• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keluaran Maternal Dan Perinatal Pada Kasus-Kasus Preeklampsia Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Periode Januari 2011 – Desember 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Keluaran Maternal Dan Perinatal Pada Kasus-Kasus Preeklampsia Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Periode Januari 2011 – Desember 2012"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

KELUARAN MATERNAL DAN PERINATAL PADA KASUS-KASUS PREEKLAMPSIA DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM

MALIK MEDAN PERIODE JANUARI 2011 – DESEMBER 2012

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

JENNIE RAFDIANI TELAUMBANUA NIM : 100100231

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KELUARAN MATERNAL DAN PERINATAL PADA KASUS-KASUS PREEKLAMPSIA DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM

MALIK MEDAN PERIODE JANUARI 2011 – DESEMBER 2012

Karya Tulis Ilmiah Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :

JENNIE RAFDIANI TELAUMBANUA NIM : 100100231

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Keluaran Maternal dan Perinatal Pada Kasus-Kasus Preeklampsia di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2011-2012

Nama : Jennie Rafdiani Telaumbanua NIM : 100100231

Pembimbing

NIP. 19600116 198611 2 001 Dr. dr. Sarma Lumbanraja, Sp.OG(K)

Penguji 1

NIP. 19600922 198903 1 004 dr. Irwan Fahri Rangkuti, Sp.KK

Penguji 2

NIP. 19690609 199903 2 001 Dr.dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes

Medan, 18 Desember 2013 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(4)

NIP. 19540220 198011 1 001

ABSTRAK

Preeklampsia merupakan sindrom spesifik-kehamilan karena muncul hanya dengan adanya kehamilan dan berakhir dengan terminasi kehamilan. Preeklampsia didefinisikan sebagai hipertensi yang timbul setelah usia gestasi 20 minggu disertai proteinuria pada wanita yang normotensif. Preeklampsia menjadi masalah obstetrik yang penting karena dapat meningkatkan resiko komplikasi sehingga memberikan keluaran yang buruk, baik pada ibu maupun bayinya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran keluaran maternal dan perinatal pada kasus preeklampsia di RSUP HAM Medan tahun 2011-2012.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan studi cross-sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu hamil dengan preeklampsia yang dirawat dan melakukan persalinan di RSUP HAM Medan. Sampel dipilih dengan metode total sampling. Sampel akhir berjumlah 62 sampel maternal dan 65 sampel perinatal.

Penelitian ini menggunakan data sekunder dari rekam medis. Data tiap sampel dikumpulkan dan kemudian diolah dengan program komputer.

Pada hasil penelitian ditemukan persalinan seksio sesarea 45 kasus (72,6%), perdarahan antepartum 2 kasus (3,2%), perdarahan postpartum 3 kasus (4,8%), edema paru 1 kasus (1,6%), sindrom HELLP parsial 13 kasus (21%), sindrom HELLP komplit 10 kasus (16,1%), impending eclampsia 10 kasus (16,1), kematian maternal 2 kasus (3,2%), pertumbuhan janin terhambat 1 kasus (1,9%), kelahiran preterm 27 kasus (41,5%), BBLR 33 kasus (50,8%), asfiksia neonatorum 24 kasus (37,5%), dan kematian perinatal 6 kasus (9,2%).

(5)

ABSTRACT

Preeclampsia is a pregnancy-spesific syndrome that occurs only in the presence of pregnancy and ends only with the termination of the pregnancy. Preeclampsia is defined as a new onset hypertension accompanied by proteinuria after 20 weeks of gestation in previously normotensive woman. Preeclampsia becomes a major obstetric problem due to the increased risk of complications that lead to maternal and perinatal morbidity and mortality.

The objective of this study is to evaluate the maternal and perinatal outcome of pregnancies complicated with preeclampsia at RSUP HAM Medan during 2011-2012.

This study is a descriptive cross-sectional study. The population included all pregnant women with preeclampsia who were treated and also gave birth at RSUP HAM Medan. Samples were chosen by using total sampling method. There were 62 maternal samples and 65 perinatal samples.

The source of data for this study was medical records. The data of all samples were collected and then analyzed using computer program.

The results revealed 45 cases (72,6%) of caesarean section, 2 cases (3,2%) of antepartum hemorrhage, 3 cases (4,8%) of postpartum hemorrhage, 1 case (1,6%) of pulmonary oedema, 13 cases (21%) of partial HELLP syndrome, 10 cases (16,1%) of complete HELLP syndrome, 10 cases (16,1%) of impending eclampsia, 2 cases (3,2%) of maternal death, 1 case (1,9%) of IUGR, 27 cases (41,5%) of preterm delivery, 33 cases (50,8%) of low birth weight, 24 cases (37,5%) of asphyxia neonatorum, and 6 cases (9,2%) of perinatal death.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena oleh kasih dan penyertaan-Nya saya dapat menyelesaikan penelitian ini, dengan judul : KELUARAN MATERNAL DAN PERINATAL PADA KASUS-KASUS PREEKLAMPSIA DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN PERIODE JANUARI 2011 – DESEMBER 2012. Penelitian ini dibuat dalam rangka penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Pengerjaan laporan penelitian ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan penuh rasa hormat saya mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dosen pembimbing saya, Dr. dr. Sarma Lumbanraja, Sp.OG(K), yang telah mendukung, membimbing dan memberi banyak masukan selama penyusunan KTI ini.

2. dr. Irwan Fahri Rangkuti dan Dr. dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes, sebagai dosen penguji yang telah mengoreksi dan memberi masukan untuk perbaikan KTI ini.

3. Kedua orangtua saya yang tidak henti-hentinya memberi dukungan dan mendorong semangat saya untuk mengerjakan penelitian ini.

Saya menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih memiliki banyak kekurangan, baik dari segi materi maupun penulisannya. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati, saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan karya tulis ilmiah ini sehingga dapat lebih disempurnakan.

(7)

Jennie Rafdiani Telaumbanua DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR SKEMA ... xi

DAFTAR ISTILAH/SINGKATAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Preeklampsia ... 5

2.1.1 Definisi dan Klasifikasi ... 5

(8)

2.1.3 Faktor Resiko ... 7

2.1.4 Etiologi dan Mekanisme Preeklampsia ... 7

2.1.5 Patologi dan Patofisiologi Manifestasi Multisistem Maternal pada Preeklampsia... 9

2.1.6 Diagnosa Preeklampsia ... 12

2.1.7 Manajemen Preeklampsia ... 15

2.2 Keluaran Maternal pada Preeklampsia ... 19

2.3 Keluaran Perinatal pada Preeklampsia ... 20

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 22

3.1 Kerangka Konsep ... 22

3.2 Variabel dan Definisi Operasional ... 23

BAB IV METODE PENELITIAN ... 28

4.1 Jenis Penelitian ... 28

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 28

4.3 Populasi dan Sampel ... 28

4.4 Teknik Pengumpulan Data ... 29

4.5 Pengolahan dan Analisa Data ... 29

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30

5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 30

5.2 Karakteristik Sampel ... 30

(9)

5.4 Keluaran Perinatal ... 36

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Diagnosa Preeklampsia 13 Tabel 2.2 Diagnosa Preklampsia

Berat

15

Tabel 2.3 Keluaran Maternal Pada Preeklampsia

19

Tabel 3.1 Keluaran Maternal serta Hasil Ukur dan Skala Pengukurannya

25

Tabel 3.2 Keluaran Perinatal serta Hasil Ukur dan Skala Pengukurannya

27

Tabel 5.1 Karakteristik Ibu Hamil dengan Preeklampsia

31

Tabel 5.2 Sebaran kasus

preeklampsia berdasarkan cara persalinan

32

Tabel 5.3 Sebaran kasus

preeklampsia berdasarkan perdarahan antepartum

33

Tabel 5.4 Sebaran kasus

preeklampsia berdasarkan perdarahan postpartum

33

Tabel 5.5 Sebaran kasus

preeklampsia berdasarkan gagal ginjal akut

34

(11)

preeklampsia berdasarkan edema paru

Tabel 5.7 Sebaran kasus

preeklampsia berdasarkan sindrom HELLP

34

Tabel 5.8 Sebaran kasus

preeklampsia berdasarkan impending eclampsia

35

Tabel 5.9 Sebaran kasus

preeklampsia berdasarkan eklampsia

35

Tabel 5.10 Sebaran kasus

preeklampsia berdasarkan kematian maternal

36

Tabel 5.11 Sebaran kasus

preeklampsia berdasarkan pertumbuhan janin.

36

Tabel 5.12 Sebaran kasus

preeklampsia berdasarkan kelahiran preterm

37

Tabel 5.13 Sebaran kasus

preeklampsia berdasarkan berat badan lahir.

37

Tabel 5.14 Sebaran kasus

preeklampsia berdasarkan asfiksia neonatorum

38

Tabel 5.15 Sebaran kasus asfiksia neonatorum

38

Tabel 5.16 Sebaran kasus

preeklampsia berdasarkan kematian perinatal.

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

(13)

DAFTAR SKEMA

Nomor Judul Halaman

(14)

DAFTAR SINGKATAN

HELLP : Hemolysis, elevated liver enzymes, low platelet

IUGR : Intaruterine growth restriction

NHBPEP : National High Blood Pressure Education Program

PEB : Preeklampsia berat

PER : Preeklampsia ringan

PIH : Pregnancy-induced hypertension

PJT : Pertumbuhan janin terhambat

(15)

ABSTRACT

Preeclampsia is a pregnancy-spesific syndrome that occurs only in the presence of pregnancy and ends only with the termination of the pregnancy. Preeclampsia is defined as a new onset hypertension accompanied by proteinuria after 20 weeks of gestation in previously normotensive woman. Preeclampsia becomes a major obstetric problem due to the increased risk of complications that lead to maternal and perinatal morbidity and mortality.

