• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Preeklampsia dengan Berat Bayi Lahir Rendah di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Preeklampsia dengan Berat Bayi Lahir Rendah di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009."

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PREEKLAMPSIA DENGAN BERAT

BAYI LAHIR RENDAH

DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

TAHUN 2009

Oleh :

RIZKA ARIANI

070100049

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HUBUNGAN PREEKLAMPSIA DENGAN BERAT BAYI

LAHIR RENDAH

DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

TAHUN 2009

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :

RIZKA ARIANI

070100049

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN PREEKLAMPSIA DENGAN

BERAT BAYI LAHIR RENDAH

DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

TAHUN 2009

Nama

: Rizka Ariani

NIM

: 070100049

Pembimbing

Penguji I

dr. Delyuzar, SpPA(K)

dr. Dona Partogi, SpKK

NIP : 19630219 199003 1 001 NIP : 19720103 200501 2 001

Penguji II

dr. Vita Camelia, SpKJ

NIP : 19780404 200501 2 002

Medan, Desember 2010

Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH

(4)

ABSTRAK

Preeklampsia didefinisikan sebagai hipertensi yang terjadi selama kehamilan (tidak terdapatnya faktor-faktor penyebab hipertensi lainnya) yang dikombinasikan dengan edema menyeluruh atau proteinuria atau keduanya. Insiden preeklampsia adalah 7 – 10 % dari kehamilan dan merupakan penyebab kematian ibu nomor dua di Indonesia. Preeklampsia menyebabkan terganggunya aliran darah ke uteroplasenta dan dapat menyebabkan terjadinya berat bayi lahir rendah yang merupakan salah satu faktor penyebab kematian pada bayi. Faktor-faktor penyebab kematian bayi adalah asfiksia neonatorum (49 – 60 %), infeksi (24 – 34 %), berat bayi lahir rendah (15 – 20 %), trauma persalinan (2 – 7 %), cacat bawaan (1 – 3 %). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara preeklampsia dengan kejadian berat bayi lahir rendah di RSUP H. Adam Malik Medan pada Tahun 2009.

Penelitian ini menggunakan metode analisis retrospektif dengan melihat data yang ada di rekam medis dan menggunakan Uji Crosstabs Chi Square sebagai uji statistik dalam pengolahan data. Sebagai subjek penelitian adalah ibu-ibu yang telah melahirkan di RSUP H. Adam Malik Medan pada Tahun 2009 sebanyak 98 orang.

Dari penelitian ini didapatkan ibu yang melahirkan dengan preeklampsia sebanyak 26 orang (26,5 %) dan tidak preeklampsia sebanyak 72 orang (76,5 %). Berdasarkan hasil uji analisis statistik menggunakan uji chi square didapat nilai p

value <0,001. Nilai p value yang didapat lebih kecil dibadingkan dengan nilai α

(0,05) yang berarti hipotesis nol ditolak.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara preeklampsia dengan kejadian berat bayi lahir rendah di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009. Oleh karena itu, sebaiknya baik ibu hamil, instansi/pelayanan kesehatan serta pemerintah sangat memperhatikan kesehatan pada ibu hamil terutama dengan preeklampsia agar dapat menurunkan komplikasi preeklampsia.

(5)

ABSTRACT

Preeclampsia is defined as a hypertension during pregnancy (without another factor of hypertension) which is combined with oedem or proteinuria or both of them. The incident of preeclampsia is about 7 – 10 % of pregnancies. It is the second mother death’s causes in Indonesia. Preeclampsia makes the disturbances of the blood flow to the uteroplacenta and can cause the low birth weight which is one of the cause for neonatal’s death. The cause factors that can make neonatal’s death is neonatorum asphyxia (49 – 60 %), infection (24 – 34 %), low birth weight (15 – 20 %), delivery trauma (2 – 7 %) and congenital (1 – 3 %). The study was conducted to investigate the relation between preeclampsia and low birth weight in RSUP H. Adam Malik year 2009.

The study used an analytic retrospective method by seeing the medical record and used the Chi Square Cross Tabs Test as the statistic test to analyze data. The subjects were 98 pregnant women who had born their babies in RSUP H. Adam Malik Medan year 2009.

The results of this study showed 26 pregnant women (26,5 %) with preeclampsia and 72 pregnant women (76,5 %) without preeclampsia. The result of analyzed statistic test using chi square test was p value is <0,001. The p value of the analyzed data is fewer than α (0,05) which means the null hypothesis was rejected.

From the study, we can conclude that there is relationship between preeclampsia and low birth weight in RSUP H. Adam Malik year 2009. Because of that, it is better for pregnant woman, health provider, and government to give more attention for the pregnant woman’s health especially with preeclampsia which can decrease the complication of preeclampsia.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

telah memberikan Rahmat serta Hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan karya tulis ilmiah ini yang merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh kelulusan sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Karya tulis ilmiah ini berjudul ”Hubungan Preeklampsia dengan Berat

Bayi Lahir Rendah di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009”. Dalam

penyelesaian karya tulis ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai

pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan rasa terima kasih dan

penghargaan setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. dr. H. Delyuzar, Sp.PA(K), selaku dosen pembimbing penulis yang

telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi arahan

kepada penulis, sehingga karya tulis ini dapat terselesaikan dengan

baik.

3. dr. Nurchaliza H. Siregar, Sp.M, selaku dosen penasihat akademis

penulis yang telah membimbing penulis selama menjalani perkuliahan

di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4. Seluruh jajaran RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberikan

izin dan banyak bantuan kepada penulis dalam melakukan proses

pengambilan data di lokasi penelitian.

5. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara.

6. Kedua orang tua tersayang, Azhar, APi, MM dan Yuniar Kemala Putri,

terima kasih yang tiada tara untuk kasih sayang, doa, motivasi dan

dukungan baik secara moril maupun materil sehingga penulis dapat

(7)

7. Kakak dan adik tercinta, Yunda Azrina Azhar dan Ditri Rizanti Azhar,

terima kasih untuk selalu mendukung, memberi motivasi, memberi

keceriaan maupun doa untuk menyelesaikan karya tulis ini.

8. Sahabat-sahabat penulis, Sylvia Youvella, Indri M. Benazir, Anggita

Dwi R., Ayuca Zarry, Andika Iskandar Agung, Andika Pradana,

Stefani Tania dan teman-teman stambuk 2007 yang telah memberi

motivasi, dukungan dan membantu penulis dalam menyelesaikan karya

tulis ini.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna. Untuk

itu, penulis mengharapkan masukan berupa saran dan kritik yang membangun

demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini berguna

bagi kita semua.

Medan, November 2010 Penulis,

(8)

DAFTAR ISI

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 27

3.1. Kerangka Konsep ... 27

3.2. Definisi Operasional ... 27

(9)

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 29

4.1. Rancangan Penelitian ... 29

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 29

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 30

4.5. Metode Analisis Data ... 30

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 31

5.1. Hasil Penelitian ... 31

5.2. Pembahasan ... 38

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 40

6.1.Kesimpulan ... 40

6.2.Saran ... 40

(10)

DAFTAR TABEL

Distribusi Sampel Ibu yang Melahirkan Berdasarkan Umur di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009 ……….

Distribusi Sampel Ibu yang Melahirkan Berdasarkan Pekerjaan di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009 …...

Distribusi Sampel Ibu yang Melahirkan Berdasarkan Pendidikan di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009 …….

Distribusi Sampel Ibu yang Melahirkan Berdasarkan Proses Lahir di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009 ………

Distribusi Sampel Ibu yang Melahirkan Berdasarkan Status Gravida di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009 ……

Distribusi Sampel Bayi Baru Lahir Berdasarkan Jenis Kelamin di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009 …...

Distribusi Sampel Bayi Baru Lahir Berdasarkan Berat Bayi Lahir di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009…..

Distribusi Kejadian Preeklampsia dan Rata-rata Berat Bayi Lahir di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009 …...

Distribusi Kejadian Berat Bayi Lahir Rendah di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009 ……….

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor

1

Judul

Kerangka Konsep Penelitian Hubungan Preklampsia dengan Berat Bayi Lahir Rendah di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009 ……….

Halaman

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

1.

2.

3.

4.

Judul

Daftar Riwayat Hidup ……. ………...

Master Data Penelitian ………....

Surat Ethical Clearence………...

Surat Izin Melakukan Penelitian ……….

Halaman

44

46

48

(13)

ABSTRAK

Preeklampsia didefinisikan sebagai hipertensi yang terjadi selama kehamilan (tidak terdapatnya faktor-faktor penyebab hipertensi lainnya) yang dikombinasikan dengan edema menyeluruh atau proteinuria atau keduanya. Insiden preeklampsia adalah 7 – 10 % dari kehamilan dan merupakan penyebab kematian ibu nomor dua di Indonesia. Preeklampsia menyebabkan terganggunya aliran darah ke uteroplasenta dan dapat menyebabkan terjadinya berat bayi lahir rendah yang merupakan salah satu faktor penyebab kematian pada bayi. Faktor-faktor penyebab kematian bayi adalah asfiksia neonatorum (49 – 60 %), infeksi (24 – 34 %), berat bayi lahir rendah (15 – 20 %), trauma persalinan (2 – 7 %), cacat bawaan (1 – 3 %). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara preeklampsia dengan kejadian berat bayi lahir rendah di RSUP H. Adam Malik Medan pada Tahun 2009.

