• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kejelasan Tujuan Anggaran Terhadap Kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Kejelasan Tujuan Anggaran Terhadap Kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH KEJELASAN TUJUAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA SKPD PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

OLEH WINDA PRATIWI

100522014

PROGRAM STUDI STRATA-1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK

NAMA : WINDA PRATIWI

NIM : 1005220014

SPROGRAM STUDI : S1 AKUNTANSI

JUDUL SKIPSI : PENGARUH KEJELASAN TUJUAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA SKPD PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Tanggal ... Ketua Departemen Akuntansi

( Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak )

Tanggal ... Dekan

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI

NAMA : WINDA PRATIWI

NIM : 1005220014

SPROGRAM STUDI : S1 AKUNTANSI

JUDUL SKIPSI : PENGARUH KEJELASAN TUJUAN ANGGARAN

TERHADAP KINERJA SKPD PEMERINTAH

PROVINSI SUMATERA UTARA

Medan, 2012 Menyetujui Pembimbing

(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

Telah diuji pada Tanggal 2012

__________________________________________________________________

PANITIA PENGUJI SKRIPSI

(5)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya

bahwa skripsi saya yang berjudul ” Pengaruh Kejelasan Tujuan Anggaran Terhadap Kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna

menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera

Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga,

dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau

dituliskan sumbernya secara jelas dengan norma, kaidah, dan etika penulisan

ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam

skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Maret 2012 Yang Membuat Pernyataan

(6)

ABSTRAK

PENGARUH KEJELASAN TUJUAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA SKPD PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah kejelesan tujuan anggaran berpengaruh terhadap kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan pengaruh kejelasan tujuan anggaran terhadap kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

Hipotesis dalam penelitian ini ialah kejelasan tujuan anggaran terhadap kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

Pengumpulan data primer dan sekunder dilakukan melalui kuesioner yang disebarkan kepada responden dan mengutipnya setelah jangka waktu dua minggu. Metode analisis yang digunakan adalah assosiatif kausal dengan menggunakan regresi linier sederhana.

Pada hipotesis hasi penelitian menunjukkan bahwa secara kejelasan tujuan anggaran berpengaruh posotif terhadap kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Pengujian kualitas data yang digunakan adalah validitas data dan uji reliabilitas. Uji asumsi klasik yang digunakan adalah uji normalitas, dan uji heterokedastisitas. Pengujian hipotesis yang digunakan adalah uji – t, dan adjusted

R2.

(7)

ABSTRACT

THE EFFECT OF BUDGET GOAL CLARITY TO THE PERFORMANCE SKPD PROVINCE OF NORTH SUMATERA

This study is aimed to see if the clarity of purpose influence performance budget SKPD North Sumatra Provincial government. Purpose of this research was to prove the influence of budget goal clarity to the performance SKPD North Sumatra Provincial government.

Hypothesis in this research is the clarity of purpose influence performance budget SKPD North Sumatra Provincial government.

Primary and secondary data collection through questionnaires distributed to respondents and pick it up after a period of two weeks. Analytical method used is causal assosiative by using simple linear regression.

The hypothesis of the research results showed that clarity of purpose influence performance budget SKPD North Sumatra Provincial government. Data quality was tested by using validity and reliability test. Classic assumption tests that being used were normality test, and heterocedastisity test. Hypothesis test that being used were, t – test, and adjusted R square.

(8)

KATA PENGANTAR

Skripsi ini berjudul “Pengaruh Kejelasan Tujuan Anggaran Terhadap

Kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara “. Penulis telah banyak

menerima bimbingan, saran, motivasi, dan doa dari berbagai pihak selama

penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan

terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan,

yaitu kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec., selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak., selaku Ketua

Departemen S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan

Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM, Ak., selaku Sekretaris Departemen S1

Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak., selaku Ketua Program Studi Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM,

Ak., selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas

Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak., selaku Dosen Pembimbing yang

telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing dan arahan

(9)

5. Bapak Drs. H. Arifin Akhmad, M.Si, Ak., selaku Dosen Pembaca Penilai yang

telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membaca dan menilai

skripsi ini.

6. Kedua orang tua saya, Ayahanda Suherman dan Ibunda Aswita, Kakakku

Renny Tania, S.Psi, Mila Amelia, S.Si dan Adikku Muhammad Fauzi yang

penulis sayangi yang telah memberikan semangat baik berupa moril maupun

materil.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu,

saran dan kritik yang membangun sangat peneliti harapkan dari para pembaca

untuk penulisan selanjutnya. Akhir kata, peneliti berharap semoga skripsi ini

bermanfaat bagi para pembacanya.

Medan, Maret 2012 Penulis

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR………... viii

DAFTAR LAMPIRAN……….. ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah………...… 1

1.2 Perumusan Masalah………...…... 5

1.3 Tujuan Penelitian ………...…….. 6

1.4 Manfaat Penelitian ………...……… 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis ………..…. 7

2.1.1 Pengertian Dan Fungsi Anggaran……….….…... 7

2.1.1.1 Pengertian Anggaran……….……… 7

2.1.1.2 Fungsi Anggaran……….….…. 8

2.1.2 Jenis-Jenis Anggaran ……….. 12

2.1.3 Kejelasan Tujuan Anggaran ... 13

2.1.4 Pengaruh Kejelasan Tujuan Anggaran Terhadap Kinerja SKPD ……… 16

2.1.5 Kinerja SKPD Pemerintah……….. 17

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ………... 19

2.3 Kerangka Konseptual Dan Hipotesis………... 21

2.3.1 Kerangka Konseptual ……….…… 21

2.3.2 Hipotesis Penelitian………... 23

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian………...……... 24

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian………...……… 25

(11)

3.6.2 Prosedur Pengumpulan Data………...…. 31

3.7 Teknik Analisis Data……….…………... 32

3.7.1 Teknik Analisis Data………..………... 32

3.7.2 Pengujian Kualitas Data………...………… 33

3.7.2.1 Uji Reliabilitas………...………... 33

3.7.2.2 Uji Validitas………...……….. 33

3.7.3 Pengujian Asumsi Klasik……….……….. 34

3.7.3.1 Uji Normalitas Data……….…....…… 34

3.7.3.2 Uji Heteroskedastisitas………...………… 35

3.7.4 Pengujian Hipotesis……….……… 36

3.7.4.1 Uji t………...…….. 36

3.7.4.2 Uji Koefisien Determinan (R2 4.1Gambaran Umum……….…………. 38

) ………. 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Sejarah Singkat Pemerintah Provinsi Sumatera Utara………... 38

4.1.2 Visi dan Misi Pemerintah Provinsi Sumatera Utara………...… 41

4.1.3 Keadaan Geografis……….…………... 44

4.2 Hasil Penelitian………..…………... 45

4.2.1 Statistik Deskriptif………... 45

4.2.1.1 Kejelasan Tujuan Anggaran (X)………... 45

4.2.1.2 Kinerja SKPD Pemerintah (Y)……….……. 47

4.2.2 Hasil Uji Kualitas Data ……… 50

4.2.2.1 Hasil Uji validitas dan reliabilitas Variabel Kejelasan Tujuan Anggaran (X)……… 51

4.2.2.2 Hasil Uji validitas dan reliabilitas variabel Kinerja SKPD (Y)………. 52

4.2.3 Hasil Uji Asumsi Klasik………. 53

4.2.3.1 Hasil Uji Normalitas Data………... 54

4.2.3.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas………... 56

4.2.4 Hasil Pengujian Hipotesis ... 58

4.2.4.1 Hasil Uji t ………. 59

4.2.4.2 Hasil Uji Koefisien Determinan (R2) ………… .. 60

4.3 Pembahasan ………... 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan……….…... 64

5.2 Keterbatasan Penelitian………... 65

5.3 Saran………... 65

DAFTAR PUSTAKA………... 67

(12)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

Tabel 2.1 Tinjauan penelitian terdahulu ……… 19

Tabel 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ……… 25

Tabel 3.2 Definisi Operasional Dan Skala Pengukuran Variabel …………. 26

Tabel 3.3 Daftar Populasi Penelitian………... 27

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Variabel Kejelasan Tujuan Anggaran ………. 45

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Variabel Kinerja SKPD Pemerintah ………... 47

Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Item Pertanyaan Variabel Kejelasan Tujuan Anggaran ……….. 51

Tabel 4.4 Hasil Uji Realibilitas Item Pertanyaan Variabel Kejelasan Tujuan Anggaran ………52

Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Item Pertanyaan Variabel Kinerja SKPD …….52

Tabel 4.6 Hasil Uji Realibilitas Item Pertanyaan Variabel Kinerja SKPD …. 53 Tabel 4.7 One Sample Kolmogorov Smirnov Test ………. 56

