• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Karies Gigi Pada Anak SD Kelas V-VI di Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Medan Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Karies Gigi Pada Anak SD Kelas V-VI di Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Medan Tahun 2016"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1

DEPARTEMEN EPIDEMIOLOGI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

KUESIONER PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK SD KELAS V-VI YAYASAN PERGURUAN SULTAN

ISKANDAR MUDA MEDAN TAHUN 2016

No. :

Nama : Kelas :

Umur : ... tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

1. Variabel Kebiasaan Menggosok Gigi

Jawablah pernyataan dibawah ini dengan jujur dengan memberikan tanda centang (√) pada kolom yang tersedia.

NO. Pernyataan Ya Tidak

1. Saya menggosok gigi setiap hari. 2. Saya menggosok gigi ≥2x sehari. 3. Saya menggosok gigi setiap pagi hari. 4. Saya menggosok gigi setelah sarapan pagi.

5. Saya menggosok gigi setiap malam sebelum tidur. 6. Saya menggosok gigi dengan cara memutar.

7. Saya menggosok gigi bagian depan dengan gerakan dari atas ke bawah berulang-ulang.

8. Saya menggosok gigi bagian dalam untuk mengunyah dengan gerakan maju mundur berulang-ulang pada gigi atas maupun bawah.

9. Saya membersihkan lidah dengan sikat gigi setelah menggosok gigi.

10. Saya memakai sikat gigi sendiri.

2. Variabel Penggunaan Pasta Gigi yang mengandung Fluor

No. Pertanyaan Ya Tidak

1. Apakah kamu menggosok gigi menggunakan pasta gigi?

(Jika Ya, Tuliskan merk pasta gigi yang kamu gunakan)

(2)

3. Variabel Kebiasaan Makan Makanan Kariogenik/ Minuman Manis Jenis Makanan Kariogenik/

Minuman Manis

Frekuensi Setiap Hari 4-5 kali

seminggu

1-3 kali seminggu Cokelat

Es krim Gorengan

Mie/ mie bakso Minuman ringan (sirup, pop

ice) Permen Biskuit Donat

(3)

Lampiran 2

LEMBAR OBSERVASI

PEMERIKSAAN KARIES GIGI PADA ANAK SD KELAS V-VI

DI YAYASAN PERGURUAN SULTAN ISKANDAR MUDA MEDAN

TAHUN 2016

Nama : Pemeriksa : drg.

Rifaidah F

Usia :

Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan

Karies Gigi :

17

16

55

15

54

14

53

13

52

12

51

11

61

21

62

22

63

23

64

24

65

25

26

27

47

46

45

44

43

42

41

31

32

33

34

35

36

37

85

84

83

82

81

71

72

73

74

75

(4)
(5)
(6)

Lampiran 5

MASTER DATA FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI

PADA ANAK SD KELAS V-VI DI YAYASAN PERGURUAN SULTAN ISKANDAR MUDA

MEDAN TAHUN 2016

NO U JK KK

S. KMG KMG 1 P 1 P 2 P 3 P 4 P 5 P 6 P 7 P 8 P 9 P 10 PPF

S.K MK K M K1 Co kel at Es Kr im Go ren gan Mie / Ba

kso SRP Permen

(7)
(8)
(9)

89 10 2 1 5 1 2 2 1 1 1 2 2 1 2 1 1 11 2 0 1 2 0 2 1 3 2 0 90 11 2 2 8 3 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 16 2 2 1 1 1 3 1 3 2 2 91 11 2 2 9 3 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 12 2 1 1 1 1 2 2 2 1 1 92 12 1 2 9 3 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 21 1 1 3 3 3 3 2 3 2 1 93 12 2 2 8 3 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 10 3 1 1 1 1 2 1 1 1 1 94 10 1 1 6 2 1 1 1 2 1 1 2 2 2 1 1 11 2 1 1 1 1 1 1 1 1 3 95 10 1 1 6 2 2 2 1 1 1 1 2 1 2 1 1 12 2 1 1 1 1 1 2 2 1 2 96 10 2 1 5 1 1 2 1 2 1 2 2 1 2 1 1 10 3 1 1 1 1 1 1 3 1 0 97 12 1 1 7 2 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 13 2 1 1 2 1 1 3 2 1 1 98 11 2 1 7 2 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 13 2 2 1 1 0 3 3 3 0 0 99 12 2 1 5 1 1 1 1 2 2 2 2 1 2 1 1 13 2 1 1 2 1 1 3 2 2 0 100 10 1 1 7 2 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 1 12 2 1 1 1 1 3 2 2 1 0 101 12 1 1 7 2 1 2 1 1 1 2 2 1 1 1 1 10 3 1 1 1 1 2 1 1 1 1 102 11 2 1 5 1 1 1 1 2 2 2 2 1 2 1 1 12 2 1 1 1 1 2 2 2 1 1 103 12 2 1 5 1 2 2 1 2 2 1 2 1 1 1 1 10 3 1 1 1 1 3 1 1 1 0 104 11 2 1 4 1 2 2 1 1 2 2 2 1 2 1 1 14 2 1 1 0 2 3 3 2 1 1 105 12 2 1 6 2 1 2 1 2 2 1 2 1 1 1 1 12 2 1 1 2 2 1 1 2 1 1 106 11 1 1 7 2 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1 10 3 1 1 1 1 2 1 2 1 0 107 11 1 1 6 2 1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 18 2 0 3 3 2 3 2 3 2 0 108 12 2 1 7 2 1 1 1 2 1 1 2 2 1 1 1 19 2 2 1 3 2 3 3 1 1 3 109 12 1 1 7 2 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 19 2 2 1 3 2 3 3 3 1 1 110 11 2 1 7 2 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 17 2 3 0 1 3 3 3 1 1 2 111 11 2 1 5 1 1 2 1 2 2 1 2 2 1 1 1 17 2 2 2 1 2 3 2 2 2 1 112 12 1 1 7 2 1 1 1 1 2 1 2 2 1 1 1 12 2 1 1 1 1 2 2 2 1 1 113 11 2 1 3 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 11 2 1 1 1 1 2 2 2 1 0 114 10 2 1 7 2 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 18 2 3 3 1 1 3 3 2 1 1 Keterangan :

U : Umur KMG : Kebiasaan Menggosok Gigi

(10)

Lampiran 6

OUTPUT DATA FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK SD KELAS V-VI DI YAYASAN PERGURUAN

SULTAN ISKANDAR MUDA MEDAN TAHUN 2016 Frequency Table

Univariat Karies

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Karies 92 80,7 80,7 80,7

Tidak Karies 22 19,3 19,3 100,0

Total 114 100,0 100,0

Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 10 26 22,8 22,8 22,8

11 60 52,6 52,6 75,4

12 28 24,6 24,6 100,0

Total 114 100,0 100,0

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Perempuan 61 53,5 53,5 53,5

Laki-laki 53 46,5 46,5 100,0

Total 114 100,0 100,0

Kebiasaan Menggsosok Gigi 1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Kurang 33 28,9 28,9 28,9

Sedang 51 44,8 44,8 73,7

Baik 30 26,3 26,3 100,0

Total 114 100,0 100,0

PPFluor

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 114 100,0 100,0 100,0

Kebiasaan Makan Makanan Kariogenik 1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tinggi 6 5,3 5,3 5,3

Sedang 81 71,0 71,0 76,3

Rendah 27 23,7 23,7 100,0

(11)

P1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Benar 97 85,1 85,1 85,1

Salah 17 14,9 14,9 100,0

Total 114 100,0 100,0

P2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Benar 74 64,9 64,9 64,9

Salah 40 35,1 35,1 100,0

Total 114 100,0 100,0

P3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Benar 114 100,0 100,0 100,0

P4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Benar 60 52,6 52,6 52,6

Salah 54 47,4 47,4 100,0

Total 114 100,0 100,0

P5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Benar 68 59,6 59,6 59,6

Salah 46 40,4 40,4 100,0

Total 114 100,0 100,0

P6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Benar 26 22,8 22,8 22,8

Salah 88 77,2 77,2 100,0

Total 114 100,0 100,0

P7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Benar 33 28,9 28,9 28,9

Salah 81 71,1 71,1 100,0

(12)

P8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Benar 98 86,0 86,0 86,0

Salah 16 14,0 14,0 100,0

Total 114 100,0 100,0

P9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Benar 44 38,6 38,6 38,6

Salah 70 61,4 61,4 100,0

Total 114 100,0 100,0

P10

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Benar 110 96,5 96,5 96,5

Salah 4 3,5 3,5 100,0

Total 114 100,0 100,0

Cokelat

Frequenc

y Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak Pernah 8 7,0 7,0 7,0

1-3 kali

seminggu 79 69,3 69,3 76,3

4-5 kali

seminggu 22 19,3 19,3 95,6

Setiap hari 5 4,4 4,4 100,0

Total 114 100,0 100,0

Es krim

Frequenc

y Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak Pernah 6 5,3 5,3 5,3

1-3 kali

seminggu 87 76,3 76,3 81,6

4-5 kali

seminggu 16 14,0 14,0 95,6

Setiap hari 5 4,4 4,4 100,0

(13)