Penelitian ini menggunakan metode analisis retrospektif dengan melihat data yang ada di rekam medis dan menggunakan Uji Crosstabs Chi Square sebagai uji statistik dalam pengolahan data. Sebagai subjek penelitian adalah ibu-ibu yang telah melahirkan di RSUP H. Adam Malik Medan pada Tahun 2009 sebanyak 98 orang.

Dari penelitian ini didapatkan ibu yang melahirkan dengan preeklampsia sebanyak 26 orang (26,5 %) dan tidak preeklampsia sebanyak 72 orang (76,5 %). Berdasarkan hasil uji analisis statistik menggunakan uji chi square didapat nilai p

value <0,001. Nilai p value yang didapat lebih kecil dibadingkan dengan nilai α

(0,05) yang berarti hipotesis nol ditolak.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara preeklampsia dengan kejadian berat bayi lahir rendah di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009. Oleh karena itu, sebaiknya baik ibu hamil, instansi/pelayanan kesehatan serta pemerintah sangat memperhatikan kesehatan pada ibu hamil terutama dengan preeklampsia agar dapat menurunkan komplikasi preeklampsia.

(14)

ABSTRACT

Preeclampsia is defined as a hypertension during pregnancy (without another factor of hypertension) which is combined with oedem or proteinuria or both of them. The incident of preeclampsia is about 7 – 10 % of pregnancies. It is the second mother death’s causes in Indonesia. Preeclampsia makes the disturbances of the blood flow to the uteroplacenta and can cause the low birth weight which is one of the cause for neonatal’s death. The cause factors that can make neonatal’s death is neonatorum asphyxia (49 – 60 %), infection (24 – 34 %), low birth weight (15 – 20 %), delivery trauma (2 – 7 %) and congenital (1 – 3 %). The study was conducted to investigate the relation between preeclampsia and low birth weight in RSUP H. Adam Malik year 2009.

The study used an analytic retrospective method by seeing the medical record and used the Chi Square Cross Tabs Test as the statistic test to analyze data. The subjects were 98 pregnant women who had born their babies in RSUP H. Adam Malik Medan year 2009.

The results of this study showed 26 pregnant women (26,5 %) with preeclampsia and 72 pregnant women (76,5 %) without preeclampsia. The result of analyzed statistic test using chi square test was p value is <0,001. The p value of the analyzed data is fewer than α (0,05) which means the null hypothesis was rejected.

From the study, we can conclude that there is relationship between preeclampsia and low birth weight in RSUP H. Adam Malik year 2009. Because of that, it is better for pregnant woman, health provider, and government to give more attention for the pregnant woman’s health especially with preeclampsia which can decrease the complication of preeclampsia.

(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.1. Latar Belakang

World Health Organization (WHO) memperkirakan 585.000 perempuan

meninggal setiap hari akibat komplikasi kehamilan, proses kelahiran dan aborsi

yang tidak aman. Di Indonesia, angka kematian maternal per 100.000 kelahiran

hidup adalah 390 pada tahun 1992 dan 307 pada tahun 2002 (WHO, 2009).

Menurut data-data rumah sakit pendidikan di sebagian wilayah Indonesia, angka

kematian maternal berkisar antara 51,6 sampai 206,3 per 10.000 persalinan.

Angka kematian maternal di RS Pirngadi Medan per 10.000 persalinan adalah

140,2 (1965-1969), 102 (1970-1974) dan 92,3 (1975-1979) (Mochtar, 1998).

Sepsis, perdarahan dan preeklampsia-eklampsia masih menjadi tiga

penyebab utama kematian ibu hamil dan morbiditas obstetri (Benson, 1982).

Menurut WHO (2004) secara keseluruhan, preeklampsia dan eklampsia sangat

bertanggung jawab terhadap kurang lebih 14 % kematian maternal per tahun yaitu

sekitar 50.000-75.000 kematian. Preeklampsia merupakan penyakit yang bisa

mengakibatkan 17,6 % kematian maternal di Amerika Serikat (Lim, 2009). Tahun

2005 Angka Kematian Maternal (AKM) di Rumah Sakit seluruh Indonesia akibat

preeklampsia dan eklampsia sebesar 4,91 % (8.397 dari 170.725) (Desi Risthiana

Wati, 2009).

Preeklampsia didefinisikan sebagai hipertensi yang terjadi selama

kehamilan (tidak terdapatnya faktor-faktor penyebab hipertensi lainnya) yang

dikombinasikan dengan edema menyeluruh (termasuk wajah, leher dan

ekstrimitas atas) atau proteinuria atau keduanya (Benson, 1982). Preeklampsia

terjadi sekitar 8 % dari seluruh populasi, insiden bervariasi sesuai dengan lokasi

geografis (Pernol, 1987). Di negara berkembang, insiden preeklampsia dilaporkan

hingga 4 – 18 % (Lim, 2009). Pada penelitian yang dilakukan di RSUD Dr

Pirngadi, Medan pada tanggal 1 Maret 2001-31 Januari 2002 didapatkan lebih dari

(16)

Sudhaberata (2000) dalam Istichomah (2004) preeklampsia juga dapat

menyebabkan resiko persalinan prematur 2,67 kali lebih besar, persalinan buatan

4,39 kali lebih banyak dan mempunyai kecenderungan lebih tinggi untuk

mendapatkan bayi dengan berat bayi lahir rendah.

Preeklampsia bisa menyebabkan kelahiran awal dan komplikasi fetus

termasuk bayi prematur. Preeklampsia sangat bertanggung jawab terhadap 15 %

kelahiran prematur di Amerika Serikat (Penoll, 1982). Melalui penelitian oleh

Meis, dkk pada tahun 1995 – 1998 dalam menganalisis kelahiran sebelum usia

gestasi 37 minggu yang dilakukan di NICHD maternal-fetal medicine Units

Network, kelahiran prematur yang diindikasikan 43%-nya disebabkan oleh

preeklampsia (Cunningham, 2005). WHO pada tahun 1961 mengganti istilah bayi

prematur dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) karena disadari tidak semua bayi

dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir adalah bayi prematur

(Mochtar, 1998). Berat bayi lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir selamat

dengan berat 2500 gram atau lebih kecil pada saat lahir (Pernoll, 1982). Frekuensi

berat bayi lahir rendah di negara maju berkisar antara 3,6 - 10,8 % dan di negara

berkembang berkisar antara 10 – 43 %. Rasio antara negara maju dan negara

berkembang adalah 1: 4 (Mochtar, 1998).

Berat bayi lahir rendah dan kelahiran prematur merupakan kontributor utama

dalam kematian bayi. Berat bayi lahir rendah dan kelahiran prematur semakin

meningkat selama dua dekade kecuali perawatan neonatal yang sangat baik,

kelahiran ini akan berlanjut menjadi penyebab utama mortalitas dan morbiditas

pada bayi (Fried, 2008).

Berdasarkan data statistik yang telah diuraikan sebelumnya, banyak sekali

pengaruh preeklampsia terhadap kehidupan ibu dan bayi. Salah satu komplikasi

pada preeklampsia adalah berat bayi lahir rendah pada bayi yang dilahirkan. Oleh

karena itu, peneliti ingin meneliti hubungan antara preeklampsia dengan berat

(17)

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan sebelumnya, perumusan masalah

dalam penelitian ini adalah :

Apakah terdapat hubungan antara ibu hamil yang menderita preeklampsia

dengan kejadian berat bayi lahir rendah di RSUP H. Adam Malik Medan ?

Adapun hipotesis nol pada penelitian ini adalah tidak terdapat hubungan

antara preeklampsia dengan terjadinya bayi lahir dengan berat bayi lahir rendah.

1.3.Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara kasus preeklampsia

dengan kejadian berat bayi lahir rendah di RSUP H. Adam Malik Medan.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui angka kejadian kasus preeklampsia pada ibu hamil

di RSUP H. Adam Malik Medan.

2. Untuk mengetahui angka kejadian kasus berat bayi lahir rendah di

RSUP H. Adam Malik Medan.

1.4.Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk keperluan

manajemen kesehatan masyarakat, misalnya pentingnya diadakan

penyuluhan bahwa antenatal care perlu dilakukan secara teratur,

sehingga dapat mendeteksi sedini mungkin kejadian preeklampsia

yang akhirnya bisa menurunkan kemungkinan terjadinya berat bayi

lahir rendah dan komplikasi yang lain.

2. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk bagian pediatri

RSUP H. Adam Malik Medan agar bisa mempertahankan dan

meningkatkan kualitas kemampuan dan keterampilan petugas

kesehatan serta sarana dan prasarana rumah sakit untuk menangani

bayi dengan berat bayi lahir rendah yang dilahirkan oleh pasien

(18)

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan yang dapat

digunakan dalam menangani pasien preeklampsia.

4. Hasil penelitian ini semoga bisa menjadi masukan untuk penelitian

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Preeklampsia

2.1.1. Definisi

Preeklampsia adalah sindrom spesifik kehamilan berupa berkurangnya

perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel (Cunningham, 2005).

Penyakit ini merupakan penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema dan

proteinuria yang timbul akibat kehamilan yang biasanya terjadi pada triwulan

ketiga kehamilan tetapi dapat timbul juga sebelum triwulan ketiga seperti pada

pasien mola hidatidosa (Wiknjosastro, 2006).

