• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Pengetahuan Ibu-Ibu Orang Tua Murid Terhadap Penularan Demam Berdarah Dengue Di SD Salsabila Kecamatan Medan Marelan Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tingkat Pengetahuan Ibu-Ibu Orang Tua Murid Terhadap Penularan Demam Berdarah Dengue Di SD Salsabila Kecamatan Medan Marelan Kota Medan"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Hana Fauziyah

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/ Tanggal Lahir : Medan / 17 Maret 1996

Warna Negara : Indonesia

Status : Belum menikah

Agama : Islam

Alamat :Jln. Harmonika Baru no.78 Padang Bulan

Selayang II Medan

Nomor Handphone : 081234267934

Email : hana.ziyah@yahoo.com

Riwayat Pendidikan :

1. SD Islam Terpadu Al- Hijrah (2001-2007) 2. SMP Negeri 10 Medan (2007-2010) 3. SMA Swasta Al-Azhar (2010-2013)

4. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (2013-sekarang) Riwayat Pelatihan :

1. Peserta PMB (Penerimaan Mahasiswa Baru) FK USU 2013 2. Peserta MMB (Manajemen Mahasiswa Baru) FK USU 2013

3. Peserta Seminar dan Workshop Basic Life Support TBM FK USU 2014 4. Peserta Pelatihan Pekan Ta’aruf PHBI FK USU 2013

5. Peserta Pelatihan Pekan Ilmiah Mahasiswa SCORE FK USU 2013

(2)

7. Peserta Simposium dan Workshop Breast Cancer – Diagnosis, and Theraphy SCORA FK USU 2014

8. Peserta Simposium Nasional Supporting the Survivor and Never Ever Giving up on Leukimia – Scripta Research Festival 2014

9. Peserta Musyawarah Nasional Forum Ukhuwah Lembaga Dakwah Fakultas Kedokteran Indonesia XI 2015

10.Peserta Pelatihan Kepemimpinan Asia Pasific Reional Meeting – International Federation of Medical Student Association 2015

11.Pesrta Simposium Nasional Clinical Updates and Holistic management of Neurology Disease Scripta Research Festival 2016

12.Peserta Seminar Ilmiah HIV Infections Update: From Molecular to Clinical Scientifict Project and Olympiad of Sriwijaya 2016

Riwayat Kepanitiaan :

1. Koor Administrasi dan Kesekertariatan Get Together SCORE PEMA FK USU tahun 2014

2. Anggota Dana Usaha Try Out SBMPTN FK USU 2014 3. Anggota Acara Pekan Ta’aruf PHBI FK USU 2014

4. Panitia Pekan Ilmiah Mahasiswa SCORE PEMA FK USU 2015

5. Anggota Administrasi Kesekertariatan Pengabdian Masyarakat Akbar persatuan Mahasiswa Kedokteran Tapanuli Bagian Selatan 2015

6. Anggota Peralatan dan Tempat Islamic Medicine FK USU 2015

7. Koordinator Acara Inter Medical School Physiology Quiz FK USU 2015 8. Koordinator Konsumsi BKM Ar-Rahmah Goes to School 2015

9. Wakil Koor Publikasi dan Dokumentasi Scripta Research Festival SCORE PEMA FK USU 2016

Riwayat Organisasi :

1. PHBI FK USU tahun 2014

2. BKM Ar-Rahmah FK USU tahun 2015 3. SCORE PEMA FK USU tahun 2014-2016 Riwayat Perlombaan:

1. Peserta Olimpiade Anatomi Gajah Mada Indonesian Medical Science Olympiad FK UGM 2015

2. Juara 1 Lomba Berpacu dalam Tadarus (Akhwat) BKM Ar-Rahmah FK USU 2015

3. Peserta Pema Medical Olympiad 2016 FK USU 2016

4. Peserta Medical Competition Scientific Project and Olympiad of Sriwijaya FK UNSRI 2016

(3)

Lampiran 2

(4)

Lampiran 3

(5)

Lampiran 4

(6)

Lampiran 5

LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK

PENELITIAN

Bersama ini saya, Hana Fauziyah (130100042), yang sedang menjalani program pendidikan sarjana pada fakultas kedokteran, Universitas Sumatera Utara, memohon kesediaan Saudara/i untuk berpartisipasi sebagai subjek penelitian saya yang berjudul :

Tingkat Pengetahuan Ibu-Ibu Terhadap Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan Demam Berdarah Dengue di SD Salsabila Kecamatan Medan Marelan Kota Medan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu-ibu untuk melihat apakah kejadian demam berdarah di keluarga berhubungan dengan pengetahuan ibu-ibu tentang sanitasi lingkungan. Penelitian ini bersifat analitik dimana ibu-ibu akan diberikan kuisioner yang berisi 20 pertanyaan seputar demam berdarah dengue (DBD). Kemudian kuesioner tersebut akan dikumpulkan kembali ke peneliti dan akan dikoreksi. Pada penelitian ini peneliti dibantu oleh satu orang rekan peneliti. Identitas Saudara/i sebagai subjek penelitian akan dirahasiakan oleh peneliti.

Jika Saudara/i sudah mengerti isi dari lembar penjelasan ini dan bersedia untuk menjadi subjek penelitian, maka mohon kiranya Saudara/i untuk mengisi dan menandatangani surat pernyataan persetujuan sebagai subjek penelitian yang terlampir pada lembar berikutnya. Perlu Saudara/i ketahui, bahwa surat kesediaan tersebut tidak mengikat dan Saudara/i dapat mengundurkan diri dari penelitian ini bila Saudara/i merasa keberatan.

Demikian lembar penjelasan ini saya perbuat, semoga keterangan ini dapat dimengerti dan atas kesediaan Saudara/i untuk berpartisipasi dalam penelitian ini saya ucapkan terima kasih.

Medan, ………. 2016

(7)

Lampiran 6

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN SUBJEK PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama :

Umur : Alamat :

Menyatakan telah membaca lembar penjelasan kepada subjek penelitian dan sudah mengerti serta bersedia untuk turut serta sebagai subjek penelitian, dalam penelitian atas nama Hana Fauziyah yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Ibu-Ibu Terhadap Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan Demam Berdarah Dengue di SD Salsabila Kecamatan Medan Marelan Kota Medan.” dan menyatakan tidak keberatan maupun melakukan tuntutan di kemudian hari. Demikian pernyataan ini saya perbuat dalam keadaan sehat, penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak manapun.

Medan, ……… 2016

Pembuat pernyataan

(8)

Lampiran 7

KUISIONER PENELITIAN

TINGKAT PENGETAHUAN IBU-IBU TERHADAP HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI

SD SALSABILA KECAMATAN MEDAN MARELAN KOTA MEDAN

Isi dan lingkarilah jawaban berdasarkan pilihan jawaban. (Mohon dijawab

SEJUJUR-JUJURNYA DAN JANGAN ADA YANG DIKOSONGKAN.

JAWABAN DAN IDENTITAS ANDA AKAN KAMI RAHASIAKAN)

DATA PRIBADI

1. Nama :

2. Usia (dalam tahun, sesuai KTP) :

3. Alamat (Jl, no.rumah, RT/RW, desa, kecamatan, kabupaten/kodya) ……….……… RT/RW ……… Kelurahan ….……… Kecamatan……..…… 4. Telepon (jika ada) :

5. Tingkat pendidikan : a. tidak tamat SD

b. tamat SD atau yang sederajat c. tamat SMP atau yang sederajat d. tamat SMA atau yang sederajat

e. tamat Akademi atau Perguruan Tinggi atau yang sederajat.

6. Pekerjaan : a. Bekerja

b. Tidak bekerja

7. Apakah pernah mendengar demam berdarah dengue (DBD)

1. Tidak 2. Ya

8. Sumber informasi tentang DBD (boleh lebih dari satu jawaban)

1. Petugas kesehatan (bidan, perawat, dokter) 2. Media cetak (koran, majalah)

3. Media elektronik (televisi, radio)

4. Kegiatan setempat (penyuluhan, arisan, pengajian) 5. Keluarga

6. Tetangga

7. Lain-lain ………

(9)

9. Sumber informasi yang paling berkesan

1. Petugas kesehatan (bidan, perawat, dokter) 2. Media cetak (koran, majalah)

3. Media elektronik (televisi, radio)

4. Kegiatan setempat (penyuluhan, arisan, pengajian) 5. Keluarga

6. Tetangga

7. Lain-lain ………

8. Tidak pernah mendapat informasi

10.Apakah ada anggota keluarga anda yang serumah pernah mengalami demam berdarah?

