• Tidak ada hasil yang ditemukan

bab i-v dan dapus.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "bab i-v dan dapus.docx"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya membangun manusia seutuhnya antara lain diselenggarakan melalui upaya kesehatan anak yang dilakukan sedini mungkin sejak anak masih dalam kandungan Mengingat jumlah balita di Indonesia sangat besar yaitu sekitar 10 persen dari seluruh populasi penduduk, maka kualitas tumbuh kembang balita perlu mendapat perhatian serius yaitu mendapat gizi yang baik, stimulasi yang memadai serta terjangkau oleh pelayanan kesehatan, termasuk deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang untuk mengetahui masalah tumbuh kembang pada anak.1

Menurut (Word Health Organization) WHO masalah tumbuh kembang anak merupakan masalah yang perlu diketahui atau dipahami sejak konsepsi hingga dewasa usia 18 tahun.2

Pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif dan berkualitas diselenggarakan melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang balita dilakukan mulai pada “masa kritis”.1

Masa usia dini adalah masa yang sangat menentukan bagi perkembangan dan pertumbuhan anak selanjutnya karena merupakan masa peka dan masa emas dalam kehidupan anak. Rentang anak usia dini dari lahir sampai usia 6 tahun adalah usia kritis sekaligus strategis untuk menumbuh kembangkan berbagai kemampuan, kecerdasan, kemampuan fisik, kognitif, bahasa,sosiomosional, dan spiritual. Hal ini mengisyaratkan bahwa semua pihak perlu memahami pentingnyamasa usia dini untuk optimalisasi pertumbuhan dan perkembangan.3

(2)

Program Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) merupakan revisi dari program Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) yang telah dilakukan sejak tahun 1988 dan termasuk salah satu program pokok Puskesmas. Kegiatan ini dilakukan menyeluruh dan terkoordinasi diselenggarakan dalam bentuk kemitraan antara keluarga (orang tua, pengasuh anak dan anggota keluarga lainnya), masyarakat (kader, organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat) dengan tenaga professional.1 SDIDTK dapat diselenggarakan di fasilitas pelayanan kesehatan dasar atau fasilitas lainnya seperti posyandu, Bina Keluarga Balita, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan TK merupakan jalur formal dan non formal SDIDTK. Indikator keberhasilan SDIDTK pada tahun 2010 diharapkan 90% balita dan anak prasekolah terjangkau oleh kegiatan SDIDTK.1

Berdasarkan buku laporan kinerja puskesmas Putri Ayu 2016 didapatkan bahwa angka capaian SDIDTK masih di bawah target. Pada pelayanan Deteksi dan stimulasi dini tumbuh kmbang balita hanya 32% sedangkan pada anak pra sekolah 64,97%.4

Studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada tanggal sampai dengan 28 maret 2017 dalam bentuk wawancara mendalam terhadap pengelola Tumbuh kembang Puskesmas Putri Ayu didapatkan bahwa pengelola tidak tahu berapa angka cakupan yang harus dicapai, pengelola mengatakan tidak mendapatkan pengarahan mengenai pelaksanaan SDIDTK serta tidak ada pelatihan khusus kepada kader dan petugas terkait untuk pelaksanaan SDIDTK. Selain itu pelaksanaan SDIDTK hanya dilakukan bersamaan kegiatan posyandu dan TK saja.

(3)

1.1 Tujuan Penelitian 1.1.1 Tujuan Umum

Untuk mengidentifikasi masalah dan mencari pemecahan masalah pada pelaksanaan program Stimulasi deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK) balita dan anak pra sekolah di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi..

1.1.2 Tujuan Khusus.

1. Untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan program SDIDTK balita dan anak pra sekolah di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi..

2. Untuk menentukan prioritas masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan SDIDTK balita dan anak pra sekolah di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi

3. Untuk menentukan akar penyebab masalah dan pemecahan masalah dalam pelaksanaan program SDIDTK balita dan anak pra sekolah di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi

4. Untuk menentukan alternatif pemecahan masalah dalam pelaksanaan program SDIDTK balita dan anak pra sekolah di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi

(4)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Tumbuh Kembang

Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua kata yang berbeda, namun tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Pertumbuhan (growth) merupakan perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu bertambahnya jumlah, ukuran, dimensi pada tingkat sel, organ maupun individu. Anak tidak hanya bertambah besar secara fisik, melainkan juga ukursn dan struktur organ tubuh dan otak anak.5

Perkembangan (development) merupakan perubahan yang bersifat kuantitatif dan kualitatif, perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill)struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan/maturitas.5

Pertumbuhan masa prasekolah pada anak yaitu pada pertumbuhan fisik, berat badan mengalami kenaikan rata-rata pertahunnya adalah 2 kg, kelihatan kurus, akan tetapi aktivitas motoriknya tinggi, dimana sistem tubuh sudah mencapai kematangan, seperti berjalan, melompat, dan lain-lain. Sedangkan pada pertumbuhan tinggi badan anak kenaikannya rata-rata akan mencapai 6,75-7,5 cm setiap tahunnya.2

Perkembangan merupakan proses yang tidak akan berhenti. Masa prasekolah merupakan fase perkembangan individu dapat usia 2-6 tahun, perkembangan pada masa ini merupakan masa perkembangan yang pendek tetapi merupakan masa yang sangat penting.6

2.2 Aspek–Aspek Pertumbuhan Dan Perkembangan 2.2.1 Aspek Pertumbuhan

(5)

peningkatan atau penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh, pengukuran tinggi badan digunakan untuk menilai status perbaikan gizi disamping faktor genetik sedangkan pengukuran lingkar kepala dimaksudkan untuk menilai pertumbuhan otak. Pertumbuhan otak kecil (mikrosefali) menunjukkan adanya reterdasi mental, apabila otaknya besar (volume kepala meningkat) terjadi akibat penyumbatan cairan serebrospinal.2

2.2.2 Aspek perkembangan

a. Motorik kasar (gross motor) merupakan keterampilan yang meliputi aktivitas otot yang besar seperti gerakan lengan dan berjalan Perkembangan motorik kasar pada masa prasekolah, diawali dengan kemampuan untuk berdiri dengan satu kaki selama 1-5 detik, melompat dengan satu kaki, membuat posisi merangkak dan lain-lain.2

b. Motorik halus (fine motor Skills) merupakan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi meta dan tangan yang memerlukan koordinasi yang cermat Perkembangan motorik halus mulai memiliki kemampuan menggoyangkan jari-jari kaki, menggambar dua atau tiga bagian, menggambar orang, mampu menjepit benda, melambaikan tangan dan sebagainya.2

c. Bahasa (language) adalah kemampuan untuk memberikan respon terhadapsuara, mengkuti perintah dan dan berbicara spontan. Pada perkembangan bahasa diawali mampu menyebut hingga empat gambar, menyebut satu hingga dua warna, menyebutkan kegunaan benda, menghitung, mengartikan dua kata, meniru berbagai bunyi, mengerti larangan dan sebagainya.2

