• Tidak ada hasil yang ditemukan

Profil Kesehatan Indonesia 2004 : Menuju Indonesia Sehat 2010 - [BUKU]

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Profil Kesehatan Indonesia 2004 : Menuju Indonesia Sehat 2010 - [BUKU]"

Copied!
325
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

351.770 212 Ind

p

PROFI L

K ESEH AT AN I N DON ESI A

2 0 0 4

(3)

T I M PEN Y U SU N

Pengarah

Dr. H. Sjafii Ahmad, MPH Sekretaris Jenderal Depkes

Ketua

Dr. Doti Indrasanto

Kepala Pusat Data dan Informasi Depkes

Sekretaris

Dra. Rahmaniar Brahim, Apt, MKes

Anggota

Bob Susilo, SKM, MPH Boga Hardhana, SSi, MM

Dian Sulistiyowati, SKM Dwiari, SKM Fetty Ismandari, Dr

Hary Purwanto, SKM, MKes, MMSI Machyati, SKM, MKes Nuning Kurniasih, SSi, Apt

Sugito, SKM, MKes Sunaryadi, SKM, MKes

Yudianto, SKM

Kontributor

Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat Ditjen Pelayanan Medik

Ditjen PPM-PL Ditjen Yanfar & Alkes

Badan Litbangkes Badan PPSDMKes Biro Perencanaan dan Anggaran

Biro Kepegawaian Biro Umum dan Humas Pusat Promosi Kesehatan

Pusat Penanggulangan Masalah Kesehatan

Penyunting

Dian Sulistiyowati, SKM Fetty Ismandari, Dr

(4)

Katalog Dalam Terbitan. Departemen Kesehatan RI 351.770 212

Ind p

Indonesia. Departemen Kesehatan. Pusat Data Kesehatan Profil Kesehatan Indonesia 2003. - - Jakarta : Departemen Kesehatan RI 2005

I. Judul 1. HEALTH STATISTICS

Buku ini diterbitkan oleh

Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Jalan HR. Rasuna Said Blok X-5 Kav 4-9, Jakarta 12950 Telepon no: 62-21-5229590, 5221432

(5)

K AT A PEN GAN T AR

“Profil Kesehatan Indonesia 2004” merupakan kelanjutan dari profil tahun-tahun sebelumnya. Profil Kesehatan juga merupakan salah satu wujud akuntabilitas dari Pusat Data dan Informasi. Supaya profil kesehatan ini tidak membingungkan dan dianggap tertinggal, maka data dan informasi yang disajikan adalah sesuai dengan tahun yang tercantum.

Penyusunan “Profil Kesehatan Indonesia 2004” ini lebih lancar dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya karena komunikasi data dengan kabupaten/kota dan provinsi relatif lebih baik serta dukungan para pengelola data dan informasi di unit utama Departemen Kesehatan. Pada tahun anggaran 2005 ini secara maksimal dapat dihasilkan “Profil Kesehatan Indonesia 2003” dan edisi bahasa Inggris, serta “Profil Kesehatan Indonesia 2004”.

“Profil Kesehatan Indonesia 2004” selain memuat informasi seperti profil kesehatan sebelumnya dan juga memuat kejadian-kejadian penting pada tahun 2004, antara lain Kejadian Luar Biasa Demam Berdarah Dengue, gempa bumi di Nabire, gempa bumi dan gelombang tsunami yang terjadi di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara, serta upaya pencegahan SARS yang belum dimuat pada profil sebelumnya. Namun demikian “Profil Kesehatan Indonesia 2004” masih terdapat keterbatasan karena ada beberapa data yang masih belum bisa terkumpul, untuk itu akan kami masukan ke Profil Kesehatan berikutnya. “Profil Kesehatan Indonesia 2004” ini dapat juga diakses melalui http://www.depkes.go.id.

“Profil Kesehatan Indonesia” dengan segala keterbatasan dalam hal pengumpulan datanya tetap diupayakan agar dapat terbit lebih cepat daripada tahun-tahun sebelumnya. Mudah-mudahan “Profil Kesehatan Indonesia 2004” ini bermanfaat dalam mengisi kebutuhan data dan informasi kesehatan yang terkini sesuai dengan harapan kita semua.

Jakarta, Februari 2006

Kepala Pusat Data dan Informasi

Dr. Doti Indrasanto

(6)
(7)

SAM BU T AN

SEK RET ARI S J EN DERAL DEPK ES

Saya menyambut gembira terbitnya “Profil Kesehatan Indonesia 2004” yang lebih cepat bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Meskipun berat dan banyak tantangan di dalam proses pengumpulan data untuk mengisi profil kesehatan ini, akhirnya Pusat Data dan Informasi berhasil menghimpun data tahun 2004 dan menyusunnya menjadi “Profil Kesehatan Indonesia 2004”.

Tantangan dalam penyediaan data dan informasi yang tepat waktu ternyata banyak kendala sehingga data dan informasi dari setiap provinsi maupun program masih belum terisi secara lengkap. Dengan telah terbitnya “Profil Kesehatan Indonesia 2004” yang juga memuat kejadian-kejadian penting di tahun 2004, saya harapkan profil ini dimanfaatkan dalam

pengambilan keputusan yang didasari kepada data dan informasi (evidence based) serta

digunakan sebagai salah satu rujukan data dan informasi.

Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan kontribusi sehingga memungkinkan tersusunnya “Profil Kesehatan Indonesia 2004”.

Jakarta, Februari 2006

Sekretaris Jenderal Departemen Kesehatan

Dr. H. Sjafii Ahmad, MPH

(8)
(9)

DAFT AR I SI

KATA PENGANTAR i

SAMBUTAN SEKRETARIS JENDERAL iii

DAFTAR ISI v

DAFTAR LAMPIRAN vii

BAB I: PENDAHULUAN 1

BAB II: GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK 3

A. Keadaan Penduduk 3

B. Keadaan Ekonomi 5

C. Keadaan Pendidikan 5

D. Keadaan Lingkungan 7

E. Keadaan Perilaku Masyarakat 10

BAB III: SITUASI DERAJAT KESEHATAN 13

A. Mortalitas 13

B. Morbiditas 22

C. Status Gizi 48

BAB IV: SITUASI UPAYA KESEHATAN 55

A. Pelayanan Kesehatan Dasar 55

B. Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Penunjang 69

C. Pemberantasan Penyakit Menular 72

D. Pembinaan Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar 84

E. Perbaikan Gizi Masyarakat 87

F. Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan 90

G. Pelayanan Kesehatan dalam Situasi Bencana 94

BAB V: SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN 97

A. Sarana Kesehatan 97

B. Tenaga Kesehatan 107

(10)

BAB VI: PERBANDINGAN INDONESIA DENGAN BEBERAPA NEGARA 122

A. Kependudukan 122

B. Derajat Kesehatan 128

BAB VII: PENUTUP 132

DAFTAR PUSTAKA 133

LAMPIRAN 136

(11)

DAFT AR LAM PI RAN

Lampiran 2.1 Pembagian Wilayah Administrasi Pemerintahan per Provinsi Tahun 2004

Lampiran 2.2 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Provinsi, Februari 2004

Lampiran 2.3 Jumlah Penduduk Indonesia Menurut Kelompok Umur serta Angka Beban Tanggungan per Provinsi Tahun 2004

Lampiran 2.4 Jumlah Penduduk Menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin, dan Provinsi Tahun 2004

Lampiran 2.5 Jumlah dan Persentase Daerah Tertinggal Menurut Provinsi Tahun 2004 Lampiran 2.6 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Jenis Kelamin dan

Provinsi Tahun 2004 (persentase terhadap total penduduk provinsi) Lampiran 2.7 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah dan Provinsi

Tahun 2004 (persentase terhadap total penduduk miskin nasional)

Lampiran 2.8 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah dan Provinsi Tahun 2004 (persentase terhadap total penduduk provinsi)

Lampiran 2.9 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Menurut Provinsi Tahun 2002-2004

Lampiran 2.10 Persentase Keluarga Menurut Tahapan Keluarga Sejahtera dan Provinsi (Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2004)

Lampiran 2.11 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kelamin, Status Perkawinan, dan Provinsi Tahun 2004 (Perkotaan+Perdesaan)

Lampiran 2.11.a Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kelamin, Status Perkawinan, dan Provinsi Tahun 2004 (Perkotaan)

Lampiran 2.11.b Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kelamin, Status Perkawinan, dan Provinsi Tahun 2004 (Perdesaan)

Lampiran 2.12 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kelamin, Kepandaian Membaca dan Menulis, dan Provinsi Tahun 2004 (Perkotaan+Perdesaan)

Lampiran 2.12.a Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kelamin, Kepandaian Membaca dan Menulis, dan Provinsi Tahun 2004 (Perkotaan)

Lampiran 2.12.b Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kelamin, Kepandaian Membaca dan Menulis, dan Provinsi Tahun 2004 (Perdesaan)

Lampiran 2.13 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Status Pendidikan dan Provinsi Tahun 2004 (Perkotaan+Perdesaan)

Lampiran 2.13.a Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Status Pendidikan dan Provinsi Tahun 2004 (Perkotaan)

(12)

Lampiran 2.14 Persentase Penduduk Indonesia Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki dan Provinsi Tahun 2004 (Perkotaan+Perdesaan)

Lampiran 2.14.a Persentase Penduduk Indonesia Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki dan Provinsi Tahun 2004 (Perkotaan)

Lampiran 2.14.b Persentase Penduduk Indonesia Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki dan Provinsi Tahun 2004 (Perdesaan)

Lampiran 2.15 Persentase Rumah Tangga Sehat MenurutProvinsi Tahun 2004

Lampiran 2.16 Persentase Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) Sehat Menurut Provinsi Tahun 2004

Lampiran 2.16.a Jumlah Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) Diperiksa dan Persentase TPM Memenuhi Syarat Menurut Provinsi Tahun 2003

Lampiran 2.17 Persentase Rumah Tangga Menurut Luas Lantai Tempat Tinggal (m2) dan Provinsi Tahun 2004

Lampiran 2.18 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Lantai Terluas dan Provinsi Tahun 2004

Lampiran 2.19 Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum dan Provinsi Tahun 2004 (Perkotaan+Perdesaan)

Lampiran 2.19.a Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum dan Provinsi Tahun 2004 (Perkotaan)

Lampiran 2.19.b Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum dan Provinsi Tahun 2004 (Perdesaan)

Lampiran 2.20 Persentase Rumah Tangga Menurut Tempat Pembuangan Air Besar dan Provinsi Tahun 2004

