• Tidak ada hasil yang ditemukan

AYAT AL-QURAN TENTANG PEMBUATAN KEPUTUSAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "AYAT AL-QURAN TENTANG PEMBUATAN KEPUTUSAN"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Ayat – Ayat Siyasah

Dosen Pengampu : DR.M.Nur S.Ag, M.Ag.

Disusun Oleh :

Ryan Anggara (14370025) Fatkhul Huda (14370031) Dede Suryanti (14370033)

HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA 2016

(2)

PENDAHULUAN

A. Lalar Belakang

Pengambilan keputusan adalah suatu proses memilih alternatif cara bertindak dengan metode yang efisien sesuai situasi. Pengambilan keputusan dalam Al-Qur’an dijelaskan dengan cara bermusyawarah. Namun Dalam menafsiri berbagai syari’at Islam, kebanyakan kaum muslim sendiri lebih menekankan syari’at tersebut hanya terbatas pada sesuatu yang bersifat spritual saja tanpa memperhatikan adanya bentuk syariat yang mengedepankan bentuk hubungan sosial yang baik dalam masyarakat. Bahwa kewajiban terwujudnya hubungan sosial yang baik tersebut tidak boleh ditinggalkan dalam tatanan kehidupan bermasyarakat baik sesama muslim maupun non-muslim, salah satunya yaitu adanya konsep musyawarah.

Musyawarah merupakan salah satu pesan syari’at yang sangat ditekankan di dalam al-Qur’an keberadaannya dalam berbagai bentuk pola kehidupan manusia, baik dalam suatu rumah kecil yakni rumah tangga yang terdiri anggota kecil keluarga, dan dalam bentuk rumah besar yakni sebuah negara yang terdiri dari pemimpin dan rakyat, konsep Musyawarah merupakan suatu landasan tegaknya kesamaan hak dan kewajiban dalam kehidupan manusia, dimana antara pemimpin dan rakyat memilki hak yang sama membuat aturan yang mengikat dalam lingkup kehidupan bermasyarakat.

(3)

satu landasan syari’ah yang harus tetap ditegakan, terutama dalam kehidpan moderen saat ini.

B. Rumusan Masalah

1. Definisi pembuatan keputusan ( decision making ). 2. Dasar-dasar pengambilan keputusan.

3. Kajian Islam mengenai pengambilan keputusan. C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian pengambilan keputusan. 2. Untuk mengetahui dasar pengambilan keputusan.

(4)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengambilan Keputusan (Decision Making)

1. Pengertian Pengambilan Keputusan (Decision Making)

Menurut Salusu (2004) pengambilan keputusan adalah suatu proses memilih alternatif cara bertindak dengan metode yang efisien sesuai situasi. Ketika keputusan sudah dibuat, sesuatu yang baru mulai terjadi. Dengan kata lain, keputusan mempercepat diambil tindakan, serta mendorong lahirnya gerakan dan perubahan (Hill et al., dalam Salusu 2004). Harus ada tindakan yang dibuat saat tiba waktunya dan tindakan itu tidak dapat ditunda. Sekali keputusan dibuat, harus diberlakukan dan kalau tidak, sebenarnya itu bukanlah keputusan, tetapi lebih tepat dikatakan suatu hasrat, niat yang baik (Drucker&Hoy, dalam Salusu, 2004).1

Dari definisi di atas maka dapat dikatakan bahwa pengambilan keputusan merupakan suatu proses mengidentifikasi dan memilih alternatif berdasarkan nilai-nilai dan preferensi yang dimiliki. Hal ini berarti bahwa dalam pengambilan keputusan terdapat alternatif pilihan yang tidak hanya harus diidentifikasi tetapi juga dipilih, dan pemilihannya sesuai dengan nilai, tujuan, gaya hidup dan lain sebagainya sebagaimana yang dianut pengambil keputusan. Proses yang terjadi pada pengambilan keputusan bertujuan untuk menekan ketidakpastian dan keraguan atas alternatif pilihan (Harris, 1998).

