• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN PENDAFTARAN TANAH UNTUK PERUMAHAN DI KABUPATEN PATI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PELAKSANAAN PENDAFTARAN TANAH UNTUK PERUMAHAN DI KABUPATEN PATI"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN PENDAFTARAN TANAH UNTUK PERUMAHAN DI KABUPATEN PATI

SKRIPSI

Disusun untuk melengkapi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta Diajukan oleh:

Nama : FARIEL AMRI

NIM : 20120610236 Fakultas : Hukum Jurusan : Ilmu Hukum

Bagian : Hukum Administrasi Negara

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA

(2)

PELAKSANAAN PENDAFTARAN TANAH UNTUK PERUMAHAN DI KABUPATEN PATI

SKRIPSI

Disusun untuk melengkapi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Diajukan oleh:

Nama : FARIEL AMRI

NIM : 20120610236 Fakultas : Hukum Jurusan : Ilmu Hukum

Bagian : Hukum Administrasi Negara FAKULTAS HUKUM

(3)

PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN SKRIPSI

Bismillahirrohmanirrohim

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Fariel Amri

NIM : 20120610236

Judul Skripsi : PELAKSANAAN PENDAFTARAN TANAH UNTUK

PERUMAHAN DI KABUPATEN PATI

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan skripsi saya adalah benar-benar hasil karya sendiri, kecuali jika disebutkan sumbernya dan belum pernah diajukan pada instansi manapun, serta bukan hasil jiplakan. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan skripsi ilmiah yang harus dijunjung tinggi. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa adanya tekanan dan paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar.

Yogyakarta, 9 Agustus 2016

Yang Menyatakan

(4)

MOTTO

Hidup itu seperti mengendarai sebuah sepeda. Untuk menjaga keseimbangan, kamu

harus tetap bergerak. (Albert Einstein)

Lebih baik bertempur dan kalah daripada tidak pernah bertempur sama sekali. (Arthur

Hugh Clough)

Pendidikan merupakan senjata paling ampuh yang bisa kamu gunakan untuk merubah

dunia" (Nelson Mandela)

(5)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Atas Kuasa Allah SWT dan dengan rasa syukur, sebuah karya sederhana ini di dedikasikan sepenuh hati untuk:

Ibunda tercinta Maesaroh yang memberikan kasih sayang dan tanpa hentinya mendoakan untuk kelancaran skripsi ini.

Ayahanda tersayang Amin, SH selalu memberikan semangat dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur yang tidak akan ada habisnya penulis panjatkan

kepada Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sepanjang

kehidupan, atas Petunjuk-Nya pula penulis dapat menyelesaikan karya tulis (skripsi)

ini dalam meraih gelar sarjana S-1 dalam bagian Hukum Administrasi Negara,

Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Skripsi ini tidak akan dapat tersusun tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak

yang telah banyak membantu secara tulus dan ikhlas sejak awal penulisan memasuki

dunia akademik, kemudian pada pemilihan konsentrasi bagian Hukum Administrasi

Negara hingga akhirnya pada penyelesaian penulisan skripsi ini. Kesempatan

berharga ini kiranya adalah waktu yang tepat bagi penulis untuk mengucapkan

3. Bapak Sunarno SH.,M.Hum selaku Dosen Pembimbing Skripsi 1 yang sudah

meluangkan waktunya untuk memberikan saran dan ilmu untuk membantu

penulisan skripsi ini.

4. Bapak Beni Hidayat SH.,M.Hum selaku Dosen Pembimbing Skripsi 2 yang

sudah meluangkan waktunya untuk meberikan saran dan ilmu untuk

membantu penulisan skripsi ini.

5. Bapak Bagus Sarnawa, SH.,M.Hum selaku Ketua Tim Penguji Skripsi HAN

yang telah secara teliti melakukan pengujian memberikan masukan untuk

(7)

6. Bapak Marjianto, SH selaku Kasi HT PT Badan Pertanahan Nasional

Kabupaten Pati.

7. Bapak Waidi selaku pihak pengembang dari PT Griya Sentosa Penjawi.

8. Bapak Maman Dekanat Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta yang telah banyak membantu memberikan informasi seputaran

skripsi ini.

9. Segenap jajaran Dosen Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan melalui proses belajar

mengajar yang menyenangkan dan segenap jajaran karyawan TU Fakultas

Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan karyawan laboratorium

Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah banyak

membantu atas informasi dan dispensasi khususnya bagi mahasiswa.

10.Ibundan tercinta yang selalu tak henti-hentinya mendoakan.

11.Ayahanda tersayang yang selalu mensupport dan membimbing skripsi ini.

12.Kakakku yang selalu mendukung skripsi ini.

13.Keluarga tersayang yang ada di Pati, terima kasih atas doanya selama ini.

14.Sahabat-sahabatku Aditya Luqman, Kharisma Restu, Dera Putra, Galoh Aria

yang memberikan semangat untuk segera menyelesaikan skripsi ini, karena

supaya mimpi mimpi kita akan segera terwujud suatu hari nanti..

15.Sahabat-sahabat selama di Yogyakarta, Dini, Hesti, Tiara, Kiwil, Fajar, Dini,

Septi, Narita, Shobikha, Ragil, Yerry, Alkhis, Udin, Bebe, Husyin, Hadziqi,

New, Jeho, Wahyu, Derry, Roy, Nando, Vina, Doni, mungkin tanpa kalian

selama di Yogyakarta gak asyik.

16.Teman-teman Fakultas Hukum UMY 2012, dan semua teman-teman UMY

angkatan 2012 yang ku kenal terimakasih sudah membantu dan memberikan

supportnya.

17.Almamaterku Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

18.Terimakasih untuk semua pihak yang sudah membantu dan memberikan

(8)

Semoga amal ibadah dan niat tulus mendapatkan imbalan yang setimpal dari

Allah SWT, Aamiin. Penulis sangat menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini

masih jauh dari sempurna dan terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu penulis

berharap banyak adanya masukan, saran dan kritik membangun guna memperbaiki

skripsi ini sebagai upaya memberikan kontribusi dalam perkembangan keilmuan

hukum. Semoga penulisan skripsi ini dapat memenuhi persyaratan yang telah

ditentukan dan dapat bermanfaat bagi pembaca. Aamiin

Yogyakarta, 9 Agustus 2016

(9)

DAFTAR ISI

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN UMUM PENDAFTARAN TANAH... 9

A. Pengertian tentang Tanah ... 9

1. Pengertian Tanah ... 9

2. Hak Atas Tanah ... 10

3. Jenis Hak Atas Tanah ... 11

4. Peralihan Hak Atas Tanah……… 17

(10)

6. Fungsi Sosial Tanah………..17

7. Pengaturan Hak Atas Tanah………..19

B. Tinjauan Umum Tentang Pengetian Pendaftran Tanah……..20

1. Pengertian Pendaftaran Tanah... 20

2. Dasar Hukum Pendaftaran Tanah ... 22

3. Tujuan Pendaftran Tanah ... 28

4. Sistem Pendaftran Tanah ... 30

5. Obyek Pendaftaran Tanah... 34

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

A. Jenis Penelitian ... 36

B. Data Penelitian ... 37

C. Teknik Pengumpulan Data ... 38

D. Responden ... 38

E. Narasumber ... 38

F. Teknik Analisis Data ... 39

BAB IV PEMBAHASAN ... 40

A. Pelaksaan Pendaftaran Tanah untuk Perumahan di Kabupaten Pati ... 40

B. Kendala yang di hadapi dalam Pelaksaan Pendaftaran Tanah untuk perumahan Di Kabupaten Pati ... 72

BAB V PENUTUP ... 78

A. Kesimpulan ... 77

B. Saran ... 77

(11)
(12)
(13)

ABSTRAK

Latar belakang ini mengkaji tentang pelaksaan pendaftaran tanah untuk perumahan di Kabupaten Pati. Ada dua permasalahan yang dapat dikaji yaitu Pelaksaan Pendaftaran Tanah untuk Perumahan di Kabupaten Pati dan Kendala yang yang dihadapi dalam Pelaksaan Pendaftaran Tanah untuk Perumahan di Kabupaten Pati.

