ABSTRAK
PENINGKATAN KEMAMPUAN PARAFRASA MELALUI TEKNIK DISKUSI PADA SISWA KELAS VI-A SD NEGERI 4 TALANGPADANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh MARWATI
Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kemampuan siswa dalam
memparafrasakan puisi melalui teknik diskusi. Berdasarkan masalah tersebut,
penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatkan kemampuan siswa
kelas VI-A SD Negeri 4 Talangpadang dalam menulis parafrasa melalui teknik
diskusi.
Metode dalam penelitian ini menggunakan teknik penelitian tindakan kelas
(PTK). Subjek yang terlibat dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI-A
semester ganjil Siswa Negeri 4 Talangpadang dengan jumlah 24 siswa. Penelitian
ini dilaksanakan sebanyak dua siklus, setiap siklus terdiri atas perencanaan,
tindakan, observasi, dan refleksi. Setiap siklus yang diamati adalah aktivitas siswa
dan guru.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam memparafrasa
puisi setiap siklus mengalami peningkatan. Pada prasiklus nilai rata-rata 52,70,
17 orang dengan persentase 70,84%. Pada siklus I nilai rata-rata 61,87, siswa yang
tuntas 11 orang dengan persentase 45,83% dan siswa yang tidak tuntas 13 orang
dengan persentase 54,17%. Pada siklus II nilai rata-rata 81,04, siswa yang tuntas
20 orang dengan persentase 83,3% dan siswa yang tidak tuntas 4 orang dengan
persentase 16,7% dengan aktivitas siswa siklus I 68,57% dan mengalami
peningkatan pada siklus II 85,71%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
teknik diskusi dapat meningkatkan kemampuan parafrasa siswa kelas VI A SD
PENINGKATAN KEMAMPUAN PARAFRASA
MELALUI TEKNIK DISKUSI PADA SISWA KELAS VI-A
SD NEGERI 4 TALANGPADANG TANGGAMUS TAHUN
PELAJARAN 2011/2012
Oleh MARWATI
Penelitian Tindakan Kelas
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
PENINGKATAN KEMAMPUAN PARAFRASA
MELALUI TEKNIK DISKUSI PADA SISWA KELAS VI-A
SD NEGERI 4 TALANGPADANG TANGGAMUS TAHUN
PELAJARAN 2011/2012
(Penelitian Tindakan Kelas)
Oleh MARWATI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
2.7.2 Langkah-Langkah Teknik Diskusi ... 22
3.8.4 Indikator Ketepatan Penggunaan Ejaan ... 40
3.9 Teknik Analisis Data ... 43
. IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 45
4.1.1 Persiapan Pembelajaran ... 46
4.1.2 Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran ... 47
4.1.5.2 Tindakan (Acting) ... 67
4.1.5.3 Pengamatan (Obsevating) ... 70
4.1.5.4 Refleksi (Reflecting) ... 71
4.2 Pembahasan ... 77
4.3 Kelebihan dan Keterbatasan Teknik Diskusi ... 82
4.3.1 Kelebihan Teknik Diskusi ... 83
4.3.2 Keterbatasan Teknik Diskusi ... 83
V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 84
5.2 Saran ... 85
5.2.1 Untuk Guru ... 85
5.2.2 Untuk Sekolah ... 86
5.2.3 Untuk Siswa ... 86
DAFTAR PUSTAKA ... 87
DAFTAR TABEL
halaman
3.1 Indikator Penilaian Kemampuan Kemampuan Menulis Parafrasa ... 37
3.2 Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajara ... 42
3.3 Lembar Obsevasi Aktivitas Guru dalam Pembelajaran ... .. 43
3.4 Tolok Ukur Penilaian ... 44
4.1 Nilai Rata-Rata Kemampuan Memparafrasa Per Indikator Prasiklus... 52
4.2 Sebaran Jumlah Siswa Menurut Rentang Nilai Kemampuan Memparafrasa Puisi Prasiklus... 53
4.3 Kelebihan dan Kelemahan Prasiklus ... ... ... 54
4.4 Nilai Rata-Rata Kemampuan Memparafrasa Per Indikator Siklus I ... 62
4.5 Hasil Kumulatif Belajar Siswa Memparafrasa Puisi ... 63
4.6 Sebaran Jumlah Siswa Menurut Rentang Nilai Kemampuan Memparafrasa Siklus I ... 64
4.7 Kelebihan dan Kelemahan Siklus I ... 65
4.8 Nilai Rata-Rata Kemampuan Memparafrasa Per Indikator Siklus II... 72
4.9 Hasil Kumulatif Belajar Siswa Memparafrasa Puisi ... 73
4.10 Sebaran Jumlah Siswa Menurut Rentang Nilai Kemampuan Memparafrasa Siklus I... 74
4.11 Kelebihan dan Kelemahan Siklus II ... . 75
4.12 Nilai Rata-Rata Kemampuan Memparafrasa Puisi dengan Teknik Dengan Teknik Diskusi Per Indikator Prasiklus, Siklus I, Siklus II ... . 77
4.13 Data Ketuntasan Belajar Memparafrasa Puisi Prasiklus, Siklus I, Siklus II... 78
4.14 Persentase Ketuntasan Siswa Prasiklus, Siklus I, Siklus II ... 79
4.15 Persentase Aktivitas Siswa Siklus I, Siklus II ... 80
4.16 Persentase Aktivitas Guru Siklus I dan Siklus II ... 82
MOTO
“Tidaklah mereka mengetahui, Allah menerima tobat hamba-hambanya dan Allah Maha penerima tobat, lagi Maha Penyayang”
(QS At-taubat 104)
“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Sumarti, S.Pd., M.Hum. ...
Sekretaris : Dr. Nurlaksana Eko Rusminto, M.Pd. ...
Penguji
Bukan Pembimbing : Dr. Edi Suyanto, M.Pd. ...
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 1985031003
PERSEMBAHAN
Dengan penuh syukur dan bahagia atas segala rahmat yang telah dilimpahkan dari
Tuhan Yang Maha Esa, penulis mempersembahkan karya tulis ini, kepada
orang-orang terkasih berikut ini.
1. Suamiku tercinta Nurhadi, S.E., M.M. yang memberikan doa untuk
menyelesaikan dan menanti keberhasilan penulis.
2. Anak-anakku yang selalu memberikan semangat dan kebersamaan sehingga
memberikan kedamaian dan keberhasilan penulis.
3. Dewan guru SD Negeri 4 Talangpadang yang selalu memotivasi kepada
penulis.
4. Para dosen yang telah membimbing dan membantu menyelesaikan studi.
Judul : PENINGKATKAN KEMAMPUAN PARAFRASA MELALUI TEKNIK DISKUSI PADA SISWA KELAS VI – A SD NEGERI 4 TALANGPADANG TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Nama Mahasiswa : MARWATI
No.Pokok Mahasiswa : 1013124004
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Seni Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI
Pembimbing I Pembimbing II
Sumarti, S.Pd., M.Hum. Dr. Nurlaksana Eko Rusminto, M.Pd. NIP 19700318 1994032002 NIP 19640106 1988031001
Ketua Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Seni
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pagar Dewa Kecamatan Pagar Dewa Kabupaten Tulang Bawang Barat, pada tanggal 28 Agustus 1970. Sebagai anak bungsu dari delapan saudara, buah cinta dari pasangan Raja Mega Akhmad (alm) dan Zulaiha (alm).
Peneliti menyelesaikan studi di Sekolah Dasar Negeri 1 Pagar Dewa diselesaikan pada tahun 1982, Sekolah Menengah Pertama Negeri I Talangpadang diselesaikan tahun 1985, Sekolah Pendidikan Guru PGRI Talangpadang diselesaikan pada tahun 1988, D3/A3 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan PGRI Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 1993.
Pada 6 Juli 1997 peneliti menikah dengan Nurhadi, S.E.,M.M. dan telah dikaruniai 3 orang anak, yaitu Nurma Afrilia, Novanza Hasan, dan Naufal Haikal Hasan.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
dengan judul “Peningkatan Kemampuan Parafrasa Melalui Teknik Diskusi pada
Siswa Kelas VI-A SD Negeri 4 Talangpadang Tahun Pelajaran 2011/2012”.