The objective of this study is to evaluate the maternal and perinatal outcome of pregnancies complicated with preeclampsia at RSUP HAM Medan during 2011-2012.

This study is a descriptive cross-sectional study. The population included all pregnant women with preeclampsia who were treated and also gave birth at RSUP HAM Medan. Samples were chosen by using total sampling method. There were 62 maternal samples and 65 perinatal samples.

The source of data for this study was medical records. The data of all samples were collected and then analyzed using computer program.

The results revealed 45 cases (72,6%) of caesarean section, 2 cases (3,2%) of antepartum hemorrhage, 3 cases (4,8%) of postpartum hemorrhage, 1 case (1,6%) of pulmonary oedema, 13 cases (21%) of partial HELLP syndrome, 10 cases (16,1%) of complete HELLP syndrome, 10 cases (16,1%) of impending eclampsia, 2 cases (3,2%) of maternal death, 1 case (1,9%) of IUGR, 27 cases (41,5%) of preterm delivery, 33 cases (50,8%) of low birth weight, 24 cases (37,5%) of asphyxia neonatorum, and 6 cases (9,2%) of perinatal death.

(16)

NIP. 19540220 198011 1 001

ABSTRAK

Preeklampsia merupakan sindrom spesifik-kehamilan karena muncul hanya dengan adanya kehamilan dan berakhir dengan terminasi kehamilan. Preeklampsia didefinisikan sebagai hipertensi yang timbul setelah usia gestasi 20 minggu disertai proteinuria pada wanita yang normotensif. Preeklampsia menjadi masalah obstetrik yang penting karena dapat meningkatkan resiko komplikasi sehingga memberikan keluaran yang buruk, baik pada ibu maupun bayinya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran keluaran maternal dan perinatal pada kasus preeklampsia di RSUP HAM Medan tahun 2011-2012.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan studi cross-sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu hamil dengan preeklampsia yang dirawat dan melakukan persalinan di RSUP HAM Medan. Sampel dipilih dengan metode total sampling. Sampel akhir berjumlah 62 sampel maternal dan 65 sampel perinatal.

Penelitian ini menggunakan data sekunder dari rekam medis. Data tiap sampel dikumpulkan dan kemudian diolah dengan program komputer.

Pada hasil penelitian ditemukan persalinan seksio sesarea 45 kasus (72,6%), perdarahan antepartum 2 kasus (3,2%), perdarahan postpartum 3 kasus (4,8%), edema paru 1 kasus (1,6%), sindrom HELLP parsial 13 kasus (21%), sindrom HELLP komplit 10 kasus (16,1%), impending eclampsia 10 kasus (16,1), kematian maternal 2 kasus (3,2%), pertumbuhan janin terhambat 1 kasus (1,9%), kelahiran preterm 27 kasus (41,5%), BBLR 33 kasus (50,8%), asfiksia neonatorum 24 kasus (37,5%), dan kematian perinatal 6 kasus (9,2%).

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan ibu dan bayi sampai saat ini masih menjadi permasalahan di seluruh dunia. Hal ini terkait dengan morbiditas dan mortalitas yang masih tinggi. Ada lima penyebab utama morbiditas dan mortalitas maternal, yaitu perdarahan, infeksi, tekanan darah tinggi, aborsi yang tidak aman, dan partus lama/macet (Khan et al., 2006). WHO memperkirakan setiap harinya ada rata-rata 800 kematian ibu akibat komplikasi kehamilan yang disebabkan oleh kelima faktor tersebut baik yang terjadi selama periode kehamilan maupun saat persalinan.

Salah satu tujuan pembangunan milenium (Millenium Development Goals/MDGs) ialah menurunkan angka kematian ibu (AKI) hingga tiga-perempat dalam kurun waktu 1990-2015. Di Indonesia target yang ingin dicapai pada tahun 2015 adalah hanya terdapat 102 kematian saja per 100.000 kelahiran hidup dari 390 kematian per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1991. AKI di Indonesia masih perlu perhatian khusus karena hanya terdapat sedikit penurunan yakni 228 kematian per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007. Pada tahun 2010 terdapat 11.534 kematian ibu dengan proporsi di Sumatera Utara 3,6% (Hernawati, 2011).

(18)

Di Indonesia, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), jumlah kematian neonatal pada tahun 2007 ada 181 kematian, sedangkan untuk kematian perinatal, yaitu lahir mati ditambah kematian bayi umur 0-6 hari, tercatat 217 kasus. Saat ini sudah terjadi penurunan angka kematian neonatal di Indonesia, yakni 19 kematian per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2007 dari acuan dasar 32 kematian per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1991 (Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia, 2010).

Dalam WHO-Lancet Review on Causes of Maternal Mortality (2006), hipertensi dalam kehamilan merupakan kasus yang paling banyak diteliti yakni 885 studi (14,9%). Di negara-negara sedang berkembang, hipertensi menjadi penyebab utama kematian ibu yakni 25,7% di Amerika Latin serta masing-masing 9,1% di Asia dan Afrika. Angka kematian akibat hipertensi dalam kehamilan bahkan tetap cukup tinggi di negara berkembang, yakni 16,1%.

Tekanan darah yang tinggi memiliki efek yang besar pada kesehatan ibu hamil dan janin dalam kandungan karena menyebabkan restriksi aliran darah, oksigen dan nutrisi. Salah satu bentuk peninggian tekanan darah pada ibu hamil adalah preeklampsia. Preeklampsia, yang merupakan sindrom spesifik kehamilan, didefinisikan sebagai tekanan darah yang tinggi disertai proteinuria setelah usia gestasi 20 minggu pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan darah yang normal (Saifuddin, 2009).

Preeklampsia merupakan manifestasi yang paling penting dari hipertensi dalam kehamilan dan mencakup 50% dari penyakit ini. Insidens preeklampsia sekitar 5-10% dari seluruh kehamilan (de Souza Rugolo et al., 2011). Karakteristik ibu hamil yang mengalami preeklampsia bervariasi, tetapi banyak kasus yang ditemukan pada kehamilan pertama, kehamilan kembar, dan pada wanita yang memiliki riwayat preeklampsia sebelumnya (Sibai et al., 2005).

Kejadian preekl ampsia meningkatkan resiko merugikan pada keluaran

persalinan yang terdiri dari keluaran maternal dan keluaran perinatal. Keluaran

persalinan pada preekl ampsia bergantung pada usia kehamilan saat onset

penyaki t, tingkat keparahan penyaki t, kualitas manajemen penyaki t, dan ada

(19)

Keluaran ibu pada preeklampsia mencakup disseminated coagulopathy/HELLP syndrome (10-20%), edema pulmonum (2-5%), abruptio plasenta (1-4%), gagal ginjal akut (1-5%), gagal fungsi hepar atau perdarahan (<1%), stroke (jarang), dan dapat menuju pada eklampsia (<1%), suatu kondisi yang serius yang ditandai dengan kejang pada ibu yang dapat menyebabkan koma dan kematian (Sibai et al., 2005).

Sementara keluaran perinatal pada preeklampsia mencakup kelahiran prematur (15-67%), fetal growth restriction (10-25%), hypoxia-neurologic injury (<1%), kematian perinatal (1-2%), serta morbiditas kardiovaskular jangka panjang (fetal origin adult disease) yang terkait dengan berat badan lahir yang rendah (Sibai et al., 2005).

Dalam data Riskesdas 2007, dari sejumlah 217 kasus kematian perinatal, 96,8% ibu dari bayi perinatal terganggu kesehatannya ketika hamil. Penyakit yang banyak dialami ibu hamil pada bayi yang lahir mati adalah hipertensi maternal (24%), sementara gangguan kesehatan ibu hamil dari bayi yang meninggal pada umur 0-6 hari adalah ketuban pecah dini (23%) dan hipertensi maternal (22%) (Riskesdas, 2007).

Keseluruhan data ini menunjukkan secara jelas bahwa hipertensi dalam kehamilan, yang didominasi oleh preeklampsia, meningkatkan mortalitas dan morbiditas pada keluaran persalinan, baik pada ibu maupun bayi. Peningkatan insidens dari morbiditas dan mortalitas perinatal yang terlihat pada kehamilan dengan komplikasi preeklampsia, meskipun kompleks dan multifaktorial, adalah terutama disebabkan karena insufisiensi uteroplasenta yang mengakibatkan restriksi aliran darah ke fetus dan kebutuhan untuk persalinan prematur (Backes et al., 2011).

(20)

gambaran keluaran persalinan dengan preeklampsia yang ditangani di rumah sakit ini.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah :

Bagaimanakah gambaran keluaran maternal dan perinatal pada kasus-kasus preeklampsia di RSUP Haji Adam Malik??

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran keluaran maternal dan perinatal pada kasus-kasus preeklampsia di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2011-2012. 1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui jumlah kasus preeklampsia di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2011-2012.

2. Untuk mengetahui jenis preeklampsia yang paling banyak ditemukan di RSUP HAM Medan tahun 2011-2012.

3. Untuk mengetahui karakteristik ibu hamil dengan preeklampsia yang dirawat di RSUP HAM Medan tahun 2011-2012.

1.4. Manfaat Penelitian

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Preeklamsi

2.1.1 Definisi dan Klasifikasi

Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau diastolik ≥90 mmHg.

