oleh Fishbein dan

Ajzen (1975 dan 1980). Teori ini disusun menggunakan asumsi dasar bahwa

manusia berperilaku dengan cara yang sadar dan mempertimbangkan segala

informasi yang tersedia. Berdasarkan teori ini, performa individual dari perilaku

spesifik menentukan perhatian perilaku yang menunjukkan sikap (attitude toward

behavior) dan norma subjektif (subjective norms) berdasarkan keyakinan terhadap

perilaku. Teori ini merekomendasikan bahwa persepsi mendatangkan inovasi

secara spesifik, dimana difusi teori inovasi mempunyai lima karakter spesifik dari

dampak inovasi perilaku adopsi (Agarwal dan Prasad, 1997).

Teori ini merupakan teori yang paling sering digunakan dalam model

teoritis dalam sistem informasi. Akan tetapi dikarenakan norma subjektif ini tidak

memiliki kepastian teori dan ukurannya adalah aspek psikologi seseorang yang

(34)

kedalam TAM. Oleh karena itu Davis menyempurnakan teori ini dengan

menciptakan TAM.

Gambar 2.1 Theory of Reason Action (TRA)

(Sumber: Davis, 1989)

2.3.2 Theory of Planned Behavior (TPB)

Theory of Planned Behavior (TPB) merupakan perluasan dari TRA.

TPB dikembangkan oleh Ajzen (1991) dengan teori perilaku terencana (theory of

planned behavior), di mana determinan intensi tidak hanya dua (sikap terhadap

perilaku yang bersangkutan dan norma-norma subjektif) melainkan tiga dengan

diikutsertakannya aspek kontrol perilaku yang dihayati (perceived behavioral

control), yaitu :

1. Keyakinan yang berpengaruh pada sikap terhadap perilaku tertentu

2. Keyakinan pada norma-norma subjektif

3. Keyakinan pada kontrol perilaku yang dihayati.

Keyakinan mengenai perilaku apa yang bersifat normatif dan motivasi

(35)

subjektif dalam diri individu. Kontrol perilaku ditentukan oleh pengalaman masa

lalu dan perkiraan individu mengenai seberapa sulit atau mudahnya untuk

melakukan perilaku yang bersangkutan.

Dalam teori perilaku terencana, faktor utama dari suatu perilaku yang

ditampilkan individu adalah intensi untuk menampilkan perilaku tertentu (Ajzen,

1991). Intensi diasumsikan sebagai faktor motivasional yang mempengaruhi

perilaku. Intensi merupakan indikasi seberapa keras seseorang berusaha atau

seberapa banyak usaha yang dilakukan untuk menampilkan suatu perilaku.

Sebagai aturan umum, semakin keras intensi seseorang untuk terlibat

dalam suatu perilaku, semakin besar kecenderungan ia untuk benar-benar

melakukan perilaku tersebut. Intensi untuk berperilaku dapat menjadi perilaku

sebenarnya hanya jika perilaku tersebut ada di bawah kontrol individu yang

bersangkutan. Individu tersebut memiliki pilihan untuk memutuskan

menampilkan perilaku terterntu atau tidak sama sekali (Ajzen, 1991). Sampai

seberapa jauh individu akan menampilkan perilaku, juga tergantung pada

faktor-faktor non motivasional.

Jika intensi dianggap sebagai faktor yang konstan, maka usaha-usaha

untuk menampilkan perilaku tertentu tergantung pada sejauh mana kontrol yang

dimiliki individu tersebut. Hal penting kedua yang mendasari pernyataan bahwa

ada hubungan langsung antara kontrol terhadap perilaku yang dihayati (perceived

behavioral control) dan perilaku nyatanya, seringkali dapat digunakan sebagai

(36)

Gambar 2.2 Theory of Planned Behavior (TPB)

(Sumber: Ajzen, 1991)