Penulis telah banyak menerima bantuan, dukungan , dan bimbingan dari berbagai
pihak dalam proses penyelesaian penelitian ini. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati, sebagai wujud rasa hormat dan penghargaan atas bantuanya,
penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak berikut.
1. Sumarti, S.Pd., M.Hum. selaku dosen pembimbing I yang telah
membimbing penulis dengan penuh kesabaran, keikhlasan, memotivasi,
dan pengarahan, serta saran-saran dari penyusunan proposal hingga PTK
ini selesai ditulis.
2. Dr. Nurlaksana Eko Rusminto, M.Pd. selaku dosen pembimbing II yang
telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran, keikhlasan,
memotivasi, dan pengarahan, serta saran-saran dari penyusunan proposal
hingga PTK ini selesai ditulis.
3. Dr. Edi Suyanto, M.Pd. selaku Ketua Progran Studi dan pembahas yang
dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di
Universitas Lampung dengan baik.
4. Drs. Imam Rejana, M.si. selaku ketua jurusan pendidikan bahasa dan seni
yang telah memberikan pengarahan, bimbingan, bantuan, motivasi, dan
saran dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan studi
di Universitas Lampung dengan baik.
5. Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan FKIP Universitas Lampung
beserta staf yang telah memotivasi penulis sehingga bisa menyelesaikan
studi Universitas Lampung.
6. Bapak dan Ibu dosen FKIP Universitas Lampung yang telah membekali
penulis dengan ilmu dan pengetahuan selama menjalani perkuliahan.
7. Seluruh Staf Administrasi dan Karyawan Tata Usaha Jurusan Bahasa dan
Seni Unila yang telah membantu dan melayani urusan administrasi
perkuliahan.
8. Tarbiah, S.Pd. selaku kepala sekolah SD Negeri 4 Talangpadang yang
telah memberi motivasi dan membantu kelancaran dalam penelitian dan
penyusunan PTK.
9. Keluarga besar SD Negeri 4 Talangpadang, seluruh dewan guru, staf TU,
dan karyawan yang telah membantu kelancaran penelitian PTK ini.
10. Teman sejawat, Atnaini, S.Pd. yang telah membantu proses pelaksanaan
penelitian.
11. Teman-teman mahasiswa S-I dalam Jabatan Progran Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia Angkatan 2011 yang telah memberikan
12. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelalesaikan PTK
ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga Tuhan Yang Mahakuasa membalas kebaikan dan pengorbanan bapak,
ibu, kakak, adik, dan teman-teman. Penulis menyadari dalam penuliasn PTK ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
sangat penulis harapkan demi kesempurnaan PTK ini. Penulis berharap
mudah-mudahan hasil karya ini bermanfaat dalam meningkatkan pembelajaran bahasa
Indonesia khususnya, dan pembaca umumnya.
Bandar Lampung, 2012
Penulis
M A R W A T I
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu komponen yang sangat strategis di dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan pembangunan sehingga dapat
memjawab tantangan-tantangan yang terjadi dimasyarakat. Tantangan-tantangan tersebut antara lain berupa perubahan sosial budaya, ilmu pengetahuan, dan
teknologi yang semakin canggih. Tantangan tersebut tidak selamanya berdampak positif bagi masyarakat, tetapi ada juga yang dapat menimbulkan dampak negatif apabila disalahgunakan.
Guru sebagai garda terdepan dalam pendidikan diharapkan memiliki semangat untuk berperan aktif menghadapi tantangan tersebut, termasuk membantu mengarahkan anak didiknya dalam menghadapi perubahan atau pergeseran
nilai-nilai kehidupan dimasyarakat. Oleh karena itu, guru dituntut untuk memiliki kemampuan dalam melaksanakan tugasnya, termasuk guru Bahasa Indonesia yang
Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, guru dituntut memiliki kreativitas yang
andal karena mata pelajaran tersebut sangat penting dan besar manfaatnya, serta sampai saat ini masih menjadi mata pelajaran untuk ujian nasional. Dengan kreativitas yang andal, diharapkan guru dapat menerapkan strategi atau metode
pembelajaran yang tepat sehingga apa yang menjadi beban pembelajaran akan mudah dipahami dan bermakna bagi siswanya, termasuk pembelajaran apresiasi
sastra.
Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah memiliki beberapa tujuan, salah satunya adalah agar peserta didik memiliki kemampuan menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi
pekerti serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khasanah budaya dan intelektual
manusia Indonesia (BNSP, 2006:261). Lebih khusus lagi, pembelajaran apresiasi sastra bertujuan agar siswa mampu mengapresiasi dan mengekspresikan sastra melalui kegiatan mendengar, menonton, membaca, dan melisankan hasil sastra,
baik berupa dongeng, puisi, drama pendek, maupun pengalaman dalam bentuk cerita (Depdiknas, 2003). Hal ini berarti bahwa siswa diharapkan mampu
melaksanakan apresiasi sastra secara aktif, kreatif, dan inovatif.
apresiasinya. Apresiasi sastra meliputi apresiasi prosa, puisi, dan drama.
Pembelajaran apresiasi puisi merupakan salah satu pembelajarab apresiasi sastra. Materi yang harus diberikan pada siswa adalah materi yang bertujuan agar siswa lebih mengenal, memahami, menghayati kepribadian, sikap, wawasan, serta
peningkatan pengetahuan dan kemampuan berkomunikasi maupun berbahasa.
Berdasarkan refleksi awal terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya pada standar kompetensi yakni mengungkapkan pikiran, perasaan dan informasi
secara tertulis dalam bentuk formulir, ringkasan, dialog, dan parafrasa, dengan kompetensi dasar, mengubah puisi ke dalam bentuk prosa dengan tetap memperhatikan makna puisi di SD Negeri 4 Talangpadang Tanggamus
menunjukkan bahwa pembelajaran puisi belum optimal. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti kurangnya kualitas proses belajar, dan siswa tidak aktif
dalam materi tersebut. Teknik pembelajaran yang digunakan guru masih terkesan monoton sehingga siswa merasa jenuh dan akibatnya siswa tidak tetarik dengan pembelajaran tersebut. Siswa sendiri kadang merasa takut dan rendah diri dalam
menghadapi pembelajaran sastra yang diciptakan guru.
Guru merupakan faktor dominan terhadap kebehasilan pembelajaran puisi di sekolah khususnya kelas yang diampunya. Seorang guru harus mampu menguasai
dapat menciptakan keaktifan siswa atau melibatkan aktivitas siswa untuk
merespon dam memberikan reaksi, seperti teknik diskusi.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti berusaha menyelesaikan masalah tersebut dengan memilih salah satu teknik pembelajaran. Dari bermacam-macam teknik yang dibaca dari berbagai buku penunjang, peneliti dalam hal ini menerapkan
teknik diskusi. Melalui teknik diskusi diharapkan menjadi alternatif belajar yang baru dalam upaya meningkatkan aktivitas siswa dan meningkatkan kemampuan
menulis.
Adapun kelebihan teknik diskusi antara lain (1) membantu siswa berpikir dari sudut pandang suatu subyek bahasan dengan memberi mereka praktik perpikir; (2)
membantu siswa mengevaluasi logika serta bukti-bukti bagi posisi dirinya atau posisi yang lain; (3) membantu siswa menyadari akan suatu problem dan
mengformulasikannya dengan mengunakan informasi yang diperoleh dari bacaan atau ceramah; (4) memberikan kesempatan pada siswa untuk mengformulasikan penerapan suatu prinsip; (5) menggunakan bahan-bahan anggota lain dari
kelompoknya; (6) mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih baik; (7) memperoleh umpan balik yang cepat.
Berdasarkan uraian di atas penulis melakukan penelitian tindakan kelas dengan
Kelas VI-A SD Negeri 4 Talangpadang Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran
2011/2012.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana peningkatan kemampuan parafrasa melalui teknik diskusi pada
siswa kelas VI-A SD Negeri 4 Talangpadang Tanggamus tahun pelajaran 2011/2012.
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatan kemampuan parafrasa melalui teknik
diskusi pada siswa kelas VI-A SD Negeri 4 Talangpadang tahun pelajaran 2011/2012.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan berguna baik secara teoretis maupun praktis.