Penelitian ini merupakan penelitian hukuam normatif-empiris. Data penelitian dilakukan dengan cara wawancara langsung/interview dengan narasumber dan dilengkapi dengan studi dokumen/pustaka. Penelitian ini disajikan berdasarkan analisis deskriptif kualitatif. Bahan hukum yang dipergunakan dalam penelitian ini berasal dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pelaksaan pendaftaran tanah untuk perumahan di Kabupaten Pati sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku, kendala pertama adalaha lamanya perubahan letter C ke sertifikat dikarenakan untuk mengetahui apakah tanah tersebut sudah ada yang mempunyai hak atau apakah belum, sehingga waktu yang diperlukan lama. Dan kendala yang lain adalah masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk mengurus pendaftaran tanah secara sendiri karena menggunakan praktek percaloan untuk membantu mengurus pendaftaran tanah. Pada hal Badan Pertanahan Nasional sudah mengkampenyekan pendaftaran untuk dilakukan dengan sendiri, karena pendaftaran tanah untuk saat ini sudah lebih mudah sehingga warga dapat mengurusnya sendiri tanpa perlu bantuan calo.

(14)
(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, tempat manusia melakukan aktifitas hidup dan berfungsi untuk melindungi manusia dari

gangguan eksternal. Di Indonesia kebutuhan masyarakat akan rumah semakin

meningkat terutama pada masyarakat perkotaan. Tetapi, memiliki sebuah rumah,

membutuhkan dana yang besar. Hal tersebut disebabkan terbatasnya lahan dan

mahalnya harga tanah. Mengatasi masalah tersebut, kemudian pemerintah

membuat program perumahan yang segment pasarnya lebih diperuntukkan bagi

masyarakat golongan ekonomi menengah ke bawah. Pemerintah juga

menghimbau kepada para pengusaha properti agar membuat perumahan bagi

segment pasar tersebut. Dalam perkembangannya ternyata usaha di bidang

properti sangat menjanjikan. Maka tidaklah heran banyak pengusaha properti

yang kemudian melirik usaha tersebut.

Pengusaha di Kabupaten Pati melihat ini sebagai peluang bisnis yang

menjajikan sehingga banyak developer-developer baru yang bermunculan untuk

mengembangkan perumahan. Tanah perumahan yang dikembangkan developer

umumnya berasal dari banyak pemilik tanah, karena itu statusnya juga

beranekaragam dan berbeda antara satu dengan yang lainnya. Diantaranya ada

(16)

bahkan tidak dilengkapi dokumen. Setelah dibeli semua tanah itu disertifikatkan

atas nama developer dengan status HGB. Inilah yang disebut sertifikat induk.

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 dan Peraturan pelaksanaannya

yaitu Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional

Nomor 3 Tahun 1997. Seluruh pekerjaan pengumpulan data tersebut dilaksanakan

oleh Panitia Ajudikasi.

Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 sebagai landasan utama pembangunan nasional

dalam bidang pertahanan, yang menyatakan bahwa : “Bumi dan air dan kekayaan

yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Dengan menyadari bahwa pentingnya

tanah untuk kehidupan manusia, juga meningkatnya akan kebutuhan manusia

berbagai kepeningan anatara lain, tempat tinggal, tempat usaha dibindang

pertanian maupun perekonomian sebagai sumber mata pencaharian mereka, oleh

karena itu diperlukan untuk penataan dan penertiban dibidang pertanahan agar

semua sesuai dengan fungsi tanah dan dapat dimkasimalkan sebesar-besar oleh

masyarakat dan kepentingan umum.

Penjelasan Undang-undang Dasar 1945, telah dijabarkan bahwa Negara

Indonesia merupakan Negara yang berdasarkan atas hukum (Rechstaat) dan tidak

berdasarkan atas kekuasaan belaka (Machstaat). Dari penjelasan tersebut dapat

diartikan bahwa Negara Indonesia merupakan Negara yang demokratis

(17)

hak asasi manusia dan menjamin segala warga negara bersamaan kedudukan

didalam hukum dan pemerintahannya dengan tidak ada pengecualiannya.

Untuk mengatur kehidupan masyarakat di Indonesia diperlukan hukum.

Hukum di Indonesia sangatlah penting, karena dengan adanya hukum yang tegas

dan jelas maka dapat mengatur kehidupan masyarakat. Sehingga hukum dapat

menghidarkan pelanggaran yang dapat dilakukan masyarakat dan penegak hukum

itu sendiri. Hukum juga dapat meminimalisir masyarakat yang hendak berbuat

kejahatan. Oleh karena itu diperlukan hukum yang dapat digunakan oleh Negara

Indonesia dalam mengatur tatanan kehidupan masyarakat.

Pendaftaran tanah di adakan untuk menjamin kepastian hukum dan hak yang

mempunyai tanah tersebut. Tanah merupakan hajat hidup semua orang, dimata

hukum setiap cm tanah di mata hukum keagrariaan harus jelas statusnya.

Misalnya, tanah hak milik (HM) jelas bukan tanah negara (TN) dan berbeda

kriterianya dengan tanah-tanah hak guna bangunan (HGB), hak guna usaha

(HGU), dll. Begitupun siapa saja yang boleh menguasainya/memilikinya serta

peruntukan penggunaanya mempunyai kriteria-kriteria yang berbeda. Tanah hak

milik ataupun tanah hak-hak lainnya wajib didaftrakan di kantor-kantor Badan

Pertanahan Nasional (BPN). Agar menjadi bukti bahwa tanah terebut telah

terdaftar dan bersertifikat tanah, yang sekaligus sebagai bukti

penguasaan/pemilikan pemegannya atas tanah tersebut.

Karena itulah kenapa pemerintah mengadakan pendaftaran tanah dan

(18)

pendaftaran tanah yang dimaksud. Undang-undang No 5 Tahun 1960 tentang

peraturan dasar pokok-pokok agrarian, melalui Pasal 19 mengamanatkan bahwa

pemerintah mengadakan pendaftaran tanah untuk seluruh wilayah RI dan bahwa

sertifikat hak atas tanah merupakan bukti yang kuat mengenai suatu kepemilikan

tanah.

Pendaftaran tanah dilaksanakan dalam satu rangkaian kegiatan meliputi

pengukuran, perpetaan, pembukuan dan pendaftaran hak-hak atas tanah serta

pendaftaran peralihan dan pembebanan hak atas tanah, serta pemberian

surat tanda bukti hak atas tanah yaitu sertipikat yang berlaku sebagai alat

pembuktian yang kuat. Selanjutnya oleh Pasal 23, 32, dan 38 UUPA

mengharuskan kepada pemegang hak yang bersangkutan untuk mendaftarkan

tanahnya agar memperoleh kepastian hak.

Oleh karena itu apabila semua bidang tanah telah terdaftar dan dimanfaatkan

oleh pemegang haknya, idealnya secara yuridis-teknis telah ada jaminan

kepastian hukum terhadap semua bidang tanah terdaftar dan dampak positifnya

dapat mencegah terjadinya permasalahan pertanahan khususnya

yang menyangkut penggunaan dan pemanfaatan tanah serta mempertahankan

hak termasuk kebendaan yang melekat padanya1. Sebagai implementasi dari

pasal 19 UUPA, maka oleh pemerintah telah dikeluarkan Peraturan Pemerintah

1

(19)

Nomor 10 tahun 1961 tentang pendaftaran tanah, yang disempurnakan dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 dan peraturan pelaksananya

Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3

tahun 1997 tentang Ketentuan Peraturan Pelaksana Peraturan Pemerintah Nomor

24 tahun 1997 tentang pendaftaran tanah.

Pendaftaran tanah di Indonesia dilaksanakan oleh pemerintah dalam hal ini

Badan Pertanahan Nasional (BPN) dan untuk daerah Kabupaten/Kota

berdasarkan pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 dilaksanakan

oleh Kantor Pertanahan, kecuali untuk kegiatan-kegiatan tertentu yang oleh

Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 dan peraturan

perundangan-undangan lain sebagian tugas pendaftaran tanah ditugaskan kepada Pejabat

Pembuat Akta Tanah (PPAT) dalam hal kegiatan yang berkaitan dengan

pembuatan akta peralihan dan pembebanan hak atas tanah.

Kegiatan penyelenggaraan pendaftaran tanah sangat terkait dengan aspek

teknis, yuridis, dan administrative data bidang tanah. Kekhasan penyelenggaraan

pendaftaran tanah ini sangat terkait dengan pertimbangan untuk memberikan

kepastian dan perlindungan hukum terhadap subyek dan obyek hak atas tanah.