Tabel 4.8 Variabel Entered/Removed ………. 58

Tabel 4.9 Coefficient (a) ………. 59

(13)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka konseptual penelitian ……….. 21

Gambar 4.1 Histogram ……… 54

Gambar 4.2 Normal P-P plot ………. 55

Gambar 4.3 Scatterplot ………... 57

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

Lampiran i Tabulasi Hasil Kuesioner Kejelasan Tujuan Anggaran……. 70

Lampiran ii Tabulasi Hasil Kuesioner Kinerja SKPD ……….. 72

Lampiran iii Reliabilitas Kejelasan Tujuan Anggaran ………... 74

Lampiran iv Reliabilitas Kinerja SKPD ………. 75

Lampiran v Descriptive ………. 77

Lampiran vi Hasil Uji Normalitas ……….. 78

Lampiran vii Regresi ………... 79

Lampiran viii Hasil Uji Heteroskedastisitas ………. 81

Lampiran ix Kuesioner Penelitian ……….. 82

Lampiran x Struktur Organisasi ……… 85

(15)

ABSTRAK

PENGARUH KEJELASAN TUJUAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA SKPD PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah kejelesan tujuan anggaran berpengaruh terhadap kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan pengaruh kejelasan tujuan anggaran terhadap kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

Hipotesis dalam penelitian ini ialah kejelasan tujuan anggaran terhadap kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

Pengumpulan data primer dan sekunder dilakukan melalui kuesioner yang disebarkan kepada responden dan mengutipnya setelah jangka waktu dua minggu. Metode analisis yang digunakan adalah assosiatif kausal dengan menggunakan regresi linier sederhana.

Pada hipotesis hasi penelitian menunjukkan bahwa secara kejelasan tujuan anggaran berpengaruh posotif terhadap kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Pengujian kualitas data yang digunakan adalah validitas data dan uji reliabilitas. Uji asumsi klasik yang digunakan adalah uji normalitas, dan uji heterokedastisitas. Pengujian hipotesis yang digunakan adalah uji – t, dan adjusted

R2.

(16)

ABSTRACT

THE EFFECT OF BUDGET GOAL CLARITY TO THE PERFORMANCE SKPD PROVINCE OF NORTH SUMATERA

This study is aimed to see if the clarity of purpose influence performance budget SKPD North Sumatra Provincial government. Purpose of this research was to prove the influence of budget goal clarity to the performance SKPD North Sumatra Provincial government.

Hypothesis in this research is the clarity of purpose influence performance budget SKPD North Sumatra Provincial government.

Primary and secondary data collection through questionnaires distributed to respondents and pick it up after a period of two weeks. Analytical method used is causal assosiative by using simple linear regression.

The hypothesis of the research results showed that clarity of purpose influence performance budget SKPD North Sumatra Provincial government. Data quality was tested by using validity and reliability test. Classic assumption tests that being used were normality test, and heterocedastisity test. Hypothesis test that being used were, t – test, and adjusted R square.

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kinerja yang dicapai oleh suatu organisasi pada dasarnya adalah prestasi para

anggota organisasi itu sendiri, mulai dari tingkat atas sampai pada tingkat bawah.

Konsep kinerja pemerintah daerah sendiri muncul ketika institusi pemerintah

mulai mencoba mengenalkan konsep baru dalam pengelolaan urusan publik

menjadi good governance. Organisasi yang berhasil merupakan organisasi yang memiliki visi dan misi yang jelas serta terukur, bahwa visi dan misi tidak akan

bermakna ketika tidak teraktualisasikan dalam kinerja organisasi dalam kerangka

menciptakan good governance. Oleh karena itu, kinerja merupakan the ultimate goals dalam setiap organisasi publik. Visi dan Misi itu sendiri mencerminkan kejelasan tujuan anggaran secara teori dan diharapkan mampu diwujudkan dengan

kinerja organisasi yang baik. Menurut Kumorotomo (2005: 103), kinerja

organisasi publik adalah hasil akhir (output) organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, transparan dalam pertanggungjawaban, efisien, sesuai dengan

kehendak pengguna jasa informasi, visi dan misi organisasi, berkualitas, adil, serta

diselenggarakan dengan sarana dan prasarana yang memadai.

Penggunaan anggaran merupakan konsep yang sering dipergunakan untuk

melihat kinerja organisasi publik. Anggaran yang disusun harus dengan

pendekatan kinerja. Penerapan anggaran berbasis kinerja pada instansi pemerintah

di Indonesia dicanangkan melalui pemberlakuan UU No 17 Tahun 2003 tentang

(18)

Namun demikian, hingga saat ini masih sulit untuk melihat tolak ukur memadai

yang dapat dimanfaatkan untuk mengukur kinerja pemerintah daerah secara

komprehensif. Padahal tolak ukur ini sangat diperlukan untuk menjadi pedoman,

baik bagi pemerintah sendiri maupun pihak lain yang berkepentingan dalam

menilai kinerja pemerintah daerah (Nordiawan, 2006:11).

Perubahan paradigma anggaran daerah dilakukan untuk menghasilkan

anggaran daerah yang benar-benar mencerminkan kepentingan dan pengharapan

masyarakat daerah setempat terhadap pengelolaan keuangan daerah secara

ekonomis, efisien dan efektif. Reformasi anggaran daerah dimulai dengan

penyusunan anggaran daerah yang tidak lagi mengacu kepada PP No 6 Tahun

1975 tentang Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah,

Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah, dan Penyusunan Perhitungan

Anggaran Pendapatan dan Belanja. Perubahan kebijakan tentang anggaran terjadi

mengikuti perubahan kebijakan tersebut adalah dengan mulai diberlakukannya PP

No 105 Tahun 2000 (Yuwono dkk, 2005:64), selanjutnya diganti dengan PP No

58 Tahun 2005, yang diikuti dengan diterbitkannya Permendagri No 13 Tahun

2006.

Penetapan UU No 22 Tahun 1999 dan UU No 25 Tahun 1999 oleh

pemerintah, mengenai Pemerintah Daerah dan Pertimbangan Keuangan Antara

Pemerintah Pusat dan Daerah, berimplikasi pada tuntutan otonomi yang lebih luas

dan akuntabilitas publik yang nyata yang harus diberikan kepada pemerintah

daerah (Nordiawan, 2006:9). Selanjutnya, UU ini diganti dan disempurnakan

(19)

undang-undang tersebut telah merubah akuntabilitas atau pertanggungjawaban pemerintah

daerah dari pertanggungjawaban vertikal (kepada pemerintah pusat) ke

pertanggungjawaban horizontal (kepada masyarakat melalui DPRD). UU No

33/2004, pasal 72 dan Peraturan Pemerintah No 58 Tahun 2005, pasal 36

menyatakan bahwa Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), bisa Badan, Dinas,

Kantor dan unit lainnya, harus menyusun Rencana Kerja dan Anggaran SKPD

yang kemudian disebut RKA SKPD. Realisasi APBD, RKA SKPD merupakan

basis bagi manajer pimpinan SKPD dalam menjalankan tanggung jawab

kinerjanya.

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) merupakan instrumen manajemen

pembangunan daerah yang dipimpin oleh seorang kepala SKPD. Aspek-aspek

dalam manajemen pembangunan daerah terwadahi dalam satu atau beberapa

SKPD. Penyusunan kebijakan dan koordinasi diwadahi dalam sekretariat,

pengawasan diwadahi dalam bentuk inspektorat, perencanaan diwadahi dalam

bentuk badan, unsur pendukung dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan

daerah yang bersifat spesifik diwadahi dalam lembaga teknis daerah, sedangkan

aspek pelaksana urusan daerah diwadahi dalam dinas daerah. Kinerja SKPD

menentukan kinerja pada tiap aspek manajemen pembangunan daerah, yang pada

gilirannya, menentukan kinerja daerah dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat di

daerah.

Lingkup anggaran menjadi relevan dan penting di lingkungan pemerintahan

daerah. Hal ini terkait dengan dampak anggaran terhadap akuntabilitas

(20)

kepada masyarakat. Perencanaan dan penganggaran merupakan kegiatan yang

saling terintegrasi. Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) disusun

berdasarkan recana kerja daerah yang telah disusun baik Rencana Kerja Jangka

Panjang (RPJP), Rencana Kerja Jangka Menengah (RPJM) dan Rencana

Pembangunan Daerah (RKPD). Pada tingkat SKPD, anggaran juga disusun

berdasarkan rencana kerja menengah SKPD yang sering disebut Renstra SKPD.

