• Tidak ada hasil yang ditemukan

Transformasi Arcade pada Ruko (Studi Kasus: Koridor Jalan Ahmad Yani Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Transformasi Arcade pada Ruko (Studi Kasus: Koridor Jalan Ahmad Yani Medan)"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

TRANSFORMASI ARCADE PADA RUKO

STUDI KASUS : KORIDOR JALAN AHMAD YANI MEDAN

SKRIPSI

OLEH

FANNY KHAIRUNNISA 100406074

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

TRANSFORMASI ARCADE PADA RUKO

STUDI KASUS : KORIDOR JALAN AHMAD YANI MEDAN

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Dalam Departemen Arsitektur

Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Oleh

FANNY KHAIRUNNISA 100406074

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

PERNYATAAN

TRANSFORMASI ARCADE PADA RUKO

STUDI KASUS : KORIDOR JALAN AHMAD YANI MEDAN

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 2014

(4)

Judul Skripsi : Transformasi Arcade pada Ruko

Studi Kasus: Koridor Jalan Ahmad Yani Medan Nama Mahasiswa : Fanny Khairunnisa

Nomor Pokok : 100406074 Departemen : Arsitektur

Menyetujui Dosen Pembimbing

Koordinator Skripsi,

Dr. Ir. Dwira Nirfalini Aulia, M.Sc

Ketua Program Studi,

Ir. N. Vinky Rahman, MT

Tanggal Lulus: 17 Juli 2014

(5)

Tanggal : 17 Juli 2014

Panitia Penguji Skripsi

Ketua Komisi Penguji : Prof. Ir. Mohammed Nawawiy Loebis, M.Phil. Phd. Anggota Komisi Penguji : 1. Ir. Dwi Lindarto, M.T.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadiran Allah SWT, karena berkat Rahmat dan Karunia-Nya saya dapat menyelesaikan seluruh proses penyusunan skripsi ini sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Arsitektur di Universitas Sumatera Utara.

Selama proses hingga selesainya laporan ini, penulis tidak terlepas dari berbagai pihak yang turut ambil dalam menyukseskannya. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Imam Faisal Pane, S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing yang telah membantu memberikan petunjuk, pengarahan memberikan pandangan-pandangan arsitektur yang cukup membuka wawasan saya dalam penulisan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Ir. Mohammed Nawawiy Loebis, M.Phil. Phd., selaku Dosen Penguji I dan Bapak Ir. Dwi Lindarto, M.T., selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan kritik dan saran dalam penulisan skripsi ini

3. Bapak Ir. N. Vinky Rahman, M.T, selaku Ketua Departemen Arsitektur dan Bapak Ir. Rudolf Sitorus, M.LA, selaku Sekretaris Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak dan Ibu Dosen staff pengajar Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

5. Kedua orang tua saya yang tercinta Ir. Fuad dan Hasniar Andayani Pane, S.Psi yang selalu memberikan semangat, perhatian, doa dan bantuan untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Adik-adik penulis yang tercinta Fakhrurreza dan Fikri Fadlillah yang telah memberikan motivasi, bantuan serta perhatiannya.

7. Mahendra Dalamora Athos Putra Daulay yang telah memberikan bantuan, doa serta motivasi yang membangun selama penulisan skripsi ini.

(7)

Pocut Meutia Azhari dan Martini Indah Amalia yang telah banyak membantu, memberikan semangat dan perhatiannya bagi penulis.

9. Teman-teman seperjuangan sekelompok skripsi Bang Lutfi, Eki dan Jeumpa yang telah memberikan semangat dan suka cita yag telah dilewati bersama selama penulisan skripsi.

10. Teman-teman stambuk 2010 khususnya Doni, Fikar, Yunanda, Agung, Utuy, Aldo yang juga telah banyak membantu dan memberikan semangat. 11. Abang dan Kakak Senior, khususnya Bang Haris Abadsyah, Bang Yudis,

Bang Vicry, Kak Rima, Kak Aya dan Bang Pius yang telah memberikan bantuan dan semangat bagi penulis.

12. Badan Warisan Sumatera (BWS) yang telah memberikan data-data yang diperlukan untuk menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi masih jauh dari sempurna. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sebagai bahan penyempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi semua pihak.

Medan, Juli 2014 Penulis,

(8)

ABSTRAK

Di Koridor Jalan Ahmad Yani Medan yang menjadi kawasan penelitian, arcade muncul sebagai salah satu karakterisik ruko-ruko pada masa kolonial. Arcade merupakan ruang untuk pejalan kaki untuk menelusuri pertokoan-pertokoan berderet di kawasan komersil. Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan historis. Ada tiga bangunan ruko yang dijadikan objek penelitian karena dianggap dapat mewakili permasalahan arcade yang muncul di koridor ini. Objek penelitian dianalisa sesuai dengan teori asal usul transformasi oleh loebis (2002) yang dilihat dari faktor evolusi dan faktor difusi. Setelah analisa dapat kita ketahui bahwa ada arcade yang tidak mengalami perubahan bentuk, ada arcade yang mengalami perubahan bentuk dan bahkan ada arcade yang telah dihilangkan.Arcade itu penting sebagai salah satu fasilitator untuk pejalan kaki pada saat ini dan masa mendatang. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi masyarakat untuk lebih peduli akan keberadaan arcade di koridor jalan ini. Kemudian pemerintah sebaiknya membuat peraturan yang mengatur atau mengawasi pelestarian ruko-ruko kolonial dan peraturan tentang keberadaan arcade di kawasan komersil juga., seperti di kawasan ini.

Kata Kunci: Koridor Jalan, Arcade, Transformasi.

ABSTRACT

On Ahmad Yani Street Corridor which become the research area, arcade emerged as one of the Characteristics of shophouses in colonial times. Arcade is a space for pedestrians to browse the shopping-mall lined commercial area. The type of this research is descriptive and historical research. There are three shop building as object of study because it is considered to represent the problems that arise in the arcade this corridor. Objects were analyzed according to the theory of the origin of transformation by Loebis (2002) as seen from the evolution factor and diffusion factor. After the analysis we can know that there is an arcade that doesn’t change shape, there are arcades that are changing shape and there is even an arcade that has eliminated. Arcade was important as one of the facilitators for pedestrians at the moment and the future. This study is expected to be the input for the community to be more concerned about the existence of an arcade in this road corridor. Then the government should make laws that regulate or oversee conservation colonial shophouses and laws about the existence arcade in commercial area as well, such as in this area.

(9)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.5 Batasan Penelitian ... 4

1.6 Kerangka Berpikir ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Transformasi Budaya ... 6

2.1.1 Transformasi ... 6

2.1.2 Budaya ... 7

2.1.3 Transformasi Budaya ... 7

2.1.4 Asal-Usul Perubahan... 8

2.1.4.1 Adaptasi ... 8

2.1.4.2 Kebutuhan Budaya ... 9

2.1.5 Mekanisme Transformasi ... 9

2.1.5.1 Pertukaran Internal (Evolutionisme) ... 9

2.1.5.2 Pertukaran Eksternal (Difusionisme) ... 10

2.1.5.3 Pertukaran Internal dan Eksternal ... 11

2.2 Tinjauan Ruko ... 12

2.3 Tinjauan Pertokoan Pinggir Jalan ... 13

(10)

2.4.1 Sejarah Perkembangan Arcade ... 18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 20

3.2 Kerangka Teori... 21

3.3 Variabel Penelitian ... 22

3.4 Populasi/Sampel ... 22

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 23

3.5.1 Data Primer ... 23

3.5.2 Data Sekunder ... 24

3.6 Kawasan Penelitian ... 24

3.6.1 Deskripsi Kawasan ... 24

3.7 Metode Analisis Data ... 26

BAB IV DESKRIPSI KAWASAN PENELITIAN 4.1 Sejarah Kawasan Penelitian ... 27

4.2 Gambaran Kawasan Penelitian ... 30

4.3 Gambaran Objek Penelitian ... 32

4.3.1 Ruko Pertama ... 32

4.3.2 Ruko Kedua ... 36

4.3.3 Ruko Ketiga ... 37

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisa arcade yang tidak mengalami perubahan bentuk ... 39

5.1.1 Analisa arcade yang tidak mengalami perubahan bentuk dilihat dari faktor evolusi ... 40

5.1.2 Analisa arcade yang tidak mengalami perubahan bentuk dilihat dari faktor difusi ... 40

5.1.3 Temuan dari analisa arcade yang tidak mengalami perubahan bentuk ... 40

(11)