Adapun kegunaan dari penelitian ini sebagai berikut.
1.4.1 Manfaat Secara Teoretis
Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menambah pengetahuan keilmuan di bidang kebahasaan, khususnya dalam memparafrasa puisi dengan penerapan
1.4.2 Manfaat Penelitian Secara Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru, siswa, dan sekolah.
a. Bagi guru
untuk meningkatkan wawasan tentang teknik pembelajaran dengan diskusi dan memberi sumbangan/informasi tentang parafrasa puisi serta memotivasi
guru untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas dalam proses pembelajaran. b. Bagi siswa
1. meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran memparafrase puisi ke dalam bentuk prosa sederhana dengan teknik diskusi;
2. meningkatkan hasil belajar siswa untuk mencapai KKM yang telah
ditentukan. c. Bagi sekolah
II. LANDASAN TEORI
2.1 Puisi
Puisi merupakan pemikiran manusia secara konkret dalam bahasa yang emosional serta berirama. Misalnya dengan kias, citraan, dan disusun secara artistik, dan bahasanya penuh perasaan, serta berirama seperti musik. Puisi juga merupakan karya sastra yang bersifat imajinatif yang didalamnya banyak menggunakan kata bermakna kias dan makna lambang (majas), puisi lebih bersifat konotatif.
2.1.1 Pengertian Puisi
Secara etimologis istilah puisi berasal dari bahasa Yunani poites, yang berarti “pembangun, pembentuk, pembuat”. Dalam bahasa Latin dari kata poeta, yang artinya “membangun, memnyebabkan, menimbulkan, menyair”. Dalam perkembangan selanjutnya, makna tersebut menyempit menjadi hasil seni sastra yang kata-katanya disusun menurut syarat tertentu dengan menggunakan irama, sajak, dan kadang kata-kata kias (Situmorang, 1980:10).
demikian seberapa lembar pun suatu halaman tempat puisi itu ditulis, puisi selalu tertulis dengan cara yang sama. Dalam hal ini, penyair yang menentukan panjang baris/ukuran ( Djojosuroto, 2005:9).
2.1.2 Unsur-Unsur Instrinsik Puisi
Unsur-unsur instrinsik puisi terdiri dari: 1. Tema
Tema merupakan gagasan pokok yang dikembangkan oleh penyair. Tema puisi ada bermacam-macam. Ada tema ketuhanan, persahabatan, kemanusian, perjuangan atau kepahlawanan.
2. Perasaan
Perasaan penyair dapat dilihat dalam puisi. Perasaan yang terdapat dalam puisi bias perasaan kagum, benci, bahagia, dan sedih.
3. Nada/Tone
Nada mengambarkan sikap penyair terhadap pembaca. Ada puisi yang bernada marah, belas kasih, takut, atau serius.
4. Amanat
2.1.3 Unsur-Unsur Pembentuk Puisi
Berikut ini merupakan beberapa unsur pembentuk puisi: 1. Larik
Larik puisi juga disebut baris puisi. Larik merupakan kata, deretan kata, atau kalimat yang ada dalam puisi. Larik-larik puisi dibentuk oleh kata-kata yang penuh makna. Kata-kata itu bisa bermakna denotasi/lugas bahkan bermakna konotasi atau kias.
2. Bait
Bait merupakan kumpulan larik atau kumpulan baris. Jumlah bait dalam baris berbeda-beda. Bait disebut juga kuplet.
3. Pertautan Antarbait
Bait-bait dalam puisi harus saling berhubungan. Isi dalam bait puisi pun harus berhubungan.
4. Rima atau Sajak
Rima atau sajak biasanya disebut persamaan bunyi yang terdapat dalam puisi. Persamaan bunyi ini bias dilihat di akhir baris dalam satu bait. Persamaan bunyi bisa juga dilihat dalam satu baris.
5. Diksi
6. Pengimajinasian
Pengimajinasian disebut juga pencitraan. Citraan berhubungan dengan pancaindra. “Apa” yang digambarkan penulis dapat dilihat dari citraan. Ada beberapa citraan yang ditemukan dalam puisi, yaitu: citraan penglihatan, citraan pendengaran, citraan perasaan, citraan perabaan, dan citraan penciuman.
2.1.4 Pengelompokan Puisi
Secara garis besar puisi dikelompokkan manjadi dua yaitu puisi lama dan puisi baru. Dikatakan puisi lama karena bentuk karangannya yang terikat oleh pembaitan, pembarisan, persajakan, dan irama. Puisi lama terdiri atas beberapa bentuk yaitu, (a) pantun, (b) karmina, (c) syair, (d) gurindam, (e) seloka, dan (f) talibun. Sedangkan puisi baru yaitu puisi yang berusaha membebaskan diri dari aturan pembarisan, pembaitan, persajakan, bahkan ingin bebas dari kungkungan makna leksikal.
2.2 Prosa
2.2.1 Pengertian Prosa
memegang adapt istiadat yang berlaku didaerahnya. Karya sastra lama pada mulanya berbentuk lisan yang disebarkan dari mulut ke mulut. Orang paling berperan dalam memperkenalkan dan mengembangkan sastra lisan adalah pawang pelipur lara, yaitu sebutan bagi orang yang mahir dalam bercerita.
2.2.2 Ciri-Ciri Prosa
Prosa merupakan sastra lama Indonesia dan memiliki cirri-ciri sebagai berikut. 1. bersifat istana sentris, yaitu selalu berkisah diseputar lingkungan istana,
misalnya cerita yang berkisar tentang raja yang bijaksana, kepahlawanan, seorang pangeran, atau kejelitaan putri raja, dan semacamnya;
2. memiliki tema dan isi cerita seputar pertentangan antara sifat-sifat yang baik dan buruk;
3. selalu menganggap hasil karya sebagai milik bersama, sehingga tidak diketahui nama pengarangnya ( anonim);
4. menghasilkan karya sastra yang sesuai atau tergantung dengan kenyataan alam sekitar;
5. sangat terikat oleh adat-istiadat.
2.2.3 Bentuk-Bentuk Prosa
Yaitu suatu bentuk prosa baru berisi cerita kehidupan manusia yang diuraikan secara terperinci dan detail.
2. Novel
Novel merupakan cerita prosa yang menceritakan suatu kejadian luar biasa sehingga melahirkan suatu konflik yang mengakibatkan adanya nasib
pelakunya. 3. Cerita Pendek
Cerpen yaitu prosa yang menceritakan salah satu segi saja peristiwa yang dialami pelakunya. Uraianya tidak begitu terperinci, hanya yang penting-penting saja dan jumlahnya antara 5-15 halaman.
2.2.4 Jenis-Jenis Prosa
Adapun jenis-jenis prosa lama yang perlu diketahui, yaitu: 1. Dongeng
Dongeng adalah cerita yang lahir berdasarkan khayalan semata. Dapat dikatakan pula bahwa dongeng merupakan cerita sederhana yang tidak benar- benar terjadi.
2. Fabel
3. Mite
Mite adalah dongang yang dianggap benar-benar terjadi dan disucikan, hal yang dikisahkan mengenai para dewa, peri atau hal yang gaib.
4. Legenda
Legenda adalah cerita tentang asal usul nama suatu tempat, benda, atau suatu tempat.
5. Sage
Sage adalah cerita yang mengandung unsur-unsur sejarah. 6. Farabel
Farabel adalah dongeng perumpamaan yang biasanya berisikan unsur pendidikan tentang kesusilaan dan keagamaan.
7. Cerita Jenaka
Adalah cerita lucu yang berisi tentang kelucuan tokoh-tokohnya. 8. Hikayat
Hikayat adalah kisah mengenai kehidupan manusia dalam pengertian yang sebenarnya.
9. Epos
2.3 Apresiasi Sastra
Apresiasi merupakan kegiatan mengauli cipta sastra dengan sunguh-sungguh hingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran, kritis, dan kepekaan pikiran yang baik terhadap cipta sastra ( Lubis, 1994:148 ).