Renstra SKPD dan RKPD menjadi acuan bagi SKPD untuk menyusun rencana

kerja (Renja) SKPD. Renstra SKPD disusun dengan cara “duduk bersama” para

anggota SKPD serta mengacu kepada RPJP da RPJM baik nasional maupun

daerah.

Draft Renja SKPD, khususnya Renja program pembangunan fisik disusun

berdasarkan data akurat hasil survey di lapangan. Draft Renja SKPD yang akan

dibahas pada Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) untuk

Tingkat Kabupaten/Kota, dibahas terlebih dahulu pada Forum SKPD. Pada Forum

SKPD, setiap SKPD memaparkan Renja SKPD dan mendiskusikan dengan pihak

kecamatan, untuk menyelaraskan program/kegiatan yang telah disusun SKPD

dengan hasil Musrenbang dari setiap kecamatan.

Sasaran maupun tujuan anggaran mengacu pada luasnya tujuan atau peran

penting anggaran tersebut yang dinyatakan secara spesifik, jelas, dan dimengerti

oleh siapa saja yang bertanggungjawab untuk menemukannya. Secara ambigu

dinyatakan bahwa kejelasan sasaran anggaran dapat mengarahkan kepada

kebingungan, ketegangan dan ketidakpuasan karyawan. Manajemen tingkat atas

(21)

memperbaiki anggaran yang dihubungkan dengan sikap, kinerja anggaran, dan

efisiensi biaya. Kejelasan sasaran anggaran menggambarkan seberapa luasnya

sasaran anggaran yang dinyatakan secara jelas dan spesifik dan dimengerti oleh

pihak yang bertanggung jawab terhadap pencapaiannya Kenis (1979) dalam

Suyanto (2011: 2).

Kejelasan sasaran anggaran dimaksud adalah berkenaan dengan luasnya

sasaran anggaran yang dinyatakan secara jelas, spesifik, dan dipahami oleh orang

yang bertanggung jawab terhadap pencapaian sasaran anggaran. Kejelasan sasaran

akan meningkatkan prestasi, karena jelas apa yang harus dilaksanakan untuk

mencapai sasaran anggaran. Begitu juga sasaran yang spesifik akan menghasilkan

prestasi yang lebih tinggi dari pada sasaran yang samar-samar (Dalimunthe dan

Siregar, 1994:79).

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul: “ Pengaruh Kejelasan Tujuan Anggaran Terhadap Kinerja SKPD

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara”.

1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah dari penelitian ini adalah: “apakah kejelasan tujuan

anggaran berpengaruh terhadap kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera

(22)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah penelitian, maka tujuan

dari penelitian ini adalah untuk membuktikan pengaruh kejelasan tujuan anggaran

terhadap kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu:

1. bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah kemampuan

intelektual, mengembangkan wawasan berfikir, dan memperdalam

pengetahuan penulis mengenai hubungan kejelasan tujuan anggaran dan

kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara,

2. bagi SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, penelitian ini menjadi

bahan referensi dan informasi untuk perbaikan kinerja SKPD Pemerintah

Provinsi Sumatera Utara di masa yang akan datang,

3. bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan bisa dijadikan bahan

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Pengertian dan Fungsi Anggaran

2.1.1.1Pengertian Anggaran

Penganggaran ialah proses penyusunan anggaran, yang dimulai

pembuatan panitia, pengumpulan dan pengklasifikasian data, pengajuan

rencana kerja fisik dan keuangan tiap-tiap seksi, bagian, divisi,

penyusunan secara menyeluruh, merevisi, dan mengajukan kepada

pimpinan puncak untuk disetuju dan dilaksanakan. Anggaran adalah

rencana kerja yang di tuangkan dalam angka-angka keuangan baik

jangka pendek maupun jangka panjang. Anggaran lazim disebut

perencanaan dan pengendalian laba yaitu proses yang ditujukan untuk

membantu manajemen dalam perencanaan dan pengendalian secara

efektif.

Peraturan pemerintah No 24 Tahun 2005, “anggaran merupakan

pedoman tindakan yang akan dilaksanakan pemerintah meliputi rencana

pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan yang diukur dalam

satuan rupiah, yang disusun menurut klasifikasi tertentu secara

sistematis untuk satu periode” (Nordiawan, 2006:11). Sumber lain

(24)

mendatang yang diwujudkan dalam bentuk kuantitatif, formal, dan

sistematis” (Rudianto, 2009: 3)

Menurut Bastian (2006:163) anggaran adalah pernyataan

perkiraan penerimaan dan pengeluaran yang diharapkan akan terjadi

dalam satu atau beberapa periode mendatang.

Menurut Freeman (2003) dalam Nordiawan (2006:48) anggaran

adalah sebuah proses yang dilakukan oleh organisasi sektor publik

untuk mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya ke dalam

kebutuhan-kebutuhan yang tidak terbatas.

Dari pengertian – pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan

bahwa anggaran adalah berisi rencana – rencana kerja organisasi di masa

mendatang, perkiraan penerimaan dan pengeluaran terjadi dalam satu

periode mendatang dan sebuah proses mengalokasikan sumber daya ke

dalam kebutuhan-kebutuhan.

2.1.1.2 Fungsi Anggaran

Anggaran sektor publik mempunyai beberapa fungsi utama

menurut Rudianto (2009:5) antara lain sebagai: alat perencanaan

pengorganisasian, menggerakkan, pengendalian.

1) Anggaran sebagai Alat Perencanaan

Anggaran sebagai alat perencanaan di dalam fungsi ini

berkaitan dengan segala sesuatu yang ingin dihasilkan dan

(25)

ditetapkan tujuan jangka panjang, jangka pendek, sasaran

yang ingin dicapai, strategi yang akan digunakan dan

sebagainya.

2)Anggaran sebagai Alat Pengorganisasian

Anggaran sebagai alat pengorganisasian berfungsi untuk

sesuatu yang ingin dihasilkan dan dicapai organisasi dimasa

depan telah ditetapkan, maka organisasi harus mencari

sumber daya yang dibutuhkan untuk merealisasikan rencana

yang telah ditetapkan tersebut.

3)Anggaran sebagai Alat Menggerakkan

Anggaran sebagai alat menggerakkan berfungsi untuk

sumber daya yang dibutuhkan diperoleh, maka tugas

manajemen selanjutnya adalah mengarahkan dan mengelola

setiap sumber daya yang telah dimiliki organisasi tersebut

agar dapat digunakan sesuai dengan fungsinya

masing-masing.

4)Anggaran sebagai Alat Pengendalian

Anggaran sebagai alat pengendalian digunakan untuk

berkaitan erat dengan upaya untuk menjamin bahwa setiap

sumber daya organisasi telah bekerja dengan efisien dan

(26)

Menurut Nordiawan (2006:48) beberapa fungsi anggaran

dalam manajemen organisasi sektor publik antara lain sebagai: alat

perencanaan, pengendalian, kebijakan, politik, koordinasi dan

komunikasi, penilai kinerja, serta komunikasi.

1) Anggaran sebagai alat perencanaan

Dengan adanya anggaran, organisasi tahu apa yang harus

dilakukan dan ke arah mana kebijakan yang dibuat.

2) Anggaran sebagai alat pengendalian

Dengan adanya anggaran organisasi sektor publik dapat

menghindari adanya pengeluaran yang terlalu besar

(overspending) atau adanya penggunaan dana yang tidak semestinya (misspending).

3) Anggaran sebagai alat kebijakan

Melalui anggaran organisasi sektor publik dapat

menentukan arah atas kebijakan tertentu. Contohnya adalah

apa yang dilakukan pemerintah dalam hal kebijakan fiskal,

apakah melakukan kebijakan fiskal ketat atau longgar

(27)

4) Anggaran sebagai alat politik

Dalam organisasi sektor publik, melalui anggaran dapat

dilihat komitmen pengelola dalam melaksanakan

program-program yang telah dijanjikan.

5) Anggaran sebagai alat koordinasi dan komunikasi

Melalui dokumen anggaran komprehensif sebuah bagian

unit atau kerja atau departemen yang merupakan

suborganisasi dapat mengetahui apa yang harus dilakukan

dan juga apa yang akan dilakukan oleh bagian/unit kerja

lainnya.

6) Anggaran sebagai alat penilai kinerja

Anggaran adalah suatu ukuran yang bisa menjadi patokan

apakah suatu bagian/unit kerja telah memenuhi target baik

berupa terlaksananya aktifitas maupun terpenuhinya

efisiensi biaya.