2.1.2. Epidemiologi

Kejadian preeklampsia di Amerika Serikat berkisar antara 2 – 6 % dari ibu

hamil nulipara yang sehat. Di negara berkembang, kejadian preeklampsia berkisar

antara 4 – 18 %. Penyakit preeklampsia ringan terjadi 75 % dan preeklampsia

berat terjadi 25 %. Dari seluruh kejadian preeklampsia, sekitar 10 % kehamilan

umurnya kurang dari 34 minggu. Kejadian preeklampsia meningkat pada wanita

dengan riwayat preeklampsia, kehamilan ganda, hipertensi kronis dan penyakit

ginjal (Lim, 2009). Pada ibu hamil primigravida terutama dengan usia muda lebih

sering menderita preeklampsia dibandingkan dengan multigravida (Wiknjosastro,

2006). Faktor predisposisi lainnya adalah ras hitam, usia ibu hamil dibawah 25

tahun atau diatas 35 tahun, mola hidatidosa, polihidramnion dan diabetes (Pernoll,

1987).

2.1.3. Etiologi

Apa yang menjadi penyebab terjadinya preeklampsia hingga saat ini

(20)

dari penyakit ini tetapi tidak ada yang memberikan jawaban yang memuaskan.

Teori yang dapat diterima harus dapat menjelaskan tentang mengapa preeklampsia

meningkat prevalensinya pada primigravida, hidramnion, kehamilan ganda dan

mola hidatidosa. Selain itu teori tersebut harus dapat menjelaskan penyebab

bertambahnya frekuensi preeklampsia dengan bertambahnya usia kehamilan,

penyebab terjadinya perbaikan keadaan penderita setelah janin mati dalam

kandungan, penyebab jarang timbul kembali preeklampsia pada kehamilan

berikutnya dan penyebab timbulnya gejala-gejala seperti hipertensi, edema,

proteinuria, kejang dan koma (Wiknjosastro, 2006).

2.1.4. Patogenesis

Preeklampsia telah dijelaskan oleh Chelsey sebagai “disease of theories”

karena penyebabnya tidak diketahui. Banyak teori yang menjelaskan patogenesis

dari preeklampsia, diantaranya adalah (1) fenomena penyangkalan yaitu tidak

adekuatnya produksi dari blok antibodi, (2) perfusi plasenta yang tidak adekuat

menyebabkan keadaan bahaya bagi janin dan ibu, (3) perubahan reaktivitas

vaskuler, (4) ketidakseimbangan antara prostasiklin dan tromboksan, (5)

penurunan laju filtrasi glomerulus dengan retensi garam dan air, (6) penurunan

volume intravaskular, (7) peningkatan iritabilitas susunan saraf pusat, (8)

penyebaran koagulasi intravaskular (Disseminated Intravascular Coagulation,

DIC), (9) peregangan otot uterus (iskemia), (10) faktor-faktor makanan dan (11)

faktor genetik. Dari teori-teori yang telah dijelaskan sebelumnya, belum ada

satupun yang dapat membuktikan proses patogenesis preeklampsia yang

sebenarnya (Pernoll, 1987).

2.1.5. Perubahan Fisiologi Patologik

2.1.5.1. Otak

Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan autoregulasi tidak

(21)

penguat endotel akan terbuka dan dapat menyebabkan plasma dan sel-sel darah

merah keluar ke ruang ekstravaskular. Hal ini akan menimbulkan perdarahan

petekie atau perdarahan intrakranial yang sangat banyak (Pernoll, 1987).

Dalam Sarwono, McCall melaporkan bahwa resistensi pembuluh darah

dalam otak pada pasien hipertensi dalam kehamilan lebih meninggi pada

eklampsia. Pada pasien preeklampsia, aliran darah ke otak dan penggunaan

oksigen otak masih dalam batas normal. Pemakaian oksigen pada otak menurun

pada pasien eklampsia (Wiknjosastro, 2006).

2.1.5.2. Mata

Pada preeklampsia tampak edema retina, spasmus setempat atau

menyeluruh pada satu atau beberapa arteri, jarang terjadi perdarahan atau eksudat.

Spasmus arteri retina yang nyata dapat menunjukkan adanya preeklampsia yang

berat, tetapi bukan berarti spasmus yang ringan adalah preeklampsia yang ringan.

Pada preeklampsia jarang terjadi ablasio retina yang disebabkan edema

intraokuler dan merupakan indikasi untuk terminasi kehamilan. Ablasio retina ini

biasanya disertai kehilangan penglihatan (Wiknjosastro, 2006).

Skotoma, diplopia dan ambliopia pada penderita preeklampsia merupakan

gejala yang menunjukan akan terjadinya eklampsia. Keadaan ini disebabkan oleh

perubahan aliran darah dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau dalam

retina (Wiknjosastro, 2006).

Selama periode 14

tahun, ditemukan 15 wanita dengan preeklampsia berat dan eklampsia yang

mengalami kebutaan yang dikemukakan oleh Cunningham (1995) dalam

Cunningham (2005).

2.1.5.3. Paru

Edema paru biasanya terjadi pada pasien preeklampsia berat dan

eklampsia dan merupakan penyebab utama kematian (Wiknjosastro, 2006).

(22)

terjadi setelah melahirkan. Pada beberapa kasus terjadi berhubungan dengan

terjadinya peningkatan cairan yang sangat banyak. Hal ini juga dapat

berhubungan dengan penurunan tekanan onkotik koloid plasma akibat proteinuria,

penggunaan kristaloid sebagai pengganti darah yang hilang, dan penurunan

albumin yang dihasilkan oleh hati (Pernoll, 1987).

2.1.5.4. Hati

Pada preeklampsia berat terkadang terdapat perubahan fungsi dan

integritas hepar, termasuk perlambatan ekskresi bromosulfoftalein dan

peningkatan kadar aspartat aminotransferase serum. Sebagian besar peningkatan

fosfatase alkali serum disebabkan oleh fosfatase alkali tahan panas yang berasal

dari plasenta. Pada penelitian yang dilakukan Oosterhof dkk (1994), dengan

menggunakan sonografi Doppler pada 37 wanita preeklampsia, terdapat resistensi

arteri hepatika.

Nekrosis hemoragik periporta di bagian perifer lobulus hepar

kemungkinan besar penyebab terjadinya peningkatan enzim hati dalam serum.

Perdarahan pada lesi ini dapat menyebabkan ruptur hepatika, atau dapat meluas di

bawah kapsul hepar dan membentuk hematom subkapsular (Cunningham, 2005).

2.1.5.5. Ginjal

Selama kehamilan normal, aliran darah dan laju filtrasi glomerulus

meningkat cukup besar. Dengan timbulnya preeklampsia, perfusi ginjal dan

filtrasi glomerulus menurun (Cunningham, 2005). Lesi karakteristik dari

preeklampsia, glomeruloendoteliosis, adalah pembengkakan dari kapiler endotel

glomerular yang menyebabkan penurunan perfusi dan laju filtrasi ginjal (Pernoll,

1987).

Pada sebagian besar wanita hamil dengan preeklampsia, penurunan ringan

sampai sedang laju filtrasi glomerulus tampaknya terjadi akibat berkurangnya Konsentrasi asam urat plasma biasanya meningkat, terutama pada wanita

(23)

volume plasma sehingga kadar kreatinin plasma hampir dua kali lipat

dibandingkan dengan kadar normal selama hamil (sekitar 0,5 ml/dl). Namun pada

beberapa kasus preeklampsia berat, keterlibatan ginjal menonjol dan kreatinin

plasma dapat meningkat beberapa kali lipat dari nilai normal ibu tidak hamil atau

berkisar hingga 2-3 mg/dl. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh perubahan

intrinsik ginjal yang ditimbulkan oleh vasospasme hebat yang dikemukakan oleh

Pritchard (1984) dalam Cunningham (2005).Filtrasi yang menurun hingga 50%

dari normal dapat menyebabkan diuresis turun, bahkan pada keadaan yang berat

dapat menyebabkan oligouria ataupun anuria (Wiknjosastro, 2006). Lee (1987)

dalam Cunningham (2005) melaporkan tekanan pengisian ventrikel normal pada

tujuh wanita dengan preeklampsia berat yang mengalami oligouria dan

menyimpulkan bahwa hal ini konsisten dengan vasospasme intrarenal.

Kelainan pada ginjal yang penting adalah dalam hubungan proteinuria dan

retensi garam dan air (Wiknjosastro, 2006). Taufield (1987) dalam Cunningham

(2005) melaporkan bahwa preeklampsia berkaitan dengan penurunan ekskresi

kalsium melalui urin karena meningkatnya reabsorpsi di tubulus. Pada kehamilan

normal, tingkat reabsorpsi meningkat sesuai dengan peningkatan filtrasi dari

glomerulus. Penurunan filtrasi glomerulus akibat spasmus arteriol ginjal

mengakibatkan filtrasi natrium melalui glomerulus menurun, yang menyebabkan

retensi garam dan juga retensi air (Wiknjosastro, 2006).

