i
ANALISIS PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN
( Studi Empiris Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008 – 2012 )
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh:
DANANG FEBRIYANTO 109082000058
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
i
ANALISIS PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN
( Studi Empiris Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008 – 2012 )
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh:
DANANG FEBRIYANTO 109082000058
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama Lengkap : Danang Febriyanto
2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 11 Februari 1990
3. Alamat : Perum Harapan Bahagia Rt 007 Rw 004,
Kelurahan Bahagia, Kecamatan Babelan,
Kabupaten Bekasi
4. Telepon : 08988816244
5. Email : danangfebriyanto11@yahoo.com
II. PENDIDIKAN
1. TK Tarbiyatun Nufus Jakarta Barat Tahun 1995 - 1996
2. SD Negeri 01 Jakarta Barat Tahun 1996 - 2002
3. SMP Negeri 19 Bekasi Tahun 2002 - 2005
4. SMA Negeri 4 Bekasi Tahun 2005 - 2008
vii III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Sukamto
2. Tempat, Tanggal Lahir : Yogyakarta, 4 April 1952
3. Ibu : Suwariyah
4. Tempat, Tanggal Lahir : Kebumen, 5 April 1955
5. Alamat : Perum Harapan Bahagia Rt 007 Rw 004
Kelurahan Bahagia, Kecamatan Babelan,
Kabupaten Bekasi
viii
ANALYSIS OF IMPLEMENTATION GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) TO CORPORATE PERFORMANCE
( Empirical Study Companies Listed in Indonesia Stock Exchange Years 2008 – 2012 )
By: Danang Febriyanto
abstract
This study aims to examines the analysis of the implementation of good corporate governance on corporate performance. Data obtained by 40 companies with the 2008 - 2012 period associated with 5 variables, 4 independent variables: independent board, board size, institutional ownership, managerial ownership and 1 dependent variable: the corporate performance as measured by Tobin's Q. Data analysis method used is heteroscedasticity, normality test, autocorrelation test, multikolonieritas test, determination test, T statistics test, and F statistics test. The results showed that (1)variable independent board has a significant effect on corporate performance,(2)variable board of directors has a significant effect on corporate performance,(3)institutional ownership variable has a significant effect on corporate performance,(4)managerial ownership variable has a significant effect on corporate performance.
ix
ANALISIS PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN
( Studi Empiris Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008 – 2012 )
Oleh : Danang Febriyanto
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis penerapan good corporate governance terhadap kinerja perusahaan. Data yang diperoleh sebanyak 40 perusahaan dengan kurun waktu 2008 - 2012 yang dihubungkan dengan 5 variabel penelitian, yaitu, 4 variabel independen : dewan komisaris independen, ukuran dewan direksi, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan 1 variabel dependen : kinerja perusahaan yang diukur dengan Tobin’s Q. Metode analisis data yang digunakan adalah uji heteroskedastisitas, uji normalitas, uji autokorelasi, uji multikolonieritas, uji determinasi, uji statistik t, dan uji statistik f. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1)variabel dewan komisaris independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perusahaan, (2)variabel dewan direksi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perusahaan, (3)variabel kepemilikan institusional memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perusahaan, (4)variabel kepemilikan manajerial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perusahaan.
x
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT, Yang Maha
Pengasih dan Maha Penyayang, yang telah memberikan karunia-Nya kepada
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat
serta salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, nabi akhir zaman, yang
telah membimbing umatnya menuju jalan kebenaran. Skripsi ini disusun dalam
rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih atas bantuan,
bimbingan, dukungan, semangat dan doa, baik langsung maupun tidak langsung
dalam penyelesaian skripsi ini, kepada:
1. Bapak Sukamto dan Ibu Suwariyah tercinta, yang selalu mencurahkan
perhatian, cinta dan sayang, dukungan serta doa yang tertuju untukku.
2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta selaku Dosen Pembimbing
Skripsi I yang telah bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi,
memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Terima
kasih atas ilmu yang telah Bapak berikan selama ini.
3. Ibu Zuwesti Eka Putri, SE,.M.Ak selaku selaku Dosen Pembimbing Skripsi II
yang telah meluangkan waktu, mencurahkan perhatian, membimbing dan
memberikan pengarahan kepada penulis. Terima kasih atas semua saran yang
Ibu berikan selama proses penulisan skripsi sampai terlaksananya sidang
skripsi.
4. Ibu Dr. Rini, Ak., CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan
xi
5. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan karyawan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada
penulis.
6. Keluargaku tercinta, Kaka siwi, Bulek Marmi, Lek Jiran, Ade Ika yang
selama ini selalu mendukung dan memberikan semangat serta nasihat yang
tidak akan pernah penulis lupakan sampai kapanpun.
7. Akuntansi B UIN 2009, dan seluruh teman-temanku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Angkatan 2009, terima kasih atas doa dan dukungan
yang diberikan kepada penulis.
8. Seluruh Team Bopak dan sahabat, Adriansyah, Wayan, Yayan, Eko, Brian,
Matuy, Fiki, Arif, Septy, Echy, Fauzi, Hendro, Dhio dan Heri, terima kasih
atas semuanya selama ini dan semoga tak pernah ada kata berpisah.
9. Sahabat seperjuanganku, Meisya, Sukoco, Dellia, Randi dan Septian, terima
kasih atas bantuan dan dukungan yang diberikan kepada penulis.
10. Seniorku, Ka Andi, Ka Oktavia, dan Ka Nurlia, terima kasih atas bantuannya.
11. Sahabatku dari SMA, Erry, Jefry, Didik, Cahyo, Bekti, terima kasih untuk
persahabatannya selama ini, semoga tetap solid sampai kapanpun.
