• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Dampak Pemekaran Daerah Terhadap Pembangunan Infrastruktur Kabupaten Humbang Hasundutan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Dampak Pemekaran Daerah Terhadap Pembangunan Infrastruktur Kabupaten Humbang Hasundutan"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

1 SKRIPSI

ANALISIS DAMPAK PEMEKARAN DAERAH TERHADAP PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KABUPATEN HUMBANG

HASUNDUTAN

Oleh:

VIO MARITO SIAHAAN 110501099

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

(2)

2 ABSTRAK

ANALISIS DAMPAK PEMEKARAN DAERAH TERHADAP PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KABUPATEN HUMBANG

HASUNDUTAN

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak pemekaran daerah terhadap pembangunan infrastruktur Kabupaten Humbang Hasundutan. Teknik penelitian yang digunakan adalah dengan mengumpulkan data-data infrastruktur jalan, infrastruktur kesehatan yaitu Puskesmas dan Pustu, infrastruktur pendidikan yaitu SD, SMP, SMA dan SMK, jumlah pelanggan air bersih, Infrastruktur Listrik dan selanjutnya dianalisis. Metode analisis data yang digunakan adalah dengan analisis uji beda yaitu uji Simple Paired Test (data berdistribusi normal)dan uji

(3)

3 ABSTRACT

ANALYSIS OF DISTRICT SEPARATION IMPACT ON INFRASTRUCTURE DEVELOMENT IN HUMBANG HASUNDUTAN DISTRICT

This purpose of this research is to find out and analyze are the impact district separation on infrastructure development in Humbang Hasundutan District. The technique used in this study is to collect data of road infrastructure, the health infrastructure, community health centers and public health sub centers, education infrastructure that is primary school, junior high school, high school and vocational senior high school, number of consumer drinking water, electricity infrastructure. Methods Analysis Techniques used are the Simple Paired Test (normal distribution of data) and Wilcoxon Match Pairs Test (data distribution is not normal).

The test results of the analysis showed that the Redistricting Humbang Hasundutan positive impact on the development of health infrastructure, namely community health centers, primary school, junior high school, high school and vocational senior high school, number of consumer drinking water, electricity infrastructure. However, public health sub centers and road infrastructure negative impact on local infrastructure development separation Humbang Hasundutan District.

(4)

4 KATA PENGANTAR

Segala Pujian, hormat dan kemuliaan penulis ucapkan kepada Allah Bapa di Surga atas segala Kasih, pertolongan, kemurahan dan penyertaanNya selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus penulis penuhi guna menyelesaikan studi di Ekonomi Pembangunan USU Medan untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi. Adapun judul skripsi ini adalah : Analisis Dampak Pemekaran Daerah Terhadap Pembangunan Infrastruktur Kabupaten Humbang Hasundutan.

Skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa dukungan dari banyak pihak. Pada kesempatan ini dengan rasa hormat dan penuh ucapan terimakasih penulis ucapkan kepada orang tua penulis, ayahanda T.M. Siahaan dan ibunda R. Simanjuntak atas kasih, cinta, perhatian dan pengorbanan, serta semangat pantang menyerah dan pengajaran mengenai kesungguhan dalam diri penulis.

Penulis juga menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dan kepada semua pihak yang menjadi bagian penting selama penulis menjalankan perkuliahan di Departemen Ekonomi Pembangunan USU, yaitu:

1. Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec., Ac., Ak.,selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

(5)

5 3. Bapak Irsyad Lubis, S.E., M.Soc.Sc., Ph.D.,selaku Ketua Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan dan Bapak Paidi Hidayat, S.E., M.Si., selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Dosen pembimbing penulis, Bapak Kasyful Mahalli, S.E., M.Si., yang bersedia meluangkan waktu, tenaga, pikiran dan materi serta mau mengajari saya dari proses awal hingga skripsi ini terselesaikan. Terimakasih untuk pengetahuan, nasihat dan didikan yang sangat berharga yang tidak akan pernah penulis lupakan. Semoga Tuhan membalas budi baik bapak berkali-kali lipat dan melimpah banyaknya.

5. Untuk seluruh staf pengajar, dan staf departemen ekonomi pembangunan, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

6. Kepada kakak-kakakku yang terkasih, Inggrid Intan Rumiris siahaan, S.Farm, Apt., Trikhaini Siahaan, SSt., Ririn Steira Siahaan, Amp., dan adekku Ogan Men Eleanor siaahaan yang biasa dipanggil pudan. Trimakasih untuk suka dan duka yang kita lewati bersama-sama yang membuat kita semakin menyadari Dia turut bekerja dalam segala hal yang mendatangkan kebaikan. Semoga kita selalu berjalan didalam kasih dan terangNya.

(6)

6 penulis. Kini penulis mampu menjawab pertanyaan yang kerap kalian ajukan: Kapan siap skripsinya, Kak?

8. Kepada wanita-wanita penuh kasih dan semangat, “Ndeso” (Iren, Melry, Yessi, dan Theresia), Kak Irma, Kak Maria, Pivi, Kak Juni Simamrmata, Florida, Rahel, Handayani, Roma, Kak Ani, dan lain-lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang menjadi pendoa bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Kepada Eric Sandy Marbun yang mau membantu serta meluangkan waktu, tenaga dan doa dalam penulisan skripsi ini. Semoga sukacita didalamNya menaungi hidupmu dan firmanNya menjadi pedoman dalam langkah kita masing-masing.

Penulis dengan segala kerendahan hati menyadari bahwa skripsi ini masih kurang sempurna dikarenakan keterbatasan pengetahuan, kemampuan, wawasan serta bahan-bahan literatur yang penulis dapatkan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk kritik dan saran yang membangun dari pembaca guna menyempurnakan karya ini.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermamfaat bagi semua pembacanya. Medan, Oktober 2015

(7)

7 DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Pemekaran Daerah ... 10

2.2Infrastruktur ... 18

2.2.1 Infrastruktur Jalan ... 20

2.2.2 Infrastruktur Listri ... 21

2.2.3 Infrastruktur Air Besih ... .... 22

2.2.4 Infrastruktur Kesehatan ... 24

2.2.3 Infrastruktur Pendidikan ... ... 25

2.3 Penelitian Terdahulu ... .. 26

2.4 Kerangka Konseptual ... 29

2.5 Hipotesis ... 30

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian dan Sumber Data ... 31

3.2 Batasan Operasional ... 31

3.3 Definisi Operasional... 32

3.4 Metode Analisis Data ... 32

3.4.1 Statistik Deskriptif ... 33

3.4.2 Uji Normalitas ... 33

3.4.2 Uji Hipotesis ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 35

4.1.1 Kondisi Geografis dan Demografi Kabupaten Humbang Hasundutan ... 35

(8)

8

4.1.2.1 Pendidikan ... 38

4.1.2.1.1 Angka Partisipasi Sekolah... 40

4.1.2.1.2 Angka Melek Huruf ... 40

4.1.2.1.3 Kesehatan ... 41

4.1.3 Kondisi Ekonomi di Kabupaten Humbang Hasundutan ... 44

4.1.3.1 Perindustrian ... 44

4.1.3.2 Listrik dan Air Minum ... 45

4.1.4 Potensi Wilayah ... 46

4.1.4.1 Pertanian ... 46

4.1.4.1.1 Tanaman Pangan ... 46

4.1.4.1.2 Perkebunan ... 47

4.1.4.1.3 Peternakan ... 47

4.1.4.1.4 Perikanan ... 48

4.1.4.1.5 Kehutanan ... 49

4.1.4.2 Pariwisata ... 49

4.1.4.3 Perhubungan ... 50

4.1.5 Perkembangan Pembangunan Infrastruktur Jalan ... 51

4.1.6 Perkembangan Pembangunan Infrastruktur Listrik ... 54

4.1.7 Perkembangan Pembangunan Air Bersih... 55

4.1.8 Perkembangan Pembangunan Kesehatan ... 56

4.1.9 Perkembangan Pembangunan Pendidikan ... 58

4.1.9.1 Sekolah Dasar ... 59

4.1.9.2 Sekolah Menengah Pertama ... 60

4.1.9.3 SMA dan SMK ... 61

4.2 Hasil Penelitian Dan Pembahasan ... 62

4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 62

4.2.2 Hasil Uji Normalitas ... 64

4.2.3 Hasil Uji Hipotesis ... 66

4.2.3.1 Infrastruktur Jalan ... 66

4.2.3.2 Infrastruktur Kesehatan ... 67

4.2.3.3 Infrastruktur Listrik ... 68

4.2.3.4 Infrastruktur Air Bersih ... 69

4.2.3.5 Infrastruktur Pendidikan ... 69

4.2.4 Pembahasan ... 72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 74

5.2 Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 77

(9)

9 DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman 4.1 Luas Wilayah Kecamatan Kabupaten

Humbang Hasundutan ... 37 4.2 Luas Wilayah, Jumlah dan Kepadatan

Penduduk Kabupaten Humbang Hasundutan

Tahun 2013 ... ... 38 4.3 Jumlah Murid, Sekolah, Guru dan Rasio

di Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2013.... .. 39 4.4 Persentase Banyaknya Penduduk yang Masih

Sekolah Menurut Kelompok Umur Tahun 2013 ... 40 4.5 Angka Melek Huruf di Kabupaten Humbang