The National High Blood Pressure Education Program Working Group on High Blood Pressure in Pregnancy (NHBPEP) memberikan suatu klasifikasi untuk mendiagnosa jenis hipertensi dalam kehamilan, yaitu :

a) Hipertensi kronik b) Preeklampsia-eklampsia

c) Preeklampsia pada hipertensi kronik (preeclampsia superimposed upon chronic hypertension).

d) Hipertensi gestasional

Hipertensi Kronik

Didefinisikan sebagai hipertensi yang sudah ada dan dapat diamati sebelum kehamilan atau didiagnosa sebelum usia gestasi 20 minggu. Hipertensi yang didiagnosa pertama kali selama kehamilan dan tidak kembali normal postpartum juga diklasifikasikan sebagai hipertensi kronik.

Preeklampsia-Eklampsia

(22)

adalah hipertensi yang timbul setelah usia gestasi 20 minggu disertai dengan proteinuria pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan darah normal (normotensif). Berdasarkan manifestasi klinisnya, preeklampsia diklasifikasikan menjadi preeklampsia ringan dan preeklampsia berat. Eklampsia adalah kejadian kejang pada wanita dengan preeklampsia yang tidak berkaitan dengan penyebab lain.

Preeklampsia pada hipertensi kronik (preeclampsia superimposed upon chronic hypertension).

Semua gangguan hipertensi kronik, apapun sebabnya, merupakan predisposisi timbulnya preeklampsia atau eklampsia. Pada sebagian wanita, hipertensi kronik yang sudah ada sebelumnya semakin memburuk setelah usia gestasi 24 minggu. Apabila disertai dengan proteinuria, didiagnosa sebagai preeklampsia pada hipertensi kronik (superimposed preeclampsia). Preeklampsia pada hipertensi kronik ini biasanya muncul pada usia gestasi lebih dini daripada preeklampsia “murni”, serta cenderung cukup parah dan pada banyak kasus disertai dengan hambatan pertumbuhan janin.

Hipertensi Gestasional

Wanita yang memiliki peningkatan tekanan darah yang dideteksi pertama kali setelah pertengahan masa kehamilan, tanpa proteinuria diklasifikasikan memiliki hipertensi gestasional. Terminologi yang tidak spesifik ini memasukkan wanita dengan sindrom preeklampsia yang tidak memiliki proteinuria maupun wanita yang tidak mengalami sindrom preeklampsia.

Pada hipertensi gestasional, disebut sebagai (1) hipertensi transient pada kehamilan jika tidak ada preeklampsia pada saat melahirkan dan tekanan darah kembali normal 12 minggu postpartum atau (2) hipertensi kronik jika peningkatan tekanan darah tetap berlangsung.

(23)

Gangguan hipertensi yang menjadi penyulit kehamilan sering dijumpai dan termasuk di antara trias mematikan, bersama dengan perdarahan dan infeksi, yang banyak menimbulkan morbiditas dan mortalitas karena kehamilan (Cunningham et al., 2006). Diperkirakan 6-8% dari seluruh kehamilan mengalami penyulit ini (NHBPEP, 2000). Preeklampsia dan hipertensi gestasional merupakan jenis yang paling sering terjadi, yakni rata-rata 70% dari wanita-wanita yang didiagnosa dengan hipertensi kehamilan mengalami jenis hipertensi ini (Sibai, 2003).

2.1.3 Faktor Resiko

Banyak faktor yang berkaitan dengan meningkatnya resiko preeklampsia telah dapat diidentifikasi. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut, dengan frekuensi dan tingkat keparahan penyakit ditemukan lebih tinggi pada lima faktor resiko pertama (Sibai, 2003) :

a) Kehamilan multipel (14%)

b) Hipertensi kronik maupun penyakit ginjal sebelumnya c) Riwayat preeklampsia pada kehamilan sebelumnya (18%). d) Diabetes mellitus pregestasional

e) Riwayat trombofilia f) Nuliparitas (2-7%) g) Obesitas

h) Riwayat preeklampsia-eklampsia pada keluarga

2.1.4 Etiologi dan Mekanisme Patogenik Preeklamsi

(24)

yang memimpin pada prediksi yang akurat, pencegahan, dan pengobatan yang lebih baik (Lindheimer et al., 2008 ; Roberts dan Cooper, 2001).

Pertimbangan utama mengarah pada plasenta sebagai fokus patogenik karena preeklampsia dan eklampsia hanya terjadi pada keberadaan plasenta dan persalinan menjadi penyembuhan definitif satu-satunya pada penyakit ini (NHBPEP, 2000 ; Roberts dan Cooper, 2001). Oleh sebab itu penelitian-penelitian yang ada difokuskan pada perubahan pembuluh darah ibu yang menyuplai aliran darah ke plasenta. Cunningham et al. (2006) menyatakan preeklampsia sebagai sindrom spesifik-kehamilan berupa berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme dan disfungsi endotel.

Teori plasenta sebagai dasar preeklampsia menjelaskan penyakit ini dalam dua tahap (de Souza Rugolo, 2011 ; NHBPEP, 2000). Tahap pertama disebut sebagai “silent placental events”, dimulai dengan plasentasi yang buruk dan berkurangnya aliran darah ke plasenta. Keadaan ini menjadi menyebabkan hipoksia plasenta yang berakibat pada pelepasan faktor-faktor hasil produksi plasenta : mediator-mediator inflamasi seperti growth factors dan reseptor dapat larut mereka, sitokin inflamasi, debris plasenta, dan stres oksidatif plasenta, yang memasuki aliran darah maternal

(25)

Gambar 2.1. Patogenesis Preeklampsia

Sumber : Preeclampsia : Effect on the Fetus and Newborn (American Academy of Pediatrics, 2011).

2.1.5 Patologi dan Patofisiologi Manifestasi Multisistem Maternal Pada Preeklampsia

Kardiovaskular

Gangguan-gangguan fungsi kardiovaskular yang parah sering terjadi pada preeklampsia dan eklampsia. Berbagai gangguan tersebut pada dasarnya berkaitan dengan meningkatnya afterload jantung akibat hipertensi, preload jantung yang secara nyata dipengaruhi oleh berkurangnya secara patologis, dan aktivasi endotel disertai ekstravasasi ke dalam ruang ekstraselular, terutama paru (Cunningham et al., 2006).

(26)

yang nyata hingga pertengahan kedua masa gestasi, namun vasokonstriksi dapat sudah muncul sebelumnya (NHBPEP, 2000).

Mekanisme yang mendasari vasokontriksi dan perubahan reaktivitas vaskular pada preeklampsia masih belum sepenuhnya jelas. Tetapi penelitian-penelitian kini difokuskan untuk mempelajari perbandingan antara prostanoid vasodilatasi dan vasokontriksi, sebab ada bukti yang menunjukkan penurunan prostasiklin dan peningkatan tromboksan pada pembuluh darah wanita dengan preeklampsia. Selain itu, pada kehamilan normal respon pembuluh darah pembuluh darah tehadap peptida dan amin vasoaktif khususnya angiotensin II (AII) menurun, sedangkan wanita dengan preeklampsia hiperresponsif terhadap hormon-hormon ini (NHBPEP, 2000).

Ginjal

Patofisiologi ginjal pada preeklampsia disebabkan oleh hal-hal berikut : a) Selama kehamilan normal, aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus

meningkat cukup besar. Dengan timbulnya preeklampsia, terjadi hipovolemia sehingga perfusi ginjal dan filtrasi glomerulus menurun bahkan dapat mencapai kadar yang jauh di bawah kadar nonhamil normal. Keadaan ini menyebabkan sekresi asam urat menurun sehingga kadar asam urat serum meningkat, umumnya ≥ 5 mg/cc. Klirens kreatinin juga menurun sehingga kadar kreatinin plasma meningkat, dapat mencapai ≥ 1 mg/cc. Juga dapat terjadi gagal ginjal akut akibat nekrosis tubulus, yang ditandai oleh oliguria atau anuria dan azotemia progresif (peningkatan kreatinin serum sekitar 1 mg/dl per hari), umumnya dipicu oleh syok hipovolemik yang biasanya berkaitan dengan perdarahan saat melahirkan yang tidak mendapat penggantian darah yang memadai.

(27)

(serabut-serabut) yang merupakan materi protein, yang dahulu disangka sebagai penebalan membran basal, mengendap di dalam dan di bawah sel-sel tersebut. Perubahan-perubahan ini disebut endhoteliosis kapiler glomerulus yang menjadi kelainan ginjal yang khas pada preeklampsia-eklampsia.

c) Terjadi hiperkalsiuria, sementara pada kehamilan normal terjadi hipokalsiuria akibat meningkatknya ekskresi kalsium.

d) Ekskresi natrium dapat terganggu pada preeklampsia meskipun bervariasi. e) Proteinuria. Kerusakan glomerulus mengakibatkan meningkatnyaa

permeabilitas membran basalis sehingga terjadi kebocoran protein. Pada preeklampsia, umumnya proteinuria terjadi jauh pada akhir kehamilan, sehingga sering dijumpai preeklampsia tanpa proteinuria, karena janin sudah lahir terlebih dahulu.

Hepar

Dasar perubahan pada hepar ialah vasospasme, iskemia, dan perdarahan. Kerusakan hepar pada preeklampsia dapat berkisar mulai dari nekrosis hepatoselular ringan (nekrosis hemoragik periporta) dengan abnormalitas enzim serum (aminotransferase dan laktat dehidrogenase) sampai dengan sindrom HELLP ( Hemolysis, Elevated liver enzymes, Low platelet). Selain itu perdarahan dari lesi nekrosis hemoragik periporta dapat menyebabkan ruptur hepatika, atau dapat meluas di bawah kapsul hepar dan membentuk hematom subkapsular, yang memerlukan tindakan pembedahan.