2. Fungsi dan Tujuan Pengambilan Keputusan

(5)

fungsi pengambilan keputusan individual atau kelompok baik secara institusional ataupun organisasional, sifatnya futuristik. Namun, dapat di spesifikan sebagai berikut2 :

 Pemecahan semu konflik  Penghindaran ketidakpastian  Pencarian akar masalah

Tujuan pengambilan keputusan dibagi menjadi dua yaitu bersifat tunggal dan ganda. Bersifat tunggal yaitu hanya satu masalah dan tidak berkaitan dengan masalah lain sedangkan bersifat ganda tujuannya masalah saling berkaitan, dapat bersifat kontradiktif ataupun tidak kontradiktif.3

3. Dasar – Dasar Pengambilan Keputusan

George R. Terry menjelaskan dasar-dasar dari pengambilan keputusan yang berlaku, antara lain4 :

1. Intuisi

Keputusan yang diambil berdasarkan intuisi atau perasaan lebih bersifat subjektif yaitu mudah terkena sugesti, pengaruh luar. dan faktor kejiwaan lain.

2. Pengalaman

Pengalaman memang dapat dijadikan pedoman dalam menyelesaikan masalah. keputusan yang berdasarkan pengalaman sangan bermanfaat bagi pengetahuan praktis. Pengalaman dan kemampuanuntuk memperkirakan apa yang menjadi latar belakang masalah dan bagaimana arah penyelesaian sangat membantu dalam memudahkan pemecahan masalah

2 Staff Gunadarma, Konsep Pengambilan Keputusan, hlm. 5 3 Ibid

(6)

3. Fakta

Keputusan yang berdasarkan fakta, data atau informasi yang cukup itu merupakan keputusan yang baik dan losid. namun untuk mendapatkan informasi yang cukup itu sangat sulit.

4. Wewenang

Keputusan berdasarkan wewenang kadangkala oleh pembut keputusan sering melewati permasalah yang seharusnya dipecahkan justru menjadi kabur atau kurang jelas.

5. Rasional

Masalah yang dihadapi berkaitan dengan daya guna dan pemecahan secara rasional.

4. Kajian Islam Mengenai Pengambilan Keputusan

Dalam Islam, menurut Ibnu Taimiyah pengambilan keputusan yang disepakati ialah Musyawarah, sebab merupakan ijma’ (konsensus) hasil musyawarah dan tidak merupakan rekayasa sepihak untuk mementingkan kepentingan tertentu.5 Selain itu, dalam Islam terdapat prinsip

1. Prinsip pengambilan keputusan dalam Islam a. Adil

Prinsip yang pertama dan paling utama dalam pengambilan keputusan adalah adil. Secara istilah adil dapat diartikan tidak berat sebelah, tidak memihak dan seimbang. Prinsip keadilan sangat penting karena dengan keadilan keputusan yang diambil tidak merugikan oerang lain.

b. Amanah

Amanah dapat diartikan pula terpercaya. Melalui amanah maka dalam pengambilan keputusan akan memiliki dampak psikologis

(7)

bahwa keputsan tersebut merupakan keputusan yang harus dilaksanakan dan akan dipertanggung jawabkan dikemudian hari. Sifat amanah sangat diperlukan karena menyangkut hajat hidup manusia sehari-hari, baik dalam urusan pribadi, maupun urusan bersama.

c. Istiqomah

Dalam Islam Istiqomah berarti berpendirian teguh atas jalan yang lurus, berpegang pada akidah Islam dan melaksanakan syariat dengan teguh, tidak berubah dan berpaling walau dalam apa-apa keadaan sekalipun.

d. Kejujuran

Dalam Islam kita dituntut untuk bersikap jujur dalam setiap perbuatan, termasuk dalam pengambilan keputusan.

2. Ayat tentang Pengambilan Keputusan a. Al-Baqarah ayat 233

(8)

اوم

ه للع

ي اول هللنلا اوقهتنمماممم

ول

ف

ن ورهعيملليابن

م

ي تهييتلآ

رسيص

ن بل ن

ل ولهم

ل عيتل ام

ل بن هللنلا ن

ن أل

Artinya :

“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawarahan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”

Tafsir Surat Al-Baqarah 233 Menurut Tafsir Al-Azhar

Ayat ini mengandung dalil boleh berijtihad dalam hukum. Hal ini berdasarkan kebolehan dari Allah SWT bagi orang tua untuk bermusyawarah dalam hal-hal yang membawa kebaikan bagi anak, sekalipun berdasarkan perkiraan mereka saja dan bukan berdasarkan hakikat atau keyakinan. At-Tasyaawur (musyawarah) adalah mengeluarkan (mencari) pendapat yang terbaik.