12. Priyaniza Arum Mayangsari, terima kasih atas semua motivasinya untuk
selalu semangat, terus mengingatkan dan menghitung mundur akan deadline.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan
kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 6 September 2013
xii DAFTAR ISI
Halaman Judul... i
Lembar Pengesahan Skripsi ... ii
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ... iii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi……….iv
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ... v
Daftar Riwayat Hidup ... vi
Abstract ... viii
Abstrak ... ix
Kata Pengantar ... x
Daftar Isi ... xii
Daftar Gambar ... xv
Daftar Tabel ... xvi
Daftar Lampiran ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
A. Teori yang Berkenaan dengan Variabel yang Diambil ... 10
1. Agency Theory ... 10
2. Good Corporate Governance ... 12
a. Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance ... 14
b. Tujuan Good Corporate Governance. ... 20
c. Good Corporate Governance di Indonesia ... 22
3. Kinerja Perusahaan………26
a. Definisi Kinerja ... 26
b. Sistem Pengukuran Kinerja ... 27
xiii
d. Tujuan Penilaian Kinerja Perusahaan ... 29
4. Dewan Komisaris Independen ... 30
5. Dewan Direksi………...30
6. Kepemilikan Institusional ... 32
7. Kepemilikan Manajerial ... 33
B. Penelitian Sebelumnya ... 35
C. Kerangka Pemikiran ... 38
D. Hipotesis ... 40
BAB III METODE PENELITIAN ... 45
A. Ruang Lingkup Penelitian ... 45
B. Metode Penentuan Sampel ... 45
C. Metode Pengumpulan Data ... 46
D. Metode Analisis Data ... 47
1. Statistik Deskriptif... 47
2. Uji Asumsi Klasik………. 47
a. Uji Autokorelasi……….47
b. Uji Multikolonieritas………..48
c. Uji Heteroskedasitas………..48
d. Uji Normalitas………49
3. Uji Hipotesis………...50
a. Koefisien Determinasi………50
b. Uji Statistik t………..51
c. Uji Statistik f………..52
E. Operasional Variabel dan Pengukurannya………52
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 57
A. Deskripsi Objek Penelitian ... 57
B. Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 59
C. Analisis dan Pembahasan……….. 61
1. Uji Asumsi Klasik ... 61
a. Uji Autokorelasi ... 61
xiv
c. Uji Heteroskedastisitas ... 63
d. Uji Normalitas ……….65
2. Pengujian Hipotesis ……….. 66
a. Koefisien Determinasi ... 66
b. Uji Statistik t ... 67
c.. Uji Statistik f ... 72
BAB V PENUTUP... 75
A. Kesimpulan... 75
B. Implikasi……….76
C. Saran ... 76
Daftar Pustaka ... 78
xv
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Konseptual Hubungan Antar Variabel………..38
4.1 Grafik Hasil Uji Heteroskedasitas……….64
xvi
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
2.1 Perbandingan Penelitian Terdahulu dan Sekarang…………...35
3.1 Pengukuran Operasional Variabel Penelitian………..56
4.1 Rincian Sampel Penelitian………...57
4.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Klasifikasi Jenis Industri………..58
4.3 Statistik Deskriptif………..59
4.4 Hasil Uji Autokorelasi………...61
4.5 Tabel Dublin Watson………..62
4.6 Hasil Uji Multikolinearitas………..63
4.7 Koefisien Determinasi………....66
4.8 Hasil Uji Parameter Individual (Uji Statistik t)………..67
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1. Daftar Klasifikasi Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian……….83
2. Data Komisaris Independen……….84
3. Data Ukuran Dewan Direksi………85
4. Data Kepemilikan Institusional………86
5. Data Kepemilikan Manajerial………...87
6. Data Tobin’s Q……….88
7. Uji Statistik Deskriptif, Uji Autikorelasi……….…….98
8. Uji Multikolonieritas, Uji Heteroskedastisitas………...99
9. Uji Normalitas, Uji Determinasi……… ………100
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu tujuan penting pendirian suatu perusahaan adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, atau
memaksimalkan kekayaan pemegang saham melalui peningkatan kinerja
perusahaan. Peningkatan kinerja perusahaan tersebut dapat dicapai jika
perusahaan mampu beroperasi dengan mencapai laba yang ditargetkan.
Melalui laba yang diperoleh tersebut perusahaan akan mampu memberikan
dividen kepada pemegang saham, meningkatkan pertumbuhan perusahaan
dan mempertahankan kelangsungan hidupnya. Namun di lain pihak,
manajer sebagai pengelola perusahaan mempunyai tujuan yang berbeda
terutama dalam hal peningkatan prestasi individu dan kompensasi yang
akan diterima. Jika manajer perusahaan melakukan tindakan-tindakan
yang mementingkan diri sendiri dengan mengabaikan kepentingan
investor maka akan menyebabkan jatuhnya harapan para investor tentang
pengembalian (return) atas investasi yang telah mereka tanamkan. Oleh
karenanya dibutuhkan adanya suatu perlindungan terhadap berbagai pihak
yang berkepentingan dengan perusahaan tersebut (Almilia dan Sifa, 2006)
Hambatan-hambatan yang dihadapi perusahaan dalam mencapai
tujuan perusahaan pada umumnya berkisar pada hal-hal yang sifatnya
2
sumber daya yang dimilikinya secara efektif dan efisien, yang mencakup
seluruh bidang aktivitas (sumber daya manusia, akuntansi, manajemen,
pemasaran dan produksi), (2)Konsistensi terhadap sistem pemisahan
antara manajemen dan pemegang saham, sehingga secara praktis
perusahaan mampu meminimalkan konflik kepentingan yang mungkin
terjadi antara manajemen dan pemegang saham dan (3)Perlunya
kemampuan perusahaan untuk menciptakan kepercayaan pada penyandang
dana ekstern, bahwa dana ekstern tersebut digunakan secara tepat dan
seefisien mungkin serta memastikan bahwa manajemen bertindak yang
terbaik untuk kepentingan perusahaan (Darmawati, 2005).
Untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut, maka perusahaan
perlu memiliki suatu sistem pengelolaan perusahaan yang baik, yang
mampu memberikan perlindungan efektif kepada para pemegang saham
dan pihak kreditur, sehingga mereka dapat meyakinkan dirinya akan
memperoleh keuntungan investasinya dengan wajar dan bernilai tinggi,
selain itu juga harus dapat menjamin terpenuhinya kepentingan karyawan
serta perusahaan itu sendiri. (Tjager, 2003).
Kondisi yang dihadapi perusahaan-perusahaan publik di Indonesia
masih lemah dalam mengelola perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh masih
lemahnya standar-standar akuntansi dan regulasi, pertanggungjawaban
terhadap para pemegang saham, standar-standar pengungkapan dan
transparansi serta proses-proses kepengurusan perusahaan. Kenyataan
perusahaan-3
perusahaan publik di Indonesia dalam menjalankan manajemen yang baik
dalam memuaskan stakeholders perusahaan. Dalam upaya mengatasi
kelemahan-kelemahan tersebut, maka para pelaku bisnis di Indonesia
menyepakati penerapan good corporate governance (GCG), suatu sistem
pengelolaan perusahaan yang baik, hal ini sesuai dengan penandatanganan
perjanjian Letter of intent (LOI) dengan IMF tahun 1998, yang salah satu
isinya adalah pencantuman jadwal perbaikan pengelolaan perusahaan di
Indonesia (Sedarmayanti, 2007).
Good Corporate Governance (GCG) kini ditempatkan di posisi
terhormat, hal itu setidaknya terwujud dalam dua keyakinan. Pertama,
GCG merupakan salah satu kunci sukses perusahaan untuk tumbuh dan
menguntungkan dalam jangka panjang, sekaligus memenangkan
persaingan bisnis global, terutama bagi perusahaan yang telah mampu
berkembang sekaligus menjadi terbuka. Kedua, krisis ekonomi dunia, di
kawasan Asia dan Amerika Latin yang diyakini muncul karena kegagalan
penerapan good corporate governance, di antaranya, sistem regulator yang
payah, standar akuntansi dan audit yang tidak konsisten, praktek
perbankan yang lemah, serta pandangan Board of Directors (BOD) yang
kurang peduli terhadap hak-hak pemegang saham minoritas (Suranta dan
Merdistusi, 2004).
Penerapan dan pengelolaan Corporate Governance yang baik
merupakan sebuah konsep yang menekankan pentingnya hak pemegang
4
waktu. Selain itu juga menunjukkan kewajiban perusahaan untuk
mengungkapkan semua informasi kinerja keuangan perusahaan secara
akurat, tepat waktu dan transparan. Oleh karena itu, baik perusahaan
publik maupun tertutup harus memandang Good Corporate Governance
(GCG) bukan sebagai aksesoris belaka, tetapi sebagai upaya peningkatan
kinerja dan nilai perusahaan (Tjager, 2003).