Lampiran 2.21 Persentase Rumah Tangga Menurut Tempat Penampungan Akhir

Kotoran/Tinja dan Provinsi Tahun 2004 (Perkotaan+Perdesaan)

Lampiran 2.21.a Persentase Rumah Tangga Menurut Tempat Penampungan Akhir Kotoran/Tinja dan Provinsi Tahun 2004 (Perkotaan)

Lampiran 2.21.b Persentase Rumah Tangga Menurut Tempat Penampungan Akhir Kotoran/Tinja dan Provinsi Tahun 2004 (Perdesaan)

Lampiran 2.22 Persentase Rumah Tangga Menurut Golongan Pengeluaran Perkapita Sebulan dan Provinsi Tahun 2004 (Perkotaan+Perdesaan)

Lampiran 2.22.a Persentase Rumah Tangga Menurut Golongan Pengeluaran Perkapita Sebulan dan Provinsi Tahun 2004 (Perkotaan)

Lampiran 2.22.b Persentase Rumah Tangga Menurut Golongan Pengeluaran Perkapita Sebulan dan Provinsi Tahun 2004 (Perdesaan)

Lampiran 2.23 Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Kartu Sehat Menurut Tipe Daerah dan Provinsi Tahun 2004

Lampiran 2.24 Persentase Penduduk yang Menggunakan/Memanfaatkan Kartu Sehat pada Januari – Desember 2003 Menurut Pemanfaatan/Penggunaannya dan Provinsi, Tahun 2004 (Perkotaan+Perdesaan)

(13)

Lampiran 2.24.b Persentase Penduduk yang Menggunakan/Memanfaatkan Kartu Sehat pada Januari – Desember 2003 Menurut Pemanfaatan/Penggunaannya dan Provinsi Tahun 2004 (Perdesaan)

Lampiran 2.25 Persentase Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan Selama Sebulan yang Lalu Menurut Jenis Keluhan Kesehatan yang Dialami dan Provinsi Tahun 2004

Lampiran 2.26 Persentase Penduduk yang Berobat Jalan dan Mengobati Sendiri Selama Sebulan yang Lalu Menurut Daerah Tempat Tinggal dan Provinsi Tahun 2004

Lampiran 2.27 Persentase Penduduk yang Berobat Jalan Selama Sebulan yang Lalu Menurut Tempat/Cara Berobat dan Provinsi Tahun 2004

Lampiran 2.28 Persentase Penduduk yang Berobat Jalan Selama 1 Tahun Terakhir Menurut Daerah Tempat Tinggal dan Provinsi Tahun 2004

Lampiran 2.29 Persentase Anak Usia 2-4 Tahun yang Pernah Disusui Menurut Lamanya Disusui dan Provinsi Tahun 2004 (Perkotaan+Perdesaan)

Lampiran 2.29.a Persentase Anak Usia 2-4 Tahun yang Pernah Disusui Menurut Lamanya Disusui dan Provinsi Tahun 2004 (Perkotaan)

Lampiran 2.29.b Persentase Anak Usia 2-4 Tahun yang Pernah Disusui Menurut Lamanya Disusui dan Provinsi Tahun 2004 (Perdesaan)

Lampiran 2.30 Jumlah Bayi yang Diberi ASI Eksklusif Menurut Provinsi Tahun 2004 Lampiran 2.31 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas Menurut Kebiasaan

Merokok Satu Bulan Terakhir, Daerah Tempat Tinggal dan Provinsi Tahun 2004 (Perkotaan+Perdesaan)

Lampiran 2.31.a Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas Menurut Kebiasaan Merokok Satu Bulan Terakhir, Daerah Tempat Tinggal dan Provinsi Tahun 2004 (Perkotaan)

Lampiran 2.31.b Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas Menurut Kebiasaan Merokok Satu Bulan Terakhir, Daerah Tempat Tinggal dan Provinsi Tahun 2004 (Perdesaan)

Lampiran 2.32 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Merokok Selama 1 Bulan Terakhir Menurut Kelompok Umur Pertama Kali Merokok, Daerah Tempat Tinggal dan Provinsi Tahun 2004 (Perkotaan+ Perdesaan)

Lampiran 2.32.a Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Merokok Selama 1 Bulan Terakhir Menurut Kelompok Umur Pertama Kali Merokok, Daerah Tempat Tinggal dan Provinsi Tahun 2004 (Perkotaan)

Lampiran 2.32.b Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Merokok Selama 1 Bulan Terakhir Menurut Kelompok Umur Pertama Kali Merokok, Daerah Tempat Tinggal dan Provinsi Tahun 2004 (Perdesaan)

Lampiran 2.33 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Merokok Menurut Kelompok Umur Mulai Merokok Setiap Hari, Daerah Tempat Tinggal dan Provinsi Tahun 2004 (Perkotaan+Perdesaan)

(14)

Lampiran 2.33.b Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Merokok Menurut Kelompok Umur Mulai Merokok Setiap Hari, Daerah Tempat Tinggal dan Provinsi Tahun 2004 (Perdesaan)

Lampiran 2.34 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Merokok Menurut Jumlah Batang yang Dihisap per Hari, Daerah Tempat Tinggal dan Provinsi Tahun 2004 (Perkotaan+Perdesaan)

Lampiran 2.34.a Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Merokok Menurut Jumlah Batang yang Dihisap per Hari, Daerah Tempat Tinggal dan Provinsi Tahun 2004 (Perkotaan)

Lampiran 2.34.b Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Merokok Menurut Jumlah Batang yang Dihisap per Hari, Daerah Tempat Tinggal dan Provinsi Tahun 2004 (Perdesaan)

Lampiran 2.35 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Melakukan Aktivitas Fisik Selama Seminggu yang Lalu Menurut Jenis Aktivitas Fisik, Daerah Tempat Tinggal, dan Provinsi Tahun 2004

Lampiran 2.36 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas Menurut Konsumsi Sayur-sayuran per hari, Porsi Rata-rata per hari dan Provinsi Tahun 2004 Lampiran 2.37 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas Menurut Konsumsi

Buah-buahan per hari, Porsi Rata-rata per hari dan Provinsi Tahun 2004 Lampiran 3.1 Angka Kematian Bayi, Angka Kematian Balita, Angka Harapan Hidup,

dan Angka Fertilitas Total Menurut Provinsi Tahun 2002-2003

Lampiran 3.2 Persentase 10 Penyakit Utama pada Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit di Indonesia Tahun 2004

Lampiran 3.3 Persentase 10 Penyakit Utama pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit di Indonesia Tahun 2004

Lampiran 3.4 Jumlah Kasus dan Angka Kesakitan Penyakit Malaria Menurut Provinsi Tahun 2004

Lampiran 3.5 Annual Parasite Incidence (API) Malaria di Jawa-Bali Tahun 1997-2004 Lampiran 3.6 Hasil Cakupan Penemuan Kasus dan Evaluasi Hasil Pengobatan

Penyakit TB Paru Tahun 2004

Lampiran 3.7 Jumlah Kumulatif Kasus AIDS, Meninggal, dan Angka Kumulatif Kasus Per 100.000 Penduduk Menurut Provinsi sampai dengan 31 Desember 2004

Lampiran 3.8 Jumlah dan Persentase Kasus AIDS Yang Menggunakan NAPZA

Suntikan (IDU) Menurut Provinsi sampai dengan 31 Desember 2004 Lampiran 3.9 Situasi Penyakit Kusta Menurut Provinsi Tahun 2004

Lampiran 3.10 Jumlah Kasus Penyakit Campak Menurut Provinsi Tahun 2004 Lampiran 3.11 Jumlah Kasus Penyakit Difteri Menurut Provinsi Tahun 2004 Lampiran 3.12 Jumlah Kasus Penyakit Batuk Rejan Menurut Provinsi Tahun 2004 Lampiran 3.13 Jumlah Kasus Penyakit Hepatitis Klinis Menurut Provinsi Tahun 2004 Lampiran 3.14 Frekuensi KLB Menurut Penyakit di Indonesia Tahun 2004

Lampiran 3.15 Jumlah Penderita, Case Fatality Rate (%), dan Incidence Rate Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD/DHF) Menurut Provinsi Tahun 2000-2004

(15)

Lampiran 3.17 Jumlah dan Persentase Kabupaten Terjangkit dan Jumlah Kasus Gigitan Hewan Tertular Rabies serta Hasil Pemeriksaan Spesimen Hewan Menurut Provinsi Tahun 2004

Lampiran 3.18 Jumlah Penderita Filariasis Menurut Provinsi Tahun 2000 – 2004

Lampiran 3.19 Jumlah Kejadian Kecelakaan Lalu Lintas dan Rasio Korban Luka dan Meninggal Terhadap Jumlah Penduduk Menurut Provinsi Tahun 2004 Lampiran 3.20 Jumlah dan Persentase Penyalahguna NAPZA Menurut Kelompok Umur

dan Jenis Kelamin pada Institusi yang Melapor Tahun 2004

Lampiran 3.21 Jumlah dan Persentase Penyalahguna NAPZA Menurut Zat yang Digunakan pada Institusi yang Melapor Tahun 2004

Lampiran 3.22 Jumlah dan Persentase Penyalahguna NAPZA Menurut Cara yang Digunakan pada Institusi yang Melapor Tahun 2004

Lampiran 3.23 Persentase Penyalahguna NAPZA Menurut Kelompok Umur, Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan, Pekerjaan, Status Perkawinan, Pekerjaan Orang tua, dan Status Penggunaan pada Institusi yang Melapor Tahun 2004

Lampiran 3.24 Persentase Batita (0-35 Bulan) Menurut Status Gizi dan Provinsi Tahun 2003

Lampiran 3.25 Persentase Balita (0-59 Bulan) Menurut Status Gizi dan Provinsi Tahun 2003

Lampiran 3.26 Persentase Desa/Kelurahan dengan Garam Beryodium yang Baik

Menurut Provinsi Tahun 2004

Lampiran 4.1 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1 dan K4, Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan, dan Kunjungan Neonatus Menurut Provinsi Tahun 2004 Lampiran 4.2 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4, Ibu Hamil Risiko Tinggi dan

Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan Menurut Provinsi Tahun 2004 Lampiran 4.3 Cakupan Kunjungan Neonatus dan Bayi Menurut Provinsi Tahun 2004 Lampiran 4.4 Cakupan Bayi, Balita dan Ibu Hamil yang Mendapat Pelayanan

Kesehatan Menurut Provinsi Tahun 2004

Lampiran 4.5 Cakupan Deteksi Tumbuh Kembang Anak Balita, Pemeriksaan Siswa SD, dan Pelayanan Kesehatan Remaja Menurut Provinsi Tahun 2004 Lampiran 4.6 Cakupan Peserta KB Aktif Menurut Provinsi Tahun 2004