(9)

membuat lari binatang tunggangan itu. Asy-syiwaar artinya perabot rumah.

Digunakan kata ini karena perabot rumah itu nampak bagi siapa saja yang melihat. Asy-Syaarah artinya penampilan seseorang. Al-isyaarah artinya mengeluarkan apa yang ada dalam diri anda dan menampakkannya. Di dalam ayat ini bertemu dua kalimat yang mengandung suasana rela dan damai; pertama kalimat Taradhin, artinya berkerelaan kedua pihak, kedua kalimat tasyawurin, artinya bermusyawarah kedua pihak, bertukar fikiran.

Dalam kedua kalimat ini terdapatlah bahwa di dalam dasar hati rela sama rela, harga menghargai, di antara suami isteri, demi kemaslahatan anak mereka, memulai musyawarah bagaimana yang terbaik untuk anak mereka. Ayat ini mempertegas lagi pelaksanaan ujung ayat 228, Yaitu bahwa si isteri mempunyai hak yang sama dengan suami dan perlakuan yang sama. Di dalam ayat ini ditunjukkan cara pelaksanaan hak dan kewajiban, yaitu dalam suasana cinta dan musyawarah. Kalau hati sama-sama terbuka, tidak ada kusut yang tidak dapat diselesaikan dan tidak ada keruh yang tidak dapat dijernihkan. Hasil keputusan mereka berdua, hasil dari ridha-meridhai dan musyawarah, diakui dan diridhai pula oleh Allah.6

b. Asy – Syuura : 38

ة

ل للص

ن لا اومهاقلأ

ل ول ميهنببرللن اوبهاجلتلسيا نليذنلناول

م

ي ه

ه انلقيزلرل امنمنول ميههنلييبل ى

ذ رلوش

ه م

ي ه

ه رهميألول

ن

ل وق

ه فننييه

Artinya :

(10)

"Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka."

Mufrodatnya :

Lafadz Arti Lafadz Arti

نل يذنلناول Dan

orang-orang yang ىرلوش

ه Musyawarah

اوبهاجلتلسي ا Mematuhi

seruan مي ههنلييبل

Di antara mereka

مي هنببرللن Tuhan

mereka امن منول

Dan dari apa

ة

ل لصن لا اومهاقلأل ول Dan mereka mendirikan Shalat

مي هه انلقيزلرل Yang kami berikan kepada mereka

مي هه رهميألول Dan urusan

mereka نل وقه فننييه Mereka menafkahkan

Penjelasan tafsir :

Menurut Tafsir Al-Musbah :

(11)

Kata Syura’, terambil dari kata syaur. Kata syuura bermakna mengambil dan mengeluarkan pendapat yang terbaik dengan memperhadapkan satu pendapat dengan pendapat yang lain. Kata ini terambil dari kata Syirtu Al-‘Asal yang bermak na : saya mengeluarkan madu (dari wadahnya). Ini berarti mempersamakan pendapat yang terbaik dengan madu dan bermusyawarah adalah upaya meraih madu itu di manapun I ditemukan. Atau dengan kata lain, pendapat siapa pun yang dinilai benar tanpa mempertimbangkan siapa yang menyampaikannya. Untuk jelasnya, rujuklah pada Q.S Ali-Imran ayat 159.

Al-Qur’an tidak menjelakan bagaimana bentuk syuura yang dianjurkannya. Ini untuk memberi kesempatan kepada setiap masyarakat menyusun bentuk syuura yang mereka inginkan sesuai dengan perkembangan. Perlu diingat bahwa ayat ini turun pada periode belum lagi terbentuk masyarakat Islam yang memiliki kekuasaan politik sebelum terbentuknya negara madinah dibawah pemimpin rasul saw.turunnya ayat yang menguraikan syuura pada periode makkah menunjukan bahwa bermusyawarah adalah anjuran Al-Quran dalam segala waktu dan berbagai persoalan yang belum ditemukan petunjuk Allah di dalamnya.7

Menurut Tafsir Al-Wasith

Ayat ini turun terkait dengan kaum anshar: Rasulullah saw. Menyeru mereka untuk beriman, merka memenuhi seruan tersebut dan mendirikan shalat.

-Menunaikan shalat pada waktunya dengan menyempurnakan rukun dan syaratnya, disertai sifat khusyuk kepada Allah dan hati yang jernih lagi terikat dengan Allah. Shalat merupakan tiang agama dan amal ibadah paling agung.