Karena pernah terjadi pembelian perumahan dengan kredit dan menimbulkan

masalah ternyata ukuran tanah yang dibeli dengan perjanjian, surat pengukuran,

dan kondisi lapangan adalah berbeda. Hal tersebut sudah ditanyakan kepada

developer dan Badan Pertanahan Nasional (BPN), tetapi mereka saling melempar

(20)

satuan bidang- bidang kepemilikan atas tanah, baik atas bidang tanah yang belum

terdaftar atas sesuatu hak maupun atas bidang tanah yang sudah terdaftar atas

sesuatu hak menurut Undang-Undang Pokok Agraria. Berdasarkan atas Pasal 41

Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3

Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24

Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah (“Permeneg Agraria No. 3/1997”), kepala

kantor pertanahan mempunyai tanggung jawab untuk memelihara peta dasar

pendaftaran, peta pendaftaran, gambar ukur dan data-data ukur terkait. Apabila

dalam pengukuran untuk pembuatan peta dasar pendaftaran, peta pendaftaran dan

gambar ukur terdapat kesalahan teknis data ukuran, maka kepala kantor

pertanahan dapat memperbaiki kesalahan tersebut. Lebih lanjut, apabila suatu

bidang tanah yang diukur ulang telah diterbitkan sertifikat, maka selain dilakukan

perubahan pada gambar ukur dan peta pendaftaran tanah, juga dilakukan

perubahan pada surat ukurnya.

Pendaftaran atas bidang tanah yang sudah mempunyai sesuatu hak,

diperlukan jika terjadi perubahan data fisik dan data yuridis atas tanah

tersebut.Perubahan data yuridis dapat terjadi karena peralihan hak, sedangkan

perubahan data fisik dapat terjadi karena pemisahan dari satu bidang tanah

menjadi beberapa bidang atau penggabungan dari beberapa bidang menjadi satu

bidang tanah.

Pendaftaran tanah telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat, karena

(21)

yang berupa tanah dari setiap orang atau badan hukum yang memilikinya, karena

dengan memahami arti dan fungsi pendaftaran tanah, masyarakat akan

mendaftarkan tanahnya, maka akan diperoleh manfaat baik dari segi hukum

maupun dari sudut ekonomi. Dan pada masa sekarang kebutuhan akan tempat

tinggal adalah salah satu kebutuhan pokok bagi masyarakat. Sudah banyak

developer yang melirik ini sebagai peluang bisnis mereka. Oleh sebab itu banyak

perumahan-perumahan baru setiap tahunnya yang baru didirikan, dari yang mulai

perumahan murah hingga perumahan yang elit. Tanah perumahan yang

dikembangkan developer umumnya berasal dari banyak pemilik tanah, karena itu

statusnya juga beranekaragam dan berbeda antara satu dengan yang lainnya.

Diantaranya ada yang baru girik, ada yang sudah HGB (SHGB) dan hak milik

(SHM), ada yang bahkan tidak dilengkapi dokumen. Setelah dibeli semua tanah

itu disertifikatkan atas nama developer dengan status HGB. Inilah yang disebut

sertifikat induk.

B. Rumusan Masalah

Adapun hal-hal yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pelaksanaan pendaftaran tanah untuk perumahan di Kabupaten

Pati?

2. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi dalam pelaksanaan pendaftaran tanah

(22)

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengkaji dan menganalisa bagaimanakah pelaksaan pendaftraan tanah

untuk perumahan.

2. Untuk mengkaji dan menganalisa apa kendala-kedala yang dihapadi dalam

pelaksanaan pendaftran tanah untuk perumhan dan bagaimana

penyelesainnya.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi refrensi bagi penelitian lainnya

yang berkaitan dengan Pendaftran Tanah Perumahan.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi saran dan masukan

kepada pemerintah maupun masyarakat awam, untuk lebih mengintensifkan

(23)

BAB II

dalam peraturanperaturan hukum tertulis sebagai pelaksana Undang-Undang

Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960, memungkinkan para pihak-pihak yang

berkepentingan dengan mudah mengetahui hukum yang berlaku dan

wewenang serta kewajiban yang ada atas tanah yang dipunyai. Karena

kebutuhan manusia terhadap tanah dewasa ini makin meningkat. Hal ini

disebabkan semakin bertambahnya jumlah penduduk, sementara disisi lain

luas tanah tidak bertambah.

Tanah dalam pengertian yuridis dapat diartikan sebagai permukaan bumi.

Sedangkan ha katas tanah adalah hak sebagian tertentu permukaan bumi, yang

berbatas, berdimensi, dua dengan dengan ukuran panjang dan lebar. 2 Pasal 1

1

Effendi Perangin. Hukum Agraria Indonesia, Suatu Telaah Dari Sudut Pandang Praktisi Hukum. Jakarta: Raja Grafindo. 1994. Hlm 17.

2

(24)

ayat (2) jo Pasal 4 ayat (1) UUPA tanah adalah permukaan bumi dan ruang,

maksudnya tanah sama dengan permukaan bumi adalah karunia Tuhan Yang

Maha Esa. Diartikan sama dengan ruang pada saat menggunakannya karena

termasuk juga tubuh bumi dan air dibawahnya dan ruang angkasa diatasnya

sekedar diperlukan untuk kepentingan yang langsung berhubungan dengan

penggunaan tanah dalam batas-batas menurut undangundang ini dan peraturan

lain yang lebih tinggi. Tanah adalah suatu permukaan bumi yang berada diatas

sekali. Makna permukaan bumi sebagai bagian dari tanah yang haknya dapat

di miliki oleh setiap orang atau badan hukum. 3

2. Hak Atas Tanah

a. Pengertian Hak Atas Tanah Menurut UUPA

Pada pasal 33 ayat (1) UUD 1945, dikatakan bahwa:

“bumi air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan

alam yang terkandung didalamnya itu pada tingkatan tertinggi dikuasai

oleh Negara”. Negara sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat. Hak

menguasai dari Negara termaksud dalam UUPA (Pasal 1 ayat 2)

memberi wewenang kepada Negara untuk :

1) Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan

dan memeliharaan bumi, air dan ruang angkasa tersebut;

3

(25)

2) Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara

orang-orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan

ruang angkasa.

Atas dasar hak menguasai dari Negara sebagai yang dimaksud dalam

pasal 2 ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi, yang

disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh

orang-orang baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang-orang lain serta

badan-badan hukum (UUPA Pasal 4 ayat 1).

Pasal ini memberi wewenang untuk mempergunakan tanah yang

bersangkutan demikian pula tubuh bumi dan air serta ruang yang ada

diatasnya, sekedar diperlukan untuk kepentingan yang langsung

berhubungan dengan penggunaan tanah itu dalam batas-batas menurut

undang-undang ini dan peraturan-peraturan hukum lain yang lebih tinggi.4

(26)

f. Hak Memungut Hasil Hutan

a. Hak Milik

1) Hak milik adalah hak turun temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat

dipunyai orang atas tanah.

2) Hak milik dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain

3) Hanya warganegara Indonesia dapat mempunyai hak milik.

4) Oleh Pemerintah ditetapkan badan-badan hukum yang dapat

mempunyai hak milik dan syarat-syaratnya (bank Negara,

perkumpulan koperasi pertanian, badan keagamaan dan badan social)

5) Terjadinya hak milik, karena hukum adat dan Penetapan Pemerintah,

serta karena ketentuan undang-undang

6) Hak milik, setiap peralihan, hapusnya dan pembebanannya dengan hak

lain, harus didaftarkan di Kantor Pertanahan setempat. Pendaftaran

dimaksud merupakan pembuktian yang kuat.

b. Hak Guna Usaha

1) Adalah hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai langsung oleh

Negara, guna perusahaan pertanian, perikanan atau peternakan dengan

jangka waktu 35 tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu

(27)

berakhir ke pemegang hak dapat diberikan pembaharuan Hak Guna

Usaha di atas tanah yang sama.

2) Diberikan paling sedikit luasnya 5 hektar, jika lebih dari 25 hektar

harus dikelola dengan investasi modal yang layak dnegan teknik

perusahaan yang baik sesuai dengan perkembangan zaman.

3) Hak guna usaha dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain

4) Hak Guna Usaha dapat dipunyai warga negara Indonesia, dan Badan

Hukum yang didirikan berdasarkan Hukum Indonesia dan

berkedudukan di Indonesia

5) Tanah yang dapat diberikan dengan Hak Guna Usaha adalah Tanah

Negara

6) Hak Guna Usaha terjadi karena penetapan Pemerintah

7) Hak Guna Usaha setiap peralihan, hapusnya dan pembebanannya

dengan hak lain, harus didaftarkan di Kantor Pertanahan setempat.

Pendaftaran dimaksud merupakan pembuktian yang kuat.