5.2.1 Analisa arcade yang mengalami perubahan bentuk dilihat dari

faktor evolusi ... 41

5.2.2 Analisa arcade yang mengalami perubahan bentuk dilihat dari faktor difusi ... 42

5.2.3 Temuan dari analisa arcade yang mengalami perubahan bentuk ... 42

5.3 Analisa arcade yang telah hilang ... 42

5.3.1 Analisa arcade yang telah dihilangkan dilihat dari faktor evolusi ... 43

5.3.2 Analisa arcade yang telah dihilangkan dilihat dari faktor difusi ... 43

5.3.3 Temuan dari analisa arcade yang telah dihilangkan ... 44

5.4 Kesimpulan ... 45

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 48

6.1 Kesimpulan ... 48

6.1 Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 50

(12)

DAFTAR TABEL

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kerangka Berfikir Penelitian ... 5

Gambar 2.1 Gambaran Detail Ruko ... 12

Gambar 2.2 ‘five foot way’, Magazine Road, George Town, Penang ... 13

Gambar 2.3 Gambaran Pertokoan Pinggir Jalan ... 14

Gambar 2.4 Studi Arcade ... 16

Gambar 2.5 Kawasan Agora di Bukit Acropolis, Yunani ... 18

Gambar 3.1 Peta Lokasi Kawasan Penelitian ... 25

Gambar 4.1 Perkembangan Kawasan Kesawan 1837-1912 ... 28

Gambar 4.2 Perkembangan Kawasan Kesawan 1937-1995 ... 29

Gambar 4.3 Peta Lokasi Kawasan Penelitian ... 30

Gambar 4.4 Block Plan Lokasi Arcade di koridor Jalan Ahmad Yani 1953 .. 31

Gambar 4.5 Ruko di sebelah Restoran Tip Top ... 33

Gambar 4.6 Arcade sebagai jalur pejalan kaki ... 33

Gambar 4.7 Arcade sebagai tempat memajang barang dagangan ... 33

Gambar 4.8 Suasana Kendaraan di Koridor Jalan Ahmad Yani tahun 1889 .. 35

Gambar 4.9 Kantor Harian Analisa ... 36

Gambar 4.10 Hotel Kesawan... 37

Gambar 5.1 Bentuk Bangunan Ruko pada tahun 1910 ... 39

Gambar 5.2 Bentuk Bangunan Ruko tahun 2014 ... 39

Gambar 5.3 Bentuk Arcade pada masa kolonial ... 41

Gambar 5.4 Bentuk Arcade ada tahun 2014... 41

Gambar 5.5 Bangunan Ruko sebelum beralihfungsi ... 42

Gambar 5.6 Bangunan Ruko setelah beralihfungsi ... 42

(14)

ABSTRAK

Di Koridor Jalan Ahmad Yani Medan yang menjadi kawasan penelitian, arcade muncul sebagai salah satu karakterisik ruko-ruko pada masa kolonial. Arcade merupakan ruang untuk pejalan kaki untuk menelusuri pertokoan-pertokoan berderet di kawasan komersil. Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan historis. Ada tiga bangunan ruko yang dijadikan objek penelitian karena dianggap dapat mewakili permasalahan arcade yang muncul di koridor ini. Objek penelitian dianalisa sesuai dengan teori asal usul transformasi oleh loebis (2002) yang dilihat dari faktor evolusi dan faktor difusi. Setelah analisa dapat kita ketahui bahwa ada arcade yang tidak mengalami perubahan bentuk, ada arcade yang mengalami perubahan bentuk dan bahkan ada arcade yang telah dihilangkan.Arcade itu penting sebagai salah satu fasilitator untuk pejalan kaki pada saat ini dan masa mendatang. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi masyarakat untuk lebih peduli akan keberadaan arcade di koridor jalan ini. Kemudian pemerintah sebaiknya membuat peraturan yang mengatur atau mengawasi pelestarian ruko-ruko kolonial dan peraturan tentang keberadaan arcade di kawasan komersil juga., seperti di kawasan ini.

Kata Kunci: Koridor Jalan, Arcade, Transformasi.

ABSTRACT

On Ahmad Yani Street Corridor which become the research area, arcade emerged as one of the Characteristics of shophouses in colonial times. Arcade is a space for pedestrians to browse the shopping-mall lined commercial area. The type of this research is descriptive and historical research. There are three shop building as object of study because it is considered to represent the problems that arise in the arcade this corridor. Objects were analyzed according to the theory of the origin of transformation by Loebis (2002) as seen from the evolution factor and diffusion factor. After the analysis we can know that there is an arcade that doesn’t change shape, there are arcades that are changing shape and there is even an arcade that has eliminated. Arcade was important as one of the facilitators for pedestrians at the moment and the future. This study is expected to be the input for the community to be more concerned about the existence of an arcade in this road corridor. Then the government should make laws that regulate or oversee conservation colonial shophouses and laws about the existence arcade in commercial area as well, such as in this area.

(15)

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini akan menjelaskan mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan, manfaat dan batasan penelitian dalam penelitian ini. Pada bab ini juga akan dicantumkan kerangka berpikir yang merupakan penjelasan singkat mengenai yang akan dikerjakan peneliti dalam penelitian ini.

1.1 Latar Belakang

Pada masa penjajahan Belanda, Indonesia mendapat pengaruh Barat dalam perkembangan arsitektur kotanya, misalnya bentuk bangunannya. Bangunan-bangunan yang muncul ketika masa penjajahan Belanda sering disebut sebagai bangunan kolonial Belanda. Tidak dapat dipungkiri bahwa bangunan kolonial Belanda tercipta dari kebudayaan bangsa Belanda, baik secara alami maupun yang sudah dicampur dengan budaya setempat dan kondisi lingkungannya (Sumalyo, 1995).

(16)

Kawasan Kesawan adalah tempat awal perkembangan kota Medan yang mulai berkembang sekitar awal tahun 1980-an. Kawasan ini dihuni oleh mayoritas penduduk dari etnis Cina yang menguasai perdagangan di kawasan tersebut pada masa kolonial Belanda (Sibarani, 2002). Hal ini ditandai dengan kedatangan orang Cina dan Jawa sebagai kuli perkebunan oleh Jacob Nienhuys pada tahun 1970 (Sinar, 1996).

Awalnya kesawan merupakan sebuah perkampungan, namun telah berubah menjadi salah satu pusat perdagangan di kota Medan. Hal ini terlihat dari munculnya perusahaan-perusahaan perkebunan sebagai awal berkembangnya kesawan menjadi kawasan perdagangan. Kemudian kawasan ini semakin berkembang lagi dan didominasi oleh bangunan yang berfungsi campuran yaitu fungsi hunian (ruko) dan fungsi komersial (perbelanjaan) dan perkantoran.

Ruko-ruko lama di koridor jalan ini memiliki karakteristik yang unik seperti adanya arcade di depan bangunan. Arcade yang muncul disini juga bisa dianggap sebagai ruang peralihan antara ruang luar dengan ruang bagian dalam ruko itu sendiri. Lebih tepatnya, arcade tersebut berfungsi sebagai ruang pejalan kaki. Ruang pejalan kaki ini dianggap penting karena memberi kemudahan bagi pengunjung untuk mengakses pertokoan-pertokoan di koridor jalan ini.

(17)

Bahkan ada beberapa ruko lama yang sudah digantikan dengan bangunan ruko baru. Beberapa ruko lama dihancurkan dan kemudian dibangun ruko baru yang lebih modern. Dan fasade ruko yang baru tersebut sudah berbeda dengan karakteristik ruko lama yang dibangun pada zaman kolonial. Salah satu bentuk perbedaannya yaitu terlihat dari hilangnya arcade pada desain bangunan ruko yang baru. Padahal seperti yang kita ketahui, arcade dapat memberikan dampak positif untuk masyarakat.

1.2 Perumusan Masalah

Berkaitan dengan latar belakang yang telah disebutkan di sub judul sebelumnya, maka muncul suatu permasalahan yaitu :

• Mengapa terjadi transformasi arcade pada ruko di koridor Jalan Ahmad

Yani?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini untuk mengkaji penyebab terjadi transformasi arcade pada ruko di koridor Jalan Ahmad Yani.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini antara lain :

(18)

Bagi akademis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan literatur mengenai transformasi arcade pada ruko di koridor Jalan Ahmad Yani di kota Medan yang dapat digunakan sebagai referensi maupun inspirasi untuk studi kasus sejenis.

Bagi pemerintah, data-data dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rekomendasi di masa depan dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini.