Munculnya berbagai skandal akuntansi yang terjadi pada
perusahaan-perusahaan telah mengakibatkan turunnya kepercayaan publik
terutama investor terhadap pelaporan keuangan yang disajikan oleh
perusahaan. Badan Pemeriksa Keuangan menemukan beberapa
pelanggaran kepatuhan PT Jamsostek atas laporan keuangan 2011 dengan
nilai di atas Rp 7 triliun, Hal tersebut terungkap dalam makalah presentasi
Bahrullah Akbar, anggota VII Badan Pemeriksa Keuangan. Bahrullah
mengatakan ada empat temuan BPK atas laporan keuangan 2011
Jamsostek yang menyimpang dari aturan. Pertama, Jamsostek membentuk
Dana Pengembangan Progran Jaminan Hari Tua (JHT) sebesar Rp7,24
triliun yang tidak sesuai dengan Peraturan Pemerintah 22/2004. Kedua,
Jamsostek kehilangan potensi iuran karena terdapat penerapan tarif
program yang tidak sesuai dengan ketentuan. Ketiga, BPK menemukan
Jamsostek belum menyelesaikan aset eks investasi bermasalah, yakni
jaminan medium term notes. Adapun temuan keempat dari BPK adalah
5
investasi. Pengendalian dan monitoring PT Jamsostek atas piutang jatuh
tempo dan bunga deposito belum sepenuhnya memadai. (Rustia, 2012)
Masalah penyimpangan lainnya juga terjadi di negara jepang, yaitu
masalah Olympus di tahun 2011, produsen kamera asal Jepang mengaku
telah menyembunyikan kerugian investasi di perusahaan sekuritas selama
puluhan tahun atau sejak era 1980-an. Selama ini, Olympus menutupi
kerugiannya dengan menyelewengkan dana akuisisi. Presiden Direktur
Olympus Shuichi Takayama menuding Tsuyoshi Kikukawa, yang mundur
dari jabatan Presiden dan Komisaris sebagai pihak yang bertanggung
jawab. Sementara Wakil Presiden Direktur Hisashi Mori dan auditor
internal Hideo Yamada bertanggung jawab sebagai pihak yang
menutup-nutupi. Keduanya menyatakan siap jika dituntut hukuman pidana.
Pengumuman yang mengejutkan ini juga membuat saham Olympus jatuh
29% ke posisi terendahnya dalam 16 tahun terakhir. Perusahaan ini juga
sudah kehilangan 70% nilai pasarnya, setara Rp 5,1 triliun karena masalah
investasi bodong tersebut. (Taqiyyah, 2012)
Dengan melihat beberapa contoh kasus tersebut, sangat relevan
bila ditarik suatu pertanyaan tentang efektivitas penerapan Corporate
Governance. Corporate Governanace merupakan salah satu elemen kunci
dalam meningkatkan efesiensi ekonomis, yang meliputi serangkaian
hubungan antara manajemen perusahaan, dewan komisaris, para pemegang
6
Ukuran yang dicapai dalam menilai kinerja perusahaan sangatlah
bermacam-macam dan berbeda-beda dari satu industri ke industri lainnya
tergantung pada aktivitas pokok perusahaan seperti produksi, keuangan,
pemasaran, sumber daya manusia, dan banyak lagi kegiatan lainnya.
Kinerja keuangan adalah salah satu tolak ukur dalam menilai suatu
perusahaan, kondisi keuangan yang bagus cenderung menarik perhatian
investor, Dalam hubungannya dengan kinerja, laporan keuangan sering
dijadikan dasar untuk penilaian kinerja perusahaan (Kieso dan Weygandt,
2008).
Titi Purwantini (2012) melakukan penelitian mengenai pengaruh
mekanisme good corporate governance terhadap nilai perusahaan dan
kinerja keuangan perusahaan dengan indikator independensi dewan
komisaris, kepemilikan institusional, dan kepemilikan terkonsentrasi.
Secara empiris, menyatakan bahwa penerapan good corporate governance
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan dan kinerja keungan
perusahaan. Penelitian ini mengambil populasi laporan keuangan tahunan
perusahaan yang terdaftar di BEI selama periode 2005 sampai 2007.
Iqbal Bukhori (2012) melakukan penelitian mengenai pengaruh
good corporate governance dan ukuran perusahaan terhadap kinerja
perusahaan dengan indikator jumlah dewan direksi, jumlah dewan
komisaris, dan ukuran perusahaan. Secara empiris, menyatakan bahwa
penerapan corporate governance dan ukuran perusahaan terhadap kinerja
7
perusahaan. Penelitian ini mengambil populasi laporan keuangan tahunan
perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2010.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang terdahulu, yaitu:
1. Tahun yang diamati, pada penelitian ini mengambil tahun 2008-2012.
Alasan peneliti menggunakan tahun 2008 sampai dengan 2012, karena
periode tersebut menunjukkan kondisi yang paling aktual berkaitan
dengan masalah yang ingin diteliti.
2. Pada penelitian ini, peneliti memfokuskan pada satu industri saja yaitu
industri manufaktur dengan tujuan untuk menghindari adanya bias
yang disebabkan oleh perbedaan industri.
3. Pada penelitian ini, mekanisme Corporate Governance yang
digunakan adalah proporsi dewan komisaris independen, jumlah
dewan direksi, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan
kinerja keuangan yang diukur melalui Tobin’s Q rasio.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, menarik untuk diteliti
sejauh mana tingkat keberhasilan perusahaan dalam menerapkan good
corporate governance serta pengaruhnya terhadap kinerja perusahaan.
8 B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka penulis
mengidentifikasi permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh dewan komisaris independen (indikator good
corporate governance) terhadap kinerja perusahaan.
2. Bagaimana pengaruh ukuran dewan direksi (indikator good
corporate governance) terhadap kinerja perusahaan.
3. Bagaimana pengaruh kepemilikan institusional (indikator good
corporate governance) terhadap kinerja perusahaan.
4. Bagaimana pengaruh kepemilikan manajerial (indikator good
corporate governance) terhadap kinerja perusahaan.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian adalah untuk
mengetahui secara empiris pengaruh good corporate governance terhadap
kinerja keuangan perusahaan :
1. Untuk mengetahui pengaruh dewan komisaris independen (indikator
good corporate governance) terhadap kinerja perusahaan.
2. Untuk mengetahui pengaruh ukuran dewan direksi (indikator good
corporate governance) terhadap kinerja perusahaan.
3. Untuk mengetahui pengaruh kepemilikan institusional (indikator
good corporate governance) terhadap kinerja perusahaan.
4. Untuk mengetahui pengaruh kepemilikan manajerial (indikator good
9 D. Manfaat Penelitian
Penulis mengharapkan penelitian ini memberikan manfaat,
diantaranya:
1. Bagi Mahasiswa Fakultas Ekonomi khususnya Jurusan Akuntansi
Penelitian ini diharapkan dapat menambah bukti empiris dari
penelitian-penelitian sebelumnya mengenai praktik Good Corporate
Governance berkaitan dengan kinerja perusahaan serta dapat
dijadikan referensi dalam mengadakan penelitian lebih lanjut tentang
masalah yang sama dan dapat diterapkan di masa yang akan datang.
2. Bagi Peneliti
Menambah wawasan serta pengetahuan peneliti mengenai pengaruh
penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance terhadap
kinerja perusahaan.
3. Bagi Praktisi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang
bermanfaat bagi para pembaca seperti investor, badan otoritas pasar
modal, dan para analis keuangan lainnya mengenai relevansi kinerja
perusahaan yang dipengaruhi oleh penerapan Good Corporate
10 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori yang Berkenaan dengan Variabel yang Diambil 1. Agency Theory (Teori Keagenan)
Teori agensi pada awalnya berkaitan dengan masalah kepemilikan
perusahaan melalui pembelian saham. Teori agensi dalam manajemen
keuangan membahas adanya hubungan agensi, yaitu hubungan mengenai
adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan yang dilakukan
oleh manajer. Hubungan agensi seperti ini rawan konflik, yaitu konflik
kepentingan pribadi (konflik agensi). Konflik tersebut terjadi karena
pemilik modal berusaha menggunakan dana sebaik-baiknya dengan risiko
sekecil mungkin, sedangkan manajer cenderung mengambil keputusan
pengelolaan dana untuk memaksimalkan keuntungan yang sering
bertentangan dan cenderung mengutamakan kepentingannya sendiri.
(Jensen & Meckling, 1976).