Kata apresiasi dalam bahasa Indonesia berasal dari kata apprecaiation yang berarti penghargaan. Tepatnya penghargaan yang didasarkan pada pemahaman. Secara gramatikal penghargaan dapat diberi makna sebagai proses atau hal memberi harga atau menghargai. Dalam rangka pemberian tugas dari suatu obyek, misalnya suatu karya seni, pastilah akan melibatkan hal-hal mengobservasi, meneliti, dan menimbang yaitu menilai kelebihan dan kekurangan obyek itu, barulah sampai pada kesimpulan sebagai hasil pemberian tugas tersebut ( Suroto,1989:157 )
subjektif; (3) aspek evaluatif, berhubungan dengan kegiatan memberikan penilaian terhadap baik buruk, indah tidak indah, sesuai tidak sesuai, serta sejumlah ragam penilaian yang tidak harus hadir dalam sebuah karya kritik, tetapi secara personal cukup dimiliki oleh pembaca (www.mahardikazifana.com.2009).
2.4 Pendekatan Parafrasa
Istilah parafrasa sering muncul dalam pembahasan puisi. Salah satu cara untuk memahami puisi dapat dengan cara membuat parafrasa terhadap puisi tersebut, yaitu dengan menambahkan kata-kata yang dapat memperjelas kalimat pendek yang menjadi ciri khas puisi. Setelah ada perubahan, puisi tersbut berubah uraian menjadi prosa atau cerita. Artinya, wajah asli puisi telah berubah menjadi prosa, namun kandungan makna atau pengertian dari isi puisi tidak berubah. Hal seperti itulah yang disebut dengan parafrasa. Parafrasa adalah penguraian kembali suatu teks atau karangan dalam bentuk atau susunan kata yang lain dengan maksud menjelaskan maknanya yang tersembunyi (KBBI,2005).
hakekatnya parafrasa adalah mengubah atau mengalihkan suatu bentuk bahasa menjadi bentuk yang lain tanpa mengubah pengertian atau kandungan artinya.
Parafrasa juga termasuk menceritakan kembali sesuatu yang telah didengar ke bentuk tulisan atau mengalihkan bentuk bahasa lisan ke bentuk tulisan. Misalnya seseorang diperdengarkan sebuah cerita kemudian ia mencoba menguraikan kembali cerita ke bentuk karangan atau wacana. Dalam penulisan kembali tersebut tentunya penggunaan kalimat dan pilihan kata tidak sama dengan cerita aslinya, karena dituangkan dengan menggunakan bahasa sendiri, namun inti cerita tidak berubah. Khususnya parafrasa puisi dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.
Untuk memparafrasa sebuah teks puisi, langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai beikut.
1. Bacalah teks puisi secara cermat. 2. Pahami isi tiap larik dalam puisi.
3. Ubahlah semua larik dalam puisi menjadi kalimat.
4. Gabungkan kalimat-kalimat yang telah diubah menjadi paragraf. 5. Susunlah paragraf yang dibuat menjadi cerita.
Contoh Puisi
Nasi goreng dan telur yang terhidang Tak sempat kusentuh
Puisi tersebut dapat diubah menjadi prosa dengan mempertahankan makna puisi.
Hari ini(,) aku (terbaring) sakit.
(sakitku) karena (aku) tak turuti nasihat (orang tuaku)(.)
Sudah dibilang (oleh ibu)(.) jangan (aku sampai) lupa sarapan(.) Aku tetap (saja) bangun (pagi) kesiangan(.)
Nasi goreng dan telur yang terhidang (di atas meja) tak sempat kusentuh(.)
Hari ini(,) aku (terbaring) sakit(.) Tubuhku (terasa) lemas(.)
(dan) badanku demam(.)
Mulai hari ini(,) aku berjanji(.)
(Aku) tak (akan meng-) abaikan sarapan pagi(.) (Sekarang)(,) sapan (bagiku sangat) penting(.) (Sarapan) untuk menambah tenaga(.)
Pikiran (-ku) menjadi terang (dengan sarapan)(.)
Bait-bait puisi di atas dapat diubah menjadi paragraf sebagai berikut.
Hari ini, aku terbaring sakit. Sakitku karena aku tak turuti nasihat orang tuaku. Sudah dibilang oleh ibu, jangan aku sampai lupa sarapan. Aku tetap saja bangun pagi kesiangan. Nasi goreng dan telur yang terhidang di atas meja tak sempat kusentuh. Itu karena aku sudah terlambat ke sekolah.
Hari ini, aku terbaring sakit. Tubuhku terasa lemas dan badanku demam. Hari ini, aku tak bias masuk sekolah.
Mulai hari ini, aku berjanji. Aku tak akan mengabaikan sarapan pagi. Sekarang, sarapan bagiku sangat penting. Sarapan untuk menambah tenaga. Pikiranku menjadi tenang.
2.5 Macam-Macam Pendekatan Parafrasa
2.5.1 Pendekatan Emotif
2.5.2 Pendekatan Didaktis
Pendekatan didaktis adalah suatu pendekatan yang berusaha menemukan dan memahami gagasan, tanggapan, evaluatif maupun sikap pengarang terhadap kehidupan. Gagasan, tanggapan ini akan mampu terwujud dalam suatu pandangan etis, filosofis, maupun agamis sehingga akan mampu memperkaya kehidupan rohaniah pembaca (Aminuddin, 2004:47).
Pendekatan didaktis timbul karena adanya mutu karya sastra yang ditentukan oleh ada tidaknya nilai kemanfaatan didaktis di dalamnya. Semakin banyak
mengandung nilai didaktis semakin tinggi mutu karya sastranya.
2.5.3. Pendekatan Analistis.
Pendekatan analistis merupakan pendekatan yang berupaya membantu pembaca memahami gagasan, cara pengarang menampilkan gagasan, sikap pengarang, unsur instrinsik dan hubungan antara elemen itu sehingga dapat membentuk keselarasan dan kesatuan dalam rangka totalitas bentuk maknanya.
Unsur-unsur yang membangun karya sastra prosa tersebut antara lain: 1. Tema
2. Alur Cerita (Plot)
Plot adalah cara pengarang menjalin kejadian-kejadian secara berentetan dengan memperhatikan sebab akibat sehingga membentuk suatu kesatuan yang utuh dan padu. Alur terdiri atas beberapa macam seperti maju, mundur, dan alur maju mundur. Alur maju adalah alur yang menceritakan peristiwa berdasarkan urutan waktu kejadian kejadiannya dari awal, tengah, lalu menuju akhir kejadian cerita. Alur mundur (flashback) yang dimulai menceritakan peristiwa bagian akhir lalu kembali menceritakan bagian awal. Sedang alur campuran alur yang menceritakan sesuatu ketika berada pada kejadian di tengah cerita kembali lagi menceritakan pada awal cerita.
3. Penokohan
Penokohan merupakan pelaku yang dapat berbentuk manusia atau binatang yang terlibat dalam rangkaian peristiwa cerita. Pelaku dan sifat-sifatnya merupakan unsur yang terpenting karena merupakan ciri utama sebuah cerita dan pengalaman penulis dikreasikan kepada pembaca terpusat pada pelaku dan sifatnya.
4. Latar Cerita (Setting)
5. Sudut Pandang (point of view)
Sudut pandang adalah posisi penulis dalam cerita yang ditulisnya. Secara garis besar ada dua sudut pandang yang digunakan dalam menulis cerita (a) sudut pandang orang pertama atau gaya saya (aku atau kami) dan (b) sudut pandang orang ketiga atau gaya dia ( manusia atau binatang)
6. Gaya Pengungkapan
Gaya merupakan teknik pengarang menyampaikan gagasannya leeway cerita dengan untaian kalimat atau kata-kata yang khas. Pengungkapan tersebut jelas tercermin pada pengolahanpersoalanyang ditampilkan, tema yang dicairkan dalam cerita. Gaya tersebut relatif tidak ditemukan pada pengarang yang lain.
2.6 Kemampuan Parafrasa
Kemampuan adalah kesanggupan untuk menggunakan unsur-unsur bahasa untuk menyampaikan maksud atau pesan dalam keadaan yang sesuai (Nababan, 1986:39). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:707) mengemukakan arti kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan kita berusaha dengan diri sendiri.