Untuk mendiagnosis preeklampsia atau eklampsia harus terdapat

proteinuria. Namun, karena proteinuria muncul belakangan, sebagian wanita

mungkin sudah melahirkan sebelum gejala ini dijumpai. Meyer (1994)

menekankan bahwa yang diukur adalah ekskresi urin 24 jam. Mereka

mendapatkan bahwa proteinuria +1 atau lebih dengan dipstick memperkirakan

minimal terdapat 300 mg protein per 24 jam pada 92 % kasus. Sebaliknya,

proteinuria yang samar (trace) atau negatif memiliki nilai prediktif negatif hanya

34 % pada wanita hipertensif. Kadar dipstick urin +3 atau +4 hanya bersifat

prediktif positif untuk preeklampsia berat pada 36 % kasus (Cunningham, 2005).

Seperti pada glomerulopati lainnya, terjadi peningkatan permeabilitas

(24)

protein albumin juga disertai protein-protein lainnya seperti hemoglobin, globulin

dan transferin. Biasanya molekul-molekul besar ini tidak difiltrasi oleh

glomerulus dan kemunculan zat-zat ini dalam urin mengisyaratkan terjadinya

proses glomerulopati. Sebagian protein yang lebih kecil yang biasa difiltrasi

kemudian direabsorpsi juga terdeksi di dalam urin (Cunningham, 2005).

2.1.5.6. Darah

Kebanyakan pasien dengan preeklampsia memiliki pembekuan darah yang

normal (Pernoll, 1987). Perubahan tersamar yang mengarah ke koagulasi

intravaskular dan destruksi eritrosit (lebih jarang) sering dijumpai pada

preeklampsia menurut Baker (1999) dalam Cunningham (2005). Trombositopenia

merupakan kelainan yang sangat sering, biasanya jumlahnya kurang dari

150.000/µl yang ditemukan pada 15 - 20% pasien. Level fibrinogen meningkat sangat aktual pada pasien preeklampsia dibandingkan dengan ibu hamil dengan

tekanan darah normal. Level fibrinogen yang rendah pada pasien preeklampsia

biasanya berhubungan dengan terlepasnya plasenta sebelum waktunya (placental

abruption) (Pernoll, 1987).

Pada 10 % pasien dengan preeklampsia berat dan eklampsia menunjukan

terjadinya HELLP syndrome yang ditandai dengan adanya anemia hemolitik,

peningkatan enzim hati dan jumlah platelet rendah. Sindrom biasanya terjadi tidak

jauh dengan waktu kelahiran (sekitar 31 minggu kehamilan) dan tanpa terjadi

peningkatan tekanan darah. Kebanyakan abnormalitas hematologik kembali ke

normal dalam dua hingga tiga hari setelah kelahiran tetapi trombositopenia bisa

menetap selama seminggu (Pernoll, 1987).

2.1.5.7. Sistem Endokrin dan Metabolisme Air dan Elektrolit

Selama kehamilan normal, kadar renin, angiotensin II dan aldosteron

meningkat. Pada preeklampsia menyebabkan kadar berbagai zat ini menurun ke

(25)

sekresi renin oleh aparatus jukstaglomerulus berkurang sehingga proses

penghasilan aldosteron pun terhambat dan menurunkan kadar aldosteron dalam

darah (Cunningham, 2005).

Pada ibu hamil dengan preeklampsia juga meningkat kadar peptida

natriuretik atrium. Hal ini terjadi akibat ekspansi volume dan dapat menyebabkan

meningkatnya curah jantung dan menurunnya resistensi vaskular perifer baik pada

normotensif maupun preeklamptik. Hal ini menjelaskan temuan turunnya

resistensi vaskular perifer setelah ekspansi volume pada pasien preeklampsia

(Cunningham, 2005).

Pada pasien preeklampsia terjadi hemokonsentrasi yang masih belum

diketahui penyebabnya. Pasien ini mengalami pergeseran cairan dari ruang

intravaskuler ke ruang interstisial. Kejadian ini diikuti dengan kenaikan

hematokrit, peningkatan protein serum, edema yang dapat menyebabkan

berkurangnya volume plasma, viskositas darah meningkat dan waktu peredaran

darah tepi meningkat. Hal tersebut mengakibatkan aliran darah ke jaringan

berkurang dan terjadi hipoksia.

Pada pasien preeklampsia, jumlah natrium dan air dalam tubuh lebih

banyak dibandingkan pada ibu hamil normal. Penderita preeklampsia tidak dapat

mengeluarkan air dan garam dengan sempurna. Hal ini disebabkan terjadinya

penurunan filtrasi glomerulus namun penyerapan kembali oleh tubulus ginjal

tidak mengalami perubahan (Wiknjosastro, 2006).

2.1.5.8. Plasenta dan Uterus

Menurunnya aliran darah ke plasenta mengakibatkan gangguan fungsi

plasenta. Pada hipertensi yang agak lama, pertumbuhan janin terganggu dan pada

hipertensi yang singkat dapat terjadi gawat janin hingga kematian janin akibat

kurangnya oksigenisasi untuk janin.

Kenaikan tonus dari otot uterus dan kepekaan terhadap perangsangan

sering terjadi pada preeklampsia. Hal ini menyebabkan sering terjadinya partus

(26)

Pada pasien preeklampsia terjadi dua masalah, yaitu arteri spiralis di

miometrium gagal untuk tidak dapat mempertahankan struktur

muskuloelastisitasnya dan atheroma akut berkembang pada segmen miometrium

dari arteri spiralis. Atheroma akut adalah nekrosis arteriopati pada ujung-ujung

plasenta yang mirip dengan lesi pada hipertensi malignan. Atheroma akut juga

dapat menyebabkan penyempitan kaliber dari lumen vaskular. Lesi ini dapat

menjadi pengangkatan lengkap dari pembuluh darah yang bertanggung jawab

terhadap terjadinya infark plasenta (Pernoll, 1987).

2.1.6. Klasifikasi

Menurut The National High Blood Pressure Education Program

(NHBPEP) Working Group, penyakit hipertensi pada kehamilan dibagi menjadi

empat grup yaitu (Lim, 2009) :

2.1.6.1. Hipertensi dalam kehamilan (Gestational hipertensi)

Gejala yang timbul adalah peningkatan tekanan darah 140/90 mmHg atau

lebih pada awal kehamilan, tidak terdapat proteinuria, tekanan darah kembali

normal kurang dari 12 minggu setelah kelahiran dan diagnosis bisa ditegakkan

jika setelah pasien melahirkan.

2.1.6.2. Hipertensi Kronis

Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang terjadi sebelum kehamilan

atau sebelum usia kehamilan 20 minggu dan bukan merupakan penyebab dari

penyakit tropoblastik kehamilan. Hipertensi yang terdiagnosa setelah usia

kehamilan 20 minggu dan menetap selama lebih dari 12 minggu setelah

(27)

2.1.6.3. Preeklampsia atau Eklampsia

Pasien dengan tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih setelah usia

kehamilan 20 minggu dengan sebelumnya memiliki tekanan darah normal dan

disertai proteinuria (≥ 0,3 gram protein dalam spesimen urin 24 jam). Eklampsia

dapat didefinisikan sebagai kejang yang bukan merupakan dikarenakan penyebab

apapun pada wanita dengan preeklampsia.

2.1.6.4. Superimposed Preeklampsia (dalam Hipertensi Kronis)

Proteinuria dengan onset yang cepat (>300 mg dalam urin 24 jam) dengan

wanita hamil dengan hipertensi tetapi tidak terjadi proteinuria sebelum usia

kehamilan 20 minggu. Peningkatan tekanan darah atau proteinuria atau penurunan

jumlah platelet hingga dibawah 100.000 secara tiba-tiba pada wanita dengan

hipertensi atau proteinuria sebelum usia kehamilan 20 minggu.

Preeklampsia dibagi menjadi dua yaitu preeklampsia ringan dan

preeklampsia berat. Preeklampsia ringan didefinisikan dengan terdapatnya

hipertensi (tekanan darah ≥ 140/90 mmHg) yang terjadi dua kali dalam rentang

waktu paling sedikit 6 jam. Proteinuria adalah terdapatnya protein 1+ atau lebih

dipstick atau paling sedikit 300 mg protein dalam urin 24 jam. Edema dan

hiperrefleksia sekarang bukan merupakan pertimbangan utama dalam kriteria

diagnosis preeklampsia ringan.

Kriteria diagnosa preeklampsia berat adalah apabila terdapat gejala dan

tanda sebagai berikut (Wiknjosastro, 2006) :

- Sistolik ≥ 160 mmHg atau diastolik ≥ 110 mmHg yang terjadi dua kali

dalam waktu paling sedikit 6 jam

- Proteinuria lebih dari 5 gram dalam urin 24 jam

- Edema pulmonal

- Oligouria (<400 ml dalam 24 jam)

- Sakit kepala yang menetap

- Nyeri epigastrium dan atau kerusakan fungsi hati

(28)

- Keterbatasan perkembangan intrauterus

- Peningkatan kadar enzim hati dan atau ikterus

- Skotoma dan gangguan visus lain

- Perdarahan retina

- Koma (Wiknjosastro, H., 2006)

2.1.7. Gejala Klinis

2.1.7.1. Edema

Pada kehamilan normal dapat ditemukan edema yang bebas, tetapi jika

terdapat edema yang tidak bebas, terdapat di tangan dan wajah yang meningkat

pada pagi hari dapat dipikirkan merupakan edema yang patologis. Peningkatan

berat badan yang sangat banyak atau secara tiba-tiba dapat meningkatkan

kemungkinan preeklampsia. Preeklampsia dapat juga terjadi tanpa adanya edema

(Pernoll, 1987).