Gorengan

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak Pernah 4 3,5 3,5 3,5

1-3 kali seminggu 71 62,3 62,3 65,8

4-5 kali seminggu 23 20,2 20,2 86,0

Setiap hari 16 14,0 14,0 100,0

Total 114 100,0 100,0

Mie/ bakso

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak Pernah 12 10,5 10,5 10,5

1-3 kali seminggu 66 57,9 57,9 68,4

4-5 kali seminggu 29 25,5 25,5 93,9

Setiap hari 7 6,1 6,1 100,0

Total 114 100,0 100,0

Pop Ice

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak Pernah 1 ,9 ,9 ,9

1-3 kali seminggu 35 30,7 30,7 31,6

4-5 kali seminggu 30 26,3 26,3 57,9

Setiap hari 48 42,1 42,1 100,0

Total 114 100,0 100,0

Permen

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak Pernah 6 5,2 5,2 5,3

1-3 kali seminggu 46 40,4 40,4 45,6

4-5 kali seminggu 35 30,7 30,7 76,3

Setiap hari 27 23,7 23,7 100,0

(14)

Biskuit

Frequenc

y Percent

Valid Percent Cumulative Percent Vali d

Tidak Pernah 2 1,8 1,8 1,8

1-3 kali

seminggu 36 31,6 31,6 33,3

4-5 kali

seminggu 44 38,6 38,6 71,9

Setiap hari 32 28,1 28,1 100,0

Total 114 100,0 100,0

Donat

Frequenc

y Percent

Valid Percent Cumulative Percent Vali d

Tidak Pernah 10 8,8 8,8 8,8

1-3 kali

seminggu 70 61,4 61,4 70,2

4-5 kali

seminggu 27 23,7 23,7 93,9

Setiap hari 7 6,1 6,1 100,0

Total 114 100,0 100,0

Chiki

Frequenc

y Percent

Valid Percent Cumulative Percent Vali d

Tidak Pernah 40 35,1 35,1 35,1

1-3 kali

seminggu 34 29,8 29,8 64,9

4-5 kali

seminggu 19 16,7 16,7 81,6

Setiap hari 21 18,4 18,4 100,0

(15)

Bivariat

Crosstab JK * Karies

Karies Total

Karies Tidak Karies Karies

JK Perempuan Count 50 11 61

Expected Count 49,2 11,8 61,0

% within JK 82,0% 18,0% 100,0%

% within Karies 54,3% 50,0% 53,5%

% of Total 43,9% 9,6% 53,5%

Laki-laki Count 42 11 53

Expected Count 42,8 10,2 53,0

% within JK 79,2% 20,8% 100,0%

% within Karies 45,7% 50,0% 46,5%

% of Total 36,8% 9,6% 46,5%

Total Count 92 22 114

Expected Count 92,0 22,0 114,0

% within JK 80,7% 19,3% 100,0%

% within Karies 100,0% 100,0% 100,0%

% of Total 80,7% 19,3% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square ,135(b) 1 ,713

Continuity

Correction(a) ,017 1 ,897

Likelihood Ratio ,135 1 ,714

Fisher's Exact Test ,813 ,447

Linear-by-Linear

Association ,134 1 ,715

N of Valid Cases 114

a Computed only for a 2x2 table

b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,23. Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper Lower

Odds Ratio for JK (Perempuan /

Laki-laki) 1,190 ,469 3,020

For cohort Karies = Karies 1,034 ,863 1,240

For cohort Karies = Tidak Karies ,869 ,410 1,840

(16)

KMG1 * Karies Crosstabulation

Karies Total

Karies Tidak Karies Karies

KMG1 Kurang Count 32 1 33

Expected Count 21,5 11,5 33,0

% within KMG1 97,0% 3,0% 100,0%

% within Karies 78,0% 4,5% 52,4%

% of Total 50,8% 1,6% 52,4%

Baik Count 9 21 30

Expected Count 19,5 10,5 30,0

% within KMG1 30,0% 70,0% 100,0% % within Karies 22,0% 95,5% 47,6%

% of Total 14,3% 33,3% 47,6%

Total Count 41 22 63

Expected Count 41,0 22,0 63,0

% within KMG1 65,1% 34,9% 100,0% % within Karies 100,0% 100,0% 100,0%

% of Total 65,1% 34,9% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 31,012(b

) 1 ,000

Continuity

Correction(a) 28,135 1 ,000

Likelihood Ratio 35,902 1 ,000

Fisher's Exact Test ,000 ,000

Linear-by-Linear

Association 30,519 1 ,000

N of Valid Cases 63

a Computed only for a 2x2 table

b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,48. Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper Lower

Odds Ratio for KMG1

(Kurang / Baik) 74,667 8,802 633,389

For cohort Karies = Karies

3,232 1,865 5,602

For cohort Karies = Tidak

Karies ,043 ,006 ,303

(17)

KMG1 * Karies Crosstabulation

Karies Total

Karies Tidak Karies Karies

KMG1 Kurang Count 32 1 33

Expected Count 32,6 ,4 33,0

% within KMG1 97,0% 3,0% 100,0% % within Karies 38,6% 100,0% 39,3%

% of Total 38,1% 1,2% 39,3%

Cukup Count 51 0 51

Expected Count 50,4 ,6 51,0

% within KMG1 100,0% ,0% 100,0% % within Karies 61,4% ,0% 60,7%

% of Total 60,7% ,0% 60,7%

Total Count 83 1 84

Expected Count 83,0 1,0 84,0

% within KMG1 98,8% 1,2% 100,0% % within Karies 100,0% 100,0% 100,0%

% of Total 98,8% 1,2% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 1,564(b) 1 ,211

Continuity

Correction(a) ,049 1 ,825

Likelihood Ratio 1,887 1 ,170

Fisher's Exact Test ,393 ,393

Linear-by-Linear

Association 1,545 1 ,214

N of Valid Cases 84

a Computed only for a 2x2 table

b 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,39.

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval Lower Upper Lower For cohort Karies

= Karies ,970 ,913 1,030

(18)

KMK1 * Karies Crosstabulation

Karies Total

Karies Tidak Karies Karies KMK

1

Tinggi Count 4 2 6

Expected Count 4,5 1,5 6,0

% within KMK1 66,7% 33,3% 100,0% % within Karies 16,0% 25,0% 18,2%

% of Total 12,1% 6,1% 18,2%

Rendah Count 21 6 27

Expected Count 20,5 6,5 27,0

% within KMK1 77,8% 22,2% 100,0% % within Karies 84,0% 75,0% 81,8%

% of Total 63,6% 18,2% 81,8%

Total Count 25 8 33

Expected Count 25,0 8,0 33,0

% within KMK1 75,8% 24,2% 100,0% % within Karies 100,0% 100,0% 100,0%

% of Total 75,8% 24,2% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square ,330(b) 1 ,566

Continuity

Correction(a) ,002 1 ,962

Likelihood Ratio ,312 1 ,576

Fisher's Exact Test ,616 ,456

Linear-by-Linear

Association ,320 1 ,572

N of Valid Cases 33

a Computed only for a 2x2 table

b 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,45 Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper Lower

Odds Ratio for KMK1

(Tinggi / Rendah) ,571 ,083 3,916

For cohort Karies = Karies

,857 ,470 1,563

For cohort Karies = Tidak

Karies 1,500 ,395 5,692

(19)

KMK1 * Karies Crosstabulation

Karies Total

Karies Tidak Karies Karies KMK

1

Tinggi Count 4 2 6

Expected Count 4,9 1,1 6,0

% within KMK1 66,7% 33,3% 100,0% % within Karies 5,6% 12,5% 6,9%

% of Total 4,6% 2,3% 6,9%

Sedang Count 67 14 81

Expected Count 66,1 14,9 81,0

% within KMK1 82,7% 17,3% 100,0% % within Karies 94,4% 87,5% 93,1%

% of Total 77,0% 16,1% 93,1%

Total Count 71 16 87

Expected Count 71,0 16,0 87,0

% within KMK1 81,6% 18,4% 100,0% % within Karies 100,0% 100,0% 100,0%

% of Total 81,6% 18,4% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square ,959(b) 1 ,328

Continuity

Correction(a) ,188 1 ,665

Likelihood Ratio ,828 1 ,363

Fisher's Exact Test ,304 ,304

Linear-by-Linear

Association ,948 1 ,330

N of Valid Cases 87

a Computed only for a 2x2 table

b 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,10.