8) Hak Guna Usaha dapat dijadikan jaminan utang dengan dibebani Hak

Tanggungan

c. Hak Guna Bangunan

1) Hak guna bangunan adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai

(28)

dapat berupa tanah Negara, tanah hak pengelolaan, tanah hak milik

orang lain dengan jangka waktu paling lama 30 tahun dan dapat

diperpanjang paling lama 20 tahun. Setelah berakhir jangka waktu dan

perpanjangannya dapat diberikan pembaharuan baru Hak Guna

Bangunan di atas tanah yang sama.

2) Hak guna bangunan dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain.

3) Hak Guna Bangunan dapat dipunyai warga negara Indonesia, dan

Badan Hukum yang didirikan berdasarkan Hukum Indonesia dan

berkedudukan di Indonesia.

4) Hak Guna Bangunan terjadi karena penetapan Pemerintah

5) Hak Guna Bangunan setiap peralihan, hapusnya dan pembebanannya

dengan hak lain, harus didaftarkan di Kantor Pertanahan setempat.

Pendaftaran dimaksud merupakan pembuktian yang kuat.

6) Hak Guna Bangunan dapat dijadikan jaminan utang dengan

dibebani Hak Tanggungan.

d. Hak Pakai

1) Hak pakai adalah hak untuk menggunakan dan/atau memungut

hasil dari tanah yang dikuasai langsung oleh Negara atau tanah milik

orang lain, yang memberi wewenang dan kewajiban yang ditentukan

dalam keputusan pemberiannya oleh pejabat yang berwenang

memberikannya atau dalam perjanjian dengan pemilik tanahnya, yang

(29)

segala sesuatu asal tidak bertentangan dengan jiwa dan

ketentuan-ketentuan Undang-undang.

2) Hak Pakai dapat diberikan :

a) Selama jangka waktu yang tertentu atau selama tanahnya dipe

rgunakan untuk keperluan yang tertentu.

b) Dengan cuma-cuma, dengan pembayaran atau pemberian jasa

berupa apapun.

c) Pemberian hak pakai tidak boleh disertai

syarat-syarat yang mengandung unsur-unsur pemerasan

Yang dapat mempunyai hak pakai ialah :

(1) Warga negara Indonesia

(2) Orang asing yang berkedudukan di Indonesia

(3) Badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan

berkedudukan di Indonesia

(4) Badan hukum asing yang mempunyai perwakilan di

Indonesia.

3) Sepanjang mengenai tanah yang dikuasai langsung oleh Negara maka

hak pakai hanya dapat dialihkan kepada pihak lain dengan izin

penjabat yang berwenang.

4) Hak pakai atas tanah milik hanya dapat dialihkan kepada pihak lain,

(30)

e. Hak Sewa

1) Seseorang atau suatu badan hukum mempunyai hak sewa atas tanah,

apabila ia berhak mempergunakan tanah milik orang lain untuk

keperluan bangunan dengan membayar kepada pemiliknya sejumlah

uang sebagai sewa.

2) Pembayaran uang sewa dapat dilakukan :

a) Satu kali atau pada tiap-tiap waktu tertentu

b) Sebelum atau sesudah tanahnya dipergunakan

c) Perjanjian sewa tanah yang dimaksudkan dalam pasal ini tidak

boleh disertai syarat-syarat yang mengandung unsur-unsur

pemerasan

3) Yang dapat menjadi pemegang hak sewa ialah :

a) Warga negara Indonesia

b) Orang asing yang berkedudukan di Indonesia

c) Badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan

berkedudukan di Indonesia;

d) Badan hukum asing yang mempunyai perwakilan di Indonesia

(31)

1) Hak membuka tanah dan memungut hasil hutan hanya dapat dipunyai

oleh warganegara Indonesia dan diatur dengan Peraturan Pemerintah.

2) Dengan mempergunakan hak memungut hasil hutan secara sah tidak

dengan sendirinya diperoleh hak milik atas tanah itu

4. Peralihan Hak Atas Tanah

Peralihan hah katas tanah terjadi karena :

a. Jual Beli

b. Dibatalkan sebelum jangka waktunya berakhir karena syarat sesuatu

(32)

g. Beralih ke warganegara asing (khusus Hak Milik) atau badan hukum

asing (khusus HGU dan HGB)

6. Fungsi Sosial Tanah

Fungsi sosial tanah sebagaimana dimaksud dengan Pasal 6 UUPA

mengandung beberapa prinsip keutamaan antara lain :

a. Mengutamakan sesuatu hal-hal yang penting mengenai hak-hak atas

tanah yang merumuskan secara singkat sifat kebersaam atau

kemasyarakatan hak-hak atas tanah menurut prinsip hukum tanah

nasional. Dalam konsep hukum tanah nasional memiliki sifat

komunilistik religious, yang mengatakan bahwa seluruh bumi, dan

ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalam

wilayah Republik Indonesia, sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa,

adalah bumi, air, dan ruang angkasa, bangsa Indonesia dan merupakan

kekayaan nasional.

b. Tanah yang di haki seseorang tidak hanya mempunyai fungsi bagi

yang mempunyai hak itu saja tetapi juga bagi bangsa Indonesia

seluruhnya. Sebagai konsekuensinya dalam mempergunkan tanah

yang bersangkutan tidak hanya kepentingan individu saja yang

dijdikan pedoman, tetapi juga harus diingat dan diperhatikan

(33)

c. Fungsi sosial baik hak-hak atas tanah mewajibkan pada yang

mempunyai hak untuk mempergunakan tanah yang bersangkutan

sesuai dengan keadaan artinya keadaan tanah, sifat dan tujuan

pemberian haknya. Hal tersebut dimaksudkan agar tanah dapat

dipelihara dengan baik dan dijaga kualitas kesuburan serta kondisi

tanah sehingga kemanfaatan tanahnya dinikmati tidak hanya oleh

pemilik hak atas tanah saja tetapi juga masyarakat lainnya. Oleh

karena itu kewajiban memelihara tanah itu tidak saja dibebankan

kepada pemiliknya atau pemegang haknya, melainkan juga menjadi

beban bagi setiap orang, badan hukum atau instansi yang mempunyai

suatu hubungan hukum dengan tanah.5

7. Pengaturan Penguasaan Atas Tanah

Dalam tiap hukum tanah terdapat pengaturan mengenai berbagai hak penguasaan atas tanah. Dalam UUPA misalnya diatur dan sekaligus tata

jenjang atau hierarki hak-hak penguasaan atas tanah dalam Hukum Tanah

(34)

tanah bersama, bersifat abadi dan menjadi induk bagi hak-hak penguasaan

yang lain atas tanah pengaturan ini termuat dalam Pasal 1 ayat (1)-(3)

UUPA

Hak Bangsa Indonesia atas tanah mempunyai sifat komunalistik,

artinya smua tanah yang ada dalam wilayah NKRI merupakan tanah

bersam rakyat Insonesia, yang telah berstu sebagai Bangsa Indonesia Pasal

1 ayat (1) UUPA. Selain itu juga mempunyai sifat religious, artinya

seluruh tanah yang ada didalam wilayah NKRI merupakan karunia Tuhan

Yang Maha Esa Pasal 1 ayat (2) UUPA. Hubungan antara Bangsa

Indonesia dengan tanah bersifat abadi, artinya selama rakyat Indonesia

mesaih bersatu sebagai Bangsa Indonesia dan selam tanah tersebut masih

ada pula, dalam keadaan yang bagaimana tidak ada sesuatu kekuasaan

yang akan dapat memustuskan atau meniadakan hubungan tersebut Pasal 1

ayat (3) UUPA.