Teori agensi berkembang dalam dua aliran, positivism dan
principal agent. Keduanya menggunakan dasar yang sama, yaitu adanya
kontrak prinsipiil dan agen. Aliran pertama, positivsm difokuskan pada
situasi yang menyebabkan timbulnya konflik kepentingan antara agen
prinsipiil dan cara pengelolaan konflik tersebut agar perilaku agen lebih
terkendali pada kepentingan prinsipiil. Secara umum, pendapat itu hanya
11
yang go public dan pendekatannya tidak terlalu matematis. Menurut aliran
principal agent masalah biaya agensi merupakan penerapan di bidang
pendelegasian kepada pelaksana pekerjaan yang banyak dijumpai dalam
kasus sehari-hari. (Jensen & Meckling, 1976).
Perspektif teori agensi merupakan dasar yang digunakan untuk
memahami isu Corporate Governanace dan manajemen laba. Adanya
pemisahan kepemilikan oleh principal dengan pengendalian oleh agen
dalam sebuah organisasi cenderung menimbulkan konflik keagenen
diantara principal dan agen. Jensen dan Meckling (1976), menyatakan
bahwa laporan keuangan yang dibuat dengan angka-angka akuntansi
diharapkan dapat meminimalkan konflik diantara pihak-pihak yang
berkepentingan. Dengan laporan keuangan yang dilaporkan oleh agen
sebagai pertanggungjawaban kinerjanya, principal dapat menilai,
mengukur dan mengawasi sampai sejauh mana agen tersebut bekerja
untuk meningkatkan kesejahteraannya serta sebagai dasar pemberian
kompensasi kepada agen. (Berkaoui, 2007)
Corporate Governance yang merupakan konsep yang didasarkan
pada teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk
memberikan keyakinan kepada investor bahwa mereka akan menerima
return atas dana yang mereka investasikan. Corporate Governance
berkaitan dengan bagaimana investor yakin bahwa manajer akan
memberikan keuntungan bagi investor, yakin bahwa manajer tidak akan
12
yang tidak menguntungkan berkaitan dengan dana atau kapital yang telah
ditanamkan oleh investor dan berkaitan dengan bagaimana para investor
mengendalikan para manajer (Darmawati, 2005).
2. Good Corporate Governance
Menurut Forum Corporate Governance in Indonesia (FCGI) 2001
pengertian Good Corporate Governance adalah sebagai berikut:
“Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham,
pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan
serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang
berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain
suatu sistem yang mengatur mengendalikan perusahaan”.
Menurut Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance
(KNKCG):
“Good Corporate Governance adalah suatu proses dari struktur yang
digunakan oleh organ perusahaan guna memberikan nilai tambah pada
perusahaan secara berkesinambungan dalam jangka panjang bagi
pemegang saham dengan tetap memperlihatkan kepentingan stakeholder
lainnya, berlandaskan peraturan perundang-undangan dan norma yang
berlaku”. (Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance, 2004).
Berdasarkan pengertian diatas, Corporate Governance
didefinisikan sebagai suatu sistem pengendalian internal perusahaan yang
13
tujuan bisnisnya melalui pengamanan aset perusahaan dan meningkatkan
investasi pemegang saham dalam jangka panjang (Effendi, 2009).
GCG memacu terbentuknya pola manajemen yang professional,
transparan, bersih dan berkelanjutan. Pedoman Umum Good Corporate
Governance di Indonesia tahun 2006 yang disusun oleh Komite Nasional
Kebijakan Governance (KNKG) menyebut lima asas GCG yaitu
transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi, dan kewajaran.
Penerapan Corporate Governance memberikan empat manfaat
(FCGI, 2001), yaitu: meningkatkan kinerja perusahaan, mempermudah
diperolehnya dana pembiayaan yang lebih mudah, mengembalikan
kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia, dan
meningkatkan shareholders’s value. Good Corporate Governance terdiri
dari dua unsur, yaitu unsur yang berasal dari dalam perusahaan (Corporate
Governance internal perusahaan) dan unsur yang berasal dari luar
perusahaan (Corporate Governance eksternal Perusahaan).
Corporate Governance internal perusahaan adalah unsur yang
selalu diperlukan dalam perusahaan dan sangat berperan dalam mengelola
perusahaan. Jika kinerja Corporate Governance internal baik maka kinerja
perusahaan pun baik dan sebaliknya. Unsur-unsur Corporate Governance
internal perusahaan adalah pemegang saham, direksi, dewan komisaris,
manajer, karyawan, sistem, dan komite audit. Corporate Governance
eksternal perusahaan adalah unsur yang selalu dibutuhkan atau diperlukan
14
perusahaan. Adapun unsur-unsur Corporate Governance eksternal
perusahaan adalah kecukupan undang-undang dan perangkat hukum,
investor, institusi penyedia informasi, akuntan publik, institusi yang
memihak kepentingan publik bukan golongan, pemberi pinjaman, dan
pengesah legalitas (Kresnohadi, 2000)
a. Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance
Prinsip Good Corporate Governance diharapkan menjadi titik
rujukan pembuat kebijakan (pemerintah) dalam membangun kerangka
kerja penerapan Corporate Governance. Bagi pelaku usaha dan pasar
modal, prinsip ini dapat menjadi pedoman mengolaborasi praktek terbaik
bagi peningkatan kinerja dan keberlangsungan perusahaan.
Menurut SK Menteri BUMN Nomor : Kep. 117/M-MBU/2002
tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance yang dikutip oleh
Sedarmayanti diutarakan bahwa prinsip-prinsip Good Corporate
Governance meliputi :
1). Fairnes (Kewajaran)
Perlakuan yang sama terhadap pemegang saham, terutama kepada
pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing, dengan
keterbukaan informasi yang penting serta melarang pembagian untuk
pihak sendiri dan perdagangan saham oleh orang dalam.
15
a. Dengan membuat peraturan korporasi yang melindungi
kepentingan minoritas.
b. Membuat pedoman perilaku perusahaan (corporate conduct) dan
atau kebijakan-kebijakan yang melindungi korporasi terhadap
perbuatan buruk orang dalam dan konflik kepentingan.
c. Menetapkan peran dan tanggung jawab Dewan Komisaris dan
Direksi.
2). Disclosure dan Transparancy (Transparansi)
Hak pemegang saham, yang harus diberi informasi benar dan tepat
waktu mengenai perusahaan, dapat berperan serta dalam pengambilan
keputusan mengenai perubahan mendasar atas perusahaan dan
memperoleh bagian keuntungan perusahaan. Pengungkapan yang akurat
dan tepat waktu serta transparansi mengenai semua hal penting bagi
kinerja perusahaan, kepemilikan, serta pemegang kepentingan.
Prinsip ini diwujudkan antara lain :
a. Mengembangkan sistem informasi akuntansi yang berbasiskan
standar akuntansi
b. Mengembangkan informasi teknologi dan management
information system untuk menjamin adanya pengukuran kinerja
yang memadai dan proses pengambilan keputusan yang efektif
oleh Dewan Komisaris dan Direksi.
16
Adapun hal-hal yang harus diungkapkan adalah :
a. Financial and Operating Result
Laporan keuangan yang sudah di audit adalah sumber informasi
untuk memonitor kinerja keuangan perusahaan untuk meletakkan dasar
bagi penilaian asset sekuritas. Diskusi manajemen dan analisis operasi
terkadang juga menyertai laporan keuangan, pengungkapan hal-hal diatas
akan bermanfaat bagi investor.
b. Tujuan Perusahaan
Tujuan perusahaan harus disosialisasikan kepada lingkungan bisnis
dan masyarakat umum. Informasi ini mungkin penting bagi investor dan
pengguna lainnya untuk mengevaluasi hubungan perusahaan dengan
komunitas tempat mereka beroperasi dan langkah-langkah perusahaan
yang akan diambil perusahaan untuk mencapai tujuannya.
c. Kepemilikan Saham
Salah satu hak investor adalah mendapatkan informasi tentang
struktur kepemilikan perusahaan hingga hak-hak pemilik perusahaan.