(6)

dimarahi, membuat permintaan yang sederhana dengan gaya tubuh, menunjukan peningkatan kecemasan terhadapa perpisahan dan sebagainya menilai perkembangan anak yang dapat dilakukan adalah dengan wawancara tentang faktor kemungkinan yang menyebabkan gangguan dalam perkembangan, kemudian melakukan tes skrining perkembangan anak.2 2.2.3 Tahap Perkembangan Anak Prasekolah

Periode prasekolah dimulai dari usia 3-6 tahun periode ini dimulai dari waktu anak bergerak sambil berdiri sampai mereka masuk sekolah, dicirikan dengan aktivitas yang tinggi. Pada masa ini merupakan perkembangan fisik dan kepribadian yang pesat, kemampuan interaksi sosial lebih luas, memulai konsep diri, perkembangan motorik berlangsung terus menerus ditandai keterampilan motorik seperti berjalan, berlari dan melompat.7

2.2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak Prasekolah

Proses Percepatan dan Perlambatan Tumbuh kembang anak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.

a. Faktor Herediter

Faktor herediter merupakan faktor yang dapat diturunkan sebagai dasar dalam mencapai tumbuh kembang. Yang termasuk faktor herediter adalah bawaan, jenis kelamin, ras, suku bangsa. Faktor ini dapat ditentukan dengan intensitas dan kecepatan alam pembelahan sel telur, tingkat sensitifitas jaringan terhaap rangsangan, umur puberitas, dan berhentinya pertumbuhan tulang.2

b. Faktor Lingkungan

(7)

kembang anak meliputi budaya lingkungan, sosial ekonomi, keluarga. nutrisi, posisi anak dalam keluarga dan status kesehatan.2

Faktor hormonal yang berperan dalam tumbuh kembang anak antara lain. somatotrofin (growth Hormon) yang berperan alam mempengaruhi pertumbuhan tinggi badan, dengan menstimulasi terjadinya poliferasi sel kartigo dan sistem skeletal. Hormon tiroid menstimulasi metabolisme tubuh, glukokartikoid menstimulasi pertumbuhan sel interstisial dari testis untuk memproduksi testosteron dan ovarium untuk memproduksi esterogen selanjutnya hormon tersebut menstimulasi perkembangan seks baik pada anak laki-laki maupun perempuan yang sesuai dengan peran hormonnya.2

2.3 Program Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK)

2.3.1 Pengertian SDIDTK

Program SDIDTK merupakan program pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif dan berkualitas melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang pada masa lima tahun pertama kehidupan, diselenggarakan dalam bentuk kemitraan antara keluarga (orang tua, pengasuh anak dan anggota keluarga lainnya), masyarakat (kader, tokoh masyarakat, organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat) dengan tenaga professional (kesehatan, pendidikan dan sosial).1

(8)

Kemampuan dasar anak yang dirangsang dengan stimulasi terarah adalah kemampuan gerak kasar, kemampuan gerak halus, kemampuan bicara dan bahasa serta kemapuan sosialisasi dan kemandirian.

Deteksi dini tumbuh kembang anak adalah kegiatan/pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak pra sekolah. Dengan ditemukan secara dini penyimpangan/masalah tumbuh kembang anak, maka intervensi akan lebih mudah dilakukan, tenaga kesehatan juga mempunyai “waktu” dalam membuat rencana tindakan/intervensi yang tepat, terutama ketika harus melibatkan ibu/keluarga. Bila penyimpangan terlambat diketahui, maka intervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak.1,5

Intervensi dini penyimpangan perkembangan adalah tindakan tertentu pada anak yang perkembangan kemampuannya menyimpan karena tidak sesuai dengan umurnya. Penyimpangan perkembangan bisa terjadi pada salah satu atau lebih kemampuan anak yaitu kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, serta sosialisasi dan kemandirian anak.1,5

2.3.2 Sasaran

a. Sasaran Langsung

Semua anak umur 0 sampai 6 tahun yang ada di wilayah kerja Puskesmas b. Sasaran tidak Langsung

1) Tenaga kesehatan yang bekerja di lini terdepan (dokter, bidan perawat, ahli gizi, penyuluh kesehatan masyarakat, dan sebagainya).

2) Tenaga pendidik, petugas lapangan KB, petugas sosial yang terkait dengan pembinaan tumbuh kembang anak

(9)

a. Tujuan Umum

Agar semua balita umur 0–5 tahun dan anak pra sekolah umur 5-6 tahun tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensi genetiknya sehingga berguna bagi nusa dan bangsa serta mampu bersaing di era global melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini.1

b. Tujuan Khusus

1) Terselenggaranya kegiatan stimulasi tumbuh kembang pada semua balita dan anak pra sekolah di wilayah kerja Puskesmas.

2) Terselenggaranya kegiatan deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang pada semua balita dan anak pra sekolah di wilayah kerja Puskesmas.

3) Terselenggaranya intervensi dini pada semua balita dan anak pra sekolah dengan penyimpangan tumbuh kembang.

4) Terselenggaranya rujukan terhadap kasus-kasus yang tidak bisa ditangani di Puskesmas.1

2.3.4 Jenis Kegiatan SDIDTK1

1. Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan

a. Pengukuran Berat Badan Terhadap Tinggi Badan (BB/TB)

Tujuan pengukuran BB/TB adalah untuk menentukan status gizi anak, normal, kurus, kurus sekali atau gemuk.1,5,8

b. Pengukuran Lingkar Kepala Anak (LKA)

Tujuan pengukuran LKA adalah untuk mengetahui lingkaran kepala anak dalam batas normal atau diluar batas normal.1,5,8

(10)

Tabel 2.1 Pelaksana dan Alat yang Digunakan untuk Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan

Tingkat Pelayanan Pelaksana Alat yang digunakan Keluarga, Masyarakat  Orang tua

 Kader kesehatan  Petugas PADU,

BKB, TPA dan Guru TK

 KMB

 Timbangan Dacin

Puskesmas  Dokter

 Bidan  Perawat  Ahli gizi  Petugas lainnya

 Tabel BB/TB  Grafik LK  Timbangan  Alat ukur tinggi

badan

 Pita pengukur lingkar kepala Sumber : Buku Pedoman Pelaksanaan SDIDT

2. Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan

(11)

Tabel 2.2 Pelaksana dan Alat yang digunakan untuk Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan Anak.