Hasundutan Tahun 2007-2013 ... 41 4.6 Jumlah Sarana Kesehatan Menurut Jenis

Sarana di Kabupaten Humbang Hasundutan

Tahun 2009-2013 ... 42 4.7 Jumlah Dokter, Medis Perawatan, dan Medis Non

Perawatan Tahun 2010-2013 ... 43 4.8 Angka Harapan Hidup di Kabupaten Humbang

Hasundutan Tahun 2007-2013 ... 43 4.9 Jumlah Perusahaan Industri Sedang dan Besar

menurut Jumlah Usaha, Tenaga Kerja, Biaya Input, Nilai Output dan Nilai Tambah ... 44 4.10 Persentase Rumahtangga Menurut Sumber

Penerangan di Kabupaten Humbang Hasundutan ... 45 4.11 Jumlah Air Bersih yang disalurkan dan

Jumlah Pelanggan Menurut Konsumen di Kabupaten Humbang Hasundutan ... 45 4.12 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman

Padi dan Palawija Menurut Jenis Tanaman

Tahun 2013 ... ... 46 4.13 Data Luasan Perkebunan di Kabupaten

Humbang Hasundutan ... 47 4.14 Populasi Ternak di Kabupaten Humbang

Hasundutan Tahun 2013 ... 48 4.15 Luas Kawasan Hutan Berdasarkan Fungsi ... 49 4.16 Perkembangan Jumlah Tenaga Kesehatan di

Puskesmas 2010-2014 ... 58 4.17 Nilai Standar Deviasi (Sd) dan Nilai Rata-rata (Mean) Pembangunan Infrastruktur Sebelum

dan Sesudah Pemekaran Daerah ... ... 63 4.18 Ringkasan Hasil Uji Normalitas

Pembangunan Infrastruktur Sebelum dan

(10)

10 4.19 Hasil Uji Hipotesis Pada Infrastruktur Jalan

dengan uji Simple Paired Test ... 66 4.20 Hasil Uji Hipotesis Pada Jumlah Puskesmas dan

Pustu dengan uji Wilcoxon Signed Rank Test ... 67 4.21 Hasil Uji Hipotesis Infrastruktur Listrik

dengan uji Wilcoxon Signed Rank Test ... 68 4.22 Hasil Uji Hipotesis Pada Jumlah Pelanggan

Air Bersih dengan uji Simple Paired Test ... 69 4.23 Hasil Uji Hipotesis Pada Jumlah SD, SMA dan SMK dengan uji Wilcoxon Signed Rank Test ... 70 4.24 Hasil Uji Hipotesis Pada Jumlah SMP

dengan uji Simple Paired Test ... 71

(11)

11 DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman 1.1 Perkembangan Pembentukan DOB

Tahun 1999-2014 ... 2 2.1 Kerangka Konseptual ... 30 4.1 Peta Kabupaten Humbang Hasundutan ... 36 4.2 Perkembangan Panjang Jalan Kabupaten

Menurut Kondisi Jalan di Kabupaten

Humbang Hasundutan Tahun 2010-2013 ... . 51 4.3 Perkembangan Panjang Jalan Kabupaten

Menurut Jenis Permukaan Jalan di Kabupaten

Humbang Hasundutan Tahun 2010-2013 ... . 52 4.4 Grafik Perkembangan Panjang Jalan Kabupaten

Humbang Hasundutan Sebelum dan Sesudah

Pemekaran Daerah Tahun 1993-2013 ... 53 4.5 Grafik Perkembangan Daya Listrik Yang

Tersambung di Kabupaten Humbang Hasundutan Sebelum dan Sesudah

Pemekaran Daerah Tahun 1993-2013 ... 54 4.6 Grafik Perkembangan Jumlah Pelanggan Air Bersih

di Kabupaten HumbangHasundutan

Tahun 1993-2013 ... . 55 4.7 Grafik Perkembangan Infrastruktur Kesehatan

Puskesmas ... ... ... 57 4.8 Grafik Perkembangan Infrastruktur Kesehatan

Pustu ... ... 57 4.9 Grafik Perkembangan Jumlah Sekolah Dasar

di Kabupaten HumbangHasundutan

Tahun 1993-2013 ... . 59 4.10 Grafik Perkembangan Jumlah Sekolah

Menengah Pertamadi Kabupaten Humbang

Hasundutan Tahun 1992-2013 ... 60 4.11 Grafik Perkembangan Jumlah Sekolah

Menengah Atas di Kabupaten Humbang

(12)

2 ABSTRAK

ANALISIS DAMPAK PEMEKARAN DAERAH TERHADAP PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KABUPATEN HUMBANG

HASUNDUTAN

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak pemekaran daerah terhadap pembangunan infrastruktur Kabupaten Humbang Hasundutan. Teknik penelitian yang digunakan adalah dengan mengumpulkan data-data infrastruktur jalan, infrastruktur kesehatan yaitu Puskesmas dan Pustu, infrastruktur pendidikan yaitu SD, SMP, SMA dan SMK, jumlah pelanggan air bersih, Infrastruktur Listrik dan selanjutnya dianalisis. Metode analisis data yang digunakan adalah dengan analisis uji beda yaitu uji Simple Paired Test (data berdistribusi normal)dan uji

(13)

3 ABSTRACT

ANALYSIS OF DISTRICT SEPARATION IMPACT ON INFRASTRUCTURE DEVELOMENT IN HUMBANG HASUNDUTAN DISTRICT

This purpose of this research is to find out and analyze are the impact district separation on infrastructure development in Humbang Hasundutan District. The technique used in this study is to collect data of road infrastructure, the health infrastructure, community health centers and public health sub centers, education infrastructure that is primary school, junior high school, high school and vocational senior high school, number of consumer drinking water, electricity infrastructure. Methods Analysis Techniques used are the Simple Paired Test (normal distribution of data) and Wilcoxon Match Pairs Test (data distribution is not normal).

The test results of the analysis showed that the Redistricting Humbang Hasundutan positive impact on the development of health infrastructure, namely community health centers, primary school, junior high school, high school and vocational senior high school, number of consumer drinking water, electricity infrastructure. However, public health sub centers and road infrastructure negative impact on local infrastructure development separation Humbang Hasundutan District.

(14)

12 BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Sejarah perekonomian mencatat desentralisasi telah muncul kepermukaan sebagai paradigma baru dalam kebijakan dan administrasi pembangunan sejak dasawarsa 1970-an. Tumbuhnya perhatian terhadap desentralisasi tidak hanya dikaitkan dengan gagalnya perencanaan terpusat dan populernya strategi pertumbuhan dengan pemerataan, tetapi juga adanya kesadaran bahwa pembangunan adalah suatu proses yang kompleks dan penuh ketidakpastianyang tidak dapat dengan mudah dikendalikan dan direncanakan oleh pusat. (Kuncoro, 2004).

Desentarlisasi atau otonomi daerah adalah perubahan besar (Big Bang Decentralization) bagi Indonesia. Kebijakan desentralisasi yang diterapkan di Indonesia sejak tahun 1999 diatur dalam UU No. 22 Tahun 1999 yang kemudian direvisi menjadi UU No. 32 Tahun 2004 yang kemudian direvisi kembali menjadi UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Hal ini menjadi tolak ukur pemerintah dalam melaksanakan otonomi daerah yang tetap bersinergis dengan pemerintah pusat. Pemekaran daerah secara filosofis dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

(15)

13 berakhirnya tahun 2000 dan memasuki tahun 2001, sistem pemerintahan dengan otonomi daerah akan direalisasikan. Dengan bergulirnya reformasi politik sebagai dampak dari krisis moneter yang muncul pada pertengahan tahun 1997, tuntutan terhadap pemekaran provinsi dan kabupaten di Indonesia semakin marak. Hal itu terjadi sejak diberlakukan kebijakan desentralisasi yang digulirkan pada tahun 1999. Sejak tahun 1999 hingga tahun 2014 telah terbentuk sebanyak 223 daerah otonom baru dan masih akan terus bertambah.

Gambar 1.1 Perkembangan Pembentukan DOB Tahun 1999-2014

Sumber : Kemendagri, 2014

Pembentukan DOB 2005-2014 Pembentukan DOB 1999-2004

Provinsi : 7 Kabupaten : 115 Kota : 26

Provinsi : 1 Kabupaten : 67 Kota : 7

148 DOB 75 DOB

(16)

14 Setelah pemekaran Kabupaten Toba Samosir tahun 1999, daerah Tapanuli Utara masih sangat luas dan sangat memungkinkan untuk kembali dimekarkan. Saat itu harus diakui masih ditemukan persoalan mendasar, seperti minimnnya infrastruktur, rendahnya pendapatan masyarakat, lemahnya perekonomian rakyat, dan belum efektifnya pelayanan pemerintahan. Langkah awal untuk merealisasikan impian besar tersebut, bersama dengan jajaran pemerintah dimulailah serangkaian pembentukan kecamatan baru, baik yang merupakan peningkatan status perwakilan kecamatan menjadi kecamatan definitif atau pembentukan kecamatan yang benar-benar baru. Pembentukan kecamatan baru itu penting karena selain mendekatkan pusat-pusat pelayanan pemerintah, juga sebagai persiapan awal jika telah tiba saatnya untuk mengajukan usulan pemekaran kabupaten (Nainggolan, 2014).