7) Anggaran sebagai alat komunikasi

Anggaran dapat digunakan sebagai alat komunikasi dengan

menjadikan nilai-nilai nominal yang tercantum sebagai

(28)

2.1.2 Jenis-Jenis Anggaran

Menurut Nordiawan (2006:50) jenis anggaran sektor publik terbagi lima berdasarkan jenis aktiva yaitu anggaran operasional dan anggaran modal, berdasarkan status hukumnya anggaran tentatif dan anggaran enacted, berdasarkan pemerintahan, kekayaan negara/dana anggaran dana umum dan anggaran dana khusus, anggaran tetap dan anggaran fleksibel, berdasarkan penyusunannya anggaran eksekutif dan anggaran legislatif.

1. Anggaran Operasional dan Anggaran Modal

Anggaran operasional adalah digunakan untuk merencanakan kebutuhan dalam menjalankan operasi sehari-hari (waktu satu tahun), sedangkan anggaran modal adalah menunjukkan rencana jangka panjang dan pembelanjaan atas aktiva tetap seperti gedung, peralatan, kendaraan, perabot dan sebagainya. 2. Anggaran Tentatif dan Anggaran Enacted

Anggaran tentatif adalah anggaran yang tidak memerlukan pengesahan dari lembaga legislatif karena kemunculannya yang di picu oleh hal-hal yang tidak di rencanakan sebelumnya, sedangkan anggaran enacted adalah anggaran yang di rencanakan kemudian di bahas dan di setujui oleh lembaga legislatif.

3. Anggaran Dana Umum dan Anggaran Dana Khusus

Anggaran dana umum adalah digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintahan yang bersifat umum dan sehari- hari, sedangkan anggaran dana khusus adalah di cadangkan atau dialokasikan khusus untuk tujuan tertentu.

4. Anggaran Tetap dan Anggaran Fleksibel

Anggaran tetap adalah apropriasi belanja sudah ditentukan jumlahnya di awal tahun anggaran, jumlah tersebut tidak boleh di lampauin meskipun ada peningkatan jumlah kegiatan yang di lakukan, sedangkan anggaran fleksibel adalah harga barang atau jasa per unit telah di tetapkan namun jumlah anggaran keseluruhan akan berfluktuasi berpengaruh pada banyaknya kegiatan yang di lakukan.

5. Anggaran Eksekutif dan Anggaran Legislatif

(29)

2.1.3 Kejelasan Tujuan Anggaran

Proses penganggaran daerah dengan pendekatan kinerja dalam

Kepmendagri No 13 Tahun 2006 membuat pedoman penyusunan

rancangan APBD yang dilaksanakan oleh tim anggaran eksekutif

bersama-sama unit organisasi perangkat daerah atau unit kerja. Secara

umum dapat diterangkan bahwa anggaran daerah disusun berdasarkan

rencana kerja daerah yang telah disusun baik rencana kerja jangka

panjang (RPJP), rencana kerja jangka menengah (RPJM), dan rencana

kerja pembangunan daerah (RKPD). Pada tingkat SKPD, anggaran juga

disusun berdasarkan rencana jangka menengah SKPD yang sering

disebut renstra SKPD. Renstra SKPD dan RKPD menjadi acuan bagi

SKPD untuk menyusun rencana kerja (renja) SKPD. Renstra SKPD

disusun dengan cara rapat para anggota SKPD serta mengacu kepada

RPJP dan RPJM baik nasional maupun daerah. Satuan kerja perangkat

daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah perangkat daerah pada

pemerintah daerah selaku pengguna anggaran atau pengguna barang.

Menurut Bastian (2006:17) Permendagri No. 13 Tahun 2006, pasal 10,

kepala SKPD selaku pejabat pengguna anggaran/pengguna barang

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf c mempunyai tugas:

a. menyusun RKA-SKPD, b. menyusun DPA-SKPD,

c. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban anggaran belanja,

d. melaksanakan anggaran SKPD yang dipimpinnya,

(30)

g. mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama dengan pihak lain dalam batas anggaran yang telah ditetapkan,

h. menandatangani SPM,

i. mengelola utang dan piutang yang menjadi tanggung jawab SKPD yang dipimpinnya,

j. mengelola barang milik daerah/kekayaan daerah yang menjadi tanggung jawab SKPD yang dipimpinnya,

k. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan SKPD yang dipimpinnya,

l. mengawasi pelaksanaan anggaran SKPD yang dipimpinnya,

m. melaksanakan tugas-tugas pengguna anggaran/pengguna barang lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh kepala daerah, dan n. bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kapada kepala daerah

melalui sekretaris daerah.

Selanjutnya, pejabat pengguna anggaran/pengguna barang dalam

melaksanakan tugas-tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dapat

melimpahkan sebagian/seluruh kewenangannya kepada unit kerja pada

SKPD selaku kuasa pengguna anggaran/kuasa pengguna barang.

Pelimpahan sebagian kewenangannya sebagaimana tersebut sebelumnya

berdasarkan pertimbangan tingkatan daerah, besaran SKPD, besaran

jumlah uang yang dikelola, beban kerja, lokasi, kompetensi dan/atau

rentang kendali dan pertimbangan objektif lainnya.

Menurut Herzberg (1959:80) dalam Dalimunthe dan Siregar

(1994:80) sasaran yang tidak jelas menimbulkan keraguan-keraguan bagi

manajer dalam bertindak, karena ia tidak tahu apakah tindakannya

mengarah kepada pencapaian tujuan. Keragu-raguan manajer ini tentu

akan menimbulkan ketidakpuasan. Tidak adanya jaminan pekerjaan akan

menyebabkan ketidakpuasan sebagaimana diungkapkan dalam dalam

(31)

Menurut Kepmendagri No. 13 Tahun 2006, pasal 89, isi dari

pedoman penyusunan RKA-SKPD ini yaitu:

a. prioritas dan plafon anggaran (PPA) yang dialokasikan untuk setiap program SKPD berikut rencana pendapatan dan pembiayaan,

b. sinkronisasi program dan kegiatan antara SKPD dengan kinerja SKPD berkenaan sesuai dengan standar pelayanan yang ditetapkan, c. batas waktu penyampaian RKA-SKPD kepada PPKD,

d. hal-hal lainnya yang perlu mendapatkan perhatian dari SKPD terkait dengan prinsip-prinsip peningkatan efisiensi, efektivitas, transparansi, dan akuntabilitas penyusunan anggaran dalam rangka pencapaian prestasi kerja,

e. dokumen sebagai lampiran meliputi KUA, PPA, kode rekening APBD, format RKA_SKPD, analisis standar belanja, dan standar satuan harga.

Dokumen pelaksanaan anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat

DPA-SKPD adalah dokumen yang memuat pendapatan, belanja dan

pembiayaan yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan anggaran oleh

penggunaan anggaran. PPA adalah program prioritas dan patokan batas

maksimal anggaran yang diberikan kepada SKPD untuk setiap program

sebagia acuan dalam penyusunan RKA-SKPD setelah disepakati dengan

DPRD. Rencana kerja dan anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat

RKA-SKPD adalah dokumen perencanan dan penganggaran yang berisi

rencana pendapatan, rencana belanja program dan kegiatan SKPD serta

rencana pembiayaan sebagai dasar penyusunan APBD. Pengguna

anggaran adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran

(32)

2.1.4 Pengaruh Kejelasan Tujuan Anggaran Terhadap Kinerja SKPD

Kejelasan tujuan dapat meningkatkan kinerja, sedangkan kurangnya

kejelasan mengarah pada kebingungan dan ketidakpuasan para pelaksana,

yang berakibat pada penurunan kinerja. Beberapa penelitian mendukung

pengaruh positif kejelasan tujuan terhadap kinerja. Manajer yang bekerja

tanpa tujuan yang jelas akan dihadapkan pada tingginya ketidakpastian atas

pencapaian tujuan yang ditetapkan sebelumnya. Berdasarkan landasan teori

dan temuan empiris di atas, karena kejelasan tujuan anggaran diharapkan

akan meningkatkan kinerja individu yang terlibat di dalamnya.

Kejelasan sasaran anggaran dimaksud adalah berkenaan dengan luasnya

sasaran anggaran yang dinyatakan secara jelas, spesifik, dan dipahami oleh

orang yang bertanggung jawab terhadap pencapaian sasaran anggaran.

Kejelasan sasaran akan meningkatkan prestasi, karena jelas apa yang harus

dilaksanakan untuk mencapai sasaran anggaran. Begitu juga sasaran yang

spesifik akan menghasilkan prestasi yang lebih tinggi dari pada sasaran yang

samar-samar (Dalimunthe dan Siregar, 1994:79).