(12)

-Mereka saling bermusyawarah untuk menyelesaikan urusan khusus maupun umum, seperti urusan hukum, pemerintahan, pengumuman perang, pengangkatan pemimpin, hakim, pejabat negara, dan lain sebagainya. Mencakup urusan urusan umum dan khusus.

-Menginfakkan di jalan Allah dan untuk ketaatan kepadaNya sebagian rezekia yang di karuniakan Allah meliputi harta benda dan semua bentuk kebaikan. Sebab, infak menjadi sumber kekuatan umat, sebagai solusi kelemahan, menjadi jalan untuk mengangkat kehormatan umat dan merealisasikan jaminan sosial yang mesti terwujud antara kaum kaya dan kaum fakir.

-Mereka juga individu-individu yang pemberani dan kuat, apabila mereka melihat kezaliman dan tindakakn sewenang-wenang mereka menolong pihak yang terzalimi dan mengembalikan hak hak mereka yang trampas, dan apabila mereka mampu memberi maaf ini merupakan pujian bagi orang yang memberi pertolongan untuk melawan tindakan lalim. 8

c. Q.S Ali Imran : 159

ت

ل نك

ه ويللول ميههلل ت

ل نلن ه

ن لللا ن

ل مب ةرم

ل ح

ي رل املبنفل

ك

ل لنويحل ن

ي من ايوض

ض ف

ل نل

ل ب

ن ليق

ل ليا ظ

ل يلنغل اظ

ظ فل

م

ي ه

ه ريوناش

ل ول ميههلل ريفنغيتلس

ي اول م

ي ههنيع

ل ف

ه ع

ي افل

ه

ن لللا ىللع

ل ل

ي ك

ن ولتلفل ت

ل ميزلع

ل اذلإنفل رنميل

ل ا يفن

ن

ل يلنك

ب ولتلمهليا ب

ض ح

ن يه هللللا ن

ن إن

(13)

Artinya :

“Maka disebabkan rahmat dari Allah swt-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka, sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkan ampunan bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu, dan apabila kamu telah membulatkan tekad maka berdakwahlah kepada Allah swt, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”. (QS. Ali Imran: I59).

Mufrodatnya :

Lafadz Arti Lafadz Arti

امل بنفل Maka

disebabkan

مي ههنيعل Pada mereka

ةر مل حي رل Rahmat (kasih sayang)

مي ههلل ريفن غيتلسي اول Dan mohonkan ampun bagi mereka

ه

ن لنلا نل من Dari Allah مي هه ريوناشل ول Dan

musyawarahlah dengan mereka

مي ههلل تل نيلن Kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka

رنميلا يفن Dalam suatu

urusan

تل نيكه ويللول Sekiranya kamu bersikap

تل ميزلعل اذلإنفل Maka apabila

kamu telah

bersepakat

اظظ فل Berperilaku

kasar

لي كن ولتلفل Maka

berserahdirilah

بن ليقل ليا ظل يلنغل Berhati kasar هن لنلا ىللعل Kepada Allah

اوضض فل نيل Tentulah mereka

menjauhkan diri هللنلا نن إن

Sesungguhnya Allah

كل لنويحل ني من Dari

sekelilingmu

بض حن يه Menyukai

فه عي افل Maka

maafkanlah

نل يلنكب ولتلمهليا Orang-orang yang bertawakal

Penjelasan tafsir :

(14)

Pertama: Para ulama berkata: “Allah SWT memerintahkan kepada Nabi-Nya dengan perintah-perintah ini secara berangsur-angsur. Artinya Allah memerintahkan kepada beliau untuk memaafkan mereka atas kesalahan mereka terhadap beliau karena telah meninggalkan perintah beliau. Setelah mereka mendapatkan maaf, Allah memerintahkan beliau untuk memintakan ampun atas kesalahan mereka terhadap Allah. Setelah mereka mendapatkan hal ini, maka mereka pantas untuk diajak bermusyawarah dalam segala perkara.

Kedua, Ibnu ‘Athiyah berkata, “ Musyawarah termasuk salah satu kaidah syariat dan penetapan hukum-hukum. Barang siapa yang tidak bermusyawarah dengan ulama, maka wajb diberhentikan (jika dia seorang pemimpin). Tidak ada pertentangan tentang hal ini. Allah memuji orang-orang yang beriman karena mereka suka bermusyawarah dengan firmannya, مم ههننيمبن ىرنوشه مم ههرهممأن و “Sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka”.