Tingkat Pelayanan Pelaksana Alat yang digunakan

Keluarga dan

Sumber : Buku Pedoman Pelaksanaan SDIDTK Keterangan :

Buku KIA : Buku Kesehatan Ibu dan Anak

KPSP : Kuesioner Pra Skrining Perkembangan TDL : Tes Daya Lihat

TDD : Tes Daya Dengar BKB : Bina Keluarga Balita TPA : Tempat Penitipan Anak

Pusat PAUD : Pusat Pendidikan Anak Usia Dini TK : Taman Kanak-kanak

1. Skrining/pemeriksaan perkembangan anak menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)

Tujuan pemeriksaan perkembangan menggunakan KPSP adalah untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan.1,5,8 2. Tes Daya Dengar (TDD)

(12)

3. Tes Daya Lihat (TDL)

Tujuan TDL adalah untuk mendeteksi secara dini kelainaan daya lihat agar segera dapat dilakukan tindakan lanjutan sehingga kesempatan untuk memperoleh ketajaman penglihatan menjadi lebih besar.1,5,8

3. Deteksi Dini Penyimpangan Mental Emosional

Deteksi dini penyimpangan mental emosional adalah kegiatan /pemeriksaan untuk menemukan gangguan secara dini adanya masalah emosional, autisme dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas pada anak, agar dapat segera dilakukan tindakan intervensi. Bila penyimpangan mental emosional terlambat diketahui maka intervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Deteksi ini dilakukan oleh tenaga kesehatan.1,5,8

1) Deteksi dini masalah mental emosional pada anak pra sekolah. Bertujuan untuk mendeteksi secara dini adanya penyimpangan/masalah mental emosional pada anak pra sekolah 2) Deteksi dini autis pada anak pra sekolah. Bertujuan untuk mendeteksi

(13)

Tabel 2.3 Jadwal Kegiatan dan Jenis Skrining/Deteksi

Umur anak

Jenis Deteksi Tumbuh Kembang Yang Harus dilakukan

Deteksi Dini Penyimpangan

Pertumbuhan

Deteksi Dini penyimpangan Perkembangan

Deteksi Dini Penyimpangan Mental Emosional

BBT/T B

LK KPS

P

TDD TDL KMM

E

CHAT* GPPH *

0 bulan  

3 bulan    

6 bulan    

9 bulan    

12 bulan    

15 bulan  

18 bulan     

21 bulan   

24 bulan     

30 bulan    

(14)

42 bulan     

48 bulan      

54 bulan     

60 bulan      

66 bulan     

73 bulan      

Keterangan :

BB/TB : Berat Badan terhadap Tinggi Badan TDL : Tes Daya Lihat

KPSP : Kuesioner Pra Skrining Perkembangan LK : Lingkaran Kepala

KMME : Kuesioner Masalah Mental Emosional TDD : Tes Daya Dengar

GPPH : Gangguan Pemusatan Perhatian

CHAT : Checlist for Autism in Toddlers Hiperaktivitas Tanda * : Deteksi atas indikasi

Jadwal dan jenis deteksi tumbuh kembang dapat berubah sewaktu-waktu sesuai dengan kasus di bawah ini :

a. Kasus rujukan

b. Ada kecurigaan anak mempunyai penyimpangan pertumbuhan c. Ada keluhan anak mempunyai masalah tumbuh kembang1 2.3.5 Intervensi Dini Penyimpangan Perkembangan Anak

(15)

Waktu yang paling tepat untuk melakukan intervensi dan rujukan dini penyimpangan perkembangan anak adalah sesegera mungkin ketika usia anak masih di bawah lima tahun.1

Tindakan intervensi dini tersebut berupa stimulasii perkembangan terarah yang dilakukan secara intensif di rumah selama 2 minggu, yang diikuti dengan evaluasi hasil intervensi stimulasi perkembangan.1

2.3.6 Rujukan Dini Penyimpangan Perkembangan Anak

Rujukan diperlukan jika masalah/penyimpangan perkembangan anak tidak dapat ditangani meskipun sudah dilakukan tindakan intervensi. Rujukan penyimpangan tumbuh kembang dilakukan secara berjenjang sebagai berikut:1 a. Tingkat keluarga dan masyarakat

Keluarga dan masyarakat (orang tua, anggota keluarga lainnya dan kader) dianjurkan untuk membawa anak ke tenaga kesehatan di Puskesmas dan jaringan atau Rumah Sakit. Orang tua perlu diingatkan membawa catatan pemantauan tumbuh kembang buku KIA

b. Tingkat Puskesmas dan jaringannya

Pada rujukan dini, bidan dan perawat di posyandu, Polindes, Pustu termasuk Puskesmas keliling, melakukan tindakan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang sesuai standar pelayanan yang terdapat pada buku pedoman. Bila kasus penyimpangan tersebut ternyata memerlukan penanganan lanjut, maka dilakukan rujukan ke tim medis di Puskesmas.

c. Tingkat Rumah Sakit Rujukan

(16)

didukung oleh tim dokter spesialis anak, kesehatan jiwa, kesehatan mata, THT, rehabilitasi medic, ahli terapi, ahli gizi dan psikolog.

2.3.7 Evaluasi

Evaluasi (penilaian) adalah kegiatan untuk membandingkan antara hasil yang telah dicapai dengan rencana yang telah ditentukan. Evaluasi merupakan alat penting untuk membantu pengambilan keputusan sejak tingkat perumusan kebijakan maupun pada tingkat pelaksanaan program. Evaluasi formative adalah evaluasi yang dilaksanakan selama program sedang berjalan (sedang dilaksanakan), dengan tujuan untuk dapat memberikan umpan balik kepada manajer program tentang hasilhasil yang dicapai serta hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan program. Sehingga dapat diambil tindakan tertentu dengan segera supaya tujuan dapat tercapai. Evaluasi ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang faktor-faktor yang menghambat, mendorong, memberi peluang dan tantangan yang ada.1

Evaluasi kegiatan SDIDTK dilakukan akhir tahun dengan mengolah dan menganalisa laporan tahunan Puskesmas. Data yang dilihat adalah data cakupan kontak pertama SDIDTK, cakupan SDIDTK bayi 4 kali setahun, cakupan balita dan anak pra sekolah 2 kali setahun dan persentase anak yang tingkat perkembangannya sesuai (S), meragukan (M) atau dengan penyimpangan (P).1

(17)