Lampiran 4.8 Proporsi Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin yang Pernah Menggunakan/Memakai Alat KB Menurut Daerah Tempat Tinggal dan Provinsi Tahun 2004

Lampiran 4.9 Persentase Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin Menurut Alat/Cara KB yang Sedang Digunakan/Dipakai dan Provinsi, Tahun 2004 (Perkotaan+Perdesaan)

Lampiran 4.9.a Persentase Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin Menurut Alat/Cara KB yang Sedang Digunakan/Dipakai dan Provinsi, Tahun 2004 (Perkotaan)

Lampiran 4.9.b Persentase Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin Menurut Alat/Cara KB yang Sedang Digunakan/Dipakai dan Provinsi, Tahun 2004 (Perdesaan)

(16)

Lampiran 4.12 Persentase Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) Menurut Provinsi Tahun 2004

Lampiran 4.13 Cakupan Imunisasi Dasar pada Bayi Menurut Provinsi Tahun 2004 Lampiran 4.14 Cakupan Imunisasi Hepatitis B pada Bayi Menurut Provinsi Tahun 2004

Lampiran 4.15 Angka Drop Out Cakupan Imunisasi (DPT1-Campak) pada Bayi

Menurut Provinsi Tahun 1998-2004

Lampiran 4.16 Cakupan Imunisasi TT pada Ibu Hamil Menurut Provinsi Tahun 2004 Lampiran 4.17 Cakupan Pelayanan Kesehatan Pra Usila dan Usila Menurut Provinsi

Tahun 2004

Lampiran 4.18 Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas serta UKGS Murid SD Menurut Provinsi Tahun 2004

Lampiran 4.19 Jumlah Kunjungan Rawat Jalan dan Rawat Inap di Sarana Pelayanan Kesehatan Menurut Provinsi Tahun 2004

Lampiran 4.20 Indikator Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Menurut Provinsi Tahun 2004

Lampiran 4.21 Jumlah dan Persentase Ibu Hamil dan Neonatal Risiko

Tinggi/Komplikasi Ditangani Menurut Provinsi Tahun 2004

Lampiran 4.22 Persentase Akses Ketersediaan Darah Untuk Bumil dan Neonatus yang Dirujuk Menurut Provinsi Tahun 2004

Lampiran 4.23 Jumlah dan Persentase Penulisan Resep Obat Generik Menurut Provinsi Tahun 2004

Lampiran 4.24 Persentase Kecamatan Bebas Rawan Gizi dan Desa/Kelurahan dengan KLB Ditangani <24 Jam Menurut Provinsi Tahun 2004

Lampiran 4.25 Jumlah dan Persentase TB Paru Sembuh, dan Pneumonia Balita Ditangani Menurut Provinsi Tahun 2004

Lampiran 4.25.a Hasil Cakupan Penemuan Kasus dan Evaluasi Hasil Pengobatan Penyakit TB Paru Tahun 2004

Lampiran 4.26 HIV/AIDS Ditangani, Infeksi Menular Seksual Diobati, DBD dan Diare pada Balita yang Ditangani Menurut Provinsi Tahun 2004

Lampiran 4.27 Persentase Donor Darah Diskrining terhadap HIV/AIDS Menurut Provinsi Tahun 2004

Lampiran 4.28 Persentase Penderita Malaria Diobati Menurut Provinsi Tahun 2004 Lampiran 4.29 Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat (RFT) Menurut Provinsi

Tahun 2004

Lampiran 4.30 Kasus Penyakit Filariasis Ditangani Menurut Provinsi Tahun 2004 Lampiran 4.31 Cakupan Pemberian Obat-obatan pada Penderita Diare di Puskesmas

MTBS dan Non MTBS Menurut Provinsi Tahun 2004 Lampiran 4.31.a Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare Tahun 2001-2004

Lampiran 4.32 Persentase Institusi Dibina Kesehatan Lingkungannya Menurut Provinsi Tahun 2004

Lampiran 4.33 Persentase Rumah/Bangunan yang Diperiksa Jentik Nyamuk Aedes dan Persentase Rumah/Bangunan Bebas Jentik Nyamuk Aedes Menurut Provinsi Tahun 2004

Lampiran 4.34 Jumlah dan Persentase Balita yang Naik Berat Badannya dan Balita Bawah Garis Merah Menurut Provinsi Tahun 2004

(17)

Lampiran 4.36 Cakupan Distribusi Tablet Besi pada Ibu Hamil Menurut Provinsi Tahun 2004

Lampiran 4.37 Cakupan Wanita Usia Subur (WUS) Mendapat Kapsul Yodium Menurut Provinsi Tahun 2004

Lampiran 4.38 Proporsi Kegiatan Penyuluhan P3 NAPZA terhadap Seluruh Kegiatan Penyuluhan Menurut Provinsi Tahun 2004

Lampiran 4.39 Cakupan Pelayanan Kesehatan Keluarga Miskin dan JPKM Gakin Menurut Provinsi Tahun 2004

Lampiran 4.39.a Persentase Keluarga Miskin Mendapat Pelayanan Kesehatan Menurut Provinsi Tahun 2004

Lampiran 4.40 Persentase Pelayanan Kesehatan Kerja pada Pekerja Formal Menurut Provinsi Tahun 2004

Lampiran 5.1 Jumlah Puskesmas serta Sarana Lainnya Keadaan Tahun 2004

Lampiran 5.2 Jumlah Puskesmas, Puskesmas Pembantu, dan Rasionya terhadap Penduduk, serta Rasio Pustu per Puskesmas Menurut Provinsi Tahun 2000-2004

Lampiran 5.3 Jumlah Puskesmas dan Puskesmas Perawatan Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2000-2004

Lampiran 5.4 Jumlah Puskesmas Keliling dan Rasio Puskesmas Keliling per Puskesmas Menurut Provinsi, Tahun 2000-2004

Lampiran 5.5 Jumlah Rumah Sakit di Indonesia Menurut Pengelola dan Provinsi Tahun 2004

Lampiran 5.6 Jumlah Rumah Sakit Umum Menurut Pengelola Tahun 1995-2004

Lampiran 5.7 Jumlah Tempat Tidur Rumah Sakit Umum Menurut Pengelola Tahun 1995-2004

Lampiran 5.8 Jumlah Rumah Sakit Khusus dan Tempat Tidurnya Menurut Jenis Rumah Sakit Tahun 1997 – 2004

Lampiran 5.9 Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan yang Memiliki Laboratorium Kesehatan dan 4 Spesialis Dasar Menurut Provinsi Tahun 2004

Lampiran 5.10 Persentase Sarana Kesehatan dengan Kemampuan Gawat Darurat Menurut Provinsi Tahun 2004

Lampiran 5.11 Jumlah Sarana Produksi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Menurut Jenis dan Provinsi Tahun 2001 – 2004

Lampiran 5.12 Jumlah Sarana Distribusi dan Pelayanan Kefarmasian Menurut Provinsi Tahun 2001 – 2004

Lampiran 5.13 Jumlah Unit Pengelola Obat (eks Gudang Farmasi) Kabupaten/Kota Menurut Provinsi Tahun 2002-2004

Lampiran 5.14 Jumlah Sarana UKBM Menurut Provinsi Keadaan Tahun 2004

Lampiran 5.15 Jumlah Posyandu Menurut Tingkat Perkembangannya dan Provinsi Tahun 2004

Lampiran 5.16 Jumlah Pos Obat Desa (POD) Menurut Tingkat Perkembangannya dan Provinsi Tahun 2004

Lampiran 5.17 Jumlah Pos UKK Menurut Tingkat Perkembangannya dan Provinsi Tahun 2004

(18)

Lampiran 5.19 Rekapitulasi Institusi Politeknik Kesehatan Menurut Jurusan dan Provinsi per Maret 2005

Lampiran 5.20 Jumlah Lulusan Politeknik Kesehatan Menurut Jurusan/Program Studi Tahun 2004

Lampiran 5.21 Jumlah Institusi Diknakes Non Politeknik Kesehatan Menurut Jurusan/Program Studi dan Provinsi Tahun 2004

Lampiran 5.22 Data Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan Menurut Provinsi dan Jenis Ketenagaan Tahun 2003

Lampiran 5.23 Data Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan yang Bekerja di Rumah Sakit Menurut Profesi dan Provinsi Tahun 2003

Lampiran 5.24 Situasi Jumlah dan Jenis Ketenagaan Puskesmas Menurut Provinsi Keadaan Tahun 2004

Lampiran 5.25 Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Jenis dan Provinsi Tahun 2004

Lampiran 5.26 Realisasi Pengangkatan Dokter Umum Sebagai Pegawai Tidak Tetap Menurut Provinsi Angkatan I – XXXVIII Tahun 1992 – 2004

Lampiran 5.27 Rekapitulasi Dokter Umum PTT yang Masih Aktif Dirinci Menurut Kriteria Penempatan Keadaan sampai April 2004

Lampiran 5.28 Realisasi Pengangkatan Dokter Gigi Sebagai Pegawai Tidak Tetap Menurut Provinsi Angkatan I – XXXI

Lampiran 5.29 Rekapitulasi Dokter Gigi PTT yang Masih Aktif Dirinci Menurut Kriteria Penempatan Keadaan sampai April 2004

Lampiran 5.30 Keadaan Bidan (Sebagai Pegawai Tidak Tetap) Menurut Provinsi Tahun 1994 – 2003

Lampiran 5.31 Realisasi Pengangkatan dan Penempatan Bidan PTT Menurut Provinsi sampai dengan Tahun 2003

Lampiran 5.32 Jumlah Peserta Didik Tahun Ajaran 2004/2005 di Politeknik Kesehatan Menurut Profesi

Lampiran 5.33 Jumlah Peserta Didik Tahun Ajaran 2004/2005 di Non Politeknik Kesehatan Menurut Profesi

Lampiran 5.34 Data Produksi Tenaga Kesehatan Tahun 2003 dan Rencana Kebutuhan Tambahan Tenaga Tahun 2004

Lampiran 5.35 Perkiraan Kebutuhan Tenaga Kesehatan Tahun 2004 – 2010 untuk Mencapai Indonesia Sehat 2010 Berdasarkan Indikator Sumber Daya Tenaga Kesehatan

Lampiran 5.36 Jumlah Pelatihan yang Dilaksanakan Pusdiklatkes dan Bapelkes Nasional Tahun 2004