1. Tidak 2. Ya

Lingkarilah jawaban yang sesuai

1. Penyakit demam berdarah ditularkan oleh... a. Nyamuk

b. Kuman c. tidak tahu

2. Penyebab demam berdarah adalah... a. virus

b. kuman c. nyamuk d. tidak tahu

3. Nyamuk penular demam berdarah senang beristirahat di... a. dekat cahaya lampu

b. pakaian yang tergantung c. tidak tahu

4. Apakah ciri-ciri nyamuk penular demam berdarah? a. warna hitam bintik-bintik putih

b. warna coklat bintik-bintik putih c. tidak tahu

5. Dimanakah biasanya nyamuk penular demam berdarah berkembang biak? (jawaban boleh lebih dari 1)

a. bak mandi b. kaleng bekas c. comberan d. tidak tahu

(10)

a. Siang b. Malam c. tidak tahu

7. Demam berdarah dapat memberikan gejala berupa... (tandai dengan √)

Disebutkan Tidak Disebutkan

8. Bagaimanakah pola demam pada penyakit demam berdarah dengue? a. seperti pelana kuda

b. demam tinggi yang menetap selama satu minggu c. tidak tahu

9. Jika pasien demam tinggi, tindakan yang harus dilakukan adalah... (jawaban boleh lebih dari

a. minum obat penurun panas b. pergi ke dokter/puskesmas c. pergi ke orang pintar/ustadz/haji d. tidak tahu

10. Pasien demam harus dibawa ke rumah sakit jika... (jawaban boleh lebih dari 1) a. demam tinggi terus menerus

b. berkeringat dingin

c. pasien mengantuk atau tidur terus d. tidak tahu

11. Setelah di bawa ke rumah sakit dan dilakukan pemeriksaan darah, perlu dicurigai terkena demam berdarah dengue, jika....

a. trombosit turun b. trombosit naik c. tidak tahu

12. Pertolongan pertama pada penderita demam berdarah adalah... a. banyak minum

(11)

13. Apakah yang dimaksud dengan gerakan 3M? (jawaban boleh lebih dari 1) a. menguras bak mandi

b. menutup tempat penampungan air c. mengubur barang bekas

d. memasak air yang akan diminum e. tidak tahu

14. Berapa kali kita harus menguras tempat penampungan air, seperti bak mandi, drum bekas yang berisi air?

a. paling sedikit seminggu sekali b. paling sedikit dua minggu sekali c. tidak tahu

15. Bagaimanakah cara menguras bak mandi yang benar untuk memberantas jentik nyamuk penular demam berdarah dengue?

a. menggosok dinding dalam bak mandi b. mengganti air saja

c. memberikan antiseptik pada air bak d. tidak tahu

16. Apakah setelah menguras bak mandi masih perlu menaburkan serbuk pemberantas jentik?

a. tidak perlu b. perlu c. tidak tahu

17. Jentik nyamuk penular demam berdarah dapat diberantas dengan... (jawaban boleh lebih dari 1)

a. serbuk abate b. tidak tahu c. lainnya…

18. Tindakan yang dapat mencegah gigitan nyamuk adalah... (opsi boleh disebutkan) dengan obat yang dibeli di toko (baygon, hit)

(12)

19. Kapan seharusnya dilakukan pengasapan (fogging)....

a. jika ada yang terkena demam berdarah dengue di lingkungan rumah b. berkala 1 bulan sekali

c. berkala 1 minggu sekali d. tidak tahu

20. Bagaimana tata cara pengasapan (fogging) yang benar? (jawaban boleh lebih dari 1)

(13)

Lampiran 8

(14)

Lampiran 9

(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)

86 21 4 2 1 1 2 1 2 1 0 1 1 2 0 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 87 59 1 2 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 2 1 2 2 0 1 2 1 1 0 1 2 0 1 88 56 2 1 1 1 1 1 2 1 0 1 1 1 0 3 1 2 2 1 1 2 1 1 0 1 1 0 1 89 24 4 2 3 1 2 1 3 1 0 1 1 2 0 2 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 3 0 2 90 31 4 2 3 3 2 2 2 1 0 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 Keterangan:

Pendidikan : 1. Tidak tamat SD Nilai : 1. Rendah (skor <21) 2. Tamat SD 2. Sedang (skor 21-27) 3. Tamat SMP 3. Tinggi (skor >28) 4. Tamat SMA

5. Tamat perguruan tinggi Pertanyaan 1-20 : 1. Skor 1

2. Skor 2 Pekerjaan : 1. Bekerja 3. Skor 3 2. Tidak bekerja 4. Skor 4 5. Skor 5 Sumber Info : 1. <3 sumber 6. Skor 6

2. 3-5 sumber 3. > 5 sumber Sumber berkesan : 1. <3 sumber

2. 3-5 sumber 3. >5sumber Tau DBD : 1. Tidak

2. Ya Pernah DBD : 1. Tidak

(22)

Lampiran 11

Data Hasil Penelitian

Distribusi Frekuensi

Umur kategorik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid remaja (12-25 tahun) 9 10.0 10.0 10.0

dewasa (26-45 tahun) 66 73.3 73.3 83.3 lansia (46-65 tahun) 15 16.7 16.7 100.0

Total 90 100.0 100.0

Statistics

Umur Respnden

N Valid 90

Missing 0

Mean 37.09

Median 37.50

Mode 38a

Skewness .388

Std. Error of Skewness .254

Kurtosis -.113

Std. Error of Kurtosis .503

Minimum 21

Maximum 65

Sum 3338

(23)

Tingkat pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Sumber Informasi Paling Berkesan tentang DBD

Frequency Percent Valid Percent

(24)

Pernah Mendengar DBD

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid salah 72 80.0 80.0 80.0

benar 18 20.0 20.0 100.0

(25)

Pertanyaan 3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(26)

Pertanyaan 8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid salah 29 32.2 32.2 32.2

benar 61 67.8 67.8 100.0

(27)

Pertanyaan 13

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 18 20.0 20.0 20.0

Benar 72 80.0 80.0 100.0

(28)

Pertanyaan 18

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tau sedikit 10 11.1 11.1 11.1

tau beberapa 45 50.0 50.0 61.1

tau cara mencegah 35 38.9 38.9 100.0

Total 90 100.0 100.0

Pertanyaan 19

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 75 83.3 83.3 83.3

Benar 15 16.7 16.7 100.0

Total 90 100.0 100.0

Pertanyaan 20

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak tau 54 60.0 60.0 60.0

Tau 36 40.0 40.0 100.0

(29)

Tabulasi Silang

umur kategorik responden * Nilai Pengetahuan Ibu-Ibu Crosstabulation

Nilai Pengetahuan Ibu-Ibu

Total rendah sedang tinggi

umur kategorik

Tingkat pendidikan * Nilai Pengetahuan Ibu-Ibu Crosstabulation

Nilai Pengetahuan Ibu-Ibu

Total rendah sedang tinggi

(30)

Total Count 39 40 11 90 % within Tingkat

pendidikan 43.3% 44.4% 12.2% 100.0%

Pekerjaan Responden * Nilai Pengetahuan Ibu-Ibu Crosstabulation

Nilai Pengetahuan Ibu-Ibu

Total rendah sedang tinggi

Pekerjaan

Sumber Informasi * Nilai Pengetahuan Ibu-Ibu Crosstabulation

Nilai Pengetahuan Ibu-Ibu

Total rendah sedang tinggi

(31)

Pernah Mendengar DBD * Nilai Pengetahuan Ibu-Ibu Crosstabulation

Nilai Pengetahuan Ibu-Ibu

Total rendah Sedang tinggi

Pernah Mendengar DBD

tidak Count 5 6 1 12

% within Pernah

Mendengar DBD 41.7% 50.0% 8.3% 100.0%

ya Count 34 34 10 78

% within Pernah

Mendengar DBD 43.6% 43.6% 12.8% 100.0%

Total Count 39 40 11 90

% within Pernah

Mendengar DBD 43.3% 44.4% 12.2% 100.0%

Anggota Keluarga Pernah DBD * Nilai Pengetahuan Ibu-Ibu Crosstabulation

Nilai Pengetahuan Ibu-Ibu

Total rendah sedang tinggi

Anggota Keluarga Pernah DBD

tidak Count 38 38 10 86

% within Anggota

Keluarga Pernah DBD 44.2% 44.2% 11.6% 100.0%

ya Count 1 2 1 4

% within Anggota

Keluarga Pernah DBD 25.0% 50.0% 25.0% 100.0%

Total Count 39 40 11 90

% within Anggota

(32)

50

DAFTAR PUSTAKA

1. Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat. Laporan kajian kebijakan penanggulangan (wabah) penyakit menular. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional;2006 [diakses pada 4 Apr 16] Diunduh dari: http://kgm.bappenas.go.id/document/makalah/18_makalah.pdf