Pengungkapan yang diperlukan adalah data pemegang saham mayoritas,
hak-hak voting khusus, persetujuan pemegang saham dan lain-lain.
d. Isu-isu material yang berhubungan dengan kepegawaian dan
pihak-pihak yang berkepentingan lainnya
Setiap informasi yang diungkapkan harus di audit terlebih dahulu
17
oleh auditor independen untuk memberikan informasi yang independent
bagi pihak eksternal. Jalur informasi harus mencerminkan keadilan,
ketepatan waktu, dan efisiensi biaya agar informasi relevan.
3). Accountability (Akuntabilitas)
Tanggung jawab manajemen melalui pengawasan efektif
berdasarkan keseimbangan kekuasaan antar manajer, pemegang saham,
dewan komisaris, dan auditor, merupakan bentuk pertanggungjawaban
manajemen kepada perusahaan dan pemegang saham.
Prinsip ini diwujudkan antara lain :
a. menyiapkan laporan keuangan pada waktu yang tepat dan dengan
cara yang tepat.
b. Mengembangkan Komite Audit dan risiko untuk mendukung
fungsi pengawasan oleh Dewan Komisaris.
c. Mengembangkan dan merumuskan kembali peran dan fungsi
internal.
Terdapat beberapa karakteristik akuntabilitas, sebagai berikut :
a. Anggota Dewan Direksi dan Komisaris harus bertindak didasari
informasi yang lengkap, dengan itikad baik sebesar-besarnya untuk
kepentingan perusahaan dan pemegang saham.
b. Bila keputusan Dewan Direksi dan Komisaris mempunyai
pengaruh yang berbeda-beda diantara pemegang saham, maka
18
c. Dewan Direksi dan Komisaris harus menjamin ketaatan atas
hukum yang diterapkan dan perlindungan terhadap kepentingan
pemegang saham.
d. Dewan Direksi dan Komisaris harus memenuhi beberapa fungsi,
yaitu:
1) Malakukan review atas strategi perusahaan, pelaksanaan
rencana utama, kebijakan resiko, anggaran tahunan dan rencana
bisnis, pemantauan kinerja perusahaan dan mengawasi harta
utama, pembelanjaan dan akuisisi.
2) Menyeleksi, memberikan penghargaan, memantau hingga bila
dibutuhkan mengawasi succession planning.
3) Malakukan review atas gaji eksekutif dan memastikan
pencalonan atas anggota Dewan terbuka.
4) Memantau dan mengelola konflik kepentingan dari
manajemen, pemegang saham termasuk penyalahgunaan harta
penyalahgunaanhubungan transaksi dari berbagai pihak.
5) Memastikan integritas dari sistem pelaporan akuntansi dan
financial perusahaan, melalui audit yang independen, dan
sistem pengendalian yang tepat.
6) Mengawasi proses transparansi dan transaksi.
4). Responsibility (Responsibilitas)
Peran pemegang saham harus diakui sebagaimana ditetapkan oleh
19
kepentingan dalam menciptakan kekayaan, lapangan kerja, dan perusahaan
yang sehat dari aspek keuangan.
Prinsip ini diwujudkan antara lain :
a. Tanggung jawab merupakan konsekuensi logis dari adanya
wewenang.
b. Menyadari akan adanya tanggung jawab social.
c. Menghindari penyalahgunaan kekuasaan.
d. Memelihara lingkungan bisnis yang sehat.
Pelaksanaan prinsip Good Corporate Governance dimaksudkan
untuk mencapai beberapa hal berikut :
a. Memaksimalkan nilai perseroan bagi pemegang saham dengan
cara meningkatkan prinsip transparansi,akuntabilitas, kewajaran,
dan responsibilitas agar perusahaan memiliki daya saing kuat,
baik secara nasional maupun internasional, serta menciptakan
iklim yang mendukung investasi.
b. Mendorong pengelolaan perseroan secara professional, transparan,
dan efisien, serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan
kemandirian dewan komisaris, direksi, dan Rapat Umum
Pemegang Saham.
c. Mendorong agar pemegang saham, anggota dewan komisaris dan
anggota direksi dalam membuat keputusan dan menjalankan
20
peraturan perundang-undangan yang berlaku serta kesadaran akan
adanya tanggung jawab sosial perseroan terhadap pihak yan
berkepentingan maupun kelestarian lingkungan di sekitar
perseroan”.
Berdasarkan uraian di atas, prinsip-prinsip GCG pada hakikatnya
sama yaitu mempertanggungjawabkan kegiatan yang telah dipercayakan,
transparansi atas informasi dan keadaan yang sesugguhnya yang diamati
perusahaan, persamaan perlakuan bagi seluruh pemegang saham dan
stakeholders, serta tanggung jawab legal manajemen. (Effendi, 2009)
b. Tujuan Good Corporate Governance
Corporate Governance yang baik diakui membantu mengebalkan
perusahaan dari kondisi-kondisi yang tidak menguntungkan. Dalam
banyak hal GCG yang baik telah terukti juga meningkatkan kinerja
korporat.
Dalam keputusan BUMN Nomor Kep. : 117/M-MBU/2002
diutarakan bahwa penerapan GCG pada BUMN bertujuan untuk :
a. Memaksimalkan nilai BUMN dengan cara meningkatkan prinsip
keterbukaan, akuntabilitas, dapat dipercaya, bertanggungjawab,
dan adil agar perusahaan memiliki daya saing yang kuat, baik
21
b. Mendorong pengelolaan BUMN secara professional, transparan,
dan efisien, serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan
kemandirian organ.
c. Mendorong agar organ dalam membuat keputusan dan
menjalankan tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dalam
kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku,
serta kesadaran akan adanya tanggung jawab social BUMN
terhadap stakeholder maaupun kelestarian lingkungan di sekitar
BUMN.
d. Meningkatkan kontribusi BUMN dalam perekonomian nasional.
e. Meningkatkan investasi nasional. (2007:60)
Tindakan pemantauan efektifitas praktik Corporate Governance
dalam suatu BUMN merupakan tanggung jawab dan dilakukan oleh
Komisaris atau Dewan Pengawas. Dalam hal ini pemegang saham atau
pemilik modal tidak diperkenankan mencampuri kegiatan operasional
perusahaan yang menjadi tanggung jawab Direksi sesuai dengan ketentuan
anggaran dasar perusahaan dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. (Kusumawati, 2005)
Corporate Governance sebagai suatu sistem bagaimana suatu
perusahaan dikelola dan diawasi, pelaksanaan GCG membawa banyak
manfaat dari penerapannya. Berikut ini pendapat beberapa tokoh, menurut
22
Imam Sjahputra Tunggal dan Amin Widjaja Tunggal, kegunaan dari
Corporate Governance yang baik adalah :