Ketiga, firman Allah,” Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu” menunjukkan kebolehan ijtihad dalam semua perkara menentukan perkiraan bersama didasari dengan wahyu. Sebab, Allah mengizinkan hal ini kepada Rasul-Nya.

Keempat, tertera dalam tulisan Abu Daud, dari Abu Hurairah, dia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, نن منتنؤممه رهاشن تنسم مهلا “Orang yang diajak bermusyawarah adalah orang yang dapat dipercaya.

Kelima, kriteria orang yang diajak bermusyawarah dalam masalah kehidupan di masyarakat adalah memiliki akal, pengalaman, dan santun kepaa orang yang mengajak bermusyawarah.

(15)

maka hendaklah orang yang bermusyawarah menguatkan tekad untuk melaksanakannya sambil bertawakal kepada-Nya, sebab inilah akhir ijtihad yang dikehendaki. Dengan ini pula Allah memerintahkan kepada Nabi-Nya dalam ayat ini.

Ketujuh, Allah berfirman, faidza ‘azamta fatawakkal ‘alallah, berarti bahwa kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad maka bertawakallah kepada Allah. Qatadah berkata, “ Allah SWT memerintahkan kepada Nabi-Nya apabila telah membulatkan tekad atas suatu perkara agar melaksanakannya sambil bertawakal kepada Allah SWT.9

d. An-Nisa ayat 59

اوعهيط

ن ألول هللنلا اوعهيط

ن أل اونهملآ ن

ل يذنلنا اهليضأ

ل ايل

ن

ي مممإنمم

فل

م

ي ك

ه نيمنرنميلي

ل ا يلنوأهول للوسهرنلا

ه

ن لنلا ىللإن ههودضرهفل ءري

ي ش

ل يفن ميتهعيزلانلتل

م

ن وييللياول ه

ن لنلابن ن

ل ونهمنؤيته م

ي تهنيك

ه ن

ي إن ل

ن وس

ه رنلاول

لليونأيتل ن

ه س

ل ح

ي ألول رسييخل ك

ل ممملنمم

ذلذ

ر

ن خ

ن ليا

Artinya :

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.

(16)

Tafsiran Ayat :

Menurut Tafsir Al-Azhar

Ayat ini dengan sendirinya menjelaskan bahwa masyarakat manusia, di sini dikhususkan masyarakat orang yang beriman, mestilah tunduk kepada peraturan. Peraturan Yang maha Tinggi ialah Peraturan Allah. Inilah yang wajib ditaati. Allah telah menurunkan peraturan itu dengan mengutus Rasul-rasul, dan penutup segala rasul ialah Nabi Muhammad SAW. Rasul-rasul membawa undang-undang Tuhan yang termaktub di dalam Kitab-kitab suci, Taurat, Zabur, Injil dan al-Qur’an.

Maka isi Kitab suci itu semuanya, pokoknya ialah untuk keselamatan dan kebahagiaan kehidupan manusia. Ketaatan kepada Allah mengenai tiap-tiap diri manusia walaupun ketika tidak ada hubungannya dengan manusia lain. Ummat beriman disuruh terlebih dahulu taat kepada Allah, sebab apabila dia berbuat baik, bukanlah semata-mata karena segan kepada manusia, dan bukan pula karena semata-mata mengharap keuntungan duniawi. Dan jika dia meninggalkan berbuat suatu pekerjaan yang tercela, bukan pula karena takut kepada ancaman manusia.

(17)

mereka yang berkuasa itu adalah daripada kamu juga, naik atau terpilih atau kamu akui kekuasaannya, sebagai satu kenyataan.10

Al-Hafidz Ibnu Hajar berpendapat bahwa maksud munasabah ayat ini disangkut pautkan dengan alasan turunnya ayat ini karena dalam kisah tersebut disebutkan adanya batasan antara taat kepada perintah pimpinannya dan menolak perintah untuk terjun ke dalam api, pada saat itu mereka memerlukan petunjuk berkenaan dengan apa yang harus mereka lakukan. Ayat ini (Q.S 4:59) turun memberikan petunjuk kepada mereka, apabila berbantahan hendaklah kembali kepada Allah dan Rasulnya.11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

10Hamka, Tafsir Al-Azhar jilid.2, hal. 1276-1277

(18)

Pengambilan keputusan merupakan suatu proses mengidentifikasi dan memilih alternatif berdasarkan nilai-nilai dan preferensi yang dimiliki. Dalam Islam pengambilan keputusan disepakati sebagai musyawarah, sesuai dengan pendapat Ibnu Taimiyyah yang mengatakan bahwa musyawarah merupakan bagian konsensus yang tidak membawa kepentingan diri sendiri.