Lampiran 5.37 Alokasi dan Realisasi Anggaran Rutin Tahun Anggaran 2004

Lampiran 5.38 Realisasi Anggaran Pembangunan dan PHLN Departemen Kesehatan Menurut Program Tahun Anggaran 2004

Lampiran 5.39 Realisasi Anggaran Pembangunan dan PHLN Departemen Kesehatan Menurut Eselon I Pusat Tahun Anggaran 2004

Lampiran 5.40 Alokasi dan Realisasi Anggaran Pembangunan Departemen Kesehatan Menurut Provinsi Tahun Anggaran 2003

Lampiran 5.41 Persentase APBD untuk Kesehatan terhadap APBD Kabupaten/Kota Menurut Provinsi Tahun 2001 - 2003

(19)

Lampiran 5.43 Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Dana yang Digunakan untuk Pembiayaan Kesehatan Provinsi Tahun 2004 (Perkotaan+ Perdesaan)

Lampiran 5.43a Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Dana yang Digunakan untuk Pembiayaan Kesehatan Menurut Provinsi Tahun 2004 (Perkotaan) Lampiran 5.43b Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Dana yang Digunakan

untuk Pembiayaan Kesehatan Menurut Provinsi Tahun 2004 (Perdesaan)

Lampiran 5.44 Jumlah dan Persentase Kepesertaan Penduduk dalam Jaminan

Pemeliharaan Kesehatan (JPK) Menurut Jenis dan Provinsi Tahun 2004 Lampiran 5.45 Distribusi Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) Menurut Jenis

dan Provinsi Tahun 2004

Lampiran 5.46 Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut 7 Kategori dan Provinsi Tahun 2004 Lampiran 5.47 Jumlah dan Persentase Tenaga Kesehatan Menurut 7 Kategori dan Unit

Kerja Tahun 2004

Lampiran 6.1 Perbandingan Beberapa Data Kependudukan di Negara ASEAN Tahun 2003

Lampiran 6.2 Perbandingan Beberapa Data Indikator Derajat Kesehatan di Negara ASEAN Tahun 2003

Lampiran 6.3 Perbandingan Data Cakupan Imunisasi di Negara ASEAN Tahun 2003 Lampiran 6.4 Perbandingan Penduduk yang Menggunakan Sumber Air Bersih dan

yang Menggunakan Sarana Sanitasi Sehat di Negara ASEAN Tahun 2003

(20)

BAB I

PEN DAH U LU AN

Pembangunan kesehatan secara berkesinambungan telah dimulai sejak di canangkannya Rencana Pembangunan Lima Tahun Pertama pada tahun 1969 yang secara nyata telah berhasil mengembangkan berbagai sumber daya kesehatan, serta melaksanakan upaya kesehatan yang berdampak pada peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

Menurut Undang-undang Nomor 26 tahun 2004, disebutkan bahwa sampai dengan tahun 2004 jumlah provinsi adalah sebanyak 33, juga menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 18 tahun 2005 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan disebutkan bahwa jumlah provinsi adalah sebanyak 33 per Desember 2004. Namun demikian, sumber data dalam penyusunan Profil Kesehatan Indonesia 2004 ini berasal dari berbagai program baik di lingkungan Departemen Kesehatan maupun berasal dari luar Departemen Kesehatan, sehingga jumlah provinsi dalam lampiran terdiri dari berbagai versi, ada lampiran yang sudah membagi menjadi 33 provinsi dan ada pula lampiran yang masih membagi menjadi 30 provinsi.

Di dalam penyusunan narasi Profil Kesehatan Indonesia 2004 ini, kami menyajikan berbagai informasi, terutama kejadian dan masalah kesehatan yang bersifat nasional, seperti terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) Demam Berdarah Dengue pada awal tahun 2004 juga kejadian bencana nasional Tsunami pada tanggal 26 Desember 2004.

Di dalam buku Sistem Kesehatan Nasional yang diterbitkan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Indonesia Nomor 131/MENKES/SK/II/2004 disebutkan bahwa “untuk mengantisipasi berbagai perubahan dan tantangan strategis, baik internal maupun eksternal, perlu disusun Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang baru, yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan”. Dengan berlakunya Sistem Kesehatan Nasional tersebut Pusat Data dan Informasi dalam penyusunan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2004 ini berupaya untuk menyesuaikan dengan indikator pencapaian SKN yang ditentukan oleh dua determinan. Pertama, status kesehatan dan kedua tentang tingkat ketanggapan (responsiveness).

Di dalam SKN disebutkan bahwa keberhasilan manajemen kesehatan sangat ditentukan antara lain oleh tersedianya data dan informasi kesehatan, dukungan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan, dukungan hukum kesehatan serta administrasi kesehatan. Lebih lanjut di dalam SKN disebutkan bahwa SKN terdiri dari enam subsistem, yakni (1) Subsistem Upaya Kesehatan, (2) Subsistem Pembiayaan Kesehatan, (3) Subsistem Sumber Daya Manusia Kesehatan, (4) Subsistem Obat dan Perbekalan Kesehatan, (5) Subsistem Pemberdayaan Masyarakat, dan (6) Subsistem Manajemen Kesehatan.

(21)

Bab I - Pendahuluan. Bab ini menyajikan tentang sejarah serta tujuan diterbitkannya Profil Kesehatan Indonesia 2004 ini serta sistimatika penyajiannya.

Bab II - Situasi Umum dan Lingkungan. Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Indonesia. Selain uraian tentang letak geografis, demografis, pendidikan, ekonomi dan informasi umum lainnya, bab ini juga mengulas faktor-faktor lingkungan dan perilaku.

Bab III - Situasi Derajat Kesehatan. Bab ini berisi uraian tentang hasil-hasil pembangunan kesehatan sampai dengan tahun 2004 yang mencakup tentang angka kematian, umur harapan hidup, angka kesakitan dan keadaan status gizi, yang akan disoroti adalah masalah status gizi balita dan ibu hamil.

Bab IV - Situasi Upaya Kesehatan. Bab ini berisi uraian tentang upaya-upaya kesehatan yang telah dilaksanakan oleh bidang kesehatan sampai tahun 2004, untuk tercapainya dan berhasilnya program-program pembangunan di bidang kesehatan. Gambaran tentang upaya kesehatan yang telah dilakukan itu meliputi persentase pencapaian cakupan pelayanan kesehatan dasar, persentase pencapaian cakupan pelayanan kesehatan rujukan, upaya-upaya yang dilakukan oleh masyarakat dengan Posyandu Purnama dan Mandiri, yang disebut dengan Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM), dan berbagai upaya lain yang berupa gambaran pelayanan program kesehatan lainnya.

Bab V - Situasi Sumber Daya Kesehatan. Bab ini menguraikan tentang sumber daya pembangunan bidang kesehatan sampai tahun 2004 ini. Gambaran tentang keadaan sumber daya sampai dengan tahun 2004 ini mencakup tentang keadaan tenaga, sarana dan fasilitas kesehatan yang ada sampai tahun 2004. Pada bab ini juga akan dijelaskan tentang jumlah serta distribusi tenaga per provinsi di Indonesia, serta jumlah dan penyebaran sarana pelayanan kesehatan yang terdiri dari rumah sakit dan puskesmas termasuk puskesmas pembantu dan puskesmas keliling. Juga akan digambarkan tentang perkembangan penyediaan obat generik, produsen obat yang terdiri dari importir bahan baku, pabrik obat, juga tentang distributor obat yang terdiri dari Pedagang Besar Farmasi, Apotik dan Toko Obat.

Bab VI - Perbandingan Indonesia dengan Negara Lain. Bab ini menyajikan perbandingan beberapa indikator tertentu seperti IMR, MMR, CDR, TFR, LE, CBR dan HDI, juga tentang beberapa prevalensi penyakit tertentu, seperti HIV/AIDS, Tuberkulosis, dan Malaria antara Indonesia dengan beberapa negara di Asia.

Bab VII - Penutup.

(22)

BAB I I

GAM BARAN U M U M DAN PERI LAK U PEN DU DU K

Indonesia terdiri atas banyak pulau dan kepulauan dengan karakteristik budaya penduduk yang beragam, mempunyai kebiasaan/adat-istiadat yang berbeda, termasuk perilaku yang berkaitan dengan kesehatan.

Sejak tahun 2001 Indonesia melaksanakan kebijakan desentralisasi yang antara lain berimplikasi pada terus bertambahnya jumlah provinsi dan kabupaten/kota. Pada tahun 2004 secara administratif wilayah Indonesia terbagi atas 33 provinsi, 349 kabupaten, dan 91 kota. Wilayah tersebut meliputi 5.263 kecamatan, 62.806 desa, dan 7.123 kelurahan. Sesuai dengan rincian data yang tersedia, maka jumlah provinsi yang ada pada uraian bab ini sebanyak 30 provinsi. Tiga provinsi yang belum tersedia datanya adalah Provinsi Kepulauan Riau, Sulawesi Barat, dan Irian Jaya Barat. Rincian pembagian wilayah administrasi pemerintahan per provinsi tahun 2004 dapat dilihat pada Lampiran 2.1.

Adapun gambaran umum Indonesia dan perilaku penduduk pada tahun 2004 yang diuraikan meliputi: keadaan penduduk, keadaan ekonomi, keadaan pendidikan, keadaan lingkungan, dan perilaku penduduk yang berkaitan dengan kesehatan.

A. KEADAAN PENDUDUK

Sesuai dengan hasil Susenas 2004, jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2004

tercatat sebesar 217.072.346 jiwa, dengan tingkat kepadatan 115 jiwa per km2 dan angka

pertumbuhan penduduk sebesar 1,26% (jumlah penduduk tahun 2003 dilaporkan sebesar 214.374.096 jiwa). Provinsi-provinsi di Pulau Jawa memiliki kepadatan penduduk yang tinggi dibandingkan di luar Jawa. Provinsi yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi

adalah DKI Jakarta, yaitu sebesar 13.141 jiwa per km2. Provinsi-provinsi lain di Pulau Jawa

memiliki kepadatan sekitar 1.000 jiwa per km2, kecuali Provinsi Jawa Timur yang memiliki

kepadatan 759 jiwa per km2. Provinsi-provinsi di Pulau Kalimantan, Kepulauan Maluku, dan

Papua memiliki kepadatan penduduk yang relatif rendah. Kepadatan penduduk terendah di

Provinsi Papua, yaitu hanya 7 jiwa per km2, menyusul Kalimantan Tengah dan Kalimantan

Timur, yang keduanya mempunyai kepadatan penduduk 12 jiwa per km2.