B. Tinjauan tentang Pendaftaran Tanah 1. Pengertian tentang Pendaftran Tanah

Pendaftran tanah dari kata Cadastre (bahasa Belanda Kadaster)

suatu istilah teknis untuk suatu record (rekaman), menunjukkan kepada

luas, nilai, dan kepemilikan (atau lain-lain alas hak) terhadap suatu

bidang tanah. Kata ini berasal dari bahasa Latin “Capitastrum” yang

(35)

tanah Romawi (Capotatio Terrens). Dalam artian Cadastre adalah record

(rekaman dari pada lahan-lahan, nilai daripada tanah dan pemegang

haknya dan untuk kepentingan perpajakan). Dengan demikian Cadaster

merupakan alat yang tepat yang memberikan uraian dan identifikasi dari

lahan tersebut juga sebagai continous recording (rekaman yang

berkesinambungan dari pada hak atas tanah).6

Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 memberi

pengertian, Pendaftaran Tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan

oleh Pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur,

meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan, dan penyajian serta

pemeliharaan data fisik dan data yuridis dalam bentuk peta dan daftar,

mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk

pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah

ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu

yang membebaninya. Pendaftaran tanah ini diselenggarakan untuk

menjamin kepastian hukum pendaftaran tanah ini diselenggarakan untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat dan pemerintah.7

Dalam memenuhi kebutuhan ini pemerintah melakukan data

pengausaan tanah terutama yang melibatkan para pemilik tanah Pasal 19

ayat (1) UUPA menyatakan, Pemerintah adalah penyelenggara

6

Parlindungan, Pendaftran Tanah di Indonesia, CV Mandar Maju, Bandung 1999 hlm 18

7

(36)

Pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia yang bertujuan

untuk menjamin kepastian hukum dan melindungi atas tanah yang ada

diwilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Untuk menjamin kepastian hukum tersebut, Pasal 19 UUPA

mempertegas lagi dengan menyatakan bahwa penyelenggaraaan tanah itu

dengan mengadakan :

a. Pengukuran, pemetaan, pembukuan tanah;

b. Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut;

c. Pemberian surat-surat tanda bukti, yang berlakunya sebagai alat

pembuktian yang kuat.8

Ketentuan Pasal 19 UUPA diatas ditujukan kepada Pemerintah

untuk mengatur dan menyelenggarakan pendaftaran tanah di seluruh

wilayah Negara Republik Indonesia. Dengan demikian bahwa kegiatan

pendaftaran tanah itu adalah kewajiban yang harus dilaksanakan oleh

Pemerintah secara terus menerus dalam rangka menginventarisasikan

data-data berkenaan dengan hak-hak atas tanah menurut Undang Undang

Pokok Agraria dan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 yang

telah disempurnakan lagi dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun

1997 tentang Pendaftaran Tanah.

8

(37)

Demikian penting data tersebut, maka data-data itu diperoleh dengan

cara yang seksama dan seteliti mungkin oleh Petugas Pendaftaran Tanah,

baik data yang menyangkut subyek hak atas tanah ataupun data-data yang

menyangkut obyek hak atas tanahnya.

2. Dasar Hukum Pengaturan Pendaftran Tanah

Peraturan Perundang-undangan yang menjadi landasan hukum bagi

pembuktian yang kuat mengenai hapusnya hak guna bangunan serta

sahnya peralihan hak tersebut, kecuali dalam hal hak itu hapus karena

jangka waktunya berakhir. Pasal 19 UUPA merupakan perintah untuk

melakukan pedaftran tanah yang ditujukan kepada pemerintah.

Sedangkan pasal : 23, 32, dan 38 UUPA merupakan perintah umtuk

9

(38)

melakukan pendaftaran hak atas tanah yang ditujukan kepada para

pemegang hak yang bersangkutan agar mereka memperoleh kepastian

tentang hak mereka tersebut.10

b. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.11

c. Peraturan Menteri Agraria / Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang PendaftaranTanah.12 Peraturan Pemerintah ini merupakan peraturan lanjutan dari Pasal : 12, 23, 32, dan 38 UUPA, yang mengatur hal pendaftaran

tanah secara terperinci. Dan disempurnakan lagi dengan

dikeluarkannya PP No. 24 Tahun 1997 serta disusul dengan

diundangkannya beberapa Peraturan Mentri Dalam Negeri sebagai

peraturan pelaksanaannya.13

Menurut ketentuan Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 24

Tahun 1997, asas pendaftaran tanah dilaksanakan berdasarkan

asas-asas sebagai berikut :

a) Asas Sederhana

10

Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia. Himpunan Peraturan Hukum-hukum Tanah. Jakarta. Djambatan 1988 hlm 11- 16

11

Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftran Tanah

12

Peraturan Menteri Agraria / Kepala Badan PertanahanNasional No. 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan PelaksanaanPeraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang PendaftaranTanah

13

(39)

Dimaksudkan agar ketentuan–ketentuan pokoknya maupun

prosedurnya dengan mudah dapat dipahami oleh pihak-pihak

yang berkepentingan, terutama pemegang hak atas tanah.

b) Asas Aman

Dimaksudkan untuk menunjukkan, bahwa pendaftaran tanah perlu

diselenggarakan secara teliti dan cermat sehingga hasilnya dapat

memberikan jaminan kepastian hukum sesuai tujuan pendaftaran

tanah itu sendiri. Jaminan kepastian hukum yang dimaksud agar

suatu sertifikat tanah mempunyai kekuatan pembuktian yang

melekat pada pemegang hak atas tanah.

Sesuai ketentuan Pasal 32 PP No. 24 Tahun 1997 yang

menyebutkan, Sertifikat merupakan surat tanda bukti hak yang

berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat mengenai data fisik

dan data yuridis yang termuat didalamnya, sepanjang data fisik

dan data yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat

ukur dan buku tanah hak yang bersangkutan. Bahwa selama

belum dibuktikan sebaliknya data fisik dan data yuridis yang

dicantumkan dalam sertifikat harus diterima sebagai data yang

benar, baik dalam perbuatan hukum sehari-hari maupun dalam

sengketa di Pengadilan sepanjang data tersebut sesuai dengan apa

(40)

Suatu bidang tanah sudah diterbitkan sertifikat secara sah

atas nama orang atau badan hukum yang memperoleh tanah

tersebut dengan itikad baik dan secara nyata menguasainya, maka

pihak lain yang merasa mempunyai hak atas tanah itu tidak dapat

lagi menuntut pelaksanaan hak tersebut apabila dalam waktu 5

(lima) tahun sejak diterbitkannya sertifikat itu tidak mengajukan

keberatan secara tertulis kepada pemegang sertifikat dan Kepala

Kantor Pertanahan yang bersangkutan ataupun tidak mengajukan

gugatan ke Pengadilan mengenai penguasaan tanah atau

penerbitan sertifikat tersebut. Bahwa orang yang tidak dapat

menuntut tanahnya yang sudah bersertifikat atas nama orang atau

badan hukum lain, jika selama 5 (lima) tahun sejak

dikeluarkannya sertifikat itu tidak mengajukan keberatan kepada

pemegang sertifikat dan Kepala Kantor Pertanahan atau tidak

mengajukan gugatan pengadilan, sedangkan tanah tersebut

diperoleh orang atau badan hukum lain tersebut dengan itikad

baik dan secara fisik nyata dikuasai olehnya atau oleh orang lain

atau badan hukum yang mendapat persetujuannya.

c) Asas Terjangkau

Keterjangkauan bagi pihak-pihak yang memerlukan

khususnya dengan memperhatikan kebutuhan dan kemempuan

(41)

rangka penyelenggaraan pendaftaran tanah harus bisa terjangkau

oleh para pihak yang memerlukan.

Peraturan Pemerintah didalamnya diatur biaya-biaya yang

bersangkutan dengan pendaftaran tanah termaksud dalam Pasal 19

ayat (1) UUPA, dengan ketentuan bahwa rakyat yang tidak

mampu di bebaskan dari pembayaran biaya-biaya tersebut.

d) Asas Mutakhir

Kelengkapan yang di maksudkan memadai dalam

pelaksanaannya dan kesinambungan dalam pemeliharaan datanya.

Perlu diikuti kewajiban mendaftar dan pencatatan

perubahan-perubahan yang terjadi di kemudian hari. Tugas dari Kantor

Pertanahan selain sebagai sumber informasi/data, juga melakukan

pendaftaran awal yang disebut sebagai Recording of Title dan

dilanjutkan dengan Continuous Recording, artinya pendaftaran

tersebut secara terus menerus berkesinambungan artinya selalu di

mutakhirkan.14

(42)

atas tanah di susun sedemikian rupa agar dikemudian hari dapat

memudahkan siapa pun yang ingit melihat data-data tersebut,

apakah itu calon pembeli ataukah pemilik hak atas tanah ataukah

Pemerintah sendiri dalam rangka memperlancar setiap peralihan

hak atas tanah atau dalam rangka pelaksanaan pembangunan oleh

Pemerintah.

Sejalan dengan asas yang terkandung dalam Pendaftaran

Tanah, maka tujuan yang ingin dicapai dari adanya Pendaftaran

Tanah tersebut diatur lebih lanjut pada Pasal 3 PP Nomor 24

tahun 1997, dinyatakan Pendaftaran Tanah bertujuan: 15

1. Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum

kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah

susun, dan hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah

dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang

bersangkutan.

2. Untuk menyedikan informasi kepada pihak-pihak yang

berkepentingan termasuk pemerintah agar dengan mudah

dapat memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan

perbuatan hukum mengenai bidang-bidang tanah dan

satuan-satuan rumah susun yang sudah terdaftar.