2. World Health Organization. Dengue: guideline for diagnosis, treatment, prevention, and control. World Health Organization;2009 [diakses pada 6

Apr 16] Diunduh dari:

http://www.who.int/tdr/publications/documents/dengue-diagnosis.pdf 3. World Health Organization. Global strategy for dengue prevention and

control 2012-2020. World Health Organization;2012 [diakses pada 4 Apr

16] Diunduh dari :

http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/75303/1/9789241504034_eng.pdf ?ua=1

4. Anthony MC, Cook ADB, Amul GGH, Sharma A. Health governance and dengue in Southeast Asia. S. Rajaratnam School of International Studies;2015 [Diakses pada 4 Apr 16] Diunduh dari:

http://reliefweb.int/sites/reliefweb.int/files/resources/NTS-Report-No-2-10June2015.pdf

5. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Profil kesehatan Indonesia 2014. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia;2015 [diakses pada 6 Apr 16] Diunduh dari:

http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2014.pdf

6. Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. Profil kesehatan Sumatera Utara tahun 2013. Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara;2013 [diakses pada 6 Apr 16] Diunduh dari :

www.depkes.go.id/download.php?file=download/.../sumatera-utara.pdf 7. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Informasi umum demam

berdarah dengue. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia;2011 [diakses pada 6 Apr 16] Diunduh dari:

http://www.pppl.depkes.go.id/_asset/_download/INFORMASI_UMUM_D BD_2011.pdf

8. World Health Organization. Dengue bulletin volume 35. World Health Organization; 2011 [diakses pada 14 Apr 2016] Diunduh dari :

http://apps.searo.who.int/PDS_DOCS/B4835.pdf

(33)

51

10. Brooks GF, Carrol KC, Butel JS, Morse SA. Jawetz, melnick, & adelberg’s : Medical microbiology. 24th

ed. San Francisco: The McGraw-Hill Companies;2007. p. 371-523

11.Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Modul pengendalian demam berdarah dengue. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia;2011 [diakses pada 14 Apr 16] Diunduh dari:

http://www.pppl.depkes.go.id/_asset/_download/manajemen%20DBD_all. pdf

12. Garcia MDF, Mazzon M, Jacobs M, Amara A. Pathogenesis of flavivirus infections: using and abusing the host cell. Elsevier. 2009 Apr : 318-325. [diakses pada 20 Apr 16] Diunduh dari:

http://ac.els-cdn.com/S1931312809001024/1-s2.0-S1931312809001024-

main.pdf?_tid=96e15f36-2b9d-11e6-9276-00000aab0f26&acdnat=1465186832_05470cdd148beaa56846bf8f1fe3b9e 7

13.World Health Organization. Handbook for clinical management of dengue. World Health Organization; 2012 [diakses pada 14 Apr 16] Diunduh dari: http://www.wpro.who.int/mvp/documents/handbook_for_clinical_manage ment_of_dengue.pdf

14.Frans EH. Patogenesis infeksi virus dengue. 2014. Surabaya: Staf pengajar Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. [diakses pada 28 Apr 16]. Dikutip dari : SMB. Emerging concepts in dengue pathogenesis: Interplay between plasmablast, platelets, and complement in triggering vasculopathy. Begell House; 2014: 34(3) : 227-240. [diakses pada 24 Apr 16] Diunduh dari: https://www.researchgate.net/publication/261835166_Emerging_Concepts _in_Dengue_Pathogenesis_Interplay_between_Plasmablasts_Platelets_and _Complement_in_Triggering_Vasculopathy

(34)

52

[skripsi]. Gorontalo : Universitas Negeri Gorontalo;2013. [diakses pada 28 Apr 16] Diunduh dari: http://siat.ung.ac.id/files/wisuda/2013-1-14201-841409002-abstraksi-30072013044719.pdf

18.Larasati A. Pengetahuan ibu rumah tangga di Paseban Barat Jakarta Pusat tentang demam berdarah dengue dan faktor-faktor yang berhubungan [skripsi]. Jakarta: Universitas Indonesia;2009. [diakses pada 2 Mei 16]

Diunduh dari:

http://lib.ui.ac.id/opac/themes/green/detail.jsp?id=122852&lokasi=lokal 19.Wati WE. Beberapa Faktor yang berhubungan dengan kejadian demam

berdarah dengue (DBD) di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan tahun 2009 [skripsi]. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta; 2009.

[diakses pada 6 Mei 16] Diunduh dari:

http://etd.eprints.ums.ac.id/5966/1/J410050022.PDF

20.Mubarak WI. Promosi kesehatan untuk kebidanan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika;2011. hal.81-4

21.Nurnahdiaty. Perempuan sebagai provider dalam upaya meningkatkan taraf kesehatan keluarga di Kelurahan Banta-Banttaeng Makasar [tesis]. Makasar: Universitas Hassanuddin Makassar;2013. [Diakses pada 27 Mei 16] Diunduh dari:

http://repository.unhas.ac.id:4001/digilib/files/disk1/44/--nurnahdiat-2157-1-13-nurna-0.pdf

22.Hadinegoro SRS. New dengue case classification. Dalam: Hadinegoro SRS, Kadim M, Devaera Y, Idris NS, Ambarsari CC, editor. Update management of infectious disease and gastrointestinal disorder. Jakarta: Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM;2012. hal.16-38 [diakses pada 1 Jun 16] Diunduh dari:

http://fk.ui.ac.id/wp-content/uploads/2016/01/Buku-PKB-63.pdf

23.Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2014; 2014 [diakses pada 29 Nov 2016] Diunduh dari: http://www.kemdikbud.go.id/kemdikbud/dokumen/pdf/LAKIP%20KEME NTERIAN%202014.pdf

(35)

53

Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat Tahun 2013. Cianjur: FIKES UHAMKA; 2013. [diakses pada 29 Nov 2016] Diunduh dari: http://lemlit.uhamka.ac.id/files/dbd.pdf

26.Pujiyanti A, Trapsilowati W. Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Ibu Rumah Tangga dalam Pencegahan Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Kutowinangun, Salatiga. Jurnal Vektora. 2008 [diakses pada 29 Nov

2016]; 2(2): 102-15 Diunduh dari:

http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/vk/article/view/3509

27.Waris L, Yuana WT. Pengetahuan dan Perilaku Masyarakat terhadap Demam Berdarah Dengue di Kecamatan Batulicin Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan. Jurnal Buski. Jun 2013 [diakses pada

29 Nov 2016]; 4(2): 144-9. Diunduh dari:

(36)

BAB 3

KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN

HIPOTESIS PENELITIAN

3.1Kerangka teori

3.2 Kerangka Konsep

Pengendalian vektor DBD:

1. Kimiawi 2. Biologi 3. Manajemen

lingkungan

Pencegahan penyebaran Virus Dengue

Penurunan Kejadian Demam Berdarah Dengue

Pengetahuan tentang penularan Demam Berdarah Dengue Ibu-ibu orang tua

murid SD Salsabila

(37)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan menggunakan kuisioner untuk melihat gambaran pengetahuan dengan kejadian Demam Berdarah Dengue. Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan potong lintang (cross sectional) dengan cara pendekatan observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach).

4.2 Waktu dan tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Salsabila kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan pada bulan September 2016.

4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu orang tua murid Sekolah Dasar Salsabila kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan yang memenuhi syarat sebagai berikut:

a. Kriteria inklusi:

1. Memiliki anak yang bersekolah di Sekolah Dasar Salsabila.

2. Telah memahami inform consent dan bersedia menjadi responden.

b. Kriteria eksklusi:

(38)

27

4.3.2 Sampel penelitian

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu-ibu orang tua murid Sekolah Dasar Salsabila kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan yang merupakan bagian dari populasi. Untuk menentukan ukuran besarnya sampel yang mewakili populasi maka peneliti menggunakan perhitungan sampel mimimal sebagai berikut :

n = Zα²PQ

Dimana:

n = besar sampel

Zα = deviat baku alpha (tabel Z)

P = perkiraan proporsi pada populasi dari penelitian sebelumnya Q = 1-P

d = tingkat ketepatan absolut

maka perhitungannya jika:

Zα = 1,960 tingkat kesalahan adalah 0,05 P = 0,67 dari penelitian sebelumnya (Wati)19 Q = 1-P = 0,33

d = 10% = 0,1

n = (1,960)²(0,67)(0,33)

(0,1)²

(39)

28

4.4 Teknik Pengumpulan data 4.4.1 Teknik

Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah probability sampling jenis simple random sampling yaitu pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak dari daftar populasi yang telah diketahui terlebih dahulu jumlah populasinya tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.