BAB III

METODE PENGUMPULAN DATA

3.1 Lokasi dan Waktu Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi dari tanggal 3 April hingga 5 April 2017.

3.2 Data yang Dikumpulkan

Data yang dikumpulkan oleh penulis penting untuk memberikan informasi mengenai pelaksanaan program Stimulasi, deteksi dan intervensi dini Tumbuh kembang (SDIDTK) Balita dan anak Prasekolah di Puskesmas Putri Ayu, data yang dikumpulkan terdiri dari dua yaitu:

1. Data Primer

Data primer didapat melalui wawancara mendalam (depth interview) yaitu untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam mengenai pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh kembang (SDIDTK) Balita dan anak Prasekolah di Puskesmas Putri Ayu dan permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaannya. Wawancara dilakukan dengan pengelola program tumbuh kembang di Puskesmas Putri Ayu. 2. Data Sekunder

(18)

3.3 Cara Pengambilan Data 3.3.1 Pengumpulan Data

Data primer diperoleh melalui wawancara dengan Pengelola program tumbuh kembang di puskesmas Putri Ayu. Sedangkan Data sekunder diperoleh dengan meminjam dari pengelola program tumbuh kembang berupa buku pencatatan dan pelaporan penyelenggaraan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh kembang balita dan anak prasekolah di puskesmas Putri Ayu.

3.3.2 Pengolahan Data

(19)

BAB IV

HASIL KEGIATAN PUSKESMAS 4.1 Profil Puskesmas Putri Ayu

4.1.1 Sejarah Puskesmas Putri Ayu

Gambar 1. Peta wilayah kerja Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi

a. Visi Puskesmas :

Terwujudnya Puskesmas Putri Ayu dengan pelayanan, masyarakat yang berperilaku hidup bersih dan sehat pada tahun 2018.

b. Misi Puskesmas :

(20)

2. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.

3. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya kesehatan.

4. Meningkatkan kerjasama lintas sektoral dalam pembangunan kesehatan. 9

4.1.2 Analisa Lingkungan Puskesmas Putri Ayu 4.1.2.1 Geografi

Puskesmas Tanjung Pinang terletak di Kecamatan Danau Sipin Kota Jambi. Wilayah kerja Puskesmas mencakup 5 Kelurahan, yaitu :

1. Kelurahan Legok 2. Kelurahan Murni 3. Kelurahan Sungai Putri 4. Kelurahan Solok Sipin 5. Kelurahan Selamat

Batas-batas wilayah Puskesmas Putri Ayu adalah:

a. Sebelah utara berbatasan dengan sungai Batang hari b. Sebelah Timur berbatasan dengan kecamatan Pasar Jambi

c. Sebelah Barat berbatasan dengan kelurahan selamat dan kecamatan Telanai Pura

d. Sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Jelutung.9 4.1.2.2 Demografi

Jumlah Penduduk Wilayah kerja Puskesmas Putri Ayu berdasarkan data akhir tahun 2016 adalah 70.841 jiwa dengan perincian :

Tabel 4.1 Daftar jumlah penduduk di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi periode Januari – Desember 2016

N o

Kelurahan Jumlah penduduk

(21)

3. Solok Sipin 14.726 jiwa

4. Sungai Putri

14.286 jiwa

5. Selamat 15.096 jiwa

J U M L A H 70.841 jiwa

4.1.3 Kelembagaan

Puskesmas Putri Ayu diklasifikasikan puskesmas rawat jalan dan rawat inap dengan membawahi tiga buah puskesmas pembantu, yaitu Pustu Legok, Sungai Putri Dan Pustu Danau Sipin.9

4.1.4 Fasilitas Puskesmas Putri Ayu

Puskesmas Putri Ayu memiliki sarana dan prasarana puskesmas rawat jalan yang cukup lengkap, seperti; alat dan ruang UGD, poli umum, poli gigi, poli KIA dan KB, imunisasi, laboratorium sederhana, konsultasi gizi dan kesling, serta apotik dan gudang obat yang cukup. Selain itu puskesmas juga punya 3 puskesmas pembantu, 44 posyandu, satu unit mobil ambulan dan sembilan unit sepeda motor.9

4.1.5 Ketenagaan

Untuk data ketenagaan di Puskesmas Inpres Putri Ayu dapat dijabarkan dalam tabel berikut:4

Tabel 4.2 Daftar jumlah ketenagaan di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi No Tingkat Kesehatan Jumlah

1. Dokter umum 4

2. Dokter gigi 2

3. Bidan 26

4. Perawat 15

5. Perawat gigi 5

(22)

7. Tenaga teknis kefarmasian 5 8. Kesehatan masyarakat 2 9. Kesehatan Lingkungan 2

10 Nutrisionis 1

11 Analisis Kesehatan 1

12 Tenaga Kesehatan lainnya 27

Total 91

4.2

Data Sekunder Hasil Pencatatan dan Pelaporan Puskesma

4.2.1 Distribusi hasil kegiatan Upaya Kesehatan Ibu dan Anak Puskesmas Putri Ayu tahun 2016.4

NO Kegiatan Target

Puskesmas

Jumlah

%

2015 2016

1 Cakupan K4 1108 1022 1003 90,52%

2 Persalinan oleh Nakes 1058 997 982 92,81%

3 Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani

222 164 117 52,70%

4 Cakupan kunjungan Neonatus 1007 912 982 97,51%

5 Penanganan dan rujukan neonatus 17 150 17 100%

6 Cakupan kunjungan bayi 1007 912 503 49,95%

7 Pelayanan deteksi dan stimulasi dini tumbang Balita

5024 1953 1613 32,10%

8 Tumbang anak prasekolah 2444 1551 1588 64,97%

9 Akseptor aktif MKET dipuskesmas 12751 4961 3051 23,91%

4.2.2 Distribusi kegiatan Stimulasi, Deteksi dan Intevensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) pada TK/Paud di wilayah Kerja Putri Ayu Berdasarkan data pencatatan dan pelaporan pelaksanaan stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang (sdidtk) oleh pengelola program tumbuh kembang didapatkan bahwa pada periode bulan februari 2017 terdapat 19 TK/PAUD yang telah mengikuti program SDIDTK yaitu:4

N 0

Tempat Jumlah

Peserta

Keterangan

1. TK Pertiwi 63 Pelaksanaan Tumbuh kembang

(23)