Sistem Saraf Pusat

Manifestasi preeklampsia pada susuanan saraf pusat telah lama diketahui. Perubahan neurologik yang terjadi pada preeklampsia dapat berupa :

a) Nyeri kepala akibat vasogenik edema yang disebabkan oleh hiperperfusi otak. b) Gangguan visus/penglihatan, terutama pada preeklampsia berat, akibat

(28)

c) Tanda neurologik fokal seperti hiperrefleksi dapat timbul dan memerlukan pemeriksaan radiologik segera.

d) Edema serebri, yang merupakan hal yang sangat mengkhawatirkan. Gambaran utama adalah kesadaran berkabut dan kebingungan, dan gejala ini hilang timbul. Sebagian pasien ada yang mengalami koma. Pada keadaan yang serius , pasien dapat mengalami herniasi batang otak.

e) Kejang eklamptik. Eklampsia, yang merupakan fase konvulsi dari preeklampsia, menjadi penyebab yang signifikan dari kematian maternal pada penyakit ini.

Paru

Penderita preeklampsia berat mempunyai resiko besar terjadinya edema paru, yang dapat disebabkan oleh payah jantung kiri, kerusakan sel endotel pada pembuluh darah kapiler paru, dan menurunnya diuresis.

Perubahan Hematologis

Trombositopenia adalah ciri memburuknya preeklampsia, dan mungkin disebabkan oleh akativasi dan agregasi tombosit serta hemolisis mikroangiopati yang dipicu oleh vasospasme yang hebat. Kondisi ini merupakan abnormalitas darah yang paling sering dijumpai pada preeklampsia. Hitung trombosit yang sangat rendah meningkatkan resiko perdarahan dan bila tidak segera dilakukan persalinan akan berakibat fatal.

2.1.6 Diagnosa Preklampsia

(29)

Tabel 2.1. Kriteria Diagnosa Preeklampsia

• Tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg atau diastolik ≥ 90

mmHg yang muncul setelah usia gestasi 20 minggu pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan darah normal.

• Proteinuria minimal, yang didefinisikan sebagai ≥ 0,3 gr

protein dalam spesimen urin 24 jam.

Sumber : Diagnosis and Management of Preeclampsia and Eclampsia (ACOG Practice Bulletin, 2002).

Hipertensi didefinisikan sebagai sebagai peningkatan tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg atau diastolik ≥ 90 mmHg yang timbul pada wanita dengan tekanan darah normal sebelumnya. Diagnosis preeklampsia yang akurat bergantung pada keakuratan pengukuran tekanan darah (misalnya ukuran manset yang digunakan, posisi lengan setinggi level jantung, dan kalibrasi alat) yang sangat penting pada wanita dengan obesitas.

Proteinuria minimal didefinisikan sebagai terdapatnya ≥ 300 mg (0,3 gr) protein dalam urin per 24 jam atau 30 mg/dl (+1 pada dipstick) secara menetap pada sampel acak urin. Derajat proteinuria dapat berfluktuasi sangat luas dalam periode 24 jam, bahkan pada kasus yang parah. Dengan demikian, satu sampel acak mungkin tidak mampu memperlihatkan adanya proteinuria yang signifikan. Dibutuhkan minimal dua sampel acak urin yang pengambilannya terpisah setidaknya 6 jam. Pada preeklampsia berat, nilai dipstick urin sebaiknya tidak digunakan.

(30)

Gejala-gejala klinis yang bertambah juga menunjukkan keparahan preeklampsia yang terjadi. Preeklampsia berat dibagi menjadi (1) preeklampsia berat tanpa impending preeclampsia dan (2) preeklampsia berat dengan impending preeclampsia. Disebut impending preeclampsia bila preeklampsia berat disertai gejala-gejala subjektif berupa nyeri kepala hebat, gangguan visus, muntah-muntah, nyeri epigastrium, dan kenaikan progresif tekanan darah.

Nyeri epigastrium atau kuadran kanan tampaknya merupakan akibat nekrosis, iskemia, dan edema hepatoselular yang meregangkan kapsul Glisson. Nyeri khas ini sering disertai oleh peningkatan enzim hati dalam serum dan biasanya adalah tanda untuk mengakhiri kehamilan karena nyeri ini menandai infark dan perdarahan hati serta ruptur suatu hematom subkapsul yang sangat berbahaya. Gejala lain yang ditemukan pada preeklampsia yang memberat adalah disfungsi jantung dengan edema paru, gejala sistem saraf pusat yang berat dan menetap (misalnya perubahan status mental, nyeri kepala, pandangan kabut, dan kebutaan), serta pertumbuhan janin terhambat yang nyata.

(31)

Tabel 2.2. Diagnosa Preeklampsia Berat

Preeklampsia dipertimbangkan berat bila salah satu atau lebih dari kriteria ini ditemukan pada pasien :

• Tekanan darah sistolik ≥160 mmHg atau diastolik ≥110

mmHg pada dua kali pengukuran yang terpisah 6 jam sementara pasien dalam keadaan istirahat.

• Proteinuria ≥5 gr dalam urin 24 jam atau ≥3 gr dalam dua

sampel urin yang dikumpulkan terpisah setidaknya 4 jam.

• Oliguri <500 mL/24 jam.

• Gangguan serebrum atau penglihatan.

• Edema pulmonum atau sianosis.

• Nyeri epigastrik atau kuadran kanan atas.

• Fungsi hepar terganggu

• Trombositopenia (trombosit ≤ 100.000 mm3)

• Restriksi pertumbuhan janin

Sumber : Diagnosis and Management of Preeclampsia and Eclampsia (ACOG Practice Bulletin, 2002).

2.1.7 Manajemen Preeklampsia

(32)

aktif atau agresif). Pedoman tatalaksana preeklampsia menurut Persatuan Obstetrist-Ginekolog Indonesia (POGI) baik untuk preeklampsia ringan maupun untuk preeklamsia berat adalah sebagai berikut :

A. Manajemen Preeklampsia Ringan

Perawatan preeklampsia ringan dapat secara rawat jalan (ambulatoir) atau rawat inap (hospitalisasi).

a) Rawat jalan (ambulatoir)

1. Tidak mutlak harus tirah baring, dianjurkan ambulasi sesuai keinginannya. Di Indonesia tirah baring masih diperlukan.

2. Diet regular ; tidak perlu diet khusus. 3. Vitamin prenatal.

4. Tidak perlu restriksi konsumsi garam.

5. Tidak perlu pemberian diuretik, antihipertensi, dan sedativum. 6. Kunjungan ke rumah sakit setiap minggu.

b) Rawat inap (hospitalisasi)

Indikasi hospitalisasi pada preeklampsia ringan adalah : 1. Hipertensi yang menetap selama > 2 minggu. 2. Proteinuria menetap selama > 2 minggu. 3. Hasil tes laboratorium yang abnormal.

4. Adanya satu atau lebih tanda atau gejala preeklampsia berat.

Selama di rumah sakit dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik serta laboratorik. Juga dilakukan pemeriksaan kesejahteraan janin, khususnya untuk evaluasi pertumbuhan janin dan jumlah cairan amnion.

Terapi medikamentosa pada dasarnya sama dengan terapi ambulatoar. Bila terdapat perbaikan tanda dan gejala preeklampsia dna umur kehamilan ≥ 37 minggu, ibu masih perlu diobservasi selama 2-3 hari kemudian boleh dipulangkan.

(33)

Bila tanda dan gejala tidak memburuk, kehamilan dapat dipertahankan sampai aterm.

2. Usia kehamilan ≥ 37 minggu

Kehamilan dipertahankan sampai timbul onset partus atau bila serviks matang pada tanggal taksiran persalinan dapat dipertimbangkan untuk dilakukan induksi persalinan.

B. Manajemen Preeklampsia Berat

Pengelolaan preeklampsia dan eklampsia mencakup pencegahan kejang, pegobatan hipertensi, pengelolaan cairan, pelayanan suportif terhadap penyulit organ yang terlibat, dan saat yang tepat untuk persalinan.

a) Pemberian terapi medikamentosa. 1. Segera masuk rumah sakit.

2. Tirah baring ke kiri secara intermiten.

3. Infus Ringer Laktat atau Ringer Dekstrose 5%.

4. Pemberian anti kejang MgSO4 sebagai pencegahan dan terapi kejang, yang dibagi atas loading dose (initial dose) atau dosis awal dan maintenance dose (dosis lanjutan).

5. Anti hipertensi.

Diberikan bila tensi ≥ 180 /110 atau MAP ≥ 126. 6. Diuretikum.

Diuretikum tidak dibenarkan diberikan secara rutin karena memperberat penurunan perfusi plasenta, memperberat hipovolemia, dan meningkatkan hemokonsentrasi. Diuretikum hanya diberikan atas indikasi edema paru, paying jantung kongestif, dan edema anasarka. 7. Diet.

Diet diberikan secara seimbang, hindari protein dan kalori berlebih. b) Sikap terhadap kehamilannya

1. Perawatan konservatif/ekspektatif

(34)

meningkatkan kesejahteraan bayi baru lahir tanpa mempengaruhi keselamatan ibu.

Indikasi : kehamilan ≤ 37 minggu tanpa disertai tanda dan gejala impending eclampsia.