Kemampuan parafrasa melalui teknik diskusi, bermakna suatu kesanggupan menggunakan unsur karya sastra (puisi) untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan secara imajinatif dengan berdiskusi sehingga dapat merangsang minat dan motivasi belajar siswa untuk menulis prosa sederhana berdasarkan puisi.
2.7 Teknik Diskusi
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis mengacu pada pendapat KBBI, yaitu diskusi adalah cara belajar mengajar yang melakukan tukar pikiran antara murid dan guru, murid dengan murid sebagai peserta diskusi.
2.7.1 Tujuan Teknik Diskusi
Penulis memilih teknik diskusi dalam pembelajaran parafrasa puisi kebentuk prosa sederhana dengan mempertahankan isi puisi untuk memperbaiki proses pembelajaran dan hasil belajar yang telah ditentukan oleh pihak sekolah. Ada beberapa tujuan diskusi menurut Trianto (2009:134) sebagai berikut:
1. Dapat mempertinggi partisipasi siswa secara individu.
2. Dapat mempertinggi kegiatan kelas sebagai keseluruhan dan kesatuan. 3. Rasa sosial mereka dapat dikembangkan, karena bisa saling membantu
memecahkan soal, dan mendorong rasa kesatuan.
4. Memberi kemungkinan untuk saling mengungkapkan pendapat.
2.7.2 Langkah- Langkah Teknik Diskusi
masalah-masalah di dunia dewasa ini yang memerlukan pembahasan-pembahasan oeh lebih dari satu orang.
Langkah-langkah penggunaan teknik diskusi sebagai berikut:
1. Guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan memberikan pengarahan sebelumnya mengenai cara-cara pemecahannya. Dapat pula pokok masalah yang akan didiskusikan ditentukan bersama-sama oleh guru dan siswa. Dalam hal ini judul atau masalah yang akan didiskusikan itu harus dirumuskan sejelas-jelasnya agar dapat dipahami oleh siswa.
2. Guru memimpin siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi, memilih pimpinan diskusi (ketua, sekretaris, pelapor kalau perlu, mengatur tempat duduk, ruangan, sasaran, dan sebagainya). Pemimpin diskusi yang dipilih sebaiknya siswa yang memahami dan menguasai masalah yang akan didiskusikan, berwibawa dan disenangi oleh teman-temannya, lancer dalam berbicara dengan menggunakan bahasa yang baik, dan dapat bertindak tegas, adil, dan demokratis.
Tugas pemimpin diskusi yakni sebagai berikut: a. Pengatur dan mengarahkan jalannya diskusi. b. Pengatur “lalu lintas” percakapan.
c. Penengah dan penyimpul berbagai pendapat.
kelompok) menjaga ketertiban serta memberi dorongan dan bantuan sepenuhnya agar setiap anggota kelompok berpartisipasi aktif dan agar diskusi berjalan lancar. Setiap anggota kelompok harus tahu apa yang akan didiskusikan dan bagaimana caranya berdiskusi. Berdiskusi harus berjalan dalam suasana bebas, setiap anggota harus mengetahui bahwa memiliki hak untuk berbicara yang sama. Tiap kelompok melaporkan hasil diskusinya. Hasil-hasilnya yang dilaporkan itu ditanggapi oleh semua siswa (terutama dikelompok yang lain). Guru memberi ulasan dan penjelasan terhadap laporan laporan tersebut. Para siswa mencatat hasil diskusi, kemudian guru mengumpulkan hasil diskusi dari tiap kelompok.
2.7.3 Kelebihan dan Keterbatasan Teknik Diskusi
2.7.3.1 Kelebihan Teknik Dsikusi
a. Teknik diskusi melibatkan semua siswa secara langsung dalam proses belajar dan setiap siswa dapat menguji tingkat pengetahuan dan penguasaan bahan pelajaran masing-masing.
b. Teknik diskusi dapat menumbuhkan dan mengembangkan cara berpikir dan sikap ilmiah.
c. Dengan mengajukan dan mempertahankan pendapatnya dalam diskusi, diharapkan para siswa dapat memperoleh kepercayaan diri sendiri.
d. Teknik diskusi dapat menunjang usaha-usaha pengembangan sikap sosial dan sikap demokratis para siswa.
2.7.3.2 Keterbatasan Teknik Diskusi
a. Suatu diskusi tidak dapat diramalkan sebelumnya mengenai bagaimana hasilnya sebab bergantung kepada kepemimpinan siswa dan partisipasi anggota-anggotanya.
b. Suatu diskusi memerlukan keterampilan-keterampilan tertentu yang belum pernah dipelajari sebelumnya.
d. Tidak semua topik dapat dijadikan pokok diskusi, tetapihanya hal-hal yang bersifat problematic saja yang dapat didiskusikan.
e. Diskusi yang mendalam memerlukan waktu yang banyak. Siswa tidak boleh merasa dikejar-kejar waktu. Perasaan dibatasi waktu menimbulkan
kedangkalan dalam diskusi sehingga hasilnya tidak bermanfaat.
f. Apabila suasana diskusi hangat dan siswa sudah berani mengemukakan pkiran, maka biasanya sulit untuk membatasi pokok masalahnya.
g. Sering terjadi dalam diskusi siswa kurang berani mengemukakan pendapat. h. Jumlah siswa di kelas yang terlalu besar akan mempengaruhi kesempatan setiap
siswa untuk mengemukakan pendapatnya.
Untuk mengatasi keterbatasan tersebut Yusuf Djajadisastra (1982:102) mengemukakan saran-saran mengenai usaha-usaha yang dapat dilakukan, yaitu sebagai berikut.
b. Agar tidak menimbulkan kelompok-isme, ada baik bila untuk setiap diskusi dengan topik atau problem baru dan kelompok baru dengan cara melakukan penukaran anggota-anggota kelpmpoknya. Dengan demikian, semua murid akan mengalami suasana bekerja bersama-sama dalam satu kelompok dan juga pernah mengalami bekerja sama dengan teman sekelasnya.
III. METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah
penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya degan cara (1) merencanakan, (2)
melaksanakan, dan (3) merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif
dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar siswa
dapat meningkat (Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, 2011:9).
Pada konsep PTK terdiri atas empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, observasi,
dan reflefsi. Hubungan dari keempat tahap tersebut dikenal sebagai siklus. Untuk
lebih jelas, siklus dengan rancangan PTK adalah sebagai berikut.
Tindakan
(acting)
Perencanaan Pengamatan
(planning) (observating)
Reflesi
(reflecting)
Penelitian tindakan kelas ini bercirikan adanya perubahan yang berlangsung
secara terus menerus. Bila pembelajaran menulis mengubah puisi ke dalam prosa
sederhana dengan mempertahankan isi puisi melalui teknik diskusi belum
meningkat pada siklus pertama, penulis akan merencanakan tindakan siklus
kedua, dan seterusnya sampai tercapai hasil yang diharapkan. Dengan demikian
jumlah siklus tidak terikat dan tidak ditentukan sampai siklus tertentu.
Pelaksanaan tindakan siklus disesuaikan dengan kebutuhan dalam upaya
peningkatkan hasil belajar. Jika terdapat peningkatan dalam pembelajaran yang
sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) maka siklus tersebut dapat
dihentikan, meskipun masih dalam siklus kedua. Siklus juga bisa dihentikan jika
dirasa tidak ada perubahan hasi belajar dalam setiap tahapan yang telah dilalui
karena akan menimbulkan kejenuhan pada siswa.
3.2 Setting Penelitian
Tempat dan waktu penelitian diuraikan sebagai berikut.
3.2.1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 4 Talangpadang di jalan Raya Peltu
M. Sa’i Kotaraja Talangpadang Kabupaten Tanggamus pada semester ganjil
ruang, kelas II, 2 ruang, kelas III, 2 ruang, kelas IV, 2 ruang, kelas V, 2 ruang,
dan kelas VI, 2 ruang.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2011/2012.
Penelitian ini berlangsung sampai mencapai indikator yang telah ditentukan di
sekolah tercapai, yakni kriteria ketuntasan minimal 65,00 atau ketuntasan klasikal
75%.