Dasar-dasar pengambilan keputusan terbagi menjadi beberapa sub yaitu pertama, berasal dari intuisi atau Intuisi atau perasaan lebih bersifat subjektif yaitu mudah terkena sugesti, pengaruh luar. Kedua, pengalaman yang dijadikan pedoman dalam menyelesaikan masalah. Ketiga, keputusan yang berdasarkan fakta, data atau informasi yang cukup itu merupakan keputusan yang baik. Keempat, keputusan berdasarkan wewenang atau kekuasaan seseorang. Kelima, keputusan dengan rasional yaitu masalah yang dihadapi berkaitan dengan daya guna dan pemecahan secara rasional.

B. Kritik dan Saran

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat kekurangan dan ketidaksempurnaan, maka kami mengharapkan kritikan dan saran untuk kesempurnaan makalah ini, sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.

(19)

Purba, JL, Pengambilan Keputusan, Tesis, Universitas Sumatera Utara, 2011. Hlm 1

Staff Gunadarma, Konsep Pengambilan Keputusan, hlm. 5

Tapiheru,Joash, Pengambilan Keputusan Kebijakan Publik, Menembus Batas Rasionalisme, Inkrementalisme dan Irasionalisme, hlm. 2

Shohahussurur, Proses Pengambilan Keputusan dalam Perspektif Ibnu Taimiyyah, Jurnal Tsaqafah, Vol. 6, No. 1, April 2010. Hlm. 67

Amrullah, Haji Abdul Malik Abdulkarim, Tafsir Al-Azhar Juz 1, Singapura: Kerjaya print Pte Ltd, 2007), hal. 562-563.

Shihab, M.Quraish, Tafsir Al-Mishbah,Jakarta Pusat : Lentera hati, 2002, hlm.177-179.

Prof. Dr. Wahbah az-zuhaili, Tafsir Al-wasth Jilid 3, Jakarta:Gema Insani, 2003, hlm. 370-371

Imam al-Qurthubi, Syaikh, Tafsir al-Qurthubi Jilid 3, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), hlm. 622-628.

Hamka, Tafsir Al-Azhar jilid.2, hal. 1276-1277

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pengertian istilah, munasabah diartikan sebagai ilmu yang membahas hikmah korelasi urutan ayat al- Qur’ a>n atau dengan kalimat lain, munasabah adalah usaha

Pengambilan keputusan dalam konteks tulisan ini ialah Keputusan Kampung atau Peraturan Kampung yang ditetapkan melalui mekanisme musyawarah dan mufakat dengan memperhatikan secara

Tulisan ini mencoba mengupas kembali periodesasi Makkiyah dan Madaniyah serta menjelaskan tartib yang menjadi dasar dalam penyusunan al-Quran, sehingga dapat

Kontekstualitas dalam penafsiran al Qur’an menurut Harun, sangat diperlukan dalam rangka menghapus ikatan-ikatan tradisi yaitu penafsiran ajaran-ajaran Islam terutama al Qur’an

Seperti halnya surat, panjang pendek ayat juga sangat beragam. Dalam beberapa surat, pada umumnya surat-surat panjang, ayat-ayat pun yang panjang dan menggugah. Sedangkan

Disini Muhammad al-Ghali mengomentari bahwa the hidden meaning ayat ini adalah adanya sikap fanatisme keagamaan yang sempit dimana hal itu sangat bertentangan

“Tipologi Resepsi Al-Qur‟an dalam Tradisi Masyarakat Pedesaan: Studi Living Qur‟an di Desa Sukawana, Majalengka.” Jurnal Al-

i PEMBACAAN AL-QURAN SURAH AL-INSYIROH, AL-KAUTSAR DAN AYAT KURSI DALAM TRADISI BUDAYA JAWA TINGKEPAN, MITONAN, BROKOHAN, SEPASARAN STUDI LIVING QUR’AN DI DESA TRAWASAN KABUPATEN