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval Lower Upper Lower Odds Ratio for KMK1

(Tinggi / Sedang) ,418 ,070 2,509 For cohort Karies =

Karies ,806 ,454 1,432

For cohort Karies =

Tidak Karies 1,929 ,565 6,583

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Darwish, M., El-Ansari, W., Bener, A., 2014. Prevalence of Dental Caries among 12-14 years old Children in Qatar. Saudi Dental Journal Vol. 26 No. 3: 115-125.

American Dental Association, 2016. Brushing Your teeth, http://www.mouthhealthy.org/en/az-topics/b/brushing-your-teeth, diakses tanggal 1 April 2016.

Allen, Eileen, Marotz, Lynn, R., 2010. Profil Perkembangan Anak: Prakelahiran hingga usia 12 tahun, Penterjemah: Valentino, Indeks, Jakarta.

Andlaw, R, J., Rock, W., 1992. Perawatan Gigi Anak (A Manual of Paedodontics) Ed. 2, Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan, Widya Medika: Jakarta.

Arikunto, Suharsimi, 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, PT Rineka Cipta, Jakarta.

Arisman,2004. Buku Ajar Ilmu Gizi: Gizi Dalam Daur Kehidupan, Jakarta, EGC. Barus, Dumasari, 2008. Hubungan Kebiasaan Makan dan Pemeliharaan Kesehatan Gigi dengan Karies Gigi pada Anak SD 060935 di Jalan Pintu Air II Simpang Gudang Kota Medan Tahun 2008, Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan.

Berg, Joel, Slayton, Rebecca, 2009. Early Childhood Oral Health, Wiley-Blackwell, United States.

Budisuari, M.A., Oktarina., Mikrajab, M.A., 2010. Hubungan Pola Makan dan Kebiasaan Menyikat Gigi dengan Kesehatan Gigi dalam Mulut (Karies) di Indonesia. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol. 13 No.1.

Center for Disease Control and Prevention., 2015. Prevalence of Dental Caries,http://www.cdc.gov/NCHS/dental, diakses tanggal 23 Februari 2016. 34434

Farooqi, Faraz A., Khabeer, A., ArRejaie, Aws, S.,2015. Prevalence of dental caries in primary and permanent teeth and its relation with tooth brushing habits among school children in Eastern Saudi Arabia. Saudi Medical Journal Vol. 36 No. 6.

(21)

58

Karies Gigi. Yogyakarta, Gajah Mada University Press.

Ibtiah, F., Misnaniarti, Febry, F., 2010. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Karies Gigi Pada Anak Usia10-12 Tahun Di Sekolah Dasar Negeri 33 Palembang, Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Vol. 2 No. 3.

Imran, Minasari, 2015. Pengenalan Gigi, USU Press, Medan.

Jenatu, C, P, Fergiliana, Wijayanti, D,Chatarina, Susilo, H, Wilhelmus, 2014. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Timbulnya Karies Gigi Pada Siswa-siswi di SD Inpres Tenda-Ruteng Kabupaten Manggarai, Jakarta, E-journal STIK SINT Carolus.

Karmawati, I.A., Tauchid, S.N., Harahap, Nita, 2011. Perbedaan Risiko Terjadinya Karies Baru Pada Anak Usia 12 Tahun Murid SD UKGS Dan SD Non UKGS Di Wilayah Kecamatan Cilandak Jakarta Selatan Tahun 2011. Jurnal Health Quality Vol. 2 No. 4.

Kemenkes RI, 2013. Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.

, 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014, Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.

, 2014. Peraturan Menteri Kesehatan no. 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas. Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.

, 2014. Anak Usia Sekolah Menjadi Tumpuan Kualitas Bangsa.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat,

http://www.gizikia.depkes.go.id/sekretariat/anak-usia-sekolah-menjadi-tumpuan-kualitas-bangsa/, diakses tanggal 1 April 2016. Kidd, Edwina., Bechal, S,J., 1991. Dasar-dasar Karies (Penyakit dan

Penanggulangannya. Penterjemah: Narlan dan Safrida, EGC, Jakarta. Kumar, A., Bansal V., 2009. Oral Health Status and Treatment Needs Of Rural

Population of Ambala, Haryana, India. The Internet Journal of Epidemiology Vol. 8 No. 2.

Lemeshow, Stanley, Hosmer, Klar, Lwanga, 1997. Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan. Penterjemah: Dibyo Pramono, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

(22)

Sumatera Utara, Medan.

Nugroho, Adi, 2015. Hubungan Pola Jajan Kariogenik Dan Menggosok Gigi Terhadap Kejadian Karies Gigi Molar Pertama Permanen Pada Anak Usia 8-10 Tahun di SDN 01 Gumpang Kecamatan Kartasura, Sukoharjo. Naskah Publikasi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Nurhaliza, Cut, 2015. Karies Gigi. EGC, Jakarta.

Paramita, Pradnya., 2000. Memahami Pertumbuhan dan Kelainan Gigi Anak. Jakarta : Trubus Agriwidya.

Permatasari, Indah, Andhini, Dhona, 2014. Hubungan Perilaku Menggosok Gigi dan Pola Jajan Anak Dengan Kejadian Karies Gigi Pada Murid SD Negeri 157 Palembang. Jurnal Keperawatan Sriwijaya Vol. 1 No. 1. Pintauli, S., Hamada, T., 2008. Menuju Gigi dan Mulut Sehat Pencegahan dan

Pemeliharaan, Medan, Universitas Sumatera Utara Press.. Putri, Ismiarti, Chanan, Abral, Maramis, Nurjanah, Herijulianti, Wahyuni,

Riyadi, Dinny, Wiradona, Suharja, Hariyati, Danan, 2008. Buku Ajar Preventive Denstistry. Forum Komunikasi Jurusan Kesehatan Gigi, Politeknik Kesehatan, Depkes RI, Jakarta.

Rosidi, Agus, Haryani, Siti, Adimayanti, Eka, 2013. Hubungan Antara Konsumsi Makanan Kariogenik Dengan Kejadian Karies Gigi Pada Anak SDN 1 Gogodalem Kec. Bringin Kab. Semarang.

Sariningrum, Eviyanti, 2009. Hubungan Tingkat Pendidikan, Sikap dan Pengetahuan Orangtua Tentang Kebersihan Gigi dan Mulut Pada Anak Balita 3-5 Tahun dengan Tingkat Kejadian Karies di PAUD Jatipurno, Berita Ilmu Keperawatan Vol. 2 No.3.

Situmorang, Nurmala, 2005. Dampak Karies Gigi dan Penyakit Periodontal Terhadap Kualitas Hidup. Pidato Pengukuhan: Universitas Sumatera Utara, Medan.

Suhardjo, 2006. Pangan, Gizi dan Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Tarigan, Rasinta, 2013. Karies Gigi. Edisi 2. EGC, Jakarta.

Tinanoff, N., 2002. Caries Management in Children: Decision Making and Therapies. Compendium Vol. 23. No. 12.

(23)

60

Dengan Kejadian Karies Gigi Pada Murid SD 204 Ammasangang Kabupaten Pinirang, Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Vol 1 No 4. World Health Organization, 2012. Oral Health. Fact Sheet no 318,

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs318/en/index.htm.,diakses tanggal 23 April 2016.

(24)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan menggunakan desain cross sectional.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di SD Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Medan dengan pertimbangan tingginya kejadian karies gigi pada anak SD dan belum pernah dilakukan sebelumnya penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian karies gigi di SD Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Medan.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret 2016 sampai dengan Agustus 2016.

3.3 Populasi dan sampel 3.3.1 Populasi

Populasi penelitian adalah seluruh murid SD kelas V-VI Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Medan yang berjumlah 257 (127 orang murid kelas V dan 130 orang murid kelas VI).

3.3.2 Sampel

(25)

26

n = [ √ √ ]

n : Besar sampel minimal

Z1-α/2 : Nilai baku distribusi normal pada tingkat kemaknaan α = 0,05

sehingga nilai Z1-α/2 = 1,96

Z1-β : Nilai Z pada kekuatan uji β 80% sehingga nilai Z1-β = 0,842

P0 : Proporsi penderita karies di populasi (0,5) (Wahyuni, dkk)

Pa : Prakiraan proporsi di populasi yang diteliti (0,63)

P0-Pa : Prakiraan selisih proporsi yang diteliti dengan proporsi pada

populasi (0,13)

Berdasarkan rumus besar sampel minimal di atas maka,

n = [ √ √ ]

= 114 orang

3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling), yang berarti setiap sampel memungkinkan mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih (Lemeshow, 1997)

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

(26)

27

pada anak SD kelas V-VI diperoleh dari pemeriksaan gigi oleh dokter gigi dari klinik gigi.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari SD Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Medan meliputi data jumlah siswa kelas V-VI dan data kunjungan murid berobat gigi ke klinik sekolah tahun 2015.