3.3 Subjek Penelitian
Subjek penelitian pembelajaran ini adalah siswa kelas VI SD Negeri 4
Talangpadang Kabupaten Tanggamus dengan jumlah siswa 24 orang, terdiri atas
14 laki-laki dan 10 perempuan. Penulis memilih kelas VI karena nilai
pembelajaran memparafrasa puisi ke dalam bentuk prosa belum mencapai kriteria
ketuntasan minimal 65,00 dan secara klasikal 75 %.
3.4 Indikator Kinerja
Indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini sebagai tolok ukur
keberhasilan siswa dan dilakukan sampai ada perubahan yang dialami siswa. Dari
segi proses, penelitian ini dianggap berhasil jika persentase siswa yang aktif
dinyatakan berhasil, jika siswa mendapat nilai sesuai dengan kriteria ketuntasan
minimal 65.00 atau lebih sebanyak 75% atau lebih.
3.5 Rencana Penelitian Tindakan Kelas
Prosedur pembelajaran yang digunakan oleh peneliti adalah menggunakan daur
ulang atau siklus. Setiap siklus terdiri atas empat tahap inti, yaitu perencanaan,
tindakan, observasi, dan refleksi. Siklus kedua dan selanjutnya akan dilakukan
berdasarkan hasil refleksi pada siklus satu dengan menerapkan teknik diskusi
untuk meningkatkan kemampuan memparafrasa puisi menjadi prosa apabila
hasilnya tidak/belum mencapai KKM. Tindak lanjut dari penelitian ini, peneliti
menganalisis hasil setiap siklus dengan berdiskusi dengan teman sejawat atau
kolabolator sampai mencapai hasil yang telah ditentukan.
3.6 Prosedur Tindakan
Prosedur yang digunakan oleh peneliti adalah menggunakan siklus. Setiap siklus
terdiri atas empat tahap , yaitu: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
Kegiatan pertama penelitian dilakukankan dengan menemukan permasalahan dan
berupaya mencari solusi perbaikan, dilanjutkan dengan tindakan yang telah
direncanakan sebelumnya sampai tercapai perbaikan untuk tindakan yang akan
3.6.1 Perencanaan Tindakan
Tahap perencanaan tindakan dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut:
a. Penyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sesuai dengan materi yang
direncanakan.
b. Menyusun lembar pengamatan untuk pembelajaran keterampilan mengubah
puisi ke dalam prosa dengan mempertahankan isi puisi melalui teknik diskusi.
c. Mempersiapkan lembar aktivitas siswa dan guru di dalam kelas.
d. Menyiapkan teks puisi.
3.6.2 Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan proses tindakan berlangsung di kelas pada jam pelajaran Bahasa
Indonesia, siswa yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI
selama dua kali pertemuan (4x35) menit dengan menggunakan langkah-langkah
sebagai berikut.
Siklus I
A. Pertemuan Pertama
a. Kegiatan Awal
1. Guru mengondisikan kelas.
2. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran.
b. Kegiatan Inti
1. Siswa menjelaskan pengertian puisi dengan benar.
2. Siswa mengamati contoh puisi yang diberikan oleh guru.
3. Siswa membaca puisi dengan lafal dan intonasi yang tepat.
4. Siswa bersama-sama menghitung setiap larik pada puisi.
5. Siswa menjelaskan isi/makna yang terkandung dalam puisi.
d. Kegiatan Akhir
Guru dan siswa melakukan refleksi bertanya jawab tentang materi yang
baru dipelajari dan nantinya akan dijadikan bahan acuan dalam
perencanaan tindakan berikutnya.
B. Pertemuan Kedua
a. Kegiatan awal
1. Guru mengondisikan kelas.
2. Guru memulai pelajaran dengan memberi salam serta mengamati
kebersihan dan kahadiran siswa.
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
b. Kegiatan Inti
1. Siswa membentuk kelompok yang beranggotakan 6 orang.
2. Siswa mengamati puisi yang akan parafrasa.
3. Siswa berdiskusi memahami isi puisi.
5. Siswa mengoreksi kembali puisi yang diparafrasa.
c. Kegiatan Akhir
1.Guru bersama siswa bertanya jawab tentang materi pembelajaran.
2.Guru bersama siswa merefleksikan hasil pembelajaran
3. Guru dan siswa menyimpulkan materi pada hari itu.
4. Guru memberikan tugas rumah.
Siklus II
A. Pertemuan Pertama
a. Kegiatan Awal
1.Guru mengondisikan kelas.
2.Guru menginformasikan tujuan pembelajaran.
3.Guru mengadakan apersepsi dengan bertanya jawab.
b. Kegiatan Inti
1. Siswa menbuka tugas rumah.
2. Siswa melanjutkan tugas kelompok
3. Siswa menyampaikan hasil kerja kelompok secara bergantian.
4. Siswa yang lain menanggapi hasil kerja temannya
e. Kegiatan Akhir
1. Guru dan siswa melakukan refleksi.
B. Pertemuan Kedua
a. Kegiatan awal
1. Guru mengondisikan kelas.
2. Guru memulai pelajaran dengan memberi salam serta mengamati
kebersihan dan kahadiran siswa.
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
b. Kegiatan Inti
1. Siswa melanjutkan tugas kelompok
2. Siswa menyampaikan hasil kerja kelompok secara bergantian.
3. Siswa yang lain menanggapi hasil kerja temannya
4. Guru bersama siswa membuat rangkuman hasil belajar.
c. Kegiatan Akhir
1. Siswa membuat kesimpulan dengan bimbingan guru.
2. Menguatkan konsep dan menutup pembelajaran.
3.6.3. Obsevasi
Peneliti mengadakan observasi pada saat kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia
berlangsung dengan menggunakan instrumen yang telah disediakan. Untuk
mengetahui reaksi siswa selama proses tindakan berlangsung, observasi ini
observasi yang telah disiapkan. Pengamatan difokuskan pada waktu proses
pembelajaran untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran
berlangsung.
3.6.4. Refleksi
Refleksi berarti mengingat dan merenungkan kembali suatu tindakan persis
seperti yang telah dicatat dalam observasi. Setelah hasil data uji coba
dilaksanakan, maka peneliti melakukan diskusi bersama teman sejawat yang
melakukan kolaborasi hasil yang sudah didapat. Diskusi meliputi keberhasilan,
kekurangan, kagagalan, dan hambatan-hambatan yang dijumpai pada saat
melakukan tindakan pada setiap siklus.
Setelah mendapatkan gambaran dari hambatan dan permasalahan yang dijumpai,
maka langkah selanjutnya peneliti menyusun kembali rencana kegiatan yang
mengacu pada kekurangan dan kelebihan yang didapat dari siklus sebelumnya.
Hasil analisis refleksi digunakan untuk melaksanakan tindakan pada siklus
3.7 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data diperoleh melalui langkah-langkah sebagai berikut.
3.7.1 Tes
Tes dilakukan pada saat pembelajaran materi memparafrasa puisi ke dalam prosa
sederhana dengan menggunakan teknik diskusi. Tes yang dilakukan adalah
tertulis.
3.7.2 Observasi
Saat kegiatan pembelajaran peneliti mengamati prilaku siswa saat mengikuti
pembelajaran. Pedoman observasi atau pengamatan diisi selama pembelajaran
berlangsung dengan cara memberi tanda ceklis (√) pada setiap aspek yang
diamati sesuai dengan kategori (keadaan kelas) apakah kuaran, cukup, baik, atau
baik sekali.
3.7.3. Wawancara
Wawancara dilaksanakan di luar jam pelajaran, wawancara dilakukan kepada 10
siswa yang mendapat nilai tertinggi dan 10 siswa yang mendapat nilai terendah
pada setiap siklus. Siswa diminta menuliskan jawaban hasil wawancara pada
lembar jawaban yang peneliti sediakan. Wawancara dilakukan untuk mengetahui
3.7.4 Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan hasil lembar kerja siswa. Metode
yang digunakan untuk mencari data-data yang mendukung permasahan yang akan
diteliti.
3.8 Teknik Analisis Data
Kemampuan adalah kesanggupan untuk mengingat, artinya dengan adanya
kemampuan untuk mengingat ada siswa berarti ada suatu indikasi bahwa siswa
tersebut mampu untuk menyimpan dan menimbulkan kembali dari suatu yang
diamatinya (Ahmadi, 1998:70). Kemampuan menulis ditentukan berdasarkan
ketentuan bahwa siswa harus memahami hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
menulis sebagai berikut.