3. Untuk menyelenggarakan tertib administrasi.

15

(43)

3. Tujuan Pendaftaran Tanah

Pendaftaran yang berisikan sejumlah dokumen yang akan penulis teliti, merupakan sejumlah rangkaian dari proses yang mendahuluinya

sehingga sesuatu bidang tanah terdaftar, dan demikian pula prosedur apa

yang harus dilaksanakan dan demikian pula hal-hal yang menghalangi

pendaftaran tersebut ataupun larangan-larangan bagi para pejabat yang

bertanggung jawab dalam pendaftaran tanah tersebut. Pendaftaran ini

melalui ketentuan yang sangan teliti dan terarah sehingga tidak mungkin

asal saja, lebih-lebih lagi bukan tujuan pendaftaran tersebut untuk sekedar

diterbitkannya sebuah bukti sertifikat tanah saja.

Menurut Pasal 19 UUPA tujuan diadakannya Pendaftaran Tanah

meliputi: “Untuk menjamin kepastian hukum oleh pemerintah diadakan

pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia menurut

ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.”

Pendaftaran Tanah tersebut dalam ayat (1) pasal ini meliputi :

a. Pengukuran, pemetaan dan pembukuan tanah

b. Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut.

c. Pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat

pembuktian yang kuat.

(44)

a. Kepastian mengenai orang/badan hukum yang menjadi pemegang hak

atas tanah tersebut.

b. Kepastian berkenaan dengan siapakah pemegang hak atas tanah

disebut dengan kepastian mengenai subyek hak atas tanah.

c. Kepastian mengenai letak tanah, batas-batas tanah, panjang dan lebar

tanah. Kepastian berkenaan dengan letak, batas-batas dan panjang

serta lebar tanah ini disebut dengan kepastian mengenai obyek hak

atas tanah.

Oleh karena itulah data-data yang disimpan di Kantor Pertanahan

baik tentang subyek atau pun obyek hak atas tanah disusun sedemikian

rupa telitinya agar di kemudian hari dapat memudahkan siapa pun yang

ingin melihat data-data tersebut, dalam rangka memperlancar peralihan

hak atas tanah atau dalam rangka pelaksanaan pembangunan oleh

Pemerintah Daerah.

Atas dasar hal tersebut di atas, maka tujuan pendaftaran tanah itu adalah :

a. Penyediaan data-data penggunaan tanah untuk Pemerintah ataupun

untuk masyarakat

b. Jaminan kepastian hukum terhadap hak-hak atas tanah

(45)

a. Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum

kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun

dan hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat

membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan

b. Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang

berkepentingan termasuk pemerintah agar dengan mudah dapat

memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan

hukum mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun

yang sudah terdaftar.

c. Untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan.

4. Sistem Pendaftaran Tanah

Dibawah ini terdapat beberapa sistem pendaftaran tanah yang dianut oleh

beberapa negara yang menyelenggarakan pendaftaran tanah, yaitu sebagai

berikut :

a. Sistem Torens

Suatu sistem yang diciptakan oleh Sir Robert Torrens, putra dari

salah satu pendiri koloni di Australia Selatan. Adapun sistim Torrens

ini lebih terkenal dengan nama“TheReal Property Act”atau“Torrens

Act” yang mulai berlaku di Australia Selatan sejak tanggal 1 Juli

1858. Sistim Torrens ini dipakai sekarang di kepulauan Fiji, Canada,

Negara bagian Iowa Amerika Serikat, Yamaika Trinidad, Brazilia,

(46)

Malaysia. Dalam memakai sistim ini, negara-negara tersebut melihat

pengalaman-pengalaman dari negara lain jadi detailnya agak

menyimpang dari sistim asli tetapi pada hakekatnya adalah Sistim

Torrens yang disempurnakan dengan tambahan-tambahan dari

perubahan-perubahan yang disesuaikan dengan hukum materialnya

masing-masing negara tersebut, tetapi tata dasarnya adalah sama

yakni The Real Property Act.

Penerapan sistem ini berawal dari cita suatu ketentuan bahwa

manakala seorang mengklaim sebagai pemilik fee simple baik kaena

undang-undang atau sebab lain harus mengajukan suatu permohonan

agar lahan yang bersagkutan diletakkan atas namanya. Permohonan

inikemudian diteliti oleh Barrister Conveyancer yang terkenal sebagai

examine of title (pemeriksa alas hak), yang berdasarkan PP Nomor 24

tahun 1997.16

Adapun sertifikat tanah menurut Sistim Torrens ini merupakan

alat bukti pemegang hak atas tanah yang paling lengkap serta tidak

bisa untuk diganggu gugat. Ganti rugi terhadap pemilik sejati adalah

melalui dana asuransi. Untuk merubah buku tanah adalah tidak

mungkin terjadi kecuali jika memperoleh sertifikat tanah dengan cara

pemalsuan dengan tulisan atau diperolehnya dengan cara penipuan.

b. Sistem Positif

16

(47)

Sistem Positif dilaksanakan di Jerman dan Swiss. Menurut

Sistim Positif ini, suatu sertifikat tanah yang diberikan itu adalah

berlaku sebagai tanda bukti hak atas tanah yang mutlak serta

merupakan satu-satunya tanda bukti hak atas tanah. Ciri pokok sistim

ini ialah, bahwa pendaftaran tanah adalah menjamin dengan

sempurna bahwa nama yang terdaftar dalam buku tanah adalah tidak

dapat dibantah, kendatipun ia ternyata bukanlah pemilik tanah yang

berhak atas tanah tersebut. Sistem Positif memberikan kepercayaan

yang mutlak kepada buku tanah.

Pejabat-pejabat balik nama tanah dalam sistim ini memainkan

peranan yang sangat aktif. Mereka menyelidiki apakah hak atas tanah

yang dipindahkan itu dapat untuk daftarkan ataukah tidak.

Menyelidiki identitas para pihak, wewenangnya dan apakah

formalitas-formalitas yang disyaratkan untuk itu telah dipenuhi

ataukah tidak. Menurut Sistim Positif ini hubungan hukum antara hak

dari orang yang namanya terdaftar dalam buku tanah dengan pemberi

hak sebelumnya terputus sejak hak tersebut didaftarkan. Dengan

demikian, Sistim Positif ini memberikan suatu jaminan yang mutlak

terhadap buku tanah, kendati pun ternyata bahwa pemegang sertifikat

bukanlah pemilik tanah yang sebenarnya. Oleh karena itu pihak

ketiga yang beritikad baik yang bertindak berdasarkan bukti tersebut

(48)

ternyata bahwa segala keterangan yang tercantum dalam setifikat

tanah tersebut adalah tidak benar.

c. Sistem Negatif

Menurut Sistem Negatif ini ialah bahwa segala apa yang

tercantum di dalam sertifikat tanah dianggap benar sampai dapat

dibuktikan suatu keadaan yang sebaliknya (tidak benar) di muka

sidang Pengadilan. Adapun asas peralihan hak atas tanah menurut

sistim ini adalah asas Memo Plus Yuris yakni melindungi pemegang

hak atas tanah yang sebenarnya dari tindakan orang lain yang

mengalihkan haknya tanpa diketahui pemegang hak yang sebenarnya.

Ciri pokok sistim Negatif ini ialah bahwa pendaftaran tanah

tidaklah menjamin bahwa nama-nama yang terdaftar dalam buku

tanah tidak dapat untuk dibantah jika nama yang terdaftar bukanlah

pemilik sebenarnya. Hak dari nama yang terdaftar ditentukan oleh

hak dari pemberi hak sebelumnya perolehan hak tersebut merupakan

mata rantai perbuatan hukum dalam pendaftaran hak atas tanah. Ciri

pokok lainnya dari sistim Negatif ini ialah bahwa Pejabat Balik Nama

Tanah berperan pasif artinya pejabat yang bersangkutan tidak

berkewajiban untuk menyelidiki kebenaran dari surat-surat yang

diserahkan kepadanya. Dengan diberlakukannya UUPA junto PP

Nomor 2 Tahun1997 tentang Pendaftaran Tanah, kepada pemerintah

(49)

pendaftaran tanah diseluruh wilayah Republik Indonesia. Untuk

mengetahui sistim pendaftaran tanah yang dipakai oleh UUPA, perlu

ditelaah kembali dasar hukum dari pendaftaran tanah.