(17)

15 Pada tanggal 28 Juli 2003, Kabupaten Tapanuli Utara kembali dimekarkan. Humbang Hasundutan yang beribu kota Dolok Sanggul merupakan daerah yang posisinya paling strategis bagi semua kecamatan yang akan masuk dalam kabupaten pemekaran. Sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 9 tahun 2003 tentang “Pembentukan Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Pakpak Barat, dan Kabupaten Humbang Hasundutan di Provinsi Sumatera Utara”. Dengan dimekarkankannya Kabupaten Humbang Hasundutan, ada pengharapan yang lebih besar bagi masyarakat setempat. Pemekaran ini dimaksudkan untuk meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan, pelayanan kepada masyarakat dan pelaksanaan pembangunan perekonomian untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat didaerah tersebut. Hal ini sebagaimana tertuang dalam PP Nomor 78 Tahun 2007 dalam Pasal 2, yang merupakan peraturan pelaksana Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang menyebutkan bahwa tujuan pembentukan, pemekaran, penghapusan dan penggabungan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

(18)

16 dengan keleluasaan bagi pemerintah daerah untuk melakukan sejumlah terobosan dalam pemerintah guna meningkatkan pembangunan ekonomi daerah tersebut. ` Salah satu tujuan pembentukan daerah baru melalui pemekaran daerah adalah peningkatan pelayanan publik melalui pembangunan infrastruktur. Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital untuk mempercepat proses pembangunan daerah dan memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi.Pertumbuhan ekonomi tersebut berimplikasi terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat daerah. Pengaruh infrastruktur terhadap peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan manusia, adalah peningkatan nilai konsumsi, peningkatan produktivitas tenaga kerja dan akses terhadap lapangan kerja, serta peningkatan kemakmuran. Karena infrastruktur memiliki peranan yang besar dalam peningkatan perekonomian suatu daerah, maka pembangunan infrastruktur perlu untuk terus di dorong. Tetapi pembangunan infrastruktur mengalami beberapa kendala yang dihadapi oleh pemerintah yaitu seperti masalah efisiensi investasi, keterbatasan dana dan pilihan skala prioritas dalam infrastruktur. Untukitu pemerintah harus lebih cermat dalam menentukan jenis dan lokasi investasi infrastruktur yang harus dibangun agar kontribusi infrastruktur menjadi optimal terhadap peningkatan ekonomi suatu daerah(Widayati, 2010).

(19)

17 produksi barang dan jasa. Sebagai contoh, jalan dapat melancarkan transportasi pengiriman atau pengangkutan hasil pertanian daerah humbang hasundutan untuk didistribusikan kepasar sehingga sampai kepada masyarakat. Mayoritas mata pencaharian masyarakat ini adalah bertani. Setiap kecamatan dikabupaten ini memiliki produk unggulan sesuai dengan kondisi daerah. Selanjutnya, ketersediaan fasilitas kesehatan sangat dibutuhkan, agar dapat memaksimalkan pelayanan kesehatan di wilayah kecamatan. Ketersediaan fasilitas kesehatan merupakan faktor utama dalam menunjang kualitas hidup. Di kecamatan masih minim dan belum sepenuhnya dapat dijangkau oleh masyarakat terutama terkait dibidang biaya, jarak serta transportasi. Listik menjadi kebutuhan primer bagi masyarat saat ini. Listrik pada laju zaman saat ini sudah menjadi hal lumrah yang dimiliki oleh setiap keluarga sehingga dengan sendirinya memiliki jaringan listrik dirumah merupakan indikator kesejahteraan sebuah keluarga. Infrastruktur air bersih menjadi hal yang penting, dimana air bersih merupakan syarat mutlak jaminan kesehatan masyarakat sebuah wilayah.

(20)

18 yang berbeda dibandingkan dengan daerah induk dan daerah kabupaten lainnya. Pada DOB, belanja modal difokuskan untuk membiayai pembangunan berbagai infrastruktur pemerintahan yang belum dimiliki seperti gedung perkantoran, alat transportasi, juga alat-alat perkantoran dan rumah tangga. Alokasi belanja modal ini ini dilakukan secara bertahap, paling tidak dalam jangka waktu 5 tahun pertama sejak awal dimekarkannya daerah tersebut. Sementara daerah induk yang telah memiliki kesiapan infrastruktur pemerintah sebelum pemekaran dapat memfokuskan perhatiannya pada investasi publik (Bappenas bekerjasama dengan UNDP, 2008).

Kesejahteraan dan pembangunan daerah, sarana dan prasarana bukanlah hal sepele yang harus dikesampingkan begitu saja mengingat sarana dan prasarana merupakan citra dari kemajuan dan keberhasilan sebuah daerah dalam mengelola pemerintahannya dan mendukung perekonomian di daerah tersebut. Sarana dan prasarana merupakan cerminan dari keberhasilan pembangunan daerah Humbang Hasundutan. Dengan adanya pemekaran kabupaten ini, otoritas daerah dalam mengelola APBD dan tingkat kemandirian yang lebih besar maka daerah ini lebih leluasa untuk melakukan sejumlah terobosan terkhusus dalam perekonomian dengan melakukan pembangunan infrastruktur yang dipercaya meningkatkan kesejahteraan daerah ini.

(21)

19 pemekaran daerah ini dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat salah satunya melalui peningkatan dan pemerataan pelayanan publik termasuk bidang prasarana jalan, kesehatan dan pendidikan sehingga secara optimal dapat mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat di daerah. Oleh karena itu, perlu dianalisis Dampak Pemekaran Daerah terhadap Pembangunan Infrastruktur Kabupaten Humbang Hasundutan.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana perkembangan pembangunan infrastruktur di Kabupaten Humbang Hasundutan?

2. Bagaimana dampak pemekaran daerah terhadap pembangunan infrastruktur di Kabupaten Humbang Hasundutan?

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian

Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dirumuskan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mendeskripsikan perkembangan pembangunan infrastruktur di Kabupaten Humbang Hasundutan.

2. Untuk menganalisis dampak pemekaran daerah di kabupaten Humbang Hasundutan terhadap pembangunan infrastruktur.

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

(22)

20 Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.

2. Untuk menambah dan melengkapi dan sebagai pembanding hasil-hasil penelitian yang sudah ada menyangkut topik yang sama.

(23)

21 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Pemekaran Daerah

Pemekaran daerah di Indonesia adalah pembentukan wilayah administratif baru di tingkat provinsi maupun kota dan kabupaten dari induknya. Pembagian tersebut menyangkut luas daerah maupun jumlah penduduk sehingga lebih mengecil. Pada level provinsi menghasilkan satu pola yakni dari satu provinsi menjadi satu provinsi baru dan satu provinsi induk. Sementara pada level kabupaten terdiri dari beberapa pola yakni, pertama, dari satu kabupaten menjadi satu kabupaten baru (Daerah Otonom Baru) dan kabupaten induk. Kedua, dari satu kabupaten menjadi satu kota baru dan kabupaten induk. Ketiga, dari satu kabupaten menjadi dua kabupaten baru dan satu kabupaten induk (Yuliati, 2011). Pembagian atau pecahan suatu daerah tersebut adalah dengan pembentukan daerah baru untuk menjadi mandiri sebagai daerah otonom yang ditetapkan dengan undang-undang dan syarat-syarat pembentukan daerah ditetapkan dengan peraturan pemerintah.

(24)

22 pembangunan jalan antar kota dan provinsi maupun pemeliharaan dalam sistem pengairan yang melintasi berbagai wilayah. Tekad pemerintah pusat diadakan pemekaran daerah adalah untuk meningkatkan peran pemerintah daerah dalam mengelola daerahnya sendiri(Suparmoko, 2002).

Daerah melakukan pemekaran wilayah didasari atas berbagai alasan (Tarigan, 2010):

1. Preference for Homogeneity (kesamaan kelompok) atau historical etnic

memungkinkan ikatan sosial dalam satu etnik yang sama perlu diwujudkan dalam satu daerah yang sama pula. Keinginan untuk membentuk daerah baru seiring dengan semakin menguatnya kecenderungan pengelompokan etnis pada daerah lama. Hal ini muncul mengingat dalam daerah lama tidak banyak kesempatan ekonomi dan politik yang dapat dimanfaatkan dengan baik oleh etnik tersebut disamping tentunya faktor sejarah etnik tersebut pada masa lampau. Fitriani (2005) membuktikan bahwa historical etnic menjadi alasan dalam pemekaran daerah melalui model ekonometrik dan hasilnya secara statistik signifikan.

(25)

23 belanja langsung pegawai maupun pembelanjaan barang dan jasa dari aktivitas pemerintahan. Dalam kacamata ini, akumulasi aktivitas ekonomi diharapkan berimplikasi positif terhadap kesejahteraan masyarakat.

3. Beaurocratic and Political rent seeking (alasan politik, dan untuk mencari jabatan penting/mobilitas vertikal). Alasan politik dimana dengan adanya wilayah baru akan memunculkan wilayah kekuasan politik baru sehingga aspirasi politik masyarakat jauh lebih dekat. Pada level daerah tentu saja kesempatan tersebut akan muncul melalui kekuasaan eksekutif maupun legislatif. Pada level nasional, munculnya wilayah baru akan dimanfaatkan sebagai peluang untuk dukungan yang lebih besar pada kekuatan politik tertentu. Pada akhirnya entitas wilayah akan muncul dalam kalkulasi politik yang lebih representatif.

4. Administrative Dispersion, mengatasi rentang kendali pemerintahan. Alasan ini semakin kuat mengingat daerah-daerah pemekaran merupakan daerah yang cukup luas sementara pusat pemerintahan dan pelayanan masyarakat sulit dijangkau. Posisi ibukota pemerintahan menjadi faktor penentu. Hal ini juga nyata terbukti bahwa daerah-daerah pemekaran merupakan daerah tertinggal dan miskin yang dukungan pelayanan publik maupun infrastruktur pendukungnya sangat minim.