4.4.2 Metode

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan wawancara yaitu suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dimana peneliti mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seseorang responden, atau bercakap - cakap berhadapan muka dengan orang tersebut. Hasil percakapan tersebut didokumentasi menjadi sebuah data primer, yaitu materi atau kumpulan fakta yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti pada saat penelitian berlangsung. Data primer yang diambil adalah data tentang nama responden, jenis kelamin responden usia responden, pekerjaan responden, pendidikan responden, serta pengetahuan responden.

4.4.3 Alat

(40)
(41)
(42)

31

Pengolahan data dengan menggunakan analisis univariat. Data yang diperoleh dalam penelitian kemudian diolah dan dianalisis menggunakan komputer. Agar analisis penelitian menghasilkan informasi yang benar, paling tidak ada empat tahapan dalam pengolahan data yang harus dilalui, yaitu:

1. Editing

Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isi formulir atau kuesioner apakah jawaban yang ada di kuesioner sudah:

1) Lengkap: semua pertanyaan sudah terisi jawabannya 2) Jelas: apakah tulisannya cukup jelas terisi jawabannya

(43)

32

4)Konsisten: apakah antara beberapa pertanyaan yang berkaitan isi jawabannya konsisten

2. Coding

Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka atau bilangan. Kegunaan dari coding adalah untuk mempermudah pada saat analis data dan juga mempercepat pada saat entry data.

3. Processing

Setelah semua isian kuesioner terisi penuh dan benar, dan juga sudah melewati proses coding, maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar dapat dianalisis. Pemrosesan data dilakukan dengan cara meng-entry data dari kuesioner ke paket program komputer. Ada bermacam-macam paket program yang dapat digunakan untuk pemrosesan data dengan masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan.

4. Cleaning

Cleaning (pembersihan data) merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di-entry apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan tersebut dimungkinkan terjadi pada saat kita mengentry ke komputer

(44)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Salsabila Jalan Young Panah Hijau Lingkungan IX, Kelurahan Labuhan Deli, Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan. SD Salsabila merupakan Sekolah Dasar swasta yang terdiri dari kelas 1 hingga kelas 6. SD Salsabila terletak kurang lebih 30 meter dari sungai Deli. Peserta didik sekolah ini merupakan masyarakat setempat di kelurahan Labuhan Deli dan sekitarnya.

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden

Dari penelitian yang dilakukan pada ibu-ibu orang tua murid Sekolah Dasar Salsabila, Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan, didapati jumlah sampel 90 orang dari sampel minimal 85 orang, didapati karakteristik sebagai berikut:

5.1.3 Distribusi Responden Berdasarkan Usia

Dari hasil penelitian, diperoleh bahwa responden terbanyak usia 26-45 tahun yaitu 66 orang (73,3%) dan responden terendah usia 21-25 tahun yaitu 9 orang (10%). Responden usia 46-65 tahun sebanyak 15 orang (16,7%). Sebaran responden berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia

(45)

34

5.1.4 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Berdasarkan tingkat pendidikan, diperoleh bahwa tingkat pendidikan responden terbanyak tamat SMP sederajat dan tamat SMA sederajat yaitu masing-masing 24 orang (26,7%). Sedangkan tingkat pendidikan terendah adalah tamat perguruan tinggi yaitu 1 orang (1,1%). Tingkat pendidikan responden tidak tamat SD sebanyak 23 orang (25,6%) dan tamat SD atau sederajat sebanyak 18 orang (20%). Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan N %

5.1.5 Distiribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan

Berdasarkan pekerjaan, diperoleh bahwa responden sebagian besar tidak bekerja yaitu sebanyak 73 orang (81,1%). Responden yang bekerja sebanyak 17 orang (18,9%). Sebaran responden berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan

No Pekerjaan N %

5.1.6 Distiribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi

(46)

35

(78,9%). Sedangkan proporsi terendah adalah responden yang mendapat sumber informasi lebih dari 5 yaitu sebanyak 9 orang (10%). Terdapat 10 orang (11,1%) responden yang mendapat 3-5 sumber informasi. Adapun distribusi responden berdasarkan sumber informasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi

No Sumber Informasi N %

5.1.7 Distiribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi Paling Berkesan tentang DBD

Berdasarkan sumber informasi yang paling berkesan, dijumpai bahwa sebagian besar responden mendapat informasi DBD paling berkesan berasal dari kurang 3 sumber yaitu sebanyak 82 orang (91,1%). Proporsi terendah adalah responden yang mendapat informasi DBD paling berkesan berasal dari 3-5 sumber yaitu sebanyak 3 orang (3,3%). Responden yang mendapat informasi DBD paling berkesan berasal dari lebih 5 sumber sebanyak 5 orang (5,6%). Adapun distribusi responden berdasarkan sumber informasi paling berkesan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi Paling Berkesan tentang DBD

No Sumber Informasi Paling

(47)

36

5.1.8 Distiribusi Responden Berdasarkan Pernah Tidaknya Mendengar DBD

Berdasarkan pernah tidaknya mendengar DBD, diperoleh bahwa sebagian besar ibu-ibu sudah pernah mendengar tentang DBD yaitu sebanyak 78 orang (86,7%). Responden yang belum pernah mendengar tentang DBD sebanyak 12 orang (13,3%). Adapun distribusi responden berdasarkan pernah tidaknya mendengar DBD dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pernah Tidaknya Mendengar DBD

No Pernah Mendengar

5.1.9 Distiribusi Responden Berdasarkan Anggota Keluarga Pernah DBD Berdasarkan anggota keluarga yang pernah menderita DBD, diperoleh bahwa sebagian besar keluarga responden belum pernah menderita DBD yaitu sebanyak 86 orang (95,6%). Anggota keluarga responden yang pernah menderita DBD sebanyak 4 orang (4,4%). Adapun jumlah responden berdasarkan ada tidaknya anggota keluarga pernah menderita DBD dapat dilihat pada berikut.

Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Anggota Keluarga Pernah DBD

No Anggota Keluarga

5.1.10 Distiribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan

(48)

37

(43,3%). Adapun jumlah responden berdasarkan tingkat pengetahuan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan

No Tingkat Pengetahuan N %

1 2 3

Rendah Cukup Tinggi

39 40 11

43,3 44,4 12,2

Total 90 100

5.1.11 Distribusi Jawaban Responden

(49)

38

Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Pertanyaan tentang Demam Berdarah Dengue

Pertanyaan Penilaian

Benar % Salah %

Mengetahui nyamuk sebagai penular DBD 78 86,7 12 13,3

Mengetahui virus sebagai penyebab DBD 18 20 72 80

Mengetahui tempat peristirahatan nyamuk

penular DBD 79 87,8 11 12,2

Mengetahui ciri-ciri nyamuk penular DBD 72 80 18 20

Mengetahui tempat perkembangbiakan nyamuk

penular DBD 72 80 18 20

Mengetahui waktu nyamuk penular DBD

menggigit manusia 66 73,3 24 26,7

Mengetahui pola demam DBD 26 28,9 64 71,1

Mengetahui tindakan jika pasien mengalami

demam tinggi 29 32,2 61 67,8

Mengetahui indikasi membawa pasien ke rumah

sakit 10 11,1 80 88,9

Mengetahui penurunan nilai trombosit sebagai

penanda DBD 37 41,1 53 58,9

Mengetahui pertolongan pertama DBD 61 67,8 29 32,2

Mengetahui gerakan 3M 61 67,8 29 32,2

Mengetahui frekuensi pengurasan tempat

penampungan air 84 93,3 6 6,7

Mengetahui cara membersihkan bak mandi 1 1,1 89 98,9

Mengetahui perlunya menebar bubuk

pemberantas jentik 67 74,4 23 25,6

Mengetahui serbuk abate 72 80 18 20

Mengetahui waktu dilakukannya pengasapan

(fogging) 15 16,7 75 83,3

Mengetahui cara pengasapan (fogging) 36 40 54 60

(50)

39

mual dan muntah, lemah lesu, dan sakit kepala. Sebaran jawaban responden berdasarkan pertanyaan 7 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.10. Pertanyaan 7: Gejala DBD

No Pertanyaan 7 N % sebanyak 45 orang (50%). Proporsi terendah adalah responden tahu kurang dari 2 cara yaitu sebanyak 10 orang (11,1%). Sedangkan responden tahu lebih dari 3 cara sebanyak 35 orang (38,9%). Cara pencegahan tersebut adalah dengan memakai kelambu pada saat tidur siang, memakai obat penolak nyamuk, melakukan penyemprotan dengan obat yang dibeli di toko (baygon, hit, dll), serta dengan melakukan pengasapan (fogging). Sebaran jawaban responden berdasarkan pertanyaan 18 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.11 Pertanyaan 18: Cara mencegah gigitan nyamuk penular DBD

(51)