Persebaran penduduk sampai dengan tahun 2004, baik antar pulau maupun antar provinsi masih sangat timpang. Hal ini dapat dilihat dari persentase penduduk antar pulau yang menunjukkan lebih dari separuh penduduk Indonesia (59,10%) berada di Pulau Jawa (yang luas wilayahnya hanya 6,75% wilayah Indonesia); 20,80% berada di Pulau Sumatera; 7,16% di Pulau Sulawesi; 5,46% di Kalimantan; 5,35% di Kepulauan Nusa Tenggara; dan hanya 2,12% yang berada di Kepulauan Maluku, dan Papua. Jumlah penduduk dan angka kepadatan penduduk per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.2.

(23)

Kalimantan Timur (54,58%). Sedangkan yang terendah di Provinsi Nusa Tenggara Timur (16,45%), Sulawesi Tengah (20,60%), dan Sulawesi Tenggara (21,77%).

Komposisi penduduk Indonesia menurut kelompok umur, menunjukkan bahwa penduduk yang berusia muda (0-14 tahun) sebesar 29,61%, yang berusia produktif (15-64 tahun) sebesar 65,68%, dan yang berusia tua (> 65 tahun) sebesar 4,71%. Dengan demikian

maka Angka Beban Tanggungan (Dependency Ratio) penduduk Indonesia pada tahun 2004

sebesar 52,26, dengan kisaran antara 36,58 di DKI Jakarta dan 70,12 di Nusa Tenggara Timur. Angka Beban Tanggungan ini sedikit meningkat bila dibandingkan tahun 2003 yang sebesar 51,75. Rincian jumlah penduduk menurut kelompok umur dan Angka Beban Tanggungan per provinsi tahun 2004 dapat dilihat pada Lampiran 2.3.

Jumlah penduduk laki-laki relatif seimbang dibandingkan penduduk perempuan, yaitu masing-masing sebesar 108.876.089 jiwa penduduk laki-laki dan 108.196.257 jiwa penduduk perempuan (rasio penduduk menurut jenis kelamin sebesar 100,6). Rasio penduduk menurut jenis kelamin yang tertinggi di Provinsi Papua (yaitu sebesar 110,8), Kalimantan Timur (108,51), dan Lampung (108,3). Sedangkan yang terendah di Provinsi Nusa Tenggara Barat (yaitu sebesar 90,9), Gorontalo (96,4), dan Sumatera Barat serta Sulawesi Selatan (keduanya sebesar 96,7).

(24)

B. KEADAAN EKONOMI

Kondisi perekonomian Indonesia pada tiga tahun terakhir relatif stabil dan menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan. Kinerja ekonomi pada tahun 2002 tumbuh sebesar 4,38% dan tahun 2003 meningkat menjadi 4,88%. Pada tahun 2004 kondisi perekonomian semakin stabil yang diperlihatkan oleh pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat yang mencapai 5,13%. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi selama tahun 2004 juga diimbangi oleh masih relatif rendahnya laju inflasi, yaitu sebesar 6,40%. Sementara itu, Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita pada tahun 2004 dilaporkan sebesar 10,64 juta rupiah, lebih tinggi dibandingkan tahun 2003 yang sebesar 8,3 juta rupiah.

Pada tahun 2004 jumlah penduduk miskin (berdasarkan data hasil Susenas Kor) tercatat sebesar 36,1 juta jiwa atau 16,66% dari total penduduk. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin tahun 2003 yang sebesar 37,3 juta jiwa atau turun sebesar 3,19%. Persentase penduduk miskin di daerah perdesaan lebih tinggi daripada di daerah perkotaan, yaitu sebesar 20,11% di perdesaan dan 12,13% di perkotaan. Provinsi dengan persentase tertinggi penduduk miskin (terhadap total penduduk provinsi) adalah Papua, yaitu sebesar 38,69%. Menyusul Maluku (32,13%), dan Sulawesi Tenggara (29,01%). Sedangkan yang terendah di Provinsi DKI Jakarta (3,18%), Bali (6,85%), dan Kalimantan Selatan (7,19%). Provinsi dengan jumlah penduduk miskin terbanyak adalah Provinsi Jawa Timur, yaitu sebanyak 7,3 juta jiwa atau 20,23% dari total penduduk miskin. Menyusul Jawa Tengah (sebanyak 6,8 juta jiwa atau 18,93%) dan Jawa Barat (sebanyak 4,6 juta jiwa atau 12,88%). Rincian jumlah dan persentase penduduk miskin menurut jenis kelamin, daerah dan provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.6, Lampiran 2.7 dan Lampiran 2.8.

C. KEADAAN PENDIDIKAN

Uraian tentang keadaan pendidikan berikut ini merupakan hasil Susenas 2004 yang diselenggarakan oleh Badan Pusat Statistik.

(25)

dan 1,44% di Akademi/Universitas. Selebihnya, sebesar 72,83% sudah tidak bersekolah lagi. Secara nasional persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas yang tidak/belum pernah sekolah di perdesaan (10,56%) lebih tinggi daripada yang tinggal di perkotaan (4,52%).

Secara umum Angka Partisipasi Sekolah (APS) perempuan lebih besar dibanding APS laki-laki pada kelompok umur 7-12 tahun dan 13-15 tahun. Sementara pada kelompok umur 16-18 tahun, APS laki-laki lebih tinggi dibanding APS perempuan. Sedangkan dari segi tempat tinggal, terlihat bahwa APS penduduk perkotaan lebih besar bila dibanding dengan APS penduduk perdesaan. Hal ini terjadi untuk semua kelompok umur, baik pada laki-laki maupun pada perempuan. Perbedaan menjadi semakin besar pada kelompok umur 16 – 18 tahun. Rincian APS penduduk usia 7-18 tahun menurut kelompok umur, tipe daerah, dan jenis kelamin pada tahun 2004 dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini.

TABEL 2.1

ANGKA PARTISIPASI SEKOLAH (APS) PENDUDUK USIA 7-18 TAHUN MENURUT KELOMPOK UMUR, TIPE DAERAH, DAN JENIS KELAMIN

TAHUN 2004

Kelompok Umur (tahun) Daerah/Jenis Kelamin

7-12 13-15 16-18

Perkotaan

Laki-laki 97,70 89,67 68,13

Perempuan 97,78 89,50 65,47

Laki-laki + Perempuan 97,74 89,59 66,82

Perdesaan

Laki-laki 95,90 78,57 43,41

Perempuan 96,35 80,08 42,48

Laki-laki + Perempuan 96,12 79,29 42,98

Perkotaan + Perdesaan

Laki-laki 96,62 83,05 53,94

Perempuan 96,92 83,97 52,97

Laki-laki + Perempuan 96,77 83,49 53,48

Sumber : BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat 2004

Sebagaimana APS, Angka Partisipasi Murni (APM) di daerah perkotaan juga lebih tinggi dibanding APM di daerah perdesaan untuk kelompok umur sekolah SLTP dan SMU/SMK. Angka Partisipasi Murni menyatakan banyaknya penduduk usia sekolah yang masih bersekolah pada jenjang pendidikan yang sesuai. APM untuk jenjang SD di perkotaan sebesar 92,73%, sementara di perdesaaan sedikit lebih tinggi, yaitu sebesar 93,25%. Sedangkan APM untuk jenjang SLTP di perkotaan sebesar 72,67% dan di perdesaan hanya sebesar 60,11%. Sementara itu APM untuk jenjang SMU/SMK adalah sebesar 56,75% di perkotaan dan 32,11% di perdesaan.

(26)

3,58%. Dengan demikian maka persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas yang memiliki ijazah SMU/SMK atau pendidikan yang lebih tinggi sebesar 20,71%. Provinsi dengan persentase tertinggi penduduknya berpendidikan SMU/SMK atau lebih tinggi adalah DKI Jakarta (46,14%), DI Yogyakarta (33,98%), dan Kalimantan Timur (30,21%). Sedangkan yang terendah di Provinsi Nusa Tenggara Timur (13,76%), Kalimantan Barat (13,98%), dan Nusa Tenggara Barat (14,90%). Persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas menurut ijazah/STTB tertinggi yang dimiliki per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.14.

(27)

(TUPM) sehat. Selain itu disajikan pula beberapa indikator tambahan yang dianggap masih relevan, yaitu persentase rumah tangga menurut sumber air minum, persentase rumah tangga menurut Sarana Pembuangan Air Besar, dan persentase rumah tangga menurut Tempat Penampungan Akhir Kotoran/Tinja.

1. Rumah Sehat

Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah tidak terbuat dari tanah.

Menurut data/indikator kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan yang dikumpulkan oleh Pusdatin, Depkes pada tahun 2004, persentase rumah sehat sebesar 55,29%. Rinciannya dapat dilihat pada Lampiran 2.15.

2. Tempat-tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) Sehat

Tempat-tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) merupakan suatu sarana yang dikunjungi oleh banyak orang, dan dikhawatirkan dapat menjadi tempat penyebaran penyakit. TUPM meliputi hotel, restoran, bioskop, pasar, terminal dan lain-lain. Sedangkan TUPM sehat adalah tempat umum dan tempat pengelolaan makanan yang memenuhi syarat kesehatan yaitu yang memiliki sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi yang baik, luas lantai (luas ruang) yang sesuai dengan banyaknya pengunjung, dan memiliki pencahayaan ruang yang sesuai.

Data yang diperoleh dari Profil Kesehatan Provinsi pada tahun 2004, memperlihatkan bahwa persentase TUPM sehat mencapai 68,9%. Rinciannya dapat dilihat pada Lampiran 2.16.

3. Akses terhadap Air Minum

Hasil Susenas 2004 menunjukkan bahwa 55,31% rumah tangga mempunyai fasilitas air minum sendiri, dengan persentase terbesar di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (79,43%) dan yang terendah di Nusa Tenggara Timur (17,03%). Sebesar 20,54% yang menggunakan fasilitas air minum milik bersama dan 12,04% menggunakan fasilitas milik umum. Selebihnya, sebesar 12,11% rumah tangga yang tidak mempunyai fasilitas air minum, dengan persentase tertinggi di Provinsi Kalimantan Barat (74,16%).

(28)

Provinsi dengan persentase tertinggi rumah tangga yang menggunakan sumber air minum terlindung adalah DKI Jakarta, yaitu sebesar 99,62%, Bali (93,97%), dan DI Yogyakarta (90,31%). Sedangkan yang terendah adalah Provinsi Kalimantan Tengah, yaitu sebesar 50,56%, Bengkulu (55,99%), dan Papua (56,19%).

Persentase rumah tangga menurut sumber air minum per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.19.