(26)

24 provinsi, syarat administratif yang wajib dipenuhi meliputi adanya persetujuan DPRD kabupaten/kota dan bupati/walikota yang akan menjadi cakupan wilayah provinsi bersangkutan, persetujuan DPRD provinsi induk dan gubernur, serta rekomendasi dari Menteri Dalam Negeri. Sedangkan untuk kabupaten/kota, syarat administratif yang juga harus dipenuhi meliputi adanya persetujuan DPRD kabupaten/kota dan bupati/walikota bersangkutan, persetujuan DPRD provinsi dan gubernur, serta rekomendasi dari Menteri Dalam Negeri. Syarat teknis dari pembentukan daerah baru harus meliputi faktor yang menjadi dasar pembentukan daerah yang mencakup faktor-faktor di bawah ini.

1. Kemampuan ekonomi 2. Potensi daerah

3. Sosial budaya 4. Sosial politik 5. Kependudukan 6. Luas daerah 7. Pertahanan 8. Keamanan

(27)

25 penghapusan dan penggabungan daerah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui:

1. peningkatan pelayanan kepada masyarakat; 2. percepatan pertumbuhan kehidupan demokrasi;

3. percepatan pelaksanaan pembangunan perekonomian daerah; 4. percepatan pengelolaan potensi daerah;

5. peningkatan keamanan dan ketertiban; dan

6. peningkatan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah.

Melalui pemberlakuan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang kemudian dirubah menjadi Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 dan dirubah kembali menjadi Undang-Undang No. 23 tahun 2014 bahwa Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Undang-undang ini merupakan salah satu tonggak reformasi pemerintahan di Indonesia.

(28)

26 bermanfaat pada peningkatan kesejahteraan masyarakat sebagai tujuan utama otonomi. Bukan sebaliknya bahwa pemekaran daerah telah menguras energi pemerintah Provinsi dan prosesnya sering menimbulkan ketidakstabilan di daerah (APPSI, 2007).

Pemekaran daerah menjadi suatu polemik antara banyak pihak, apakah merupakan sebuah kebutuhan atau euforia demokrasi. ”Terbukti bahwa elitelah yang mendorong pemekaran daerah. Namun, orientasinya untuk mengejar keuntungan politik dan ekonomi. Keuntungan politik dengan menguasai pemerintahan dan keuntungan ekonomi dengan menguasai proyek-proyek pembangunan di daerah.” (Yossihara, 2011). Pemekaran wilayah dijadikan bisnis dari kelompok elit politik di daerah yang sekedar menginginkan jabatan dan posisi dalam pemerintahan. Euforia demokrasi dan tumbuhnya partai-partai politik dimanfaatkan oleh kelompok elit ini untuk menyuarakan ”aspirasinya” yaitu mendorong terjadinya pemekaran.

(29)

27 baru yang memang dapat berdiri sendiri dan mandiri. Karena itu disusunlah seperangkat indikator yang pada hakekatnya berupaya mengidentifikasi kemampuan calon daerah otonom baru. Namun dari sisi yang lain, pemerintah daerah memiliki pendapat yang berbeda. Pemerintah daerah melihat pemekaran daerah sebagai upaya untuk secara cepat keluar dari kondisi keterpurukan. Studi ini menemukan konfirmasi tersebut. Daerah otonom baru ternyata secara umum tidak berada dalam kondisi awal yang lebih baik dibandingkan daerah induk atau daerah kontrol. Bahkan evaluasi setelah lima tahun perjalanannya, daerah otonom baru juga secara umum masih di bawah kondisi daerah induk dan kontrol.

(30)

28 tujuan peningkatan kesejahteraan ekonomi. Namun ternyata hal itu tidak menyurutkan hasrat sebagian masyarakat untuk mengusulkan pemekaran daerah baru. Mereka seolah mengabaikan berbagai hasil kajian dan evaluasi terhadap daerah-daerah yang telah lebih dulu dimekarkan. Oleh karena itu, akhir-akhir ini mulai muncul upaya untuk mengkaji lebih jauh kinerja daerah-daerah baru hasil pemekaran, khususnya di tingkat kabupaten/kota, dalam meningkatkan pertumbuhan dan kesejahteraan ekonomi.

(31)

29 demokrasi, perekonomian daerah, pengelolaan potensi daerah, keamanan dan ketertiban, dan hubungan yang serasi antar daerah dan pusat.

2.2Infrastruktur

Infrastruktur mengacu pada sistem fisik yang menyediakan transportasi, air, bangunan, dan fasilitas publik yang lain yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia secara ekonomi dan sosial. Infrastruktur merupakan elemen struktural ekonomi yang memfasilitasi arus barang dan jasa antara pembeli dan penjual (The MIT Dictionary of Modern Economics, 1992). Infrastruktur juga merupakan pelayanan utama dari suatu negara yang membantu kegiatan ekonomi dan kegiatan masyarakat dapat berlangsung yaitu dengan menyediakan transportasi dan juga fasilitas pendukung lainnya(TheRoudletge Dictionary of Economics, 2002). Selain itu infrastruktur sebagai fasilitas-fasilitas fisik yang dikembangkan atau dibutuhkan oleh agen-agen publik untuk fungsi-fungsi pemerintahan dalam penyediaan air, tenaga listrik, pembuangan limbah, transportasi dan pelayanan-pelayanan lainnya untuk memfasilitasi tujuan-tujuan ekonomi dan sosial. Infrastruktur sama saja dengan prasarana, yaitu segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses (Kodoatie, 2005). Menurut World Bank Report (1994) infrastruktur dibagi dalam tiga jenis, yaitu:

(32)

30 irigasi dan drainase) dan sektor transportasi (jalan, rel, pelabuhan, lapangan terbang dan sebagainya).

2. Infrastruktur sosial, meliputi pendidikan, kesehatan, perumahan dan rekreasi. 3. Infrastruktur administrasi, meliputi penegakan hukum, kontrol administrasi

dan koordinasi.

(33)

31 pula, dibandingkan dengan daerah yang mempunyai kelengkapan infrastruktur yang terbatas. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penyediaan infrastruktur merupakan faktor kunci dalam mendukung pembangunan nasional (Bappenas, 2003).

2.2.1 Infrastruktur Jalan

Dalam UU No. 38 tahun 2004 disebutkan bahwa jalan sebagai sarana transportasi merupakan unsur penting dalam merangsang maupun mengantisipasi pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Pada masyarakat agraris, jalan digunakan untuk memasarkan hasil pertanian. Sedangkan World Bank (2007) menyatakan insentif bagi petani (harga dan input) menjadi sia-sia jika terdapat halangan fisik dan biaya ekonomi yang tinggi untuk transportasi barang.

(34)

32 2.2.2 Infrastruktur Listrik

Listrik merupakan energi terpentingdalam perkembangan kehidupan manusia modern. Listrik digunakan untuk berbagaikegiatan baik di kota-kota besar maupundi wilayah pedesaan. Kebutuhan akanenergi listrik dari waktu ke waktu semakinmeningkat seiring dengan pertumbuhansosial masyarakat. Tercukupinya pasokanakan listrik merupakan prasyarat bagiterselenggaranya kegiatan ekonomi karenalistrik merupakan kebutuhan pokok dalamkehidupan sehari-hari karena hampirseluruh aktivitas masyarakat tergantungpada tenaga listrik. Keterlambatanpengembangan energi listrik dapatberakibat fatal meliputi kehilangankapasitas produksi industri, penurunannilai ekspor serta keengganan investormelakukan investasi(Widayati, 2010).

Dengan semakin majunya suatu wilayah, kebutuhan akan listrik menjadituntutan primer yang harus dipenuhi, tidak hanya untuk rumah tangga namun jugauntuk kegiatan ekonomi terutama industri. Dalam kehidupan masyarakat yangsemakin modern, semakin banyak peralatan rumah tangga, peralatan kantor sertaaktivitas-aktivitas masyarakat yang mengandalkan sumber energi dari listrik.Peningkatan kegiatan ekonomi dalam produksi dan investasi juga membutuhkanlistrik yang memadai. Oleh karena itu permintaan listrik meningkat dari tahun ketahun baik dari segi kuantitasnya maupun kualitasnya (Wahyuni, 2009).

(35)

33 tersedianya prasarana jalan karena pemasangan jaringan listrik biasanya ditempatkan pada bahu jalan untuk memudahkan pemasangan, pengoperasian, dan pemeliharaan jaringan.

2.2.3 Infrastruktur Air Bersih

Penyediaan air bersih dan sarananya merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi kualitas dan keberlanjutan kehidupan manusia. Oleh karenanya air bersih mutlak harus tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memadai. Pada hakikatnya, alam telah menyediakan air yang dibutuhkan, namun desakan pertumbuhan penduduk yang tidak merata serta aktivitasnya telah menimbulkan berbagai dampak perubahan tatanan dan keseimbangan lingkungan (Purnomo, 2009). Penggunaan air terbesar berdasarkan sektor kegiatan dapat dibagi ke dalam tiga kelompok besar yaitu kebutuhan domestik, irigasi pertanian dan industri. Kebutuhan domestik untuk masyarakat akan meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk baik di perkotaan maupun pedesaan. Air untuk keperluan irigasi pertanian juga terus meningkat dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan penduduk yang terus bertambah. Demikian juga dalam bidang industri, yang kian mengalami peningkatan karena struktur perekonomian yang mengarah pada industrialisasi.