1. Lebih mudah memperoleh modal.
2. Biaya modal (cost of capital) yang lebih rendah.
3. Memperbaiki kinerja Usaha.
4. Mempengaruhi harga saham
5. Memperbaiki kinerja ekonomi. (2002:10)
Corporate Governance yang baik merupakan langkah yang penting
dalam membangun kepercayaan pasar (market convidence) dan
mendorong arus investasi internasional yang stabil dan bersifat jangka
panjang. Jadi berdasarkan beberapa manfaat di atas dapat disimpulkan
bahwa manfaat GCG antara lain adalah entitas bisnis akan menjadi lebih
efisien, meningkatkan kepercayaan publik, dapat mengukur target kinerja
perusahaan, meningkatkan produktivitas, meningkatkan harga saham,
meningkatkan corporate image. (Effendi, 2009)
c. Good Corporate Governance di Indonesia
Berbagai peristiwa dalam dasawarsa terakhir ini telah menjadikan
Corporate Governance menjadi isu penting di kalangan eksekutif, Non
Government Organization (NGO), Konsultan Korporasi, akademisi, dan
pembuat kebijakan (pemerintah) di berbagai belahan dunia. Isu yang
terkait dengan Corporate Governance seperti isider trading, transparansi,
23
perlindungan investor telah menjadi ungkapan lazim dibicarakan di
kalangan pelaku usaha. Corporate Governance juga telah menjadi salah
satu isu penting bagi pelaku usaha di Indonesia. Sentralisasi isu Corporate
Governance dilatarbelakangi permasalahan yang terkait dengan trend di
industri pasar modal, korporasi, pasar audit, tuntutan akan transparansi dan
independensi, dan krisis financial Asia. Penerapan prinsip-prinsip GCG,
yang didukung dengan regulasi yang memadai, akan mencegah berbagai
bentuk overstated, ketidakjujuran dalam financial disclosure yang
merugikan stakeholders. (Daniri, 2005)
Penerapan GCG dapat meningkatkan kinerja perusahaan, dengan
meningkatkan kinerja keuangan, mengurangi risiko yang mungkin
dilakukan oleh dewan dengan keputusan yang menguntungkan diri sendiri,
dan umumnya Corporate Governance dapat meningkatkan kepercayaan
investor. Corporate Governance yang buruk menurunkan tingkat
kepercayaan investor, lemahnya praktik GCG merupakan salah satu faktor
yang memperpanjang krisis ekonomi di Negara Indonesia. (Carningsih,
2009)
Pemerintah melalui kantor kementrian BUMN maupun otoritas
pasar modal dalam hal ini Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) dan
direksi Bursa Efek Indonesia (pada saat itu masih Bursa Efek Jakarta)
telah mewajibkan BUMN dan Emiten untuk menerapkan kebijakan GCG
yang bertujuan menciptakan kepastian hukum yang bermuara kepada
24
ini adalah di lingkungan BUMN dan perusahaan terbuka, namun
kenyataannya konsep GCG masih belum dipahami dengan baik oleh
sebagian besar pelaku usaha.Penerapan GCG di organisasi publik, bank
maupun BUMN, dirahapkan dapat mengembalikan kepercayaan
masyarakat, untuk mengantisipasi persaingan yang ketat di era pasar
bebas, tanggung jawab sosial perusahaan dan etika bisnis. Suatu bisnis
tidak hanya dijalankan dengan modal uang saja, tetapi juga dengan
tanggung jawab dan moralitas perusahaan terhadap stakeholders dan
masyarakat. Penerapan GCG tidak dapat dilepaskan dari moral dan etika
para pelaku bisnis, yang selayaknya dituangkan dalam suatu standar baku
di masing-masing perusahaan yang disebut Corporate Code of Conduct.
(Filia dan Endang, 2010)
Privatisasi memungkinkan penerapan GCG dengan lebih baik dan
konsisten di lingkungan BUMN, yang pada gilirannya menumbuhkan
keyakinan investor kepada BUMN. Bagi Indonesia, dengan aktivitas
BUMN yang hampir menyentuh berbagai sektor ekonomi nasional,
tumbuhnya keyakinan investor terhadap BUMN akan sangat berpengaruh
secara keseluruhan. (Filia dan Endang, 2010)
Komite Nasional mengenai kebijakan Corporate Governance
(National Committee on Corporate Governance), mengidentifikasi 13
bidang penting yang memerlukan pembaharuan, menyusun dan
25 Corporate Governance), yang dapat digunakan oleh korporasi dalam
mengembangkan Corporate Governance, berisi :
a. Hak dan tanggung jawab pemegang saham.
b. Fungsi, tugas dan kewajiban dewan komisaris.
c. Fungsi, tugas dan kewajiban dewan direksi.
d. Sistem audit, termasuk peran auditor eksternal dan komite audit.
e. Fungsi, tugas dan kewajiban sekretaris perusahaan.\Hak
stakeholders, dan akses kepada informasi yang relevan.
f. Keterbukaan yang tepat waktu dan akurat.
g. Kewajiban para komisaris dan direksi untuk menjaga kerahasiaan.
h. Larangan penyalahgunaan informasi oleh orang dalam.
i. Etika berusaha.
j. Ketidakpatutan pemberian donasi politik.
k. Kepatuhan pada peraturan perundang-undangan tentang proteksi
kesehatan, keselamatan kerja dan pelestarian lingkungan.
l. Kesempatan kerja yang sama bagi para karyawan, (Komite
Nasional Kebijakan Corporate Governance, 2004)
Selain itu, Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI)
merupakan salah satu institusi yang aktif dan representative, (didirikan
tahun 2000), diprakarsai 5 asosiasi bisnis, yaitu: Asosiasi Emiten
Indonesia (AEI), Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan
Manajemen(IAI-KAM),Ikatan Netherlands Association (INA/Perkumpilan
26
bertujuan menjebatani kesenjangan antara praktik bisnis sekarang dengan
international best practice, dan memberi informasi tentang Corporate
Governance. Tantangan yang dihadapi oleh dunia bisnis akan semakin
beragam bentuknya, dan tantangan tersebut akan jauh lebih nyata pada
masa mendatang, di mana dunia semakin tidak bisa dibatasi lagi secara
nyata dengan sekat, karena perkembangan teknologi informasi yang
semakin canggih. (Daniri, 2005)
3. Kinerja Perusahaan a. Definisi Kinerja
Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi
keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis
keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan
keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam
periode tertentu. Hal ini sangat penting agar sumber daya digunakan
secara optimal dalam menghadapi perubahan lingkungan. Penilaian kinerja
keuangan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pihak
manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya terhadap para penyandang
dana dan juga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh
perusahaan. (Cahyani, 2009)
Kinerja merupakan suatu istilah secara umum yang digunakan
untuk sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi
pada suatu periode dengan referensi pada jumlah standar seperti biaya
27
pertanggungjawaban atau akuntabilitas manajemen dan semacamnya
(Ceacilia Srimindarti, 2004).
Sebelum memahami masalah penilaian kinerja lebih jauh, maka
ada beberapa pengertian kinerja yaitu keberhasilan personel, tim, atau unit
organisasi dalam mewujudkan sasaran strategik yang telah ditetapkan
sebelumnya dengan perilaku yang diharapkan. (Mulyadi, 2007)
Pengukuran kinerja merupakan proses mencatat dan mengukur
pencapaian pelaksanaan kegiatan dalam arah pencapaian misi (mission
accomplishment) melalui hasil-hasil yang ditampilkan berupa produk, jasa
ataupun suatu proses. Pengukuran kinerja yang didefinisikan sebagai
“performing measurement“ adalah kualifikasi dan efisiensi perusahaan
atau segmen atau keefektifan dalam pengoperasian bisnis selama periode
akuntansi. (Darmawati, 2005)
b. Sistem Pengukuran Kinerja
Sistem pengukuran kinerja yang baik adalah sekumpulan ukuran
kinerja yang menyediakan informasi yang berguna bagi perusahaan,
sehingga membantu mengelola, mengontrol, merencanakan, dan
melaksanakan aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan. Dengan
adanya pengukuran kinerja maka perusahaan diharapkan mampu bertahan
dan mengikuti persaingan dan perkembangan yang ada. Sistem
pengukuran kinerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio
tobin’Q yang merupakan rasio dari perbandingan antara equity market
28
Rasio Tobin’s Q adalah salah satu cara yang dapat digunakan
dalam menilai kinerja perusahaan. Rasio ini di kembangkan oleh Profesor
James Tobin (1976). Rasio ini merupakan konsep yang berharga karena
menunjukkan estimasi pasar keuangan saat ini tentang nilai hasil
pengembalian dari setiap investasi. Jika rasio-q diatas satu, ini
menunjukkan bahwa estimasi dalam aktiva menghasilkan laba yang
memberikan nilai yang lebih tinggi daripada pengeluaran investasi, hal ini
akan merangsang investasi baru. Jika rasio-q dibawah satu maka investasi
dalam aktiva tidaklah menarik (Herawaty, 2008)
c. Manfaat Penilaian Kinerja Perusahaan
Penilaian kinerja adalah salah satu faktor penting dalam
keberhasilan perusahaan, adapun manfaat penilaian perusahaan adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengukur prestasi yang dicapai oleh suatu organisasi dalam
suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat keberhasilan
pelaksanaan kegiatannya.