4. Sarana Pembuangan Air Besar pada Rumah Tangga

Persentase rumah tangga yang mempunyai sarana pembuangan air besar milik sendiri sebesar 61,62%, milik bersama sebesar 11,05%, milik umum sebesar 5,25%, dan yang tidak mempunyai sarana sebesar 22,08%. Sarana pembuangan air besar yang digunakan penduduk dibedakan ke dalam empat macam, yaitu jamban leher angsa, jamban plengsengan, jamban cemplung/cubluk, dan tidak menggunakan jamban. Statistik Kesejahteraan Rakyat (BPS) tahun 2004 memberikan gambaran tentang sarana pembuangan air besar di daerah perkotaan dan daerah perdesaan. Persentase rumah tangga yang memakai jamban leher angsa di daerah perkotaan sebesar 80,25% dan di daerah perdesaan sebesar 48,01%. Rumah tangga yang menggunakan jamban plengsengan, di daerah perkotaan 11,90% dan di daerah perdesaan 12,04%. Sedangkan rumah tangga yang menggunakan jamban cemplung/cubluk di daerah perkotaan 6,14% dan di daerah perdesaan 31,35%. Selebihnya, yang tidak menggunakan jamban di daerah perkotaan 1,72% dan di daerah perdesaan 8,6%.

Bila dilihat secara keseluruhan (perkotaan dan perdesaan) rumah tangga yang memakai jamban leher angsa sebesar 63,85%, jamban plengsengan 11,97%, jamban cemplung/cubluk 18,96%, dan yang tidak menggunakan jamban 5,22%. Provinsi dengan persentase tertinggi dengan rumah tangga yang menggunakan jamban leher angsa adalah Bali, yaitu sebesar 91,89%, menyusul DKI Jakarta (82,90%), dan Maluku Utara (81,22%). Sedangkan yang terendah di Provinsi Nusa Tenggara Timur (30,05%), Kalimantan Tengah (41,91%), dan Sumatera Selatan (44,16%). Gambaran persentase rumah tangga di Indonesia menurut sarana pembuangan air besar dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut ini.

GAMBAR 2.2

PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT SARANA PEMBUANGAN AIR BESAR TAHUN 2004

L. Angsa 64% Plengsengan

12% Cemplung

19%

Tdk. Pakai 5%

Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat, 2004

(29)

5. Tempat Penampungan Akhir Kotoran/Tinja pada Rumah Tangga

Menurut Statistik Kesejahteraan Rakyat (BPS) tahun 2004, rumah tangga di Indonesia menggunakan tempat penampungan akhir kotoran/tinja berupa tangki septik, kolam/sawah, sungai/danau, lobang tanah, pantai/tanah terbuka, dan lainnya.

Persentase rumah tangga yang sudah menggunakan tangki septik sebesar 42,71% (di wilayah perkotaan sebesar 66,01% dan di wilayah perdesaan sebesar 25,47%). Sebesar 5,16% yang menggunakan kolam/sawah, menggunakan sungai/danau sebesar 20,22%, menggunakan lubang tanah sebesar 24,41%, memanfaatkan pantai/tanah terbuka sebesar 5,38%, dan lainnya 2,12%. Persentase rumah tangga menurut tempat penampungan akhir kotoran/tinja dapat dilihat pada Gambar 2.3 berikut ini.

GAMBAR 2.3

PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT

TEMPAT PENAMPUNGAN AKHIR KOTORAN/TINJA, TAHUN 2004

T a n g k i S e p tik 4 4 %

K o la m /s a w a h 5 %

S u n g a i/d a n a u 2 0 % L u b a n g ta n a h

2 4 % P a n ta i/ta n a h te rb u k a

5 % L a in n y a

2 %

Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat, 2004

Persentase rumah tangga menurut tempat pembuangan akhir kotoran/tinja per provinsi pada tahun 2004 dapat dilihat pada Lampiran 2.21.

E. KEADAAN PERILAKU MASYARAKAT

Untuk menggambarkan keadaan perilaku masyarakat yang berpengaruh terhadap derajat kesehatan, akan disajikan beberapa indikator yaitu : persentase penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan menurut cara pengobatan, persentase penduduk yang berobat jalan menurut tempat berobat, persentase anak 2-4 tahun yang pernah disusui, kebiasaan merokok, persentase penduduk yang melakukan aktivitas fisik, dan kebiasaan mengkonsumsi jenis makanan berserat. Indikator yang disajikan merupakan hasil SUSENAS 2004 yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS).

1. Cara Pengobatan bagi Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan

(30)

(40,36% di perkotaan dan 36,59% di perdesaan). Sebesar 72,44% dari penduduk yang mempunyai keluhan berupaya untuk mengobati sendiri (71,98% di perkotaan dan 72,93% di perdesaan). Provinsi dengan persentase tertinggi penduduk yang berobat jalan untuk mengatasi keluhan kesehatannya adalah Provinsi Bali, yaitu sebesar 52,89%, menyusul Nusa Tenggara Timur (48,58%), dan Papua (46,49%). Sedangkan provinsi dengan persentase terendah adalah Provinsi Kalimantan Selatan, yaitu sebesar 24,54%, menyusul Kalimantan Tengah (27,01%), dan Riau (27,290%). Untuk cara pengobatan sendiri, provinsi dengan persentase tertinggi adalah Maluku Utara, yaitu sebesar 87,62%, menyusul Lampung (82,66%), dan Riau (82,29%). Sedangkan yang terendah adalah di Provinsi Papua, yaitu sebesar 50,57%, menyusul Bali (56,98%), dan Nusa Tenggara Timur (58,07%). Rincian per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.26.

2. Tempat Penduduk Berobat Jalan

Hasil survei yang sama juga menunjukkan bahwa puskesmas/puskesmas pembantu masih merupakan tempat berobat yang paling banyak dikunjungi oleh penduduk untuk berobat jalan, yaitu sebesar 37,26%. Tempat berobat jalan dengan persentase tertinggi berikutnya adalah praktek dokter (24,39%), dan petugas kesehatan (18,51%). Sedangkan rumah sakit pemerintah hanya 6,01%, dukun/tabib/sinse (1,78%), poliklinik (3,86%), rumah sakit swasta (3,32%), dan lainnya (4,86%). Provinsi dengan persentase tertinggi penduduk berobat jalan ke puskesmas/puskesmas pembantu adalah Papua (67,82%), Nusa Tenggara Timur (63,46%), dan Nanggroe Aceh Darussalam (62,92%). Sedangkan persentase terendah di Provinsi Bali ( 27,83%), Sumatera Utara (27,62%), dan DI Yogyakarta (24,08%). Rincian per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.27.

3. Anak 2-4 Tahun yang Pernah Disusui

Hasil SUSENAS 2004 yang diselenggarakan BPS juga menyajikan informasi mengenai persentase anak usia 2-4 tahun yang pernah disusui (mendapat air susu ibu/ASI). Sebanyak 41,36% anak usia 2-4 tahun ternyata pernah disusui selama >= 24 bulan. Provinsi dengan persentase tertinggi anak usia 2-4 tahun yang pernah disusui >= 24 bulan adalah DI Yogyakarta (58,74%), Jawa Tengah (53,93%), dan Kalimantan Selatan (54,85%). Sedangkan persentase terendah di Provinsi Maluku (10,81%), Maluku Utara (20,89%), dan Sumatera Utara (18,39%). Rincian per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.29.

4. Kebiasaan Merokok

Persentase penduduk berumur 15 tahun ke atas yang merokok setiap hari sebesar 28,35%, yang merokok kadang-kadang (tidak setiap hari) sebesar 6,09%, dan selebihnya sebesar 65,56% tidak merokok. Provinsi dengan persentase tertinggi penduduk berumur 15 tahun ke atas yang merokok setiap hari adalah Riau (34,25%), Bengkulu (33,83%), dan Lampung (32,71%). Sedangkan yang terendah di Provinsi Nusa Tenggara Timur (19,52%), Bali (20,33%), dan Maluku (21,66%). Rincian per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.31.

(31)

5. Aktivitas Fisik Penduduk

SUSENAS 2004 juga menghasilkan informasi mengenai kebiasaan penduduk usia 15 tahun ke atas dalam melakukan aktivitas fisik. Dalam survei ini aktivitas fisik dikelompokkan dalam 3 tingkat, yaitu aktivitas berat, aktivitas sedang, dan aktivitas ringan. Persentase penduduk yang melakukan aktivitas berat sebesar 36,02%, aktivitas sedang sebesar 77,44%, dan aktivitas ringan sebesar 66,67%. Rincian menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.35.

6. Kebiasaan Mengkonsumsi Jenis Makanan Berserat

a. Sayur-sayuran

Untuk konsumsi makanan berserat jenis sayur-sayuran, rata-rata penduduk Indonesia mengkonsumsi sebanyak 2 porsi per hari. Sebesar 20,22% penduduk yang mengkonsumsi 3 porsi atau lebih per hari, 71,91% mengkonsumsi 1-2 porsi perhari, dan 7,65% kurang dari 1 porsi per hari. Provinsi dengan persentase tertinggi penduduknya mengkonsumsi sayur-sayuran sebanyak 3 porsi atau lebih per hari adalah Sulawesi Utara (35,38%), Bengkulu (34,00%), dan Maluku Utara (32,57%). Sedangkan provinsi dengan persentase tertinggi penduduknya mengkonsumsi sayur 2 porsi atau kurang per hari adalah Kalimantan Selatan (88,63%), Maluku Utara (85,85%), dan Sumatera Barat (84,71%).

Rincian per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.36.

b. Buah-buahan

Untuk konsumsi makanan berserat jenis buah-buahan, rata-rata penduduk Indonesia mengkonsumsi sebanyak 1,60 porsi per hari. Sebesar 39,18% penduduk yang mengkonsumsi 2 porsi atau lebih per hari, 51,19% mengkonsumsi 1 porsi perhari, dan 9,44% kurang dari 1 porsi per hari. Provinsi dengan persentase tertinggi penduduknya mengkonsumsi sayur-sayuran sebanyak 2 porsi atau lebih per hari adalah Sulawesi Tengah (60,48%), Papua (54,48%), dan Bangka Belitung (52,55%). Sedangkan provinsi dengan persentase tertinggi penduduknya mengkonsumsi buah-buahan 1 porsi atau kurang per hari adalah Kalimantan Selatan (68,64%), Jawa Barat (66,62%), dan Sumatera Barat (65,88%).

Rincian per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.37.