3.5 Definisi Operasional

1. Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi (ceruk, fisura, dan daerah interproksimal) meluas ke arah pulpa dengan salah satu kriteria :

- ada akar gigi yang rusak

- ada mahkota yang sudah hancur

- ada lubang yang terlihat dengan jelas pada dataran kunyah geraham atau di sela-sela gigi.

2. Umur adalah lama hidup anak yang diteliti dihitung sejak tanggal lahir sampai dengan waktu penelitian yang dinyatakan dalam tahun.

3. Jenis kelamin adalah ciri khas tertentu pada anak yang diteliti yang dapat dikategorikan sebagai:

1. Laki-laki 2. Perempuan

4. Kebiasaan menggosok gigi adalah kebiasaan anak membersihkan gigi dengan frekuensi, waktu dan teknik menggosok gigi yang baik dan benar, yang dapat dikategorikan (Arikunto, 2010):

1. Baik, jika skor yang diperoleh > 75%, skor > 7,5 2. Cukup, jika skor yang diperoleh 60-75%, skor 6-7,5

(27)

28

5. Penggunaan pasta gigi yang mengandung fluor adalah bahan yang digunakan untuk menggosok gigi yang mengandung fluor, yang dapat dikategorikan :

1. Ya 2. Tidak

6. Kebiasaan makan makanan kariogenik kebiasaan anak dalam mengonsumsi jenis makanan kariogenik dan frekuensi makanan yang dimakan yang dapat dikategorikan menjadi (Suhardjo (1989) dalam Barus):

1. Tinggi, jika skor yang diperoleh ≥ 21 2. Sedang, jika skor yang diperoleh 11-20 3. Rendah, jika skor yang diperoleh ≤ 10

3.6 Aspek Pengukuran

1. Karies gigi diukur dengan cara observasi adanya karies gigi pada anak yang diteliti yang diperiksa oleh dokter gigi dan dicatat dalam lembar observasi.

2. Kebiasaan menggosok gigi diukur dengan cara menjumlahkan skor untuk setiap jawaban pada kuesioner yang diberikan pada :

1. Jawaban benar, skor 1 2. Jawaban salah, skor 0

3. Kebiasaan makan makanan kariogenik dikur dengan cara menjumlahkan skor yang ada di formulir frekuensi makan makanan kariogenik.

(28)

29

3.7 Analisis Data

Data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan bantuan komputer melalui tahapan editing, coding, dan entry data. Jenis analisis data yang dilakukan adalah :

3.7.1 Analisis Univariat

Analisis ini digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi atau besarnya proporsi berdasarkan variabel yang diteliti.

3.7.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas (jenis kelamin, kebiasaan menggosok gigi, dan kebiasaan makan makanan kariogenik) dan variabel terikat kejadian karies gigi, dengan menghitung ratio prevalence (jenis kelamin, kebiasaan menggosok gigi, dan kebiasaan makan

makanan kariogenik). Untuk mengetahui kemaknaan dilakukan uji chi-square

dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05).

Pengukuran ratio prevalence dengan menggunakan rumus : RP = A / (A+B) : C / (C+D)

Keterangan :

A : Subjek dengan faktor resiko yang mengalami karies gigi B : Subjek dengan faktor resiko yang tidak mengalami karies gigi C : Subjek tanpa faktor resiko yang mengalami karies gigi

(29)

30 BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda didirikan pada tanggal 25 Agustus 1987 oleh dr. Sofyan Tan. Sekolah ini terletak di Jalan Sunggal, Gang Bakul, Desa Sunggal, Medan. Yayasan ini terdiri dari tingkat pendidikan TK, SD, SMP, dan SMA/SMK. Visi Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda adalah mendidik generasi muda Indonesia menjadi manusia yang religius, humanis dalam dalam bingkai kesetaraan dan keberagaman. Jumlah seluruh siswa adalah 2.200 orang. Jumlah seluruh siswa Sekolah Dasar tahun ajaran 2015/2016 adalah 983 orang. Kepala Sekolah SD Sultan Iskandar Muda Medan saat ini adalah Vina, S.E.

(30)

31

4.2 Analisis Univariat

4.2.1 Kejadian Karies Gigi

Distribusi proporsi kejadian karies gigi pada anak SD kelas V-VI di Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Medan Tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Distribusi Proporsi Kejadian Karies Gigi Pada Anak SD Kelas V-VI di Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Medan Tahun 2016

Kejadian Karies Gigi f %

Karies 92 80,7

Tidak Karies 22 19,3

Total 114 100,0

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa proporsi kejadian karies gigi pada anak SD Kelas V-VI di YayasanPerguruan Sultan Iskandar Muda Medan Tahun 2016 adalah 80,7%.

4.2.2 Umur

[image:30.595.112.519.597.685.2]

Distribusi proporsi anakSD Kelas V-VI berdasarkan umur di Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Medan Tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 4.2. Tabel 4.2 Distribusi Proporsi Anak SD Kelas V-VI Berdasarkan Umur

di Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Medan Tahun 2016

Umur (Tahun) f %

10 26 22,8

11 60 52,6

12 28 24,6

Total 114 100,0

(31)

32

60orang (52,6%), kemudian umur 12 tahun sebanyak 28 orang (24,6%) dan paling sedikit adalah umur 10 tahun sebanyak 26 orang (22,8%).

4.2.3 Jenis Kelamin

[image:31.595.122.505.348.408.2]

Distribusi proporsi anak SD Kelas V-VI berdasarkan jenis kelamin di Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Medan Tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3 Distribusi Proporsi Anak SD Kelas V-VI Berdasarkan Jenis Kelamin di Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Medan Tahun 2016

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa proporsi anak SD Kelas V-VI berdasarkan jenis kelamin di YayasanPerguruan Sultan Iskandar Muda Medan Tahun 2016yang paling banyak adalah jenis kelamin perempuan yaitu 61 orang (53,5%) dan yang paling sedikit adalah laki-laki yaitu 53 orang (46,5%).

4.2.4 Kebiasaan Menggosok Gigi

Distribusi proporsi anak SD Kelas V-VI berdasarkan jawaban pernyataan kebiasaan menggosok gigi di Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Medan tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 4.4.

Jenis Kelamin F %

Laki-laki 53 46,5

Perempuan 61 53,5

(32)
[image:32.595.111.516.119.479.2]

33

Tabel 4.4 Distribusi Proporsi Anak SD Kelas V-VI Berdasarkan Jawaban Tentang Kebiasaan Menggosok Gigi

No. Pernyataan Ya Tidak

f % F %

1. Saya menggosok gigi setiap hari. 97 85,1 17 14, 9 2. Saya menggosok gigi ≥2x sehari. 74 64,9 40 35,

1 3. Saya menggosok gigi setiap pagi hari. 114 100 0,0 0,0 4. Saya menggosok gigi setelah sarapan

pagi.

60 52,6 54 47, 4 5. Saya menggosok gigi setiap malam

sebelum tidur.

68 59,6 46 40, 4 6. Saya menggosok gigi dengan cara

memutar.

26 22,8 88 77, 2 7. Saya menggosok gigi bagian depan

dengan gerakan dari atas ke bawah berulang-ulang.

33 28,9 81 71, 1 8. Saya menggosok gigi bagian dalam

untuk mengunyah dengan gerakan maju mundur berulang-ulang pada gigi atas maupun bawah.

98 86,0 16 14, 0

9. Saya membersihkan lidah dengan sikat gigi setelah menggosok gigi.

44 38,6 70 61, 4 10. Saya memakai sikat gigi sendiri. 110 96,5 4 3,5

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa proporsi anak SD kelas V-VI berdasarkan jawaban tentang kebiasaan menggosok gigi yang paling banyak dijawab ya adalah menggosok gigi setiap pagi hari (100,0%) dan paling banyak dijawab tidak adalah menggosok gigi dengan cara memutar (77,2%).

(33)
[image:33.595.111.517.167.244.2]

34

Tabel 4.5 Distribusi Proporsi Anak SD Kelas V-VI Berdasarkan Kebiasaan Menggosok Gigi di Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Medan Tahun 2016

Kebiasaan Menggosok Gigi f %

Baik 30 26,3

Cukup Kurang

51 33

44,8 28,9

Total 114 100,0

Berdasarkan table 4.5 dapat diketahui bahwa proporsi anak SD Kelas V-VI berdasarkan kebiasaan menggosok gigi di Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Medan Tahun 2016 yang paling banyak adalah kebiasaan cukup yaitu 51 orang (44,8%), kebiasaan kurang yaitu 33 orang (28,9%) dan yang paling sedikit adalah kebiasaan baik yaitu 30 orang (26,3%).

4.2.5 Penggunaan Pasta Gigi yang Mengandung Fluor

Distribusi proporsi anak SD Kelas V-VI berdasarkan penggunaan pasta gigi yang mengandung fluor di Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Medan Tahun 2016diketahui bahwa semua anak (100,0%) menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor.