2.3.3 Social Cognitive Theory

Social Cognitive Theory dikembangkan oleh Compeau dan Higgins

(1999). Model tersebut didasarkan pada teori kognitif yang dikembangkan untuk

menguji apakah pengaruh komputer self-efficacy, ekspektasi hasil, minat atau

perhatian, serta kecemasan terhadap penggunaan komputer. Dalam teori ini

self-efficacy merupakan anteseden terhadap penggunaan teknologi. Tanggapan

emosional seperti perhatian dan kecemasan dipengaruhi self-efficacy. Sementara

itu, menurut Venkatesh (2003) ekspektasi dibagi menjadi dua kelompok yaitu :

− Ekspektasi pencapaian individual

− Ekspektasi kinerja

Attitude toward the

behavior

Subjective norm

Perceived behavioral

control

(37)

2.3.4 Task-Technology Fit Theory

Inti dari model ini adalah konstruk yang disebut kecocokan tugas

dengan teknologi atau Task-Technology Fit (TTF), yaitu kesesuaian antara

kemampuan teknologi dengan tuntutan pekerjaan, atau kemampuan teknologi

untuk mendukung pekerjaan (Goodhue and Thompson, 1995) di dalam Dishaw,

Strong, dan Bandy (2002). Beberapa penelitian yang menggunakan teori tersebut,

sebagai pembanding atau dikombinasikan dengan TAM, mempunyai pengaruh

kuat dalam pembentukan variabel perceived ease-of-use, perceived usefulness dan

behaviour intention to use, diantaranya adalah Thompson, Higgins, dan Howell

(1991) dengan model utilisasi personnel computer (PC), serta Venkantesh dan

Davis (2000) yang menggunakan variabel kesesuaian tersebut sebagai variabel

eksternal terhadap TAM.

Menurut Goodhue (1995) evaluasi terhadap user dengan

menggunakan model ini ditentukan oleh karakteristik dari pekerjaan, karakteristik

dari individu dan sistem informasi dan persyaratan suatu pekerjaan akan

menghasilkan evaluasi user yang positif. Goodhue (1995) menganjurkan bahwa

TTF digunakan sebagai konstruk evaluasi user untuk mengukur kesuksesan suatu

sistem informasi.

TTF berkaitan erat dengan ilmu psikologi kognitif dan model mental

yang menjelaskan bagaimana kesesuaian teknologi akan memenuhi kebutuhan

dari tugas-tugas yang dimiliki oleh seorang user. Definisi ini menekankan pada

kemampuan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas yang akan

(38)

software yang tepat dalam mengerjakan suatu tugas tertentu. Menurut Dishaw dan

Strong (1998) TTF juga memiliki suatu hubungan dengan model user attitude dan

behavior toward IT seperti TAM dan TRA.

2.3.5 Technology Acceptance Model (TAM)

Technology Acceptance Model (TAM), diperkenalkan pertama kali

oleh Davis pada tahun 1989. TAM merupakan model yan popular dan banyak

digunakan dalam berbagai penelitian mengenai proses adopsi teknologi informasi.

Model TAM sebenarnya diadopsi dari model The Theory of Reasoned Action

(TRA), yaitu teori tindakan yang beralasan yang dikembangkan oleh Fishbein dan

Ajzen (1975), dengan satu asumsi bahwa reaksi dan persepsi seseorang terhadap

sesuatu hal, akan menentukan sikap dan perilaku orang tersebut. Teori ini

membuat model perilaku seseorang sebagai suatu fungsi dari tujuan perilaku.

Tujuan perilaku di tentukan oleh sikap atas perilaku tersebut.

Dengan demikian dapat di pahami reaksi dan persepsi pengguna

teknologi informasi (TI) akan mempengaruhi sikapnya dalam penerimaan

penggunaan TI, yaitu salah satu faktor yang dapat mempengaruhi adalah persepsi

pengguna atas kemanfaatan dan kemudahan penggunaan TI sebagai suatu

tindakan yang beralasan dalam konteks penggunaan TI, sehingga alasan seseorang

dalam melihat manfaat dan kemudahan penggunaan TI menjadikan tindakan

orang tersebut dapat menerima penggunaan TI.