Bila penderita sudah kembali menjadi preeklamsi ringan, maka masih dirawat 2-3 hari lagi, baru diizinkan pulang. Pemberian MgSO4 tidak diberikan loading dose intravena, tetapi cukup intramuskuler. Pemberian glukokortikoid diberikan pada umur kehamilan 32-34 minggu selama 48 jam. Selama di rumah sakit dilakukan pemeriksaan dan monitoring baik terhadap ibu maupun janin.

Cara persalinan : bila penderita tidak inpartu, kehamilan dipertahankan sampai kehamilan aterm. Bila penderita inpartu, perjalanan persalinan diikuti seperti lazimnya dan persalinan diutamakan pervaginam, kecuali bila ada indikasi untuk seksio sesaria. 2. Perawatan aktif/agresif

Tujuan : terminasi kehamilan. Indikasi :

a. Indikasi ibu : Kegagalan terapi medikamentosa (setelah 6 jam sejak dimulai pengobatan medikamentosa, terjadi kenaikan darah yang persisten ; setelah 24 jam sejak dimulainya pengobatan medikamentosa terjadi kenaikan darah desakan darah yang persisten), tanda dan gejala impending eclampsia, gangguan fungsi hepar, gangguan fungsi ginjal, dicurigai terjadi solusio plasenta, timbulnya onset partus, ketuban pecah dini, dan perdarahan.

b. Indikasi janin : umur kehamilan ≥ 37 minggu, IUGR berat berdasarkan pemeriksaan USG, NST nonreaktif dan profil biofisik abnormal, timbulnya oligohidramnion.

c. Laboratorik : adanya tanda-tanda “Sindrom HELLP” khususnya menurunnya trombosit dengan cepat.

(35)

2.2. Keluaran Maternal Pada Preeklamsi

Preeklamsi merupakan masalah obstetrik utama yang mengarah pada morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal di seluruh utama, terutama di negara-negara sedang berkembang. Keluaran maternal dan perinatal pada preeklamsi bergantung pada satu atau lebih faktor berikut : usia gestasi saat onset preeklamsi dan saat persalinan, keparahan penyakit, kualitas manajemen penyakit, adanya kehamilan kembar, dan adanya faktor komorbid atau penyakit sebelumnya misalnya diabetes pregestasional, penyakit ginjal, dan trombofilia.

Secara umum, keluaran maternal dan perinatal biasanya lebih baik pada wanita dengan preeklamsi ringan yang muncul saat usia gestasi di atas 36 minggu. Sebaliknya, morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal meningkat pada saat onset preeklamsi di bawah 33 minggu usia gestasi, pada wanita dengan penyakit medis sebelumnya, dan pada mereka yang berada di negara-negara sedang berkembang (Sibai & Dekker, 2005).

[image:35.595.124.512.484.710.2]

Beberapa keluaran maternal, baik akut maupun jangka panjang, yang dapat muncul sebagai komplikasi pada preeklamsi dapat dilihat pada tabel berikut .

Tabel 2.3. Keluaran Maternal Pada Preeklamsi

Akut Jangka Panjang

Sindrom HELLP

Edema pulmonum/aspirasi Solusio plasenta

Gagal ginjal akut Eklampsia

Sindrom distres pernapasan Perdarahan/ruptur hepar Stroke

Kematian

Hipertensi kronik Diabetes mellitus Gagal ginjal kronik Penyakit arteri koroner Defisit neurologik Kematian

(36)

2.3. Keluaran Perinatal

Masalah utama berkaitan dengan keluaran perinatal adalah angka mortalitas yang tinggi, IUGR (intrauterine growth restriction), dan meningkatnya morbiditas neonatus karena persalinan prematur. Menurut Sibai (2005) beberapa komplikasi preeklampsia pada perinatal yaitu prematuritas (15-67%), pertumbuhan janin terhambat (10-25%), cedera hipoksia-neurologik (<1%), kematian perinatal (1-2%), dan morbiditas kardiovaskular jangka panjang yang berhubungan dengan BBLR (fetal origin adult disease).

Faktor utama yang berperan pada keluaran perinatal yang buruk adalah insufisiensi uteroplasental, solusio plasenta, dan masa gestasi yang pendek. Juga ditekankan bahwa tingkat keparahan penyakit yang dialami oleh ibu, misalnya derajat hipertensinya, proteinuria yang meningkat, atau adanya sindrom HELLP, juga memberi pengaruh pada keluaran perinatal.

Proteinuria yang berat, meskipun tidak menjadi penanda tunggal keluaran perinatal yang buruk, telah diketahui berkaitan dengan preeklampsia yang muncul lebih awal dan persalinan pada usia gestasi yang lebih dini, yang memperburuk komplikasi pada neonatus. Sindrom HELLP berkaitan dengan morbiditas dan mortalitas maternal yang meningkat; angka kematian perinatal yang tinggi (200 -400 dalam 1000 kelahiran); dan meningkatnya insidens dari solusio plasenta, distres fetus, dan IUGR.

Mortalitas

Mortalitas perinatal berkisar antara 59/1000 kelahiran di negara-negara berkembang hingga 300/1000 kelahiran di negara dengan pendapatan rendah. Pada preeklampsia berat dini yang muncul pada usia gestasi 24-34 minggu, angka kematian lebih dari 200/1000 kelahiran dan lebih tinggi lagi pada preeklampsia berat yang muncul pada usia gestasi kurang dari 24 minggu, yakni lebih dari 800/1000 kelahiran. Mortalitas perinatal meningkat pada bayi yang mengalami asfiksia ataupun IUGR.

(37)

penyebab utama lahir mati di Indonesia, yakni 23,6% dari 75 kasus lahir mati pada tahun tersebut.

IUGR (Intrauterine Growth Restriction) / PJT (Pertumbuhan Janin Terhambat)

Komplikasi ini merupakan masalah yang paling banyak diperhatikan. Meskipun hubungan antara IUGR dan preeklampsia masih kontroversial, insidens bayi yang kecil untuk masa kehamilan (KMK) cukup tinggi, berkisar antara 15-50%.

Prematuritas

(38)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Skema 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Keluaran Maternal : - Cara persalinan

- Perdarahan antepartum - Perdarahan postpartum - Impending eclampsia - Eklampsia

- Sindrom HELLP - Edema paru - Gagal ginjal akut

Preeklampsia

Keluaran Perinatal : - Berat badan bayi lahir rendah - Pertumbuhan janin terhambat - Kelahiran preterm

(39)

3.2 Variabel dan Definisi Operasional 3.2.1 Preeklampsia

a) Definisi

Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah usia gestasi 20 minggu disertai proteinuria pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan darah normal. Berdasarkan manifestasi klinisnya, preeklampsia diklasifikasikan menjadi preeklampsia ringan dan berat. Disebut preeklampsia ringan (PER) bila tekanan darah di antara 140/90 mmHg dan 160/110 mmHg disertai proteinuria ≥ 300 mg/24 jam atau ≥ +1 pada dipstick.

Disebut preeklampsia berat (PEB) bila terdapat satu atau lebih dari kriteria berikut : tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg atau diastolik ≥ 110 mmHg ; proteinuria ≥ 5 gr dalam spesimen urin 2 jam atau ≥ +3 dalam dua sampel acak urin yang dikumpulkan secara terpisah setidaknya 4 jam ; oliguria < 500 mL/24 jam ; gangguan serebrum atau penglihatan ; edema pulmonum atau sianosis ; nyeri epigastrik atau kuadran kanan atas ; fungsi hepar terganggu ; trombositopenia ; pertumbuhan janin terhambat.

b) Cara Ukur

Variabel ini diukur dengan mencatat diagnosa yang tertulis dalam rekam medis.

c) Alat Ukur

Alat ukur yang digunakan pada variabel ini adalah rekam medis dari sampel penelitian.

d) Hasil Ukur

Untuk variabel ini terdapat dua hasil ukur, yaitu : 1. Diagnosa preeklampsia ringan (PER)

2. Diagnosa preeklampsia berat (PEB) e) Skala Pengukuran

(40)

3.2.2 Keluaran Maternal a) Definisi

Keluaran maternal meliputi cara persalinan serta komplikasi yang terjadi, yaitu perdarahan antepartum, perdarahan postpartum, sindrom HELLP, edema paru, gagal ginjal akut, impending eclampsia, eklampsia, dan kematian maternal.

1. Perdarahan antepartum adalah perdarahan melalui traktus genital setelah usia kehamilan 24 minggu hingga sebelum kelahiran bayi. 2. Edema paru merupakan kondisi dengan akumulasi cairan di dalam

paru-paru.

3. Gagal ginjal akut adalah penurunan cepat atau mendadak ( dalam 48 jam) dari fungsi ginjal yang ditandai dengan peningkatan kreatinin serum dan berkurangnya produksi urin.

4. Perdarahan postpartum adalah hilangnya 500 ml atau lebih darah setelah kala tiga persalinan selesai.

5. Sindrom HELLP adalah preeklampsia-eklampsia disertai timbulnya hemolisis, peningkatan enzim hepar, disfungsi hepar, dan trombositopenia.