4.2.6 Kebiasaan Makan Makanan Kariogenik

(34)
[image:34.595.112.514.181.470.2]

35

Tabel 4.6 Distribusi Proporsi Anak SD Kelas V-VI Berdasarkan Jenis Makanan Kariogenik yang dikonsumsi dengan frekuensi makan di Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Medan Tahun 2016

No. Makanan Kariogenik Setiap Hari 4-5 kali seminggu 1-3 kali seminggu Tidak Pernah

f % F % f % f %

1. Cokelat 5 4,4 22 19,3 79 69,3 8 7,0 2. Es Krim 5 4,4 16 14,0 87 76,3 6 5,3

3. Gorengan 1

6 14,

0

23 20,2 71, 62,3 4 3,5 4. Mie/ Mie Bakso 7 6,1 29 25,5 66 57,9 1

2 10,

5 5. Minuman

Ringan(Sirup/Pop Ice) 4 8 42, 1

30 26,3 35 30,7 1 0,9

6. Permen 2

7 23,

7

35 30,7 46 40,3 6 5,3

7. Biskuit 3

2 28,

1

44 38,6 36 31,5 2 1,8 8. Donat 7 6,1 27 23,7 70 61,4 1

0

8,8 9 Snack Ringan

(Chiki)

2 1

18, 4

19 16,7 34 29,8 4 0

35, 1 Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa proporsi anak SD kelas V-VI berdasarkan jenis makanan kariogenik yang paling banyak dikonsumsi adalah es krim yaitu 76,3% mengkonsumsi dalam frekuensi1-3 kali seminggu. Makanan kariogenik yang paling banyak dikonsumsi setiap hari adalah sirup/ pop ice yaitu 42,1%.

(35)

36

Tabel 4.7 Distribusi Proporsi Anak SD Kelas V-VI Berdasarkan Kebiasaan Makan Makanan Kariogenik di Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Medan Tahun 2016

Kebiasan Makan Makanan Kariogenik f %

Tinggi 6 5,3

Sedang 81 71,0

Rendah 27 23,7

Total 114 100,0

Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa proporsi anak SD Kelas V-VI berdasarkan kebiasaan makan makanan kariogenik di YayasanPerguruan Sultan Iskandar Muda Medan Tahun 2016 yang paling banyakadalah kebiasaan sedang yaitu81 orang (71,0%), kemudian kebiasaan rendah yaitu 27 orang (23,7%) dan yang paling sedikit adalah kebiasaan tinggi yaitu 6 orang (5,3%).

4.3 Analisis Bivariat

4.3.1 Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian Karies Gigi

[image:35.595.107.545.552.670.2]

Hubungan jenis kelamin dengan kejadian karies gigi di Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Medan Tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 4.8. Tabel 4.8 Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian Karies Gigi di

Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Medan Tahun 2016

Jenis Kelamin

Kejadian Karies Gigi

Total P RP

(95% CI) Karies Gigi Tidak

Karies Gigi

f % F % f %

Perempuan 50 82,0 11 18,0 61 100,0 0,713 1,034 (0,863-1,240) Laki-laki 42 79,2 11 20,8 53 100,0

(36)

37

(79,2%) mengalami karies gigi sedangkan 11 orang (20,8%) tidak mengalami karies gigi. Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p= 0,713 artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian karies gigi.

[image:36.595.108.528.378.545.2]

4.3.2 Hubungan Kebiasaan Menggosok Gigi dengan Kejadian Karies Gigi Hubungan kebiasaan menggosok gigi dengan kejadian karies gigi di Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Medan Tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 4.9.

Tabel 4.9 Hubungan Kebiasaan Menggosok Gigi dengan Kejadian Karies Gigi di Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Medan Tahun 2016

Kebiasaan Menggosok Gigi

Kejadian Karies Gigi Total P RP (95%

CI)

Karies Tidak

Karies

f % F % f %

Kurang* 3 2

97,0 1 30,0 33 100,0 0,000

0,393

3,232

(1,865-5,602) Cukup 5

1

100,0 0 0,0 51 100,0 0,970

(0.913-1,030) Baik 9 30,0 21 70,0 30 100,0

*Reference

(37)

38

Untuk kebiasaan menggosok gigi yang kurang jika dibandingkan dengan kebiasaan menggosok gigi yang baik menggunakan uji Chi square diperoleh nilai p= 0,000artinyaada hubungan yang bermakna antara kebiasaan menggosok gigi

dengan kejadian karies gigi. Ratio prevalence kejadian karies gigi pada anak yang memiliki kebiasaan kurang jika dibandingkan dengan anak yang memiliki kebiasaan baik adalah 3,232 (95% CI= 1,865-5,602)

Untuk kebiasaan menggosok gigi yang kurang jika dibandingkan dengan kebiasaan menggosok gigi yang cukup menggunakanuji chi square tidak layak dilakukan karena ada sel yang memiliki nilai expected-nya kurang dari lima ada 50% jumlah sel. Untuk itu uji alternatif yang dilakukan adalah Fisher’s Exact diperoleh nilai p= 0,393 artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan menggosok gigi yang kurang jika dibandingkan dengan kebiasaan menggosok gigi yang cukup dengan kejadian karies gigi.

4.3.3 Hubungan Penggunaan Pasta Gigi yang Mengandung Fluor Dengan Kejadian Karies Gigi

Analisis bivariat untuk melihat hubungan penggunaan pasta gigi yang mengandung fluor dengan kejadan karies gigi dengan menggunakan uji chi square tidak memenuhi syarat untuk dilakukan karena ada sel yang memiliki

(38)

39

4.3.4 Hubungan Kebiasaan Makan Makanan Kariogenik Dengan Kejadian Karies Gigi

[image:38.595.110.513.270.464.2]

Hubungan kebiasaan makan makanan kariogenik dengan kejadian karies gigi di Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Medan tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 4.10.

Tabel 4.10 HubunganKebiasaan Makan Makanan Kariogenik DenganKejadian Karies Gigi di Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Medan Tahun 2016

Kebiasaan Makan Makanan Kariogenik

Kejadian Karies Gigi Total p RP (95% CI) Karies Tidak

Karies

f % f % f %

*Tinggi 4 66,7 2 33,3 6 100,0

0,616

0,304

Sedang 67 82,7 14 17,3 81 100,0 0,857

(0,470-1,563) Rendah 21 77,8 6 22,2 27 100,0 0,806

(0,454-1,432) *Reference

(39)

40

Untuk kebiasaan makan makanan kariogenik yang tinggi jika dibandingkan dengan kebiasaan makan makanan kariogenik rendah menggunakan uji chi square tidak layak dilakukan karena ada sel yang memiliki nilai expected-nya kurang dari lima ada 50% jumlah sel. Untuk itu uji alternatif yang dilakukan adalahujiFisher’s Exact yangdiperoleh nilai p= 0,616 artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan makan makanan kariogenik dengan kejadian karies gigi.

(40)

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Analisis Univariat

[image:40.595.117.514.224.456.2]

5.1.1 Proporsi Kejadian Karies Gigi

Gambar 5.1 Diagram Lingkaran Proporsi Kejadian Karies Gigi pada anak SD kelas V-VI di Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Medan Tahun 2016.

Berdasarkan gambar 5.1 dapat dilihat bahwa proporsi karies gigi pada anak SD kelas V-VI di Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Medan Tahun 2016 adalah 80,7%. Hal ini sesuai dengan penelitian Rosidi, dkk., pada tahun 2013 di SDN 1 Gogodalem Kec. Beringin Kab. Semarang, dengan menggunakan desain cross sectional diperoleh 85,1 % orang mengalami karies gigi dan hasil penelitian Permatasari, dkk., pada anak di SD Negeri 157 Palembang diperoleh 95% orang mengalami karies gigi.

80,7% 19,3 %

Kejadian Karies Gigi

(41)

42

Karies gigi merupakan penyakit jaringan yang ditandai dengan kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi meluas ke arah pulpa. Karies disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu faktor tersebut adalah gigi dengan fisur yang dalam mengakibatkan sisa-sisa makanan mudah melekat dan bertahan, sehingga produksi asam oleh bakteri akan berlangsung dengan cepat sehingga menimbulkan karies gigi (Tarigan, 2013).

[image:41.595.115.504.330.555.2]

5.1.2Proporsi Anak SD Kelas V-VI berdasarkan umur

Gambar 5.2 Diagram Lingkaran Distribusi Proporsi Anak SD Kelas V-VI Berdasarkan Umur

Berdasarkan gambar 5.2 dapat diketahui bahwa distribusiproporsianak SD kelas V-VI berdasarkanumur yang paling banyakadalah 11 tahun yaitu 60 orang (52,6%) dan paling sedikit adalah 10 tahun yaitu 26 orang (22,8%).