(36)

34 tambahan setiap kubik air yang digunakan melebihi biaya yang dikeluarkan (Briscoe dalam Oktavianus, 2003).

(37)

35 sanitasi untuk daerah komersial/hunian yang mampu, dan TPA regional/metropolitan (Pengembangan Infrastruktur di Indonesia, 2005).

2.2.4 Infrastruktur Kesehatan

World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai sebuah kondisi kesejahteraan fisik, mental dan sosial, dan bukan sekedar bebas penyakit dan kelemahan fisik. Secara ekonomi, masyarakat yang sehat akan menghasilkan tenaga kerja yang sehat dan merupakan input penting untuk pertumbuhan ekonomi. Negara yang mempunyai tingkat kesehatan dan pendidikan yang rendah menghadapi tantangan yang lebih berat untuk mencapai pertumbuhan berkelanjutan dibandingkan dengan negara yang lebih baik tingkat kesehatan dan pendidikannya.

Menurut Yuliati (2011), tingkat kesehatan masyarakat yang berpengaruh pada usia produktifitas tenaga kerja yang nantinya dapat mempengaruhi output barang/jasa, meningkatkan upah dan pada akhirnya dapat mempengaruhi kesejahteraan masyarakat. Masyarakat yang sehat akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan penduduk secara keseluruhan. Indikator ini juga digunakan oleh pemerintah sebagai sub indikator pada indikator potensi daerahpada syarat kelulusan calon DOB menjadi DOB.

(38)

36 akan mendorong peningkatan kualitas sumber daya manusia, yang merupakan faktor input pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan (Krismanti, 2009). 2.2.5 Infrastruktur Pendidikan

Sektor pendidikan merupakan bagian penting dalam pelayanan publik. DalamRencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009 disebutkanpermasalahan bidang pendidikan di Indonesia antara lain adalah fasilitas pelayananpendidikan, khususnya untuk jenjang pendidikan menengah pertama dan yang lebihtinggi yang belum tersedia secara merata, serta ketersediaan pendidik yang belummemadai baik secara kuantitas maupun kualitas. Pemekaran daerah memungkinkanpemerintah memperbaiki pemerataan fasilitas pendidikan baik tingkat dasar maupunlanjutan serta memperbaiki ketersediaan tenaga pendidik yang memadai melalui peranpemerintah daerah. Dengan rentang kendali yang lebih pendek dan alokasi fiskal yanglebih merata seyogyanya menjadi modal dasar peningkatan pelayanan bidangpendidikan di setiap daerah, khususnya daerah pemekaran(Bappenas bekerjasama dengan UNDP, 2007).

(39)

37 untukmemahami dan mengimplementasikan informasi baru yang ditemukan oleh orang lain, hal ini mendorong pertumbuhan (Bappenas, 2008).

2.3Penelitian Terdahulu

(40)

38 dianalisa pertumbuhannya, DOB mempunyai rata-rata pertumbuhan tertinggi setelah daerah induk dan daerah kontrol.

Penelitian yang dilakukan oleh Radiansyah (2012) yang berjudul “Analisis Kontribusi Infrastruktur terhadap Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi Regional Indonesia (Pada Tahun 1998-2008)” dengan tujuan untuk membahas kontribusi sektor infrastruktur dan pengaruh pelaksanaan otonomi daerah terhadap pertumbuhan ekonomi regional di Indonesia. Penelitian ini menggunakan analisis ekonometrika menggunakan data panel pada periode tahun 1998-2008. Variabel terikat yang digunakan adalah pendapatan perkapita dan variabel-variabel bebasnya adalah panjang jalan, kapasitas listrik, jumlah sambungan telepon, investasi, tingkat pendidikan, dan dummy otonomi daerah. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara pembangunan infrastruktur dan pelaksanaan otonomi daerah dengan pertumbuhan ekonomi yang diwakili oleh pendapatan perkapita penduduk.

(41)

39 F statistik sebesar 11082,37. Nilai tersebut secara statistik dikatakan baik karena

bernilai lebih dari 4, signifikan pada derajad keyakinan 95% (α=5%). Dengan

dilakukan perhitungan sumber pertumbuhan dapat diketahui pula kontribusi masing-masing infrastruktur dan juga total faktor produktivitas terhadap pertumbuhan ekonomi di Kalimantan dalam periode 1994-2008.

Penelitian Sitanggang, Sirozuzilam, Sihombing dan Mahalli (2011) dalam penelitian yang berjudul Analisis Dampak Pemekaran Kabupaten terhadap Pembangunan Pariwisata di Kabupaten Samosir. Penelitian ini dilakukan pada 3 (tiga) Kecamatan yang menjadi daerah tujuan wisata Kabupaten Samosir yaitu Simanindo, Pangururan dan Sianjur Mula-mula, yang berbasis pada data primer hasil survei terhadap 100 responden. Tipe penelitian adalah deskriptif dengan paparan data sekunder dan primer yang analisisnya tergambar dalam tabel tunggal, tabel silang dan uji beda (t) atas penghasilan responden sebelum dan sesudah pemekaran Kabupaten Samosir. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemekaran daerah berdampak positif pada perekonomian dan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Samosir, dengan adanya kemajuan pembangunan dan perbaikan sarana dan prasana, serta kelembagaan pembangunan.

(42)

40 Kapital yang diteliti adalah investasi yang digunakan untuk pembangunan infrastruktur ekonomi dan sosial. Analisis regresi data panel digunakan untuk melihat besarnya pengaruh infrastruktur terhadap produktivitas ekonomi di Indonesia. Infrastruktur yang diteliti meliputi: panjang jalan, energi listrik yang terjual, air bersih yang disalurkan dan sarana kesehatan yang diwakili dengan data jumlah rumah sakit dan puskesmas. Analisis dilakukan dengan menggunakan data 26 provinsi di Indonesia dan pada kurun waktu 13 tahun (1995-2007). Pendekatan dilakukan dengan model fixed effects menunjukkan hasil bahwa masing-masing infrastruktur memberikan pengaruh yang positif terhadap produktivitas ekonomi dengan tingkat elastisitas yang berbeda-beda, yaitu infrastruktur sarana kesehatan sebesar 0,65, energi listrik 0,08, panjang jalan 0,07 dan air bersih 0,05. Sarana kesehatan yang merupakan bagian dalam modal manusia yang vital bagi pembangunan, mempunyai tingkat elastisitas yang paling besar memengaruhi produktivitas ekonomi dimana setiap kenaikan 1 persen infrastruktur kesehatan akan meningkatkan produktivitas ekonomi sebesar 0,65 persen.

2.4Kerangka Konseptual

(43)
[image:43.595.143.479.169.394.2]

41 Gambar 2.1Kerangka Konseptual Dampak Pemekaran Daerah Terhadap

Pembangunan Infrastruktur Kabupaten Humbang Hasundutan

2.5Hipotesis

Pemekaran daerah Kabupaten Humbang Hasundutan berdampak positif terhadap pembangunan infrastruktur.

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

PRA PEMEKARAN

• Jalan (Km)

• Listrik (KVA)

• Air bersih (m3)

• Kesehatan (unit)

• Pendidikan (unit)

PASCA PEMEKARAN

• Jalan (Km)

• Listrik (KVA)

• Air bersih (m3)

• Kesehatan (unit)

• Pendidikan (unit)

PEMEKARAN DAERAH

(44)

42 BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam mengumpulkan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis peneliti. Dalam mengumpulkan data yang diperlukan untuk menyusun skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut:

3.1Jenis Penelitian dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data jenis sekunder yang bersifat kuantitatif. Adapun data diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Humbang Hasundutan, Badan Pusat Statistik (BPS) Tapanuli Utara, PT. PLN Kabupaten Humbang Hasundutan dan lain-lain.

3.2Batasan Operasional

(45)

43 3.3Defenisi Operasional

Dampak pemekaran daerah yang dimaksud disini adalah dampak yang dirasakan secara langsung oleh masyarakat setelah terjadinya pemekaran daerah dalam bidang pembangunan. Variabel Infrastruktur yang akan dikaji yaitu infrastruktur ekonomi yang meliputi variabel jalan, listrik dan air bersih serta infrastruktur sosial yang diwakili oleh variabel kesehatan dan pendidikan, dengan uraian sebagai berikut:

1. Variabel Jalan (Km) yang dimaksud adalah panjang jalan menurut kondisi jalan di masing-masing kecamatan di Kabupaten Humbang Hasundutan.

2. Variabel listrik (KVA) yang digunakan adalah daya listrik yang dijual PLN kepada pelanggan, baik yang disalurkan kepada rumah tangga, industri, bisnis, sosial, gedung kantor pemerintahan maupun untuk penerangan umum

3. Variabel air bersih yang digunakan adalah Jumlah pelanggan air bersih menurut konsumen

4. Variabel Kesehatan (unit) yang dimaksudkan disini adalah Puskesmas dan Pustu.

5. Variabel pendidikan (unit) yang dimaksudkan adalah SD,SMP,SMP dan SMA serta SMK

3.4Metode Analisis Data

(46)

44 hubungan antar variabel, untuk memprediksi pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, atau untuk melihat besarnya presentase atau rata-rata besarnya suatu variabel yang kita ukur.