1.5 Batasan Penelitian

(19)

1.6 Kerangka Berpikir

LATAR BELAKANG

Ruko-ruko lama di koridor Jalan Ahmad Yani memiliki karakteristik seperti adanya arcade di depan bangunan, arcade itu sendiri merupakan selasar beratap untuk pejalan kaki.

Dan seiring perkembangan zaman, arcade pada beberapa bangunan ruko lama sudah ialihfungsikan dan bahkan ada beberapa ruko lama yang sudah dihancurkan dan dibangun lagi menjadi bangunan ruko baru.

Namun pada desain bangunan ruko yang baru, arcade sudah dihilangkan dan sudah bukan bagian dari bangunan itu sendiri.

PERUMUSAN MASALAH

Mengapa terjadi

transformasi arcade pada ruko di koridor Jalan Ahmad Yani dari yang ada menjadi tidak ada?

TUJUAN PENELITIAN

Mengkaji penyebab terjadinya transformasi arcade pada ruko di koridor Jalan Ahmad Yani.

MANFAAT PENELITIAN

Memberikan pengalaman belajar dan menerapkan teori-teori yang dipelajari.

Menjadi salah satu bahan literatur yang dapat digunakan sebagai referensi maupun inspirasi untuk studi kasus sejenis.

Menjadi rekomendasi di masa

depan dalam mengambil

keputusan yang berkaitan dengan penelitian ini.

TEORI Teori Transformasi Tinjauan Ruko

Tinjauan Pertokoan Pinggir Jalan Tinjauan Arcade pada Ruko

PENGUMPULAN DATA Studi literatur

Observasi ke lapangan

KESIMPULAN AKHIR

METODE ANALISIS Penelitian kualitatif.

OBJEK PENELITIAN Tiga ruko di koridor Jalan Ahmad Yani yang pada awalnya memiliki arcade di depan bangunannya dan ruko-ruko tersebut dianggap dapat mewakili permasalahan arcade yang muncul di koridor ini

(20)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini akan menjelaskan mengenai teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini dan kesimpulan yang bisa diambil dari teori-teori tersebut. Adapun teori-teori tersebut yakni teori transformasi dan teori arcade. Teori-teori inilah yang kemudian dijadikan salah satu acuan untuk mengerjakan tahap penelitian yang selanjutnya.

2.1 Transformasi Budaya 2.1.1 Transformasi

Transformasi adalah sebuah proses perubahan secara berangsur-angsur sehingga sampai pada tahap ultimate, perubahan dilakukan dengan cara memberi respon terhadap pengaruh unsur eksternal dan internal yang akan mengarahkan perubahan dari bentuk yang sudah dikenal sebelumnya melalui proses menggandakan secara berulang-ulang atau melipatgandakan (Antoniades dalam Wahid dan Alamsyah, 2013).

(21)

2.1.2 Budaya

Budaya adalah sekelompok orang yang memiliki nilai, kepercayaan dan pandangan hidup yang sama, dan suatu sistem simbol yang dipelajari dan disebarkan. Budaya menciptakan suatu sistem aturan dan kebiasaan, yang merefleksikan idealisme dan menciptakan gaya hidup, tata cara hidup, peran, kelakuan, makanan, bahkan suatu bentuk buatan misalnya arsitektur (dalam Loebis, 2002). Peraturan dalam suatu budaya berkaitan dengan gaya hidup dan lingkungan binaan. Selanjutnya, kodrat suatu peraturan menjadi perwujudan dalam suatu lingkungan telah membedakan lingkungan satu dengan lingkungan lainnya.

2.1.3 Transformasi Budaya

Transformasi budaya merupakan perubahan budaya yang relatif cepat dengan hasil yang besar. Transformasi ini khususnya pada perubahan susunan teknis dan moral mengacu pada organisasi perasaan manusia dalam menghakimi hal yang benar pada ikatan antar manusia daripada kategori konten dari kultur itu sendiri (Redfield dalam Loebis, 2002). Kemudian Redfield (dalam Loebis, 2002) menyatakan bahwa susunan teknis adalah susunan yang dihasilkan oleh pemaksaan yang disengaja, atau dari pemanfaatan dengan maksud yang sama.

(22)

2.1.4 Asal Usul Perubahan

Perubahan merupakan serangkaian kejadian dalam kurun waktu yang melahirkan suatu modifikasi atau pergantian suatu elemen dari pola budaya yang mengarah pada pergerakan pola dalam waktu dan ruang yang kemudian menghasilkan pola kultural lain (Loebis, 2002). Perubahan kultural berkaitan dengan waktu. Perubahan kultural ini bersifat historis dan berkaitan dengan urutan kejadian dan pergerakan antara ruang dan waktu. Oleh karena itu, perubahan kultural hanya bisa dipelajari melalui catatan historis.

Struktur dan proses perubahan budaya adalah suatu sistem yang terdiri dari bagian yang saling bergantung, setiap bagian ini memiliki fungsi masing-masing dan berperan dalam sistem (Durkheim dalam Loebis, 2002). Dalam teori ini, sistem adalah gerakan kekal, suatu titik keseimbangan dimana bagian dari sistem tersebut terus menerus menyesuaikan satu sama lain dan untuk merubah subsistem yang membentuk bagian baru. Maka dari itu, dalam suatu sistem terdapat penggerak untuk mencapai kondisi baru.

2.1.4.1 Adaptasi

(23)

tujuan misi kultural bagi masyarakat, oleh (Parson dan Shills dalam Loebis, 2002).

2.1.4.2 Kebutuhan Budaya

Kebutuhan budaya tidak hanya merupakan kebutuhan fisik atau kebutuhan biologi yang diajukan oleh Malinowski dan Mallmann (dalam Loebis, 2002) tetapi juga keinginan, kebutuhan-kebutuhan sosial yang dinyatakan oleh Radcliffe Brown (dalam Loebis, 2002). Kebutuhan budaya adalah rangkaian interaksi dinamis material.

2.1.5 Mekanisme Transformasi

Adapun mekanisme perubahan melalui pertukaran dapat dibedakan menjadi dua yakni pertukaran internal (evolusi) dan pertukaran external (difusi). 2.1.5.1 Pertukaran Internal (Evolutionisme)

Dalam teori evolutionisme, proses perubahan budaya menunjukkan keteraturan dan gejala asli dalam setiap pola budaya untuk mengalami perubahan. Gejala ini dideskripsikan dalam teori dialektik Hegel yang menyatakan bahwa pendekatan dialektik menekankan kepentingan produk mental dan pikiran daripada material seperti yang diaplikasikan pada definisi sosial pada dunia fisik dan materi.

(24)

Perubahan dalam evolutionism dipandang sebagai pertumbuhan, yang mungkin terganggu, namun selalu mencapai kemajuan dan terus naik, bertransformasi dari bentuk simpel ke bentuk yang lebih rumit dan fleksibel. Meskipun demikian hanya perubahan tertentu yang mengikuti pola ideal ini. Faktanya, hasil dari dampak faktor eksternal banyak yang berubah dan dalam keadaan tertentu keadaan pola kultural menjadi kurang penting bila dibandingkan dengan penyaluran dampak eksternal.

Kegagalan dalam evolutionism adalah ketidakmampuann paham ini untuk menyungguhi proses terputus yang radikal dan serangkaian kejadian yang diungkapkan dalam catatan sejarah.

2.1.5.2 Pertukaran External (Difusionisme)

(25)

Malinowski (dalam Loebis, 2002) sependapat dengan teori ini, Ia menyatakan bahwa dampak misi kultur penyumbang, pengaruhnya dan perantaranya bukanlah sekedar percampuran atau perpaduan, tetapi sesuatu yang berorientasi pada suatu hal dan dengan tujuan yang jelas.

Paham difussionism meyakini bahwa perubahan terbesar berasal dari luar kultur penerima, dan tugas para peneliti adalah untuk mencari keanehan, terulang, yang tersalur dimana perubahan mendesak pengaruhnya pada kultur penerima. Perubahan dalam diffusionism memiliki relevansi dan atraksi yang besar dalam proses sejarah masa kini dibandingkan dengan masa lalu.

Diffusionism pun memiliki kekurangan yaitu, yang pertama paham ini cenderung berasumsi bahwa semua perubahan bersifat kualitatif. Yang kedua

diffusionism cenderung menolak peran seleksi aktif oleh individu dan kelompok yang ditemukan oleh Malinowski. Yang ketiga, paham ini gagal menyediakan kriteria untuk membedakan jenis rangkaian kejadian historis eksternal yang dapat menghasilkan perubahan yang signifikan.