1. Menulis tidak boleh menyimpang dari isi.
2. Menulis bukan berupa komentar, melainkan uraian mengenai hal-hal
pokok yang didapatkan dari kajian objek yang ditulis.
Hal-hal yang dinilai dalam penelitian ini terdiri dua aspek, yaitu aktivitas siswa
dan guru. Aspek aktivitas siswa, meliputi kesesuaian isi prosa dengan puisi yang
diparafrasa, diksi, struktur kalimat dan ejaan. Aspek aktivitas guru meliputi
Table 3.1 Indikator Kemampuan Menulis Parafrasa
NO Indikator Deskriptor Penilaian Peroleh Skor an simal Mak
1. Kesesuaian
Parafrasa Dengan isi puisi
1, Isi prosa yang ditulis sangat sesuai dengan puisi yang diparafrasa.
2. Isi prosa yang ditulis sesuai dengan puisi yang diparafrasa.
3. Isi prosa yang ditulis cukup sesuai dengan puisi yang diparafrasa.
4. Isi prosa yang ditulis kurang sesuai dengan puisi yang diparafrasa.
5. Isi prosa yang ditulis tidak sesuai dengan puisi yang diparafrasa.
Kata 1. Jika dalam menulis parafrasa terdapat 1–2 diksi yang tidak tepat
2. Jika dalam menulis parafrasa terdapat 3-4 diksi yang tidak tepat
3. Jika dalam menulis parafrasa terdapat 5-6 diksi yang tidak tepat
.4 Jika dalam menulis parafrasa terdapat 7-8 diksi yang tidak tepat
5. Jika dalam menulis parafrasa terdapat lebih dari 9 diksi yang tidak tepat
Kalimat 1. Jika dalam menulis parafrasa terdapat 1–2 kalimat tidak efektif.
2. Jika dalam menulis parafrasa terdapat 3-4 kalimat tidak efektif.
3. Jika dalam menulis parafrasa terdapat
5
4
5-6 kalimat tidak efektif.
4. Jika dalam menulis parafrasa terdapat 7-8 kalimat tidak efektif.
5. Jika dalam menulis parafrasa terdapat lebih dari 9 kalimat tidak efektif.
2
1
4. Ketepatan
Penggunaan Ejaan
1. Jika dalam menulis parafrasa terdapat 1 – 3 kesalahan penggunaan
ejaan(penggunaan huruf kapital, penggunaan tanda koma, dan penggunaan tanda titik).
2. Jika dalam menulis parafrasa terdapat 4-6 kesalahan penggunaan
ejaan(penggunaan huruf kapital, penggunaan tanda koma, dan penggunaan tanda titik).
3. Jika dalam menulis parafrasa terdapat 7-9 kesalahan penggunaan
ejaan(penggunaan huruf kapital, penggunaan tanda koma, dan penggunaan tanda titik).
4. Jika dalam menulis parafrasa terdapat 10-12 kesalahan penggunaan
ejaan(penggunaan huruf kapital, penggunaan tanda koma, dan penggunaan tanda titik).
3.8.1 Indikator Kesesuaian Parafrasa dengan Isi Puisi
Memparafrasa dikatakan baik apalbila isinya sesuai mencakup keseluruhan isi
puisi dan disajikan secara urut dari awal sampai akhir. Berdasarkan ketentuan
dalam mengumpulkan data yaitu menulis parfrasa sesuai dengan isi puisi secara
lengkap. Apabila parafrasa yang ditulis siswa sangat sesuai dengan isi puisi
mendapat skor 5. Apabila parafrasa yang ditulis siswa sesuai dengan isi puisi
mendapat skor 4. Apabila parafrasa yang ditulis siswa cukup sesuai dengan isi
puisi mendapat skor 3. Apabila parafrasa yang ditulis siswa kurang sesuai dengan
isi puisi mendapat skor 4. Apabila parafrasa yang ditulis siswa tidak sesuai
dengan isi puisi mendapat skor 5.
3.8.2 Indikator Pilihan Kata
Pilihan kata atau diksi adalah upaya yang dilakukan untuk memilih kata-kata yang
tepat untuk menulis kalimat, paragraf maupun wacana. Pemilihan kata dilakukan
apabila ada kata-kata yang mempunyai arti/makna yang hampir sama atau ada
kemiripan arti. Oleh karena itu dalam menulis parafrasa diperlukan kejelian
memilih kata-kata agar hasil dalam menulis parafrasa sesuai dengan puisi, maka
siswa diharapkan dapat memilih kata-kata dengan tepat. Apabila pilihan kata yang
digunakan dalam menulis parafrasa terdapat kesalahan 1 sampai 2, siswa akan
mendapat skor 5. Apabila pilihan kata yang digunakan dalam menulis parafrasa
yang digunakan dalam menulis parafrasa terdapat kesalahan 5 sampai 6, siswa
akan mendapat skor 3. Apabila pilihan kata yang digunakan dalam menulis
parafrasa kesalahannya 7 sampai 8, siswa akan mendapat skor 2. Apabila pilihan
kata yang digunakan dalam menulis parafrasa kesalahannya lebih dari 8, siswa
akan mendapat skor 1.
3.8.3 Indikator Struktur kalimat
Kalimat yang digunakan untuk menulis parafrasa haruslah efektif agar informasi
yang disampaikan jelas dan dapat dimengerti serta tidak menimbulkan makna
ganda. Adapun ciri kalimat efektif adalah kejelasan, kecermatan, ketegasan,
kehematan, dan kelogisan. Oleh karena itu menulis parafrasa juga diperlukan
keefektifan kalimat agar sesuai dengan isi buku. Apabila dalam menulis parafrasa
kalimat tidak efektif yang digunakan kesalahannya 1 sampai 2, siswa
mendapatkan skor 5. Apabila dalam menulis parafrasa kalimat tidak efektif yang
digunakan kesalahannya 3 sampai 4, siswa mendapatkan skor 4. Apabila dalam
menulis parafrasa kalimat tidak efektif yang digunakan kesalahannya 5 sampai 6 ,
siswa mendapatkan skor 3. Apabila dalam menulis parafrasa kalimat tidak efektif
yang digunakan kesalahannya 7 sampai 8, siswa mendapatkan skor 2. Apabila
dalam menulis parafrasa kalimat tidak efektif yang digunakan kesalahannya lebih
3.8.4 Ketepatan Penggunaan Ejaan
Penggunaan ejaan tidak hanya melafalkan kata demi kata, tetapi lebih mengacu
ke cara pengaturan penulisan huruf menjadi satuan yang lebih besar, misalnya
kata, kelompok kata, atau kalimat. Ejaan berkaitan pula dengan penggunaan tanda
baca pada satuan huruf. Dan ejaan dan tanda adalah ketentuan yang mengatur
penulisan huruf menjadi lebih baik.. Dalam menulis parafrasa juga diperlukan
ketepatan penggunaan ejaan dan tanda baca agar kalimat yang digunakan efektif.
Apabila penggunaan ejaan (penggunaan huruf kapital, tanda koma, dan tanda
titik) terdapat kesalahan 1 sampai 3, siswa akan mendapatkan skor 5. Apabila
penggunaan ejaan (penggunaan huruf kapital, tanda koma, dan tanda titik)
terdapat kesalahan 4 sampai 6, siswa akan mendapatkan skor 4. Apabila
penggunaan ejaan (penggunaan huruf kapital, tanda koma, dan tanda titik)
terdapat kesalahan 7 sampai 9, siswa akan mendapatkan skor 3. Apabila
penggunaan ejaan (penggunaan huruf kapital, tanda koma, dan tanda titik)
terdapat kesalahannya 9 sampai 12, siswa akan mendapatkan skor 2. Apabila
penggunaan ejaan (penggunaan huruf kapital, tanda koma, dan tanda titik)
terdapat kesalahannya lebih 13, siswa akan mendapatkan skor 1.
Untuk mengukur aktivitas siswa selama pembelajaran, dapat disajikan lembar
Tabel 3.2 Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran
N0 Aspek Deskriptor Penilaian Skor 1 2 3 4 5
1. Ketekunan Siswa sangat tekun memperhatikan
contoh penulisan laporan kunjungan
2. Keaktifan Siswa sangat aktif bertanya jawab
dengan guru atau teman dalam menyelesaikan tugasnya.