Dari ketentuan Pasal 19 ayat (2) huruf C UUPA yang merupakan

dasar hukum pokok pendaftaran tanah, dapat kita ketahui bahwa dengan

didaftarkannya hak-hak atas tanah maka akan diberikan sertifikat tanah

sebagai tanda bukti pemegang hak atas tanah dan berlaku sebagai alat

pembuktian yang kuat. Kata “KUAT” dalam pengertian Pasal 19 Ayat (2)

huruf C ini berarti bahwa sertifikat tanah yang diberikan itu adalah

“Tidak Mutlak”, dan membawa akibat hukum bahwa segala apa yang

tercantum di dalamnya adalah dianggap benar sepanjang tidak ada orang

yang dapat membuktikan keadaan sebaliknya yang menyatakan sertifikat

itu adalah tidak benar.dengan kata lain sertifikat tanah menurut Pasal 19

Ayat (2) huruf C UUPA adalah dapat digugurkan.

Jika dihubungkan antara ketentuan Pasal 19 Ayat (2) huruf C UUPA

dengan sistem-sistem dari pendaftaran tanah yang telah tersebut diatas,

maka akibat hukum dari ketentuan Pasal 19 Ayat (2) huruf C UUPA

tersebut sebagaimana yang tersebut dalam Sistem Negatif. Dengan kata

lain sistem pendaftaran tanah yang dianut UUPA adalah sistem negatif

yang bertendensi positif.

(50)

Obyek Pendaftran tanah menurut PP Nomor 24 tahun 1997 Pasal 9

meliputi: 17

a. Bidang-bidang tanah yang dipunyai dengan Hak Milik, Hak Guna

Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai.

b. Tanah Hak Pengelolaan

c. Tanah Wakaf

d. Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun

e. Hak Tanggungan

f. Tanah Negara.

Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai ada yang diberikan oleh

Negara. Tetapi dimungkinkan juga diberikan oleh pemegang Hak Milik

atas Tanah, tetapi selama belum ada pengaturan mengenai tata cara

pembebanannya dan disediaan formulir akta pemberiannya, untuk

sementara belum aka nada Hak Guna Bangunan dan Hak pakai yang

diberikan oleh pemegang Hak Milik atas tanah. Maka kini yang

merupakan obyek pendaftran tanah baru Hak Guna Bangunan dan Hak

Pakai yang diberikan oleh Negara.

Berbeda dengan obyek-obyek pendaftaran tanah yang lain, dalam

hal tanah Negara pendaftrannya dilakukan dengan cara membukukan

bidang tanah yang bersangkutan dala daftar tanah. Untuk tanah Negara

17

(51)

tidak di sediakan buku tanah karenanya juga tidak diterbitkan sertifikat.

Obyek pedaftarkan tanah yang lain didaftarkan dengan membukukan

dalam peta pendaftran dan buku tanah serta menerbitkan sertifikat

sebagai surat tanda bukti haknya.

Peraturan pemerintah Nomor 24 tahun 1997 Pasal 1 menyatakan

bahwa tanah Negara atau tanah yang dikuasai langsung oleh Negara

adalah tanah yang tidak dipunyai dengan susatu hak atas tanah kiranya

yang dimaksud sebagai obyek pendaftran tanah bukan tanah Negara

dalam arti yang luas, melainkan terbatas dimaksdkan dalam golongan

tanah Negara dalam arti sempit.18

18Ibid

(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris yaitu penelitan yang Penelitian ini adalah penelitian hukum empiris yaitu mengkaji pelaksanaan atau

implementasi ketentuan hukum positif (perundang- undangan) dan kontak secara

faktual pada setiap peristiwa tertentu yang terjadi dalam masyarakat guna

mencapai tujuan yang ditentukan. Penelitian hukum empiris dilakukan melalui

studi lapangan untuk mencari dan menentukan sumber hukum dalam arti

sosiologis sebagai keinginan dan kepentingan yang ada di dalam masyarakat.1

B. Jenis Data

Dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder :

1. Data Primer yang diperoleh melalui studi lapangan, yaitu dengan cara

wawancara secara terstruktur maupun bebas dengan narasumber yang

berkaitan dengan peran Badan Pertanahan Nasional di Kabupaten Pati.

1

(53)

2. Data sekunder merupakan hasil dari bahan penelitian dari studi kepusatakan

yang diambil dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.

a) Bahan hukum primer yaitu bahan hukum dari Peraturan Daerah, Peraturan

Pemerintah yaitu :

1) Undang-undang Dasar 1945

2) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran

Tanah

3) Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Kabupaten Pati Tahun 2010-2030

b) Bahan hukum sekunder yaitu yang memberikan penjelasan bahan hukum

primer yang terdiri dari buku-buku, artikel, dari internet dan lain-lain yang

berkaitan dengan permasalahan.

C. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara yaitu mengajukan pertanyaan kepada narasumber dan responden

baik secara bebas maupun terpimpin

2. Studi pustaka yaitu penelitian yang mengkaji pada pustaka, buku-buku,

Perundang-undangan, bahan buku dan literature pendukung yang berkaitan

(54)

D. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian di Kabupaten Pati

E. Narasumber

Narasumber dalam penelitaian ini adalah Kepala Seksi Bagian Hak Tanah

dan Pendaftaran Tanah Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Pati Bapak

Marjianto, SH yang berkompeten dalam pelaksaan pendaftaran tanah.

Responden dalam penelitian ini adalah para pengembang atau developer di Kabupaten Pati Bapak Waidi dari PT. Griya Sentosa Penjawi.

F. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan disini adalah sistem random

sampling yaitu setiap individu mempunyai peluang yang sama untuk dipilih

sebagai sampel, dalam hal ini adalah pengembang property di Kabupaten Pati.2

G. Teknik Analisa Data

Data penelitian diolah dan dianalisa secara kualitatif yaitu menganalisa data

yang diperoleh baik dari studi kepustakaan maupun dari hasil penelitian lapangan

(55)

yang kemudian dideskripsikan dengan menggunakan kata-kata sehingga diperoleh

bahasa atau paparan dalam bentuk kalimat yang sistematis dan dapat dimengerti,

dan di Tarik kesimpulan.3

(56)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Pelaksaan Pendaftaran Tanah untuk Perumahan di Kabupaten Pati 1. Gambaran Umum Penelitian

a. Keadaan Monografi Kabupaten Pati

Kabupaten Pati merupakan satu dari 35 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah yang mempunyai letak cukup strategis karena dilewati oleh

jalan nasional yang menghubungkan kota-kota besar di pantai utara Pulau

Jawa seperti Surabaya, Semarang dan Jakarta. Adapun peta orientasi

Kabupaten Pati terhadap Pulau Jawa dan kota-kota besar sebagaimana

terlampir.1

Secara geografis Kabupaten Pati terletak pada posisi 1100 ,15’ - 1110

,15’ BT dan 60 ,25’ - 7 0 ,00’ LS, dengan luas wilayah sebesar 150.368

ha, terdiri dari 59.332 ha lahan sawah dan 91.036 ha lahan bukan sawah.

Adapun batas-batas wilayah administratif Kabupaten Pati adalah sebagai

berikut:

Sebelah utara : wilayah Kabupaten Jepara dan Laut Jawa

Sebelah barat : wilayah Kabupaten Kudus dan Kabupaten Jepara

1

(57)

Sebelah selatan : wilayah Kabupaten Grobogan dan Kabupaten. Blora

Sebelah timur : wilayah Kabupaten Rembang dan Laut Jawa.

Gambar 1. Peta Kabupaten Pati

Sumber: http://www.gambar.kab.pati.com/

(58)

Kabupaten Pati terletak di pantai utara bagian timur, berbatasan

dengan Kabupaten Kudus dan Kabupaten Jepara dibagian barat, Laut Jawa

di bagian utara, Kabupaten Rembang di bagian timur, dan Kabupaten

Grobogan dan Kabupaten Blora di bagian selatan. Letak astronominya

antara 110 dan 111 bujur timur dan 6 dan 7,00 lintang selatan. Luas

wilayah Kabupaten Pati adalah 150.368 Ha Kabupaten Pati merupakan

salah satu dari 35 daerah kabupaten / kota di Jawa Tengah bagian timur.

Kabupaten Pati terdiri dari 21 kecamatan, 401 desa dan 5 kelurahan,

dimana kecamatan yang memiliki luas wilayah terbesar adalah Kecamatan

Sukolilo (15.874 ha) dan Kecamatan Wedarijaksa memiliki luas wilayah

terkecil (4.085 Ha). Untuk lebih jelasnya, peta kondisi adminstratif

Kabupaten Pati dapat dilihat pada lampiran.