Menurut Davis (1989), tujuan utama dari model TAM adalah untuk

penulusuran pengaruh faktor eksternal perilaku pengguna komputer terhadap

(39)

pengguna (user behavior relationship). Tujuan model ini untuk menjelaskan

faktor-faktor utama dari perilaku pengguna TI tehadap penerimaan penggunaan TI

itu sendiri.

Model TAM secara lebih terperinci menjelaskan penerimaan TI

dengan dimensi-dimensi tertentu yang dapat mempengaruhi dengan mudah

diterimanya TI oleh si pengguna (user). Model ini menempatkan faktor sikap dari

tiap-tiap perilaku pengguna dengan dua variabel yaitu persepsi manfaat (perceived

usefulness) dan persepsi kemudahan penggunaan (perceived ease of use). Dan

variabel tersebut merupakan determinan utama perilaku adopsi (perilaku untuk

menggunakan atau mengadopsi) dan akhirnya penggunaan teknologi.

Perceived usefullness didefinisikan sebagai tingkat keyakinan individu

bahwa penggunaan TI tertentu akan meningkatkan kinerjanya. Konsep ini

menggambarkan manfaat sistem bagi pemakainya yang berkaitan dengan

produktivitas, kinerja tugas, efektivitas, pentingnya suatu tugas dan overall

usefullness (Davis 1989). Sementara perceived ease of use didefinisikan sebagai

tingkat dimana seseorang meyakini bahwa penggunaan TI merupakan hal yang

mudah dan tidak memerlukan usaha keras dari pemakainya. Konsep ini mencakup

kejelasan tujuan penggunaan SI dan kemudahaan penggunaan sistem untuk tujuan

sesuai dengan keinginan pemakai. Kesimpulannya adalah model TAM dapat

menjelaskan bahwa persepsi pengguna akan menentukan sikapnya dalam

penerimaan penggunaan TI. Model ini secara lebih jelas menggambarkan bahwa

penerimaan penggunaan TI dipengaruhi oleh kemanfaatan (usefulness) dan

(40)

Gambar 2.3 Technology Acceptance Model (TAM)

(Sumber: Davis, 1989)

2.3.6 Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT)

UTAUT Model, yang dikemukan oleh Venkantesh (2003), merupakan

model yang disusun berdasarkan teori-teori dasar mengenai perilaku pengguna

teknologi dan model penerimaan teknologi yaitu TRA, TAM, TPB, motivational

model, Model Pemanfaatan Personal Computer, teori difusi inovasi, dan SCT.

Model tersebut terdiri dari 4 variabel sebagai determinant terhadap

tujuan dan penggunaan teknologi informasi yaitu:

1. Ekspektasi kinerja

2. Ekspektasi usaha

3. Pengaruh sosial

4. Kondisi pendukung

Dan juga terdapat empat variabel sebagai moderator antara

determinant dengan tujuan dan penggunaan teknologi informasi, yaitu:

1. Jenis kelamin

(41)

4. Voluntarines

2.4 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu

No. Penulis Judul

Penelitian

Variabel Hasil Penelitian

1 Diana

Perceived Ease of Use, Perceived

Perceived Ease of Use, Perceived Enjoyment, Amount of Information, Security and Privacy, dan Quality of Internet/SMS

Connection tidak

berpengaruh secara

signifikan terhadap

penerimaan mobile

banking.

Perceived Ease Of

Use, Perceived

Enjoyment,

Security dan

Privacy, Internet

Connection, dan

Amount of Information.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa preceived ease of use, memiliki pengaruh terhadap penerimaan sistem online banking.

2.5 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah populasi utama dimana sepenuhnya proyek

(42)

secara logis diterangkan, dikembangkan, dan dielaborasi dari perumusan masalah

yang didentifikasi melalui proses wawancara, observasi dan survey literature

(Kuncoro, 2003:4). Berdasarkan teori pendukung dan perumusan masalah yang

dikemukakan penulis diatas. Gambar 2.4 dibawah ini merupakan suatu kerangka

konseptual yang berfungsi sebagai penuntun, dan juga dapat mencerminkan alur

berpikir yang merupakan dasar bagi perumusan hipotesis.