3.4.1 Statisktik Deskriptif

Statistik destrikptif ialah perubahan pada data mentah ke dalam suatu bentuk yang akan membuat pembaca lebih mudah memahami dan menafsirkan maksud dari data atau angka yang ada yang dapat dilihat dari nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi.

3.4.2 Uji Normalitas Data

Untuk melihat apakah suatu data berdistribusi normal atau tidak dapat dilakukan dengan melakukan uji normalitas data,

Bila jumlah sampel≥50 maka menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test

Bila jumlah sampel≤50 maka menggunakan Shapiro-Wilk

Adapun pengambilan keputusan dalam uji normalitas ini dengan taraf

signifikan atau nilai alfa yang ditetapkan α = 5% (0,05) adalah sebagai berikut:

Nilai sig>0,05 : Data berdistribusi normal Nilai sig<0,05 : Data tidak berdistribusi normal

(47)

45 3.4.3 Uji Hipotesis

Dalam melakukan pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan teknik analisis statistik komparatif. Analisis statistik komparatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah Paired Sample T-Test jika databerdistribusi normal dan jika data tidak berdistribusi normal maka digunakan Wilcoxon Signed Rank Test. Pada penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi 0,05 atau 5%. Paired Sample T-Test adalah dua pengukuran pada subjek yang sama terhadap ukuran sebelum dan sesudah yang mengalami perlakuan tertentu. Wilcoxon Signed Rank Test pada hakikatnya sama dengan Paired Sample T-Test yaitu digunakan untuk menguji perbedaan nilai variabel berpasangan. Pengambilan keputusan dengan

taraf signifikan atau nilai alfa yang ditetapkan α = 5% (0,05) adalah sebagai

berikut:

thitung≥ttabel maka H0 diterima, artinya pemekaran daerah tidak berdampak terhadap pembangunan Infrastruktur.

(48)

46 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1 Kondisi Geografis dan Demografi Kabupaten Humbang Hasundutan Kabupaten Humbang Hasundutan adalah Kabupaten yang baru dimekarkan dari Kabupaten Tapanuli Utara, tanggal 28 Juli 2003 sesuai dengan UU Nomor 9 Tahun 2003, yang terletak ditengah wilayah Provinsi Sumatera Utara. Secara astronomis Humbang Hasundutan terletak pada garis 201’-2028’ Lintang Utara dan 98010’-98058’ BujurTimur. Berdasarkan posisi geografinya, Humbang Hasundutan memiliki batas-batas wilayah, yaitu :

1. Sebelah Utara : Kabupaten Samosir 2. Sebelah Timur : Kabupaten Tapanuli Utara 3. Sebelah Selatan : Kabupaten Tapanuli Tengah 4. Sebelah Barat : Kabupaten Pakpak Barat

(49)
[image:49.595.163.500.219.497.2]

47 merupakan daerah dengan rata-rata curah hujan yang tertinggi pada tahun 2013, yaitu 440,75 mm.

Gambar 4.1 Peta Kabupaten Humbang Hasundutan

Sumber : www.pemkabhumbanghasundutan.go.id

(50)

48 Tabel 4.1

Luas Wilayah Kecamatan Kabupaten Humbang Hasundutan

No Kecamatan Luas Wilayah (Km2) Rasio terhadap Total

1 Pakkat 381,6800 15,3

2 Onan Ganjang 222,5627 8,9

3 Sijamapolang 140,1807 5,6

4 Dolok Sanggul 209,2953 8,4

5 Lintong Nihuta 181,2603 7,2

6 Paranginan 47,7806 1,9

7 Baktiraja 22,3191 0,9

8 Pollung 327,3646 13,1

9 Parlilitan 727,7471 29,1

10 Tarabintang 242,5198 9,7

Total 2.502,7102 100,00

Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Humbang Hasundutan, 2014

[image:50.595.110.531.157.365.2]

Menurut Pencacahan Lengkap Sensus Penduduk pada tahun 2013, jumlah penduduk di Kabupaten Humbang Hasundutan mencapai 176.429 jiwa, terdiri atas 87.588 laki-laki dan 88.841 perempuan dengan jumlah rumah tangga sebannyak 47.783 RT. Daerah dengan jumlah penduduk terbanyak adalah di Kecamatan Dolok Sanggul yaitu mencapai 45.528 jiwa. Sedangkan daerah yang paling sedikit jumlah penduduknya adalah di Kecamatan Sijamapolang yaitu hanya sekitar 5.181 jiwa. Tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten Humbang Hasundutan yaitu sekitar 71 jiwa/km², namun demikian menurut daerahnya maka kepadatan penduduk yang tertinggi berada di Kecamatan Baktiraja yaitu 309 jiwa /km². sedangkan yang terendah adalah di Kecamatan Parlilitan, yaitu hanya 24 jiwa/km².

[image:50.595.108.532.159.366.2]
(51)

49 Luas Wilayah, Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Humbang

Hasundutan Tahun 2013

No Kecamatan

Jumlah Penduduk (Jiwa) Rumah Tangga (KK) Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2)

1 Pakkat 23.479 5.827 63

2 Onan Ganjang 10.012 2.454 45

3 Sijamapolang 5.181 1.292 37

4 Dolok Sanggul 45.528 9.926 218

5 Lintong Nihuta 29.880 6.470 165

6 Paranginan 12.639 2.828 265

7 Baktiraja 6.903 1.706 309

8 Pollung 18.112 4.065 55

9 Parlilitan 17.426 4.469 24

10 Tarabintang 7.269 1.746 30

Jumlah 176.429 40.783 71

Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Humbang Hasundutan, 2014

4.1.2 Kondisi Sosial Kabupaten Humbang Hasundutan 4.1.2.1Pendidikan

Berdasarkan salah satu amanat yang diemban pemerintah menurut UUD 1945 adalah upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pembangunan sektor pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan merupakan aset utama yang sangat strategis dalam menggerakkan laju pembangunan.

[image:51.595.126.503.142.354.2]

Keberhasilan sektor pendidikan salah satunya dapat dilihat dari indikator meningkatnya Angka Partisipasi Sekolah. Peningkatan angka partisipasi sekolah haruslah didukung penyediaan sarana pendidikan yang memadai dari segi kualitas dan kuantitasnya. Undang Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa pendidikan merupakan hak setiap warga negara yang bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

(52)

50 Jumlah Murid, Sekolah, Guru dan Rasio di Kabupaten Humbang

Hasundutan Tahun 2013

Sekolah (Unit) Guru (Orang) Murid (Orang)

Rata-rata Rasio

murid/sekolah

SD/MI 218 2.293 30.665 141

SMP/MTs 42 1.099 13.252 316

SMA/MA 16 408 2.643 165

SMK 12 312 4.139 345

[image:52.595.106.519.149.289.2]

Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Humbang Hasundutan, 2014

Tabel 4.3 memberikan gambaran yang jelas mengenai jumlah sekolah, guru maupun murid dan rata-rata rasio murid terhadap sekolah di Kabupaten Humbang Hasundutan pada Tahun 2013/2014 yaitu untuk SD 141 orang untuk tiap sekolah, untuk SMP ada 316 orang untuk tiap sekolah, untuk SMA sebanyak 165 orang untuk tiap sekolah dan untuk SMK 345 orang untuk tiap sekolah.

(53)

51 4.1.2.1.1 Angka Partisipasi Sekolah

Pada tahun 2013 terdapat sebanyak 32,69 persen penduduk usia 10 tahun ke atas yang masih sekolah, 33,45 persen laki-laki dan 31,98 persen perempuan, dan yang tidak bersekolah lagi sebesar 65,19 persen, sedangkan untuk yang tidak/belum bersekolah sebesar 2,11 persen. Persentase penduduk yang masih sekolah ini dibagi menjadi empat kelompok umur, yaitu kelompok umut mewakili usia 7-12 tahun mewakili sekolah dasar, usia 13-15 tahun mewakili SMP, usia 16-18 tahun mewakili SMA dan usia 19-24 tahun mewakili perguruan tinggi. Semakin tinggi usia sekolah menunjukkan penurunan angka partisipasi sekolah .

Tabel 4.4

Persentase Banyaknya Penduduk Yang Masih Sekolah Menurut Kelompok UmurTahun 2013

Kelompok Umur (Tahun) Jumlah Penduduk (%)

7-12 99,83

13-15 96,37

16-18 87,36

19-24 16,67

Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Humbang Hasundutan, 2014

4.1.2.1.2 Angka Melek Huruf

Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk melihat keberhasilan bidang pendidikan adalah tingkat buta huruf. Semakin rendah persentase penduduk yang buta huruf menunjukkan keberhasilan program pendidikan. Sebaliknya semakin tinggi persentase penduduk yang buta huruf mengindikasikan kurang berhasilnya program pendidikan.

(54)
[image:54.595.194.432.275.448.2]

52 sekolah, koran, televisi dan media massa lainnya yang dapat dijadikan sarana belajar bagi masyarakat. Sedangkan sebab tidak langsung yang mempengaruhi melek huruf adalah status sosial ekonomi yang rendah dan kurangnya kesadaran masyarakat akan arti dan makna buta huruf.

Tabel 4.5

Angka Melek Huruf di Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2007-2013

No. Tahun Angka Melek Huruf (%)

1. 2007 98,20

2. 2008 98,20

3. 2009 98,21

4. 2010 98,21

5. 2011 98,22

6. 2012 98,22

7. 2013 98,23

Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Humbang Hasundutan, 2014

Dari tabel 4.5 diatas, angka melek huruf pada tahun 2007 sekitar 98,20%, tahun 2009 naik menjadi 98,21%, pada tahun 2011 naik kembali menjadi 98,22%,

dan pada tahun 2013 naik menjadi 98,23%. Artinya indikator pendidikan mengalami

peningkatan, walaupun tidak signifikan dan menunjukkan keadaan masyarakat lebih

berpendidikan.