Menurut Locke (1968:79) dalam Dalimunthe dan Siregar (1994:79),

sasaran yang disadari adalah determinan utama perilaku. Dengan kata lain

sasaran yang disadari akan mengatur perilaku. Perilaku ini akan berlangsung

terus untuk mencapai penyelesaian. Hasil penelitian Latham dan Yuk

(1975:79), Steers (1976:79), Ivancevich (1976:79) dalam Dalimunthe dan

(33)

sasaran anggaran dengan kepuasan kerja dan keterikatan sasaran serta

pencapaian sasaran.

2.1.5 Kinerja SKPD Pemerintah

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) merupakan pusat

pertanggungjawaban yang dipimpin oleh kepala satuan kerja dan bertanggung

jawab atas entitasnya, misalnya: dinas kesehatan, dinas pendidikan, dinas

pemuda dan olahraga dan lainnya. Kumorotomo (2005:103), mengungkapkan

kinerja organisasi publik adalah “hasil akhir (output) organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, transparan dalam pertanggungjawaban, efisien,

sesuai dengan kehendak pengguna jasa organisasi, visi dan misi organisasi,

berkualitas, adil, serta diselenggarakan dengan sarana dan prasarana yang

memadai”. Mahsun (2006:198), mengungkapkan bahwa:

pengukuran kinerja pemerintah daerah diarahkan pada masing-masing satuan kerja yang telah diberi wewenang mengelola sumber daya sebagaimana bidangnya, setiap satuan kerja adalah pusat pertanggungjawaban yang memiliki keunikan sendiri-sendiri, dengan demikian perumuan indikator kinerja tidak bisa seragam untuk diterapkan pada semua Satun Kerja yang ada, namun demikian, dengan pengukuran kinerja setiap satuan kerja ini harus tetap dimulai dari pengidentifiksian visi, misi, falsafah, kebijakan, tujuan, sasaran, program, anggaran serta tugas dan fungsi yang telah ditetapkan.

Bastian (2006:267), “indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan

kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan

(34)

Lebih lanjut Bastian (2006:267) menjelaskan bahwa syarat-syarat indikator

kinerja adalah sebagai berikut:

a. spesifikasi jelas, dan tidak ada kemungkinan kesalahan interpretasi, b. dapat diukur secara objektif baik yang bersifat kuantitatif maupun

kualitatif dan relevan,

c. dapat dicapai, penting, dan harus berguna untuk menunjukkan keberhasilan masukan, proses keluaran, hasil, manfaat serta dampak, d. harus cukup fleksibel dan sensitif terhadap perubahan/penyesuaian

pelaksanaan dan hasil pelaksanaan kegiatan efektif.

Whittaker (1993) dalam Bastian (2006: 274) mengungkapkan

“pengukuran/penilaian kinerja adalah suatu alat manajemen untuk

meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas”. Lain halnya

menurut Bastian (2006: 276), “aspek yang diukur dalam pengukuran kinerja

adalah aspek finansial, kepuasan pelanggan, operasi dan bisnis interal,

kepuasan pegawai, kepuasan komunitas dan shareholders, serta waktu”.

Berdasarkan UU No. 17 Tahun 2003, maka penyusunan anggaran dilakukan

dengan mengintegrasikan program dan kegiatan masing-masing satuan kerja

di lingkungan pemerintah daerah untuk mencapai sasaran dan tujuan yang

ditetapkan. Dengan demikian, akan tercipta sinergi dan rasionalitas yang

tinggi dalam mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk memenuhi

(35)

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian ini mendapat ide dan pengetahuan dari penelitian terdahulu yang

beragam. Penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terahulu Peneliti Variabel Peneliti Hasil Penelitian

Elizar anggaran telah diterapkan pada perguruan tinggi swasta di Kota Medan.

2. Partisipasi penyusunan anggaran mempunyai pengaruh positif

1. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara partisipasi anggaran dan senjangan anggaran secara langsung.

2. Tidak terdapat pengaruh komitmen organisasi terhadap hubungan antara partisipasi anggaran dan senjangan anggaran.

1. Partisipasi anggaran berpengaruh negatif dengan kinerja manajerial. 2. Motivasi anggaran berpengaruh

positif dengan kinerja manajerial.

Peneliti Sinambela (2003) melakukan studi empiris pada Perguruan Tinggi

Swasta Kota Medan. Penelitian ini menggunakan variabel independen yaitu

partisipasi anggaran dan variabel dependen kinerja manajerial. Metode analisis

data dalam penelitian ini adalah analisa regresi sederhana. Hasil dari penelitian ini

menunjukkan bahwa partisipasi penyusunan anggaran mempunyai pengaruh

(36)

Minan (2005) melakukan penelitian pada Perguruan Tinggi Swasta di Kota

Medan. Penelitian ini menghubungkan dua variabel independen yaitu komitmen

organisasi dan partisipasi anggaran dengan satu variabel dependennya senjangan

anggaran. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan

yang signifikan antara partisipasi anggaran dan senjangan anggaran secara

langsung dan tidak terdapat pengaruh komitmen organisasi terhadap hubungan

antara partisipasi anggaran dan senjangan anggaran.

Nasution (2006) melakukan penelitian pada pegawai SKPD Pemerintah Kota

Binjai. Penelitian ini menghubungkan dua variabel independennya yaitu

partisipasi anggaran dan motivasi pegawai dengan satu variabel dependennya

kinerja manajerial, bahwa partisipasi anggaran berpengaruh negatif dengan

kinerja manejerial sedangkan motivasi memberikan pengaruh positif terhadap

kinerja manejerial.

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian terdahulu Nasution (2006) yang

menguji pengaruh partisipasi anggaran dan motivasi pegawai terhadap kinerja

manajerial. Perbedaan penelitian ini menggunakan variabel independennya

mengenai kejelasan tujuan anggaran, oleh karena itu penelitian sebelumnya

dilakukan pada 51 SKPD pada Pemko Binjai dengan menyerahkan kuesioner

kepada 45 pegawai, peneliti ingin menguji ulang pengaruh kejelasan tujuan

anggaran terhadap kinerja SKPD Provinsi Sumatera Utara, agar bisa melihat

(37)

2.3Kerangka Konseptual dan Hipotesis

2.3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan sintesis atau ekstrapolasi dari

kejadian teori yang mencerminkan keterkaitan antara variabel yang diteliti dan

merupakan tuntunan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan

hipotesis dan merupakan tempat penelitian serta merumuskan hipotesis dan

merupakan tempat peneliti memberikan penjelasan tentang hal-hal yang

berhubungan dengan variabel ataupun masalah yang ada dalam penelitian.

Penelitian ini merupakan suatu kajian yang berangkat dari berbagai

konsep teori kejelasan tujuan anggaran menggambarkan seberapa luasnya

tujuan anggaran yang dinyatakan secara jelas dan spesifik dan dimengerti oleh

pihak yang bertanggungjawab terhadap pencapaiannya Kenis (1979) dalam

Suyanto (2011:2) dan kajian penelitian yang mendahuluinya. Penelitian ini

menggunakan satu variabel penelitian yaitu kejelasan tujuan anggaran serta

satu variabel dependen yaitu kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera

Utara. Berikut ini gambar kerangka konseptual dari penelitian yang saya

lakukan.

Gambar 2.1 Kerangka konseptual penelitian KEJELASAN TUJUAN

ANGGARAN (X)

KINERJA SKPD PEMPROVSU

(38)

Secara teoritis kejelasan sasaran anggaran adalah berkenaan dengan

luasnya sasaran anggaran yang dinyatakan secara jelas, spesifik, dan dipahami

oleh orang yang bertanggung jawab terhadap pencapaian sasaran anggaran.

Kejelasan sasaran akan meningkatkan prestasi, karena jelas apa yang harus

dilaksanakan untuk mencapai sasaran anggaran. Begitu juga sasaran yang spesifik

akan menghasilkan prestasi yang lebih tinggi dari pada sasaran yang samar-samar

(Dalimunthe dan Siregar, 1994:79). Dengan adanya kejelasan dalam tujuan

anggaran mempunyai pengaruh yang kuat terhadap prestasi kerja, mengatur

perilaku, dan kepuasan kerja. Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah

dilakukan sebelumnya bahwa kejelasan tujuan anggaran berpengaruh positif

terhadap prestasi kerja dan kepuasan kerja. Dengan demikian, kinerja SKPD

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Y) itu sendiri dapat dipengaruhi oleh

kejelasan tujuan anggaran (X), dan dari alasan-alasan logis bahwa kejelasan

tujuan anggaran adalah dimana tujuan anggaran tersebut harus dijelaskan dan

dimengerti oleh pihak yang bertindak terhadap pencapaian tujuan anggaran.