Gambar 2.4 Kerangka Konseptual

Sumber: Data diolah oleh penulis

2.6 Hipotesis Penelitian

Pada bagian yang sebelumnya telah dijelaskan bahwa penelitian ini

memodifikasi dan mengembangkan Technology Acceptance Model (TAM). Persepsi Kemudahan

Penggunaan (X1)

Persepsi Manfaat (X2)

Pengaplikasian Layanan Jasa

Mobile Banking (Y)

(43)

Gambar 2.5 Model Pengujian

H1

H2

H3

Atas dasar modifikasi model pada gambar 2.5, pengembangan

hipotesa diuraikan sebagai berikut:

1. Persepsi kemudahan penggunaan (Perceived ease of use)

Davis (1989) mendefinisikan kemudahan penggunaan (ease of use)

sebagai suatu tingkatan dimana seseorang percaya bahwa mobile dapat dengan

mudah dipahami. Atas dasar definisi tersebut kemudahan penggunaan mobile

banking berarti kemudahan dalam memahami bila transaksi melalui media

mobile banking kapanpun dan dimanapun.

Menurut Adam et. al. (1992), intensitas penggunaan dan interaksi

antara penggunaan dan interaksi antara pengguna (user) dengan sistem juga

dapat menunjukkan kemudahan penggunaan. Suatu sistem yang sering

digunakan menunjukkan bahwa sistem tersebut lebih dikenal, lebih mudah

dioperasikan dan lebih mudah digunakan oleh penggunanya. Kemudahan

penggunaan akan mengurangi usaha (baik waktu dan tenaga) para nasabah Persepsi kemudahan

penggunaan

Persepsi kepercayaan Persepsi manfaat

Pengaplikasian layanan jasa mobile

(44)

dalam mempelajari seluk beluk bertransaksi via mobile banking. kemudahan

penggunaan juga memberikan indikasi bahwa para pengguna sistem informasi

bekerja lebih mudah dibandingkan dengan bekerja tanpa menggunakan sistem

informasi.

Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesa yang diuji adalah:

H1: persepsi kemudahan penggunaan berpengaruh dengan pengaplikasian

layanan jasa mobile banking

2. Persepsi manfaat (Perceived usefulness)

Davis (1989) dan Adam et. al (1992) mendefinisikan kemanfaatan

(usefulness) sebagain suatu tingkatan dimana seseorang percaya bahwa

penggunaan suatu teknologi tertentu akan meningkatkan prestasi kinerja

seseorang. Berdasarkan definisi tersebut dapat diartikan bahwa kemanfaatan

dari penggunaan komputer dapat mempengaruhi peningkatkan kinerja, prestasi

kerja seseorang yang menggunakannya. Menurut Thompson et.al (1991;1994)

kemanfaatan teknologi informasi merupakan manfaat yang diharapkan oleh

pengguna teknologi informasi (TI) dalam melaksanakan tugasnya.

Menurut Chin dan Todd (1991) memberikan beberapa dimensi

tentang kemanfaatan teknologi informasi (TI). Kemanfaatan dapat dibagi

kedalam dua kategori, yaitu:

1. Kemanfaatan dengan estimasi satu faktor.

Meliputi dimensi :

− Menjadikan pekerjaan lebih muidah (makes job easier)

(45)

− Menambah produktifitas (increase productivity)

− Mempertinggi efektifitas (enchance efectiveness)

− Meningkatkan kinerja pekerjaan (improve job performance)

2. Kemanfaatan dengan estimasi dua faktor

Kemanfaatan dengan estimasi dua faktor dibagi menjadi dua kategori yaitu

kemanfaatan dan efektivitas.

Persepsi manfaat dalam mobile banking merupakan manfaat yang

diperoleh nasabah dalam menyelesaikan tugas ataupun pekerjaannya. Suatu

layanan mobile banking akan bermanfaat jika layanan tersebut mudah

dimengerti serta mampu menjalin interaksi dengan nasabah penggunanya.