4.1.2.2Kesehatan

(55)

53 meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sudah banyak dilakukan oleh pemerintah seperti :penyediaan berbagai berbagai fasilitas umum (puskesmas/pustu, posyandu) serta penyediaan fasilitas air bersih. Untuk itu peranan masyarakat sangat diharapkan untuk memanfaatkan fasilitas yang telah tersedia dalam menunjang peningkatan kualitas kesehatan.

[image:55.595.106.516.358.623.2]

Pada tabel berikut dapat dilihat jumlah sarana kesehatan menurut jenis sarana di kabupaten Humbang Hasundutan 2009-2013.

Tabel 4.6

Jumlah Sarana Kesehatan Menurut Jenis Sarana di Kabupaten Humbang Hasundutan 2009-2013

Sarana Kesehatan 2009 2010 2011 2012 2013

RSU 1 1 1 1 1

Rumah Bersalin 4 4 4 4 4

Puskesmas 10 12 12 12 12

Pustu 24 23 23 23 23

Poskesdes 148 167 167 167 167

Posyandu 237 237 244 244 262

Balai Pengobatan 9 9 8 5 5

apotik 5 5 6 7 8

Toko Obat 20 21 24 18 18

Sumber : Humbang Hasundutan dalam angka 2014

Ketersediaan sarana kesehatan yang ditunjang oleh kemudahan dan

terjangkaunya pelayanan kesehatan, merupakan faktor utama dalam menunjang

perbaikan kualitas hidup masyarakat. Jumlah Rumah Sakit Umum yang ada di

(56)

54 Kecamatan Doloksanggul, sementara sarana kesehatan pada tingkat kecamatan

sebanyak 12 unit puskesmas dan 23 puskesmas pembantu. Pokesdes sebanyak 167

unit, posyandu sebanyak 262, apotek sebanyak 8 unit dan toko obat sebanyak 18 unit.

Jumlah tenaga kesehatan di Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2013

terdiri dari 31 orang dokter (baik dokter umum, gigi dan spesialis), paramedis

[image:56.595.195.430.486.676.2]

perawatan sebanyak 499 orang dan paramedis non perawatan 36 orang.

Tabel 4.7

Jumlah Dokter, Medis Perawatan dan Medis Non Perawatan Tahun 2010-2013

Tahun Dokter Medis Perawat Medis Non Perawat

Jumlah

2010 34 235 22 291

2011 39 523 34 596

2012 36 500 36 572

2013 31 499 36 566

Sumber : Humbang Hasundutan dalam angka, 2014

Tabel 4.8

Angka Harapan Hidup Sesudah Pemekaran di Kabupaten Humbang Hasundutan

No. Tahun Angka Harapan Hidup (Tahun)

1. 2007 67,64

2. 2008 67,79

3. 2009 67,78

4. 2010 67,87

5. 2011 67,96

6. 2012 68,87

7. 2013 68,09

(57)

55

Indikator angka harapan hidup masyarakat di Kabupaten Humbang Hasundutan pada tahun 2007 sampai tahun 2013 mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Artinya keadaan masyarakat Kabupaten Humbang Hasundutan lebih sehat.

4.1.3 Kondisi Ekonomi di Kabupaten Humbang Hasundutan 4.1.3.1Perindustrian

[image:57.595.107.518.417.541.2]

Di Indonesia, sektor industri dikelompokkan dalam industri skala besar, sedang, skala kecil dan rumah tangga. Pengelompokan ini didasarkan pada banyaknya jumlah tenaga kerja yang bekerja pada industri tersebut.

Tabel 4.9

Jumlah Perusahaan Industri Sedang dan Besar menurut Jumlah Usaha, Tenaga Kerja, Biaya Input, Nilai Output dan Nilai Tambah.

Tahun Jumlah

Usaha

Tenaga Kerja Biaya Input

(miliar Rupiah)

Nilai Output

(miliar Rupiah)

Nilai Tambah

(miliar Rupiah)

2009 4 530 20,60 40,28 18,74

2010 4 195 14,76 25,49 10,73

2011 5 246 25,18 46,31 21,14

2012 5 217 49,87 131,59 81,72

2013 6 229 48,92 132,88 83,96

Sumber : Humbang Hasundutan dalam angka, 2014

(58)

56 4.1.3.2Listrik dan Air Minum

Sebagian besar kebutuhan tenaga listrik di Kabupaten Humbang Hasundutan dipenuhi oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN), dan sebagian kecil lainnya dipenuhi listrik non PLN.

Tabel 4.10

Persentase Rumahtangga Menurut Sumber Penerangan di Kabupaten Humbang Hasundutan

Tahun Listrik

PLN

Listrik Non PLN Petromak,

Aladin

Pelita, Sentir dan

Obor

Lainnya

2010 91,96 0,19 0,49 7,36 0,00

2011 95,95 0,67 0,98 2,41 0.00

2012 94,64 0,16 0,78 4,25 0,18

2013 95,83 1,38 0,07 2,72 0,00

Sumber : Sumatera Utara dalam angka, 2011-2014

[image:58.595.115.510.279.386.2]

Air Bersih yang disalurkan PDAM Kabupaten Humbang Hasundutan selama tahun 20133 mengalami peningkatan bila dibandingkan pada tahun sebelumnya. Air yang disalurkan kepada konsumen tahun 2012 sebanyak 786.740 m3 meningkat menjadi 879.525 m3 tahun 2013. Jumlah pelanggan mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya tahun 2012 3.103 pelanggan meningkat menjadi 3.442 pelanggan tahun 2013.

Tabel 4.11

Jumlah Air Bersih yang disalurkan dan Jumlah Pelanggan Menurut Konsumen di Kabupaten Humbang Hasundutan

No Tahun Volume (M3) Jumlah Pelanggan

1 2011 460.803 2.391

2 2012 786.740 3.103

3 2013 879.525 3.442

(59)

57 4.1.4 Potensi Wilayah

4.1.4.1Pertanian

Negara Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, hal ini dapat ditunjukkan dengan besarnya luas lahan yang ada di Indonesia 74,68 % digunakan untuk pertanian. Bagi Kabupaten Humbang Hasundutan sendiri, sampai saat ini sektor pertanian masih merupakan tulang punggung perekonomian daerah, baik sebagai penghasil nilai tambah maupun sektor penghasilan masyarakat. Subsektor pertanian yang ada di Kabupaten Humbang Hasundutan meliputi :

4.1.4.1.1 Tanaman Pangan

[image:59.595.111.475.512.728.2]

Sub sektor tanaman pangan merupakan salah satu sektor pertanian yang mencakup tanaman padi dan palawija seperti jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang kedelai dan kacang hijau. Tanaman padi merupakan tanaman pertanian yang paling dominan di Kabupaten Serdang Bedagai

Tabel 4.12

Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Padi dan Palawija Menurut Jenis Tanaman Tahun 2013

No. Jenis Tanaman Luas Panen (Ha) Jumlah Produksi (Ton)

Produktivitas (Ton/Ha)

1. Padi (sawah dan Ladang)

19.002 89.953 47,34

2. Jagung 470 1.298 27,63

3. Ubi Kayu 445 15.920 357,75

4. Ubi Jalar 386 7.653 198,26

5. Kacang Tanah 404 544 13,29

6. Kacang Kedelai 5 4 8,77

(60)

58 4.1.4.1.2 Perkebunan

[image:60.595.108.551.290.642.2]

Kabupaten Humbang Hasundutan sangat berpotensi untuk pengembangan perkebunan dan tanaman keras. Luas tanaman perkebunan di Kabupaten Humbang Hasundutan yang tersebar di seluruh Kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.13

Data Luasan Perkebunan di Kabupaten Humbang Hasundutan

No. Kecamatan

Jenis Komoditi Kopi (Ha) Karet (Ha) Kakao (Ha) Kelapa Sawit (Ha) Kemenyan (Ha) Nilam (Ha) Tembaka u (Ha)

1 Pakkat 352 1.498 415,47 241 60 6,60

2 Onan

Ganjang

1.137 315 315,63 - 1.072,50 1,70 -

3 Sijamapolang 621 38,6 38,60 - 613,50 - -

4 Lintong

Nihuta

3.019 - - - 35,75

5 Paranginan 1654 - - - 27,75

6 Dolok

Sanggul

3.218 - - - 1.515,50 - 28,25

7 Pollung 859,5 - - - 640,50 - -

8 Parlilitan - 1.292,2 1.292,26 93 1.007,50 5,75 -

9 Tarabintang 229,5 630 630,18 41,50 34 5,75 -

10 Baktiraja 250 - - - -

Jumlah 11.310 3.774,8 1.756,60 376,50 4.943,50 - 91,75

Sumber : Humbang Hasundutan dalam angka, 2014

4.1.4.1.3 Peternakan

(61)

59 pengelolaan dilaksanakan secara tradisional dan baru dikelola untuk kebutuhan/konsumsi masyarakat setempat (lokal). Jika pengelolaan ternak dimaksud dikembangkan dengan menggunakan teknologi mungkin masih mempunyai peluang tinggi dapat meningkatkan perekonomian masyarakat, karena lahan untuk itu cukup luas untuk dipergunakan.