2.1.7.2. Hipertensi

Hipertensi merupakan kiteria paling penting dalam diagnosa penyakit

preeklampsia. Hipertensi ini sering terjadi sangat tiba-tiba. Banyak primigravida

dengan usia muda memiliki tekanan darah sekitar 100-110/60-70 mmHg selama

trimester kedua. Peningkatan diastolik sebesar 15 mmHg atau peningkatan sistolik

sebesar 30 mmHg harus dipertimbangkan sesuatu yang buruk. Oleh karena itu,

pada pasien preeklampsia merupakan hipertensi relatif jika tekanan darahnya

120/80 mmHg. Tekanan darah sangat labil. Tekanan darah pasien preeklampsia

ataupun hipertensi kronis biasanya menurun pada saat pasien tidur, tetapi pada

pasien preeklampsia berat tekanan darah akan tetap tinggi walaupun dalam

keadaan tidur (Pernoll, 1987).

(29)

2.1.7.3. Proteinuria

Proteinuria merupakan gejala yang paling terakhir timbul (Pernoll, 1987).

Proteinuria berarti konsentrasi protein dalam urin yang melebihi 0,3 gr/liter dalam

urin 24 jam atau pemeriksaan kualitatif menunjukan 1+ atau 2+ atau 1 gr/liter atau

lebih dalam urin yang dikeluarkan kateter atau midstream yang diambil minimal

dua kali dengan jarak waktu 6 jam (Wiknjosastro, 2006).

2.1.7.4. Penemuan Laboratorium

Hemoglobin dan hematokrit akan meningkat akibat hemokonsentrasi.

Trombositopenia biasanya terjadi. Penurunan produksi benang fibrin dan faktor

koagulasi bisa terdeksi. Asam urat biasanya meningkat diatas 6 mg/dl. Kreatinin

serum biasanya normal tetapi bisa meningkat pada preeklampsia berat. Alkalin

fosfatase meningkat hingga 2-3 kali lipat. Laktat dehidrogenase bisa sedikit

meningkat dikarenakan hemolisis. Glukosa darah dan elektrolit pada pasien

preeklampsia biasanya dalam batas normal. Urinalisis dapat ditemukan

proteinuria dan beberapa kasus ditemukan hyaline cast (Pernoll, 1987).

2.1.8. Penatalaksanaan Preeklampsia

Tujuan utama penanganan preeklampsia adalah mencegah terjadinya

preeklampsia berat atau eklampsia, melahirkan janin hidup dan melahirkan janin

dengan trauma sekecil-kecilnya (Wiknjosastro, 2006).

2.1.8.1. Preeklampsia Ringan

Istirahat di tempat tidur merupakan terapi utama dalam penanganan

preeklampsia ringan. Istirahat dengan berbaring pada sisi tubuh menyebabkan

aliran darah ke plasenta dan aliran darah ke ginjal meningkat, tekanan vena pada

(30)

bertambah. Selain itu dengan istirahat di tempat tidur mengurangi kebutuhan

volume darah yang beredar dan juga dapat menurunkan tekanan darah dan

kejadian edema. Apabila preeklampsia tersebut tidak membaik dengan

penanganan konservatif, maka dalam hal ini pengakhiran kehamilan dilakukan

walaupun janin masih prematur (Wiknjosastro, 2006).

2.1.8.2. Preeklampsia Berat

Pada pasien preeklampsia berat segera harus diberi sedativa yang kuat

untuk mencegah timbulnya kejang. Apabila sesudah 12 – 24 jam bahaya akut

sudah diatasi, tindakan selanjutnya adalah cara terbaik untuk menghentikan

kehamilan.

Sebagai pengobatan untuk mencegah timbulnya kejang dapat diberikan

larutan sulfas magnesikus 40 % sebanyak 10 ml disuntikan intramuskular pada

bokong kiri dan kanan sebagai dosis permulaan. Pemberian dapat diulang dengan

dosis yang sama dalam rentang waktu 6 jam menurut keadaan pasien. Tambahan

sulfas magnesikus hanya dapat diberikan jika diuresis pasien baik, refleks patella

positif dan frekuensi pernafasan lebih dari 16 kali/menit. Obat ini memiliki efek

menenangkan, menurunkan tekanan darah dan meningkatkan diuresis. Selain

sulfas magnesikus, pasien dengan preeklampsia dapat juga diberikan klorpromazin dengan dosis 50 mg secara intramuskular ataupun diazepam 20 mg

secara intramuskular (Wiknjosastro, 2006).

2.1.9. Komplikasi Preeklampsia

Preeklampsia dapat menyebabkan kelahiran awal atau komplikasi pada

neonatus berupa prematuritas. Resiko fetus diakibatkan oleh insufisiensi plasenta

baik akut maupun kronis. Pada kasus berat dapat ditemui fetal distress baik pada

saat kelahiran maupun sesudah kelahiran (Pernoll, 1987). Komplikasi yang sering

(31)

1. Solusio plasenta. Komplikasi ini biasanya terjadi pada ibu hamil yang

menderita hipertensi akut. Di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo 15,5 %

solusio plasenta terjadi pada pasien preeklampsia.

2. Hipofibrinogenemia. Pada preeklampsia berat, Zuspan (1978) menemukan

23% hipofibrinogenemia.

3. Hemolisis. Penderita dengan preeklampsia berat kadang-kadang menunjukan

gejala klinik hemolisis yang dikenal karena ikterus. Belum diketahui dengan

pasti apakah ini merupakan kerusakan sel-sel hati atau destruksi sel darah

merah. Nekrosis periportal hati yang sering ditemukan pada autopsi penderita

eklampsia dapat menerangkan mekanisme ikterus tersebut.

4. Perdarahan otak. Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian

maternal.

5. Kelainan mata. Kehilangan penglihatan untuk sementara yang berlangsung

selama seminggu dapat terjadi. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina,

hal ini merupakan tanda gawat dan akan terjadi apopleksia serebri.

6. Nekrosis hati. Nekrosis periportal hati pada pasien preeklampsia-eklampsia

diakibatkan vasospasmus arteriol umum. Kerusakan sel-sel hati dapat

diketahui dengan pemeriksaan faal hati.

7. Sindroma HELLP, yaitu hemolysis, elevated liver enzymes dan low platelet.

8. Kelainan ginjal. Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus berupa

pembengkakan sitoplasma sel endotelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur

lainnya. Kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginjal.

9. Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intrauterin.

10. Komplikasi lain berupa lidah tergigit, trauma dan fraktur karena terjatuh

akibat kejang, pneumonia aspirasi dan DIC.

2.1.10. Pencegahan Preeklampsia

Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan

tanda-tanda dini preeklampsia, dalam hal ini harus dilakukan penanganan preeklampsia

(32)

preeklampsia dapat dikurangi dengan pemberian pengetahuan dan pengawasan

yang baik pada ibu hamil.

Pengetahuan yang diberikan berupa tentang manfaat diet dan istirahat

yang berguna dalam pencegahan. Istirahat tidak selalu berarti berbaring, dalam hal

ini yaitu dengan mengurangi pekerjaan sehari-hari dan dianjurkan lebih banyak

duduk dan berbaring. Diet tinggi protein dan rendah lemak, karbohidrat, garam

dan penambahan berat badan yang tidak berlebihan sangat dianjurkan.

Mengenal secara dini preeklampsia dan merawat penderita tanpa

memberikan diuretika dan obat antihipertensi merupakan manfaat dari

pencegahan melalui pemeriksaan antenatal yang baik (Wiknjosastro, 2006).

2.2. Berat Bayi Lahir Rendah

2.2.1. Definisi

Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam waktu 1 jam pertama

setelah lahir (Kosim, 2008). WHO pada tahun 1961 mengganti istilah bayi

prematur dengan bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), karena disadari tidak

semua bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir bukan

bayi prematur (Mochtar, 1998). BBLR merupakan penyebab utama dalam

mortalitas, morbiditas dan kecacatan pada neonatus, balita dan anak-anak serta

memiliki efek yang sangat panjang dalam kesehatan dewasa nantinya. BBLR

adalah bayi yang dilahirkan dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa

memandang masa gestasi (Kosim, 2008).

2.2.1.1. Prematuritas Murni

Prematuritas murni adalah bayi lahir dengan kehamilan kurang dari 37

minggu dengan berat badan yang sesuai.

2.2.1.2. Kecil untuk Masa Kehamilan (KMK)

KMK adalah bayi yang lahir dengan berat yang rendah dari seharusnya

(33)

2.2.1.3. Retardasi Pertumbuhan Janin Intrauterin

Retardasi pertumbuhan janin intrauterin adalah bayi yang lahir dengan

berat badan rendah dan tidak sesuai dengan tuanya kehamilan.

2.2.1.4. Dismaturitas

Dismaturitas adalah suatu sindroma klinik dimana terjadi

ketidakseimbangan antara pertumbuhan janin dengan lanjutnya kehamilan atau

bayi-bayi yang lahir dengan berat badan tidak sesuai dengan tuanya kehamilan.

Dismaturitas juga bisa didefinisikan sebagai bayi yang lahir dengan gejala

intrauterine malnutrition atau wasting.

2.2.1.5. Besar untuk Masa Kehamilan (BMK)

BMK adalah bayi yang dilahirkan lebih besar dari seharusnya tua

kehamilan, misalnya pada diabetes mellitus (Mochtar, R., 1998).