Maka, bank sebagai pihak penyedia layanan ini berusaha mensosialisasikannya

kepada nasabah mereka dengan terjun langsung ke lapangan. Sebagai contoh

yang telah dilakukan oleh bank Mandiri, mengirim langsung promoter ke

ATM-ATM Mandiri yang tersebar di Medan dan menawarkan layanan

m-banking kepada setiap nasabah yang berada di antrian ATM. Setiap nasabah

yang registrasi untuk menggunakan layanan ini akan mendapat brochure yang

berisi langkah-langkah yang mudah dipahami dalam menggunakan mobile

banking yang dapat nasabah pelajari dirumah.

Tidak hanya itu, bank juga menyediakan layanan 24 jam seperti

layanan call center mandiri 14000 yang siap membantu nasabah untuk berbagai

macam pertanyaan seputar mobile banking. Sehingga manfaat-manfaat mobile

banking, seperti cek saldo, transfer antar rekening, info kurs dan sebagainya

(46)

yang terbuang dan menghemat biaya bahkan ketika bank sedang tidak

beroperasi (hari libur). Dapat disimpulkan bahwa tingkat kemanfaatan mobile

banking mempengaruhi sikap setiap para nasabah terhadap penggunaan sistem

layanan ini.

Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesa yang diuji adalah:

H2: persepsi manfaat berpengaruh dengan pengaplikasian layanan jasa

mobile banking

3. Kepercayaan (Trust)

Kepercayaan adalah sekumpulan keyakinan yang dipegang oleh para

pelanggan terhadap kharakteristik bank dan kemungkinan perilaku konsumen

bank di masa datang. Dua dimensi kepercayaan yang digunakan pada

penelitian penelitian sebelumnya yaitu keamanan dan privasi. Masyarakat

memiliki pemahaman yang lemah terhadap resiko keamanan dengan

menggunakan mobile banking walaupun mereka menyadari resiko tersebut.

Konsumen sering menganggap bahwa bank lebih peduli terhadap

isu-isu privasi dan melindungi mereka. Dengan demikian semakin banyak

informasi privasi yang diperlukan dalam bertransaksi melalui mobile banking,

maka semakin tinggi kemungkinan mereka menolak pengadopsian m-banking:

bertransaksi dengan m-banking kurang memberikan kemudahan. Hal yang

sama, semakin kurang terjamin keamanan bertranskasi melalui internet, para

nasabah enggan memanfaatkan sistem tersebut. Untuk membangun

kepercayaan dan rasa aman nasabah, untuk m-banking melalui SMS, nasabah

(47)

infrastruktur jaringan operator GSM sudah mempunyai sistem sekuritas

berganda dan berlapis.

Sebagai contoh kerjasama antara BCA dengan salah satu operator

GSM Excelcomindo. Menurut Yudi Hartono, manajer segmen produk ProXL

PT Excelcomindo Pratama, di dalam SIM card XL sudah tertanam teknologi

pengaman berupa 'Key', yang langsung meng-enkripsi data yang di-upload

nasabah ke bank. Pada saat hendak bertransaksi, pengguna juga diminta

memasukkan password untuk dapat melakukan transaksi ini. Pengamanan dua

lapis, di pihak operator dan bank serta dukungan teknologi enskripsi triple-desk

selama data dikirim, itu sudah menjamin keamanan bertransaksi via

handphone.

Dalam adopsi teknologi informasi, sebagai contoh adopsi dalam bisnis

on-line, akan bejalan evolutif dengan adanya trust atau kepercayaan pengguna

sebagai umpan balik positif dari upaya komponen pendorongnya, yaitu apabila

kepercayaan dapat ditumbuhkan oleh vendor kepada konsumen, maka akan

semakin menumbuhkan pula perhatian konsumen untuk menggunakan suatu

teknologi baru.

Kesimpulannya, jika nasabah kurang memiliki rasa percaya terhadap

suatu layanan maka semakin kecil pula keinginan untuk mengadopsi layanan

tersebut. Dan manfaat yang akan didapat pun menjadi sedikit.

Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang akan diuji adalah:

H3: Kepercayaan berpengaruh dengan pengaplikasian layanan jasa mobile

(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif kausal. Menurut

Umar (2008:35) penelitian asosiatif kausal adalah “penelitian yang bertujuan

untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau

bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya.”

3.2 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2006).

Populasi dalam penelitian ini adalah para nasabah pada bank-bank yang

mengaplikasikan layanan jasa mobile banking di Indonesia dengan sampel

responden di kota Medan.

3.3 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi keseluruhan yang dipilih secara cermat

agar mewakili populasi (Sugiyono, 2006). Oleh karena itu sampel yang diambil

dari populasi harus mewakili (representative) keseluruhan populasi.

Berdasarkan tingkat kesulitan dalam mencari responden pengguna mobile

banking, jumlah responden yang disyaratkan, serta keterbatasan waktu yang

dimiliki maka sampel dari penelitian ini adalah nasabah perbankan yang

(49)

banking, karena didalam penelitian ini mengharapkan terdapat responden secara

merata baik yang sudah lama menggunakan mobile banking maupun yang baru

beberapa bulan menggunakan mobile banking, sehingga dengan demikian dapat

diperoleh variabilitas data dalam menggambarkan keputusan nasabah untuk tetap

terus menggunakan mobile banking di masa mendatang atau tidak.

3.4 Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan convenience

sampling yang berarti bahwa sampel tidak dibatasi dan anggota sampel dipih

karena mudah dijangkau dan mudah didapatkan (Sugiyono, 2006). Metode ini

juga menggunakan kriteria untuk sampelnya. Sedangkan dalam pelaksanaan

pengambilan sampel di lapangan karena tidak mudah untuk mencari nasabah yang

menggunakan layanan mobile banking, maka digunakan dua metode dalam

penarikan sampel yaitu accidental sampling dan snowball sampling.

Accidental sampling adalah proses pengambilan sampel pada saat langsung

bertemu dengan responden (Sugiyono, 2006). Sedangkan snowball sampling

adalah proses pengambilan sampel dimana responden berikutnya dan seterusnya

diperoleh dari informasi responden pertama (Sugiyono, 2003). Setelah

mendapatkan seorang responden yang menggunakan mobile banking kemudian

responden diminta untuk memberikan daftar referensi nama teman, saudara,

ataupun kerabat bisnis yang juga menggunakan mobile banking sebagai responden

selanjutnya. Kedua metode penarikan sampel di atas dilakukan bersamaan secara

terus menerus sampai didapatkan jumlah responden sesuai dengan yang

(50)

3.5 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 (dua), yaitu:

a. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden yang

terpilih pada lokasi penelitian. Data primer yang dibutuhkan dalam

penelitian ini seperti data identitas responden dengan memberikan

kuesioner.

b. Data Sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi pustaka dengan

mempelajari berbagai tulisan dari buku, jurnal, majalah dan internet

untuk mendukung penelitian ini.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah:

a. Kuesioner

Menyebarkan daftar pertanyaan yang telah diberikan alternatif jawaban

sebagai kemudahan responden untuk menjawabnya.

b. Studi pustaka

Yaitu dengan mengumpulkan dan mempelajari informasi dan data-data

yang diperoleh dari jurnal, buku-buku literature, majalah dan internet

(51)

3.7 Jadwal Penelitian

3.8 Variabel Penelitian dan Pengukuran

Seluruh variabel yang digunakan dalam penelitian diukur dengan

menggunakan skala Likert, yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sikap,

pendapat dan persepsi seseorang dengan memberi skor kepada masing-masing

alternatif jawaban. Setiap item pertanyaan dalam penelitian ini akan diukur

dengan skala 1-5 dari sangat tidak setuju hingga sangat setuju untuk keperluan

(52)

Tabel 3.2 Instrumen Skala Likert

No Pertanyaan Skor

1 Sangat Setuju (SS) 5

2 Setuju (S) 4

3 Kurang Setuju (KS) 3

4 Tidak Setuju (TS) 2

5 Sangat Tidak Setuju (STS) 1

3.8.1 Variabel Dependen (bebas)

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah :

− Pengaplikasian layanan jasa mobile banking

Layanan Mobile banking atau biasa disebut dengan m-Banking

merupakan suatu layanan perbankan yang diberikan pihak bank

untuk mendukung kelancaran dan kemudahan pada kegiatan

perbankan, serta keefektifan dan keefisienan nasabah untuk

melakukan berbagai jenis transaksi. Dalam hal ini telepon seluler

atau handphone mempunyai peranan dalam pengaplikasiannya.