Berikut ini dapat dilihat populasi dan sebaran ternak di Kabupaten Humbang Hasundutan pada tabel :

Tabel 4.14

Populasi Ternak di Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2013 No Jenis Ternak Jumlah (Ekor)

1 Kuda 182

2 Sapi 36

3 Kerbau 268

4 Kambing 474

5 Domba 51

6 Babi 16.201

Sumber : Humbang Hasundutan dalam angka, 2014

4.1.4.1.4 Perikanan

(62)

60 4.1.4.1.5 Kehutanan

Hutan adalah merupakan paru-paru dunia sebagai anugerah Tuhan dan sumber kehidupan manusia yang perlu dilestarikan. Kawasan hutan di Kabupaten Humbang Hasundutan yang merupakan potensi sumber daya alam memberikan hasil untuk kehidupan masyarakat antara lain kayu pinus, rotan, damar, eukaliptus dan berbagai jenis pohon lainnya. Luas kawasan hutan di Kabupaten Humbang Hasundutan sekitar 38,16% dari luas wilayah Kabupaten Humbang Hasundutan. Dilihat dari luas kawasan hutan berdasarkan fungsi adalah sesuai dengan tabel berikut :

Tabel 4.15

Luas Kawasan Hutan Berdasarkan Fungsi

No. Fungsi Hutan Luas

Ha % Luas Kabupaten

1 Hutan Lindung 31.300 12,50

2 Hutan Produksi 41.600 16,62

3 Hutan Produksi Terbatas 3.100 1,24

4 Hutan Reboisasi 19.512,84 7,79

Jumlah 95.512,84 38,16

Sumber : Humbang Hasundutan dalam angka, 2014

4.1.4.2Pariwisata

(63)

61 Asia Tenggara dan merupakan suatu objek wisata yang menarik bagi wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara.

Di daerah Bakkara sebagai pusat zona tepatnya di daerah sekitar pinggiran Danau Toba memiliki potensi pengembangan wisata pantai dengan memanfaatkan pemandangan dan panorama yang indah. Namun belum mendapat penanganan yg maksimal sehingga para wisatawan belum begitu melirik potensi alamnya. Jika dikelola dan dikembangkan dengan baik view dan keindahan panorama alam yang terdapat di Bakkara dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan. Disamping itu masih banyak objek wisata lainnya yang sangat menarik dan menjanjikan dan salah satu objek wisata alternatif yang dikembangkan adalah objek wisata Sipinsur di Kecamatan Paranginan. Objek wisata Sipinsur memiliki potensi wisata pemandangan alam ke Danau Toba dari tempat ketinggian dan objek wisata ini sangat potensial untuk dikembangkan sebagai salah satu objek wisata unggulan.

4.1.4.3Perhubungan

Sektor Perhubungan merupakan sarana transportasi baik melalui perhubungan darat maupun perhubungan danau (transportasi danau), semuanya ini merupakan bagian dari potensi sumber daya alam. Prasarana transportasi yang terdapat di Kabupaten Humbang Hasundutan adalah transportasi darat berupa jalan dan jembatan, sebagian kecil masyarakat menggunakan transportasi danau terutama yang bermukim di pinggiran Danau Toba Kecamatan Baktiraja.

(64)

62 berkembang dimana daerah dapat mengelola sendiri dananya untuk pembangunan di segala bidang. Secara khusus prasarana jalan di Kabupaten Humbang Hasundutan merupakan prasarana pengangkutan yang penting untuk menghubungkan suatu daerah dengan daerah yang lainnya. Selain itu jalan juga berfungsi untuk memperlancar dan mendorong kegiatan perekonomian.

4.1.5 Perkembangan Pembangunan Infrastruktur Jalan

[image:64.595.166.492.480.710.2]

Jalan merupakan prasarana pengangkutan yang penting untuk memperlancar dan mendorong kegiatan perekonomian. Makin meningkatnya usaha pembangunan menuntut pula peningkatan pembangunan jalan untuk memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar lalulintas barang dari satu daerah kedaerah lain. (Humbang Hasundutan dalam angka, 2014)

Gambar 4.2Perkembangan Panjang Jalan Kabupaten Menurut Kondisi Jalan di Kabupaten Humbang Hasundutan 2010-2013

Sumber : Humbang Hasundutan Dalam Angka, BPS 2014 0

100 200 300 400 500 600 700 800

2010 2011 2012 2013

Baik

Sedang

Rusak

(65)
[image:65.595.164.510.325.557.2]

63 Pada gambar 4.2 diatas, untuk memenuhi kebutuhan akan layanan publik, Pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan dari tahun ketahun terus berupaya melakukan perbaikan jalan. Tahun 2013 tercatat kurang lebih 1.256,40 km dari 672,96 km dalam kondisi terawat (baik), 199,24 km kondisi sedang, 85,11 kondisi rusak, dan 299,09 km dalam kondisi rusak berat.

Gambar 4.3 Perkembangan Panjang Jalan Kabupaten Menurut Jenis Permukaan Jalan di Kabupaten Humbang Hasundutan 2010-2013

Sumber : Humbang Hasundutan Dalam Angka, BPS 2014

Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui sepanjang tahun 2010-2013, terjadi peningkatan kualitas jalan. Tahun 2013 total panjang jalan di Kabupaten Humbang Hasundutan 1256,40 Km. Dari jumlah yang ada, tercatat 830,94 Km telah di aspal, 75,86 Km jalan batu, 72,77 Km jalan kerikil dan 276,83 km masih dalam bentuk tanah. Jalan dalam bentuk tanah yang lebih luas terdapat di

0 100 200 300 400 500 600 700 800 900

2010 2011 2012 2013

Aspal

Batu

Kerikil

(66)

64 kecamatan Parlilitan yang mencapai 102,16 Km dari total jalan sebesar 246,58 atau sekitar 41,5%.

[image:66.595.112.524.483.688.2]

Dibawah ini adalah gambar perkembangan panjang jalan (negara, propinsi dan kabupaten) kondisi baik dan sedang. Terlihat bahwa panjang jalan Kabupaten Humbang Hasundutan mengalami peningkatan setelah mengalami pemekaran daerah dari Kabupaten Tapanuli Utara pada tahun 2003. Pada perhitungan panjang jalan ini peneliti menggunakan panjang jalan kondisi baik dan sedang saja, bukan jalan secara keseluruhan. Hal ini karena beberapa alasan diantaranya untuk melihat jalan berdasarkan kualitasnya. Karena semakin baik kualitas semakin besar dampaknya terhadap perekonomian karena biaya angkut/ distrbusi pasti akan lebih rendah.

Gambar 4.4Grafik Perkembangan Panjang Jalan Kabupaten Humbang Hasundutan Sebelum dan Sesudah Pemekaran Daerah

Tahun 1993-2013(Km)

Sumber : BPS Kabupaten Humbang Hasundutan dan Kabupaten Tapanuli Utara 0

(67)

65 4.1.6 Infrastruktur Listrik

[image:67.595.114.511.432.671.2]

Sebagian besar listrik di Kabupaten Humbang Hasundutan dipenuhi oleh Perusahaan Listrik Negara, dan sebagian lainnya oleh Listrik Non PLN. Karena keterbatasan data, penelitian ini hanya menganalisis jumlah daya listrik yang tersambung pada tahun 1994-2012 sebelum dan sesudah Kabupaten Humbang Hasundutan di mekarkan. Pada tahun 2003 jumlah daya yang tersambung meningkat dari tahun sebelumnya dari 13.320,69 KVA menjadi 13608,5 KVA. Pada tahun selanjutnya mengalami peningkatan dan jumlah terbesar daya yang tersambung terjadi pada tahun 2012 sebesar 35.068,954 KVA.

Gambar 4.5Grafik Perkembangan Daya yang Tersambung di Kabupaten Humbang Hasundutan Sebelum dan Sesudah Pemekaran Daerah Tahun

1994-2012 (KVA)

Sumber : BPS Kabupaten Humbang Hasundutan dan Kabupaten Tapanuli Utara 0

(68)

66 4.1.7 Infrastruktur Air Bersih

[image:68.595.131.511.470.716.2]

Gambar

Gambar 2.1Kerangka Konseptual Dampak Pemekaran Daerah Terhadap Pembangunan Infrastruktur Kabupaten Humbang Hasundutan
Gambar 4.1 Peta Kabupaten Humbang Hasundutan
Tabel 4.2
Tabel 4.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 21 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air,

Akan tetapi dengan semakin banyaknya masayarakat yang butuh jasa biro iklan ini maka akan terjadi sebuah antrian dalam memasang iklan, dan antrian waktu pencetakan iklan di media

(1) Baku mutu air limbah daerah bagi usaha dan/atau kegiatan industri vinyl chloride monomer dan poly vinyl chloride ditetapkan dengan Peraturan Daerah Propinsi dengan ketentuan

Figure 3: cross section through bright object in Pleiades image vertical = grey value, horizontal = pixel position Left: original image, right: after edge enhancement.. A

UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 PEMERINTAH KABUPATEN KERINCI.. Urusan Pemerintahan : 1

[r]

pada saat akan mementaskan tari Prajuritan tidak melakukan ritual puasa. seperti yang dilakukan para penari

Berbeda dari kata-kata yang merujuk, atau yang mengkristal menjadi simbol-simbol representasional, kata-kata yang mengulas dalam bahasa agama tidak digunakan dalam hubungan