2.1.5.3 Pertukaran Internal dan External

Dalam paham diffusionism efek pertukaran internal dalam proses perubahan dan transformasi tidak diperhitungkan. Dalam Paham evolutionism

(26)

2.2. Tinjauan Ruko

Ruko merupakan salah satu jenis bangunan yang berasal dari kata rumah dan toko. Rumah yang berarti tempat berhuni dan toko yang berarti ruang untuk kegiatan usaha, jadi ruko dapat dikatakan sebagai sebuah bangunan yang menggabungkan fungsi hunian dan kerja dalam satu tempat. Hal ini menyebabkan perkembangan ruko menjadi sangat pesat (Harisdani dan Dolok , 2004).

Setiap unit dasar ruko mempunyai lebar 3-6 meter dan panjang 5-8 kali lebar bangunan. Mayoritas ruko tidak memiliki ruang tamu. Di depan setiap unit ruko terdapat 1-3 meter teras/arcade yang berfungsi sebagai transisi ruko dan jalan umum (lihat Gambar 2.1). Kemudian teras ruko tersebut terhubung dengan teras tetangganya sehingga menciptakan jalan beratap menerus. Jalan ini mengikuti tipologi jalan berukuran lima kaki (five foot way) yang terkadang disebut sebagai

Gambar 2.1 Gambaran Detail Ruko

(27)

"kaki lima". Jalan seperti ini dapat ditemukan di kota-kota permukiman selat yang dikembangkan Inggris contohnya di Penang, Malaka dan Singapura (Isthipraya dkk, 2009) (lihat Gambar 2.2).

Dari penjabaran di atas, diambil kesimpulan bahwa dalam penelitian ini ruko yang dimaksud adalah bangunan yang memiliki fungsi ganda yaitu sebagai hunian (tempat tinggal) dan tempat usaha.Dan ruko disini memiliki teras/arcade yang terhubung dengan teras tetangganya sehingga menciptakan jalan beratap menerus sebagai pendukung fungsi ruko itu sendiri yakni sebagai tempat tinggal dan usaha (komersil).

2.3 Tinjauan Pertokoan Pinggir Jalan

Pertokoan pinggir jalan merupakan pertokoan dengan kegiatan perdagangan eceran yang berupa toko-toko yang berderet di sepanjang satu atau dua sisi jalan atau suatu deretan pertokoan yang membentuk ruang terbuka di tengahnya (Attoe dan Logan dalam Sasmito, 1997).

Gambar 2.2 'five foot way', Magazine Road, George Town, Penang

(28)

Pertokoan pinggir jalan memiliki fasade bangunan berupa deretan susunan blok bangunan yang berdiri sejajar dengan jalan. Deretan bangunan itu dilengkapi dengan deretan kolom penopang atap selasar bangunan yang berbentuk arcade, sehingga ruang yang terbentuk memiliki kesan yang menerus menyusuri sepanjang depan bangunan pertokoan (lihat Gambar 2.3).

Dengan demikian, elemen pendukung yang dibutuhkan untuk penampilan fasade bangunan pertokoan pinggir jalan antara lain :

Ruang selasar pertokoan membutuhkan adanya penerangan sinar matahari secara tidak langsung, yaitu dengan cara melalui adanya ruang terbuka dengan penutup atap (arcade).

Pengunjung mendapat kenyamanan berjalan kaki maupun berbelanja.

Kenyamanan pejalan kaki dipengaruhi oelh adanya keragaman jenis kegiatan di dalam pertokoan.

Gambar 2.3 Gambaran Pertokoan Pinggir Jalan

(29)

Tipologi bentuk pertokoan dibangun dengan penekanan memiliki fungsi ganda yaitu kepentingan publik dan private. Kepentingan tersebut diperuntukkan kegiatan komersial dan kegiatan hunian. Selanjutnya, perkembangan pertokoan berkembang menjadi sebuah bangunan bertingkat di kawasan pusat perdagangan di pusat kota. Penampilan bangunan pertokoan itu sendiri dilengkapi dengan selasar bangunan yang dipergunakan untuk pejalan kaki. Pemakaian selasar bangunan tersebut merupakan keaslian dari bentuk rumah toko (ruko), yang pada awalnya berkembang pada abad ke-19 (Yeang dalam Sasmito, 1997). Pada abad ke-19 tersebut, bentuk karakteristik pertokoan di pusat kota banyak memakai selasar bangunan berupa arcade (Maitland dalam Sasmito, 1997).

2.4. Tinjauan Arcade pada Ruko

Arcade merupakan bentuk pedestrian yang ditutup atap dengan dibatasi oleh deretan pertokoan yang berada disisinya. Arcade tersebut berfungsi sebagai jalur pejalan kaki (Sasmito, 1997). Arcade dapat diartikan juga sebagai bagian dari ruang luar ruko dan memiliki peran penting dalam hidupnya kawasan ruko. Elemen ini pada prinsipnya merupakan hasil adaptasi ruko terhadap kondisi iklim tropis, melindungi pejalan kaki dari cuaca panas dan hujan. Lebar arcade sesuai bagi sirkulasi dua orang pejalan kaki yaitu 5 kaki atau sekitar 1,5m (Kharismawan, 2006).

(30)

Utermann (1984) juga mendefinisikan arcade sebagai selasar, suatu jalur pejalan kaki yang beratap tanpa dinding pembatas di salah satu sisinya. Sehingga bisa dipahami bahwa arcade juga berfungsi sebagai ruang untuk pejalan kaki untuk melakukan berbagai aktivitas.

Arcade tidak hanya berfungsi sebagai pelindung dari sinar matahari dan curah hujan tropis tapi juga sebagai ruang transisi dari ruang luar sebelum memasuki bangunan (lihat Gambar 2.4) dan sekaligus berfungsi sebagai tempat sosial serta perluasan aktivitas ruko (Wahyono, 2005).

[image:30.595.137.507.308.557.2]

Di depan setiap unit ruko terdapat 1-3 meter teras/arcade berfungsi sebagai transisi ruko dan jalan umum. Selain itu arcade berfungsi sebagai tempat tambahan untuk memajang barang dagangan, berteduh di saat hujan, dan tempat berinteraksinya berbagai kalangan masyarakat yang hadir di sana (Isthipraya dkk, 2009).

Gambar 2.4 Studi Arcade

(31)

Penampilan bangunan pertokoan dengan penggunaan arcade dapat memberikan kesan kesinambungan kegiatan antar ruang pertokoan. Sedangkan pertokoan mempunyai layanan barang yag dipamerkan guna menarik pengunjung melalui etalase di depan pertokoan. Dengan adanya keberadaan arcade tersebut dapat memberikan pengarahan pergerakan pengunjung dari satu tempat ke tempat lainnya dengan berjalan kaki (Sasmito, 1997).

Selain itu, arcade juga berperan sebagai ruang koridor pembatas antara pertokoan dengan jalan raya. Padahal sesuai dengan perkembangan pusat kota yang berbanding lurus dengan peningkatan transportasi, maka dibutuhkan pemisahan jelas antara kawasan pedestrian dengan kendaraan bermotor untuk menjamin keamanan dan kenyamanan pejalan kaki. Namun arcade tidak hanya sekedar untuk pejalan kaki saja, tetapi muncul kegiatan dengan motivasi ekonomi yang mempunyai hubungan erat dengan jalur pengunjung (Sasmito, 1997).

Dari penjabaran di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa arcade itu dibuat untuk memenuhi beberapa kebutuhan, seperti :

Sebagai selasar untuk jalur pejalan kaki.

Sebagai pelindung dari sinar matahari dan curah hujan tropis (iklim). Dapat memberikan pengarahan pergerakan pengunjung dari satu tempat pertokoan ke tempat lainnya dengan berjalan kaki.

Sebagai tempat tambahan untuk memajang barang dagangan melalui etalase di depan pertokoan.

Sebagai tempat sosial serta perluasan aktivitas ruko.

(32)

2.4.1 Sejarah Perkembangan Arcade

Arcade menjadi salah satu bentuk alternatif bentuk shopping street. Ide arcade ini sudah berkembang sejak Agora yang terkenal dengan nama Greek Market (lihat Gambar 2.5). Kawasan Agora tersebut sudah mengembangkan kawasan pedestrian sebagai pencapaian antar tempat dengan jalan kaki yang menjadi salah satu budaya sebelum adanya kendaraan. Kawasan ini berkembang menjadi pasar dan tempat pertemuan masyarakat untuk melakukan sosialisasi (Zucker, 1983 dan Rubenstein dalam Sasmito, 1997).