5 TK Al azhar 241 Pelaksanaan Tumbuh kembang

6 TK Sakidah 34 Pelaksanaan Tumbuh kembang

7 TK KB IBU 17 Pelaksanaan Tumbuh kembang

8 TK Khalifah 33 Pelaksanaan Tumbuh kembang 9 TK Salsabila 15 Pelaksanaan Tumbuh kembang 10 KB Mekar indah 26 Pelaksanaan Tumbuh kembang 11 Paud Barokah Mandiri 31 Pelaksanaan Tumbuh kembang 12 TK Baiturahim 25 Pelaksanaan Tumbuh kembang 13 TK Aimuttaqim 98 Pelaksanaan Tumbuh kembang 14 TK/PAUD Adyaksa 58 Pelaksanaan Tumbuh kembang 15 TPA Ikhsyaniah 23 Pelaksanaan Tumbuh kembang 16 PAUD Dayung Hamidah 30 Pelaksanaan Tumbuh kembang 17 PAUD Al amanah 12 Pelaksanaan Tumbuh kembang 18 TL/PAUD Al Falah slamet 90 Pelaksanaan Tumbuh kembang 19 TK/PAUD Al Falah Legok 86 Pelaksanaan Tumbuh kembang

4.3 Hasil Pengumpulan Data Primer

4.3.1 Hasil Wawancara dengan Pengeola Program Tumbuh Kembang di Puskesmas Putri Ayu

1. Bu, siapakah sasaran dalam pelaksanaan SDIDTK balita dan anak prasekolah?

Yang menjadi sasaran dalam pelaksanaan SDIDTK adalah TK dan Posyandu

2. Siapakah pelaksana dalam program SDIDTK balita dan anak prasekolah ini bu?

Pelaksanaan SDIDTK di Posyandu oleh kader posyandu, sedangkan di TK kita petugas puskesmas turun bekerja sama dengan bagian gizi, dibantu guru, tapi guru hanya mengawasi saja tidak ikut melaksanakan.

3. Bu, Apa saja elemen yang di nilai dalam pelaksanaan SDIDTK balita dan anak Prasekolah?

Ya seperi biasa pengukuran bb,tb,lk seperti yang sudah berjalan di posyandu. Bedanya kalo anak pra sekolah dilakukan di TK/PAUD nya. Itu saja.

4. Bu, kapan pelaksanaan SDIDTK ini dilakukan?

(24)

5. Apakah ada pembekalan khusus terhadap pengelola,petugas kesehatan maupun pihak yang terkait dalam pelaksanaan SDIDTK ini bu?

Tidak ada pembekalan khusus mengenai SDIDTK ini. Saya hanya melaksanakan sesuai tugas yang diberikan.

6. Bu, instansi apa saja yang telah berkoordinasi dengan Puskesmas dalam pelaksanaan SDIDTK?

Kalo untuk Putri ayu bekerja sama dengan TK, ada 19 TK yang telah kami datangi di februari 2017.

7. Bagaimana dengan fasilitas Pendukung pelaksanaan SDIDTK ini bu?

Untuk fasilitas yang digunakan itu paling hanya meteran, timbangan,ya paling begitu saja.

8. Bagaimana dengan pencatatan dan pembuatan laporan pelaksanaan SDIDTK ini,Apakah ada pihak yang membantu ibu?

Tidak ada, Untuk laporan semua saya kerjakan sendiri. Saya tidak pernah menyerahkan tugas saya kepada yang lain.

9. Bagaimana dengan dana pelaksanaan SDIDTK ini bu?

selama ini sih saya pakai kendaraan pribadi, tidak ada dana dari puskesmas. Tapi mungkin ada dari BOK, saya juga kurang tahu. 10.Bagaimana dengan hasil capaian SDIDTK ini bu?

Saya tidak tahu. Saya hanya mencatat dan melaporkan saja.

11. Berdasarkan hasil capaian yang terdapat dalam laporan kinerja puskesmas 2016, untuk program SDIDTK balita dan anak prasekolah masih rendah, menurut ibu apa penyebab rendahnya capaian tersebut?

Mungkin karena masih banyak orang tua balita yang belum mau memeriksakan anaknya,karenakan hanya sekedar timbang badan saja jadi dianggap tidak begitu penting. Sedangkan anak yang bersekolah di TK atau PAUD hanya sebagian kecil saja.

12.Apakah ada sosialisasi khusus mengenai SDIDTK ini bu?

Tidak ada sosialisasi khusus SDIDTK

13.Apakah ada kendala dalam pelaksanaan SDIDTK ini bu/

(25)

BAB V

MASALAH KESEHATAN 5.1 Identifikasi Masalah

5.1.1 Curah Pendapat (Brainstorming)

Dari hasil brainstorming dengan beberapa teman dan pegawai puskesmas didapatkan beberapa masalah dalam pelaksanaan SDIDTK balita dan anak prasekolah, diantaranya:

a. Masalah dalam input :

1. Tidak meratanya pelaksanaan program SDIDTK

(26)

3. Tidak ada pembagian tugas yang jelas antara pengelola tumbuh kembang dengan guru,kader, dan tenaga kesehatan yang terlibat dalam pelaksanaan SDIDTK.

4. Tidak semua pemeriksaan dilakukan b. Masalah dalam Proses :

1. SDIDTK hanya dilakukan di Posyandu dan TK

2. Tidak diberikan Pengarahan atau pelatihan secara menyeluruh mengenai proses dan pelaksanaan SDIDTK.

3. Kurangnya kordinasi dan pelimpahan wewenang dari pengelola SDIDTK kepada petugas pelaksana yang terlibat.

4. Kurangnya fasilitas pendukung dalam pelaksanaan SDIDTK c. Masalah dalam output :

1. Belum semua anak balita dan prasekolah mendapatkan pelayanan SDIDTK

2. Hanya dilakukan pemeriksaaan pertumbuhan balita dan anak prasekolah

3. Pelaksanaan SDIDTK hanya dilakukan oleh pengelola program tumbang saja

4. Hanya dilakukan pemeriksaan sesuai dengan fasilitas yang tersedia

d. Outcome

1. Rendahnya angka capaian pelakanaan SDIDTK balita dan anak prasekolah

2. Pelaksanaan SDIDTK tidak sesuai dengan pedoman pelaksanaan SDIDTK ditingkat pelayanan dasar yang di keluarkan oleh kemenkes. 3. Pelaksanaan SDIDTK tidak optimal.

4. Tujuan pelaksanaa SDIDTK tidak tercapai.

(27)

1. Belum semua balita dan anak prasekolah mendapatkan pelayanan SDIDTK.

2. Rendahnya angka capaian pelaksanaan SDIDTK balita dan anak prasekolah.

3. Hanya dilakukan pemeriksaan pertumbuhan balita dan anak prasekolah 4. Pelaksanaan SDIDTK tidak sesuai dengan Pedoman Pelaksaan SDIDTK

ditngkat pelayanan dasar.