Sasaran yang tidak jelas akan menimbulkan keragu-raguan bagi pihak yang

bertindak karena ia tidak tahu apakah tindakannya mengarah kepada pencapaian

tujuan. Keragu-raguan pihak ini tentu akan menimbulkan ketidakpuasan. Tidak

(39)

2.3.2Hipotesis Penelitian

Hipotesis menurut Sugiyono (2004:51) merupakan jawaban sementara

terhadap rumusan masalah penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti

merumuskan hipotesis yaitu kejelasan tujuan anggaran berpengaruh terhadap

(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif kausal, yaitu

penelitian yang berguna untuk mengukur hubungan-hubungan antara variabel riset

atau berguna untuk menganalisis bagaimana satu variabel mempengaruhi variabel

lain (Umar, 2003:30). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan

membuktikan apakah ada pengaruh antara kejelasan tujuan anggaran sebagai

variabel independen terhadap kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara

sebagai variabel dependen.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Untuk keperluan dalam penelitian, penulis melakukan riset pada Pemerintah

Provinsi Sumatera Utara. Dalam melakukan penelitian, waktu penelitian yang

dilakukan adalah selama lima bulan. Awal minggu ketiga bulan September 2011,

penulis mengajukan judul skripsi yang akan diteliti. Kemudian judul yang penulis

ajukan disetujui oleh ketua jurusan akuntansi pada minggu ketiga bulan Desember

2011. Dalam minggu yang sama, yaitu minggu ketiga bulan Desember 2011

penulis telah membuat, melakukan bimbingan dan mengajukan proposal yang

telah penulis buat. Bimbingan proposal ini berlangsung selama dua minggu, atau

sampai minggu keempat pada bulan Desember 2011.

Setelah proposal skripsi disetujui, pada minggu kedua sampai minggu

(41)

melakukan penyebaran kuesioner pada seluruh SKPD Pemerintah Provinsi

Sumatera Utara. Kuesioner yang telah dibagikan dan kembali ke penulis

kemudian diolah dengan menggunakan SPSS versi 17 pada minggu pertama dan

kedua pada bulan Februari 2012. Pada minggu kedua bulan Februari 2012, penulis

juga telah melakukan bimbingan terhadap hasil olahan data yang telah diperoleh

tersebut. Kemudian minggu pertama dan kedua bulan Maret 2012 penulis

melakukan bimbingan dan perbaikan – perbaikan terhadap skripsi yang penulis

buat, sehingga pada minggu ketiga bulan Maret 2012 skripsi ini selesai

dikerjakan. Untuk mempermudah, waktu penelitian yang penulis lakukan dapat

dilihat pada tabel 3.1. Penelitian dilakukan di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara

yang ada di kota Medan.

Tabel 3.1

(42)

3.3 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel Penelitian

Berikut ini dapat dilihat dalam tabel mengenai definisi operasional dan

pengukuran masing-masing variabel penelitian.

Tabel 3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel Definisi Operasional Pengukuran Skala Independen:

Kejelasan Tujuan Anggaran

Tujuan anggaran saya jelas dan terperinci, Saya kira tujuan anggaran saya mendua dan tidak jelas, Saya sangat memahami yang mana dari tujuan anggaran sayalebih penting dari yang lain.

Menggunakan indikator-indikator yang dikembangkan oleh Kennis, Izzetin (1979), yang terdiri dari tiga pertanyaan dengan pertanyaan dengan 9 skala likert.

Interval

Variabel penelitian terdiri dari variabel independen dan dependen. Variabel

yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel kejelasan tujuan anggaran

sebagai variabel independen dan kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera

Utara sebagai variabel dependen.

Variabel kejelasan tujuan anggaran sebagai variabel independen diukur

dengan menggunakan indikator yang dikembangkan oleh Kennis (1979), meliputi:

tujuan anggaran saya jelas dan terperinci, Saya kira tujuan anggaran saya mendua

dan tidak jelas, Saya sangat memahami yang manyadari tujuan anggaran saya

(43)

dependen diukur dengan menggunakan indikator yang dikembangkan oleh

Mahoney et. al (1963:12), meliputi: perencanaan, investigasi, pengkoordinasian,

pengaturan, staffing, perwakilan, pengawasan, dan evaluasi.

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian 3.4.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah suatu kelompok dari elemen penelitian, dimana

elemen adalah unit terkecil yang merupakan sumber dari data yang

diperlukan (Helmi, 2008:128). Penelitian ini menggunakan instansi

perangkat daerah sebagai unit analisis. Rincian SKPD yang ada di

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara sejumlah 45 responden yang bertanda

centang dapat dilihat pada tabel 3.3.

Tabel 3.3 SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara

No SKPD Keterangan

1. Sekretariat Daerah X

2. Sekretariat DPRD X

3. Biro Pemerintahan Umum 

4. Biro Otonomi Daerah 

5. Biro Organisasi dan Tata Laksana 

6. Biro Perekonomian 

7. Biro Administrasi Pembangunan 

8. Biro Hukum 

9. Biro Bina Kemasyarakatan dan Sosial 

(44)

11. Biro Umum 

12. Biro Perlengkapan & Pengelolaan Aset 

13. Biro Keuangan 

14. Inspektorat Provinsi 

15. Bappeda 

16. Badan Diklat 

17. Badan Lingkumgan Hidup 

18. Badan Penanaman Modal dan Promosi 

19. Badan Penelitian dan Pengembangan 

20. Badan Kepegawaian Daerah 

21. Badan Pemberdayaan Masyarakat 

22. Badan Kesatuan Bangsa dan Linmas 

23. Badan Ketahanan Pangan 

24. Badan Perpus, Arsip, dan Dokumentasi 

25. Badan Pelayanan Perizinan Terpadu 

26. Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan

27. Badan Penanggulangan Bencana Daerah X

28. Kantor Penghubung X

29. Kantor Satuan Polisi Pamong Praja 

30. Komisi Penyiaran Daerah Indonesi Daerah 

31. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi 

32. Dinas Penataan Ruang dan Pemukiman 

33. Dinas Kesehatan 

34. Dinas Pendidikan 

(45)

36. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata 

37. Dinas Kehutanan 

38. Dinas Pertambangan dan Energi 

39. Dinas Perhubungan 

40. Dinas Perindustrian dan Perdagangan 

41. Dinas Koperasi dan UKM 

42. Dinas Bina Marga 

43. Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air 

44. Dinas Pendapatan 

45. Dinas Pemuda Olah Raga X

46. Dinas Perkebunan 

47. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan 

48. Dinas Kelautan dan Perikanan 

49. Dinas Komunikasi dan Informasi 

50. Dinas Pertanian 

51. Rumah Sakit Jiwa Daerah X

Sumber : Pemerintah Provinsi Sumatera Utara 2011

3.4.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah suatu bagian dari populasi yang akan diteliti dan yang

dianggap dapat menggambarkan populasinya (Helmi, 2008:125). Metode

pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan metode sensus, dimana informasi dikumpulkan dengan

(46)

responden adalah Staf seperti Biro, Badan, Kantor, Dinas yang ada di

masing-masing SKPD di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

3.5 Jenis Data

Penelitian ini menggunakan data primer berupa jawaban atas kuesioner yang

diberikan. Kuesioner diambil dari penelitan sebelumnya yang telah teruji.

Instrumen dalam kuesionerkejelasan tujuan anggaran diadopsi dari Kenis (1979),

dan kuesioner kinerja diadopsi dari Mahoney (1979). Data sekunder yang

digunakan berupa data yang telah diolah yang diperoleh dari pemerintah seperti

sejarah ringkas Pemerintahan Sumatera Utara. Dimensi waktu penelitian adalah

cross sectional yaitu melibatkan satu waktu tertentu dengan banyak sampel.

3.6 Metode dan Prosedur Pengumpulan Data 3.6.1 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini

dengan menggunakan teknik kuesioner dan teknik wawancara. Kuesioner

merupakan serangkaian pertanyaan yang tersusun secara sistematis dan

standar sehingga pertanyaan yang sama dapat diajukan kepada setiap

(47)

3.6.2 Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data atau pengiriman kuesioner sebagai

berikut ini.