Demikian gambaran umum negara Indonesia tahun 2004 secara ringkas. Gambaran yang disajikan meliputi aspek-aspek kependudukan, perekonomian, pendidikan, kesehatan lingkungan, dan beberapa perilaku penduduk yang terkait dengan kesehatan.

(32)

BAB I I I

SI T U ASI DERAJ AT K ESEH AT AN

Untuk menggambarkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia berikut ini disajikan situasi mortalitas, morbiditas, dan status gizi masyarakat.

A. MORTALITAS

Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Di samping itu kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya. Angka kematian pada umumnya dapat dihitung dengan melakukan berbagai survei dan penelitian. Perkembangan tingkat kematian dan penyakit-penyakit penyebab utama kematian yang terjadi pada periode terakhir akan diuraikan di bawah ini.

1. Angka Kematian Bayi (AKB)

Data kematian yang terdapat pada suatu komunitas dapat diperoleh melalui survei, karena sebagian besar kematian terjadi di rumah, sedangkan data kematian di fasilitas kesehatan hanya memperlihatkan kasus rujukan. AKB di Indonesia berasal dari berbagai sumber, yaitu Sensus Penduduk, Surkesnas/Susenas, dan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI).

(33)

TABEL 3.1

Sumber: [a] Indikator Kesejahteraan Anak 2001 (estimasi SUPAS 1995),

[b] estimasi Susenas 2002-2003, dan [c] SDKI 2002-2003

Keterangan: National Human Development Report 2004 menyebutkan AKB tahun 2002 sebesar 43,5 per 1.000 kelahiran hidup

Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2002-2003 dinyatakan pula AKB menurut berbagai karakteristik latar belakang, yaitu menurut tempat tinggal di perkotaan dan di perdesaan, tingkat pendidikan, dan menurut indeks kekayaan. AKB menurut ketiga karakteristik latar belakang tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

(34)

Tabel 3.2 di bawah ini merupakan data kematian bayi di rumah sakit selama tahun 2001–2004. Pada tahun 2000 AKB di rumah sakit adalah 15,8 per 1.000 kelahiran hidup, kemudian meningkat cukup tinggi tahun 2001 dan 2002 yaitu 42,9 dan 40,6 per 1.000 kelahiran hidup. Tahun 2003 AKB di rumah sakit mengalami penurunan cukup banyak yaitu sebesar 22,9 per 1.000 kelahiran hidup, kemudian pada tahun 2004 mengalami sedikit kenaikan menjadi 29,4 per 1.000 kelahiran hidup.

TABEL 3.2

ANGKA KEMATIAN BAYI DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2000 - 2004

No. Tahun Jumlah RS Jumlah Lahir Mati Jumlah Kelahiran Hidup di Rumah Sakit

AKB per 1000 KH

1 2000 1.145 2.546 158.972 15,8

2 2001 1.178 7.226 161.073 42,9

3 2002 1.215 5.381 127.053 40,6

4 2003 1.234 3.160 135.094 22,9

5 2004 1.246 3.321 109.297 29,4

Sumber : Ditjen Yanmedik, Depkes RI, 2005

Ada banyak faktor yang mempengaruhi tingkat AKB tetapi tidak mudah untuk menentukan faktor yang paling dominan dan faktor yang kurang dominan. Tersedianya berbagai fasilitas atau faktor aksesibilitas dan pelayanan kesehatan dari tenaga medis yang terampil, serta kesediaan masyarakat untuk merubah kehidupan tradisional ke norma kehidupan modern dalam bidang kesehatan merupakan faktor-faktor yang sangat berpengaruh terhadap tingkat AKB. Menurunnya AKB dalam beberapa waktu terakhir memberi gambaran adanya peningkatan dalam kualitas hidup dan pelayanan kesehatan masyarakat.

(35)

TABEL 3.3

DISTRIBUSI PASIEN KELUAR MATI DI RUMAH SAKIT YANG BERMULA PADA MASA PERINATAL

DI INDONESIA TAHUN 2004

NO DTD ICD -10 Golongan Sebab Sakit Mati %

1 0.12 A33 Tetanus neonatorum 42 0.81

2 245 P00 - P04 Janin dan bayi baru lahir yang dipengaruhi oleh faktor dan penyulit kehamilan persalinan dan kelahiran

362 7.01 3 246 P05 - P 07 Pertumbuhan janin lamban, malnutrisi janin dan

gangguan yang berhubungan dengan kehamilan pendek dan berat badan lahir rendah

2.100 40.68

4 247 P10 - P 15 Cedera lahir 23 0.45

5 248 P20 - P 21 Hipoksia intrauterus dan asfiksia lahir 1.297 25.13 6 249 P22 - P 28 Gangguan saluran napas lainnya yang berhubungan

dengan masa perinatal

548 10.62 7 250 P35 - P 37 Penyakit infeksi dan parasit kongenital 466 9.03 8 251 P38 - P39 Infeksi khusus lainnya pada masa perinatal 137 2.65 9 252 P55 Penyakit hemolitik pada janin dan bayi baru lahir 17 0.33 10 253.9 P08,P29,P50-P54,

P56-P94, P96

Kondisi lain yang bermula pada masa perinatal 170 3.29

Jumlah 5.162

Sumber : Ditjen Yanmedik, Depkes RI, 2005 2. Angka Kematian Balita (AKABA)

AKABA berdasarkan estimasi SUPAS 1995 menunjukkan penurunan dari 64,28 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1998 menjadi 44,71 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2000. Selain itu, tingkat kematian anak balita laki-laki lebih besar daripada tingkat kematian anak balita perempuan.

(36)

TABEL 3.4

Dari hasil penelitian terhadap semua kasus kematian balita yang disurvei pada SKRT 1995 dan Surkesnas 2001 diperoleh gambaran besarnya proporsi sebab utama kematian balita, yang dapat dilihat pada Tabel 3.5 di bawah ini.

TABEL 3.5

Tabel di atas menunjukkan bahwa pola penyakit penyebab kematian balita menurut hasil SKRT 1995 dan Surkesnas 2001 tidak terlalu banyak mengalami perubahan, penyakit infeksi masih merupakan penyebab kematian terbanyak. Pada tahun 2001, kematian balita yang tertinggi adalah kematian akibat Pneumonia (4,6 per 1.000 balita), disusul oleh kematian akibat Diare (2,3 per 1.000 balita).

3. Angka Kematian Ibu Maternal (AKI)

(37)

Untuk melihat kecenderungan AKI di Indonesia secara konsisten, digunakan data hasil SKRT. Menurut SKRT, AKI menurun dari 450 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1986 menjadi 425 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1992, kemudian menurun lagi menjadi 373 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1995. Pada SKRT 2001 tidak dilakukan survei mengenai AKI. Pada tahun 2002-2003 AKI sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup diperoleh dari hasil SDKI. Hal ini menunjukkan AKI cenderung terus menurun. Tetapi bila dibandingkan dengan target yang ingin dicapai secara nasional pada tahun 2010, yaitu sebesar 125 per 100.000 kelahiran hidup, maka apabila penurunannya masih seperti tahun-tahun sebelumnya, diperkirakan target tersebut di masa mendatang sulit tercapai. Angka yang didapat dari berbagai survei tersebut disajikan pada Tabel 3.6 berikut ini.

TABEL 3.6

ANGKA KEMATIAN IBU MATERNAL (PER 100.000 KELAHIRAN HIDUP) HASIL SDKI DAN SKRT, TAHUN 1982 – 2003

No Jenis Penelitian/Survei Tahun Perkiraan AKI

1 SDKI 1982 450

2 SKRT 1986 450

3 SKRT 1992 425

4 SDKI 1994 390

5 SKRT 1995 373

5 SDKI 1997 334

6 SDKI 2002-2003 307

AKI yang dihasilkan oleh SKRT dan SDKI hanya menggambarkan angka nasional, tidak dirancang untuk mengukur angka kematian ibu menurut provinsi.

Kematian maternal di rumah sakit untuk tahun 2001 mengalami penurunan cukup besar yaitu dari 16 kematian per 1.000 kelahiran hidup (tahun 2000) menjadi 7,5 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Penurunan angka kematian maternal tersebut disebabkan karena jumlah kelahiran hidup juga mengalami kenaikan yang cukup tinggi. Kemudian dua (2 tahun) berikutnya juga angka kematian maternal di rumah sakit cenderung menurun, yaitu 5,1 per 1.000 kelahiran hidup (2002) dan 1,1 per 1.000 kelahiran hidup (2003). Tahun 2004 jumlah kelahiran hidup mengalami penurunan sekitar 25.797 sehingga kematian maternal mengalami kenaikan yang sangat berarti yaitu 8,6 per 1.000 kelahiran hidup. Hal ini menunjukkan adanya penurunan pemeriksaan rutin pada ibu hamil di rumah sakit, sehingga angka kematian ibu tinggi dan angka kelahiran rendah. Data AKI tahun 2000 - 2004 di rumah sakit dapat dilihat pada Tabel 3.7 berikut.

TABEL 3.7

ANGKA KEMATIAN IBU MATERNAL DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2000 – 2004

No Tahun Jumlah Kematian Ibu Jumlah Lahir Hidup Kematian Per 1000 KH

1 2000 2.546 158.972 16

2 2001 1.203 161.073 7,5

3 2002 649 127.053 5,1

4 2003 153 135.094 1,1

5 2004 956 109.297 8,6

(38)

Data AKI di rumah sakit yang bersumber dari Ditjen Yanmedik, menggambarkan jumlah kematian maternal di rumah sakit yang terjadi per 1.000 kelahiran hidup dan penyebab kematian maternal tersebut dijelaskan pada Tabel 3.8 di bawah ini.

TABEL 3.8 5 241 O72 Perdarahan pasca persalinan 8.813 5,22 43 0,5

6 242.1 O60 Persalinan prematur 2.932 1,74 23 0,8

7 242.2 O68 Persalinan dengan penyulit gawat janin

Jika dilihat dari golongan sebab sakit, kasus obstetri terbanyak pada tahun 2004 adalah disebabkan penyulit kehamilan, persalinan dan masa nifas lainnya yaitu, 61,1%. Jika dilihat dari nilai CFR (Case Fatality Rate), penyebab kematian terbesar adalah disebabkan karena eklamsia dan preeklamsia dengan CFR 1,8%, walaupun persentase kasusnya tidak tinggi yaitu 4,8%.