5. Pelaksanaan SDIDTK hanya dilakukan oleh pengelola saja. 6. Pelaksanaan SDIDTK tidak optimal

7. Tujuan Pelaksanaan SDIDTK tidak tercapai.

5.1.2 Konfirmasi Masalah dengan Data

Hasil identifikasi masalah kemudian dibuktikan dengan data otentik berupa data primer ataupun data sekunder. Data sekunder berupa data yang sudah ada di Puskesmas, untuk melengkapi dapat ditambah dengan data primer yang diperoleh melalui observasi dan wawancara dengan pengelola program tumbuh kembang secara langsung. Adapun konfirmasi data yang diperoleh adalah sebagai berikut:

1. Belum semua balita dan anak prasekolah mendapatkan pelayanan SDIDTK.

Berdasarkan laporan kerja puskesmas Putri ayu, jumlah balita yang seharusnya mendapatkan pelayanan SDIDTK sebanyak 5024 orang, sedangkan yang mendapatkan pelayanan hanya 1613 orang. Untuk anak prasekolah yang seharusnya mendapatkan pelayanan SDIDTK adalah 2444 sedangkan yang mendapatkan pelayanan hanya 1588. Selain itu, instansi yang terlibat dalam pelaksanaan SDIDTK hanya TK/PAUD dan posyandu saja.

2. Rendahnya angka capaian pelaksanaan SDIDTK balita dan anak prasekolah

(28)

pelaksanaan program SDIDTK balita dan anak prasekolah, yang diharapkan 90% anak balita dan prasekolah terjangkau oleh kegiatan program SDIDTK.

3. Hanya dilakukan deteksi dini penyimpangan pertumbuhan balita dan anak prasekolah

Berdasarkan wawancara dengan pengelola program tumbuh kembang di puskesmas didapatkan bahwa kegiatan SDIDTK yang di laksanakan yaitu deteksi penyimpangan pertumbuhan saja berupa pemeriksaan berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala.

4. Pelaksanaan SDIDTK tidak sesuai dengan Pedoman Pelaksanaan SDIDTK ditngkat pelayanan dasar.

Berdasarkan buku pedoman pelaksanaan SDIDTK di tingkat pelayanan dasar dijelaskan bahwa pemeriksaan yang dilakukan pada SDIDTK meliputi stimulasi perkembangan sesuai dengan usia anak, deteksi dini tumbuh kembang meliputi penyimpangan pertumbuhan, deteksi penyimpangan perkembangan dan penyimpangan mental emosional. 5. Pelaksanaan SDIDTK hanya dilakukan oleh pengelola tumbuh kembang

saja.

Berdasarkan wawancara dengan pengelola SDIDTK didapatkan bahwa kegiatan SDIDTK di TK/PAUD dilakukan oleh pengelola tumbuh kembang. Seharusnya guru bisa melakukan deteksi dini penyimpangan pertumbuhan seperti, deteksi dini penyimpangan perkembangan pada waktu tertentu sesuai dengan usia anak tanpa harus menunggu datangnya petugas Puskesmas ke TK/PAUD atau jadwal pembagian kapsul vitamin A.1 Selain itu, untuk kegiatan SDIDTK di posyandu memakai sistem 5 meja sehingga hanya melakukan pemeriksaan deteksi dini peyimpangan pertumbuhan saja.

6. Pelaksanaan SDIDTK tidak optimal

(29)

menyampaikan informasi/melakukan sosialisasi tentang kegiatan SDIDTK kepada orang tua balita dan anak praseolah yang berada di wilayahnya. 7. Tujuan Pelaksanaan SDIDTK tidak tercapai.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan pengelola Tumbuh kembang, Tujuan SDIDTK yang telah terselenggara di puskesmas Putri Ayu masih terbatas pada deteksi dini penyimpangan. Hal ini tidak sesuai dengan Tujuan khusus yang tertera pada buku pedoman SDIDTK ditingkat pelayanan dasar.

5.1.3 Pernyataan Masalah (Problem Statement)

1. Belum semua balita dan anak prasekolah mendapatkan pelayanan SDIDTK.

2. Rendahnya angka capaian pelaksanaan SDIDTK balita dan anak prasekolah.

3. Hanya dilakukan pemeriksaan pertumbUhan balita dan anak prasekolah 4. Pelaksanaan SDIDTK tidak sesuai dengan Pedoman Pelaksaan SDIDTK

ditngkat pelayanan dasar.

5. Pelaksanaan SDIDTK hanyadilakukan oleh pengelola saja. 6. Pelaksanaan SDIDTK tidak optimal

7. Tujuan Pelaksanaan SDIDTK tidak tercapai.

5.2 Penentuan Prioritas Masalah

(30)

N

(31)

B : Bobot *Bobot ditentukan 2-5

N : Nilai **Nilai ditentukan 1-10

BN : Bobot x Nilai

Dari hasil MCUA diatas diperoleh urutan prioritas masalah pada makalah ini adalah “Rendahnya pencapaian pelaksanaan SDIDTK balita dan anak prasekolah di puskesmas Putri Ayu.”

Sedangkan prioritas masalah dengan menggunakan tekhnik PAHO (Pan Americam Health Organization) adalah sebagai berikut:

Tabel 5.2 Penentuan prioritas masalah dengan metode PAHO (Pan Americam Health Organization)

N o

Masalah M S V C Total

1

Belum semua balita dan ana prasekolah mendapatkan

pelayanan SDIDTK 4 3 3 2 72

2 Capaian SDIDTK rendah 4 4 3 2 96

3

Hanya dilakukan pemeriksaan deteksi dini penyimpangan pertumbuhan balita dan anak prasekolah

3 3 3 2 54

4 Pelaksanaan SDIDTK tidak sesuai dengan pelaksanaan pedoman 3 4 3 2 72

5

Pelaksanaan SDIDTK hanya dilakukan oleh pengelola tumbuh kembang

4 3 2 3 48

6 Pelaksanaan SDIDTK tidak optimal 4 4 3 1 54

7 Tujuan pelaksanaan SDIDTK tidak tercapai 4 3 3 2 72

(32)

M = Magnitude

S = Severity

V = Vulnerability

C = Community concern

Skor ditentukan 1-10 dan skor kolom M x S x V x C =Total

(33)

5.3.1 Diagram Alur (Flow Chart)

Gambar 2. Diagram alur pelaksanaan KB di Puskesmas

(34)

Identifikasi penyebab masalah dengan metode diagram tulang ikan (fish bone) atau diagram sebab akibat sering juga disebut sebagai diagram ishikawa

berdasarkan kerangka pendekatan sistem, seperti gambar di bawah ini:

5.3.3 Konfirmasi Penyebab dengan Data

Berikut ini adalah konfirmasi data terhadap beberapa penyebab masalah yang telah diidentifikasi seperti diagram fish bone:

1. Jumlah Petugas SDIDTK masih kurang

Berdasarkan wawancara dengan pengelola tumbuh kembang diketahui bahwa petugas yang melaksanakan kagiatan SDIDTK berjumlah 2 orang. Untuk melaksanakan serangkaian kegiatan pemeriksaan SDIDTK 2 petugas tidaklah cukup, sehingga ada beberapa kegiatan pemeriksaan tidak dilakukan dan pelaksanaan SDIDTK menjadi tidak optimal.