6. Impending eclampsia adalah preeklampsia yang disertai tanda-tanda prodroma akan terjadinya kejang eklamptik.

7. Eklampsia adalah terjadinya kejang pada seorang wanita dengan preeklampsia yang tidak disebabkan oleh hal lain.

8. Kematian maternal adalah kematian seorang ibu sewaktu hamil atau dalam waktu 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan, tidak bergantung pada tempat atau usia kehamilan.

b) Cara Ukur

Variabel ini diukur dengan mencatat diagnosa yang tertulis dalam rekam medis.

c) Alat Ukur

(41)

d) Hasil Ukur dan Skala Pengukuran

[image:41.595.122.513.234.644.2]

Hasil ukur dan skala pengukuran untuk variabel ini adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1. Keluaran Maternal serta Hasil Ukur dan Skala Pengukurannya No. Keluaran Maternal Hasil Ukur Skala Pengukuran

1. Cara persalinan a. Spontan b. Seksio sesarea

Nominal

2. Perdarahan antepartum

a. Ada b. Tidak ada

Nominal

3. Perdarahan postpartum

a. Ada b. Tidak ada

Nominal

4. Impending eclampsia a. Ada b. Tidak ada

Nominal

5. Eklampsia a. Ada

b. Tidak ada

Nominal

6. Sindrom HELLP

a. Komplit b. Parsial c. Tidak ada

Ordinal

7. Edema paru a. Ada

b. Tidak ada

Nominal

8. Gagal ginjal akut a. Ada b. Tidak ada

Nominal

9. Kematian maternal a. Ya b. Tidak

(42)

3.2.3 Keluaran Perinatal a) Definisi

Keluaran perinatal adalah komplikasi-komplikasi yang terjadi pada perinatal, meliputi pertumbuhan janin terhambat, kelahiran preterm, berat badan lahir yang rendah, asfiksia neonatorum, dan kematian perinatal.

1. Pertumbuhan janin terhambat adalah bila berat janin kurang dari 10% dari berat yang harus dicapai pada usia kehamilan tertentu. 2. Kelahiran preterm adalah bila bayi dilahirkan sebelum usia

kehamilan lengkap 37 minggu.

3. Berat badan lahir rendah adalah bila berat badan bayi baru lahir kurang dari 2500 gram.

4. Asfiksia neonatorum adalah bila skor APGAR bayi baru lahir kurang dari 7.

5. Kematian perinatal adalah lahir mati serta kematian bayi umur 0-6 hari.

b) Cara Ukur

Variabel ini diukur dengan mencatat diagnosa yang tertulis dalam rekam medis.

c) Alat Ukur

Alat ukur yang digunakan pada variabel ini adalah rekam medis dari sampel penelitian.

d) Hasil Ukur dan Skala Pengukuran

(43)
[image:43.595.114.512.120.398.2]

Tabel 3.2. Keluaran Perinatal serta Hasil Ukur dan Skala Pengukurannya

No. Keluaran Perinatal Hasil Ukur Skala

Pengukuran 1. Berat badan bayi

lahir

a. Normal (≥ 2500 gram) b. BBLR (< 2500 gram)

Nominal

2. Pertumbuhan janin terhambat (PJT)

a. Ya b. Tidak

Nominal

3. Kelahiran preterm a. Ya (< 37 minggu) b. Tidak (≥ 37 minggu)

Nominal

4. Asfiksia neonatorum a. Tidak (skor APGAR ≥ 7) b. Ringan-sedang (skor APGAR

4-6)

c. Berat (skor APGAR ≤ 3)

Ordinal

5. Kematian perinatal a. Ya b. Tidak

(44)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan studi cross-sectional (Alatas et al., 2011). Penelitian ini dilakukan dengan satu kali pengambilan data untuk selanjutnya dilihat bagaimana gambaran keluaran maternal dan perinatal pada kasus-kasus preeklampsia.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Sepetember sampai Oktober 2013.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi Penelitian

Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah seluruh pasien preeklampsia yang melakukan persalinan di RSUP Haji Adam Malik Medan dalam kurun waktu 1 Januari 2011 sampai 31 Desember 2012.

4.3.2 Sampel Penelitian

Pada penelitian ini sampel dipilih dengan metode total sampling, dimana seluruh anggota populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dimasukkan sebagai sampel. Kriteria inklusi dan eksklusi pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Kriteria inklusi : ibu hamil yang terdiagnosa preeklampsia dan melakukan persalinan di RSUP Haji Adam Malik Medan dalam kurun waktu 1 Januari 2011 sampai 31 Desember 2012.

(45)

4.4 Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari suatu berkas yang sudah ada dari suatu institusi. Data sekunder pada penelitian ini adalah rekam medis dari sampel penelitian.

4.5 Pengolahan dan Analisis Data

(46)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP HAM) Medan yang bertempat di Jalan Bunga Lau No.17 Medan, Kecamatan Tuntungan, Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. RSUP HAM Medan merupakan rumah sakit tipe A sesuai dengan SK Menkes No.335/Menkes/SK/VII/1990. Berdasarkan SK Menkes No.502/Menkes /SK/IX/1991, RSUP HAM Medan juga sebagai pusat rujukan wilayah Pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat dan Riau.

5.2 Karakteristik Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah ibu-ibu hamil yang mengalami preeklampsia dan melakukan persalinan di RSUP HAM. Jumlah pasien preeklampsia yang tercatat ada 66 orang, namun terdapat 1 pasien yang meninggal sebelum persalinan, 1 pasien pulang atas permintaan sendiri sebelum persalinan, dan 2 pasien tidak memiliki rekam medis yang lengkap sehingga jumlah akhir sampel maternal pada penelitian ini menjadi 62 orang.

(47)
[image:47.595.147.489.136.485.2]

Tabel 5.1. Karakteristik Ibu Hamil dengan Preeklampsia

Karakteristik Jumlah Persentase (%) Umur (n = 62)

< 20 tahun 20 – 35 tahun > 35 tahun

0 38 24 0 61,3 38,7 Gravida (n = 62)

Primigravida Multigravida Grande multigravida 26 33 3 41,9 53,2 4,8 Umur kehamilan saat dirawat di

RSUP HAM (n = 62) < 37 minggu

≥ 37 minggu 25 37

40,3 59,7 Jumlah kehamilan (n = 62)

Tunggal Ganda 59 3 95,2 4,8 Jenis preeklampsia (n = 62)

Preeklampsia ringan Preeklampsia berat 2 60 3,2 96,8 Derajat proteinuria (n = 55)

Proteinuria = 1 Proteinuria = 2 Proteinuria = 3 Proteinuria = 4

2 15 30 8 3,6 27,3 54,5 14,5

(48)

Pada dasarnya preeklampsia dianggap sebagai “disease of first pregnancy” (Sibai et.al., 2005) sehingga resiko terjadinya preeklampsia meningkat pada primigravida. Pada penelitian ini terdapat 41,9% sampel primigravida, sementara multigravida 53,2%. Raras (2011) juga melaporkan bahwa proporsi multigravida lebih banyak yaitu 65,4%, sementara proporsi primigravida 31,2%. Hal ini menunjukkan bahwa peluang untuk terjadinya preeklampsia tetap ada pada ibu-ibu yang pernah hamil sebelumnya, namun angka kejadiannya cenderung menurun tiap pertambahan gravida, sehingga kehamilan pertama tetap memiliki resiko yang lebih besar untuk terjadinya preeklampsia dibanding kehamilan berikutnya.

Kehamilan multifetal juga dapat menjadi faktor resiko terjadinya preeklampsia (Sibai, 2005). Namun pada penelitian ini hanya diperoleh 3 kehamilan dengan jumlah janin ganda dari 62 kehamilan yang mengalami preeklampsia, sementara Raras (2011) melaporkan ada 15 kasus preeklampsia pada kehamilan ganda dari 234 kehamilan. Hal ini tentu bergantung pada jumlah kehamilan multifetal itu sendiri di masing-masing tempat.

5.3 Keluaran Maternal

[image:48.595.149.485.632.728.2]

Data keluaran maternal yang dikumpulkan pada penelitian ini mencakup cara persalinan dan komplikasi yang terjadi yaitu perdarahan antepartum, perdarahan postpartum, edema paru, gagal ginjal akut, sindrom HELLP, impending eclampsia, eklampsia, dan kematian maternal (Sibai et al., 2005). Hasil penelitian disajikan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 5.2. Sebaran kasus preeklampsia berdasarkan cara persalinan Cara Persalinan Jumlah (n=62) Persentase (%) Spontan

Ekstraksi vakum Seksio sesarea

10 7 45

(49)
[image:49.595.149.485.282.367.2]

Preeklampsia meningkatkan kebutuhan untuk bersalin dengan tindakan pada ibu-ibu hamil (Sibai, 2003). Dari Tabel 5.2. di atas terlihat sebagian besar dari sampel penelitian ini melakukan persalinan dengan tindakan seksio sesarea (72,6%). Hasil yang sama juga didapatkan pada penelitian lain seperti yang dilakukan oleh Raras (2011 ; seksio sesarea 44%) dan Chappel et al., (2008 ; seksio sesarea 70%).

Tabel 5.3. Sebaran kasus preeklampsia berdasarkan perdarahan antepartum Perdarahan Antepartum Jumlah (n=62) Persentase (%) Solusio plasenta Plasenta previa Tidak ada 1 1 61 1,6 1,6 96,8

Perdarahan antepartum, terutama solusio plasenta, juga menjadi salah satu komplikasi dari preeklampsia meskipun dengan persentase yang kecil (1-4% ; Sibai et al., 2005). Hal ini sesuai dengan hasil yang diperoleh yakni hanya 1 kasus solusio plasenta. Dari 234 sampel pada penelitian oleh Raras (2011) juga terdapat hanya 1 kasus solusio plasenta (0,4%). Solusio atau abruptio plasenta pada preeklampsia terjadi sebagai akibat dari aliran darah uteroplasenta yang terganggu atau infark plasenta (ACOG Practice Bulletin, 2002).