2.2.2. Epidemiologi

Frekuensi BBLR di negara maju berkisar antara 3,6 - 10,8 %. Di negara

berkembang BBLR terjadi berkisar antara 10 – 43 %. Rasio antara negara maju

dan negara berkembang adalah 1:4 (Mochtar, 1998). Frekuensi BBLR di RSCM

Jakarta berkisar antara 22 – 24 % dari semua bayi yang dilahirkan pada satu

tahun (Hassan, 2007).

2.2.3. Etiologi

Penyebab terjadinya BBLR sering sekali tidak diketahui ataupun jika

diketahui faktor penyebabnya tidaklah berdiri sendiri (Mochtar, 1998).

(34)

2.2.3.1. Faktor Genetik

Genetik atau kromosom, interaksi genetik dengan lingkungan, ukuran

tubuh orangtua dan jenis kelamin.

2.2.3.2. Faktor Nutrisi

Malnutrisi ibu selama kehamilan atau malnutrisi ibu sewaktu remaja

(sebelum hamil).

2.2.3.3. Faktor Karaktersitik Ibu

Kapasitas uterus, kehamilan ganda, status paritas, rentang waktu

kehamilan pertama dan kedua yang sedikit dan usia muda dibawah 20 tahun.

2.2.3.4. Faktor Penyakit

Infeksi pada ibu hamil seperti malaria, rubella dan sifilis, nefritis akut,

diabetes mellitus ataupun tindakan operatif yang merupakan etiologi prematuritas.

2.2.3.5. Faktor Komplikasi Penyakit Kehamilan

Preeklampsia, eklampsia, plasenta previa, hidramnion, perdarahan

antepartum, trauma fisis dan psikologis.

2.2.3.6. Gaya Hidup Ibu

Merokok, peminum alkohol, bekerja berat saat hamil dan sosial ekonomi

yang rendah.

2.2.3.7. Lingkungan

Bahan toksik, radiasi, polusi dan atau obat-obatan.

2.2.4. Klasifikasi dan Karakteristik Klinis

2.2.4.1. Prematuritas

Berat badan bayi kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang atau sama

(35)

Masa gestasi kurang dari 37 minggu. Tampak luar sangat bergantung pada

maturitas atau lamanya gestasi. Kepala relatif lebih besar daripada badannya,

kulitnya tipis, transparan, lanugo banyak, lemak subkutan imatur. Desensus

testikulorum biasanya belum sempurna dan labia minora belum tertutup oleh labia mayora. Pembuluh darah kulit banyak terlihat dan peristaltis usus dapat

terlihat. Rambut biasanya tipis, halus dan teranyam sehingga sulit terlihat satu

persatu. Tulang rawan dalam daun telinga belum cukup, sehingga elastisitas daun

telinga masih kurang. Jaringan mamae belum sempurna dan puting susu belum

terbentuk dengan baik. Bayi kecil, posisinya masih posisi fetal yaitu posisi

dekubitus lateral, pergerakannya kurang dan masih lemah. Bayi lebih banyak tidur

daripada bangun. Tangisnya lemah, pernafasan belum teratur dan sering terdapat

apnu. Otot masih hipotonik sehingga sikap selalu dalam keadaan kedua tungkai

abduksi, sendi lutut dan sendi kaki dalam fleksi dan kepala menghadap ke satu

jurusan. Tonic neck reflex biasanya lemah, refleks moro dapat positif. Refleks

mengisap dan menelan belum sempurna, demikian juga refleks batuk. Bayi yang

kelaparan biasanya menangis, gelisah dan aktifitas bertambah. Bila dalam waktu 3

hari tanda kelaparan ini tidak terdapat, kemungkinan besar bayi menderita infeksi

atau perdarahan intrakranial. Seringkali terdapat edema pada anggota gerak yang

menjadi lebih nyata dalam 24 – 48 jam. Kulitnya tampak mengkilat dan licin serta

terdapat pitting edema. Edema ini dapat berubah sesuai dengan perubahan posisi.

Edema ini seringkali berhubungan dengan perdarahan antepartum, diabetes

mellitus dan toksemia gravidarum. Frekuensi pernafasan bervariasi sangat luas

terutama pada hari-hari pertama. Walaupun demikian bila frekuensi pernafasan

terus meningkat atau selalu diatas 60 kali/menit, harus waspada akan

kemungkinan terjadinya membran hialin (sindrom gangguan pernafasan idiopatik)

atau gangguan pernafasan karena sebab lain. Dalam hal ini penting sekali

melakukan pemeriksaan radiologi toraks.

2.2.4.2. Dismaturitas

Dismaturitas dapat terjadi preterm, term atau post term. Pada preterm akan

(36)

dismaturitas. Karakteristik fisik bayi dismaturitas sama dengan bayi prematur dan

ditambah dengan retardasi-pertumbuhan dan wasting. Pada bayi dismaturitas yang

term dan post term dengan gejala yang menonjol ialah wasting.

Menurut Greunwald (1997) dalam Hassan (2007) mengatakan bahwa tidak

semua kekurangan makanan pada janin diakibatkan oleh insufisiensi plasenta.

Gejala insufisiensi plasenta timbulnya bergantung pada berat dan lamanya bayi

menderita defisit. Defisit yang menyebabkan retardasi pertumbuhan biasanya

berlangsung kronis. Retardasi pertumbuhan yang kronis dapat menyebabkan fetal

distress (Hassan, 2007).

Fetal distress dibagi menjadi tiga golongan, yaitu (Hassan, 2007) :

1. Fetal distress akut yaitu defisit atau fetal deprivation yang hanya

mengakibatkan perinatal distress tetapi tidak mengakibatkan retardasi

pertumbuhan dan wasting.

2. Fetal distress subakut yaitu bila fetal deprivation tersebut menunjukan

tanda wasting tetapi tidak terdapat retardasi pertumbuhan.

3. Fetal distress kronis yaitu bila bayi jelas menunjukan retardasi

pertumbuhan (Hassan, Rusepno dan Alatas, H., 2007).

2.2.5. Diagnosis BBLR

2.2.5.1. Sebelum Bayi Lahir

a. Pada anamnesis sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus

prematurus atau lahir mati.

(Mochtar, 1998)

b. Pembesaran uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan.

c. Pergerakan janin yang pertama (quickening) terjadi lebih lambat,

gerakan janin lebih lambat walaupun usia kehamilan sudah lanjut.

d. Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut usia

kehamilan.

e. Sering dijumpai pada kehamilan oligohidramnion atau hidramnion,

(37)

2.2.5.2. Setelah Bayi Lahir

a. Bayi dengan retardasi pertumbuhan intrauterin tampak secara klasik

seperti bayi kelaparan. Tanda-tanda bayi ini adalah tengkorak kepala

keras, gerakan bayi terbatas, verniks kaseosa sedikit atau tidak ada,

kulit tipis, kering, berlipat-lipat dan mudah diangkat. Abdomen cekung

atau rata, jaringan lemak bawah kulit sedikit, tali pusat tipis, lembek

dan berwarna kehijauan.

(Mochtar, 1998)

b. Bayi prematur yang lahir dengan usia gestasti kurang dari 37 minggu,

verniks kaseosa ada, jaringan lemak bawah kulit sedikit, tulang

tengkorak lunak mudah bergerak, muka seperti boneka (doll-like),

abdomen buncit, tali pusat tebal dan segar, menangis lemah, tonus otot

hipotoni serta kulit tipis, merah dan transparan.

c. Bayi prematur kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam

tubuhnya, oleh karena itu sangat peka terhadap gangguan pernafasan,

infeksi, trauma kelahiran, hipotermi dan sebagainya. Pada bayi KMK,

organ tubuh lebih berkembang dibandingkan dengan bayi prematuritas

kurang bulan, oleh karena itu bayi KMK lebih mudah hidup di luar

rahim.

2.2.6. Masalah pada Bayi Prematur atau Bayi dengan BBLR

2.2.6.1. Ketidakstabilan suhu karena bayi dengan BBLR sulit untuk

mempertahankan suhu tubuh akibat peningkatan hilangnya panas,

kurangnya lemak subkutan, rasio luas permukaan terhadap berat badan

yang besar dan produksi panas berkurang akibat lemak coklat yang

tidak memadai dan ketidakmampuan untuk menggigil.

2.2.6.2. Kesulitan pernafasan akibat defisiensi surfaktan paru yang mengarah

kepada penyakit membran hialin, resiko aspirasi akibat belum

(38)

thoraks yang dapat menekuk dan otot pembantu respirasi yang lemah

dan pernafasan periodik dan apnea.

2.2.6.3. Kelainan gastrointestinal dan nutrisi yaitu refleks isap dan telan yang

buruk terutama sebelum 34 minggu, motilitas usus yang menurun,

pengosongan lambung tertunda, pencernaan dan absorpsi vitamin yang

larut lemak berkurang, defisiensi enzim laktase, menurunnya cadangan

kalsium, fosfor, protein dan zat besi dalam tubuh dan meningkatnya

resiko enterokolitis nekrotikans.

2.2.6.4. Imaturitas hati yang menyebabkan konjugasi dan ekskresi bilirubin

terganggu serta defisiensi faktor pembekuan yang bergantung pada

vitamin K.