2. Selain digunakan untuk melihat kinerja organisasi secara keseluruhan,
maka pengukuran kinerja juga dapat digunakan untuk menilai
kontribusi suatu bagian dalam pencapaian tujuan perusahaan secara
keseluruhan.
3. Dapat digunakan sebagai dasar penentuan strategi perusahaan untuk
29
4. Memberi petunjuk dalam pembuatan keputusan dan kegiatan
organisasi pada umumnya dan divisi atau bagian organisasi pada
khususnya.
5. Sebagai dasar penentuan kebijaksanaan penanaman modal agar dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan. (Rafriny, 2012)
d. Tujuan Penilaian Kinerja Perusahaan
Tujuan penilaian kinerja perusahaan adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan
untuk memperoleh kewajiban keuangannya yang harus segera
dipenuhi atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi keuangannya
pada saat ditagih.
2. Untuk mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut
dilikuidasi baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka
panjang.
3. Untuk mengetahui tingkat rentabilitas atau profitabilitas, yaitu
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
selama periode tertentu.
4. Untuk mengetahui tingkat stabilitas usaha, yaitu kemampuan
perusahaan untuk melakukan usahanya dengan stabil, yang diukur
dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar
beban bunga atas hutang-hutangnya termasuk membayar kembali
30
deviden secara teratur kepada para pemegang saham tanpa mengalami
hambatan atau krisis keuangan. (Serli, 2011)
4. Dewan Komisaris Independen
Board governance yang terdiri dari komisaris independen, komite
audit, dan sekertaris perusahaan bahwa untuk mencapai good corporate
governance, jumlah komisaris independen yang harus terdapat dalam
perusahaan sekurang-kurangnya 30% dari seluruh anggota dewan
komisaris. Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang
tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan
pemegang saham pengendali, bebas dari hubungan bisnis atau hubungan
lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak
independen atau bertindak semata-mata sesuai kepentingan perusahaan.
(Wardhani, 2008)
Permasalahan dalam penerapan CG adalah chief executive officer
(CEO) memiliki kekuatan yang lebih besar dibandingkan dengan dewan
komisaris padahal fungsi komisaris adalah untuk mengawasi kinerja CEO.
Efektifitas dewan komisaris dalam menyeimbangkan kekuatan CEO
sangat dipengaruhi oleh tingkat independensi dari dewan komisaris.
Siallagan dan Machfoedz (2006) menyatakan bahwa proporsi komisaris
independen berpengaruh signifikan pada nilai perusahaan.
5. Dewan Direksi
Direksi adalah Organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung
31
sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan,
baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan
anggaran dasar. Direksi menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas
merupakan suatu organ yang di dalamnya terdiri dari satu atau lebih
anggota yang dikenal dengan sebutan direktur (Murwaningsari, 2007)
Direksi dalam menjalankan perseroan memiliki, tugas-tugas, yaitu :
a. Direksi wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab
menjalankan tugas pengurusan Perseroan dengan tetap
memperhatikan keseimbangan kepentingan seluruh pihak yang
berkepentingan dengan aktivitas Perseroan.
b. Direksi wajib tunduk pada ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, Anggaran Dasar dan keputusan RUPS dan
memastikan seluruh aktivitas Perseroan telah sesuai dengan
ketentuan peraturan-peraturan perundang-undangan yang berlaku,
Anggaran Dasar, keputusan RUPS serta peraturan-peraturan yang
ditetapkan oleh Perseroan.
c. Direksi dalam memimpin dan mengurus Perseroan semata-mata
hanya untuk kepentingan dan tujuan Perseroan dan senantiasa
berusaha meningkatkan efisiensi dan efektivitas Perseroan yang
pada akhirnya akan meningkatkan kinerja perusahaan.
d. Direksi senantiasa memelihara dan mengurus kekayaan Perseroan
32
system pengendalian internal dan system manajemen resiko secara
terstruktural dan komprehensif.
e. Direksi akan menghindari kondisi dimana tugas dan kepentingan
Perseroan berbenturan dengan kepentingan pribadi.
Penelitian yang dilakukan oleh Suranta dan Machfoedz (2003)
merupakan penelitian yang menguji pengaruh ukuran dewan direksi
terhadap kinerja perusahaan, dimana pada penelitian ini disimpullkan
bahwa ukuran dewan direksi menunjukkan pengaruh positif terhadap
kinerja perusahaan.
6. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional adalah besarnya jumlah saham yang
dimiliki institusi dari total saham yang beredar. Adanya kepemilikan
institusional dapat memantau secara profesional perkembangan
investasinya sehingga tingkat pengendalian terhadap manajemen sangat
tinggi yang pada akhirnya dapat menekan potensi kecurangan. Pemegang
saham institusional seperti perusahaan asuransi, dana pensiun, dan
reksadana. Semakin besar kepemilikan institusional maka semakin efisien
pemanfaatan aktiva perusahaan dan diharapkan juga dapat bertindak
sebagai pencegah terhadap pemborosan yang dilakukan oleh manajemen
(Faizal, 2004)
Laporan keuangan periodik yang diterbitkan manajemen sebagai
sumber informasi bagi investor institusi dalam melakukan aktivitas
33
institusional yang cukup besar akan mempengaruhi nilai pasar perusahaan.
Semakin besar tingkat kepemilikan saham institusi maka semakin efektif
mekanisme pengendalian terhadap kinerja manajemen. Adanya
kepemilikan saham institusional dapat memantau secara profesional
perkembangan investasinya sehingga tingkat pengendalian terhadap
kinerja manajemen sangat tinggi yang pada akhirnya dapat menekan
potensi kecurangan yang dilakukan oleh manajemen. Xie et al (2001)
dalam Murwaningsari (2007) menemukan hubungan yang berlawanan
antara kinerja saham dan kepemilikan saham institusional. Perusahaan
dengan kepemilikan saham institusional yang besar (lebih dari 5 %)
mengindikasikan kemampuannya untuk memonitoring manajemen.
Semakin besar kepemilikan institusional maka semakin efisien
pemanfaatan aktiva perusahaan. Dengan demikian proporsi kepemilikan
institusional bertindak sebagai pencegahan terhadap pemborosan yang
dilakukan manajemen. Penelitian Slovin dan Sushka (2000) dalam
murwaningsari (2007) menunjukkan bahwa nilai perusahaan dapat
meningkat jika institusi mampu menjadi alat monitoring yang efektif.
7. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial adalah besarnya jumlah saham yang
dimiliki manajemen dari total saham yang beredar. Kepemilikan saham
yang besar dari segi nilai ekonomisnya memiliki insentif menyelaraskan
kepentingan manajemen dan principal. Kepemilikan manajerial juga dapat
34
saham perusahaan yang ditunjukkan dengan persentase kepemilikan
saham perusahaan oleh manajer. Semakin besar kepemilikan saham oleh
manajer dalam perusahaan semakin produktif tindakan manajer dalam
memaksimalkan nilai perusahaan. Gray et al. (1987) menyatakan bahwa
untuk meningkatkan nilai perusahaan, manajer akan berusaha untuk
mengungkapkan informasi sosial kepada pihak yang berkepentingan
meskipun ia harus mengorbankan sumber daya untuk aktivitas tersebut.