Hal ini dikarenakan anak SD yang diteliti adalah kelas V-VI sehingga umur anak SD berkisar 10-12 tahun.Anak-anak memiliki risiko mengalami karies

52,6%

24,6% 22,8%

Umur

11 tahun

12 Tahun

(42)

43

gigi yang paling tinggiketika gigi mereka baru erupsi (Pintauli dan Hamada, 2008). Pada umur 6-12 tahun terjadi periode gigi campuran dan gigi yang paling sering terkena karies adalah gigi molar 1 (Nurhaliza, 2015).

[image:42.595.113.508.232.469.2]

5.1.3 Distribusi Proporsi Anak SD Kelas V-VI Berdasarkan Jenis Kelamin

Gambar 5.3 Diagram Lingkaran Distribusi Proporsi Anak SD Kelas V-VI Berdasarkan Jenis Kelamin

Pada gambar 5.3 dapat dilihat bahwa berdasarkan jenis kelamin proporsi anak berjenis kelamin perempuan adalah 53,5% dan anak berjenis kelamin laki-laki adalah 46,5%.Dalam penelitian ini jumlah anak laki-laki-laki-laki dan perempuan hampir sama jumlahnya.

53,5% 46,5%

Jenis Kelamin

(43)

44

5.1.4 Proporsi Anak SD Kelas V-VI Berdasarkan Kebiasaan Menggosok Gigi

Gambar 5.4 Diagram Lingkaran Distribusi Proporsi Anak SD Kelas V-VI Berdasarkan Kebiasaan Menggosok Gigi

Berdasarkan gambar 5.4 dapat dilihat bahwa berdasarkan kebiasaan menggosok gigi, proporsi tertinggi adalah pada anak yang memiliki kebiasaan cukup yaitu 44,8%, pada anak yang memiliki kebiasaan kurang yaitu 28,9% dan proporsi yang terendah adalah anak yang memiliki kebiasaan baik yaitu 26,3%.

Menggosok gigi dengan cara yang baik dan benar juga mampu mengurangi plak di permukaan gigi sehingga dapat menurunkan angka kejadian karies gigi. Hal ini dilihat dari frekuensi, waktu dan teknik menggosok gigi (Andlaw, dkk, 1992). Waktu yang tepat untuk menggosok gigi adalah 2 menit.Para ahli berpendapat bahwa dalam menggosok gigi 2 kali sehari sudah cukup karena pembersihan sisa makanan kadang-kadang tidak sempurna dan ada

44,8%

28,9% 26,3%

Kebiasaan Menggosok Gigi

Cukup

Kurang

[image:43.595.116.513.155.415.2]
(44)

45

kemungkinan bahwa bila ada yang terlewat pada pagi hari, pada waktu malam hari dapat dibersihkan (ADA, 2016).

5.1.5 Distribusi Proporsi Anak SD Kelas V-VI Berdasarkan Penggunaan Pasta Gigi Yang Mengandung Fluor

Berdasarkan penggunaan pasta gigi yang mengandung fluor pada anak SD kelas V-VI di Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Medan tahun 2016 diketahui bahwa semua anak (100%) menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor.

Secara teori ion fluoride sangat efektif dalam mempertahankan permukaan gigi terhadap serangan asam. Fluoride bekerja dengan 3 cara. Fluoride dapat memperlambat perkemangan lesi karies, meningkatkan ketahanan email terhadap asam dan meningkatkan proses remineralisasi. Akhirnya kadar fluor yang tinggi dapapt menghambat metabolisme bakteri. Dosis optimal untuk mencapai hasil yang baik sangat bervariasi. Penggunaan pasta gigi berfluor (1000 ppm) telah terbukti dapat mengurangi frekuensi karies walaupun tanpa bahan suplemen fluor lainnya (Tarigan, 2013).

(45)

46

5.1.6 Distribusi Proporsi Anak SD Kelas V-VI Berdasarkan Kebiasaan Makan Makanan Kariogenik

Gambar 5.5 Diagram LingkaranDistribusi Proporsi Anak SD Kelas V-VI Berdasarkan Kebiasaan Makan Makanan Kariogenik

Berdasarkan gambar 5.5 dapat dilihat bahwaberdasarkan kebiasaan makan makanan kariogenik proporsi tertinggi adalah kebiasaan sedang yaitu71,0%dan proporsi terendah adalah kebiasaan makan makanan kariogenik tinggi yaitu5,3%. Makanan kariogenik adalah makanan manis dan lengket yang dapat menyebabkan karies gigi seperti biskuit, permen, buah kering (manisan), minuman ringan, dan es krim. Makanan ini dapat menghasilkan penurunan pH yang sangat tajam, sekitar 4 (Frencken, dkk., 1999).

Anak-anak umur 9 tahun sudah mulai memilih makanan sendiri dan sudah memiliki makanan kesukaan sendiri seperti,pizza, es krim, kue basah dan kue kering (Allen, dkk., 2010). Makanan-makanan tersebut termasuk jenis makanan kariogenik. Anak yang berisiko karies tinggi sering mengonsumsi

71,0% 23,7%

5,3%

Kebiasaan Makan Makanan kariogenik

[image:45.595.116.513.161.385.2]
(46)

47

makanan dan minuman manis diantara jam makan utama (Tinanoff, 2002). Penelitian Ludwig dan Bibby (1957) menunjukkan bahwa makanan dan minuman yang bersifat fermentasi karbohidrat lebih signifikan memproduksi asam, diikuti oleh demineralisasi email. Tidak semua karbohidrat benar-benar kariogenik. Karbohidrat kompleks seperti gandum relatif lebih tidak berbahaya karena tidak sempurna dihancurkan di dalam rongga mulut, tetapi molekul karbohidrat yang rendah dengan mudah bersatu dengan plak dan dimetabolisme secara cepat oleh bakteri (Nurhaliza, 2013).

5.2 Analisis Bivariat

[image:46.595.116.509.391.616.2]

5.2.1 Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian Karies Gigi

Gambar 5.6 Diagram Batang Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian Karies Gigi Pada Anak SD Kelas V-VI

82,0 79,2

18,0 20,8

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Perempuan Laki-laki

P

ro

po

rsi (

%)

Jenis Kelamin dengan Kejadian Karies Gigi

(47)

48

Berdasarkan gambar 5.6 dapat dilihat bahwa proporsi karies lebih banyak terdapat pada anak berjenis kelamin perempuan yaitu 82,0% daripada anak berjenis kelamin laki-laki yaitu 79,2%. Proporsi tidak karies lebih banyak terdapat pada anak berjenis kelamin laki-laki yaitu 20,8% daripada anak berjenis kelamin perempuan yaitu 18,0%.Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p=0,713 yang berarti tidak ada hubungan yang

bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian karies gigi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Meishipada anak SD Swasta Muhammadiyah 08 Medan tahun 2011 yang menggunakan desain cross sectionalmenunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan

kejadian karies gigi dengan nilaip = 0,255.

(48)

49

[image:48.595.112.508.135.360.2]

5.2.2 Hubungan Kebiasaan Menggosok Gigi dengan Kejadian Karies Gigi

Gambar 5.7 Diagram Batang Hubungan Kebiasaan Menggosok Gigi dengan Kejadian Karies Gigi Pada Anak SD Kelas V-VI

Berdasarkan gambar 5.7 dapat dilihat bahwa proporsi karies tertinggi terdapat pada anak yang memiliki kebiasaan cukup yaitu 100,0%, kemudian kebiasaan menggosok gigi kurang yaitu 97,0% dan terendah pada anak yang memiliki kebiasaan baik yaitu 70%. Proporsi anak yang tidak mengalami karies paling banyak terdapat pada anak yang memiliki kebiasaan baik (70%), kemudian pada anak yang memiliki kebiasaan kurang (3,0%) dan paling sedikit terdapat pada anak yang memiliki kebiasaan cukup (0,0%). Untuk kebiasaan menggosok gigi yang kurang jika dibandingkan dengan kebiasaan menggosok gigi yang baik menggunakan uji Chi square diperoleh nilai p= 0,000 artinya ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan menggosok gigi dengan kejadian karies gigi. Ratio prevalence kejadian karies gigi pada anak yang memiliki kebiasaan kurang jika dibandingkan dengan anak yang memiliki kebiasaan baik

97 100

30

3 0

70 0 20 40 60 80 100 120

Kurang Cukup Baik

P ro p o rs i (% )

Kebiasaan Menggosok Gigi dengan Kejadian Karies Gigi

Karies

(49)

50

adalah 3,232 (95% CI= 1,865-5,602)

Untuk kebiasaan menggosok gigi yang kurang jika dibandingkan dengan kebiasaan menggosok gigi yang baik menggunakan uji uji chi square tidak layak dilakukan karena ada sel yang memiliki nilai expected-nya kurang dari lima ada 50% jumlah sel. Untuk itu uji alternatif yang dilakukan adalah Fisher’s Exact diperoleh nilai p= 0,393 artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan menggosok gigi kurang dengan kejadian karies gigi.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nugroho pada anak di SDN 02 Gumpang Kecamatan Kartasura, Sukoharjo pada tahun 2015 menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan menggosok gigi dengan kejadian karies gigi dengan nilai p = 0,001.