40

5.1.12 Deskripsi Tabulasi Silang Usia terhadap Tingkat Pengetahuan Responden

Berdasarkan usia responden terhadap pengetahuan, diperoleh bahwa tingkat pengetahuan tinggi terbanyak pada usia kurang dari 25 tahun yaitu sebanyak 33,3%. Sementara usia lebih dari 45 tahun memliki tingkat pengetahuan tinggi terendah yaitu sebanyak 7,1%. Adapun tabulasi silang usia responden terhadap tingkat pengetahuan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.12 Usia terhadap Tingkat Pengetahuan

Usia Tingkat Pengetahuan Total %

5.1.13 Deskripsi Tabulasi Silang Tingkat Pendidikan terhadap Tingkat Pengetahuan Responden

(52)

41

Tabel 5.13 Tingkat Pendidikan terhadap Tingkat Pengetahuan

Tingkat

5.1.14 Deskripsi Tabulasi Silang Pekerjaan terhadap Tingkat Pengetahuan Responden

Berdasarkan pekerjaan responden terhadap pengetahuan, diperoleh bahwa persentase tingkat pengetahuan tinggi terbanyak pada responden tidak bekerja yaitu 12,3% sedangkan tingkat pengetahuan tinggi pada responden bekerja sebanyak 11,8%. Adapun tabulasi silang pekerjaan responden terhadap tingkat pengetahuan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.14 Pekerjaan terhadap Tingkat Pengetahuan

Pekerjaan Tingkat Pengetahuan Total %

Rendah % Cukup % Tinggi %

Bekerja 8 47,1 7 41,2 2 11,8 17 100

Tidak Bekerja 31 42,5 33 45,2 9 12,3 73 100

Total 39 40 11 90

5.1.15 Deskripsi Tabulasi Silang Sumber Informasi terhadap Tingkat Pengetahuan Responden

(53)

42

mendapat informasi lebih dari 5 sumber yaitu dengan persentase 44,4%. Adapun tabulasi silang sumber informasi terhadap tingkat pengetahuan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.15 Sumber Informasi terhadap Tingkat Pengetahuan

Sumber Informasi Tingkat Pengetahuan Total %

Rendah % Cukup % Tinggi %

<3 Sumber 34 47,9 32 45,1 5 7 71 100

3-5 Sumber 3 30 5 50 2 20 10 100

>5 Sumber 2 7,7 3 33,3 4 44,4 9 100

Total 39 40 11 90

5.1.16 Deskripsi Tabulasi Silang Anggota Keluarga Pernah DBD terhadap Tingkat Pengetahuan Responden

Berdasarkan sum ber informasi terhadap pengetahuan, diperoleh bahwa persentase tingkat pengetahuan responden rendah terbanyak pada responden dengan anggota keluarga yang belum pernah menderita DBD yaitu sebanyak 44,2%. Sedangkan persentase tingkat pengetahuan tinggi terbanyak pada responden dengan anggota keluarga yang sudah pernah mengalami penyakit DBD yaitu sebanyak 25%. Adapun tabulasi silang sumber informasi terhadap tingkat pengetahuan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.16 Anggota Keluarga Pernah DBD terhadap Tingkat Pengetahuan

Anggota Keluarga Pernah DBD

Tingkat Pengetahuan

Total %

Rendah % Cukup % Tinggi %

Tidak 38 44,2 38 44,2 10 11,6 86 100

Ya 1 25 2 50 1 25 4 100

(54)

43

5.2 Pembahasan

Dari hasil penelitian, diketahui bahwa usia terbanyak responden adalah 26-45 tahun yaitu sebanyak 73,3%. Hal ini dikarenakan usia ibu-ibu yang memiliki anak yang masih bersekolah SD umumnya berusia 26-45 tahun. Tingkat pendidikan responden sebagian besar adalah tamat SMP dan SMA sederajat yaitu masing-masing sebnyak 26,7%. Hal ini menunjukkan tingkat pendidikan responden tergolong rendah dimana menurut Kemendikbud persentase tamat pendidikan SMA atau sederajat ≤55% tergolong rendah.23

(55)

44

DBD ke rumah sakit jika tanda tanda bahaya DBD sudah ditemukan, maka akan mempengaruhi hasil akhir berupa meningkatnya resiko kematian pada tersangka DBD. Hal yang cukup menarik perhatian adalah sebanyak 93,3% responden sudah mengetahui minimal seminggu sekali harus menguras bak mandi, namun, cara membersihkan bak mandi dengan menggosok bagian dalam dinding bak mandi, hanya 1,1% saja responden yang mengetahuinya. Umumnya pengetahuan pasien tentang serbuk abate untuk memberantas jentik sudah baik.

Pengetahuan responden tentang pengasapan (fogging) kurang. Responden yang tahu fogging dilakukan setelah seseorang terjangkit DBD di lingkungan rumah hanya 16,7% dan pengetahuan mengenai fogging dilakukan di dalam dan di luar rumah hanya 40 responden saja yang menjawab benar. Selanjutnya, responden dianggap mampu membedakan gejala DBD dari gejala demam biasa jika responden mampu mengenali 5 gejala DBD, namun persentase responden yang mengetahui gejala DBD lebih dari 5 sebanyak 15,6%. Pengetahuan responden tentang cara mencegah DBD baik dimana responden yang mengetahui cara pencegahan DBD 2-3 cara sebanyak 50% dan lebih dari 3 cara sebanyak 38,9%. Dari hasil tersebut, kemungkinan kejadian DBD yang rendah disebabkan oleh pengetahuan responden yang baik tentang 3M (67,8%), pengetahuan tentang tempat perkembang biakan nyamuk penular DBD yang baik (80%), pengetahuan tentang frekuensi pengurasan tempat penampungan air yang baik (93,3%), serta pengetahuan tentang bubuk abate sebagai pemberantas jentik (80%). Pengetahuan tentang cara mencegah gigitan nyamuk demam berdarah juga cukup baik dimana responden yang mentahui 2-3 cara pencegahan sebanyak 50% dan mengetahui lebih dari 3 cara sebanyak 38,9%. Pengetahuan yang baik tentang 3M dapat memutus rantai perkembangbiakan nyamuk penular DBD sehingga tidak mencapai stadium dewasa.19

(56)

45

internet akan lebih baik dibandingkan dengan responden berusia lebih tua. Dalam era globalisasi, umumnya usia muda lebih mudah mendapatkan informasi dari gadget dibandingkan dengan usia tua karena umumnya penggunaan gadget pada usia tua lebih sedikit. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Anugerahwati N tahun 2010 di Sidoarjo dimana dengan bertambahnya umur seseorang mepengaruhi tingkat pengetahuannya.24 Namun tidak selamanya semakin tua usia maka pengetahuan semakin tinggi. Hal ini seseuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Harmani N tahun 2013 di Cianjur dimana tidak ada hubungan yang bermakna terhadap umur responden. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi seperti mendapat informasi tentang DBD dari berbagai media elektronik dan cetak juga petugas kesehatan yang lebih mudah didapatkan oleh responden berumur lebih muda.25

(57)

46

Dari hasil penelitian diketahui bahwa tidak jauh berbeda antara responden yang bekerja dan tidak bekerja pada tingkat pengetahuan rendah, cukup, dan tinggi. Hal ini dapat disebabkan oleh profesi responden dimana umumnya responden yang bekerja memiliki profesi sebagai nelayan. Kemungkinan informasi tentang DBD tidak begitu berkembang di kalangan nelayan sehingga tidak memperngaruhi tingkat pengetahuan pada responden yang bekerja. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukana oleh Harmani N tahun 2013 di Cianjur dimana tingkat pengetahuan tidak berhubungan dengan faktor pekerjaan.25 Namun hal ini berbeda menurut Mubarak dimana Lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak langsung.20

Dari penelitian diketahui semakin banyak sumber informasi yang didapatkan oleh responden mengenai DBD, maka semakin baik tingkat pengetahuannya. Hal ini dapat dilihat dari responden yang mendapat kurang dari 3 sumber sebagian besar memiliki tingkat pengetahuan rendah (47,9%). Responden yang mendapat 3-5 sumber informasi sebagian besar memiliki tingkat pengetahuan cukup (50%). Responden yang mendapat lebih dari 5 sumber sebagian besar memiliki tingkat pengetahuan tinggi (44,4%). Semakin banyak informasi yang pernah didapatkan oleh responden maka semakin banyak pula informasi yang sampai kepadanya, semakin mudah pula ia mengidentifikasi informasi yang benar amupun informasi yang salah sehingga tingkat pengetahuannya akan semakin meningkat. Hal ini sesuai menurut Mubarak yang mengatakan kemudahan untuk memperoleh informasi dapat mempercepat seseorang meperoleh pengetahuan yang baru.20Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Larasati A tahun 2009 di Jakarta yang mengatakan bahwa tingkat pengetahuan tidak berhubungan dengan jumlah sumber informasi.18

(58)

47

terjangkit DBD maka ia pernah memiliki pengalaman merawat pasien DBD. Dari pengalaman tersebut, informasi dari tenaga kesehatan seperti perawat, bidan, maupun dokter akan sampai kepadanya sehingga pengetahuan tentang DBD akan lebih baik. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anugerahwati N tahun 2010 di Sidoarjo yang mengatakan bahwa apabila keluarga sebelumnya sudah pernah menderita DBD, secara tidak langsung dapat meningkatkan informasi mengenai penyakit ini.25 Kejadian DBD yang cukup rendah (4,4%) pada anggota keluarga responden dinilai dalam dua tahun terakhir.