Dengan adanya fasilitas ini, maka setiap orang yang memiliki

ponsel dapat dengan mudah melakukan transaksi apapun dimana

saja dan kapan saja tanpa harus terkoneksi dengan internet dan

(53)

3.8.2 Variabel Independen (terikat)

1. Persepsi Kemudahan Penggunaan

Kemudahan penggunaan (ease of use) adalah suatu tingkatan

dimana seseorang percaya bahwa teknologi informasi (TI) dapat

dengan mudah dipahami. kemudahan penggunaan akan

mengurangi usaha (baik waktu dan tenaga) seseorang di dalam

mempelajari TI.

2. Persepsi Manfaat

Persepsi manfaat adalah derajat dimana seseorang meyakini

bahwa dengan menggunakan sebuah sistem akan dapat

meningkatkan kemampuan kerjanya.

3. Kepercayaan

Kepercayaan adalah sekumpulan keyakinan yang dipegang oleh

para pelanggan terhadap karakteristik bank dan kemungkinan

perilaku konsumen bank di masa yang akan datang.

Tabel 3.3 Variabel Penelitian

No Variabel Defenisi Pengukuran

1 Dependen

Pengaplikasian

layanan jasa mobile banking (Y)

Penerapan aplikasi mobile banking melalui telepon seluler atau handphone dapat memudahkan nasabah dalam berinteraksi tanpa menggunakan koneksi internet.

Likert

2 Independen

Persepsi kemudahan penggunaan (X

Suatu tingkatan dimana seseorang percaya bahwa teknologi informasi

Gambar

Gambar 2.1  Theory of Reason Action (TRA)...................................................21 Nomor  Gambar 2.2  Theory of Planned Behaviour (TPB).............................................23 Gambar 2.3  Technology Acceptance Model (TAM) ........................................27 Gambar 2.4  Kerangka Konseptual.....................................................................29 Gambar 2.5  Model Pengujian............................................................................30 Gambar 4.1 Gambar 4.2 Gambar 4.3
Gambar 2.1 Theory of Reason Action (TRA)
Gambar 2.2 Theory of Planned Behavior (TPB)
Gambar 2.3 Technology Acceptance Model (TAM)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengujian koefisien determinasi (R 2 ) menunjukkan bahwa angka Adjusted R 2 atau determinan sebesar 0,732 berarti hubungan antara bukti fisik, kehandalan,

1) Konstanta bernilai 9,747 maka dapat disimpulkan bahwa apabila semua variabel independen memiliki nilai 0, maka loyalitas konsumen sebesar 9,747. 2) Nilai koefisien regresi

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa besarnya nilai koefesien determinasi yang ditunjukan oleh nilai R Square yaitu sebesar 0.787, jadi kontribusi

Nilai koefisien determinasi sebesar 0,523 yang menunjukkan bahwa 52,3 % citra merek, promosi, persepsi manfaat, kemudahan penggunaan, kualitas sistem dan kualitas

Jika nilai b1 yang merupakan koefisien regresi dari Citra Merek (X 1 ) sebesar 0, 484 yang artinya mempunyai pengaruh positif terhadap variabel dependen (Y)

Hal ini terbukti melalui penelitian dengan hasil perhitungan nilai t hitung pada tingkat pendapatan < 7.500.000 sebesar 2,028 ; 2,088 ; 2,584 dan pada tingkat pendapatan

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa persepsi manfaat berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap sikap penggunaan internet banking, sedangkan variabel

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh persepsi manfaat, persepsi kemudahan penggunaan mobile banking terhadap penggunaan dengan melalui sikap. Kami mohon