Kabupaten Pati terletak di sebelah timur ibu kota Provinsi. Jarak

Kabupaten Pati dengan ibukota Provinsi 75 Km, dapat di tempuh dengan

perjalanan darat selama kurang lebih 2 jam. Untuk menghasilkan data

yang lengkap, Cakupan wilayah kajian Buku Putih Sanitasi di Kabupaten

Pati adalah 100% dari wilayah yang ada yaitu 21 Kecamatan dan 406

desa/kelurahan. Kabupaten Pati mempunyai luas wilayah 150.368 Ha

yang terdiri dari 58.448 ha lahan sawah dan 91.920 ha lahan bukan sawah.

Secara lebih rinci dapat dilihat dalam tabel luas tanah menurut

(59)

Luas tanah menurut penggunaannya adalah: 2

Kecamatan

Lahan Sawah

Lahan Bukan Sawah

Jumlah/TotalPersentase(%)

010.Sukolilo 7.253 8.621 15.874 10,56

020.Kayen 4.937 4.666 9.603 6,39

030.Tambakromo 2.947 4.300 7.247 4,82

040.Winong 4.202 5.792 9.994 6,65

050.Pucakwangi 5.023 7.260 12.283 8,17

060.Jaken 3.595 3.257 6.852 4,56

(60)

070.Batangan 2.082 2.984 5.066 3,37

080.Juwana 1.165 4.428 5.593 3,72

090.Jakenan 3.871 1.433 5.304 3,53

100.Pati 2.558 1.691 4.249 2,83

110.Gabus 4.075 1.476 5.551 3,69

120.Margorejo 2.708 3.473 6.181 4,11

130.Gembong 823 5.907 6.730 4,48

140.Tlogowungu 1.829 7.617 9.446 6,28

150.Wedarijaksa 1.967 2.118 4.085 2,72

(61)

170.Margoyoso 1.210 4.787 5.997 3,99

180.Gunungwungkal 1.624 4.556 6.180 4,11

190.Cluwak 1.344 5.587 6.931 4,61

200.Tayu 2.138 2.621 4.759 3,16

210.Dukuhseti 2.063 6.096 8.159 5,43

Jumlah/Total 58.448 91.92 150.368 100,00

c. Visi Kabupaten Pati

Meningkatnya Kesejahteraan Masyarakat dan Pelayanan Publik.

d. Misi Kabupaten Pati

Pencapaian Visi "Meningkatnya Kesejahteraan Masyarakat dan Pelayanan

Publik" ditempuh melalui 7 misi sebagai berikut :

(62)

2) Menyelenggarakan tatakelola pemerintahan yang efisien, efektif,

bersih dab demokratis dengan mengutamakan pelayanan public.

3) Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia melalui pelayanan

pendidikan dan kesehatan.

4) Menigkatkan pertumbuhan ekonomi daerah berbasis pada potensi

unggulan pertaniaan dan industri.

5) Meningkatkan prasarana dan sarana yang memadai untuk mendukung

pengembangan perekonomian daerah.

6) Meningkatkan pemberdayaan pengusaha dan membuka peluang

investasi.

7) Menciptakan lapangan kerja dan penanggulangan kemiskinan.

e. Kondisi Topologi dan Morfologi

Wilayah Kabupaten Pati terletak pada ketinggian antara 0 - 1.000 m di atas permukaan air laut rata-rata dan terbagi atas 3 relief daratan, yaitu :

1) Lereng Gunung Muria, yang membentang sebelah barat bagian utara

Laut Jawa dan meliputi Wilayah Kecamatan Gembong, Kecamatan

Tlogowungu, Kecamatan Gunungwungkal, dan Kecamatan Cluwak.

2) Dataran rendah membujur di tengah sampai utara Laut Jawa, meliputi

sebagian Kecamatan Dukuhseti, Tayu, Margoyoso, Wedarijaksa,

Juwana, Winong, Gabus, Kayen bagian Utara, Sukolilo bagian Utara,

(63)

3) Pegunungan Kapur yang membujur di sebelah selatan meliputi

sebagian kecil wilayah Sukolilo, Kayen, Tambakromo, Winong, dan

Pucakwangi.

f. Keadaan Iklim

Oleh karena letak geografisnya, Kabupaten Pati beriklim tropis yang memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan dengan

bulan basah umumnya lebih banyak daripada bulan kering. Sedangkan

rata-rata curah hujan pada tahun 2011 sebanyak + 2.734 mm dengan 132

hari hujan. Suhu udara terendah di Kabupaten Pati adalah 230C dan suhu

tertinggi 390C.

g. Jenis Tanah

Jenis tanah di Kabupaten Pati terbagi menjadi dua bagian yaitu daerah bagian utara dan daerah selatan. Jenis tanah di daerah bagian utara

meliputi tanah red yellow, latosol, alluvial, hidromer, dan regosol.

Sedangkan di bagian selatan terdiri dari tanah alluvial, hidromer, dan

gramosol, Rincian menurut kecamatan sebagai berikut :

1) Batangan, Sukolilo, Gabus dan Jakenan merupakan tanah Aluvial;

(64)

3) Juwana dan Margoyoso merupakan tanah Aluvial dan Red Yellow

mediteran;

4) Pati dan Margorejo merupakan tanah Red Yellow mediteran, Latosol,

Aluvial dan Hidromer;

5) Kayen dan Tambakromo merupakan tanah Aluvial dan Hidromer;

6) Pucakwangi dan Winong merupakan tanha Gramosol dan Hidromer;

7) Wedarijaksa merupakan tanah Red Yellow mediteran, Latosol dan

Regosol;

8) Tayu merupakan tanah Aluvial, Red Yellow dan Regosol;

9) Tlogowungu merupakan tanah Latosol dan Red Yellow mediteran

2. Profil Badan Pertanahan Nasional a. Sejarah Kelembagaan Pertanahan

Pada dasarnya adalah sejarah pencarian format penataan pertanahan nasional, yang merentang jauh ke belakang dari zaman pemerintahan

kolonial Belanda, lahirnya Undang-Undang Pokok Agraria hingga

fungsinya yang diemban sekarang ini.3

Periode 2015 – sekarang

Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia berubah menjadi

Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional

berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2015 tentang

3

(65)

Kementerian Agraria yang berfungsi Tata Ruang dan Peraturan Presiden

Nomor 20 Tahun 2015 tentang Badan Pertanahan Nasional yang

ditetapkan pada 21 Januari 2015.4

Kementerian Agraria dan Tata Ruang mempunyai Fungsi: 5

1) Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan dibidang tata ruang,

infrastruktur keagrariaan/pertanahan, hubungan hukum

keagrariaan/pertanahan, penataan agraria/pertanahan, pengadaan

tanah, pengendalian pemanfaatan ruang dan penguasaan tanah, serta

penanganan masalah agraria/pertanahan, pemanfaatan ruang, dan

tanah;

2) Koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan

administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan

Kementerian Agraria dan Tata Ruang;

3) Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung

jawab Kementerian Agraria dan Tata Ruang;

4) Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian

Agraria dan Tata Ruang;

5) Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan

Kementerian Agraria dan Tata Ruang di daerah; dan

4Ibid

Gambar

Gambar 1. Peta Kabupaten Pati

Referensi

Dokumen terkait

Melihat permasalahan ini, maka perlu adanya variasi metode pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan motorik halus yaitu kegiatan menganyam sebagai salah satu

Hingga saat ini, belum banyak alat bantu (aplikasi) yang secara khusus dapat digunakan untuk menghitung estimasi resiko proyek software. Oleh karena itu, dipandang perlu

Besaran Biaya Yang Diperlukan Untuk Melaksanakan Proses Pendidikan Pada Tingkat Sekolah Dasar (SD) Di Wilayah Kabupaten Bandung Yang Sesuai Dengan Kebutuhan

Jumlah peserta didik yang memiliki skor di atas rata-rata pada prasiklus sebanyak 14 peserta didik menurun menjadi 10 peserta didik pada siklus I dan 7 peserta didik

Ahli ilmu sosial tidak bersikap sebagai penonton yang menyaksikan suatu proses kejadian sosial karena ia merupakan bagian integral dari obyek kehidupan yang ditelaahnya.. Karena

Perwujudan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia setelah 68 tahun merdeka masih belum maksimal sekaligus merupakan sila yang diabaikan oleh penyelenggara

Kegiatan belajar mengajar (KBM) lebih menekankan Student Centered daripada Teacher Centered. Menurut Depdiknas guru harus melaksanakan beberapa hal sebagai berikut: 1) Mengkaji

Bantuan Keuangan adalah bantuan yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota yang diberikan secara proporsional kepada Partai Politik