2.2.6.5. Imaturitas ginjal yang menyebabkan ketidakmampuan untuk

mengekskresi solute load besar, akumulasi asam organik dengan

asidosis metabolik dan ketidakseimbangan elektrolit seperti

hiponatremia atau hipernatremia, hiperkalemia dan glikosuria ginjal.

2.2.6.6. Imaturitas imunologis sehingga meningkatkan resiko yang tinggi dalam

terjadinya infeksi akibat tidak banyaknya transfer IgG maternal melalui

plasenta selama trimester ketiga, fagositosis yang terganggu dan

penurunan faktor komplemen.

2.2.6.7. Kelainan neurologis berupa refleks isap dan telan yang imatur, apnea

dan bradikardi yang berulang, perdarahan intraventrikel dan

(39)

2.2.6.8. Kelainan kardiovaskular yaitu patent ductus arteriosus (PDA) yang

sering dijumpai pada bayi kurang bulan serta hipotensi atau hipertensi.

2.2.6.9. Kelainan hematologis berupa anemia, hiperbilirubinemia, disseminated

intravascular coagulation (DIC) ataupun hemorrhage disease of the newborn (HDN).

2.2.6.10. Kelainan metabolisme yang dapat menyebabkan hipokalsemia,

hipoglikemia atau hiperglikemia (Kosim, 2008).

2.2.7. Perawatan BBLR

Yang perlu dilakukan adalah pengaturan suhu lingkungan, pemberian

makanan dan siap sedia dengan tabung oksigen. Pada bayi prematur semakin

pendek masa kehamilan, makin sulit dan banyak persoalan yang akan dihadapi

serta semakin tinggi angka kematian perinatal. Biasanya kematian disebabkan

oleh gangguan pernafasan, infeksi, cacat bawaan dan trauma pada otak.

Pengaturan suhu lingkungan adalah hal pertama yang dilakukan. Bayi

dimasukkan ke dalam inkubator dengan suhu yang diatur, jika berat bayi kurang

dari 2 kg menggunakan suhu 350C, tetapi jika berat badan 2 - 2,5 kg

menggunakan suhu 340C. Suhu inkubator diturunkan 10C hingga bayi dapat

ditempatkan pada suhu lingkungan sekitar 24 - 270

Pada umumnya bayi prematur belum sempurna dalam refleks mengisap

dan batuknya, kapasitas lambung masih kecil dan daya enzim pencernaan

terutama lipase masih kurang. Makanan diberikan dengan cara menggunakan

pipet sedikit-sedikit namun lebih sering. Yang penting diperhatikan adalah

(40)

2.2.8. Prognosis BBLR

Kematian perinatal pada BBLR 8 kali lebih besar dibandingkan bayi

normal pada umur kehamilan yang sama. Semakin rendah berat bayi lahir maka

semakin buruk prognosisnya. Angka kematian yang tinggi sering dijumpai akibat

terdapatnya komplikasi neonatus seperti asfiksia, aspirasi pneumonia, perdarahan

intrakranial dan hipoglikemia. Bila bayi ini selamat, terkadang dijumpai

kerusakan pada saraf dan akan terjadi gangguan bicara, IQ yang rendah dan

gangguan lainnya (Mochtar, 1998).

2.3. Hubungan Preeklampsia dengan BBLR

Preeklampsia merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya BBLR.

Preeklampsia menyebabkan terjadinya retardasi pertumbuhan janin bahkan

kematian janin. Hal ini dikarenakan preeklampsia dapat menyebabkan insufisiensi

plasenta dan hipoksia yang berpengaruh sangat besar terhadap perkembangan

janin (Behrman, 2000).

Jika preeklampsia terjadi pada akhir trimester kehamilan, pertumbuhan

jantung, otak dan tulang rangka tampak paling sedikit terpengaruh, sedangkan

ukuran hati, limpa dan timus sangat berkurang. Keadaan klinis seperti ini

merupakan gangguan pertumbuhan asimetri dan paling sering terjadi pada ibu

hamil yang menderita preeklampsia karena preeklampsia paling sering terjadi

pada trimester akhir kehamilan. Namun jika retardasi pertumbuhan janin telah

terjadi sejak awal kehamilan, pertumbuhan otak dan tulang rangka pun terganggu.

Hal ini merupakan gangguan pertumbuhan simetri dan seringkali berkaitan

(41)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka

kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Variabel Independen Variabel Dependen

3.2. Definisi Operasional

Preeklampsia adalah terdapatnya hipertensi (tekanan darah ≥ 140/90

mmHg) yang terjadi dua kali dalam rentang waktu paling sedikit 6 jam dan

proteinuria (terdapatnya protein 1+ atau lebih dipstick atau paling sedikit 300 mg

protein dalam urin 24 jam) pada ibu hamil. Sampel yang diambil adalah yang

telah didiagnosa preeklampsia dalam rekam medis.

Berat bayi lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat lahir

kurang dari 2500 gram.

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah rekam medis ibu

(42)

3.3. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah :

3.3.1 Hipotesis nol ialah tidak terdapat hubungan antara preeklampsia dengan

terjadinya bayi lahir dengan berat bayi lahir rendah.

3.3.2 Hipotesis alternatif ialah terdapat hubungan antara preeklampsia dengan

(43)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat analitik dengan metode

pengambilan data secara potong lintang retrospektif untuk melihat hubungan

preeklampsia pada ibu hamil dengan terjadinya bayi lahir dengan berat bayi lahir

rendah (BBLR).

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan pada bulan Juni -

September 2010. Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan karena

rumah sakit ini merupakan pusat rujukan sehingga banyak kasus yang dapat

diperhitungkan dan dapat mewakilkan kasus preeklampsia yang melahirkan

BBLR di daerah Sumatera Utara dan sekitarnya.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang melahirkan di RSUP

H. Adam Malik pada tahun 2009.

4.3.2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah ibu hamil yang melahirkan di RSUP H.

Adam Malik Medan pada tahun 2009. Pengambilan sampel pada penelitian ini

(44)

4.4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah data sekunder yang

diambil dari rekam medis departemen Obstetri dan Ginekologi di RSUP H. Adam

Malik Medan. Cara pengambilan data dengan menggunakan rekam medis ibu

hamil yang melahirkan di RSUP H. Adam Malik Medan dan mencatat nomor

rekam medis, umur, status paritas, pekerjaan, riwayat preeklampsia dan berat bayi

yang dilahirkan. Setelah itu, seluruh data dimasukkan ke dalam program SPSS

dan di uji hipotesa untuk mengetahui apakah hipotesa nol ditolak atau tidak.

Seluruh pencatatan akan dimasukan ke dalam tabel distribusi frekuensi.

4.5. Metode Analisis Data

Analisis data yang digunakan dengan bantuan Statistical Package for Social

Sciences (SPSS). Uji hipotesa untuk mengetahui apakah terdapat hubungan atau

tidak pada pasien preeklampsia dengan BBLR, peneliti menggunakan uji Chi

Square (χ2) dengan menggunakan table 2x2. Uji hipotesis ini digunakan karena peneliti menggunakan variabel bebas dan variabel terikat berupa nominal

sehingga hasil pengukuran penelitian dapat membuktikan apakah hipotesis

(45)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1.Hasil Penelitian

Proses pengambilan data pada penelitian ini diambil pada bulan Juni sampai

dengan bulan September 2010 di RSUP H. Adam Malik Medan. Sampel pada

penelitian ini berjumlahkan 98 rekam medis. Berdasarkan data-data rekam medis

yang telah dikumpulkan dan dianalisis, maka dapat disimpulkan hasil penelitian

dalam paparan di bawah ini,

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

RSUP H. Adam Malik Medan merupakan rumah sakit kelas A sesuai

dengan SK Menkes No. 335/Menkes/SK/VII/1990 dan juga sebagai Rumah Sakit

Pendidikan sesuai dengan SK Menkes No. 502/Menkes/SK/IX/1991 yang

memiliki visi sebagai pusat unggulan pelayanan kesehatan dan pendidikan serta

merupakan pusat rujukan kesehatan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi

Provinsi Sumatera Utara, Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat dan Riau.

Lokasinya dibangun di atas tanah seluas ± 10 ha dan terletak di Jalan Bunga Lau

No.17 km. 12, Kecamatan Medan Tuntungan, Kotamadya Medan, Provinsi

Sumatera Utara.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Individu

Berdasarkan data rekam medis, ibu yang melahirkan pada tahun 2009 di

RSUP H. Adam Malik Medan berusia antara 16 sampai 50 tahun. Berikut ini tabel

(46)

Tabel 5.1 Distribusi Sampel Ibu yang Melahirkan Berdasarkan Umur di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009

Umur (tahun) Preeklampsia Tidak Preeklampsia Total

n % n % n %

15-24 10 37 17 63 27 27,6

25-35 11 20 44 80 55 56,1

≥ 36 5 31,3 11 68,8 16 16,3

Total 26 26,5 72 73,5 98 100

Berdasarkan tabel 5.1, kelompok sampel dengan distribusi terbanyak berada

pada kelompok usia 25 – 35 tahun sebanyak 55 orang (56,1 %) dan yang

menderita preeklampsia sebanyak 11 orang (42,3 %) dan tidak preeklampsia

sebanyak 44 orang (66,1 %), diikuti kelompok usia 15 – 24 tahun sebanyak 27

orang (27,6 %) terbagi atas 10 orang (38,5 %) menderita preeklampsia dan 17

orang (23,6 %) tidak menderita preeklampsia. Dan kelompok usia paling sedikit

adalah usia 36 tahun ke atas yaitu sebanyak 16 orang (16,3 %) dan 5 orang (19,2

%) diantaranya menderita preeklampsia.