1. sebelum pembagian kuesioner, dilakukan pengajuan surat izin dari

universitas kepada SKPD yang menjadi objek penelitian,

2. kuesioner langsung diantar ke responden dan diserahkan kepada

semua sampel,

3. kuesioner dikumpul setelah 4 minggu,

4. jika ada responden yang belum mengumpulkan kuesioner maka

mereka diberikan waktu 2 hari,

5. setelah batas waktu yang telah ditentukan dan kuesioner telah

dikembalikan oleh responden, maka peneliti akan mengolah data

jika jumlah data yang terkumpul sudah lebih dari 30, tetapi jika

data belum mencukupi, maka akan dicoba kembali untuk

mengirimkan kuesioner kepada responden yang belum

(48)

3.7 Teknik Analisis Data 3.7.1 Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini terdiri dari statistik deskriptif

mengenai variabel penelitian, pengujian hipotesis dan pembahasan hasil

penelitian. Untuk memberikan gambaran tentang variabel penelitian yaitu

kejelasan tujuan anggaran dan kinerja SKPD Pemerintah Provinsi

Sumatera Utara, peneliti menggunakan tabel statistik deskriptif, yang

menggambarkan mean, standar deviasi, jumlah jawaban keseluruhan dari

responden serta jumlah jawaban minimum dan maksimum.Untuk menguji

hipotesis, metode analisis data yang digunakan adalah Analisis Regresi

Linier Sederhana, karena menyangkut sebuah variabel independen dan

sebuah variabel dependen. Disamping itu, metode analisis ini digunakan

untuk melihat hubungan antara kedua variabel tersebut. Model persamaan

regresi untuk menguji hipotesis, dengan formulasi sebagai berikut :

Keterangan

Y = Kinerja SKPD

a = Konstanta

X = Kejelasan tujuan anggaran

b = Koefisien regresi

e = Tingkat kesalahan pengganggu

(49)

Dalam menganalisis data, digunakan program SPSS (Statistic Product and Service Solution) release 17.

3.7.2 Pengujian Kualitas Data 3.7.2.1 Uji Reliabilitas

Uji reabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner

yang merupakan indicator dari variable atau konstruk. Suatu

kuesioner dikatakan reliable apabila jawaban seseorang terhadap

pernyataan adalah konsisten. Tujuan pengujian ini untuk melihat

reliabilitas masing-masing instrumen yang digunakan dengan

koefisien cronbach alpha. “Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai cronbach alpha > 0,6” Nunnally (1960:45) dalam Ghozali (2006:45). Pengujian reliabilitas dilakukan

dengan menggunakan program SPSS.

3.7.2.2 Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid

tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika

pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu

yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2006:49).

Kriteria pengujian validitas adalah sebagai berikut ini.

1) Jika r hitung positif r hitung > r table maka butir pertanyaan

(50)

2) Jika r hitung negatif dan r hitung < r tabel maka butir

pertanyaan tersebut tidak valid.

3.7.3 Pengujian Asumsi Klasik 3.7.3.1 Uji Normalitas Data

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi

normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak

valid untuk jumlah sampel kecil. Uji normalitas dilakukan untuk

menentukan alat statistik yang dilakukan. Jika data yang diperoleh

itu terdistribusi normal dan variansinya sama, maka pengujian

hipotesis dilakukan dengan alat statistik parametrik. Jika data yang

diperoleh itu tidak terdistribusi normal atau variansinya tidak sama,

maka pengujian hipotesis dilakukan dengan alat statistik

nonparametik. Pengujian normalitas data dilakukan dengan melihat

grafik penyebaran data. Karakteristik grafik histogram adalah bahwa

pada grafik histogram memberikan pola distribusi yang menceng

(skewness) ke kiri dan tidak normal, sedangkan pada grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal, serta

penyebarannya agak jauh dari garis diagonal. Pengujian normalitas

data juga dengan melakukan uji Kolmogorov-Smirnov (Uji K-S).

(51)

terdistribusi normal. Jika nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 maka

distribusi data adalah tidak normal (Ghozali, 2006:147).

3.7.3.2 Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik

adalah tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2006:125). Cara

mendeteksi ada tidaknya gejala heteroskedastisitas adalah dengan

melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot di sekitar

nilai X dan Y. Jika ada pola tertentu itu maka telah terjadi gejala

heteroskedastisitas.

Uji asumsi klasik yang digunakan hanya terbatas pada kedua

uji di atas, sedangkan uji autokorelasi dan uji miltikolinearilitas tidak

digunakan. Hal ini dikarenakan menurut (Ghozali, 2006:160) uji

autokorelasi hanya digunakan untuk data penelitian yang berdimensi

(52)

3.7.4 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis ditujukan untuk menguji ada tidaknya pengaruh

dari variabel independen terhadap variabel dependen. Hipotesis penelitian

diuji dengan menggunakan analisa regresi sederhana.

3.7.4.1 Uji Signifikan t

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh

pengaruh satu variabel independen secara individual dalam

menerangkan variabel dependen (Ghozali, 2006:88). Berikut ini

bentuk pengujiannya.

- Ho: b1 =

- H

0, artinya suatu variabel independen bukan

merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel

dependen.

a: b1

yang signifikan terhadap variabel dependen.

≠ 0, artinya variabel tersebut merupakan penjelas

- Kriteria pengambilan keputusan: jika probabilitas < 0.05,

maka Ha diterima dan jika probabilitas > 0.05, maka Ha

ditolak.

3.7.4.2 Koefisien Determinasi (R2

Koefisien determinasi (R

) 2

) digunakan untuk mengukur

seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi

(53)

adalah antara nol sampai dengan satu (0 ≤ R2≤ 1). Hal ini berarti bila R2 = 0 menunjukkan tidak adanya pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen, bila R2 semakin besar mendekati 1 menunjukkan semakin kuatnya pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen dan bila R2 semakin kecil mendekati nol maka dapat dikatakan semakin kecilnya pengaruh

variabel independen terhadap variabel dependen.

(54)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum

4.1.1 Sejarah Singkat Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara

Pada zaman pemerintahan Belanda, Sumatera Utara merupakan

suatu pemerintahan yang bernama Gouvernement Van Sumatera yang

meliputi seluruh sumatera yang dikepalai oleh seorang Gubernur

berkedudukan di Medan. Sumatera Utara terdiri dari daerah-daerah

administratif yang dinamakan keresidenan. Pada sidang I Komite Nasional

Daerah (KND) Provinsi Sumatera Utara diputuskan untuk dibagi menjadi 3

sub Provinsi yaitu sub Provinsi Sumatera Utara (yang terdiri dari

Keresidenan Aceh, Keresidenan Sumatera Timur, dan Keresidenan

Tapanuli), sub Provinsi Sumatera Tengah dan sub Provinsi Sumatera

Selatan.

Melalui Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1948 tanggal 15 April

1948 pemerintah menetapkan Sumatera menjadi 3 Provinsi yang

masing-masing berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri yaitu

Sumatera Utara, Sumatera Tengah dan Sumatera Selatan. Dan pada tanggal

15 selanjutnya ditetapkan menjadi hari jadi Provinsi Sumatera Utara.

Awal tahun 1949 diadakan reorganisasi pemerintah di Sumatera.

(55)

22/Pem/PDRI jabatan Gubernur Sumatera Utara ditiadakan, selanjutnya

dengan ketetapan Pemerintah Darurat RI tanggal 17 Desember 1949

dibentuk Provinsi Aceh dan Provinsi Tapanuli/Sumatera Timur kemudian

dengan peraturan pemerintah pengganti Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1950 tanggal 14 Agustus 1950, ketetapan ini dicabut dan kembali dibentuk

Provinsi Sumatera Utara.

Sumatera Utara tersohor karena luas perkebunannya, hingga kini,

perkebunan tetap menjadi primadona perekonomian provinsi. Perkebunan

tersebut dikelola oleh perusahaan swasta maupun Negara. Sumatera utara

menghasilkan karet, coklat, teh, kelapa sawit, kopi, cengkeh, kelapa, kayu

manis dan tembakau. Perkebunan tersebut tersebar di Deli Serdang,

Langkat, Simalungun, Asahan, Labuhan Batu, dan Tapanuli Selatan.

Komoditas tersebut telah diekspor ke berbagai Negara dan

memberikan sumbangan devisa yang sangat besar bagi Indonesia. Selain

komoditas perkebunan, Sumatera Utara juga dikenal sebagai penghasil

komoditas holtikultura (sayur-sayuran dan buah-buahan); misalnya Jeruk

Medan, Jambu Deli, Salak, Sayur Kol, Tomat, Kentang dan Wortel yang

dihasilkan oleh Kabupaten Karo, Simalungun, dan Tapanuli Utara. Produk

holtikultura tersebut telah diekspor ke Malaysia dan Singapura.

Pemerintah Sumatera Sumatera Utara juga sudah membangun

berbagai prasarana dan infrastruktur untuk memperlancar perdagangan baik

(56)

provinsi lain. Sektor swasta juga terlibat dengan mendirikan berbagai

properti untuk pedagangan, perkantoran, hotel dan lain-lain. Tentu saja

sektor lain, seperti koperasi, pertambangan dan energi, industri, pariwisata,

pos dan telekomunikasi, transmigrasi dan sektor sosial kemasyarakatan juga

ikut dikembangkan. Untuk memudahkan koordinasi pembangunan, maka

Sumatera Utara dibagi kedalam empat wilayah pembangunan.