Dari hasil kuesioner peneliti melihat bahwa sebagian besar anak menggosok gigi setiap hari tetapi cara menggosok gigi yang salah, yaitu sebanyak 77,2%anak menggosok gigi dengan cara yang tidak tentu.Hal ini menunjukkan bahwa ada kemungkinan anak tidak mengerti teknik menggosok gigi yang benar dan waktu yang tepat untuk menggosok gigi, dan ada juga anak yang malas menggosok gigi sehingga anak yang memiliki kebiasaan cukup memiliki karies gigi yang tinggi.

(50)

51

balita dengan menggunakan desain cross sectional menunjukkan bahwa ada hubungan antara sikap orangtua dengan kejadian karies gigi pada anak dengan nilai p= 0,008.Guru sekolah juga memiliki peran untuk mengajarkan dan mengajak anak menggosok gigi setiap hari serta orangtua yang rutin mengajak anaknya untuk memeriksaan gigi ke dokter gigi/ puskesmas ada kemungkinan memiliki pengaruh kepada anak sehingga anak memiliki kebiasaan baik menggosok gigi. Penyuluhan kesehatan gigi sangat penting dilakukan di sekolah-sekolah oleh petugas kesehatan agar anak-anak sejak dini mengerti teknik dan waktu menggosok gigi yang baik dan benar sehingga menurunkan risiko untuk terjadinya karies gigi pada anak.

[image:50.595.114.508.468.683.2]

5.2.3 Hubungan Kebiasaan Makan Makanan Kariogenik dengan Kejadian Karies Gigi

Gambar 5.8 Diagram Batang Hubungan Kebiasaan Makan Makanan Kariogenik dengan Kejadian Karies Gigi

66,7

82,7

77,8

33,3

17,3 22,2

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Tinggi Sedang Rendah

P

ro

po

rsi (

%)

Kebiasaan Makan Makanan Kariogenik dengan Kejadian Karies Gigi

Karies

(51)

52

Berdasarkan gambar 5.8 dapat dilihat bahwa proporsi kariespaling banyak terdapat pada anak yang memiliki kebiasaan makan makanan kariogeniksedang yaitu 82,7%, kemudian kebiasaan makan makanan kariogenik rendah yaitu 77,8% dan yang paling sedikitterdapat pada anak yang memiliki kebiasaan makan makanan kariogenik tinggi yaitu 66,7%. Pada anak yang tidak mengalami karies proporsi paling banyak terdapat pada anak yang memiliki kebiasaan makan makanan kariogenik tinggi yaitu 33,3%, kemudian kebiasaan makan makanan kariogeni rendah yaitu 17,3% dan proporsi paling sedikit terdapat pada anak yang memiliki kebiasaan makan makanan kariogenik sedangyaitu 17,3%.

Untuk kebiasaan makan makanan kariogenik yang tinggi jika dibandingkan dengan kebiasaan makan makanan kariogenik rendah menggunakan uji chi square tidak layak dilakukan karena ada sel yang memiliki nilai expectednya kurang dari lima ada 50% jumlah sel. Untuk itu uji alternatif yang dilakukan adalah Fisher’s Exact yangdiperoleh nilai p= 0,616 artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan makan makanan kariogenik dengan kejadian karies gigi.

(52)

53

Hasil penelitian tidak berhubungan karena faktor penyebab karies tidak hanya dilihat dari kebiasaan makan makanan kariogenik. Makanan kariogenik adalah makanan manis dan legket yang dapat menyebabkan karies gigi (Arisman, 2004). Makanan kariogenik yang paling banyak dikonsumsi anak SD kelas V-VI adalah eskrim (76,3%) yang dikonsumsi 1-3 kali seminggu dan yang dikonsumsi setiap hari paling banyak adalah pop ice. Makanan kariogenik sering sekali meninggalkan sisa di sela-sela gigi. Sisa Makanan dan minuman yang mengandung gula akan menurunkan pH plak dengan cepat sampai pada level yang dapat menyebabkan demineralisasi email (Berg dan Slayton, 2009).

Faktor lain yang memungkinkan menyebabkan karies adalah saliva. Saliva merupakan pertahanan pertama terhadap penyakit karies. Selain itu fungsi saliva juga sebagai pelicin, pelindung, buffer, pembersih, anti pelarut dan anti bakteri. Seseorang dengan sekresi air ludah yang sedikit atau tidak ada sama sekali, misalnya karena aprialismus, terapi radiasi kanker ganas dan xerostomia, memiliki persentase karies gigi yang tinggi (Tarigan 2013).

(53)

54

mutans dan Lactobacillis dan dalam waktu yang lama akan melakukan

(54)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan, yaitu :

6.1.1 Proporsi prevalensikejadian karies gigi pada anak SD kelas V-VI di Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Medan tahun 2016 adalah 80,7%.

6.1.2 Distribusi proporsi anak SD kelas V-VI berdasarkan umur paling banyak adalah pada umur 11 tahun (52,6%).

6.1.3 Distribusi proporsi anak SD kelas V-VI berdasarkan jenis kelamin yang tertinggi adalah jenis kelamin perempuan (53,5%).

6.1.4 Distribusi proporsi anak SD kelas V-VI berdasarkan kebiasaan menggosok gigi yang tertinggi adalah kebiasaan menggosok gigi cukup (44,8%).

6.1.5 Distribusi proporsi anak SD kelas V-VI berdasarkan penggunaan pasta gigi yang mengandung fluor adalah 100,0%.

6.1.6 Distribusi proporsi anak SD kelas V-VI berdasarkan kebiasaan makan makanan kariogenik yang tertinggi adalah anak yang memiliki kebiasaan sedang (71,0%).

(55)

56

6.1.8 Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dan kebiasaan makan makanan kariogenik dengan kejadian karies gigi pada anak SD kelas V-VI di Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Medan tahun 2016.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian terdapat beberapa saran yang direkomendasikan, yaitu:

6.2.1 Disarankan kepada anak SD di Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Medan untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan cara menggosok gigi setiap hari sesuai dengan waktu yang benar dan mengonsumsi makanan yang sehat.

6.2.2 Disarankan kepada pihak sekolah untuk bekerja sama dengan petugas kesehatan untuk memberikan pendidikan kesehatan gigi melalui upaya promotif dan preventif serta menempelkanposter tentang kesehatan gigi dan mulut di setiap kelas anak SD di Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Medan.

(56)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi

2.1.1 Pengertian Karies Gigi

Karies merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi, yaitu email, dentin dan sementum yang disebabkan aktivitas jasad renik yang ada dalam suatu karbohidrat yang diragikan. Hal ini ditandai dengan demineralisasi jaringan keras gigi diikuti oleh kerusakan bahan organiknya yang mengakibatkan terjadinya invasi bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksinya ke jaringan periapeks yang dapat menyebabnya nyeri (Kidd, 1991).

Tanda-tanda karies biasanya gigi terlihat berwarna coklat kehitaman atau noda-noda putih, yang bila diraba dengan sonde email belum tersangkut. Lama-kelamaan bagian karies ini akan terasa kasar serta diikuti dengan tertahannya sonde. Karies yang berwarna coklat kehitaman lebih lama menimbulkan lubang pada gigi, sedangkan noda yang berwarna putih lebih cepat (Nurhaliza, 2015).

Pada umumnya karies gigi pada anak terjadi pada saat adanya gigi campuran.Pertumbuhan gigi campuran ditunjukkan dengan pertumbuhan dan perkembangan gigi susu yang diikuti dengan tumbuhnya gigi tetap di dalam rongga mulut anak. Artinya di dalam rongga mulut anak terdapat dua macam gigi yang sedang mengalami pertumbuhan, yaitu gigi susu dan gigi tetap (Paramita, 2000).

(57)

7

2.2 Klasifikasi Karies Gigi

2.2.1 Berdasarkan Stadium Karies

Pada klasifikasi ini, karies dibagi menurut dalamnya (Tarigan, 2013): a. Karies Superfisialis

Karies baru mengenai email saja, sedang dentin belum terkena. b. Karies Media

Karies sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi setengah dentin. c. Karies Profunda

Karies sudah mengenai lebih dari setengah dentin dan kadang-kadang sudah mengenai pulpa. Karies profunda ini dapat kita bagi lagi menjadi:

1. Karies profunda stadium I : Karies telah melewati setengah dentin, biasanya belum dijumpai radang pulpa.

2. Karies profunda stadium II : Masih dijumpai lapisan tipis yang membatasi karies dengan pulpa. Biasanya disini telah terjadi radang pulpa.