[image:32.595.159.474.308.497.2]

Perkembangan pasar pada abad pertengahan mulai dibutuhkan dengan kreasi ruang untuk yang digunakan untuk kegiatan komersial. Dengan pola pencapaian dengan jalan memutar bangunan disekitarnya yang semuanya memiliki oientasi menuju bangunan gereja, seperti bangunan Piazza Del Duomo. Elemen bangunan dilengkapi dengan arcade untuk menghubungkan elemen arsitektur.

Gambar 2.5 Kawasan Agora di Bukit Acropolis, Yunani

(33)

Pada kawasan Piazza Del Duomo tersebut arcade digunakan untuk mendukung suatu kesatuan ruang antara shopping centre dan meeting place. Arcade disini mengelilingi gereja dan terletak di tengah-tengah kawasan perdagangan tersebut. Fungsi lainnya adalah untuk perluasan ruang terbuka dengan struktur keruangan, yang mempunyai serial vision yaitu antara ruang terbuka yang berada ditengah dengan ruang-ruang yang mengelilinginya (Zucker dalam Sasmito, 1997). Dan perkembangan arcade tersebut menjadi dasar perkembangan penampilan bangunan secara keseluruhan, dan hal ini membuat penampilan fasade bangunan terdiri dari deretan arcade.

(34)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini akan menjelaskan mengenai metodologi yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun metodologi penelitian ini akan menjelaskan mengenai jenis penelitian, kerangka teori, variable penelitian, populasi/sampel, metode pengumpulan data dalam penelitian serta penjelasan singkat mengenai kawasan penelitian di dalam penelitian.

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian yang berjudul transformasi arcade pada ruko di koridor Jalan Ahmad Yani ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian-penelitian yang biasanya menunjang penggunaan pengumpulan data dengan metode kualitatif adalah penelitian historis dan penelitian deskriptif. Penelitian dengan menggunakan metode kualitatif dikarenakan peneliti ingin meneliti pengaruh budaya dalam transformasi arcade pada ruko, mengapa dulunya ruko memiliki arcade sedangkan ruko yang dibangun saat ini tidak memiliki arcade.

(35)

Sedangkan penelitian historis disini maksudnya adalah penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan fakta dimasa lalu untuk membuktikan suatu kebenaran. Oleh sebab itu penelitian historis juga digunakan pada penelitian ini untuk menemukan apa saja yang menyebabkan munculnya arcade pada ruko di masa kolonial yang dapat dijadikan sebagai acuan untuk membandingkan mengapa ruko baru yang dibangun tidak memiliki arcade di depan bangunannya. 3.2 Kerangka Teori

[image:35.595.108.519.331.696.2]

Kerangka teori dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 3.1 Tabel Kerangka Teori

REFERENSI TEORI

DESKRIPSI REFRENSI

General Theory Transformasi budaya Fitur tambahan

(kausalitas)

Pandangan probabilistik tentang hubungan sebab akibat antara budaya dan arsitektur

Lokasi penelitian Kawasan komersil di koridor Jalan Ahmad Yani yang

terdapat keberadaan arcade pada bagian depan deretan ruko Topik Penelitian Transformasi Arsitektur

Mode

perbandingan

Perbandingan antara ruko yang memiliki arcade dengan ruko yang tidak memiliki arcade

Asumsi data budaya

Didasari oleh bagaimana penduduk lokal menerima budaya asing dan bagaimana mereka mengadopsinya sehingga menghasilkan budaya baru yaitu budaya campuran.

Jenis penelitian Penelitian historis Pengumpulan data

lapangan

(36)

3.3 Variabel Penelitian

Adapun variabel-variabel penelitian yang dipakai dalam penelitian ini yaitu berdasarkan teori-teori yang ada di kajian pustaka seperti teori bentuk arcade dan teori transformasi budaya.

Tabel 3.2 Tabel Variabel Penelitian

Teori Interpretasi Variabel

Arcade merupakan bagian dari ruang luar ruko (Kharismawan, 2006).

Arcade merupakan bagian dari ruko yang berada di kawasan komersial seperti ruko-ruko yang terdapat di koridor Jalan Ahmad Yani

Arcade yang tidak mengalami perubahan bentuk

Asal Usul Transformasi (Loebis, 2002)

Faktor – faktor yang menyebabkan terjadi transformasi dapat dipengaruhi oleh faktor dari dalam maupun dari luar.

Evolusi (dalam)

Arcade yang mengalami perubahan bentuk

Difusi (luar) Arcade yang telah dihilangkan

3.4 Populasi/Sampel

Dalam penelitian kualitatif, tidak ditemukan sampel acak, tetapi sampel yang bertujuan (Moleong, 2005). Untuk pemilihan sampel, digunakan metode

purpossive sampling. Yang dimaksud dengan purpossive sampling yaitu metode pemilihan sample yang menggunakan kriteria tertentu sebagai acuan untuk memilih objek untuk dijadikan sumber informasi (Sinulingga, 2011).

(37)

yang akan dibahas dalam penelitian ini digunakan sebagai selasar atau ruang pejalan kaki yang beratap di kawasan perdagangan. Srlanjutnya sampel penelitian arcade dibatasi oleh kawasan penelitian yaitu di koridor Jalan Ahmad Yani. 3.5 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah pengumpulan data-data yang terkait dalam judul penelitian. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder.

3.5.1 Data Primer

Data primer adalah pengumpulan data dengan cara observasi objek bangunan yang dilakukan secara langsung dan melakukan wawancara (depth interview) pada sumber informasi yang memahami tentang objek yang bersangkutan (Sinulingga,2011).

Dalam penelitian ini metode pengumpulan data primer dilakukan dengan cara :

a. Observasi langsung/survey ke ruko yang memiliki arcade dan ruko yang tidak memiliki arcade di kawasan penelitian yang telah ditentukan yaitu koridor Jalan Ahmad Yani. Observasi yang dilakukan dengan mengambil gambar atau foto-foto ruko dan arcade yang dijadikan sampel di lokasi peneltian yang telah ditentukan.

(38)

3.5.2 Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh peneliti melalui pihak lain yang telah mengumpulkan dan melakukan pengolahan data tersebut sehingga peneliti tidak perlu mencarinya secara langsung (Sinulingga, 2011).

Adapun metode pengumpulan data sekunder yang dilakukan dalam penelitian ini adalah studi literatur. Dimana studi literatur yang dimaksud adalah mencari literatur yang mendukung dan berkaitan dengan pembahasan mengenai objek penelitian yang dipilih yakni teori transformasi arsitektur dari segi budaya, arcade, ruko dan pertokoan di pinggir jalan. Langkah selanjutnya adalah menentukan teori, setelah pencarian data dari literatur, maka dipilihlah teori yang dianggap sesuai untuk digunakan dalam penelitian.

3.6 Kawasan Penelitian 3.6.1 Deskripsi Kawasan

Jalan Ahmad Yani terletak di kawasan Kesawan, tepatnya di pusat kota Medan. Di kawasan ini terdapat ruko-ruko lama yang dibangun pada masa kolonial dan ruko-ruko baru. Adapun ruko lama di kawasan ini memiliki karakteristik arsitektur yang berbeda, termasuk keberadaan arcade yang terdapat di depan bangunan-bangunan ruko tersebut. Jalan ini termasuk kawasan komersial karena hampir semua bangunan yang terdapat di sepanjang jalan ini berupa pertokoan dan perkantoran.

(39)

di Kota Medan, dengan penduduknya berjumlah 70.771 Jiwa (2012). Batas-batas Kecamatan Medan Barat yaitu :

sebelah utara berbatasan dengan Jalan Pulau Pinang dan Jalan Ahmad Yani VII.

sebelah selatan berbatasan dengan Jalan Palang Merah.

sebelah timur berbatasan dengan Jalan Kumango dan Jalan Perniagaan.

sebelah barat berbatasan dengan Jalan Mesjid.

[image:39.595.180.480.319.552.2]

Kawasan Kesawan merupakan kawasan pengecualian dimana tidak adanya garis sempadan bangunan (garis sempadan bangunan adalah nol). Sejak awal perencanaan kawasan ini direncanakan sebagai kawasan dengan intensitas bangunan yang rapat dimana tidak terdapat jarak bebas samping (garis sempadan

Gambar 3.1 Peta Lokasi Kawasan Penelitian

(40)

samping). Satu-satunya bangunan yang memiliki garis sempadan bangunan (depan) di kawasan ini adalah rumah Tjong A Fie dengan jarak garis sempadan depan bangunan yaitu 10 m.