(35)

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan pengelola tumbuh kembang, petugas yang terlibat seperti guru tidak dilibatkan dalam pelaksanaan SDIDTK hanya membantu dalam pengkondisian anak yang mengikuti pelaksanaan SDIDTK.

3. Tidak ada pelatihan dan pengarahan khusus mengenai pelaksanaan SDIDTK

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan pengelola Tumbuh kembang didapatkan bahwa tidak ada pelatihan ataupun pengarahan khusus dalam penyelenggaraan SDIDTK, baik itu dari pengelola,petugas,kader maupun pihak terkait lainnya. Selain itu petugas juga menambahkan bahwa program ini sudah ada sejak dulu, jadi tinggal melihat yang dulu-dulu.

4. Tidak ada penghargaan khusus atas pelaksanaan SDIDTK

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan pengelola Tumbuh kembang tidak ada penghargaan khusus atas pelaksanaan SDIDTK

5. Kurangnya monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan SDIDTK

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola Tumbub kembang, program SDIDTK yang di laksanakan hanya deteksi dini penyimpangan perkembangan saja, karena SDIDTK ini sudah berjalan lama,jadi hanya mengikuti yang sebelumnya tanpa adanya evaluasi terkait pelaksanaannya. Hal ini tentu tidak sesuai dengan pedoman pelaksanaan SDIDTK tingkat pelayanan dasar.

6. Cakupan wilayah kerja yang luas

Berdasarkan profil puskesmas putri ayu dapat dilihat bahwa puskesmas putri Ayu memiliki cakupan wilayah yang luas yang terdiri dari 5 kelurahan dengan jumlah penduduk sekitar ... hal ini menyebabkan sulitnya jangkauan terhadap semua wilayah guna terlaksananya program SDIDTK.

7. Alat pemeriksaan tidak diketahui

(36)

lain selain timbangan, meteran, penlight. Padahal dalam pedoman pelaksanaan ada beberapa instrumen lain yang harus di miliki seperti KPSP, kuesioner masalah mental emosional, checklist deteksi autis pada anak umur 18-36 bulan, formulir deteksi dini gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas serta formulir deteksi dini tumbuh kembang anak. Semua instrumen ini seharusnya diketahui d

an dimilki oleh pengelola puskesmas yang nantinya akan disampaikan kepada petugas yang terlibat.

8. Alokasi dana khusus tidak ada

Berdasarkan hasil wawancara hasil wawancara dengan pengelola Tumbuh kembang didapatkan bahwa biaya akomodasi menggunakan uang sendiri. 5.3.4 Menentukan Penyebab yang Paling Dominan

(37)

BAB VI

PEMECAHAN MASALAH PRIORITAS

DAN USULAN KEGIATAN UNTUK PEMECAHAN MASALAH Masalah adalah kesenjangan antara keadaan spesifik yang diharapkan, yang ingin dicapai yang menimbulkan rasa tidak puas dan keinginan untuk memecahkannya.10

Urutan dalam siklus pemecahan masalah antara lain : 1. Identifikasi atau inventarisasi masalah

Menetapkan keadaan spesifik yang diharapkan, yang dicapai, menetapkan indikator tertentu sebagai dasar pengukuran kinerja. Kemudian mempelajari keadaan yang terjadi dengan menghitung atau mengukur hasil pencapaian, yang terakhir membandingkan antara keadaan nyata yang terjadi dengan keadaan tertentu yang sudah ditetapkan.

2. Penentuan prioritas masalah

Menyusun peringkat masalah, lebih baik dilakukan oleh banyak orang dari pada satu orang saja. Beberapa metode yang dapat digunakan antara lain

Hanlon, Delbeq, CARL, Pareto, dan MCUA. 3. Penentuan penyebab masalah

Penentuan penyebab masalah digali berdasarkan data atau kepustakaan dengan curah pendapat. Penentuan penyebab masalah hendaknya tidak menyimpang dari masalah tersebut.

4. Memilih penyebab yang paling mungkin

Penyebab masalah yang paling mungkin harus dipilih dari sebab-sebab yang didukung oleh data atau konfirmasi.

5. Menentukan alternatif pemecahan masalah

Seringkali pemecahan masalah dapat dilakukan dengan mudah dari penyebab yang telah diidentifikasi. Jika penyebab sudah jelas maka dapat langsung pada alternatif pemecahan.

(38)

Setelah pemecahan masalah ditentukan, maka dilakukan pemilihan pemecahan terpilih. Apabila ditentukan beberapa alternatif maka digunakan Hanlon kualitatif untuk menentukan atau memilih pemecahan terbaik.

7. Penyusunan rencana penerapan

Rencana penerapan pemecahan masalah dibuat dalam bentuk POA (Plan of Action) atau rencana kegiatan.

8. Monitoring dan evaluasi

Ada dua segi pemantauan yaitu apakah kegiatan penerapan pemecahan masalah yang sedang dilaksanakan sudah diterapkan dengan baik dan menyangkut masalah itu sendiri, apakah permasalahan sudah dapat dipecahkan.

Gambar 1. Siklus pemecahan masalah

6.1 Alternatif Pemecahan Masalah

Setelah dilakukan curah pendapat (brainstorming) dari tim pemecah masalah didapatkan alternatif-alternatif pemecahan masalah sebagai berikut:

(39)

1. Memberikan pengarahan dan pelatihan khusus mengenai pelaksanaan program SDIDTK sesuai pedoman pelaksanaan.

2. Menjalin kerja sama yang baik antara pengelola tumbuh kembang dengan pihak lain yang terlibat dalam pelaksanaan SDIDTK

3. Pihak puskesmas meningkatkan monitoring serta evaluasi terhadap pelaksanaan SDIDTK.

6.2 Alternatif Pemecahan Masalah Terpilih

Tabel 6.1 Penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah dengan metode MCUA (Multiple Criteria Utility Assessment).

No

(40)

Keterangan :

B : Bobot Bobot ditentukan 2-5

N : Nilai Nilai ditentukan 1-10

BN : Bobot x Nilai

Berdasarkan hasil MCUA diatas didapatkan prioritas pemecahan masalahnya adalah Memberikan pengarahan dan pelatihan khusus mengenai pelaksanaan program SDIDTK sesuai pedoman pelaksanaan.