5.3 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara sekaligus dalam satu waktu, oleh karena itu memperoleh kelemahan sebagai berikut:

1. Terdapat beberapa responden yang meniru jawaban responden lain sehingga peneliti harus mengingatkan kembali responden untuk menjawab sesuai dengan pengetahuannya sendiri.

2. Tidak pernah diberikannya penjelasan secara formatif sehingga ada rasa ketakutan untuk menjawab salah pada responden.

(59)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian diperoleh beberapa kesimpulan yaitu:

1. Tingkat pengetahuan ibu-ibu orang tua murid SD Salsabila Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Kota Medan umumnya rendah-cukup dimana persentase tingkat pengetahuan rendah 43,3% dan pengetahuan cukup sebanyak 44,4%. Sedangkan responden yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi sebanyak 11,2%.

2. Angka kejadian DBD pada keluarga murid SD Salsabila Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Kota Medan sebanyak 4,4%. 3. Responden dengan kelompok usia kurang dari 25 tahun memiliki tingkat

pengetahuan tinggi terbanyak yaitu sebanyak 33,3%.

4. Responden dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi memiliki tingkat pengetahuan tinggi terbanyak yaitu sebanyak 100%.

5. Responden yang tidak bekerja memiliki tingkat pengetahuan tinggi terbanyak yaitu sebanyak 12,3%

6. Responden yang mendapat sumber informasi lebih dari 5 memiliki tingkat pengetahuan tinggi terbanyak yaitu sebanyak 44,4%.

7. Responden dengan anggota keluarga pernah menderita DBD memiliki tingkat pengetahuan tinggi terbanyak yaitu sebanyak 25%.

6.2 Saran

Sebagai saran dari penelitian, dapat diperluas dalam empat aspek yaitu:

Bagi Bidang Pelayanan Masyarakat

(60)

49

2. Pemberian informasi atau penyuluhan kesehatan harus lebih efektif dan intensif kepada masyarakat khususnya puskesmas dan dinas kesehatan setempat.

3. Memberi penyuluhan menyeluruh kepada masyarakat tentang indikasi membawa tersangka DBD ke rumah sakit atau puskemas terdekat saat telah menjumpai tanda-tanda bahaya DBD.

Bagi pihak sekolah

1. Agar dapat memberdayakan orang tua murid untuk menyebarluaskan informasi yang telah diterima

Bagi Masyarakat

1. Masyarakat hendaknya selalu meningkatkan pengetahuan mengenai DBD secara aktif.

2. Masyarakat diharapkan dapat berbagi pengalaman dan informasi yang telah dimilikinya mengenai DBD untuk disebarluaskan kepada orang lain. 3. Masyarakat hendaknya lebih meningkatkan kepedulian terhadap penyakit

DBD, terutama untuk lebih mengetahui cara pencegahan agar dapat menghentikan rantai penularan DBD di lingkungan masyarakat.

Bagi Peneliti Selanjutnya

(61)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi demam berdarah dengue

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus. Virus ini merupakan virus yang ditularkan oleh vektor berupa nyamuk Aedes. Penyakit ini ditandai dengan timbulnya demam, sakit kepala, mual, muntah, nyeri otot dan sendi, sakit mata, dan timbulnya kemerahan pada kulit. Penyakit ini bisa memberat hingga menyebabkan syok atau demam berdarah.10

2.2 Virus Dengue

2.2.1 Taksonomi dan morfologi virus dengue

Penyebab penyakit DBD adalah virus dengue. Di Indonesia sekarang telah dapat disolasi empat serotipe yang berbeda satu sama lain 1, 2, DEN-3, DEN-4. Infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibody seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe yang lain.14 Virus Dengue memiliki taksonomifamili Flaviviridae, genus flavivirus dan termasuk kedalam golongan Arbovirus grup B. Arbovirus merupakan golongan virus yang dibawa oleh arthropoda sebagai vektornya (Arthrophod-borne virus). 9 Ada empat famili yang tergabung dalam golongan Arbovirus yaitu Togavirus, Flavivirus, Bunyavirus, dan Reovirus.10

(62)

7

2.2.2 Replikasi virus Dengue

Virus Dengue akan memperbanyak diri di dalam tubuh arthropoda tepatnya di sitoplasma, tanpa merusak tubuh vektornya tersebut. Penyebaran virus ini dapat berpindah secara vertikal dengan transmisi transovarium.11 Replikasi flavivirus akan berlangsung di sitoplasma.9 Proses replikasi virus dimulai dengan perlengketan virion ke reseptor spesifik di permukaan sel. Perlengketan ini akan menginisiasi perubahan struktur virion yang bersifat irreversible. Setelah virion diikat oleh reseptor, partikel virus akan ditelan masuk kedalam sel. Proses ini dibantu oleh receptor mediated endocytosis untuk penetrasi virus ke dalam endosom. Uncoating terjadi segera setelah penetrasi virus. Uncoating merupakan proses pemisahan asam nukleat virus dengan struktur luarnya (nucleocapsid) agar genom tersebut dapat dibebaskan dan menjadi asam nukleat bebas yang selanjutnya berfungsi melakukan replikasi. Proses uncoating ini membutuhkan lingkungan asam yang terdapat di dalam endosom. Bila virus tidak melakukan uncoating, maka virus tersebut tidak dapat bereplikasi.10 RNA yang dilepaskan akan mengkode perkusor poliprotein. Pengkodean ini selanjutnya akan menghasilkan tiga protein struktural dan tujuh protein nonstruktural. Protein-protein ini akan terlibat ke dalam proses replikasi RNA, proses penyatuan semua

struktur virus dan kemudian memodulasi respon sel penjamu. Proses replikasi

(63)

8

2.3 Nyamuk Aedes

Vektor penyakit DBD adalah nyamuk yang dapat menularkan, memindahkan, atau menjadi sumber penularan DBD. Di Indonesia, ada tiga jenis nyamuk yang bisa menularkan virus dengue yaitu : Aedes aegypti, Aedes albopictus, dan Aedes scutellaris. Perkembangan nyamuk Aedes terdiriri dari empat tahapan, yaitu telur, jentik (larva), pupa, nymauk dewasa.13

2.3.1 Siklus hidup nyamuk Aedes

Telur nyamuk Aedes bewarna hitam dengan ukuran ± 0,80mm, berbentuk oval yang mengapung satu persatu pada permukaan air yang jernih, atau menempel pada dinding tempat penampung air. Telur dapat bertahan sampai kurang lebih enam bulan di tempat kering.11

Jentik (larva) nyamuk Aedes memiliki 4 tingkatan pertumbuhan (instar), yaitu:11

1) Instar I : berukuran paling kecil, yaitu 1-2 mm 2) Instar II : 2,5-3,8 mm

3) Instar III : lebih besar sedikit dari larva instar II 4) Instar IV : berukuran paling besar 5 mm

Pupa merupakan bentuk lanjutan dari larva. Pupa berbentuk seperti ‘koma’. Bentuknya lebih besar disbanding larva namun lebih ramping. Pupa Aedes aegypti berukuran lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata pupa nyamuk lain.11

Nyamuk dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-rata nyamuk lain dan mempunyai warna dasar hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian badan dan kaki.11

Nyamuk Aedes yang menjadi vektor DBD adalah nyamu k dewasa betina. Perbedaan nyamuk Aedes dewasa jantan dan betina terletak pada perbedaan morfologi antenanya. Nyamuk Aedes jantan meiliki antenna berbulu lebat sedangkan yang betina berbulu agak jarang.13

(64)

9

dewasa. Pada stadium telur, jentik dan pupa akan hidup di dalam air. Pada umumnya, telur akan menetas menjadi jentik/larva dalam waktu kurang lebih dua hari setelah telur terendam air. Stadium jentik/larva biasanya berlangsung selama enam sampai delapan hari, dan stadium kepompong (pupa) berlangsung antara dua sampai empat hari. Pertumbuhan dari telur menjadi nyamuk dewasa selama sembilan sampai sepuluh hari. Umur nyamuk betina dapat mencapai dua sampai tiga bulan.13

2.3.2 Habitat nyamuk Aedes

Habitat perkembangan Aedes sp. ialah tempat-tempat yang dapat menampung air di dalam, di luar, atau disekitar rumah serta tempat-tempat umum. Habitat perkembangbiakan nyamuk Aedes sp. dapat dikelompokkan sebagai berikut:13

1. Tempat penampungan air (TPA) untuk keperluan sehari-hari, seperti drum, tangki reservoir, tempayan, bak madi, wc, dan ember.

2. Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari seperti tempat minum burung, vas bunga, perangkap semut, bak kontrol pembuangan air, tempat pembuangan air kulkas atau dispenser, dan barang-barang bekas (contoh : ban, kaleng, botol, plastik).

3. Tempat penampungan air alamiah seperti lubang pohon, lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, pelepah pisang, dan potongan bamboo dan tempurung cokelat atau karet.

(65)

10

2.4 Patogenesis DBD

Mutiplikasi virus dengue berlangsung di dalam tubuh penjamu bertulang belakang. Di bawah kulit, virus akan mengalami inokulasi. Virus akan bereplikasi ke jaringan sekitar dan kelenjar limfe regional. Selanjutnya virus akan memasuki aliran darah dan kemudian menyebar. Multiplikasi virus terjadi di myeloid maupun sel limfoid atau endotel pembuluh darah. Jika vektor menghisap darah penjamu pada masa ini, maka penyebaran virus ke penjamu lainnya akan terjadi.10 Virus yang masuk kedalam tubuh akan beredar dalam sirkulasi darah dan akan ditangkap oleh makrofag (Antigen Precenting Cell). Viremia akan terjadi sejak dua hari sebelum timbul gejala hingga setelah lima hari terjadinya demam. Antigen yang meempel pada makrofag akan mengaktifasi sel T-Helper dan menarik makrofag lainnya untuk menangkap lebih banyak virus. Sedangkan T-helper akan mengaktifasi sel T-sitotoksik yang akan melisis makrofag. Proses ini diikuti dengan dilepaskannya mediator-mediator inflamasi. Mediator-mediator yang dilepaskan akan merangsang terjadinya gejala sistemik seperti demam, nyeri sendi, nyeri otot, dan gejala lainnya.14

Beredarnya virus di dalam plasma bisa merupakan partikel virus yang bebas atau berada dalam sel platelet, monosit, limfosit, dan monosit, akan tetapi tidak eritrosit. Setelah itu, virus Dengue akan menyerang organ retikulum endoplasma (RES) seperti sel kupfer di sinusoid hepar, endotel pembuluh darah, nodus limfatikus, sumsum tulang, serta paru-paru.14

Infeksi virus Dengue mengakibatkan muncul respon imun humoral dan seluler. Antibodi yang muncul pada umumnya adalah IgG dan IgM. Pada infeksi primer, IgM dapat dideteksi pada hari kelima setelah onset, sedangkan pada infeksi sekunder, IgM dapat dideteksi lebih dini. Sementara IgG meningkat pada hari ke-14 setelah onset infeksi primer, dan hari kedua pada infeksi sekunder. Oleh karenanya diagnosis primer ditegakkan dengan mendeteksi IgM.14

(66)

mediator-11

mediator inflamasi yaitu IL-1, IL-6, dan TNF-α. IL-1 mempengaruhi permeabilitas pembuluh darah kapiler dan menginduksi endotel untuk memproduksi dan mensekresi IL-6 dan TNF-α. TNF-α akan menyebabkan kebocoran dinding pembuluh adrah, merembesnya plasma ke jaringan tubuh endotel yang rusak, dan berakibat pada syok hipovolemik.14

Gambar 2.1 Patogenesis demam berdarah dengue. 16(A) virus dengue dilepaskan dari sel yang telah terinfeksi pada infeksi sekunder, terikat pada sel B memori yang mana akan berdiferensiasi dan berpoliferasi menjadi plasmablas, dan mencapai puncak pada hari ke 4-7 setelah onset. (B) antibodi yang diproduksi oleh plasmablas membentuk kompleks imun dengan partikel virus NS1, mengaktivasi jalur komplemen klasik, sementara itu endotel menjadi target antibody yang mana berpotensi menghancurkan endotel pembuluh darah secara langsung. (C)

NS1 dan MBL yang bebas mengikat pada partikel virus, juga akan mengaktivasi jalur komplemen. Faktor-faktor komplemen, termasuk anafilaktosin vasoaktif mengikat endotel dan memediasi terjadinya kebocoran plasma. (D) platelet teraktivasi melalui pengikatan koplemen dengan antibodi dan virus partikel yang telah mengalami pembungkusan dengan cara terikat langsung pada permukaan platelet. Platelet yang teraktivasi akan menghasilkan sitokin-sitokin inflamasi dan mikropartikel yang bekerja pada endotel sehingga memicu kebocoran plasma. (E) Aktivasi platelet akan memicu trombositopenia dan aktivasi fagosit, menyebabkan sitokin-sitokin proinflamasi menghancurkan endotel.

(67)

12

Pada infeksi Dengue, endotel dapat langsung terinfeksi oleh virus Dengue. Respon yang terjadi antara lain dengan disekresikannya sitokin antara lain IL-8 dan TNF-α. Pemaparan endotel dengan TNF-α akan menyebabkan apoptosis. Hal ini meyebabkan mudahnya terjadi pendarahan pada penyakit DBD.14

Selama infeksi, terjadi overproduksi sitokin, diantaranya dihasilkan juga macrophage inflammatory protein-1α (MIP 1a), IL-6, dan IL-8, dimana ketiganya akan menghambat pertumbuhan sel progenitor hemopoetik awal. Hal ini menyebabkan supresi sumsum tulang yang akan menimbulkan trombositopenia. Selain itu, penurunan stem cell factor (SCF) juga akan berpengaruh pada penurunan sel progenitor hemopoetik. IL-10 yang juga dikeluarkan saat proses peradangan juga menyebabkan penurunan jumlah trombosit. Trombosit yang rendah akan menyebabkan perbesaran hati dan limpa.14

2.5 Manifestasi klinis DBD

Terdapat tiga fase klinis saat pasien menderita penyakit DBD yaitu fase demam, fase kritis, dan fase penyembuhan.13

(68)

13

Selanjutnya, penyakit DBD akan berkembang ke fase kritis. Pada fase ini, demam dapat turun secara tiba-tiba menjadi 37,5º-38º C. Fase kritis berlangsung ketika terjadi peningkatan permeablitas dinding pembuluh darah. Hal ini menyebabkan plasma akan berpindah dari pembuluh darah ke intersisial sehingga pada pemeriksaaan darah akan menunjukkan penurunan jumlah platelet. Menurunnya jumlah platelet di dalam pembuluh darah menyebabkan hematokrit meningkat. Peningkatan hematokrit menandakan meningkatnya kekentalan darah sehingga berpengaruh pada tekanan darah dan volume pulsasi.13

Tanda-tanda bahaya dapat muncul pada demam dengue yang umunya merupakan manifestasi klinis dari syok. Tanda ini dapat timbul pada hari ketiga hingga ketujuh sejak onset. Saat terjadi syok, mual dan muntah menjadi berat dan nyeri perut juga dapat memburuk. Pasien merasa letargi, namun masih di atas ambang sadar. Hati teraba semakin membesar. Hitung platelet menurun hingga 100.000/mm³, hematokrit semakin meningkat, dan umumnya timbul leukopneia ≤5000/mm³.13

Fase penyembuhan terjadi jika pasien dapat bertahan selama 24-48 jam setelah fase kritis. Pada fase ini, cairan yang berada di ekstravaskular kembali ke dalam kompartemen pembuluh darah. klinis pasien akan menunjukkan perbaikan seperti kembalinya selera makan, gejala gastrointestinal berkurang, status hemodinamik semakin stabil, serta terjadi dieresis. Hematokrit akan stabil, sel darah putih akan kembali meningkat.13

Klasifikasi DBD dapat dibedakan berdasarkan derajat keparahan yaitu:2

1. Dengue dan tanda bahaya Kemungkinan dengue:

Tinggal atau berkelana ke daerah endemik, mengalami demam dan 2 tanda di bawah ini:

 Mual, muntah

(69)

14

 Ada tanda bahaya.