Tabel 5.4. Sebaran kasus preeklampsia berdasarkan perdarahan postpartum Perdarahan Postpartum Jumlah (n=62) Persentase (%) Ada Tidak ada 3 59 4,8 95,2

[image:49.595.142.482.576.639.2]
(50)
[image:50.595.146.483.198.262.2]

Rendahnya angka kejadian perdarahan postpartum menandakan bahwa persalinan telah ditangani dengan baik sehingga perdarahan postparum dapat dihindari.

Tabel 5.5. Sebaran kasus preeklampsia berdasarkan gagal ginjal akut Gagal Ginjal Akut Jumlah (n=62) Persentase (%) Ada Tidak ada 0 62 0 100

Gagal ginjal akut pada preeklampsia dapat terjadi akibat hipovolemia, terutama jika ada perdarahan. Namun pada penelitian ini tidak ditemukan ibu hamil dengan preeklampsia yang mengalami gagal ginjal akut. Hal ini menunjukkan bahwa penanganan hidrasi terhadap pasien sudah cukup adekuat.

Tabel 5.6. Sebaran kasus preeklampsia berdasarkan edema paru

Edema Paru Jumlah (n=62) Persentase (%) Ada Tidak ada 1 61 1,6 98,4

[image:50.595.148.484.663.748.2]

Secara patofisiologi, penderita preeklampsia berat mempunyai resiko besar terjadinya edema paru, yang dapat disebabkan oleh payah jantung kiri, kerusakan sel endotel pada pembuluh darah kapiler paru, dan menurunnya diuresis (Angsar, 2009). Pada penelitian oleh Raras (2011) dari 234 sampel terdapat 24 pasien yang mengalami edema paru. Namun dari 62 sampel pada penelitian ini hanya terdapat satu sampel (1,6%) yang mengalami edema paru.

Tabel 5.7. Sebaran kasus preeklampsia berdasarkan sindrom HELLP Sindrom HELLP Jumlah (n=62) Persentase (%) Sindrom HELLP parsial

(51)
[image:51.595.148.482.323.385.2]

Pada penelitian ini, sindrom HELLP merupakan komplikasi yang paling banyak terjadi. Dari 62 sampel terdapat 23 kasus sindrom HELLP yakni sindrom HELLP parsial 13 kasus dan sindrom HELLP komplit 10 kasus. Hal ini sesuai dengan literatur bahwa sindrom HELLP menjadi komplikasi yang paling sering pada preeklampsia (10-20% ; Sibai et al., 2005). Komplikasi ini dapat terjadi sebelum persalinan maupun sesudah persalinan. Sindrom HELLP yang terjadi antepartum akan meningkatkan angka persalinan preterm karena kehamilan dengan sindrom ini harus segera diterminasi tanpa memandang umur kehamilan.

Tabel 5.8. Sebaran kasus preeklampsia berdasarkan impending eclampsia. Impending Eclampsia Jumlah (n=62) Persentase (%) Ada

Tidak ada

10 52

16,1 83,9

Tabel 5.9. Sebaran kasus preeklampsia berdasarkan eklampsia

Eklampsia Jumlah (n=62) Persentase (%) Ada

Tidak ada

0 62

0 100

Ibu hamil dengan preeklampsia berat dapat jatuh dalam kondisi kejang suatu kondisi yang disebut sebagai eklampsia. Pada penderita yang akan kejang, umumnya memberi tanda-tanda yang khas, yang dapat dianggap sebagai tanda prodroma akan terjadinya kejang. Preeklampsia yang disertai dengan tanda prodroma ini disebut sebagai impending eclampsia, yakni bila preeklampsia berat disertai gejala-gejala subjektif berupa nyeri kepala hebat, gangguan visus, muntah-muntah, nyeri epigastrium, dan kenaikan progresif tekanan darah.

[image:51.595.147.483.430.493.2]
(52)
[image:52.595.147.482.199.263.2]

mengalami kejang (eklampsia). Hal ini menunjukkan bahwa penanganan pasien telah dilakukan dengan baik sehingga kejadian kejang dapat dihindarkan.

Tabel 5.10. Sebaran kasus preeklampsia berdasarkan kematian maternal Kematian Maternal Jumlah (n=62) Persentase (%) Ya

Tidak

2 60

3,2 96,8

Kematian maternal yang terjadi pada preeklampsia terutama akibat eklampsia, hipertensi yang tidak terkontrol, ataupun akibat inflamasi sistemik (Ghulmiyyah dan Sibai, 2012). Terdapat hanya dua kasus kematian maternal dari seluruh sampel pada penelitian ini. Satu kasus kematian terjadi akibat emboli paru dan satu kasus kematian akibat sepsis. Angka kematian yang relatif rendah ini menandakan bahwa penanganan pasien dengan preeklampsia sudah cukup baik terutama dalam hal kontrol tekanan darah dan pencegahan terjadinya eklampsia.

5.4 Keluaran Perinatal

Data keluaran perinatal pada penelitian ini meliputi pertumbuhan janin terhambat, kelahiran preterm, berat badan lahir rendah, asfiksia neonatorum, dan kematian perinatal. Terdapat tiga kasus kehamilan ganda dari 62 sampel ibu sehingga jumlah perinatal menjadi 65 bayi. Hasil penelitian disajikan dalam tabel distribusi di bawah ini.

Tabel 5.11. Sebaran kasus preeklampsia berdasarkan pertumbuhan janin. Pertumbuhan Janin

Terhambat Jumlah (n=53) Persentase (%) Ya

Tidak

1 52

1,9 98,1

(53)
[image:53.595.149.482.302.366.2]

aliran darah uteroplasenta, merupakan faktor resiko yang signifikan untuk terjadinya intrauterine growth retardation (IUGR) atau pertumbuhan janin terhambat, terutama jika terjadi pada usia kehamilan yang muda (Backes et.al., 2011). Namun pada penelitian ini hanya ditemukan satu kasus pertumbuhan janin terhambat dari 53 sampel yang memiliki data USG, kemungkinan karena sebagian besar preeklampsia pada penelitian ini terjadi pada umur yang mendekati aterm ataupun sudah aterm.

Tabel 5.12. Sebaran kasus preeklampsia berdasarkan kelahiran preterm Kelahiran Preterm Jumlah (n=65) Persentase (%) Ya ( < 37 minggu )

Tidak ( ≥ 37 minggu )

27 38

41,5 58,5

Sebagai suatu pregnancy-induced disorder, satu-satunya tatalaksana kuratif pada kasus preeklampsia adalah terminasi kehamilan (Backes et.al., 2011). Terminasi biasanya diperlukan karena penyakit ini memiliki kecenderungan untuk menjadi progresif dan hal ini menyebabkan persalinan preterm menjadi komplikasi yang paling sering terjadi (15-67% ; Sibai et al., 2005). Pada penelitian ini sebanyak 41,5% dari 65 bayi lahir pada umur kehamilan <37 minggu (kelahiran preterm). Pada penelitian yang dilakukan oleh Chappel et.al. (2008) juga ditemukan 51% dari 180 sampel mengalami persalinan preterm.

Tabel 5.13. Sebaran kasus preeklampsia berdasarkan berat badan lahir. Berat Badan Lahir Jumlah (n=65) Persentase (%) Normal ( ≥ 2500 gram )

BBLR ( < 2500 gram )

32 33

49,2 50,8

[image:53.595.150.482.595.659.2]
(54)
[image:54.595.149.482.365.428.2]

ini didapatkan 50,8% bayi dari ibu yang mengalami preeklampsia mengalami BBLR, yang tampaknya lebih terkait dengan kelahiran preterm. Chappel et.al., (2008) juga melaporkan bahwa dari 180 ibu hamil dengan superimposed preeclampsia, 44% bayi yang lahir mengalami BBLR. Suatu studi oleh Fatemeh et.al. (2010) membandingkan angka kejadian BBLR pada tiga kelompok ibu hamil yakni ibu hamil dengan hipertensi murni, ibu hamil dengan preeklampsia ringan, dan ibu hamil dengan preeklampsia berat. Diperoleh hasil yang signifikan dari penelitian ini dimana pada kelompok pertama kejadian BBLR hanya 24,2%, sementara pada kelompok kedua kasus BBLR sebanyak 64,7% dan kelompok ketiga 68,4%.

Tabel 5.14. Sebaran kasus preeklampsia berdasarkan asfiksia neonatorum. Asfiksia Neonatorum Jumlah (n=64) Persentase (%) Ya (skor APGAR < 7)

Tidak ( skor APGAR ≥7)

24 40

37,5 62,5

Skor APGAR yang dicatat adalah skor APGAR pada menit pertama.

Tabel 5.15. Sebaran kasus asfiksia neonatorum Asfiksia Neonatorum Jumlah

(n=24) Persentase (%) Ringan – Sedang ( skor 4-6 )

Berat ( ≤ 3 )

14 10

58,3 41,7

[image:54.595.152.483.512.587.2]
(55)
[image:55.595.146.482.199.262.2]

(asfiksia pada hipertensi murni 3%, pada preeklampsia ringan 17,6%, dan preeklampsia berat 23,5%).

Tabel 5.16. Sebaran kasus preeklampsia berdasarkan kematian perinatal. Kematian Perinatal Jumlah (n=65) Persentase (%) Ya

Tidak

6 59

9,2 90,8

Kematian pada perinatal, yang mencakup lahir mati (stillbirth) dan kematian bayi umur 0-6 hari, dipengaruhi oleh kondisi ibu dan janin selama kehamilan dan saat persalinan berlangsung (Stoll dan Kliegman, 2004). Kematian perinatal terutama terjadi pada bayi yang mengalami IUGR maupun asfiksia, serta bergantung pada ambang viabilitas bayi (de Souza Rugolo et.al., 2011).