3.7 Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode analisis historis kualitatif dengan pendekatan transformasi arsitektur yang terkait dengan perubahan budaya. Analisis transformasi arcade dilakukan dengan menganalisa transformasi arcade pada ruko lama dan ruko baru yang ada di koridor Jalan Ahmad Yani. Analisis ini dilakukan dengan cara melihat catatan historis mengenai keberadaan arcade pada masa kolonial dan faktor-faktor apa saja yang dianggap menimbulkan perubahan terkait dengan teori adaptasi dalam asal usul transformasi oleh Loebis (2002).

(41)

BAB IV

DESKRIPSI KAWASAN PENELITIAN

Bab ini akan menjelaskan mengenai deskripsi kawasan penelitian dalam penelitian ini. Adapun pada bab ini akan menjelaskan mengenai sejarah kawasan penelitian dan gambaran kawasan penelitian.

4.1 Sejarah Kawasan Penelitian

Dibukanya perkebunan tembakau pertama kali oleh pengusaha Belanda yang bernama Jacobus Nienhuys pada tahun 1863 mulai meningkatkan pembagunan ekonomi kota Medan (Sinar dalam Sibarani, 2002). Lalu, perkembangan fisik kota Medan berkembang pesat juga. Pada 1 April 1909, Medan menjadi kotapradja dan ini memperkuat karakteristik Medan sebagai kota kolonial baru di luar Pulau Jawa (dalam Sibarani, 2002

Perkampungan yang pertama kali dikenal setelah dibukanya kota Medan dan daerah disekitarnya sebagai daerah perkebunan tembakau adalah “Kampung

Medan” yang kemudian disebut sebagai “Kampung Kesawan”. Kemudian

“Kampung Kesawan” mulai ditempatkan beberapa orang Belanda sebagai pemilik

perkebunan sekaligus pengelola, yang kemudian disusul oleh orang-orang Cina dan India yang didatangkan sebagai pekerja (dalam Sibarani, 2002).

Asal kata Kesawan berasal dari nama pohon kesawan yang tumbuh satu-satunya di sekitar Jalan Kesawan (Jalan Ahmad Yani), maka kampung tersebut

dinamakan “Kampung Kesawan” sesuai dengan pohon tersebut (Djawatan

(42)
[image:42.595.116.501.135.679.2]

dan para pengusaha Cina dalam menghidupkan Medan yang tadinya merupakan kampung kecil menjadi kota yang modern.

Gambar 4.1 Perkembangan Kawasan Kesawan 1837-1912

(43)
[image:43.595.114.507.84.681.2]

Gambar 4.2 Perkembangan Kawasan Kesawan 1937-1995

(44)

4.2 Gambaran Kawasan Penelitian

Penelitian ini dilakukan di koridor Jalan Ahmad Yani, dimana di kawasan ini masih memiliki bangunan-bangunan ruko kolonial yang memiliki karakteristik tersendiri. Jalan ini termasuk kawasan komersial. karena hampir semua bangunan yang terdapat di sepanjang jalan ini berupa pertokoan dan perkantoran.

[image:44.595.179.457.410.684.2]

Koridor Jalan Ahmad Yani merupakan kawasan yang menjadi objek penelitian. Jalan ini terletak pada Kecamatan Medan Barat dengan batasan fisiknya yaitu sebelah utara berbatasan dengan Jalan Pulau Pinang dan Jalan Ahmad Yani VII, sebelah selatan berbatasan dengan Jalan Palang Merah, sebelah timur berbatasan dengan Jalan Kumango dan Jalan Perniagaan dan sebelah barat berbatasan dengan Jalan Mesjid.

Gambar 4.3 Peta Lokasi Kawasan Penelitian

(45)

Ruko-ruko yang berada di koridor Jalan Ahmad Yani ini memiliki karakteristik tersendiri berupa adanya keberadaan arcade di depan bangunan. Arcade tersebut merupakan ruang untuk pejalan kaki yang beratap dan menerus untuk menelusuri ruko-ruko yang berderet di kawasan ini. Arcade di koridor jalan ini memiliki beberapa bentuk yang berbeda-beda, seperti lengkung, persegi dan segitiga.

[image:45.595.158.487.252.679.2]

Gambar 4.4 Block Plan Lokasi Arcade di koridor Jalan Ahmad Yani

(46)

Koridor Jalan Ahmad Yani juga merupakan kawasan dengan fungsi campuran dengan intesitas bangunan yang cukup rapat dan memiliki karakteristik campuran didalamnya (bangunan lama/bersejarah dan bangunan baru). Yang bisa dilihat bahwa koridor jalan ini memiliki Garis Sempadan Bangunan (GSB) yang berhimpit. Kemudian bisa dilihat juga dari bangunan yang didirikan merupakan bangunan rumah toko (ruko) yang difungsikan sebagai toko atau tempat usaha pada lantai dasar dan menjadi tempat tinggal pada lantai atasnya. Hal ini menunjukkan adanya konsep efisiensi lahan yang dilakukan pada masa kolonial Belanda.

4.3 Gambaran Objek Penelitian

Adapun objek penelitian yang dimaksud disini yaitu tiga bentuk ruko di koridor Jalan Ahmad Yani yang pada awalnya memiliki arcade di depan bangunannya dan ruko-ruko tersebut dianggap dapat mewakili permasalahan arcade yang muncul di koridor ini Namun seiring perkembangan zaman, arcade tersebut ada yang masih bertahan, ada yang mengalami perubahan bahkan ada yang dihilangkan.

4.3.1 Ruko Pertama

(47)

menggunakan dinding batubata. Arcade tersebut juga masih digunakan oleh pejalan kaki untuk menelusuri deretan ruko di koridor jalan ini.

[image:47.595.170.490.138.328.2]

Ruko ini dibangun sekitar pada tahun 1910-an. Karakteristik ruko ini hampir mirip seperti yang ditemukan di Penang, Malaka dan Singapura. Dan berdasarkan bentuk fasadenya pada awalnya ruko ini merupakan satu unit kesatuan. Namun saat ini, ruko tersebut dimiliki oleh dua pemilik yang berbeda dan sudah tidak difungsikan lagi, tapi ruko ini masih asli, masih menampilkan langgam bangunan yang unik dan yang terpenting masih memiliki arcade sebagai ruang pejalan kaki di bagian depan bangunannya.

Gambar 4.6 Arcade sebagai jalur pejalan kaki Sumber : www.tropenmuseum.com

Gambar 4.7 Arcade sebagai tempat memajang barang dagangan Sumber : www.tropenmuseum.com

[image:47.595.99.554.560.718.2]
(48)

Selain digunakan sebagai ruang untuk pejalan kaki, arcade juga digunakan sebagai tempat untuk memajang barang dagangan pada masa kolonial (lihat Gmbar 5.1 dan 5.2). Keberadaan arcade tersebut juga memberikan ruang yang teduh bagi pejalan kaki. Arcade yang terdapat pada ruko ini memiliki lebar sekitar 1,5-2m.

Arcade yang terdapat pada kawasnan ini mencerminkan bangunan yang merupakan peninggalan kolonial belanda, hal ini ditandai dengan pemakaian kolom- kolom yang besar disepanjang arcade. Ruko ini juga sudah tidak terawat lagi karena sudah tidak dihuni oleh pemiliknya lagi. Suasana teduh dari sinar matahari bagi pejalan kaki juga bisa dijumpai pada pagi hari (pukul 7 s/d 10) dan pada sore hari (pukul 15 s/d 17) (Wawancara, 2014).

Adapun penyebab munculnya keberadaan arcade bisa dilihat dari beberapa faktor yaitu diantaranya seperti yakni adanya kebutuhan akan ruang pejalan kaki di kawasan komersial dengan kondisi iklim yang ada di kawasan ini. Kota Medan memiliki iklim yang tropis, sementara masyarakat yang menjadi pengguna/pengunjung kawasan komersial biasanya menelusuri deretan pertokoan dengan berjalan kaki maka mereka membutuhkan fasilitas ruang untuk pejalan kaki yang nyaman dan aman.

(49)

Kemudian faktor lainnya yakni kondisi lingkungan di koridor Jalan Ahmad Yani yang masih bebas polusi udara pada masa kolonial menyebabkan masyarakat masih leluasa berjalan kaki dengan nyaman. Hal ini dikarenakan pada masa kolonial kapasitas kendaraan di kota Medan masih sedikit dan sederhana seperti sado maupun sepeda (lihat Gambar 4.8). Belum banyaknya kendaraan pada masa kolonial menyebabkan masih sedikitnya polusi udara akibat asap kendaraan bermotor sehingga masyarakat masih nyaman berjalan kaki di arcade yang telah disediakan di depan ruko sepanjang koridor jalan ini.