Tanda-tanda bahaya:

 Nyeri perut atau nyeri tekan  Terus-menerus muntah

 Adanya tanda klinis akumulasi cairan  Pendarahan mukosa

 Letargi

 Pembesaran hati >2 cm

 Pemeriksaan lab: Ht meningkat dan hitung patelet menurun

2. Dengue Berat Dengan kriteria :

- Kebocoran plasma berat, dapat menjadi:

 Syok

 Akumulasi cairan dan distress pernapasan - Pendarahan berat

- Mengenai organ:

 Hati: AST atau ALT≥ 1000

 SSP: gangguan kesadaran  Jantung dan organ lainnya. 2

2.6 Tatalaksana DBD

2.6.1 Pertotolongan pertama penderita demam berdarah dengue oleh masyarakat

Pada awal penyakit DBD, tanda dan gejalanya tidak spesifik. Masyarakat dan keluarga diharapkan wasapada terhadap tanda-tanda dan gejala awal DBD. Jika ditemukan gejala awal DBD, maka yang harus dilakukan keluarga pertama kali adalah:11

a. Tirah baring selama demam

(70)

15

c. Kompres hangat

d. Minum banyak (1-2 liter/hari), semua cairan berkalori diperbolehkan kecuali cairan yang berwarna coklat dan merah (susu coklat, sirup merah).

e. Bila terjadi kejang (jaga lidah agar tidak tergigit, longgarkan pakaian, tidak memberikan apapun lewat mulut selama kejang).

Apabila dalam 2-3 hari panas tidak turun atau panas turun disertai timbulnya gejala dan tanda lanjut seperti perdarahan di kulit (seperti bekas gigitan nyamuk), muntah-muntah, gelisah, mimisan dianjurkan segera dibawa berobat/ periksakan ke dokter atau ke unit pelayanan kesehatan untuk segera mendapat pemeriksaan dan pertolongan.11

2.6.2 Tatalaksana Demam Berdarah Dengue

a. Fase Demam

Tatalaksana DBD fase demam bersifat simtomatik dan suportif yaitu pemberian cairan oral untuk mencegah dehidrasi. Apabila cairan oral tidak dapat diberikan oleh karena tidak mau minum, muntah atau nyeri perut yang berlebihan, maka cairan intravena rumatan perlu diberikan. Antipiretik kadang-kadang diperlukan, tetapi perlu diperhatikan bahwa antipiretik tidak dapat mengurangi lama demam pada DBD.11

b. Fase Kritis

(71)

16

menerima cairan rumatan ditambah defisit 5-8% atau setara dehidrasi sedang. Pada kasus non syok, untuk pasien dengan berat badan (BB) <15 kg, pemberian cairan diawali dengan tetesan 6-7 ml/kg/jam, antara 15-40 kg dengan 5 ml/kg/jam, dan pada anak dengan BB >40 kg, cairan cukup diberikan dengan tetesan 3-4 ml/kg/jam.22

c. Fase penyembuhan

Setelah masa kritis terlampaui, pasien akan masuk dalam fase penyembuhan, yaitu saat keadaan overload mengancam. Pada pasien DBD, cairan intravena harus diberikan dengan seksama sesuai kebutuhan agar sirkulasi intravaskuler tetap memadai. Apabila cairan yang diberikan berlebihan maka kebocoran terjadi ke dalam rongga pleura dan abdominal yang selanjutnya menyebabkan distres pernafasan.22

2.6.3 Tatalaksana syok

Apabila terjadi syok, maka berikan cairan paling banyak 10-20 ml/kgBB atau tetesan lepas selama 10-15 menit sampai tekanan darah dan nadi dapat diukur, kemudian turunkan sampai 10 ml/kg/jam. Berikan oksigen pada kasus dengan syok. Setelah resusitasi awal, pantau pasien 1 sampai 4 jam. Apabila tanda vital tidak stabil (tekanan nadi sempit, cepat dan lemah), ulangi pemeriksaan Ht. Dalam keadaan seperti ini, dapat dipertimbangkan pemberian koloid (diindikasikan pada keadaan syok berulang atau syok berkepanjangan) dengan tetesan 10ml/kg/jam. Indikasi transfusi darah adalah bila terdapat kehilangan darah bermakna, misalnya >10% volume darah total.22

(72)

17

ml/kg/kali. Transfusi trombosit hanya diberikan pada perdarahan masif untuk menghentikan perdarahan yang terjadi. Dosis transfusi trombosit adalah 0,2 U/kg/dosis. Pemberian trombosit sebagai upaya pencegahan perdarahan atau untuk menaikkan jumlah trombosit tidak dianjurkan. Secara umum, sebagian besar pasien DBD akan sembuh tanpa komplikasi dalam waktu 24-48 jam setelah syok.22

Tanda pasien masuk ke dalam fase penyembuhan adalah keadaan umum membaik, meningkatnya nafsu makan, tanda vital stabil, Ht stabil dan menurun sampai 35-40%, dan diuresis cukup. Cairan intravena harus dihentikan segera apabila memasuki fase ini. Penderita dapai dipulangkan apabila paling tidak dalam 24 jam tidak terdapat demam tanpa antipiretik, kondisi klinis membaik, nafsu makan baik, nilai Ht stabil,tiga hari sesudah syok teratasi, tidak ada sesak napas atau takipnea, dan junlah trombosit >50.000/mm3.22

2.7 Metode pengendalian vektor

Pengendalian vektor adalah upaya menurunkan faktor risiko penularan oleh vektor dengan meminimalkan habitat perkembangbiakan vektor, menurunkan kepadatan dan umur vektor, mengurangi kontak antara vektor dengan manusia serta memutus rantai penularan penyakit. Metode pengendalian vektor DBD bersifat spesifik lokal, dengan mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan fisik (cuaca/iklim, permukiman, habitat perkembangbiakan); lingkungan sosial-budaya (Pengetahuan Sikap dan Perilaku) dan aspek vektor.11 Berbagai metode PengendalianVektor (PV) DBD, yaitu secara kimiawi, biologi, manajemen lingkungan, pemberantasan Sarang Nyamuk/PSN, serat Pengendalian Vektor Terpadu (Integrated Vector Management/IVM).11

2.7.1 Kimiawi

(73)

18

mempertimbangkan dampak terhadap lingkungan dan organisme bukan sasaran termasuk mamalia. Disamping itu penentuan jenis insektisida, dosis, dan metode aplikasi merupakan syarat yang penting untuk dipahami dalam kebijakan pengendalian vektor. Aplikasi insektisida yang berulang di satuan ekosistem akan menimbulkan terjadinya resistensi serangga sasaran. Golongan insektisida kimisawi untuk pengendalian DBD adalah :11

1. Sasaran dewasa (nyamuk) adalah : Organophospat (Malathion, methyl pirimiphos), Pyrethroid (Cypermethrine, lamda-cyhalotrine, cyflutrine,

Permethrine & S-Bioalethrine). Yang ditujukan untuk stadium dewasa yang diaplikasikan dengan cara pengabutan panas/Fogging dan pengabutan dingin/ULV

2. Sasaran jentik : Organophospat (Temephos).

Pengasapan dilakukan jika:18

1. House Index di lokasi tempat tinggal penderita ≥ 10% atau jika ditemukan

lebih dari 1 penderita di wilayah RW tersebut dalam kurun waktu 1 bulan, dilakukan pengasapan di seluruh wilayah RW tersebut.

2. Di suatu wilayah RW terdapat 2 penderita atau lebih dengan jarak waktu kurang dari 4 minggu/1 bulan.

3. Jika di suatu wilayah kelurahan dalam satu minggu terjadi peningkatan jumlah penderita 2 kali atau lebih dibandingkan dengan minggu sebelumnya, dilakukan pengasapan di semua wilayah RW yang terdapat penderita dalam minggu sebelumnya dan minggu sedang berjalan (2 minggu terakhir).

Gambar

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia
Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi
Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pernah Tidaknya Mendengar DBD
+7

Referensi

Dokumen terkait

Conceptually, the network architecture consists of two segments that are central to the SMS model of operation: the Mobile Originating (MO) part, which includes

Semua pernyataan dibawah ini adalah sikap ibu dalam pemenuhan gizi balita. Ibu akan menyusui anak

Roloff Matek Hakim, A R., 2005, Kekuatan Bahan Dasar, Politeknik Manufaktur Negeri

Lampiran 1.3 Suasana Desa Hilisimaetano dengan deretan rumah adat yang.. menjadi ciri khas desa adat di

Pada tahap Studi literatur ini, telah didapatkan data yang akan digunakan untuk pengembangan aplikasi, kemudian dikumpulkan beberapa e- book dan browsing dari internet

Pada pembuatan mesin deterjen ini bertujuan untuk membuat produk yang bisa di terima di masyarakat dan lebih efisien waktu karena mesin pengemas deterjen berkapasitas 100 sachet

[r]

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode demonstrasi terhadap pengetahuan pertolongan pertama pada