Jehsen dan Meckling (1976) menganalisis bagaimana kinerja perusahaan
dipengaruhi oleh distribusi kepemilikan antara pihak manajer yang
menikmati manfaat dan pihak luar yang tidak menikmati manfaat.
Peningkatan kepemilikan manajerial akan mengurangi agency difficulties
melalui pengurangan insentif untuk mengkonsumsi manfaat dan
35 B. Penelitian Sebelumnya
Tabel 2.1
Penelitian Sebelumnya Mengenai Analisis Penerapan Good Corporate Governance (GCG) terhadap Kinerja Perusahaan
No. Peneliti Judul Metodologi Penelitian Alat Analisis Hasil
Perbedaan Persamaan
1. V. Titi Purwantini (2012)
Pengaruh Mekanisme
Good Corporate Governance terhadap Nilai Perusahaan dan Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia) Memakai struktur kepemilikan terkonsentrasi Memakai indikator dewan komisaris independen, dan kepemilikan institusional. Uji asumsi klasik,uji hipotesis dengan regresi berganda,uji signifikansi parameter individual dengan ROA,ROE
1. Independensi dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan tetapi tidak signifikan.
2. Kepemilikan Institusional mempengaruhi nilai perusahaan secara negatif 3.Kepemilikan terkonsentrasi
mempengaruhi secara positif nilai perusahaan dan kinerja keuangan.
2. Iqbal Bukhori, Raharja (2012)
Pengaruh Good Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap Kinerja Perusahaan (studi empiris perusahaan terdaftar di BEI 2010)
Memakai ukuran perusahaan dan ukuran dewan komisaris Memakai ukuran dewan direksi Uji statistik deskriptif,uji asumsi klasik dengan regresi linier berganda memakai CFROA
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa jumlah dewan direksi, jumlah dewan komisaris, dan ukuran
perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Bersambung ke halaman selanjutnya
36
No. Peneliti Judul Metodologi Penelitian Alat Analisis Hasil
Perbedaan Persamaan
3. Ni Ketut Sukasih dan Ni Luh
Nyoman Ayu Suda Susilawati
(2011)
Dampak Good Corporate
Governance terhadap Kinerja perusahaan (Studi Kasus di Bursa Efek Indonesia) Memakai ukuran perusahaan dan lama perusahaan Mamakai indikator good corporate governance terhadap penilaian kinerja Uji statistik deskriptif dengan regresi linier berganda
Hasil penelitian menunjukkan bahwa good corporate
governance signifikan terhadap kinerja yang di ukur dengan ROA tetapi tidak berpengaruh signifikan terhadap ukuran perusahaan dan lama perusahaan
4. Rafriny Amyulianthy (2012)
Pengaruh Struktur
Corporate
Governance terhadap Kinerja Perusahaan Publik Indonesia Memakai dewan direksi independen Memakai kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan dewan komisaris independen Analisis data regresi berganda
1.Kepemilikan Institusional berpengaruh positif secara signifikan terhadap kinerja perusahaan
2.Kepemilikan manajerial berpengaruh positif secara signifikan terhadap kinerja perusahaan
3.Dewan komisaris independen berpengaruh positif secara signifikan terhadap kinerja perusahaan
4.Dewan direksi Independen berpengaruh positif secara signifikan terhadap kinerja perusahaan
Bersambung ke halaman selanjutnya
Tabel 2.1 (Lanjutan)
[image:54.792.104.720.122.498.2]37
No. Peneliti Judul Metodologi Penelitian Alat Analisis Hasil
Perbedaan Persamaan
5. Wajdi Ben Rejeb, Mohamed Frioui (2012)
The Impact of Good Corporate
Governance Practices on Stakeholder’s Satisfaction in Tunisian Listed Companies Objek yang diteliti kasus perusahaan di Negara Tunisia Analisis Good Corporate Governance Uji validitas, uji reabilitas, analisis regresi berganda
Hasil ini berpengaruh positif dan signifikan antara
pengimplikasian dasar prinsip
good corporate governance
(responsibilitas, transparansi, dan akuntabilitas) dan kepuasan
stakeholders terhadap
perusahaan yang ada di negara Tunisia.
6. Ebraheem Saleem Salem Alzoubi dan Mohamad Hisyam Selamat
(2012)
The Effectiveness of Corporate
Governance Mechanisms on Constraining Earning Management:
Literature Review and Proposed Framework Memakai komite audit Analisis Good Corporate Governance analisis regresi berganda
Penelitian ini signifikan dan berpendapat bahwa perusahaan-perusahaan dengan karakteristik yang efektif, dewan dan komite audit cenderung untuk
memungkinkan terjadinya
earning management karena oportunistik produktif ini akan menyebabkan ketidakpastian tentang nilai ekonomi dari suatu perusahaan.
Tabel 2.1 (Lanjutan)
[image:55.792.105.721.122.436.2]38 C. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran ini merupakan model konseptual tentang
bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah
diidentifikasi sebagai masalah yang penting. ( Abdul Hamid, 2010)
Adapun masalah - masalah yang dianggap penting dalam penelitian
ini adalah Good Corporate Governance dan kinerja perusahaan.
Berdasarkan uraian di atas, gambaran menyeluruh penelitian ini yang
mengangkat penelitian tentang dampak Good Corporate Governance
[image:56.612.164.509.305.673.2]terhadap kinerja perusahaan.
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Bersambung ke halaman berikutnya
Analisis penerapan Good Corporate Governance (GCG) terhadap kinerja perusahaan (studi empiris perusahaan yang terdaftar di bursa
efek indonesia tahun 2008-2012
Good Corporate Governance merupakan salah satu elemen kunci dalam meningkatkan efisiensi ekonomis, yang meliputi serangkaian
hubungan antara manajemen perusahaan, dewan komisaris, para pemegang saham, dan stakeholders lainnya.
39 Gambar 2.1 (lanjutan)
Variabel Independen Variabel Dependen
Komisaris Independen (X1) (Ujiyantho dan Bambang,
2007)
Dewan Direksi (X2) Murwaningsari (2007)
Kinerja Perusahaan (Y)
(Herawaty, 2008)
Kepemilikan Institusional (X3) Murwaningsari (2007)
Kepemilikan Manajerial (X4) (Suranta (2002), Ujiyanto (2007)
Uji Asumsi Klasik
Metode Analisis : Regresi Berganda
Hasil Pengujian dan Pembahasan
[image:57.612.169.509.107.660.2]40 D. Hipotesis
Hipotesis yang akan digunakan dalam penelitian ini berkaitan
dengan ada tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
Rancangan hipotesis penelitian ini untuk membuktikan apakah penerapan
Good Corporate Governance memiliki hubungan dengan kinerja
perusahaan, maka dilakukan pengujian dengan hipotesis statistik sebagai
berikut:
1. Dewan komisaris independen terhadap kinerja perusahaan
Proporsi dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan atau
komisaris independen juga mempengaruhi kinerja perusahaan yang
bertindak sebagai penengah dalam perselisihan yang terjadi diantara para
manajer internal dan mengawasi kebijakan manajemen serta memberikan
nasihat kepada manajemen. Komisaris independen merupakan posisi
terbaik untuk melaksanakan fungsi monitoring agar tercipta perusahaan
yang good corporate governance. Semakin tinggi perwakilan dari outsider
director (komisaris independen), maka semakin tinggi independensi dan
efektivitas