• Tidak ada hasil yang ditemukan

Status Sosial Ekonomi Dan Persepsi Terhadap Nilai Anak Laki-Laki Dalam Keluarga Batak-Mandailing...

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Status Sosial Ekonomi Dan Persepsi Terhadap Nilai Anak Laki-Laki Dalam Keluarga Batak-Mandailing..."

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS INDONESIA

PROGRAM PASCASARJANA

STATUS SOSIAL EKONOMI DAN PERSEPSI TERHADAP

NILAI ANAK LAKI-LAKI DALAM KELUARGA BATAK

MANDAILING DI KOTAMADYA MEDAN

ICHLASIAH DALIMOENTHE

NIM : 3990012134

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh Gelar Magister

dalam Bidang Ilmu Sosial

Program Studi ilmu Sosiologi

JAKARTA

1994

Ichlasiah Dalimoenthe : Status Sosial Ekonomi Dan Persepsi Terhadap Nilai Anak Laki-Laki Dalam…, 1994

(2)

UNIVERSITAS INDONESIA

Ichlasiah Dalimoenthe : Status Sosial Ekonomi Dan Persepsi Terhadap Nilai Anak Laki-Laki Dalam…, 1994

(3)

pula dilihat dalam hal pembagian harta warisan. Menurut adat Batak - Mandailing, anak perempuan tidak mendapat hak waris. Namun, temuan penelitian menunjukkan, bahwa sebagian besar responden akan memberikan warisan yang sama, baik bagi anak laki-laki maupun anak perempuan. Tampaknya, k et i a d a an a n a k l a k i - l ak i d a l a m s e b u ah k e lu a rg a Ba t a k - Mandailing, bukan lagi merupakan masalah besar. Walaupun menurut adat anak lelaki ditetapkan sebagai penerus marga, anggapan bahwa keberlanjutan keturunan itu semata-mata ditentukan oleh adanya anak lelaki, cenderung tidak lagi terlalu dominan.

Keterikatan terhadap marga dan pengetahuan mengenai silsilah marga masih tetap kuat dalam diri orang-orang Batak - Mandailing. Namun, kehidupan di kota besar, dengan segala gejolak dan dinamikanya, cenderung menyebabkan interaksi dalam hubungan kekerabatan di antara mereka kurang intensif.

V a r i a b e l s t a t u s s o s i a l e k o n o m i d e n g a n i n d i k a t o r pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan pemilikan tampaknya kurang berpengaruh terhadap perubahan persepsi mengenai nilai anak laki-laki dalam keluarga Batak - Mandailing di kota Medan.

Hasil uji hipotesis dengan menggunakan tes statistik Ta u Kendall

menunjukkan, bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel status sosial ekonomi dan persepsi mengenai nilai anak laki-laki. Dengan demikian, hipotesis yang sebelumnya diajukan dalam penelitian ini, ditolak. Kemungkinan ada faktor-faktor lain -- seperti media televisi, radio, surat kabar dan majalah, ataupun k o n t a k d e n g a n k e l o m p o k - k e l o m p o k s o s i a l l a i n - - y a n g cenderung lebih mempengaruhi perubahan persepsi tersebut. Untuk itu kiranya diperlukan penelitian lebih lanjut.

Ichlasiah Dalimoenthe : Status Sosial Ekonomi Dan Persepsi Terhadap Nilai Anak Laki-Laki Dalam…, 1994

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara status sosial ekonomi keluarga dengan status gizi anak usia sekolah di SD N Godog 1

Dengan demikian hipotesis dalam penelitian ini dapat diterima yaitu ada pengaruh yang positif dan signifikan antara pola asuh orang tua dan status sosial

Status sosial ekonomi (SSE) yang terdiri dari pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan secara bersama- sama memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap persepsi

Dengan demikian hipotesis yang diajukan pada penelitian ini bahwa ada perbedaan perilaku kekerasan terhadap anak ditinjau dari status sosial ekonomi dapat diterima.. Kata kunci

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi sosial laki-laki terhadap perilaku male grooming adalah aktivitas berdandan yang dilakukan oleh laki-laki untuk memenuhi suatu

Status sosial ekonomi dan hasil belajar ekonomi secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap literasi ekonomi, hal ini berarti status sosial ekonomi orang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status sosial ekonomi dan pengalaman kerja terhadap variabel persepsi etis

Sistem nilai mengenai status anak laki-laki dan perempuan dalam keluarga/rumah tangga petani yang berkenaan dengan hak atas harta (termasuk sumberdaya agraria) pada masyarakat