Selain umur, karakteristik ibu yang melahirkan dapat dilihat dari pekerjaan,

pendidikan, proses lahir dan status gravida. Karakteristik sampel akan terlihat

(47)

Tabel 5.2 Distribusi Sampel Ibu yang Melahirkan Berdasarkan Pekerjaan di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009

Pekerjaan Preeklampsia Tidak Preeklampsia Total

n % n % n %

Ibu Rumah Tangga 23 26,7 63 73,3 86 87,8

Pelajar 0 0 1 100 1 1

Petani 1 50 1 50 2 2

PNS 1 16,7 5 83,3 6 6,1

Pegawai Swasta 0 0 1 100 1 1

Wiraswasta 1 50 1 50 2 2

Total 26 26,5 72 73,5 98 100

Mayoritas sampel pada penelitian ini bekerja sebagai ibu rumah tangga yang

berjumlah 86 orang (87,8 %) dan sampel tersebut yang menderita preeklampsia

sebanyak 23 orang (26,7 %). Subjek penelitian yang bekerja sebagai PNS

sebanyak 6 orang (6,1 %), wiraswasta dan petani masing-masing sebanyak 2

orang (2 %), dan sebagai pelajar dan pegawai swasta masing-masing sebanyak 1

orang (1 %).

Tabel 5.3 Distribusi Sampel Ibu yang Melahirkan Berdasarkan Pendidikan di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009

Pekerjaan Preeklampsia Tidak Preeklampsia Total

n % n % n %

SD 5 31,3 11 68,8 16 16,3

SMP 6 26,1 17 73,9 23 23,5

SMA 12 23,5 39 76,5 51 52

Sarjana 3 37,5 5 62,5 8 8,2

Total 26 26,5 72 73,5 98 100

Berdasarkan tabel 5.3, sampel memiliki latar pendidikan paling banyak yaitu

(48)

menderita preeklampsia, diikuti sampel dengan pendidikan SMP sebanyak 23

orang (23,5 %), SD sebanyak 16 orang (16,3 %) dan Sarjana sebanyak 8 orang

(8,2 %). Baik preeklampsia maupun tidak preeklampsia paling banyak berlatar

belakang pendidikan SMA yaitu sebanyak 12 orang (23,5 %) dan 39 orang (76,5

%).

Tabel 5.4 Distribusi Sampel Ibu yang Melahirkan Berdasarkan Proses Lahir di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009

Proses Lahir Preeklampsia Tidak Preeklampsia Total

n % n % n %

Partus Spontan 22 24,7 67 75,3 89 90,8

Secsio Cesaria 4 44,4 5 55,6 9 9,2

Total 26 26,5 72 73,5 98 100

Dari tabel 5.4, dapat dilihat bahwa partus spontan pervaginam merupakan

proses lahir paling sering, yaitu 89 kasus (90,8 %), sedangkan pada proses lahir

secsio cesaria hanya sebanyak 9 kasus (9,2 %).

Tabel 5.5 Distribusi Sampel Ibu yang Melahirkan Berdasarkan Status Gravida di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009

Status Gravida Preeklampsia Tidak Preeklampsia Total

n % n % n %

Primigravida 14 42,4 19 57,6 33 33,7

Multigravida 12 18,5 53 81,5 65 66,3

Total 26 26,5 72 73,5 98 100

Ibu yang melahirkan di Rumah Sakit Adam Malik pada tahun 2009 lebih

banyak dengan status multigravida dibandingkan dengan status primigravida. Hal

ini dapat dilihat pada tabel 5.5, ibu multigravida sebanyak 65 orang (66,3 %) dan

(49)

sebanyak 14 orang (42,4 %) sedangkan yang multigravida sebanyak 12 orang

(18,5 %).

Selain karakteristik ibu, pada penelitian ini juga dapat dilihat karakteristik

dari bayi yang dilahirkan berupa jenis kelamin dan berat bayi lahir. Karakteristik

pada bayi akan terlihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.6 Distribusi Sampel Bayi Baru Lahir Berdasarkan Jenis Kelamin di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009

Jenis Kelamin Preeklampsia Tidak Preeklampsia Total

n % n % n %

Laki-laki 11 23,4 36 76,6 47 48

Perempuan 15 29,4 36 70,6 51 52

Total 26 26,5 72 73,5 98 100

Berdasarkan tabel diatas, bayi yang lahir lebih banyak berjenis kelamin

perempuan dibandingkan laki-laki, yaitu perempuan sebanyak 51 bayi (52 %) dan

laki-laki sebanyak 47 bayi (48 %). Pada pasien preeklampsia tidak banyak

perbedaan antara bayi yang lahir laki-laki maupun perempuan, yaitu 11 (23,4 %)

bayi laki-laki dan 15 (29,4 %) bayi perempuan.

Tabel 5.7 Distribusi Sampel Bayi Baru Lahir Berdasarkan Berat Bayi Lahir di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009

Berat Lahir (gram)

Preeklampsia Tidak Preeklampsia Total

n % n % n %

< 2500 18 90 2 10 20 20,4

2500-4000 8 10,7 67 89,3 75 76,5

> 4000 0 0 3 100 3 3,1

Total 26 26,5 72 73,5 98 100

Bayi yang lahir dengan berat lahir normal (2500-4000 gram) merupakan

(50)

lahir rendah lebih banyak daripada bayi yang lahir dengan berat lahir lebih dari

normal. Bayi dengan berat lahir < 2500 gram sebanyak 20 bayi (20,4 %) dan 18

bayi (90 %) diantaranya merupakan bayi yang dilahirkan oleh pasien

preeklampsia, sedangkan bayi yang lahir dengan berat > 4000 gram sebanyak 3

bayi (3,1 %) dan tidak ada penderita preeklampsia yang melahirkan bayi dengan

berat lahir > 4000 gram.

5.1.3. Kejadian Preeklampsia dan Berat Bayi Lahir Rendah di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009

Berdasarkan data rekam medis yang didapat, preeklampsia dan kejadian

berat bayi lahir rendah merupakan kejadian yang cukup sering terjadi. Hal ini

dapat dilihat pada tabel distribusi kejadian preeklampsia beserta rata-rata berat

bayi lahir dan distribusi kejadian berat bayi lahir rendah di bawah ini.

Tabel 5.8 Distribusi Kejadian Preeklampsia dan Rata-rata Berat Bayi Lahir di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009

Preeklampsia Jumlah (orang) Persentase (%) Rata-rata Berat Bayi Lahir (gram)

Ya 26 26,5 2343,85

Tidak 72 73,5 3223,89

Total 98 100

Dari tabel 5.8 dapat dilihat kejadian preeklampsia di RSUP H. Adam Malik

Medan Tahun 2009 sebanyak 26 orang (26,5 %) dengan rata-rata berat bayi lahir

2343,85 gram yang termasuk ke dalam kategori berat bayi lahir rendah. Pada

pasien yang tidak preeklampsia, yaitu sebanyak 72 orang (73,5 %), memiliki

rata-rata berat bayi lahir 3223,89 gram dan masuk ke dalam kategori bayi lahir dengan

Gambar

Tabel 5.1 Distribusi Sampel Ibu yang Melahirkan Berdasarkan Umur di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009
Tabel 5.2 Distribusi Sampel Ibu yang Melahirkan Berdasarkan Pekerjaan di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009
Tabel 5.4 Distribusi Sampel Ibu yang Melahirkan Berdasarkan Proses Lahir di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009
Tabel 5.6 Distribusi Sampel Bayi Baru Lahir Berdasarkan Jenis Kelamin di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009
+3

Referensi

Dokumen terkait

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XLI-B6, 2016 XXIII ISPRS Congress, 12–19 July 2016, Prague, Czech

Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi faktor penting dalam perancangan website untuk pengarsipan dokumen tak hanya perngarsipan sistem ini dapat melihat perankingan

Islam merupakan agama yang menjadi rahmat bagi semua( rahmatan lil ‘alamin ) tidak ada ketentuan dalam Islam yang merugikan salah satu pihak (dalam konteks rumah

Adapun yang menjadi perumusan masalah dalam skripsi ini adalah : Bagaimana Pengaturan Hukum Perasuransian di Indonesia, Bagaimana Peranan Otoritas Jasa Keuangan Terhadap

Tahap keempat pengujian sistem ini merupakan tahapan untuk menguji sistem yang telah dirancang dan dibuat untuk diterapkan pada LPMAI, pengujian sistem manajemen dokumen

Tidak hanya Ibn Katsir yang berpandangan perempuan hanya ‘boleh’ berperan domestik, melainkan juga al-Alusi dalam tafsirnya Ruh al- Ma‘ani , tetapi juga al-Maraghi dalam

Berdasarkan penelitian peran pengawasan terhadap lembaga perasuransian sebelum lahirnya UU Perasuransian diatur di dalam UU OJK.Terhadap pengawasan tersebut diatur di dalam pasal 6

Salatiga merupakan Kota yang berada di provinsi Jawa Tengah, Sektor pariwisata merupakan faktor penting bagi pendapatan daerah dan negara, karena selain memberikan