Pada penelitian ini terdapat 6 kematian perinatal dari seluruh bayi yang lahir dari ibu dengan preeklampsia pada penelitian ini. Kematian janin dalam kandungan (KJDK) terjadi pada 4 kasus dengan 1 kasus solusio plasenta, intrauterine fetal distress (IUFD) pada 1 kasus, dan terdapat 1 kasus preterm labor dimana bayi yang dilahirkan tidak viable untuk hidup di luar rahim karena umur kehamilan yang masih muda (19 minggu). Raras (2011) melaporkan terjadi 19 kematian perinatal dari 244 sampel, yang sebagian besar juga meninggal dalam kandungan dan sisanya meninggal karena asfiksia berat. Terlihat bahwa masalah pada kematian perinatal akibat preeklampsia terletak pada gangguan aliran darah uteroplasenta dan kelahiran preterm yang menyebabkan asfiksia.

(56)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Terdapat 66 kasus preeklampsia di RSUP HAM Medan tahun 2011-2012.

2. Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan gambaran keluaran maternal pada kasus preeklampsia sebagai berikut : cara persalinan dengan seksio sesarea 45 kasus (72,6%), perdarahan antepartum 2 kasus (3,2%), perdarahan postpartum 3 kasus (4,8%), edema paru 1 kasus (1,6%), sindrom HELLP parsial 13 kasus (21%), sindrom HELLP komplit 10 kasus (16,1%), impending eclampsia 10 kasus (16,1), dan kematian maternal 2 kasus (3,2%). Tidak ditemukan kasus gagal ginjal akut dan eklampsia pada sampel maternal.

3. Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan gambaran keluaran perinatal sebagai berikut : pertumbuhan janin terhambat 1 kasus (1,9%), kelahiran preterm 27 kasus (41,5%), BBLR 33 kasus (50,8%), asfiksia neonatorum 24 kasus (37,5%), dan kematian perinatal 6 kasus (9,2%).

(57)

6.2 Saran

1. Penting bagi petugas kesehatan untuk mengenali faktor resiko dan deteksi dini preeklampsia, serta merujuk dan melakukan penanganan yang cepat dan tepat sehingga keluaran yang buruk dapat dihindari terutama pada janin dalam kandungan.

2. Perlu dilakukan pencatatan rekam medis yang lengkap dan benar oleh petugas kesehatan di rumah sakit sehingga peneliti-peneliti selanjutnya yang juga ingin menggunakan rekam medis sebagai bahan penelitian dapat memperoleh data yang optimal serta memberi hasil yang lebih representatif.

(58)

DAFTAR PUSTAKA

ACOG Committee on Practice Bulletin, Gilstrap III, L.C., Ramin, S. (2002). Diagnosis and Management of Preeclampsia and Eclampsia. ACOG Practice Bulletin [Online], Januari, No.33 pp.1-8. Available

from

[Accessed 7 April 2013].

Angsar, M.D. (2009) Hipertensi Dalam Kehamilan. Dalam : Saifuddin, A.B., Rachimhadhi, T., Winkjosastro, G.H. (eds). Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo, Ed.4. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 530-561.

Backes, C.H., Markham, K., Moorehead, P., Cordero, L., Nankervis, C.A., Giannone, P.J. (2011) Maternal Preeclampsia and Neonatal Outcomes.

Hindawi Journal of Pregnancy [Online]. Available

from

24 November 2013].

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2008). Riset Kesehatan Dasar 2007, [Internet]. Tersedia

dalam

Chappel, L.C., Enye, S., Seed, P., Briley, A.L., Poston, L., Shennan, A.H. (2008). Adverse Perinatal Outcomes and Risk Factors for Preeclampsia in Women With Chronic Hypertension : A Prospective Study. Hypertension [Online], 51

:1002-1009. Available

from

November 2013].

(59)

De Souza Rugolo, L.M.S, Bentlin, M.R., Trindade, C.E.P. (2011) Preeclampsia : Effect on the Fetus and Newborn. NeoReviews [Online], April, 12 (4)

pp.198-206. Available

from

Fatemeh, T., Marziyeh, G., Nayereh, G., Anahita, G., Samira, T. (2010) Maternal and Perinatal Outcome in Nulliparious Women Complicated with Pregnancy Hypertension. J Pak Med Assoc [Online], September, 60 (9) pp.707-710.

Available from

April 2013].

Ghulmiyyah, L., Sibai, B. (2012) Maternal Mortality From Preeclampsia/ Eclampsia. Semin Perinatol [Online], 36:56-59. Available

from

April 2013].

Hernawati, I. (2011, April) Analisis Kematian Ibu di Indonesia Tahun 2010. Naskah dipresentasikan dalam Pertemuan Teknis Kesehatan Ibu, Bandung.

[Internet]. Tersedia dalam

Khan, K.S., Wojdyla, D., Say, L., Gulmezoglu, A.M., Van Look, P.F.A. (2006) WHO Analysis of Causes of Maternal Death : A Systematic Review. Lancet [Online], April, 367 pp.1066-1074. Available

from

Lindheimer, M.D., Taler, S.J., Cunningham, F.G. (2008) Hypertension in Pregnancy. J Am Soc Hypertens [Online] 2 (6) pp.484-494. Available

from

(60)

National High Blood Pressure Education Program. (2000) Working Group Report On High Blood Pressure In Pregnancy. National Institutes of Health

[Online], No.00-3029. Available

from

Raras, A.A. (2011) Pengaruh Preeklampsia Berat Pada Kehamilan Terhadap Keluaran Maternal dan Perinatal di RSUP dr.Kariadi Semarang Tahun 2010. Skripsi, Universitas Diponegoro [Internet]. Tersedia

dalam

Sibai, B., Dekker, G., Kupferminc, M. (2005) Pre-eclampsia. Lancet [Online],

Februari, 365 pp.785-799. Available from

[Accessed 16 April 2013].

Sibai, B.M. (2003) Diagnosis and Management of Gestasional Hypertension and Preeclampsia. Obstet Gynecol [Online], Juli, 102 (1) pp.181-192. Available

from

[Accessed 16 April 2013].

Stoll, B.J., Kliegman, R.M. (2004) Overview of Mortality and Morbidity. In : Behrman, R.E., Kliegman, R.M., Jenson, H.B. (eds). Nelson Textbook of Pediatrics, 17th Edition. Pennsylvania : Saunders.

UNDP/UNFPA/WHO/World Bank Special Programme of Research, Development and Research Training in Human Reproduction. (2005) Promoting Evidence-Besed Sexual and Reproductive Health Care. Progress in Reproductive Health Research, [Online] No.71. Available

from

(61)

World Health Organization. (2012) Maternal Mortality, [Online]. Available

from

April 2013].

World Health Organization. (2012) Newborns : Reducing Mortality, [Online].

Available from

[Accessed 16 April 2013].

World Health Organization/UNICEF/UNFPA/The World Bank. (2012) Trends in Maternal Mortality : 1990 to 2010. [Online]. Available

from

(62)

LAMPIRAN 1

RIWAYAT HIDUP

Nama : Jennie Rafdiani Telaumbanua

Tempat / Tanggal Lahir : Gunungsitoli / 26 Juli 1992

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jalan Prof. T. Zulkarnain No.11 Medan, 21154

Riwayat Pendidikan :

1. Sekolah Dasar Negeri 070978 Gunungsitoli ( 1998-2004 )

2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Gunungsitoli ( 2004-2007 )

(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)

LAMPIRAN 8 HASIL OUTPUT SPSS

Kelompok Umur Ibu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 20-35 38 61.3 61.3 61.3

>35 24 38.7 38.7 100.0

Total 62 100.0 100.0

Kelompok Gravida

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Primigravida 26 41.9 41.9 41.9

Multigravida 33 53.2 53.2 95.2

Grande 3 4.8 4.8 100.0

Total 62 100.0 100.0

Umur Gestasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid < 37 25 40.3 40.3 40.3

>= 37 37 59.7 59.7 100.0

Total 62 100.0 100.0

Jumlah Bayi Dalam Kandungan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 59 95.2 95.2 95.2

(69)

D

Gambar

Tabel 2.1 Diagnosa Preeklampsia
Tabel 5.7 Sebaran kasus
Gambar 2.1. Patogenesis Preeklampsia
Tabel 2.3. Keluaran Maternal Pada Preeklamsi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Permohonan memakai gereja untuk sakramen/sakramentali (misalnya: misa peringatan arwah, misa HUT perkawinan) akan diizinkan asal tidak bertabrakan dengan acara paroki yang

Persiapan Kegiatan diawali dari penyusunan Renja yang dibuat pada

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PENCABUTAN KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 264 TAHUN 2003 TENTANG PELAKSANAAN SEBAGIAN KEWENANGAN DI BIDANG

Diberitahukan bahwa berdasarkan hasil evaluasi dokumen penawaran, Kelompok Kerja 1 Unit Layanan Pengadaan Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai telah menetapkan

satisfaction of retailers and, on the contrary, poor quality service will cause dissatisfaction; second, service quality has positive influence on trust, which means that good or

Upaya Pengelolaan Retribusi Parkir dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kota Sungai Penuh menurut Perspektif. Hukum

Tangerang Selatan sebelumnya merupakan bagian dari Kabupaten Tangerang. Tahun 2008, Kota Tangerang Selatan baru terbentuk dikarenakan adanya pemekaran yang menimbulkan peningkatan

Ada hubungan interval persalinan dalam kejadian VBAC dan interval persalinan memiliki peluang 4,387 kali dalam keberhasilan dilakukannya VBAC dengan interval persalinan