3. Karies profunda stadium III : Pulpa telah terbuka dan dijumpai bermacam-macam radang pulpa.

2.2.2 Berdasarkan Cara Meluasnya Karies a. Karies Berpenetrasi

Karies yang meluas dari email ke dentin dalam bentuk kerucut. Perluasannya secara penetrasi, yaitu merembes ke arah dalam.

b. Karies Nonpenetrasi

(58)

8

2.2.3 Berdasarkan Lokasi Karies

Menurut G.V. Black dalam Tarigan (2013) kavitas atas 5 bagian diberi tanda dengan nomor Romawi, dimana kavitas diklasifikasikan berdasarkan permukaan gigi yang terkena karies. Pembagian tersebut adalah:

a. Klas I

Karies yang terdapat pada bagian oklusal (ceruk dan fisura) dari gigi premolar dan molar (gigi posterior). Dapat juga terdapat pada gigi anterior di foramen caecum.

b. Klas II

Karies yang terdapat pada bagian aproksimal gigi-gigi molar atau premolar yang umumnya meluas sampai ke bagian oklusal.

c. Klas III

Karies yang terdapat pada bagian aproksimal dari gigi depan, tetapi belum mencapai margo-inisisalis (belum mencapai sepertiga insisal gigi).

d. Klas IV

Karies yang terdapat pada bagian aproksimal dari gigi-geligi depan dan sudah mencapai mango-insialis (telah mencapai sepertiga insisal dari gigi). e. Klas V

(59)

9

2.2.4 Berdasarkan Banyaknya Permukaan Gigi yang Terkena Karies a. Karies Simpel

Karies yang dijumpai pada satu permukaan saja, misalnya labial, bukal, lingual, mesial, distal dan oklusal.

b. Karies Kompleks

Karies yang sudah luas dan mengenai lebih dari satu bidang permukaan gigi. Misalnya, mesio-, distoinsial, mesio-oklusal.

2.3 Faktor Yang Memengaruhi Karies Gigi

Karies terjadi bukan disebabkan karena satu faktor saja, melainkan disebabkan oleh banyak faktor (multifaktoral). Hal itu berarti banyak sekali faktor yang yang menjadi penyebab timbulnya kejadian karies gigi.Dari beberapa pengamatan terlihat jelas bahwa semakin dekat manusia tersebut hidup dengan alam semakin sedikit dijumpai karies pada giginya. Dengan semakin cangihnya pabrik makanan, semakin tinggi juga persentase karies pada masyarakat yang mengonsumsi makanan hasil pabrik tersebut (Tarigan, 2013).

(60)
[image:60.595.238.399.114.282.2]

10

Gambar2.1: Skema terjadinya karies gigi

a. Faktor Host (Gigi)

Secaraumum,kariesdianggapsebagai penyakitkronispada manusiayang berkembangdalamwaktubeberapabulanatau tahun.Menurut Kidd (1991) kawasan-kawasan gigi yang memudahkan peletakan plak sehingga menyebabkan karies yaitu :

1. Pit dan Fisur pada permukaan oklusal molar dan premolar, pit bukal molar dan pit palatal insisif.

2. Permukaan harus didaerah aproksimal sedikit dibawah titik kontak. 3. Email pada tepisan di daerah leher gigi sedikit diatas tepi gingival. 4. Permukaan akar yang terbuka merupakan daerah tempat melekatnya

plak pada pasien dengan resesi gingival karena penyakit periodentium. 5. Tepi tumpatan terutama yang kurang menempel.

(61)

11

Menurut Pintauli dan Hamada (2008), gigi susu lebih mudah terserang karies daripada gigi tetap. Hal ini disebabkan karena enamel gigi susu mengandung lebih banyak bahan organik dan air sedangkan jumlah mineralnya lebih sedikit daripada gigi tetap. Hal ini menjadi salah satu penyebab tingginya prevalensi karies pada anak-anak.

Gigi-gigi peka terhadap kerusakan selama masa anak-anak dan masa remaja. Pada anak-anak umur 6-12 tahun gigi yang sering mengalami karies adalah gigi molar pertama bawah. Semakin bertambahnya umur maka semakin banyak menungkinan dataran gigi yang terkena karies (Frencken, dkk, 1999). a. Faktor Agen (Mikroorganisme)

Plak gigi memegang peranan peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies. Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Plak ini mula-mula berbentuk agar cair yang lama kelamaan menjadi kelat dan tempat bertumbuhnya bakteri (Tarigan, 2013).

Plak biasanya terdapat di tempat dimana gusi bertemu dengan leher gigi, di dalam fisura pada permukaan pengunyahan, dan pada daerah sempit diantara gigi-gigi. Plak terutama terdiri dari bakteri juga berisi sisa-sisa saliva, berbagai sel-sel darah dan partikel-partikel dari makanan (Frencken, dkk, 1999).

(62)

12

penelitian yang menunjukkan adanya laktobasilus pada plak gigi.Streptokokus mutans dan laktobasilus merupakan bakteri yang kariogenik karena mampu segera membuat asam dari karbohidrat yang dapat diragikan.Bakteri-bakteri tersebut dapat tumbuh subur dalam suasana asam dan dapat menempel pada permukaan gigi karena kemampuannya membuat polisakarida ekstra sel yang sangat lengket dari karbohidrat makanan. Hal ini menyebabkan plak makin tebal sehingga akan menghambat fungsi saliva dalam menetralkan plak tersebut.

Dalam mulut seseorang yang mengalami karies aktif jumlah streptokokus mutans dan laktobasilus lebih banyak daripada mulut orang yang bebas karies (Kidd, 1991).

b. Faktor Substrat/Diet

Karies terjadi ketika proses remineralisasi menjadi lebih lambat dibandingkan proses demineralisasi, serta adanya kehilangan mineral. Hal ini dapat dicegah dengan menghindari makanan manis dan menghilangkan plak(Tarigan, 2013).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang banyak mengonsumsi karbohidrat terutama sukrosa cenderung mengalami kerusakan pada gigi, sebaliknya pada orang dengan diet yang banyak mengandung lemak dan protein hanya sedikit atau sama sekali tidak mempunyai karies gigi. Hal ini penting untuk menunjukkan bahwa karbohidrat memegang peranan penting dalam terjadinya karies (Pintauli dan Hamada, 2008).

(63)

13

1. Isi dari makanan yang mengasilkan energi. Misalnya, karbohidrat, protein, lemak, vitamin, serta mineral-mineral.

2. Fungsi mekanis dari makanan yang dimakan. Makanan yang bersifat membersihkan gigi. Jadi, makanan merupakan penggosok alami, tentu saja akan mengurangi kerusakan gigi. Makanan bersifat membersihkan ini adalah apel, jambu air, bengkuang, dan lain sebagainya.

c. Faktor Waktu

Interaksi antara ketiga faktor tersebut selama suatu periode akan merangsang pembentukan karies, yang dimulai dengan munculnya white spot pada permukaan gigi tanpa adanya kavitas akibat proses demineralisasi pada bagian enamel. Kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali mineral selama berlangsungya proses karies, menandakan bahwa proses karies tersebut terdiri atas periode perusakan dan perbaikan silih berganti. Oleh karena itu bila saliva ada di dalam lingkungan gigi maka karies tidak menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau minggu melainkan dalam bulan atau tahun (Kidd, dkk, 1991).

Gambar

Tabel 4.2 Distribusi Proporsi Anak SD Kelas V-VI Berdasarkan Umur di Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Medan Tahun
Tabel 4.3 Distribusi Proporsi Anak SD Kelas V-VI Berdasarkan Jenis Kelamin di Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Medan Tahun 2016
Tabel 4.4
Tabel 4.5 Distribusi Proporsi Anak SD Kelas V-VI Berdasarkan Kebiasaan Menggosok Gigi di Yayasan Perguruan Sultan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsumsi makanan kariogenik dan kebiasaan menyikat gigi terhadap kejadian karies gigi molar pertama permanen pada anak usia

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pola jajan kariogenik dan kebiasaan menggosok gigi terhadap kejadian karies gigi molar pertama permanen pada anak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pola jajan kariogenik dan kebiasaan menggosok gigi terhadap kejadian karies gigi molar pertama permanen pada anak

Pada master tabel terlihat bahwa meskipun siswa tersebut sering mengkonsumsi makanan kariogenik dan tidak mengalami karies gigi, akan tetapi kebiasaan menggosok gigi

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku menggosok gigi dan mengkonsumsi makanan kariogenik dengan kejadian jenis- jenis karies gigi

Hubungan konsumsi makanan kariogenik terhadap kejadian karies tidak terjadi karena adanya faktor lain yang dapat mencegah terjadinya karies gigi pada anak usia

Pada master tabel terlihat bahwa meskipun siswa tersebut sering mengkonsumsi makanan kariogenik dan tidak mengalami karies gigi, akan tetapi kebiasaan menggosok gigi

Hubungan Peran Orangtua Dalam Perawatan Gigi Dan Kebiasaan Konsumsi Makanan Kariogenik Terhadap Kejadian Karies Gigi Anak Di Taman Kanak – Kanak Islam..