5
Siswa aktif bertanya jawab dengan guru atau teman dalam menyelesaikan
3. Kerjasama Kerjasama siswa sangat baik dalam
diskusi untuk menyelesaikan tugas 5
Kerjasama siswa baik dalam diskusi
untuk menyelesaikan tugas 4
diskusi untuk menyelesaikan tugas
Selain aktivitas siswa yang dinilai selama kegiatan pembelajaran, aktivitas guru
juga dinilai oleh kolabolator penelitian ini. Untuk mengukur aktivitas guru selama
pembelajaran, dapat disajikan lembar observasi aktivitas guru pada tabel 3.3
sebagai berikut.
Tabel 3.3 Lembar Observasi Aktivitas Guru dalam Pembelajaran
No Aspek yang dinilai Skor
1 2 3 4 5 I Persiapan Pembelajaran
1.Persiapan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran √
2.Kesiapan Alat Peraga/Media yang digunakan √
II Kegiatan Awal
. 1.Melakukan absensi siswa √
2.Mengemukankan tujuan pembelajaran √
3.Menjelaskan deskrepsi singkat materi pelajaran √
III Kegiatan Inti
1.Penguasaan materi pelajaran √
2.Penguasaan kelas √
3.Pemanfaatan media pembelajaran √
4.Partisipasi/aktivitas dalam pembelajaran melalui
teknik diskusi. √
5.Menggunakan bahasa yang baik dan benar √
6.Melakukan pemantauan aktivitas belajar siswa √
IV Kegiatan Akhir
1.Melakukan evaluasi √
2.Melibatkan siswa dalam proses penyimpulan √
3.9 Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dianalis dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1.Membaca, menandai, dan menskor tiap lembar hasil pekerjaan siswa
memparafrasa puisi..
2. Menjumlah skor keseluruhan hasil pekerjaan siswa.
3. Menentukan tingkat kemampuan siswa dalam menulis parafrasa puisi.
4. Menghitung tingkat kemampuan siswa dalam menulis parafrasa dengan rumus
x = skor yang diperoleh : skor maksimal x 100%.
5. Menemukan tingkat kemampuan siswa berdasarkan tolok ukur pendapat
Nurgiantoro (2001:399).
Tabel 3.4 Tolok Ukur Penelitian Kemampuan Menulis Parafrasa Puisi
Interval Persentasi Tingkat Kemampuan Keterangan
85% - 100%
75% - 84%
60% - 74%
40% - 59%
1% -39%
Baik sekali
Baik
Cukup
Kurang
Sangat kurang
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan temuan dan hasil penelitian tindakan kelas siswa kelas VI-A SD
Negeri 4 Talangpadang Kabupaten Tanggamus tahun pelajaran 2011/2012, dapat
disimpulkan sebagai berikut.
a. Penerapan teknik diskusi dapat meningkatkan kemampuan siswa
memparafrase puisi. Pada setiap siklus dalam proses Pembelajaran dengan
menerapkan teknik diskusi secara kelompok peneliti dan kolabolator
membimbing dan memberikan motivasi agar siswa lebih kreatif, aktif, dan
berani dalam mengungkapkan pikiran dan pendapatnya.
b. Hasil penelitian mengalami peningkatan ini dapat dilihat pada prasiklus nilai
rata-rata 52,70 dan siswa yang mencapai KKM 4 dengan persentase 29,16%,
pada siklus I nilai rata-rata siswa 61,87 dan siswa yang mencapai KKM 11
dengan persentase 45,83% dan pada siklus II nilai rata-rata 81,04 dan siswa
yang mencapai KKM 20 dengan persentase 83,3%. Aktivitas siswa pada
siklus I 60% dan pada siklus II 80% dengan demikian aktivitas siswa
mengalami peningkatan 20%.
c. Jika nilai rata-rata 61,87 dan jumlah siswa yang mencapai KKM 11 siswa
dengan persentase 45,83% pada siklus I, dan pada siklus II nilai rata-rata
Pada penelitian tindakan kelas ini, tampak sekali terjadi peningkatan yang
cukup tinggi. Peningkatan nilai rata-rata siswa yang mencapai KKM dari
siklus I ke siklus II 37,5%.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan, peneliti
menyarankan sebagai berikut.
5.2.1 Untuk Guru
a. Teknik diskusi dapat dijadikan alternatif oleh guru untuk memotivasi
siswa berlatih dan belajar menulis.
b. Teknik diskusi dapat dijadikan alternatif oleh guru untuk memotivasi
siswa berlatih dan belajar menulis parafrasa.
c. Guru harus lebih cepat tanggap terhadap kesulitan-kesulitan belajar yang
dihadapi siswa dalam menerima materi pembelajaran yang menyebabkan
kemampuan belajar siswa menurun. Untuk mengatasi hal tersebut
hendaknya guru dalam menyampaikan materi pembelajaran, dianjurkan
menggunakan metode-metode atau teknik-teknik pembelajaran yang
bervariasi.
d. Pelaksanaan siklus ke siklus sebaiknya jangan terlalu lama, karena akan
membuat siswa lupa, jenuh atau bosan terhadap teknik diskusi yang
5.2.2 Untuk Sekolah
a. Memberikan motovasi pada guru untuk memanfaatkan teknik-teknik
pembelajaran, khususnya diskusi pada materi tertentu.
b. Membantu guru dalam pengadaan media pembelajaran, khususnya media
pembelajaran Bahasa Indonesia.
c. Sekolah memberikan kesempatan kepada siswa untuk memanfaatkan
buku-buku pelajaran dan belajar diperpustakaan.
d. Sekolah melengkapi sarana belajar yang lain, seperti televisi, internet,
surat kabar, dan lain-lain.
5.2.3 Untuk Siswa
a. Siswa harus instropeksi diri dan harus lebih banyak melakukan pelatihan
untuk mengetahui kekurangan-kekurangan yang dimilikinya.
b. Siswa harus lebih banyak membaca dan memanfaatkan perpustakaan
sekolah.
c. Siswa harus berlatih untuk cepat menuangkan ide atau gagasan ke dalam
bahasa tulis.
DAFTAR PUSTAKA
Aminudin. 1987. Semantic Studi Tentang Makna Bandung. Bandung CV Sinar
Baru
Aminuddin. 2004. Mari Berlatih Menulis Puisi. Bandung: Karsa Mandiri.
BSNP. 2006. Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Model Silabus
Mata Pelajaran SMP/MTS. Jakarta : BP. Cipta Jaya.
Djojosuroto, Kinayati. 2005. Puisi Pendekatan dan Pembelajaran. Bandung: Nuansa.
Hasibuan. 1985. Proses Belajar Mengajar. Bandung; CV. Radja Karya.
Lubis, A.Hamid Hasan. 1994. Glosarium Bahasa dan Sastra. Bandung: Angkasa.
KBBI. 2005. Edisi Kelima. Jakarta; Balai Pustaka.
Kusumah, Wijaya dan Dedi Dwitagama. 2011. Mengenal Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta: Indeks.
Nababan. 1986. Analisis Pendidikan. Jakarta; Depdiknas.
Nurgiantoro,Burhan. 2001. Penelitian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra.Yogyakarta: BFE
Pusat Kurikulum, Kalitbang Depdiknas. 2003. Ringkasan Kegiatan Belajar Mengajar. Jakarta: Balitbang Depdiknas.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.1990. Kamus Besar Bahasa
Indonesia . Jakarta: Balai Pustaka.
Pradopo, Rachmad Djoko. 2007. Pengkajian Puisi. Yogyakarta; Gagjah Mada University Press.
Roestiyah, N K. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Suryosubroto. 1996. Tinjauan Tentang Metode Diskusi. Jakarta; Rineka Cipta.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inivatif progresif. Jakarta; Kencana.
TIM. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Universitas Lampung. 2008. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandarlampung: Gita Perdana.
Widya Ratna Dewi,Wendi.2008. Belajar Menuangkan Ide dalam Puisi, Cerita,
Drama. Klaten: Intan Pariwara.