6.3 Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat dalam Pemecahan Masalah 1. Faktor pendukung

 Puskesmas menyediakan tempat pelaksaaan pengarahan dan pelatihan khusus.

 pengarahan dapat diberikan oleh kepala Puskesmas. 2. Faktor Penghambat

 Kesulitan dalam mencari waktu yang tepat untuk melakukan pengarahan dan pelatihan

3. Upaya Mengantisipasi Faktor Penghambat

 Memakai waktu saat dilakukannya posyandu pada masing-masing unit posyandu, atau dapat dikumpulkannya sesuai waktu yang mereka sepakati.

 Melakukan komunikasi yang baik untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya pelaksanaan SDIDTK dengan benar.

(41)

N O

Kegiatan Tujuan Sasaran Lokasi Pelaksana biaya Target

(42)

6.5.1 Monitoring

Tabel 6.3 Contoh Format Monitoring Kegiatan N

O

Kegiatan Indikator Standar Hasil Selisih Ket

1 Mengadakan

(43)

a. Membandingkan frekuensi/tingkat masalah atau sebab masalah sebelum intervensi dan sesudah intervensi. Untuk itu dapat menggunakan Bar Chart atau

b. Menggunakan Format Evaluasi yang telah disediakan: Tabel 6.4 Contoh Format Evaluasi Kegiatan

(44)

7.1 Kesimpulan

Dari hasil analisis penulis menyimpulkan bahwa :

1. Masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan SDIDTK yaitu Belum semua balita dan anak prasekolah mendapatkan pelayanan SDIDTK, Rendahnya angka capaian pelaksanaan SDIDTK balita dan anak prasekolah, hanya dilakukan pemeriksaan pertumbuhan balita dan anak prasekolah, Pelaksanaan SDIDTK tidak sesuai dengan Pedoman Pelaksaan SDIDTK ditngkat pelayanan dasar, pelaksanaan SDIDTK hanya dilakukan oleh pengelola saja dan pelaksanaan SDIDTK tidak optimal.

2. Masalah yang diprioritaskan dalam pelaksanaan SDIDTK yaitu rendahnya angka capaian pelaksanaan SDIDTK balita dan anak prasekolah.

3. Faktor-faktor penyebab masalah dan penyebab masalah dominan dalam pelaksanaan SDIDTK yaitu tidak ada pelatihan dan pengarahan khusus mengenai pelaksanaan SDIDTK.

4. Alternatif pemecahan masalah dalam pelaksanaan SDIDTK yaitu memberikan pengarahan dan pelatihan khusus mengenai pelaksanaan program SDIDTK sesuai pedoman pelaksanaan, menjalin kerja sama yang baik antara pengelola tumbuh kembang dengan pihak lain yang terlibat dalam pelaksanaan SDIDTK, pihak puskesmas meningkatkan monitoring serta evaluasi terhadap pelaksanaan SDIDTK.

5. Prioritas pemecahan masalah dalam pelaksanaan SDIDTK adalah Memberikan pengarahan dan pelatihan khusus mengenai pelaksanaan program SDIDTK sesuai pedoman pelaksanaan.

7.2 Saran

(45)

2. Memberi pelatihan SDIDTK pada petugas Puskesmas yang belum pernah mendapat pelatihan SDIDTK, terutama mereka yang terlibat langsung dengan pelaksanaan kegiatan SDIDTK di Puskesmas

3. Adanya penyusunan kelompok kerja dan pembagian kerja yang jelas untuk pelaksanaan program SDIDTK di Puskesmas dan jaringannya terutama untuk nakes Puskesmas, guru dan kader mengingat masih terbatasnnya tenaga dan fasilitas untuk pelaksanaan program SDIDTK di Puskesmas dan jaringannya.

4. Adanya peran aktif serta inovasi dari semua pihak yang terkait dalam pelaksanaan program SDIDTK.

5. Adanya monitoring dari kepala Puskesmas agar pelaksanaan dapat berjalan dengan baik dan meningkatnya pencapaian program SDIDTK.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kemenkes RI. Pedoman Pelaksanaan Stimuasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta, 2013

2. Hidayat, A, A. Pengantar ilmu Keperawatan. Jakarta, 2009

3. Yamin, M 7& Sabri, J, S. Panduan PAUD Pendidikan Anak Usia Dini. Ciputat; 2013

4. Laporan Kinerja Puskesmas Putri Ayu Kota jambi 2016. Jambi, 2017 5. Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta; 1998.

6. Fikriyanti, M. Perkembangan Anak Usia Emas (Golden age). Yogyakarta; 2013

(46)

8. Soetjiningsih. Skrining Perkembangan dalam Upaya Deteksi Dini dan Meningkatkan kualitas hidup anak dalam Tumbuh Kembang, Nutrisi dan Endokrin,SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Ulam/RSUD Ulin

9. Dinas Kesehatan Kota Jambi. Profil Kesehatan Puskesmas Putri Ayu.

Jambi, 2016

Gambar

Tabel BB/TB
Tabel 2.2 Pelaksana dan Alat yang digunakan untuk Deteksi Dini Penyimpangan
Tabel 2.3 Jadwal Kegiatan dan Jenis Skrining/Deteksi
Gambar 1. Peta wilayah kerja Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pelayanan kesehatan neonatal dasar mengacu pada pedoman Manajemen Terpadu Balita Muda, meliputi pemeriksaan tanda vital, konseling perawatan bayi baru lahir dan ASI

Gambar APD yang digunakan Tim Pelayanan Teknis (PT. Haleyora Powerindo) pada pekerjaan penyambungan kabel gardu baru di PT PLN (Persero) Area Bandung dapat dilihat

b) Merencanakan jadwal pemeriksaan terhadap seluruh unit STIMA IMMI. c) Membuat pengembangan audit program dari buku pedoman audit yang ada untuk dasar

Puskesmas Gadang Hanyar mempunyai tugas tugas pokok melakukan pelayanan kesehatan tingkat pertama atau dasar secar manyeluruh dan terpadu meliputi pelayanan kesehatan

Berdasarkan Gambar 4.35 dijelaskan bahwa alur kelola data prrestasi dan catatan dimulai dari ditampilkannya form data prestasi dan catatan kepada wali

rangsangan, stimulasi dan bimbingan, diharapkan akan meningkatkan perkembangan perilaku dan sikap melalui pembiasaan yang baik, sehingga akan menjadi dasar utama

Sedangkan Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar meliputi: tenaga kerja; koperasi dan usaha kecil dan menengah; penanaman modal;

MKK Fakultas, MKPP, dan MKKP, mengenai merancang stimulasi berfikir sesuai dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik (Memotivasi peserta didik) dan