[image:49.595.141.519.96.298.2]

Dan yang terakhir, faktor lainnya yakni pada masa kolonial hanya tersedia pasar tradisional dan pertokoan-pertokoan yang berderet di pinggir jalan yang menjadi pusat kegiatan komersial. Masyarakat masih belum mengenal pusat perbelanjaan besar seperti yang kita kenal sekarang seperti mall/supermarket. Jadi pengaruh gaya hidup yang muncul pada saat itu dapat disebabkan oleh belum

(50)

tersedianya pusat perbelanjaan yang modern seperti mall yang menyebabkan masyarakat masih terbiasa berbelanja di pertokoan yang berderet yang menyediakan kebutuhan-kebutuhan masyarakat.

4.3.2 Ruko Kedua

[image:50.595.117.522.456.642.2]

Studi kasus kedua yaitu pada ruko yang fasade bangunannya sudah berubah secara keseluruhan tapi masih memiliki arcade pada bagian depan bangunannya. Ruko ini telah beralihfungsi menjadi kantor Harian Analisa (lihat Gambar 4.9). Namun setelah beralihfungsi, bangunan ini masih mencirikan karakteristik yang hampir sama seperti bangunan ruko yang sebelumnya. Desain bangunan yang tetap memiliki arcade menjadi salah satu ciri arsitektur bangunan baru tersebut. Arcade yang berada di depan bangunan ini juga masih berfungsi sebagai jalur pejalan kaki walaupun bentuknya sudah berubah dari bentuk arcade yang dibangun pada masa kolonial sebelumnya.

(51)

Arcade yang didesain ulang pada bangunan ini masih menggunakan material yang sama dengan arcade yang dibangun pada ruko masa kolonial, yakni terbuat dari dinding batubata. Meskipun material dan fungsinya juga masih sama, tapi bentuk arcade itu sendiri mengalami sedikit perubahan pada bangunan ruko tersebut. Perubahannya yakni pada bagian kolom arcade sebelumnya tidak terdapat pahatan relief seperti kolom arcade pada bangunan baru tersebut. Desain kolom arcade pada bangunan ruko yang lama terlihat lebih sederhana dibandingkan kolom arcade yang dibangun setelah bangunan beralihfungsi menjadi kantor.

4.3.3 Ruko Ketiga

[image:51.595.132.501.479.703.2]

Studi kasus ketiga yaitu pada ruko yang fasade bangunannya sudah berubah secara keseluruhan. Sekarang, ruko ini telah beralihfungsi menjadi hotel yang bernama Hotel Kesawan. Pada bagian depan bangunan ini dapat kita ketahui bahwa arcade yang berfungsi sebagai jalur pejalan kaki sudah dihilangkan.

(52)
(53)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan menjelaskan mengenai hasil dan pembahasan terkait studi kasus dalam penelitian ini. Adapun pembahasannya yaitu analisa arcade yang tidak mengalami perubahan bentuk, analisa arcade yang mengalami perubahan bentuk dan analisa arcade yang telah dihilangkan di koridor Jalan Ahmad Yani Medan. Hal ini dilakukan untuk melihat terjadinya transformasi arcade pada ruko-ruko yang dijadikan sebagai objek penelitian. Dan ruko-ruko-ruko-ruko tersebut dianggap dapat mewakili permasalahan arcade yang muncul di koridor ini. Pembahasan disini akan menggunakan teori asal usul transformasi oleh Loebis (2002) yakni berdasarkan faktor evolusi (dari dalam) dan faktor difusi (dari luar).

5.1 Analisa arcade yang tidak mengalami perubahan bentuk

[image:53.595.108.547.565.712.2]

Arcade pada bangunan ini tidak mengalami transformasi karena tidak ada perubahan bentuk apapun. Sampai saat ini, ruko tersebut masih memiliki arcade di depan bangunannya. Arcade tersebut juga tidak ada mengalami perubahan dari segi bentuk, fungsi maupun material bangunannya (lihat Gambar 5.1 dan 5.2).

Gambar 5.2 Bentuk Bangunan Ruko tahun 2014 Sumber : Observasi Lapangan

(54)

5.1.1 Analisa arcade yang tidak mengalami perubahan bentuk dilihat dari faktor evolusi

Karena tidak adanya perubahan, maka bangunan ruko ini tidak mengalami transformasi sehingga tidak dapat diketahui apa penyebab asal usul transformasi yang dilihat dari faktor evolusi.

5.1.2 Analisa arcade yang tidak mengalami perubahan bentuk dilihat dari faktor difusi

Begitu juga dengan faktor difusi tidak ada yang bisa dijelaskan disini karena arcade pada bangunan ruko ini tidak mengalami transformasi ataupun perubahan. Arcade pada bangunan ruko ini masih sama seperti pertama kali dibangun. Fungsi dan material bangunannya juga masih sama.

5.1.3 Temuan dari analisa arcade yang tidak mengalami perubahan bentuk Jadi temuan analisa arcade pada bangunan ini adalah arcade pada bangunan ruko ini tidak mengalami transformasi sehingga tidak ditemukan faktor evolusi maupun difusi. Hal ini dapat dilihat karena arcade disini tidak mengalami perubahan dari segi bentuk, fungsi maupun material bangunan yang digunakan. 5.2 Analisa arcade yang mengalami perubahan bentuk

(55)

5.2.1 Analisa arcade yang mengalami perubahan bentuk dilihat dari faktor evolusi

Penyebab perubahan yang dilihat melalui faktor evolusi yakni adanya kesadaran untuk mendirikan bangunan baru tapi tidak merusak citra bangunan di sekitar kawasan ini. Sehingga terjadi perubahan secara menyeluruh sesuai kebutuhan bisnis pemilik barunya tapi tetap mengikuti ciri karakteristik bangunan ruko kolonial yang memiliki arcade di depan bangunannya di kawasan ini.

[image:55.595.112.549.80.240.2]

Selain kepentingan bisnis untuk mendapatkan bangunan dengan desain baru sesuai kebutuhan, tidak dapat dipungkiri bahwa bangunan ruko yang sebelumnya memang tidak terawat, tidak sesuai apabila dijadikan sebuah kantor redaksi surat kabar dan tidak sedikit bagian bangunan yang mengalami kerusakan. Meskipun demikian, bangunan baru ini tetap membangun kembali arcade di depan bangunan untuk ruang pejalan kaki.

Gambar 5.3 Bentuk Arcade pada masa kolonial Sumber : www.tropenmuseum.com

(56)

5.2.2 Analisa arcade yang mengalami perubahan bentuk dilihat dari faktor difusi

Belum ditemukan adanya faktor difusi yang menjadi penyebab terjadinya perubahan bentuk arcade pada bangunan ini. Fungsi dan material yang digunakan juga masih sama meskipun bentuknya arcade itu sendiri telah berubah.

5.2.3 Temuan dari analisa arcade yang mengalami perubahan bentuk Jadi temuan analisa arcade pada bangunan ini adalah arcade dan bangunan mengalami transformasi karena adanya perubahan bentuk setelah dibangun kembali. Perubahan disini hanya dipengaruhi oleh faktor evolusi saja, tidak ada faktor difusi yang ikut mempengaruhi perubahan tersebut. Perubahan yang dipengaruhi oleh faktor evolusi yakni kesadaran si pemilik bangunan itu sendiri untuk memenuhi kebutuhannya tapi tetap mengikuti karakteristik citra kawasan. 5. 3 Analisa arcade yang telah dihilangkan

[image:56.595.107.539.563.715.2]

Arcade pada bangunan ruko ini mengalami transformasi karena arcade yang sebelumnya ada di depan bangunan ruko ini telah dihilangkan pada desain bangunan baru. Bangunan ini berubah secara keseluruhan dan beralihfungsi menjadi bangunan baru yakni Hotel Kesawan.

(57)

5.3.1 Analisa arcade yang telah dihilangkan dilihat dari faktor evolusi Adapun perubahan yang dipengaruhi oleh faktor evolusi yaitu kebutuhan akan ruang dari suatu bangunan yang baru semakin bertambah. Dan arcade yang berperan sebagai jalur pejalan kaki dihilangkan untuk memenuhi kebutuhan ruang dari bangunan itu sendiri, misalnya lahan parkir untuk kebutuhan hotel itu sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa pemilik bangunan lebih mementingkan kepentingan pribadinya dibandingkan memikirkan kepentingan bersama.