4. Angka Kematian Kasar (AKK)

Estimasi AKK berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 1995 menunjukkan AKK sebesar 7,7 per 1.000 penduduk pada tahun 1995, turun menjadi 7,6 per 1.000 penduduk pada tahun 1996 dan tidak berubah sampai dengan tahun 1998. Kemudian pada tahun 1999 AKK turun menjadi 7,5 per 1.000 penduduk dan turun lagi menjadi 7,4 per 1.000 penduduk pada tahun 2000. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan angka kematian kasar dalam kurun waktu tahun 1995 – 2000 relatif stabil dengan penurunan yang sangat kecil. Sedangkan angka kematian kasar menurut provinsi sangat bervariasi dengan rentangan angka terendah sebesar 4,26 per 1.000 penduduk di Provinsi Riau dan tertinggi sebesar 9,43 di Provinsi DI Yogyakarta.

(39)

TABEL 3.9 Sumber: Badan Litbangkes, Publikasi hasil SKRT 1992 dan 1995 serta Surkesnas 2001

Dilihat dari Tabel 3.10 di bawah ini, AKK di rumah sakit tahun 2001 mengalami penurunan menjadi 3,17% karena menurunnya jumlah kasus mati sebanyak 45.135; demikian pula jumlah kasus juga mengalami penurunan sebesar 15.721. Sedangkan pada tahun 2002 meskipun jumlah kasus mengalami penurunan sebanyak 251.376 kasus tetapi angka kematian mengalami kenaikan yang tajam yaitu 6.001 kasus (mati). Pada tahun 2004 AKK di rumah sakit (5,09%) menunjukkan adanya kenaikan yaitu 27.941 kasus.

Sedangkan penyebab kematian terbanyak dari penderita rawat inap di rumah sakit pada tahun 2004 dapat dilihat pada Tabel 3.11 berikut ini.

TABEL 3.11

10 PENYAKIT UTAMA PENYEBAB KEMATIAN MENURUT DTD DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2004

No. DTD Sebab sakit Jumlah Mati %[a] 1. 167 Infeksi saluran nafas bagian atas akut lainnya 5.532 4,9 2. 155 Stroke tidak menyebut perdarahan atau infark 4.215 3,8 3. 005 Diare dan gastroenteritis oleh penyebab infeksi

tertentu (kolitis infeksi)

(40)

5. Umur Harapan Hidup Waktu Lahir (UHH)

Penurunan AKB sangat berpengaruh pada kenaikan UHH waktu lahir. Angka kematian bayi sangat peka terhadap perubahan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, sehingga perbaikan derajat kesehatan tercermin pada penurunan AKB dan kenaikan UHH pada waktu lahir. Meningkatnya umur harapan hidup ini secara tidak langsung juga memberi gambaran tentang adanya peningkatan kualitas hidup dan derajat kesehatan masyarakat.

Umur Harapan Hidup waktu lahir penduduk Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan yang bermakna terutama pada periode tahun 1980-1995. Estimasi UHH yang sebesar 52,41 tahun 1980 (SP 1980) meningkat menjadi 63,48 tahun 1995 (SUPAS 1995), dan diperkirakan menjadi 66,2 tahun pada 2002 (SDKI 2002-2003). Pada tahun 2002 provinsi dengan UHH waktu lahir tertinggi adalah DI Yogyakarta (72,4 tahun), DKI Jakarta (72,3 tahun), dan Sulawesi Utara (70,9 tahun). Sedangkan UHH waktu lahir terendah di Nusa Tenggara Barat (59,3 tahun), Kalimantan Selatan (61,3 tahun), dan Banten (62,4 tahun). Gambaran perkembangan umur harapan hidup waktu lahir dalam 12 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 3.12 berikut.

TABEL 3.12

UMUR HARAPAN HIDUP WAKTU LAHIR (Eo) MENURUT JENIS KELAMIN TAHUN 1990 – 2002

Tahun Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan

1990 50.59 63.28 61.49

1991 60.00 63.71 61.91

1992 60.42 64.15 62.34

1993 60.79 64.54 62.72

1994 61.16 64.92 63.10

1995 61.54 65.31 63.48

1996 61.91 65.71 63.86

1997 62.29 65.71 63.86

1998 62.63 66.45 64.59

1999 63.55 67.41 65.54

2000 63.45 67.30 65.43

2002[a] - - 66,20

Sumber: Indikator Kesejahteraan Anak 2001 (hasil SP 1990, 2000 dan estimasi SUPAS 1995) [a]Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003

(41)

B. MORBIDITAS

Data angka kesakitan penduduk yang berasal dari masyarakat (community based data)

yang diperoleh melalui studi morbiditas, dan hasil pengumpulan data dari Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota serta dari sarana pelayanan kesehatan (facility based data) yang diperoleh

melalui sistem pencatatan dan pelaporan. Gambaran/pola 10 penyakit terbanyak pada pasien

rawat jalan di rumah sakit adalah data tahun 2004 disajikan pada Tabel 3.13 berikut ini.

TABEL 3.13

POLA 10 PENYAKIT TERBANYAK PADA PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT TAHUN 2004

No Golongan Sebab Sakit Kunjungan Jumlah %

1 Infeksi saluran napas bagian atas akut lainnya 1. 040.505 7,3 2 Penyakit kulit dan jaringan subkutan lainnya 419.724 2,9 3 Hipertensi esensial (primer) 411.355 2,9 4 Cedera YDT lainnya , YTT dan daerah badan multipel 339.885 2,4 5 Diare & gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu ( kolitis infeksi ) 336.263 2,4 6 Tuberkulosis paru 328.739 2,3 7 Diabetes melitus 326.462 2,3 8 Penyakit pulpa dan periapikal 288.025 2 9 Gastritis dan duodenitis 218.508 1,5 10 Faringitis akut 214.781 1,5

Sumber: Ditjen Yanmedik, Depkes RI

Sedangkan pola 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit tahun 2004 dapat dilihat pada Tabel 3.14 di bawah ini.

TABEL 3.14

POLA 10 PENYAKIT TERBANYAK PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT TAHUN 2004

No Golongan Sebab Sakit Jumlah Pasien %

1 Diare & gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu ( kolitis infeksi ) 166.538 7,7 2 Demam tifoid dan paratifoid 77.555 3,6 3 Penyulit kehamilan dan persalinan lainnya 59.908 2,8 4 Demam berdarah dengue 49.644 2,3 5 Cedera intrakranial 48.665 2,3 6 Cedera YDT lainnya, YTT dan daerah badan multipel 39.620 1,8 7 Demam yang sebabnya tidak diketahui 38.696 1,8

8 Pneumonia 37.873 1,8

9 Infeksi saluran napas bagian atas akut lainnya 35.321 1,6 10 Malaria (termasuk semua malaria) 33.672 1,6

Sumber: Ditjen Yanmedik, Depkes RI

(42)

Selanjutnya berikut ini akan diuraikan situasi beberapa penyakit menular yang perlu mendapatkan perhatian, termasuk situasi penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), penyakit potensial KLB/wabah, situasi penyakit tidak menular, dan situasi penyalahgunaan NAPZA.

1. Penyakit Menular

Penyakit menular yang disajikan dalam bagian ini antara lain penyakit Malaria, TB Paru, HIV/AIDS, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), Kusta, penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), penyakit potensial wabah, Rabies, Filariasis, Frambusia, dan Antraks.

a. Penyakit Malaria

Penyakit Malaria masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia.

Perkembangan penyakit Malaria dipantau melalui Annual Parasite Incidence (API) untuk Jawa-Bali

dan Annual Malaria Incidence (AMI) untuk luar Jawa-Bali, yang dapat dilihat pada Gambar 3.4 berikut ini.

GAMBAR 3.4

ANNUAL PARASITE INCIDENCE MALARIA (‰) DAN ANNUAL MALARIA INCIDENCE (‰), TAHUN 1989 – 2004

0 AMI 28.06 24.1 27 22.79 20.51 22.22 19.38 21.72 16.06 21.97 24.9 31.09 26.2 22.3 21.8 21.2 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004

Sumber: Ditjen PPM-P, Depkes RI

Gambar di atas menunjukkan bahwa peningkatan insidens Malaria terjadi dalam periode 1997 – 2000. Pada bulan April tahun 2000 mulai dilaksanakan Gerakan Berantas Kembali Malaria (Gebrak Malaria). Pada tahun 2001 – 2004 angka kesakitan Malaria kembali menurun. Pada tahun 2001 angka kesakitan Malaria untuk pulau Jawa dan Bali sebesar 0,62 per 1.000 penduduk, pada tahun 2002 menjadi 0,47, tahun 2003 menjadi 0,22 per 1.000 penduduk dan tahun 2004 menjadi 0,15 per 1.000 penduduk. Sedangkan untuk luar Jawa-Bali, angka kesakitan Malaria (termasuk penderita klinis) pada tahun 2001 sebesar 26,20 per 1.000 penduduk menjadi 22,30 pada tahun 2002, 21,80 per 1.000 penduduk pada tahun 2003 dan menjadi 21,20 per 1.000 penduduk pada tahun 2004.

Pada tahun 2004, terjadi KLB Malaria di 6 kabupaten yang berada di 5 provinsi dengan 1.959 kasus dan 33 kasus di antaranya meninggal. (sumber: Profil PPM-PL 2004)

Gambar

TABEL 3.1 ESTIMASI ANGKA KEMATIAN BAYI PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP
TABEL 3.3 DISTRIBUSI PASIEN KELUAR MATI DI RUMAH SAKIT
GAMBAR 3.6 GAMBAR 3.7
GAMBAR 3.9 PROPORSI PENDERITA AIDS SECARA KUMULATIF
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 4.36 Persentase Rumah Tangga yang Mendapat Pelayanan Kesehatan Gratis selama 6 Bulan Referensi Menurut Jenis Kartu yang Digunakan dan Provinsi Tahun 2010 (di

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi, pendidikan dan kesehatan terhadap jumlah penduduk miskin di Indonesia tahun 2004

Tabel 3.6.1.13 Persentase Penduduk Umur 10 Tahun ke Atas yang Merokok menurut Jenis Rokok yang Dihisap dan Karakteristik Responden di Provinsi Maluku, Riskesdas

Tabel 3.7.1.13 Persentase Penduduk Umur 10 Tahun ke Atas yang Merokok menurut Jenis Rokok yang Dihisap dan Karakteristik Responden di Provinsi Jawa Barat, Riskesdas

Tabel 3.7.1.11 Persentase Penduduk Umur 10 Tahun ke Atas yang Merokok menurut Jenis Rokok yang Dihisap dan Karakteristik Responden di Provinsi PAPUA, Riskesdas

Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun Ke Atas di Daerah Perkotaan dan Perdesaan yang Mengakes internet dalam 3 Bulan Terakhir menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Alat yang