Sumatera Utara merupakan provinsi yang ke empat terbesar jumlah

penduduknya di Indonesia setelah Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa

Tengah. Menurut hasil pencacahan lengkap Sensus Penduduk (SP) 1990,

penduduk Sumatera Utara pada tanggal 31 Oktober 1990 (hari sensus)

berjumlah 10,81 juta jiwa dan pada tahun 2002, jumlah penduduk Sumatera

Utara diperkirakan sebesar 11,85 juta jiwa. Kepadatan penduduk Sumatera

Utara tahun 1990 adalah 143 jiwa per km2 dan tahun 2002 meningkat menjadi 165 jiwa per km2, sedangkan laju pertumbuhan penduduk Sumatera Utara selama kurun waktu tahun 1990-2000 adalah 1,20 persen per tahun.

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Sumatera Utara setiap

tahunnya tampak berfluktuasi. Pada tahun 2000, TPAK di daerah ini sebesar

57,34 persen, tahun 2001 naik menjadi 57,70 persen dan tahun 2002 naik

(57)

4.1.2 Visi dan Misi Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara

Visi Sumatera Utara “ Sumatera Utara yang maju dan sejahtera dalam

harmoni keberagaman”. Pemahaman terhadap visi tersebut adalah sebagai

berikut :

1. Sumatera Utara yang Maju

Bermakna masyarakatnya berpengetahuan dan sabar akan

kebutuhan secara individual atau kelompok, serta menggunakan

akal sehat dapat mengikuti dan menyesuaikan dengan

perkembangan nasional dan global, namun tetap mempertahankan

ciri dan identitas masyarakat Sumatera Utara yang majemuk serta

bijaksana menghargai adat.

2. Sumatera Utara yang Sejahtera

Adalah masyarakat yang terpenuhinya kebutuhan secara lahir dan

batin berdasarkan keperluan baik individu maupun kelompok yang

dipenuhi yang dipenuhi secara tertib berdasarkan program. Melalui

pelaksanaan visi ini diharapkan akan terwujud derajat kehidupan

penduduk Sumatera Utara yang sehat, layak dan manusiawi.

3. Sumatera Utara dalam Harmoni Keberagaman

Bermakna terbentuknya kesesuaian dan keharmonisan masyarakat

(58)

keberagaman tersebut untuk dapat dinikmati secara bersama-sama

dan adil oleh setiap kelompok dalam masyarakat di Sumatera

Utara.

Dalam mewujudkan visi yang telah ditetapkan, maka misi yang

dilaksanakan adalah :

a. Mewujudkan Sumatera Utara yang maju, aman, bersatu, rukun

dan damai dalam kesetaraan, bermakna bahwa untuk

mewujudkan kondisi sumatera yang maju, aman, bersatu, rukun

dan damai dalam kesetaraan maka arah kebijakan pembangunan

kedepannya difokuskan kepada mewujudkan pemerataan

pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang berkeadilan yang

ditopang oleh peningkatan daya guna dan daya hasil yang lebih

maksimal dari berbagai sektor-sektor potensial seperti bidang

pertanian, kehutanan, industri, usaha kecil dan menengah dan

pariwisata.

b. Mewujudkan masyarakat Sumatera Utara yang mandiri dan

sejahtera dan berwawasan lingkungan, bermakna bahwa untuk

mewujudkan kondisi masyarakat Sumatera Utara yang mandiri dan

sejahtera maka arah kebijakan pembangunan kedepannya

difokuskan pada pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dan hak-hak

dasar masyarakat serta meningkatkan kepekaan sosial melalui

(59)

kebutuhan masyarakat terutama dalam bidang pendidikan dan

kesehatan, yang berlandaskan pada pembangunan berkelanjutan

(sustainable development).

c. Mewujudkan Sumatera Utara yang berbudaya, religius dan

keberagaman, bermakna bahwa untuk mewujudkan kondisi

Sumatera Utara yang berbudaya, religius dalam keberagaman maka

arah kebijakan pembangunan kedepannya difokuskan kepada

kebijakan-kebijakan yang mampu menciptakan suasana kehidupan

intern dan antar umat yang saling menghormati dalam rangka

menciptakan suasana yang aman dan damai serta meningkatkan

kualitas pelayanan kehidupan beragama bagi seluruh lapisan

masyarakat agar dapat memperoleh hak-hak dasar dalam memeluk

agamanya masing-masing dan beribadah sesuai agama dan

kepercayaannya.

d. Mewujudkan masyarakat Sumatera Utara yang partisipatif dan

peduli terhadap proses pembangunan, bermakna bahwa untuk

mewujudkan kondisi pemberdayaan masyarakat demi menciptakan

masyarakat yang mandiri arah kebijakan kebijakan pembangunan

kedepannya diarahkan kepada: penciptaan suasana atau iklim yang

memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling): memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat

(60)

yang tidak seimbang serta eksplotasi yang kuat atas yang lemah

(Sumutprov, 2012:1).

4.1.3 Keadaan Geografis

Provinsi Sumatera Utara terletak pada 1° - 4° Lintang Utara dan 98° -

100° Bujur Timur, Luas daratan Provinsi Sumatera Utara 71.680 km². Pesisir

timur merupakan wilayah di dalam provinsi yang paling pesat

perkembangannya karena persyaratan infrastruktur yang relatif lebih lengkap

daripada wilayah lainnya. Wilayah pesisir timur juga merupakan wilayah yang

relatif padat konsentrasi penduduknya dibandingkan wilayah lainnya. Pada

masa kolonial

Oostkust bersama

Di wilayah tengah provinsi berjajar

pegunungan ini terdapat beberapa wilayah yang menjadi kantong-kantong

konsentrasi

merupakan daerah padat penduduk yang menggantungkan hidupnya kepada

danau ini. Pesisir barat merupakan wilayah yang cukup sempit, dengan

komposisi penduduk yang terdiri dari masyarakat Batak, Minangkabau, dan

(61)

4.2Hasil Penelitian

4.2.1 Statistik Deskriptif

4.2.1.1 Kejelasan Tujuan Anggaran (X)

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Variabel Kejelasan Tujuan Anggaran (X)

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Pertanyaan 1 45 1 5 3.53 1.516

Pertanyaan 2 45 1 5 3.33 1.758

Pertanyaan 3 45 1 5 2.88 1.433

Valid N (listwise) 45

Berikut ini deskripsi tabel 4.1 mengenai statistik deskriptif variabel

kejelasan tujuan anggaran.

1) Jawaban terhadap pertanyaan pertama, yang berkaitan dengan seberapa

besar pengaruh pegawai SKPD di Pemerintahan Provinsi Sumatera

Utara dalam menentukan tujuan anggaran. Jawaban terendah adalah 1,

jawaban tertinggi adalah 5, dengan rata-rata 3.53. Hal ini menunjukkan

bahwa para pegawai memberikan kontribusi yang tinggi terhadap

tujuan anggaran. Nilai standar deviasi sebesar 1.516 menunjukkan

bahwa tidak terdapat data yang outlier. Dikatakan outlier apabila data tersebut nilainya lebih besar dari 2,5 standar deviasi.

2) Jawaban terhadap pertanyaan kedua, yang berkaitan dengan seberapa

Gambar

Tabel r ……………………………………………………… 86
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terahulu
Tabel 3.1 Waktu Penelitian
Tabel 3.2  Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dengan menggunakan umbi garut yang memiliki indeks glikemik rendah dan tepung rumput laut yang kaya akan serat sebagai bahan baku, maka gagasan berupa beras analog

Indikator mencuci tangan digunakan dan harus dilakukan untuk antisipasi terjadinya perpindahan kuman melalui tangan (Depkes,2008) yaitu:.. a) Sebelum melakukan tindakan, misalnya

yang terdapat pada ekstrak biji pepaya muda memiliki efek toksik yang lemah dibandingkan dengan senyawa alkaloid pada ekstrak biji pepaya matang. Kami

Tabel Distribusi Vertikal Gempa Arah Y (Fy) ... Gaya Gempa Statik Ekuivalen Kombinasi Orthogonal ... Data Rekaman Gempa ... Tabel Skala Gempa Gedung Dengan Dinding Geser ...

Setelah menentukan metode yang tepat, langkah awal yang dilakukan untuk melakukan proyek penambangan adalah membersihkan lahan galian, yaitu dengan cara penebangan pohon dan semak

Tujuan utama program pemberantasan kusta adalah penyembuhan pasien kusta dan mencegah timbulnya cacat serta memutuskan mata rantai penularan dari

[r]