Kemudian penyebab faktor evolusi lainnya yaitu pada saat ini, pertokoan di pinggir jalan juga semakin banyak yang tutup di kawasan ini. Hal ini menyebabkan masyarakat tidak dapat lagi berbelanja di toko-toko yang berderet di sepanjang jalan ini. Aktivitas masyarakat pun semakin berkurang dikarenakan hal tersebut. Arcade juga tidak lagi menjadi fasilitator untuk masyarakat berinteraksi sosial dengan masyarakat lainnya yang biasanya sering berbelanja disana.

5.3.2 Analisa arcade yang telah dihilangkan dilihat dari faktor difusi

(58)

kendaraan lebih bisa didapat oleh masyarakat ketika berbelanja di mall/supermarket dibadingkan di deretan pertokoan pinggir jalan (lihat Gambar 5.7).

Adapun faktor penyebab lainnya dari faktor difusi (luar) yaitu muncul alternatif penggunaan material bangunan yang lebih praktis dibandingkan membangun arcade kembali untuk menciptakan ruang pejalan kaki yang memberikan kesan teduh. Misalnya penggunaan canopy sebagai pengganti arcade untuk mengatasi masalah iklim tropis yang ada terhadap ruang pejalan kaki di kawasan komersil. Hal ini merupakan solusi yang dianggap lebih praktis, mudah dan murah dibandingkan arcade itu sendiri yang bersifat permanen karena menggunakan batubata dan membutuhkan biaya yang lebih mahal.

5.3.3 Temuan dari analisa arcade yang telah dihilangkan

[image:58.595.177.468.172.361.2]

Jadi temuan analisa arcade pada bangunan ini adalah terjadinya transformasi arcade yang dipengaruhi oleh faktor evolusi dan difusi. Adapun

(59)

faktor evolusinya semakin bertambahnya kebutuhan ruang si pemilik bangunan dan selain itu aktivitas masyarakat untuk berbelanja berkurang di kawasan ini akibat banyaknya pertokoan yang sudah tutup. Kemudian dari faktor difusi yakni seiring perkembangan zaman, kebiasaan (gaya hidup) masyarakat yang tadinya berbelanja menyusuri pertokoan berderet di kawasan komersial berubah menjadi lebih senang berbelanja di mall dan faktor difusi lainnya adalah material bangunan yang lebih praktis menjadi alternatif lain untuk menggantikan peran arcade itu sendiri.

5.4 Kesimpulan

[image:59.595.118.555.428.726.2]

Berikut kesimpulan dari hasil pembahasan analisa yang didapat dari ketiga ruko yang sudah dijelaskan sebelumnya.

Tabel 5.1 Kesimpulan Analisa

Studi Kasus Analisa Transformasi

Analisa Penyebab Transformasi berdasarkan Variabel Asal

Usul Transformasi Kesimpulan Evolusi Difusi

(60)

Ruko Kedua Terjadi perubahan bentuk bangunan ruko secara keseluruhan dan arcade dibangun kembali dengan sedikit perubahan bentuk. Keinginan untuk mendirikan bangunan baru sesuai kebutuhan bisnis pemilik barunya tapi tetap mengikuti karakteristik bangunan ruko kolonial yang memiliki arcade di depan bangunannya . Belum ditemukan adanya faktor difusi yang menjadi penyebab terjadinya perubahan bentuk arcade pada bangunan ini. Perubahan disebabkan karena adanya pengaruh dari dalam yaitu kesadaran si pemilik bangunan itu sendiri untuk memenuhi kebutuhanny a tapi tetap mengikuti karakteristik citra

kawasan.Tida k ada faktor difusi yang mempengaru hinya. Ruko Ketiga Pada ruko

(61)
(62)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan mengenai kesimpulan yang didapat oleh peneliti setelah melakukan beberapa tahap dalam penelitian ini.

6.1 Kesimpulan

Ruko-ruko yang berada di koridor Jalan Ahmad Yani ini memiliki karakteristik tersendiri berupa adanya keberadaan arcade di depan bangunan. Arcade tersebut merupakan ruang untuk pejalan kaki yang beratap dan menerus untuk menelusuri ruko-ruko yang berderet di kawasan ini.

Namun, seiring berkembangnya waktu tidak sedikit ruko-ruko tersebut yang telah beralihfungsi sehingga mengalami perubahan bentuk bangunan maupun arcade yang menjadi bagian dari bangunan ruko itu sendiri. Bahkan ada juga arcade yang dihilangkan pada desain bangunan ruko yang baru. Dan tidak jarang bdesain angunan baru tersebut yang tidak sesuai dengan citra kawasan ini.

Berdasarkan penelitian yang berjudul “Transformasi Arcade pada Ruko di

Koridor Jalan Ahmad Yani” ini, peneliti juga menemukan arcade pada bangunan

(63)

mempengaruhi perubahan tersebut. Dan arcade pada ruko yang ketiga mengalami transformasi yang dipengaruhi oleh faktor evolusi dan difusi. Adapun transformasinya di ruko yang ketiga adalah arcade telah dihilangkan pada desain bangunan baru.

6.2 Saran

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi maupun inspirasi khususnya mengenai transformasi arcade yang muncul di kawasan ini. Penulis juga berharap ini dapat menjadi masukan bagi masyarakat maupun pemerintah agar dapat lebih mempertimbangkan apabila bangunan ruko kolonial yang akan dihancurkan. Sebaiknya ada peraturan pemerintah yang mengatur atau mengawasi pelestarian ruko-ruko kolonial di kawasan ini.

(64)

DAFTAR PUSTAKA

Harisdani, Devin dan Lubis, Dolok (2004) Identitas Fungsi Ruko Kesawan.

Universitas Sumatera Utara. Medan.

Isthipraya, Isabella dkk. 2009. Perpaduan Budaya Pada Arsitektur Dan Desain Interior Hunian Di Kawasan Lama Kota Tuban. Universitas Kristen Maranatha. Bandung.

Kharismawan, Rabbani ( 2006) Model Penataan Ruang Luar Ruko sebagai Upaya Peningkatan Vitalitas Kawasan di Jalan Klampis Jaya. Institut Teknologi Sepuluh November (ITS). Surabaya.

Loebis, Nawawiy (2002) Architecture In Tranformation The Case of Batak Toba,

Universitas Sains Malaysia.

Ratnatami, Ariko (2005) Aspek Bentuk Arsitektur Bangunan pada Makna Fungsi Bangunan dan Ekspresi Arsitektur Kawasan Koridor (Studi Kasus : Koridor Jalan Sudirman Surakarta, Semarang), Magister Teknik Arsitektur Universitas Diponegoro. Semarang.

Sasmito, Adi (1997) Karakteristik Pertokoan Pinggir Jalan Di Kawasan Konservasi. Universitas Diponegoro. Semarang.

Sibarani, J.P Marthin (2002) Pengendalian Kawasan Pelestarian Kota Lama Di Kawasan Kesawan. Institut Teknologi Bandung. Bandung.

Sinulingga, Sukaria (2011) Metode Penelitian, USU Press, Medan.

(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)

Gambar

Gambar 1.1 Kerangka Berfikir Penelitian
Gambar 2.1 Gambaran Detail Ruko
Gambar 2.2 'five foot way', Magazine Road, George Town, Penang
Gambar 2.3 Gambaran Pertokoan Pinggir Jalan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jalan Jendral Ahmad Yani memiliki 20 tiang lampu dengan jarak spasi yang berbeda – beda, jenis lampu digunakan Ledxion S439 Series 60W LED Street Lantern, lumen lampu sebesar 6200lm,

Ahmad Yani Kesawan ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Pemerintah Kota Medan maupun pemerhati kota untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif akan pentingnya

Ahmad Yani Kesawan ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Pemerintah Kota Medan maupun pemerhati kota untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif akan pentingnya

Karakteristik Penggunaan Zona Selamat Sekolah Di Kota Jember (Studi Kasus jalan Ahmad Yani dan Jalan Brawijaya); Endar Dwi Agustien, 071910301077; 2007:55 halaman;

Salah satu ruas jalan dengan fungsi jalan arteri di Kota Sukabumi adalah jalan Ahmad Yani sebagai objek penelitian, dimana jalan Arteri ini memiliki arti jalan

Ventilasi atau bukaan pada muka bangunan disepanjang Koridor Pemuda hampir tidak terlihat, seperti pada bangunan komersial (ruko) dimana fasad bangunan tertuupi

Dengan demikian, maka dapat diketahui bahwa perubahan fisik yang terjadi pada pintu ruko adalah perubahan material pintu dari kayu menjadi metal, perubahan dari

Faktor-faktor Penyebab kecelakaan di ruas jalan Ahmad Yani Km 18 – Km 28 Banjarbaru dari data kepolisian dan survei yang dilakukan maka mendapatkan hasil sebagai berikut :  Data